30
TINGKAT SELF DIRECTED LEARNING DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SELF DIRECTED LEARNING MAHASISWA AKPER PEMPROV JATENG TAHUN AJARAN 2015/2016 DISUSUN OLEH: MURTI MANDAWATI ARIES ASMOROHADI

KONSEP PENELITIAN SDL.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONSEP PENELITIAN SDL.doc

TINGKAT SELF DIRECTED LEARNING DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SELF DIRECTED LEARNING MAHASISWA

AKPER PEMPROV JATENG TAHUN AJARAN 2015/2016

DISUSUN OLEH: MURTI MANDAWATI

ARIES ASMOROHADI

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

2015

Page 2: KONSEP PENELITIAN SDL.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa mahasiswa keperawatan

perlu dipersiapkan untuk menghadapi perubahan pelayanan kesehatan yang

sangat cepat berubah dan semakin kompleks. Oleh karena itu sikap-sikap

menjadi pembelajar seumur hidup,dan self directed learning (SDL)(kemampuan

belajar mandiri) menjadi sikap yang harus dimiliki oleh lulusan sekolah

keperawatan. Beberapa penelitian mengenai kemampuan mahasiswa

keperawatan dalam belajar mandiri (self directed learning) menunjukkan bahwa

SDL mahasiswa diploma keperawatan di Indonesia berada di tingkat di bawah

rata-rata (198). Kondisi ini menempatkan SDL mahasiswa keperawatan di

Indonesia berada di posisi di bawah rata-rata kemampuan SDL mahasiswa

keperawatan di negara lain (Amerika Serikat (214), Australia (205), Irlandia

(215,5) (Saha, 2006).

Penelitian Saha (2006) dilakukan ketika metode teacher centered learning

masih digunakan di sekolah diploma keperawatan di Indonesia. Sejak tahun 2009

Akper Pemprov Jateng telah mengembangkan kurikulum pendidikan yang

mengarahkan mahasiswa untuk aktif belajar sendiri (student centered learning).

Akper Pemprov Jateng juga menerapkan beberapa metode untuk mendorong

mahasiswa belajar mandiri, misalnya dengan mengharuskan mahasiswa

mambuat learning contract ketika akan menjalani pendidikan praktik dan

membuat refleksi saat menjalani praktik. Menurut Saha (2006), ada beberapa hal

yang dapat dilakukan untuk mengembangkan SDL mahasiswa, yaitu pembuatan

Page 3: KONSEP PENELITIAN SDL.doc

learning contract, pembuatan refleksi, disediakannya modul pembelajaran dan

pembelajaran dengan model problem based learning (Saha, 2006).

Beberapa metode pembelajaran yang mengarahkan mahasiswa untuk

menjadi self directed learner sudah diterapkan di Akper Pemprov Jateng, tetapi

penerapannya masih belum sempurna. Selain itu, belum pernah dilakukan

pengukuran mengenai self directed learning yang dimiliki mahasiswa Akper

Pemprov Jateng. Menurut Grow (1991) tingkat self directed learning mahasiswa

dapat diketahui dari beberapa aktivitas mahasiswa yang dapat diamati misalnya

motivasi mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran, ketepatan waktu masuk

untuk mengikuti pembelajaran, tugas-tugas yang disusun mahasiswa dan

keaktifan mahasiswa ketika mengikuti pembelajaran di kelas. Meskipun begitu,

tingkat self directed learning mahasiswa dapat diukur menggunakan instrument

Self Directed learning Readiness Scale (SDLRS) yang disusun oleh Guilenamo

(1991). Penelitian ini bertujuan untuk mengukur SDL mahasiswa Akper Pemprov

Jateng menggunakan instrument SDLRS.

B. Perumusan Masalah

Selama ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai tingkat SDL

mahasiswa Akper Pemprov Jateng. Berdasar hal tersebut, rumusan masalah

pada penelitian ini adalah

1. Bagaimana gambaran tingkat SDL mahasiswa Akper Pemprov Jateng tingkat

III, II dan I?

