248
KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS-SHADR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Oleh : RIAN MAULANA NIM : 103046128351 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI SYARIAH) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M.

KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

  • Upload
    lekhanh

  • View
    235

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS-SHADR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

RIAN MAULANA NIM : 103046128351

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI SYARIAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M.

Page 2: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

LEMBAR PERNYATAAN (Keaslian Karya)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan (plagiat) dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 05 Jumadil Akhir 1431 H

19 Mei 2010 M

RIAN MAULANA NIM : 103046128351

Page 3: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

Ayatullah Muhammad Baqir Ash-Shadr1

1 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Falsafatuna : Pandangan Muhammad Baqir Ash-Shadr terhadap pelbagai Aliran Filsafat Dunia, (Bandung : Penerbit Mizan, 1995), h.13

Page 4: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

ABSTRAKSI

(A) KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS –

SHADR

(B) x + 157 halaman

(C) Muhammad Baqir Sadr merupakan tokoh cendikiawan muslim terkemuka,

fakih (yuris) Pembaru dan Pemikir genius dan tak sedikit berbicara masalah

ekonomi. Dalam bidang ekonomi, Baqir Sadr membahas masalah hubungan milik,

peranan negara dan pengalokasian sumber daya dan kesejahteraan publik,

larangan terhadap Riba dan pelaksanaan zakat, pandangan terhadap kapitalisme

demokrat, pandangan terhadap kapitalisme sosialis. Pembahasan pada skripsi ini

hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep distribusi.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif,

karena prosedur penelitian ini menghasilkan data desktiptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari seseorang atau perilaku yang diamati tanpa menggunakan

penghitungan dan bertujuan menemukan teori dari data.

Skripsi ini berupa penelitian kepustakaan (library research) dengan data

dan cara analisa kualitatif dengan cara mendeskripsikan dan menganalisis obyek

penelitian yaitu membaca dan menelaah berbagai sumber yang berkaitan dengan

topik, untuk kemudian dilakukan analisis dan akhirnya mengambil kesimpulan

yang akan dituangkan dalam bentuk laporan tertulis.

Sistem ekonomi Islam memiliki tujuan utama untuk menciptakan sumber-

sumber produksi demi memenuhi al-hajat ad-dharuriyyah (kebutuhan pokok)

yang meliputi : kebebasan beragama, penyediaan lapangan kerja, sandang,

pangan, papan, bahan pangan, dan pendidikan yang memadai. Al-hajat ad-

i

Page 5: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

dharuriyyah juga merupakan cerminan maqashid asy-syari’ah yang lima, yaitu :

hifzh ad-din, hifzh al-mal, hifzh an-nasl, hifzh an-nafs, dan hifzh al-‘aql. Jika

kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka dapat dipastikan akan muncul permasalahan

yang dapat membahayakan keharmonisan dalam hidup bermasyarakat.

Fakta di lapangan membuktikan, kemiskinan terjadi bukan karena tidak

ada uang, tetapi karena uang yang ada tidak merata. Kemiskinan juga bukan

karena kelangkaan SDA, tetapi karena distribusinya yang tidak merata. Tidak

benarnya pendistribusian inilah yang menyebabkan kesenjangan yang luar biasa

antara Negara Maju dan Negara Berkembang, ironisnya Negara-Negara yang

berpenduduk mayoritas Muslim.

Penulis mengambil kesimpulan bahwa konsep Distribusi yang coba

dirumuskan Sadr terasa Relevan dengan Ekonomi Islam dan Masa Kini,

Manifestasinya seperti Pelaksanaan Zakat. Perlu diketahui, Zakat, disebutkan

Sadr, adalah suatu kewajiban yang dilaksanakan dibawah Pengawasan

Pemerintah. Artinya menurut Penulis, dengan di kelola Pemerintah, zakat menjadi

kewajiban yang mengandung sanksi bagi pelanggarnya dan ini dapat menjadi

solusi alternatif atas krisis yang tengah menimpa Negeri tercinta kita ini, Bangsa

Indonesia.

(G) Daftar Bacaan 48 (1971 – 2009)

ii

Page 6: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik dzati Ilahi Rabbi yang telah mengutus Nabi

yang ummi untuk merubah tatanan hidup jahili kedalam tatanan hidup yang

Islami. Shalawat serta Salam semoga senantiasa tercurah kepada pembawa

Risalah suci, sebagai petunjuk abadi bagi insani, baik di zaman bahari, zaman

kiwari maupun di kemudian hari.

Harus ada semacam keyakinan dalam diri kita bahwa Allah tidak pernah

pilih kasih kepada hambanya. Jangankan mereka yang beragama samawy,

sedangkan kepada para penyembah berhala sekalipun, Allah tetap memberikan

curahan kasih-Nya. Sebagaimana Dia mencurahkan Kasih-Nya kepada seluruh

makhluk-Nya di muka bumi ini.

Tiada kata yang lebih manis dan lebih patut untuk diucapkan selain kata

Al-Hamdulillaahi Rabbil ‘Alamien. Akhirnya skripsi ini rampung juga. Pada

awalnya penulis sempat pesimis untuk merampungkan skripsi ini karena berbagai

hal dan Faktor X. Tetapi dengan motivasi teman-teman serta dengan kebulatan

tekad dan ketawakkalan penulis, akhirnya Allah pun mau mengulurkan tangan-

Nya untuk membantu dan memudahkan segala kesulitan yang ada.

Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini pula, tidaklah semudah

membalikan tangan dan ucapan ‘simsalabim’. Penulis Al-hamdulillah dibantu

oleh pihak-pihak yang dengan suka-rela membantu dan mendukung, baik moril

maupun materil. Untuk itu Izinkan penulis menyampaikan do’a, cinta, dan ucapan

terima kasih yang teristimewa kepada :

iii

Page 7: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

1. Prof. Dr. Drs. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, yang telah membekali dengan

segudang keilmuannya yang brillian kepada penulis, pandangannya yang

luas, nasehatnya yang berharga dan pengarahannya yang bijak.

2. Dr. Euis Amalia M.Ag, selaku Kajur Muamalat Perbankan Syariah

sekaligus Penguji I, yang telah mendewasakan ilmu dan akhlak penulis

serta telah memberikan motivasi dan kelancaran kepada penulis untuk

merampungkan skripsi ini.

3. Ah. Azharudin Latif M.Ag, MH, selaku Sekjur Muamalat Perbankan

Syariah yang telah banyak memberikan masukan dan saran terhadap

skripsi ini.

4. Dr. Abdurahman Dahlan MA, selaku Pembimbing I, yang telah

memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. M. Riza Afwi MA, selaku Pembimbing II, yang telah banyak memberikan

saran dan koreksi dalam penyusunan skripsi ini.

6. Dr. Syahrul A’dam, MA, selaku Penguji II, yang telah memberikan

waktu dan pemikirannya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

7. Mamah dan Papah tercinta, yang senantiasa berdo’a untuk keberhasilan

putranya, dan rela mengorbankan tenaga, fikiran demi membeli bakti dan

keshalehan putranya. Sungguh ! Pengorbanan kalian tiada tergantikan oleh

apa pun di dunia ini.

iv

Page 8: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

8. Kepala Perpustakaan beserta Karyawan dan Karyawati Perpustakaan

Pusat dan Perpustakaan Jurusan Mu’amalat Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bersedia

meminjamkan buku-buku yang menjadi Referensi bagi Penulis dalam

Penyelesaian tugas akhir ini.

9. Jajaran Dosen, yang telah memberikan bekal ilmu pada penulis untuk

menghadapi kehidupan yang semakin menggila ini.

10. Para Cendikiawan Muslim, Penulis Buku dari berbagai Generasi, dan

semua pihak yang tulisan serta buah fikirannya menjadi acuan penulis.

11. Keluarga Besar Pesantren Persatuan Islam 99 Rancabango Tarogong

Garut, yang telah membina dan membekali penulis dengan segudang

keilmuannya selama nyantri disana.

12. Rekan-rekanita Se-Perjuangan, Para Aktivis Dakwah Kampus (ADK)

“KAMMI”, “LDK”, bareng ”Kongres Mahasiswa Universitas (KMU),”

“BEM Perbankan Syariah Plus Crew Redaksi Bulletin Iqtishaduna ”

dan “Partai Intelektual Muslim (PIM)” Periode 2004 – 2006 serta

FOSSEI (Forum Silaturahmi Studi Ekonomi Islam) dan

FORMATUR NASIONAL yang ikut mendukung memberi semangat

hidup dan selalu bersama-sama dalam suka maupun duka. Teruslah

Bergerak Kawan, karena Diam, Mundur dan Menyerah adalah sebuah

Pengkhianatan.

13. Gin-Gin (FORMACI), Uun (LSI), Asep (LIPIA), Yandi (Universitas

Paramadina), Surya (BTN Syariah), Yusuf, Arman, Cepi, Ridho

v

Page 9: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

(Royal Bank Scotland), Yasya, Yoga, Iman, Torik, Rojak, Ahwan,

seorang teman dan asisten, sahabat, saudara sekaligus Curahan Hati yang

selalu menemani Penulis baik ketika sakit dan sehat, yang selalu

memotivasi Penulis untuk berusaha menyelesaikan skripsi ini.

14. Adik-adik kelasku Se-Perjuangan yang selalu berharap dan berdo’a

agar kelak kakaknya menjadi orang shaleh dan sukses serta tauladan

mereka. Teruskan Perjuangan kalian ! Umat Islam Menanti kalian.

15. Bidadari Surgaku yang hadir ke dunia, kaulah Anugerah yang terindah

yang pernah terjadi dalam hidupku.

16. Semua pihak yang telah ikut membantu melancarkan penulisan skripsi ini

dengan segenap tenaga maupun fikirannya.

Penulis tidak tahu, kado apa yang harus penulis berikan atas jasa-jasa

mereka. Barang kali hanya seuntai do’a terucap, “ Semoga Allah Swt menerima

dan membalas segala kebaikan mereka dengan sebaik-baiknya. Amiiin….!!!

Akhirnya, Penulis haturkan skripsi ini kepada pembaca, semoga

bermanfaat bagi dunia ekonomi Islam dan ada kebaikan bagi kita semua.

Jakarta, 05 Jumadil Akhir 1431 H

19 Mei 2010 M

cxÇâÄ|á

vi

Page 10: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii

DAFTAR ILUSTRASI .................................................................................... x

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 8

D. Metode Penelitian ................................................................ 9

1. Jenis Penelitian ................................................................ 9

2. Tingkat Penelitian ........................................................... 10

3. Pendekatan Penelitian ..................................................... 10

4. Jenis Data dan Sumber Data ........................................... 11

5. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 12

6. Teknik Pengolahan Data ................................................. 12

7. Teknik Analisis Data ....................................................... 12

8. Teknik Penarikan Kesimpulan ........................................ 14

9. Teknik Penulisan Laporan ............................................... 14

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ................................... 15

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep ................................ 16

G. Sistematika Penelitian .......................................................... 20

vii

Page 11: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

BAB II : SELINTAS SEJARAH KEHIDUPAN MUHAMMAD

BAQIR ASH – SHADR

A. Riwayat Hidup ..................................................................... 23

B. Karir Intelektual dan Politik ................................................. 30

C. Latarbelakang Pemikiran ..................................................... 37

D. Posisi Muhammad Baqir As-Shadr diantara Para Pemikir

Ekonomi Islam Lainnya ....................................................... 41

BAB III : TINJAUAN TEORITIS TENTANG DISTRIBUSI

A. Pengertian Distribusi ............................................................ 48

B. Prinsip – Prinsip dan Tujuan Distribusi ............................... 50

C. Mekanisme Distribusi .......................................................... 55

D. Nilai dan Moral di bidang Distribusi ................................... 71

BAB IV : TINJAUAN TERHADAP KONSEP DISTRIBUSI MENURUT

MUHAMMAD BAQIR AS-SHADR

A. Konsep Distribusi Menurut Muhammad Baqir As-Shadr .... 78

B. Relevansi Pemikiran Muhammad Baqir As-Shadr .............. 111

1. Relevansi Konsep Distribusi Muhammad Baqir As-

Shadr dengan Ekonomi Islam ........................................ 111

2. Relevansi Konsep Distribusi Muhammad Baqir As-

Shadr dengan Perekonomian Masa Kini ....................... 117

C. Analisa Penulis ..................................................................... 127

viii

Page 12: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................... 148

B. Saran .................................................................................... 152

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 154

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR LAMPIRAN

ix

Page 13: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

x

DAFTAR ILUSTRASI

1. Ilustrasi 1 Mekanisme Distribusi ............................................................. 56

2. Ilustrasi 3 Metodologi dan Ruang Lingkup Sadr ..................................... 127

3. Ilustrasi 4 Asumsi Dasar Sadr .................................................................. 128

4. Ilustrasi 5 Keutamaan Sistem Ekonomi Islam Sadr ................................. 129

5. Ilustrasi 6 Distribusi Menurut Sadr .......................................................... 129

6. Ilustrasi 2 Distribusi Pendapatan ............................................................. 146

Page 14: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Krisis Ekonomi Global yang terjadi di Indonesia pada periode 1997

disusul pada periode 2008, sebenarnya di awali dari krisis di bidang distribusi.

Jika kita amati secara seksama bahwa krisis tersebut adalah ’buah’ dari

kebijakan ekonomi yang keliru. Beberapa indikatornya adalah sebagai berikut:

Sektor riil tidak bergerak, di mana dana masyarakat yang berjumlah lebih

dari Rp.639 triliun ternyata oleh bank-bank yang ada hanya di letakkan di BI

melalui instrument SBI. Dapat di lihat pada tabel sebagai berikut : 1

Tanggal Lelang

Jumlah Penawaran

yang Masuk

Kisaran Bid Rate

Jumlah Penawaran

yang Diserap

SOR

RRT SBI

Hasil Lelang

Tanggal Setelmen

Tanggal Jatuh Waktu

Frekuensi Penawaran

Lelang

6/9/2010 21.2111 6.15% - 6.45% 8 6.29% (propo 49.14%) 6.26221 6/10/2010 7/8/2010 121

5/26/2010 4.778 6.00% - 6.50% 3.9982 6.37% (full amount) 6.30206 5/27/2010 7/8/2010 56

26.1815 6.10% - 6.50% 25 6.35% (proporsional

28.45%) 6.28197 5/14/2010 7/8/2010 104 5/12/2010

11.2588 6.10% - 6.30% 10 6.25% (proporsional

55,75) 6.19877 4/29/2010 5/27/2010 79 4/28/2010

4/14/2010 4.7462 6.12% - 6.40% 4.6762 6.35% (full amount) 6.25054 4/15/2010 6/10/2010 60

18.9489 6.15% - 6.50% 15.0000016.25% (proporsional

58,81) 6.21091 4/8/2010 5/14/2010 125 4/7/2010

30.1165 6.10% - 6.35% 15 6.28% (proporsional

89,72) 6.27162 4/1/2010 5/14/2010 147 3/31/2010

25.93 6.20% - 6.50% 11 6.35% (proporsional

56.70) 6.32334 3/25/2010 5/14/2010 153 3/24/2010

27.2929 6.30% - 6.55% 13.5 6.40% (proporsional

29,50) 6.35218 3/18/2010 5/14/2010 138 3/17/2010

21.4432 6.10% - 6.60% 21 6,41% (proporsional

27.64) 6.34657 3/11/2010 4/8/2010 163 3/10/2010

42.7207 6.30% - 6.43% 33.449996.41% (proporsional

74.09) 6.39696 3/4/2010 4/1/2010 176 3/4/2010

2/24/2010 39.7315 6.33% - 6.43% 39.7315 6.43% (full amount) 6.407 2/25/2010 3/25/2010 164

1 di akses pada 15 Juni 2010 dari http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/

1

Page 15: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

2

2/17/2010 49.9408 6.34% - 6.45% 38.1 6.43% (Prop 19.37) 6.41525 2/18/2010 3/18/2010 182 2/10/2010 55.2575 6.35% - 6.46% 47.2 6.44% (Prop 78.02) 6.4305 2/11/2010 3/11/2010 189 2/4/2010 46.7454 6.36% - 6.46% 36.1 6.45% (Prop 71.39) 6.43688 2/4/2010 3/4/2010 167 1/27/2010 35.6006 6.36% - 6.46% 35.6006 6.46% (full amount) 6.44788 1/28/2010 1/27/2010 160 1/20/2010 45.7997 6.37% - 6.50% 43 6.46% (propo 95,27) 6.45259 1/21/2010 2/18/2010 165 1/13/2010 66.3437 6.38% - 6.48% 61.40001 6.47% (propo 88,26) 6.45819 1/14/2010 2/11/2010 213 1/6/2010 59.0298 6.35% - 6.48% 46.8 6.48% (propo 24.18) 6.45311 1/7/2010 2/4/2010 214

Krisis mengajarkan beberapa hal. Bank Syariah ternyata lebih

tahan dari krisis dan tidak menyulitkan Negara2. Karena Perbankan

syariah bisa berperan sebagai Lembaga intermediasi (penengah) yang

berfungsi bahwa dana pihak ketiga yang ada di Perbankan syariah hampir

100 % di distribusikan kembali kepada masyarakat. Sementara bank

konvensional hanya mendekati 70 %3, dan membebani Negara karena

meniscayakan bunga bagi Pemerintah untuk dana bank di SBI.4

Fakta ini menunjukan bahwa bank syariah lebih berpihak kepada

sektor riil daripada bank konvensional. Perlu di kemukakan bahwa

pertumbuhan ekonomi yang tinggi sesungguhnya terjadi di sektor moneter,

bukan di sektor riil yang bisa dirasakan langsung oleh rakyat banyak.

Kemudian Faktor Utang. Dapat kita lihat pada tabel dibawah ini :5

2 Muhammad Syakir Sula, ”Membumikan Ekonomi Syariah di Indonesia,” artikel di

akses pada 04 Mei 2006 dari republikaonline 3 ” Perbankan Syariah Tidak akan Membiayai Rokok, Miras dan Hiburan Malam, ”

WARTA Media Informasi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 03 Desember 2009, h.6

4 Muhammad Syakir Sula, ”Membumikan Ekonomi Syariah di Indonesia,” artikel di akses pada 04 Mei 2006 dari Republika online

5 di akses pada 15 Juni 2010 dari http://www.depkeu.go.id

Page 16: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

3

Ini mencerminkan bahwa jumlah hutang lebih besar dari pada

anggaran untuk pendidikan, kesehatan dan pertahanan secara bersama-

sama.

Jelasnya, jika sektor riil tidak bergerak, maka akan menyebabkan

seperti praktik judi dan ekonomi ribawi. Dalam konteks ekonomi,

pelarangan bunga bank dan judi dipastikan akan meningkatkan distribusi

kekayaan. karena penyimpangan distribusi yang secara akumulatif

berakibat pada kesenjangan kesempatan memperoleh kekayaan.

Page 17: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

4

Sementara itu, Dari sisi penerimaan, Pemerintah menjadikan pajak

sebagai sumber utama penerimaan Negara, sebagaimana dapat di lihat pula

pada tabel berikut :6

Ini berarti dapatlah dikatakan bahwa menurunnya penerimaan Negara

dari sumber bukan pajak merupakan dampak dari kebijakan Pemerintah yang

menyerahkan pengelolaan sumber daya alam kepada swasta, khususnya asing.

Dengan payung liberalisasi dalam investasi dan privatisasi sektor publik,

Perusahaan Multinasional asing seperti Exxon Mobil oil, Caltex, Newmount,

Freeport, dan lainnya dengan mudah mengeksploitasi kekayaan alam

Indonesia dan semua potensi ekonomi yang ada. Sehingga pemasukan APBN

dari sektor SDA migas dan non-migas makin lama makin kecil. Di samping

itu, privatisasi sektor publik mengakibatkan kenaikan TDL, Telepon, dan

BBM.

Kemudian Dari sisi pengeluaran, terdapat alokasi belanja yang sangat

bertolak belakang. Menurut data tabel diatas dalam APBN-P 2007, anggaran

6 di akses pada 15 Juni 2010 dari http//.badankebijakanfiskalkemenkeu.htm

Page 18: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

5

belanja subsidi BBM dan lainnya sebesar Rp.105 triliun, sedangkan

pembayaran utang bunga Rp.83,5 triliun dan cicilan pokok Rp.54,7 triliun atau

total sebesar Rp.138,2 triliun, yang kemudian dana pajak yang dipungut dari

masyarakat sebagian besar adalah untuk membayar hutang yang rata-rata tiap

tahun sebesar 25-30 % dari total anggaran.7

Ini artinya yang perlu kita garis bawahi bahwa penyebab defisit APBN

bukanlah besarnya subsidi, melainkan hutang yang sebagian besar hanya di

nikmati oleh sekelompok kecil, yaitu konglomerat, untuk kepentingan

Restrukturisasi Perbankan.

Maka jelaslah bahwa indikator terjadinya krisis ekonomi adalah krisis

di sektor distribusi. Kekacauan di sektor ini mengakibatkan kekacauan di

sektor riil (produksi, perdagangan dan jasa).

Pada krisis tersebut terlihat bahwa fakta di lapangan membuktikan,

kemiskinan terjadi bukan karena tidak ada uang, tetapi karena uang yang ada

tidak merata. Kemiskinan juga bukan karena kelangkaan SDA, tetapi karena

distribusinya yang tidak merata. Tidak benarnya pendistribusian inilah yang

menyebabkan kesenjangan yang luar biasa antara Negara Maju dan Negara

Berkembang, ironisnya Negara-Negara yang berpenduduk mayoritas

Muslim

Islami (Islamic set of values) yang dimiliki oleh mayoritas penduduk suatu

8.

Dalam hal ini sudah selayaknyalah kita menunjukkan, perlunya kita

kembali kepada sistem perekonomian yang sesuai dengan seperangkat nilai

7 Ibid., h.3 8 Muhammad Arif Adiningrat dan Farid wadjdi, “ Kebijakan yang bertolak belakang,”

artikel diakses pada sabtu, 21 Mei 2005 dari www.hizbut-tahrir.or.id

Page 19: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

6

bangsa. Penyimpangan terhadap Islamic set of values secara universal telah

menimbulkan kemunduran dan kemiskinan.9

Adiwarman Karim10 menjelaskan bahwa respons terhadap maraknya

praktik Lembaga Keuangan Syariah (LKS) di Indonesia, menyusul terjadinya

krisis ekonomi dan moneter dan pemberlakuan UU Perbankan No 10 tahun

1998, serta fatwa MUI tentang keharaman bunga bank, telah membangkitkan

kesadaran bahwa kehadiran LKS harus di iringi dengan pemahaman yang

lebih komprehensif tentang ekonomi Islam. Menurutnya ” ... Pemahaman

sistem ekonomi Islam tidak cukup hanya melalui sosialisasi teknis semata,

tetapi juga latar belakang dan sejarah perkembangan pemikiran ekonomi para

cendikiawan muslim hingga terwujudnya konsep mekanisme operasional

LKS...”

Sementara itu, Euis Amalia menyatakan bahwa di Indonesia

pengembangan ekonomi Islam di mulai melalui pola kedua sehingga tidak

heran jika pengembangan industri keuangan syariah tumbuh lebih cepat

dibandingkan pengkajian teoritis dan konseptual dalam pembentukan sistem

yang lebih komprehensif.11

9 Karnaen Perwataatmadja, ”Kebutuhan dan Strategi Pengembangan Kurikulum untuk

membangun SDI Syariah,” pada acara seminar ”Peran Perguruan Tinggi dalam membangun SDI Syariah Profesional,” dalam Indonesia Syariah Expo, 27 Oktober 2007, (Jakarta Convention Centre : MES, 2007), h.5

10 Adiwarman Azwar Karim, “Pengantar” , Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Cet.III, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006). h.vii

11 Euis Amalia. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia ,(Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2009). h.114

Page 20: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

7

Dalam upaya untuk mengatasi krisis ekonomi, tidak hanya membenahi

sektor riil dan moneter, tetapi juga harus membenahi persepsi tentang

distribusi, fungsi, konsep dan kedudukannya.

Lantas, bagaimanakah konsep distribusi dalam Islam. Ekonomi Islam

sebagai sebuah sistem yang bersumber dari ajaran-ajaran Islam, menjelaskan

sejelas-jelasnya bagaimana seharusnya konsep distribusi yang ideal. Para

ulama Islam telah mengembangkan gagasan-gagasannya tentang ekonomi. Di

antara sekian banyak ulama yang banyak berbicara tentang distribusi adalah

Muhammad Baqir As – Shadr.

Dalam skripsi ini penulis ingin mendeskripsikan persoalan ekonomi

tentang distribusi dengan penekanan pada pemikiran sosok Muhammad Baqir

As – Shadr, seorang pemikir terkemuka yang melambangkan kebangkitan

Intelektual dan sering kali melakukan gerakan-gerakan perlawanan konstruktif

dalam hal kebijakan penguasa setempat.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Perjalanan dan Perkembangan ekonomi Islam tengah mengalami

booming (ledakan pertumbuhan besar-besaran) atau quantum growing

(loncatan pertumbuhan cepat) dan menunjukan peningkatan yang sangat

signifikan. Mulai dari era Nabi Muhammad Saw, Khulafaur Rasyidin, Dinasti

Islam, tabi’in, tabi’ut tabi’in hingga kepada era kontemporer dewasa ini, pada

tiap-tiap masa terdapat pemikir dan ekonom Muslim yang terlibat dalam

mengembangkan konsep ekonomi Islam.

Page 21: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

8

Pada masa kontemporer, tak sedikit para pemikir Muslim yang

mengkhususkan diri dalam menekuni bidang ekonomi Islam yang lebih

sistematis dan dengan mengikuti perkembangan ilmu ekonomi modern.

Pemikir Muslim memang melakukan klasifikasi terhadap berbagai macam

ilmu, khususnya ekonomi Islam. tetapi yang dilakukan oleh mereka adalah

pembedaan, bukan pemisahan. Mereka mencoba merekontruksi teori-teori

ekonomi Islam sehingga menjadi sebuah subjek materi, sebuah disiplin ilmu

yang mandiri. Dalam Pembahasan pada skripsi ini hanya dibatasi pada

pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep distribusi.

Dari uraian latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, maka

yang dikaji penulis dalam skripsi ini dirumuskan dalam pertanyaan sebagai

berikut :

1. Bagaimana Konsep Distribusi Menurut Muhammad Baqir As-Shadr ?

2. Bagaimana Relevansi Konsep tersebut dengan Ekonomi Islam dan dengan

Perekonomian Masa Kini ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang akan dibahas oleh penulis dalam

skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tentang Konsep Distribusi Menurut Muhammad Baqir

As – Shadr.

2. Untuk mengetahui Relevansi Konsep Distribusi Menurut Muhammad

Baqir As – Shadr terhadap Ekonomi Islam dan kondisi Perekonomian

Masa Kini.

Page 22: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

9

Dari tujuan penelitian tersebut diharapkan akan memberikan kontribusi

positif bagi umat Islam, setidaknya dalam dua hal :

1. Membantu menemukan berbagai sumber pemikiran ekonomi islam

kontemporer.

2. Memberikan kemungkinan kepada kita untuk mendapatkan pemahaman

yang lebih baik dan holistik komprehensif mengenai perjalanan pemikiran

ekonomi Islam yang utuh serta obyektif.

Kedua hal tersebut akan memperkaya ekonomi islam kontemporer dan

membuka jangkauan yang lebih luas dalam upaya konseptualisasi dan aplikasi

pada perekonomian kita dewasa ini.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini pada akhirnya diharapkan dapat

menjadi alternatif solusi untuk mengatasi krisis ekonomi indonesia, yang

mayoritas penduduknya beragama islam. Selain itu sebagai sarana sosialisasi

dan edukasi sistem ekonomi Islam kepada masyarakat luas.

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian

kualitatif, karena prosedur penelitian ini menghasilkan data desktiptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari seseorang atau perilaku yang

diamati tanpa menggunakan penghitungan dan bertujuan menemukan teori

dari data.

Page 23: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

10

Skripsi ini berupa penelitian kepustakaan (library research)

dengan data dan cara analisa kualitatif12 dengan cara mendeskripsikan dan

menganalisis obyek penelitian yaitu membaca dan menelaah berbagai

sumber yang berkaitan dengan topik, untuk kemudian dilakukan analisa

dan akhirnya mengambil kesimpulan yang akan dituangkan dalam bentuk

laporan tertulis.

2. Tingkat Penelitian

Tingkat penelitian mengarah pada deskriptif (Taksonomik) dan

eksploratif, yaitu ingin menggambarkan sekaligus menggali secara luas

tentang sebab atau hal-hal yang mempengaruhi latar belakang pemikiran

tokoh ini.

3. Pendekatan Penelitian

Sebagai suatu studi terhadap pemikiran tokoh dalam suatu kurun

waktu tertentu, secara metodologis penulis ini sudah tentu menggunakan

pendekatan Historis (sejarah),13 yaitu kajian sejarah terhadap pemikiran

tokoh tentang Konsep Distribusi, dengan mengambil referensi pemikiran

Muhammad Baqir Sadr. Dalam telaah nanti penulis dengan sendirinya

akan mengikuti cara dan arah pemikiran tokoh tersebut.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif dan historis. Data kualitatif didasarkan pada isi atau mutu suatu

fakta, karena dalam penelitian ini akan menemukan sebuah konsep yaitu

bagaimana konsep distribusi menurut Baqir Sadr. sedangkan data historis

12 Lexy J. Meloeng. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT.Remaja Rosda

Karya,2002), Cet. Ke-10. 13 Muhammad Nazir, Metode Penelitian (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988) h.56-57

Page 24: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

11

didasarkan pada pengalaman masa lalu yang menggambarkan secara

seluruh kebenaran kejadian atau fakta yang bertumpu pada kegiatan

mengevaluasi suatu objek seperti peristiwa atau tokoh masa lampau

dipandang dari sudut standar dan kebudayaan dewasa ini.14

4. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data

kualitatif yang diperoleh dari sumber data primer dan data sekunder.

Sebagai sumber data primer dalam penelitian ini adalah buku yang ditulis

oleh Muhammad Baqir As-Shadr yang berjudul Iqtishaduna diterbitkan

oleh Daar al-Fikr tahun 1973.

Sedangkan sumber data sekunder yang digunakan adalah berbagai

tulisan yang berkaitan dengan penelitian ini, baik langsung maupun tidak

langsung, seperti buku Induk Ekonomi Islam Iqtishaduna karya M. Baqir

Sadr diterbitkan oleh Pustaka Az-Zahra, Falsafatuna : Pandangan

Muhammad Baqir As-Shadr terhadap pelbagai Aliran Filsafat Dunia

karya M. Baqir Sadr, Keunggulan Ekonomi Islam : Menguji sistem

Ekonomi Barat dengan Kerangka Sistem Ekonomi Islam karya M. Baqir

Sadr, Sistem Politik Islam karya M. Baqir Sadr, Contemporary Islamic

Thought : A Selected Compararative Analysis karya Aslam Hanef,

Ekonomi Mikro Islam karya Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran

Ekonomi Islam dari Masa Klasik hingga Kontemporer karya Euis Amalia,

Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan

14 Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada, 2003). h. 18

Page 25: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

12

UKM di Indonesia karya Euis Amalia dan lain-lain yang dapat menopang

penelitian ini.

5. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah studi kepustakaan (Library Research) dengan membaca,

memahami dan menganalisa buku-buku serta menelusuri berbagai literatur

yang ada relevansinya dengan pembahasan ini, serta literatur lain sebagai

penunjang untuk dikaji lebih jauh guna mencari landasan pemikiran dalam

upaya pemecahan masalah.

6. Teknik Pengolahan Data

Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini, di

mulai dengan melakukan pengkodean data, untuk selanjutnya dilakukan

kategorisasi melalui lembar kertas bantu (short card).

7. Tehnik Analisis Data

Untuk menganalisa data yang terkumpul pemikiran tokoh

Muhammad Baqir Sadr yang menjadi obyek penulisan ini penulis

memakai metode, yakni :

a. Analisis wacana (Discourse), karena pengumpulan data dan informasi

akan dilakukan pengujian arsip dan data dokumen, naskah atau

literatur lainnya yang tidak mengadakan penghitungan melainkan

penekanan ilmiah, dengan mengikuti alur pemikiran Baqir Sadr.

Adapun Penelitian ini merupakan rumpun penelitian ekonomi

normatif.

Page 26: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

13

b. Metode interpretasi merupakan upaya untuk mengungkapkan atau

membuka suatu pesan yang terkandung dalam teks yang dikaji,

menerangkan atau membuat terang pemikiran tokoh tersebut dengan

memasukkan faktor luar, seperti menunjukan hal-hal yang

mengelilingi atau melatarbelakanginya, meskipun data luar itu hanya

relevan sejauh pengaruhnya dikenali terhadap pemikiran Konsep

Distribusi, dalam hal ini terutama adalah premis yang berasal dari

teologi, dan menerjemahkannya, yaitu memindahkan arti dari

pemikiran klasik ke dalam bahasa dan kehidupan masa kini.15 Maksud

lain dari metode interpretasi adalah untuk mencapai pemahaman yang

benar mengenai ekspresi pemikiran tokoh yang dikaji dan

aktualisasinya dengan kehidupan yang sekarang sedang berlangsung.16

c. Khusus mengenai pemikiran Muhammad Baqir Sadr ini juga dilihat

dalam konteks yang lebih luas baik secara vertikal maupun horizontal.

Perluasan vertikal artinya melihatnya dalam kerangka pandangan

mengenai Tuhan, manusia dan alam. Sedangkan secara horizontal

pandangan diperluas secara kronologis ke masa lalu dan ke masa

depan, artinya melihat pengaruh pendahulu tokoh tersebut dan

pengaruhnya kemudian terhadap pemikir berikutnya. Prosedur inilah

yang dimaksud dengan metode holistika.17

15 Poepoprodjo, Interpretasi : Beberapa Catatan Pendekatan Falsafatinya, (Bandung :

Remadja Karya, 1987), h. 192-198. 16 Anthon Baker dan Achmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta

: Kanisius, 1990), h. 42 17 Anthon Baker dan Achmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta

: Kanisius, 1990), h. 64.

Page 27: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

14

Penelusuran terhadap hidup seorang tokoh sejarah memerlukan

perhatian lebih, terutama untuk tokoh yang hidup di masa lampau.

Karena menulis pemikiran tokoh yang telah tiada ada beberapa

problem, terutama banyaknya kemungkinan terhadap sejarah yang

ditulis oleh subjek dalam motif yang berbeda-beda dan juga

keterbatasan referensi.18

8. Teknik Penarikan Kesimpulan

Metode induksi-deduksi dilakukan untuk menelaah pemikiran sang

tokoh yang daripadanya dapat diambil kesimpulan umum mengenai

konsep distribusi untuk kemudian diambil kembali dengan menerapkannya

kepada pemikiran-pemikiran lain dari tokoh ini demi melihat sejauhmana

ketepatan kesimpulan yang diambil pertama.

9. Teknik Penulisan Laporan

Penulisan dan penyusunan skripsi ini berpedoman pada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Cet.1.2007.“

18 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), Cet. V, h. 332. lihat juga. A. Ilham Aufa, “ Hijaz 1800-1925 : Periode Penuh Intrik Politik dan Benturan Pemikiran “ dalam Dialogia, no1/vol.I/Mei 2000, h. 83. GJ Renier, Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1997), h. 33. Sejarah adalah objektif sementara yang menuangkan sejarah dalam konteks bahasa, entah itu lisan maupun tulisan, lebih banyak bersifat subyektif. Penulis menyamakan analisa ini dengan tulisan Komaruddin yang menjelaskan pemaknaan agama pada konteks yang obyektif , sementara pemahaman yang tertuang dalam bahasa yang dikemukakan lebih banyak dikarenakan cermin jiwa dari si empu cerita. Karena merupakan cermin jiwa, ia lebih banyak berkutat pada unsur subyektifitas. Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama : Sebuah Kajian Hermeneutik, (Jakarta : Paramadina, 1996), h. 3 – 5.

Page 28: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

15

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Sebelumnya ada beberapa penelitian skripsi yang mengangkat judul

dengan metode yang sama, yakni dua diantaranya adalah :

1. “Pemikiran Ekonomi Muhammad Baqir Ash-Sadr”, oleh Danial

Firman, Mahasiswa Jurusan Mu’amalat – Perbankan Syariah tahun 1427

H / 2006 M.

2. “Konsep Ekonomi Islam Baqir Ash-Sadr dan Monzer Kahf : Sebuah

Studi Komparatif“, oleh Djaka Heru Priono, Mahasiswa Jurusan

Mu’amalat Perbankan Syariah tahun 1427 H / 2006 M.

Skripsi-skripsi diatas adalah berhubungan dengan sistem ekonomi

yang dibangun atas landasan prinsip-prinsip Islam. Dalam penelitian skripsi

kedua tersebut konsep ekonomi Islam Baqir Sadr dan Monzer Kahf secara

umum karena itu masih banyak faktor-faktor yang belum terungkap dalam

pembahasannya, terutama yang berhubungan dengan tantangan perekonomian

di masa mendatang, khususnya di bidang distribusi.19 Namun yang menjadi

objek penelitian pun berbeda, untuk itu apa yang dianalisa jelas berbeda sesuai

dengan penelitian dan perkembangan yang akan penulis teliti.

Kesalahan menjalankan kebijakan sistem ekonomi termasuk

mekanisme distribusi inilah yang menyebabkan munculnya praktik monopoli

dan individualis, sekaligus rusaknya pengelolaan hak milik pribadi, umum dan

negara. Pada saat itulah akan terjadi kerusakan dalam distribusi kekayaan.20

19 Heru Priono, Djaka. “ Konsep Ekonomi Islam Baqir As-Shadr dan Monzer Kahf :

Sebuah Studi Komparatif. “ Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.) h.90

20 Ibid., h.199

Page 29: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

16

Karena itu, dalam konteks inilah pengkajian atas fokus permasalahan

yang akan dibahas dalam skripsi ini menjadi bahasan cukup menarik bagi

penulis untuk mengetahui sudut pandang tokoh besar tersebut dalam

mencermati konsep distribusi secara lebih mendalam.

F. Kerangka Teori

Dalam pemikiran ekonominya, Sadr21 memisahkan produksi dan

distribusi. Tetapi beliau tetap melihat hubungan antar produksi dan distribusi

sebagai pusat di dalam ekonomi. Menurut Sadr, produksi adalah suatu proses

dinamis, mengubah dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sedangkan distribusi sebagai bagian dari sistem sosial, yaitu total hubungan

antar sistem sosial yang memancar dari kebutuhan orang dan bukan dari gaya

produksi.

Oleh karena itu, Sadr22 percaya untuk mempertahankan satu sistem

sosial tunggal (mencakup distribusi) bermacam-macam alat atau format

produksi. Tetapi beliau menolak pandangan Marxis, bahwa masyarakat terdiri

dari potensi yang berlawanan dalam bentuk kelas.

Negara akan turut campur dalam perekonomian untuk menjamin arah

produksi sosial yang cepat, untuk menjalankan distribusi dengan kesetaraan

dan untuk mengambil industri-industri ekstraktif serta produk bahan-bahan

21 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga

Kontemporer, ( Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005), h. 258 22 Ibid., h. 258

Page 30: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

17

mentah, peranan Negara dalam masalah perekonomian merupakan wilayah

bebas bagi aktivitas pemerintah.23

Imam selaku wali (Amr) akan mengambil langkah-langkah ekonomi

yang diperlukan untuk memenuhi tunjangan sosial dan keseimbangan sosial.

Tunjangan sosial terdiri dari solidaritas publik yang beroperasi di dalam batas-

batas kebutuhan asasi dan hak kelompok dalam sumber-sumber kekayaan.

Keseimbangan sosial menghasilkan tindakan-tindakan Negara dalam hal ini

pajak dan menciptakan sektor-sektor publik24

Kasus mazhab ekonomi sangat berbeda. Tidaklah mungkin baginya

untuk mengkaji subjeknya menurut standar ilmiah, karena ia mengkajinya dari

titik pandang keadilan yang pada basisnya ia hendak menyusun suatu sistem,

dan jelaslah bahwa masalah keadilan jauh berbeda dengan masalah panas atau

krisis ekonomi. Keadilan bukanlah suatu fenomena fisik atau sosial. Untuk

menemukan keadilan hukum, tidak cukup bagi suatu mazhab ekonomi untuk

memperhatikan realitas eksternal atau mengamati fenomena eksternal.25

Jika diperhatikan, mengapa yang dua ini (kapitalis dan sosialis) diakui

sebagai mazhab ekonomi, sedang Islam tidak. Padahal Islam telah

mengungkapkan pendapat-pendapat mengenai semua pertanyaan yang diurusi

kapitalisme. Mungkin saja titik pandang keduanya berbeda, namun tidak

23 Ibid., h. 211 24 Ibid., h.211-212 25 Syahid Muhammad Baqir Ash-Shadr, Keunggulan Ekonomi Islam : Mengkaji Sistem

Ekonomi Barat dengan Kerangka Pemikiran Ekonomi Islam. (Jakarta : Pustaka Zahra, 2002), Cet. Kedua, h. 157-158.

Page 31: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

18

berarti bahwa kapitalisme adalah suatu mazhab, sedang Islam hanya harus

dipandang sebagai kumpulan khotbah dan nasehat moral.26

Sebagai contoh, ambillah masalah keadilan dalam distribusi. Sebagian

orang, seperti kaum komunis, mengatakan bahwa dalam distribusi, keadilan

hanya dapat dicapai jika kekayaan dan nafkah hidup terjamin bagi semua

anggota masyarakat secara merata.27

Segolongan lain, seperti kaum kapitalis, mengatakan bahwa persamaan

hanya diperlukan dalam hal kemerdekaan, bukan dalam nafkah, karena basis

keadilan dalam distribusi adalah persamaan dalam kebebasan, sekalipun

persamaan ini menyebabkan perbedaan diantara para individu dari titik

pandang nafkah hidup.28

Golongan ketiga mempertahankan bahwa distribusi keadilan terletak

dalam jaminan standar kehidupan tertentu bagi semua anggota masyarakat dan

memberikan kepada mereka kemerdekaan untuk mendapatkan lebih banyak.

Ini pandangan Islam.29

Sadr berpendapat manakah dari ketiga cara ini yang paling baik

menjamin keadilan dalam distribusi, tidaklah mungkin kita menggunakan

metode kajian ilmiah, karena keadilan bukanlah fenomena alam seperti panas

dan air mendidih yang dapat kita lihat dengan mata atau kita raba dengan

26 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga

Kontemporer, ( Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005), h. 254 27 Baqir Sadr, Keunggulan Ekonomi Islam : Mengkaji Sistem Ekonomi Barat dengan

Kerangka Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta : Pustaka Zahra, 2002), Cet. Kedua, h. 157 28 Ibid., h. 157 29 Ibid., h. 158

Page 32: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

19

tangan kita. Itu pun bukanlah fenomena sosial seperti krisis ekonomi yang

dapat di kaji melalui pengamatan dan di ukur dengan standar ilmiah.30

Menurut kapitalisme keadilan akan terwujud jika semua orang

mendapat kebebasan (kesempatan ekonomi) yang sama. Sedangkan dalam

perspektif Marxis keadilan hanya akan diperoleh jika seluruh anggota

masyarakat memiliki pendapatan dan kekayaan yang sama. Berbeda dengan

keduanya, keadilan menurut pendapat Sadr dapat ditegakkan jika semua orang

dijamin dengan pendapatan tetap dengan memungkinkan mendapat lebih

banyak.31

Tawaran sistem Marxis berupa pendistribusian sama rata. Menurut

Sadr akan menambah persoalan karena menyalahi watak alamiah sosial.

Sehingga pemecahan yang harus dilakukan adalah dengan prinsip keadilan

yang berlandaskan pada dua hal : solidaritas publik (takaful ‘am) serta

keseimbangan sosial (tawazun ijtima’). Kedua konsep tersebut bagian dari

jaminan sosial yang disiapkan oleh Islam.32

Sadr menyadari, bahwa dalam realitas sosial terdapat masyarakat yang

tidak mampu terlibat dalam proses produksi. Sedangkan disisi lain, kebutuhan

dasar mereka harus tetap terpenuhi. Disinilah nilai keadilan ditegakkan untuk

mengurangi kesenjangan yang terjadi melalui jaminan sosial.33

30 Ibid., h. 158. 31 Baqir Sadr, Islam and School Economics, Terjemahan : Muslim Arbi Bandar,

(Lampung : YAPI, 1989). H.125 32 Chibli Mallat, The Renewal of Islamic Law, penerjemah : santi indra astuti (Bandung :

Mizan, 2001). h.172 33 Baqir Sadr, Manusia Masa kini dan Problema Sosial, (Bandung : Pustaka Salman

ITB, 1984). h.156

Page 33: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

20

Studi yang ada ini adalah sebagian dari yang utama dalam pembahasan

judul skripsi yang penulis buat sebagai kerangka teori, tidak menutup

kemungkinan juga bahwa ada studi-studi lain mengenai hal ini yang nantinya

akan penulis pergunakan sebagai penambah khazanah ilmu bagi skripsi ini.

G. Sistematika Penelitian

Penulisan skripsi ini dirancang secara sederhana dengan mengacu pada

buku pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Cet.1.2007. Adapun

terjemahan ayat-ayat Al-Qur’an merujuk kepada Al-Qur’an dan Terjemahnya

yang diterbitkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia, tahun 1971,

dengan pengecualian sebagai berikut :

1. Dalam daftar kepustakaan, Al-Qur’an dicantumkan dalam urutan paling

atas, hal ini untuk menghormati bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci umat

Islam yang harus dimuliakan.

2. Ayat-ayat Al-Qur’an dan Al-Hadits beserta terjemahnya diketik dalam

satu spasi, baik yang kurang maupun yang lebih dari enam baris, serta

disebutkan surat dan nomor ayatnya pada akhir ayat dengan jelas tanpa

mencantumkan footnote.

Untuk menjembatani keutuhan tulisan dan memperoleh suatu

pemahaman dari suatu karya tulis secara total, salah satu diantaranya terletak

pada penyajiannya, sistematiskah atau tidak. Disini penulis menyajikan

sistematika penelitiannya terdiri dari lima Bab untuk mengalirkan gagasan

yang sebenarnya dalam bingkai yang memudahkan para pembaca, yaitu :

Page 34: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

21

BAB I : Diawali dengan Pendahuluan, yang terdiri dari beberapa pointer,

yaitu Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan

dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian yang terbagi dari beberapa hal

yang harus disinggung, diantaranya Jenis Penelitian, Tingkat Penelitian,

Pendekatan Penelitian, Jenis Data dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan

Data, Teknik Pengolahan Data, Teknik Analisa Data, Teknik Penarikan

Kesimpulan, Pedoman Penulisan Laporan, Tinjauan (Review) Kajian

Terdahulu, Kerangka Teori dan Kerangka Konsep, dan Sistematika Penelitian.

BAB II : Menjelaskan Riwayat Hidup dan Sejarah Hidup Muhammad Baqir

As-Shadr. Dalam bab ini penulis menjabarkan sekilas Riwayat Hidup dengan

mencoba membangkitkan kembali sejarah politik, Karir Intelektual, Latar

belakang Pemikiran dan kehidupan ekonomi pada masa sang tokoh ada.

Berpijak dari sini penulis mencoba mengkaitkannya dengan sejarah singkat

tokoh dalam aktivitasnya sehingga eksist dalam buku-buku sejarah dan

pemikiran.

BAB III : Membahas mengenai Tinjauan Teoritis Tentang Distribusi, pada

bab ini menguraikan tentang Pengertian Distribusi, Prinsip-Prinsip dan Tujuan

Distribusi, Mekanisme Distribusi, serta Nilai dan Moral di bidang Distribusi.

BAB IV : Sebagai jantungnya skripsi ini, dengan sub judul Tinjauan

Terhadap Konsep Distribusi Menurut Muhammad Baqir Ash-Shadr , bab

ini merupakan inti pembahasan dalam skripsi ini. Dalam bab ini dijelaskan

Konsep Distribusi Menurut Muhammad Baqir As-Shadr, Relevansi

Pemikiran Muhammad Baqir As-Shadr yang terdiri dari dua pointer, pertama,

Page 35: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

22

Relevansi Konsep Distribusi Muhammad Baqir As-Shadr dengan Ekonomi

Islam. Kedua, Relevansi Konsep Distribusi Muhammad Baqir As-Shadr

dengan Masa Kini. Kemudian sebagai pelengkap ditambah dengan Analisa

Penulis.

BAB V : Penutup, bab ini merupakan bab terakhir yang terdiri atas

kesimpulan yang merupakan jawaban dari perumusan masalah, saran-saran

dan selanjutnya disebutkan daftar pustaka. Itulah Sistematika Penelitian yang

penulis sajikan, semoga dapat mempermudah pembaca budiman dalam

memahami skripsi ini.

