Upload
yudo-heru-pribadi
View
103
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH KONTAMINASI AIR TERHADAP KEMAMPUAN
MENGHANTAR KABEL DISTRIBUSI TELEPON
SKRIPSI
Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Stata I
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Nama : Arie Setyawan Susanto
NIM : 5314990037
Program Studi : S1 Pendidikan Teknik Elektro
Jurusan : Teknik Elektro
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
i
ABSTRAK
Arie Setyawan Susanto, 2007, Pengaruh Kontaminasi Air Terhadap Kemampuan Menghantar Kabel Distribusi Telepon, Skripsi, Teknik Elektro, S1 Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.Penelitian dilakukan untuk mengetahui kualitas menghantar kabel distribusi telepon, pengaruh air terhadap kemampuan menghantar kabel distribusi telepon dan apakah ada perbedaan kemampuan menghantar antara Kabel Duct dengan Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL) yang telah mengalami proses kontaminasi air.Objek penelitian adalah kabel distribusi telepon yang berupa tanah berpenghantar tembaga yang terdiri dari dua jenis, yaitu Kabel Tanah Tanam Langsung dan Kabel Duct yang berpetrolyjelly. Eksperimen yang dilakukan adalah pra-eksperimental dengan desain eksperimen pre-posttest design kemudian menggunakan paired-samples t test.Penelitian menunjukkan bahwa proses perendaman dalam air tidak menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap kemampuan menghantar kabel distribusi telepon. Peningkatan harga tahanan urat, loop dan isolasi kabel yang terjadi tidak menimbulkan perubahan yang berarti. Harga tahanan screen baik kabel Duct maupun KTTL tidak mengalami perubahan. Penelitian juga tidak menunjukkan perbedaan kemampuan menghantar antara kabel Duct dengan Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL). Kualitas menghantar kabel distribusi telepon dapat diketahui dengan melakukan pengukuran terhadap tahanan urat, loop, isolasi dan screen kabel. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan bahwa tidak terjadi kontaminasi terhadap kemampuan menghantar kabel distribusi telepon pada proses perendaman dalam air. Kualitas menghantar kabel distribusi telepon diketahui dengan melakukan pengukuran terhadap tahanan urat, loop, isolasi dan screen kabel. Tidak terdapat perbedaan kemampuan menghantar antara kabel Duct dengan Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL). Hasil pengukuran awal maupun akhir terhadap kabel distribusi yang telah mengalami proses perendaman air tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “ Pengaruh Kontaminasi Air Terhadap Kemampuan
Menghantar Kabel Distribusi Telepon ” telah dipertahankan dihadapan sidang
panitia ujian skripsi Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang pada :
Hari : Selasa, 27 Februari 2007
Panitia Ujian
Ketua Jurusan Sekretaris
Drs. Djoko Adi Widodo, M. T. Drs. R. Kartono, M. PdNIP. 131 570 064 NIP. 131 474 229
Pembimbing I Penguji I
Drs. Samiyono, M. T Drs. Samiyono, M. TNIP. 130 515 758 NIP. 130 515 758
Pembimbing II Penguji II
Drs. I Made Sudana, M. Pd Drs. I Made Sudana, M. PdNIP. 131 404 314 NIP. 131 404 314
Penguji III
Drs.Sugeng Purbawanto, M. TNIP. 131 404 315
MengetahuiDekan Fakultas Teknik
Prof. Dr. SoesantoNIP. 130 875 753
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
1. Ilmu dengan segala kerendahan hati adalah yang terbaik untuk
menjadi cermin diri, menuntut ilmu dengan sepenuh hati adalah
baik dalam meniti mimpi. Jika kamu ingin memperoleh dunia,
raihlah dengan ilmu. Jika kamu ingin memperoleh akhirat,
raihlah juga dengan ilmu. Jika kamu ingin keduanya maka
capailah dengan ilmu (Nabi Muhammad SAW)
2. Hari ini adalah hari esok yang kemarin kita tunggu sebagai
pelajaran untuk hari esok
3. Untuk melakukan hal yang benar, terkadang kita karus tabah
dan rela untuk melepaskan hal yang paling kita inginkan,
termasuk impian ( Peter Parker “ The Spiderman 2 ”)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahankan kepada :
1. Bapak dan Ibu yang telah memberikan
kesabaran,pengertian dan dukungan.
2. Bagus suporter PSS, Mama Titi dan Fia
atas segala doa, kesabaran, bantuan,
dorongan dan kesediaannya.
3. Batalion 212 dan Crew JAP SMKTEL
Purwokerto.
4. 5435 dan 5000 yang setia mendampingi.
5. Conan, Dani, semua sahabat serta
Almamaterku tercinta.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “ Pengaruh Kontaminasi Air Terhadap Kemampuan Menghantar Kabel
Distribusi Telepon ”.
Skripsi ini disusun sebagai persyaratan kelengkapan untuk menyelesaikan
Studi Strats Satu ( S1 ) untuk mencapai gelar Sarjana Program Studi Pendidikan
Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Penyusunan skripsi
ini banyak menghadapi kendala-kendala karena berbagai keterbatasan, penulis
menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Prof. Dr. Soesanto, Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang
telah memberikan ijin melaksanakan penelitian.
2. Drs. Djoko Adi Widodo, M.T, Ketua Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin pada penyusunan
skripsi ini.
3. Drs. Samiyono, M. T , Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,
arahan dan dorongan demi terselesaikannya skipsi ini.
4. Drs. I Made Sudana, M. Pd, Dosen Pembimbing II yang dengan penuh perhatian
memberikan bimbingan, arahan dan dorongan demi terselesaikannya penyusunan
skripsi ini.
v
5. Drs. Sugeng Purbawanto, M. T , Selaku Dosen Penguji.
6. Dosen dan Karyawan Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang.
7. Drs. N. D. Budi Santoso , Kepala Sekolah SMK Telkom Purwokerto yang telah
memberikan izin penelitian.
8. Segenap guru dan karyawan SMK Telkom Purwokerto.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu hingga terselesaikannya skripsi ini.
Semoga Alloh SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya atas segala
kebaikan semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moral spiritual maupun
material kepada penulis. Tidak ada sesuatu yang dapat penulis berikan selain ucapan
terima kasih semoga amal baiknya mendapatkan balasan dari Alloh SWT.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi semua pihak.
Semarang, Februari 2007
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
ABSTRAK .......................................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI........................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Alasan Pemilihan Judul ................................................................. 1
B. Permasalahan ................................................................................. 5
C. Penegasan Istilah ........................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian ........................................................................ 8
F. Sistematika Skripsi ........................................................................ 8
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................... 10
A. Air................................................................................................... 10
1. Sifat Air .................................................................................... 10
2. Siklus Air................................................................................... 14
3. Sumber Air ............................................................................... 18
4. Kedalaman Air ......................................................................... 21
vii
B. Kabel .............................................................................................. 23
1. Kabel Tembaga ......................................................................... 23
2. Kabel Optik............................................................................... 34
C. Resistansi ........................................................................................ 36
D. Kerangka Berfikir ........................................................................... 39
E. Hipotesis ......................................................................................... 43
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 44
A. Metode Penentuan Objek Penelitian .............................................. 44
1. Populasi Penelitian.................................................................... 44
2. Deskripsi Objek Penelitian........................................................ 44
3. Variabel Penelitian.................................................................... 45
4. Instrumen Penelitian.................................................................. 46
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 47
C. Desain Eksperimen ......................................................................... 47
D. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 49
1. Metode Observasi..................................................................... 49
2. Metode Dokumentasi................................................................ 50
3. Metode Eksperimen.................................................................. 50
4. Validitas Eksperimen................................................................ 50
E. Langkah Eksperimen ...................................................................... 51
1. Persiapan................................................................................... 51
2. Proses Kerja.............................................................................. 51
F. Metode Analisis Data ..................................................................... 55
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 57
A. Hasil Penelitian .............................................................................. 57
B. Analisis Data .................................................................................. 57
C. Pembahasan..................................................................................... 61
D. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 64
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 65
A. Simpulan ........................................................................................ 65
B. Saran .............................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 67
LAMPIRAN ........................................................................................................ 69
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Ikatan kimiawi air........................................................................... 10
Gambar 2. Siklus air......................................................................................... 16
Gambar 3. Infiltrasi dan perkolasi.................................................................... 17
Gambar 4. Proses terbentuknya sumber-sumber air di alam............................ 18
Gambar 5. Air permukaan................................................................................ 19
Gambar 6. Prosentase intensitas cahaya pada air............................................. 22
Gambar 7. Stratifikasi kolom air berdasarkan perbedaan suhu........................ 22
Gambar 8. Penampang kabel satuan dasar 10 pair........................................... 25
Gambar 9. Penampang kabel satuan dasar 50 pair........................................... 26
Gambar 10. Penampang kabel satuan dasar 100 pair......................................... 27
Gambar 11. Konstruksi kabel udara................................................................... 29
Gambar 12. Konstruksi kabel tanah tanam langsung (KTTL)............................ 30
Gambar 13. Deksteen.......................................................................................... 31
Gambar 14. Konstruksi kabel duct..................................................................... 32
Gambar 15. Konstruksi kabel optik.................................................................... 34
Gambar 16. Jaringan kabel komunikasi PT. TELKOM..................................... 35
Gambar 17. Karakteristik i-v resistor.................................................................. 38
Gambar 18. Skema kerangka berfikir................................................................. 42
Gambar 19. Skema langkah-langkah eksperimen............................................... 54
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel Perbedaan Kualitas Air Tanah Dan Air Permukaan............. 21
Tabel 2. Tabel Tahanan Dan Kapasitansi Maksimum Urat Kabel............... 23
Tabel 3. Tabel urat kabel............................................................................... 24
Tabel 4. Pre-Postest design.......................................................................... 48
Tabel 5. Hasil Pengukuran Tahanan Screen Dan Tahanan Isolasi
Antar Penghantar Kabel.................................................................. 53
Tabel 6. Tabel Hasil Pengukuran Tahanan Urat Kabel................................ 54
Tabel 7. Tabel Persiapan Analisis Varians................................................... 55
Tabel 8. Ringkasan Hasil Uji T Hasil Pengukuran Tahanan Urat................ 58
Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji T Hasil Pengukuran Tahanan Loop............... 59
Tabel 10. Ringkasan Hasil Uji T Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi............. 60
Tabel 11. Ringkasan Hasil Uji T Hasil Pengukuran
Tahanan Screen Kabel Duct Dan KTTL......................................... 60
Tabel 12. Perbandingan Hasil Pengukuran Kabel Duct Dan KTTL.............. 61
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Tugas Dosen Pembimbing.................................................. 69
Lampiran 2. Usulan Judul Skripsi.................................................................... 70
Lampiran 3. Surat Izin Perpanjangan Kuliah................................................... 71
Lampiran 4. Laporan Berkala Proses Bimbingan Skripsi Pembimbing I........ 72
Lampiran 5. Laporan Berkala Proses Bimbingan Skripsi Pembimbing II....... 73
Lampiran 6. Surat Permohonan Izin Penelitian................................................ 74
Lampiran 7. Surat Keterangan Selesai Penelitian............................................ 75
Lampiran 8. Surat Keterangan Selesai Bimbingan Skripsi.............................. 76
Lampiran 9. Surat Keterangan Selesai Revisi Skripsi...................................... 77
Lampiran 10. Tabel Hasil Pengukuran Tahanan Urat Kabel Duct..................... 78
Lampiran 11. Tabel Hasil Pengukuran Tahanan Urat KTTL............................. 80
Lampiran 12. Tabel Hasil Pengukuran Tahanan Loop Kabel Duct................... 82
Lampiran 13. Tabel Hasil Pengukuran Tahanan Loop KTTL........................... 83
Lampiran 14. Tabel Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi Kabel Duct................. 84
Lampiran 15. Tabel Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi KTTL......................... 85
Lampiran 16. Tabel Hasil Pengukuran Tahanan Screen................................... 86
Lampiran 17. Data Hasil Uji T Pengukuran Tahanan Urat Kabel Duct............. 87
Lampiran 18. Data Hasil Uji T Pengukuran Tahanan Urat KTTL..................... 92
Lampiran 19. Data Hasil Uji T Pengukuran Tahanan Loop Kabel Duct........... 97
Lampiran 21. Data Hasil Uji T Pengukuran Tahanan Loop KTTL................... 102
Lampiran 22. Data Hasil Uji T Pengukuran Tahanan Isolasi Kabel Duct......... 107
xii
Lampiran 23. Data Hasil Uji T Pengukuran Tahanan Isolasi KTTL................. 112
Lampiran 24. Dokumentasi Penelitian............................................................... 117
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem komunikasi berawal dari penggunaan media fisik yang
kemudian berkembang menjadi kabel tembaga dan kabel optik, bahkan telah
merambah pada dunia tanpa kabel, yaitu teknologi selular. Perkembangan
teknologi telekomunikasi yang sangat pesat tersebut ditujukan untuk
memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada pengguna sarana
komunikasi.
Walaupun teknologi selular telah menjadi sebuah kemudahan yang
memanjakan para penggunanya, penggunaan frekuensi sebagai media dalam
komunikasi selular sangat terbatas karena berhubungan dengan bidang
komunikasi lain seperti radio dan televisi. Komunikasi masih bertumpu pada
penggunaan kabel fisik sebagai medianya, termasuk didalam kabel fisik
adalah kabel optik dan kabel tembaga.
