19
Makalah Proses Pembuatan Besi dan Baja Hudan Ali Yusar 1106018234 Departemen Metalurgi dan Material FTUI 2013

Konsumsi Baja Nasional Hudan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Konsumsi Baja Nasional Hudan

Makalah

Proses Pembuatan Besi dan Baja

Hudan Ali Yusar

1106018234

Departemen Metalurgi dan Material FTUI

2013

Page 2: Konsumsi Baja Nasional Hudan

Industri Baja adalah salah satu dari 10 industri unggulan yang akan dikembangkan sebagai

industri dengan orientasi peningkatan investasi dan daya saing bangsa. Keberadaan industri baja

dan industri pendukungnya menjadi sangat penting untuk dikembangkan dan dilindungi bukan

hanya oleh pemerintah Indonesia tetapi juga di negara lain.

Sektor ini memainkan peran utama dalam memasok bahan baku vital untuk pembangunan

di berbagai bidang mulai dari penyedian infrastruktur (gedung, jalan, jembatan, jaringan listrik

& telekomunikasi), produksi barang modal (mesin pabrik dan material pendukung serta suku

cadangnya), alat transportasi (kapal laut, kereta api & relnya, otomotif), hingga persenjataan.

Atas perannya yang sangat penting tersebut, keberadaan industri baja menjadi sangat strategis

untuk kemakmuran suatu negara.

Page 3: Konsumsi Baja Nasional Hudan

Konsumsi Baja Dalam Negeri

Sampai saat ini konsumsi baja nasional kita masih sangat rendah, yaitu sekitar 37,3 kg per kapita per

tahun, masih di bawah konsumsi negara-negara di Asia Tenggara. Untuk bisa menjadi negara maju,

maka Indonesia harus memiliki konsumsi baja per kapita per tahun 500 Kg. dengan tingkat konsumsi

baja perkapita pertahun yang masih minim maka Indonesia setidaknya masih memerlukan kapasitas

produksi baja 100 juta ton untuk menopang konsumsi 500 Kg pertahun perkapita.

Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional, permintaan terhadap baja terus meningkat.

Sektor kostruksi merupakan sektor penyumbang terbesar terhadap konsumsi baja

nasional. Konstribusi sektor konstruksi sebesar 80% terhadap konsumsi baja nasional.

Pembangunan jaringan pipa memiliki kontribusi sebesar 8%, sektor manufaktur, industri alatalat

mesin dan industri otomotif memiliki kontribusi masing-masing sebesar 3%, 2% dan 1%,

sedangkan 6% sisanya merupakan kebutuhan industri lain. Pertumbuhan ekonomi nasional

sangat mempengaruhi tingkat konsumsi baja nasional. Terutama pada pertumbuhan sektor

konstruksi, industri manufaktur dan otomotif. Pertumbuhan pada sektor-sektor industri ini akan

meningkatkan permintaan baja nasional.

sektor industri yang meningkatkan permintaan baja

Page 4: Konsumsi Baja Nasional Hudan

Produksi Baja dalam Negeri

Sampai saat ini pasar baja domestik masih mengalami defisit dimana terjadi over demand baik

di sisi hulu, intermediate maupun hilir. Besarnya pasar industri baja yang belum sepenuhnya

dapat dipenuhi oleh produsen domestik membuka celah masuknya baja impor

Tahun 2010, konsumsi baja dalam negeri mencapai 7,48 juta ton, sementara produksi baja

nasional hanya 5,23 juta ton. Pada tahun 2011 konsumsi baja nasional naik menjadi

8,6 juta ton dengan kapasitas produksi nasional sebesar 6,01 juta ton. Untuk menutupi

kebutuhan tersebut, harus mengimpor sebesar 2,25 juta ton pada tahun 2010 dan 2,59 juta ton

pada tahun 2011. Produksi baja dalam negeri seperti PT Krakatau Steel Tbk mencapai 2,75 juta

ton, sisanya disumbang dari perusahaan baja milik swasta sehingga totalnya 4-5 juta ton.

