22
KONSEP DASAR HEMODIALISA A. PENGERTIAN HEMODIALISA 1. Hemodialisa berasal dari kata hemo yang berarti darah, dan dialisi yang berarti pemisahan atau filtrasi. Hemodialisa adalah suatu metode terapi dialisis yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara akut ataupun secara progresif ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut. Terapi ini dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi membran penyaring semipermeabel (ginjal buatan). Hemodialisa dapat dilakukan pada saat toksin atau zat racun harus segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanen atau menyebabkan kematian. Tujuan dari hemodialisa adalah untuk memindahkan produk-produk limbah yang terakumulasi dalam sirkulasi klien dan dikeluarkan kedalam mesin dialisis. (Muttaqin & Sari, 2011). 2. Hemodialisa adalah suatu proses dimana solute dan air mengalami difusi secara pasif melalui suatu membran berpori dari kompartemen cair menuju kompartemen lainnya. Hemodialisa dan dialisa peritoneal merupakan dua tehnik utama yang digunakan dalam dialisa. Prinsip dasar kedua teknik tersebut sama yaitu difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialisa sebagai respon terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu. ( Price dan Wilson, 2005)

Konsep Dasar Hemodialisa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

HD

Citation preview

Page 1: Konsep Dasar Hemodialisa

KONSEP DASAR HEMODIALISA

A. PENGERTIAN HEMODIALISA

1. Hemodialisa berasal dari kata hemo yang berarti darah, dan dialisi yang berarti

pemisahan atau filtrasi. Hemodialisa adalah suatu metode terapi dialisis yang

digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika

secara akut ataupun secara progresif ginjal tidak mampu melaksanakan proses

tersebut. Terapi ini dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi

membran penyaring semipermeabel (ginjal buatan). Hemodialisa dapat dilakukan

pada saat toksin atau zat racun harus segera dikeluarkan untuk mencegah

kerusakan permanen atau menyebabkan kematian. Tujuan dari hemodialisa adalah

untuk memindahkan produk-produk limbah yang terakumulasi dalam sirkulasi

klien dan dikeluarkan kedalam mesin dialisis. (Muttaqin & Sari, 2011).

2. Hemodialisa adalah suatu proses dimana solute dan air mengalami difusi secara

pasif melalui suatu membran berpori dari kompartemen cair menuju

kompartemen lainnya. Hemodialisa dan dialisa peritoneal merupakan dua tehnik

utama yang digunakan dalam dialisa. Prinsip dasar kedua teknik tersebut sama

yaitu difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialisa sebagai respon terhadap

perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu. ( Price dan Wilson, 2005)

3. Hemodialisa memerlukan sebuah mesin dialisa dan sebuah filter khusus yang

dinamakan dializer (suatu membran semipermeabel) yang digunakan untuk

membersihkan darah, darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam

sebuah mesin diluar tubuh. Hemodialisa memerlukan jalan masuk ke aliran darah,

maka dibuat suatu hubungan buatan antara arteri dan vena (fistula arteriovenosa)

melalui pembedahan (NKF, 2006)

4. Unit hemodialisa adalah merupakan ruangan khusus yang tidak terpisah dari satu

rumah sakit untuk melaksanakan tindakan hemodialisis baik akut maupun kronik /

terminal.

B. TUJUAN HEMODIALISA

Menurut Havens dan Terra (2005) tujuan dari pengobatan hemodialisa antara lain :

Page 2: Konsep Dasar Hemodialisa

a. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa

metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang

lain.

b. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya

dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.

c. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.

d. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.

C. INDIKASI PELAKSANAAN HEMODIALISA

Price dan Wilson (2005) menerangkan bahwa tidak ada petunjuk yang jelas

berdasarkan kadar kreatinin darah untuk menentukan kapan pengobatan harus

dimulai. Kebanyakan ahli ginjal mengambil keputusan berdasarkan kesehatan

penderita yang terus diikuti dengan cermat sebagai penderita rawat jalan. Pengobatan

biasanya dimulai apabila penderita sudah tidak sanggup lagi bekerja purna waktu,

menderita neuropati perifer atau memperlihatkan gejala klinis lainnya. Pengobatan

biasanya juga dapat dimulai jika kadar kreatinin serum diatas 6 mg/100 ml pada pria,

4 mg/100 ml pada wanita danglomeluro filtration rate (GFR) kurang dari 4 ml/menit.