Page 36: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

23

PROSEDUR PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Tahun Akademik : 2008 M / 1429 H

Nama : Rian Maulana NIM : 103046128351 Fakultas/Jurusan : Fakultas Syariah & Hukum / Mu’amalat Perbankan Syariah Semester XI Judul Skripsi yang diajukan : “ KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS – SHADR “

NO JENIS AKTIVITAS PENERIMA CATATAN PARAF PENERIMA

1 Konsultasi Judul / Tema Instruktur (Prodi)

2 Konfirmasi / Seleksi Judul Sekretariat Judul tersebut sudah ada / belum ada

3 Konsultasi / Persetujuan Penasehat Akademik

4 ACC / Persetujuan Judul Tim Pertimbangan Proposal Skripsi

5 Pengambilan SK. Bimbingan Skripsi Kajur / Sekjur (Prodi)

BIRO KARYA TULIS

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Kajur Perbankan Syariah, Penasehat Akademik, Pengaju,

Dr.EUIS AMALIA, M.Ag M. RIZA AFWI MA RIAN MAULANA

Page 37: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

24

Page 38: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

BAB II

SELINTAS SEJARAH KEHIDUPAN MUHAMMAD BAQIR ASH-SHADR

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa untuk membedah

pemikiran seorang tokoh, perlu telusuri perjalanan hidupnya untuk selanjutnya

ditemukan relasi-relasinya dengan pemikiran ekonomi yang menjadi fokus

penelitian ini. Berikut penelusurannya :

A. Riwayat Hidup

Ayatullah Muhammad Baqir Ash-Shadr dilahirkan pada tanggal 25

Dzulqa’dah 1353 H / 1 Maret 1935 M di Kadzimiah, Irak. Beliau berasal dari

suatu keluarga yang sejak satu abad sekarang berada dipusat keilmuan, dan

telah menyumbangkan berbagai pelayanan kepada Islam dan kaum Muslim di

Irak, Iran, dan Lebanon. Sayyid Muhammad Baqir Ash-Shadr yang berasal

dari keluarga tersebut bangkit melawan kolonialisme Inggris dan mengambil

bagian dalam revolusi yang terjadi di Irak pada abad ke-20.1

Kakek buyutnya, Sayyid Shadruddin ash-Shadr dari Qum dan Sayyid

Musa ash-Shadr dari Lebanon juga termasyhur karena aktivitas keagamaan

dan politik mereka. Salah seorang leluhur beliau, Sayyid Abdul Husain

Syarafuddin al-Musawi (pengarang kitab terkenal al-Muraja’at (Dialog

Sunnah-Syiah) Mengambil bagian dari Perang Kemerdekaan di Jabal Amil

melawan Perancis.2

1 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Sistem Politik Islam, (Jakarta : Penerbit Lentera

basritama, 2001), h. 150 2 Ibid., h.150

23

Page 39: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

24

Muhammad Baqir Ash-Shadr, Seorang cendekiawan Muslim

terkemuka, fakih (yuris) dan pemikir genius, karena karya-karya yang telah

beliau wariskan kepada kaum Muslim, baik dari kalangan awam maupun

kalangan terpelajar, dan karena kehidupan beliau yang penuh dengan usaha

dan perjuangan, dan yang dipendekkan oleh tangan-tangan kriminalis (beliau

syahid dibunuh oleh orang-orang Saddam Husein), beliau sudah terlalu

terkenal dan masyhur sehingga rasanya tidak perlu mencantumkan biografi

beliau dari terjemahan bahasa inggris buku beliau yang sangat terkenal

‘Iqtishaduna’3.

Ayatullah Muhammad Baqir As-Shadr datang dari satu keluarga

cendikiawan dan Intelektual Islam terpandang, Sadr menyadari secara alami

mengikuti jejak mereka (leluhurnya). Beliau pilih untuk mengikuti studi Islam

tradisional di Hauzas atau sekolah tradisional di Irak, di mana beliau belajar

Fiqh (hukum), ushul (sumber hukum) dan teologi4.

Sadr berhasil menyelesaikan belajarnya dengan hasil yang baik, dan

pada usia 20 tahun, sudah dipertimbangkan sebagai ‘Mujtahid Absolut’

(Mujtahid Mutlaq), dan kemudian, naik ke tingkatan otoritas tertinggi dari

marja (hakim otoritas). Otoritas cendikiawan dan spiritual ini dalam tradisi

Islam juga tertuang dalam karya Sadr, dan dalam Iqtishaduna (Ekonomi

Kita)nya, beliau mendemonstrasikan metodologi independentnya (tradisi

hukum Islam), dengan pernyataan Intelektual yang tegas5.

3 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna. (Jakarta :

Penerbit Zahra, 2008). h.29 4 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Thought : A Selected Comparative Analysis,

(Kuala Lumpur, 1995). h.110 5 Ibid., h.110

Page 40: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

25

Muhammad Baqir As-Sayyid Haidar Ibn Ismail Ash-Shadr, seorang

sarjana, ulama, guru dan tokoh politik, lahir dari keluarga religius termasyhur

yang telah melahirkan sejumlah tokoh kenamaan di Irak, Iran dan Lebanon6,

seperti :

1. Sayyid Shadr ad-Din Ash-Shadr, seorang marja’ (otoritas rujukan tertinggi

dalam mazhab Syi’ah) di Qum.

2. Muhammad Ash-Shadr, salah seorang pemimpin religius yang memainkan

peran penting dalam revolusi Irak melawan Inggris yang sebagian besar

diorganisasikan dan dilancarkan oleh pemimpin-pemimpin religius yang

berhasil menumbangkan Inggris. Dia juga mendirikan Haras Al-Istiqlal

(Pengawal Kemerdekaan).

3. Musa Ash-Shadr, Pemimpin Syi’ah di Lebanon.

Muhammad Baqir Ash-Shadr, lahir dalam keluarga alim yang

termasyhur di golongan Syi’ah. Kakeknya, Sadruddin Al-‘Amili

(w.1264/1847), dibesarkan di dusun Lebanon Selatan, Ma’rakah, hijrah untuk

belajar di Isfahan dan Najaf. Hingga wafat dan dimakamkan di sana.

Kakeknya, Isma’il, lahir di Isfahan pada 1258 H/ 1842 M, pada 1280 H / 1863

M pindah ke Najaf, kemudian ke Samarra’7.

Di Samarra’ inilah, konon, dia menggantikan Al-Mujaddid Asy-

Syirazi di Hauzah (lingkungan alim Syi’ah) lokal. Putranya, Haidar, ayah

Muhammad Baqir Ash-Shadr, lahir di Samarra’ pada 1309 H / 1891 M, dan

belajar pada ayahnya dan Ayatullah Al-Hai’ri Al-Yazdi di Karbala. Dia

6 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Falsafatuna : Pandangan Muhammad Baqir Ash-Shadr terhadap pelbagai Aliran Filsafat Dunia, (Bandung : Penerbit Mizan, 1995), h.11

7 Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, (Bandung : Mizan, 1998) h.252

Page 41: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

26

meninggal di Kazimiah pada 1356 H / 1937 M, meninggalkan seorang istri,

dua putra dan seorang putri8.

Kendatipun marja’ yang cukup terpandang, tampaknya dia meninggal

dalam keadaan tak punya uang sepeser pun. Konon, sampai lebih dari sebulan

setelah meninggalnya keluarga ini, masih tidak dapat menyediakan roti sehari-

hari, ‘kanu ha’irin fi luqmat al-‘aysy’9.

Pada usia empat tahun, Muhammad Baqir Ash-Shadr menjadi yatim,

kemudian diasuh oleh ibunya yang religius dan kakak laki-lakinya, Isma’il,

yang juga seorang Mujtahid kenamaan di Irak (Mujtahid adalah seorang yang

sangat alim yang telah mencapai tingkat tertinggi dikalangan teolog muslim).

Muhammad Baqir Ash-Shadr menunjukan tanda-tanda kejeniusan sejak usia

kanak-kanak10.

Ketika berusia sepuluh tahun, beliau berceramah tentang sejarah Islam,

dan juga tentang beberapa aspek lain mengenai kultur Islam. Beliau mampu

menangkap isu-isu teologis yang sulit dan bahkan tanpa bantuan seorang guru

pun. Pada usia sebelas tahun, beliau mengambil studi logika, dan menulis

sebuah buku yang mengkritik para Filosof11.

Falsafatuna begitu tergoda kategori Marxis, sehingga bahasa Islamnya

jadi terpengaruh. Tentu saja, dengan melihat ke belakang, mengkritiknya

gampang, argumen Stalin, Politzer dan bahkan Engels sudah lama kadaluarsa

dilingkungan filsafat. Dan kenyataan ini tidak mempengaruhi risalah filosofis

8 Ibid., h.253 9 Ibid., h.253 / lihat juga Ha’iri, ‘Tarjamat’. h.28 10 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Falsafatuna : Pandangan Muhammad Baqir Ash-Shadr

terhadap pelbagai Aliran Filsafat Dunia, (Bandung : Penerbit Mizan, 1995), h.11 11 Ibid., h.11

Page 42: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

27

Sadr tapi justru membuat mereka memiliki arti penting yang tidak pantas

mereka terima.12

Pada usia tiga belas tahun, kakaknya mengajarkan kepadanya ‘Ushul

‘ilm al-Fiqh (asas-asas ilmu tentang prinsip-prinsip hukum islam – yang

terdiri atas Al-Qur’an, Hadist, ijma’, dan qiyas). Pada usia sekitar enam belas

tahun, beliau pergi ke Najaf untuk menuntut pendidikan yang lebih tinggi

dalam berbagai cabang ilmu-ilmu islami13.

Sekitar empat tahun kemudian, beliau menulis sebuah ensiklopedi

tentang ‘Ushul, Ghayat Al-Fikr fi Al-‘Ushul (Pemikiran Puncak dalam

‘Ushul). Mengenai karya ini, hanya satu volume yang diterbitkan14.

Ketika usia dua puluh lima tahun, beliau mengajar Bahts Kharij (tahap

akhir ‘Ushul). Saat itu Sadr lebih muda daripada banyak muridnya. Disamping

itu, Sadr juga mengajar Fiqh. Patut disebutkan juga bahwa pada usia tiga

puluh tahun Sadr telah menjadi mujtahid15.

Muhammad Baqir al – Sadr berasal dari keluarga Syiah dan menjadi

salah seorang pemikir terkemuka yang melambangkan kebangkitan Intelektual

di Najaf antara 1950 M dan 1980 M. Kebangkitan ini sangat berpengaruh

dalam aspek politik di kawasan Najaf Timur Tengah pada umumnya16.

Dalam karya-karyanya, beliau kerap menyerang dialektika-

materialistik, dan menganjurkan, sebagai gantinya, konsep Islam dalam

12 Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, (Bandung : Mizan, 1998) h.258 13 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Falsafatuna : Pandangan Muhammad Baqir Ash-Shadr

terhadap pelbagai Aliran Filsafat Dunia, (Bandung : Penerbit Mizan, 1995), h.11 14 Ibid., h.12 15 Ibid., h.12 16 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga

Kontempore,. ( Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005). h. 251

Page 43: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

28

membedakan antara kebenaran dan kesalahan. Beliau banyak menulis tentang

ekonomi Islam, dan menjadi konsultan dari berbagai organisasi Islam, seperti

Bank Pembangunan Islam17.

Dalam berbagai ceramahnya beliau kadang menganjurkan suatu

gerakan Islam yang terorganisasikan sebuah partai sentral yang dapat

bekerjasama dengan berbagai unit dalam naungan kaum Muslim untuk

melahirkan perubahan sosial yang diinginkan. beliau adalah “Bapak” Hizb Al-

Da’wah Al-Islamiyyah (Partai Dakwah Islam)18.

Sadr mengajarkan bahwa politik adalah bagian dari Islam. Beliau

menyerukan kepada kaum Muslim supaya mengenali kekayaan khazanah asli

Islam dan melepaskan diri dari pengaruh-pengaruh eksternal apapun,

khususnya pengaruh-pengaruh kapitalisme dan Marxisme19.

Sadr mendorong kaum Muslim supaya bangun dari tidur dan

menyadari bahwa kaum imperialis sedang berupaya membunuh ideologi Islam

dengan cara menyebarkan ideologi mereka di dunia Muslim. Kaum Muslim

harus bersatu padu dalam melawan intervensi semacam itu dalam sistem

sosial, ekonomi dan politik mereka20.

Muhammad Baqir Ash-Shadr banyak menuangkan fikirannya ke surat-

surat kabar dan jurnal-jurnal. Banyak juga dalam bentuk buku, terutama

tentang ekonomi, sosiologi, teologi, dan filsafat. Diantaranya yang terpopuler

adalah (1) Al-Fatwa Al-Wadhihah (Fatwa yang jelas), (2) Manhaj Ash-

17 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Falsafatuna : Pandangan Muhammad Baqir Ash-Shadr

terhadap pelbagai Aliran Filsafat Dunia, (Bandung : Penerbit Mizan, 1995), h.12-15 18 Ibid., h.13 19 Ibid., h.13 20 Ibid., h.14

Page 44: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

29

Shalihin (Jalan orang-orang Saleh) – buku ini mencerminkan suatu pandangan

modern tentang masa’il, (3) Iqishaduna (Ekonomi Kita) – buku ini terdiri atas

dua volume dan merupakan suatu diskusi terlengkap tentang ekonomi Islam

dan tanggapan terhadap kapitalisme dan komunisme, (4) Al-Madrasah Al-

Islamiyyah (Mazhab Islam), (5) Ghayat Al-Fikr fi Al-‘Ushul (Pemikiran

Puncak dalam ‘Ushul), (6) Ta’liqat ‘ala Al-Asfar (Ulasan tentang empat kitab

perjalanan Mulla Sadhra), (7) Manabi’ Al-Qudrah fi Dawlat Al-Islam

(Sumber-sumber kekuasaan dalam Negara Islam), penulis dalam buku ini

menyatakan bahwa suatu Negara Islam harus didirikan menurut Syari’ah,

sebab hal ini adalah satu-satunya jalan untuk menjamin hukum Allah di bumi,

(8) Al-Insan Al-Mu’ashir wa Al-Musykilah Al-Ijtima’iyyah (Manusia Modern

dan Problem Sosial), (9) Al-Bank Al-Islamiyyah (Bank Islam), (10) Durus fi

‘Ilm Al-‘Ushul (Kuliah tentang Ilmu Prinsip Hukum Islam), (11) Al-Mursil wa

Al-Rasul wa Al-Risalah (yang mengutus, Rasul dan Risalah), (12) Ahkam Al-

Hajj (Hukum-Hukum Haji), (13) Al-‘Ushul al-Manthiqiyyah li Al-Istiqra

(Asas-asas Logika dalam Induksi), dan (14) Falsafatuna (Filsafat Kita)21.

Seyyed Husein Nashr22 dalam pengantar buku Falsafatuna Muhammad

Baqir Ash-Shadr mengatakan :

“ Tulisan-tulisan Allamah Muhammad Baqir Ash-Shadr mengandung makna

teologis dan filosofis, sebab beliau adalah intelektual penting dalam

21 Ibid., h.14 22 Seyyed Husein Nasr adalah Intelektual garda terdepan yang sangat disegani disegenap

penjuru dunia. Beliau menjadi Guru Besar di berbagai Perguruan Tinggi bergengsi di Eropa, Amerika, Timur Tengah. Beliau di lahirkan di Teheran, dari keluarga tradisional Syi’ah Ortodoks. Masa kelahirannya merupakan masa ketegangan politis antara kelompok ulama dengan Dinasti Pahlevi. Seyyed Husein Nasr, “Antara Tuhan, Manusia dan Alam : Jembatan Filosofis dan Religius Menuju puncak spiritual” (Yogyakarta : IRCISOD, 2003). h.171. diterjemahkan juga oleh penyunting dari “pengantar” untuk Our Philosophy, The Muhammad Trust, London, 1987.

Page 45: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

30

kehidupan Islam kontemporer, satu figur yang karya-karyanya melampaui

sekadar mata-mata polemik dan retorik23.”

Buku Falsafatuna dan Iqtishaduna telah mencuatkan Muhammad

Baqir Ash-Shadr sebagai teoritis kebangkitan Islam terkemuka. Sistem Filsafat

dan ekonomi alternatif ini di sempurnakan melalui masyarakat dan Lembaga.

Dalam kedua buku ini, beliau menjanjikan jilid ketiganya dengan pola yang

sama yang diberi judul, Mujtama’una (Masyarakat Kita).24

Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Iqtishaduna merupakan satu

karya pionir yang cukup komprehensif dalam literatur ekonomi Islam modern

mengupas masalah produksi, distribusi, konsumsi dan pertukaran. Termasuk

masalah fiskal dan moneter serta strategi pengelolaan aset produktif dan

peranan pemerintah di dalamnya.25

B. Karir Intelektual dan Politik

Di Kadzimiah, Muhammad Baqir Ash-Shadr masuk sekolah dasar

Muntada An-Nasyr. Menurut keterangan teman sekolahnya, beliau sejak awal

menjadi sasaran perhatian dan keingintahuan guru-gurunya, sedemikian rupa,

sehingga beberapa murid meniru cara jalannya, cara bicaranya, dan cara

duduknya di kelas.26

Ayatullah Muhammad Baqir Ash-Shadr kehilangan ayahnya ketika

beliau baru berusia empat tahun, kemudian dibesarkan oleh ibu dan kakak

23 Ibid., h.15 24 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga

Kontemporer, ( Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005), h. 252 25 Muhammad Syafii Antonio “ulasan dan komentar”, dalam Muhammad Baqir Ash-

Shadr. Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, ( Jakarta : Penerbit Zahra, 2008), h.17 26 Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, (Bandung : Mizan, 1998), h.254 /

Hairi, ‘Tarjamat’.h.44. menyebutkan tuturan teman sekelas Sadr, Muhammad ‘Ali Al-Khalili

Page 46: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

31

tertuanya, Ismail ash-Shadr. Sejak kanak-kanak ia memperlihatkan tanda-

tanda kecerdasan dan bakat keilmuan yang luar biasa.27

Ketika berusia sepuluh tahun, beliau sudah membahas persoalan-

persoalan doktrinal dan sejarah Islam dengan suatu kepercayaan seakan-akan

ia telah melewati dekade-dekade dalam menguasai topik tersebut. Di usia

sebelas tahun, ia telah menulis buku tentang logika, dan juga mulai

menyampaikan kuliah-kuliah tentang topik tersebut.28

Pada tahun 1365 M ia menetap di Najaf al-Asyraf, dan mulai

mempelajari sekaligus mengajar prinsip-prinsip yurisprudensi (al-ushul al-

fiqh) Islam dan cabang-cabang ilmu Islam lainnya. Beliau mempunyai suatu

wawasan yang luar biasa, dimana beliau dapat memahami sepenuhnya

pelajaran-pelajaran dengan autodidak29

Akhirnya beliau diposisikan sebagai Mujtahid, dan mulai

menyampaikan fatwa-fatwa dalam ijtihad serta mulai menulis banyak buku.

Sebanyak dua puluh enam buku dengan berbagai topik yang mencakup ushul

fiqh, fiqih, ekonomi, filsafat, logika induktif, problem-problem sosial, dan

administrasi publik.30

Sebahagian bukunya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Persia,

Inggris, Urdu, Turki, yang merupakan masterpiece dalam bidangnya masing-

masing.31

27 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Sistem Politik Islam, (Jakarta : Penerbit Lentera

basritama, 2001), h. 150 28 Ibid., h.150 29 Ibid., h.150 30 Ibid., h.151 31 Ibid., h.151

Page 47: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

32

Uraian pasca kematian sering kali memuji, dan harus disikapi dengan

hati-hati. Karena Pemerintah Irak tidak mengakui eksistensi Shadr, apalagi

pencapaian intelektual atau politiknya. Karena itu, kita hanya terbatas pada

teks itu saja, ingatan murid dan simpatisan almarhum.32

Kalau ini pun tidak mungkin, beberapa cerita menyebutkan, misalnya,

bahwa Shadr menulis Risalah pertamanya pada usia sebelas tahun. ‘Abdul

Ghani Al-Ardabili, yang dikutip dalam biografi Ha’iri, menyebut buku

tersebut sebagai Risalah Logika. Karya paling awal terbit yang dapat dilacak,

berasal dari 1955.33

Studi ini, berupa analisis episode Fadak yang artinya dalam sejarah

Syi’ah memperlihatkan kematangan pemikiran alim muda, dilihat dari segi

metode dan substansi. Namun isinya tidak memperlihatkan noda sektarian

Syi’ah yang segera lenyap dari bahasa Shadr, sampai masa konfrontasi dengan

Ba’ath pada akhir 1970-an.34

Ciri lain yang mencolok dari kebangkitan itu adalah dimensi

politiknya, dan saling berpengaruh antara apa yang terjadi di lorong gelap dan

sekolah tinggi berdebu Najaf, dan Timur Tengah pada umumnya.35

Singkatnya, ini merupakan latar belakang politik kebangkitan di Najaf.

Namun, tantangan politik Islam yang bermula di Najaf tak akan bersifat

universal tanpa adanya dimensi intelektual dan kulturalnya yang khas.36

32 Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, (Bandung : Mizan, 1998) h.254 33 Ibid. h.254 / Muhammad Baqir Sadr, Fadak fi At-Tarikh (Fadak dalam Sejarah), edisi I,

Najaf.1955 34 Ibid., h.254 35 Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, (Bandung : Mizan, 1998) h.246 36 Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, (Bandung : Mizan, 1998) h.252

Page 48: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

33

Di tengah berbagai peristiwa yang dramatis, yang kian global

jangkauannya, penting untuk dicamkan bahwa kebangkitan Najaf merupakan

gejala intelektual yang terutama melibatkan faqih dan keputusan hukum.

Inilah dimensi Timur Tengah bergolak yang kurang diketahui, dan merupakan

dimensi yang lebih langgeng.37

Di tengah pembaruan budaya dan pembentukan sistem, ada’

internasional Syi’ah’ yang merupakan produk jaringan Najaf. Di Najaf,

Muhammad Baqir Ash – Shadr tampil sebagai pendiri suatu sistem konstitusi

dan ekonomi baru.38

Kendatipun banyak sumbangsih luar biasa Shadr untuk tema-tema

historis Islam, Ushul, dan filsafat, namun karya-karya Shadr di bidang hukum

konstitusi dan ekonomi Islamlah yang paling inovatif.39

Dalam ekonomi Islam, Shadr menulis beberapa risalah. Dua yang

paling penting adalah Iqtishaduna, yang merupakan teori umum ekonomi

Islam, dan Al-Bank Al-ala Ribawi fi Al-Islam, yang merupakan teks terinci

soal operasi bank Islam dalam konteks lawannya, yaitu ‘Kapitalisme’.40

Dua unsur membeakan Iqtishaduna dari literatur umum ekonomi

Islam. Dari segi struktur dan metodologi, tak diragukan lagi inilah sumbangsih

paling serius dan paling banyak disaluti dibidang ini.41 Ada dua alasan untuk

keseriusan ini :

37 Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, (Bandung : Mizan, 1998) Ibid., h.252 38 Ibid., h.252 39 Ibid., h.260 40 Ibid., h.260 41 Ibid., h.261

Page 49: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

34

Pertama, Shadr jelas ingin menyajikan berbagai ideologi rival,

khususnya Marxisme, secara serius. Kritiknya atas Marxisme mungkin tidak

memadai, meski ini merupakan upaya Intelektual yang serius. Adapun

mengenai teori kapitalis, riset yang dilakukannya lebih terbatas. Ini akibat

pengaruh Marxisme yang dominan.

Pada masa Iqtishaduna, hingga akhir 1970-an, bidang Intelektual ‘ilmu

sosial’ didominasi oleh kaum kiri. Dalam Iqtishaduna, hanya tiga puluh

halaman yang diperuntukkan untuk kritik struktural atas kapitalisme, yang

jauh kurang tuntas dibanding tigaratus halaman yang diperuntukkan untuk

membantah teori Marxisme.42

Dalam Iqtishaduna, Shadr mencoba menjawab himbauan komunis

untuk mengubah ‘keseimbangan sosial’ dengan teori hukum terinci soal hak

milik dan distribusi. Dalam tulisannya soal perbankan, Shadr dapat

menawarkan cetak biru ‘bank Islam’ yang kini lagi mode.43

Dalam tulisannya soal konstitusi, dikemukakan tatanan terinci di

jantung Republik Islam Iran. Dalam hal ini pemikiran Shadr adalah penting

bagi pembaruan hukum Islam. Karena kedalaman tulisannya dibidang ‘baru’

tak dapat tertandingi oleh masyarakat Muslim modern, maka di dunia Syi’ah,

dan lebih umum lagi di Dunia Islam, Shadr tetap merupakan sumber inspirasi

dan kekaguman yang unik.44

Disebabkan oleh ajaran-ajaran dan keyakinan-keyakinan politiknya,

yang menyebabkannya mengutuk rezim Bha’at di Irak sebagai melanggar hak-

hak asasi manusia dan Islam, Ayatullah Muhammad Baqir Ash-Shadr di tahan

42 Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, (Bandung : Mizan, 1998) h.261 43 Ibid., h.264 44 Ibid., h.264

Page 50: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

35

dan di pindahkan dari Najaf ke Baghdad. Beliau kemudian di bebaskan dan

ditahan lagi di Najaf pada 1979.45

Saudara perempuannya, Bint Al-Huda, yang juga seorang sarjana

dalam teologi Islam, mengorganisasikan suatu protes menentang penahanan

atas seorang marja’. Sejumlah protes lain, menentang pemenjaraan atas diri

Ash-Shadr, juga diorganisasikan di dalam dan di luar Irak. Kesemuanya ini

membuat Ash-Shadr dibebaskan dari penjara.46

Namun, beliau tetap dikenai tahanan rumah selama sembilan bulan.

Ketegangan antara beliau dan Partai Bha’ath terus tumbuh. Beliau

mengeluarkan fatwa bahwa haram bagi seorang Muslim bergabung dengan

Partai Bha’ats yang tak Islami itu. Pada 5 April 1980 beliau ditahan lagi dan

dipindahkan ke Baghdad.47

Beliau dan saudara perempuannya, Bint Al-Huda, dipenjarakan dan

dieksekusi tiga hari kemudian. Jasad mereka dibawa dan dimakamkan di An-

Najaf. Misteri menyelimuti kematian mereka. Muncul banyak pertanyaan,

misalnya, tentang maksud di balik eksekusi itu dan identitas mereka yang

mengatur eksekusi ini.48

Sejak 1970, pemerintah di Najaf kembali mendapat tekanan sekali

setahun. Sadr, di tahan beberapa kali, di interogasi, dan di perlakukan dengan

kejam. Pada juni 1979, ketika Sadr sedang bersiap memimpin delegasi untuk

memberi salam kepada Ayatullah Khomeini di Teheran, beliau di kenai

45 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Falsafatuna : Pandangan Muhammad Baqir Ash-Shadr

terhadap pelbagai Aliran Filsafat Dunia, (Bandung : Penerbit Mizan, 1995), h.12 46 Ibid., h.12 47 Ibid., h.12 48 Ibid., h.12

Page 51: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

36

tahanan rumah. Setelah itu beliau di pindahkan ke Baghdad pada 5 April 1980.

Tanggal ini bertepatan dengan serangan kedua terhadap pejabat pemerintah

dalam seminggu.49

Bagi pemerintah, ini merupakan isyarat di mulainya konfrontasi final

dengan apa yang di anggap pemerintah sebagai akar masalahnya. Najaf di

serbu pada malam hari. Sadr dipindahkan ke Baghdad. Najaf ingat bahwa Sadr

lolos dari upaya penculikan, dan ditahan kembali pada juni karena Bint Al –

Huda mengerahkan orang yang sedang berbelasungkawa di Sahn (Masjid ‘Ali

di Najaf) dengan pekikan ‘Imam kalian mau di culik.’ Kali ini, pemerintah

membungkam saudara perempuan Shadr ini dengan membawanya ke

Baghdad, dan dengan mengeksekusi Shadr.50

Pada dekade terakhir dari hidupnya adalah masa penyiksaan oleh

Rezim Ba’ath di Irak. Pengaruhnya yang menakutkan terhadap media massa,

dan setelah hukuman penjara dan siksaan, Rezim Ba’ath menghukum mati

atasnya pada tanggal 8 April 1980.51

Menurut laporan, tubuh Muhammad Baqir Ash-Shadr dimakamkan

diwaktu fajar pada 9 April dihadiri keluarga dari Najaf. Ini berarti dia

meninggal sehari sebelumnya. Namun banyak pertanyaan masih belum

terjawab.52

Peristiwa pengeksekusian Shadr bersama saudara perempuannya yang

bernama Bint Al-Huda, pada 8 April 1980, merupakan titik puncak tantangan

49 Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, (Bandung : Mizan, 1998) h.251 50 Ibid., h.251 51 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Thought : A Selected Comparative Analysis,

(Kuala Lumpur, 1995), h.111 52 Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, (Bandung : Mizan, 1998) h.251

Page 52: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

37

terhadap Islam di Irak. Dengan meninggalnya Shadr, Irak kehilangan aktivis

Islamnya yang paling penting.53 Semoga Allah merahmati Ruh sucinya.

C. Latar Belakang Pemikiran

Latar belakang alim ‘internasional’, dan relatif miskinnya keluarga

Shadr, merupakan dua unsur penting yang menentukan konteks pendidikan

Shadr. Kesulitan ekonomi yang dihadapi keluarga pada awal meninggalnya

Haidar Ash-Shadr, juga dialami bayi Muhammad Baqir Ash-Shadr. Anggota

keluarga lainnya mengurusi pendidikan Ash-Shadr. Dia tumbuh besar di

bawah pengawasan pamannya dari pihak ibu, Murthada Al-Yasin,54 dan di

bawah pengawasan kakaknya, Isma’il (1340 / 1921-1388 / 1968).55

Meskipun latar belakang yang tradisional, Sadr tidak pernah lepas dari

isu-isu masa kini. Intelektualnya yang tajam mengilhami beliau untuk belajar

filsafat modern, ekonomi, sosiologi, sejarah dan hukum secara kritis.56

Sadr seperti Taleghani, seorang alim yang aktif. Beliau terus-menerus

menyuarakan pandangannya bagi kondisi orang-orang Muslim dan

keinginannya untuk bebas, bukan hanya dari kolonialisme ekonomi dan

politik, tetapi juga dari dominasi pemikiran.57

53 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga

Kontemporer, ( Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005), h. 251 54 Murthada Al-Yasin adalah alim yang kuat kedudukannya. Ketika beliau mengeluarkan

fatwa termasyhur menentang komunis pada 3 April 1960. 55 Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, (Bandung : Mizan, 1998), h.253 56 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Thought : A Selected Comparative Analysis,

( Kuala Lumpur, 1995), h.110 57 Ibid., h.110

Page 53: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

38

Masalah pemerintah di Irak mendesaknya untuk menetapkan Hizb ad-

Da’wah al-Islamiyyah (Partai Suara Islam), sebuah partai yang membawa

para pemimpin agama secara bersama-sama dengan kaum muda, bertujuan

menghadapi gelombang dari sosialisme Ba’ath memegang kendali politik

pada tahun 1958.58

Falsafatunanya (Filsafat kita) dan selanjutnya Iqtishaduna, menuai

kritik komparatif dari keduanya mengenai kapitalisme dan sosialisme, dan

pada saat yang bersamaan, pandangan dunia Islam serentak menggambarkan

dengan garis sistem ekonomi Islam.59

Pada 1365-1945, keluarga ini pindah ke Najaf. Di Najaf inilah Shadr

menghabiskan sisa hayatnya. Nilai penting Najaf sudah mapan sejak 1920-an,

ketika kota dan ulamanya tampil sebagai sentral perlawanan terhadap invasi

Inggris.60

Najaf agak tenang setelah kekalahan relatif terhadap Raja Faisal pada

1924 M, ketika para faqih besar mengambil jalan ke pengasingan. Namun

kebanyakan kembali beberapa tahun kemudian untuk melanjutkan studi dan

mengajar, menjauh dari huru-hara politik.61

Pada 1950-an, panorama Najaf mengalami perubahan Radikal. Sikap

diam mujtahid, akibat tidak mampu berkonfrontasi dengan baghdad,

58 Ibid., h.110 59 Ibid. h.,110 60 Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, (Bandung : Mizan, 1998), h.254 /

Banyak literatur tentang pemberontakan 1920 dan peran kepemimpinan ulama. Lihat R. Al-Khattab. Al-‘Iraq bayna 1921 wa 1927 (Irak antara 1920 dan 1927), Najaf. 1976. dan A. Al-Fayyad, Ats-Tsawrah Al-‘Iraqiyyah Al-Kubra (Pemberontakan Besar Irak), Baghdad, 1963.

61 Ibid., h.254

Page 54: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

39

menerima tantangan serius pada tahun-tahun sebelum revolusi 1958 dari pihak

yang tak disangka-sangka, yaitu kaum komunis.62

Shadr menyadari dirinya berada ditengah konfrontasi intelektual sengit

antara Najaf tradisional dan kaum komunis. Dan pandangan dunianya

terbentuk dengan latar belakang intelektual ini : seruan sosialis-komunis yang

dominan di seluruh Timur Tengah, yang mewarnai tulisan-tulisannya dengan

‘persoalan sosial’, dan pendidikan tradisional ulama, termasuk struktur

hierarkinya yang relatif ketat.63

Dimensi yang lebih tradisional dan ketat diri karya-karya Shadr,

terlihat pada beberapa publikasi disepanjang hayatnya. Yang paling mencolok

adalah adalah buku-buku ushul al-fiqh-nya. Ada dua contoh yang bisa

dipertimbangkan64:

Yang pertama adalah dari tahun-tahun pertama di Najaf, di mana

Shadr menulis Muqaddimah untuk sejarah dan ciri pokok disiplin ini, Al-

Ma’alim Al-Jadidah fi Al-Ushul. Buku ini yang banyak dipakai sebagai

pengajaran Mukadimah di Najaf, dan terbit pada 1385-1965, masih merupakan

salah satu buku menarik di bidang ini.

Shadr sendiri menulis karya-karya Ushul yang lebih pelik. Pada 1397-

1977, yang pertama dari seri empat jilid mengenai ‘ilm al-ushul, yang

dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa ke derajat lebih tinggi, yaitu bahts

al-kharij (riset tingkat sarjana), terbit di Beirut dan Kairo.

62 Ibid., h.254 63 Ibid., h.255 64 Ibid. h.,255

Page 55: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

40

Menurut Shadr, karya-karya ini dipersiapkan untuk meringankan tugas

siswa, yang ‘terhambat masalah bahasa’65 dari empat karya pokok yang

dipakai selama lebih setengah abad di Najaf66 , Al’Ma’alim Al-Jadidah dan

Durus menunjukan sisi didaktis minat Shadr pada Ushul al-Fiqh.

Keduanya dimaksudkan hendak mencari pendekatan langsung

terhadap persyaratan yang diperlukan sebelum bahts al-kharij yang terlalu

sulit, dan untuk orang awam yang berminat pada gambaran ikhtishar disiplin

ini.

Shadr juga menulis karya ushul yang lebih tinggi. Kebanyakannya

berbentuk catatan dari muridnya. Kazim Al-Husaini Al-Ha’iri menyusun jilid

pertama Mabahits Al-Ushul pada 1407-1987.67 Mahmud Al-Hasyimi, juga

murid kesayangan Shadr, menyusun seksi kuliah Ta’arud Al-Adilla Asy-

Syar’iyyah-nya Shadr dalam sebuah buku yang terbit pada 1977.68

Beliau sangat menaruh perhatian terhadap hak-hak dunia Muslim, dari

mulai Maroko sampai Indonesia. Beliau merupakan salah seorang pembela

bentuk pemerintahan Islam yang paling gigih. Pemerintahan Partai Ba’ath Irak

sangat gusar terhadap laporan ini. Oleh karenanya, mereka memenjarakan

65 Shadr , Daght fi Al- ‘Ibara’, Durus I, h.9 66 Empat buku Syiah tersebut adalah Ma’alim Asy-Syahid Ats-Tsani (w.966/1559),

Qawaninnya Qummi (w.1231/1816), Kifayah-nya Al-Khurasani (w.1328/1910), dan Rasail-nya Anshari (w.1329/1911)

67 Shadr, Mabahist Al-Ushul. Menurut Ha’iri, buku ini hanyalah kompilasi Jilid pertama Bagian 2 dalam seri kuliah Shadr

68 Ibid., h.256 / Mahmud Hasyimi, Ta’arud Al-Adilla Asy-Syar’iyyah Taqriran li-Abhats As-Sayyid Muhammad Baqir As-Shadr (Kontradiksi Bukti Hukum, Laporan Riset Muhammad Baqir As-Shadr, Beirut, EdisiII, 1980. Mukaddimah oleh Shadr, 1994 / 1974.

Page 56: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

41

beliau di Najaf pada pertengahan tahun 1979 dan memindahkannya ke penjara

Baghdad pada 3 April 1980.69

D. Posisi Muhammad Baqir As-Shadr diantara para Pemikir Ekonomi

Islam Lain

Pemikiran ekonomi Islam bisa dikatakan seusia dengan Islam itu

sendiri. Hal ini bisa dilihat dari berbagai praktik dan kebijakan ekonomi pada

masa Rasulullah SAW dan al – Khulafa al – Rasyidin merupakan contoh

empiris yang dapat dijadikan pijakan bagi para pemikir, praktisi dan

cendikiawan Muslim dalam melahirkan teori-teori ekonominya. Konsep

ekonomi pada waktu itu berdasarkan pada hukum Islam yang bersumber dari

Al – Qur’an dan Sunnah Nabi. Kendatipun belum tersusun secara teoritis,

praktik ekonomi pada masa-masa awal Islam memfokuskan perhatiannya pada

pemenuhan kebutuhan, keadilan, efisiensi, pertumbuhan dan kebebasan.

Sebagian besar pembahasan isu-isu tersebut terkubur dalam berbagai

khazanah hukum Islam yang tentu saja tidak memberikan perhatian khusus

terhadap analisis ekonomi.70

Ilmu ekonomi Islam berkembang secara bertahap sebagai suatu bidang

ilmu interdisiplin yang menjadi bahan kajian para fuqaha, Mufassir, Filosof,

Sosiolog, dan Politikus. Dalam masa-masa perkembangan ekonomi yang

sangat panjang itu lahirlah ekonom-ekonom Muslim terkemuka, sebut,

69 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Sistem Politik Islam, (Jakarta : Penerbit Lentera

basritama, 2001), h. 151 70 M. Nejatullah Siddiqi, Recent Works on History of Economic Thought in Islam : A

Survey, dalam Abul Hasan M. Sadeq dan Aidit Ghazali (Ed.) Readings in Islamic Economic Thought (Selangor Darul Ehsan : Longman Malaysia, 1992), h.33

Page 57: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

42

misalnya, Abu Yusuf (182/798 ), Al – Syaibani (189/804), Abu Ubaid

(224/838), Yahya bin Umar (289/902), Al – Mawardi ( 450/1058), Ibnu Hazm

(456/1064), dan lainnya. Para ekonom muslim ini diikuti oleh tokoh

intelektual terkenal lainnya. Seperti, Al-Ghazali (451-505/1055-1111), Ibnu

Taimiyah (661-728/1263-1328), Al – Syatibi (790 H), Ibnu Khaldun (732-

808/1332-1404), dan Al – Maqrizi (845 H). Jejak sejarah pemikiran mereka

berlanjut pada masa Shah Wali Allah (1114-1176/1703-1762), Muhammad

Ibn ‘Abd al-Wahhab (1206/1787), Muhammad Abduh (1230/1905),

Muhammad Iqbal (1356/1932) dan masih banyak pemikir ekonomi islam

lainnya,71 telah memberikan kontribusi yang besar terhadap kelangsungan dan

perkembangan peradaban dunia, khususnya pemikiran ekonomi, melalui

sebuah proses evolusi yang terjadi selama berabad-abad.

Masa berikutnya adalah masa dimana lahir banyak tokoh pemikir

kontemporer yang mengkhususkan diri dalam menekuni bidang ekonomi

Islam yang lebih sistematis dan dengan mengikuti perkembangan ilmu

ekonomi modern, diantaranya adalah Khursyid Ahmad, Nejatullah Siddiqi,

Umer Chapra, Afzalurrahman, M.A Mannan, Monzer Kahf dan lain-lain.

Dalam tataran paradigma seperti ini, ekonom-ekonom muslim tidak

menghadapi masalah perbedaan pendapat yang berarti. Namun, ketika mereka

diminta untuk menjelaskan apa dan bagaimanakah konsep ekonomi islam itu,

mulai muncullah perbedaan pendapat. Sampai saat ini, pemikiran ekonom-

ekonom muslim kontemporer dapat kita klasifikasikan setidaknya menjadi tiga

71 Azyumardi Azra, “Pengantar”, dalam Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer, (Jakarta : Pustaka Asatrus, 2005), h. xii

Page 58: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

43

mazhab, yakni : Mazhab Baqir Sadr, Mazhab Mainstream, dan Mazhab

Alternatif-Kritis.72

Mazhab Baqir as-Sadr73 berpendapat bahwa sumber daya pada

hakikatnya melimpah dan tidak terbatas. Pendapat ini didasari oleh dalil QS.

Al-Qomar (54) : 49 yang menyatakan bahwa :

” Sesungguhnya telah Kami ciptakan segala sesuatu dalam ukuran yang setepat-tepatnya.”

Dengan demikian, karena segala sesuatu sudah terukur dengan

sempurna, maka pasti Allah telah memberikan sumber daya yang cukup bagi

seluruh manusia.

Baqir Sadr juga menolak pendapat yang menyatakan bahwa keinginan

manusia tidak terbatas. Ia berpendapat bahwa manusia akan berhenti

mengonsumsi suatu barang atau jasa apabila tingkat kepuasan terhadap barang

atau jasa tersebut menurun atau nol. Karena itu, mazhab ini berkesimpulan

bahwa keinginan yang tidak terbatas itu benar adanya, sebab pada

kenyataannya keinginan manusia itu terbatas. (Bandingkan pendapat ini

dengan teori Marginal Utility, Law of Diminishing Returns, dan Hukum

Gossen dalam ilmu ekonomi).74

72 Adiwarman Karim. Ekonomi Mikro Islami. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

2007), Edisi Ketiga, h.30 73 Baqir al-Hasani, The Concept of Iqtisad, dalam Baqir al-Hasani dan Abbas Mirakhor,

Essays on Iqtishad : The Islamic Approach to Economic Problems, (Silver Spring : NUR, 1989), h.21

74 Ibid., 21-23

Page 59: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

44

Namun, yang menjadi perhatian dan permasalahan utama dari ilmu

ekonomi adalah adanya ketimpangan sumber daya yang tidak merata di antara

manusia. Oleh sebab itu, sistem harga yang dipercaya oleh ekonom

konvensional mampu mengatasi permasalahan ekonomi tidaklah cukup,

sehingga perlu adanya mekanisme tambahan yang bertujuan untuk mengatasi

permasalahan distribusi. Pendapat ini diperkuat dari adanya hadist Nabi yang

menyebutkan bahwa di antara sebagian harta kita ada hak untuk orang lain.

Dalam ekonomi Islami, mekanisme distribusi ini dilengkapi dengan instrumen

kewajiban pembayaran zakat bagi para mustahik dan mekanisme lain yang

termuat dalam syariah.75

Berkenaan dengan zakat, Ibnu Hazm memperluas jangkauannya tidak

hanya zakat, tetapi ada kewajiban sosial di luar zakat yang harus dipenuhi oleh

orang kaya. Ini merupakan bentuk kepedulian dan tanggung jawab sosial

mereka kepada orang miskin, anak yatim, dan orang-orang yang lemah secara

ekonomi.76 Pernyataan Ibnu Hazm tentang hal ini adalah :

” Orang-orang kaya dari penduduk suatu negeri wajib menanggung kehidupan fakir miskin di antara mereka. Pemerintah harus memaksakan hal ini terhadap mereka jika zakat dan harta kaum muslimin (Baitul Mal) tidak cukup untuk mengatasinya.”77

Mannan menyebutkan bahwa teori ekonomi modern mengenai

distribusi merupakan suatu teori yang menetapkan harga jasa produksi.

Mannan berusaha menemukan nilai jasa dari berbagai faktor produksi. Dalam

75 Ibid., h.21. 76 Euis Amalia. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan

UKM di Indonesia ,(Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2009). h.128 77 Ibnu Hazm, al Muhalla, h.45. Lihat juga Sadeq dan Ghazali (Ed.), Reading in Islamic

Economic Thought, h.72

Page 60: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

45

hal ini, teori itu hanya merupakan perpanjangan teori umum penetapan harga.

Barangkali, masalah distribusi perseorangan, dapat dipecahkan dengan cara

sebaik-baiknya, setelah kita menyelidiki masalah pemilikan faktor-faktor

produksi.78

Chapra menyatakan bahwa salah satu masalah utama dalam kehidupan

sosial di masyarakat adalah mengenai cara melakukan pengalokasian dan

pendistribusian sumber daya yang langka tanpa harus bertentangan dengan

tujuan makro ekonominya. Kesenjangan dan kemiskinan pada dasarnya

muncul karena mekanisme distribusi yang tidak berjalan sebagaimana

mestinya. Masalah ini tidak terjadi karena perbedaan kuat dan lemahnya akal

serta fisik manusia sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan perolehan

kekayaan karena hal itu adalah fitrah yang pasti terjadi. Permasalahan

sesungguhnya terjadi karena penyimpangan distribusi yang secara akumulatif

berakibat pada kesenjangan kesempatan memperoleh kekayaan. Yang kaya

akan semakin kaya dan yang miskin semakin tidak memiliki kesempatan

bekerja.79

Sementara itu, Mazhab Baqir berpendapat bahwa masalah ekonomi

muncul karena adanya distribusi yang tidak merata dan adil sebagai akibat

sistem ekonomi yang membolehkan eksploitasi pihak yang kuat terhadap

pihak yang lemah. Yang kuat memiliki akses terhadap sumber daya sehingga

menjadi sangat kaya, sementara yang lemah tidak memiliki akses terhadap

sumber daya sehingga menjadi sangat miskin. Karena itu masalah ekonomi

78 Eko Suprayitno, Ekonomi Islam, ( Yogyakarta : Graha Ilmu, 2005), h. 25 79 M. Sholahuddin. Asas-asas ekonomi Islam. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

2007.) Edisi.I. h.198

Page 61: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

46

muncul bukan karena sumber daya yang terbatas, tetapi karena keserakahan

manusia yang tidak terbatas.80

Tokoh-tokoh mazhab ini selain Muhammad Baqir As-Shadr adalah

Abbas Mirakhor, Baqir al-Hasani, Kadim as-Sadr, Iraj Toutounchian,

Hedayati, dll.

Mazhab Mainstream berbeda pendapat dengan mazhab Baqir Sadr,

mazhab kedua ini justru setuju bahwa masalah ekonomi muncul karena

sumber daya yang terbatas yang dihadapkan pada keinginan manusia yang

tidak terbatas.81

Misalnya, bahwa total permintaan dan penawaran beras diseluruh

dunia berada pada titik ekuilibrium. Namun, jika berbicara pada tempat dan

waktu tertentu, maka sangat mungkin terjadi kelangkaan sumber daya. Bahkan

ini yang seringkali terjadi. Suplai beras di Ethiopia dan Bangladesh misalnya

tentu lebih langka dibandingkan di Thailand. Jadi keterbatasan sumber daya

memang ada, bahkan diakui pula oleh Islam. Dalil yang dipakai QS. Al-

Baqarah (2) : 155 :

”Dan sungguh akan Kami uji kamu dengan sedikit ketakutan,

kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang yang sabar.”

80 Ibid., h.21-22 81 Adiwarman Karim. Ekonomi Mikro Islami. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

2007), Edisi Ketiga, h.31

Page 62: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

47

Sedangkan keinginan manusia yang tidak terbatas dianggap sebagai hal

yang alamiah. Dalilnya QS. At-Takaatsur (102) : 1-5

⌧⌧ ☺ “ Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke liang kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu).” Dan sabda Nabi Muhammad Saw, bahwa manusia tidak akan pernah puas.

Bila diberikan emas satu lembah, ia akan meminta emas dua lembah. Bila

diberikan dua lembah, ia akan meminta tiga lembah dan seterusnya sampai ia

masuk kubur.

Tokoh-tokoh mazhab ini diantaranya M. Umer Chapra, M.A Mannan, M.

Nejatullah Siddiqi, dll. Mayoritas bekerja di Islamic Development Bank (IDB).

Mazhab Alternatif-Kritis berpendapat bahwa analisis kritis bukan saja

harus dilakukan terhadap sosialisme dan kapitalisme, tetapi juga terhadap

ekonomi Islam itu sendiri. Mereka yakin bahwa Islam pasti benar, tetapi ekonomi

Islami belum tentu benar karena ekonomi Islami adalah hasil tafsiran manusia atas

Al-Qur’an dan As-Sunnah, sehingga nilai kebenarannya tidak mutlak. Proposisi

dan teori yang diajukan oleh ekonomi Islami harus selalu diuji kebenarannya

sebagaimana yang dilakukan terhadap ekonomi konvensional.82

Pelopor mazhab ini adalah Timur Kuran seorang Ketua Jurusan Ekonomi

di University of Southern California, Jomo K.S, (Yale, Cambridge, Harvard,

Malaya), Muhammad Arif, dll.

82 Jomo K.S, Islamic Economic Alternatives, Critical Perspectives and New Directions,

(Kuala Lumpur : Ikraq, 1993).

Page 63: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

BAB III

TINJAUAN TEORITIS TENTANG DISTRIBUSI

A. Pengertian Distribusi

Dalam kamus bahasa indonesia, distribusi menurut bahasa adalah :

Pembagian, pengiriman barang-barang kepada orang banyak atau ke beberapa

tempat.1

Dalam kehidupan sehari-hari, distribusi biasa diartikan sebagai

kegiatan membagi-bagi barang kepada orang atau pihak yang berhak untuk

menerimanya. Misalnya, dalam keadaan kesulitan ekonomi, pemerintah

melakukan distribusi bahan makan kepada pegawai negeri dan penduduk ; di

pusat pembangkit tenaga listrik terdapat bagian distribusi yang mengurus

penyaluran tenaga listrik ke seluruh wilayah.

Dalam kegiatan ekonomi, kegiatan distribusi tidak hanya sekedar

membagi-bagi atau menyalurkan barang, tetapi mempunyai pengertian yang

lebih luas lagi. Kegiatan itu antara lain meliputi perdagangan, pengangkutan,

penyimpanan, penanggungan resiko, dan seterusnya sampai barang yang

bersangkutan diterima oleh konsumen dalam keadaan baik. Dengan demikian,

ruang lingkup kegiatan distribusi mencakup seluruh penanganan barang sejak

lepas dari produsen sampai barang tersebut diterima oleh konsumen.

Meskipun pengertian distribusi sangat luas, dengan singkat dapat dikatakan

1 Muhammad Ali, Kamus Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta : Pustaka AMANI), h.84.

48

Page 64: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

49

bahwa yang dimaksud dengan distribusi adalah usaha menyampaikan barang

dari produsen kepada konsumen.2

Berkenaan dengan distribusi dalam arti penyebaran dan penukaran

hasil produksi ini, Islam telah memberikan tuntunan yang wajib diikuti oleh

para pelaku ekonomi, pemerintah maupun masyarakat luas. Tuntunan tersebut

secara hukum normatif tertuang dalam fiqh al-mu’amalah.3

Dalam fiqh al-mu’amalah ditetapkan kaidah hukum bahwa hukum asal

dalam mu’amalah, sebagai bentuk distribusi, itu boleh sampai ada nash yang

menyatakan keharamannya. Berkaitan dalam prinsip ini, berbagai kegiatan

ekonomi boleh dilakukan dalam upaya pendistribusian hasil produksi bila

tidak ditemukan ketentuan nash yang melarangnya. Oleh karena itu, distribusi

dalam perspektif Islam sangat luas, kegiatan distribusi apapun boleh dilakukan

sepanjang tidak ada larangan dari nash.

