Click here to load reader
Upload
aboeyy
View
3.617
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IIKONSEP DEMOKRASI
A. Pengertian Demokrasi
Secara etimologi demokrasi terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa
Yunani yaitu Demokratia, Demos artinya rakyat dan Kratia adalah pemerintahan.
Atau sistem pemerintahan yang mengakui hak segenap anggota masyarakat untuk
mempengaruhi keputusan politik baik secara langsung maupun tidak langsung.1
Sedangkan secara terminoligis menurut Josefh A. Schmeter, demokrasi
merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik
dimana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan dengan cara
perjuangan kompetitif atas suara rakyat. Sedangkan menurut Philippe C.
Schmitter dan Terry Lynn Karl, demokrasi merupakan suatu sistem pemerintahan
dimana pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka di
wilayah publik oleh warga negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui
kompetisi dan kerjasama dengan para wakil mereka yang telah terpilih.
Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara mengandung pengertian bahwa
pada tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah
mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijakan negara, karena
1 Hassan Shadily, Ensiklopedia Indonesia (Jakarta: Ichtiar Bana Van Hoeve) Jilid II, h. 784.
21
kebijakan tersebut menentukan kehidupan rakyat. Dari sudut organisasi
demokrasi berarti pengorganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri
atau atas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada ditangan rakyat.2 Pendapat
lain seperti dinyatakan oleh Henry B. Mayo bahwa demokrasi merupakan sistem
politik yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar
mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam
pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan asas prinsip kesamaan politik dan
diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
Bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat turut serta
memerintah dengan perantaraan wakilnya. Atau pemerintahan rakyat. Juga
didefinisikan sebagai gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan
persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga
negara.3Demokrasi juga diartikan sebagai bentuk masyarakat yang menghargai
hak-hak asasi manusia secara sama, menghargai kebebasan dan mendukung
toleransi, khususnya terhadap pandangan-pandangan kelompok minoritas.4
Sedangkan William Morris dalam kamus The Grolier Internasional
Dictionary mengatakan bahwa demokrasi adalah Goverment by the people,
2 Ubaidillah, A. et al, Pendidikan Kewargaan Demokrasi, HAM & Masyarakat Madani, (Jakarta ; IAIN Press, 2000), h, 162-163
3 Tim Penyusun Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Cet II, 1999), h. 220.
4 Eman Hermawan, Politik Membela yang Benar: Teori, Kritik dan Nalar, (Yogyakarta: KLIK dan DKN Garda Bangsa, 2001), h.48.
22
exercised either direcly or trough elected representatives.5 (Pemerintahan dimana
rakyat memegang kekuasaan secara langsung atau melalui wakil yang dipilih).
Simon and Schuster Inc dalam buku Webster’s New World College
Dictionary, mengatakan bahwa demokrasi adalah Government in which the
people hold the running power either direcly or trough elected representatives,
rule by the rule. 6(Pemerintahan oleh rakyat, yang diadakan secara langsung atau
melalui wakil yang dipilih)
Abraham Lincoln (1863) mendefinisikan demokrasi adalah Goverment of
the people, by the people, for the people.7 Yang berarti suatu pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Definisi yang dirumuskannya ini adalah
definisi yang paling popular.
Sidney Hook dalam Encylopedia Americana menyebutkan democracy is
a form government in which the major decisions of government or the indirection
5 William Morris Et. Al, The Grolier Internasional Dictionary, (USA: Houghton Mifflin Company, 1986), h. 351.
6 Simon and Schuster Inc, Webster’s New World College Dictionary, (USA: Macmillan, 1999) h.366.
7 William Abstein, Democracy, Dalam William D. Hasley dan Bernard Johnston Collier’s Ensylopedia Americana (New York macMillan Educational Company, 1988), VIII, h.75.
23
of policy behind these decisions rest direcly or indirectly on the freely
given consent of majority of the adults governed.8 (Demokrasi adalah sebuah
bentuk pemerintahan dimana keputusan mayoritas pemerintah atau kebijakan
tidak langsung di samping keputusan itu diletakkan secara langsung atau tidak
langsung mengenai kesepakatan mayoritas yang diberikan dengan bebas dari
pemerintah yang berkuasa).