2. Apakah ada perbedaan tingkat SDL mahasiswa tingkat III,II dan I?

Page 4: KONSEP PENELITIAN SDL.doc

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat SDL mahasiswa Akper

Pemprov Jateng

2. Tujuan khusus :

a. Mengetahui gambaran tingkat SDL mahasiswa tingkat III, II dan I

b. Mengetahui perbedaan tingkat SDL mahasiswa tingkat III, II, dan I

D. Manfaat Peneltian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini akan memberikan umpan balik mengenai konsep pengaruh

learning contract, modul pembelajaran, refleksi dan PBL terhadap SDL

mahasiswa.

2. Manfaat praktis

a. Sebagai evaluasi program pembelajan yang diterapkan di Akper Pemprov

Jateng.

b. Sebagai studi pilot project dalam penerapan learning contract, modul,

refleksi dan PBL yang baru di Akper Pemprov Jateng.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian replikasi dari penelitian Saha (2006) yang

mengukur tingkat SDL mahasiswa diploma keperawatan di Kalimantan.

Page 5: KONSEP PENELITIAN SDL.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Self Directed Learning

Self directed learning merupakan konsep pembelajaran pada

orang dewasa. Orang dewasa belajar secara berbeda dengan anak-

anak. Pembelajaran pada orang dewasa lebih menitikberatkan pada

pembelajaran yang didorong oleh motivasi internal dan kemampuan

untuk bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil

(Knowles, 1984). Lebih lanjut Knowles (1984) menjelaskan

karakteristik pembelajaran pada orang dewasa, yaitu orang dewasa

memerlukan alasan untuk mempelajari sesuatu, orang dewasa

belajar untuk dapat memecahkan masalah, dan orang dewasa akan

belajar dengan sangat baik jika ilmu yang dipelajari bernilai dalam

kehidupannya. Knowles sudah mengembangkan definisi self

directed learning sejak tahun 1975, menurut Knowles (1975) SDL

adalah proses seseorang untuk berinisiatif dalam menentukan

kebutuhan belajar, menentukan tujuan belajar, mengidentifikasi

sumber – sumber belajar yang dimiliki, dan mengevaluasi outcome

belajar. Semua itu dapat dilakukan oleh dirinya sendiri atau dengan

bantuan orang lain. Berdasar pada pendapat Knowles (1975),

Iwasiw (1987) merangkum bahwa SDL adalah salah satu bentuk

pembelajaran dimana seseorang bertanggung jawab mulai dari

Page 6: KONSEP PENELITIAN SDL.doc

proses perencanaan, implementasi dan evaluasi proses belajar

yang dilakukan.

Ada tiga tahapan implementasi SDL seorang mahasiswa.

Tahapan tersebut meliputi:

Tahap I: Tahap “learning how to learn” yaitu, tahap

seseorang belajar cara belajar dari guru. Pada tahap ini guru harus

mengelola materi yang diajarkan dengan baik. Mahasiswa akan

belajar memilih bahan yang penting untuk dipelajari,

mengorganisasi materi pembelajaran, dan mengingat kembali

materi yang dipelajari.

Tahap II: Tahap “learning how to teach a course to oneself”

Pada tahap ini guru mengajari bagaimana cara mempelajari materi

pembelajaran kepada mahasiswa sehingga mahasiswa mampu

belajar dengan gaya belajarnya sendiri, mampu mengorganisasikan

materi pembelajarannya sendiri, mampu belajar dengan orang lain,

mengecek kemajuan belajarnya, dan mendapatkan sesuatu dari hal

yang dipelajari.

Tahap III: Tahap “learning how to direct one’s own learning”.

Pada tahap ini mahasiswa mulai menentukan tujuan belajarnya, dan

membuat strategi untuk mencapai tujuan belajarnya.

Peran guru adalah mengajarkan cara menjadi self directed

learner, mahasiswa akan berusaha menjadi self directed learner.

