30
BAB I SKENARIO Seorang pasien perempuan usia 30 tahun, datang ke klinik gigi karena merasa giginya berlubang. Dokter gigi melakukan pemeriksaan intra oral dengan menggunakan kaca mulut, sonde, ekskavator dan menemukan karies oklusal pada gigi 46. Pada gigi tersebut akan dilakukan penumpatan dengan beberapa bahan alternatif bahan tumpatan. Pasien memilih bahan tumpatan yang paling kuat karena gigi tersebut digunakan untuk mengunyah. Dokter gigi kemudian membuat desain preparasi kavitas dan melakukan prosedur penumpatan yang benar sesuai dengan bahan tumpatan yang dipilih oleh pasien. 1

Konservasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Konservasi Gigi

Citation preview

Page 1: Konservasi

BAB I

SKENARIO

Seorang pasien perempuan usia 30 tahun, datang ke klinik gigi karena merasa

giginya berlubang. Dokter gigi melakukan pemeriksaan intra oral dengan

menggunakan kaca mulut, sonde, ekskavator dan menemukan karies oklusal

pada gigi 46. Pada gigi tersebut akan dilakukan penumpatan dengan

beberapa bahan alternatif bahan tumpatan. Pasien memilih bahan tumpatan

yang paling kuat karena gigi tersebut digunakan untuk mengunyah. Dokter

gigi kemudian membuat desain preparasi kavitas dan melakukan prosedur

penumpatan yang benar sesuai dengan bahan tumpatan yang dipilih oleh

pasien.

1

Page 2: Konservasi

BAB II

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Termasuk kavitas kelas berapa karies pada kasus tersebut?

2. Mengapa pasien belum merasakan sakit pada gigi yang berlubang?

3. Bagaimana desain preparasi untuk kavitas tersebut?

4. Bahan tumpatan apa yang cocok untuk kavitas ini?

5. Apa saja macam – macam alternatif bahan tumpatan untuk kasus ini?

6. Apakah pada kasus tersebut diperlukan pemeriksaan penunjang? Jika

ya, apa saja?

7. Bagaimana prosedur penumpatan yang benar?

8. Alat apa saja yang digunakan untuk preparasi, pemeriksaan intra oral

dan penumpatan?

9. Bagaimana pertimbangan pemilihan bahan tumpatan?

10. Bagaimana indikasi dan kontra indikasi dari bahan tersebut?

BAB III

HIPOTESIS

2

Page 3: Konservasi

Perempuan 30 tahun

Pemeriksaan intraoral

Karies oklusal gigi 46

Pemilihan bahan tumpatan

Amalgam

Alternatif lain

Pembuatan desain kavitas

Penumpatan

Prosedur penumpatan

BAB IV

LEARNING ISSUE

1. Penegakan diagnosis

a. Pemeriksaan intra oral

b. Tes vitalitas

3

Page 4: Konservasi

2. Pertimbangan pemilihan bahan tumpatan (amalgam + basis)

a. Komposisi

b. Sifat bahan

c. Indikasi dan kontra indikasi

d. Kelebihan dan kekurangan

3. Batas pengambilan jaringan karies

4. Prinsip desain preparasi kavitas kelas I

5. Prosedur penumpatan amalgam

a. Alat yang digunakan

b. Preparasi

c. Basis

d. Penumpatan

e. Pemolesan

BAB V

LEARNING OUTCOMES

PENEGAKAN DIAGNOSIS

Pemeriksaan intra oral

4

Page 5: Konservasi

Karies dapat diidentifikasi sebagai bercak putih dan coklat serta kavitas pada

permukaan bukal dan lingual dapat dilihat jelas dengan mata telanjang atau

lewat kaca mulut (Schuurs et.al., 1992).

Menurut Pitford (1993) diagnosa karies gigi dapat ditegakkan dengan dua cara

:

a. Pemeriksaan Subyektif

yaitu dengan melakukan anamnesa pada pasien.

b. Pemeriksaan Obyektif

yaitu dengan cara klinik,yaitu terbagi atas :

1. Pemeriksaan Visual Langsung

Sebelum gigi diperiksa, gigi terlebih dahulu harus dikeringkan dan

dibersihkan dari plak. Tanda karies paling dini adalah adanya bercak

putih di email. Tanda berikutnya adalah hilangnya kontur permukaan.

