Upload
ana-eka-rahayu
View
877
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
A. KONSEP DASAR NIFAS
1. Pengertian Masa Nifas
Masa keluarnya plasenta sampai alat – alat reproduksi kembali ke masa semula
di mana memerlukan waktu ± 6 minggu / 42 hari
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
a) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
b) Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
c) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
KB, Cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi
sehari-hari.
d) Memberikan pelayanan keluarga berencana.
e) Mendapatkan kesehatan emosi.
3. Peran Dan Tanggung jawab bidan dalam masa nifas
a) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas
sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama masa nifas.
b) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
c) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
d) Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu
dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
e) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
f) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi
yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
g) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya
untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
h) Memberikan asuhan secara professional.
4. Tahapan Masa Nifas
1
a) Puerperium dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan jalan.
b) Puerperium intermedial.
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih
enam minggu.
c) Remote puerperium.
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dlam keadaan sempurna
terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami
komplikasi.
Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas
Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang proses
kelahiran maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan seorang
wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah
persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan
dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung
jawab ibu mulai bertambah.
Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain:
1. Fase taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri,
sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami
antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang
perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan
asupan nutrisi.
2. Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir
akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya.
2
Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu
diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian
penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya. Tugas bidan
antara lain: mengajarkan Cara perawatan bayi, cara menyusui yang benar, cara
perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan kesehatan gizi, istirahat,
kebersihan diri dan lain-lain.
3. Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran barunya. Fase
ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan
diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan
bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam
memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat
membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu untuk
menjaga kondisi fisiknya.
5. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat
kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
a) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
b) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
c) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa
nifas.
d) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas:
a) Kunjungan I (6-8 jam post partum)
3
Tujuan :
Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
Pemberian ASI awal.
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir.
b) Kunjungan II (6 hari post partum)
Tujuan: Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal,
uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
c) Kunjungan III (2 minggu post partum)
Tujuan : Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan
yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
d) Kunjungan IV (6 minggu post partum)
Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa
nifas. Memberikan konseling KB secara dini.
B. PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI
1. Anatomi dan Fisiology Payudara ( REVIEW)
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas
otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia
mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat
hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.
4
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu:
a) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus
adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.
Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.Lobus, yaitu beberapa lobulus yang
berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.ASI dsalurkan dari alveolus ke
dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk
saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
b) Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya
memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun
saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
c) Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang
dan terbenam (inverted).
PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI
5
Pengertian Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI
(prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin).
Produksi ASI (Prolaktin)
Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan
berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon
esterogen dan progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan
hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.
Gambar 1. Proses produksi ASI/ refleks prolaktin
Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi
ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi.
Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau
ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi
terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran
yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.
1. Refleks prolaktin
2. Refleks aliran (let down reflek)
6
RefleksProlaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat
kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin
dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan,
yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka
estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang
puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang
berfungsi sebagai reseptor mekanik.Rangsangan ini dilanjutkan ke
hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan
pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang
pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin.Faktor pemacu sekresi prolaktin
akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini
merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.Kadar
prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah
melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu
tetap berlangsung.Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan
menjadi normal pada minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui
prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis,
anastesi, operasi dan rangsangan puting susu
Refleks Aliran (Let Down Reflek)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan
yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior
(neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah,
hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari
sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk
ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferus masuk
ke mulut bayi.
7
Pengeluaran ASI (Oksitosin)
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan
menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria
posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel
miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk
dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh
isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus
melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.
Gambar 2. Proses pengaliran ASI/ refleks oksitosin
2. Dukungan Bidan dalam pemberian ASI
a) Bayi segera di berikan kepada Ibu
b) Rawat Gabung
c) Mengajarkan Teknik menyusui yang benar
d) Mengajarkan Teknik mengeluarkan ASI dengan cara manual
e) Jangan menjadwalkan pemberian ASI
f) Jangan memberikan DOT
g) Membina kelompok pendukung ASI
8
3. Manfaat Pemberian ASI
a) Bagi Bayi
Mengandung semua zat gizi yg diperlukan bayi
Mengandung zat kekebalan
Mudah dicerna
Higienis, tidak basi, menghindari diare
b) Bagi IBU
Hisapan bayi akan merangsang terbentuknya oksitosin yang
membantu involusi uteri dan mencegah terjadinya perdarahan
pasca persalinan, mengurangi prevalensi anemia dan mengurangi
terjadinya karsinoma indung telur dan mammae, mengurangi
angka kejadian osteoporosis dan patah tulang panggul setelah
menopause, serta menurunkan kejadian obesitas karena
kehamilan.
c) Bagi KELUARGA
Menyusui secara eksklusif dapat menjarangkan kehamilan.