Sedangkan permintaan baja setiap tahunnya terus bergerak naik.

Untuk kebutuhan finish product domestik diperlukan baja mentah, industri baja mentah dalam

negeri hanya mampu memenuhi 70% kebutuhan baja mentah, Sisanya 30% masih tetap diimpor

dari luar negeri. Pada tahun 2009, kebutuhan baja mentah dalam negeri adalah 5,5 juta ton,

sedangkan produksi baja mentah hanya 3,5 juta ton. Untuk kebutuhan baja mentah tersebut

harus mengimpor 3,5 juta ton baja mentah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi baja dalam

negeri dan untuk kebutuhan baja semi finished dan finished product untuk diekspor kembali.

Pada industri hulu, untuk memenuhi kebutuhan baja mentah, diperlukan industri yang

memproduksi bijih besi dan besi bekas sebagai bahan baku. Produksi bijih besi di dalam negeri

masih sangat rendah. Pada tahun 2008 dari total produksi baja mentah sebesar 3,915 juta ton

baja metah, produksi bijih besi dalam negeri hanya mampu memenuhi 100 ribu ton pertahun.

Begitu juga dengan bahan baku dari besi bekas, Indonesia masih mengimpor dari luar negeri

sehingga harganya sangat dipengaruhi oleh pasar

Page 5: Konsumsi Baja Nasional Hudan
Page 6: Konsumsi Baja Nasional Hudan

Persebaran Mineral Besi di Indonesia (Bijih besi, Laterit, Pasir besi)

Potensi bahan baku untuk mineral besi di Indonesia masih sangat mencukupi, dengan jumlahnya

yang banyak dan tersebar diberbagai wilayah tanah air. Gambar di bawah ini memperlihatkan

sebaran tersebut :

POTENSI BIJIH BESI DI KALIMANTAN TENGAH

Potensi Kandungan Bijih Besi di Kalimantan Tengah adalah 370.477.024 Ton dan potensi ini banyak

terdapat di Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten

Katingan, Kabupaten, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin

Barat, Kabupaten Sukamara dan Kabupaten Lamandau

POTENSI BIJIH BESI DI SUMATERA BARAT

Kabupaten Sawahlunto/Sijinjing

Lokasi: Batu Manjulur

Kabupaten Solok

Lokasi: Paninggahan, X Koto Singkarak dengan prakiraan potensi 6.200.000 ton

Lokasi: Lubuk Selasih, Gunung Talang dengan prakiraan potensi 10.400.000 ton (spekulatif)

Lokasi: Air Dingin, Lembah Gumanti dan Alahan Panjang dengan prakiraan potensi spekulatif

14.600.000 ton.

Page 7: Konsumsi Baja Nasional Hudan

Lokasi: Surian, Pantai Cermin dengan prakiraan potensi spekulatif 6.400.000 ton

Keterangan: kadar Fe2O3 35,00-67%

Kabupaten Tanah Datar

Lokasi: Bukit Batu Besi

Keterangan: Tahap Inventarisasi Kadar Fe2O3 89, 30-92, 23%

POTENSI BESI LATERIT DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Lokasi : Desa Mengandungsari kec. Sekampung Udik

Sumberdaya : 1.956.562 Ton (hipotetik)

Page 8: Konsumsi Baja Nasional Hudan

POTENSI BESI LATERIT DI LAMPUNG

Lokasi : Desa Mengandungsari kec. Sekampung Udik

Sumberdaya : 1.956.562 Ton (hipotetik)

POTENSI BATU BESI DI BENGKULU

Lokasi : Ulak Lebar kec.Muara Saung

Tahap Penyelidikan :Survey Detail

Cadangan :Sumberdaya Terukur 3,000 m3

Kadar :Fe.total=53,04% TiO2=135 Fe.rata rata=29,63% Bj=3,25 ton/m3

Keterangan : Hasil DES th 2006 Dinas ESDM Prov Bengkulu

Page 9: Konsumsi Baja Nasional Hudan

Potensi Investasi komoditi Pasir Besi di Daerah di Indonesia

POTENSI PASIR BESI DI ACEH

Cadangan : 479,000 ton

Lokasi :