Dari beberapa definisi tersebut mengimplikasikan bahwa didalam
demokrasi terdapat unsur-unsur kekuasaan mayoritas, keterwakilan rakyat dalam
pemerintahan, suara rakyat, persamaaan hak, musyawarah, pemilihan yang bebas
dan bertanggung jawab.
Dapat penulis simpulkan bahwa demokrasi adalah bentuk pemerintahan
yang berada ditangan rakyat atau bisa dikatakan kekuasaan dipegang oleh rakyat
dengan mengutamakan persamaan hak dan kewajiban yang sama bagi setiap
rakyat atau warga negaranya.
B. Sejarah dan Teori Demokrasi
1. Demokrasi Yunani
Konsep demokrasi semula lahir dari pemikiran mengenai hubungan
negara dan hukum di Yunani kuno dan dipraktikkan dalam hidup bernegara
8Sidney Hook, The Encylopedia Americana, (New York: Americana Coorporation, 1975) VIII, h.684.
24
antara abad ke 4 sampai abad ke 6 M. Yaitu pemerintahan yang
berkembang di Polis Athena. Di kota itu dikatakan bahwa pemerintahan
dilakukan sesuai kehendak warga kota yang berkumpul di forum (Pasar).
Demokrasi yang dipraktikkan saat itu berbentuk demokrasi langsung (Direct
democracy) artinya rakyat dalam menyampaikan haknya untuk membuat
keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga negara
berdasarkan prosedur mayoritas. Jadi, semua kotawan berkumpul dibawah
seorang primus inter peres untuk merumuskan kehendaknya. Setelah itu
mereka memilih orang-orang diantara mereka untuk melaksanakan
kehendaknya yang sudah dirumuskan itu. Maka pemerintahan itu disebut
demokrasi yaitu pemerintahan oleh rakyat, karena yang dijadikan pedoman
adalah kehendak rakyat.9 Tepatnya seorang yang bernama Kleistenes (Tahun
508 SM) pemimpin Yunani yang mengadakan pembaharuan-pembaharuan
dalam sistem pemerintahan kota Athena. Bentuk pemerintahan kota Athena.
Bentuk pemerintahan itu kemudian dinamakan demokratia.10 Sifat langsung
itu berjalan secara efektif karena negara kota (City State) Yunani kuno
berlangsung dalam kondisi sederhana dengan wilayah negara yang hanya
terbatas Pada sebuah kota kecil dengan jumlah penduduk sekitar 300.000
9 P.J Soewarno, “Demokrasi Desa di Indonesia: Melacak akar dan sejarahnya”, dalam Dadang Juliantara, Arus Bawah Demokrasi, (Yogyakarta: Yayasan Lappera Indonesia, 2000), h.152.
10 Franz Maqnis Suseno, Mencari Sosok Demokrasi: Sebuah Telaah Filosofis, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995), h.xi.
25
orang. Selain itu ketentuan-ketentuan menikmati hak demokrasi hanya
berlaku untuk warga negara yang resmi, sedangkan warga negara yang
berstatus budak berlian, pedagang asing, perempuan dan anak-anak tidak
dapat menikmati hak demokrasi pada negara kota (City State) Yunani Kuno.
Dengan demikian demokrasi dalam negara kota (City State) sebenarnya
masih memberikan adanya tindakan diskriminatif, karena tidak semua rakyat
negara kota mendapatkan hak berdemokrasi. Dengan kata lain model
demokrasi dalam negara kota dilihat dari perspektif demokrasi modern
adalah model demokrasi yang kurang demokratis. Gagasan demokrasi
Yunani Kuno berakhir pada abad pertengahan (Abad ke 6 SM – 14 SM).11
Demokrasi Yunani mulai menghilang dari panggung sejarah ketika
bangsa Romawi dikalahkan oleh suku bangsa Eropa barat dan benua Eropa
memasuki abad pertengahan (600 M – 1400 M). Selanjutnya alam
demokrasi pada masa abad pertengahan tidak dijumpai karena pada abad ini
struktur masyarakat Barat bercirikan oleh perilaku yang feodal, kehidupan
spiritual dikuasai oleh Paus dan pejabat Agama, sedangkan kehidupan
politiknya ditandai oleh perebutan kekuasaan diantara para bangsawan.