Hormon yang mempertahankan laktasi menekan ovulasi sehingga
dapat menunda kesuburan. Menyusui secara eksklusif dapat
digunakan sebagai kontrasepsi alamiah yang sering disebut
metode amenorea laktasi (MAL)
Aspek Ekonomis : Lebih menghemat ( Kuranglebih Rp
800.000,0/bln untuk membeli susu Formula )
Aspek Psikologis : Kebahagiaan bertambah dengan kelahiran
jarang.
4. Komposisi GizI dalam ASI
a) Protein
b) Colostrum
Mengandung > protein terutama globulin
Mengandung > antibodi terutama lizozim perlindungan sampai 6
bulan
c) Mineral tinggi terutama : sodium, potassium dan clorida
d) Lactoferin : Pengikat zat besi dalam ASI shg Fe tdk digunakan o/
bakteri patogen
9
e) Laktoferosidase : Membunuh bakteri patogen
5. Upaya Memperbanyak ASI
a) Psikologis; uashan kondisi psikologis ibu , tidak stress ataupun cemas
b) Mengkonsumsi makanan yang bergizi
c) Banyak minum air putih
d) Meneteki sesering mungkin
6. Tanda Bayi Cukup ASI
a) BB meningkat sesuai umur
b) BAK Lebih dari 6 x / hari
c) Bayi ada BAB
d) Bayi tampak puas
e) Menyusui 10 – 12 kali dalam 24 jam
f) Payudara ibu tampak lonjong dan terasa lembut
7. ASI Eksklusif
pemberian ASI saja tanpa makanan/minuman tambahan pada bayi sampai
berumur 6 bulan.
8. Cara Perawatan Payudara
sebelum melakukan perawatan payudara cuci tangan terlebih dahulu
a) Licinkan kedua telapak tangan dengan minyak sayur / baby oil
b) Letakkan kedua telapak tangan di antara kedua payudara
c) Gerakkan memutar, kesamping dan kebawa sebanyak 10-15 kali
d) Tangan kiri menopang payudara kiri, tangan kanan mengurut payudara
dari pangkal ke arah puting susu sebanyak 10-15 kali.
e) Ketuk-ketuk payudara dengan ruas jari tangan secara berulang- ulang
f) Lakukan hal yang sama pada payudara sebelah kanan.
Apabila payudara terasa sakit karena terlalu penuh berisi ASI atau
apabila puting susus lecet, anda dapat melakukan pemerahan payudara dengan
tangan.
10
9. Cara menyusui yang benar
a) Pilih posisi yang paling nyaman.
b) Baringkan bayi di atas bantal dengan baik.
c) Mula-mula mamase payudara dan keluarkan sedikit ASI untuk membasahi
putting susu.
d) Topang payudara dengan tangan kiri atau tangan kanan dan empat jari
menahan bagian bawah areola mamae sampai bayi membuka mulutnya.
e) Setelah bayi siap menyusu masukkan putting susu sampai daerah areola
mamae masuk ke mulut bayi. Pastikan bayi menghisap dengan benar dan
biarkan bayi bersandar ke arah ibu. Jaga agar posisi kepala tidak
menggantung, karena kondisi ini akan menyebabkan bayi sulit menyusu
dengan benar. Saat menghisap akan sering terlepas karena tidak ada
tahanan pada kepala. Mulut bayi tidak tertekan pada buah dada ibu.
f) Pertahankan posisi bayi yang tepat dan nyaman sehingga memungkinkan
bayi dapat menghisap dengan benar. ASI keluar denan lancer dan putting
susu ibu tidak lecet.Bila posisi tidak benar dan putting susu ibu lecet akan
menjadi pintu masuk kuman yang membahayakan ibu dan bayi.
g) Susui bayi selama ia mau dan berikan ASI secara bergantian pada kedua
payudara sehingga mempertahankan ASI tetap diproduksi seimbang pada
kedua payudara.
h) Bila menghadapi masalah, segera cari bantuan petugas yang memahami
tata laksana ASI sehingga segera mendapatkan pemecahannya karena bila
produksi ASI mengalami penekanan, produksinya akan segera berhenti dan
sulit untuk di rangsang kembali.
i) Setelah bayi selesai menyusui, sebaiknya putting susu dan sekitarnya
dibasahi oleh ASI dan biarkan kering sendiri untuk menjaga kelembapan.
j) Setelah menyusui, bila bayi tidak tidur, sendawakan bayi dengan
meletakkan bayi telungkup kemudian punggung ditepuk-tepuk secara
perlahan atau bayi ditidurkan telungkup di pangkuan dan tep[uk
pungggung bayi.
