Upload
cluprut
View
38.481
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di
dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya, terdapat perbedaan antara
keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan. Berbicara tentang
perubahan, kita membayangkan sesuatu yang terjadi setelah jangka waktu
tertentu; kita berurusan dengan perbedaan keadaan yang diamati antara
sebelum dan sesudah jangka waktu tertentu.
Untuk dapat menyatakan perbedaannya, ciri-ciri awal unit analisis harus
diketahui dengan cermat-meski terus berubah (Strasser dan Randall dalam
Sztompka, 2004; 5). Jadi konsep dasar perubahan sosial mencakup tiga
gagasan: (1) Perbedaan; (2) pada waktu berbeda; dan (3) di antara keadaan
sistem sosial yang sama.
Terdapat berbagai macam perubahan social yakni perubahan imanen
merupakan perubahan yang bersumber atau berasal dari dalam sistem social
itu, serta perubahan kontak yakni merupakan perubahan yang berasal dari luar
sistem social. Perubahan imanen mengembangkan ide baru tanpa pengaruh
oleh pihak luar dan kemudian mengembangkan ide baru tersebut keseluruh
sistem social. Sementara untuk memahami perubahan kontak, dapat
diperhatikan dari dua bagian yaitu perubahan kontak selekatif yang merupakan
sistem social terbuka pada pengaruh dari luar dan menerima atau menolak ide
baru itu berdasarkan kebutuhan mereka, kemudian perubahan kontak terarah
atau perubahan terencana yaitu perubahan yang disengaja dengan adanya
pihak luar atau terdapat anggota dalam suatu sistem yang bertindak sebagai
perantara atau agen.
Dengan adanya ide-ide baru yang muncul baik dari dalam sistem
maupun dari luar sistem tentunya telah memberikan pengaruh yang besar
terhadap perkembangan dan kelangsungan hidup manusia. Perubahan itu
berdampak pada perubahan individual sampai pada perubahan sistem itu
sendiri.
Berbicara mengenai perubahan sosial, maka tidak dapat dipisahkan dari
yang namanya difusi inovasi. Munculnya Teori Difusi Inovasi dimulai pada
awal abad ke-20, tepatnya tahun 1903, ketika seorang sosiolog Perancis,
Gabriel Tarde, memperkenalkan Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped
Diffusion Curve). Kurva ini pada dasarnya menggambarkan bagaimana suatu
inovasi diadopsi seseorang atau sekolompok orang dilihat dari dimensi waktu.
Pada kurva ini ada dua sumbu dimana sumbu yang satu menggambarkan
tingkat adopsi dan sumbu yang lainnya menggambarkan dimensi waktu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
penulisan ini adalah :
1. Faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh dalam perubahan sosial ?
2. Apakah yang dimaksud dengan difusi inovasi ?
3. Apa sajakah elemen dari difusi inovasi ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk :
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan sosial.
2. Mengetahui pengertian difusi inovasi
3. Mengetahui elemen difusi inovasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Sosial
Untuk dapat memahami lebih dalam mengenai perubahan sosial, perlu
kiranya mengetahui mengenai faktor-faktor yang menjadi penyebab perubahan
itu. Perubahan bisa terjadi sebagai akibat adanya sesuatu yang oleh
masyarakat dianggap sudah tidak memuaskan lagi. Selain itu mungkin juga
disebabkan adanya faktor-faktor baru yang oleh masyarakat dianggap
memiliki manfaat yang lebih besar bagi kehidupannya.
Sementara itu Soerjono Soekanto menyebutkan adanya faktor-faktor
intern dan ekstern yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial dalam
masyarakat.
1. Faktor Intern
Faktor intern atau yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri yang
menyebabkan terjadinya perubahan sosial adalah perubahan penduduk,
penemuan baru, konflik, dan pemberontakan.
a. Perubahan Penduduk
Setiap anggota masyarakat pasti mengalami proses sosial, di
antaranya adalah interaksi sosial dan sosialisasi. Dengan begitu secara
cepat maupun lambat akan merubah pola pemikiran mereka dan
tingkat pengetahuan yang akan lebih mempercepat proses perubahan.