PT. Telkom adalah perusahaan yang bergerak pada bidang
telekomunikasi dengan media fisik maupun non fisik. PT. Telkom merupakan
suatu organisasi yang bertujuan untuk mengubah input yang berupa kebutuhan
masyarakat atas tersedianya sarana komunikasi menjadi output produk jasa
telekomunikasi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, pemerintah,
perusahaan, hankam dan lainnya sebagai sebuah aktivitas, manfaat dan
kepuasan yang ditawarkan untuk dapat dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat.
2
Media komunikasi fisik pada awal sejarahnya menggunakan sepasang
pasang kabel terbuka (open wired cable) berupa kawat besi. Kabel jenis ini
sudah tidak digunakan lagi. Kabel terpasang pada tiang disamping kanan-kiri
jalan dan rel kereta api. Kabel ini banyak memiliki kekurangan, antara lain
faktor keamanan dan kualitas hubungan komunikasi. Kabel dengan
penghantar kawat tembaga berisolasi (kabel tembaga) kemudian digunakan
untuk mengatasi kekurangan kawat besi. Satu urat kabel tembaga hanya dapat
digunakan untuk satu pelanggan, sehingga apabila seribu pelanggan ingin
berkomunikasi diperlukan seribu pasang urat kabel tembaga. Kabel tembaga
juga mudah terkena gangguan berupa elektris berupa interferensi, baik antar
saluran maupun interferensi dari luar. Kebutuhan akan sarana komunikasi
terus berkembang, sehingga diperlukan media komunikasi yang lebih baik,
dari segi kualitas maupun kuantitas. Alcatel (NKF) pada Tahun 1986 mulai
memperkenalkan penggunaan kabel optik sebagai jaringan pembangun untuk
wilayah DKI Jakarta dan jaringan transmisi backbone Jakarta – Surabaya.
Kabel optik merupakan media transmisi fisik yang menyalurkan informasi
menggunakan gelombang cahaya. Kabel optik bebas dari gangguan elektris.
Sekarang kabel optik digunakan untuk jaringan antar kota maupun jaringan
dalam kota sebagai kabel primer.
Penggunaan kabel tembaga dibagi menjadi dua jenis, kabel udara dan
kabel tanah. Kabel udara adalah kabel yang terpasang pada tiang telepon.
Kabel ini banyak digunakan karena tidak memerlukan biaya yang besar pada
saat perencanaan, pemasangan dan pemeliharaannya. Jaringan kabel udara
3
direncanakan untuk jangka waktu 10 sampai 15 tahun. Gangguan mekanis
sering terjadi pada kabel udara. Kapasitas maksimal kabel udara adalah 120
pair. Kabel tanah digunakan pada daerah yang tidak memungkinkan
penggunaan kabel udara. Kabel tanah memiliki tingkat keamanan mekanis
yang lebih tinggi dari kabel udara, namun memerlukan biaya yang besar pada
saat perencanaan, pemasangan maupun pemeliharaannya. Kabel tanah juga
digunakan karena kapasitas maksimalnya jauh lebih besar dari kabel udara,
yaitu 3600 pair. Jaringan kabel tanah direncanakan untuk jangka waktu 25
tahun.
Kabel tanah terdiri dari dua jenis, yaitu Kabel Tanah Tanam Langsung
(KTTL) dan kabel Duct. Penggunaan dua jenis kabel tersebut
dipertimbangkan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat keamanannya. KTTL
merupakan kabel tanah yang ditanam langsung kedalam tanah tanpa proses
pengamanan dengan membuat tempat perlindungan terlebih dahulu. Deksteen
ataupun pita kuning diletakkan sepanjang galian kabel sebagai tanda
keberadaan kabel. Setelah ditanam tidak perlu dilakukan pemeliharaan yang
terlalu rutin terhadap KTTL, hanya pemeliharaan elektris yang dilakukan
setiap 6 bulan. Proses pemasangan kabel Duct lebih lama dan mahal
dibandingkan dengan KTTL. Sebelum menarik kabel, terlebih dahulu dibuat
saluran kabel kurang lebih sedalam 3 meter. Setiap jarak 200 meter dibuat
tempat penyambungan kabel yang disebut manhole. Manhole juga digunakan
sebagai tempat pemeliharaan kabel. Setiap tiga bulan dilakukan pemeliharaan
terhadap ruangan di dalam manhole (chamber) untuk mengeluarkan lumpur
4
dan air yang menggenangi chamber agar tidak menyebabkan kerusakan
terhadap kabel. Setiap 6 bulan sekali dilakukan pemeliharaan elektris dan
pemeliharaan terhadap sambungan kabel.
Kerusakan pada kabel telepon, baik kabel duct maupun KTTL pada
umumnya disebabkan oleh air. Air merupakan satu-satunya unsur alami yang
ditemukan dalam semua zat yang ada dibumi, baik cair, padat maupun gas.
Air dikenal sebagai bahan pelarut yang universal karena mampu memecahkan
lebih banyak unsur dibanding cairan yang lain. Kerusakan pada urat kabel
Duct sering terjadi pada saat pemeliharaan elektris, beberapa urat kabel
mengalami kerusakan. Kerusakan diakibatkan oleh genangan air dan lumpur
yang terlalu tinggi hingga merendam kabel beserta sambungannya. Pada
beberapa kasus kerusakan terjadi pada satu unit bahkan seluruh urat kabel.
Kerusakan tersebut akan menyebabkan gangguan terhadap hubungan
komunikasi pelanggan karena berkurangnya jalur komunikasi sehingga para
pelanggan akan merasa tidak nyaman. Perbaikan perlu dilakukan untuk
menanggulangi gangguan akibat kerusakan tersebut, tentunya dengan biaya
yang cukup besar. Proses perbaikan biasanya memakan waktu yang cukup
lama, antara satu hari sampai dengan satu minggu. Lamanya waktu perbaikan
gangguan tersebut akan menyebabkan terjadinya laporan keluhan atau
complain para pelanggan yang akan menurunkan tingkat kepercayaan
pelanggan kepada PT. Telkom. Guna mencegah terjadinya kerusakan terhadap
kabel Duct, perlu dilakukan pemeriksaan dan pemeliharaan di luar waktu yang
telah ditentukan.
5
Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, maka perlu dilakukan
eksperimen mengenai pengaruh kontaminasi air terhadap kemampuan
menghantar kabel distribusi telepon, yaitu Kabel Tanah Tanam Langsung
(KTTL) dan kabel Duct. Hal tersebut sesuai dengan judul skripsi “Pengaruh
Kontaminasi Air Terhadap Kemampuan Menghantar Kabel Distribusi
Telepon”.
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kualitas menghantar kabel distribusi telepon.
2. Bagaimana pengaruh air terhadap kemampuan menghantar kabel distribusi
telepon.
3. Apakah ada perbedaan kemampuan menghantar antara kabel Duct dengan
Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL) yang telah mengalami proses
perendaman air.
C. Penegasan Istilah
Peneliti perlu menegaskan istilah-istilah yang ada dalam judul ini, agar
terdapat batasan dan penjelasan sehingga terdapat suatu pengertian terhadap
istilah yang dimaksud guna memperjelas judul dan menghindari kesalah
pahaman penafsiran terhadap judul penelitian ini.
Pengaruh
Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu orang, benda
dan sebagainya yang memiliki kekuatan membentuk watak, kepercayaan atau
6
perbuatan seseorang (W. J. S Purwodarminto, 2002 : 731). Kekuatan tersebut
dapat menghasilkan perubahan yang tidak disadari atau disengaja dalam sikap,
pendirian-pendirian, keyakinan-keyakinan, pandangan-pandangan, perilaku,
kebiasaaan-kebiasaan seseorang.
Pengaruh dalam penelitian ini adalah ada tidaknya pengaruh air
terhadap kemampuan menghantar kabel distribusi telepon.
Kontaminasi Air
Kontaminasi berarti pencemaran atau pengotoran karena masuknya zat
maupun unsur-unsur dari luar (W. J. S Purwodarminto, 2002 : 467). Air
merupakan cairan jernih yang tidak memiliki warna, rasa dan bau yang
terdapat dan diperlukan dalam kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan yang
secara kimiawi mengandung oksigen dan mendidih pada suhu 100°C luar (W.
J. S Purwodarminto, 2002 : 2).
Kontaminasi air dalam penelitian ini adalah pencemaran air terhadap
kemampuan elektris kabel distribusi telepon sehingga nilainya berubah.
Kemampuan Menghantar
Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan dan kekuatan untuk
melakukan sesuatu luar (W. J. S Purwodarminto, 2002 : 445). Menghantar
berarti membawa, meneruskan, menyalurkan (W. J. S Purwodarminto, 2002 :
527).
Kemampuan menghantar dalam penelitian ini adalah parameter
elektris kabel distribusi telepon yang dipengaruhi oleh tahanan isolasi antar
penghantar, tahanan pelindung elektris (screen) kabel dan tahanan urat kabel.
7
Kabel Distribusi Telepon
Kabel merupakan kawat penghantar arus listrik terbungkus karet, plastik
dan sebagainya (W. J. S Purwodarminto, 2002 : 431). Distribusi berarti
penyaluran, pembagian, pengiriman kepada beberapa orang atau beberapa
tempat (W. J. S Purwodarminto, 2002 : 113). Telepon merupakan pesawat
dengan listrik dan kawat, untuk bercakap-cakap antara dua orang yang
berjauhan tempatnya (W. J. S Purwodarminto, 2002 : 1037).
Kabel distribusi telepon dalam penelitian ini adalah kabel telepon milik
PT.Telkom yang terpasang antara sentral telepon, rumah kabel (RK) dan kotak
pembagi (DP).
Pengaruh kontaminasi air terhadap kemampuan menghantar kabel
distribusi telepon adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
apakah air dapat menyebabkan perubahan terhadap kemampuan elektris kabel
distribusi telepon guna meningkatkan kualitas kabel telepon sebagai sarana
komunikasi.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk :
1. Mengetahui kualitas kabel distribusi telepon.
2. Mengetahui apakah ada pengaruh kontaminasi air terhadap kemampuan
menghantar kabel distribusi telepon.
3. Mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan menghantar antara kabel
Duct dengan Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL) yang telah
mengalami proses perendaman air.
8
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang di dapat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi pembaca pada umumnya dan peneliti pada khususnya dapat
menambah pengetahuan dan wawasan tentang kabel distribusi telepon.
2. Bagi PT. Telkom khususnya bagian operasional dan pemeliharaan, hasil
penelitian ini bermanfaat sebagai ilmu pengetahuan dan informasi
terutama mengenai perencanaan jangka waktu pemeliharaan kabel Duct.
3. Bagi pendidikan formal, hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah
ilmu pengetahuan dan wawasan sehingga dapat dilakukan penelitian –
penelitian yang lebih lanjut dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada
saat ini.
F. Sistematika Skripsi
1. Bagian awal
Bagian ini terdiri dari judul skripsi, halaman pengesahan, halaman
motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar
lampiran.
2. Bagian isi
Bagian ini terdiri atas lima bab, yaitu :
BAB I. Pendahuluan
Bab Pendahuluan ini berisi tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika skripsi.
BAB II. Landasan Teori
9
Bab ini berisi tentang sifat dan siklus air, resistansi, spesifikasi
kabel telepon, jenis kabel telepon, konstruksi kabel telepon, jaringan
komunikasi kabel telepon dan kerangka berfikir serta hipotesis.
BAB III. Metode Penelitian
Bab ini berisi tentang populasi, sampel, variabel penelitian, metode
pengumpulan data, validitas, reliabilitas dan metode analisis data.
BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang data yang diperoleh dari penelitian yang
dilakukan disertai dengan penjelasannya.
BAB V. Kesimpulan dan Saran
Bagian ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang dapat diambil
dari penelitian ini.
3. Bagian akhir skripsi
Bagian ini memuat daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Air
1. Sifat Air
Air merupakan zat unik yang sangat dibutuhkan oleh setiap
makhluk hidup. Air yang murni hampir tidak memiliki warna, rasa, bau
dan mempunyai pH yang netral yaitu 7, sehingga tidak termasuk dalam zat
beracun maupun zat dasar (PPPGT / VEDC Malang, 1999 : 10).
Air adalah pelarut yang baik. Berbagai jenis senyawa kimia dapat
larut di dalam air. Unsur-unsur yang terlarut dibawa kemanapun air
mengalir hingga mengalami suatu proses yang dapat memisahkan unsur-
unsur tersebut dari air. Sifat ini memungkinkan air untuk digunakan
sebagai pencuci yang baik dan pengencer bahan pencemar yang masuk ke
dalam air.