11
10. Masalah dalam pemberian ASI
a. Masalah Menyusui Masa Antenatal
Pada masa antenatal, masalah yang sering timbul adalah:
kurang/salah informasi putting susu terbenam (retracted) atau putting susu
datar.
- Kurang / salah informasi
- Putting susu datar atau terbenam
b. Masalah Menyusui Pada Masa Pasca Persalinan Dini
- Putting susu lecet
- Payudara bengkak
- Mastitis atau abses payudara
c. Masalah Menyusui Pada Masa Pasca Persalinan Lanjut
- Sindrom ASI kurang
- Ibu yang bekerja
d. Masalah Menyusui Pada Keadaan Khusus
- Ibu melahirkan dengan bedah Caesar
- Ibu yang menderita Hepatitis dan AIDS
e. Masalah Pada Bayi
- Bayi sering menangis
- Bayi bingung putting (Nipple Confusion)
- Bayi premature
12
- Bayi kuning
- Bayi kembar
- Bayi sakit
- Bayi sumbing
- Bayi dengan lidah pendek ( Lingual Frenulum )
- Bayi yang memerlukan perawatan
C. PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS
1. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Reproduksi
a) Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana
uterus kembalike kondisi sebelum hamil.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
1. Iskemia Miometrium – Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang
terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat
uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
2. Atrofi jaringan – Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon
esterogen saat pelepasan plasenta.
3. Autolysis – Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di
dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang
telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan
lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini
disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
4. Efek Oksitosin – Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi
otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk
mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi
perdarahan.
13
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil.
Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah
sebagai berikut:
Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat
Uterus
Diameter
Uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
7 hari (minggu
1)
Pertengahan pusat
dan simpisis
500 gram 7,5 cm
14 hari (minggu
2)
Tidak teraba 350 gram 5 cm
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm
Dibawah ini dapat dilihat perubahan tinggi fundus uteri pada masa nifas.
Gambar. Tinggi fundus uteri pada masa nifas
Lokia
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai
reaksi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat dari
pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.
14
Lokia mempunyai bau yang Amis (anyir) meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia
mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat
dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan
masing-masing lokia dapat dilihat sebagai berikut:
Lokia Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra1-3 hari Merah kehitaman Terdiri dari sel desidua, verniks
caseosa, rambut lanugo, sisa
mekoneum dan sisa darah
Sanguilenta 3-7 hari Putih bercampur
merah
Sisa darah bercampur lendir
Serosa 7-14 hari Kekuningan/
kecoklatan
Lebih sedikit darah dan lebih banyak
serum, juga terdiri dari leukosit dan
robekan laserasi plasenta
Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit, selaput lendir
serviks dan serabut jaringan yang mati.
b) Vagina dan perineum.
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta
peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam
keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak
sebagai tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan berubah menjadi
karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina akan
selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama.
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum
mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun
dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot
15
perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina
hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir puerperium dengan
latihan harian.
2. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Pencernaan
Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa
hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu
keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan
kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai
menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk
kembali normal.
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara
lain:
1. Nafsu makan.
2. Motilitas.
3. Pengosongan usus.
NafsuMakan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk
mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3–4 hari
sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun
setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu
atau dua hari.
Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama
waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa
memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
PengosonganUsus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus
otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare
sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi,
16
hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas
membutuhkan waktu untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:
1. Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.
2. Pemberian cairan yang cukup.
3. Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
4. Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
5. Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau obat
yang la
3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Perkemihan
Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu Kadar steroid tinggi yang
berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca melahirkan
Kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal.
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan.
Urin dalam jumlah yang besar Akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah
melahirkan
Hal yang berkaitan dengan fungsi sistem perkemihan, antara lain:
1. Hemostatis internal.
2. Keseimbangan asam basa tubuh.
3. Pengeluaran sisa metabolisme.
Hemostatisinternal.