Penderita tidak boleh dibiarkan terus menerus berbaring ditempat tidur atau sakit

berat sampai kegiatan sehari-hari tidak dilakukan lagi. Menurut konsensus

Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) (2003) secara ideal semua pasien

dengan Laju Filtrasi Goal (LFG) kurang dari 15 mL/menit, LFG kurang dari 10

mL/menit dengan gejala uremia/malnutrisi dan LFG kurang dari 5 mL/menit

walaupun tanpa gejala dapat menjalani dialisis. Selain indikasi tersebut juga

disebutkan adanya indikasi khusus yaitu apabila terdapat komplikasi akut seperti

oedem paru, hiperkalemia, asidosis metabolik berulang, dan nefropatik diabetik.

Kemudian Thiser dan Wilcox (2003) menyebutkan bahwa hemodialisa biasanya

dimulai ketika bersihan kreatinin menurun dibawah 10 mL/menit, ini sebanding

dengan kadar kreatinin serum 8–10 mg/dL.Pasien yang terdapat gejala-gejala uremia

dan secara mental dapat membahayakan dirinya juga dianjurkan dilakukan

hemodialisa. Selanjutnya Thiser dan Wilcox (2003) juga menyebutkan bahwa indikasi

relatif dari hemodialisa adalah azotemia simtomatis berupa ensefalopati, dan toksin

yang dapat didialisis. Sedangkan indikasi khusus adalah perikarditis uremia,

hiperkalemia, kelebihan cairan yang tidak responsif dengan diuretik (oedem

pulmonum), dan asidosis yang tidak dapat diatasi.

Page 3: Konsep Dasar Hemodialisa

D. KONTRA INDIKASI PELAKSANAAN HEMODIALISA

Menurut Thiser dan Wilcox (2003) kontra indikasi dari hemodialisa adalah

hipotensi yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan

sindrom otak organik. Sedangkan menurut PERNEFRI (2003) kontra indikasi dari

hemodialisa adalah tidak mungkin didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa, akses

vaskuler sulit, instabilitas hemodinamik dan koagulasi. Kontra indikasi hemodialisa

yang lain diantaranya adalah penyakit alzheimer, demensia multi infark, sindrom

hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan keganasan lanjut (PERNEFRI,

2003).

E. PRINSIP HEMODIALISA

Ada tiga prinsip yang mendasari kerja dari hemodialisa yaitu difusi, osmosis dan

ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah didalam darah dikeluarkan melaui proses difusi

dengan cara bergerak dari darah, yang memiliki konsentrasi tinggi, kecairan dialisat

dengan konsentrasi yang lebih rendah. Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam

tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan

menciptakan gradient tekanan, Gradien ini dapat ditingkatkan melalui penambahan

tekanan negatif yang dikenal sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Karena pasien

tidak dapat mengekskresikan air, kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan

hingga tercapai isovolemia (keseimbangan cairan). Sistem dapar (buffer sisite) tubuh

dipertahankan dengan penambahan asetat yang akan berdifusi dari cairan dialisat ke

dalam darah pasien dan mengalami metabolisme untuk membentuk bikarbonat. Darah

yang sudah dibersihkan kemudian dikembalikan ke dalam tubuh melalui pembuluh

darah vena (Smeltzer & Bare, 2002).

F. PROSES HEMODIALISA

Suatu mesin hemodialisa yang digunakan untuk tindakan hemodialisa berfungsi

mempersiapkan cairan dialisa (dialisat), mengalirkan dialisat dan aliran darah

melewati suatu membran semipermeabel, dan memantau fungsinya termasuk dialisat

dan sirkuit darah korporeal. Pemberian heparin melengkapi antikoagulasi sistemik.

Darah dan dialisat dialirkan pada sisi yang berlawanan untuk memperoleh efisiensi

maksimal dari pemindahan larutan. Komposisi dialisat, karakteristik dan ukuran

membran dalam alat dialisa, dan kecepatan aliran darah dan larutan mempengaruhi

Page 4: Konsep Dasar Hemodialisa

pemindahan larutan (Tisher & Wilcox, 2003). Dalam proses hemodialisa diperlukan

suatu mesin hemodialisa dan suatu saringan sebagai ginjal tiruan yang disebut

dializer, yang digunakan untuk menyaring dan membersihkan darah dari ureum,

kreatinin dan zat-zat sisa metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh. Untuk

melaksanakan hemodialisa diperlukan akses vaskuler sebagai tempat suplai dari darah