Gambar 1. Ikatan kimiawi air Sumber : PPPGT / VEDC Malang, 1999
Rumus kimia air adalah H2O. Gambar diatas menunjukkan bahwa
dalam satu atom oksigen ada dua atom hidrogen. Hubungan terjadi antara
11
elektron-elektron yang membentuk bagian luar atom dan merupakan mata
rantai kuat berupa ikatan kovalen. Atom hidrogen terhubung pada satu sisi
atom oksigen, menghasilkan suatu air molekul dengan muatan positif pada
satu sisi dan muatan negatif pada sisi yang lain. Perbedaan muatan tersebut
menyebabkan gaya tarik menarik secara elektris sehingga air cenderung
untuk saling menarik satu sama lain dan membuat air menjadi semacam
molekul lengket yang saling menarik satu sama lain sehingga mereka
cenderung menjadi sebuah kumpulan. Gaya terik menarik tersebut
menyebabkan terjadinya tekanan yang tinggi antara molekul-molekul air
sehingga masing masing molekul elastis dan lengket satu sama lain
sehingga air mempunyai tegangan permukaan yang tinggi. Tegangan
permukaan yang tinggi menyebabkan air mampu membasahi suatu bahan
secara baik dan memungkinkan terjadinya sistem kapiler sehingga air
mampu bergerak melalui akar tumbuhan dan melalui pembuluh darah
kecil dalam tubuh dengan mengangkut unsur-unsur hara yang terlarut
keseluruh jaringan tubuh makhluk hidup dan memungkinkan bahan-bahan
toksik yang masuk kedalam tubuh makhluk hidup dilarutkan untuk
dikeluarkan kembali (Hefni Effendi, 2003 : 23).
Molekul air dapat diuraikan kepada unsur dasar dengan
mengalirkan arus listrik melaluinya. Proses ini yang dikenali sebagai
elektrolisis menguraikan dua atom hidrogen menerima elektron dan
membentuk gas H2 pada katoda sementara empat ion OH- bergabung dan
membentuk gas O2 (oksigen) pada anoda. Gas-gas ini membentuk buih
dan bisa dikumpulkan.
12
Air mempunyai tiga wujud, yaitu padat (es dan salju), cair (air
tawar dan air laut) dan gas (uap air). Pada kisaran suhu yang sesuai bagi
kehidupan yaitu 0º C (32ºF) – 100ºC (212ºF) air berwujud cair. Suhu 0ºC
merupakan titik beku dan suhu 100º C merupakan titik didih air. Pada
kedalaman 14.000 kaki dibawah permukaan laut air mendidih pada suhu
186,4° F. Air pada suhu 0° C memiliki berat 62,416 pounds per kubik
sedangkan pada suhu 100° C memiliki berat 61,998 pounds per kubik dan
kepadatan 0,95865 gram/cm3. Air mempunyai kepadatan 1 gram/cm3 pada
suhu 3,95° C. Pada suhu lebih besar dan lebih kecil dari 3,95° C kepadatan
air lebih dari 1 gram/cm3. Berat jenis air 8,33 pounds/galon dan 0,036 inci
pounds/inci kubik (PPPGT / VEDC Malang: 11).
Suhu air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian
dari permukaan laut (altitude), waktu dalam hari, siklus udara, penutupan
awan dan aliran serta kedalaman air. Perubahan suhu sangat berpengaruh
terhadap proses fisika, kimia dan biologi air. Peningkatan suhu air akan
mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi,
volatilisasi dan menyebabkan perubahan berat jenis air yang selanjutnya
menyebabkan terjadinya percampuran massa air dengan zat-zat yang
terlarut. Peningkatan suhu juga menyebabkan penurunan kelarutan gas
dalam air (Hefni Effendi, 2003 : 57).
Bahan-bahan yang terdapat dalam air dapat dikelompokkan
sebagai berikut.
a. Gas, terdiri atas karbondioksida, nitrogen, amonia, hidrogen sulfida
dan metana.
13
b. Elemen atau unsur, terdiri atas aluminium, seng, tembaga,
molibdenum, kobalt, karbon, fosfor, nitrogen, sulfur, klor, fluor, iodin,
borron dan silikon. elemen-elemen tersebut terdapat sebagai ion atau
senyawa organik dan anorganik kompleks.
c. Bahan organik terlarut, berupa gula, asam lemak, asam humus, tanin,
vitamin, asam amino, peptida, protein, pigmen tumbuhan, urea dan
sebagainya.
d. Bahan organik tersuspensi, berupa fitoplankton, zooplankton, jamur,
bakteri dan sisa-sisa tumbuhan serta hewan yang telah mati.
e. Bahan anorganik tersuspensi, berupa koloid lumpur dan partikel tanah.
Air merupakan satu-satunya senyawa yang meregang ketika
membeku. Ketika membeku air meregang sehingga es memiliki nilai
kepadatan massa atau volume (densitas) yang lebih rendah daripada air
sehingga es mengapung. Perubahan suhu air berlangsung secara lambat
karena air memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang baik. Air tidak
dapat berubah menjadi panas atau dingin dalam seketika. Dalam proses
perubahan air menjadi uap air (penguapan atau evaporasi) diperlukan
panas yang tinggi. Penguapan memerlukan energi panas dalam jumlah
yang besar. Sebaliknya dalam proses perubahan uap air menjadi air
melepaskan energi panas yang besar.
Air memiliki kemampuan untuk menghantarkan arus listrik.
Reaktansi, bilangan valensi dan konsentrasi ion-ion yang terlarut sangat
berpengaruh terhadap konduktifitas air. Nilai konduktifitas berhubungan
erat dengan nilai padatan terlarut total yang ditunjukkan pada persamaan
berikut.
14
TDSDHLK = ( 1 )
K = konstanta untuk jenis air tertentu
DHL = konduktifitas air ....................................... ms
TDS = nilai padatan terlarut total ......................... Lmg
Nilai TDS sangat dipengaruhi oleh pelapukan batuan, limpasan
dari tanah dan pengaruh antropogenik yang berupa limbah domestik dan
industri.
2. Siklus Air
Siklus air atau daur hidrologi adalah pola sirkulasi air dalam
ekosistem. Kandungan air di bumi sangat berlimpah, volume seluruhnya
mencapai 1.400.000.000 km3. Lebih kurang 97% merupakan air laut (air
asin) yang tidak dapat digunakan oleh manusia secara langsung. Dari 3%
air tawar yang ada, 2% berupa gunung-gunung es di kedua kutub bumi
tidak dapat dimanfaatkan secara langsung. Air yang benar-benar tersedia
bagi keperluan manusia hanya 0,62% yang meliputi air tawar yang
terdapat di danau, sungai dan di dalam tanah yang berupa air tanah. Bila
ditinjau dari segi kualitas, air yang memadai bagi konsumsi manusia hanya
0,003% dari keseluruhan air yang ada. Air tawar tersebut berasal dari
siklus air secara alami. Pergantian air sungai berlangsung selama 18 – 20
tahun sedangkan uap air yang terdapat di atmosfer berlangsung selama 12
tahun. Air tanah mengalami pergantian dalam waktu ratusan tahun
(PPGT/VEDC Malang, 1999 : 7).
15
Proses-proses dalam siklus air, adalah sebagai berikut:
a. Penguapan atau evaporasi, yaitu proses perubahan air menjadi uap air
dengan bantuan energi panas dari sinar matahari.
b. Evaportranspirasi, yaitu proses penguapan air yang terjadi melalui
tumbuhan.
c. Kondensasi, yaitu proses perubahan uap air menjadi tetes-tetes air
yang sangat kecil (pengembunan).
d. Transportasi, yaitu proses pengangkutan awan/uap air oleh angin
menuju ke daerah tertentu yang akan mengalami hujan.
e. Hujan, yaitu proses jatuhnya tetes-tetes air besar yang berupa
kumpulan tetes-tetes air kecil hasil kondensasi sampai ke permukaan
bumi.
f. Infiltrasi, yaitu gerakan air hujan menembus permukaan tanah
kemudian masuk ke dalam tanah (peresapan).
g. Perkolasi, yaitu proses penyaringan air melalui pori-pori halus tanah
sehingga air dapat meresap dalam tanah (peresapan).
h. Aliran air dalam tanah, yaitu air hujan yang meresap ke dalam tanah
dan mengalir di atas lapisan kedap air sampai muncul kembali di
permukaan tanah sebagai mata air atau mengalir hingga ke laut.
i. Aliran Air Permukaan, yaitu air hujan yang tidak meresap ke dalam
tanah melainkan menggenang atau mengalir di permukaan tanah.
16
Gambar 2. Siklus air Sumber : PPGT/VEDC Malang, 1999
Siklus hidrologi air tergantung pada proses evaporasi (penguapan)
dan presipitasi (peresapan). Air yang terdapat pada permukaan bumi
berubah menjadi uap air di lapisan atmosfer. Uap air bergerak keatas
hingga membentuk gumpalan awan yang dapat berpindah dengan tiupan
angin. Ruang udara yang mendapat akumulasi uap air secara terus
17
menerus akan menjadi jenuh. Pengaruh udara dingin pada atmosfer akan
menyebabkan sublimasi pada uap air sehingga butiran-butiran uap air
membesar dan akhirnya jatuh sebagai hujan. Air hujan yang jatuh ke tanah
tidak seluruhnya langsung mengalir sebagai air permukaan, tetapi ada
yang terserap oleh tanah.
Peresapan air ke dalam tanah pada umumnya terjadi melalui dua
tahapan, yaitu infiltrasi dan perkolasi. Infiltrasi adalah gerakan air
menembus permukaan tanah masuk ke dalam tanah. Perkolasi adalah
proses penyaringan air melalui pori-pori halus tanah sehingga air bisa
meresap ke dalam tanah.
Gambar 3. Infiltrasi dan PerkolasiSumber : PPGT/VEDC Malang, 1999
Kuantitas air yang mampu diserap tanah sangat tergantung
beberapa faktor, yaitu: jumlah air hujan, kondisi fisik tanah seperti bobot
isi, infiltrasi, porositas dan struktur tanah, jumlah tumbuh-tumbuhan serta
lapisan yang tidak dapat ditembus oleh air. Terbentuknya sumber-sumber
18
air di alam mengalami serangkaian proses. Air hujan jatuh ke tanah
kemudian meresap ke dalam tanah. Sebelum mencapai jenuh, air masih
dapat diserap oleh tanah. Sampai di kedalaman tertentu, air tersebut
tertahan oleh lapisan batu-batuan (lapisan kedap air), yang membendung
air sehingga tidak terus meresap ke bawah sehingga membentuk air tanah.
Jika telah mengalami jenuh, air yang jatuh ke permukaan tanah akan
dialirkan sebagai air permukaan.
Gambar 4. Proses Terbentuknya Sumber-sumber Air di AlamSumber : PPGT/VEDC Malang, 1999
3. Sumber air
Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan dan air tanah.
a. Air permukaan
Air permukaan adalah air yang menggenang atau mengalir di
permukaan tanah, misalnya danau, rawa-rawa dan sungai yang tidak
mengalami infiltrasi kedalam tanah. Air yang mengalir di daratan
disebut limpasan permukaan. Sungai merupakan pengumpulan dari
tiga jenis limpasan, yaitu: limpasan permukaan, limpasan di bawah
permukaan dan limpasan air tanah yang akhirnya akan kembali ke laut.
Air hujan yang jatuh ke bumi dan menjadi air permukaan memiliki
19
kadar bahan-bahan terlarut atau unsur hara yang sangat sedikit dan
bersifat asan dengan nilai pH sekitar 4,2. hal ini disebabkan karena air
hujan melarutkan gas-gas yang terdapat di atmosfer seperti
karbondioksida, sulfur dan nitrogen oksida yang dapat membentuk
asam lemah. Setelah jatuh ke permukaan bumi air hujan mengalami
kontak dengan tanah dan melarutkan bahan-bahan yang terkandung
dalam tanah. Air permukaan diklasifikasikan menjadi dua kelompok
utama, yaitu air tergenang dan air mengalir. Air tergenang meliputi
danau, kolam, waduk, rawa dan sebagainya dimana air hanya berada
pada suatu tempat tenpa bergerak menuju tempat lain. Sungai
merupakan salah satu contoh air mengalir dimana dipengaruhi oleh
waktu, iklim dan pola drainase.
Gambar 5. Air PermukaanSumber : PPGT/VEDC Malang, 1999
b. Air tanah
Air tanah merupakan air yang ditemukan pada akifer yang
berada dibawah permukaan tanah. Daerah dibawah tanah yang terisi
air disebut daerah saturasi dimana pori tanah dan batuan terisi oleh air
yang merupakan air tanah. Kemampuan tanah dan batuan dalam
20
menahan air tergantung pada sifat porositas dan permeabilitas tanah.
Akifer merupakan lapisan tanah yang bersifat porous (mampu
menahan air) dan permeable (mampu melewatkan air). Air tanah
memiliki pergerakan yang sangat lambat dengan kecepatan arus
berkisar antara 10-10 – 10-3 m/detik. Waktu tinggal air tanah sangat
lama, dapat mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Pergerakan yang
sangat lambat dan waktu tinggal yang lama menyebabkan air tanah
sulit untuk pulih kembali apabila mengalami pencemaran. Apabila laju
pengambilan air tanah melebihi laju pengisiannya maka akan terjadi
penurunan volume air tanah dan memungkinkan terjadinya penurunan
muka tanah.