Di samping itu, perubahan penduduk yang ditandai dengan semakin
bertambahnya jumlah penduduk pada suatu daerah mengakibatkan
kadar keramahtamahan akan menurun, kelompok sekunder akan
bertambah banyak jumlahnya, struktur kelembagaan menjadi lebih
rumit, dan bentuk-bentuk perubahan yang lainnya.
b. Penemuan-Penemuan Baru
Penemuan merupakan tambahan pengetahuan terhadap
perbendaharaan pengetahuan dunia yang telah diverifikasi. Penemuan
menambahkan sesuatu yang baru pada kebudayaan karena meskipun
kenyataan tersebut sudah lama ada, namun kenyataan itu baru menjadi
bagian setelah kenyataan tersebut ditemukan. Penemuan baru menjadi
suatu faktor dalam perubahan sosial jika hasil penemuan tersebut
didayagunakan. Manakala suatu pengetahuan baru dimanfaatkan untuk
mengembangkan teknologi, biasanya akan disusul oleh perubahan
yang besar.
Penemuan baru yang menyebabkan perubahan pada masyarakat
meliputi berbagai proses berikut ini.
1) Discovery,
Yaitu suatu penemuan unsur kebudayaan baru oleh seorang
individu atau serangkaian individu dalam suatu masyarakat. Unsur
baru itu dapat berupa alat-alat baru ataupun ide-ide baru.
2) Invention,
Yaitu bentuk pengembangan dari suatu discovery, sehingga
penemuan baru itu mendapatkan bentuk yang dapat diterapkan atau
difungsikan. Proses dari discovery menjadi invention sering tidak
hanya melibatkan satu atau dua individu, tetapi serangkaian
individu. Discovery baru akan menjadi invention jika masyarakat
sudah mengakui, menerima, serta menerapkan penemuan baru itu.
3) Inovasi
Atau proses pembaruan, yaitu suatu proses panjang yang
meliputi suatu penemuan unsur baru, jalannya unsur baru itu
tersebar ke bagian-bagian masyarakat, serta cara-cara unsur baru
itu diterima, dipelajari, dan akhirnya diterapkan oleh sebagian
besar warga masyarakat. Di dalam masyarakat dikatakan telah
terjadi inovasi apabila unsur atau alat baru yang ditemukan telah
banyak dikenal dan dipakai secara luas oleh warga masyarakat.
Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai konsep
discovery, invention, dan inovasi. Marilah kita simak bersama
penjelasan berikut ini.
1) Ralph Linton,
Mengartikan discovery sebagai penemuan yang bersifat
penambahan pada pengetahuan, dan invention sebagai penerapan
dari pengetahuan tersebut.
2) Harison,
Menjelaskan discovery sebagai penemuan benda atau
material baru dan bersifat dasar, artinya belum jadi karena belum
memiliki bentuk. Sedangkan invention sebagai penemuan benda
atau barang yang masih sederhana, namun sudah mempunyai
konstruksi dan bentuk tertentu, seperti penemuan kapak tangan
buatan masyarakat yang berkebudayaan prasejarah.
3) Dixon,
Menyampaikan pengertian discovery dan invention secara
lebih luas. Menurutnya, baik discovery maupun invention
keduanya dapat menimbulkan hasil yang bersifat materiil maupun
nonmateriil. Dalam hal ini Dixon membedakan antara discovery
dan invention dari sisi motivasi dan tujuan yang menunjukkan
terdapatnya faktor-faktor yang memengaruhi inovasi, yaitu faktor
kesempatan, pengamatan, penilaian, kebutuhan, dan keinginan.
4) Hobart Barnet,
Memandang inovasi sebagai rekombinasi dari ide-ide yang
ada sebelumnya, kemudian membentuk ide baru. Atau dengan kata
lain inovasi adalah konfigurasi mental yang ada pada individu
tertentu.
5) Parsudi Suparlan,
Menyatakan bahwa discovery adalah suatu penemuan baru
yang berupa persepsi mengenai hakikat suatu gejala atau hakikat
mengenai hubungan antara dua gejala atau lebih. Sedangkan
invention adalah ciptaan baru yang berupa benda atau pengetahuan
yang diperoleh melalui proses penciptaan yang didasarkan atas
kombinasi dari pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada
mengenai benda atau lainnya.