11 A. Ubaidillah et.al, Op. Cit, h. 169 – 170.
26
Namun demikian menjelang akhir abad pertengahan tumbuh
kembali keinginan menghidupkan demokrasi. Hal itu diindikasikan dengan
lahirnya Magna Charta tepatnya tahun 1215 di Inggris. Maqna Charta adalah
kontrak antara beberapa bangsawan Inggris dengan raja John, dimana
bentuk pertama kali seorang raja mengakui dan menjamin hak-hak istimewa
para bawahannya sebagai imbalan untuk penyerahan dana bagi keperluan
perang dan sebagainya. Selain itu dalam piagam tersebut memuat dua
prinsip yang sangat mendasar: Pertama, adanya pembatasn kekuasaan raja,
Kedua, hak asasi manusia lebih penting dari pada kedaulatan raja. Dalam
Maqna Charta juga ada aturan melarang penahanan, hukuman dan
pemerasan harta benda sewenang-wenang. Dari sinilah tradisi negara hukum
mulai dibangun.12 Kelahiran Maqna Charta dapat dikatakan sebagai tonggak
baru kemunculan kembali demokrasi.
Munculnya kembali gerakan demokrasi di Eropa Barat didorong
oleh perubahan sosial dan gerakan kultural yang berintikan pada penekanan
pemerdekaan akal dari segala pembatasan. Gerakan kultural yang dimaksud
adalah gerakan renaissance dan gerakan reformasi. Gerakan renaissence
12 Eman Hermawan dan Umaruddin Masdar, Demokrasi Untuk Pemula, (Yogyakarta ; Yayasan KLIK Kerjasama dengan Garda Bangsa, 2000), h. 20-21
27
merupakan gerakan yang menghidupkan kembali minat pada sastra
dan budaya Yunani Kuno.
2. Sekilas tentang Sejarah Demokrasi di Indonesia
Dari berbagai sudut tinjauan, di mata banyak para pengamat, proses
demokratisasi di negeri kita merupakan keharusan yang hampir tak
terelakkan. Alasannya ialah bahwa kemajuan tertentu yang telah dicapai
oleh negeri kita khususnya peningkatan dan pemerataan kecerdasan
masyarakat banyak, telah memperlebar jalan bagi kemungkinan adanya
partisipasi sosial-politik, atau setidaknya, mempertinggi tuntutan partisipasi
itu jika struktur sosial-politik resmi yang ada belum memberikannya.13
Sejak persiapan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, para
bapak pendiri bangsa telah menggunakan istilah demokrasi untuk mensiasati
sistem politik Indonesia.14 Demokrasi di Indonesia diperbincangkan dan
dianggap sebagai sesuatu yang sangat penting untuk bangsa ini pada abad
ke-20. keinginan untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan hadir
bersamaan dengan keinginan untuk membentuk suatu negara merdeka, telah
13 Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah telaah kritis tentang masalah keimanan, kemanusiaan dan kemoderenan, (Jakarta: Paramadina, Cet.IV,2000), h.557.
14 Masykuri Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna: Respon Intelektual Muslim Indonesia terhadap Konsep Demokrasi (1966-1993), (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya), 1999.h. 173.
28
mendorong para pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia untuk
memperbincangkan dan sekaligus memilih demokrasi sebagai wacana yang
akan diperjuangkan.