1. Pantai Syiah Kuala Kabupaten : Aceh Barat

2. Anoi Hitam Kota :Sabang

3. Kec. Samadua Kabupaten : Aceh Selatan

POTENSI PASIR BESI DI SUMATERA BARAT

Kabupaten Agam

Lokasi: Di luar Sepadan Pantai (200 meter dari garis pantai) 2.500 Ha.

Prakiraan Potensi: Spoekulatif 2.800 m3

Keterangan: Kandungan Unsur (%)

Fe2O3 11,97-77,42; AI2O3 2,45-13,2; SiO2 8-43,62; CaO 1,35

Lokasi: Sepadan Pantai 80 Ha (4 km x 200 m)

Prakiraan Potensi: Spekulatif 60.000 m3

Page 10: Konsumsi Baja Nasional Hudan

Kabupaten Padang Pariaman

Lokasi: Pantai Sunur, Pariaman

Keterangan: Penyelidikan Umum Kadar Fe2-O3 2 -15%

Kabupaten Pasaman Barat

Lokasi: Muara Batang Masang dan katiagan

POTENSI PASIR BESI DI BENGKULU

Lokasi :Ds Tanjung Besar, Ds Tanjung Beringin, Ds Merpas

Tahap Penyelidikan :Survey Tinjau

Cadangan :Sumberdaya Tereka

Kadar :Fe total = 55-60%

Keterangan :Lokasi PT Konstruktor

Lokasi :Merpas, Tj Baru, Tj Besar

Tahap Penyelidikan : Survey Tinjau

Cadangan :

Kadar :Fe total =48,2% FeO=20,3% Fe2O3=46,4% TiO2=8,94%

Keterangan :hasil survey ESDM kab Kaur

Lokasi :Tanjung baru, wai Hawang Kec maje

Tahap Penyelidikan : Survey detail

Cadangan : Sumberdaya Terukur 457,663 m3

Kadar :Fe total=2,26-43,32% FeO=1,87-20% Fe2O3=1,15-31,06% TiO2=0,11-13,43% Ptotal=0,01-

0,07% Stotal=0,02-0,22% H2O=0,08-0,68% Bj=3,61 ton/m3

Keterangan :Hasil DES th 2006 Dinas ESDM Prov Bengkulu

Lokasi :Sepanjang Pantai Pasar Ngalam-Air Busuk

Tahap Penyelidikan :Survey Tinjau

Cadangan :Crude&sand 2,076,800 ton konsentrat 98,,394 ton berat Fe 51,851 ton

Kadar :Fe=31,51-50,89% TiO2=6,2-14,9%

Keterangan : Hasil survey Kanwil DPE Bengkulu 2000

Page 11: Konsumsi Baja Nasional Hudan

Lokasi :Daerah Penogo I Kec IIr Talo

Tahap Penyelidikan :Survey Detail

Cadangan :Sumberdaya Terukur 664,125 m3

Kadar :Fe.total=15,27-35-53% FeO=8,35-17,85% Fe2O3=11,85-31,06% TiO2=2,39-7,73% Ptotal=0,06-

0,08% Stotal=0-0,13 % H2O=0,06-0,30% Bj=3,52 ton/m

Keterangan : Hasil DES th 2006 Dinas ESDM Prov Bengkulu

Lokasi :Sepanjang Pantai Jembatan Air Busuk-Air Penago

Tahap Penyelidikan :Survey Tinjau

Cadangan :Crude and sand 489.600 ton berat Fe 296.228 ton

Kadar :Fe=35,18-58,05 TiO2=6,35-9,49%

Keterangan : Hasil Survey Kanwil DPE Bengkulu, 2001

Lokasi :Pondok Kelapa

Tahap Penyelidikan :Survey Tinjau

Cadangan :T=25-65 cm crude sand :10,355,666 ton, Konsentrat : 928,982 ton,Fe : 436,532 ton