Selain itu, dalam fiqh al-mu’amalah juga ditetapkan bahwa transaksi

yang dilakukan dalam distribusi boleh dilakukan dengan cara apapun,

termasuk kebiasaan baik dan benar (‘urf shahih) yang berjalan dalam

kehidupan umat manusia.4

Menurut Ibn Taimiyyah, sebagaimana dikutif al-‘Assal, setiap cara

yang oleh orang banyak dapat dihitung jual beli atau pengupahan adalah jual

beli dan pengupahan. Tetapi, kalau istilah orang-orang itu berlainan dalam

2 Suradjiman, Ekonomi 1 untuk Sekolah Menengah Umum (Jakarta : Pusat Perbukuan,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996), h.38 3 A. Djazuli dan Yadi Janwari, H.A, Lembaga-lembaga perekonomian umat sebuah

pengenalan, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2002) h. 32 4 Ibid., h.32

Page 65: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

50

lafazh dan prakteknya, maka transaksi pada setiap kaum diselenggarakan

menurut bentuk dan praktek yang mereka pahami bersama.

Sebenarnya, distribusi merupakan lanjutan ekonomi setelah produksi.

Hasil produksi yang diperoleh kemudian dipindahtangankan dari pemilik ke

pihak lain. Mekanisme yang digunakan dalam distribusi ini tiada lain adalah

dengan cara barter (mubadalah) atau antara hasil produksi dengan alat tukar

(uang). Di dalam syariat Islam bentuk distribusi ini dikemukakan dalam

pembahasan ‘aqd (transaksi).

B. Prinsip-Prinsip dan Tujuan Distribusi

Prinsip moral Islam mengarahkan kepada kenyataan bahwa pengakuan

hak milik harus berfungsi sebagai pembebas manusia dari karakter

materialistis. Hanya karena pembebasan itu, manusia bisa mendapatkan

kemuliaannya, bukan sebaliknya.5

Dalam Islam legitimasi hak milik akan tergantung dan sangat terkait

erat kepada pesan moral untuk menjamin keseimbangan, di mana hak pribadi

diakui, namun hak kepemilikan tersebut harus bisa berfungsi sebagai nafkah

konsumtif bagi diri dan keluarga, berproduksi dan berinvestasi, alat untuk

mengapresiasikan kepedulian sosial (zakat, infaq dan sedekah) dan jaminan

distribusi kekayaan, menjamin mekanisme kerja fisabilillah dan semangat

pembangunan serta penataan.6

5 Mustafa Edwin Nasution. Pengenalan Eksklusif : Ekonomi Islam. Jakarta : Kencana,

2007.Ed. I. Cet.2.h.122 6 Ibid., h.122

Page 66: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

51

Pemahaman ini bermuara pada pengakuan bahwa sang pemilik hakiki

dan absolut hanyalah Allah SWT, Tuhan semesta alam, dalam QS. Ali Imran

(3) : 189

⌧ “ Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha

Perkasa atas segala sesuatu “. Artinya, manusia hanya diberi hak kepemilikan terbatas, yaitu sebagai

pihak yang diberi wewenang untuk memanfaatkan, dan inti dari kewenangan

tersebut adalah tugas (taklif) untuk menjadi seorang khalifah (agen

pembangunan/ pengelola) yang beribadah di muka bumi ini.

Masalah distribusi kekayaan yang sulit dan rumit sekaligus penting itu

telah mendapat perhatian khusus. Banyak pakar ekonomi filsafat dan politik

telah beberapa kali membahas masalah itu, dalam berbagai kesempatan dan

mencoba untuk menyelesaikannya, meskipun mereka telah mencoba usaha

yang terbaik tetapi akhirnya mereka tetap gagal menemukan penyelesaian

yang tepat.7

Sekelompok pemikir berpandangan bahwa seseorang seharusnya

memiliki kebebasan sepenuhnya supaya bisa menghasilkan sejumlah kekayaan

yang maksimal dengan menggunakan kemampuan yang dia miliki, juga

mengingatkan agar tidak membatasi hak individu atas hartanya dengan

memberikan pembagian harta.8

7 M. Sholahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007),

h.199 8 Afzalurrahman, Dokrin Ekonomi Islam . (Jakarta : PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), h.92

Page 67: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

52

Sementara pemikir lain berpendapat bahwa kebebasan secara

individual tetap akan berbahaya bagi kemaslahatan masyarakat. Oleh karena

itu, hak individu atas harta yang dimilikinya sebaiknya dihapuskan dan semua

wewenang dipercayakan kepada masyarakat supaya dapat mempertahankan

persamaan ekonomi didalam masyarakat.9

Di kalangan mereka sering terjadi perbedaan pendapat sehingga tidak

satu pun jawaban yang mampu memecahkan persolan tersebut. Akibatnya

masalah tersebut tetap tinggal sebagai suatu tantangan bagi para pemikir

sampai saat ini.

Bertolak dari kedua pendapat berdirilah ekonomi Islam yang

mengambil jalan tengah, yaitu membantu dalam menegakkan suatu sistem

yang adil dan merata. Sebagaimana Al – Qur’an telah menjelaskan prinsip

Islam dalam QS. Al-Hasyr (59) : 7

☺ ☺

“ Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul …. Supaya harta itu jangan hanya beredar dikalangan orang-orang kaya saja diantaramu ” .

Ayat ini Mengungkapkan prinsip pengaturan distribusi kekayaan

dalam sistem kehidupan Islam, kekayaan harus di bagi kepada semua

9 Ibid., h.93

Page 68: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

53

golongan masyarakat dan seharusnya tidak menjadi komoditi diantara

golongan kaya saja.

Al-Qur’an telah menetapkan langkah-langkah tertentu untuk mencapai

pemerataan pembagian kekayaan dalam masyarakat secara obyektif. Al –

Qur’an juga melarang adanya bunga dalam bentuk apapun, disamping itu

memperkenalkan hukum waris yang memberikan batasan kekuasaan bagi

pemilik harta untuk suatu maksud dan membagi semua kekayaannya di antara

kerabat dekat apabila meninggal. 10

Tujuan dari hukum-hukum ini adalah untuk mencegah pemusatan

kekayaan kepada golongan-golongan tertentu. Selanjutnya langkah-langkah

positif yang diambil untuk membagi kekayaan kepada masyarakat yaitu

dengan melalui kewajiban mengeluarkan zakat, infaq dan pemberian bantuan

kepada orang-orang miskin dan yang menderita akibat pajak negara.11

Di samping itu, Tujuan keadilan sosio-ekonomi dan pemerataan

pendapatan dan kesejateraan sudah jelas dianggap sebagai bagian tak

terpisahkan dari filsafat moral dalam Islam dan didasarkan pada komitmennya

pada persaudaraan manusia.12

Langkah-langkah ini dan langkah-langkah lain yang sama telah

ditetapkan oleh Al – Qur’an untuk mencegah monopoli dan mendukung

distribusi kekayaan dalam masyarakat dan pada saat yang sama memberikan

10 Ibid., h.93 11 Ibid., h.94 12 M. Umer Chapra, Al-Qur’an Menuju Sistem Moneter Yang Adil, (Yogyakarta : PT.

Dana Bhakti Prima Yasa, 1997), h. 5

Page 69: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

54

hak pemilikan, memberikan suatu dorongan kuat kepada setiap individu

memanfaatkan warisan dengan sebaik-baiknya.13

Di sisi lain, Konsep adil memang bukan monopoli milik ekonomi

syariah. Kapitalisme dan Sosialisme juga memiliki konsep adil. Bila

kapitalisme mendefinisikan adil sebagai ‘anda dapat apa yang anda

upayakan’ (you get what you deserved), dan sosialisme mendefinisikannya

sebagai ‘sama rata sama rasa’ (no one has a privilege to get more than

others), maka Islam mendefinisikan adil sebagai ‘tidak menzalimi tidak pula

dizalimi’ (La Tazhlimuuna walaa Tuzhlamuun).14

Artinya, dalam konsep kapitalisme, adil apabila setiap individu

mendapatkan apa yang menjadi haknya. Dalam konsep sosialisme, keadilan

akan terwujud apabila masyarakatnya dapat menikmati barang dan jasa

dengan ‘sama rata sama rasa. Sedangkan dalam Islam, keadilan diartikan

dengan suka sama suka (‘Antaraadin Minkum) dan satu pihak tidak menzalimi

pihak lain (La Tazhlimuuna walaa Tuzhlamuun).

Jadi, semua sistem ekonomi mempunyai tujuan yang sama yaitu

menciptakan sistem perekonomian yang adil. Namun tidak semuanya sistem

tersebut mampu dan secara konsisten menciptakan sistem yang adil. Sistem

yang baik adalah sistem yang dengan tegas dan secara konsisten menjalankan

prinsip-prinsip keadilan yang berlandaskan Al – Qur’an dan As – Sunnah.

Untuk mencapai keadilan ekonomi yang ideal dalam masyarakat Islam

memberikan sebuah gagasan yang sangat baik bagi setiap individu sehingga

13 Afzalurrahman, Dokrin Ekonomi Islam. h.94 14 Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

2007).h.36

Page 70: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

55

mereka tidak jatuh ke dalam tingkatan yang rendah yaitu‘binatang ekonomi’

(economic animal) yang hidupnya hanya untuk makan, dimana perut

merupakan tujuan dari setiap kegiatan ekonomi.15

Padahal seharusnya bahwa bukan semata-mata makanan untuk hidup

tetapi hidup itu sendiri untuk mencapai tujuan yang lebih mulia, yakni sebagai

ibadah.

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa prinsip utama dalam

sistem ini adalah peningkatan dan pembagian hasil kekayaaan agar distribusi

kekayaan dapat ditingkatkan, yang mengarah pada pembagian kekayaan yang

merata di berbagai kalangan masyarakat yang berbeda dan tidak hanya

berfokus pada beberapa golongan tertentu.

C. Mekanisme Distribusi

Sebelum memasuki dataran sub pembahasan, penulis ingin terlebih

dahulu membuat ilustrasi (gambar) mekanisme distribusi, yang nantinya

penulis akan jelaskan per-pointernya, guna mempermudah pembaca budiman

dalam memahami skripsi ini.

15 Afzalurrahman, Dokrin Ekonomi Islam. h.96

Page 71: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

56

1. Bekerja sama 2. Pengembangan kegiatan investasi 3. Larangan menimbun 4. Membuat kebijakan harta dan

menggalakkan kegiatan syariah 5. Larangan kegiatan monopoli dan

berbagai penipuan 6. Larangan judi, riba, korupsi,

pemberian kepada penguasa 7. Pemanfaatan secara optimal hasil dari

barang-barang milik umum

ekonomi

Mekanisme Distribusi

Masalah ekonomi terjadi apabila kebutuhan pokok (al-hajatu al-

asasiyah) untuk semua pribadi manusia tidak tercukupi. Dan masalah

pemenuhan kebutuhan merupakan persoalan distribusi kekayaan. Dalam

mengatasi persoalan distribusi tersebut harus ada pengaturan menyeluruh yang

dapat menjamin terpenuhinya seluruh kebutuhan pokok pribadi, serta

menjamin adanya peluang bagi setiap pribadi masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan pelengkapnya.

Walaupun persoalannya lebih banyak pada masalah distribusi

kekayaan, namun bukan berarti persolan produksi diabaikan. Produksi

selamanya diperlukan, bahkan mutlak harus ada. Akan tetapi, tanpa adanya

distribusi yang baik, kekayaan yang dihasilkan hanya akan beredar pada

Nonekonomi 1. Pemberian negara kepada rakyat

yang membutuhkan 2. Zakat

Page 72: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

57

beberapa orang, tidak mensejahterakan masyarakat secara keseluruhan, dan

akhirnya justru menimbulkan kesenjangan dan problematika.

Dalam persoalan distribusi kekayaan yang muncul, Islam melalui

sistem ekonominya menetapkan bahwa berbagai mekanisme tertentu yang

digunakan untuk mengatasi persoalan distribusi secara garis besar dapat

dikelompokan menjadi dua yaitu (1) apa yang disebut mekanisme ekonomi,

dan (2) mekanisme nonekonomi.16

Mekanisme ekonomi adalah mekanisme distribusi dengan

mengandalkan kegiatan ekonomi agar tercapai distribusi kekayaan.

Mekanisme dijalankan dengan cara membuat berbagai ketentuan dan

mekanisme yang berkaitan dengan distribusi kekayaan. Dengan berbagai

kebijakan dan ketentuan tentang kegiatan ekonomi tertentu, maka diyakini

distribusi kekayaan itu akan berlangsung secara normal.17

Tegasnya bahwa distribusi kekayaan secara merata ternyata tidak bisa

dilakukan dengan mengandalkan mekanisme ekonomi saja (itu pun banyak

kegiatan seperti berbagai jenis kegiatan ribawi, judi, korupsi, pungli, dan lain

sebagainya) yang bila dicermati justru menimbulkan hambatan terhadap

lancarnya distribusi kekayaan. Maka seharusnya ada mekanisme nonekonomi

yang dapat diterapkan untuk mengatasi persoalan distribusi.

1. Mekanisme Ekonomi

16 M. Sholahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

2007), h.205 17 Ibid., h.205

Page 73: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

58

Dalam mewujudkan distribusi kekayaan yang adil, maka

mekanisme yang ditempuh dalam sistem ekonomi Islam dengan cara

sebagai berikut :

a. Membuka kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya sebab-sebab

hak milik (asbabu al-tamalluk) dalam hak milik pribadi (al-milkiyyah al-

fardiyyah).

Menurut an-Nabhani,18 Islam telah menetapkan sebab-sebab utama

bagi seseorang dapat memiliki harta yang berkaitan dengan hak milik

pribadi (al-milkiyyah al-fardiyyah) yakni (1) bekerja (2) warisan (3)

kebutuhan akan harta untuk menyambung hidup (4) harta pemberian

negara yang diberikan kepada rakyat dan (5) harta-harta yang diperoleh

oleh seseorang dengan tanpa mengeluarkan harta atau tenaga apa pun.

Membuka kesempatan kerja seluas-luasnya bagi seluruh anggota

masyarakat adalah salah satu bentuk distribusi kekayaan melalui

mekanisme distribusi. Salah satu upaya yang biasa dilakukan manusia

untuk memperoleh harta kekayaan adalah dengan bekerja. Maka dari itu

menurut Islam dengan ‘bekerja’ adalah sebab pokok yang mendasar untuk

memungkinkan manusia dapat memiliki harta kekayaan.19

Agar berbagai pekerjaan tersebut bisa dijalankan dengan baik,

maka negara berkewajiban menyediakan lapangan pekerjaan serta

membuat berbagai peraturan yang dapat memudahkan pekerjaan tersebut.

18 Taqiyudin An-Nabhani, “Membangun sistem ekonomi alternative perspektif Islam”,

(Surabaya : Risalah Gusti, 1996). 19 M. Sholahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam, h.208

Page 74: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

59

b. Memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya

pengembangan hak milik (tanmiyatul al-milkiyah) melalui kegiatan

investasi.

Pengembangan hak milik adalah mekanisme yang digunakan

seseorang untuk mendapatkan tambahan hak milik tersebut. Karena Islam

mengatur serta menjelaskan suatu mekanisme untuk mengembangkan hak

milik. Maka pengembangan hak milik itu harus terikat dengan hukum-

hukum tertentu yang telah dibuat oleh syara’ dan tidak boleh melanggar

ketentuan-ketentuan syara’ tersebut.20

Secara garis besar, dapat dikatakan bahwa Islam menghalalkan

kaum muslimin bergerak dalam bidang pertanian, perdagangan, dan

perindustrian dengan catatan-catatan tertentu. Dalam masalah pertanian,

prinsip hukum Islam adalah pada hukum-hukum yang berhubungan

dengan pertanahan.

Kita ambil contoh, Seseorang yang menghidupkan tanah yang

mati, bahkan baru membukanya saja, berhak memiliki tanah tersebut.

Namun, jika ia terlantarkan tanah itu lebih dari tiga tahun, maka lahan

tersebut diambil alih oleh negara dan diberikan kepada siapa saja yang siap

mengolahnya.

Oleh karena itu, hak milik dapat dikembangkan terikatnya hukum-

hukum yang telah ditetapkan syara’, yaitu hukum-hukum seputar

pertanahan, hukum-hukum jual beli, perseroan serta hukum-hukum yang

terkait dengan ijaaratul ajiir (upah) dan produksi. Karenanya

20 Ibid., h.209

Page 75: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

60

pengembangan hak milik dalam bidang pertanian, perdagangan, maupun

industri bisa dilakukan secara pribadi maupun secara bersama dalam suatu

aturan.

Sebagaimana sabda Rasulullah Saw dalam hadist qudsy :

اهللا لقا( ملس وهيل اهللا على ص اهللالوس رلقا: ال قةريرى هب أنع

انا خذإف. هباحا صمهدح أنخي الم منيكير الشثالا ثنأ: ىالعت

)رواه أبو داود وصححه الحاآم) (امهني بن متجرخ“ Hadist ini diterima dari Abi Hurairah, R.a, ia berkata : telah

bersabda Rasulullah SAW : “ Sesungguhnya Allah menyatakan : Aku adalah pihak ketiga (yang Maha Melindungi) bagi dua orang yang melakukan syirkah, selama salah seorang diantara mereka tidak berkhianat kepada temannya (syariknya). Apabila di antara mereka ada yang berkhianat, maka Aku akan keluar dari mereka (tidak melindungi). Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan telah menshahkannya oleh Al-Hakim.21

c. Larangan menimbun harta benda walaupun telah dikeluarkan zakatnya.

Harta yang ditimbun tidak akan berfungsi ekonomi. Pada gilirannya akan

menghambat distribusi karena tidak terjadi perputaran harta.

Al-Badri menjelaskan bahwa Islam mengharamkan menimbun

harta benda walaupun telah dikeluarkan zakatnya, dan mewajibkan

pembelanjaan terhadap harta tersebut, agar ia beredar ditengah masyarakat

sehingga dapat diambil manfaatnya. Penggunaan harta benda dapat

dilakukan dengan mengerjakan sendiri ataupun bekerjasama dengan orang

lain dalam suatu pekerjaan yang tidak diharamkan.22

21 Abu Daud, Sunan Abu Daud, Kitabul Buyu’ bab Fis Syarikah , (Beirut : Daarul Fikr,

1994). Jilid II. h.127 22 M. Sholahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam, h.212

Page 76: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

61

Ada banyak hal larangan dalam Al-Qur’an diantaranya, yaitu

melarang usaha penimbunan harta, baik emas maupun perak, karena

keduanya merupakan standar mata uang. Dalam QS. At-Taubah (9) : 34

Allah Swt berfirman :

“ Dan orang-orang yang menimbun emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berilah mereka kabar gembira dengan siksaan yang pedih”

d. Membuat kebijakan agar harta beredar secara luas serta menggalakkan

berbagai kegiatan syirkah dan mendorong pusat-pusat pertumbuhan.

Islam mengajurkan agar harta benda beredar di seluruh anggota

masyarakat, dan tidak beredar dikalangan tertentu, sementara kelompok

lainnya tidak mendapat kesempatan. Caranya adalah dengan

menggalakkan kegiatan investasi dan pembangunan infrastruktur. 23

Untuk merealisasikan hal ini, maka negara akan menjadi fasilitator

antara orang-orang kaya yang tidak mempunyai waktu dan berkesempatan

untuk mengerjakan dan mengembangkan, hartanya dengan para pengelola

yang profesional yang modalnya kecil atau tidak ada. Mereka

dipertemukan dalam kegiatan perseroan (syirkah).

Selain itu, negara dapat juga memberikan pinjaman modal kepada

orang-orang yang memerlukan modal usaha. Dan pinjaman yang diberikan

23 Ibid., h.213

Page 77: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

62

tidak dikenakan bunga ribawi. Bahkan kepada orang-orang tertentu dapat

juga diberikan modal usaha secara Cuma-Cuma sebagai hadiah agar ia

tidak terbebani oleh pengembalian pinjaman tersebut.24

Cara lain yang dilakukan oleh negara untuk mendorong pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi adalah dengan membuat dan menyediakan berbagai

fasilitas seperti jalan raya, pelabuhan, pasar, dan lain sebagainya. Juga

membuat kebijakan yang memudahkan setiap seseorang membuat dan

mengembangkan berbagai macam jenis usaha produktif.

e. Larangan kegiatan monopoli, serta berbagai penipuan yang dapat

mendistorsi pasar.

Islam melarang terjadinya monopoli terhadap produk-produk yang

merupakan jenis hak milik pribadi (private property). Sebab dengan

adanya monopoli, maka seseorang dapat menentukan harga jual produk

tidak sesuai dengan pasarannya, sehingga dapat merugikan kebanyakan

orang di muka umum.25

Islam mengharamkan penetapan harga secara mutlak Negara tidak

diperbolehkan turut terlibat dalam menetapkan harga jual suatu produk

yang ada dipasar, sebab hal ini akan menyebabkan terjadinya perubahan

harga pasar.26

Sebuah hadist dari Anas r.a yang mengatakan :

24 Ibid., h.213 25 Ibid., h.214 26 Ibid., h.214

Page 78: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

63

اهللا لوس ردهى عل عةنيدم الي فرع السالغ: ال قكالم ن بسن أنع

, رع السالغ, اهللالوساري: اس النالق فملس وهيلى اهللا علص

, رعسلم او ه اهللانإ (ملس وهيل اهللا على اهللا صلوس رالقا فنلرعسف

سيل والع اهللا تقل أنا أوجر ألينإو, قازالر, طاسالب, ضابالق

ء رواه الخمسة اال النسا) ال مال وم دي فةملظم بينبلط يمكن مدحا

وصصحه ابن حبان “ Artinya : Hadist ini diterima dari Anas Bin Malik, ia berkata : Harga pada masa Rasulullah Saw (di Madinah), mengalami kenaikan sangat tajam (membumbung). Lalu mereka melaporkan : “ Wahai Rasulullah, kalau seandainya harga ini engkau tetapkan (niscaya tidak membumbung seperti ini). Beliau SAW. Menjawab : ‘Sesungguhnya Allah-lah yang Maha Menciptakan, yang Maha Menggenggam, yang Maha Melapangkan, yang Maha Memberi Rizki, lagi Maha Menentukan Harga. Aku ingin menghadap ke hadirat Allah, sementara tidak ada satu orang pun yang menuntutku karena suatu kezaliman yang aku lakukan kepadanya, dalam masalah harta dan darah. Diriwayatkan imam yang lima kecuali Nasa’i dan telah menshahkannya Ibnu Hibban. “27

Masalah lain yang dilarang oleh Islam diantaranya adalah adanya

upaya memotong jalur pemasaran yang dilakukan oleh pedagang

perantara, sehingga para produsen terpaksa menjual produknya dengan

harga sangat murah, padahal harga yang berlaku di pasar tidak serendah

yang mereka peroleh dari pedagang perantara.

Thawus dari Ibnu Abbas. r.a meriwayatkan bahwa ia berkata :

اهللا لوس رالق: الا قمهن اهللا عيض راسب عن ابن عساو طنع

تلق, ادب لراض حعب يالو, انبآا الروقل تال, ملس وهيل اهللا علىص

27 Abu Daud, Sunan Abu Daud, Kitabul ‘Ijarah bab Tas’ir, (Beirut : Daarul Fikr, 1994),

Jilid II, h.142

Page 79: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

64

“ Artinya : hadist ini diterima dari Thawus dari Ibnu Abbas. Ia berkata : telah bersabda Rasulullah SAW : Jangan kamu Rukban (pergi berjumpa kafilah sebelum sampainya dikota dan sebelum mereka dapat tahu harga pasar) kafilah-kafilah janganlah orang kota jualkan buat orang desa.” Thawus bertanya kepada Ibnu Abbas : Apa (arti) sabdanya : “ dan janganlah orang kota jualkan buat orang desa ?” Ia jawab : (artinya) janganlah orang kota jadi perantara bagi orang desa. Di riwayatkan oleh Bukhari-Muslim, tetapi lafadz itu bagi Bukhari.28

f. Larangan kegiatan judi, riba, korupsi, pemberian suap, dan hadiah kepada

penguasa

Judi dan riba merupakan penyebab utama uang hanya akan

bertemu dengan uang (bukan dengan barang dan jasa), dan beredar antara

orang kaya saja. Karena Islam melarang serta mengharamkan aktivitas

tersebut.29 dalam QS. Al – Maidah (5) : 90 Allah SWT berfirman :

☺ ☺

“ Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)

khamr, judi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbautan keji termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”

Berkaitan dengan riba maka Allah SWT berfirman dalam QS. Al –

Baqarah (2) : 278

28 Bukhari, Shahih Bukhari, Kitabul Buyu’ bab Hal yabii’u haadirun libaadin bigairi

ajrin ? wahal yu’inuhu au yansohuhu, (Riyadh : Daarus Salam, 1997), Cet.I, h.425 29 M. Sholahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam, h.216

Page 80: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

65

“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan

tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.”

Sementara korupsi, pemberian suap dan hadiah kepada penguasa

mengakibatkan harta hanya beredar di antara orang-orang yang sudah

berkecukupan. Hal ini merupakan penyebab rusaknya sistem distribusi

kekayaan. Berkaitan dengan suap-menyuap Rasulullah SAW bersabda :

اهللا ل ص اهللالوس رنعل: ال قاصلع انو برمع ن ب اهللادب عنع

رواه أبو داود والرمذي وصححه. (ىشترمالى واش الرملس وهيلع “ Artinya : hadist ini diterima dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash,

ia berkata : Rasulullah Saw telah melaknati penyuap, penerima suap dan yang menjadi perantara terjadinya suap-menyuap.” Diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tirmidzi dan telah menshahkannya.30

g. Pemanfaatan secara optimal (dengan harga murah atau cuma-cuma) hasil

dari barang-barang (SDA) milik umum (al-milkiyah al-amah) yang

dikelola negara seperti hasil hutan, barang tambang, minyak, listrik, air

dan sebagainya demi kesejahteraan rakyat.

Dengan disiplinnya pengelolaan dan pemanfaatan harta-harta yang

menjadi milik umum, maka hasilnya dapat didistribusikan kepada seluruh

masyarakat secara Cuma-Cuma atau dengan harga yang murah. Dana yang

sebelumnya dibelanjakan untuk mendapatkan barang-barang yang menjadi

30 Abu Daud, Sunan Abu Daud, Kitabul Aqdiyyah bab Karohiyatur Riswah, (Beirut :

Daarul Fikr, 1994), Jilid II, h.166

Page 81: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

66

milik umum seperti air atau listrik dan lain-lain, bisa digunakan untuk

keperluan lain bagi peningkatan kualitas hidupnya.31

Apabila semua kegiatan di mulai dari sebab-sebab hak milik, maka

pemanfaatan hak milik dan sejumlah larangan menyangkut beberapa

kegiatan ekonomi yang dalam sistem ekonomi kapitalis dianggap wajar

dilaksanakan, Insya Allah akan tercipta distribusi kekayaan di antara

manusia sebaik-baiknya.32

Artinya, distribusi akan berlangsung normal, dan rakyat akan

merasakan kesejahteraan.

2. Mekanisme Non ekonomi

Cara ini bertujuan agar ditengah masyarakat segera terwujud

keseimbangan (al-tawazun) dan kesetaraan ekonomi, yang akan ditempuh

dengan beberapa cara. Pendistribusian harta dengan mekanisme non

ekonomi tersebut antara lain :

a. Pemberian negara kepada rakyat yang membutuhkan

Negara memberikan harta kepada orang-orang yang memerlukan

untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh

Rasulullah ketika memberikan harta fa’i Bani Nadhir hanya kepada

orang-orang Muhajirin saja, tidak kepada orang Anshar kecuali hanya

dua orang saja.33

Abu Dujanah Samak bin Khurasah dan Sahal bin Hunaif, yang

kebetulan dua orang itu memang miskin sebagaimana umumnya orang

31 M. Sholahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam, h.216 32 Ibid., h.217 33 Ibid., h.219

Page 82: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

67

Muhajirin. Mengapa Rasulullah hanya memberikan harta fa’i itu

kepada orang Muhajirin?34 Sebagaimana dalam QS. Al-Hasyr (59) : 7,

agar (“ Harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya

saja di antara kamu “).

Ayat ini merupakan ‘illah (al-Amru al-Ba’itsu’ ‘ala al-Hukmi –

perkara yang menjadi landasan munculnya hukum), bagi tindakan

penyeimbangan ekonomi yang dilakukan oleh negara manakala terjadi

ketimpangan ekonomi di tengah masyarakat dengan cara memberikan apa

yang menjadi milik negara kepada orang-orang tertentu yang memerlukan.

Pemberian harta negara tersebut dengan maksud agar dalam rangka

memenuhi kebutuhan hidup rakyat atau agar rakyat dapat memanfaatkan

pemilikan mereka secara merata. Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat

diberikan secara langsung ataupun tidak langsung dengan jalan

memberikan berbagai sarana dan fasilitas sehingga pribadi dapat

memenuhi kebutuhan hidup mereka. 35

Islam mengakui adanya kepemilikan Individu dan setiap orang

bebas mengoptimalkan kreativitasnya serta memberi otoritas kepada

pemiliknya sesuai dengan batasan yang ditetapkan Allah. Namun

kebebasan yang diberikan itu terkadang disalahgunakan oleh sebagian

orang misalnya dalam bentuk : pengambilan riba, perilaku monopoli, dan

aktivitas yang sejenisnya.36

34 Ibid., h.219 35 Ibid., h.219 36 Muhammad, Ekonomi Mikro dalam perspektif Islam, (Yogyakarta : BPFE, 2004),

h. 320

Page 83: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

68

Jika aktivitas seperti ini terjadi maka pemimpin negara

diperbolehkan melakukan intervensi seperlunya. Tujuannya adalah untuk

menghentikan perilaku yang mengancam hak dan kesejahteraan hidup

masyarakat.

Menurut an-Nabahani,37 dikatakan bahwa tugas-tugas pemerintah

dalam perekonomian dibagi menjadi tiga, yaitu : (1) mengawasi faktor

utama penggerak ekonomi, (2) menghentikan mu’amalah yang

diharamkan, dan (3) mematok harga kalau diperlukan.

Pemerintah harus mengawasi gerak perekonomian seperti dalam

aktivitas produksi dan distribusi barang, praktek yang tidak benar seperti :

penimbunan terhadap bahan pokok yang sangat diperlukan masyarakat,

monopoli dan tindakan mempermainkan harga untuk menjaga

kemaslahatan bersama.

Pematokan harga pada mulanya diharamkan. Karena kondisi

penjual saat itu pada posisi lemah yang berbeda dengan keadaan saat ini.

Di mana seorang penjual dapat berbuat apa saja. Oleh karena itu peran

pemerintah untuk mematok harga suatu komoditas tertentu diperbolehkan

atau bahkan wajib. Sebab untuk menciptakan keadilan dan kemaslahatan

bersama.38

37 M. Faruk An-Nabahani, Sistem Ekonomi Islam : Pilihan setelah Kegagalan Sistem

Kapitalis dan Sosialis, Terjemahan : Muhadi Zainudin, (Yogyakarta : UII Press, 2000). 38 Muhammad, Ekonomi Mikro dalam perspektif Islam. h.320

Page 84: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

69

Dalam kaitan ini Yusuf Qardhawi39,menegaskan bahwa tugas

negara adalah berupaya untuk menegakkan kewajiban dan keharusan

mencegah terjadinya hal-hal yang diharamkan khususnya dosa besar,

seperti : riba, perampasan hak, pencurian dan kezaliman kaum kuat

terhadap kaum lemah.

Pernyataan ini mengandung maksud, bahwa negara bertugas untuk

menetapkan undang-undang berdasarkan nilai dan moral ke dalam praktek

nyata serta mendirikan institusi (lembaga) untuk menjaga serta memantau

pelaksanaan kewajiban masyarakat dan menghukum orang yang

melanggar dan melalaikan kewajibannya.

Demikian pula negara harus dapat meningkatkan aktivitas bisnis

dan mencegah terjadinya eksploitasi terhadap pihak tertentu dalam

masyarakat, dan Pemerintah harus dapat menghapuskan kemiskinan

minimal mengurangi jumlah penduduk yang miskin.

Menurut Mannan40, kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan

distribusi pendapatan adalah kebijakan fiskal dan anggaran belanja.

Kebijakan tersebut bertujuan untuk mengembangkan suatu masyarakat

yang didasarkan pada distribusi kekayaan yang berimbang dengan

menempatkan nilai-nilai material dan spiritual pada tingkat yang sama.

b. Zakat

39 Yusuf Qardhawy, Etika dan Moral ekonomi Islam, (Jakarta : Gema Insani Press,

1997). 40 Muhammad Abdul Mannan. Ekonomi Islam : Teori dan Praktek, Terjemahan.

(Yogyakarta : PT.dana Bhakti Wakaf, 1993).

Page 85: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

70

Pemberian harta zakat yang dibayarkan oleh Muzakki kepada

Mustahik adalah bentuk lain dari mekanisme non-ekonomi dalam hal

distribusi harta. Zakat adalah ibadah yang wajib dilaksanakan oleh para

Muzakki. Dalam hal ini, negara wajib memaksa siapa pun yang termasuk

Muzakki untuk membayarkan zakatnya.41

Allah SWT berfirman dalam QS. At-Taubah (9) : 109

⌦ ☺

“ Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Dengan adanya kegiatan yang bersifat memaksa ini, maka akan

terjadi peredaran harta yang tidak melalui mekanisme ekonomi dari orang-

orang kaya kepada orang-orang miskin. Dari harta zakat tersebut

kemudian dibagikan kepada golongan tertentu, yakni delapan Ashnaf

seperti yang telah disebutkan dalam Al – Qur’an, Allah SWT berfirman

dalam QS. At-Taubah (9) : 60

☺ ☺

41 M. Sholahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam, h.221

Page 86: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

71

⌧ ⌧ ☺

“ Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,

orang miskin, amil-amil zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jihad fi sabiilillaah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. “

Jadi zakat merupakan ibadah yang berperan dan berdampak

ekonomi, yakni berperan sebagai intrumen distribusi kekayaan manusia.

D. Nilai dan Moral Di Bidang Distribusi

Dalam aktivitas ekonomi, Islam menanamkan mekanisme berbasis

moral spiritual untuk mengaplikasikan keadilan sosial pada setiap aktivitas

ekonomi. Adanya ketidakseimbangan distribusi kekayaan sebagai alasan yang

mendasari hampir semua konflik individu maupun sosial. Hal tersebut akan

sulit dicapai tanpa adanya keyakinan pada prinsip moral dan sekaligus

kedisiplinan dalam mengimplementasikan konsep moral tersebut.42

Ini adalah fungsi dari menerjemahkan konsep moral sebagai faktor

endogen (dari dalam) dalam perekonomian, sehingga etika ekonomi menjadi

hal yang sangat membumi untuk dapat mengalahkan setiap kepentingan

pribadi.

42 Mustafa Edwin Nasution. Pengenalan Eksklusif : Ekonomi Islam. (Jakarta : Kencana,

2007).Ed. I. Cet.2.h.120

Page 87: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

72

Sebagian penulis ekonomi Islam berpendapat bahwa hal pertama yang

harus diperhatikan dalam perekonomian adalah distribusi dan tidak ada

kaitannya dengan produksi.

Distribusi dalam ekonomi Kapitalis terfokus pada pasca produksi,

yaitu pada konsekuensi proses produksi bagi setiap proyek dalam bentuk uang

ataupun nilai, lalu hasil tersebut didistribusikan pada komponen-komponen

produksi yang berandil dalam memproduksinya43, yaitu empat komponen

berikut ini :

1. Upah, yaitu upah (wages) bagi para pekerja, dan sering kali dalam hal

upah, para pekerja diperalat desakan kebutuhannya dan diberi upah di

bawah standar,

2. Bunga, yaitu bunga sebagai imbalan dari uang modal (interest on capital)

yang diharuskan pada pemilik proyek,

3. Ongkos, yaitu ongkos (cost) untuk sewa tanah yang dipakai untuk proyek,

dan

4. Keuntungan, yaitu keuntungan (profit) bagi pengelola yang menjalankan

praktek pengelolaan proyek dan manajemen proyek, dan ia bertanggung

jawab sepenuhnya.

Akibat dari perbedaan komposisi andil dalam produksi yang dimiliki

oleh masing-masing individu, berbeda-beda pula pendapatan yang didapat

oleh masing-masing individu.

43 Yusuf Qardhawy, Peran Nilai Moral dalam Perekonomian Islam, (Jakarta : Robbani

Press, 2001),h.347

Page 88: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

73

Para ulama Islam telah sepakat dan lembaga-lembaga fiqh

kontemporer juga telah mengadakan konsensus bahwa setiap bentuk bunga

adalah riba yang diharamkan bahkan termasuk diantara tujuh dosa besar yang

membinasakan, dan Islam menolak butir kedua, yaitu unsur bunga. 44

Sebagaimana dalam hadist di katakan :

ى ل اهللا صلوس رنعل: ال قعبد الرحمن بن عبداهللا بن مسعود عن أبيه

ابو رواه ) اءو سمه (الق وهيداهشو, هباتآو, هلآومو, اب الرلآآاهللا

داود “ Artinya : hadist ini diterima dari Abdurrahman bin Abdullah bin

Mas’ud dari Ayahnya r.a Ia berkata : Rasulullah Saw melaknat orang yang memakan (mengambil) riba, memberikan, menuliskan, dan dua orang yang menyaksikannya, mereka berstatus hukum sama.” Hadist diriwayatkan oleh Muslim.45

Adapun ketiga unsur yang lain, Islam membolehkannya jika terpenuhi

syarat-syaratnya dan terrealisasi prinsip dan batasan-batasannya.

Distribusi dalam ekonomi Islam didasarkan pada dua nilai manusiawi

yang sangat mendasar dan penting, yaitu : nilai kebebasan dan nilai

keadilan.46 Pendapat ini didasarkan atas kenyataan bahwa Allah Swt sebagai

pemilik mutlak kekayaan telah memberi amanat kepada manusia untuk

mengatur dan mengelola kekayaan disertai kewenangan untuk memiliki

kekaya

an tersebut.

d, Kitabul Buyu’ bab Fi aklir Riba wa Mukilahu, (Beirut : Daarul F

wy, Etika dan Moral ekonomi Islam, (Jakarta : Gema Insani Press, 1997).

44 Ibid., h.348 45 Abu Daud, Sunan Abu Dauikr, 1994), Jilid II, h.117-118 46 Yusuf Qardha

Page 89: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

74

Sehubungan dengan masalah distribusi ini, Qardhawi47,menjelaskan

1. Nilai Kebe

a.

tuk

menyom

melaku

nya49.

hingga manusia pantas

a amanah dari Allah yang harus

n di hari kemudian.50

sebagai berikut :

basan

Asas kebebasan

Kebebasan dalam melakukan aktivitas ekonomi harus dilandasi

keimanan kepada Allah dan ke-Esaan-Nya serta keyakinan manusia

kepada Sang Pencipta. Allah-lah yang menciptakan dan Dia yang

mengatur segala urusan sehingga tidak layak lagi bagi manusia un

bongkan diri serta bertindak otoriter terhadap makhluk

lainnya. Karena seluruh makhluk di hadapan Tuhan adalah sama.48

Keyakinan manusia kepada Allah didasarkan atas persiapan

material dan spiritual yang diberikan Allah kepada manusia dalam

kan tugasnya sebagai khalifah. Kebebasan manusia adalah

sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan

Dengan kata lain, seorang yang terbelenggu tidak akan

produktif, karena ia perlu bimbingan dari Tuhannya.

Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk berusaha,

memiliki, mengelola dan membelanjakan hartanya sesuai dengan

peraturan yang ditetapkan oleh Allah se

dimuliakan dan menerim

dipertanggung jawabka

47 Ibid., h.361 48 Muhammad, Ekonomi Mikro dalam perspektif Islam, (Yogyakarta : BPFE, 2004),

h.317. 49 Ibid., h.317 50 Ibid., h.318

Page 90: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

75

b. Bukti-bukt

1)

at menguasai dan

meman

ng untuk menanggung risiko

ini cinta untuk memiliki, gembira dengan yang ia

enangis dan menjerit jika seseorang mengganggu

2)

seseorang dapat melestarikan dan mengelola secara

berkesinambungan apa yang menjadi miliknya. Perolehan hak

i kebebasan

Hak milik Pribadi

Kepemilikan adalah suatu bukti prinsip kebebasan. Seorang

yang memiliki suatu benda dap

faatkannya. Ia dapat pula mengembangkan hak miliknya

dengan cara-cara yang dibenarkan Islam.51

Islam melindungi hak milik pribadi dari perbuatan zalim

seseorang dan menganjurkan untuk mempertahankan hak miliknya.

Kebebasan mengharuskan seseora

sesuai dengan apa yang dilakukan dan memberikan hak orang lain

yang terdapat di dalam hartanya.52

Ketika sistem Islam mengakui hak milik pribadi,

sesungguhnya ia ingin memenuhi dorongan fitrah yang murni pada

manusia, yaitu kecintaan untuk memiliki. Sebagai contoh, Anak

kecil sejak d

miliki, m

miliknya.53

Warisan

Disyariatkannya warisan adalah pencerminan kebebasan. Dimana

51 Ibid., h.318. 52 Ibid., h.318 53 Yusuf Qardhawy, Peran Nilai Moral dalam Perekonomian Islam, (Jakarta : Robbani

Press, 2001),h.361

Page 91: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

76

milik dari pemilik yang lama kepada penggantinya dapat terjadi

dalam dua hal, yaitu : melalui warisan dan wasiat.54

Kedua hal ini diakui oleh syar’i dengan maksud untuk

memelihara kemaslahatan individu, keluarga dan masyarakat.

Jika pengakuan terhadap hak milik pribadi atau khusus

merupakan fenomena pertama kebebasan, maka warisan adalah

bukti hak kepemilikan yang paling menonjol.

2. Nilai Keadilan

Kebebasan dalam Islam tidak bersifat mutlak. Oleh karena itu

meskipun seseorang diperbolehkan memiliki namun ada ketentuan

batasannya atau aturan dalam memperoleh, mengembangkan dan

mengkonsumsi harta yang dimilikinya. Islam juga mewajibkan setiap

orang untuk mengeluarkan bagian tertentu dari harta yang dimilikinya.55

Hal diatas dimaksudkan karena pada dasarnya manusia sangat

senang mengumpulkan harta sehingga dalam pembelanjaan hartanya

terkadang ia berlaku boros dan bersifat kikir. Oleh karena itu Islam

memberikan perhatian mengenai keadilan dan larangan berbuat zalim.

Sebagaimana dijelaskan dalam QS.Asy-Syura (42) : 40

.... ☺

“ … Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang yang zalim.”

54 Yusuf Qardhawy, Norma dan Etika Ekonomi Islam , (Jakarta : Gema Insani Press,

1997),h.212 55 Muhammad, Ekonomi Mikro dalam perspektif Islam, (Yogyakarta : BPFE, 2004),

h.319

Page 92: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

77

Ayat yang ditegaskan dalam al-Qur’an yakni seorang muslim tidak

diperbolehkan berbuat zalim terhadap orang lain termasuk lingkungannya.

Kaitannya dengan distribusi pendapatan jika dalam pendistribusian

pendapatan dilakukan dengan tidak adil maka akan menimbulkan

keresahan dan protes dari pemilik faktor produksi.

Oleh karena itu pembagian pendapatan harus diberikan sesuai

dengan prinsip-prinsip keadilan.

Sesungguhnya, kebebasan ekonomi yang disyariatkan Islam

bukanlah kebebasan mutlak yang terlepas dari berbagai ikatan seperti

kebebasan yang disalah fahami oleh kaum Syu’aib dalam menafsirkan ayat

Al-Qur’an, surat Hud, ayat 87 (“ Sesungguhnya kami berbuat dengan harta

kami sesuka kami. “) kebebasan itu adalah kebebasan yang terbatas,

terkendali dan terikat dengan keadilan yang diwajibkan Allah.56

Hal ini karena dalam tabiat manusia ada semacam kontradiksi yang

telah diciptakan Allah padanya untuk suatu hikmah yang menjadi tuntutan

pemakmuran bumi dan kelangsungan hidup. Diantara tabiat manusia yang

lain adalah bahwa manusia sangat senang mengumpulkan harta sehingga

karena cintanya terkadang mengeluarkannya dari batas kewajaran57,

seperti apa yang di firmankan Allah ketika menyebutkan sifat manusia

dalam QS.Al-Aadiyaat (100) : 8

56 Yusuf Qardhawy, Norma dan Etika Ekonomi Islam , (Jakarta : Gema Insani Press,

1997), h.220 57 Yusuf Qardhawy, Peran Nilai Moral dalam Perekonomian Islam, (Jakarta : Robbani

Press, 2001),h.382

Page 93: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

78

“ … Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. “

Demikianlah Distribusi di tinjau dari berbagai aspek teoritis,

semoga dapat menjadi acuan bagi proses pembelajaran kita bersama dalam

menciptakan keadilan yang sesungguhnya. Karena menurut hemat penulis,

yang di butuhkan masyarakat saat ini adalah gerakan moral dengan politik

keadilan bukan politik kekuasaan. Untuk kasus kita mengacu pada Bank

Century.

Page 94: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

79

SENARAI PUSTAKA

Muhammad Ali, Kamus bahasa indonesia modern, (Jakarta : Pustaka AMANI)

Suradjiman, Ekonomi 1 untuk Sekolah Menengah Umum (Jakarta : Pusat

Perbukuan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996)

Muhammad, Ekonomi Mikro dalam perspektif Islam, (Yogyakarta : BPFE,

2004)

M.Umer Chapra, dkk, Islam dan tantangan ekonomi, Islamisasi ekonomi

kontemporer, (Surabaya : Risalah Gusti, 1999)

Afzalurrahman, Dokrin Ekonomi Islam (Jakarta : PT. Dana Bhakti Wakaf,

1995)

A. Djazuli dan Yadi Janwari, H.A, Lembaga-lembaga perekonomian umat

sebuah pengenalan, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2002)

Eko Suprayitno, Ekonomi Islam, ( Yogyakarta : Graha Ilmu, 2005)

M. Umer Chapra, Al-Qur’an Menuju Sistem Moneter Yang Adil, (Yogyakarta

: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997)

M. Sholahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada, 2007)

Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar, (Yogyakarta :

EKONISIA Fakultas Ekonomi UII, 2007)

M. Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, (Jakarta : Gema Insani

Press, 2000).h.51

Yusuf Qardhawy, Peran Nilai Moral dalam Perekonomian Islam, (Jakarta :

Robbani Press, 2001)

Page 95: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

80

Yusuf Qardhawy, Norma dan Etika Ekonomi Islam , (Jakarta : Gema Insani

Press, 1997)

Page 96: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

BAB IV

TIINJAUAN TERHADAP KONSEP DISTRIBUSI MENURUT

MUHAMMAD BAQIR AS-SHADR

A. Konsep Distribusi Menurut Muhammad Baqir Ash-Shadr

Distribusi (bersama-sama dengan hak milik) menduduki satu bagian

penting dari pemikiran Sadr. Hampir sepertiga dari Iqtishaduna-nya

mendiskusikan secara mendalam tentang distribusi dan hak milik. Sadr1

membagi bahasannya kedalam dua bagian, misalnya, distribusi Pra produksi

dan distribusi pasca produksi. Menjadi seorang ahli hukum tradisional,

penampilan Sadr menjadi dasar atas ajaran hukum yang berkenaan dengan

kepemilikan dan hak distributif.

1. Teori Disribusi Pra Produksi

Pada dasarnya mendiskusikan distribusi dari tanah dan sumber

alam yang lain, dimasukan sebagai kekayaan primer. Dalam

mendiskusikan status kepemilikan sumber alam, Sadr 2membagi sumber

alam ke dalam empat kategori, misalnya. daratan, bahan baku (sumber

alam) di daratan, air alami dan sisanya kekayaan (sungai/hasil laut,

bintang, tumbuh-tumbuhan).

1 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative

Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.117 2 Chibli Mallat, The Renewal of Islamic Law, penerjemah : santi indra astuti (Bandung :

Mizan, 2001). h.191

78

Page 97: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

79

Sebuah ringkasan dari pandangannya didaratan (tanah) dan kategori yang

lain dari sumber alam dapat dilihat pada tabel berikut :3

Kepemilikan Tanah

Kategori

Tanah / Bentuk Tanah yang ditanami

(Pertanian) Tanah Kosong (Lahan tidak

kepakai) Secara alami membentuk lahan

yang tertanami (hutan) Penaklukan tanah Kepemilikan umum (khalayak);

penduduk membayar pajak yang digunakan untuk masyarakat secara keseluruhan

Kepemilikan pemerintah; individu dapat memperoleh hak untuk menggarapnya lewat buruh; pajak dibayar kepada pemerintah

Kepemilikan pemerintah; individu dapat memperoleh hak untuk menggarapnya

Tanah hasil da’wah Kepemilikan pribadi oleh para penduduk Kepemilikan pemerintah; individu dapat memperolah hak untuk menggarapnya

Kepemilikan pemerintah; individu dapat memperoleh hak untuk mengarapnya

Tanah hasil perjanjian Tergantung pada perjanjian; kepemilikan pribadi atau umum (masyarakat)

Kepemilikan pemerintah Kepemilikan pemerintah

Tanah yang lainya Kepemilikan pemerintah Kepemilikan pemerintah Kepemilikan pemerintah

Kepemilikan Sumber Alam lainya

Sumber

Alam / Bentuk Zahir (terbuka)

(Sudah dalam bentuk yang terselesaikan) Batin (tersembunyi)

(belum dalam bentuk yang terselesaikan) i) Sumber Alam di tanah (minyak, batubara, dan sebagainya)

Kepemilikan umum dan kepemilikan pemerintah (Negara)

(a) Jika dekat kepermukaan-kepemilikan umum atau pemerintah

(b) Jika didalam / membutuhkan usaha – kepemilikan pemerintah adalah aturannya tetpi kepemilikan pribadi untuk sejumlah penggalian dan area tambang

ii) Air alami Lautan, sungai-kepemilikan umum Sumur, dan sumber mata air-kepemilikan umum dan hanya prioritas penggunaan

iii) Kekayaan alam lainya Kepemilikan pribadi dibolehkan lewat bekerja (menangkap burung, memotong kayu bakar) a. Distribusi Kekayaan (Publik) Pada dua Tingkatannya

Sadr4 memandang sistem ekonomi Islam memiliki format kepemilikan

bersama yang berbeda. Menurutnya, format kepemilikan tersebut ada dua

yakni kepemilikan pribadi dan kepemilikan perusahaan secara bersama; (i)

Kepemilikan publik, (ii) milik negara.

