Upload
wendy-goxil
View
80
Download
33
Embed Size (px)
DESCRIPTION
wendy goxil
Citation preview
KONSEP DASAR TERJADINYA PENYAKIT DIABETES MELITUS MENURUT MODEL PIE (CAUSAL PIE)
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:KELOMPOK 10
1) DARNIA2) YUNIMAN NAZARA3) NURLINA4) YULIANI GULO
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIAMEDAN
2015
BAB I
KONSEP DASAR PENYAKIT
DIABETES MELITUS
1. PENGERTIAN
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa)
darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau
tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya
insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme
karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein.
( Askandar, 2000 ).
Diabetes Melitus adalah merupakan penyakit metabolik kronik yang
terjadi akibat kurangnya produksi insulin dengan adanya kelainan metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak.(Medical Surgical Nursing, Brunner and Suddarth,
1998).
Diabetes Melitus adalah sekumpulan penyakit genetik dan gangguan
heterogen yang secara klinis ditandai dengan ketidaknormalan dalam
keseimbangan kadar glukosa yaitu hiperglikemia (Lewis, 2000, hal. 1367).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat (Silvia. Anderson Price, 1995)
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronik yang tidak dapat
disembuhkan, tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan ketidak ade
kuatan penggunaan insulin (Barbara Engram; 1999, 532)
Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang
melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan
berkembangnya komplikasi makro vaskuler, mikro vaskuler dan neurologis
(Barbara C. Long, 1996).
2. KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS
a. DM Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)
Disebut juga Juvenile Diabetes, berkembang pada masa kanak-kanak dan
sebelum usia 30 tahun. Memerlukan therapi insulin karena pankreas tidak
dapat memproduksi insulin atau produksinya sangat sedikit.
b. DM Tipe II : Non Insulin Independent Diabetes Melitus (NIDDM)
Biasanya terjadi di atas usia 35 tahun ke atas. Terjadi resistensi terhadap
kerja insulin normal karena interaksi insulin dengan reseptor.Insulin pada
sel kurang efektif sehingga glukosa tidak dapat masuk sel dan
berkurangnya produksi insulin relatif.
c. DM Gestational (Gestational Diabetes Mellitus - GDM)
Kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistan (ibu
hamil gagal mempertahankan euglycemia). Faktor risiko GDM: riwayat
keluarga DM, kegemukan, dan glikosuria. GDM ini meningkatkan
morbiditas neonatus, misalnya hipoglikemia, ikterus, polisitemia, dan
makrosomia.Hal ini terjadi karena bayi dari ibu GDM mensekresi insulin
lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan bayi dan makrosomia.
Frekuensi GDM kira-kira 3--5% dan para ibu tersebut meningkat risikonya
untuk menjadi DM di masa mendatang.
3. ETIOLOGI
1) Penyakit dan infeksi pada pancreas
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan
radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun
sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme
tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipidemia
dapat meningkatkan resiko terkema diabetes mellitus.
2) Pola hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes
mellitus.Jika orang malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk
terkena penyakit diabetes mellitus karena olah raga berfungsi untuk
membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh.Kalori yang tertimbun di
dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes mellitus selain
disfungsi pankreas.
3) Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes mellitus.
konsumsi makan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi
insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam
darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan diabetes melitus.
4) Obesitas (kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki
peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes militus.Sembilan dari
sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang diabetes mellitus.
5) Usia
Resiko terkena diabetes akan meningkat dengan bertambahnya usia,
terutama di atas 40 tahun. Namun, belakangan ini, dengan makin
banyaknya anak yang mengalami obesitas, angka kejadian diabetes tipe II
pada anak dan remaja pun meningkat.
6) Faktor genetis
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen
penyebab diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya
menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya
bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
7) Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang
pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas
menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses
metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang
terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.
4. PATOFISIOLOGI
Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru
dan mengganti sel yang rusak.Disamping itu tubuh juga memerlukan energi
supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan baik.Energi yang dibutuhkan oleh tubuh
berasal dari bahan makanan yang kita makan setiap hari. Bahan makanan tersebut
terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan protein (Suyono,1999).
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami
metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20%
sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut
terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel
macet dan metabolismenya terganggu.Keadaan ini menyebabkan sebagian besar
glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon
insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi
glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal
tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah
adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa
menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah.Sehubungan dengan
sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine
yang disebut glukosuria.Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang
dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler,
hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus
menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport
glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan
karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk
melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga
menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang
dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan
keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu
banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan,
akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan.
Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut
koma diabetik (Price,1995).
Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien
menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau
hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk
energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan
membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan
terjadinya gangren.
Aterosklerosis menyebabkan aliran darah ke seluruh tubuh terganggu,
pada organ ginjal akan terlihat adanya proteinuria, hipertensi mencetuskan
hilangnya fungsi ginjal dan terjadi insufisiensi ginjal. Pada organ mata terjadi
pandangan kabur. Sirkulasi ekstremitas bawah yang buruk mengakibatkan
neuropati perifer dengan gejala antara lain : kesemutan, parastesia, baal,
penurunan sensitivitas terhadap panas dan dingin. Akibat lain dari gangguan
sirkulasi ekstremitas bawah yaitu lamanya penyembuhan luka karena kurangnya
O2 dan ketidakmampuan fagositosis dari leukosit yang mengakibatkan gangren.
DM Tipe II (NIDDM) terjadi resistensi insulin dan gangguan sirkulasi insulin
yang secara normal akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu reaksi
dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif
untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
5. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada penderita DM, yaitu:
Gejala awal pada penderita DM adalah
1) Poliuria (peningkatan volume urine)
2) Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat
besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel.
Dehisrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan
berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke
plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang
pengeluaran ADH (antidiuretic hormone) dan menimbulkan rasa haus.
3) Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam air
kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk
mengkompensasi hal ini penderita seringkali merasa lapar yang luar
biasa.
4) Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada
pasien diabetes lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan
sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
Gejala lain yang muncul:
1) Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan
pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi
mukus, gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah pada
penderita diabetes kronik.
2) Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah ginjal,
lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat
tumbuhnya jamur.
3) Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu
jamur terutama candida.
4) Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami
gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari
unsur protein. Akibatnya banyak sel saraf rusak terutama bagian
perifer.
5) Kelemahan tubuh
6) Penurunan energi metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses
glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.
7) Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan
bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Bahan
protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga
bahan yang diperlukan untuk penggantian jaringan yang rusak
mengalami gangguan.
8) Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan seksualitas
menurun karena kerusakan hormon testosteron.
9) Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan
pada lensa oleh hiperglikemia.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSTIK
a. Glukosa darah
Pemeriksaan glukosa darah untuk menetapkan DM meliputi :
glukosa darah puasa
glukosa 2 jam post prandial (2 jam PP)
glukosa darah sewaktu
ADA (American Diabetic Association)/WHO (World Health
Organization) menetapkan kriteria menegakkan diagnosa DM adalah bila
glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl, atau glukosa darah puasa ≥ 126
mg/dl.
Sebagai persiapan, penderita diminta puasa selama 10 jam dan
tidak boleh lebih. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pagi hari karena ada
efek diurnal hormon terhadap glukosa.Yang digunakan sebagai sampel
biasanya serum atau plasma. Bila Whole blood yang digunakan sebagai
sampel nilai kadar glukosa umumnya lebih rendah 15% dibanding glukosa
plasma atau serum.
Bukan DMBelum pasti
DMDM
Kadar glukosa darah sewaktu1) plasma vena < 110 110 – 199 2002) darah kapiler < 90 90 - 199 200
Kadar glukosa darah puasa1) plasma vena < 110 110 – 125 1262) darah kapiler < 90 90 - 109 110
b. HBAIC (Glucosated Haemoglobin AIC) meningkat yaitu terikatnya
glukosa dengan Hb. (Normal : 3,8-8,4 mg/dl).
c. Aseton plasma ( keton ) ; Positif secara mencolok.
d. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
e. Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330Mosm/l
f. Elektrolit :
Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun
Kalium : Normal
Fosfor : Lebih sering menurun
g. Hemoglobin Glikosilat : kadar meningkat 2 – 4 kali dari normal yang
mencerminkan kontrol diabetes melitus yang kurang selama 4
bulanterakhir.
h. Gas Darah Arteri : Biasanya menunjukkan pH rendahdan penurunanpada
HCO2 ( Asidosis Metabolik ) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
i. Trombosit darah : Hematokrit mungkin meningkat
( dehidrasi ) ;Leukositosis, hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap
stressatau infeksi.
j. Ureum / kreatinin : Mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi
/penurunan fungsi ginjal ).
k. Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pankreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
l. Insulin darah : Mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada ( tipe I ) atau
normal sampai tinggi ( tipe II ), mengindikasikan infusiensi insulin,
gangguan dalam penggunaannya.
m. Resistensi insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukkan
antibodi (autoantibodi).
n. Pemeriksaan fungsi tiroid : Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
o. Urin : gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
p. Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernapasan dan infeksi pada luka.
7. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler
serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar
glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan
series pada pola aktivitas pasien.
Ada beberapa komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:
1) Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat:
Memperbaiki kesehatan umum penderita
Mengarahkan pada berat badan normal
Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
Mempertahankan kadar KGD normal
Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah:
Jumlah sesuai kebutuhan
Jadwal diet ketat
Jenis: boleh dimakan/tidak
Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan
kandungan kalorinya.
Diit DM I : 1100 kalori
Diit DM II : 1300 kalori
Diit DM III : 1500 kalori
Diit DM IV : 1700 kalori
Diit DM V : 1900 kalori
Diit DM VI : 2100 kalori
Diit DM VII : 2300 kalori
Diit DM VIII: 2500 kalori
Keterangan :
o Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
o Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
o Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja,
atau diabetes komplikasi.
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman
3 J yaitu:
1) J I : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi
atau ditambah
2) J II : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.
3) J III : jenis makanan yang manis harus dihindari
2) Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan
setiap 1 ½ jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten
pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor
insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.
b. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
d. Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru
f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
3) Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS)
merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM,
melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV,
kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
4) Obat
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
b. Insulin
Indikasi penggunaan insulin
DM tipe I
DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan
OAD
DM kehamilan
DM dan gangguan faal hati yang berat
DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
DM dan TBC paru akut
DM dan koma lain pada DM
DM operasi
DM patah tulang
DM dan underweight
8. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999) adalah
Akut
a. Hipoglikemia dan hiperglikemia
b. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit
jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
Penderita diabetes dapat mengakibatkan perubahan aterosklerosis
pada arteri-arteri besar.Penderita NIDDM mengalami perubahan
makrovaskuler lebih sering daripada penderita IDDM.Insulin
memainkan peranan utama dalam metabolisme lemak dan
lipid. Selain itu, diabetes dianggap memberikan peranan sebagai
faktor dalam timbulnya hipertensi yang dapat mempercepat
aterosklerosis.Pengecilan lumen pembuluh darah besar membahayakan
pengiriman oksigen ke jaringan-jaringan dan dapat menyebabkan
ischemia jaringan, dengan akibatnya timbul berupa penyakit cerebro
vascular, penyakit arteri koroner, stenosis arteri renalis dan penyakit-
penyakit vascular perifer.
c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,
nefropati.
Ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran basal pembuluh
kapiler, sering terjadi pada penderita IDDM dan bertanggung jawab
dalam terjadinya neuropati, retinopati diabetik.
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and
Brunner, 1990).
Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
a. Neuropati diabetic
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem syaraf
otonom, medula spinalis atau sistim saraf pusat.
Neuropati sensorik/neuropati perifer.Lebih sering mengenai
ekstremitas bawah dengan gejala parastesia (rasa tertusuk-tusuk,
kesemutan atau baal) dan rasa terbakar terutama pada malam hari,
penurunan fungsi proprioseptif (kesadaran terhadap postur serta
gerakan tubuh dan terhadap posisi serta berat benda yang berhubungan
dengan tubuh) dan penurunan sensibilitas terhadap sentuhan ringan
dapat menimbulkan gaya berjalan yang terhuyung-huyung, penurunan
sensibilitas nyeri dan suhu membuat penderita neuropati beresiko
untuk mengalami cedera dan infeksi pada kaki tanpa diketahui.
b. Retinopati diabetic
Disebabkan karena perubahan dalam pembuluh darah kecil pada
retina selain retinopati, penderita diabetes juga dapat mengalami
pembentukan katarak yang diakibatkan hiperglikemi yang
berkepanjangan sehingga menyebabkan pembengkakan lensa dan
kerusakan lensa.
c. Nefropati diabetic
Perubahan struktur dan fungsi ginjal.Empat jenis lesi yang sering
timbul adalah pyelonefritis, lesi-lesi glomerulus, arterisclerosis, lesi-
lesi tubular yang ditandai dengan adanya proteinuria yang meningkat
secara bertahap sesuai dengan beratnya penyakit.
d. Proteinuria
e. Kelainan coroner
f. Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
Grade 0 : Tidak ada luka
Grade I : Kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
Grade II : Kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
Grade III : Terjadi abses
Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah
distal
BAB II
KONSEP DASAR PENYEBAB PENYAKIT MENURUT
MODEL PIE (CAUSAL PIE)
Pada model pie (causal pie) yang di kemukakan oleh Rothman (1976)
bahwa kausal komponen terdiri dari beberapa komponen dan tidak satu pun dari
komponen-komponen tersebut secara sendiri mencukupi terjadinya
penyakit.Tetapi pada saat semua komponen ada maka terbentuklah sebuah
mekanisme kausal yang mencukupi atau disebut kausal pie.