Ada beberapa hal yang mendorong seseorang untuk melakukan
penemuan atau pembaruan terhadap suatu hal, di antaranya adalah
sebagai berikut.
1) Kesadaran dari para individu akan adanya kekurangan dalam
kebudayaannya. Individu tersebut berusaha untuk berbuat sesuatu
guna mengisi dan memperbaiki kekurangan yang ada.
2) Mutu dan keahlian para individu yang bersangkutan akan
mendorong terjadinya penemuan baru. Apabila seorang ahli ingin
meningkatkan mutu dari hasil karyanya, maka mendorongnya
untuk senantiasa mengoreksi hasil karyanya itu.
3) Adanya sistem perangsang dalam masyarakat yang mendorong
mutu. Misalnya dengan mutu yang dihasilkannya, maka seseorang
itu akan mendapatkan penghormatan, kedudukan yang tinggi, harta
kekayaan, dan lain-lain.
4) Adanya krisis dalam masyarakat. Banyak penemuan-penemuan
baru yang dihasilkan ketika terjadi krisis dalam masyarakat.
Suatu penemuan baru, baik kebudayaan rohaniah (imateriil)
maupun jasmaniah (materiil) mempunyai pengaruh bermacam-macam
terhadap kehidupan manusia.
1) Suatu penemuan baru tidak hanya menyebabkan perubahan dalam
bidang tertentu, melainkan seringkali memancar ke bidang lainnya.
2) Suatu penemuan baru menyebabkan perubahan yang menjalar dari
suatu lembaga ke lembaga yang lain.
3) Beberapa jenis penemuan baru dapat mengakibatkan satu jenis
perubahan. Misalnya penemuan sepeda, sepeda motor, dan mobil
menyebabkan dibangunnya jalan-jalan beraspal.
4) Penemuan baru dalam hal kebudayaan rohaniah (ideologi,
kepercayaan, sistem hukum, dan sebagainya) berpengaruh terhadap
lembaga kemasyarakatan, adat istiadat, maupun pola perilaku
sosial.
c. Konflik dalam Masyarakat
Adanya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat, seperti
perbedaan ciri-ciri fisik, kepentingan, pendapat, status social ekonomi,
suku bangsa, ras, agama, dan lain-lain seringkali memicu munculnya
konflik.
Konflik dapat terjadi antarindividu, antarkelompok, antara
individu dengan kelompok, dan antargenerasi. Konflik antarkelompok,
misalnya konflik antarsuku bangsa yang terjadi di Timika, Papua.
Konflik tersebut telah menimbulkan kerusakan, jatuhnya korban jiwa,
dan hancurnya harta benda.
Sebagai proses sosial, konflik memang merupakan proses
disosiatif, namun tidak selalu berakibat negatif. Suatu konflik yang
kemudian disadari akan memecahkan ikatan social biasanya akan
diikuti dengan proses akomodasi yang justru akan menguatkan ikatan
sosial. Jika demikian, biasanya akan terbentuk suatu keadaan yang
berbeda dengan keadaan sebelum terjadi konflik.
d. Pemberontakan (Revolusi) dalam Tubuh Masyarakat
Revolusi bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan telah
mencapai puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1945 yang ditandai
dengan dikumandangkannya proklamasi kemerdekaan oleh Ir.
Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta. Dengan
proklamasi bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka, bebas
dari cengkeraman penjajah, serta telah mengubah struktur
pemerintahan kolonial menjadi pemerintahan nasional dengan berbagai
perubahan yang mengikutinya, mulai dari lembaga keluarga, sistem
sosial, sistem politik, sistem ekonomi, dan sebagainya.
2. Faktor Ekstern
Penyebab perubahan sosial selain bersumber dari dalam masyarakat
itu sendiri juga dapat bersumber dari luar masyarakat itu. Di antaranya
adalah faktor alam yang ada di sekitar masyarakat berubah, peperangan,
dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
a. Faktor Alam yang Ada di Sekitar Masyarakat Berubah
Alam mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Alam adalah penyedia bahan-bahan makanan dan pakaian,
penghasil tanaman, serta sumber kesehatan dan keindahan.