Kepemilikan pribadi terbatas pada hak memetik hasil, prioritas dan hak

berguna untuk menghentikan orang lain dari penggunaan milik seseorang.

Dalam prakteknya tidak ada kepemilikan pada individu. Hal ini sama dengan

3 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative

Analiysis, ( Kuala Lumpur, 1995), h.117 4 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga Kontemporer

,( Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005), h. 255

Page 98: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

80

pendapat Taleghani (seorang alim) yang membedakan antara kepemilikan

(hanyalah Allah semata) dan pemilikan (yang dapat diwarisi kepada

individu).5

Sadr6 membagikan Distribusi kekayaan berjalan pada dua tingkatan;

yang pertama adalah distribusi sumber-sumber produksi, sedangkan yang

kedua adalah distribusi kekayaan produktif.

Yang dimaksud dengan sumber-sumber produksi adalah; tanah, bahan-

bahan mentah, alat-alat dan mesin yang dibutuhkan untuk memproduksi

beragam barang dan komoditas, yang mana semua ini berperan dalam [proses]

produksi pertanian (agricultural) dan [proses] produksi industri atau dalam

keduanya.7

Yang dimaksud dengan kekayaan produktif adalah komoditas (barang-

barang modal dan aset tetap [fixed asset] yang merupakan hasil dari proses

kombinasi sumber-sumber produksi yang dilakukan manusia.8

Jadi, ada yang dinamakan primer dan ada yang dinamakan kekayaan

sekunder adalah barang-barang modal yang merupakan hasil dari usaha (kerja)

manusia menggunakan sumber-sumber tersebut.

Diskusi tentang distribusi harus mencakup kedua jenis kekayaan itu;

kekayaan induk dan kekayan turunan, yakni sumber-sumber produksi dan

barang-barang produktif.9

5 Ibid.h.255 6 Muhammad Baqir As Shadr, Iqtishaduna, (Beirut : Daar Al-Fikr. 1973), h.393 7 Ibid., h.393 8 Ibid., h.393 9 Ibid., h.393

Page 99: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

81

Jelas bahwa distribusi sumber-sumber produksi yang dasar mendahului

proses produksi itu sendiri, karena manusia hanya melakukan aktifitas

produktif yang sesuai dengan metode atau cara melakukan aktivitasnya dalam

mendistribusikanya sumber-sumber produksi.

Jadi yang pertama adalah sumber-sumber produksi, baru kemudian

produksi. Berkenaan dengan distribusi kekayaan produktif, ia terkait dengan

produksi dan bergantung padanya, karena ia menguasai produk yang pada

gilirannya menghasilkan produksi.

Dari sini dapat dipahami bahwa yang menjadi titik awal atau tingkatan

pertama dalam sistem ekonomi Islam adalah distribusi, bukan produksi

sebagaimana dalam ekonomi-politik tradisional. Dalam sistem ekonomi Islam,

distribusi sumber-sumber [produksi] mendahului proses produksi, dan setiap

organisasi yang terkait dengan proses produksi otomatis berada pada

tingkatan kedua.10

b. Sumber Asli Produksi

Dalam ekonomi politik11, sumber-sumber produksi terbagi ke dalam

tiga kriteria sebagai berikut.

1) Alam.

2) Modal (barang-barang modal)

3) Kerja, termasuk organisasi yang dengannya sebuah proyek (rencana)

disusun dan di jalankan.

10 Ibid., h.393 11 Muhammad Baqir Ash-Shadr. Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna. (Jakarta :

Penerbit Zahra, 2008), h.152

Page 100: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

82

[Barang-barang] modal adalah kekayaan yang dihasilkan (produced

wealth) dan bukan merupakan sumber asli produksi, karena setiap barang jadi

(finished good) dihasikan oleh kerja manusia lalu pada gilirannya berperan

menghasilkan kekayaan lagi. Misalnya, sebuah mesin yang memproduksi

tekstil bukanlah sebuah kekayaan yang murni natural. Mesin tersebut adalah

bahan natural yang telah dibentuk oleh kerja manusia dalam sebuah proses

produksi.12

Kebutuhan (hajat) dan kerja (amal) adalah suatu perangkat distribusi,

dalam perspektif Islami kerja adalah alat distribusi paling primer dipandang

dari sudut kepemilikan. Orang yang bekerja akan memetik hasil dan

memilikinya.13

Sedangkan kebutuhan adalah perangkat distribusi primer sebagai

pernyataan sebuah hak manusia yang bersifat esensial dalam kehidupan.

Masyarakat Islam mengakui dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan esensial.

Perangkai ketiga menurut Sadr menambahkan properti sebagai perangkat

distribusi.14

Dalam Islam pekerja konsep sentral yang menurunkan properti, dalam

perspektif Sadr properti menjadi sebuah elemen sekunder distribusi dan selalu

di batasi oleh satu khazanah agama. Properti dalam pengertian Sadr

merupakan alat distribusi sekunder melalui aktivitas komersial yang diizinkan

12 Ibid., h.152 13 Chibli Mallat, Menyegarkan Islam, (Bandung : Mizan, 2001), h.180 14 Ibid., h.181

Page 101: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

83

Islam dalam syarat-syarat yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip

Islam mengenai keadilan sosial.15

Sementara kerja adalah sebuah elemen abstrak dan immaterial, bukan

sebuah faktor material yang dapat masuk ke ruang lingkup kepemilikan

pribadi ataupun kepemilikan publik.

Atas dasar ini, hanya alam yang dapat menjadi subjek kajian kita saat

ini, karena ia merupakan unsur material yang belum mengalami [proses]

produksi.16

c. Perbedaan Berbagi Posisi Doktrinal ihwal Distribusi Sumber-sumber

Alam untuk Produksi

Islam berbeda dari kapitalisme dan Marxisme dalam kekhususan-

kekhususan dan perincian-perincian saat mengalami masalah distribusi

sumber-sumber alam untuk produksi (mashadir ath thabi’ah al ‘intaj).17

Islam membatasi kebebasan individu dalam memiliki sumber-sumber

tersebut dari bentuk-bentuk produksi. Karena masalahnya menurut Islam

Bukanlah terletak pada kebutuhan akan suatu sistem distribusi instrument

(sarana) sehingga sistem distribusi berubah setiap kali produksi demi

pertumbuhannya membutuhkan suatu sistem [distribusi] baru.18

Jadi, yang dibutuhkan adalah pemenuhan segenap kebutuhan dan

keinginan itu dalam kerangka manusiawi, dimana seorang individu manusia

bisa menumbuh-kembangkan eksistensinya sesuai dengan kerangka tersebut.

15 Ibid., h.181 16 Baqir Ash-Shadr. Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna. (Jakarta : Penerbit Zahra,

2008), h. 397 17 Muhammad Baqir As Shadr, Iqtishaduna, (Beirut : Daar Al-Fikr. 1973), h.397 18 Ibid., 398

Page 102: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

84

Ketika hubungan diantara manusia terjalin dan kemudian masyarakat

terwujud, maka akan muncul berbagai kebutuhan bagi kebutuhan dan

keinginan masyarakat melalui institusi kepemilikan bersama atas sumber-

sumber produksi tertentu.19

Banyak individu yang tidak bisa memenuhi kebutuhannya melalui

kepemilikan pribadi. Para individu tersebut akan tertekan karena tidak bisa

memenuhi berbagai kebutuhanya, akibatnya kesetimbangan sosial akan

terganggu. Disini Islam memunculkan bentuk ketiga dari institusi

kepemilikan, yakni kepemilikan Negara, yang dengannya kepala Negara

(waliyyul amr) bisa menjaga keseimbangan itu.20

Dengan cara inilah distribusi sumber-sumber alam untuk produksi

dijalankan, yakni dengan membagi sumber-sumber tersebut kedalam tiga

institusi dan kepemilikan; kepemilikan pribadi, kepemilikan publik atau

kepemilikan bersama, dan kepemilikan Negara.21

Perbedaan antara kepemilikan publik dan negara adalah sebagian besar

dalam penggunaan properti tersebut. Tanah negara harus digunakan untuk

kepentingan orang (seperti rumah sakit atau sekolah). Sedangkan milik negara

tidak hanya untuk kepentingan semua, akan tetapi untuk kepentingan

masyarakat tertentu, jika negara telah memutuskan. Walau pun sulit membuat

pengertian operasional dari perbedaan tersebut, perbedaan ini mencegah total

monopoli yang diputuskan oleh suatu negara.

19 Ibid., 398 20 Ibid., 399 21 Ibid., 399

Page 103: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

85

Selain itu, dalam pembagian mengenai sumber alam menjadi norma

milik negara, kepemilikan pribadi dapat dicapai oleh pekerjaan atau tenaga

kerja. Hal ini sesuai jika pekerjaan berhenti maka kepemilikan akan hilang.22

d. Sumber-sumber Alam untuk Produksi

Dalam ekonomi Islam, Sadr23 membagi sumber-sumber produksi ke

dalam beberapa kategori.

1) Tanah. Ini adalah kekayaan alam yang paling penting, dimana tanpanya

hampir mustahil manusia bisa menjalankan proses produksi dalam bentuk

apapun.

2) Substansi-substansi primer. Berbagai mineral yang terkandung diperut

bumi, seperti batubara, belerang, minyak, emas, besi, dan lain sebagainya.

3) Aliran air (sungai) alam. Salah satu unsur penting dalam kehidupan

material manusia, yang berperan besar dalam produksi dan system

perhubungan agrikultural.

4) Berbagai kekayaan alam lainnya. Terdiri atas kandungan laut, seperti

mutiara dan hewan-hewan laut; kekayaan yang ada dipermukaan bumi,

seperti berbagai jenis hewan dan tumbuhan; kekayaan yang tersebar

diudara, seperti berbagai jenis burung dan oksigen; kekayaan alam yang

“tersembunyi”, seperti air terjun yang bisa menghasilkan tenaga listrik

yang dapat dialirkan melalui kabel melalui titik mana pun; juga kekayaan

alam lainnya.

22 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga

Kontemporer, (Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005), h. 255-256 23 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, (Jakarta :

Penerbit Zahra, 2008), h.156-157

Page 104: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

86

1) Tanah

Syariah membagi tanah yang dianeksasi Daarul Islam (Negara Islam)

ke dalam tiga bentuk kepemilikan; kepemilikan publik, kepemilikan Negara,

dan kepemilikan pribadi.24

Guna mengetahui berbagai keadaan yang mendasari status kepemilikan

tanah, Sadr membagi tanah Islam ke dalam sejumlah kelas atau kategori, lalu

membahas masing-masing kelas tersebut berikut status kepemilikannya :

a) Tanah yang Masuk Wilayah Islam lewat Penaklukan (Fath)

Tanah taklukan adalah tanah yang jatuh ke pangkuan Darul Islam

melalui jihad demi misi Islam, seperti tanah Irak, Mesir, Iran, Suriah, dan

banyak belahan lain dunia Islam.25

Saat penaklukan Islam, keadaan tanah-tanah tersebut tidak sama.

Ada tanah yang telah digarap, dimana telah ada usaha manusia yang

tercurah untuk menyuburkan tanah tersebut atau untuk tujuan lain demi

kepentingan manusia. Ada tanah yang subur secara alami tanpa intervensi

manusia. Ada juga tanah yang terabaikan begitu saja tanpa terolah oleh

tangan manusia maupun tangan alam. Dalam bahasa fiqih, tanah seperti ini

biasa disebut tanah mati.26

Itulah tiga jenis tanah yang terbedakan oleh keadaannya ketika

dianeksasi oleh Islam. Dalam Islam, tanah-tanah tersebut ada yang

mendapat status milik Negara, sebagaimana akan kita lihat nanti.

24 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, (Jakarta :

Penerbit Zahra, 2008), h.159 25 Muhammad Baqir As Shadr, Iqtishaduna, (Beirut : Daar Al-Fikr. 1973)., h.400 26 Ibid., h.401

Page 105: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

87

(1) Tanah yang Di garap oleh Tangan Manusia pada Saat Penaklukan

Jika sebidang tanah saat ia dianeksasi adalah tanah yang digarap oleh

tangan manusia, dan ia berbeda dalam penguasaan seseorang, dimana

orang itu menikmati hasil atau manfaatnya, maka tanah tersebut menjadi

milik bersama seluruh Muslim, baik generasi Muslim saat itu (saat

penaklukan) maupun seluruh generasi Muslim dimasa datang.

Jadi, kaum Muslim-lah ‘setiap periode sejarah’ yang menjadi

pemilik tanah tersebut tanpa adanya diskriminasi antara individu Muslim

yang satu dengan individu Muslim yang lain. Menurut hukum Islam,

seseorang individu tidak bisa menguasai tanah tersebut dan menjadikannya

milik pribadi.27

Penting untuk dicatat,28 bahwasanya karyawan tidak memberi

hak kepemilikan pribadi untuk tanah yang siap dipanen, tetapi hanya untuk

produk-produk dari tanah.

Juga seseorang yang bekerja ditanah tak bertuan mempunyai hak

yang lebih terhadap tanah itu,29 dibandingkan seseorang yang bekerja di

tanah yang ditanami/tanah yang secara alami ditanami, sebagai alasan

sederhana untuk memperoleh kembali tanah kosong mungkin akan

memerlukan lebih banyak usaha dan lebih banyak hak.30

27 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, (Jakarta :

Penerbit Zahra, 2008), h.160 28 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative

Analiysis, ( Kuala Lumpur, 1995)., h.120 29 termasuk kebebasan untuk mencegah orang lain yang menggarap tanah tersebut tanpa

ijinnya. 30 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative

Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995)., h.121

Page 106: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

88

Seorang ulama besar Najafi,31 dalam kitab Al-Jawahir-nya mengutip

dari sejumlah kitab-sumber fikih seperti Ghunya, Al-Khilaf dan At-

Tadzkirah bahwa terdapat konsensus di antara fikih Imamiyyah mengenai

aturan ini. Mereka sepakat mengenai aplikasi prinsip kepemilikan publik

atas tanah yang merupakan tanah garapan saat dianeksasi oleh Islam.

Demikian pula, Al-Mawardi mengutip Imam Malik yang

mengatakan bahwa tanah taklukan harus menjadi milik kaum Muslim

[yang dikelola oleh Negara] sejak saat ia ditaklukan, dimana waliyyul amr

(kepala Negara Islam) tidak membutuhkan penunjukan tertulis untuk

mulai mengelolanya. Inilah arti lain dari istilah ‘milik bersama yang di

kelola oleh negara’.32

(2) Tanah Mati pada Saat Penaklukan

Sebidang tanah yang saat masuk ke pangkuan Islam merupakan tanah

yang tak tergarap oleh tangan manusia ataupun tangan alam, maka ia

menjadi milik Imam. Tanah seperti ini mendapat status ‘milik negara’. Ia

tidak termasuk ke ruang lingkup kepemilikan pribadi, dalam hal ini tanah

tersebut sama dengan tanah kharaj, namun keduanya berbeda dalam hal

status kepemilikannya.33

Tanah yang merupakan tanah garapan pada saat penaklukan dipandang

sebagai milik bersama umat Muslim, sedangkan tanah yang tak tergarap

31 Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, (Jakarta : Penerbit Zahra,

2008), h.160 32 Ibid., h.161

33 Muhammad Baqir As Shadr, Iqtishaduna, (Beirut : Daar Al-Fikr. 1973), h.413

Page 107: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

89

(tanah mati) saat masuk ke pangkuan Darul Islam dipandang milik

Negara.34

(3) Tanah yang subur secara Alami pada saat Penaklukan

Banyak fakih berpendapat bahwa tanah yang subur secara alami pada

saat penaklukan seperti hutan dan lain sebagainya memiliki status

kepemilikan yang sama dengan tanah mati. Mereka berkeyakinan bahwa

tanah-tanah semacam ini menjadi milik Imam.35

Mereka menyandarkan pendapat mereka pada sejumlah riwayat dari

para Imam (Ahlul Bait) yang menyatakan bahwa “Setiap tanah tak bertuan

adalah milik Imam.” Riwayat ini memberikan Imam hak kepemilikan atas

setiap tanah tak bertuan, hutan-hutan, dan tanah-tanah sejenis lainnya.

Tanah tidak di miliki oleh siapa pun kecuali bila ia digarap, sementara

hutan disuburkan oleh Alam tanpa campur tangan individu manapun. Atas

dasar itu, dalam syari’ah keduanya dipandang tidak bertuan, dan

konsekuensinya menjadi subjek prinsip kepemilikan negara.36

b) Tanah yang masuk wilayah Islam lewat Dakwah

Tanah yang masuk wilayah Islam melalui dakwah adalah setiap tanah

yang penduduknya menyambut panggilan Islam tanpa menimbulkan konflik

bersenjata, seperti kota Madinah, Indonesia, dan sejumlah wilayah lain yang

tersebar di dunia Islam.37

34 Ibid., h.413 35 Muhammad Baqir As Shadr, Iqtishaduna, (Beirut : Daar Al-Fikr. 1973), h.421 36 Ibid., h.421 37 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, (Jakarta :

Penerbit Zahra, 2008), h.190

Page 108: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

90

Tanah-tanah hasil dakwah, sebagaimana pula tanah-tanah taklukan,

dibagi menjadi dua jenis. Pertama, tanah yang digarap oleh para penduduknya

dan mereka menerima masuk Islam secara sukarela. Kedua, tanah yang subur

secara alami seperti hutan, serta tanah yang pada saat masuk ke pangkuan

Islam merupakan tanah mati.38

Berkenaan dengan tanah mati di daerah yang para penduduknya

menjadi Muslim secara sukarela,39 status kepemilikannya sama dengan tanah

taklukan yang pada saat penaklukan merupakan tanah mati. Prinsip

kepemilikan negara dan aturan-aturan yang sama berlaku atas keduanya.

Tanah taklukan yang pada saat penaklukan merupakan tanah mati secara

umum dipandang sebagai anfal (rampasan perang yang hak penguasaan dan

pengelolaannya berada di tangan Nabi Saw, atau Imam sebagai kepala

negara), dan anfal adalah milik negara.

Demikian pula tanah-tanah yang subur secara alami yang masuk ke

pangkuan Islam melalui dakwah, mereka juga menjadi milik negara atas dasar

prinsip hukum yang menyatakan bahwa “ setiap tanah tak bertuan adalah

bagian dari anfal.”40

Namun, walaupun keduanya adalah milik negara, ada perbedaan antara

tanah mati dan tanah yang subur secara alami. Seorang individu dapat

memiliki hak spesifik atas tanah mati yang masuk kepangkuan Islam melalui

dakwah jika ia menghidupkannya, dan aturan-aturan yang sama berlaku atas

38 Ibid., h.190 39 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative

Analiysis, ( Kuala Lumpur, 1995), h.117 40 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, (Jakarta :

Penerbit Zahra, 2008), h.191

Page 109: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

91

tanah tersebut sebagaimana halnya tanah taklukan yang pada saat penaklukan

merupakan tanah mati.41

Sementara dalam kasus tanah-tanah yang subur secara alami dan

secara damai masuk ke pangkuan Daarul Islam, individu tidak berhak atas hak

kepemilikan atasnya karena tanah tersebut subur dengan sendirinya. Individu

hanya boleh mengambil manfaat darinya.42

Ketika seseorang mengambil manfaat dari tanah ini, maka tidak ada

seorang pun yang dapat merebut tanah ini darinya. Tidak ada seorang pun

yang beroleh preferensi atas yang lain selama individu pertama mengambil

manfaat dari tanah ini.43

Bagaimana pun, individu lain diperkenankan mengambil manfaat dari

tanah tersebut selama tindakannya itu tidak mengganggu dan mencegah

individu pertama dalam memanfaatkan tanah tersebut, atau ketika individu

pertama tidak lagi memanfaatkan tanah tersebut dan tidak lagi

menggunakannya untuk tujuan produktif.44

Sementara tanah-tanah garapan yang disuburkan lewat usaha dan

kerja manusia di daerah yang penduduknya memeluk Islam secara sukarela,

mereka tetap menjadi milik para pemilik aslinya. Ini karena Islam memberi

Muslim yang memeluk Islam secara sukarela, semua hak yang ia miliki

sebelum ia memeluk Islam.

41 Ibid., h.191 42 Ibid., h.191 43 Ibid., h.191 44 Ibid., h.191

Page 110: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

92

Maka para individu Muslim yang memeluk Islam secara sukarela,

tetap menguasai tanah-tanah mereka sebagai pemilik pribadi, sehingga tidak

ada pajak yang dibebankan kepada mereka. Seluruh milik mereka sebelum

menjadi Muslim, sepenuhnya tetap menjadi milik mereka.45

c) Tanah yang masuk wilayah Islam lewat Perjanjian (Shulh)

Tanah Shulh adalah tanah yang diinvasi oleh kaum Muslim guna di

kuasai, dimana para penduduknya tidak memeluk Islam namun tidak pula

melakukan perlawanan bersenjata. Mereka tetap memeluk agama mereka serta

merasa puas hidup damai dan aman dibawah naungan dan lindungan negara

Islam.46

Tanah seperti ini di namakan ‘tanah perjanjian’, kapan pun istilah

tanah perjanjian digunakan, ia pasti merujuk pada tanah jenis ini. Jika dalam

perjanjian dinyatakan bahwa tanah di suatu daerah menjadi milik para

penduduknya, maka atas dasar ini tanah di daerah itu menjadi milik mereka,

dan masyarakat Islam tidak memiliki hak atau klaim apapun atasnya.47

Jika dalam perjanjian dinyatakan bahwa tanah di suatu daerah menjadi

milik masyarakat Muslim, maka atas dasar ini tanah di daerah itu menjadi

milik masyarakat Muslim dan menjadi subjek prinsip kepemilikan bersama, di

mana kharaj (pajak) berlaku atasnya.48

d) Tanah-tanah lain yang menjadi Milik Negara

Sadr membagi jenis-jenis tanah lainnya yang menjadi subjek aplikasi

prinsip kepemilikan negara, seperti tanah yang para penduduknya menyerah

45 Ibid., h.192 46 Muhammad Baqir As Shadr, Iqtishaduna, (Beirut : Daar Al-Fikr, 1973), h.423 47 Ibid., h.423 48 Ibid., h.423

Page 111: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

93

kepada kaum Muslim tanpa didahului oleh penyerangan (invasi). Tanah-tanah

seperti ini masuk ke kategori anfal dan menjadi milik negara di bawah

penguasaan Nabi Saw. dan para Imam sepeninggal beliau,49 sebagaimana

dinyatakan dalam QS. Al-Hasyr (59) : 6

⌧ ⌦ Artinya: “Dan apa saja rampasan perang yang diberikan Allah kepada Rasul-

Nya dari harta benda mereka, maka untuk mendapatkan itu kalian tidak mengerahkan seekor kuda pun dan tidak pula seekor unta pun, tetapi Allah yang memberikan kekuasaan kepada Rasul-Nya terhadap siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha kuasa atas segala sesuatu.”

Demikian pula halnya dengan tanah yang para penduduknya telah

binasa atau telah punah, ia menjadi milik negara, begitu juga dengan tanah

yang baru terbentuk di wilayah Darul Islam. Misalnya, sebuah pulau (atol)

yang terbentuk di tengah laut atau sungai. Tanah seperti ini juga menjadi milik

negara berdasarkan aplikasi aturan hukum yang menyatakan bahwa “ setiap

tanah yang tak berpenghuni menjadi milik Imam.”50

Kepemilikan sesuai tanah dan sumber alam yang lain milik pemerintah

(dengan beberapa pengecualian) dan individu harus membayar pajak bumi

kepada pemerintah (Negara). Sadr 51mengambil pandangan ini berdasarkan

49 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, (Jakarta :

Penerbit Zahra, 2008), h.193 50 Ibid., h.194 51 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative

Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.121

Page 112: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

94

pada konsep khilafahnya, dimana kemanusiaan secara keseluruhan

dipercayakan dengan ketuhanan Allah, dan oleh karena itu daratan (tanah) dan

sumber alam lain harus siap sedia untuk semua, melalui kepemilikan

pemerintah.

2) Bahan-bahan Mentah dari Perut Bumi

Bahan-bahan mentah dan kekayaan mineral yang terkandung didalam

perut bumi memiliki peran penting setelah tanah dalam kehidupan produktif

dan ekonomi manusia, karena faktanya komoditas material apapun yang

manusia nikmati adalah produk dari tanah dan kekayaan mineral yang

terkandung di dalam perut bumi.52

Karena itulah, sebagian besar dari cabang-cabang industri bergantung

pada industri-industri konstruksi dan pertambangan yang darinya manusia

memperoleh bahan-bahan dan mineral-mineral tersebut.

Para fakih53 umumnya membagi bahan-bahan mineral ke dalam dua

kategori, yakni : azh Zhahir (terbuka) dan al bathin (tersembunyi).

Mineral-mineral azh Zhahir adalah bahan-bahan yang tidak

membutuhkan usaha serta proses tambahan agar mencapai bentuk akhirnya,

dan substansi mineralnya tampak dengan sendirinya, seperti garam dan

minyak.54

Jika kita ke sebuah sumur minyak, kita akan menemukan mineral di

sana dalam keadaan aktualnya, di mana kita tidak perlu melakukan proses

lebih lanjut guna mengubahnya menjadi minyak, walau pun kita memang

52 Muhammad Baqir As Shadr, Iqtishaduna, (Beirut : Daar Al-Fikr. 1973), h.439 53 Ibid. h.439 54 Ibid. h.439

Page 113: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

95

harus mencurahkan usaha yang besar untuk mengeksplorasi dan

mengeksploitasi sumur minyak tersebut serta memurnikan minyak yang di

hasilkan.

Istilah azh Zhahir dalam fikih tidak digunakan dalam arti lateralnya,

yakni terbuka atau tidak membutuhkan penggalian dan eksplorasi. Istilah az

Zhahir di sini adalah istilah deskriptif yang menunjukan setiap mineral yang

ketika ditemukan ia telah berada dalam bentuk akhirnya, tidak memandang

apakah manusia harus mencurahkan usaha yang besar untuk mendapatkannya

dari kedalaman bumi atau menemukannya dengan mudah di permukaan

bumi.55

Sedangkan mineral-mineral al Bathin, dalam fikih berarti setiap

mineral yang membutuhkan usaha serta proses lebih lanjut agar sifat-sifat

mineralnya tampak, seperti emas dan besi. Tambang-tambang emas dan besi

tidak mengandung emas dan besi dalam keadaan sempurnanya di kedalaman

bumi. Tambang-tambang tersebut mengandung substansi yang membutuhkan

usaha yang besar guna mengubahnya menjadi emas dan besi dalam bentuk

yang diketahui oleh para pedagang.56

Keterbukaan dan ketersembunyian dalam istilah fikih terkait dengan

sifat suatu bahan dan derajat kesempurnaan keadaannya, tidak terkait dengan

lokasi atau kedekatannya dengan permukaan ataupun kedalaman bumi.

55 Ibid. h.439 56 Ibid. h.439

Page 114: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

96

a) Mineral-Mineral Terbuka

Menurut fatwa (opini hukum)57 yang berlaku, mineral-mineral terbuka

seperti garam dan minyak adalah milik bersama masyarakat. Islam tidak

mengakui penguasaan seseorang atas sumber mineral-mineral tersebut, karena

mereka menurut fatwa yang berlaku berada di bawah ruang lingkup prinsip

kepemilikan bersama. Individu hanya di izinkan untuk mengambil kekayaan

mineral jenis ini sebanyak yang mereka butuhkan, tidak diperkenankan

memonopolinya dan menguasai tambang-tambangnya.

Atas dasar ini, adalah kewajiban negara atau Imam sebagai pemimpin

masyarakat yang merupakan pemegang hak kepemilikan atas kekayaan alam

sebagai milik bersama untuk membuat tambang-tambang tersebut produktif

dan bermanfaat bagi kepentingan masyarakat.58

b) Mineral-Mineral Tersembunyi

Dalam terminologi fikih,59 yang di maksud dengan mineral-mineral

tersembunyi adalah mineral-mineral yang kala di temukan tidak berada dalam

bentuk dan kondisi akhirnya. Usaha dan proses lebih lanjut dibutuhkan guna

mengubah mereka ke bentuk akhirnya, contohnya adalah emas. Emas tidak

eksis dalam bentuk dan kondisi akhirnya.

57 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative

Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.120 58 Muhammad Baqir Ash-Shadr. Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna. (Jakarta :

Penerbit Zahra, 2008), h.215-216 59 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative

Analiysis, Kuala Lumpur, 1995, h.117

Page 115: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

97

Usaha dan proses lebih lanjut harus di lakukan guna mengubah dan

membentuknya menjadi emas sebagaimana yang kita kenal. Mneral-mineral

tersembunyi juga terdiri atas dua jenis. Pertama, yang ditemukan dekat dari

permukaan bumi. Kedua, yang eksis di bawah perut bumi sedemikian hingga

kita tidak mungkin menjangkaunya tanpa penggalian dan kerja keras.60

c) Mineral-Mineral Tersembunyi yang dekat dari Permukaan Bumi

Berkenaan dengan mineral-mineral tersembunyi yang berada dekat

dengan dari permukaan bumi, dalam syari’ah aturannya adalah seperti halnya

mineral-mineral terbuka.61

‘Allamah al Hilli62 menyatakan dalam at Tadzkirah bahwa mineral-

mineral tersembunyi dapat saja terbuka dalam pengertian mereka eksis dekat

dari permukaan bumi atau di atas permukaannya sehingga dapat diambil

dengan tangan, juga dapat tertutup. Jika mineral-mineral tersembunyi itu

terbuka, maka mereka tidak bisa di miliki lewat reklamasi sebagaimana telah

di jelaskan.

Bahkan hingga hari ini, Sadr63 menemukan bahwa para fakih tidak

mengizinkan mineral-mineral terbuka dan mineral-mineral tersembunyi yang

eksis dekat dari permukaan bumi menjadi milik pribadi. Mereka hanya

mengizinkan individu untuk mengambilnya dalam batas kewajaran sesuai

dengan kebutuhannya. Sehingga dengan begitu, terbuka ruang yang lebar bagi

60 Muhammad Baqir As Shadr, Iqtishaduna, (Beirut : Daar Al-Fikr. 1973), h.442 61 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, (Jakarta :

Penerbit Zahra, 2008), h.218 62 Ibid. h.219 63 Ibid. h.220

Page 116: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

98

penggunaan dan pemanfaatan mineral-mineral tersebut pada skala yang lebih

luas dari eksploitasi monopolistik oleh penguasaan individual.

d) Mineral-Mineral Tersembunyi yang Terpendam

Mineral-mineral tersembunyi yang terpendam jauh di dalam perut

bumi memerlukan dua jenis usaha : (1) usaha untuk mengeksplorasi serta

menggali demi mendapatkannya, dan (2) usaha untuk memurnikan serta

menampakkan sifat-sifat mineralnya. Contoh dari mineral-mineral seperti ini

adalah emas dan besi. Sadr64 menamakan jenis mineral seperti ini sebagai

‘mineral-mineral tersembunyi yang terpendam’.

Dalam yurisprudensi Islam (fikih), sejumlah teori telah di kemukakan

berkenaan dengan mineral-mineral tersembunyi ini. Ada yang berpendapat

bahwa mineral-mineral tersebut adalah milik negara atau Imam sebagai

Kepala Negara, bukan sebagai pribadi, diantaranya adalah Al Kulaini, Al

Qummi, Al Mufid, Ad Dailami, Al Qadhi, dan lainnya. 65

Mereka berpendapat bahwa mineral adalah seperti anfal, dan

merupakan milik negara. Lalu, ada juga yang berpendapat bahwa mineral-

mineral tersebut adalah milik bersama semua orang, yakni berada dibawah

naungan prinsip kepemilikan publik. Mereka yang berpendapat seperti ini

adalah Imam asy Syafi’i dan banyak ulama mazhab Hanbali.

Berdasarkan apa pun yang dikatakan teks-teks dan teori-teori hukum

tentang kepemilikan tambang, Sadr 66menyimpulkan bahwa tambang menurut

opini hukum yang dominan adalah milik bersama yang dapat di manfaatkan

64 Muhammad Baqir As Shadr, Iqtishaduna, (Beirut : Daar Al-Fikr. 1973), h.444 65 Ibid. h.445 66 Ibid. h.448

Page 117: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

99

bersama-sama dan subjek dari prinsip kepemilikan bersama. Tidak seorang

pun boleh menguasai sumber-sumber dan akar-akar tambang yang berada di

bawah perut bumi.

e) Apakah Kepemilikan Tambang mengikuti Kepemilikan Tanah ?

Dalam Syari’ah tidak terdapat teks yang menyatakan bahwa

kepemilikan tanah juga mencakup setiap dan segala kekayaan yang

terkandung didalamnya.67

Menurut Sadr 68bahwa kecuali jika ada konsensus penting (ijma’

ta’abbudi) yang menyatakan sebaliknya, secara hukum kita dapat menyatakan

bahwa tambang-tambang yang berada di tanah milik individu tidak menjadi

properti individu pemilik tanah tersebut. Namun, hak individu pemilik tanah

(atas tanahnya) harus di perhatikan, karena reklamasi dan eksploitasi tambang

bergantung pada kehendak (izin) si pemilik tanah.

f) Iqtha’ dalam Islam

Salah satu istilah teknis hukum Islam yang terkait dengan tanah dan

tambang adalah Iqtha’ (fief). Dalam pembicaraan banyak fakih kita

menemukan pernyataan bahwa pemberian tanah ini atau tambang itu yang

merupakan milik imam, dengan perbedaan di antara keduanya dalam batas-

batas di mana Imam berhak melakukannya.69

Kata Iqtha’ sangat diasosiasikan dengan sejarah Abad Pertengahan,

khususnya sejarah Eropa, dengan konsepsi-konsepsi dan institusi-institusi

yang amat jelas, yang menentukan hubungan-hubungan di antara tuan tanah

67 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, (Jakarta :

Penerbit Zahra, 2008), h.226-228 68 Ibid. h.226-228 69 Muhammad Baqir As Shadr, Iqtishaduna, (Beirut : Daar Al-Fikr, 1973), h.449

Page 118: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

100

dan penggarap tanah (budaknya), serta mengatur hak-hak mereka masing-

masing dan di berbagai belahan dunia lainnya.70

Definisi Iqtha’ diberikan oleh Syekh ath Thusi dalam kitab Al

Mabsuth, yakni di mana Imam memberikan hak kepada seseorang untuk

mengusahakan suatu sumber kekayaan alam. Usaha orang itu dipandang

sebagai dasar bagi pemberian hak spesifik kepadanya atas sumber kekayaan

alam tersebut.71

Islam tidak memandang Iqtha’ sebagai dasar bagi penyerahan

kepemilikan sumber daya kepada individu, karena hal itu akan merusak

karakteristik iqtha’ sebagai sebuah cara eksploitasi dan distribusi kerja. 72

Iqtha’ hanya memberi individu hak untuk memanfaatkan sumber-

sumber alam, dan konsekuensinya ia wajib bekerja mengeksploitasi sumber-

sumber alam tersebut, di mana tidak seorang pun bisa mencegahnya dari

melakukan hal itu. Tiada seorang pun selainnya yang diperkenankan

memanfaatkan dan mengeksploitasi sumber-sumber alam tersebut.73

Dalam kasus sumber-sumber alam yang merupakan utilitas publik,

yang mana sumber-sumber itu tidak membutuhkan reklamasi dan kerja, maka

individu yang mencurahkan kerja di sana tidak beroleh hak khusus atas

sumber-sumber tersebut. Dalam hal ini, iqtha tidaklah sah dan tidak di

izinkan, sebab bila di izinkan maka iqtha akan kehilangan makna Islaminya,

70 Ibid. h.449 71 Ibid. h.450 72 Ibid. h.451 73 Ibid. h.452

Page 119: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

101

karena sumber-sumber tersebut tidak membutuhkan kerja dan kerja pun tidak

berpengaruh di sana.74

Jadi, dalam kasus sumber-sumber alam yang merupakan utilitas publik

seperti ini, pemberlakuan iqtha dan pemberian hak kerja kepada individu

merupakan perwujudan dari monopoli atau eksploitasi demi kepentingan diri

sendiri. Hal ini tidak sesuai dengan konsep iqtha dalam Islam dan fungsi

aslinya. Karena itulah syariah melarang hal ini dan membatasi iqtha pada

sumber-sumber alam yang memang membutuhkan kerja.75

g) Iqtha’ Tanah Kharaj

Ada satu hal lagi di mana istilah iqtha digunakan dalam bahasa yuridis.

Namun, yang dimaksud bukanlah iqtha yang sebenarnya, melainkan

pembayaran atas jasa yang telah diberikan.76

Objek iqtha ini adalah tanah kharaj (tanah yang dikenal pajak) yang

merupakan milik umat, di mana dalam hal ini gubernur (kepala pemerintahan)

dapat memberikan seorang individu sesuatu dari tanah kharaj misalnya,

sebagian dari pajak terkumpul, dan memberinya wewenang untuk

mengumpulkan pajak dari tanah tersebut.77

Pemberian wewenang ini dilakukan oleh gubernur. Walau pun hal ini

kerap di lihat dalam arti historisnya dan secara tidak sah sebagai proses

pemberian hak kepemilikan atas tanah, namun sebenarnya dalam pengertian

yuridisnya serta dalam batas-batas yang dibenarkan, hal ini tidaklah demikian.

Pemberian wewenang ini hanyalah suatu cara pembayaran atau penggajian

74 Ibid. h.453 75 Ibid. h.454 76 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, (Jakarta :

Penerbit Zahra, 2008), h.235 77 Ibid. h.236

Page 120: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

102

atau pemberian kompensasi kepada para individu atas layanan publik yang

telah mereka berikan.78

Penerima iqtha berhak memiliki pajak tanah sebagai imbalan atas

layanan publik yang telah ia berikan kepada umat, namun ia tidak memiliki

tanah tersebut, tidak pula mendapat hak dasar untuk menguasai ataupun

mengeksploitasi tanah itu. Tanah tersebut tetap menjadi milik kaum Muslim

dan tetap berstatus tanah kharaj.79

h) Hima Dalam Islam

Konsepsi tentang hima (tanah yang diproteksi) diperoleh dari bangsa

Arab kuno. Hima berarti tanah mati yang dimonopoli oleh orang-orang “kuat”,

di mana mereka tidak mengizinkan orang lain mengambil manfaat dari tanah

tersebut. Orang-orang “kuat” tersebut menganggap segala sumber daya

ataupun kekayaan yang terkandung di tanah itu secara eksklusif menjadi milik

mereka karena mereka bisa menguasai tanah itu untuk kepentingan mereka

sendiri, serta dengan kekuatan dan kekuasaan mereka mampu mencegah orang

lain mengambil manfaat darinya.80

Dalam Islam, kenyataan bahwa seseorang mampu menguasai dan

mengendalikan sumber-sumber alam tidak dapat di jadikan dasar bagi

pemilikan hak atas sumber-sumber tersebut. Satu-satunya hima yang di

izinkan Islam adalah hima Rasulullah Saw, di mana beliau memproteksi tanah

78 Ibid. h.236 79 Ibid. h.237 80 Muhammad Baqir As Shadr, Iqtishaduna, (Beirut : Daar Al-Fikr, 1973), h.456

Page 121: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

103

mati demi maslahat umum seperti tanah Baqi’, yang diperuntukkan bagi unta-

unta sedekah, hewan-hewan ternak jizyah, dan kuda-kuda para mujahid.81

3) Air Alami

Sumber air ada dua jenis. Pertama adalah sumber-sumber terbuka

(mashadir maksyufah) yang telah Allah ciptakan bagi manusia di atas

permukaan bumi, seperti lautan dan sungai. Kedua adalah sumber-sumber

yang terkubur dan tersembunyi di dalam perut bumi, yang mana manusia

harus melakukan penggalian guna mendapatkannya.82

Sumber air jenis pertama digolongkan ke dalam milik bersama

masyarakat. Kekayaan alam seperti ini secara umum disebut sebagai milik

bersama, di mana Islam tidak mengizinkan seorang individu pun untuk

menguasainya sebagai milik pribadinya sendiri. Sebaliknya, Islam

mengizinkan semua individu untuk menikmati manfaatnya, dengan tetap

menjaga keutuhan karakteristik dari prinsipnya, yakni bahwa substansi-

substansi aktual dan hak kepemilikan atas mereka adalah milik bersama.83

Tidak seorang pun memiliki laut atau sungai alami sebagai milik

pribadinya. Semua orang boleh menikmati manfaatnya. Atas dasar ini kita

81 Ibid. h.456 82 Muhammad Baqir Ash-Shadr. Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, (Jakarta :

Penerbit Zahra, 2008), h.239 83 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative

Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.120

Page 122: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

104

memahami bahwa sumber-sumber air alami yang terbuka adalah subjek

prinsip kepemilikan publik.84

Sementara air yang sumbernya terkandung di dalam perut bumi, tidak

seorang pun bisa mengklaimnya sebagai miliknya kecuali jika ia bekerja untuk

mengaksesnya, melakukan penggalian untuk menemukan sumber tersebut dan

membuatnya siap guna. Ketika seseorang membuka sumber ini dengan kerja

dan penggalian, maka ia berhak atas mata air yang ditemukannya.85

Ia berhak mengambil manfaat mata air tersebut dan mencegah

intervensi orang lain. Karena ia yang membuka kesempatan (peluang) untuk

menggunakan dan memanfaatkan mata air itu, maka ia berhak memanfaatkan

kesempatan tersebut. Sementara mereka yang tidak ikut andil dalam membuka

kesempatan itu, tidak berhak mengintervensinya dalam menikmati manfaat

mata air tersebut.86

Ia menjadi lebih berhak ketimbang orang-orang lain atas mata air

tersebut dan memiliki air yang memancar berkat usahanya, karena ini adalah

jenis penguasaan, di mana ia tidak memiliki sumber airnya yang terdapat di

dalam perut bumi. Karena itu, ia wajib membagi air dari mata air itu secara

gratis kepada orang-orang lain untuk minum maupun hewan ternak mereka

setelah ia memenuhi kebutuhannya sendiri.87

Dalam hal ini, ia tidak boleh meminta apapun sebagai imbalan. Hal ini

dikarenakan substansi tersebut tetap menjadi milik bersama. Si penemu mata

84 Muhammad Baqir Ash-Shadr. Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna. (Jakarta :

Penerbit Zahra, 2008), h.239 85 Ibid. h.240 86 Ibid. h.240 87 Ibid. h.241

Page 123: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

105

air hanya memiliki hak prioritas sebagai hasil dari usahanya dalam

menemukan mata air itu. Maka, ketika ia telah memenuhi keperluan dan

kebutuhannya akan air dari mata air tersebut, orang-orang lain berhak

mengambil manfaat dari mata air itu.88

4) Kekayaan Alam Yang Lain

Kekayaan alam yang lain masuk ke kategori al mubahatul ‘ammah

(hal-hal yang boleh bagi semua orang) adalah kekayaan alam yang semua

individu dapat menggunakannya secara gratis dan menikmati manfaatnya

sebaik milik pribadi mereka, karena izin umum ini adalah izin yang bukan

hanya untuk memanfaatkannya namun juga untuk memilikinya.89

Islam telah meletakkan prinsip kepemilikan pribadi pada al mubahatul

‘ammah atas dasar kerja dan usaha guna mendapatkan mereka sesuai dengan

perbedaan jenis mereka.90

Sebagai contoh, kerja atau usaha untuk mendapatkan burung adalah

dengan menangkapnya dengan cara berburu, sedangkan usaha untuk

mendapatkan kayu bakar adalah dengan mengumpulkannya, dan kerja untuk

mendapatkan mutiara serta udang adalah dengan menyelam ke kedalaman

laut. Usaha untuk mendapatkan tenaga (energi) listrik yang tersembunyi dari

air terjun termasuk dalam proses mengubah energi ini menjadi arus listrik

88 Ibid. h.241 89 Muhammad Baqir As Shadr, Iqtishaduna, (Beirut : Daar Al-Fikr, 1973), h.461 90 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative

Analiysis, ( Kuala Lumpur, 1995), h.117

Page 124: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

106

yang kita kenal. Dengan jalan inilah kepemilikan atas kekayaan alam mubah

diperoleh, yakni dengan memperoleh penguasaan atasnya.91

Kepemilikan atas kekayaan alam ini tidak bisa diperoleh kecuali

dengan kerja. Jadi, masuknya kekayaan alam ini ke kendali seseorang tidak

cukup di jadikan dasar bagi kepemilikan atasnya, kecuali jika ia melakukan

kerja positif untuk mendapatkannya.92

2. Distribusi pasca Produksi

Sadr93 mulai menyatakan bahwasanya Islam itu tidak meletakan semua

faktor produksi (atau pemilik mereka) pada kedudukan yang sejajar, misalnya.

Mempekerjakan Orang ‘pekerja’ adalah ‘pemilik’ yang sebenarnya dari

bahan-bahan/alat-alat yang telah diproduksi. Para pekerja selanjutnya

memiliki tanggung jawab untuk membayar kompensasi untuk faktor produksi

lainnya yang digunakan dalam prosesnya.

Sadr94 merasakan bahwa pandangan ini meletakan orang sebagai tuan

dan bukan pelayan dari produksi. Meneruskan argumentasi ini, Sadr

menyatakan bahwa seorang kapitalis tidak membolehkan memiliki produk

dari para pekerja yang dia sewa. dengan kata lain, tenaga kerja ekonomi

langsung adalah tempat yang diperlukan untuk kepemilikan produk.

Pandangannya95 mengenai kekayaan primer digolongkan kedalam

gambaran ketika dia memberikan ‘kepemilikan’ kepada agen yang bekerja

91 Ibid. h.117 92 Muhammad Baqir As Shadr, Iqtishaduna, (Beirut : Daar Al-Fikr, 1973), h.461 93 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative

Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.121 94 Ibid. h.121 95 Ibid. h.121

Page 125: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

107

dibagian sumber alam, sebagai contoh seseorang yang menggarap lahan

kosong (tak bertuan), memiliki itu berkaitan dengan mempunyai prioritas dan

hak untuk mencegah orang lain dari penggunaannya.

Sekarang, jika orang ini memilih untuk menyewa orang lain untuk

bekerja ditanah, dia masih memelihara ‘kepemilikan’ tanah sehubungan

dengan status tenaga kerjanya yang dilibatkan dalam penggarapan tanah.96

Pada sisi lain, tuan tanah memiliki hasil tanah yang berkaitan dengan

para pekerja itu sendiri, dan membayar kompensasi kepada pemilik tanah

dengan alasan bahwa para pekerja tuan tanah masih ada. Kompensasi ini bisa

jadi dalam bentuk atau pinjaman yang tetap atau suatu saham dalam produk

(jika pemilik tanah menyediakan benih / pupuk atau permesinan).97

Dalam mengatur aktivitas ekonomi, banyak contoh di beri oleh Sadr98

:

a. Lahan kosong dapat didistribusikan dan dimanfaatkan

b. Larangan Islam yaitu menempati lahan kosong dengan kekerasan

pekerjaan, tidak ada keuntungan.

udian

ri Tuhan

k manipulasi dalam pasar

c. Prinsip tidak ada

d. Larangan Riba

e. Larangan tidak produktif, seperti perj

f. Menimbun uang dan barang-barang

g. Larangan yang aktivitas mengalihkan perhatian da

h. Penuturan dan mengece

96 Ibid. h.122 97 Ibid. h.122 98 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga

Kontemporer, (Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005), h. 258

Page 126: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

108

i. Larangan pemborosan

(benang) yang dimiliki

pengge

i, Sadr 100selanjutnya

dari penggarapan)

d.

ke tangan para

buruh,

Sadr99 membedakan antara bekerja dilahan sumber alam dan dimiliki

yang lain (seperti diatas) dengan bekerja dilahan ‘hasil buruh’ yang dimiliki

oleh orang lain, sebagai contoh seorang pekerja yang membuat benang dari

wol seorang pengembala; dalam hal ini, produk

mbala dan pekerja akan dibayar kompensasi.

Dengan pandangan prioritas tenaga kerja in

membuat daftar hasil (laba) ke setiap faktor produksi :

a. Buruh-upah atau bagian keuntungan

b. Tanah-sewa (atau bagian

c. Modal-bagian dari laba

Peralatan / modal fisik-sewaan / kompensasi

Buruh diberikan satu pilihan dari keuntungan yang jelas (upah) atau

variabel keuntungan (bagian dari keuntungan). menyewa tanah diizinkan

hanya ketingkat bahwa pemilik tanah telah menyerahkan

sebagai contoh buruh untuk menggarap tanah kosong.

Sadr juga memegang pandangannya membolehkan transaksi-transaksi

seperti Mudharabah, Muzara’ah (bagi hasil), Musaqat, dan al-Jualah

(menggaji, upah). konstribusi / bekerja ke suatu produk, atau untuk menggarap

99 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative

Analiysis 1995), h.122 , (Kuala Lumpur,100 Ibid. h.122

Page 127: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

109

lahan

. Orang yang menggunakan

ungkap

ahwa (uang) pemilik modal di dalam Mudharabah diberikan

keuntu

telah digunakan, bukan faktor resiko. Ini Nampak seperti

penjela

ang berbeda-beda, ketidaksamaan pendapatan

adalah

dan menyewakannya kepada orang lain untuk harga sewaan yang

tinggi.101

Sadr juga membantah kompensasi untuk resiko yang dikemukakan

oleh banyak ahli ekonomi, termasuk kaum Muslim

an tidak ada resiko, tidak ada keuntungan, menurut Sadr telah merusak

mental pemerintah dengan satu faktor produksi.

Ahli ekonomi Muslim yang mengemukakan argumentasi itu

mengatakan b

ngan, suatu kesalahan apabila berkaitan dengan resiko yang ia

tanggung.102

Sadr memandang keuntungan sebagai fakta bahwa mereka memiliki

uang yang

san yang lebih logis dan bisa diterima untuk mengembalikan uang

modal.103

Pandangan diatas menunjukan dengan jelas bahwasanya Sadr104

melihat keuntungan yang sah sebagai dasar daripada pekerjaan. Bagaimana

pun, pekerja untuk Sadr, ada sumber hak distributif yang lain di dalam

ekonomi Islam, sebagai contoh kebutuhan. Karena tiap-tiap individu memiliki

kapasitas dan kapabilitas y

hal yang wajar. Sebagian mendapatkan sedikit sementara yang lain

tidak mendapatkan apa-apa.