Page 7: KONSEP PENELITIAN SDL.doc

Ada 4 tingkatan yang dilalui agar seseorang menjadi self directed

learner. Tingkatan-tingkatan tersebut adalah :

Tingkat I: Dependent learner. Tahap ini seseorang memiliki

kemampaun SDL yang masih rendah, seseorang memerlukan

sosok yang memiliki otoritas penuh terhadap proses belajarnya.

Pada tingkatan ini guru memiliki otoritas penuh terhadap proses

pembelajaran. Proses pembelajaran dapat dilakukan dengan

ceramah, tutorial individual terstruktur.

Tingkat II: Interested learner. Pada tahap ini seseorang

memiliki tingkat SDL sedang. Seseorang tertarik untuk belajar dan

memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi, tetapi kemungkinan

besar masih belum mengetahui materi yang harus dipelajari. Pada

tahap ini guru berperan sebagai motivator atau pengarah. Metode

pembelajaran dapat dilakukan dengan diskusi, demonstrasi dan

diikuti dengan pengarahan.

Tingkatan III: Involved learner. Pada tahap ini seseorang

telah mencapai tahap SDL lanjut. Seseorang telah memiliki

ketrampilan dan pengetahuan dasar dan mampu melihat

kemampuan yang dimiliki. Seseorang sudah siap dan mampu

mengeksplorasi materi tertentu dengan arahan yang baik dari guru.

Pada tahapan ini guru berperan sebagai fasilitator. Proses

pembelajaran dapat dilakukan dengan seminar, pembuatan kontrak

belajar, evaluasi capaian belajar dengan chek list.

Page 8: KONSEP PENELITIAN SDL.doc

Tingakatan IV: Self directed learner. Tahap ini adalah tahap

SDL yang tinggi. Seseorang sudah memiliki keinginan dan

kemampuan untuk merencanakan, melakukan, dan mengevaluasi

pembelajaran yang dijalani dengan atau tanpa batuan dari guru.

Pada tingkatan ini guru berperan sebagai konsultan dan delegator.

Metode pembelajaran dengan belajar mandiri, mahasiswa

melakukan diskusi terarah.

Meskipun SDL dapat diajarkan di institusi pendidikan, tetapi

menurut Grow (1991) SDL tidak sepenuhnya dapat dibentuk di

institusi pendidikan. Hal tersebut karena institusi pendidikan dibatasi

oleh kurikulum. Dalam institusi pendidikan outcome yang dicapai

lebih dititik beratkan pada membentuk mahasiswa menjadi

pembelajar sepanjang hayat (lifelong learner).

2. Metode pembelajaran yang dapat peningkatkan SDL

Ada beberpa strategi belajar mengajar yang dapat

meningkatkan SDL dan ada sejumlah alat yang dapat digunakan

untuk meningkatkan SDL mahasiswa (Atkin dan Murphy, 1993;

Garrison, 1987, Knowles, 1990, Margetson, 1994; O’shea, 2003;

Parker, 199; taylor, 1997). Beberapa strategi tersebut adalah

pembuatan kontrak belajar, refleksi, penyediaan modul belajar, dan

pembelajaran dengan metode problem based learning (PBL).

Menurut Knowles (1986) pembuatan kontrak belajar (rencana

pembelajaran) merupakan metode untuk mengarahkan mahasiswa

Page 9: KONSEP PENELITIAN SDL.doc

menjadi self directed learner. Menurut Parker et al (1995), refleksi

merupakan metode yang dapat mengarahkan seseorang menjadi

self directed learner, karena refleksi merupakan suatu proses

belajar yang membutuhkan pengalaman sendiri. Melalui refleksi ini

seseorang dapat mengubah cara pandang terhadap diri sendiri dan

dunia (Atkins dan Murphy, 1993). Menurut Crooks et al., (2001)

refleksi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SDL. Refleksi

membantu mahasiswa mencari arti dalam pengalaman belajarnya.