Kadar :Fe=41.59% TiO2=31,02-39,78% FeTiO3 (ilmenite)=13.28%

Keterangan : Hasil Survey awal geologi kanwil DPE sumsel 1984

Lokasi :Lais-Ketahun

Tahap Penyelidikan :Survey Tinjau

Cadangan :Jutaan ton

Kadar :Fe2O3=25-26% Fe.total=18-19% TiO2=4,5-5%

Keterangan :Hasil survey awal geologi kanwil DPE

Lokasi :Desa Pondok kelapa Tebing Kandang Kec.Pondok Kelapa

Tahap Penyelidikan :Survey Detail

Cadangan :Sumberdaya Tereka 46,384 m3

Kadar :Fe.total=33,05-49,98% FeO=22,46-28,08% Fe2O3=20,76-35,99% TiO2=7,36-32,64%

Ptotal=0,03-0,06% Stotal=0-0,1% H2O=0,3-0,16% Bj=4,45 ton/m3

Keterangan :hasil DES th 2006 Dinas ESDM Prov Bengkulu

Lokasi :Ds Temiyang Layang Lekat (pagar jati),Ds kota Lekat (kerkap)

Tahap Penyelidikan :Survey Tinjau-Eksplorasi

Page 12: Konsumsi Baja Nasional Hudan

Kadar :Fe2O3=77-80% Fe.total=50-56% TiO2=10-12%

Keterangan :Hasil Survey Awal geologi DESDM 2005

Lokasi :Air Banai kec.Kerkap

Tahap Penyelidikan :Survey Detail

Cadangan :Sumberdaya tereka 600,000 m3

Kadar :Fe.total=19,31% Fe=6,6-51% TiO2=7,1-13% Bj=3,675 ton/m3

Keterangan : Hasil DES th 2006 Dinas ESDM Prov Bengkulu

Lokasi :Desa Air Hitam dan air Retak Hilir

Tahap Penyelidikan :Survey Detail

Cadangan :Sumberdaya Tereka 274,670 m3

Kadar :Fe.total=17,22-46,65% FeO=9,22-24,48% Fe2O3=14,38-32,39% TiO2=15,17-16,06%

Ptotal=0,04-0,07% Stotal=0-0,4% H2O=0,1-0,21% BJ=4 ton/m3

Keterangan : Hasil DES th 2006 Dinas ESDM Prov Bengkulu

POTENSI PASIR BESI DI LAMPUNG

Lokasi : Pulau Sebesi

Sumberdaya : 56 Ton (hipotetik)

Lokasi : Pesisir Tengah

Sumberdaya : (Hipotetik)

Lokasi : Pesisir Utara

Sumberdaya : (Hipotetik)

Lokasi : Desa Gebang Kec. Padang Cermin

POTENSI PASIR BESI DI JAWA BARAT

Kabupaten Ciamis

Lokasi: Pangandaran dan Cijulang

Cadangan: 500.000 ton

Kabupaten Cianjur

Lokasi: Kecamatan Sindang Barang, dan Kecamatan Cidaun.

Cadangan: 4.000.000 ton di Kecamatan Sindang Barang dan 4.000.000 ton di Kecamatan Cidaun

Page 13: Konsumsi Baja Nasional Hudan

Kabupaten Sukabumi

Lokasi: Kecamatan Ciracap, Surade, jampang, Tegalbuleud dan Pelabuhan Ratu

Cadangan: 48.800.000 ton di Kecamatan Jampang

Kabupaten Tasikmalaya

Lokasi: Cipatujah, Cikalong

Cadangan: 4.200.000 ton di Cipatujah, dan 2.400.000 ton di Cikalong

POTENSI PASIR BESI DI JAWA TENGAH

Kabupaten Batang

Deposit: 707.675 ton

Kabupaten Brebes

Kabupaten Cilacap

Lokasi: Desa Welahan Wetan dan Desa Jetis.