Pada kasus Diabetes mellitus ada beberapa factor yang dapat memicu
seseorang untuk terkena penyakit diabetes mellitus. Diantara beberapa factor
tersebut ada 3 yang sangat mempengaruhi seseorang untuk menderita diabetes
mellitus, yaitu gen (keturunan), pola makan, dan pola hidup (olah raga). Ketiga
factor tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Pola makan
Pola hidup(Olah raga)
Gen (keturunan)
1. Gen (keturunan)
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak.
Gen penyebab diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang
tuanya menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke
cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
Namun, tidak semua anak yang orang tuanya memiliki riwayat
sebagai penderita diabetes, anaknya juga akan menderita diabetes di
kemudian hari. Semua orang dapat menderita diabetes jika gaya
hidupnya di dukung dengan hal-hal yang dapat memicu penyakit
diabetes sekalipun orang tuanya tidak ada riwayat penyakit tersebut.
Jadi, seberapa besarpun potensi genetic diabetes keturunan pada
seseorang, jika factor lingkungannya tidak mendukung maka
kemungkinan berkembangnya penyakit diabetes menjadi sangat
kecil.Sebaliknya, sekalipun orang tua anda tidak memiliki riwayat
menderita penyakit diabetes namun Karen factor lingkungannya tidak
dapat terkontrol dengan baik maka tetap saja anda berpeluan besar
untuk menderita diabetes mellitus.
Jadi, factor genetic ini hanya dapat memicu penyakit diabetes jika
di dukung dengan factor lingkungan yang tidak benar seperti pola
mkan, pola hidup dan juga obesitas.
2. Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes mellitus.
konsumsi makan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi
insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula
dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan diabetes
melitus.
Namun, keadaan demikian juga sangat di pengaruhi oleh pola
hidup seseorang. Sekalipun seseorang makan secara berlebihan namun
ia memiliki pola hidup yang sehat dengan berolah-raga rutin, maka
kecil kemungkinan seseorang tersebut dapat mengalami penyakit
diabetes. Begitu juga sebaliknya, seseorang dengan pola makan yang
buruk akan mudah terkena penyakit ini jika tidak didukung dengan
pola hidup yang sehat.
3. Pola hidup (olah raga)
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes
mellitus.Jika orang malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi
untuk terkena penyakit diabetes mellitus karena olah raga berfungsi
untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh.Kalori yang
tertimbun di dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes
mellitus selain disfungsi pankreas.
Memiliki factor pola hidup yang buruk sangat mendukung untuk
menderita penyakit diabetes mellitus.Apalagi ditambah dengan adanya
factor pola makan buruk dan memiliki riwayat penyakit kerurunan
diabetes. Jika ketiga factor tersebut sudah di miliki seseorang maka
sangat besar kemungkinan orang tersebut akan menderita penyakit
diabetes mellitus.
BAB III
BENTUK-BENTUK PENCEGAHAN PENYAKIT DIABETES
MELITUS
1. PENCEGAHAN PRIMER
Pada fase pencegahan primer dimana pencegahan ini dilakukan pada tahap
prepatogenesis.Yaitu keadaan pada saat seseorang belum terjangkit penyakit.
Pada kasus diabetes mellitus pencegahan primer yang dilakukan yaitu
dapat dengan cara melakukan promosi kesehatan. Hal yang perlu disampaikan
saat promosi kesehatan tersebut dapat berupa informasi tentang penyakit
diabetes itu sendiri dan cara mencegah agar terhindar dari penyakit tersebut.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah agar tidak menderita
penyakit diabetes yaitu dengan cara:
Menghindari pola makan yang tidak sehat
Melakukan pola hidup yang sehat dengan berolah-raga rutin
Mengontrol diet sehat agar tidak terjadi kegemukan (obesitas)
Sebaiknya hindari merokok
2. PENCEGAHAN SKUNDER
Pada fase pencegahan skunder dimana pencegahan ini dilakukan pada
tahap pathogenesis.Dimana pasien sudah menderita penyakit dan sudah
terlihat adanya tanda dan gejala suatu penyakit tersebut.Pencegahan skunder
ini dilakukan untuk mencegah penyakit menjadi semakin parah dan mencegah
terjadinya komplikasi lainnya.