Dalam memperbincangkan demokrasi di Indonesia, bagaimanapun
juga, tidak lepas dari alur periodesasi sejarah politik Indonesia. Yaitu apa
yang disebut dengan periode pemerintahan masa revolusi kemerdekaan,
pemerintahan parlementer, pemerintahan demokrasi terpimpin dan
pemerintahan orde baru (Pancasila Democracy).15
Para penyelenggara negara pada awal periode kemerdekaan
mempunyai komitmen yang sangat besar dalam mewujudkan demokrasi di
Indonesia. Mereka percaya bahwa demokrasi bukan merupakan sesuatu
yang hanya terbatas pada komitmen, tetapi juga sesuatu yang perlu
diwujudkan. Demokrasi pada pemerintahan periode ini berkisar pada tahun
1945-1949, tidak banyak yang akan dibicarakan disini kecuali hanya
menyangkut pembatasan kekuasaan presiden dengan dibentuknya komite
nasional Indonesia pusat (KNIP) untuk menggantikan parlemen dan adanya
maklumat wakil Presiden yang memungkinkan terbentuknya sejumlah partai
politik.16
Implementasi demokrasi pada pemerintahan ini terbatas baru pada
15 Afan Gaffar, Politik Indonesia: Transisi menuju Demokrasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), Cet.II, h.10.
16 Ibid, h. 11
29
interaksi diparlemen, karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan.
Pemerintah harus memusatkan perhatiannya bersama-sama dengan rakyat
untuk mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diperjuangkan demi
terwujudnya negara kesatuan.
Periode kedua, masa pemerintahan demokrasi parlementer yang
berkisar dari tahun 1950 sampai 1959. merupakan masa kejayaan demokrasi
di Indonesia. Karena hampir semua elemen demokrasi dapat ditemukan
perwujudannya dalam kehidupan politik di Indonesia. Pada periode ini
kedudukan parlemen sangat kuat dan pada gilirannya menguat pula
kedudukan partai politik.17 Perwujudan kekuasaan parlemen ini
diperlihatkan dengan adanya mosi tidak percaya kepada pihak pemerintah
yang mengakibatkan kabinet harus meletakkan jabatannya. Kehidupan
kepartaian memperoleh peluang yang sebesar-besarnya untuk berkembang
secara maksimal yang dikenal dengan system banyak partai (Multy party
system). Pelaksanaan pemilihan umum dengan prinsip demokrasi dan
persamaan memiliki peranan penting dalam meningkatkan dinamika
kehidupan politik, terbukti dengan adanya surat kabar yang dimiliki oleh
partai-partai politik.18
Setelah pemilu 1955 diadakan, demokrasi parlementer juga tidak
17 Masykuri Abdillah, Op.Cit, h. 17818 Ibid., h. 12-13
30
menunjukkan tanda-tanda menuju kehidupan politik yang lebih normal. Dari
pemilu inilah justru demokrasi parlementer berjalan menuju kehancurannya.
Karena pemilu 1955 tidak menghasilkan partai mayoritas dan pada sidang
konstituante sesudahnya, para elit politik disibukkan oleh persoalan dasar
negara, akhirnya Soekarno dan militer khususnye TNI AD melakukan
intervensi. Demokrasi parlementer gagal dengan keluarnya dekrit Presiden 5
Juli 1959 dari TNI AD dan Soekarno.19
Periode ketiga, masa tahun 1957-1965 merupakan masa ketika
peranan demokrasi Indonesia bukan saja menurun tetapi hampir saja
berganti menjadi diktator. Sekurang-kurangnya, terutama dengan berlakunya
kembali UUD 1945 pada tahun 1959, masa ini mencatat bangkit dan
berkembangnya suatu pemerintahan otokratis yang menumpas tanpa segan
setiap oposisi atau pandangan yang tidak menyetujuinya.20 Periode ini
disebut periode demokrasi terpimpin. Dalam sejarah kontemporer Indonesia
sekalipun singkat, telah menggores episode yang sangat berharga bagi kita
dalam rangka belajar mencari sesuatu sistem politik demokrasi yang sehat.