Cadangan: 6.203.000 ton

Kabupaten Jepara

Deposit: 3,2 juta ton

Kabupaten Kebumen

Deposit: 2,4 juta ton

Kabupaten Pati

Deposit: 0,012 juta ton

Kabupaten Pekalongan

Deposit: 243.824 ton

Kabupaten Pemalang

Lokasi: 630.728 ton

Kabupaten Purworejo

Deposit: 3 juta ton

Kabupaten Tegal

Deposit: 194.292 ton

Page 14: Konsumsi Baja Nasional Hudan

POTENSI PASIR BESI DI MALUKU UTARA

1. Lokasi : Tolippe Kecamatan Weda

- Keterangan : Cadangan 1.140

2. Lokasi : Dorume, Nganjam Kecamatan Loloda Utara Kabupaten Halmahera Utara

- Cadangan : Indikasi

3. Lokasi : P. Obilatu, Obi Kabupaten Halmahera Selatan

- Cadangan : 87.700.000 ton Fe= 20%

4. Lokasi : Wayami, Maba, Tanjung Bulu, Maba

- Cadangan : Indikasi

Page 15: Konsumsi Baja Nasional Hudan

Teknologi Proses Pengolahan Baja di Indonesia

Dalam perkembangannya, teknologi proses pengolahan baja telah mengalami perkembangan yang

pesat dimana faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah penurunan biaya investasi, keterbatasan

bahan baku, permasalahan lingkungan hidup dan tuntutan pelanggan.

Seperti halnya kinerja dapur listrik (electric arc furnace), saat ini telah menjadi lebih baik jika

dibandingkan pada era tahun 1970-an, dimana ada kecepatan produksi yang meningkat lebih dari

dua kalinya, konsumsi elektroda dan energi listrik setiap ton produksinya juga mengalami penurunan

yang signifikan. Demikian pula teknologi proses pengolahan baja yang dianggap kuno seperti blast

furnace telah mengalami perkembangan menjadi direct smelting.

Jika ditinjau dari aspek biaya produksinya, terdapat variasi yang kurang signifikan seperti faktor

bahan baku, energi, standar lingkungan maupun kapasitas produksinya. Analisis dari variasi diatas

dapat dipertimbangkan guna mencari teknologi yang paling tepat untuk pengembangan teknologi

proses pengolahan baja yang efisien dan produktif.

Berbagai jenis proses pengolahan baja telah dilakukan melalui beberapa teknologi yang telah

dikembangkan seperti Blast Furnace oleh Posco dari Korea dimana blast furnace ini dilengkapi

dengan furnace top charging equipment, cast house, hot stove, gas cleaning equipment, material

transportation system, pulverized coal injection system, serta material balance yang dapat

mengukur kebutuhan bahan baku yang diperlukan untuk proses peleburan, seperti untuk

menghasilkan 1 ton pig iron diperlukan bahan baku sintered ore 1.403 kg, sized ore (5-50 mm) 247

kg, coke (ukuran 25-75 mm) 432 kg, coal 53 kg, dan bahan penunjang lainnya 20 kg.

Page 16: Konsumsi Baja Nasional Hudan

Proses Produksi Baja

Dari proses peleburan tersebut disamping diperoleh 1 ton pig iron dengan komposisi kandungan C :

4% -5%, Si : 0.5 %, Mn : 0.3% -1.0 %, P : 00.01% dan S : 0.04%, juga diperoleh slag sebesar 335 kg

yang terdiri dari CaO 40-43%, SiO2 : 31-36%, Al2O3 : 13-15%,MgO : 4- 8%, MnO : 0.5-08%, dust &

sluge 22 kg dan gas sebesar 1.600 m3 ( CO2 : 20.7%, CO : 22%, H2 : 3.2%, N2 : 54%.