Pada kasus diabetes mellitus pencegahan skunder yang dilakukan yaitu:
Memberikan pengobatan
Pengobatan yang dilakukan antara lain obat antidiabetes dan juga
pemberian suntik insulin.
Pemberian diet diabetes
Melakukan latihan seperti olahraga jika memungkinkan.
3. PENCEGAHAN TERSIER
Pada fase pencegahan tersier dimana pencegahan ini dilakukan pada tahap
pathogenesis hingga tahap rehabilitas.Pencegahan ini dilakukan untuk
mencegah keadaan semakin parah dan mencegah agar tidak terjadi kecacatan.
Pada pasien diabetes mellitus pencegahan tersier yang dapat dilakukan
seperti pendidikan kesehatan yang ditujukan untuk pasien itu sendiri maupun
pada keluarga.Penkes yang diberikan dapat berupa informasi makanan diet
sehat yang baik untuk di konsumsi pasien diabetes.Ini bertujuan agar pasien
tidak salah memilih makanan yang dapat memperparah keaadannya.
BAB IV
PENDIDIKAN KESEHATAN (PENYULUHAN)
Penyuluhan kesehatan dilakukan dengan tujuan memberikan informasi dan
pengetahuan tentang suatu penyakit. Tujuan dilakukan penyuluhan adalah untuk
mengubah prilaku masyarakat kearah prilaku sehat.
Pada kasus penyakit diabetes mellitus perlu di lakukan penkes
(penyuluhan) pada pasien yang menderita diabetes mellitus maupun masyarakat
yang beresiko tinggi untuk terkena penyakit tersebut. Pada penderita tujuan di
lakukan penyuluhan untuk mengetahui pengobatan serta perawatan penyakit
diabetes mellitus. Sedangkan pada masyarakat yang tidak menderita diabetes
mellitus atau beresiko tinggi terkena penyakit ini adalah untuk mengubah pola
hidup yang lebih sehat agar tidak menderita penyakit diabetes mellitus.
Berikut contoh melakukan penkes (penyuluhan) pada masyarakat:
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
DIABETES MELITUS ( DM )
A. PENGANTAR
Materi : Penyakit Diabetes Melitus
Pokok Bahasan : Perawatan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Hari/tanggal
: Kamis, 30 april 2015
Waktu pertemuan : 35 menit
Tempat : Desa selisih mara
Sasaran : Masyarakat
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan dapat melakukan perawatan pada
penyakit Diabetes Melitus
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan masyarakat dapat menjelaskan
kembali tentang :
a. Pengertian DM
b. Penyebab DM
c. Klasifikasi DM
d. Tanda dan gejala DM
e. Pengelolaan DM
f. Pemeriksaan penunjang
g. Makanan yang di pantang dan juga yang diperbolehkan.
C. MATERI
(Terlampir)
D. MEDIA
Materi SAP
Leafleat
LCD
E. METODE
Ceramah
Tanya jawab
Diskusi
F. KEGIATAN PENYULUHAN
No. Kegiatan Penyuluhan Respon peserta Waktu
1 Pembukaan
Memberi salam
Memberi pertanyaan apersepsi
Menjelaskan tujuan penyuluhan
Menyebutkan materi/pokok
bahasan yang akan disampaikan
Menjawab salam
Memberi salam
Menyimak
5 menit
2 Pelaksanaan
Menjelaskan materi penyuluhan
secara berurutan dan teratur.
Materi :
Pengertian DM
Penyebab DM
Klasifikasi DM
Tanda dan gejala DM
Pengelolaan DM
Menyimak dan
Memperhatikan
20 menit
3 Evaluasi
Menyimpulkan inti penyuluhan
Menyampaikan secara singkat
materi penyuluhan
Memperhatikan dan
menjawab
5 menit
Memberi kesempatan kepada
ibu-ibu untuk bertanya
Memberi kesempatan kepada
ibu-ibu untuk menjawab
pertanyaan yang dilontarkan
4 Penutup :
Menyimpulkan materi penyuluhan
yang telah disampaikan
Menyampaikan terima kasih atas
perhatian dan waktu yang telah di
berikan kepada peserta
Mengucapkan salam
Menyimak dan
Mendengarkan
Menjawab salam
5 menit
*Lampiran Materi
DIABETES MELITUS
A. PENGERTIAN
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah
akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau
tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya
insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme
karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein.