Refleksi akan meningkatkan kedalaman belajar mahasiswa. Selain

pembuatan rencana belajar dan refleksi, metode yang dipercaya

dapat memfasilitasi seseorang menjadi self directed learner adalah

metode pembelajaran dengan pendekatan masalah (problem based

learning) (Margetson, 1994). Pada pembelajaran dengan

pendekatan PBL ini mahasiswa diberikan scenario masalah,

mahasiswa akan menentukan tujuan yang ingin dicapai dari

permasalahan yang dihadapi. Kemudian mahasiswa akan membuat

strategi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan

memanfaatkan sumber-sumber yang dimiliki. Akhirnya mahasiswa

akan memperoleh umpan balik dari proses belajar yang dijalani.

Metode lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan

seseorang untuk menjadi self directed learner adalah adanya modul

pembelajaran (Garrison, 1987).

3. Pembelajaran di Akper pemprov Jateng

Page 10: KONSEP PENELITIAN SDL.doc

Akper Pemprov Jateng menerapkan kurikulum D3

Keperawatan yang diadopsi dari Departemen Kesehatan RI 2006

dan West Pacific South East Asia Region (WPSEAR) pada tahun

2011 – 2013. Mulai tahun ajaran 2014/2015 Akper Pemprov Jateng

menerapkan kurikulum berbasis kompetensi yang tetapkan dari

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Dalam kurikulum tersebut mahasiswa belajar materi

mengenai pengembangan kepribadian ada 4 mata kuliah, materi

ilmu dan keterampilan keperawatan sebanyak 2 mata kuliah, mata

kuliah keahlian keperawatan sebanyak 17 mata kuliah, dan materi

mengenai kehidupan social sebanyak 2 mata kuliah, Dua puluh lima

mata kuliah tersebut tersebar dalam 112 satuan kredit semester.

Metode pembelajaran di Akper Pemprov Jateng meliputi

pembelajaran tatap muka di kelas, pembelajaran praktikum di

laboratorium ketrampilan klinik dan pembelajaran di lapangan.

Pembelajaran di kelas dilakukan dengan ceramah. Dalam metode

ceramah ini dosen mentransfer pengetahuan kepada mahasiswa.

Pembelajaran praktikum di laboratorium dilakukan dengan cara

dosen mendemonstrasikan ketrampilan keperawatan tertentu diikuti

oleh mahasiswa. Pembelajaran di lapangan dilakukan dengan

system precetorship. Selama menjalani proses pembelajaran

mahasiswa akan mendapat tugas terstruktur dari dosen, selain itu

mahasiswa juga wajib belajar mandiri.

Page 11: KONSEP PENELITIAN SDL.doc

Untuk mendukung pembelajaran di kelas beberapa mata

kuliah telah menyiapkan modul untuk mahasiswa. Modul tersebut

berisi materi dan buku kerja mahasiswa. Jurnal refleksi dan kontrak

belajar sudah diterapkan dalam pembelajaran di lapangan. Tetapi

kedua metode ini belum sepenuhnya diterapkan dengan baik.

Umpan balik terhadap jurnal refleksi dan kontrak belajar belum

didilakukan secara maksimal oleh dosen.

B. Kerangka Konsep Penelitian

C. Hipotesis Penelitian

Tingkat SDL mahasiswa tingkat I lebih rendah daripada tingkat

SDL mahasiswa II,

Tingkat SDL mahasiswa tingkat II

Tingkat SDL pre test mahasiswa tingkat I

Tingkat SDL mahasiswa tingkat I dan III

Page 12: KONSEP PENELITIAN SDL.doc

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratori. Mengeksplorasi SDL

mahasiswa tingkat I,II dan III.

B. Variable penelitian

1. Variabel independen dalam penelitian deskriptif adalah tingkat SDL

mahasiswa

2. Variabel dependen tingkat SDL mahasiswa tingkat II

C. Definisi Operasional

1. SDL mahasiswa adalah tingkat self directed learning mahasiswa tingkat I, II

dan III diukur dengan instrument SDLRS yang dikembangkan oleh Fisher et

al (2001).