Pada saat infiltrasi kedalam tanah, air permukaan mengalami
kontak dengan mineral-mineral yang terdapat didalam tanah dan
melarutkannya sehingga kualitas air mengalami perubahan karena
terjadi reaksi kimia. Air tanah biasanya memiliki kandungan besi
relatif tinggi. Jika air tanah mengalami kontak dengan udara dan
mengalami oksigenasi, ion ferri pada ferri hidroksida [FE(OH)3] yang
banyak terdapat pada air tanah akan teroksidasi menjadi ion ferro yang
akan segera mengalami pengendapan (presipitasi) dan membentuk
warna kemerahan pada air. Apabila hendak digunakan terlebih dahulu
didiamkan selama beberapa saat untuk mengendapkan besi,
menurunkan kadar karbondioksida dan menaikkan kadar oksigen
terlarut.
21
Tabel 1. Tabel Perbedaan KualitasAir Tanah Dan Air Permukaan
Parameter Kualitas Air Air tanah Air permukaan1. pH2. Karbondioksida3. Alkalinitas (CaCO3)4. Kesadahan total (CaCO3)5. kesadahan kalsium (CaCO3)6. Ortofosfat (P)7. Amonia total (N – NH3)8. Nitrat (N – NO3)9. Nitrit (N – NO2)10. Besi total (Fe)11. Sulfat (S)12. Konduktifitas
7,73,7 mg/L89,5 mg/L75,2 mg/L62,2 mg/L0,004 mg/L0,145 mg/L0,047 mg/L0,003 mg/L0,01 mg/L12,0 mg/L
220 µmhos/cm
6,53,05 mg/L16,1 mg/L15,7 mg/L5,5 mg/L
0,006 mg/L0,376 mg/L0,21 mg/L0,032 mg/L0,26 mg/L
–
55 µmhos/cm
Sumber : Hefni Effendi , 2003
4. Kedalaman air
Tingkat kedalaman air mempengaruhi penetrasi cahaya kedalam
air. Intensitas cahaya yang masuk kedalam air mengalami pengurangan
dan penghilangan dengan bertambahnya kedalaman air.
Pengurangan dan penghilangan cahaya yang masuk kedalam air
berupa penyerapan dan perubahan menjadi energi panas. Proses tersebut
berlangsung lebih intensif pada lapisan atas sehingga lapisan atas air
memiliki suhu yang lebih tinggi dan densitas yang lebih kecil daripada
lapisan bawah.
22
Gambar 6. Prosentase intensitas cahaya pada airSumber : Hefni Effendi , 2003
Lapisan air bagian atas disebut epilimion yang merupakan lapisan
yang paling hangat dengan penurunan suhu relatif kecil (32° C menjadi
28° C). Lapisan dibawahnya disebut lapisan termoklin yang
memilikipenurunan suhu cukup tajam (28° C menjadi 21° C). Lapisan
yang paling bawah adalah lapisan hipolimnion dengan perbedaan suhu
yang hampir konstan.
Gambar 7. Stratifikasi kolom air berdasarkan perbedaan suhuSumber : Hefni Effendi , 2003
0 20 40 60 80 100
5101520253035404550
Prosentase intensitas cahaya
Kedalaman (m)
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 0
0,
5
1
1,
Suhu
Kedalaman
Epilimi
Termok
Hipolimn
23
B. Kabel
Media fisik yang digunakan dalam jaringan komunikasi PT.Telkom
adalah kabel tembaga dan kabel optik (PT. TELKOM, 1998 : 3).
1. Kabel Tembaga
Bahan penyusun kabel tembaga harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
a. Urat kabel merupakan kawat penghantar berisolasi polyethylene.
Kawat penghantar berupa kawat tembaga padat, bulat, mengkilat,
bersih dan bebas dari segala cacat. Kualitas tembaga harus merata pada
setiap titik. Nilai tahanan urat harus sesuai dengan diameter urat yang
telah ditentukan.
Tabel 2. Tabel Tahanan Dan Kapasitansi Maksimum Urat Kabel
Diameter Urat (mm)
Tahanan (Ω / km)
Kapasitansi pada frekuensi 800Hz (nF/km)
0,40 150,0
0,60 65,0
0,80 36,5
35
0,90 29,0
1,00 23,062
b. Sepasang urat penghantar yang disebut pair. Inti kabel disusun
menggunakan sistem quad, yaitu dua pasang urat penghantar (dua pair)
yang dipilin bersama-sama. Ukuran kabel telepon dinyatakan dalam
ukuran quad. Setiap lima quad dihimpun membentuk satu sub unit
yang diikat dengan sebuah pita pelilit kode warna. Beberapa sub unit
akan membentuk unit. Satu unit dapat terdiri 50 pair dan 100 pair.
24
Berikut merupakan tabel perhitungan urat kabel disertai dengan warna
urat, susunan pair dan quadnya.
Tabel 3. Tabel Urat Kabel
Urat Warna Pair Quad1 BIRU2 PUTIH
1ab
3 MERAH 4 HITAM
2ab
1
5 ORANGE6 PUTIH
3ab
7 MERAH 8 HITAM
4ab
2
9 HIJAU10 PUTIH
5ab
11 MERAH 12 HITAM
6ab
3
13 COKELAT14 PUTIH
7ab
15 MERAH 16 HITAM
8ab
4
17 ABU-ABU18 PUTIH
9ab
19 MERAH 20 HITAM
10ab
5
Dari tabel dapat dilihat bahwa urat pair ganjil b selalu berwarna putih
dan pair genap selalu berwarna merah-hitam. Kesamaan warna ini
mempermudah proses terminasi kabel pada sentral, RK dan DP.
c. Pita pelilit kode warna terbuat dari bahan polyprophylene dan ada pada
setiap sub unit dengan satuan dasar 10 pair. Pita pelilit kode warna
berfungsi untuk menentukan urutan perhitungan setiap sub unit dan
unit dari kabel tersebut. Warna pita pelilit kode warna ditentukan
25
berdasarkan arah putaran jarum jam, dimulai dari warna merah,
kuning, putih, kuning dan seterusnya dalam setiap unit dasar 10 pair.
d. Kabel 10 pair tidak memiliki pita pelilit kode warna karena hanya
terdir dari satu sub unit saja. Kabel 20, 30, 40 dan 50 pair tidak
memiliki pita pelilit kode warna utama. Kabel kapasitas 10 sampai
dengan 120 pair dibentuk dengan memilin sejumlah sub unit 10 pair
sebagai satuan dasar yang dililit oleh pita pelilit kode warna menjadi
inti kabel yang simetris dan kompak.
10 pair 20 pair 30 pair 40 pair
50 pair 60 pair 80 pair
100 pair 120 pair
Gambar 8. Gambar penampang kabel dengan satuan dasar 10 pairSumber : PT.Telkom, 1998
Kabel 150, 200, 250 dan 300 pair dibentuk dari unit sebagai
satuan dasar yang terdiri dari lima unit atau 50 pair dimana akan
terdapat pita pelilit kode warna unit dan pita pelilit kode warna sub
1 1 2 1 2
3
214 3
1 2
435 1
2
3
6
5
4
1 2
348
576
1 23
4
5
6
10
9
87
21
4 3
56
7
12
11
109 8
26
unit (10 pair). Gambar penampang kabel sama dengan kabel unit dasar
10 pair (30, 40, 50 dan 60 pair).
150 pair 200 pair
250 pair 300 pair
Gambar 9. Gambar penampang kabel dengan satuan dasar 50 pairSumber : PT.Telkom, 1998
Kabel kapasitas 400 sampai dengan 1200 pair dihimpun dari
unit yang terdiri dari 100 pair atau 10 sub unit yang masing-masing
unit dan sub unit dililit oleh pita pelilit kode warna. Selanjutnya
konstruksi kabel ukuran diatas 1200 pair menggunakan unit dengan
satuan dasar 100 pair. Khusus untuk konstruksi kabel bertingkat seperti
kabel 60, 80, 100, 120, 300, 500, 600, 800, 1000 dan 1200 pair,
terdapat pita pelilit kode warna inti dalam berwarna putih untuk
menghindari kesalahan penentuan dengan unit yang pertama. Perlu
diperhatikan konstruksi kabel agar tidak terjadi kesalahan pada saat
memisahkan pita pelilit kode warna inti dalam dan inti luar kabel.
1 2
3
1 2
4 3
1 2
435
2
3
6
5
4
1
27
400 pair 500 pair
600 pair 800 pair
1000 pair 1200 pair
Gambar 10. Gambar penampang kabel dengan satuan dasar 100 pairSumber : PT.Telkom, 1998
e. Plastik pembungkus urat yang terbuat dari bahan polyprophylene
sebagai pembungkus inti kabel agar bulat padat dan tidak bergesekan
dengan lapisan alumunium.
f. Kawat talanjang tembaga yang dilapisi timah sebagai penghubung
screen kabel.
g. Pelindung elektris terbuat dari bahan lapisan alumunium sebagai
perlindungan dari tegangan induksi dan kelembaban. Pelindung
elektris kabel harus mampu menahan tegangan tembus sebesar 500 V-
DC dengan frekuensi 50 Hz minimal selama 1 menit.
1 2
4 3
1 2
435
2
3
6
5
4
1
3
65
41 2
8
7
1 2
3
4
5
6
10
9
87
12 5
11 1 2 6
10 4 3 79 8
28
h. Bearer atau kawat penguat untuk kabel udara merupakan kawat baja
yang dipilin menjadi satu ikatan yang bulat dan padat sebagai
penggantung dan pengikat kabel udara pada tiang. Ketentuan bearer
adalah sebagai berikut :
1) Bearer kabel udara 10 pair sampai dengan 50 pair terbuat dari 7
buah baja stainless diameter 1,2 mm yang dipilin dengan daya
tahan maksimal 11.000 N.
2) Bearer kabel udara 60 pair sampai dengan 120 pair ada dua jenis.
a) Baja stainless diameter 2 mm sebanyak 7 buah dipilin dengan
daya tahan maksimal 29.000 N.
b) Baja stainless diameter 1,2 mm sebanyak 19 buah dipilin
dengan daya tahan maksimal 29.000 N.
i. Pita baja (steel armouring) terbuat dari baja stainless yang berfungsi
sebagai pelindung mekanis pada Kabel Tanah Tanam Langsung
(KTTL) yang melindungi kabel dari gesekan dan benturan benda keras
sekaligus sebagai pelindung elektris kabel yang melindungi dari
tegangan asing luar.
j. Isolasi penghantar terbuat dari bahan compound polyethylene (PE)
dengan tahanan isolasi antar penghantar minimal 10.000 MΩ/km pada
suhu 20° Celcius dengan tegangan sebesar 500 V-DC. PE berfungsi
untuk mencegah kemungkinan masuknya air dan sebagai bantalan
pada saat penarikan kabel.
29
k. Kabel yang telah selesai dibuat kemudian dikemas dengan cara
digulung erat pada haspel dengan ketentuan kabel ukuran dibawah 60
pair panjang gulungan 1000 m dan untuk kabel 60 sampai 120 pair
panjang gulungan 500 m. Ujung kabel ditutup dengan endcap. Haspel
merupakan tempat digulungnya kabel sebelum digunakan. Data-data
yang harus terdapat pada haspel adalah :
1) Tanda pengenal produsen.
2) Jenis, kapasitas dan diameter kabel.
3) Panjang kabel dalam ukuran meter.
4) Nomor dan nomor spesifikasi haspel
5) Berat kotor dalam kilogram.
6) Tanda panah penunjuk arah putaran haspel.
7) Tanda akhir gulungan kabel.
Kabel tambaga dapat berupa kabel udara dan kabel tanah.
a. Kabel Udara
Gambar 11. Konstruksi kabel udaraSumber : PT.Telkom, 1998
Bearer penguat
Urat kabel
Pita pelilit kode warna
Plastik pembungkus urat
Lapisan Alumunium
Isolasi Polyethylene
30
Kabel udara merupakan kabel yang dipasang pada tiang telepon.
Kabel ini digunakan karena tidak memerlukan biaya yang besar pada
proses pemasangan dan pemeliharaannya, namun rawan terhadap
gangguan mekanis. Kapasitas maksimal kabel udara adalah 120 pair.
Hal ini disebabkan karena beban kerja yang harus ditanggung tiang
penyangga dan bearer.
b. Kabel Tanah
Kabel tanah digunakan pada wilayah yang tidak memungkinkan
penggunaan kabel udara. Kapasitas maksimal kabel tanah adalah 3600
pair. Ada dua jenis kabel tanah, yaitu Kabel Tanah Tanam Langsung
(KTTL) dan kabel Duct.
1) Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL)
Gambar 12. Konstruksi KTTLSumber : PT.Telkom, 1998
Urat kabel
Pita pelilit kode warna
Plastik pembungkus uratLapisan Alumunium
Isolasi Polyethylene dalam
Armouring baja
Isolasi PE luar
31
KTTL merupakan kabel tanah yang ditanam langsung kedalam
tanah tanpa membuat tempat perlindungan. Setelah kabel ditanam,
diletakkan deksteen pada sepanjang galian kabel sebagai tanda
keberadaan kabel.
KTTL memiliki kapasitas maksimal 1200 pair, karena KTTL
memiliki pelindung mekanis yang menambah berat kabel,
sedangkan kemampuan haspel dan alat tarik kabel terbatas. KTTL
banyak digunakan sebagai kabel sekunder yang menghubungkan
RK dengan DP. Setelah ditanam tidak perlu dilakukan
pemeliharaan yang terlalu rutin terhadap KTTL, hanya
pemeliharaan elektris yang dilakukan setiap 6 bulan. KTTL dapat
digunakan selama 15 tahun, lebih dari itu kabel harus diganti
karena telah melebihi umur penggunaannya.