101 Ibid. h.122 102 Ibid. h.122 103 Ibid. h.122 104 Ibid. h.123

Page 128: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

110

Situasi ini memberikan mereka hak distributif dan pemerintah

memainkan peranan penting dalam pencapaian ‘keadilan sosial’. Islam

menekankan standar hidup yang lebih tinggi melalui larangannya berbuat

berlebi

belanjaan publik. Dengan investasi pada sektor publik secara

spesifik

a prinsip bahwasanya seluruh

sumber

ang sesuai menurut situasi zaman yang ada. Dalam konteks ini

adalah tugas para mujtahidun itu adalah negara. Maksudnya tiap negara

h-lebihan (boros), dan pada saat yang bersamaan, Islam mengangkat

hal tersebut pada tingkat yang lebih rendah dengan cara menyediakan sistem

jaminan sosial.105

Pemerintah juga dipercaya memberikan keamanan sosial secara

keseluruhan. Dan hal ini dapat dicapai melalui persaudaraan (penyelenggaraan

ini dapat melalui pendidikan) diantara anggota masyarakat dan melalui

kebijakan pem

dapat membantu orang miskin. Sementara itu dengan pengaturan

aktivitas ekonomi memastikan kewajaran dan praktek yang berlaku, bebas dari

eksploitasi.106

Untuk memastikan keseimbangan sosial dan keamanan yang

dibutuhkan bagi keseluruhan, berdasarkan pad

daya alam harus dinikmati oleh semua orang. Pemerintah dipercaya

untuk menjalankan tugas pada pemilikan untuk memastikan hal ini dengan

cara membantu mereka yang berkesusahan.107

Pada akhirnya, sebuah kekuasaan negara dipercaya untuk menciptakan

kedinamisan y

105 Ibid. h.123 106 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga

Kontemporer, (Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005), h. 257 107 Ibid. h. 258

Page 129: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

111

memili

jelas

metodo

ya, Asy Syara’i, bab Wikalah (perwakilan), bahwa

wikalah

a, maka wikalah

dalam

itu atau ia secara langsung mencurahkan usahanya

dalam pekerjaan menebang kayu, atau menyabit rumput, atau jenis pekerjaan

ki ahli hukum atau suatu negara memiliki beberapa bentuk dewan

penasehat.108

Pengkajian yang dilakukan Sadr dengan menggunakan metode ijtihad.

Menurut analisa Chibli Mallat,109 pembahasan ini memperlihatkan secara

logi yang disarankan Sadr diawal pembahasan. Dalam hal ini penulis

menyajikan prinsip umum dengan mengikutsertakan pendapat ahli fiqh :

‘Allamah al-Hilli, seorang ulama-peneliti (muhaqqiq) Muslim,

menyatakan dalam kitabn

dalam pekerjaan menebang kayu atau jenis pekerjaan lain yang

sejenis, adalah tidak sah.

Contohnya, jika seseorang menunjuk orang lain sebagai wakil (agen)-

nya untuk menebang kayu di hutan demi kepentinganny

hal ini tidak sah. Orang itu (si penunjuk) tidak menjadi pemilik kayu

yang ditebang oleh orang yang ia tunjuk sebagai wakilnya.

Alasannya adalah, pekerjaan menebang kayu dihutan atau jenis

pekerjaan lainnya yang sejenis, pada dasarnya tidak menghasilkan pengaruh

atau hak khusus apa pun bagi seseorang kecuali bila ia sendiri yang

melakukan pekerjaan

lainnya yang serupa.

108 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga

Kontemporer, (Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005), h. 257 109 Chibli Mallat, The Renewal of Islamic Law, penerjemah : santi indra astuti (Bandung :

Mizan, 2001). h.206

Page 130: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

112

B. Relevansi

1.

a yang terkandung dalam ekonomi Islam bertujuan memberikan

seb

ki harta

kekaya

i, elemen yang berlaku menurut Sadr ialah

kebutuh

solidaritas sesama muslim.

Pemikiran Muhammad Baqir Ash-Shadr

Relevansi Konsep Distribusi Muhammad Baqir As-Shadr dengan

Ekonomi Islam

Muhammad Baqir As-Shadr110 mengatakan bahwa ekonomi Islam

adalah sebuah ajaran (doctrine) dan bukannya ilmu murni (science),

karena ap

uah solusi hidup yang paling baik, sedangkan ilmu ekonomi hanya

akan mengantarkan kita kepada pemahaman bagaimana kegiatan ekonomi

berjalan.

Dalam mewujudkan gagasan keadilan distribusi menurut Islam,

Sadr111 mendasarkan pada dua faktor. Pertama, faktor primer yang terdiri dari

kerja dan kebutuhan. Kedua, faktor turunan berupa kepemilikan.

Bekerja menurut Islam adalah sebab yang mendasar untuk

memungkinkan manusia dapat memenuhi kebutuhannya dan memili

an. Namun yang menjadi permasalahan menurut Sadr112 ialah cara

menempatkan seseorang yang dalam kehidupan sosial tidak dapat bekerja atau

mereka yang bekerja tapi tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dalam konteks in

an, artinya berapapun kebutuhan pokok komunitas masyarakat

tersebut menjadi tanggung jawab bersama baik lewat jaminan sosial maupun

110 Muhammad Baqir As-Shadr, Iqtishaduna : Our Economics, (Teheran : WOFIS,

1983), Vqtishaduna : Our Economics, (Teheran : WOFIS,

1983), V Kedua, Ed.I, h.113

olume 1, Bagian Kedua, Ed.I, h.5-6 111 Muhammad Baqir As-Shadr, Iolume 1, Bagian112 Ibid., h.113

Page 131: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

113

Faktor berikutnya dalam mekanisme distribusi adalah kepemilikan.

Menurut Sadr,113 Islam memberikan keterbukaan kepemilikan pribadi dengan

Islam dibatasi aturan

nila

a.

ntuk mengamati peran kerja dalam distribusi, terlebih

dah

sendiri merupakan ekspresi dari

kecend

bakat serta potensinya dalam

atnya. Sedangkan disisi lain

pekerja

b.

lam masyarakat Islam, untuk mengenal lebih dekat peran

adanya sarana bekerja, akan tetapi, kepemilikan dalam

i serta kepentingan sosial yang ditegaskan melalui Syari’ah.

Peran Kerja (al-‘amal) dalam distribusi

Dalam Islam, kerja diposisikan sebagai faktor utama dari produksi.

Menurut Sadr, u

ulu harus mengkaji hubungan sosial antara kerja serta hasil yang

diperolehnya.114

Kerja menurut Islam merupakan penyebab kepemilikan dari para

pekerja. Sedangkan kepemilikan

erungan alami. Maka dalam Islam kepemilikan / hak-hak individu

mendapat tempat yang proporsional.

Dengan adanya peran positif kerja dalam Islam setiap individu dapat

mengekspresikan seluruh kekuatan,

meningkatkan perekonomian suatu masyarak

dapat memenuhi kebutuhannya.

Peran Kebutuhan (al-Haajah) dalam distribusi

Peran kerja dan kebutuhan tersebut secara terpadu membentuk pola

distribusi da

113 Ibid., h.120 114 Ibid., h.114

Page 132: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

114

kebutu

kesempatan kerja melalui

bakat d

yang tinggi.

a komunitas pertama bergantung pada kerja, maka

komun

i kelompok ketiga ini melalui instrument kebutuhan yang

pengatu

rja sesuai

han dalam distribusi, Sadr115 membagi masyarakat ke dalam 3

komunitas :

Pertama, komunitas yang mendapatkan

an kemampuan intelektualnya. Komunitas tersebut dapat menyediakan

kebutuhan hidupnya dengan standar

Kedua, komunitas yang mendapat kesempatan kerja namun belum

sesuai dengan kebutuhan hidupnya.

Ketiga, komunitas yang tidak mendapat kesempatan untuk terlibat

dalam proses produksi baik kelemahan fisik maupun kemampuan

intelektualnya. Menurut Sadr, konsekuensi dari pembagian diatas

mengharuskan komunitas pertama bergantung pada kerja untuk mendapat

bagian dalam distribusi. Jik

itas ketiga dalam perekonomian Islam bergantung pada permintaan

akan kebutuhan dasarnya.

Pemahaman ini menurut Sadr,116 berangkat dari realitas bahwa

komunitas tersebut tidak dapat terlibat dalam proses produksi sehingga bagian

distribus

rannya sesuai dengan prinsip-prinsip jaminan social serta solidaritas

umum.

Sedangkan pada komunitas kedua, Sadr menjelaskan adanya dua

instrument sekaligus. Di satu sisi mereka memiliki instrument ke

115 Ibid., h.116 116 Ibid., h.119

Page 133: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

115

dengan

c.

yang m

segala fenomena tentang perilaku pilihan

dan pe

i dengan ilmu ekonomi Islam. Selama teori yang ada sesuai

dengan

kemampuannya, di sisi lain berhak memperoleh bagian distribusi

melalui sebagian kebutuhannya yang tidak terpenuhi melalui kerja.

Peran Kepemilikan (al-Milk) dalam distribusi

Islam memberikan dua batasan terhadap hak kepemilikan pribadi.

Pertama, batasan aspek legal Islam, yaitu pelarangan atas berbagai transaksi

engandung unsur riba dan spekulasi. Kedua, batasan sosial ekonomi

yaitu adanya kepentingan social ekonomi yaitu adanya kepentingan sosial

untuk membantu kebutuhan sesamanya melalui zakat, infaq serta shadaqah.117

Jika penulis relevansikan pemikiran Sadr dengan ekonomi Islam, maka

kita harus memahami terlebih dahulu apa makna ekonomi Islam itu sendiri.

Dalam hal ini, penulis mengkaitkan dengan pemikir muslim masa kini

semisal, Adiwarman Karim.118 Menurutnya “…Ekonomi Islam adalah sebuah

sistem ekonomi yang menjelaskan

ngambilan keputusan dalam setiap unit ekonomi dengan memasukkan

tata aturan syariah sebagai variabel independen (ikut mempengaruhi segala

pengambilan keputusan ekonomi).

Dengan demikian, segala ilmu ekonomi kontemporer yang telah ada

bukan berarti tidak sesuai dengan ilmu ekonomi Islam dan juga tidak berarti

semuanya sesua

asumsi dan tidak bertentangan dengan hukum syariah, maka selama itu

pula teori tersebut dapat dijadikan sebagai dasar untuk membentuk teori

ekonomi Islam.

117 Ibid., h.129 118 Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

2007),h.5

Page 134: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

116

Begitupun apa yang ditawarkan Sadr mengenai konsep distribusinya,

hemat penulis meskipun Sadr adalah seorang yang berlatar belakang Syiah,

tetapi tidaklah mungkin jika pemikiran beliau ditinggalkan hanya karena

faktor

’an, surat Al-Hasyr, ayat 7, (“ Supaya harta itu jangan hanya

beredar

embangkan oleh ilmu

ekonom

lu

tersebut. Ternyata tak sedikit pemikiran beliau yang selaras dengan

Ekonomi islam antara lain seperti Zakat (Khums Pajak,, Anfal, Fay), yang

bertujuan untuk mengurangi kemiskinan dan menciptakan kesimbangan sosial.

Berbicara ekonomi Islam maka secara otomatis akan tertuju pada Al-

Qur’an dan As-Sunnah, karena keduanya merupakan rujukan utama Absolut.

Maka menurut penulis, Pemikiran Sadr tentang Konsep Distribusi diperkuat

dalam Al-Qur

diantara orang-orang kaya saja diantara kamu”) serta adanya hadist

Nabi yang menyebutkan bahwa (“diantara sebagian harta kita ada hak untuk

orang lain”).

Sejalan dengan itu, maka semua teori yang dik

i konvensional ditolak dan dibuang. Sebagai gantinya mazhab ini

berusaha untuk menyusun teori-teori baru dalam ekonomi yang langsung

digali dan dideduksi dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.119

Oleh karena itu, sikap umat Islami terhadap ilmu-ilmu dari Barat,

termasuk ilmu ekonomi versi “konvensional”, adalah La tukadzibuhu jamii’a,

wala tushahihuhu jamii’a (Jangan menolak semuanya, dan jangan pula

menerima semuanya). Menurut Adiwarman Karim, 120ekonom Muslim tidak

perlu terkesima dengan teori-teori ekonom Barat. Ekonom Muslim per

119 Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007),h.31

120 Ibid.,h.12

Page 135: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

117

mempu

an beragam pendapat ahli fiqh sebagai

suprast

annya dalam proses

produk

alam distribusi pra produksi berkaitan dengan

daya alam yang merupakan faktor produksi. Sedangkan pada

patan menurut Islam.

nyai akses terhadap kitab-kitab Islami. Di lain pihak, Fuqaha Islami

perlu juga mempelajari teori-teori ekonomi modern agar dapat

menerjemahkan kondisi ekonomi modern dalam bahasa kitab klasik Islami.

Hal ini sejalan dengan apa yang dilakukan Sadr dalam proses

pengkajian dengan cara Ijtihad untuk menghadapi masalah-masalah

kontemporer. Sadr 121mulai menampilk

ruktur (ajaran yang bersumber dari hukum). Selanjutnya, beliau

melakukan deduksi terhadap naskah-naskah klasik tersebut menjadi prinsip-

prinsip umum dalam bidang distribusi.

Sadr 122juga mendiskusikan dua teori pendapatan dalam perspektif

Islam, yakni teori kompensasi dan bagi hasil. Pertama, seseorang berhak

mendapat balas jasa atas barang yang digunakan dalam proses produksi.

Kedua, seseorang berhak mendapat hasil dari keikutserta

si. Sebagaimana contoh hukum yang mengatakan, “Pekerja berhak atas

buah kerjanya.” Karena itu, Islam tidak mengakui bunga, karena pendapatan

tanpa kerja bertentangan dengan gagasan keadilan Islam.

Jadi, fokus kajian d

sumber

pengkajian distribusi pasca produksi lebih menitikberatkan pada teori

penda

121 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected

Comparative Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.112-113 122 Muhammad Baqir As-Shadr, Iqtishaduna : Our Economics, (Teheran : WOFIS,

1983), Volume 1, Bagian Kedua, Ed.I, h.132

Page 136: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

118

2. Releva

inya, merupakan indikator kongkrit yang

menand

secara

ijaga dan dipertahankan, maka

dapat d

bangsa Indonesia adalah sistem ekonomi yang berbasis pada nilai-nilai

ketuhanan, sebab bangsa ini adalah bangsa Religiusitas yang patuh terhadap

nsi Konsep Distribusi Muhammad Baqir As-Shadr dengan Masa

Kini

Penulis berpendapat Krisis ekonomi di Indonesia masih belum

kunjung selesai. Pengangguran yang membengkak, kesenjangan sosial antara

kaya dan miskin, biaya pendidikan kian mahal, merebaknya kriminalitas dan

maksiat, gizi buruk, krisis energi, kelaparan yang selalu menanti di susul

dengan kasus-kasus yang menimpa daerah bencana (baik korupsi dana

pembangunan) dan lain sebaga

akan kegagalan sistem ekonomi konvensional kapitalis yang diusung

pemerintah.

Saat ini pemerintah sepertinya semakin tidak memperhatikan rakyat.

Tak sedikit kebijakan pemerintah malah semakin membebani rakyat dan

langsung terus melestarikan kemiskinan. Hal ini membuktikan akibat

kebijakan ekonomi yang keliru yang kian hari makin terpuruk.

Bila sistem yang secara jelas dan realitas tidak dapat menyelesaikan

beragam problematika bangsa ini masih tetap d

ikatakan bahwa bangsa ini sesungguhnya tiada pernah secara bijak

untuk belajar memperbaiki diri dari kesalahan.

Pemerintah harus ada solusi alternatif untuk mengganti sistem yang

dipakai saat ini dengan sistem yang lebih baik serta sesuai dengan masyarakat

Indonesia. Sistem yang paling sinkron dengan karakteristik dan kepribadian

Page 137: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

119

norma dan etika agama yang dianutnya. Sistem yang dimaksud adalah sistem

ekonomi Islam.123

Krisis yang bangsa kita hadapi saat ini secara bertubi-tubi dan

melingkar-lingkar sangat berkaitan dengan ketidakmampuan kita untuk

merespons dampak-dampak kapitalisme global yang berfungsi sebagai

kendaraan bagi imperialisme baru yang lebih sophisticated.124

Harus diakui bahwa pembahasan ekonomi dalam karya ini berlatar

kondisi masa lalu. Namun demikian, karena pembahasan ekonomi dalam

karya ini menyentuh dasar-dasar filsafat ekonomi dan sosial yang melibatkan

relasi-relasi yang bersifat eksistensial dan generik, maka rekomendasi yang

diberikan Sadr dengan mudah dapat diadaptasikan guna menyikapi secara

cerdas realitas dan tantangan kondisi ekonomi hegemonik masa kini.125

Pada hakikatnya, kondisi ekonomi masa kini hanya mengalami

perubahan-perubahan instrumental dari dasar-dasar ekonomi masa lalu.

Kapitalisme dan materialisme hanya berganti baju dan rupa, tetapi tidak watak

dasarnya. Maka, fatwa ekonomi Ayatullah Baqir Ash Shadr tetap relevan.126

Kenyataan yang memperihatinkan dalam kehidupan rakyat banyak di

Negeri kita ini selama tahun-tahun terakhir sungguh banyak dan susul

menyusul datangnya. Namun, yang sangat luas dampaknya adalah

keterpurukan bidang ekonomi yang dialami sebagian besar rakyat. Memang

123 Miftakhus Surur, “Indonesia dan Ekonomi Syariah”, Gontor, No. 11 Th.VI (Maret

2009) : h.58 124 Ir. Sayuti Asyathri “ulasan dan komentar”, dalam Muhammad Baqir Ash-Shadr. Buku

Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, (Jakarta : Penerbit Zahra, 2008), h.23 125 Ibid. h.24 126 Ibid. h.24.

Page 138: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

120

disadari bahwa salah satu masalah kunci dalam kehidupan umat manusia

adalah masalah ekonomi.127

Prof. Dr. Mubyarto di acara memperingati Hari Kebangkitan Nasional

tanggal 20 Mei 2005 di Jakarta telah menguraikan bahwa secara ekonomi,

Indonesia kembali terjajah oleh Kapitalisme Global yang lebih sadis dan lebih

kejam ketimbang kolonialisme Belanda.

Lebih dari itu, John Perkins dalam bukunya, Confessions of an

Economic Hit Man, telah mengakui bahwa dirinya disewa oleh kekuatan

Kapitalisme Global untuk merusak dan membuat ekonomi negara-negara

berkembang, termasuk Indonesia, menjadi terjajah dan sangat bergantung

pada tuan besarnya, yaitu Kapitalisme Global.128

Konsep Baqir Ash- Shadr sangat kontekstual dengan kondisi dan

permasalahan yang berkembang di Indonesia dan negara berkembang lain

yang umumnya berpenduduk mayoritas Muslim. Di bawah pengaruh

konspirasi dan pengondisian kekuatan-kekuatan besar, isu-isu kemiskinan,

kebodohan, dan kebobrokan adalah tiga isu besar yang mendorong

keterpurukan bangsa-bangsa ini, terutama akibat penerapan sistem ekonomi

yang tidak berkeadilan.129

Sebagai solusi atas fenomena dan kondisi tersebut, Muhammad

Baqir Ash-Shadr mengingatkan kita dan mengulas secara jelas Iqtishaduna :

Our Economics, yang melalui suatu pendekatan interdisipliner menjadi suatu

127 Prof. KH. Ali Yafie “ulasan dan komentar”, dalam Muhammad Baqir Ash-Shadr.

Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, (Jakarta : Penerbit Zahra, 2008), h.27 128 Ibid., h.27 129 Aries Muftie, SH. SE. MH “ulasan dan komentar”, dalam Muhammad Baqir Ash-

Shadr. Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, (Jakarta : Penerbit Zahra, 2008), h.19

Page 139: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

121

kajian ekonomi Islam, sehingga memberikan benang merah bagi kita

bagaimana mewujudkan maqashid berdasarkan prinsip-prinsip yurisprudensi

Islam (ushul fiqh). Dengan demikian, aktivitas dan sistem ekonomi yang kita

gunakan akan kita kembalikan kepada tujuannya untuk kesejahteraan seluruh

manusia.130

Implikasinya dapat dilihat dari munculnya fakta disparitas

(kesenjangan) antara yang kuat dan yang lemah pada berbagai sektor

kehidupan, dan munculnya tiga isu : kemiskinan, kebodohan, dan kebobrokan,

akibat implementasi sistem ekonomi yang tidak menganggap penting faktor

iman, jiwa, akal dan keturunan. Eksploitasi alam, penjajahan ekonomi,

peperangan bisnis, dan segala aktivitas ekonomi lainnya menjadi suatu alat

penumpukan kekayaan dan pemenuhan kepentingan golongan, tanpa

mempertimbangkan dampaknya pada publik atau umat, serta pelestarian alam

untuk para keturunan kita.131

Sistem ekonomi yang selama ini dikenal dan diimplementasikan di

dunia dalam perjalanan sejarahnya semakin lepas dari perspektif moral dan

pranata sosial-budaya. Perkembangannya menjadi segmentatif dan mikro,

sehingga hanya bisa menjelaskan secara parsial fenomena-fenomena

kemasyarakatan yang ada.132 Selama ini sistem Perbankan Syariah hanya

merupakan duplikasi sistem perbankan konvensional yang menganut sistem

130 Ibid., h.19 131 Ibid., h.20 132 Ibid., h.19-21

Page 140: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

122

Ribawi yang mengandung unsur gharar, tidak adil, dan mengancam nilai-nilai

Islam yang mulia. 133

Misalnya, sistem bagi hasil yang di praktikkan Bank Syariah sekarang

ini, masih mengandung unsur Ribawi. Jika seorang calon nasabah akan

membuka account di bank syariah dan bertanya berapa bagi hasil yang akan di

terima, maka dengan tanpa ragu-ragu si petugas Bank Syariah menunjukan

prakiraan besarannya dengan mengacu daftar bagi hasil beberapa bulan yang

lalu dalam brosur di Bank Syariah bersangkutan.

Kenapa sistem bagi hasil di prediksi besarannya ? bukankah bagi hasil

adalah sistem bagi untung atau rugi berdasarkan akad kejujuran yang tidak

bisa di prediksi seperti bunga bank ? kalau bagi hasil di prediksi, berarti ada

semacam “janji” yang artinya tidak beda dengan sistem bunga.

Selain itu,134 selama ini perbankan syariah lebih banyak “main” pada

suku bunga di Bank Indonesia (BI) yang sangat kental dengan praktik Ribawi.

Berapa persen dana perbankan syariah yang di salurkan melalui pembiayaan

sektor riil ? contoh lain, apakah sistem murabahah yang di praktikkan juga

sudah benar-benar pure berjalan sesuai dengan muamalah Islam ? bagaimana

dengan sistem pembiayaan perbankan syariah pada sektor riil ?

Meski sekarang diakui sistem ekonomi kapitalis liberalis sedang

mengalami kebangkrutan menyusul krisis ekonomi global, namun masih

memerlukan waktu cukup lama antara 10-20 tahun bagi sistem ekonomi Islam

133 Zaim Saidi, “Prakteknya Masih Mengandung Ribawi,” Suara ISLAM, 20 Maret – 3

April 2009, h. 9. 134 Ibid., h. 9.

Page 141: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

123

(syariah) untuk menggantikannya. Pasalnya,135 harus memerlukan

kepercayaaan dari Dunia Barat yang masih berpedoman pada kapitalis dan

liberalis, di mana perlu di yakinkan sesungguhnya sistem ekonomi Islam jauh

lebih baik dan lebih menjanjikan keuntungan finansial bagi mereka.

Dunia Islam harus memberi penyadaran dan pencerahan pada Dunia

Barat untuk menggunakan sistem Ekonomi Syariah yang non Ribawi, untuk

menggerakkan ekonomi mereka yang masih berdasarkan pada bunga (riba).

Pasalnya selama ini sistem ekonomi Barat memiliki kepentingan dan resiko,

sedangkan semua pelaku ekonomi tidak ingin beresiko dalam menjalankan

usahanya. Mereka hanya menginginkan keuntungan tanpa bersedia

menanggung resikonya. Sedangkan dalam sistem ekonomi syariah, antara

resiko dan keuntungan akan ditanggung secara bersama (mudharabah).136

Mari kita cermati peta zakat di era Indonesia Mazhab Neo Liberal

sekarang ini. Di mana, seperti di beberkan Amien Rais137 dalam bukunya

Agenda Mendesak Bangsa Selamat-kan Indonesia, kekayaan alam Indonesia

mayoritas sudah di kuasai asing. Ironisnya, itu semua seizin rezim-rezim

penguasa Indonesia, melalui amandemen UUD 45 yang melahirkan regulasi

semacam UU penanaman modal, UU Sumber Daya Air, UU Kelistrikan, UU

Badan Hukum Pendidikan, dan UU Minerba. Policy inilah yang menciptakan

kemiskinan struktural.

135 Aviliani, “Perlu Waktu Lama Ekonomi Islam Menggantikan Ekonomi Kapitalis,”

Suara ISLAM, 20 Maret – 3 April 2009, h.9 136 Ibid., h.9 137 M. Amien Rais, Agenda Mendesak Bangsa Selamatkan Indonesia, (Yogyakarta :

PPSK Press, 2008). h.255-263

Page 142: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

124

Dana Zakat dapat dilihat dalam tabel berikut :138

Penerimaan ZIS konter BAZNAS tahun 2002 -2007 (ribuan Rp.)

Penerimaan/thn 2001 – 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Zakat 444,035 1,311,834 2,229,070 2,536,110 4,825,502 8,307,941 Infak & Sedekah 275,973 483,372 579,920 28,589,846 13,023,956 6,029,927 Infak Operasional 70,035 552,542 293,890 180,845 627,203 254,149 Infak Pemerintah 131,005 352,325 119,836 100,000 1,550,000 - Jumlah 921,048 2,700,073 3,222,716 31,406,801 20,026,661 14,592,017

Grafik Penerimaan ZIS konter BAZNAS139

Dari grafik tersebut terlihat bahwa ada kenaikan dana zakat yang terhimpun, meskipun ada penurunan dana infak shadaqah sehingga total penerimaan ZIS

138 Tim BAZNAS, Data kuantitatif Baznas, di akses pada juni 2010 pukul.18:52 dari http://www.baznas.or.id/laporan

139 Tim BAZNAS, Grafik Penerimaan ZIS konter Baznas, di akses pada juni 2010 pukul.18:52 dari http://www.baznas.or.id/laporan

Page 143: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

125

menurun. Penerimaan dana infak shadaqah tahun 2005 melonjak tinggi meningkat tajam merupakan penerimaan terbesar karena adanya bencana tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam pada akhir Desember 2004 telah meningkatkan kepedulian masyarakat Indonesia untuk berbagi. Terlihat dari penerimaan dana infak tahun 2005 yang melonjak cukup tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tahun 2006, gempa bumi yang melanda Yogyakarta dan sekitarnya juga telah mendorong masyarakat untuk berinfak.

Sesuai dengan fungsi koordinatifnya, BAZNAS juga mencatat penerimaan

ZIS dari jaringannya yang terdiri dari Unit Pelayanan Zakat (UPZ), Badan Amil

Zakat Daerah dan lembaga amil zakat. Meskipun baru sebagian yang dapat

dikoordinasikan, namun alhamdulillah dari data ini dapat digambarkan

pertumbuhan penerimaan dana ZIS di Indonesia.

Penghimpunan ZIS BAZNAS dan Jaringan BAZNAS tahun 2002-2007140

Penerimaan ZIS (Ribuan Rp.) NO NAMA LEMBAGA 2002 2003 2004 2005 2006 2007

I BAZNAS (konter) 921.048 2.700.073 3.322.092 31.406.810 20.026.660 14.592.016

II UPZ BAZNAS *)

- - - - 8.289.356 12.308.613

III BAZDA Prov*) 11.589.000 14.177.504 18.412.132 30.301.714 114.406.553 102.629.312

IV LAZ *) 55.680.209 68.405.946 128.354.888 233.986.019 230.613.161 219.412.453

TOTAL 68.391.097 85.283.523 150.089.112 295.592.403 373.173.447 361.333.307

*) sebagian data

140 Tim BAZNAS, Penghimpunan ZIS BAZNAS dan Jaringan BAZNAS 2002-2007, di

akses pada juni 2010 pukul.18:52 dari http://www.baznas.or.id/laporan

Page 144: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

126

Menurut Dawam Raharjho,141 Tingkat perkembangan itu sudah tentu

masih jauh dari memuaskan, karena zakat belum berperan besar dalam pemecahan

masalah-masalah sosial ekonomi. Persoalannya adalah pertama, bagaimana bisa

menghimpun dana dalam jumlah besar yang terkonsentrasi tetapi juga

terdesentralisasi.

Sebab selama ini zakat itu tidak dikumpulkan melainkan langsung di

distribusikan oleh muzakki kepada perorangan, walaupun sebagian juga

dikirimkan kepada organisasi-organisasi yang menyebarkan surat permohonan

zakat. Kedua adalah bagaimana dana zakat bisa di distribusikan, sehingga secara

efektif ikut memecahkan persoalan sosial ekonomi.142

Monopoli pemerintah atas pengelolaan zakat, ternyata tak berlaku

untuk semua jenis objek zakat. Menurut para fuqaha, harta zakat yang wajib di

kelola pemerintah adalah yang nampak (al-amwal azh-zhahirah). Yakni zakat

binatang ternak (zakat al-mawasyi) dan pertanian serta buah-buahan (zakat al-

zuru’ wa ats-tsimar).143

Mengenai pelaksanaan zakat, Sadr144 memandang hal ini merupakan

tugas sebuah negara. Selain itu, beliau juga mendiskusikan khums, pajak, fay’,

dan anfal, yang dapat dikumpulkan dan dibelanjakan untuk mengurangi

kemiskinan dan menciptakan keseimbangan sosial.

141 M. Dawam Rahardjo, “Peran zakat dalam mengatasi masalah sosial ekonomi”,

Bulletin UIN Syarif Hidayatullah, disampaikan pada workshop “Peran Perguruan Tinggi Islam dalam Pengelolaan Zakat”, 1 – 2 juni 2003. h.28

142 Ibid., h.28 143 “ Haruskah LAZ Berplat Merah,” Suara ISLAM, 20 Maret – 3 April 2009, h. 12. 144 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga

Kontemporer, (Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005), h. 257

Page 145: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

127

Salah satu poin menarik yang Sadr ciptakan145 adalah fokus eksklusif

kepada kaum miskin. Target Sadr adalah terciptanya keseimbangan sosial

dengan tidak mengarah pada keseimbangan standar hidup antara si miskin dan

si kaya. Para sarjana muslim setuju bahwasanya harus ada standar kehidupan

tertentu yang dapat mempertimbangkan standar minimum. Pengaturan

mengenai standar ini tidak berarti berhenti untuk mengurangi jarak atau jurang

standar kehidupan. Sebab seseorang mempunyai kesamaan standar hidup.

Namun yang terpenting, menurut penulis ini harus diterapkan secara

menyeluruh, tidak secara parsial. Sebab,146 Islam akan jaya jika di praktekkan

pada seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam perekonomian. Jadi kehadiran

Islam bukan hanya di Masjid saja, tetapi juga di bisnis, kantor, kampus dan

sebagainya. Dengan demikian, karena umat Islam Indonesia mayoritas, maka

sistem perbankan syariah, haji, zakat, wakaf dan waris perlu di buat

peraturannya melalui undang-undang agar lebih memasyarakat.

Hemat penulis, Ini sangat relevan jika di terapkan, sistem ekonomi

syariah dapat menjadi solusi bagi kemunduran perekonomian sistem kapitalis

dan liberalis yang sedang menuju pada resesi, dengan adanya krisis ekonomi

global sekarang ini.

Dengan adanya fenomena krisis saat ini dan makin terlihatnya berbagai

keunggulan ekonomi Islam diatas, mudah-mudahan pemerintah bersedia

menjadikan ekonomi Islam sebagai dasar dalam menentukan kebijakan-

145 Ibid., h.257-258 146 M. Syafi’i Antonio, “Sistem Syariah juga diterima Kalangan Non Muslim,” Suara

ISLAM, 20 Maret – 3 April 2009, h. 9.

Page 146: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

128

kebijakan ekonomi kedepan. Semoga Allah SWT membukakan pintu berkah

dari langit dan bumi Indonesia atas ketaatan tersebut.

C. Analisa Penulis

Untuk mempermudah pemahaman pembaca budiman, penulis sajikan

ringkasan konsep distribusi Sadr147 melalui ilustrasi sebagai berikut :

Metodologi dan Ruang Lingkup Sadr

Harus dijalankan dalam semua sistem Islam

(a) Ekonomi Islam---------------Studi interdispliner

Ekonomi Islam adalah sebuah pemikiran yang membahas isu-isu ekonomi yang berkenaan dengan sebagai usaha memahami sumber-sumber keadilan yang dimiliki

Pertanyaan ‘apa yang mesti’ Bukan fiqh mu’amalat

Muncul karena konflik kepentingan pribadi dengan kepentingan sosial

(b) Masalah Ekonomi Solusi dalam agama Mungkin untuk memelihara

satu sistem distribusi meskipun cara / bentuk produksi yang bervariasi

hukum yang berkaitan dengan ekonomi perlu Ijtihad untuk menghadapi proses ‘penemuan’ al-Qur’an dan Sunnah masalah-masalah kontemporer sebagai contoh ajaran yang (c) Metodologi keadilan dan ucapan para bersumber dari Imam Syi’ah tidak buta hanya mengikuti hukum-hukum satu hukum

perlu analisis yang bebas dari pemikiran barat dan pandangan dunia

Asumsi Dasar Sadr

bagian dari ummah

Orang Islam percaya akan ghaib dan akhirat - rasionalitas berbeda dengan orang ekonomi

pengawasan dalam diri

147 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected

Comparative Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.126-129

Page 147: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

129

viecegerency panggilannya untuk tugas, tanggung jawab, pertanggung jawaban dan keadilan, membawa kearah kerjasama

Asumsi dasar

pembatasan terhadap kebebasan individu adalah hal yang wajar

kepemilikan pribadi, umum dan pemerintah (Negara) muncul secara bersamaan.

Keutamaan sistem ekonomi Islam Sadr

memberikan

kepemilikan kepada individu berdasarkan pada pekerjaan dan kebutuhan

hubungan property terutama kepemilikan Negara kepemilikan pribadi

dibatasi untuk mendapatkan hak prioritas penggunaan dan penggunaan sendiri

pemerintah menggalakan

keadilan Keutamaan memastikan distribusi

dan sumber daya alam pembuat keputusan dan alokasi sumber daya pengalaman agama dan

sosial, pemerintah Islam dengan dinamisme dan Ijtihad

memastikan keadilan sosial dengan menyediakan

standar hidup yang seimbang untuk semua

Page 148: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

130

jaminan sosial; ditunjukan hanya untuk

kemiskinan relatif larangan riba (bunga) dan semua bentuk eksploitasi implementasi zakat dan pajak lainnya termasuk khums, kharaj, fay, anfal -

Untuk mengurangi Kemiskinan.

Distribusi kerja seseorang memiliki hak memanen tapi memiliki hasil hasil panen dari buruhnya (a) Distribusi pendapatan/kekayaan faqir kebutuhan redistribusi untuk mencapai standar hidup yang seimbang miskin tanah (dan sumber alam lainnya) tersedia bagi semua melalui pemerintah hak memanen dari prioritas penggunaan dapat dicapai melalui kerja dan kebutuhan (b) Pre-produksi buruh ekonomi adalah sumber kepemilikan dari kepemilikan pribadi buruh ekonomi adalah sumber kepemilikan dari buruh produk membatasi penyewaan dan bagi hasil (bagi ‘pemilik tanah’ sehubungan dengan batasan ukuran dari saham tanah)

memiliki hasil panen dari buruhnya

orang (buruh) adalah faktor utama dari produksi dapat menyewa pekerja lain dan

membayar upah dalam keadaan tertentu

mengganti kerugian pemilik dari factor produksi lainnya

buruh – upah atau saham laba tanah – sewa atau lahan garapan (c) Post-produksi faktor produksi modal – bagian keuntungan pengusaha – bagian keuntungan resiko dan inflasi resiko dan inflasi bukan merupakan alasan yang benar untuk mengembalikan

modal uang yang dipinjamkan

Sebelum penulis menganalisa konsep distribusi menurut Baqir Sadr,

berdasarkan analisis penulis, bahwa konsep distribusi menurut Baqir Sadr

dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor pendidikan, politik dan

Page 149: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

131

kondisi pada masa hidup beliau, dan faktor latar belakang dan riwayat hidup

tokoh ini.

Sadr juga seorang akademisi. Di samping itu, Sadr melengkapi

pengetahuannya dengan mendalami filsafat, teologi, sejarah, budaya,

kepemerintahan, politik dan ekonomi. Penguasaannya terhadap ekonomi dan

filsafat terbukti dalam karyanya yang monumental, seperti Iqtishaduna

(Ekonomi Kita) dan Falsafatuna (Filsafat Kita). Maka tidaklah mengherankan

kalau pemikiran Sadr dalam bidang ekonomi bercorak ekonomi normatif.

Selain itu, sikap politik Sadr yang konfrontatif terhadap Pemerintah

juga ikut mempengaruhi corak pemikiran dalam konsep-konsepnya.

1. Metodologi dan Ruang Lingkup Sadr

Sadr melihat sistem ekonomi Islam sebagai bagian dari sistem Islam

keseluruhan dan menuntut agar dipelajari sebagai satu interdisiplin yang utuh.

Bersama-sama dengan anggota masyarakat yang membentuk agen-agen dari

sistem tersebut. Ia mengemukakan bahwa pandangan dunia Islam perlu untuk

dipelajari dan dipahami. Sebelum melakukan satu analisa yang bermanfaat

dari sistem ekonomi Islam Dalam pendekatan holistik ini, Sadr mendiskusikan

pemikiran ekonominya. dia melihat orang yang mempunyai dua hal yang

berlawanan dengan bunga, misalnya personal dan sosial. Kemunculan

berbagai masalah dan Sadr melihat solusi ada didalam agama: karenanya,

peran agama yang sangat penting di dalam sistem ekonomi Islamnya.

Menurut Sadr, Agama selalu dipegang suci oleh kaum Muslim, berbeda

Page 150: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

132

dengan barat sekuler dan bersifat fundamental dalam menentukan bunga yang

sah dari orang demikian pula dalam menentukan batas permintaan.148

Walaupun Sadr mengakui bahwa pendekatannya adalah satu hal yang

berkaitan dengan hukum, dia tidak mempertimbangkan ekonomi Islam untuk

menjadi setara dengan Fiqh Mu’amalat (hukum yang berkenaan dengan

transaksi) atau hukum yang berkenaan dengan hak milik. Dia melihat

pemikiran ekonomi Islam sebagai fondasi agar membentuk hukum yang

berkenaan dengan ekonomi. Hukum ini menurut Sadr, adalah ditentukan dan

dengan referensi bagi teori-teori dan konsep-konsep dimana pemikiran itu

digambarkan. Dalam hal ini, Sadr percaya bahwa ada satu sistem ekonomi

yang seluruhnya tercipta dan terselesaikan, walaupun mungkin tidak secara

tegas disebut dalam sumber Islam (sebagai contoh dalam Qur’an dan Sunnah

dan fatwa-fatwa imam Syi’ah). Karenanya Sadr terus maju dengan proses

penemuannya. Dalam proses penemuannya, semua hukum ekonomi dan

perintah pengadilan, bersama-sama dengan banyak konsep yang berhubungan

dengan ekonomi dan masyarakat (seperti vicegerency, keadilan, property,

ibadah, dan lainnya), adalah mempelajari bersama-sama dan kemudian

digunakan untuk menemukan pemikiran ekonomi. Dengan kata lain, sesudah

hukum terkumpulkan, fondasi pemikiran dari hukum ini ditemukan dalam

sumber Islam. Ada juga suatu kebutuhan untuk ijtihad (tuntutan intelektual

independent), yang mana Sadr melihatnya sebagai kebutuhan untuk mengisi

kekosongan antara prinsip permanen dan hukum fleksibel, untuk menentukan

148 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected

Comparative Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.111-112

Page 151: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

133

batas dari permintaan dan untuk mengorganisir, secara teoritis, hukum dan

konsep masuk kedalam suatu kesatuan utuh. Hal ini mendasari area fleksibel

dalam ekonomi Islam.149

Panggilan Sadr untuk membawa ijtihad membawa ke garis terdepan

peran dari mujtahid (ahli hukum independen), yang mana sebuah opini

dianggap sebagai yang dapat diotorisasi. Bagaimanapun Sadr cepat untuk

memperingatkan masalah subjektifitas, harusnya membebaskan intelektual ini

diperlebar secara jauh, karenanya menyimpang dari sumber dan konteks

aktual. Oleh karena itu, panggilannya meminta untuk sebuah pernyataan

intelektual yang berkualitas, harus didalam batas-batas pertentangan yang

diizinkan.150 Didalam ikatan ini, kita bisa kemudian mengatakan Sadr itu

memungkinkan kemungkinan dari opini-opini yang barvariasi terhadap

berbgai hal ekonomi, semua menurut hukum dan bersumber dari Qur’an,

Sunnah dan ucapan para Imam. Sebenarnya, kemampuan ini untuk menerima

opini dari berbagai mujtahidin adalah bagian dari metodologi yang diadopsi

oleh Sadr. Karena satu Mujtahid tidak benar dan tidak jujur dalam

pertimbangan, Sadr menyukai fleksibilitas ini, dari pada kepatuhan dogmatis

kepada opini satu mujtahid.151

2. Asumsi Dasar Sadr

149 Ibid., h.112 150 Pada poin ini, ada ruang untuk tidak setuju dengan Katouzian (1984) yang

menafsirkan pandangan Sadr dalam Ijtihadnya sebagai suatu hubungan dengan ukuran sewenang-wenang dari pemerintahan Shi’i, bahkan jika hal ini bertentangan dengan hadits nabi dan fatwa imam Shi’i

151 Ibid., h.113

Page 152: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

134

Sadr tidak menerima pemikiran orang ekonomi agar supaya cocok

dengan sistem ekonomi Islam. Sebagai penggantinya, kita mempunyai orang

Islam, seorang individu yang melihat dirinya sebagai bagian dari ummah, yang

termotivasi oleh kepercayaan (anggapan) dan praktek religius. Tidak seperti

para ekonom konvensional, Ekonom Muslim percaya akan dunia ghaib atau

spiritual, karenanya membuat dia lebih sedikit untuk dihubungkan kedunia

materi. Hasil ini dalam arti yang berbeda dari sebuah rasionalitas dan perilaku

rasional. Tidak seperti dengan para ekonom konvensional, motivasi adalah

kepuasan pribadi yang utama, para ekonom Muslim juga diarahkan oleh

‘pengawasan dari dalam’. Konsep dari vicegerency dan keadilan meminta

tugas, tanggung jawab dan pertanggung-jawaban, yang menyiratkan batasan

tertentu terhadap satu kebebasan individual. Bagi Sadr, tidak ada pernyataan

dari perasaan yang digumamkan oleh pembatasan-pembatasan ini karena suatu

kebebasan, dan karenanya perilaku rasional harus dilihat dalam konteks

kerangka sosial orang-orang Muslim, desakan dari individu untuk bertindak

seperti para ekonom rasional dapat dipertimbangkan sebagai suatu yang tidak

masuk akal. Sebagai contoh, kelebihan bunga (riba) dalam pinjaman uang

tidak dapat diterima orang Islam, tetapi dengan orang ekonom biasanya, itu

akan menjadi cara paling mudah untuk mendapatkan pendapatan.152

Sadr juga tidak mempercayai pemikiran dari ‘keselarasan bunga’ ,

yang mendasari penekanan sistem kapitalis terhadap ‘kebebasan individual’.

Dia tidak menerima pandangan bahwa kesejahteraan masyarakat akan

152 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected

Comparative Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.113

Page 153: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

135

meninggi jika para individu sibuk memenuhi keinginan individual mereka,

dan cukup melihat hal seperti ini sebagai awal pembentukan permasalahan

ekonomi sosial. Daripada tergantung pada keadaan Negara untuk

menyediakan penyesuaian antara kepentingan pribadi dan kesejahteraan

masyarakat, Sadr memberikan agama peranan yang penting. Ada peran untuk

pasar dan ada sebuah tempat untuk Negara tetapi jauh lebih penting lagi, ada

pengaruh penolakan dan panduan agama dalam sistem ekonomi Sadr.153

Implikasi yang lebih penting dari pandangan Islam terhadap kebebasan

adalah konsekuensinya untuk hak Kepemilikan. Sadr mengkritik yang

membandingkan dan merendahkan sistem ekonomi Islam, baik kapitalisme

atau sosialisme atau suatu percampuran sistem, tanpa berusaha untuk

memahami pandangan dunia Islam serta bagaimana nilainya menentukan

pandangan sendiri yang unik mengenai kepemilikan. Dia mengajarkan bahwa

Islam itu secara bersamaan menetapkan bentuk ynag berbeda dari

kepemilikan, misalnya. Pribadi, publik dan pemerintah, masing-masing

bekerja dalam batasan-batasanya sendiri, sebagai bentuk dari kepemilikan dia

menegaskan, adalah satu ekspresi dari satu perencanaan agama yang murni.

yang terletak didalam satu kerangka nilai dan makna yang khusus.154

Apa yang coba dikatakan oleh Sadr bahwasanya dalam mendiskusikan

ekonomi Islam, kita harus membebaskan diri-diri kita dari kerangka pemikiran

dan pengaruh orang-orang barat, dan yang menjadi dasar dari opini kita adalah

sesuai dengan pandangan kita. Ini tentu saja tidak akan ditentang oleh para

153 Ibid., h.113-114 154 Ibid., h.114

Page 154: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

136

cendikiawan Muslim dan sejak Sadr mempertahankan dari awal bahwa dia

hanyalah mengamalkan pertanyaan ‘apa’, dia memulai untuk membangun

sistem ekonomi Islam dalam kerangka tersebut. Sebagaimana yang telah

dikerjakan Mannan dan Siddiq, untuk mendiskusikan ‘pengetahuan tentang

Ekonomi’ (sesuai dengan definisi Sadr) dan dalam pelaksanaannya, mereka

menerima analisis neo-klasikal. Ini juga yang Naqvi dan yang lainnya, seperti

Sadr telah kupas. Mereka merasa bahkan dalam pengetahuan tentang ekonomi,

kita harus membangun kerangka analisis kita sendiri. Sadr, tentu saja tidak

memposisikan dirinya dalam garis ini karena dia menghindari semua isu ilmu

pengetahuan. Baginya, pandangan dunia Islam dan kerangkanya, bersama-

sama dengan moral dan dimensi spiritualnya, yang membedakan sistem

ekonomi Islam dengan semua sistem lain. Bagaimanapun juga tidak

mendiskusikan pengetahuan tentang ekonomi, meninggalkan kemandegan

dalam pandangan Sadr, kemandegan yang harus ditangani oleh ahli ekonomi

Islam.155

3. Keutamaan Sistem Ekonomi Islam Sadr

Adanya Karakteristik Sistem Ekonomi Islam,156 di antaranya :

a. Hubungan kepemilikan

155 Ibid., h.114 156 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected

Comparative Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.114

Page 155: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

137

Sadr memandang Sistem Ekonomi Islam mempunyai perbedaan bentuk

dari kepemilikan bersama. Sadr menjelaskan bentuk kepemilikan ini

dibawah pemimpin-pemimpin berikut ini :

1) Kepemilikan pribadi

2) Kepemilikan umum

i) Kepemilikan pribadi

ii) Kepemilikan pemerintah

Bagi Sadr, kepemilikan pribadi dibatasi untuk memetik hasil hak,

prioritas penggunaan dan hak untuk menghentikan yang lain dari

penggunaan kepemilikan orang. tidak ada beberapa hal seperti

kepemilikan aktual kepada seorang individu. dalam hal ini pandangan Sadr

serupa dengan Teleghani, yang berbeda antara kepemilikan (adalah Allah

sendiri) dan milik (yang mungkin menjadi diizinkan kepada individu).157

Perbedaan antara kepemilikan masyarakat dan pemerintah yang

paling mendasar adalah didalam penggunaan beberapa property.

Sementara ‘Properti Umum’ harus digunakan untuk kemaslahatan

masyarakat (rumah sakit, sekolah, dan sebagainya), property pemerintah

tidak hanya dapat digunakan untuk kemaslahatan bersama, tetapi juga

untuk masyarakat bagian tertentu, jika negaranya terpecah. Walaupun

Katouzian (1983) menemui itu sulit untuk membuat pengertian

operasional dari perbedaan ini benar-benar mencegah dari monopoli total

dari keputusan pemerintah. Selain itu, meskipun kepemilikan Negara

157 Ibid., h. 115

Page 156: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

138

adalah norma dalam pembagian Sadr mengenai sumber alam, kepemilikan

pribadi dapat dicapai dengan cara bekerja atau karyawan, dan kaitannya,

akan hilang jika pekerjaannya berhenti.158

Menarik untuk dicatat bahwasanya Naqvi dan Teleghani (meskipun

pandangan mereka tidak tegas atau tetap) menekankan kepemilikan

bersama (kolektif) dan kepemilikan masyarakat berturut-turut, Sadr

meletakan hampir seluruh kepercayaan terhadap kepemilikan pemerintah

(Negara), karenanya Nampak menempatkan otoritas lebih besar ditangan

pemerintah (wali amr).159

b. Membuat keputusan, Alokasi Sumber Daya dan Kesejahteraan Umum:

Peran dari sebuah Negara

Sangat jelas fakta bahwasanya kepemilikan pemerintah

mendominasi sistem ekonomi Sadr, mendemonstrasikan peran yang sangat

penting dari sebuah Negara. Negara, direpresentasikan oleh wali- amr

mempunyai tanggung jawab yang besar untuk memastikan keadilan itu

berlaku. ini yang dicapai berbagai fungsi:

c. Distribusi dari sumber alam kepada individu berdasarkan pada kesediaan

dan kapasitas mereka untuk bekerja.

d. Pelaksanaan yang tepat sesuai dengan undang-undang yang sah didalam

penggunaan sumber-sumber daya.

e. Memastikan keadilan sosial.

158 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected

Comparative Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.115 159 Ibid., h. 115

Page 157: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

139

Ketiga fungsi pemerintah tersebut sangat penting karena konflik yang

dapat muncul sehubungan dengan perbedaan alami didalam kapasitas

individual (intelektual dan fisik). Sehubungan dengan perbedaan ini,

pendapatan akan berbeda dengan terciptanya kelas ekonomi. Karena itu,

pemerintah harus menyediakan keadilan satu standar hidup untuk semua

(daripada persamaan pendapatan). Dalam hal ini, pemerintah juga

dipercayakan untuk tugas didalam menyediakan jaminan sosial untuk semua.