2. Tingkat I,II, dan III adalah tahun mahasiswa menempuh pendidikan di Akper

Pemprov Jateng. Tingkat I adalah mahasiswa Akper Pemprov Jateng yang

menempuh pendidikan pada tahun pertama. Tingkat II adalah mahasiswa

yang menemouh pendidikan di Akper Pemprov Jateng pada tahun kedua.

Tingkat III adalah mahasiswa yang menempuh pendidikan di Akper Pemprov

Jateng pada tahun ketiga.

D. Bahan dan alat penelitian

Page 13: KONSEP PENELITIAN SDL.doc

Instrumen dalam penelitian ini ada dua, yaitu instrument SDLRS.

Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner SDLRS yang dikembangkan oleh

Fisher et al. (2001). Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini telah dilakukan

penterjemahan dan dilakukan uji reliabilitas dan validitas terhadap mahasiswa

Program Studi Ilmu Keperawatan UGM. Instrumen ini juga telah digunakan oleh

banyak peneliti lain di berbagai negara, termasuk di Indonesia.

Kuesioner SDLRS yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 40 item

dengan 3 sub sakala. Penilaian item-item kuesioner tersebut menggunakan skala

pengukuran Likert yang terdiri dari 5 skala, yaitu; mulai dari 1 untuk “sangat tidak

setuju” dan sampai 5 untuk “sangat setuju”. Penilaian kemampuan SDL

mahasiswa dilakukan dengan menjumlahkan nilai seluruh item atau

menjumlahkan total nilai sub skala dari kuesioner tersebut. Pada penelitian Fisher

et al. (2001) dilakukan pengukuran central tendency dan dispersion pada total

skala dan subskala, total skor sampel pada penelitian tersebut berdistribusi

normal. Kesimpulan yang ditemukan Fisher et al. (2001) adalah jika total SDL ≤

73, SDL mahasiswa dikatakan sedang jika nilai total SDL antara 74 – 148, dan

SDL mahasiswa dikatakan tinggi jika total SDL ≥ 149. Jenis data yang diperoleh

dari kuesioner SDLRS adalah data dengan skala interval.

Tabel 3. Distribusi skala kuesioner SDLR

Sub skala kuesioner Jumlah item Nomor item

Keinginan untuk belajar 13 item 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,12, 13

Manajemen diri 12 item 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21,22, 23, 24, 25

Kontrol diri 17 item 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33,34, 35, 36, 37, 38, 39, 40

Akbar (2014) telah mengukur SDL pada 451 mahasiswa yang terdiri

mahasiswa Kedokteran, Keperawatan dan Gizi FK UGM dengan menggunakan

Page 14: KONSEP PENELITIAN SDL.doc

kuesioner SDLRS dari Fisher (2001). Pada penelitian tersebut nilai alfa Cronbach

yang diperoleh, yaitu 0.878. Hasil uji validitas diskriminasi dan validitas

konvergen diperoleh korelasi antar item dalam sub skala yang berbeda

menunjukkan nilai yang rendah (r < 0,6) dan uji korelasi antar subskala dengan

skor total menunjukkan hubungan yang kuat (r > 0,6).

Sebelum digunakan untuk mengukur kemampuan SDL mahasiswa

diploma III keperawatan, kuesioner ini dilakukan uji keterbacaan terhadap 30

mahasiswa tingkat I Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sains Al quran.

E. Jalannya penelitian

1. Dilakukan uji keterbacaaan instrument SDLRS , Uji keterbacaan ini dilakukan

terhadap mahasiswa yang memiliki karakteristik hampir sama dengan

mahasiswa yang akan dilakukan penelitian. Uji reliabilitas ini akan dilakukan

terhadap mahasiswa tingkat I Fakultas kesehatan UNSIQ.