Gambar 13. Gambar deksteenSumber : PT.Telkom, 1998
2) Kabel Duct
Kabel Duct merupakan kabel tanah dengan konstruksi yang sama
dengan kabel udara hanya tanpa bearer. Proses pemasangan kabel
duct sangat lama dan mahal. Sebelum menarik kabel, terlebih
dahulu dibuat saluran kabel kurang lebih sedalam 3 meter dimana
setiap jarak 200 meter dibuat tempat penyambungan kabel yang
32
disebut manhole. Manhole juga digunakan sebagai tempat
pemeliharaan kabel. Setiap satu bulan dilakukan pemeliharaan
terhadap ruangan di dalam manhole (chamber)untuk mengeluarkan
lumpur dan air yang menggenang agar tidak mengebabkan
kerusakan terhadap kabel. Setiap 6 bulan sekali dilakukan
pemeliharaan elektris dan pemeliharaan terhadap sambungan
kabel.
Gambar 14. Konstruksi kabel DuctSumber : PT.Telkom, 1998
Paralatan teknis yang digunakan PT. Telkom memiliki kode
pengenal dan spesifikasi tertentu. Kode pengenal diawali dengan tulisan
STEL yang berarti peralatan standar pada sistem telekomunikasi PT.
Telkom yang memenuhi syarat teknis baik elektris maupun mekanis. Kode
selanjutnya menyatakan jenis peralatan digunakan, dalam hal ini K berarti
kabel. Berikut beberapa kode pengenal kabel tanah, baik KTTL maupun
kabel duct.
Urat kabel
Pita pelilit kode warna
Plastik pembungkus urat
Lapisan Alumunium
Isolasi Polyethylene
33
STEL K 007T EJ ( Pem ) E 200 × 2 × 0,6
007 : kode KTTL
T : Kabel tanah berpenghantar tembaga.
E : Isolasi polyethylene (PE).
J : Lapisan petrojelly.
E : Isolasi polyethylene (PE).
( Pem ) : Pelindung elektris dan mekanis.
200 × 2 × 0,6 : kapasitas 200 pair dengan diameter urat 0,6 mm.
Kode diatas berarti Kabel Tanah Tanam Langsung kapasitas 200 pair
dengan urat penghantar tembaga berdiameter 0,6 mm, lapisan petrojelly,
pelindung elektris dan mekanis.
STEL K 008T EJ ( Pe ) E 2400 × 2 × 0,6
008 : kode Kabel Duct berpetrojelly.
T : Kabel tanah berpenghantar tembaga.
E : Isolasi polyethylene (PE).
J : Lapisan petrojelly.
( Pem ) : Pelindung elektris.
E : Isolasi polyethylene (PE).
2400 × 2 × 0,6 : kapasitas 2400 pair dengan diameter urat 0,6 mm.
Kode diatas berarti Kabel Duct kapasitas 2400 pair dengan urat penghantar
tembaga berdiameter 0,6 mm, lapisan petrojelly dan pelindung elektris.
34
STEL K 009T E ( Pem ) E 2400 × 2 × 0,6
009 : kode Kabel Duct dengan pelindung mekanis.
T : Kabel tanah berpenghantar tembaga.
E : Isolasi polyethylene (PE).
( Pem ) : Pelindung elektris dan mekanis.
E : Isolasi polyethylene (PE).
2400 × 2 × 0,6 : kapasitas 200 pair dengan diameter urat 0,6 mm.
Kode diatas berarti Kabel Duct kapasitas 2400 pair dengan urat penghantar
tembaga berdiameter 0,6 mm, pelindung elektris dan mekanis.
2. Kabel Optik
Gambar 15. Konstruksi kabel optikSumber : Technology Maintenance Center, 2001
Kabel optik merupakan media transmisi fisik yang menyalurkan
informasi menggunakan gelombang cahaya sehingga gangguan elektris
akan tidak mempengaruhi sistem transmisi. Suatu besaran yang penting
dalam serat optik adalah perbedaan indek bias relatif antara bahan inti
CLADDING CORE COATING
∅ 5 − 200 µm ∅ 125 µm
CORE CLADDING COATING
35
(core) dan bahan selimut (cladding). Besaran tersebut akan menentukan
kopling dan lintasan cahaya yang merambat dalan serat optik tersebut.
Cahaya yang digunakan memiliki panjang gelombang antara 850 nM
sampai 1600 nM yang berada pada daerah inframerah.
Berikut merupakan gambar jaringan komunikasi kabel yang digunakan oleh
PT.Telkom.
Gambar 16. Jaringan kabel komunikasi PT.TelkomSumber : PT.Telkom, 1998
Keterangan gambar:
1. Sentral. Merupakan pusat dari jaringan yang mengatur setiap kegiatan
komunikasi baik berupa suara maupun data. Terminasi awal kabel dimulai
dari sebuah rak utama yang disebut MDF (Main Distribution Frame).
MDF terdiri atas dua bagian, vertikal dan horizontal. Bagian horizontal
berhubungan dengan catu daya dan sentral data, sedangkan bagian vertikal
berhubungan dengan rumah kabel sebagai tempat terminasi awal kabel
primer.
2. Rumah Kabel (RK). Merupakan tempat terminasi akhir kabel primer dari
sentral dan terminasi awal kabel sekunder yang menuju ke Kotak Pembagi
(DP). Kabel primer yang menghubungkan RK dan sentral berupa kabel
Duct dan kabel optik.
1 2 3 4 5
36
3. Kotak Pembagi atau Distribution Point (DP). Merupakan tempat terminasi
akhir kabel sekunder dari RK dan terminasi awal kabel pembagi (Drop
Wire) yang menuju ke Kotak Terminal Batas (KTB). Kabel sekunder yang
menghubungkan RK dan DP berupa Kabel Tanah Tanam Langsung
(KTTL) dan kabel udara. Kotak pembagi juga merupakan batas tanggung
jawab PT. Telkom terhadap jaringan komunikasi pelanggan.
4. Kotak Terminal Batas (KTB). Merupakan tempat terminasi akhir kabel
pembagi dan terminasi awal saluran instalasi rumah yang menggunakan
kabel indoor. Pelanggan mempunyai hak penuh atas instalasi rumah, mulai
dari KTB sampai dengan pesawat komunikasi. Kerusakan yang terjadi atas
jaringan menjadi tanggung jawab pelanggan dan akan diselesaikan oleh
rekanan yang ditunjuk oleh PT. Telkom.
5. Pelanggan. Pelanggan dapat berupa pesawat telepon, pesawat fax,
komputer maupun media komunikasi lain.
C. Resistansi dan Konduktansi
Pada dasarnya semua bahan apabila dialiri arus listrik memiliki
resistansi, yaitu kemampuan untuk menghambat. Beberapa bahan konduktor
seperti tembaga, perak, emas dan bahan metal umumnya memiliki resistansi
yang sangat kecil, sehingga mampu menghantar arus listrik dengan baik.
sebaliknya bahan isolator seperti karet, gelas dan karbon memiliki resistansi
yang lebih besar menahan aliran elektron. Hambatan atau resistansi berguna
untuk mengatur besarnya kuat arus listrik yang mengalir melalui suatu
rangkaian listrik (Sudaryatno Sudirham, 2002 : 46).
37
Hubungan antara hambatan, tegangan dan arus dapat disimpulkan
melalui hukum Ohm yang dikemukakan oleh George Simon Ohm. Hukum
Ohm merupakan hasil analisis matematis dari rangkaian galvanik yang
didasarkan pada analogi antara aliran listrik dan aliran panas. Formulasi
Fourier untuk aliran panas adalah :
dldTkA
dtdQ −= ( 2 )
Q adalah kuantitas panas, t adalah temperatur, k adalah konduktivitas panas, A
adalah luas penampang sedangkan T adalah suhu bahan. Dengan mengikuti
formulasi Fourier untuk persamaan konduksi panas dan menganalogikan
intensitas medan listrik dengan gradien temperatur, Ohm menunjukkan bahwa
arus listrik yang mengalir pada konduktor dapat dinyatakan bahwa :
dldvAI
ρ= ( 3 )
Dalam hal konduktor mempunyai luas penampang A yang merata, maka
persamaan 2 menjadi :
RV
lVAI ==
ρ dengan A
lR ρ= ( 4 )
V adalah beda potensial pada konduktor dengan luas penampang A sepanjang
l meter, ρ adalah karakteristik material yang disebut resistivitas atau tahanan
jenis, sedangkan R adalah resistansi konduktor. Persamaan 3 dapat juga ditulis
sebagai :
IRV = ( 5 )
38
Dan untuk tegangan yang berubah terhadap waktu, persamaan 5 berubah
menjadi :
iRV = ( 6 )
Suatu bahan dikatakan memiliki hambatan 1 Ohm apabila bahan
tersebut menjembatani beda tegangan sebesar 1 Volt dan arus listrik yang
timbul akibat tegangan tersebut adalah sebesar 1 ampere, atau sama dengan
sebanyak 6.241506 × 1018 elektron per detik mengalir menghadap arah yang
berlawanan dari arus.
Komponen yang menentukan nilai resitansi adalah resistor. Resistor
berguna untuk menjaga kuat arus dan tegangan pada nilai tertentu dengan
tujuan agar komponen-komponen listrik lainnya dapat berfungsi dengan baik.
Gambar 17. Karekteristik i-v resistor
Dalam peralatan elektronika, resistor hanya berukuran beberapa
milimeter bahkan ukuran mikron yang tergabung dalam sebuah chip. Resistor
dengan kontak geser atau yang lebih dikenal dengan potensiometer digunakan
untuk keperluan variasi tegangan. Pada rangkaian pemroses energi seperti
pada lokomotif kereta listrik model lama digunakan resistor dengan ukuran
yang lebih besar. Resistor adalah piranti yang sesungguhnya tidak mempunyai
Batas operasi linear
inyata
model
v
39
karakteristik i-v yang linear. Ada bagian tertentu yang dapat didekati dengan
hubungan linear yaitu bagian yang berada pada daerah operasi. Dengan
mengikuti konversi pasif, hukum ohm dapat juga dituliskan sebagai berikut :
RR iRV = atau RR vGi = dengan R
G 1= ( 7 )
R dan G adalah konstanta positif. Parameter R disebut resistansi
dengan satuan ohm (Ω) dan G disebut konduktansi dengan satuan siemens (S)
atau mho (ω). Karakteristik i-v dalam hukum ohm adalah linear dan bilateral.
Linear berarti karakteristiknya berbentuk garis lurus sehingga tegangan selalu
sebanding dengan arus. Bilateral kurva karateristiknya simetis terhadap titik O
(0,0) sehingga pembalikan tegangan akan menyebabkan pembalikan arah
tanpa mengubah besar arusnya. Dengan demikian resistor dapat dihubungan
dalan rangkaian tanpa memperhatikan polaritas kaki-kakinya. Daya pada
resistor dapat ditentukan dengan rumus :
RvGvRiivP R
RRRRR
222 ==== ( 8 )
Dari rumus diatas, R bernilai positif sehingga daya selalu positif. Berdasarkan
konversi pasif, hal ini berarti resistor selalu menyerap daya.
D. Kerangka Berfikir
Penyusunan kerangka berfikir sebagai landasan penelitian dilakukan
dengan kajian teoritis yang meliputi suatu tinjauan mengenai air, hambatan
atau resistansi dan kabel distribusi telepon yang digunakan dalam jaringan
komunikasi PT.Telkom.
40
Kerusakan pada kabel telepon, baik kabel duct maupun KTTL pada
umumnya disebabkan oleh air. Air merupakan satu-satunya unsur alami yang
ditemukan dalam semua zat yang ada dibumi, baik cair, padat maupun gas.
Air adalah pelarut yang baik. Berbagai jenis senyawa kimia dapat larut di
dalam air. Air mempunyai tegangan permukaan yang sangat tinggi. Suatu zat
dikatakan mempunyai tegangan permukaan yang tinggi apabila tekanan antar
molekul cairan tersebut tinggi sehingga masing masing molekul elastis dan
lengket satu sama lain. Tegangan permukaan yang tinggi memungkinkan
terjadinya sistem kapiler. Sifat air sebagai pelarut dengan sistem kapiler
menyebabkan air mampu bergerak melalui pori-pori yang kecil seperti akar
tumbuhan dan melalui pembuluh darah dengan mengangkut unsur-unsur yang
terlarut.
Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan dan air tanah.
Air hujan yang jatuh ke bumi dan tidak mengalami infiltrasi kedalam tanah
menjadi air permukaan Air permukaan adalah air yang menggenang atau
mengalir di permukaan tanah, misalnya danau, rawa-rawa dan sungai. Setelah
jatuh ke permukaan bumi air hujan mengalami kontak dengan tanah dan
melarutkan bahan-bahan yang terkandung di permukaan tanah. Air tanah
merupakan air yang ditemukan pada akifer yang berada dibawah permukaan
tanah. Akifer merupakan lapisan tanah yang bersifat porous (mampu menahan
air) dan permeable (mampu melewatkan air). Pada saat infiltrasi kedalam
tanah, air permukaan mengalami kontak dengan mineral-mineral yang
terdapat didalam tanah dan melarutkannya sehingga kualitas air mengalami
41
perubahan karena terjadi reaksi kimia. Air tanah biasanya memiliki kandungan
besi relatif tinggi. Air tanah memiliki pergerakan yang sangat lambat dan
waktu tinggal yang lama sehingga sulit untuk pulih kembali apabila
mengalami pencemaran. Apabila laju pengambilan air tanah melebihi laju
pengisiannya maka akan terjadi penurunan volume air tanah dan
memungkinkan terjadinya penurunan muka tanah.