Tubuh, terdiri dari air dan unsur-unsur yang larut di dalamnya, dan 70% dari
cairan tubuh terletak di dalam sel-sel, yang disebut dengan cairan intraselular.
Cairan ekstraselular terbagi dalam plasma darah, dan langsung diberikan untuk
sel-sel yang disebut cairan interstisial. Beberapa hal yang berkaitan dengan cairan
tubuh antara lain edema dan dehidrasi. Edema adalah tertimbunnya cairan dalam
jaringan akibat gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh. Dehidrasi adalah
17
kekurangan cairan atau volume air yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran
berlebihan dan tidak diganti.
Keseimbangan asam basa tubuh.
Keasaman dalam tubuh disebut PH. Batas normal PH cairan tubuh adalah
7,35- 7,40. Bila PH >7,4 disebut alkalosis dan jika PH < 7,35 disebut
asidosis.
Pengeluaran sisa metabolisme, racun dan zat toksin ginjal.
Zat toksin ginjal mengekskresi hasil akhir dari metabolisme protein yang
mengandung nitrogen terutama urea, asam urat dan kreatinin.Ibu post
partum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak mengganggu proses
involusi uteri dan ibu merasa nyaman. Namun demikian, pasca melahirkan
ibu merasa sulit buang air kecil.Hal yang menyebabkan kesulitan buang air
kecil pada ibu post partum, antara lain:
1. Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadi
retensi urin.
2. Diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang teretansi
dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.
3. Depresi dari sfingter uretra oleh karena penekanan kepala janin dan spasme
oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, sehingga
menyebabkan miksi.
Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen akan menurun, hilangnya
peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan
volume darah akibat kehamilan, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk
mengatasi kelebihan cairan. Keadaan ini disebut dengan diuresis pasca partum.
Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urin menyebabkan
penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa pasca partum. Pengeluaran
kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadang-kadang disebut
kebalikan metabolisme air pada masa hamil (reversal of the water metabolisme of
pregnancy).
18
Rortveit dkk (2003) menyatakan bahwa resiko inkontinensia urine pada pasien
dengan persalinan pervaginam sekitar 70% lebih tinggi dibandingkan resiko serupa
pada persalinan dengan Sectio Caesar. Sepuluh persen pasien pasca persalinan
menderita inkontinensia (biasanya stres inkontinensia) yang kadang-kadang menetap
sampai beberapa minggu pasca persalinan. Untuk mempercepat penyembuhan
keadaan ini dapat dilakukan latihan pada otot dasar panggul.
Bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu 4 jam pasca
persalinan mungkin ada masalah dan sebaiknya segera dipasang dower kateter
selama 24 jam. Bila kemudian keluhan tak dapat berkemih dalam waktu 4 jam,
lakukan kateterisasi dan bila jumlah residu > 200 ml maka kemungkinan ada
gangguan proses urinasinya. Maka kateter tetap terpasang dan dibuka 4 jam
kemudian, bila volume urine < 200 ml, kateter dibuka dan pasien diharapkan
dapat berkemih seperti biasa.
4. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem
Musculoskeletal diastasis rectie abdominis
5. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem
endokrin. Hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut, antara lain:
1. Hormon plasenta.
2. Hormon pituitary.
3. Hipotalamik pituitary ovarium.
4. Hormon oksitosin.
5. Hormon estrogen dan progesteron.
Hormon plasenta.
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi oleh
plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan. Penurunan
hormon plasenta (human placental lactogen) menyebabkan kadar gula darah
19
menurun pada masa nifas. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun
dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post
partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum.
Hormon pituitary.
Hormon pituitary antara lain: hormon prolaktin, FSH dan LH. Hormon prolaktin
darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam
waktu 2 minggu. Hormon prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk
merangsang produksi susu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi
folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
Hipotalamik pituitary ovarium.
Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya mendapatkan
menstruasi pada wanita yang menyusui maupun yang tidak menyusui. Pada
wanita manyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan
berkisar 16% dan 45% setelah 12 minggu pasca melahirkan. Sedangkan pada
wanita yang tidak menyusui, akan mendapatkan menstruasi berkisar 40% setelah
6 minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu.
Hormon oksitosin.
Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja
terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan,
hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan
kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang
produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri.
20
Hormon estrogen dan progesteron.
Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat. Hormon estrogen
yang tinggi memperbesar hormon anti diuretik yang dapat meningkatkan volume
darah. Sedangkan hormon progesteron mempengaruhi otot halus yang
mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul,
perineum dan vulva serta vagina.
6. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Tanda-Tanda Vital
Pada masa nifas, tanda-tanda vital yang harus dikaji antara lain:
1. Suhu badan.
2. Nadi.
3. Tekanan darah.
4. Pernafasan.
Suhu badan.
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celcius. Pasca
melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari
keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu
melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4
post partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada pembentukan
ASI, kemungkinan payudara membengkak, maupun kemungkinan infeksi pada
21
endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun sistem lain. Apabila kenaikan
suhu di atas 38 derajat celcius, waspada terhadap infeksi post partum.
Nadi.
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca
melahirkan, denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut
nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus waspada kemungkinan infeksi
atau perdarahan post partum.
Tekanan darah.
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika
darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah
normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80
mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak
berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan
dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post
partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun
demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.
Pernafasan.
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per menit.
Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini
dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut
nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali
apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa
post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
7. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem
Kardiovaskuler
Volume darah normal yang diperlukan plasenta dan pembuluh darah uterin,
meningkat selama kehamilan. Diuresis terjadi akibat adanya penurunan
hormon estrogen, yang dengan cepat mengurangi volume plasma menjadi
22
normal kembali. Meskipun kadar estrogen menurun selama nifas, namun
kadarnya masih tetap tinggi daripada normal. Plasma darah tidak banyak
mengandung cairan sehingga daya koagulasi meningkat.
Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini
ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesteron
membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya
vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan
trauma selama persalinan.
Kehilangan darah pada persalinan per vaginam sekitar 300-400 cc, sedangkan
kehilangan darah dengan persalinan seksio sesarea menjadi dua kali lipat.
Perubahan yang terjadi terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi. Pada
persalinan per vaginam, hemokonsentrasi akan naik dan pada persalinan seksio
sesarea, hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6
minggu.
Pasca melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif
akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan dekompensasi kordis pada
penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi
dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti
sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima post
patum.
8. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Hematologi
Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta
faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum,
kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih
mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor
pembekuan darah.
Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak 15.000
selama persalinan. Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari
pertama masa post partum. Jumlah sel darah putih akan tetap bisa naik lagi
23
sampai 25.000 hingga 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita
tersebut mengalami persalinan lama.
Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit sangat
bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat
volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi
dan hidarasi dari wanita tersebut. Jika hematokrit pada hari pertama atau kedua
lebih rendah dari titik 2 persen atau lebih tinggi daripada saat memasuki
persalinan awal, maka pasien dianggap telah kehilangan darah yang cukup
banyak. Titik 2 persen kurang lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml
darah.
Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan
dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 post partum
dan akan normal dalam 4-5 minggu post partum.
Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml,
minggu pertama post partum berkisar 500-800 ml dan selama sisa masa nifas
berkisar 500 ml.
D. KEBUTUHAN DASAR IBU MASA NIFAS 1. Nutrisi
Mengkonsumsi tambahan kalori 500 tiap hari
Diet berimbang yaitu makanan yang mengandung karbohidrat yang
cukup, protein dan vitamin yang tinggi serta mineral yang cukup.
Minum sedikitnya 3 liter tiap hari, yaitu menganjurkan ibu untuk
minumair hangat kuku setiap kali hendak menyusui.
Konsumsi zat besi
Konsumsi kapsul vitamin A
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan
makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan
buahbuahan
2. Ambulasi
24
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus beristirahat, tidur telentang
selama 8jam post partum. Kemudian boleh miring ke kiri/kanan untuk
mencegahterjadinya trombosis dan tromboemboli, pada hari kedua
dibolehkan duduk,hari ketiga diperbolehkan jalan-jalan. Mobilisasi
diatas punyai variasi,bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan
sembuhnya luka.
3. Eliminasi
Miksi
Hendaknya BAK dapat dilakukan sendiri secepatnya kadang-
kadangmengalami sulit BAK karena springter uretra tertekan oleh kepala
janin danspasme oleh iritasi muskullo spingter ani selama persalinan juga
oleh karena
adanya oedema kandung kemih yang terjadi selama persalinan.
Bilakandung kemih penuh dan sulit kencing sebaiknya dilakukan
kateterisasi
Defekasi
BAB seharusnya dilakukan 3 – 4 hari post partum. Bila masih sulit
BABdan terjadi obstipasi dapat diberika obat rangsangan per oral atau per
rektal.Jika masih belum bisa dapat dilakukan klisma.