2. Dilakukan pengukuran SDLRS terhadap mahasiswa yang menjadi responden

pada penelitian

F. Rencana Penelitian

WaktuKegiatan

Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des

Menyususun proposal penelitian

Menyusun modul

Uji coba instrument dan analisis hasil

Analisis hasil

Menyusun laporan penelitian

Page 15: KONSEP PENELITIAN SDL.doc

Seminar

Publikasi jurnal

Daftar Pustaka

Akbar, S. (2014) Hubungan persepsi mahasiswa terhadap problem based learning, dan motivasi intrinsic, dengan self directed learning di Fakultas Kedokteran universitas Gadjah Mada. Master Thesis. Universitas Gadjah Mada

Crooks, D., Lunyk-Child, O., Petterson, C., & Legris, J. (2001). Facilitating Self Directed Learning. In E Rideout (Ed)., Transforming nursing education through problem-based learning (pp. 1-74). Toronto: Jones and BArlett Publisher

Grow, G (1991). The staged Self Directed Learning Mpdel. In H.B. Long (Ed). Self-directed learning: Consensus and conflict (pp. 199-226). Norman, OK: Oklahoma Research center for Continuing Prefesional and Higher Education of the University of Oklahoma.

Guglemino, L.M & Guglielmino, P.J. (2005). The self Directed Learning Readiness Scale.

Gugliemino, L.M & Guglielmino, P.J (1991). The learning preference assessment. Don Mills, Ontario: Organisation Design and Develompment Inc.

Iwasiw, C.L. (1987). The role of the teacher in self-directed learning. Nurse education Today, 7(5), 222-227

Knowles, M.S (1986). The Adult learners: A neglected species (4th ed). Houston: Gulf Publishing Company.

Knowles, M.S. (1975). Self Directed Learning: a guide for learners and teacher. Cambridge: Prentice Hall Regent

Knowles, M.S. (1986). Using leanring contract. San Francisco: Jossey Bass

O’shea, E. (2003). Self directed learning in nurse education: a review of the literature. Journal of Advanced nursing, 43(1), 62-70

Parker, D.L, Webb, J., & D’Souza, B. (199). The value of critical incident analysis as an educational tool and relation to self directed learning. Nurse education Today, 15(2) 111-116

Saha, D. (2006). Improving Indonesian Nursing students’ Self Directed Learning Readiness. Doctoral thesis. Queensland University of technology School of Nursing

Page 16: KONSEP PENELITIAN SDL.doc

KUISONER SDLRS

Pilihlah jawaban yang menurut anda paling sesuai untuk menggambarkan diri anda dengan menyilang ( X ) atau melingkari ( O ) pada pilihan jawaban yang disediakan. Keterangan:STS = Sangat Tidak SetujuTS = Tidak SetujuN = NetralS = SetujuSS = Sangat Setuju