Jika dentin terkena karies, dentin berwana kuning atau coklat

meskipun pada lesi yang telah lama atau lesi yang lebih lambat

penyebarannya akan tampak biru atau kehitaman.

2. Transiluminasi

Pemeriksaan karies dengan cara gigi disinari. Jika gigi disinari, lesi

karies akan terlihat sebagai bayangan hitam. Cara ini sering

digunakan untuk mendeteksi lesi aproksimal pada gigi anterior.

3. Penggunaan Sonde

Sonde dapat digunakan untuk menelusuri permukaan gigi dan

mendeteksi pit dan fisur yang melunak karena karies. Jika permukaan

email dari dinding fisur telah mengalami kavitasi, sonde dengan

tekanan ringan akan menyangkut pada email yang lunak.

Sonde hendaknya jangan digunakan sebagai pengganti pemeriksaan

visual bagi gigi yang telah dikeringkan. Hal ini bisa menghancurkan

zona permukaan pada lesi yang masih utuh, yang jika tidak diganggu

sebetulnya akan mengalami remineralisasi.

4. Penggunaan Benang Gigi

Benang gigi dilewatkan diantara permukaan proksimal, dan jika

benang gigi menjadi rusak menandakan adanya tepi email yang kasar

dari suatu kavitas karies, tepi restorasi yang tidak rata, atau karang

gigi.

5. Radiografi

Sinar X diserap oleh jaringan keras sehingga jika sinar X diarahkan ke

gigi akan terbentuk gambaran pada film yang ditempatkan di

5

Page 6: Konservasi

belakangnya. Hilangnya mineral oleh karies akan mempengaruhi

gambaran pada film, dan hal ini dimanfaatkan untuk mendeteksi

karies pada gigi terutama pada permukaan aproksimal.

Lesi yang telah terdeteksi secara klinik tak selalu tampak secara

radiografik. Dengan demikian, pemeriksaan radiografik hendaknya

dilakukan setelah pemeriksaan klinik, bukan pengganti pemeriksaan

klinik.

Tes Vitalitas

Ada beberapa cara untuk mengukur tes vitalitas pada gigi, yaitu :

a. Uji Listrik Pulpa

Uji listrik pulpa digunakan untuk menguji vitalitas pulpa dengan

merangsang respon pulpa menggunakan arus listrik. Bila tidak ada

respon maka ada indikasi dari nekrosis pulpa.

b. Uji termal

Yang meliputi uji termal antara lain adalah uji panas dan dingin. Uji ini

digunakan untuk menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal.

Tes dingin bisa dilakukan dengan menggunakan cucuran air dingin

ataupun etil klorida Bila respon terhadap dingin, maka pulpa vital,

tanpa menentukan pulpa normal atau abnormal. Sedangkan untuk tes

panas bisa dilakukan dengan udara hangat, air panas, burnisher panas,

maupun gutta percha panas. Bila respon terhadap panas, bila pulpa

abnormal, maka ada gangguan pulpa atau periapikal yang perlu

perawatan endodontik.

c. Uji anestesi

Uji ini dilakukan sebagai usaha terakhir apabila pasien tidak merasa

sakit saat dites. Uji ini menggunakan injeksi infiltrasi atau intraligamen

dengan memblok mandibular.

d. Uji kavitas

Uji ini dilakukan untuk menentukan vitalitas pulpa bila diagnosis lain

gagal. Uji ini dilakukan dengan mengebur pertautan email dan dentin

tanpa anestesi dengan kecepatan rendah dan tanpa air pendingin. Bila

pasien merasa sakit, maka tidak perlu dilakukan perawatan

endodontic. Tetapi bila tidak ada rasa sakit, bur bisa dilanjutkan

sampai mencapai kamar pulpa, lalu dilanjutkan dengan perawatan

endodontik.