Pertambahan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi lambat laun
dapat merusak alam. Semakin tinggi jumlah penduduk, maka semakin
tinggi pula tekanan terhadap alam. Oleh karena itu akan terjadi
perusakan alam. Misalnya untuk memenuhi kebutuhan akan
perumahan, manusia mengeringkan lahan pertanian untuk membangun
rumah. Akibatnya lahan pertanian menjadi sempit, serta banyak petani
yang kehilangan lahan untuk bertani dan terpaksa bekerja sebagai
buruh pabrik atau pekerjaan yang lainnya.
b. Peperangan
Terjadinya perang di suatu wilayah akan berpengaruh terhadap
perubahan kepribadian dari individu-individu sebagai anggota
masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut. Betapa tidak, perang pasti
akan melibatkan seluruh komponen masyarakat dan akan membawa
perubahan dalam masyarakat tersebut, baik besar maupun kecil. Selain
itu akan membawa akibat yang berarti bagi masyarakat setempat. Hal
ini terutama pada masyarakat yang kalah perang, karena adanya
pemaksaan berbagai kebudayaan oleh negara yang menang perang.
c. Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain
Di era globalisasi sekarang ini, pengaruh kebudayaan masyarakat
lain merupakan suatu hal yang tidak bisa dielakkan lagi. Adanya
hubungan kerja sama antarnegara serta sarana komunikasi dan
informasi yang semakin canggih, seperti televisi, radio, dan internet
memudahkan pengaruh kebudayaan masyarakat lain masuk dalam
suatu negara. Akibatnya muncul perubahan pada masyarakat yang
menerima pengaruh kebudayaan itu.
Terjadinya pengaruh kebudayaan masyarakat lain yang
menyebabkan perubahan sosial adalah sebagai berikut.
1) Apabila terjadi hubungan primer, maka akan terjadi pengaruh
timbal balik. Dengan demikian, di samping dipengaruhi, suatu
masyarakat juga akan memengaruhi masyarakat lain. Akibatnya
muncul kebudayaan baru yang merupakan perpaduan antara dua
kebudayaan yang saling berhubungan. Misalnya wayang yang
merupakan perpaduan antara kebudayaan Jawa dan Hindu (India).
2) Apabila kontak kebudayaan terjadi melalui sarana komunikasi
massa, seperti radio, televisi, majalah atau surat kabar. Dalam hal
ini yang terjadi adalah pengaruh sepihak, di mana pengaruh hanya
berasal dari masyarakat yang menguasai sarana komunikasi massa
tersebut.
3) Apabila dua masyarakat yang mengalami kontak kebudayaan
mempunyai taraf kebudayaan yang sama, terkadang yang terjadi
justru cultural animosity, yaitu keadaan di mana dua masyarakat
yang meskipun berkebudayaan berbeda dan saling hidup
berdampingan, namun saling menolak pengaruh kebudayaan satu
terhadap yang lain. Biasanya terjadi antara dua masyarakat yang
pada masa lalunya mempunyai konflik fisik ataupun nonfisik.
4) Apabila dua kebudayaan bertemu salah satunya mempunyai taraf
yang lebih tinggi, maka yang terjadi adalah proses imitasi
(peniruan) unsur-unsur kebudayaan masyarakat yang telah maju
oleh kebudayaan yang masih rendah.
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt menambahkan beberapa faktor yang
turut menjadi penentu dan kadar perubahan sosial, yaitu lingkungan fisik,
kontak dan isolasi, struktur sosial, sikap dan nilai, serta kebutuhan yang
dianggap perlu.
1. Lingkungan Fisik
Sepanjang sejarah, banyak kelompok manusia mengubah lingkungan
fisik mereka dengan melakukan migrasi. Migrasi ke lingkungan yang
berbeda menimbulkan perubahan besar dalam segi kebudayaan. Hal
semacam ini terjadi terutama pada masyarakat primitif yang kehidupan
para anggotanya sangat tergantung langsung pada lingkungan fisik.