No Pernyataan Jawaban1 Saya mengatur waktu saya dengan baik STS TS N S SS

2 Saya seorang yang disiplin STS TS N S SS

3 Saya seorang yang melakukan sesuatu secara terencana

STS TS N S SS

4 Saya menetapkan batas waktu yang ketat untuk menyelesaikan sesuatu tugas

STS TS N S SS

5 Saya memiliki kemampuan yang baik dalam mengatur segala sesuatu

STS TS N S SS

6 Saya seorang yang sistematis STS TS N S SS

7 Saya belajar secara sistematis STS TS N S SS

8 Saya menetapkan waktu khusus untuk belajar

STS TS N S SS

9 Saya memecahkan masalah dengan melakukan perencanaan

STS TS N S SS

10 Saya mengutamakan tugas saya STS TS N S SS

11 Saya dapat dipercaya untuk mampu menyelesaikan pendidikan saya

STS TS N S SS

12 Saya lebih suka merencanakan proses belajar sendiri

STS TS N S SS

13 Saya sangat percaya diri terhadap kemampuan saya untuk mencari informasi

STS TS N S SS

14 Saya ingin mempelajari informasi baru STS TS N S SS

15 Saya menikmati dalam mempelajari informasi baru

STS TS N S SS

16 Saya memiliki keinginan untuk belajar STS TS N S SS

17 Saya menikmati tantangan STS TS N S SS

Page 17: KONSEP PENELITIAN SDL.doc

18 Saya senang belajar STS TS N S SS

19 Saya mengevalusi ide-ide baru dengan kritis STS TS N S SS

20 Saya suka mengumpulkan fakta terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan

STS TS N S SS

21 Saya suka mengevaluasi apa yang telah saya lakukan

STS TS N S SS

22 Saya terbuka terhadap ide-ide baru STS TS N S SS

23 Saya belajar dari kesalahan saya sendiri STS TS N S SS

24 Saya butuh mengetahui mengapa suatu hal terjadi

STS TS N S SS

25 Saat dihadapkan kepada masalah yang tidak dapat saya selesaikan, saya akan meminta bantuan untuk menyelesaikannya

STS TS N S SS

26 Dalam belajar, saya sering merujuk bagaimana seorang dokter melakukan pekerjaannya.

STS TS N S SS

27 Saya harus membatasi hal-hal yang saya pelajari

STS TS N S SS

28 Saya lebih suka untuk menentukan tujuan saya sendiri dalam melakukan suatu hal

STS TS N S SS

29 Saya suka untuk membuat keputusan untuk diri saya sendiri

STS TS N S SS

30 Saya bertanggung jawab terhadap keputusan/tindakan saya sendiri

STS TS N S SS

31 Saya mengendalikan kehidupan saya sendiri STS TS N S SS

32 Saya memiliki standar diri yang tinggi dalam melakukan sesuatu

STS TS N S SS

33 Saya lebih suka untuk menentukan tujuan belajar saya sendiri

STS TS N S SS

34 Saya mengevaluasi kinerja saya sendiri STS TS N S SS

35 Saya seorang yang logis STS TS N S SS

36 Saya seorang yang memiliki sifat yang bertanggung jawab

STS TS N S SS

37 Saya memiliki harapan yang tinggi STS TS N S SS

38 Saya mampu untuk fokus pada satu masalah STS TS N S SS

39 Saya sadar terhadap keterbatasan diri sendiri

STS TS N S SS

40 Saya dapat mencari informasi untuk diri saya sendiri

STS TS N S SS

41 Saya memiliki keyakinan yang tinggi terhadap kemampuan diri saya sendiri

STS TS N S SS

42 Saya lebih menyukai untuk menentukan kriteria sendiri dalam mengevaluasi kinerja saya

STS TS N S SS

Page 18: KONSEP PENELITIAN SDL.doc

BAB IVHASIL PENELITIAAN

1. Analisis Univariate

a. Distribusi frekuesni responden

Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Tingkat

Tingkat Jumlah PersentaseTingkat 1 48 51,1%Tingkat 2 46 48,9%

Total 94 100%

Responden pada penelitian ini terdiri dari 48 mahasiswa tingkat

satu (51,1%). Ada 17 kuesioner yang tidak dapat dianalisis karena tidak

lengkap dalam pengisiannya. Ada 46 mahasiswa tingkat dua (48,9%), ada

17 kuesioner yang tidak dapat dianalisis karena kurang lengkap dalam

pengisian.

b. Umur

Rerata usia responden adalah 18,5 sampai 19,5 tahun. Hal

tersebut terdapat pada table 5 di bawah ini.

Tabel 5. Distribusi frekuensi umur responden

Tingkat Rerata Jumlah PersentaseTingkat 1 18,47 48 51,1%Tingkat 2 19,44 46 48,9%

c. Distribusi rata-rata SDL mahasiswa

Tabel 6. Distribusi rata-rata SDL mahasiswa

Page 19: KONSEP PENELITIAN SDL.doc

Variabel Mean SD Minimal – Maksimal

95% CI

SDL 156,37 12,159 131 – 210 153,88 – 158,86

Rerata SDL mahasiswa Tingkat satu dan tingkat dua Akper

Pemprov Jateng adalah 156,37 dengan tingkat SDL minimal sebesar 131

dan maksimal 210. Angka ini menunjukkan bahwa tingkat SDL mahasiswa

tingkat I dan II Akper Pemprov Jateng di Kampus I Wonosobo dari sedang

sampai tinggi > 149).