6

Page 7: Konservasi

PERTIMBANGAN PEMILIHAN BAHAN TUMPATAN

I. AMALGAM

A. KOMPOSISI BAHAN

- KOMPONEN UTAMA

1. Silver (Ag) : 65%

2. Tin (Sn) : 25-29%

- KOMPONEN TAMBAHAN

1. Copper (High copper (6-30%) dan low copper)

2. Zinc (Containing (0-2%) dan free zinc)

3. Gold

4. Palladium (0,1%)

5. Platinum

6. Indium (0,4%)

7. Selenium

8. Mercury

Jenis amalgam berdasarkan komposisi bahan :

Amalgam Konvensional

Amalgam ini tersusun atas low copper amalgam yang mengandung

70% Ag, 26% Sn, 3-4% Cu. Ukuran partikelnya bisa irregular

maupun spherical. Fasa dalam amalgam konvensional meliputi fasa

γ1 (Ag2H3) yaitu matriks amalgam, fase γ2 (Sn7Hg) yang merupakan

fasa paling lemah dan mudah terserang korosi dan fase n (Ag3Sn)

yang merupakan sisa partikel yang tidak bereaksi.

Yang termasuk dalam macam amalgam konvensional yaitu low

copper lathe cut dan low copper spherical.

Amalgam Modern

Amalgam ini tersusun atas high copper amalgam yang

mengandung 41-61% Ag, 28-31% Sn, 6-30% Cu. Hanya ada dua

fase pada amalgam ini, yaitu fase

γ1 dan n (Cu6Sn5). Dengan kadar tembaga yang meningkat pada

amalgam ini memiliki efek tidak terbentuk fase γ2 dan terbentuk

fase n yang lebih tahan terhadap erosi. Selain itu amalgam modern

juga disukai karena marginal integrity dan sifat mekaniknya lebih

baik.

B. SIFAT BAHAN

7

Page 8: Konservasi

a. Compressive strength atau tekanan

- Merupakan keunggulan dari amalgam

b. Tensile strength atau daya rentang (tegangan)

c. Rigiditas atau kekakuan

- Sifat yang penting untuk restorasi gigi yang mendapat beban

kunyah (gigi posterior)

- Amalgam high copper : tekanan rigiditas sekitar 55 Gpa

GIC : tekanan rigiditas sekitar 3-5 Gpa

d. Thermal expansion

- Amalgam : 25 mm/mm/C x 10-6

GIC : 10-11 mm/mm/C x 10-6

- Semakin besar hermal expansion maka semakin besar

perubahan dimensi dengan perubahan suhunya

e. Creep atau pergerakan perlahan

- Deformasi permanen yang progresif, di bawah tekanan

amalgam yang sudah setting

f. Perubahan dimensi

- Terjadi dalam waktu 20 menit dan ekspansi sampai dengan 24

jam

- Bila terjadi kontaminasi dengan air maka terjadi reaksi elektrolit

antar air dan zinc, terbentuk gas hidrogen dalam amalgam,

ekspansi keluar dari kavitas, leakage, dan nyeri

g. Korosi

- Kerusakan elektrokimia suatu logam melalui reaksi dengan

lingkungan

8

Page 9: Konservasi

- Bila berlebihan mengakibatkan peningkatan porositas,

penurunan integritas marginal, berkurangnya kekuatan

amalgam, dan pelepasan produk metal dalam rongga mulut

h. Korosi galvanic

- Terjadi kontak antara 2 jenis logam berbeda dalam larutan

elektrolit

- Dapat terjadi bila amalgam bersentuhan atay berkontak dengan

cast gold, alloy prostodonti, dan amalgam lama.

C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

- Kelebihan

Mudah diinsersi

Mampu mempertahankan bentuk anatomis

Tidak terlalu sensitif

Memiliki resistensi terhadap fraktur

Mencegah leakage marginal

Dapat digunakan pada daerah yang menerima beban

Sangat baik untuk lesi kecil sampai sedang

Tahan lama

Murah

- Kekurangan

Warnanya yang kontras dengan gigi (nilai estetiknya lemah)

Mengalami korosi dan korosi galvanic

Sulit untuk mengembalikan bentuk anatomi secara

keseluruhan

Ancaman infeksi mercury

Mengalami breakdown di margin

Tidak membantu menguatkan sisa jaringan gigi

9

Page 10: Konservasi

Lambat laun dapat berubah warna (tarnish)

Mengurangi struktur gigi karena harus melubangi gigi sedalam

2 mm untuk penempatan amalgam

D. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI

- Indikasi

Kavitas Klas I (gigi posterior)

Kavitas Klas II (gigi posterior)

Kavitas Klas V

Penumpatan yang tidak memperdulikan estetik

- Kontraindikasi

Karies meluas hingga cusp

Penumpatan yang diperlukan estetis

Penumpatan dengan gigi antagonis menggunakan tumpatan

logam yang tidak sejenis

II. BASIS

1. Semen Oksida Seng Eugenol (OSE)

Merupakan semen sedatif yang lembut, biasanya dalam bentuk

bubuk, cairan, maupun basis insulatif (penghambat).