( Askandar, 2000 ).
Diabetes Melitus adalah merupakan penyakit metabolik kronik yang terjadi
akibat kurangnya produksi insulin dengan adanya kelainan metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak.(Medical Surgical Nursing, Brunner and Suddarth,
1998).
B. PENYEBAB
1) Keturunan
2) Usia
3) Kegemukan
4) Pola makan
5) Kurang olah raga
6) Kehilangan insulin
7) Alkoholisme
8) Obat-obatan
C. TANDA DAN GEJALA
1) Sering merasa haus
2) Sering kencing terutama malam hari
3) Pandangan menjadi kabur
4) Sering merasa lelah tanpa sebab yang jelas dan mengantuk
5) Penurunan berat badan
6) Kulit terasa kering
7) Sering menderita sariawan atau infeksi (misalnya bisul) yang sulit
sembuh
8) Mati rasa atau kesemutan di kaki dan tangan
9) Mual dan muntah
D. PENGELOLAAN DM
Perawatan DM dirumah saat ini sangat dianjurkan karena
pengobatan dan perawatan DM membutuhkan waktu yang lama.
Cara Perawatan Pasien DM di Rumah adalah dengan jalan :
1. Minum obat secara teratur sesuai program
2. Diet yang tepat
3. Olahraga yang teratur
4. Kontrol GD teratur
5. Pencegahan komplikasi
E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi bila penderita DM tidak dirawat dengan baik
sehingga gula darah selalu tinggi adalah :
1) Ginjal : Gagal Ginjal, Infeksi
2) Jantung : Hipertensi, Gagal Jantung
3) Mata : Glaukoma, Katarak, Retinopati
4) Syaraf : Neuropati, mati rasa
5) Kulit : Luka lama, gangren
6) Hipoglikemi
7) Ketoasidosis
Untuk mencegah komplikasi sebaiknya yang dilakukan adalah :
1) Diet dengan benar
2) Minum obat teratur
3) Kontrol gula darah teratur
4) Olahraga ( jalan kaki, senam, sepeda santai, dsb)
5) Bila saat aktifitas kemudian PUSING,KERINGAT DINGIN maka cepat
MINUM TEH MANIS
6) Mencegah kulit terluka : pakai alas kaki, lingkungan rumah tidak licin,
tangga ( undak-undakan tidak tinggi)
7) Cegah Kegemukan
Cara mencegah atau menghindari agar tidak terjadi luka pada kaki pada penderita
DM :
1) Hindari terlalu sering merendam kaki
2) Hindari penggunaan botol panas/penghangat kaki dari listrik
3) Hindari penggunaan pisau/silet untuk memotong kuku atau menghilangkan
kalus
4) hindari kaos kaki / sepatu yang terlalu sempit
5) Hindari Rokok
Mengapa pengidap DM beresiko terhadap Ulkus Diabetik
1) Sirkulasi darah kaki kurang baik
2) Indera rasa kedua kaki berkurang sehingga kaki mudah terluka
3) Daya Tahan tubuh terhadap infeksi menurun
Tindakan yang bisa dilakukan bila kaki terluka:
1) Bila luka kecil : bersihkan dengan antiseptik, tutup luka dengan kasa steril
dan bila dalam waktu dua hari tidak sembuh segera periksa ke dokter
2) Bila luka cukup besar / kaki mengalami kelainan segera pergi ke dokter.
Perawatan kaki Diabetik :
1) Saat mandi bersihkan dengan sabun, bila perlu gunakan batu apung / sikat
halus
2) Keringkan dengan handuk terutama sela-sela jari
3) Periksa kaki kemungkinan adanya perubahan warna
( pucat,kemerahan ),bentuk (pecah-pecah,lepuh,kalus,luka),Suhu
(dingin,lebih panas)
4) Bila kaki kering,olesi dengan lotion
5) Potong kuku / kikir tiap 2 hari,jangan terlalu pendek. Bila kuku terlalu
keras kaki direndam dahulu dalam air hangat ( 37,5’C ) selama 5 menit.
6) Gunakan kaos kaki yang terbuat dari katun / wol
7) Pakailah alas kaki, periksa alas kaki sebelum dipakai, mungkin ada sesuatu
didalamnya. Lepas alas kaki setiap 4-6 jam dan gerakkan pergelangan kaki
dan jari-jari kaki agar sirkulasi darah lancar
8) Lakukan senam kaki
9) Jangan biarkan luka sekcil apapun