yang akan masuk ke dalam mesin hemodialisa (NKF, 2006). Suatu mesin ginjal

buatan atau hemodializer terdiri dari membran semipermeabel yang terdiri dari dua

bagian, bagian untuk darah dan bagian lain untuk dialisat. Darah mengalir dari arah

yang berlawanan dengan arah darah ataupun dalam arah yang sama dengan arah aliran

darah. Dializer merupakan sebuah hollow fiber atau capillarydializer yang terdiri dari

ribuan serabut kapiler halus yang tersusun pararel. Darah mengalir melalui bagian

tengah tabung-tabung kecil ini, dan cairan dialisat membasahi bagian luarnya.

Dializer ini sangat kecil dan kompak karena memiliki permukaan yang luas akibat

adanya banyak tabung kapiler (Price & Wilson, 2005).

Menurut Corwin (2004) hemodialisa adalah dialisa yang dilakukan di luar tubuh.

Selama hemodialisa darah dikeluarkan dari tubuh melalui sebuah kateter masuk ke

dalam sebuah mesin yang dihubungkan dengan sebuah membran semipermeabel

(dializer) yang terdiri dari dua ruangan. Satu ruangan dialirkan darah dan ruangan

yang lain dialirkan dialisat, sehingga keduanya terjadi difusi. Setelah darah selesai

dilakukan pembersihan oleh dializer darah dikembalikan ke dalam tubuh melalui

arterio venosa shunt (AV-shunt). Selanjutnya Price dan Wilson (2005) juga

menyebutkan bahwa suatu sistem dialisa terdiri dari dua sirkuit, satu untuk darah dan

satu lagi untuk cairan dialisa. Darah mengalir dari pasien melalui tabung plastik (jalur

Page 5: Konsep Dasar Hemodialisa

arteri/blood line), melalui dializer hollow fiber dan kembali ke pasien melalui jalur

vena. Cairan dialisa membentuk saluran kedua. Air kran difiltrasi dan dihangatkan

sampai sesuai dengan suhu tubuh, kemudian dicampur dengan konsentrat dengan

perantaraan pompa pengatur, sehingga terbentuk dialisat atau bak cairan dialisa.

Dialisat kemudian dimasukan ke dalam dializer, dimana cairan akan mengalir di

luar serabut berongga sebelum keluar melalui drainase. Keseimbangan antara darah

dan dialisat terjadi sepanjang membransemipermeabel dari hemodializer melalui

proses difusi,osmosis, dan ultrafiltrasi. Ultrafiltrasi terutama dicapai dengan membuat

perbedaan tekanan hidrostatik antara darah dengan dialisat. Perbedaaan tekanan

hidrostatik dapat dicapai dengan meningkatkan tekanan positif di dalam kompartemen

darah dializer yaitu dengan meningkatkan resistensi terhadap aliran vena, atau dengan

menimbulkan efek vakum dalam ruang dialisat dengan memainkan pengatur tekanan

negatif. Perbedaaan tekanan hidrostatik diantara membran dialisa juga meningkatkan

kecepatan difusi solut. Sirkuit darah pada sistem dialisa dilengkapi dengan larutan

garam atau NaCl 0,9 %, sebelum dihubungkan dengan sirkulasi penderita. Tekanan

darah pasien mungkin cukup untuk mengalirkan darah melalui sirkuit ekstrakorporeal

(di luar tubuh), atau mungkin juga memerlukan pompa darah untuk membantu aliran

denganquick blood (QB) (sekitar 200 sampai 400 ml/menit) merupakan aliran

kecepatan yang baik. Heparin secara terus-menerus dimasukkan pada jalur arteri

melalui infus lambat untuk mencegah pembekuan darah. Perangkap bekuan darah

atau gelembung udara dalam jalur vena akan menghalangi udara atau bekuan darah

kembali ke dalam aliran darah pasien. Untuk menjamin keamanan pasien,

maka hemodializer modern dilengkapi dengan monitor-monitor yang memiliki alarm

untuk berbagai parameter (Price & Wilson, 2005). Menurut PERNEFRI (2003) waktu

atau lamanyahemodialisa disesuaikan dengan kebutuhan individu. Tiap hemodialisa

dilakukan 4 – 5 jam dengan frekuensi 2 kali seminggu. Hemodialisa idealnya

dilakukan 10 – 15 jam/minggu dengan QB 200–300 mL/menit. Sedangkan menurut

Corwin (2004) hemodialisa memerlukan waktu 3 – 5 jam dan dilakukan 3 kali

seminggu. Pada akhir interval 2 – 3 hari diantara hemodialisa, keseimbangan garam,

air, dan pH sudah tidak normal lagi. Hemodialisa ikut berperan menyebabkan anemia

karena sebagian sel darah merah rusak dalam proses hemodialisa.