Kelebihan dari bahan ini yaitu efek paliatif terhadap pulpa gigi,

kemampuan untuk meminimalkan kebocoran mikro dan member

perlindungan terhadap pulpa. Oleh karena itu, bahan ini sering

dipakai untuk merawat lesi karies yang besar.

Bahan ini juga bisa menjadi indikasi untuk gigi yang sensitif karena

kedalaman kavitas dan keadaan pulpa.

2. Semen Zinc Phosphat

Berupa bahan bubuk – cairan; bubuknya adalah oksida seng dan

cairannya adalah osto-fosforik, garam – garam logam dan air.

Campuran awal dari semen bersifat sangat asam karena ada asam

fosforik, tetapi pH akan akan mencapai normal dalam waktu

singkat.

Untuk menyemen tuangan, ketebalan lapisan harus tipis, karena

semakin tipis ketebalan lapisan, maka semakin besar daya

perlekatannya.

10

Page 11: Konservasi

Bila semen ini dibiarkan mengeras ketika berkontak dengan saliva,

maka permukaan semen dapat menjadi lembut dan mudah larut

oleh cairan – cairan mulut.

Keuntungan :

o Mudah dimanipulasi

o Memiliki kekuatan yang besar untuk basis

o Dapat menahan tuangan mekanis

o Memberikan perlindungan yang baik terhadap rangsangan

panas.

Kerugian :

o Mudah pecah

o Tidak baik untuk tambalan sementara

o Bila baru diaduk akan sangat mengiritasi pulpa, dan tanpa

perlindungan vernis atau jenis bahan basis lainnya bisa

menyebabkan kerusakan pulpa ireversibel.

3. Semen Polikarboksilat

Bubuk semen polikarboksilat sama dengan bubuk semen seng

fosfat, mengandung oksida seng dan sejumlah kecil oksida

magnesium. Beberapa produk sekarang mengganti oksida

magnesium dengan oksida stanic dan stannous florida untuk

memodifikasi waktu pengerasan dan meningkatkan kekuatan serta

karakteristik – karakteristik manipulasinya.

Sifat – sifat :

o Sifat biologis baik karena dapat membentuk ikatan adhesive

dengan kalsium gigi

o pH mirip zinc phosphate, tetapi respon terhadap pulpa mirip

seng eugenol

o Bila ada sedikit penyimpangan dalam rasio bubuk – cairan

tidak akan begitu mempengaruhi sifat – sifat fisiknya

o Tidak dapat mengikat logam pada tuangan atau pengecoran

sehingga tidak unggul untuk restorasi penyemenan emas

tuang

o Cenderung cepat mengeras.

Dapat digunakan untuk bahan penyemenan, basis, lapik penyekat

dan bahan penutup di bawah email tipis.

4. Semen Silikofosfat

11

Page 12: Konservasi

Bersifat hybrid, merupakan kombinasi antara semen zinc

phosphate dan silikat.

Pada semen ini terdapat fluoride untuk memberikan pencegahan

karies sekunder pada pasien dengan angka karies tinggi

Sifat manipulasi buruk, ketebalan lapisan tinggi

Perlindungan pulpa dengan menggunakan semen seng fosfat.

5. Semen Ionomer Kaca

Sifat biologis baik dengan potensi perlekatan.

Bisa digunakan untuk bahan restoratif dan bahan penyemenan

Dapat digunakan untuk basis tetapi sangat sensitif terhadap air dan

membutuhkan daerah yang kering.

BATAS PENGAMBILAN JARINGAN KARIES

Sejak era tahun 1890 an, konsep preparasi kavitas (pengambilan

bagian gigi yang berlubang dengan bur) yang dikembangkan oleh GV.Black

mulai digunakan luas di dunia kedokteran gigi. Konsepnya yang terkenal

dengan prinsip extention for prevention alias dengan membuat kavitas yang

besar untuk bahan tumpat amalgam sangat sesuai dengan pemahaman untuk

mencegah terjadinya karies sekunder.