Demokrasi terpimpin adalah sebuah penyimpangan dari sistem demokrasi
yang bangsa Indonesia anut.21 Demokrasi terpimpin telah menyeret
19 Eman Hermawan dan Umaruddin Masdar, Op. Cit., h.102. 20 Deliar Noer, Partai Islam dipentas Nasional: Kisah dan Analisis
Perkembangan politik Indonesia 1945-1965, (Bandung: IKAPI 2000), h.373. 21.Ahmad Syafi’i Ma’arif, Islam dan Politik: Teori belah Bambu Masa
Demokrasi Terpimpin, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h.45.
31
demokrasi ketiang gantungan, yang dirasakan akibatnya bagi seluruh warga
negara Indonesia.22
Demokrasi terpimpin sebenarnya hanya sebuah istilah retorika
politik, karena sesungguhnya tidak ada demokrasi pada periode ini. Yang
ada justru praktek-praktek yang sangat menyimpang dari demokrasi dan
konstitusi itu sendiri. Hal-hal yang menyimpang dari demokrasi dan
konstitusi pada masa demokrasi terpimpin antara lain:
1. Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden seumur hidup melalui Tap
MPRS NO.III/1963.
2. Pada tahun 1960 Presiden Soekarno membubarkan DPR.
3. Presiden Soekarno membentuk DPR Gotong-royong yang semua
anggotanya diangkat oleh Presiden dengan tugas membantu pemerintah,
bukan sebagai lembaga kontrol.
4. Pimpinan DPRGR dijadikan sebagai menteri, sesuatu yang seharusnya
22 A.M.Saefuddin, Ijtihad Politik Muslim, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h.37
32
tidak boleh terjadi, karena bertentangan dengan asas trias politika.
5. Presiden diberi wewenang untuk mengintervensi lembaga yudikatif
berdasarkan UU.NO.19/1964.
6. Presiden yang diberi wewenang mengintervensi legislatif berdasarkan
tata tertip peraturan Presiden NO.14/1960, ketika anggota DPR tidak
mencapai mufakat.23
Demokrasi terpimpin kini telah menjadi sejarah, digantikan oleh
apa yang disebut demokrasi Pancasila (1965-1999). Demokrasi pancasila
sebagai istilah yang dipergunakan MPRS/XXXVIII/1968 hanyalah
merupakan kependekan bagi sila ke-4 dalam pancasila yaitu kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.24 M. Syafi’i Ma’arif mengatakan bahwa
demokrasi pancasila yang dicanangkan oleh orde baru, secara teoritis
setidak-tidaknya adalah, “Demokrasi yang dibimbing oleh nilai-nilai
Pancasila dan UUD 1945. Sebagai suatu sistem politik demokratik,
seharusnya demokrasi pancasila lebih longgar dibanding dengan demokrasi
terpimpin”. Tetapi pengalaman selama tahun terakhir ini menunjukkan
bahwa harapan ini masih agak jauh dari kenyataan”.25
23 Eman Hermawan dan Umarudddin Masdar, Op.Cit., h. 99-10024 Hazairin, Demokrasi Pancasila, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), Cet.VI, h.13. 25 M. Syafi’i Maarif, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia: Sebuah Kajian
Politik tentang Cendekiawan Muslim Orde Baru, (Jakarta: Paramadina 1995), h.225.
33
Pada periode ini, sekurang-kurangnya ada lembaga-lembaga
demokrasi yang bekerja secara prosedural, misalnya ada pemilihan umum,
ada DPR, Lembaga Yudikatif, ada pers dan sebagainya. Namun secara
substansial demokrasi pancasila tidak berbeda dari demokrasi terpimpin.
Memang ada pemilu yang dilaksanakan secara periodik, tetapi pemilu sudah
direkayasa sedemikian rupa sehingga golkar selalu menang. Akhirnya
demokrasi pancasilanya orde baru tumbang pada pertengahan tahun 1998
yang ditandai dengan mundurnya Soeharto dari puncak kekuasaannya.26
Demikianlah demokrasi selalu muncul sebagai isu sentral dalam
setiap episode sejarah peradaban manusia, dari zaman Yunani hingga
sekarang. Demokrasi merupakan wacana yang mampu menyatukan cita
ideal manusia sejagad, karena wacana demokrasi mampu melintasi batas-
batas geografis, suku bangsa, Agama dan kebudayaan.