d. Distribusi rata-rata masing-masing variable dalam SDL mahasiswa

Tabel 7. Distribusi rata-rata masing-masing variable dalam SDL mahasiswa

Sub Variabel Mean SD Minimal – Maksimal

95%CI

Self management

46,50 4,713 37 - 65 45,53 – 47,47

Desire for learning

47,89 4,38 38 – 60 47,00 – 48,79

Self controle 61,98 5,68 49 - 85 60,82 – 63,14

Dari tiga sub variable yang menyusun SDL kontrol diri menjadi sub

variable dengan rerata tertinggi (61,98) diikuti sub variable keinginan untuk

belajar dan sub variable manajemen diri.

e. Distribusi frekuensi Tingkat SDL mahasiswa

Tabel 8. Distribusi frekuensi Tingkat SDL mahasiswa

Responden Tingkat SDL

Frekuensi Persentase Persentase kumulatif

Tingkat 1 Rendah 0 0% 0%Sedang 5 10,4% 10,4%Tinggi 43 89,6% 100%

Tingkat 2 Rendah 0 0% 0%

Page 20: KONSEP PENELITIAN SDL.doc

Sedang 17 37% 37%Tinggi 29 63% 100%

Sebagian besar mahasiswa tingkat I (89,6%) dan tingkat II (63%)

memiliki SDL tinggi. Persentase mahasiswa dengan SDL tinggi pada

mahasiswa tingkat I lebih besar daripada mahasiswa tingkat II.

2. Analisis Bivariate

a. Distribusi Variabel SDL mahassiswa berdasar tingkat

Tabel 8. Distribusi Variabel SDL mahassiswa berdasar tingkat

Tingkat Mean SD SE P Value NTingkat 1 159,83 10,76 1,55 0,000 48Tingkat 2 152,76 12,59 1,85 46

Nilai signifikansi sebesar 0,000. Karena 0,000 ≤ 0,05, maka

disimpulkan bahwa “ada perbedaan SDL antara Mahasiswa Tingkat 1 dan

2. Nilai SDL mahasiswa tingkat 1 berbeda dengan mahasiswa tingkat II,

dan factor peluang hanya mempengaruhi sebesar 0,000 . Karena factor

peluang hanya menentukan hasil sebesar 0,000, maka hasil yang

didapatkan bermakna.

b. Distribusi Sub Variabel SDL mahasiswa berdasar tingkat

Tabel 9. Distribusi Sub Variabel SDL mahasiswa berdasar tingkat

Sub Variabel Tingkat Mean SD SE P value NSelf management

Tingkat 1 1,67 0,04 0,0058 0,0325 48

Tingkat 2 1,65 0,044 0,0065 46Desire for learning

Tingkat 1 1,69 0,0365 0,00527 0,002 48

Tingkat 2 1,67 0,388 0,00573 46Self controle Tingkat 1 1,80 0,035 0,0051 0,01 48

Tingkat 2 1,78 0,040 0,0059 46

Page 21: KONSEP PENELITIAN SDL.doc

Ada perbedaan bermakna secara statistic pada sub variable self

manajemen antara tingkat I dan 2 dengan p= 0,0325 sehingga Ho ditolak

artinya ada perbedaan bermakna pada sub variabel self management

antara mahasiswa tingkat 1 dengan tingkat 2. Ada perbedaan bermakna

secara statistic pada sub variable desire for learning antara mahasiswa

tingkat 1 dan 2 dengan p= 0,002 (p< 0,05). sehingga Ho ditolak artinya

ada perbedaan bermakna direct for learning antara mahasiswa tingkat 1

dan 2. Ada perbedaan bermakna secara statistic pada sub variable self

controle antara mahasiswa tingkat 1 dan 2 dengan p = 0,01 (p< 0,05)

sehingga Ho ditolak artinya ada perbedaan bermakna self controle antara

mahasiswa tingkat 1 dan 2.

Page 22: KONSEP PENELITIAN SDL.doc

BAB VPEMBAHASAN