Page 6: Konsep Dasar Hemodialisa

G. KOMPLIKASI PELAKSANAAN HEMODIALISA

Menurut Tisher dan Wilcox (2003) serta Havens dan Terra (2005) selama tindakan

hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi, antara lain :

1. Kram otot

Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa

sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi

pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.

2. Hipotensi

Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya

dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan

kelebihan tambahan berat cairan.

3. Aritmia

Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan

kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh

terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.

4. Sindrom ketidakseimbangan dialisa

Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat diakibatkan

dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat

dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara

kompartemen-kompartemen ini. Gradien osmotik ini menyebabkan perpindahan

air ke dalam otak yang menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan

biasanya terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan

azotemia berat.

5. Hipoksemia

Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor

pada pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.

6. Perdarahan

Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai

dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa

juga merupakan factor risiko terjadinya perdarahan.

7. Ganguan pencernaan

Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang

disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan

sakit kepala. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.

Page 7: Konsep Dasar Hemodialisa

8. Pembekuan darah

Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak

sesuai ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.

H. PENATALAKSANAAN HD PADA PASIEN GGK

Pada klien GGK, tindakan hemodialisa dapat menurunkan risiko kerusakan organ-

organ vital lainnya akibat akumulasi zat toksik dalam sirkulasi, tetapi tindakan

hemodialisa tidak menyembuhkan atau mengembalikan fungsi ginjal secara

permanen. Klien GGK biasanya harus menjalani terapi dialisis sepanjang hidupnya

atau sampai mendapat ginjal baru melalui transplantasi ginjal (Muttaqin & Sari,

2011).

Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisa mengingat

adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu mengekskresikan produk

akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan menumpuk dalam serum

pasien dan bekerja sebagai racun dan toksin. Gejala yang terjadi akibat penumpukan

tersebut secara kolektif dikenal sebagai gejala uremia dan akan mempengaruhi setiap

sistem tubuh. Diet rendah protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan

dengan demikian meminimalkan gejala (Smeltzer & Bare, 2002).

Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan dapat mengakibatkan gagal jantung

kongestif serta edema paru. Dengan demikian pembatasan cairan juga merupakan

bagian dari resep diet untuk pasien. Dengan penggunaan hemodialisis yang efektif,

asupan makanan pasien dapat diperbaiki meskipun biasanya memerlukan beberapa

penyesuaian dan pembatasan pada asupan protein, natrium, kalium dan cairan.Banyak

obat yang diekskresikan seluruhnya atau sebagian melalui ginjal. Pasien yang

memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung, antibiotik, antiaritmia dan anti

hipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk memastikan agar kadar obat-obat ini

dalam darah dan jaringan dapat dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi toksik

(Smeltzer & Bare, 2002).

Page 8: Konsep Dasar Hemodialisa

I. FREKUENSI HEMODIALISA

Frekuensi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, tetapi

sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu. Program dialisa

dikatakan berhasil jika :

1. Penderita kembali menjalani hidup normal.

2. Penderita kembali menjalani diet yang normal.

3. Jumlah sel darah merah dapat ditoleransi.

4. Tekanan darah normal.

5. Tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif

Dialisa bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk gagal ginjal

kronis atau sebagai pengobatan sementara sebelum penderita menjalani pencangkokan

ginjal. Pada gagal ginjal akut, dialisa dilakukan hanya selama beberapa hari atau

beberapa minggu, sampai fungsi ginjal kembali normal.

J. PROSEDUR HEMODIALISA

Setelah pengkajian pradialisis, mengembangkan tujuan dan memeriksa

keamanan peralatan, perawat sudah siap untuk memulai hemodialisis. Akses ke

system sirkulasi dicapai melalui salah satu dari beberapa pilihan: fistula atau tandur

arteriovenosa (AV) atau kateter hemodialisis dua lumen. Dua jarum berlubang besar

(diameter 15 atau 16) dibutuhkan untuk mengkanulasi fistula atau tandur AV. Kateter

dua lumen yang dipasang baik pada vena subklavikula, jugularis interna, atau

femoralis, harus dibuka dalam kondisi aseptic sesuai dengan kebijakan institusi.