Pada kenyataannya, struktur dan jaringan gigi yang sehat yang tersisa

akibat pengambilan yang banyak tersebut dapat membuat jaringan gigi yang

tersisa tersebut menjadi rapuh dan tidak kuat menahan beban akibat proses

pengunyahan dan ikatan bahan tumpatan gigi dengan struktur gigi, akibatnya

resiko fraktur gigi menjadi lebih besar.

Oleh karena itu, dibuatlah filosofi dari perawatan profesional pada konsep

Minimal Intervention in Dentistry (MID) yang memberikan perhatian utama

pada gejala awal, deteksi dini dan perawatan segera pada tingkat mikro

12

Page 13: Konservasi

(tahap yang paling kecil), diikuti dengan invasi yang paling minimal

dan patient friendly sebagai pilihan untuk memperbaiki kerusakan ireversibel

yang disebabkan oleh penyakit.

Jika ada penyakit gigi seperti karies harus segera dilakukan perawatan.

Tidakan ekstraksi alias pencabutan alias eksekusi adalah tahap

akhir jika gigi tsb sudah tidak dapat dipertahankan lagi.

Pembuangan jaringan gigi pada saat perparasi dilakukan seminimal

mungkin. Restorasi atau bahan tumpatan yang diberikan setelah gigi

selesai dipreparasi harus menjamin pencegahan atau eliminasi

penyakit.

Patient friendly yaitu mengajarkan kepada masyarakat bagaimana

mengetahui adanya risiko karies gigi sehingga masyarakat akan

berusaha mencari pelayanan kesehatan gigi dan mulut

Tooth friendly yaitu memberikan perawatn karies gigi dengan

intervensi perawatan gigi yang seminimal mungkin, baik pengambilan

jaringannya hingga dalam teknik perawatannya menggunakan bahan

tambal yang mempunyai perlekatan secara kimiawi yang berefek

terhadap terjadinya proses remineralisasi.

Sedangkan menurut Mickenautsch ( 2002 ) minimal intervension

merupakan cara penanganan secara profesional, mengutamakan deteksi dini

dan perawatan sedini mungkin

— The World Dental Federation (FDI) membuat lima prinsip Minimal

Intervention dalam penanganan karies, yaitu

Modification of the oral flora

Mengurangi bakteri kariogenik. Karies adalah penyakit infeksi, maka

fokus utama adalah mengontrol infeksi, kontrol plak, dan mengurangi

makanan karbohidrat. —

Patient education

Pendidikan kepada pasien dengan memberitahukan penyebab karies

sehingga ada tindakan pencegahan yang lebih dini dari pasien.

Remineralisation of non-cavitated lesions of enamel and dentine

Dengan mengambil jaringan gigi yang terdemineralisasi saja dan

mengarah kepada pemeliharaan struktur gigi yang sehat sebanyak

13

Page 14: Konservasi

mungkin. Bila lesi minimal bisa dilakukan penyembuhan dengan

remineralisasi

Minimal operative intervention of cavitated lesion

Bentuk kavitas dibuat sesuai dengan bentuk karies. Dasar enamel

didukung oleh bahan adhesif restoratif.

Repair of defective restoration

Sehingga minimal intervention pada akhirnya mempunyai keuntungan

biaya lebih murah, trauma yang kecil pada pasien dan konsep ini merupakan

pendekatan biologik, bukan mekanik.