4. Kebersihan diri/Perineum
1. Perawatan payudara
Telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras
dankering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi meninggal,
laktasi harus dihentkan dengan cara:
Pembalutan mammae sampai tertekan
Pemberian obat esterogen untuk supresi LH
2. Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi sejak dari kehamilan terjadi
perubahanpada kelenjar mammae. Bila bayi mulai disusui, isapan pada puting
merupakan rangsangan yang psikis yang secara reflektoris,
25
mengakibatkanoksitosin dikeluarkan oleh hipofise. Produksi ASI akan lebih
banyak.Sebagai efek positif adalah involusi uteri akan lebih sempurna.
Disampingitu, ASI merupakan makanan utama bagi bayi yang tidak ada
bandingannya.
3. Pemeriksaan Pasca Persalinan
Pemeriksaan umum: TD, nadi, keluhan
KU, suhu, selera makan, dll
Payudara: ASI, puting susu
Dinding perut, perineum, kandung kemih
Sekret yang keluar, lochea, flour albus
Keadaan alat kandungan
4. Kebersihan Diri
Anjurkan kebersihan seluruh tubuh/personal hygiene
Anjurkan kebersihan daerah genitalia
Sarankan untuk sering mengganti pembalut
Cuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan alat genitalia
Jika ada luka episiotomi/laserasi, hindari menyentuh daerah
luka,kompres luka tersebut dengan kassa bethadine setiap pagi dan
sore hariuntuk pengeringan luka dan menghindari terjadinya infeksi
5. Istirahat
1. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup
2. Sarankan kembali pada kegiatan rumah tangga secara perlahan
3. Sarankan untuk istirahat siang selagi bayi tidur
4. Kurang istirahat dapat menyebabkan:
Kurangnya suplai ASI
Memperlambat proses involusi
Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat bayi sendiri
6. Seksual
1. Secara fisik aman, begitu darah merah berhenti dan ibu dapat
memasukkansatu atau dua jari
2. Tradisi yang menunda hubungan suami istri sampai waktu tertentu.
Hal ini tergantung pasangan
3. Begitu darah merah berhenti, boleh melakukan hubungan suami istri
4. Untuk kesehatan sebaiknya ibu mengikuti program KB
26
5. Pada saat permulaan hubungan seksual perhatikan jumlah waktu,
penggunaan kontrasepsi (jika menggunakan), dispareuni, kenikmatan
dankepuasan wanita dan pasangan serta masih dalam hubungan seksual
7. Latihan/Senam nifas
Latihan yang paling penting untuk dilakukan dalam beberapa
minggu pertamasetelah melahirkan adalah beristirahat dan mengenal
bayinya. Relaksasi dantidur adalah hal yang sangat penting. Semua
wanita akan sembuh daripersalinannya dengan waktu yang berbeda-
beda, ingatkan ibu agar bersikapramah terhadap dirinya sendiri.Banyak
diantara senam post partum sebenarnya adalah sama dengan senamantenatal.
Hal yang penting bgai ibu adalah agar senam tersebut hendaknyadilakukan
secara perlahan kemudian semakin lama semakin sering/kuat.Ada
beberapa faktor yang menentukan kesiapan ibu untuk memulai senam post
partum:
Tingkat kesegaran tubuh ibu sebelum kelahiran bayi
Apakah ibu telah mengalami persalinan yang lama dan sulit atau tidak
Apakah bayinya mudah dilayani atau rewel dalam meminta asuhan
Penyesuaian post partum yang sulit oleh karena suatu sebab
Berikut ini adalah kondisi yang umum sebagai akibat dari stress selama
kehamilan dan kelahiran:
Pemisahan simphisis pubis
Coccyx yang patah atau cedera
Punggung yang cedera, bagian atas atau bagian bawah
Sciatica
Ketegangan pada ligamen kaki atau otot
Trauma perineum yang parah atau nyeri luka abdomen (operasi
Caesarea)
E. RESPON ORANGTUA TREHADAP BBL &
PROSES ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU
MASA NIFAS
27
Reaksi orangtua dan keluarga terhadap bayi yang baru lahir, berbeda-beda. Hal
ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya reaksi emosi maupun
pengalaman. Masalah lain juga dapat berpengaruh, misalnya masalah pada
jumlah anak, keadaan ekonomi, dan lain-lain. Respon yang mereka perlihatkan
pada bayi baru lahir, ada yang positif dan ada juga yang negatif.