Perubahan suhu sangat berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan
biologi air. Peningkatan suhu air akan mengakibatkan peningkatan viskositas,
reaksi kimia, evaporasi, volatilisasi dan menyebabkan perubahan berat jenis
air yang selanjutnya menyebabkan terjadinya percampuran massa air dengan
zat-zat yang terlarut. zat-zat yang terlarut dalam air tersebut akan menembus
bahan Isolasi polyethylene (PE) yang membungkus luar kabel dan bahan
polyproephylene yang membungkus urat kabel distribusi telepon yang
mengalami perendaman air sehingga mengurangi daya hantar dan
mempengaruhi kualitas tembaga sebagai bahan penghantar.
Kerusakan tersebut diketahui pada saat melakukan pemeliharaan
elektris, dimana beberapa urat kabel mengalami kerusakan yang ditunjukkan
dengan perubahan nilai tahanan dan kapasitansi urat kabel. Pada beberapa
kasus kerusakan terjadi pada satu unit bahkan seluruh urat kabel. Untuk
menanggulangi gangguan akibat kerusakan tersebut perlu dilakukan perbaikan
dengan biaya yang cukup besar. Proses perbaikan biasanya memakan waktu
yang cukup lama, antar satu hari sampai dengan satu minggu. Lamanya waktu
perbaikan gangguan tersebut akan menyebabkan terjadinya laporan keluhan
42
atau complain para pelanggan yang akan menurunkan tingkat kepercayaan
pelanggan kepada PT. Telkom. Guna mencegah terjadinya kerusakan terhadap
kabel Duct, perlu dilakukan pemeriksaan dan pemeliharaan di luar waktu yang
telah ditentukan.
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui besarnya pengaruh
kontaminasi air terhadap kemampuan menghantar kabel distribusi telepon baik
kabel Duct maupun Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL) hingga
mempengaruhi kualitas kabel distribusi telepon sehingga dapat diketahui
jangka waktu pemeliharaan kabel distribusi telepon terutama kabel duct.
Gambar 18. Skema Kerangka Berfikir
Variabel Bebas
Lamanya waktu perendaman kabel
didalam air. Proses perendaman
dilakukan bervariasi selama 1 hari, 5
hari, 10 hari, 30 hari dan 60 hari.
Variabel Kontrol
Kondisi air : Lingkungan perendaman :
Jenis air. 1. Tempat
volume air. 2. Suhu ruangan
Suhu air.
Variabel Terikat
Kemampuan elektris kabel distribusi telepon
yaitu KTTL dan kabel Duct yang berupa
tahanan isolasi antar penghantar, tahanan urat
kabel dan tahanan screen kabel.
43
E. Hipotesis
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani yang merupakan gabungan dari
dua kata yaitu hupo dan thesis. Hupo artinya sementara dan thesis berarti
pernyataan atau teori. Hipotesis adalah pernyataan sementara yang masih
lemah kebenarannya sehingga memerlukan pengujian yang akan membawa
kepada kesimpulan untuk menerima atau menolak hipotesis tersebut.
Pengujian dihadapkan kepada dua pilihan yaitu hipotesis alternatif yang
selanjutnya disingkat Ha dan hipotesisi nol (null) yang selanjutnya disingkat
Ho. Ha adalah lawan atau tandingan dari Ho. Ha disebut juga hipotesis kerja
atau hipotesis penelitian yang cenderung dinyatakan dalam kalimat positif.
Sedangkan Ho dinyatakan dalam kalimat negatif (Husaini dan Purnomo , 2003
: 119).
1. Hipotesis Kerja (Ha)
Ada pengaruh kontaminasi air terhadap kemampuan menghantar
kabel distribusi telepon.
2. Hipotesis Nol (Ho)
Tidak ada pengaruh kontaminasi air terhadap kemampuan
menghantar kabel distribusi telepon.
44
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara atau strategi yang digunakan dalam
kegiatan penelitian sehingga pelaksanaannya dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Hal-hal yang diuraikan dalam metode penelitian adalah : Metode
Penentuan Objek Penelitian, Tempat Dan Waktu Penelitian, Desain Eksperimen,
Metode Pengumpulan Data, Langkah Eksperimen dan Analisis.
A. Metode Penentuan Objek Penelitian
Beberapa hal yang akan diuraikan dalam penentuan objek penelitian
meliputi populasi penelitian, deskripsi objek penelitian, variabel penelitian
dan instrumen penelitian.
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah totalitas semua nilai yang dijadikan objek penelitian
(Sudjana, 2002 : 6). Populasi dalam penelitian ini adalah kabel distribusi
telepon yang digunakan oleh PT. Telkom. Kabel distribusi telepon
menurut bahan penghantar terdiri atas kabel berpenghantar tembaga dan
kabel optik. Kabel distribusi telepon menurut tempat pemasangan terbagi
menjadi dua yaitu kabel udara dan kabel tanah.
2. Deskripsi Objek Penelitian
Objek penelitian adalah kabel tanah berpenghantar tembaga yang
terdiri dari dua jenis, yaitu Kabel Tanah Tanam Langsung dan Kabel Duct
yang berpetrolyjelly dengan panjang 100 meter. Kedua jenis kabel tanah
45
tersebut akan dilakukan perendaman menggunakan air pada suhu normal
dengan waktu yang bervariasi.
3. Variabel Penelitian
Variabel merupakan karakteristik atau keadaan atau kondisi pada
suatu objek yang mempunyai variasi nilai. Secara umum dapat dinyatakan
bahwa variabel adalah operasionalisasi dari konsep. Variabel harus dapat
diukur namun bukan merupakan ukuran. Variabel merupakan konsep atau
faktor yang dapat menunjukkan variasi nilai (Gempur Santoso, 2005 : 22).
Penelitian ini terdiri dari variabel bebas, variabel terikat dan variabel
kontrol.
a. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah air dimana jenis,
volume dan suhu air serta. Air yang digunakan adalah air tanah dengan
suhu normal 20º C – 30º C.
b. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil pengukuran
kemampuan elektris kabel distribusi telepon yang berupa tahanan
screen kabel, tahanan isolasi antar penghantar dan tahanan urat kabel.
c. Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dapat dikendalikan.
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah lamanya waktu
perendaman dan kondisi lingkungan yang berupa tempat melakukan
46
perendaman dan suhu ruangan perendaman. Proses perendaman
dilakukan bervarisi selama 1 hari, 5 hari, 10 hari, 30 hari dan 60 hari.
Perendaman dilakukan di dalam manhole dengan kondisi tertutup rapat
sehingga suhu ruangan ralatif tetap.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang akan digunakan untuk mengontrol
maupun mengukur variabel harus memiliki akurasi (accuracy), presisi
(precision) dan kepekaan (sensitivity). Akurasi berkaitan dengan validitas
instrumen untuk dapat melakukan pengukuran pada unit eksperimen tanpa
dipengaruhi oleh unsur-unsur lain. Presisi berkaitan dengan kehandalan
(reliability) instrumen untuk memberikan kestabilan hasil pengukuran
pada saat dilakukan pengulangan. Kepekaan instrumen berkaitan dengan
besarnya perubahan nilai pada variabel tertentu (Gempur Santoso, 2005 :
63).
Akurasi dalam penelitian ini diatur dengan menjaga agar kedua
ujung kabel tidak ikut terendam dalam air dan menjaga agar manhole
selalu dalam keadaan tertutup agar suhu ruangan tidak berubah serta
mencegah masuknya bahan-bahan yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian kedalam manhole. Presisi instrumen dalam penelitian ini dijaga
dengan melakukan kalibrasi pada awal pengukuran dan pada setiap
pergantian pengukuran terhadap unit dasar kabel. Kepekaan instrumen
diperoleh dengan menggunakan alat ukur yang mempunyai tingkat
ketelitian tinggi.
Alat ukur yang digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini
adalah Multimeter analog, Multimeter digital dan Megger Earth Tester.
47
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Jaringan Kabel SMK
Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto dan diperkirakan selama dua bulan.
C. Desain Eksperimen
Desain eksperimen adalah suatu rancangan percobaan dengan tiap
langkah tindakan yang benar-benar terdefinisikan sedemikian sehingga
informasi yang berhubungan dengan atau diperlukan untuk persoalan yang
diteliti dapat dikumpulkan (Sudjana, 1995 : 1).
Penelitian yang dilakukan berupa penelitian eksperimental dimana
kejadian yang terjadi disebabkan adanya intervensi alam yang dilakukan oleh
peneliti untuk menguji hubungan antara sebab dan akibat yang dilakukan pada
suatu sistem yang tertutup dan terkontrol (Gempur Santoso, 2005 : 31).
Penelitian ekeperimental memiliki tiga prinsip yang harus dipenuhi, yaitu
replikasi, randomisasi dan kontrol. Replikasi adalah banyaknya unit
eksperimen yang mendapatkan perlakuan sama pada kondisi tertentu.
Replikasi bertujuan untuk memperkirakan kesalahan penelitian, meningkatkan
ketelitian hasil penelitian dan memperluas jangkauan generalisasi hasil
penelitan. Randomisasi merupakan proses untuk mewujudkan keadaan
random atau acak tanpa memilih suatu unit tertentu sehingga setiap unit
penelitian mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan perlakuan.
Randomisasi dilakukan sebagai usaha menjaga validitas generalisasi hasil
eksperimen kepada populasinya. Kontrol merupakan dasar penelitian
eksperimental karena harus memiliki paling sedikit dua unit eksperimen yaitu
48
unit yang diberi perlakukan dan unit yang tidak diberikan perlakuan sebagai
unit kontrol sebagai pembanding.
Penelitian eksperimental memiliki tiga jenis desain, yaitu eksperimental
sungguhan (true-experimental), pra-eksperimental (pre-experimental) dan
eksperimental semu (quasi-experimental). Eksperimental sungguhan
merupakan penelitian yang mampu memenuhi seluruh prinsip eksperimental.
Pra-eksperimental hanya mampu memenuhi sebagai dari prinsip
eksperimental. Sedangkan eksperimental semu mampu memenuhi ketiga
prinsip eksperimental, namun belum mencapai sempurna (Gempur Santoso,
2005 : 36).
Penelitian yang dilakukan adalah pra-eksperimental karena tidak
dilakukan randomisasi. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pre-posttest design, yang dapat digambarkan pada tabel berikut.
TABEL 4. Pre-Posttest Design
X O YX11 − Y11
X12 O Y12
X21 − Y21
X22 O Y22
Keterangan :
X : unit eksperimen.
X11 : hasil pengukuran awal terhadap KTTL yang tidak mendapat perlakuan.
X12 : hasil pengukuran awal terhadap KTTL yang akan mendapat perlakuan.
X21 : hasil pengukuran awal terhadap Kabel duct yang tidak mendapat
perlakuan.
49
X22 : hasil pengukuran awal terhadap Kabel duct yang mendapat perlakuan.
O : Perlakuan.
− : Tidak mendapatkan perlakuan.
Y : hasil eksperimen.
Y11 : hasil pengukuran terhadap KTTL yang tidak mendapat perlakuan.
Y12 : hasil pengukuran terhadap KTTL yang mendapat perlakuan.
Y21 : hasil pengukuran terhadap Kabel duct yang tidak mendapat perlakuan.
Y22 : hasil pengukuran terhadap Kabel duct yang mendapat perlakuan.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara untuk memperoleh data untuk
dianalisis yang kebenarannya harus dapat dipercaya (Suharsimi Arikunto,
1998 : 225). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Metode Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan terhadap sesuatu objek
dengan menggunakan seluruh indera manusia (Suharsimi Arikunto, 1998 :
146). Kegiatan observasi dalam penelitian dilakukan untuk melihat
kondisi Kabel Tanah Tanam Langsung dan Kabel Duct yang
berpetrolyjelly apakah terdapat kerusakan terhadap bentuk fisik kabel,
melihat hasil penunjukkan alat ukur pada pengukuran awal maupun akhir
dan membandingkannya dengan nilai kabel yang tidak diberikan
perlakukan sebagai kontrol.
50
2. Metode Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang
tertulis (Suharsimi Arikunto, 1998 : 149). Dokumentasi yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah kertas bergambar atau foto. Gambar atau foto
tentang tempat penelitian, bahan dan alat yang digunakan dan kegiatan
yang dilakukan pada saat penelitian yang berupa mengupas kedua ujung
kabel, melakukan pengukuran awal, melakukan perendaman terhadap
kabel serta pada saat melakukan pengukuran terhadap kemampuan elektris
kabel yang telah mengalami proses perendaman.
3. Metode Eksperimen
Eksperimen adalah suatu rangkaian kegiatan yang dirancang secara
sistematis untuk mendapatkan suatu penemuan atau pengembangan
produk. Eksperimen yang dilakukan adalah perendaman terhadap kabel
duct dan KTTL.