PRINSIP DESAIN PREPARASI KAVITAS KELAS I

1. Kavitas berbentuk box

2. Tepi dengan hubungan but-joints

3. Undercut untuk menahan tambalan di dalam kavitas

4. Amalgam merupakan logam penghantar panas yang baik, preparasi

kavitas harus dangkal

5. Ketebalan minimal 2mm, bila lebih diberi pelapik atau basis semen

6. Retensi dari bahan dicapai dengan kesejajaran dari dinding yang

berlawanan atau dengan sedikit undercut pada dentin

Kedalaman kavitas diijaga keseragamannya

A. Kemiringan yang tepat pada dinding mesial dan distal

B. Tidak benar: lingir (ridge) tepi mesial dan distal lemah karena

adanya undercut

Kavitas klas 1 harus cukup lebar sehingga mencakup semua

kerusakan, atau harus sesempit mungkin

Ragangan kavitas harus merupakan perpaduan harmonis dari

lengkungan atau garis-garis lurus

14

Page 15: Konservasi

Pinggiran mesial dan distal dibuat sejajar dengan lingir tepi,

transversal dan oblik

Kontur lingir alami pada email sehat biasanya memisahkan

kavitas ceruk dan fisura

Dinding mesial dan distal yang berdekatan dengan lingir tepi

harus sedikit meruncing keluar dan tidak meluas di bawah email

Biasanya dasar pulpa dipotong tegak lurus terhadap sumbu

panjang gigi karena kebanyakan tonjol tingginya hampir setara

15

Page 16: Konservasi

Posisi tangkai bur (bur berbentuk buah pir) membagi dua sudut

dibentuk oleh kemiringan email yang berdekatan

Kavitas pada permukaan fasial dan lingual dipreparasi sampai

dinding-dinding dalamnya sejajar dengan permukaan luar gigi

PROSEDUR PENUMPATAN AMALGAM

A. ALAT YANG DIGUNAKAN

Hand Instrumen (Instrumen Genggam)

1. Kaca Mulut

- Ukuran bervariasi.

- Bentuk ada yang datar dan cekung (untuk membesarkan).

- Terdiri atas tipe refleksi permukaan depan dan tipe refleksi

permukaan belakang:

Permukaan refleksi di bawah kaca :

Lebih sering digunakan pada pemeriksaan umum

16

Page 17: Konservasi

Untuk meretraksi lidah dan pipi

Ketebalan kaca dua kali sehingga bayangan terlihat dobel bila dilihat

pada sudut tertentu

Lebih tahan pada kerusakan.

Permukaan refleksi depan :

Untuk pemeriksaan lebih rinci

Bayangan lebih jelas bila dilihat menyudut

Mudah tergores sehingga harus hati-hati saat membersihkan dan

mensterilkan.

- Fungsi :

Untuk melihat kelainan jaringan di dalam mulut.

Untuk melihat pada saat mengerjakan preparasi kavitas.

Untuk melihat kedalaman jaringan gigi.

2. Sonde

- Ada 2 macam :

Medical sonde (ujung tumpul)

Dental sonde (ujung runcing)

- Bentuk sonde :

Melengkung ½ lingkaran (half moon)

Berbentuk lurus

Berbentuk sudut pada bagian ujung yang tajam

- 1 set dasar terdiri dari 3 sonde :

Sonde lurus : digunakan untuk mengecek tepi restorasi dan

memeriksa karies di dentin selama preparasi kavitas.

Sonde briault : untuk memudahkan akses ke dalam pertautan

email-dentin (DEJ) selama preparasi kavitas; untuk mendeteksi

kalkulus subgingiva.

Sonde periodontal : merupakan sonde tumpul atau memiliki

bulatan kecil di ujungnya dan diberi skala untuk mengukur

kedalaman soket periodontal.

- Fungsi :

Untuk memeriksa keutuhan gigi.

Untuk mendeteksi adanya karies yang tersembunyi.

17

Page 18: Konservasi

Untuk memeriksa tepi restorasi.

Untuk membuang tumpatan sementara.

Untuk mengetahui kedalaman karies.

Untuk mengukur kedalaman soket periodontium.

Untuk menemukan muara saluran akar.

Untuk membuang sisa tambalan yang berlebihan.

Untuk memeriksa kekerasan dentin dalam proses preparasi

kavitas untuk perawatan karies gigi.

3. Pinset

- Fungsi :

Mengambil alat – alat kecil.

4. Chisel (Pahat)

Blade dan cutting edge terletak pada 1 garis lurus. Fungsi:

Untuk memotong email

Meratakan dentin

Memperoleh line angle yang tajam.

Macamnya: straight chisel, monangle chisel, binangle chisel,

wedelstraedt chisel.

5. Hog (Hoe)

18

Page 19: Konservasi

Bentuk seperti pacul. Fungsi : untuk membuat retensi dalam kavitas

dan meratakan dinding email.

6. Gingival Margin Trimmer

Fungsi : untuk membuat bevel pada kavitas: mesio oklusal kelas II,

disto oklusal (DO), dan mesio oklusal distal (MOD).

7. Angle former

Fungsi :

Untuk retensi pada kavitas kelas III

Untuk membuat bevel

Membuat line angle dan point angle yang tajam.

8. Excavator

Bentuk seperti sekop. Fungsi :

Untuk mengambil jaringan dentin yang terbuka

Untuk membuka tumpatan sementara

Membuang jaringan pulpa pada cavum dentis

Untuk membuang sisa-sisa makanan yang terdapat pada gigi

sebelum dilakukan preparasi.