Menurut Sadr, dapat dicapai dengan menggalakkan persaudaraan (lewat

pendidikan) diantara para anggota masyarakat dan melalui kebijakan

pembelanjaan publik. Dengan investasi pada sektor publik secara spesifik

dapat membantu orang miskin. dan dengan cara mengatur kegiatan ekonomi

untuk memastikan kewajaran dan praktek yang berlaku, bebas dari

eksploitasi.160

Perlunya untuk memastikan keadilan sosial dan jaminan keamanan

untuk semua didasarkan pada prinsip bahwasanya semua sumber alam dan

hasilnya harus dinikmati oleh semua orang. Pemerintah, tetap mempercayakan

dengan kepemilikan, adalah batasan tugas untuk meyakinkan ini dengan

membantu siapa saja yang tidak membantu diri mereka sendiri.161

Terakhir, pemerintah atau lebih tepat wali amr, dipercaya untuk

menciptakan kedinamisan dalam menafsirkan teks sesuai dengan zaman

sekarang ini. Dalam konteks ini adalah tugas para mujtahidun dan secara tidak

langsung Sadr memandang mujtahidun sebagai pemerintah. Maksudnya tiap

160 Ibid., h.115-116 161 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected

Comparative Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.116

Page 158: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

140

pemerintah memiliki ahli hukum atau pemerintah mempunyai beberapa

bentuk dewan penasehat yang senior.162

f. Larangan Riba dan Pengamalan zakat

Cukup aneh, Sadr tidak mendiskusikan riba seperti yang orang

harapkan. Selain daripada itu, penafsirannya mengenai Riba dibatasi hanya

pada diskusi tentang bunga dan modal uang . Dalam hal ini, Taleghani dan

Naqvi menyediakan diskusi yang komprehensif mengenai isu ini.163

Mengenai pelaksanaan zakat, Sadr melihatnya sebagai tugas dari

pemerintah. Bersamaan dengan zakat, Sadr juga mendiskusikan khums, fay

dan anfal, demikian pula pajak lain yang dapat dikumpulkan dan dibelanjakan

untuk tujuan pengentasan kemiskinan serta untuk menciptakan keadilan

sosial.164

Bagaimanapun, poin yang menarik dimana Sadr sendiri memfokuskan

pada kemiskinan yang relatif. Walaupun kita dapat menyetujui bahwa

kemiskinan relatif adalah satu konsep yang penting terutama dalam sasaran

keadilan sosial Sadr, argumentasinya dimana menentukan tingkat kemiskinan

absolut – atau sebagai dia tetapkan, ‘ditetapkan’ tingkat kemiskinan, tidak

akan perlu mendorong keadilan standar hidup antara orang miskin serta kaya

adalah lemah. Para Cendikiawan Muslim setuju bahwasanya harus ada satu

standar hidup dasar tertentu yang dapat mempertimbangkan standar minimum

bahwa setiap manusia adalah dijamin. pengaturan standar ini tidak

menghentikan kita dari proses untuk mengurangi kekosongan didalam standar

162 Ibid., h.116 163 Ibid., h.116 164 Ibid., h.116

Page 159: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

141

hidup seperti yang diusulkan Sadr. inti dari Sadr oleh karenanya tidak dapat

diterima, akan menjadi situasi yang aneh dimana suatu Negara yang sangat

miskin tidak mampu menyediakan keperluan-keperluan yang paling mendasar

bagi orang-orang, tidak akan dipertimbangkan sebagai akibat kemiskinan yang

melanda, sebagai alasan sederhana bahwa semua orang mempunyai standar

hidup yang sama.165

4. Distribusi

a. Kepemilikan pemerintah adalah jenis dari kepemilikan yang paling sering,

walaupun memetik hasil hak adalah dapat dicapai dari pemerintah.

b. Kepemilikan pribadi diizinkan hanya dalam jumlah situasi yang

terbatas166:

i. Tanah tanaman dimana orang menerima Islam dengan sukarela (Islam

rja

in dari peningkatan atau

lewat da’wah)

ii. Jika menetapkan dalam perjanjian (hanya untuk tanah tanaman)

iii. Mineral yang tersembunyi yang memerlukan usaha, dan hanya untuk

sejumlah mineral yang tergali serta area yang tepat dari pertimbangan

iv. Kekayaan lain, misalnya. melalui satu pekerjaan atau tenaga ke

seperti menangkap burung, memotong kayu bakar, dan sebagainya.

c. Kepemilikan pribadi dibatasi untuk memetik hasil hak, prioritas

menggunakan dan hak untuk mencegah yang la

menggunakan property dalam satu kepemilikan.

165 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected

Comparative Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.116-117 166 Ibid., h. 117-120

Page 160: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

142

d. Untu

tu yang sangat terbatas,

dan kare

k mineral dan air, individu diizinkan untuk menggunakan apa yang

mereka butuh.

Dua permasalahan mungkin muncul mengenai pandangan Sadr

tentang kepemilikan dan hubungannya untuk hak distributif. Pertama,

permasalahan keterkaitan. Sejalan dengan Taleghani, Klasifikasi Sadr menjadi

dasar dimasa lalu, ketika Islam meluas; orang-orang akan mengatakan ini

adalah pandangan yang ketinggalan zaman. Bagaimana pun terhadap inspeksi,

masalah ini relevan mungkin sejak pertama kali nampak. Mari kita ambil

Malaysia sebagai satu contoh untuk menggambarkan klasifikasi Sadr.

Semenjak orang-orang Muslim di Malaysia masuk Islam dengan sukarela,

Malaysia akan muncul dibawah kategori daratan dari perjanjian, Semua

daratan ditanami oleh manusia pada waktu itu akan diakui milik pribadi lain

halnya hutan dan daratan mati (barang sisa atau tak serasi) akan menjadi

property pemerintah, dengan memetik hasil hak dapat dicapai. lagi pula,

penafsiran Sadr tentang kepemilikan pribadi adalah sa

nanya tidak sangat berbeda dari memetik hasil hak. Oleh karena itu,

Klasifikasi Sadr tidak sekuno seperti yang Nampak.167

Kedua, mungkin masalah yang lebih penting sehubungan dengan

ukuran perizinan dari hak untuk daratan. Sadr mengusulkan batasan terhadap

ukuran property. untuk hal ini, kita harus meneruskan teori distribusi pra-

produksinya. Dari struktur bagian atas (bangunan bagian atas) atau ajaran

hukum, Sadr melanjutkan lagi untuk menemukan pemikiran atau teorinya.

167 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected

Comparative Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.120

Page 161: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

143

Cukup sederhana, teorinya mempunyai aspek positif dan aspek negatif. Sisi

negatif mengatakan bahwa tanpa tenaga kerja, tidak ada hak kekayaan pribadi.

Sisi positif menyatakan kesimpulannya, misalnya. Tenaga kerja adalah sumber

hak dan property yang cocok dalam kekayaan alami. Sadr lebih lanjut

menyeleksi bahwa karyawan dilibatkan mesti ada jiwa seorang karakter

ekonom, seperti melibatkan pemanfaatan dan laksanakan dengan paksaan.

Bagaimanapun dalam bagian ekonomi, tenaga kerja memberikan bermacam-

ari

dan hak

rang atau

mera

aimanapun, bahwasanya karyawan tidak

memberi

macam tingkatan hak tergantung pada sifat alami sumber alam dan

keadaannya.168

a. Karyawan ekonom memberikan hak terhadap kepemilikan pribadi d

produk-produk karyawan itu sendiri.

b. Karyawan ekonom memberikan hak kepemilikan untuk sumber alam

c. Karyawan ekonom memberika prioritas individu dari penggunaan

untuk mencegah yang lainya dari penggunaan property seseo

mpasnya (kecuali sumur, sumber mata air, dan sebagainya).

d. Semua hak ini tidak berlaku ketika karyawan ekonomi berhenti.

Penting untuk dicatat, bag

hak kepemilikan pribadi untuk tanah yang siap dipanen, tetapi hanya

untuk produk-produk dari tanah.169

Juga seseorang yang bekerja ditanah tak bertuan mempunyai hak

yang lebih terhadap tanah itu (termasuk kebebasan untuk mencegah orang lain

yang menggarap tanah tersebut tanpa izinnya) dibandingkan seseorang yang

168 Ibid., h.120 169 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected

Comparative Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.120

Page 162: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

144

bekerja di tanah yang ditanami/tanah yang secara alami ditanami, sebagai

alasan sederhana untuk memperoleh kembali tanah kosong mungkin akan

memerlukan lebih banyak usaha dan, lebih banyak hak. Poin ini penting ketika

kita membicarakan masalah distribusi setelah produksi (post-production

distribution). Setelah dipertimbangkan semuanya, kepemilikan sesuai tanah

dan sumber alam yang lain milik pemerintah (dengan beberapa pengecualian)

dan individu harus membayar pajak bumi kepada pemerintah (Negara). Sadr

mengambil pandangan ini berdasarkan pada konsep khilafah

(vicegerency)nya, dimana kemanusiaan secara keseluruhan dipercayakan

dengan ketuhanan Allah, dan oleh karena itu daratan (tanah) dan sumber alam

lain harus siap sedia untuk semua, melalui kepemilikan pemerintah. Dengan

ini, mari kita kembali kepertanyaan mengenai ukuran saham. Meskipun Sadr

ang terlibat

2. Pemi

tidak secara jelas mengatakan bahwa ukuran tanah harus dibatasi,170 dia

menyebutkan 2 hal:

1. Tanah pribadi akan hanya menjadi tanah pribadi selama ada karyawan

(buruh) y

lik hak dibeikan kepada tingkat kesediaan dan kemampuan untuk

bekerja.

Apa yang dimaksud dengan kapasitas bekerja? dibolehkan bagi

orang kaya (pemilik tanah) untuk menjalankan petani bagi hasil tak terbatas

sebagai penyedia benih ataupun pupuk, atau bahkan untuk membayar hak dari

pemerintah diatas lahan besar tanah itu, tetapi menggarap tanah dengan sistem

170 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected

Comparative Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.121

Page 163: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

145

petani bagi hasil. Pandangan Sadr mengenai tenaga kerja ekonomi tidak

membolehkan akan hal ini dan kerenanya harus dibatasi ukuran saham tanah

tersebut.

ana

kita da

bul kecenderungan untuk melakukan

tindakan-tindakan yang tidak mempertimbangkan faktor eksternal : agama,

keluarga, lingkungan dan sebagainya.

hal ini yang membuat lebih jelas dalam pandangan tentang distribusi

pasca produksi.171

Sementara itu, dalam melakukan distribusi pendapatan yang

berkeadilan, dapat saja pemerintah memungut pajak atau zakat yang wajib di

bayar dalam sistem ekonomi konvensional dan dalam ssitem ekonomi syariah.

Namun apakah pungutan wajib tersebut akan mengurangi utility dari orang

yang membayarnya atau malah meningkatkan utility-nya.172 Atau bagaim

pat menerangkan perilaku orang memberikan donasi dalam sistem

ekonomi konvensional atau infak sedekah dalam sistem ekonomi syariah.

Dalam menganalisa konsep ini, penulis menggunakan dua definisi

rasionalitas dalam ekonomi konvensional, yaitu present aim dan self

interest.173 Dalam definisi present aim yang penting adalah bagaimana

mencapai tujuan dengan efisien tanpa mempermasalahkan tujuannya. Jadi

dalam perilaku present aim dominasi perspektif subyektif sangat tinggi

terhadap suatu masalah sehingga tim

171 Ibid., h.121 172 Sayidina Abu Bakar r.a pernah menginfakkan seluruh hartanya, dan hanya

meninggalkan “Allah dan Rasul-Nya” kepada keluarganya. Sayidina Umar r.a menginfakkan separuh dari hartanya. Sa’ad ibn Rabi’ dari kaum Anshar juga pernah menawarkan membagi dua hartanya bahkan menawarkan salah satu dari dua istrinya kepada Abdurrahman ibn Auf, namun ditolak oleh Ibn Auf. Ibn Auf mendoakan “ Semoga Allah memberkahi keluargamu dan hartamu, “ dan bertanya “tunjukkan aku di mana pasar.”

173 Robert Frank. Microeconomics and Behavior 2nd ed. (New york : Mc Graw, 1994). h.251

Page 164: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

146

Misalnya perilaku korup bagi definisi present aim174 bisa dikatakan

tindakan rasional, karena ia berasionalisasikan dengan keadaan dirinya.

Sedangkan dalam definisi self interest, motif yang mendorong ia melakukan

suatu perbuatan. Perspektif subyektif dari perilaku ini lebih didasarkan oleh

pertimbangan pribadi yang dipengaruhi oleh faktor eksternal.

Dalam kerangka definisi self interest dapat175 menerangkan perilaku

pemberian donasi, infaq, sedekah, dan tindakan menolong lainnya.176

Misalnya Hasan (IA) yang tidak saja memikirkan pendapatannya tapi juga

memikirkan pendapatan Husein (IU). Secara matematis fungsi utility (Uf)

ialah :

Uf = f (Mf. Mz)

Di mana :

Uf = utility Hasan

Mf = Pendapatan Hasan

Mz = Pendapatan Husein

174 He darsono, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar, (Yogyakarta : EKONISIA

Fakultas Ekonomi UII, 2007), h.247 ri Su

175 Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h.223

Peningkatan Kepuasan

Pend

apat

an H

asan

176 Dalam istilah ekonomi konvensional disebut sifat altruism sebagai lawan kata sifat selfish.

Page 165: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

147

Pendapatan Husein

Gambar diatas177 menunjukan pendapatan Hasan pada sumbu X, dan

pendapatan Husein pada sumbu Y. Kurva indifference Hasan memiliki slope

negatif yang berarti ia dapat menerima pendapatannya berkurang untuk

kenaikan bagi pendapatan Husein. Perhatikan pula bentuk kurva indifference

Hasan yang melengkung yang menunjukan diminishing MRS, yaitu semakin

besar pendapatan Hasan, semakin besar jumlah yang ingin diberikannya

kepada Husein agar pendapatan Husein bertambah banyak.

Sebagaimana analisis penulis diatas, penulis berpendapat jika konsep

distribusi Baqir Sadr dapat diterapkan, maka angka kemiskinan akan semakin

berkurang. Sebaliknya, jika tidak diterapkan, maka angka kemiskinan di

Indonesia akan semakin meningkat.

Adapun strategi yang bisa dilakukan untuk menghadapi kendala zakat

antara lain :

1). Zakat perlu disosialisasikan bukan saja pada wilayah-wilayah keagamaan

saja. Anjuran berzakat tidak hanya di lembaga pendidikan agama, seperti

pondok pesantren, sekolah-sekolah agama Islam dan lain semacamnya,

tetapi juga di sekolah-sekolah umum.

177 Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

2007), h.223-224

Page 166: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

148

2). Timbulnya kecenderungan zakat disamakan dengan pajak disebabkan

masyarakat kurang memahami esensi zakat. Demikian juga, keadaan ini

menggambarkan bahwa zakat dianggap kurang relevan dengan kondisi

ekonomi saat ini. Oleh karenanya, memahamkan zakat tidak sekedar

pendekatan agama tetapi juga ekonomi, sosial, budaya, dan politik.

3). Koordinasi antara lembaga zakat perlu ditingkatkan. Di satu sisi hal ini

akan bisa digunakan meningkatkan kinerja di masing-masing lembaga, di

sisi lain menunjukan kondisi lembaga zakat yang baik pada masyarakat.

Kepercayaan masyarakat terhadap lembaga zakat dapat diawali dari

keadaan ini.

4). Keberadaan UU yang telah dibuat pemerintah memberikan peluang bagi

masyarakat untuk membuka lembaga zakat sebanyak-banyaknya.

Walaupun kenyataannya Pemerintah kurang efektif dalam

mengimplementasikan UU ini, tetapi setidaknya UU ini menjadi legitimasi

bagi umat Isam dalam mengembangkan lembaga zakat.

Page 167: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

BAB IV

TIINJAUAN TERHADAP KONSEP DISTRIBUSI MENURUT

MUHAMMAD BAQIR AS-SHADR

A. Konsep Distribusi Menurut Muhammad Baqir Ash-Shadr

Distribusi (bersama-sama dengan hak milik) menduduki satu bagian

penting dari pemikiran Sadr. Hampir sepertiga dari Iqtishaduna-nya

mendiskusikan secara mendalam tentang distribusi dan hak milik. Sadr1 membagi

bahasannya kedalam dua bagian, misalnya, distribusi Pra produksi dan distribusi

pasca produksi. Menjadi seorang ahli hukum tradisional, penampilan Sadr

menjadi dasar atas ajaran hukum yang berkenaan dengan kepemilikan dan hak

distributif.

1. Teori Disribusi Pra Produksi

Pada dasarnya mendiskusikan distribusi dari tanah dan sumber

alam yang lain, dimasukan sebagai kekayaan primer. Dalam

mendiskusikan status kepemilikan sumber alam, Sadr 2membagi sumber

alam ke dalam empat kategori, misalnya. daratan, bahan baku (sumber

alam) di daratan, air alami dan sisanya kekayaan (sungai/hasil laut,

bintang, tumbuh-tumbuhan).

Sebuah ringkasan dari pandangannya didaratan (tanah) dan

kategori yang lain dari sumber alam dapat dilihat pada tabel berikut :3

1 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative

Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.117 2 Chibli Mallat, The Renewal of Islamic Law, penerjemah : santi indra astuti (Bandung :

Mizan, 2001). h.191 3 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative

Analiysis, ( Kuala Lumpur, 1995), h.117

74

Page 168: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

75

Kepemilikan Tanah

Kategori

Tanah / Bentuk Tanah yang ditanami

(Pertanian) Tanah Kosong (Lahan tidak

kepakai) Secara alami membentuk lahan

yang tertanami (hutan) Penaklukan tanah Kepemilikan umum (khalayak);

penduduk membayar pajak yang digunakan untuk masyarakat secara keseluruhan

Kepemilikan pemerintah; individu dapat memperoleh hak untuk menggarapnya lewat buruh; pajak dibayar kepada pemerintah

Kepemilikan pemerintah; individu dapat memperoleh hak untuk menggarapnya

Tanah hasil da’wah Kepemilikan pribadi oleh para penduduk Kepemilikan pemerintah; individu dapat memperolah hak untuk menggarapnya

Kepemilikan pemerintah; individu dapat memperoleh hak untuk mengarapnya

Tanah hasil perjanjian Tergantung pada perjanjian; kepemilikan pribadi atau umum (masyarakat)

Kepemilikan pemerintah Kepemilikan pemerintah

Tanah yang lainya Kepemilikan pemerintah Kepemilikan pemerintah Kepemilikan pemerintah

Kepemilikan Sumber Alam lainya

Sumber

Alam / Bentuk Zahir (terbuka)

(Sudah dalam bentuk yang terselesaikan) Batin (tersembunyi)

(belum dalam bentuk yang terselesaikan) i) Sumber Alam di tanah (minyak, batubara, dan sebagainya)

Kepemilikan umum dan kepemilikan pemerintah (Negara)

(a) Jika dekat kepermukaan-kepemilikan umum atau pemerintah

(b) Jika didalam / membutuhkan usaha – kepemilikan pemerintah adalah aturannya tetpi kepemilikan pribadi untuk sejumlah penggalian dan area tambang

ii) Air alami Lautan, sungai-kepemilikan umum Sumur, dan sumber mata air-kepemilikan umum dan hanya prioritas penggunaan

iii) Kekayaan alam lainya Kepemilikan pribadi dibolehkan lewat bekerja (menangkap burung, memotong kayu bakar)

a. Distribusi Kekayaan (Publik) Pada dua Tingkatannya

Sadr4 memandang sistem ekonomi Islam memiliki format kepemilikan

bersama yang berbeda. Menurutnya, format kepemilikan tersebut ada dua yakni

kepemilikan pribadi dan kepemilikan perusahaan secara bersama; (i) Kepemilikan

publik, (ii) milik negara.

Kepemilikan pribadi terbatas pada hak memetik hasil, prioritas dan hak

berguna untuk menghentikan orang lain dari penggunaan milik seseorang. Dalam

prakteknya tidak ada kepemilikan pada individu. Hal ini sama dengan pendapat

4 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga Kontemporer

,( Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005), h. 255

Page 169: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

76

Taleghani (seorang alim) yang membedakan antara kepemilikan (hanyalah Allah

semata) dan pemilikan (yang dapat diwarisi kepada individu).5

Sadr6 membagikan Distribusi kekayaan berjalan pada dua tingkatan; yang

pertama adalah distribusi sumber-sumber produksi, sedangkan yang kedua adalah

distribusi kekayaan produktif.

Yang dimaksud dengan sumber-sumber produksi adalah; tanah, bahan-

bahan mentah, alat-alat dan mesin yang dibutuhkan untuk memproduksi beragam

barang dan komoditas, yang mana semua ini berperan dalam [proses] produksi

pertanian (agricultural) dan [proses] produksi industri atau dalam keduanya.7

Yang dimaksud dengan kekayaan produktif adalah komoditas (barang-

barang modal dan aset tetap [fixed asset] yang merupakan hasil dari proses

kombinasi sumber-sumber produksi yang dilakukan manusia.8

Jadi, ada yang dinamakan primer dan ada yang dinamakan kekayaan

sekunder adalah barang-barang modal yang merupakan hasil dari usaha (kerja)

manusia menggunakan sumber-sumber tersebut.

Diskusi tentang distribusi harus mencakup kedua jenis kekayaan itu;

kekayaan induk dan kekayan turunan, yakni sumber-sumber produksi dan barang-

barang produktif.9

Jelas bahwa distribusi sumber-sumber produksi yang dasar mendahului

proses produksi itu sendiri, karena manusia hanya melakukan aktifitas produktif

5 Ibid.h.255 6 Muhammad Baqir As Shadr, Iqtishaduna, (Beirut : Daar Al-Fikr. 1973), h.393 7 Ibid., h.393 8 Ibid., h.393 9 Ibid., h.393

Page 170: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

77

yang sesuai dengan metode atau cara melakukan aktivitasnya dalam

mendistribusikanya sumber-sumber produksi.

Jadi yang pertama adalah sumber-sumber produksi, baru kemudian

produksi. Berkenaan dengan distribusi kekayaan produktif, ia terkait dengan

produksi dan bergantung padanya, karena ia menguasai produk yang pada

gilirannya menghasilkan produksi.

Dari sini dapat dipahami bahwa yang menjadi titik awal atau tingkatan

pertama dalam sistem ekonomi Islam adalah distribusi, bukan produksi

sebagaimana dalam ekonomi-politik tradisional. Dalam sistem ekonomi Islam,

distribusi sumber-sumber [produksi] mendahului proses produksi, dan setiap

organisasi yang terkait dengan proses produksi otomatis berada pada tingkatan

kedua.10

b. Sumber Asli Produksi

Dalam ekonomi politik11, sumber-sumber produksi terbagi ke dalam tiga

kriteria sebagai berikut.

1) Alam.

2) Modal (barang-barang modal)

3) Kerja, termasuk organisasi yang dengannya sebuah proyek (rencana)

disusun dan di jalankan.

[Barang-barang] modal adalah kekayaan yang dihasilkan (produced

wealth) dan bukan merupakan sumber asli produksi, karena setiap barang jadi

(finished good) dihasikan oleh kerja manusia lalu pada gilirannya berperan

10 Ibid., h.393 11 Muhammad Baqir Ash-Shadr. Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna. (Jakarta :

Penerbit Zahra, 2008), h.152

Page 171: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

78

menghasilkan kekayaan lagi. Misalnya, sebuah mesin yang memproduksi tekstil

bukanlah sebuah kekayaan yang murni natural. Mesin tersebut adalah bahan

natural yang telah dibentuk oleh kerja manusia dalam sebuah proses produksi.12

Kebutuhan (hajat) dan kerja (amal) adalah suatu perangkat distribusi,

dalam perspektif Islami kerja adalah alat distribusi paling primer dipandang dari

sudut kepemilikan. Orang yang bekerja akan memetik hasil dan memilikinya.13

Sedangkan kebutuhan adalah perangkat distribusi primer sebagai

pernyataan sebuah hak manusia yang bersifat esensial dalam kehidupan.

Masyarakat Islam mengakui dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan esensial.

Perangkai ketiga menurut Sadr menambahkan properti sebagai perangkat

distribusi.14

Dalam Islam pekerja konsep sentral yang menurunkan properti, dalam

perspektif Sadr properti menjadi sebuah elemen sekunder distribusi dan selalu di

batasi oleh satu khazanah agama. Properti dalam pengertian Sadr merupakan alat

distribusi sekunder melalui aktivitas komersial yang diizinkan Islam dalam syarat-

syarat yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam mengenai keadilan

sosial.15

Sementara kerja adalah sebuah elemen abstrak dan immaterial, bukan

sebuah faktor material yang dapat masuk ke ruang lingkup kepemilikan pribadi

ataupun kepemilikan publik.

12 Ibid., h.152 13 Chibli Mallat, Menyegarkan Islam, (Bandung : Mizan, 2001), h.180 14 Ibid., h.181 15 Ibid., h.181

Page 172: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

79

Atas dasar ini, hanya alam yang dapat menjadi subjek kajian kita saat ini,

karena ia merupakan unsur material yang belum mengalami [proses] produksi.16

c. Perbedaan Berbagi Posisi Doktrinal ihwal Distribusi Sumber-sumber

Alam untuk Produksi

Islam berbeda dari kapitalisme dan Marxisme dalam kekhususan-

kekhususan dan perincian-perincian saat mengalami masalah distribusi sumber-

sumber alam untuk produksi (mashadir ath thabi’ah al ‘intaj).17

Islam membatasi kebebasan individu dalam memiliki sumber-sumber

tersebut dari bentuk-bentuk produksi. Karena masalahnya menurut Islam

Bukanlah terletak pada kebutuhan akan suatu sistem distribusi instrument (sarana)

sehingga sistem distribusi berubah setiap kali produksi demi pertumbuhannya

membutuhkan suatu sistem [distribusi] baru.18

Jadi, yang dibutuhkan adalah pemenuhan segenap kebutuhan dan

keinginan itu dalam kerangka manusiawi, dimana seorang individu manusia bisa

menumbuh-kembangkan eksistensinya sesuai dengan kerangka tersebut.

Ketika hubungan diantara manusia terjalin dan kemudian masyarakat

terwujud, maka akan muncul berbagai kebutuhan bagi kebutuhan dan keinginan

masyarakat melalui institusi kepemilikan bersama atas sumber-sumber produksi

tertentu.19

Banyak individu yang tidak bisa memenuhi kebutuhannya melalui

kepemilikan pribadi. Para individu tersebut akan tertekan karena tidak bisa

16 Baqir Ash-Shadr. Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna. (Jakarta : Penerbit Zahra,

2008), h. 397 17 Muhammad Baqir As Shadr, Iqtishaduna, (Beirut : Daar Al-Fikr. 1973), h.397 18 Ibid., 398 19 Ibid., 398

Page 173: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

80

memenuhi berbagai kebutuhanya, akibatnya kesetimbangan sosial akan terganggu.

Disini Islam memunculkan bentuk ketiga dari institusi kepemilikan, yakni

kepemilikan Negara, yang dengannya kepala Negara (waliyyul amr) bisa menjaga

keseimbangan itu.20

Dengan cara inilah distribusi sumber-sumber alam untuk produksi

dijalankan, yakni dengan membagi sumber-sumber tersebut kedalam tiga institusi

dan kepemilikan; kepemilikan pribadi, kepemilikan publik atau kepemilikan

bersama, dan kepemilikan Negara.21

Perbedaan antara kepemilikan publik dan negara adalah sebagian besar

dalam penggunaan properti tersebut. Tanah negara harus digunakan untuk

kepentingan orang (seperti rumah sakit atau sekolah). Sedangkan milik negara

tidak hanya untuk kepentingan semua, akan tetapi untuk kepentingan masyarakat

tertentu, jika negara telah memutuskan. Walau pun sulit membuat pengertian

operasional dari perbedaan tersebut, perbedaan ini mencegah total monopoli yang

diputuskan oleh suatu negara.

Selain itu, dalam pembagian mengenai sumber alam menjadi norma milik

negara, kepemilikan pribadi dapat dicapai oleh pekerjaan atau tenaga kerja. Hal

ini sesuai jika pekerjaan berhenti maka kepemilikan akan hilang.22

d. Sumber-sumber Alam untuk Produksi

Dalam ekonomi Islam, Sadr23 membagi sumber-sumber produksi ke dalam

beberapa kategori.

20 Ibid., 399 21 Ibid., 399 22 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga

Kontemporer, (Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005), h. 255-256

Page 174: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

81

1) Tanah. Ini adalah kekayaan alam yang paling penting, dimana tanpanya

hampir mustahil manusia bisa menjalankan proses produksi dalam bentuk

apapun.

2) Substansi-substansi primer. Berbagai mineral yang terkandung diperut

bumi, seperti batubara, belerang, minyak, emas, besi, dan lain sebagainya.

3) Aliran air (sungai) alam. Salah satu unsur penting dalam kehidupan

material manusia, yang berperan besar dalam produksi dan system

perhubungan agrikultural.

4) Berbagai kekayaan alam lainnya. Terdiri atas kandungan laut, seperti

mutiara dan hewan-hewan laut; kekayaan yang ada dipermukaan bumi,

seperti berbagai jenis hewan dan tumbuhan; kekayaan yang tersebar

diudara, seperti berbagai jenis burung dan oksigen; kekayaan alam yang

“tersembunyi”, seperti air terjun yang bisa menghasilkan tenaga listrik

yang dapat dialirkan melalui kabel melalui titik mana pun; juga kekayaan

alam lainnya.

1) Tanah

Syariah membagi tanah yang dianeksasi Daarul Islam (Negara Islam) ke

dalam tiga bentuk kepemilikan; kepemilikan publik, kepemilikan Negara, dan

kepemilikan pribadi.24

23 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, (Jakarta :

Penerbit Zahra, 2008), h.156-157 24 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, (Jakarta :

Penerbit Zahra, 2008), h.159

Page 175: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

82

Guna mengetahui berbagai keadaan yang mendasari status kepemilikan

tanah, Sadr membagi tanah Islam ke dalam sejumlah kelas atau kategori, lalu

membahas masing-masing kelas tersebut berikut status kepemilikannya :

a) Tanah yang Masuk Wilayah Islam lewat Penaklukan (Fath)

Tanah taklukan adalah tanah yang jatuh ke pangkuan Darul Islam

melalui jihad demi misi Islam, seperti tanah Irak, Mesir, Iran, Suriah, dan

banyak belahan lain dunia Islam.25

Saat penaklukan Islam, keadaan tanah-tanah tersebut tidak sama. Ada

tanah yang telah digarap, dimana telah ada usaha manusia yang tercurah untuk

menyuburkan tanah tersebut atau untuk tujuan lain demi kepentingan manusia.

Ada tanah yang subur secara alami tanpa intervensi manusia. Ada juga tanah

yang terabaikan begitu saja tanpa terolah oleh tangan manusia maupun tangan

alam. Dalam bahasa fiqih, tanah seperti ini biasa disebut tanah mati.26

Itulah tiga jenis tanah yang terbedakan oleh keadaannya ketika

dianeksasi oleh Islam. Dalam Islam, tanah-tanah tersebut ada yang mendapat

status milik Negara, sebagaimana akan kita lihat nanti.

(1) Tanah yang Di garap oleh Tangan Manusia pada Saat Penaklukan

Jika sebidang tanah saat ia dianeksasi adalah tanah yang digarap oleh

tangan manusia, dan ia berbeda dalam penguasaan seseorang, dimana

orang itu menikmati hasil atau manfaatnya, maka tanah tersebut menjadi

milik bersama seluruh Muslim, baik generasi Muslim saat itu (saat

penaklukan) maupun seluruh generasi Muslim dimasa datang.

25 Muhammad Baqir As Shadr, Iqtishaduna, (Beirut : Daar Al-Fikr. 1973)., h.400 26 Ibid., h.401

Page 176: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

83

Jadi, kaum Muslim-lah ‘setiap periode sejarah’ yang menjadi

pemilik tanah tersebut tanpa adanya diskriminasi antara individu Muslim

yang satu dengan individu Muslim yang lain. Menurut hukum Islam,

seseorang individu tidak bisa menguasai tanah tersebut dan menjadikannya

milik pribadi.27

Penting untuk dicatat,28 bahwasanya karyawan tidak memberi

hak kepemilikan pribadi untuk tanah yang siap dipanen, tetapi hanya untuk

produk-produk dari tanah.

Juga seseorang yang bekerja ditanah tak bertuan mempunyai hak

yang lebih terhadap tanah itu,29 dibandingkan seseorang yang bekerja di

tanah yang ditanami/tanah yang secara alami ditanami, sebagai alasan

sederhana untuk memperoleh kembali tanah kosong mungkin akan

memerlukan lebih banyak usaha dan lebih banyak hak.30

Seorang ulama besar Najafi,31 dalam kitab Al-Jawahir-nya mengutip

dari sejumlah kitab-sumber fikih seperti Ghunya, Al-Khilaf dan At-

Tadzkirah bahwa terdapat konsensus di antara fikih Imamiyyah mengenai

aturan ini. Mereka sepakat mengenai aplikasi prinsip kepemilikan publik

atas tanah yang merupakan tanah garapan saat dianeksasi oleh Islam.

27 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, (Jakarta :

Penerbit Zahra, 2008), h.160 28 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative

Analiysis, ( Kuala Lumpur, 1995)., h.120 29 termasuk kebebasan untuk mencegah orang lain yang menggarap tanah tersebut tanpa

ijinnya. 30 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative

Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995)., h.121 31 Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, (Jakarta : Penerbit Zahra,

2008), h.160

Page 177: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

84

Demikian pula, Al-Mawardi mengutip Imam Malik yang

mengatakan bahwa tanah taklukan harus menjadi milik kaum Muslim

[yang dikelola oleh Negara] sejak saat ia ditaklukan, dimana waliyyul amr

(kepala Negara Islam) tidak membutuhkan penunjukan tertulis untuk

mulai mengelolanya. Inilah arti lain dari istilah ‘milik bersama yang di

kelola oleh negara’.32

(2) Tanah Mati pada Saat Penaklukan

Sebidang tanah yang saat masuk ke pangkuan Islam merupakan tanah

yang tak tergarap oleh tangan manusia ataupun tangan alam, maka ia

menjadi milik Imam. Tanah seperti ini mendapat status ‘milik negara’. Ia

tidak termasuk ke ruang lingkup kepemilikan pribadi, dalam hal ini tanah

tersebut sama dengan tanah kharaj, namun keduanya berbeda dalam hal

status kepemilikannya.33

Tanah yang merupakan tanah garapan pada saat penaklukan dipandang

sebagai milik bersama umat Muslim, sedangkan tanah yang tak tergarap

(tanah mati) saat masuk ke pangkuan Darul Islam dipandang milik

Negara.34

(3) Tanah yang subur secara Alami pada saat Penaklukan

Banyak fakih berpendapat bahwa tanah yang subur secara alami pada

saat penaklukan seperti hutan dan lain sebagainya memiliki status

32 Ibid., h.161

33 Muhammad Baqir As Shadr, Iqtishaduna, (Beirut : Daar Al-Fikr. 1973), h.413 34 Ibid., h.413

Page 178: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

85

kepemilikan yang sama dengan tanah mati. Mereka berkeyakinan bahwa

tanah-tanah semacam ini menjadi milik Imam.35

Mereka menyandarkan pendapat mereka pada sejumlah riwayat dari

para Imam (Ahlul Bait) yang menyatakan bahwa “Setiap tanah tak bertuan

adalah milik Imam.” Riwayat ini memberikan Imam hak kepemilikan atas

setiap tanah tak bertuan, hutan-hutan, dan tanah-tanah sejenis lainnya.

Tanah tidak di miliki oleh siapa pun kecuali bila ia digarap, sementara

hutan disuburkan oleh Alam tanpa campur tangan individu manapun. Atas

dasar itu, dalam syari’ah keduanya dipandang tidak bertuan, dan

konsekuensinya menjadi subjek prinsip kepemilikan negara.36

b) Tanah yang masuk wilayah Islam lewat Dakwah

Tanah yang masuk wilayah Islam melalui dakwah adalah setiap tanah

yang penduduknya menyambut panggilan Islam tanpa menimbulkan konflik

bersenjata, seperti kota Madinah, Indonesia, dan sejumlah wilayah lain yang

tersebar di dunia Islam.37

Tanah-tanah hasil dakwah, sebagaimana pula tanah-tanah taklukan, dibagi

menjadi dua jenis. Pertama, tanah yang digarap oleh para penduduknya dan

mereka menerima masuk Islam secara sukarela. Kedua, tanah yang subur secara

alami seperti hutan, serta tanah yang pada saat masuk ke pangkuan Islam

merupakan tanah mati.38

35 Muhammad Baqir As Shadr, Iqtishaduna, (Beirut : Daar Al-Fikr. 1973), h.421 36 Ibid., h.421 37 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, (Jakarta :

Penerbit Zahra, 2008), h.190 38 Ibid., h.190

Page 179: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

86

Berkenaan dengan tanah mati di daerah yang para penduduknya menjadi

Muslim secara sukarela,39 status kepemilikannya sama dengan tanah taklukan

yang pada saat penaklukan merupakan tanah mati. Prinsip kepemilikan negara dan

aturan-aturan yang sama berlaku atas keduanya. Tanah taklukan yang pada saat

penaklukan merupakan tanah mati secara umum dipandang sebagai anfal

(rampasan perang yang hak penguasaan dan pengelolaannya berada di tangan

Nabi Saw, atau Imam sebagai kepala negara), dan anfal adalah milik negara.

Demikian pula tanah-tanah yang subur secara alami yang masuk ke

pangkuan Islam melalui dakwah, mereka juga menjadi milik negara atas dasar

prinsip hukum yang menyatakan bahwa “ setiap tanah tak bertuan adalah bagian

dari anfal.”40

Namun, walaupun keduanya adalah milik negara, ada perbedaan antara

tanah mati dan tanah yang subur secara alami. Seorang individu dapat memiliki

hak spesifik atas tanah mati yang masuk kepangkuan Islam melalui dakwah jika ia

menghidupkannya, dan aturan-aturan yang sama berlaku atas tanah tersebut

sebagaimana halnya tanah taklukan yang pada saat penaklukan merupakan tanah

mati.41

Sementara dalam kasus tanah-tanah yang subur secara alami dan secara

damai masuk ke pangkuan Daarul Islam, individu tidak berhak atas hak

39 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative

Analiysis, ( Kuala Lumpur, 1995), h.117 40 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, (Jakarta :

Penerbit Zahra, 2008), h.191 41 Ibid., h.191

Page 180: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

87

kepemilikan atasnya karena tanah tersebut subur dengan sendirinya. Individu

hanya boleh mengambil manfaat darinya.42

Ketika seseorang mengambil manfaat dari tanah ini, maka tidak ada

seorang pun yang dapat merebut tanah ini darinya. Tidak ada seorang pun yang

beroleh preferensi atas yang lain selama individu pertama mengambil manfaat

dari tanah ini.43

Bagaimana pun, individu lain diperkenankan mengambil manfaat dari

tanah tersebut selama tindakannya itu tidak mengganggu dan mencegah individu

pertama dalam memanfaatkan tanah tersebut, atau ketika individu pertama tidak

lagi memanfaatkan tanah tersebut dan tidak lagi menggunakannya untuk tujuan

produktif.44

Sementara tanah-tanah garapan yang disuburkan lewat usaha dan kerja

manusia di daerah yang penduduknya memeluk Islam secara sukarela, mereka

tetap menjadi milik para pemilik aslinya. Ini karena Islam memberi Muslim yang

memeluk Islam secara sukarela, semua hak yang ia miliki sebelum ia memeluk

Islam.

Maka para individu Muslim yang memeluk Islam secara sukarela, tetap

menguasai tanah-tanah mereka sebagai pemilik pribadi, sehingga tidak ada pajak

yang dibebankan kepada mereka. Seluruh milik mereka sebelum menjadi Muslim,

sepenuhnya tetap menjadi milik mereka.45

42 Ibid., h.191 43 Ibid., h.191 44 Ibid., h.191 45 Ibid., h.192

Page 181: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

88

c) Tanah yang masuk wilayah Islam lewat Perjanjian (Shulh)

Tanah Shulh adalah tanah yang diinvasi oleh kaum Muslim guna di kuasai,

dimana para penduduknya tidak memeluk Islam namun tidak pula melakukan

perlawanan bersenjata. Mereka tetap memeluk agama mereka serta merasa puas

hidup damai dan aman dibawah naungan dan lindungan negara Islam.46

Tanah seperti ini di namakan ‘tanah perjanjian’, kapan pun istilah tanah

perjanjian digunakan, ia pasti merujuk pada tanah jenis ini. Jika dalam perjanjian

dinyatakan bahwa tanah di suatu daerah menjadi milik para penduduknya, maka

atas dasar ini tanah di daerah itu menjadi milik mereka, dan masyarakat Islam

tidak memiliki hak atau klaim apapun atasnya.47

Jika dalam perjanjian dinyatakan bahwa tanah di suatu daerah menjadi

milik masyarakat Muslim, maka atas dasar ini tanah di daerah itu menjadi milik

masyarakat Muslim dan menjadi subjek prinsip kepemilikan bersama, di mana

kharaj (pajak) berlaku atasnya.48

d) Tanah-tanah lain yang menjadi Milik Negara

Sadr membagi jenis-jenis tanah lainnya yang menjadi subjek aplikasi

prinsip kepemilikan negara, seperti tanah yang para penduduknya menyerah

kepada kaum Muslim tanpa didahului oleh penyerangan (invasi). Tanah-tanah

seperti ini masuk ke kategori anfal dan menjadi milik negara di bawah

46 Muhammad Baqir As Shadr, Iqtishaduna, (Beirut : Daar Al-Fikr, 1973), h.423 47 Ibid., h.423 48 Ibid., h.423

Page 182: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

89

penguasaan Nabi Saw. dan para Imam sepeninggal beliau,49 sebagaimana

dinyatakan dalam QS. Al-Hasyr (59) : 6

⌧ ⌦ Artinya: “Dan apa saja rampasan perang yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya

dari harta benda mereka, maka untuk mendapatkan itu kalian tidak mengerahkan seekor kuda pun dan tidak pula seekor unta pun, tetapi Allah yang memberikan kekuasaan kepada Rasul-Nya terhadap siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha kuasa atas segala sesuatu.”

Demikian pula halnya dengan tanah yang para penduduknya telah binasa

atau telah punah, ia menjadi milik negara, begitu juga dengan tanah yang baru

terbentuk di wilayah Darul Islam. Misalnya, sebuah pulau (atol) yang terbentuk di

tengah laut atau sungai. Tanah seperti ini juga menjadi milik negara berdasarkan

aplikasi aturan hukum yang menyatakan bahwa “ setiap tanah yang tak

berpenghuni menjadi milik Imam.”50

Kepemilikan sesuai tanah dan sumber alam yang lain milik pemerintah

(dengan beberapa pengecualian) dan individu harus membayar pajak bumi kepada

pemerintah (Negara). Sadr 51mengambil pandangan ini berdasarkan pada konsep

khilafahnya, dimana kemanusiaan secara keseluruhan dipercayakan dengan

ketuhanan Allah, dan oleh karena itu daratan (tanah) dan sumber alam lain harus

siap sedia untuk semua, melalui kepemilikan pemerintah.

49 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, (Jakarta : Penerbit Zahra, 2008), h.193

50 Ibid., h.194 51 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative

Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.121

Page 183: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

90

2) Bahan-bahan Mentah dari Perut Bumi

Bahan-bahan mentah dan kekayaan mineral yang terkandung didalam

perut bumi memiliki peran penting setelah tanah dalam kehidupan produktif dan

ekonomi manusia, karena faktanya komoditas material apapun yang manusia

nikmati adalah produk dari tanah dan kekayaan mineral yang terkandung di dalam

perut bumi.52

Karena itulah, sebagian besar dari cabang-cabang industri bergantung

pada industri-industri konstruksi dan pertambangan yang darinya manusia

memperoleh bahan-bahan dan mineral-mineral tersebut.

Para fakih53 umumnya membagi bahan-bahan mineral ke dalam dua

kategori, yakni : azh Zhahir (terbuka) dan al bathin (tersembunyi).

Mineral-mineral azh Zhahir adalah bahan-bahan yang tidak membutuhkan

usaha serta proses tambahan agar mencapai bentuk akhirnya, dan substansi

mineralnya tampak dengan sendirinya, seperti garam dan minyak.54

Jika kita ke sebuah sumur minyak, kita akan menemukan mineral di sana

dalam keadaan aktualnya, di mana kita tidak perlu melakukan proses lebih lanjut

guna mengubahnya menjadi minyak, walau pun kita memang harus mencurahkan

usaha yang besar untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumur minyak

tersebut serta memurnikan minyak yang di hasilkan.

Istilah azh Zhahir dalam fikih tidak digunakan dalam arti lateralnya, yakni

terbuka atau tidak membutuhkan penggalian dan eksplorasi. Istilah az Zhahir di

sini adalah istilah deskriptif yang menunjukan setiap mineral yang ketika

52 Muhammad Baqir As Shadr, Iqtishaduna, (Beirut : Daar Al-Fikr. 1973), h.439 53 Ibid. h.439 54 Ibid. h.439

Page 184: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

91

ditemukan ia telah berada dalam bentuk akhirnya, tidak memandang apakah

manusia harus mencurahkan usaha yang besar untuk mendapatkannya dari

kedalaman bumi atau menemukannya dengan mudah di permukaan bumi.55

Sedangkan mineral-mineral al Bathin, dalam fikih berarti setiap mineral

yang membutuhkan usaha serta proses lebih lanjut agar sifat-sifat mineralnya

tampak, seperti emas dan besi. Tambang-tambang emas dan besi tidak

mengandung emas dan besi dalam keadaan sempurnanya di kedalaman bumi.

Tambang-tambang tersebut mengandung substansi yang membutuhkan usaha

yang besar guna mengubahnya menjadi emas dan besi dalam bentuk yang

diketahui oleh para pedagang.56

Keterbukaan dan ketersembunyian dalam istilah fikih terkait dengan sifat

suatu bahan dan derajat kesempurnaan keadaannya, tidak terkait dengan lokasi

atau kedekatannya dengan permukaan ataupun kedalaman bumi.

a) Mineral-Mineral Terbuka

Menurut fatwa (opini hukum)57 yang berlaku, mineral-mineral terbuka

seperti garam dan minyak adalah milik bersama masyarakat. Islam tidak

mengakui penguasaan seseorang atas sumber mineral-mineral tersebut, karena

mereka menurut fatwa yang berlaku berada di bawah ruang lingkup prinsip

kepemilikan bersama. Individu hanya di izinkan untuk mengambil kekayaan

mineral jenis ini sebanyak yang mereka butuhkan, tidak diperkenankan

memonopolinya dan menguasai tambang-tambangnya.

55 Ibid. h.439 56 Ibid. h.439 57 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative

Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.120

Page 185: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

92

Atas dasar ini, adalah kewajiban negara atau Imam sebagai pemimpin

masyarakat yang merupakan pemegang hak kepemilikan atas kekayaan alam

sebagai milik bersama untuk membuat tambang-tambang tersebut produktif dan

bermanfaat bagi kepentingan masyarakat.58

b) Mineral-Mineral Tersembunyi

Dalam terminologi fikih,59 yang di maksud dengan mineral-mineral

tersembunyi adalah mineral-mineral yang kala di temukan tidak berada dalam

bentuk dan kondisi akhirnya. Usaha dan proses lebih lanjut dibutuhkan guna

mengubah mereka ke bentuk akhirnya, contohnya adalah emas. Emas tidak eksis

dalam bentuk dan kondisi akhirnya.

Usaha dan proses lebih lanjut harus di lakukan guna mengubah dan

membentuknya menjadi emas sebagaimana yang kita kenal. Mneral-mineral

tersembunyi juga terdiri atas dua jenis. Pertama, yang ditemukan dekat dari

permukaan bumi. Kedua, yang eksis di bawah perut bumi sedemikian hingga kita

tidak mungkin menjangkaunya tanpa penggalian dan kerja keras.60

c) Mineral-Mineral Tersembunyi yang dekat dari Permukaan Bumi

58 Muhammad Baqir Ash-Shadr. Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna. (Jakarta :

Penerbit Zahra, 2008), h.215-216 59 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative

Analiysis, Kuala Lumpur, 1995, h.117 60 Muhammad Baqir As Shadr, Iqtishaduna, (Beirut : Daar Al-Fikr. 1973), h.442

Page 186: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

93

Berkenaan dengan mineral-mineral tersembunyi yang berada dekat dengan

dari permukaan bumi, dalam syari’ah aturannya adalah seperti halnya mineral-

mineral terbuka.61

‘Allamah al Hilli62 menyatakan dalam at Tadzkirah bahwa mineral-

mineral tersembunyi dapat saja terbuka dalam pengertian mereka eksis dekat dari

permukaan bumi atau di atas permukaannya sehingga dapat diambil dengan

tangan, juga dapat tertutup. Jika mineral-mineral tersembunyi itu terbuka, maka

mereka tidak bisa di miliki lewat reklamasi sebagaimana telah di jelaskan.

Bahkan hingga hari ini, Sadr63 menemukan bahwa para fakih tidak

mengizinkan mineral-mineral terbuka dan mineral-mineral tersembunyi yang

eksis dekat dari permukaan bumi menjadi milik pribadi. Mereka hanya

mengizinkan individu untuk mengambilnya dalam batas kewajaran sesuai dengan

kebutuhannya. Sehingga dengan begitu, terbuka ruang yang lebar bagi

penggunaan dan pemanfaatan mineral-mineral tersebut pada skala yang lebih luas

dari eksploitasi monopolistik oleh penguasaan individual.

d) Mineral-Mineral Tersembunyi yang Terpendam

Mineral-mineral tersembunyi yang terpendam jauh di dalam perut bumi

memerlukan dua jenis usaha : (1) usaha untuk mengeksplorasi serta menggali

demi mendapatkannya, dan (2) usaha untuk memurnikan serta menampakkan

sifat-sifat mineralnya. Contoh dari mineral-mineral seperti ini adalah emas dan

61 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, (Jakarta :

Penerbit Zahra, 2008), h.218 62 Ibid. h.219 63 Ibid. h.220

Page 187: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

94

besi. Sadr64 menamakan jenis mineral seperti ini sebagai ‘mineral-mineral

tersembunyi yang terpendam’.