Secara umum ada dua konsep yang dominan dalam diskursus
demokrasi modern yaitu konsep demokrasi barat dan konsep demokrasi
komunis. Konsep barat lebih menekankan pada elemen-elemen prosedural
bagi sebuah struktur demokratis. Sebaliknya konsep demokrasi komunis
lebih menekankan pada elemen-elemen substantif. Bagi barat, demokratisasi
berarti prinsip atau metode-metode dasar serta proses dalam kehidupan
publik, seperti pemilu yang bebas, kebebasan pers, kesamaan dimuka
26 Eman Hermawan dan Umarudddin Masdar, Op.Cit., h.102
34
hukum, kebebasan berbicara dan berserikat, serta kebebasan beroposisi
sedangkan menurut konsep komunis, demokratisasi berarti menguatkan
pemerintahan yang akan mewujudkan apa yang mereka klaim sebagai
kepentingan terbaik bagi masyarakat.27
C. Karakteristik Demokrasi
Mengenai apa saja karakteristik demokrasi, ada beberapa pendapat dan
literatur yang bisa dikemukakan. Karakteristik demokrasi adalah: Hak pilih
universal, Pemerintahan Perwakilan, Partai Politik dan Pemilihan umum
kompetitif.28
A.M. Saefuddin dalam buku Ijtihad Politik Cendekiawan Muslim
mengatakan bahwa faktor-faktor utama demokrasi adalah:
1. Format Politik
2. Persamaan dan Kebersamaan
3. Keterbukaan
4. Sistem Politik yang Pluralistik dan Insfrastruktur Politik
5. Clean Government dan Negara Kekeluargaan
6. Budaya Politik Emansipatif, Partisipatif dan Terbuka
Masykuri Abdillah mengemukakan bahwa demokrasi mengandung unsur-
unsur: kekuasaan mayoritas, suara rakyat, pemilihan yang bebas dan
27 Umaruddin Masdar, Membaca Pikiran Gus Dur dan Amien Rais, h.31. 28 Carlton Clymer Rodee, Carl Quimby Christol …, Introduction to Political
Science, (McGraw-Hill 1983), h. 265-266.
35
bertanggungjawab.29
Robert A.Dahl menunjukkan tujuh kriteria yang harus ada dalam sistem
demokrasi:
1. Kontrol atas keputusan pemerintah mengenai kebijakan secara
konstitusional diberikan kepada pejabat yang dipilih.
2. Para pejabat dipilih melalui pemilihan yang teliti yang jujur dimana
paksaan dianggap sebagai sesuatu yang tidak umum.
3. Secara praktis semua orang dewasa mempunyai hak untuk memilih dalam
pemilihan pejabat.
4. Secara praktis orang dewasa mempunyai hak untuk mencalonkan diri pada
jabatan-jabatan dipemerintahan walaupun batasan umum untuk menduduki
jabatan mungkin lebih ketat ketimbang hak pilihnya.
5. Rakyat mempunyai hak untuk menyarakan pendapat tanpa ancaman
hukuman yang berat mengenai berbagai persoalan politik yang didefinisikan
secara luas, termasuk mengkritik para pejabat, pemerintah, rezim, tatanan
sosio ekonomi dan ideologi yang berlaku.
6. Rakyat mempunyai hak mendapatkan sumber-sumber informasi alternatif.
Lebih dari itu, sumber-sumber alternatif yang ada dan dilindungi oleh
hukum.
7. Untuk meningkatkan hak-hak mereka termasuk hak-hak yang dinyatakan
29 Masykuri Abdillah, Op.Cit, h.73.
36
diatas, rakyat juga mempunyai hak untuk membentuk lembaga-lembaga atau
organisasi-organisasi yang relatif independen. Termasuk berbagai partai
politik dan kelompok-kelompok kepentingan yang independen.30
Zaini Rahman mengemukakan setidaknya ada tiga tatanan yang menjadi
pijakan bahwa negara telah melaksanakan demokrasi, yaitu tataran normatif,
tataran instrumental dan kultur politik.