9. Instrument Untuk Restorasi Amalgam

a. Flat plastic instrument/plastic instrument

19

Page 20: Konservasi

- Untuk mengirim material ke dalam kavitas

- Untuk membuang kelebihan material.

b. Amalgam carier/stopper

- Untuk mengambil & menempatkan amalgam ke dalam kavitas.

c. Amalgam plugger/condenser

- Untuk memadatkan & mengkondensasi amalgam ke dalam

kavitas

- Digunakan dengan tekanan kuat.

d. Amalgam carver

- Bilah instrumen ini tajam atau agak tajam dan bentuknya

bervariasi

- Untuk mengkarving & membentuk restorasi amalgam agar

mendapatkan bentuk anatomi & oklusi yang tepat.

e. Amalgam burnisher

- Untuk memoles & menghaluskan amalgam ketika

dikondensasikan pada kavitas.

Cutting Instrument (Instrumen Potong & Instrumen Putar)

Fungsi : sebagai alat pemotong jaringan gigi dalam jumlah besar dan

bekerja dengan putaran mesin dengan menggunakan handpiece.

Handpiece dibagi :

20

Page 21: Konservasi

Straight handpiece : dibentuk lurus untuk pekerjaan lab, ex : untuk

grinding pada prothesa yang telah di flasking dan packing.

Contra angel handpiece : untuk preparasi kavitas gigi dan mulut.

Handpiece, dibagi menurut kecepatan putarnya :

Low speed :

- antara 500-15000 rpm.

- Untuk : pemolesan tambalan/setelah ditambal, penghalusan

kavitas, penggunaan paper disk.

High speed:

- Antara 100.000-300.000 rpm.

- Untuk: preparasi kavitas, membuat retensi, membuat bevel

pada kavitas, outline foam.

Ultra speed:

- > 300.000 rpm.

- Untuk membuang tumpatan logam yang sudah ada pada

kavitas.

Beda Low speed dan High speed:

Low speed:

a. Waktu yang terbuang banyak karena putarannya banyak (torsi 0-

40.000 rpm)

b. Pengeboran dengan tekanan + 1-2 kg

c. Getaran yang ditimbulkan keras, sehingga pasien merasa tidak

nyaman

d. Pemakaian bur cenderung meleset dari kavitas sehingga kalau

mengebur harus ditekan agar tidak meleset ke gigi sebelahnya.

High speed:

a. Tekanan pengeburan harus ringan kalau tidak bisa terjadi perforasi

pada pulpa (pulpa terbuka)

b. Panas dan getaran yang ditimbulkan tidak banyak sehingga pasien

merasa nyaman

c. Pada high speed daya potongnya besar sehingga bisa

mempreparasi banyak gigi

d. Bur lebih awet karena menggunakan tekanan ringan

e. Torsi 250.000-400.000 rpm

f. Kecepatannya tinggi sehingga harus ada air, kalau tidak gigi akan

panas dan menimbulkan kematian pulpa.

Klasifikasi instrument putar :

21

Page 22: Konservasi

Bur BulatBur FisurBur Konus Terbalik

a. Bur-bur gigi

- Memiliki ujung pemotong dari logam.

- Berputar pada arah yang spesifik (berlawanan dengan arah

jarum jam) agar pemotongan lebih efektif.

- Contoh desain bur-bur tipe rouler :

1. Bur Bulat :

Dapat memotong objek pada ujungnya dan pada sisinya

round bur.

Dalam bentuk karbid: dapat memotong email dengan

mudah dan sering digunakan untuk menembus email.

Dalam bentuk baja dan kecepatan rendah : digunakan

untuk membuang logam dari bagian dalam tuangan

emas.

Bentuk no.6 digunakan untuk membuang dentin yang

karies.

2. Bur Fisur (fisur datar) :

Dengan sisi-sisi yang sejajar maupun meruncing, bur-bur

ini memotong email dan dentin dengan baik pada

kecepatan tinggi dan memiliki keuntungan yaitu

menghasilkan permukaan yang halus.

3. Bur Konus Terbalik :

Paling efektif untuk menghasilkan undercut pada

preparasi/meratakan dasar kamar pulpa.