Peradaban mempermudah perpindahan dan penerapan budaya pada
lingkungan baru yang berbeda.
2. Kontak dan Isolasi
Masyarakat yang terletak di persimpangan jalan lalu lintas dunia
selalu menjadi pusat perubahan. Karena kebanyakan unsur budaya dari
masyarakat atau negara lain masuk melalui difusi, maka masyarakat yang
mengadakan hubungan dengan masyarakat atau negara lain itulah yang
mudah atau cenderung mengalami perubahan terlebih dahulu. Sedangkan
daerah yang terisolasi merupakan pusat kestabilan, konservatisme, dan
penolakan terhadap perubahan. Hampir semua suku yang sangat primitif
juga merupakan suku-suku yang terisolasi.
3. Struktur Sosial
Struktur masyarakat memengaruhi kadar perubahan masyarakat
secara halus dan pengaruhnya tidak dapat dilihat secara langsung.
Meskipun birokrasi kadangkala digunakan untuk menekan perubahan
(biasanya hanya berhasil untuk sementara waktu), namun ternyata
birokrasi yang sangat terpusat justru sangat menunjang pengembangan dan
difusi perubahan. Bilamana suatu kebudayaan sangat terintegrasi sehingga
setiap unsur kebudayaan saling terkait satu sama lainnya dengan baik
dalam sistem ketergantungan, maka perubahan akan sulit terjadi dan
mengandung risiko yang besar.
4. Sikap dan Nilai-Nilai
Bagi kita, perubahan merupakan suatu hal yang biasa dan wajar
selayaknya air yang mengalir. Hal itu berbeda dengan kebanyakan orang
Barat yang memiliki kebanggaan apabila dapat melakukan perubahan,
dalam arti menghasilkan penemuan-penemuan baru, serta bersikap
progresif dan tidak ketinggalan zaman. Suatu masyarakat yang berubah
secara cepat memiliki sikap berbeda terhadap perubahan. Sikap itu
merupakan penyebab dan juga akibat dari perubahan yang sudah
berlangsung.
Selain itu, masyarakat yang berubah secara cepat dapat memahami
perubahan sosial. Para anggota masyarakatnya bersikap skeptis dan kritis
terhadap beberapa bagian dari kebudayaan tradisional mereka dan selalu
berupaya melakukan eksperimen-eksperimen baru. Sikap seperti itu sangat
merangsang saran dan penerimaan perubahan di kalangan anggota
masyarakat.
5. Kebutuhan yang Dianggap Perlu
Kebutuhan bersifat subjektif. Kebutuhan dianggap nyata jika orang
merasa bahwa kebutuhan itu memang nyata. Di banyak bagian dunia yang
terbelakang dan kekurangan pangan, orang bukan saja memiliki kebutuhan
objektif akan tambahan pangan, tetapi juga memerlukan berbagai jenis
pangan. Jika orang belum merasa butuh, maka orang akan tetap menolak
perubahan, dan hanya kebutuhan yang dianggap perlu oleh masyarakat
yang memegang peran menentukan. Beberapa penemuan praktis
terabaikan hingga saat masyarakat membutuhkan kegunaan dari penemuan
tersebut.
B. Pengertian Difusi Inovasi
Difusi Inovasi terdiri dari dua padanan kata yaitu difusi dan inovasi.
Rogers (1983) mendefinisikan difusi sebagai proses dimana suatu inovasi
dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di
antara para anggota suatu sistem sosial (the process by which an innovation is
communicated through certain channels overtime among the members of a
social sistem). Disamping itu, difusi juga dapat dianggap sebagai suatu jenis
perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan
fungsi sistem sosial.
Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa
baru oleh individu atau kelompok masyarakat. Ungkapan dianggap/dirasa baru
terhadap suatu ide, praktek atau benda oleh sebagian orang, belum tentu juga
pada sebagian yang lain. Kesemuanya tergantung apa yang dirasakan oleh
individu atau kelompok terhadap ide, praktek atau benda tersebut.