Pada tataran normatif pelaksanaan demokrasi harus memahami hal-hal
sebagai berikut:
1. Menjamin hak dan kebebasan individu.
2. Menciptakan ruang tang bebas dan terbuka bagi individu untuk berekspresi.
3. Menjamin kebebasan individu dalam melakukan pilihan-pilihan hidup.
4. Setiap individu bebas dari intervensi negara dalam hal apapun.
30 Robert A. Dahl, Dilemmas of Pluralist Democracy, (New Haven dan London: Yale University Press: 1982), h.11.
37
5. Setiap individu bebas dan berhak mengambil bagian dalam pengelolaan
negara.
6. Tidak ada diskriminasi.
7. Ditegakkannya keadilan dan hukum.
Secara instrumental demokrasi mengharuskan adanya:
1. Undang-undang politik yang menjamin terlaksananya partisipasi rakyat
dalam kehidupan bernegara.
2. Pemisahan kekuasaan.
3. Majelis permusyawaratan rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR).
4. Partai-partai yang terbuka dan rasional.
5. Legitimasi kekuasaan melalui adanya pemilihan umum yang demokratis
jujur dan adil.
6. Lembaga hukum yang kuat dan independen.
7. Sistem kontrol dan pengawasan yang kuat dan efektif.
8. Pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyat.
9. Organisasi elit politik yang normal dan terbuka.
10. Demokrasi menuntut adanya kultur politik yang:
11. Menjadikan politik sebagai milik publik, bukan milik institusi semata.
12. Mentalitas masyarakat yang siap menerima kekalahan.
38
13. Kesadaran masyarakat untuk terlibat dalam pengawasan terhadap
pemerintah dan institusi-institusi politik dan kekuasaan lain.
14. Munculnya kapasitas standar demokrasi dimasyarakat.
15. Masyarakat yang terbuka dan menerima pluralitas.
16. Tidak ada diskriminasi atas dasar etnis, agama dan gender.
17. Adanya kompetisi politik yang jujur dan fair.31
Adapun dalam buku apakah demokrasi itu? Dikenal dengan soko guru
demokrasi, yaitu:
1. Kedaulatan rakyat.
2. Pemerintahan berdasarkan dari persetujuan yang diperintah.
3. Kekuasaan mayoritas.
4. Jaminan hak-hak minoritas.
5. Adanya jaminan hak asasi manusia.
6. Pemilihan yang bebas dan jujur.
7. Persamaan didepan hukum.
8. Proses hukum yang wajar.
9. Pembatasan pemerintah secara konstitusional.
31 Zaini Rahman, “Tentang Demokrasi dan Keadilan” dalam M.M.Billah,Et.Al, Demokrasi dan Otonomi, (Jakarta: PB.PMII,2000), h.57-59.
39
10. Pluralisme sosial, ekonomi dan politik.
11. Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerjasama dan mufakat.
Robert A. Dahl mengemukakan Criteria for a Democratic Process viz:
1. Effective Participation (partisipasi yang efektif)
2. Equality in voting (persamaan hak dalam voting)
3. Gaining enlightened understanding (memperoleh pemahaman yang benar)
4. Exercising final control over the agenda (melakukan pengawasan akhir
terhadap agenda/demokrasi)
5. Inclusion of adults(keterlibatan rakyat)
Dari pendapat-pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik
demokrasi itu mengarah kepada terwujudnya sistem pemerintahan yang baik dan
bersih, dengan menciptakan institusi politik, hukum dan administratif yang
berfungsi dengan baik dan bertanggungjawab, serta mendapat legitimasi dari
rakyat dengan cara memberi kebijakan bagi rakyat untuk ikut berpartisipasi dalam
membuat kebijakan sesuai dengan kepentingan riil mereka, sekaligus sebagai
cerminan penghargaan terhadap hak asasi manusia dan penegakan hukum.
40