Dalam bentuk baja ditujukan untuk memotong dentin.

b. Alat-Alat Pengikis (Abrasif)

- Berputar dalam 2 arah.

- Pada permukaan terdapat potongan-potongan substansi yang

keras (ex: intan, batu akik, atau pasir).

22

Page 23: Konservasi

Rubber cup Brush

- Partikel-partikel pasir pengikis ini berbeda-beda tergantung

penggunaan, apa untuk mengurangi email yang keras atau

untuk memoles plastic yang lunak.

b. Alat-Alat Pemoles

- Bentuk bubuk yang digunakan seperti pumis/kompoun poles.

- Digunakan pada daerah kerja dengan sikat pemoles (brush),

roda kain basah (whell cloth) atau mangkuk karet (rubber cup).

Whell cloth digunakan untuk memoles onlay dan restorasi tuang

kecil.

B. PREPARASI

1. Dengan menggunakan bur fisur berkecepatan tinggi lebih mudah

menembus fosa dan groove yang terlihat karies atau menembus

permukaan oklusal yang

terkena karies dengan kedalaman lebih kurang 1,5 mm (yaitu kira –

kira ½ mm ke dalam dentin). Jika karies pada groove meluas sehingga

menyebabkan kerusakan enamel preparasi diperluas ke semua

marginal ridge, sehingga bentuk dinding melebar ke bawah

memiringkan preparasi pada groove.

2. Dinding preparasi dibuat sedikit konvergen ke arah permukaan oklusal

untuk menambah retensi tumpatan.

3. Untuk menyingkirkan seluruh karies dentin dapat digunakan bur bulat

dengan kecepatan rendah atau ekskavator tajam. Bila kariesnya dalam

dapat juga digunakan bur bulat yang besar dengan kecepatan rendah.

4. Sudut dan dasar preparasi diperiksa kembali dengan sonde untuk

memeriksa apakah pulpa terbuka.

C. BASIS

1. Kavitas dibersihkan dengan air, kemudian dikeringkan dengan

semprotan udara.

2. Pada kavitas yang dalam diletakkan pelindung pulpa seperti kalsium

hidroksida untuk memacu pembentukan dentin sekunder. Setelah itu di

23

Page 24: Konservasi

atasnya diletakkan lagi semen sebagai batas, dengan demikian gigi

siap untuk diisi bahan tumpatan.

D. PENUMPATAN DAN PEMOLESAN

1. Amalgam dicampur sesuai dengan kebutuhan dan diletakkan ke dalam

kavitas dengan menggunakan amalgam karier. Terlebih dahulu diisi

pada kedalaman ½ kavitas dan dipadatkan dengan plugger. Pertama

sekali gunakanlah plugger yang kecil untuk menekan amalgam ke

segala sudut preparasi, ini akan memberikan retensi yang baik bagi

tumpatan.

2. Tepi tumpatan dilicinkan dengan burnisher untuk menghindari step

pada cavosurface.

3. Prematur kontak diperiksa dengan menggunakan kapas yang sudah

dilembabkan dan diperiksa kembali tepi tumpatan dengan eksplorer

untuk memastikannya.

4. Tindakan terakhir bagi tumpatan amalgam, baru selesai setelah

mengeras lebih

kurang 24 jam. Sebelum dilakukan pemolisan, terlebih dahulu gigi

tersebut harus dikeringkan. Kemudian dilakukan pemolesan dengan

brush (sikat) menggunakan rubber cup atau bur bulat licin. Polis

terakhir dengan menggunakan pumice atau zink oksid powder dengan

air.

E. PENYEBAB KEGAGALAN RESTORASI AMALGAM KELAS I

1. Tidak menyertakan seluruh daerah fisura yang peka karies.

2. Preparasi terlalu dalam.

3. Undercut pada tepi ridge.

4. Pengukiran pembentukan anatomi oklusal terlalu dalam.

5. Amalgam terlalu tipis (<2 mm) sehingga mudah pecah akibat tekanan

kunyah yang besar.

24

Page 25: Konservasi

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, Kenneth J. 1996. Phillips : Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi.

Jakarta : EGC

Baum, Phillips, Lund. 1994. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta : EGC

Ford, T.R Pitt. 1993. Restorasi Gigi. Jakarta : EGC

Mount, Graham J and Hume W.R. 2005. Preservation and Restoration of Tooth

Structure. Queensland : Knowledge Books and Software

25