Respon Positif
Respon positif dapat ditunjukkan dengan:
1. Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayinya dengan bahagia.
2. Ayah bertambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi dengan baik.
3. Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi.
4. Perasaan sayang terhadap ibu yang telah melahirkan bayi.
Respon Negatif
Respon negatif dapat ditunjukkan dengan:
1. Kelahiran bayi tidak dinginkan keluarga karena jenis kelamin yang tidak sesuai
keinginan.
2. Kurang berbahagia karena kegagalan KB.
3. Perhatian ibu pada bayi yang berlebihan yang menyebabkan ayah merasa
kurang mendapat perhatian.
4. Faktor ekonomi mempengaruhi perasaan kurang senang atau kekhawatiran
dalam membina keluarga karena kecemasan dalam biaya hidupnya.
5. Rasa malu baik bagi ibu dan keluarga karena anak lahir cacat.
6. Anak yang dilahirkan merupakan hasil hubungan zina, sehingga menimbulkan
rasa malu dan aib bagi keluarga.
F. DETEKSI DINI KOMPLIKASI PADA MASA
NIFAS DAN PENAGANANNYA
1. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500ml setelah bersalin didefinisikan
28
sebagai perdarahan pasca persalinan, terdapat beberapa masalah mengenai
definisi ini :
a. Perkiraan kehilangan darah biasannya tidak sebanyak yang sebenarnya,
kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur
dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga tersebar pada spon,
handuk dan kain di dalam ember dan lantai.
b. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar
hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal akan dapat
menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada
anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia pun dapat mengalami
akibat fatal dari kehilangan darah.
c. Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam
dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok.
Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan akan terjadinya
perdarahan pasca persalinan. Penanganan aktif kala III sebaiknya dilakukan
pada semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden
perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu pasca bersalin
harus dipantau dengan ketat untuk mendiagnosis perdarahan fase persalinan.
2. Infeksi Masa Nifas
Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan, Infeksi masa
nifas masih merupakanpenyebab tertinggi AKI. Infeksi alat genital
merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas kesaluran urinary,
payudara, dan pasca pembedahan merupakan salah satu penyebab terjadinya
AKI tinggi. Gejala umum infeksi berupa suhu badan panas, malaise, denyut
nadi cepat. Gejala lokal dapat berupa Uterus lembek, kemerahan dan rasa
nyeri pada payudara atau adanya disuria.
3. Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, Penglihatan Kabur
Gejala-gejala ini merupakan tanda-tanda terjadinya Eklampsia post partum,
bila disertai dengan tekanan darah yang tinggi.
4. Pembengkakan di Wajah atau Ekstrenitas.
Ini berhubungan dengan no 3.
29
5. Demam, Muntah, Rasa Sakit Waktu Berkemih
Pada masa nifas dini sensitifitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih
di dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta analgesia
epidural atau spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin
berkurang akibat rasa tidak nyaman, yang ditimbulkan oleh epiosomi yang
lebar, laserasi, hematom dinding vagina.
6. Payudara yang Berubah Menjadi Merah, Panas, dan Terasa Sakit.
Disebabkan oleh payudara yang tidak disusu secara adekuat, putting susu
yang lecet, BH yang terlalu ketat, ibu dengan diet jelek, kurang istirahat,
anemia.
7. Kehilangan Nafsu Makan Dalam Waktu Yang Lama
Kelelahan yang amat berat setelah persalinan dapat mengganggu nafsu
makan,sehingga ibu tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang.
Hendaknya setelah bersalin berikan ibu minuman hangat,susu,kopi atau teh
yang bergula untuk mengembalikan tenaga yang hilang. Berikanlah makanan
yang sifatnya ringan,karena alat pencernaan perlu istirahat guna memulihkan
keadaanya kembali.
8. Rasa sakit,merah,lunak dan pembengkakan di kaki
Selama masa nifas dapat terbentuk thrombus sementara pada vena-vena
manapun di pelvis yang mengalami dilatasi.
9. Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya
sendiri
Penyebabnya adalah kekecewaan emosional bercampur rasa takut yang
dialami kebanyakan wanita hamil dan melahirkan, rasa nyeri pada awal masa
nifas,kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan setelah melahirkan,
kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah
meninggalkan rumah sakit, ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi
30