 

 

 

 

 

 

Jika akses vaskuler telah ditetapkan, darah mulai mengalir, dibantu oleh

pompa darah. Bagian dari sirkuit disposibel sebelum dialiser diperuntukkan sebagai

aliran “arterial”, keduanya untuk membedakan darah yang masuk ke dalamnya

Page 9: Konsep Dasar Hemodialisa

sebagai darah yang belum mencapai dialiser dan dalam acuan untuk meletakkan

jarum: jarum “arterial” diletakkan paling dekat dengan anastomosis AV pada vistula

atau tandur untuk memaksimalkan aliran darah. Kantong cairan normal salin yang di

klep selalu disambungkan ke sirkuit tepat sebelum pompa darah. Pada kejadian

hipotensi, darah yang  mengalir dari pasien dapat diklem sementara cairan normal

salin yang diklem dibuka dan memungkinkan dengan cepat menginfus  untuk

memperbaiki tekanan darah. Tranfusi darah dan plasma ekspander juga dapat

disambungkan ke sirkuit  pada keadaan ini dan dibiarkan untuk menetes, dibantu

dengan pompa darah. Infus heparin dapat diletakkan baik sebelum atau sesudah

pompa darah, tergantung peralatan yang digunakan.

Dialiser adalah komponen penting selanjutnya dari sirkuit. Darah mengalir ke

dalam kompartemen darah dari dialiser, tempat terjadinya pertukaran cairan dan zat

sisa. Darah yang meninggalkan dialiser melewati detector udara dan foam yang

mengklem dan menghentikan pompa darah bila terdeteksi adanya udara. Pada kondisi

seperti ini, setiap obat-obat yang akan diberikan pada dialysis diberikan melalui port

obat-obatan. Penting untuk diingat, bagaimanapun bahwa kebanyakan obat-obatan

ditunda pemberiannya sampai dialysis selesai kecuali memang diperintahkan.

Darah yang telah melewati dialysis kembali ke pasien melalui “venosa” atau

selang postdialiser. Setelah waktu tindakan yang diresepkan, dialysis diakhiri dengan

mengklem darah dari pasien, membuka selang aliran normal salin, dan membilas

sirkuit untuk mengembalikan darah pasien. Selang dan dialiser dibuang kedalam

perangkat akut, meskipun program dialisis kronik sering membeli peralatan untuk

membersihkan dan menggunakan ulang dialiser.

Tindakan kewaspadaan umum harus diikuti dengan teliti sepanjang tindakan

dialysis karena pemajanan terhadap darah. Masker pelindung wajah dan sarung

tangan wajib untuk digunakan oleh perawat yang melakukan hemodialisis.

Page 10: Konsep Dasar Hemodialisa

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. persepsi klien terhadap sakitnya

1) factor yang menyebabkan mencari bantuan kesehatan

2) pengetahuan tentang status kesehatan dan kebutuhan perawatan

3) harapan terhdap penanganan kesehatan

4) pengetahuan keluarga tentang status kesehatan pasien

b. penyakit sebelum atau yang sedang diderita

1) masalah kesehatan kronik yang lain

2) obat-obatan yang sedang digunakan

c.kebutuhan social

1) sumber bantuan bila diperlukan

2) pekerjaan sekarang dan kemampuan untuk melanjutkan

a. keseimbangan cairan dan elektrolik

b. nutrisi: anoreksia, nausea, vomiting, bantuan untuk toleransi terhadap

makanan, pengetahuan tentang diet dan pola kebiasan makan

c. eliminasi

d. kulit dan kebiasaan kebersihan: pola mandi, dll

e. kenyamanan dan istirahat

f. mobilisasi: keseimbangan, gaya jalan

g. seksualitas

1) pola menstruasi dan fungís seksual serta reproduksi

2) tingkah laku pada lawan jenis

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Gangguan pertukaran gas b.d penurunan ekspansi paru-paru sekunder akibat

penumpukan cairan

b. Gangguan kesimbangan cairan tubuh: berlebihan b.d penurunan urine out put, diet

berlebihan serta retensi sodium dan air

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, nausea, vomiting,

pembatasan diet dan perubahan membrane mukosa oral

d. Intoleransi aktivitas b.d fatique, anemia, retensi produksi sampah, dan prosedur

dialisa

Page 11: Konsep Dasar Hemodialisa

e. Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d ketidakseimbangan cairan

mempengaruhi volume sirkulasi, verja miokardial dan tahanan vaskular sistemik

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

f. DX 1

Intervensi :