Uraian proses produksi material baja untuk struktur, mulai dari bijih besi sampai menjadi baja profil

atau baja pelat secara ringkas adalah sebagai berikut :

Proses Pertama :

1. Komponen dasar : iron ore (bijih besi), limestone (tanah kapur), coke (dibuat dari coal, khusus

untuk pembuatan steel) dimasukkan ke dalam blast furnace.

2. Coke : bahan bakar untuk furnace, dibuat dari coal dengan proses tertentu.

Cairan besi (molten metal) yang panas di dalam furnace terpisah menjadi 2 bagian, yang atas adalah

slag (waste, impurities), dan yang bawah adalah besi yang hendak dipakai. Besi yang dihasilkan ini

kemudian dicetak menjadi pig iron. Kadar C dalam pig iron bisa mencapai 2%.

Page 17: Konsumsi Baja Nasional Hudan

Proses Kedua :

1. Pig iron dimasukkan ke dalam primary steelmaking furnace, bisa berupa oxygen furnace, electric

arc furnace, atau open hearth furnace. Ke dalam furnace ini, berbagai bahan kimia ditambahkan

untuk mendapatkan material properties yang diinginkan. Seringkali scrap juga dimasukkan ke dalam

furnace ini.

2. Di dalam proses dengan oksigen, karbon di dalam molten metal bereaksi dengan oksigen

menghasilkan gas karbonmonoksida. Gas ini harus keluar, kalau tidak akan membentuk „gas

pockets‟ (rimming) saat menjadi dingin (rimmed steel). Untuk menghindari, digunakan deoxidizer :

silikon, aluminum. Baja yang dihasilkan : killed steel atau semi-killed steel.

3. Baja yang dihasilkan dicetak dalam bentuk slab, bloom atau billet.

Proses Ketiga :

Baja yang telah dicetak dalam bentuk slab, bloom atau billet tersebut selanjutnya dibentuk menjadi

berbagai macam profil seperti H-beam, Angle (siku), Channel, rel kereta, pelat, pipa (seamless pipe),

dan sebagainya.

Page 18: Konsumsi Baja Nasional Hudan

Perkembangan Konsumsi Baja nasional Kedepan

Konsumsi Baja Nasional jika dilihat dari Potensi yang dimiliki Indonesia pada tahun 2020 , konsumsi

baja nasional diperkirakan lebih dari 17,5 juta ton. Proyeksi tersebut dilakukan berdasarkan asumsi

tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,8 persen per tahun dan pertumbuhan kebutuhan baja

rata-rata pertahun sebesar 8,2%. Dengan jumlah total konsumsi baja nasional pada tahun 2010

sebesar 7,48 juta ton, dan pertumbuhan rata-rata konsumsi bajapertahun sebesar 8,2%, maka dapat

diproyeksikan kebutuhan baja pada tahun 2015 adalah 11,8 juta ton dan 17,5 juta ton pada tahun

2020. Proyeksi itu juga dengan mempertimbangkan produk domestic bruto (PDB) Indonesia naik

menjadi US$11.232 pada tahun 2020.

Page 19: Konsumsi Baja Nasional Hudan

REFERENSI

http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/userfiles/ppi/PENGEMBANGAN%20INVESTASI%2

0INDUSTRI%20LOGAM%20DASAR%202011.pdf

__________,2011, Annual Report PT Krakatau Steel, PT Krakatau Steel.

__________,2010, Laporan Pengembangan Sektor Industri Departemen Perindustrian 2004 –

2009. Departemen Perindustrian.

__________, 2011, Kinerja Industri Tahun 2010, Program Kerja Ditjen BIM TA 2011 dan

Program pengembangan 6 (enam) Kelompok Industri Prioritas. Direktoran Jenderal Industri

Manufaktur, Kementerian Perindustrian.

__________, 2011, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II 2011, Berita Resmi Statistik,

Badan Pusat Statistik.

http://regionalinvestment.bkpm.go.id

http://www.kemenperin.go.id/download/123