Dalam yurisprudensi Islam (fikih), sejumlah teori telah di kemukakan

berkenaan dengan mineral-mineral tersembunyi ini. Ada yang berpendapat bahwa

mineral-mineral tersebut adalah milik negara atau Imam sebagai Kepala Negara,

bukan sebagai pribadi, diantaranya adalah Al Kulaini, Al Qummi, Al Mufid, Ad

Dailami, Al Qadhi, dan lainnya. 65

Mereka berpendapat bahwa mineral adalah seperti anfal, dan merupakan

milik negara. Lalu, ada juga yang berpendapat bahwa mineral-mineral tersebut

adalah milik bersama semua orang, yakni berada dibawah naungan prinsip

kepemilikan publik. Mereka yang berpendapat seperti ini adalah Imam asy Syafi’i

dan banyak ulama mazhab Hanbali.

Berdasarkan apa pun yang dikatakan teks-teks dan teori-teori hukum

tentang kepemilikan tambang, Sadr 66menyimpulkan bahwa tambang menurut

opini hukum yang dominan adalah milik bersama yang dapat di manfaatkan

bersama-sama dan subjek dari prinsip kepemilikan bersama. Tidak seorang pun

boleh menguasai sumber-sumber dan akar-akar tambang yang berada di bawah

perut bumi.

e) Apakah Kepemilikan Tambang mengikuti Kepemilikan Tanah ?

Dalam Syari’ah tidak terdapat teks yang menyatakan bahwa kepemilikan

tanah juga mencakup setiap dan segala kekayaan yang terkandung didalamnya.67

64 Muhammad Baqir As Shadr, Iqtishaduna, (Beirut : Daar Al-Fikr. 1973), h.444 65 Ibid. h.445 66 Ibid. h.448 67 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, (Jakarta :

Penerbit Zahra, 2008), h.226-228

Page 188: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

95

Menurut Sadr 68bahwa kecuali jika ada konsensus penting (ijma’

ta’abbudi) yang menyatakan sebaliknya, secara hukum kita dapat menyatakan

bahwa tambang-tambang yang berada di tanah milik individu tidak menjadi

properti individu pemilik tanah tersebut. Namun, hak individu pemilik tanah (atas

tanahnya) harus di perhatikan, karena reklamasi dan eksploitasi tambang

bergantung pada kehendak (izin) si pemilik tanah.

f) Iqtha’ dalam Islam

Salah satu istilah teknis hukum Islam yang terkait dengan tanah dan

tambang adalah Iqtha’ (fief). Dalam pembicaraan banyak fakih kita menemukan

pernyataan bahwa pemberian tanah ini atau tambang itu yang merupakan milik

imam, dengan perbedaan di antara keduanya dalam batas-batas di mana Imam

berhak melakukannya.69

Kata Iqtha’ sangat diasosiasikan dengan sejarah Abad Pertengahan,

khususnya sejarah Eropa, dengan konsepsi-konsepsi dan institusi-institusi yang

amat jelas, yang menentukan hubungan-hubungan di antara tuan tanah dan

penggarap tanah (budaknya), serta mengatur hak-hak mereka masing-masing dan

di berbagai belahan dunia lainnya.70

Definisi Iqtha’ diberikan oleh Syekh ath Thusi dalam kitab Al Mabsuth,

yakni di mana Imam memberikan hak kepada seseorang untuk mengusahakan

suatu sumber kekayaan alam. Usaha orang itu dipandang sebagai dasar bagi

pemberian hak spesifik kepadanya atas sumber kekayaan alam tersebut.71

68 Ibid. h.226-228 69 Muhammad Baqir As Shadr, Iqtishaduna, (Beirut : Daar Al-Fikr, 1973), h.449 70 Ibid. h.449 71 Ibid. h.450

Page 189: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

96

Islam tidak memandang Iqtha’ sebagai dasar bagi penyerahan

kepemilikan sumber daya kepada individu, karena hal itu akan merusak

karakteristik iqtha’ sebagai sebuah cara eksploitasi dan distribusi kerja. 72

Iqtha’ hanya memberi individu hak untuk memanfaatkan sumber-sumber

alam, dan konsekuensinya ia wajib bekerja mengeksploitasi sumber-sumber alam

tersebut, di mana tidak seorang pun bisa mencegahnya dari melakukan hal itu.

Tiada seorang pun selainnya yang diperkenankan memanfaatkan dan

mengeksploitasi sumber-sumber alam tersebut.73

Dalam kasus sumber-sumber alam yang merupakan utilitas publik, yang

mana sumber-sumber itu tidak membutuhkan reklamasi dan kerja, maka individu

yang mencurahkan kerja di sana tidak beroleh hak khusus atas sumber-sumber

tersebut. Dalam hal ini, iqtha tidaklah sah dan tidak di izinkan, sebab bila di

izinkan maka iqtha akan kehilangan makna Islaminya, karena sumber-sumber

tersebut tidak membutuhkan kerja dan kerja pun tidak berpengaruh di sana.74

Jadi, dalam kasus sumber-sumber alam yang merupakan utilitas publik

seperti ini, pemberlakuan iqtha dan pemberian hak kerja kepada individu

merupakan perwujudan dari monopoli atau eksploitasi demi kepentingan diri

sendiri. Hal ini tidak sesuai dengan konsep iqtha dalam Islam dan fungsi aslinya.

Karena itulah syariah melarang hal ini dan membatasi iqtha pada sumber-sumber

alam yang memang membutuhkan kerja.75

72 Ibid. h.451 73 Ibid. h.452 74 Ibid. h.453 75 Ibid. h.454

Page 190: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

97

g) Iqtha’ Tanah Kharaj

Ada satu hal lagi di mana istilah iqtha digunakan dalam bahasa yuridis.

Namun, yang dimaksud bukanlah iqtha yang sebenarnya, melainkan pembayaran

atas jasa yang telah diberikan.76

Objek iqtha ini adalah tanah kharaj (tanah yang dikenal pajak) yang

merupakan milik umat, di mana dalam hal ini gubernur (kepala pemerintahan)

dapat memberikan seorang individu sesuatu dari tanah kharaj misalnya, sebagian

dari pajak terkumpul, dan memberinya wewenang untuk mengumpulkan pajak

dari tanah tersebut.77

Pemberian wewenang ini dilakukan oleh gubernur. Walau pun hal ini

kerap di lihat dalam arti historisnya dan secara tidak sah sebagai proses pemberian

hak kepemilikan atas tanah, namun sebenarnya dalam pengertian yuridisnya serta

dalam batas-batas yang dibenarkan, hal ini tidaklah demikian. Pemberian

wewenang ini hanyalah suatu cara pembayaran atau penggajian atau pemberian

kompensasi kepada para individu atas layanan publik yang telah mereka

berikan.78

Penerima iqtha berhak memiliki pajak tanah sebagai imbalan atas layanan

publik yang telah ia berikan kepada umat, namun ia tidak memiliki tanah tersebut,

tidak pula mendapat hak dasar untuk menguasai ataupun mengeksploitasi tanah

76 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, (Jakarta :

Penerbit Zahra, 2008), h.235 77 Ibid. h.236 78 Ibid. h.236

Page 191: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

98

itu. Tanah tersebut tetap menjadi milik kaum Muslim dan tetap berstatus tanah

kharaj.79

h) Hima Dalam Islam

Konsepsi tentang hima (tanah yang diproteksi) diperoleh dari bangsa Arab

kuno. Hima berarti tanah mati yang dimonopoli oleh orang-orang “kuat”, di mana

mereka tidak mengizinkan orang lain mengambil manfaat dari tanah tersebut.

Orang-orang “kuat” tersebut menganggap segala sumber daya ataupun kekayaan

yang terkandung di tanah itu secara eksklusif menjadi milik mereka karena

mereka bisa menguasai tanah itu untuk kepentingan mereka sendiri, serta dengan

kekuatan dan kekuasaan mereka mampu mencegah orang lain mengambil manfaat

darinya.80

Dalam Islam, kenyataan bahwa seseorang mampu menguasai dan

mengendalikan sumber-sumber alam tidak dapat di jadikan dasar bagi pemilikan

hak atas sumber-sumber tersebut. Satu-satunya hima yang di izinkan Islam adalah

hima Rasulullah Saw, di mana beliau memproteksi tanah mati demi maslahat

umum seperti tanah Baqi’, yang diperuntukkan bagi unta-unta sedekah, hewan-

hewan ternak jizyah, dan kuda-kuda para mujahid.81

3) Air Alami

Sumber air ada dua jenis. Pertama adalah sumber-sumber terbuka

(mashadir maksyufah) yang telah Allah ciptakan bagi manusia di atas permukaan

bumi, seperti lautan dan sungai. Kedua adalah sumber-sumber yang terkubur dan

79 Ibid. h.237 80 Muhammad Baqir As Shadr, Iqtishaduna, (Beirut : Daar Al-Fikr, 1973), h.456 81 Ibid. h.456

Page 192: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

99

tersembunyi di dalam perut bumi, yang mana manusia harus melakukan

penggalian guna mendapatkannya.82

Sumber air jenis pertama digolongkan ke dalam milik bersama

masyarakat. Kekayaan alam seperti ini secara umum disebut sebagai milik

bersama, di mana Islam tidak mengizinkan seorang individu pun untuk

menguasainya sebagai milik pribadinya sendiri. Sebaliknya, Islam mengizinkan

semua individu untuk menikmati manfaatnya, dengan tetap menjaga keutuhan

karakteristik dari prinsipnya, yakni bahwa substansi-substansi aktual dan hak

kepemilikan atas mereka adalah milik bersama.83

Tidak seorang pun memiliki laut atau sungai alami sebagai milik

pribadinya. Semua orang boleh menikmati manfaatnya. Atas dasar ini kita

memahami bahwa sumber-sumber air alami yang terbuka adalah subjek prinsip

kepemilikan publik.84

Sementara air yang sumbernya terkandung di dalam perut bumi, tidak

seorang pun bisa mengklaimnya sebagai miliknya kecuali jika ia bekerja untuk

mengaksesnya, melakukan penggalian untuk menemukan sumber tersebut dan

membuatnya siap guna. Ketika seseorang membuka sumber ini dengan kerja dan

penggalian, maka ia berhak atas mata air yang ditemukannya.85

Ia berhak mengambil manfaat mata air tersebut dan mencegah intervensi

orang lain. Karena ia yang membuka kesempatan (peluang) untuk menggunakan

dan memanfaatkan mata air itu, maka ia berhak memanfaatkan kesempatan

82 Muhammad Baqir Ash-Shadr. Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, (Jakarta :

Penerbit Zahra, 2008), h.239 83 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative

Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.120 84 Muhammad Baqir Ash-Shadr. Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna. (Jakarta :

Penerbit Zahra, 2008), h.239 85 Ibid. h.240

Page 193: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

100

tersebut. Sementara mereka yang tidak ikut andil dalam membuka kesempatan itu,

tidak berhak mengintervensinya dalam menikmati manfaat mata air tersebut.86

Ia menjadi lebih berhak ketimbang orang-orang lain atas mata air tersebut

dan memiliki air yang memancar berkat usahanya, karena ini adalah jenis

penguasaan, di mana ia tidak memiliki sumber airnya yang terdapat di dalam perut

bumi. Karena itu, ia wajib membagi air dari mata air itu secara gratis kepada

orang-orang lain untuk minum maupun hewan ternak mereka setelah ia memenuhi

kebutuhannya sendiri.87

Dalam hal ini, ia tidak boleh meminta apapun sebagai imbalan. Hal ini

dikarenakan substansi tersebut tetap menjadi milik bersama. Si penemu mata air

hanya memiliki hak prioritas sebagai hasil dari usahanya dalam menemukan mata

air itu. Maka, ketika ia telah memenuhi keperluan dan kebutuhannya akan air dari

mata air tersebut, orang-orang lain berhak mengambil manfaat dari mata air itu.88

4) Kekayaan Alam Yang Lain

Kekayaan alam yang lain masuk ke kategori al mubahatul ‘ammah (hal-

hal yang boleh bagi semua orang) adalah kekayaan alam yang semua individu

dapat menggunakannya secara gratis dan menikmati manfaatnya sebaik milik

pribadi mereka, karena izin umum ini adalah izin yang bukan hanya untuk

memanfaatkannya namun juga untuk memilikinya.89

86 Ibid. h.240 87 Ibid. h.241 88 Ibid. h.241 89 Muhammad Baqir As Shadr, Iqtishaduna, (Beirut : Daar Al-Fikr, 1973), h.461

Page 194: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

101

Islam telah meletakkan prinsip kepemilikan pribadi pada al mubahatul

‘ammah atas dasar kerja dan usaha guna mendapatkan mereka sesuai dengan

perbedaan jenis mereka.90

Sebagai contoh, kerja atau usaha untuk mendapatkan burung adalah

dengan menangkapnya dengan cara berburu, sedangkan usaha untuk mendapatkan

kayu bakar adalah dengan mengumpulkannya, dan kerja untuk mendapatkan

mutiara serta udang adalah dengan menyelam ke kedalaman laut. Usaha untuk

mendapatkan tenaga (energi) listrik yang tersembunyi dari air terjun termasuk

dalam proses mengubah energi ini menjadi arus listrik yang kita kenal. Dengan

jalan inilah kepemilikan atas kekayaan alam mubah diperoleh, yakni dengan

memperoleh penguasaan atasnya.91

Kepemilikan atas kekayaan alam ini tidak bisa diperoleh kecuali dengan

kerja. Jadi, masuknya kekayaan alam ini ke kendali seseorang tidak cukup di

jadikan dasar bagi kepemilikan atasnya, kecuali jika ia melakukan kerja positif

untuk mendapatkannya.92

2. Distribusi pasca Produksi

Sadr93 mulai menyatakan bahwasanya Islam itu tidak meletakan semua

faktor produksi (atau pemilik mereka) pada kedudukan yang sejajar, misalnya.

Mempekerjakan Orang ‘pekerja’ adalah ‘pemilik’ yang sebenarnya dari bahan-

90 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative

Analiysis, ( Kuala Lumpur, 1995), h.117 91 Ibid. h.117 92 Muhammad Baqir As Shadr, Iqtishaduna, (Beirut : Daar Al-Fikr, 1973), h.461 93 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative

Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.121

Page 195: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

102

bahan/alat-alat yang telah diproduksi. Para pekerja selanjutnya memiliki tanggung

jawab untuk membayar kompensasi untuk faktor produksi lainnya yang

digunakan dalam prosesnya.

Sadr94 merasakan bahwa pandangan ini meletakan orang sebagai tuan dan

bukan pelayan dari produksi. Meneruskan argumentasi ini, Sadr menyatakan

bahwa seorang kapitalis tidak membolehkan memiliki produk dari para pekerja

yang dia sewa. dengan kata lain, tenaga kerja ekonomi langsung adalah tempat

yang diperlukan untuk kepemilikan produk.

Pandangannya95 mengenai kekayaan primer digolongkan kedalam

gambaran ketika dia memberikan ‘kepemilikan’ kepada agen yang bekerja

dibagian sumber alam, sebagai contoh seseorang yang menggarap lahan kosong

(tak bertuan), memiliki itu berkaitan dengan mempunyai prioritas dan hak untuk

mencegah orang lain dari penggunaannya.

Sekarang, jika orang ini memilih untuk menyewa orang lain untuk bekerja

ditanah, dia masih memelihara ‘kepemilikan’ tanah sehubungan dengan status

tenaga kerjanya yang dilibatkan dalam penggarapan tanah.96

Pada sisi lain, tuan tanah memiliki hasil tanah yang berkaitan dengan para

pekerja itu sendiri, dan membayar kompensasi kepada pemilik tanah dengan

alasan bahwa para pekerja tuan tanah masih ada. Kompensasi ini bisa jadi dalam

bentuk atau pinjaman yang tetap atau suatu saham dalam produk (jika pemilik

tanah menyediakan benih / pupuk atau permesinan).97

94 Ibid. h.121 95 Ibid. h.121 96 Ibid. h.122 97 Ibid. h.122

Page 196: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

103

Dalam mengatur aktivitas ekonomi, banyak contoh di beri oleh Sadr98 :

a. Lahan kosong dapat didistribusikan dan dimanfaatkan

b. Larangan Islam yaitu menempati lahan kosong dengan kekerasan

c. Prinsip tidak ada pekerjaan, tidak ada keuntungan.

d. Larangan Riba

e. Larangan tidak produktif, seperti perjudian

f. Menimbun uang dan barang-barang

g. Larangan yang aktivitas mengalihkan perhatian dari Tuhan

h. Penuturan dan mengecek manipulasi dalam pasar

i. Larangan pemborosan

Sadr99 membedakan antara bekerja dilahan sumber alam dan dimiliki yang

lain (seperti diatas) dengan bekerja dilahan ‘hasil buruh’ yang dimiliki oleh orang

lain, sebagai contoh seorang pekerja yang membuat benang dari wol seorang

pengembala; dalam hal ini, produk (benang) yang dimiliki penggembala dan

pekerja akan dibayar kompensasi.

Dengan pandangan prioritas tenaga kerja ini, Sadr 100selanjutnya membuat

daftar hasil (laba) ke setiap faktor produksi :

a. Buruh-upah atau bagian keuntungan

b. Tanah-sewa (atau bagian dari penggarapan)

c. Modal-bagian dari laba

98 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga

Kontemporer, (Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005), h. 258 99 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative

Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.122 100 Ibid. h.122

Page 197: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

104

d. Peralatan / modal fisik-sewaan / kompensasi

Buruh diberikan satu pilihan dari keuntungan yang jelas (upah) atau

variabel keuntungan (bagian dari keuntungan). menyewa tanah diizinkan hanya

ketingkat bahwa pemilik tanah telah menyerahkan ke tangan para buruh, sebagai

contoh buruh untuk menggarap tanah kosong.

Sadr juga memegang pandangannya membolehkan transaksi-transaksi

seperti Mudharabah, Muzara’ah (bagi hasil), Musaqat, dan al-Jualah (menggaji,

upah). konstribusi / bekerja ke suatu produk, atau untuk menggarap lahan dan

menyewakannya kepada orang lain untuk harga sewaan yang tinggi.101

Sadr juga membantah kompensasi untuk resiko yang dikemukakan oleh

banyak ahli ekonomi, termasuk kaum Muslim. Orang yang menggunakan

ungkapan tidak ada resiko, tidak ada keuntungan, menurut Sadr telah merusak

mental pemerintah dengan satu faktor produksi.

Ahli ekonomi Muslim yang mengemukakan argumentasi itu mengatakan

bahwa (uang) pemilik modal di dalam Mudharabah diberikan keuntungan, suatu

kesalahan apabila berkaitan dengan resiko yang ia tanggung.102

Sadr memandang keuntungan sebagai fakta bahwa mereka memiliki uang

yang telah digunakan, bukan faktor resiko. Ini Nampak seperti penjelasan yang

lebih logis dan bisa diterima untuk mengembalikan uang modal.103

Pandangan diatas menunjukan dengan jelas bahwasanya Sadr104 melihat

keuntungan yang sah sebagai dasar daripada pekerjaan. Bagaimana pun, pekerja

101 Ibid. h.122 102 Ibid. h.122 103 Ibid. h.122 104 Ibid. h.123

Page 198: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

105

untuk Sadr, ada sumber hak distributif yang lain di dalam ekonomi Islam, sebagai

contoh kebutuhan. Karena tiap-tiap individu memiliki kapasitas dan kapabilitas

yang berbeda-beda, ketidaksamaan pendapatan adalah hal yang wajar. Sebagian

mendapatkan sedikit sementara yang lain tidak mendapatkan apa-apa.

Situasi ini memberikan mereka hak distributif dan pemerintah memainkan

peranan penting dalam pencapaian ‘keadilan sosial’. Islam menekankan standar

hidup yang lebih tinggi melalui larangannya berbuat berlebih-lebihan (boros), dan

pada saat yang bersamaan, Islam mengangkat hal tersebut pada tingkat yang lebih

rendah dengan cara menyediakan sistem jaminan sosial.105

Pemerintah juga dipercaya memberikan keamanan sosial secara

keseluruhan. Dan hal ini dapat dicapai melalui persaudaraan (penyelenggaraan ini

dapat melalui pendidikan) diantara anggota masyarakat dan melalui kebijakan

pembelanjaan publik. Dengan investasi pada sektor publik secara spesifik dapat

membantu orang miskin. Sementara itu dengan pengaturan aktivitas ekonomi

memastikan kewajaran dan praktek yang berlaku, bebas dari eksploitasi.106

Untuk memastikan keseimbangan sosial dan keamanan yang dibutuhkan

bagi keseluruhan, berdasarkan pada prinsip bahwasanya seluruh sumber daya

alam harus dinikmati oleh semua orang. Pemerintah dipercaya untuk menjalankan

tugas pada pemilikan untuk memastikan hal ini dengan cara membantu mereka

yang berkesusahan.107

105 Ibid. h.123 106 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga

Kontemporer, (Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005), h. 257 107 Ibid. h. 258

Page 199: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

106

Pada akhirnya, sebuah kekuasaan negara dipercaya untuk menciptakan

kedinamisan yang sesuai menurut situasi zaman yang ada. Dalam konteks ini

adalah tugas para mujtahidun itu adalah negara. Maksudnya tiap negara memiliki

ahli hukum atau suatu negara memiliki beberapa bentuk dewan penasehat.108

Pengkajian yang dilakukan Sadr dengan menggunakan metode ijtihad.

Menurut analisa Chibli Mallat,109 pembahasan ini memperlihatkan secara jelas

metodologi yang disarankan Sadr diawal pembahasan. Dalam hal ini penulis

menyajikan prinsip umum dengan mengikutsertakan pendapat ahli fiqh :

‘Allamah al-Hilli, seorang ulama-peneliti (muhaqqiq) Muslim,

menyatakan dalam kitabnya, Asy Syara’i, bab Wikalah (perwakilan), bahwa

wikalah dalam pekerjaan menebang kayu atau jenis pekerjaan lain yang sejenis,

adalah tidak sah.

Contohnya, jika seseorang menunjuk orang lain sebagai wakil (agen)-nya

untuk menebang kayu di hutan demi kepentingannya, maka wikalah dalam hal ini

tidak sah. Orang itu (si penunjuk) tidak menjadi pemilik kayu yang ditebang oleh

orang yang ia tunjuk sebagai wakilnya.

Alasannya adalah, pekerjaan menebang kayu dihutan atau jenis pekerjaan

lainnya yang sejenis, pada dasarnya tidak menghasilkan pengaruh atau hak khusus

apa pun bagi seseorang kecuali bila ia sendiri yang melakukan pekerjaan itu atau

ia secara langsung mencurahkan usahanya dalam pekerjaan menebang kayu, atau

menyabit rumput, atau jenis pekerjaan lainnya yang serupa.

108 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga

Kontemporer, (Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005), h. 257 109 Chibli Mallat, The Renewal of Islamic Law, penerjemah : santi indra astuti (Bandung :

Mizan, 2001). h.206

Page 200: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

107

B. Relevansi Pemikiran Muhammad Baqir Ash-Shadr

1. Relevansi Konsep Distribusi Muhammad Baqir As-Shadr dengan

Ekonomi Islam

Muhammad Baqir As-Shadr110 mengatakan bahwa ekonomi Islam adalah

sebuah ajaran (doctrine) dan bukannya ilmu murni (science), karena apa yang

terkandung dalam ekonomi Islam bertujuan memberikan sebuah solusi hidup yang

paling baik, sedangkan ilmu ekonomi hanya akan mengantarkan kita kepada

pemahaman bagaimana kegiatan ekonomi berjalan.

Dalam mewujudkan gagasan keadilan distribusi menurut Islam, Sadr111

mendasarkan pada dua faktor. Pertama, faktor primer yang terdiri dari kerja dan

kebutuhan. Kedua, faktor turunan berupa kepemilikan.

Bekerja menurut Islam adalah sebab yang mendasar untuk memungkinkan

manusia dapat memenuhi kebutuhannya dan memiliki harta kekayaan. Namun

yang menjadi permasalahan menurut Sadr112 ialah cara menempatkan seseorang

yang dalam kehidupan sosial tidak dapat bekerja atau mereka yang bekerja tapi

tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dalam konteks ini, elemen yang berlaku menurut Sadr ialah kebutuhan,

artinya berapapun kebutuhan pokok komunitas masyarakat tersebut menjadi

110 Muhammad Baqir As-Shadr, Iqtishaduna : Our Economics, (Teheran : WOFIS,

1983), Volume 1, Bagian Kedua, Ed.I, h.5-6 111 Muhammad Baqir As-Shadr, Iqtishaduna : Our Economics, (Teheran : WOFIS,

1983), Volume 1, Bagian Kedua, Ed.I, h.113 112 Ibid., h.113

Page 201: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

108

tanggung jawab bersama baik lewat jaminan sosial maupun solidaritas sesama

muslim.

Faktor berikutnya dalam mekanisme distribusi adalah kepemilikan.

Menurut Sadr,113 Islam memberikan keterbukaan kepemilikan pribadi dengan

adanya sarana bekerja, akan tetapi, kepemilikan dalam Islam dibatasi aturan nilai

serta kepentingan sosial yang ditegaskan melalui Syari’ah.

a. Peran Kerja (al-‘amal) dalam distribusi

Dalam Islam, kerja diposisikan sebagai faktor utama dari produksi. Menurut

Sadr, untuk mengamati peran kerja dalam distribusi, terlebih dahulu harus

mengkaji hubungan sosial antara kerja serta hasil yang diperolehnya.114

Kerja menurut Islam merupakan penyebab kepemilikan dari para

pekerja. Sedangkan kepemilikan sendiri merupakan ekspresi dari

kecenderungan alami. Maka dalam Islam kepemilikan / hak-hak individu

mendapat tempat yang proporsional.

Dengan adanya peran positif kerja dalam Islam setiap individu dapat

mengekspresikan seluruh kekuatan, bakat serta potensinya dalam

meningkatkan perekonomian suatu masyarakatnya. Sedangkan disisi lain

pekerja dapat memenuhi kebutuhannya.

b. Peran Kebutuhan (al-Haajah) dalam distribusi

Peran kerja dan kebutuhan tersebut secara terpadu membentuk pola

distribusi dalam masyarakat Islam, untuk mengenal lebih dekat peran

113 Ibid., h.120 114 Ibid., h.114

Page 202: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

109

kebutuhan dalam distribusi, Sadr115 membagi masyarakat ke dalam 3

komunitas :

Pertama, komunitas yang mendapatkan kesempatan kerja melalui

bakat dan kemampuan intelektualnya. Komunitas tersebut dapat menyediakan

kebutuhan hidupnya dengan standar yang tinggi.

Kedua, komunitas yang mendapat kesempatan kerja namun belum

sesuai dengan kebutuhan hidupnya.

Ketiga, komunitas yang tidak mendapat kesempatan untuk terlibat

dalam proses produksi baik kelemahan fisik maupun kemampuan

intelektualnya. Menurut Sadr, konsekuensi dari pembagian diatas

mengharuskan komunitas pertama bergantung pada kerja untuk mendapat

bagian dalam distribusi. Jika komunitas pertama bergantung pada kerja, maka

komunitas ketiga dalam perekonomian Islam bergantung pada permintaan

akan kebutuhan dasarnya.

Pemahaman ini menurut Sadr,116 berangkat dari realitas bahwa

komunitas tersebut tidak dapat terlibat dalam proses produksi sehingga bagian

distribusi kelompok ketiga ini melalui instrument kebutuhan yang

pengaturannya sesuai dengan prinsip-prinsip jaminan social serta solidaritas

umum.

Sedangkan pada komunitas kedua, Sadr menjelaskan adanya dua

instrument sekaligus. Di satu sisi mereka memiliki instrument kerja sesuai

115 Ibid., h.116 116 Ibid., h.119

Page 203: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

110

dengan kemampuannya, di sisi lain berhak memperoleh bagian distribusi

melalui sebagian kebutuhannya yang tidak terpenuhi melalui kerja.

c. Peran Kepemilikan (al-Milk) dalam distribusi

Islam memberikan dua batasan terhadap hak kepemilikan pribadi.

Pertama, batasan aspek legal Islam, yaitu pelarangan atas berbagai transaksi

yang mengandung unsur riba dan spekulasi. Kedua, batasan sosial ekonomi

yaitu adanya kepentingan social ekonomi yaitu adanya kepentingan sosial

untuk membantu kebutuhan sesamanya melalui zakat, infaq serta shadaqah.117

Jika penulis relevansikan pemikiran Sadr dengan ekonomi Islam, maka

kita harus memahami terlebih dahulu apa makna ekonomi Islam itu sendiri.

Dalam hal ini, penulis mengkaitkan dengan pemikir muslim masa kini semisal,

Adiwarman Karim.118 Menurutnya “…Ekonomi Islam adalah sebuah sistem

ekonomi yang menjelaskan segala fenomena tentang perilaku pilihan dan

pengambilan keputusan dalam setiap unit ekonomi dengan memasukkan tata

aturan syariah sebagai variabel independen (ikut mempengaruhi segala

pengambilan keputusan ekonomi).

Dengan demikian, segala ilmu ekonomi kontemporer yang telah ada bukan

berarti tidak sesuai dengan ilmu ekonomi Islam dan juga tidak berarti semuanya

sesuai dengan ilmu ekonomi Islam. Selama teori yang ada sesuai dengan asumsi

dan tidak bertentangan dengan hukum syariah, maka selama itu pula teori tersebut

dapat dijadikan sebagai dasar untuk membentuk teori ekonomi Islam.

117 Ibid., h.129 118 Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

2007),h.5

Page 204: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

111

Begitupun apa yang ditawarkan Sadr mengenai konsep distribusinya,

hemat penulis meskipun Sadr adalah seorang yang berlatar belakang Syiah, tetapi

tidaklah mungkin jika pemikiran beliau ditinggalkan hanya karena faktor tersebut.

Ternyata tak sedikit pemikiran beliau yang selaras dengan Ekonomi islam antara

lain seperti Zakat (Khums Pajak,, Anfal, Fay), yang bertujuan untuk mengurangi

kemiskinan dan menciptakan kesimbangan sosial.

Berbicara ekonomi Islam maka secara otomatis akan tertuju pada Al-

Qur’an dan As-Sunnah, karena keduanya merupakan rujukan utama Absolut.

Maka menurut penulis, Pemikiran Sadr tentang Konsep Distribusi diperkuat

dalam Al-Qur’an, surat Al-Hasyr, ayat 7, (“ Supaya harta itu jangan hanya beredar

diantara orang-orang kaya saja diantara kamu”) serta adanya hadist Nabi yang

menyebutkan bahwa (“diantara sebagian harta kita ada hak untuk orang lain”).

Sejalan dengan itu, maka semua teori yang dikembangkan oleh ilmu

ekonomi konvensional ditolak dan dibuang. Sebagai gantinya mazhab ini

berusaha untuk menyusun teori-teori baru dalam ekonomi yang langsung digali

dan dideduksi dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.119

Oleh karena itu, sikap umat Islami terhadap ilmu-ilmu dari Barat,

termasuk ilmu ekonomi versi “konvensional”, adalah La tukadzibuhu jamii’a,

wala tushahihuhu jamii’a (Jangan menolak semuanya, dan jangan pula menerima

semuanya). Menurut Adiwarman Karim, 120ekonom Muslim tidak perlu terkesima

dengan teori-teori ekonom Barat. Ekonom Muslim perlu mempunyai akses

119 Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

2007),h.31 120 Ibid.,h.12

Page 205: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

112

terhadap kitab-kitab Islami. Di lain pihak, Fuqaha Islami perlu juga mempelajari

teori-teori ekonomi modern agar dapat menerjemahkan kondisi ekonomi modern

dalam bahasa kitab klasik Islami.

Hal ini sejalan dengan apa yang dilakukan Sadr dalam proses pengkajian

dengan cara Ijtihad untuk menghadapi masalah-masalah kontemporer. Sadr

121mulai menampilkan beragam pendapat ahli fiqh sebagai suprastruktur (ajaran

yang bersumber dari hukum). Selanjutnya, beliau melakukan deduksi terhadap

naskah-naskah klasik tersebut menjadi prinsip-prinsip umum dalam bidang

distribusi.

Sadr 122juga mendiskusikan dua teori pendapatan dalam perspektif Islam,

yakni teori kompensasi dan bagi hasil. Pertama, seseorang berhak mendapat balas

jasa atas barang yang digunakan dalam proses produksi. Kedua, seseorang berhak

mendapat hasil dari keikutsertaannya dalam proses produksi. Sebagaimana contoh

hukum yang mengatakan, “Pekerja berhak atas buah kerjanya.” Karena itu, Islam

tidak mengakui bunga, karena pendapatan tanpa kerja bertentangan dengan

gagasan keadilan Islam.

Jadi, fokus kajian dalam distribusi pra produksi berkaitan dengan sumber

daya alam yang merupakan faktor produksi. Sedangkan pada pengkajian distribusi

pasca produksi lebih menitikberatkan pada teori pendapatan menurut Islam.

121 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected

Comparative Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.112-113 122 Muhammad Baqir As-Shadr, Iqtishaduna : Our Economics, (Teheran : WOFIS,

1983), Volume 1, Bagian Kedua, Ed.I, h.132

Page 206: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

113

2. Relevansi Konsep Distribusi Muhammad Baqir As-Shadr dengan Masa

Kini

Penulis berpendapat Krisis ekonomi di Indonesia masih belum kunjung

selesai. Pengangguran yang membengkak, kesenjangan sosial antara kaya dan

miskin, biaya pendidikan kian mahal, merebaknya kriminalitas dan maksiat, gizi

buruk, krisis energi, kelaparan yang selalu menanti di susul dengan kasus-kasus

yang menimpa daerah bencana (baik korupsi dana pembangunan) dan lain

sebagainya, merupakan indikator kongkrit yang menandakan kegagalan sistem

ekonomi konvensional kapitalis yang diusung pemerintah.

Saat ini pemerintah sepertinya semakin tidak memperhatikan rakyat. Tak

sedikit kebijakan pemerintah malah semakin membebani rakyat dan secara

langsung terus melestarikan kemiskinan. Hal ini membuktikan akibat kebijakan

ekonomi yang keliru yang kian hari makin terpuruk.

Bila sistem yang secara jelas dan realitas tidak dapat menyelesaikan

beragam problematika bangsa ini masih tetap dijaga dan dipertahankan, maka

dapat dikatakan bahwa bangsa ini sesungguhnya tiada pernah secara bijak untuk

belajar memperbaiki diri dari kesalahan.

Pemerintah harus ada solusi alternatif untuk mengganti sistem yang

dipakai saat ini dengan sistem yang lebih baik serta sesuai dengan masyarakat

Indonesia. Sistem yang paling sinkron dengan karakteristik dan kepribadian

bangsa Indonesia adalah sistem ekonomi yang berbasis pada nilai-nilai ketuhanan,

Page 207: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

114

sebab bangsa ini adalah bangsa Religiusitas yang patuh terhadap norma dan etika

agama yang dianutnya. Sistem yang dimaksud adalah sistem ekonomi Islam.123

Krisis yang bangsa kita hadapi saat ini secara bertubi-tubi dan melingkar-

lingkar sangat berkaitan dengan ketidakmampuan kita untuk merespons dampak-

dampak kapitalisme global yang berfungsi sebagai kendaraan bagi imperialisme

baru yang lebih sophisticated.124

Harus diakui bahwa pembahasan ekonomi dalam karya ini berlatar kondisi

masa lalu. Namun demikian, karena pembahasan ekonomi dalam karya ini

menyentuh dasar-dasar filsafat ekonomi dan sosial yang melibatkan relasi-relasi

yang bersifat eksistensial dan generik, maka rekomendasi yang diberikan Sadr

dengan mudah dapat diadaptasikan guna menyikapi secara cerdas realitas dan

tantangan kondisi ekonomi hegemonik masa kini.125

Pada hakikatnya, kondisi ekonomi masa kini hanya mengalami perubahan-

perubahan instrumental dari dasar-dasar ekonomi masa lalu. Kapitalisme dan

materialisme hanya berganti baju dan rupa, tetapi tidak watak dasarnya. Maka,

fatwa ekonomi Ayatullah Baqir Ash Shadr tetap relevan.126

Kenyataan yang memperihatinkan dalam kehidupan rakyat banyak di

Negeri kita ini selama tahun-tahun terakhir sungguh banyak dan susul menyusul

datangnya. Namun, yang sangat luas dampaknya adalah keterpurukan bidang

123 Miftakhus Surur, “Indonesia dan Ekonomi Syariah”, Gontor, No. 11 Th.VI (Maret

2009) : h.58 124 Ir. Sayuti Asyathri “ulasan dan komentar”, dalam Muhammad Baqir Ash-Shadr. Buku

Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, (Jakarta : Penerbit Zahra, 2008), h.23 125 Ibid. h.24 126 Ibid. h.24.

Page 208: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

115

ekonomi yang dialami sebagian besar rakyat. Memang disadari bahwa salah satu

masalah kunci dalam kehidupan umat manusia adalah masalah ekonomi.127

Prof. Dr. Mubyarto di acara memperingati Hari Kebangkitan Nasional

tanggal 20 Mei 2005 di Jakarta telah menguraikan bahwa secara ekonomi,

Indonesia kembali terjajah oleh Kapitalisme Global yang lebih sadis dan lebih

kejam ketimbang kolonialisme Belanda.

Lebih dari itu, John Perkins dalam bukunya, Confessions of an Economic

Hit Man, telah mengakui bahwa dirinya disewa oleh kekuatan Kapitalisme Global

untuk merusak dan membuat ekonomi negara-negara berkembang, termasuk

Indonesia, menjadi terjajah dan sangat bergantung pada tuan besarnya, yaitu

Kapitalisme Global.128

Konsep Baqir Ash- Shadr sangat kontekstual dengan kondisi dan

permasalahan yang berkembang di Indonesia dan negara berkembang lain yang

umumnya berpenduduk mayoritas Muslim. Di bawah pengaruh konspirasi dan

pengondisian kekuatan-kekuatan besar, isu-isu kemiskinan, kebodohan, dan

kebobrokan adalah tiga isu besar yang mendorong keterpurukan bangsa-bangsa

ini, terutama akibat penerapan sistem ekonomi yang tidak berkeadilan.129

Sebagai solusi atas fenomena dan kondisi tersebut, Muhammad Baqir Ash-

Shadr mengingatkan kita dan mengulas secara jelas Iqtishaduna : Our Economics,

yang melalui suatu pendekatan interdisipliner menjadi suatu kajian ekonomi

Islam, sehingga memberikan benang merah bagi kita bagaimana mewujudkan

127 Prof. KH. Ali Yafie “ulasan dan komentar”, dalam Muhammad Baqir Ash-Shadr. Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, (Jakarta : Penerbit Zahra, 2008), h.27

128 Ibid., h.27 129 Aries Muftie, SH. SE. MH “ulasan dan komentar”, dalam Muhammad Baqir Ash-

Shadr. Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, (Jakarta : Penerbit Zahra, 2008), h.19

Page 209: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

116

maqashid berdasarkan prinsip-prinsip yurisprudensi Islam (ushul fiqh). Dengan

demikian, aktivitas dan sistem ekonomi yang kita gunakan akan kita kembalikan

kepada tujuannya untuk kesejahteraan seluruh manusia.130

Implikasinya dapat dilihat dari munculnya fakta disparitas (kesenjangan)

antara yang kuat dan yang lemah pada berbagai sektor kehidupan, dan munculnya

tiga isu : kemiskinan, kebodohan, dan kebobrokan, akibat implementasi sistem

ekonomi yang tidak menganggap penting faktor iman, jiwa, akal dan keturunan.

Eksploitasi alam, penjajahan ekonomi, peperangan bisnis, dan segala aktivitas

ekonomi lainnya menjadi suatu alat penumpukan kekayaan dan pemenuhan

kepentingan golongan, tanpa mempertimbangkan dampaknya pada publik atau

umat, serta pelestarian alam untuk para keturunan kita.131

Sistem ekonomi yang selama ini dikenal dan diimplementasikan di dunia

dalam perjalanan sejarahnya semakin lepas dari perspektif moral dan pranata

sosial-budaya. Perkembangannya menjadi segmentatif dan mikro, sehingga hanya

bisa menjelaskan secara parsial fenomena-fenomena kemasyarakatan yang ada.132

Selama ini sistem Perbankan Syariah hanya merupakan duplikasi sistem

perbankan konvensional yang menganut sistem Ribawi yang mengandung unsur

gharar, tidak adil, dan mengancam nilai-nilai Islam yang mulia. 133

Misalnya, sistem bagi hasil yang di praktikkan Bank Syariah sekarang ini,

masih mengandung unsur Ribawi. Jika seorang calon nasabah akan membuka

account di bank syariah dan bertanya berapa bagi hasil yang akan di terima, maka

130 Ibid., h.19 131 Ibid., h.20 132 Ibid., h.19-21 133 Zaim Saidi, “Prakteknya Masih Mengandung Ribawi,” Suara ISLAM, 20 Maret – 3

April 2009, h. 9.

Page 210: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

117

dengan tanpa ragu-ragu si petugas Bank Syariah menunjukan prakiraan

besarannya dengan mengacu daftar bagi hasil beberapa bulan yang lalu dalam

brosur di Bank Syariah bersangkutan.

Kenapa sistem bagi hasil di prediksi besarannya ? bukankah bagi hasil

adalah sistem bagi untung atau rugi berdasarkan akad kejujuran yang tidak bisa di

prediksi seperti bunga bank ? kalau bagi hasil di prediksi, berarti ada semacam

“janji” yang artinya tidak beda dengan sistem bunga.

Selain itu,134 selama ini perbankan syariah lebih banyak “main” pada suku

bunga di Bank Indonesia (BI) yang sangat kental dengan praktik Ribawi. Berapa

persen dana perbankan syariah yang di salurkan melalui pembiayaan sektor riil ?

contoh lain, apakah sistem murabahah yang di praktikkan juga sudah benar-benar

pure berjalan sesuai dengan muamalah Islam ? bagaimana dengan sistem

pembiayaan perbankan syariah pada sektor riil ?

Meski sekarang diakui sistem ekonomi kapitalis liberalis sedang

mengalami kebangkrutan menyusul krisis ekonomi global, namun masih

memerlukan waktu cukup lama antara 10-20 tahun bagi sistem ekonomi Islam

(syariah) untuk menggantikannya. Pasalnya,135 harus memerlukan kepercayaaan

dari Dunia Barat yang masih berpedoman pada kapitalis dan liberalis, di mana

perlu di yakinkan sesungguhnya sistem ekonomi Islam jauh lebih baik dan lebih

menjanjikan keuntungan finansial bagi mereka.

Dunia Islam harus memberi penyadaran dan pencerahan pada Dunia Barat

untuk menggunakan sistem Ekonomi Syariah yang non Ribawi, untuk

134 Ibid., h. 9. 135 Aviliani, “Perlu Waktu Lama Ekonomi Islam Menggantikan Ekonomi Kapitalis,”

Suara ISLAM, 20 Maret – 3 April 2009, h.9

Page 211: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

118

menggerakkan ekonomi mereka yang masih berdasarkan pada bunga (riba).

Pasalnya selama ini sistem ekonomi Barat memiliki kepentingan dan resiko,

sedangkan semua pelaku ekonomi tidak ingin beresiko dalam menjalankan

usahanya. Mereka hanya menginginkan keuntungan tanpa bersedia menanggung

resikonya. Sedangkan dalam sistem ekonomi syariah, antara resiko dan

keuntungan akan ditanggung secara bersama (mudharabah).136

Mari kita cermati peta zakat di era Indonesia Mazhab Neo Liberal

sekarang ini. Di mana, seperti di beberkan Amien Rais137 dalam bukunya Agenda

Mendesak Bangsa Selamat-kan Indonesia, kekayaan alam Indonesia mayoritas

sudah di kuasai asing. Ironisnya, itu semua seizin rezim-rezim penguasa

Indonesia, melalui amandemen UUD 45 yang melahirkan regulasi semacam UU

penanaman modal, UU Sumber Daya Air, UU Kelistrikan, UU Badan Hukum

Pendidikan, dan UU Minerba. Policy inilah yang menciptakan kemiskinan

struktural.

Dana Zakat dapat dilihat dalam tabel berikut :138

Penerimaan ZIS konter BAZNAS tahun 2002 -2007 (ribuan Rp.)

Penerimaan/thn 2001 – 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Zakat 444,035 1,311,834 2,229,070 2,536,110 4,825,502 8,307,941 Infak & Sedekah 275,973 483,372 579,920 28,589,846 13,023,956 6,029,927 Infak Operasional 70,035 552,542 293,890 180,845 627,203 254,149 Infak Pemerintah 131,005 352,325 119,836 100,000 1,550,000 - Jumlah 921,048 2,700,073 3,222,716 31,406,801 20,026,661 14,592,017

136 Ibid., h.9 137 M. Amien Rais, Agenda Mendesak Bangsa Selamatkan Indonesia, (Yogyakarta :

PPSK Press, 2008). h.255-263 138 Tim BAZNAS, Data kuantitatif Baznas, di akses pada juni 2010 pukul.18:52 dari

http://www.baznas.or.id/laporan

Page 212: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

119

Grafik Penerimaan ZIS konter BAZNAS139

Dari grafik tersebut terlihat bahwa ada kenaikan dana zakat yang terhimpun, meskipun ada penurunan dana infak shadaqah sehingga total penerimaan ZIS menurun. Penerimaan dana infak shadaqah tahun 2005 melonjak tinggi meningkat tajam merupakan penerimaan terbesar karena adanya bencana tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam pada akhir Desember 2004 telah meningkatkan kepedulian masyarakat Indonesia untuk berbagi. Terlihat dari penerimaan dana infak tahun 2005 yang melonjak cukup tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tahun 2006, gempa bumi yang melanda Yogyakarta dan sekitarnya juga telah mendorong masyarakat untuk berinfak.

Sesuai dengan fungsi koordinatifnya, BAZNAS juga mencatat penerimaan ZIS

dari jaringannya yang terdiri dari Unit Pelayanan Zakat (UPZ), Badan Amil Zakat

Daerah dan lembaga amil zakat. Meskipun baru sebagian yang dapat

139 Tim BAZNAS, Grafik Penerimaan ZIS konter Baznas, di akses pada juni 2010

pukul.18:52 dari http://www.baznas.or.id/laporan

Page 213: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

120

dikoordinasikan, namun alhamdulillah dari data ini dapat digambarkan

pertumbuhan penerimaan dana ZIS di Indonesia.

Penghimpunan ZIS BAZNAS dan Jaringan BAZNAS tahun 2002-2007140

Penerimaan ZIS (Ribuan Rp.) NO NAMA LEMBAGA 2002 2003 2004 2005 2006 2007

I BAZNAS (konter) 921.048 2.700.073 3.322.092 31.406.810 20.026.660 14.592.016

II UPZ BAZNAS *)

- - - - 8.289.356 12.308.613

III BAZDA Prov*) 11.589.000 14.177.504 18.412.132 30.301.714 114.406.553 102.629.312

IV LAZ *) 55.680.209 68.405.946 128.354.888 233.986.019 230.613.161 219.412.453

TOTAL 68.391.097 85.283.523 150.089.112 295.592.403 373.173.447 361.333.307

*) sebagian data

Menurut Dawam Raharjho,141 Tingkat perkembangan itu sudah tentu

masih jauh dari memuaskan, karena zakat belum berperan besar dalam pemecahan

masalah-masalah sosial ekonomi. Persoalannya adalah pertama, bagaimana bisa

140 Tim BAZNAS, Penghimpunan ZIS BAZNAS dan Jaringan BAZNAS 2002-2007, di

akses pada juni 2010 pukul.18:52 dari http://www.baznas.or.id/laporan

141 M. Dawam Rahardjo, “Peran zakat dalam mengatasi masalah sosial ekonomi”, Bulletin UIN Syarif Hidayatullah, disampaikan pada workshop “Peran Perguruan Tinggi Islam dalam Pengelolaan Zakat”, 1 – 2 juni 2003. h.28

Page 214: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

121

menghimpun dana dalam jumlah besar yang terkonsentrasi tetapi juga

terdesentralisasi.

Sebab selama ini zakat itu tidak dikumpulkan melainkan langsung di

distribusikan oleh muzakki kepada perorangan, walaupun sebagian juga

dikirimkan kepada organisasi-organisasi yang menyebarkan surat permohonan

zakat. Kedua adalah bagaimana dana zakat bisa di distribusikan, sehingga secara

efektif ikut memecahkan persoalan sosial ekonomi.142

Monopoli pemerintah atas pengelolaan zakat, ternyata tak berlaku untuk

semua jenis objek zakat. Menurut para fuqaha, harta zakat yang wajib di kelola

pemerintah adalah yang nampak (al-amwal azh-zhahirah). Yakni zakat binatang

ternak (zakat al-mawasyi) dan pertanian serta buah-buahan (zakat al-zuru’ wa ats-

tsimar).143

Mengenai pelaksanaan zakat, Sadr144 memandang hal ini merupakan tugas

sebuah negara. Selain itu, beliau juga mendiskusikan khums, pajak, fay’, dan

anfal, yang dapat dikumpulkan dan dibelanjakan untuk mengurangi kemiskinan

dan menciptakan keseimbangan sosial.

Salah satu poin menarik yang Sadr ciptakan145 adalah fokus eksklusif

kepada kaum miskin. Target Sadr adalah terciptanya keseimbangan sosial dengan

tidak mengarah pada keseimbangan standar hidup antara si miskin dan si kaya.

Para sarjana muslim setuju bahwasanya harus ada standar kehidupan tertentu yang

dapat mempertimbangkan standar minimum. Pengaturan mengenai standar ini

142 Ibid., h.28 143 “ Haruskah LAZ Berplat Merah,” Suara ISLAM, 20 Maret – 3 April 2009, h. 12. 144 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga

Kontemporer, (Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005), h. 257 145 Ibid., h.257-258

Page 215: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

122

tidak berarti berhenti untuk mengurangi jarak atau jurang standar kehidupan.

Sebab seseorang mempunyai kesamaan standar hidup.

Namun yang terpenting, menurut penulis ini harus diterapkan secara

menyeluruh, tidak secara parsial. Sebab,146 Islam akan jaya jika di praktekkan

pada seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam perekonomian. Jadi kehadiran

Islam bukan hanya di Masjid saja, tetapi juga di bisnis, kantor, kampus dan

sebagainya. Dengan demikian, karena umat Islam Indonesia mayoritas, maka

sistem perbankan syariah, haji, zakat, wakaf dan waris perlu di buat peraturannya

melalui undang-undang agar lebih memasyarakat.