1) Monitor tanda-tanda oksigenisasi yang tidak adekuat

R/ mengawasi adanya perbaikan dan mencegah memburuknya hipoksia

2) Monitor perubahan penting hasil gas darah

R/ PaCO2 biasanya meningkat dan biasanya PaO2 secara umum menurun,

sehingga hipoksia terjadi dengan derajat lebih kecil atau lebih besar

3) Beri tindakan untuk memperbaiki oksigenisasi jaringan, beri posisi fowler,

bantu pasien untuk mobilisasi dan beri oksigen sesuai program

R/ Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan

nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispnea, dan kerja nafas

4) Bantu intubasi, berikan atau pertahankan ventilasi mekanik.

R/ terjadinya kegagalan nafas yang akan datang memerlukan upaya tindakan

penyelamatan hidup.

g. DX II

Intervensi:

1) Kaji status cairan

R/ Pengkajian merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk

memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi

2) batasi masukan cairan

R/ Pembatasan cairan akan menentukan BB ideal, haluaran urine, dan

respon terhadap terapi

3) Identifikasi sumber potensial cairan

R/ Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi

4) Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan

R/ Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam

pembatasan cairan

5) Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan

cairan

Page 12: Konsep Dasar Hemodialisa

R/ kenyamanan pasien meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan

diet

6) tingkatkan dan dorong higiene oral dengan sering

R/ higiene oral akan mengurangi kekeringan membran mucosa mulut

h. Dx III

Intervensi:

1) Kaji status nutrisi:

R/ menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan

mengevaluasi intervensi

2) Kaji pola diet nutrisi pasien:

R/ pola diet dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan dalam

menyusun menú

3) Kaji factor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi

R/ menyediakan informasi mengenai factor lain yang dapat diubah atau

dihilangkan untuk meningkatkan masukan diet

4) Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet

R/ mendorong peningkatan masukan diet

5) Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis tinggi:

telor,produk susu dan daging

R/ protein lengkap diberikan untuk mencapai keseimbangan nitrogen

yang diperlukan untuk prtumbuhan dan penyembuhan

6) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan

R/ Faktor yang tidak menyenangkan yang berperan dalam menimbulkan

anoreksia di hilangkan

7) Timbang berat badan harian

R/ untuk memantau cairan dan nutrisi

8) Ubah jadwal medikasi sehingga medikasi ini tidak segera diberikan

sebelum makan

R/ ingesti medikasi sebelum makan menyebabkan rasa mual dan

kenyang

i. Dx IV

Intervensi :

1) Kaji factor yang menimbulkan keletihan

R/ menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan

Page 13: Konsep Dasar Hemodialisa

2) Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat

ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi

R/ meningkatkan aktivitas ringan atau sedang dan perbaiki harga diri

3) Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat

R/ mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat

ditoleransi dan istirahat yang adekuat

4) Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisis

R/ istirahat yang adekuat dianjurkan setelah dialisis yang banyak bagi

pasien karena itu sangat melelahkan

j. DX V

Intervensi :

1) Auskultasi bunyi jantung. Evaluasi adanya edema perifer atau kongesti

vaskular dan keluhan dispnea

R/ S3/ S4 dengan tonus muffled, takikardi, frekuensi jantung tidak

teratur, dispnea, takipnea, gemerisik, mengi, dan edema atau distensi

jugular menentukan GGK

2) Kaji adanya derajat hipertensi

R/ hipertensi bermakna dapat terjadi karena gangguan pada disfungsi

ginjal yaitu pada sistem aldosteron renin angiotensin

3) Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan lokasi, radiasi, dan beratnya

R/ Hipertensi dan GJK dapat menyebabkan IM , kurang lebih pada

pasien GGK dengan diálisis mengalami perikarditis, potensial resiko

efusi perikardial atau tamponade

4) Evaluasi bunyi jantung, TD, Nadi perifer, pengisian kapiler, kongesti

vaskular, dan sensori

R/ hipotensi, nadiparadoksik, penyempitan tekanan nadi, penurunan atau

tidak adanya nadi perifer, distensi jugular, dan pucat. Gejala-gejala

tersebut menunjukkan tamponade yang merupakan kedaruratan medik

5) Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas.

R/ Kelelahan dapat menyertai GJK dan juga anemia