4. Validitas Eksperimen
Validitas eksperimen adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat kevalidan atau kesahihan suatu eksperimen. Validitas yang diukur
dalam penelitian ini meliputi validitas internal dan eksternal.
a. Validitas Internal
Validitas internal adalah suatu rancangan eksperimen yang
merupakan tujuan pertama eksperimen. Validitas internal akan
memberikan jawaban atas pertanyaan apakah penelitian benar-benar
menimbulkan perbedaan. Beberapa hal yang dilakukan untuk
mendapatkan kemurnian hasil penelitian adalah mengkalibrasikan alat
51
ukur sebelum digunakan sebagai instrumen dalam penelitian dan
mengatur penempatan ujung kabel agar tidak terkena air atau masuk
ke dalam air.
b. Validitas Eksternal
Validitas eksternal akan memberikan jawaban atas pertanyaan
seberapa besar dan seberapa jauh derajat representatifitas hasil
penelitian dapat digeneralisasikan untuk populasinya. Validitas
eksternal dalam penelitian ini adalah jenis air yang digunakan adalah
air tanah dengan suhu normal 20º C – 30º C dan menjaga agar
manhole selalu dalam keadaan tertutup agar suhu ruangan tidak
berubah dan mencegah masuknya bahan-bahan yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian kedalam manhole.
E. Langkah Eksperimen
1. Persiapan
a. Menentukan tempat penelitian, lokasi pemeriksaan chamber manhole
untuk memastikan tidak terjadi kelembaban akibat pengaruh air.
b. Bahan Penelitian, berupa pemeriksaaan kondisi fisik KTTL dan Kabel
duct yang akan digunakan sebagai bahan penelitian.
c. Alat penelitian yaitu Megger Unilab Iso dan termometer. Alat
penelitian harus diperiksa tingkat ketelitiannya sehingga tidak terjadi
kesalahan pada saat melakukan pengukuran.
2. Proses kerja
a. Membersihkan ujung kabel yang akan dikupas.
52
b. Mengupas mantel kabel. Kabel duct dikupas pada lapisan polyethylene
sepanjang 20 cm. Pada KTTL pengupasan dilakukan dari lapisan
polyethylene, armouring baja sepanjang 25 cm dan lapisan
polyethylene dalam sepanjang 20 cm.
c. Membuat belahan pada mantel kabel duct dan lapisan polyethylene
dalam KTTL hingga lapisan alumunium pada masing-masing ujung
dengan panjang 2,5 cm lebar 1 cm. Belahan ini digunakan sebagai
tempat melakukan pengukuran tahanan screen kabel.
d. Mengupas lapisan plastik pembungkus urat dan memisahkan pita pelilit
kode warna dari urat kabel. Pada kabel duct lapisan jelly yang
menyelubungi urat kabel dapat dibersihkan namun tidak perlu
dihilangkan karena akan mempengaruhi hasil pengukuran yang akan
dilakukan.
e. Mengupas urat-urat kabel sepanjang 2 cm sebagai tempat melakukan
pengukuran tahanan screen kabel, tahanan isolasi antar penghantar dan
tahanan urat kabel.
f. Mengukur tahanan screen kabel, tahanan isolasi antar penghantar dan
tahanan urat kabel untuk mengetahui kemampuan mengantar kabel
sebelum dilakukan penelitian dengan mengacu kepada nilai spesifikasi
standar kabel distribusi telepon. Apabila terjadi perbedaan nilai yang
cukup menonjol pada beberapa urat maka perlu dilakukan penggantian
kabel sehingga diperoleh nilai yang sama atau mendekati nilai
standarnya. Bila pada salah satu urat kabel terdapat kerusakan
diberikan tanda sehingga tidak terjadi kesalahan.
53
g. Memasukkan gulungan kabel pada chamber manhole. Ujung-ujung
kabel diposisikan sedemikian rupa sehingga tidak terkena air.
Memasang kembali tutup manhole.
h. Pada waktu yang telah ditentukan manhole dibuka dan dilakukan
pengukuran terhadap tahanan isolasi antar penghantar, tahanan urat
kabel dan tahanan screen kabel.
a. Pengukuran tahanan screen kabel dan tahanan isolasi kabel
dilakukan dengan menggunakan megger earth tester. Kutub-kutub
mengger dihubungkan dengan lapisan alumunium dan salah satu
urat kabel pada ujung dekat dan pada ujung jauh semua urat kabel
disatukan dan dihubungkan dengan lapisan alumunium sebagai
screen kabel. Mencatat hasil pengukuran pada tabel berikut.
TABEL 5. Hasil Pengukuran Tahanan Screen Dan Tahanan Isolasi Antar Penghantar Kabel
Kabel : ......................
NomorUrat
NilaiAwal
Waktu Perendaman1 hari 3 hari 10 hari 30 hari 60 hari
R
(Ω)
V
(Volt)
R
(Ω)
V
(Volt)
R
(Ω)
V
(Volt)
R
(Ω)
V
(Volt)
R
(Ω)
V
(Volt)
R
(Ω)
V
(Volt)
1a
b
2a
b... ...
Keterangan :
R : tahanan isolasi megger earth tester.
V : tegangan output megger earth tester.
54
b. Pengukuran tahanan urat kabel dilakukan dengan menggunakan
AVO meter digital. Terminal AVO meter digital dihubungkan
dengan urat-urat kabel pada ujung jauh dan ujung dekat kabel.
Mencatat hasil pengukuran pada tabel berikut.
TABEL 6. Hasil Pengukuran Tahanan Urat Kabel ............................
Nomor Urat
Nilai RAwal (Ω)
Waktu Perendaman1 hari
(Ω)3 hari (Ω)
10 hari (Ω)
30 hari (Ω)
60 hari (Ω)
1
2
.......
Persiapan Tempat
Persiapan Bahan
Persiapan Alat Penelitian
Proses Pengupasan Kabel
Pengukuran awal
Pengukuran Akhir
Analisis Data
Kesimpulan
Selesai
Mulai
Proses Perendaman
Gambar 19. Skema Langkah-Langkah Eksperimen
55
F. Analisis
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kesamaan
dua rata-rata atau uji t untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil
pengukuran terhadap kabel Duct dan KTTL dilihat dari variasi waktu
perendaman yang telah dilakukan.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum melakukan uji t,
yaitu :
1. Data dipih secara acak.
2. Data masing-masing berdistribusi normal, dengan uji normalitas.
3. Data masing-masing homogen, dengan uji homogenitas.
Hasil penelitian ( thitung ) kemudian dikonsultasikan dengan tabel (ttabel).
Ketentuan analisis jika thitung < ttabel pada taraf signifikansi 2 % atau probabilitas
kurang dari 0,02 maka hipotesis kerja (Ha) diterima karena pengujian sampel
signifikan. Dalam analisis varian ini hipotesis statistik yang diuji adalah :
Ho = µ1 = µ2 = µ3 = ..... = µk
Ha = paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku
Rumus yang digunakan adalah rumus uji t Fisher’s yaitu :
( )
( )111
22
12
21
−+
−=∑ ∑
nnxx
xxt
Karena n1 = n2 maka rumus uji t Fisher’s dapat disederhanakan menjadi :
( )111
22
12
21
−+
−=∑ ∑
nnxx
xxt
56
keterangan :
t : Hasil perhitungan nilai t ( thitung )
1x : Rata-rata nilai kelompok I
2x : Rata-rata nilai kelompok II
Σx21 : Jumlah kuadrat rata-rata kelompok I
Σx22 : Jumlah kuadrat rata-rata kelompok II
n1 : Jumlah subjek kelompok I
(Husaini dan Purnomo, 2003 : 141)
Karena penelitian yang dilakukan adalah pra-eksperimental dimana
tidak dilakukan randomisasi maka data yang diperoleh dari penunjukkan
megger unilab iso pada pengukuran Kabel Duct dan KTTL dianggap
sebagai data yang acak, berdistribusi normal dan homogen sehingga hasil
pengukuran dapat langsung dimasukkan ke dalam tabel dan dianalisa
dengan paired-samples t test. Dari hasil analisa diperoleh harga thitung yang
kemudian dibandingkan dengan harga ttabel dengan taraf signifikansi 2 %
atau probabilitas kurang dari 0,02. Hasil perbandingan tersebut menentukan
apakah Ha diterima dan Ho ditolak atau sebaliknya Ho diterima dan Ha
yang ditolak.
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini diuraikan tentang hasil penelitan, analisis data,
pembahasan dan keterbatasan penelitian.
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian meliputi hasil pengukuran kemampuan elektris kabel
pada proses perendaman di dalam air yang meliputi tahanan urat, tahanan
loop, tahanan isolasi dan tahanan sceen kabel. Data hasil penelitian dapat
dilihat pada bagian lampiran
B. Analisis Data
Hasil penelitian dianalisis dengan Uji Perbedaan Dua Rata-Rata (Uji
T) dengan tingkat kepercayaan 98% ( α= 2% ). Analisis uji hipotesis ini
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh waktu perendaman
terhadap kemampuan menghatar kabel distribusi telepon serta perbedaan
kualitas menghantar kabel Duct dan KTTL yang telah mengalami proses
perendaman.
Tabel 8. Ringkasan Hasil Uji T Hasil Pengukuran Tahanan Urat
Kelompok NX1 X2
Duct KTTL Duct KTTLdk
thitung
Duct KTTLttabel Kriteria
0 hari – 1 hari 60 13,1375 13,1375 13,1365 13,1367 59 0,299 0,299 1,2960 hari – 3 hari 60 13,1375 13,1375 13,1368 13,1567 59 0,468 0,468 1,2960 hari – 10 hari 60 13,1375 13,1375 13,1392 13,1705 59 -2,199 -2,199 1,2960 hari – 30 hari 60 13,1375 13,1375 13,1418 13,1418 59 -4,375 -4,375 1,2960 hari – 60 hari 60 13,1375 13,1375 13,1517 13,2227 59 -8,124 -8,124 1,296
Tidak
berbeda
signifikan
58
Tabel ringkasan hasil pengukuran tahanan urat di atas menunjukkan
bahwa harga thitung terbesar diperoleh senilai 0,468. Hasil perhitungan tersebut
masih lebih kecil dari ttabel sebesar 1,296 sehingga tidak ada perbedaan hasil
pengukuran dengan variasi waktu perendaman pada tahanan urat kabel Duct
maupun KTTL.
Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji THasil Pengukuran Tahanan Loop
Kelompok NX1 X2
Duct KTTL Duct KTTLdk
thitung
Duct KTTLttabel Kriteria
0 hari – 1 hari 30 26,3750 26,3750 26,3730 26,2733 29 0,010 -0,990 1,3100 hari – 3 hari 30 26,3750 26,3750 26,2727 26,3073 29 0,016 -0,979 1,3100 hari – 10 hari 30 26,3750 26,3750 26,3780 26,3410 29 -0,021 -0,995 1,3100 hari – 30 hari 30 26,3750 26,3750 26,2837 26,3747 29 0,910 -1,000 1,3100 hari – 60 hari 30 26,3750 26,3750 26,3013 26,4120 29 0,740 -1,028 1,310
Tidak
berbeda
signifikan
Pada tabel ringkasan hasil pengukuran tahanan loop dapat dilihat
bahwa harga thitung terbesar diperoleh senilai 0,910. Hasil pengukuran yang
diperoleh masih lebih kecil dari ttabel sebesar 1,310. Hal tersebut menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan hasil pengukuran dengan variasi waktu
perendaman pada tahanan loop kabel Duct maupun KTTL.
Tabel 10. Ringkasan Hasil Uji T Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi
Kelompok NX1 X2
Duct KTTL Duct KTTLdk
thitung
Duct KTTLttabel Kriteria
0 hari – 1 hari 30 26,8417 28,7053 26,9453 28,7437 29 -1,187 -0,691 1,3100 hari – 3 hari 30 26,8417 28,7053 26,8733 28,7550 29 -0,324 -0,865 1,3100 hari – 10 hari 30 26,8417 28,7053 26,8367 28,7323 29 0,064 -0,460 1,3100 hari – 30 hari 30 26,8417 28,7053 26,7367 28,6790 29 0,357 0,428 1,310
Tidak
berbeda
signifikan
0 hari – 60 hari 30 26,8417 28,7053 26,7333 28,6690 29 0,690 0,588 1,310
Tabel ringkasan hasil pengukuran tahanan isolasi di atas menunjukkan
bahwa harga thitung terbesar diperoleh senilai 0,690. Harga tersebut masih lebih
59
kecil jika dibandingkan dengan harga ttabel sebesar 1,310, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan hasil pengukuran dengan variasi
waktu perendaman pada tahanan isolasi urat kabel Duct dan KTTL.
Tabel 11. Ringkasan Hasil Uji T Hasil PengukuranTahanan Screen Kabel Duct Dan KTTL
Kelompok N X1 X2 dk thitung ttabel Kriteria0 – 1 hari 2 0,3000 0,3000 − − 1,8860 – 3 hari 2 0,3000 0,3000 − − 1,8860 – 10 hari 2 0,3000 0,3000 − − 1,8860 – 30 hari 2 0,3000 0,3000 − − 1,8860 – 60 hari 2 0,3000 0,3000 − − 1,886
Sama
Pada tabel ringkasan hasil pengukuran tahanan screen dapat dilihat
bahwa X1 dan X2 bernilai sama sehingga tidak diperoleh harga dk dan thitung
pada semua kelompok Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
hasil pengukuran dengan variasi waktu perendaman pada tahanan loop kabel
Duct maupun KTTL.