Dari kedua padanan kata di atas, maka difusi inovasi adalah suatu proses
penyebar serapan ide-ide atau hal-hal yang baru dalam upaya untuk merubah
suatu masyarakat yang terjadi secara terus menerus dari suatu tempat ke
tempat yang lain, dari suatu kurun waktu ke kurun waktu yang berikut, dari
suatu bidang tertentu ke bidang yang lainnya kepada sekelompok anggota dari
sistem sosial.
Tujuan utama dari difusi inovasi adalah diadopsinya suatu inovasi (ilmu
pengetahuan, tekhnologi, bidang pengembangan masyarakat) oleh anggota
sistem sosial tertentu. Sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal,
organisasi sampai kepada masyarakat.
C. Elemen Difusi Inovasi
Dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu:
suatu inovasi, dikomunikasikan melalui saluran komunikasi tertentu, dalam
jangka waktu dan terjadi diantara anggota-anggota suatu sistem sosial.
1. Inovasi (gagasan, tindakan atau barang) yang dianggap baru oleh
seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif
menurut pandangan individu yang menerimanya.
2. Saluran komunikasi, adalah alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi
dari sumber kepada penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk
memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar
luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah
media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap
atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang
paling tepat adalah saluran interpersonal.
3. Jangka waktu, yakni proses keputusan inovasi dari mulai seseorang
mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya.
Pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi
waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam (a) proses pengambilan
keputusan inovasi, (b) keinovatifan seseorang (relatif lebih awal atau lebih
lambat dalam menerima inovasi), dan (c) kecepatan pengadopsian inovasi
dalam sistem sosial.
4. Sistem sosial merupakan kumpulan unit yang berbeda secara fungsional
dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka
mencapai tujuan bersama
D. Proses Putusan Inovasi
Penerimaan atau penolakan suatu inovasi adalah keputusan yang dibuat
seseorang/individu dalam menerima suatu inovasi. Menurut Rogers (1983),
proses pengambilan keputusan inovasi adalah proses mental dimana
seseorang/individu berlalu dari pengetahuan pertama mengenai suatu inovasi
dengan membentuk suatu sikap terhadap inovasi, sampai memutuskan untuk
menolak atau menerima, melaksanakan ide-ide baru dan mengukuhkan
terhadap keputusan inovasi. Pada awalnya Rogers (1983) menerangkan bahwa
dalam upaya perubahan seseorang untuk mengadopsi suatu perilaku yang
baru, terjadi berbagai tahapan pada seseorang tersebut, yaitu:
1. Tahap Awareness (Kesadaran), yaitu tahap seseorang tahu dan sadar ada
terdapat suatu inovasi sehingga muncul adanya suatu kesadaran terhadap
hal tersebut.
2. Tahap Interest (Keinginan), yaitu tahap seseorang mempertimbangkan
atau sedang membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahuinya
tersebut sehingga ia mulai tertarik pada hal tersebut.
3. Tahap Evaluation (Evaluasi), yaitu tahap seseorang membuat putusan
apakah ia menolak atau menerima inovasi yang ditawarkan sehingga saat
itu ia mulai mengevaluasi.
4. Tahap Trial (Mencoba), yaitu tahap seseorang melaksanakan keputusan
yang telah dibuatnya sehingga ia mulai mencoba suatu perilaku yang baru.
5. Tahap Adoption (Adopsi), yaitu tahap seseorang memastikan atau
mengkonfirmasikan putusan yang diambilnya sehingga ia mulai
mengadopsi perilaku baru tersebut
Dari pengalaman di lapangan ternyata proses adopsi tidak berhenti
segera setelah suatu inovasi diterima atau ditolak. Kondisi ini akan berubah
lagi sebagai akibat dari pengaruh lingkungan penerima adopsi. Oleh sebab itu,
Rogers (1983) merevisi kembali teorinya tentang keputusan tentang inovasi
yaitu: Knowledge (pengetahuan), Persuasion (persuasi), Decision (keputusan),
Implementation (pelaksanaan), dan Confirmation (konfirmasi)