Hemat penulis, Ini sangat relevan jika di terapkan, sistem ekonomi syariah

dapat menjadi solusi bagi kemunduran perekonomian sistem kapitalis dan liberalis

yang sedang menuju pada resesi, dengan adanya krisis ekonomi global sekarang

ini.

Dengan adanya fenomena krisis saat ini dan makin terlihatnya berbagai

keunggulan ekonomi Islam diatas, mudah-mudahan pemerintah bersedia

menjadikan ekonomi Islam sebagai dasar dalam menentukan kebijakan-kebijakan

ekonomi kedepan. Semoga Allah SWT membukakan pintu berkah dari langit dan

bumi Indonesia atas ketaatan tersebut.

C. Analisa Penulis

146 M. Syafi’i Antonio, “Sistem Syariah juga diterima Kalangan Non Muslim,” Suara

ISLAM, 20 Maret – 3 April 2009, h. 9.

Page 216: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

123

Untuk mempermudah pemahaman pembaca budiman, penulis sajikan

ringkasan konsep distribusi Sadr147 melalui ilustrasi sebagai berikut :

Metodologi dan Ruang Lingkup Sadr

Harus dijalankan dalam semua sistem Islam

(a) Ekonomi Islam---------------Studi interdispliner

Ekonomi Islam adalah sebuah pemikiran yang membahas isu-isu ekonomi yang berkenaan dengan sebagai usaha memahami sumber-sumber keadilan yang dimiliki

Pertanyaan ‘apa yang mesti’ Bukan fiqh mu’amalat

Muncul karena konflik kepentingan pribadi dengan kepentingan sosial

(b) Masalah Ekonomi Solusi dalam agama Mungkin untuk memelihara

satu sistem distribusi meskipun cara / bentuk produksi yang bervariasi

hukum yang berkaitan dengan ekonomi perlu Ijtihad untuk menghadapi proses ‘penemuan’ al-Qur’an dan Sunnah masalah-masalah kontemporer sebagai contoh ajaran yang (c) Metodologi keadilan dan ucapan para bersumber dari Imam Syi’ah tidak buta hanya mengikuti hukum-hukum satu hukum

perlu analisis yang bebas dari pemikiran barat dan pandangan dunia

Asumsi Dasar Sadr

bagian dari ummah

Orang Islam percaya akan ghaib dan akhirat - rasionalitas berbeda dengan orang ekonomi

pengawasan dalam diri

viecegerency panggilannya untuk tugas, tanggung jawab, pertanggung jawaban dan keadilan, membawa kearah kerjasama

Asumsi dasar

pembatasan terhadap kebebasan individu adalah hal yang wajar

147 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected

Comparative Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.126-129

Page 217: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

124

kepemilikan pribadi, umum dan pemerintah (Negara) muncul secara bersamaan.

Keutamaan sistem ekonomi Islam Sadr

memberikan

kepemilikan kepada individu berdasarkan pada pekerjaan dan kebutuhan

hubungan property terutama kepemilikan Negara kepemilikan pribadi

dibatasi untuk mendapatkan hak prioritas penggunaan dan penggunaan sendiri

pemerintah menggalakan

keadilan Keutamaan memastikan distribusi

dan sumber daya alam pembuat keputusan dan alokasi sumber daya pengalaman agama dan

sosial, pemerintah Islam dengan dinamisme dan Ijtihad

memastikan keadilan sosial dengan menyediakan

standar hidup yang seimbang untuk semua

jaminan sosial;

ditunjukan hanya untuk kemiskinan relatif larangan riba (bunga) dan semua bentuk eksploitasi implementasi zakat dan pajak lainnya termasuk khums, kharaj, fay, anfal -

Untuk mengurangi Kemiskinan.

Page 218: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

125

Distribusi

kerja seseorang memiliki hak memanen tapi memiliki hasil hasil panen dari buruhnya (a) Distribusi pendapatan/kekayaan faqir kebutuhan redistribusi untuk mencapai standar hidup yang seimbang miskin tanah (dan sumber alam lainnya) tersedia bagi semua melalui pemerintah hak memanen dari prioritas penggunaan dapat dicapai melalui kerja dan kebutuhan (b) Pre-produksi buruh ekonomi adalah sumber kepemilikan dari kepemilikan pribadi buruh ekonomi adalah sumber kepemilikan dari buruh produk membatasi penyewaan dan bagi hasil (bagi ‘pemilik tanah’ sehubungan dengan batasan ukuran dari saham tanah)

memiliki hasil panen dari buruhnya

orang (buruh) adalah faktor utama dari produksi dapat menyewa pekerja lain dan

membayar upah dalam keadaan tertentu

mengganti kerugian pemilik dari factor produksi lainnya

buruh – upah atau saham laba tanah – sewa atau lahan garapan (c) Post-produksi faktor produksi modal – bagian keuntungan pengusaha – bagian keuntungan resiko dan inflasi resiko dan inflasi bukan merupakan alasan yang benar untuk mengembalikan

modal uang yang dipinjamkan

Sebelum penulis menganalisa konsep distribusi menurut Baqir Sadr,

berdasarkan analisis penulis, bahwa konsep distribusi menurut Baqir Sadr

dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor pendidikan, politik dan

kondisi pada masa hidup beliau, dan faktor latar belakang dan riwayat hidup tokoh

ini.

Sadr juga seorang akademisi. Di samping itu, Sadr melengkapi

pengetahuannya dengan mendalami filsafat, teologi, sejarah, budaya,

Page 219: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

126

kepemerintahan, politik dan ekonomi. Penguasaannya terhadap ekonomi dan

filsafat terbukti dalam karyanya yang monumental, seperti Iqtishaduna (Ekonomi

Kita) dan Falsafatuna (Filsafat Kita). Maka tidaklah mengherankan kalau

pemikiran Sadr dalam bidang ekonomi bercorak ekonomi normatif.

Selain itu, sikap politik Sadr yang konfrontatif terhadap Pemerintah juga

ikut mempengaruhi corak pemikiran dalam konsep-konsepnya.

1. Metodologi dan Ruang Lingkup Sadr

Sadr melihat sistem ekonomi Islam sebagai bagian dari sistem Islam

keseluruhan dan menuntut agar dipelajari sebagai satu interdisiplin yang utuh.

Bersama-sama dengan anggota masyarakat yang membentuk agen-agen dari

sistem tersebut. Ia mengemukakan bahwa pandangan dunia Islam perlu untuk

dipelajari dan dipahami. Sebelum melakukan satu analisa yang bermanfaat dari

sistem ekonomi Islam Dalam pendekatan holistik ini, Sadr mendiskusikan

pemikiran ekonominya. dia melihat orang yang mempunyai dua hal yang

berlawanan dengan bunga, misalnya personal dan sosial. Kemunculan berbagai

masalah dan Sadr melihat solusi ada didalam agama: karenanya, peran agama

yang sangat penting di dalam sistem ekonomi Islamnya. Menurut Sadr, Agama

selalu dipegang suci oleh kaum Muslim, berbeda dengan barat sekuler dan bersifat

fundamental dalam menentukan bunga yang sah dari orang demikian pula dalam

menentukan batas permintaan.148

148 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected

Comparative Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.111-112

Page 220: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

127

Walaupun Sadr mengakui bahwa pendekatannya adalah satu hal yang

berkaitan dengan hukum, dia tidak mempertimbangkan ekonomi Islam untuk

menjadi setara dengan Fiqh Mu’amalat (hukum yang berkenaan dengan transaksi)

atau hukum yang berkenaan dengan hak milik. Dia melihat pemikiran ekonomi

Islam sebagai fondasi agar membentuk hukum yang berkenaan dengan ekonomi.

Hukum ini menurut Sadr, adalah ditentukan dan dengan referensi bagi teori-teori

dan konsep-konsep dimana pemikiran itu digambarkan. Dalam hal ini, Sadr

percaya bahwa ada satu sistem ekonomi yang seluruhnya tercipta dan

terselesaikan, walaupun mungkin tidak secara tegas disebut dalam sumber Islam

(sebagai contoh dalam Qur’an dan Sunnah dan fatwa-fatwa imam Syi’ah).

Karenanya Sadr terus maju dengan proses penemuannya. Dalam proses

penemuannya, semua hukum ekonomi dan perintah pengadilan, bersama-sama

dengan banyak konsep yang berhubungan dengan ekonomi dan masyarakat

(seperti vicegerency, keadilan, property, ibadah, dan lainnya), adalah mempelajari

bersama-sama dan kemudian digunakan untuk menemukan pemikiran ekonomi.

Dengan kata lain, sesudah hukum terkumpulkan, fondasi pemikiran dari hukum

ini ditemukan dalam sumber Islam. Ada juga suatu kebutuhan untuk ijtihad

(tuntutan intelektual independent), yang mana Sadr melihatnya sebagai kebutuhan

untuk mengisi kekosongan antara prinsip permanen dan hukum fleksibel, untuk

menentukan batas dari permintaan dan untuk mengorganisir, secara teoritis,

hukum dan konsep masuk kedalam suatu kesatuan utuh. Hal ini mendasari area

fleksibel dalam ekonomi Islam.149

149 Ibid., h.112

Page 221: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

128

Panggilan Sadr untuk membawa ijtihad membawa ke garis terdepan peran

dari mujtahid (ahli hukum independen), yang mana sebuah opini dianggap sebagai

yang dapat diotorisasi. Bagaimanapun Sadr cepat untuk memperingatkan masalah

subjektifitas, harusnya membebaskan intelektual ini diperlebar secara jauh,

karenanya menyimpang dari sumber dan konteks aktual. Oleh karena itu,

panggilannya meminta untuk sebuah pernyataan intelektual yang berkualitas,

harus didalam batas-batas pertentangan yang diizinkan.150 Didalam ikatan ini, kita

bisa kemudian mengatakan Sadr itu memungkinkan kemungkinan dari opini-opini

yang barvariasi terhadap berbgai hal ekonomi, semua menurut hukum dan

bersumber dari Qur’an, Sunnah dan ucapan para Imam. Sebenarnya, kemampuan

ini untuk menerima opini dari berbagai mujtahidin adalah bagian dari metodologi

yang diadopsi oleh Sadr. Karena satu Mujtahid tidak benar dan tidak jujur dalam

pertimbangan, Sadr menyukai fleksibilitas ini, dari pada kepatuhan dogmatis

kepada opini satu mujtahid.151

2. Asumsi Dasar Sadr

Sadr tidak menerima pemikiran orang ekonomi agar supaya cocok

dengan sistem ekonomi Islam. Sebagai penggantinya, kita mempunyai orang

Islam, seorang individu yang melihat dirinya sebagai bagian dari ummah, yang

termotivasi oleh kepercayaan (anggapan) dan praktek religius. Tidak seperti

para ekonom konvensional, Ekonom Muslim percaya akan dunia ghaib atau

150 Pada poin ini, ada ruang untuk tidak setuju dengan Katouzian (1984) yang

menafsirkan pandangan Sadr dalam Ijtihadnya sebagai suatu hubungan dengan ukuran sewenang-wenang dari pemerintahan Shi’i, bahkan jika hal ini bertentangan dengan hadits nabi dan fatwa imam Shi’i 151 Ibid., h.113

Page 222: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

129

spiritual, karenanya membuat dia lebih sedikit untuk dihubungkan kedunia

materi. Hasil ini dalam arti yang berbeda dari sebuah rasionalitas dan perilaku

rasional. Tidak seperti dengan para ekonom konvensional, motivasi adalah

kepuasan pribadi yang utama, para ekonom Muslim juga diarahkan oleh

‘pengawasan dari dalam’. Konsep dari vicegerency dan keadilan meminta

tugas, tanggung jawab dan pertanggung-jawaban, yang menyiratkan batasan

tertentu terhadap satu kebebasan individual. Bagi Sadr, tidak ada pernyataan

dari perasaan yang digumamkan oleh pembatasan-pembatasan ini karena suatu

kebebasan, dan karenanya perilaku rasional harus dilihat dalam konteks

kerangka sosial orang-orang Muslim, desakan dari individu untuk bertindak

seperti para ekonom rasional dapat dipertimbangkan sebagai suatu yang tidak

masuk akal. Sebagai contoh, kelebihan bunga (riba) dalam pinjaman uang

tidak dapat diterima orang Islam, tetapi dengan orang ekonom biasanya, itu

akan menjadi cara paling mudah untuk mendapatkan pendapatan.152

Sadr juga tidak mempercayai pemikiran dari ‘keselarasan bunga’ ,

yang mendasari penekanan sistem kapitalis terhadap ‘kebebasan individual’.

Dia tidak menerima pandangan bahwa kesejahteraan masyarakat akan

meninggi jika para individu sibuk memenuhi keinginan individual mereka,

dan cukup melihat hal seperti ini sebagai awal pembentukan permasalahan

ekonomi sosial. Daripada tergantung pada keadaan Negara untuk

menyediakan penyesuaian antara kepentingan pribadi dan kesejahteraan

masyarakat, Sadr memberikan agama peranan yang penting. Ada peran untuk

152 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected

Comparative Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.113

Page 223: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

130

pasar dan ada sebuah tempat untuk Negara tetapi jauh lebih penting lagi, ada

pengaruh penolakan dan panduan agama dalam sistem ekonomi Sadr.153

Implikasi yang lebih penting dari pandangan Islam terhadap kebebasan

adalah konsekuensinya untuk hak Kepemilikan. Sadr mengkritik yang

membandingkan dan merendahkan sistem ekonomi Islam, baik kapitalisme

atau sosialisme atau suatu percampuran sistem, tanpa berusaha untuk

memahami pandangan dunia Islam serta bagaimana nilainya menentukan

pandangan sendiri yang unik mengenai kepemilikan. Dia mengajarkan bahwa

Islam itu secara bersamaan menetapkan bentuk ynag berbeda dari

kepemilikan, misalnya. Pribadi, publik dan pemerintah, masing-masing

bekerja dalam batasan-batasanya sendiri, sebagai bentuk dari kepemilikan dia

menegaskan, adalah satu ekspresi dari satu perencanaan agama yang murni.

yang terletak didalam satu kerangka nilai dan makna yang khusus.154

Apa yang coba dikatakan oleh Sadr bahwasanya dalam mendiskusikan

ekonomi Islam, kita harus membebaskan diri-diri kita dari kerangka pemikiran

dan pengaruh orang-orang barat, dan yang menjadi dasar dari opini kita adalah

sesuai dengan pandangan kita. Ini tentu saja tidak akan ditentang oleh para

cendikiawan Muslim dan sejak Sadr mempertahankan dari awal bahwa dia

hanyalah mengamalkan pertanyaan ‘apa’, dia memulai untuk membangun

sistem ekonomi Islam dalam kerangka tersebut. Sebagaimana yang telah

dikerjakan Mannan dan Siddiq, untuk mendiskusikan ‘pengetahuan tentang

Ekonomi’ (sesuai dengan definisi Sadr) dan dalam pelaksanaannya, mereka

153 Ibid., h.113-114 154 Ibid., h.114

Page 224: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

131

menerima analisis neo-klasikal. Ini juga yang Naqvi dan yang lainnya, seperti

Sadr telah kupas. Mereka merasa bahkan dalam pengetahuan tentang ekonomi,

kita harus membangun kerangka analisis kita sendiri. Sadr, tentu saja tidak

memposisikan dirinya dalam garis ini karena dia menghindari semua isu ilmu

pengetahuan. Baginya, pandangan dunia Islam dan kerangkanya, bersama-

sama dengan moral dan dimensi spiritualnya, yang membedakan sistem

ekonomi Islam dengan semua sistem lain. Bagaimanapun juga tidak

mendiskusikan pengetahuan tentang ekonomi, meninggalkan kemandegan

dalam pandangan Sadr, kemandegan yang harus ditangani oleh ahli ekonomi

Islam.155

3. Keutamaan Sistem Ekonomi Islam Sadr

Adanya Karakteristik Sistem Ekonomi Islam,156 di antaranya :

A. Hubungan kepemilikan

Sadr memandang Sistem Ekonomi Islam mempunyai perbedaan bentuk

dari kepemilikan bersama. Sadr menjelaskan bentuk kepemilikan ini

dibawah pemimpin-pemimpin berikut ini :

a. Kepemilikan pribadi

b. Kepemilikan umum

i) Kepemilikan pribadi

ii) Kepemilikan pemerintah

155 Ibid., h.114 156 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected

Comparative Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.114

Page 225: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

132

Bagi Sadr, kepemilikan pribadi dibatasi untuk memetik hasil hak,

prioritas penggunaan dan hak untuk menghentikan yang lain dari

penggunaan kepemilikan orang. tidak ada beberapa hal seperti

kepemilikan aktual kepada seorang individu. dalam hal ini pandangan Sadr

serupa dengan Teleghani, yang berbeda antara kepemilikan (adalah Allah

sendiri) dan milik (yang mungkin menjadi diizinkan kepada individu).157

Perbedaan antara kepemilikan masyarakat dan pemerintah yang

paling mendasar adalah didalam penggunaan beberapa property.

Sementara ‘Properti Umum’ harus digunakan untuk kemaslahatan

masyarakat (rumah sakit, sekolah, dan sebagainya), property pemerintah

tidak hanya dapat digunakan untuk kemaslahatan bersama, tetapi juga

untuk masyarakat bagian tertentu, jika negaranya terpecah. Walaupun

Katouzian (1983) menemui itu sulit untuk membuat pengertian

operasional dari perbedaan ini benar-benar mencegah dari monopoli total

dari keputusan pemerintah. Selain itu, meskipun kepemilikan Negara

adalah norma dalam pembagian Sadr mengenai sumber alam, kepemilikan

pribadi dapat dicapai dengan cara bekerja atau karyawan, dan kaitannya,

akan hilang jika pekerjaannya berhenti.158

Menarik untuk dicatat bahwasanya Naqvi dan Teleghani (meskipun

pandangan mereka tidak tegas atau tetap) menekankan kepemilikan

bersama (kolektif) dan kepemilikan masyarakat berturut-turut, Sadr

meletakan hampir seluruh kepercayaan terhadap kepemilikan pemerintah

157 Ibid., h. 115 158 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected

Comparative Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.115

Page 226: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

133

(Negara), karenanya Nampak menempatkan otoritas lebih besar ditangan

pemerintah (wali amr).159

B. Membuat keputusan, Alokasi Sumber Daya dan Kesejahteraan Umum:

Peran dari sebuah Negara

Sangat jelas fakta bahwasanya kepemilikan pemerintah

mendominasi sistem ekonomi Sadr, mendemonstrasikan peran yang sangat

penting dari sebuah Negara. Negara, direpresentasikan oleh wali- amr

mempunyai tanggung jawab yang besar untuk memastikan keadilan itu

berlaku. ini yang dicapai berbagai fungsi:

a. Distribusi dari sumber alam kepada individu berdasarkan pada

kesediaan dan kapasitas mereka untuk bekerja.

b. Pelaksanaan yang tepat sesuai dengan undang-undang yang sah

didalam penggunaan sumber-sumber daya.

c. Memastikan keadilan sosial.

Ketiga fungsi pemerintah tersebut sangat penting karena konflik

yang dapat muncul sehubungan dengan perbedaan alami didalam kapasitas

individual (intelektual dan fisik). Sehubungan dengan perbedaan ini,

pendapatan akan berbeda dengan terciptanya kelas ekonomi. Karena itu,

pemerintah harus menyediakan keadilan satu standar hidup untuk semua

(daripada persamaan pendapatan). Dalam hal ini, pemerintah juga

dipercayakan untuk tugas didalam menyediakan jaminan sosial untuk

semua. Menurut Sadr, dapat dicapai dengan menggalakkan persaudaraan

159 Ibid., h. 115

Page 227: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

134

(lewat pendidikan) diantara para anggota masyarakat dan melalui

kebijakan pembelanjaan publik. Dengan investasi pada sektor publik

secara spesifik dapat membantu orang miskin. dan dengan cara mengatur

kegiatan ekonomi untuk memastikan kewajaran dan praktek yang berlaku,

bebas dari eksploitasi.160

Perlunya untuk memastikan keadilan sosial dan jaminan keamanan

untuk semua didasarkan pada prinsip bahwasanya semua sumber alam dan

hasilnya harus dinikmati oleh semua orang. Pemerintah, tetap

mempercayakan dengan kepemilikan, adalah batasan tugas untuk

meyakinkan ini dengan membantu siapa saja yang tidak membantu diri

mereka sendiri.161

Terakhir, pemerintah atau lebih tepat wali amr, dipercaya untuk

menciptakan kedinamisan dalam menafsirkan teks sesuai dengan zaman

sekarang ini. Dalam konteks ini adalah tugas para mujtahidun dan secara

tidak langsung Sadr memandang mujtahidun sebagai pemerintah.

Maksudnya tiap pemerintah memiliki ahli hukum atau pemerintah

mempunyai beberapa bentuk dewan penasehat yang senior.162

C. Larangan Riba dan Pengamalan zakat

Cukup aneh, Sadr tidak mendiskusikan riba seperti yang orang

harapkan. Selain daripada itu, penafsirannya mengenai Riba dibatasi hanya

160 Ibid., h.115-116 161 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected

Comparative Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.116 162 Ibid., h.116

Page 228: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

135

pada diskusi tentang bunga dan modal uang . Dalam hal ini, Taleghani dan

Naqvi menyediakan diskusi yang komprehensif mengenai isu ini.163

Mengenai pelaksanaan zakat, Sadr melihatnya sebagai tugas dari

pemerintah. Bersamaan dengan zakat, Sadr juga mendiskusikan khums, fay

dan anfal, demikian pula pajak lain yang dapat dikumpulkan dan

dibelanjakan untuk tujuan pengentasan kemiskinan serta untuk

menciptakan keadilan sosial.164

Bagaimanapun, poin yang menarik dimana Sadr sendiri

memfokuskan pada kemiskinan yang relatif. Walaupun kita dapat

menyetujui bahwa kemiskinan relatif adalah satu konsep yang penting

terutama dalam sasaran keadilan sosial Sadr, argumentasinya dimana

menentukan tingkat kemiskinan absolut – atau sebagai dia tetapkan,

‘ditetapkan’ tingkat kemiskinan, tidak akan perlu mendorong keadilan

standar hidup antara orang miskin serta kaya adalah lemah. Para

Cendikiawan Muslim setuju bahwasanya harus ada satu standar hidup

dasar tertentu yang dapat mempertimbangkan standar minimum bahwa

setiap manusia adalah dijamin. pengaturan standar ini tidak menghentikan

kita dari proses untuk mengurangi kekosongan didalam standar hidup

seperti yang diusulkan Sadr. inti dari Sadr oleh karenanya tidak dapat

diterima, akan menjadi situasi yang aneh dimana suatu Negara yang sangat

miskin tidak mampu menyediakan keperluan-keperluan yang paling

mendasar bagi orang-orang, tidak akan dipertimbangkan sebagai akibat

163 Ibid., h.116 164 Ibid., h.116

Page 229: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

136

kemiskinan yang melanda, sebagai alasan sederhana bahwa semua orang

mempunyai standar hidup yang sama.165

4. Distribusi

a. Kepemilikan pemerintah adalah jenis dari kepemilikan yang paling

sering, walaupun memetik hasil hak adalah dapat dicapai dari

pemerintah.

b. Kepemilikan pribadi diizinkan hanya dalam jumlah situasi yang

terbatas166 :

i. Tanah tanaman dimana orang menerima Islam dengan sukarela

(Islam lewat da’wah)

ii. Jika menetapkan dalam perjanjian (hanya untuk tanah tanaman)

iii. Mineral yang tersembunyi yang memerlukan usaha, dan hanya

untuk sejumlah mineral yang tergali serta area yang tepat dari

pertimbangan

iv. Kekayaan lain, misalnya. melalui satu pekerjaan atau tenaga kerja

seperti menangkap burung, memotong kayu bakar, dan sebagainya.

c. Kepemilikan pribadi dibatasi untuk memetik hasil hak, prioritas

menggunakan dan hak untuk mencegah yang lain dari peningkatan

atau menggunakan property dalam satu kepemilikan.

d. Untuk mineral dan air, individu diizinkan untuk menggunakan apa

yang mereka butuh.

165 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected

Comparative Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.116-117 166 Ibid., h. 117-120

Page 230: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

137

Dua permasalahan mungkin muncul mengenai pandangan Sadr

tentang kepemilikan dan hubungannya untuk hak distributif. Pertama,

permasalahan keterkaitan. Sejalan dengan Taleghani, Klasifikasi Sadr

menjadi dasar dimasa lalu, ketika Islam meluas; orang-orang akan

mengatakan ini adalah pandangan yang ketinggalan zaman. Bagaimana

pun terhadap inspeksi, masalah ini relevan mungkin sejak pertama kali

nampak. Mari kita ambil Malaysia sebagai satu contoh untuk

menggambarkan klasifikasi Sadr. Semenjak orang-orang Muslim di

Malaysia masuk Islam dengan sukarela, Malaysia akan muncul dibawah

kategori daratan dari perjanjian, Semua daratan ditanami oleh manusia

pada waktu itu akan diakui milik pribadi lain halnya hutan dan daratan

mati (barang sisa atau tak serasi) akan menjadi property pemerintah,

dengan memetik hasil hak dapat dicapai. lagi pula, penafsiran Sadr tentang

kepemilikan pribadi adalah satu yang sangat terbatas, dan karenanya tidak

sangat berbeda dari memetik hasil hak. Oleh karena itu, Klasifikasi Sadr

tidak sekuno seperti yang Nampak.167

Kedua, mungkin masalah yang lebih penting sehubungan dengan

ukuran perizinan dari hak untuk daratan. Sadr mengusulkan batasan

terhadap ukuran property. untuk hal ini, kita harus meneruskan teori

distribusi pra-produksinya. Dari struktur bagian atas (bangunan bagian

atas) atau ajaran hukum, Sadr melanjutkan lagi untuk menemukan

pemikiran atau teorinya. Cukup sederhana, teorinya mempunyai aspek

167 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected

Comparative Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.120

Page 231: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

138

positif dan aspek negatif. Sisi negatif mengatakan bahwa tanpa tenaga

kerja, tidak ada hak kekayaan pribadi. Sisi positif menyatakan

kesimpulannya, misalnya. Tenaga kerja adalah sumber hak dan property

yang cocok dalam kekayaan alami. Sadr lebih lanjut menyeleksi bahwa

karyawan dilibatkan mesti ada jiwa seorang karakter ekonom, seperti

melibatkan pemanfaatan dan laksanakan dengan paksaan. Bagaimanapun

dalam bagian ekonomi, tenaga kerja memberikan bermacam-macam

tingkatan hak tergantung pada sifat alami sumber alam dan keadaannya.168

a) Karyawan ekonom memberikan hak terhadap kepemilikan pribadi

dari produk-produk karyawan itu sendiri.

b) Karyawan ekonom memberikan hak kepemilikan untuk sumber

alam

c) Karyawan ekonom memberika prioritas individu dari penggunaan

dan hak untuk mencegah yang lainya dari penggunaan property

seseorang atau merampasnya (kecuali sumur, sumber mata air, dan

sebagainya).

d) Semua hak ini tidak berlaku ketika karyawan ekonomi berhenti.

Penting untuk dicatat, bagaimanapun, bahwasanya karyawan

tidak memberi hak kepemilikan pribadi untuk tanah yang siap dipanen,

tetapi hanya untuk produk-produk dari tanah.169

168 Ibid., h.120 169 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected

Comparative Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.120

Page 232: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

139

Juga seseorang yang bekerja ditanah tak bertuan mempunyai hak

yang lebih terhadap tanah itu (termasuk kebebasan untuk mencegah orang

lain yang menggarap tanah tersebut tanpa izinnya) dibandingkan seseorang

yang bekerja di tanah yang ditanami/tanah yang secara alami ditanami,

sebagai alasan sederhana untuk memperoleh kembali tanah kosong

mungkin akan memerlukan lebih banyak usaha dan, lebih banyak hak.

Poin ini penting ketika kita membicarakan masalah distribusi setelah

produksi (post-production distribution). Setelah dipertimbangkan

semuanya, kepemilikan sesuai tanah dan sumber alam yang lain milik

pemerintah (dengan beberapa pengecualian) dan individu harus membayar

pajak bumi kepada pemerintah (Negara). Sadr mengambil pandangan ini

berdasarkan pada konsep khilafah (vicegerency)nya, dimana kemanusiaan

secara keseluruhan dipercayakan dengan ketuhanan Allah, dan oleh karena

itu daratan (tanah) dan sumber alam lain harus siap sedia untuk semua,

melalui kepemilikan pemerintah. Dengan ini, mari kita kembali

kepertanyaan mengenai ukuran saham. Meskipun Sadr tidak secara jelas

mengatakan bahwa ukuran tanah harus dibatasi,170 dia menyebutkan 2 hal:

1. Tanah pribadi akan hanya menjadi tanah pribadi selama ada karyawan

(buruh) yang terlibat

2. Pemilik hak dibeikan kepada tingkat kesediaan dan kemampuan untuk

bekerja.

170 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected

Comparative Analiysis, (Kuala Lumpur, 1995), h.121

Page 233: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

140

Apa yang dimaksud dengan kapasitas bekerja? dibolehkan bagi

orang kaya (pemilik tanah) untuk menjalankan petani bagi hasil tak

terbatas sebagai penyedia benih ataupun pupuk, atau bahkan untuk

membayar hak dari pemerintah diatas lahan besar tanah itu, tetapi

menggarap tanah dengan sistem petani bagi hasil. Pandangan Sadr

mengenai tenaga kerja ekonomi tidak membolehkan akan hal ini dan

kerenanya harus dibatasi ukuran saham tanah tersebut. hal ini yang

membuat lebih jelas dalam pandangan tentang distribusi pasca produksi.171

Sementara itu, dalam melakukan distribusi pendapatan yang berkeadilan,

dapat saja pemerintah memungut pajak atau zakat yang wajib di bayar dalam

sistem ekonomi konvensional dan dalam ssitem ekonomi syariah. Namun apakah

pungutan wajib tersebut akan mengurangi utility dari orang yang membayarnya

atau malah meningkatkan utility-nya.172 Atau bagaimana kita dapat menerangkan

perilaku orang memberikan donasi dalam sistem ekonomi konvensional atau infak

sedekah dalam sistem ekonomi syariah.

Dalam menganalisa konsep ini, penulis menggunakan dua definisi

rasionalitas dalam ekonomi konvensional, yaitu present aim dan self interest.173

Dalam definisi present aim yang penting adalah bagaimana mencapai tujuan

dengan efisien tanpa mempermasalahkan tujuannya. Jadi dalam perilaku present

171 Ibid., h.121 172 Sayidina Abu Bakar r.a pernah menginfakkan seluruh hartanya, dan hanya

meninggalkan “Allah dan Rasul-Nya” kepada keluarganya. Sayidina Umar r.a menginfakkan separuh dari hartanya. Sa’ad ibn Rabi’ dari kaum Anshar juga pernah menawarkan membagi dua hartanya bahkan menawarkan salah satu dari dua istrinya kepada Abdurrahman ibn Auf, namun ditolak oleh Ibn Auf. Ibn Auf mendoakan “ Semoga Allah memberkahi keluargamu dan hartamu, “ dan bertanya “tunjukkan aku di mana pasar.”

173 Robert Frank. Microeconomics and Behavior 2nd ed. (New york : Mc Graw, 1994). h.251

Page 234: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

141

aim dominasi perspektif subyektif sangat tinggi terhadap suatu masalah sehingga

timbul kecenderungan untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak

mempertimbangkan faktor eksternal : agama, keluarga, lingkungan dan

sebagainya.

Misalnya perilaku korup bagi definisi present aim174 bisa dikatakan

tindakan rasional, karena ia berasionalisasikan dengan keadaan dirinya.

Sedangkan dalam definisi self interest, motif yang mendorong ia melakukan suatu

perbuatan. Perspektif subyektif dari perilaku ini lebih didasarkan oleh

pertimbangan pribadi yang dipengaruhi oleh faktor eksternal.

Dalam kerangka definisi self interest dapat175 menerangkan perilaku

pemberian donasi, infaq, sedekah, dan tindakan menolong lainnya.176 Misalnya

Hasan (IA) yang tidak saja memikirkan pendapatannya tapi juga memikirkan

pendapatan Husein (IU). Secara matematis fungsi utility (Uf) ialah :

Uf = f (Mf. Mz)

Di mana :

Uf = utility Hasan

Mf = Pendapatan Hasan

Mz = Pendapatan Husein

174 Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar, (Yogyakarta : EKONISIA

Fakultas Ekonomi UII, 2007), h.247 175 Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

2007), h.223 176 Dalam istilah ekonomi konvensional disebut sifat altruism sebagai lawan kata sifat

selfish.

Peningkatan Kepuasan

Pend

apat

an H

asan

Page 235: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

142

Pendapatan Husein

Gambar diatas177 menunjukan pendapatan Hasan pada sumbu X, dan

pendapatan Husein pada sumbu Y. Kurva indifference Hasan memiliki slope

negatif yang berarti ia dapat menerima pendapatannya berkurang untuk kenaikan

bagi pendapatan Husein. Perhatikan pula bentuk kurva indifference Hasan yang

melengkung yang menunjukan diminishing MRS, yaitu semakin besar pendapatan

Hasan, semakin besar jumlah yang ingin diberikannya kepada Husein agar

pendapatan Husein bertambah banyak.

Sebagaimana analisis penulis diatas, penulis berpendapat jika konsep

distribusi Baqir Sadr dapat diterapkan, maka angka kemiskinan akan semakin

berkurang. Sebaliknya, jika tidak diterapkan, maka angka kemiskinan di Indonesia

akan semakin meningkat.

Adapun strategi yang bisa dilakukan untuk menghadapi kendala zakat

antara lain :

1). Zakat perlu disosialisasikan bukan saja pada wilayah-wilayah keagamaan saja.

Anjuran berzakat tidak hanya di lembaga pendidikan agama, seperti pondok

pesantren, sekolah-sekolah agama Islam dan lain semacamnya, tetapi juga di

sekolah-sekolah umum.

177 Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

2007), h.223-224

Page 236: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

143

2). Timbulnya kecenderungan zakat disamakan dengan pajak disebabkan

masyarakat kurang memahami esensi zakat. Demikian juga, keadaan ini

menggambarkan bahwa zakat dianggap kurang relevan dengan kondisi

ekonomi saat ini. Oleh karenanya, memahamkan zakat tidak sekedar

pendekatan agama tetapi juga ekonomi, sosial, budaya, dan politik.

3). Koordinasi antara lembaga zakat perlu ditingkatkan. Di satu sisi hal ini akan

bisa digunakan meningkatkan kinerja di masing-masing lembaga, di sisi lain

menunjukan kondisi lembaga zakat yang baik pada masyarakat. Kepercayaan

masyarakat terhadap lembaga zakat dapat diawali dari keadaan ini.

4). Keberadaan UU yang telah dibuat pemerintah memberikan peluang bagi

masyarakat untuk membuka lembaga zakat sebanyak-banyaknya. Walaupun

kenyataannya Pemerintah kurang efektif dalam mengimplementasikan UU ini,

tetapi setidaknya UU ini menjadi legitimasi bagi umat Isam dalam

mengembangkan lembaga zakat.

Page 237: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

144

Page 238: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

145

Page 239: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian kepustakaan yang telah penulis lakukan dengan

menjelaskan Konsep Distribusi Menurut Muhammad Baqir Ash-Shadr,

penulis menemukan beberapa hal distribusi dapat di jadikan kesimpulan,

yaitu:

1. Shadr membedakan distribusi ke dalam dua bagian, distribusi pra produksi

dan pasca produksi. Distribusi pra produksi adalah sumber alam yang

merupakan faktor produksi alami yang terdiri kedalam empat kategori,

seperti 1.) tanah, mineral yang terkandung dalam perut bumi, (batubara,

belerang, emas, minyak dan lain sebagainya), 2.) aliran air (sungai), dan

sisanya 3.) berbagai kekayaan alam lainnya yang terdiri atas kandungan

laut (mutiara dan hewan-hewan laut), kekayaan yang ada dipermukaan

bumi (hewan dan tumbuh-tumbuhan), kekayaan yang tersebar diudara

(burung dan oksigen), kekayaan alam yang tersembunyi (air terjun yang

bisa menghasilkan tenaga listrik yang dapat dialirkan melalui kabel ke titik

manapun), juga kekayaan alam lainnya serta 4.) faktor turunan berupa

modal dan kerja, kesemuanya itu merupakan kekayaan yang diperlukan

dalam proses produksi.

Sementara itu pada distribusi pasca produksi menekankan pada

teori pendapatan dalam perspektif Islam, yaitu teori kompensasi dan bagi

hasil. Misalnya, seseorang berhak mendapatkan kompensasi atas barang

148

Page 240: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

149

yang digunakan dan berhak mendapatkan bagi hasil dari ikutsertanya

dalam proses produksi.

Selain itu, Sadr membagi elemen yang ada dalam sistem distribusi

Islam menjadi elemen primer yakni berupa kerja dan kebutuhan dan

elemen sekunder berupa kepemilikan. Pandangan Sadr memiliki aspek

positif dan negatif. Sisi negatif, beliau mengatakan bahwa ‘tanpa tenaga

kerja, tidak ada hak kekayaan pribadi’. Sedangkan sisi positif menyatakan

‘tenaga kerja adalah sumber hak dan properti yang cocok dalam

kekayaan alami.’

Di sisi lain, Sadr melengkapi konsepnya dengan menggandeng

pendapat ahli fiqh sebagai suprastruktur (ajaran hukum), dan

menjadikannya sebagai prinsip-prinsip umum dalam bidang distribusi.

Dalam konsep distribusi, pemerintah memainkan peranan penting

dalam pencapaian ‘keadilan sosial’. Sadr mengemukakan bahwa Islam

menekankan standar hidup yang lebih tinggi melalui larangannya berbuat

berlebih-lebihan (boros). Islam juga mengangkat hal tersebut pada tingkat

yang lebih rendah dengan cara menyediakan sistem ‘jaminan sosial’.

Kemudian Redistribusi (distribusi ulang) juga memerankan suatu

bagian yang sangat vital dan berbagai bentuk pajak ditawarkan oleh Sadr

(zakat, khums, anfal fay). Sadr juga melihat pemerintah memainkan

peranan yang dinamis dalam mengimplementasikan kebijakan-

kebijakannya untuk menghadapi tantangan dari masyarakat modern ini.

Page 241: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

150

Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa konsep distribusi Sadr

terbagi dua bagian, pertama, Distribusi Kekayaan yang terdapat pada

Distribusi pra Produksi (mentahnya). Kedua, Distribusi Pendapatan,

sebagaimana yang telah dijelaskan pada distribusi pasca Produksi

(kompensasi/hasilnya).

2. Relevansi Konsep Distribusi Menurut Baqir Shadr dengan Ekonomi Islam

Di Indonesia secara prakteknya dapat dilihat pada BAZ seperti BAZNAS

dan LAZ seperti Dompet Dua’fa, Rumah zakat, PKPU dan lain-lain. BAZ

dibentuk Pemerintah, sedangkan LAZ dibentuk oleh masyarakat. Dengan

demikian, modal dan kerja keduanya bisa didapat, pegawai dapat gaji,

yang usaha berawal dari penerimaan zakat kemudian diusahakan lalu

menjadi pendapatan.

Zakat, disebutkan Sadr, adalah suatu kewajiban yang dilaksanakan

dibawah Pengawasan Pemerintah. Artinya menurut Penulis, dengan di

kelola Pemerintah, zakat menjadi kewajiban yang mengandung sanksi bagi

pelanggarnya. Sebaliknya, kalau sekarang zakat baru berupa “pengurang

penghasilan kena pajak”, maka dengan amandemen UU Zakat bisa

ditingkatkan menjadi “pengurang pajak” atau tax deductable. Dengan

begitu, Eksistensi LAZ dan BAZ selama ini sudah on the right track,

tinggal melakukan edukasi dan sosialisasi kepada seluruh masyarakat

secara holistik komprehesif.

Page 242: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

151

Sedangkan Relevansi Konsep Distribusi Menurut Baqir Shadr

dengan perekonomian masa kini, dalam hal kebijakan moneter, Sadr

menganalisa adanya penyimpangan terhadap fungsi uang yaitu terjadinya

penimbunan kekayaan melalui suku bunga. Karena perlu diketahui,

Indonesia sampai saat ini masih menggunakan suku bunga sebagai alat

kebijakan ekonominya, Sejumlah dana akan ditarik dari lapangan produksi

dan ditempatkan menjadi asset bank yang tidak produktif sehingga secara

tidak langsung akan mematikan sektor riil.

Uang ‘dipaksa’ untuk berfungsi sebagai komoditi dan alat

spekulasi. Aktivitas spekulasi di pasar uang ini mengakibatkan

ketimpangan antara transaksi di sektor riil dan transaksi di sektor moneter.

Perlu dikemukakan bahwa Islam sendiri melarang hal ini,

permintaan akan uang yang dibenarkan hanyalah untuk faktor transaksi

dan berjaga-jaga saja, permintaan uang sendiri harus didistribusikan

kepada faktor-faktor yang produktif. Sehingga penimbunan uang,

perdagangan uang dan spekulasi dilarang.

Penyimpangan terhadap distribusi, yang di rumuskan oleh Sadr,

akan mengakibatkan kekacauan di sektor riil yang bermuara pada krisis

ekonomi. Terlebih kita akan temukan bahwa bunga yang ditawarkan

cukup besar dan akan mengakibatkan banyaknya dana yang tidak

produktif. Krisis Global yang tengah terjadi di beberapa negara saat ini

salah satunya lebih banyak disebabkan oleh penyimpangan terhadap

distribusi yang merupakan ulah keserakahan manusia itu sendiri.

Page 243: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

152

Dalam hal pendistribusian, jika pemerintah membiarkan terjadinya

penyimpangan dalam distribusi, maka akan meningkatkan jumlah orang

miskin, sehingga mengakibatkan pengangguran dan kemiskinan yang

berkepanjangan. Dan yang terpenting, pemerintah harus menjamin

distribusi yang merata dan adil dengan jaminan yang riil.

B. Saran – Saran

Sebagai akhir dari skripsi ini, penulis ingin memberikan saran sebagai

berikut :

1. Hendaklah para pelaku ekonomi, pemerintah dan masyarakat luas, segera

melaksanakan konsep distribusi yang sesuai dengan syari’at.

Penyalahgunaan konsep distribusi, mengakibatkan dampak negatif pada

perekonomian global.

2. Penulis melihat, dengan mempertimbangkan aspek-aspek keislaman dan

keekonomian, selayaknya para pemerhati dan pelaksana ekonomi perlu

untuk mencermati dan menelaah lebih jauh pemikiran tokoh ini.

Setidaknya menurut penulis, banyak melahirkan teori yang diawali dari

kondisi sosial-politik dimana tokoh berada. Seperti yang disinggung

Vilfredo Pareto, kesadaran di mulai dari kondisi,1 sang tokoh ini berjuang

mengembalikan masyarakat dunia ke peradabannya, yakni manusia yang

sadar lingkungan baik secara vertikal, horizontal maupun diagonal frontal.

1 Richard Bellamy, Teori Sosial Modern Perspektif Itali, (Jakarta : LP3ES),

diterjemahkan oleh Verdi R Hadiz, 1987.

Page 244: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

153

Atau seperti kata Dawam Rahardjo,2 mengembalikan manusia ke awal

kelahirannya sebagai makhluk sosial dan makhluk ekonomi (Homo Social

Homo Economics).

Ajaran tokoh ini telah membentuk sebuah pandangan yang baru dan

berbeda dengan masa yang sedang berlaku. Untuk kasus Indonesia, mengacu

pada krisis yang pernah menimpa di tahun 1998 dan krisis global yang tengah

terjadi dewasa ini serta kasus bank century, kiranya pemikiran dari tokoh ini

perlu mendapat tempat. Jika tidak, maka perbaikan disektor moneter (makro)

yang di mulai kita rasakan sejak era kepemimpinan Susilo Bambang

Yudhoyono dalam jilid kedua ini, hanya bersifat temporer. Kekhawatiran akan

terjadinya krisis yang lebih dahsyat, bisa saja terjadi jika penyelewengan

terhadap distribusi terus dilakukan. Atau setidaknya, wacana yang di gulirkan

dapat di jadikan landasan dalam membentuk karakter ekonomi Indonesia

dalam menghadapi serangan pasar bebas dunia beberapa tahun mendatang.

2 M. Dawam rahardjo, Esai-Esai Ekonomi Politik, (Jakarta : LP3ES), Cet.Ke-2, 1985.

Page 245: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

154

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penterjemah / Pentafsir Al-Qur’an, 1971.

A. Djazuli dan Yadi Janwari, H.A. Lembaga-lembaga perekonomian umat sebuah pengenalan. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2002.

Adiningrat, Muhammad Arif dan Wadjdi, Farid. “ Kebijakan yang bertolak belakang “. Artikel diakses pada sabtu, 21 Mei 2005 dari Hizbut Tahrir Indonesia (www.hizbut-tahrir.or.id).

Afzalurrahman, Dokrin Ekonomi Islam Jakarta : PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995.

Ali, Muhammad. Kamus bahasa indonesia modern, Jakarta : Pustaka AMANI.

Amalia, Euis. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2009.

Amalia, Euis. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga Kontemporer. Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005.

Amien Rais, Muhammad, Agenda Mendesak Bangsa Selamatkan Indonesia, Yogyakarta : PPSK Press, 2008.

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta, 2000.

Ash-Shadr, Muhammad Baqir. Keunggulan Ekonomi Islam : Mengkaji Sistem Ekonomi Barat dengan Kerangka Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta : Pustaka Zahra, 2002.

Aufa, Ilham“ Hijaz 1800-1925 : Periode Penuh Intrik Politik dan Benturan Pemikiran “ dalam Dialogia, no1/vol.I/Mei 2000.

Baker, Anthon dan Achmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta : Kanisius, 1990.

Baqir Ash-Shadr , Muhammad. Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna. Jakarta : Penerbit Zahra, 2008.

Baqir Ash-Shadr, Muhammad. Falsafatuna : Pandangan Muhammad Baqir Ash-Shadr terhadap pelbagai Aliran Filsafat Dunia. Bandung : Penerbit Mizan, 1995.

Baqir Ash-Shadr, Muhammad. Sistem Politik Islam. Jakarta : Penerbit Lentera basritama, 2001.

Page 246: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

155

Baqir Sadr, Muhammad, Islam and School Economics, Terjemahan : Muslim Arbi Bandar, Lampung : YAPI, 1989.

Baqir Sadr, Muhammad, Manusia Masa kini dan Problema Sosial, Bandung : Pustaka Salman ITB, 1984.

Bukhari, Shahih Bukhari, cet. II. Riyadh : Daarus Salam, 1997.

Chapra, M. Umar. Al-Qur’an Menuju Sistem Moneter Yang Adil, Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997.

Chapra, M. Umer. Islam dan Tantangan Ekonomi.Jakarta : Gema Insani Press, 2000.

Chapra. Islam dan tantangan ekonomi, Islamisasi ekonomi kontemporer, Surabaya : Risalah Gusti, 1999.

Daud, Abu. Sunan Abu Daud, Jilid.II. Beirut : Daarul Fikr, 1994.

di akses pada 15 Juni 2010 dari http//.badankebijakanfiskalkemenkeu.htm

di akses pada 15 Juni 2010 dari http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/

di akses pada 15 Juni 2010 dari http://www.depkeu.go.id

Edwin Nasution, Mustafa. Pengenalan Eksklusif : Ekonomi Islam. Jakarta : Kencana, 2007. Ed. I. Cet. 2.

Eko Suprayitno, Ekonomi Islam, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2005.

Fakultas Syariah dan Hukum, Tim Penulis. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta : Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

Haneef, M. Aslam, Contemporary Islamic Thought : A Selected Comparative Analysis, Kuala Lumpur, 1995.

Heru Priono, Djaka. “ Konsep Ekonomi Islam Baqir As-Shadr dan Monzer Kahf : Sebuah Studi Komparatif. “ Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.

Hidayat, Komaruddin. Memahami Bahasa Agama : Sebuah Kajian Hermeneutik, Jakarta : Paramadina, 1996.

Karim, Adiwarman, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

Karim, Adiwarman. Ekonomi Mikro Islami. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007.

Page 247: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

156

Mallat, Chibli, Menyegarkan Islam, Bandung : Mizan, 2001.

Mallat, Chibli, The Renewal of Islamic Law, penerjemah : santi indra astuti Bandung : Mizan, 2001.

Mallat, Chibli. Para Perintis Zaman Baru. Bandung : Mizan, 1998.

Mengatasi Kemiskinan. Buletin Dakwah AL-ISLAM Hizbut Tahrir Indonesia, Edisi 385 / Tahun XIV.

Moloeng, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2002.

Muhammad, Ekonomi Mikro dalam perspektif Islam, Yogyakarta : BPFE, 2004.

Nazir, Muhammad, Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988.

Perbankan Syariah Tidak akan Membiayai Rokok, Miras dan Hiburan Malam, WARTA Media Informasi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 03 Desember 2009.

Perwataatmadja, Karnaen, ”Kebutuhan dan Strategi Pengembangan Kurikulum untuk membangun SDI Syariah,” pada acara seminar ”Peran Perguruan Tinggi dalam membangun SDI Syariah Profesional,” dalam Indonesia Syariah Expo, 27 Oktober 2007, Jakarta Convention Centre : MES, 2007.

Poepoprodjo, Interpretasi : Beberapa Catatan Pendekatan Falsafatinya, Bandung : Remadja Karya, 1987.

Qardhawi, Yusuf. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Jakarta : Gema Insani Press, 1997.

Qardhawy, Yusuf, Peran Nilai Moral dalam Perekonomian Islam, (Jakarta : Robbani Press, 2001.

Renier, GJ, Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1997.

Sholahuddin, M. Asas-asas ekonomi Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007.

Sudarsono, Heri. Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar, Yogyakarta : EKONISIA Fakultas Ekonomi UII, 2007.

Suradjiman, Ekonomi 1 untuk Sekolah Menengah Umum, Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996.

Page 248: KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21216/1/RIAN... · hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep

157

Surur, Miftakhus. “Indonesia dan Ekonomi Syariah”, Gontor, No.11 Th.VI (Maret 2009) : h.58.

Syakir Sula, Muhammad, ”Membumikan Ekonomi Syariah di Indonesia,” artikel di akses pada 04 Mei 2006 dari Republika online.

Umar, Husein. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003.