Tabel 12. Perbandingan Hasil Pengukuran Kabel Duct Dan KTTL
Kelompok TahananHarga thitung
Kabel Duct KTTLttabel
Urat 0 – 1 hari 0,299 -0,275 1,296Urat 0 – 3 hari 0,468 -0,990 1,296Urat 0 – 10 hari -2,199 -0,995 1,296Urat 0 – 30 hari -4,375 -1,075 1,296Urat 0 – 60 hari -8,124 -1,248 1,296
Kelompok TahananHarga thitung
Kabel Duct KTTLttabel
Loop 0 – 1 hari 0,010 -0,990 1,310Loop 0 – 3 hari 0,016 -0,979 1,310Loop 0 – 10 hari -0,021 -0,995 1,310Loop 0 – 30 hari 0,910 -1,000 1,310
60
Loop 0 – 60 hari 0,740 -1,028 1,310Isolasi 0 – 1 hari -1,187 -0,691 1,310Isolasi 0 – 3 hari -0,324 -0,865 1,310Isolasi 0 – 10 hari 0,064 -0,460 1,310Isolasi 0 – 30 hari 0,357 0,428 1,310Isolasi 0 – 60 hari 0,690 0,588 1,310Screen 0 – 1 hari − − 1,886Screen 0 – 3 hari − − 1,886Screen 0 – 10 hari − − 1,886Screen 0 – 30 hari − − 1,886Screen 0 – 60 hari − − 1,886
Pada tabel perbandingan hasil pengukuran Kabel Duct dan KTTL
dapat dilihat bahwa Harga thitung tahanan urat terbesar Kabel Duct diperoleh
senilai 0,468 dan KTTL senilai -0,275. Kedua nilai tersebut masih lebih kecil
dari ttabel sebesar 1,296. Harga thitung tahanan loop terbesar Kabel Duct senilai
0,910 dan KTTL senilai -0,979. Nilai ttabel sebesar 1,310 masih lebih besar dari
kedua harga thitung tersebut. Sedangkan harga thitung tahanan isolasi terbesar
Kabel Duct senilai 0,690 dan KTTL senilai 0,558 dimana keduanya lebih
kecil dari ttabel sebesar 1,310. Harga thitung kabel Duct relatif lebih besar dari
KTTL namun tidak lebih besar dari harga ttabel maka Ha diterima sehingga
tidak ada perbedaan kemampuan menghantar kabel Duct dan KTTL yang
telah mengalami proses perendaman didalam air.
Hasil analisis data menggunakan Uji Perbedaan Dua Rata-Rata (Uji T)
dapat dilihat pada bagian lampiran.
61
C. Pembahasan
Sudaryatno Sudirham (2002 : 46) menyatakan bahwa pada dasarnya
semua bahan apabila dialiri arus listrik memiliki resistansi, yaitu kemampuan
untuk menghambat. Hambatan atau resistansi berguna untuk mengatur
besarnya kuat arus listrik yang mengalir melalui suatu rangkaian listrik. PT.
TELKOM (1993 : 3) menyatakan bahwa bahan penyusun urat pada kabel
tembaga merupakan kawat penghantar berupa kawat tembaga yang padat,
bulat, mengkilat, bersih dan bebas dari segala cacat. Kualitas tembaga harus
merata pada setiap titik. Nilai tahanan urat harus sesuai dengan diameter urat
yang telah ditentukan. Pernyataan tersebut sesuai dengan kenyataan yang
terjadi pada penelitian. Tembaga sebagai bahan konduktor yang baik ternyata
memiliki hambatan yang mempengaruhi besarnya arus yang mengalirinya.
Pengukuran dengan Megger Unilab Iso terhadap kemampuan elektris
tembaga pada kabel distribusi telepon yang berupa tahanan urat dan tahanan
loop menunjukkan bahwa urat kabel yang berupa mempunyai kawat tembaga
memiliki nilai hambatan dibawah batas maksimum tahanan urat kabel. Hasil
pengukuran menggunakan Megger Unilab Iso pada tahanan urat maupun
tahanan loop tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa proses perendaman selama 2 bulan tidak menyebabkan
perubahan yang signifikan terhadap tahanan urat dan tahanan loop, baik pada
kabel Duct maupun KTTL. Pengukuran menunjukkan bahwa proses
perendaman di dalam air terhadap kabel kabel distribusi telepon tidak
menyebabkan perubahan sama sekali terhadap tahanan screen yang
62
merupakan pelindung elektris kabel. Alat ukur menunjukkan bahwa selama
proses perendaman, nilai tahanan screen tidak berubah yaitu sebesar 0,3 Ω.
Pengukuran dilakukan pada tegangan 508 Volt selama 1 menit. Hal tersebut
sesuai dengan peraturan PT. TELKOM (1993 : 4) yang menyatakan bahwa
pelindung elektris kabel terbuat dari bahan lapisan alumunium sebagai
perlindungan dari tegangan induksi dan kelembaban. Pelindung elektris kabel
harus mampu menahan tegangan tembus sebesar 500 V-DC dengan frekuensi
50 Hz minimal selama 1 menit.
Megger Unilab Iso juga digunakan dalan pengukuran tahanan isolasi.
Menurut peraturan PT. TELKOM (1993 : 4) isolasi penghantar terbuat dari
bahan compound polyethylene (PE) dengan tahanan isolasi antar penghantar
minimal 10.000 MΩ/km pada suhu 20° Celcius dengan tegangan sebesar 500
V-DC. PE berfungsi untuk mencegah kemungkinan masuknya air dan sebagai
bantalan pada saat penarikan kabel. Pernyataan tersebut telah dibuktikan pada
penelitian bahwa proses perendaman di dalam air tidak menyebabkan
perubahan yang signifikan terhadap harga tahanan isolasi kabel, baik kabel
Duct maupun KTTL. karena lapisan PE berfungsi dengan baik.
Berdasarkan pembahasan tersebut maka dapat diambil kesimpulan
bahwa kualitas menghantar kabel distribusi telepon dapat diketahui dengan
melakukan pengukuran terhadap tahanan urat, loop, isolasi dan screen kabel.
Hasil pengukuran menunjukkan nilai yang masih dibawah batas maksimal
spesifikasi teknis kabel distribusi telepon. Proses perendaman dalam air tidak
menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap kemampuan menghantar
63
kabel distribusi telepon. Peningkatan harga tahanan urat, loop dan isolasi
kabel yang terjadi tidak menimbulkan perubahan yang berarti. Harga tahanan
screen baik kabel Duct maupun KTTL tidak mengalami perubahan.
Penelitian juga tidak menunjukkan perbedaan kemampuan menghantar
antara kabel Duct dengan Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL). Hasil
analisis terhadap kabel distribusi telepon yang telah mengalami proses
perendaman air menunjukkan bahwa harga tahanan urat, loop, dan isolasi
kabel Duct menghasilkan nilai yang lebih besar dari KTTL namun tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan.
D. Keterbatasan Penelitian
Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, antara lain :
1. Peneliti hanya menggunakan air tanah pada suhu 25°C sehingga tidak
dapat diketahui hasil dari penggunaan air tanah pada suhu yang lain dan
penggunaan jenis air yang lain seperti air permukaan.
2. Eksperimen dilakukan pada kabel yang telah terpasang dan digunakan
selama 1 tahun sehingga tidak dapat diketahui spesifikasi elektris kabel
distribusi telepon yang baru dan belum terpasang.
3. Eksperimen dilakukan pada kabel distribusi yang tidak aktif digunakan
sehingga hanya dilakukan pengukuran terhadap tahanan urat, loop,
isolasi dan tahanan screen kabel. Pada kabel yang aktif digunakan,
selain parameter tersebut, dapat dilakukan pengukuran terhadap
redaman saluran, redaman cakap silang (crosstalk attenuation),
pengukuran impedansi dan redaman terhadap frekuensi, pengukuran Bit
64
Error Rate (BER), pengukuran kapasitansi bersama serta
ketidakseimbangan kapasitansi.
4. Eksperimen hanya dilakukan dalam waktu 2 bulan sehingga tidak dapat
diketahui pengaruh proses perendaman air terhadap kemampuan
menghantar kabel distrbusi telepon dalam jangka waktu yang lebih
lama.
65
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil
simpulan sebagai berikut :
1. Tidak terjadi kontaminasi terhadap kemampuan menghantar kabel
distribusi telepon pada proses perendaman dalam air. Pengukuran yang
dilakukan terhadap kabel Duct dan KTTL yang mengalami proses
perendaman menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang tidak
signifikan terhadap harga tahanan urat, loop dan isolasi kabel. Harga
tahanan screen kabel Duct dan KTTL tidak mengalami perubahan.
2. Kualitas menghantar kabel distribusi telepon diketahui dengan melakukan
pengukuran terhadap tahanan urat, loop, isolasi dan screen kabel. Hasil
pengukuran menunjukkan harga yang telah melebihi nilai spesifikasi
standart kabel distribusi telepon namun masih jauh dibawah batas
maksimal spesifikasi teknis kabel distribusi telepon.
3. Tidak terdapat perbedaan kemampuan menghantar antara kabel Duct
dengan Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL). Hasil pengukuran awal
maupun akhir terhadap kabel distribusi yang telah mengalami proses
perendaman air tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
66
B. Saran
Saran – saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian
sebagai berikut :
1. Eksperimen selanjutnya dapat dilakukan pada kabel distribusi telepon
baru yang belum terpasang sehingga dapat dilakukan pengukuran
terhadap semua parameter elektris kabel distribusi telepon yaitu tahanan
urat, tahanan loop, tahanan isolasi, tahanan screen, redaman saluran,
redaman cakap silang (crosstalk attenuation), pengukuran impedansi
dan redaman terhadap frekuensi, pengukuran Bit Error Rate (BER),
pengukuran kapasitansi bersama serta ketidakseimbangan kapasitansi.
2. Eksperimen dilakukan dalam waktu yang lebih lama sehingga dapat
diketahui pengaruh waktu proses perendaman air terhadap kemampuan
menghantar kabel distrbusi telepon dalam jangka waktu yang lebih
lama.
3. Eksperimen dilakukan pada suhu yang berbeda-beda untuk jenis air
yang lain seperti air sungai, air laut (air asin) dan air dengan tingkat
kesadahan yang tinggi sehingga dapat diketahui ketahanan berbagai
jenis kabel terhadap berbagai jenis air.
67
DAFTAR PUSTAKA
Gempur Santoso, 2005, Metodologi Penelitian, Jakarta : Prestasi Pustaka.
Hefni Effendi, 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan Lingkungan Perairan, Jogjakarta : Kanisius.
Husaini Usman dan R. Purnomo Setiady Akbar, 2003, Pengantar Statistika, Jakarta : PT. Bhumi Aksara.
Jonathan Sarwono, 2006, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS 13, Jogjakarta : C.V ANDI OFFSET.
Lexy J. Moleong, 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
PPPGT / VEDC Malang, 1999, Siklus Air, Malang : Indah Offset.
PT. Telkom , 1995, Pedoman Pemasangan Jaringan Kabel Telekomunikasi KD : SF NO. 8223 / Tk. 380 / OPSAR – 23 / 95 Tanggal 12 Desember 1995, Bandung : PT. Telekomunikasi Indonesia ( Persero ).
__________ , 1999, Dasar Perencanaan Jaringan Akses Pendidikan Setingkat D – 2 Jurusan Teknik Akses ( 1 tahun ), Bandung : Divlat PT. Telkom.
__________ , 1999, Konstruksi dan Instalasi Kabel Tembaga Pendidikan Setingkat D – 2 Jurusan Teknik Akses ( 1 tahun ), Bandung : Divlat PT. Telkom.
__________ , 1999, Materi Pelatihan Pembenahan Jaringan Kabel Lokal, Bandung : Divlat PT. Telkom.
__________ , 2001, Teori Dasar Serat Optik, Yogyakarta : Technology Maintenance Center (TMC).
PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk , 2004, Cable Access Network (CAN) PL 1 – Basic Knowledge, Bandung : TELKOMRisTI (R & D Center) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
PT. Telkom, 2006, Modul Mengoperasikan dan Memelihara jaringan Akses Tembaga Bawah Tanah Bidang Keahlian Teknologi Komunikasi Program Keahlian Teknik Jaringan Akses Pelanggan, Bandung : Yayasan Sandhykara Putra Telkom.
68
Singgih Santoso, 2005, Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 12, Jakarta : PT. Gramedia.
Sudaryatno Sudirham, 2002, Analisis Rangkaian Listrik, Bandung : Penerbit ITB.
Sudjana, 1995, Desain dan Analisis Eksperimen, Bandung : Tarsito.
Sudjana, 2002, Metode Statistika, Bandung : Tarsito.
Sugiyono, 2001, Metode Penelitian Bisnis, Bandung : ALFABETA.
Suharsimi Arikunto, 1998, Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta.
WJS. Poerwodarminto, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.