1. Tahap pengetahuan.
Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai
inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus
disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui
media elekt ronik, media cetak, maupun komunikasi interpersonal diantara
masyarakat. Tahapan ini juga dipengaruhi oleh beberapa karakteristik
dalam pengambilan keputusan, yaitu: (1) Karakteristik sosial-ekonomi, (2)
Nilai-nilai pribadi dan (3) Pola komunikasi
2. Tahap persuasi.
Pada tahap ini individu tertarik pada inovasi dan aktif mencari
informasi/detail mengenai inovasi. Tahap kedua ini terjadi lebih banyak
dalam tingkat pemikiran calon pengguna. Inovasi yang dimaksud
berkaitan dengan karakteristik inovasi itu sendiri, seperti: (1) Kelebihan
inovasi, (2) Tingkat keserasian, (3) Kompleksitas, ( 4) Dapat dicoba dan
(5) Dapat dilihat.
3. Tahap pengambilan keputusan.
Pada tahap ini individu mengambil konsep inovasi dan menimbang
keuntungan/kerugian dari menggunakan inovasi dan memutuskan apakah
akan mengadopsi atau menolak inovasi.
4. Tahap implementasi.
Pada tahap ini mempekerjakan individu untuk inovasi yang berbeda-
beda tergantung pada situasi. Selama tahap ini individu menentukan
kegunaan dari inovasi dan dapat mencari informasi lebih lanjut tentang hal
itu.
5. Tahap konfirmasi.
Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari
pembenaran atas keputusan mereka. Tidak menutup kemungkinan
seseorang kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi
menerima inovasi setelah melakukan evaluasi
BAB III
PENUTUP
Pada Bagian Akhir dari penulisan ini ada beberapa hal yang menjadi
kesimpulan bagi penulis yaitu :
1. Perubahan sosial adalah proses dimana perubahan terjadi dalam struktur dan
fungsi sistem sosial. Perubahan sosial terjadi dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu: (1)
Penemuan (invention), (2) difusi (diffusion), dan (3) konsekuensi
(consequences). Penemuan adalah proses dimana ide/gagasan baru diciptakan
atau dikembangkan. Difusi adalah proses dimana ide/gagasan baru
dikomunikasikan kepada anggota sistem sosial, sedangkan konsekuensi adalah
suatu perubahan dalam sistem sosial sebagai hasil dari adopsi atau penolakan
inovasi.
2. Teori Difusi Inovasi senantiasa dikaitkan dengan proses pembangunan
masyarakat. Difusi sebagai proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan
melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara para anggota
suatu sistem sosial. Inovasi merupakan awal untuk terjadinya perubahan
sosial, dan perubahan sosial pada dasarnya merupakan inti dari pembangunan
masyarakat. Sehingganya difusi inovasi adalah suatu proses penyebar serapan
ide-ide atau hal-hal yang baru dalam upaya untuk merubah suatu masyarakat
yang terjadi secara terus menerus dari suatu tempat ke tempat yang lain, dari
suatu kurun waktu ke kurun waktu yang berikut, dari suatu bidang tertentu ke
bidang yang lainnya kepada sekelompok anggota dari sistem sosial.
3. Tujuan utama dari difusi inovasi adalah diadopsinya suatu inovasi (ilmu
pengetahuan, tekhnologi, bidang pengembangan masyarakat) oleh anggota
sistem sosial tertentu. Sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal,
organisasi sampai kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, Abdillah. 1987. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional
Rogers, Everett M., 1983, Diffusion of Innovations. London: The Free Press.
Hanafi, A. 1981. Memasyarakatkan Ide-ide Baru. Surabaya: Usaha Nasional.
Uhyana, Onong E. 1980. Komunikasi dalam Teori dan Praktek. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Launer, Robert H. 1989. Perspektif tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Bina Akasara.
Soekanto, S. 1983. Sosiologi. Jakarta: Balai Aksara
http://ssbelajar.blogspot.com/2012/07/faktor-penyebab-perubahan-sosial_30.html
http://wsmulyana.wordpress.com/2009/01/25/teori-difusi-inovasi/
http://wahyupriadi201141588.blogspot.com/2012/05/tugas-resume-difusi-inovasi.html
http://sinausosiologi.blogspot.com/2010/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://wahyuaskari.wordpress.com/umum/difusi-dan-perubahan-sosial/