83
KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI PONTREN AL- MASTHURIYAH SUKABUMI JAWA BARAT TAHUN 1920 s.d. 1968 M Tesis Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd) Dalam Bidang Pendidikan Agama IslamOleh : M. Yusuf NIM : 216430177 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PASCASARJANA MAGISTER (S2) INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 1440 H/2019 M

KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM

DI PONTREN AL- MASTHURIYAH SUKABUMI – JAWA BARAT

TAHUN 1920 s.d. 1968 M

Tesis

“Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan (M.Pd) Dalam Bidang Pendidikan Agama Islam”

Oleh :

M. Yusuf

NIM : 216430177

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PASCASARJANA MAGISTER (S2)

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

KONTRIBUSI KH.MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM

DI PONTREN AL- MASTHURIYAH SUKABUMI – JAWA BARAT

TAHUN 1920 s.d. 1968 M

Tesis

“Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan (M.Pd) Dalam Bidang Pendidikan Agama Islam”

Oleh :

M. Yusuf

NIM : 216430177

Pembimbing:

Prof. Dr. H. Armai Arief, M.Ag

Dr. H. Oka Gunawan, M.Ag

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PASCASARJANA MAGISTER (S2)

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1440 H/2019

Page 3: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …
Page 4: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …
Page 5: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

iii

PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : M. Yusuf

NIM : 216430177

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Tempat /tgl Lahir : Jakarta, 11 Februari 1965

Alamat : Jl. Brigif 3 No.21 RT. 013 RW. 006 No. 21

Kel. Ciganjur Kec. Jagakarsa – Kota Jakarta Selatan

Judul Tesis : Kontribusi KH.Masthuro dalam Pendidikan Agama

Islam di Pontren Al- Masthuriyah Cisa’at Sukabumi

Jawa Barat Tahun 1920 s.d. 1968 Masehi

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tesis ini bukan karya yang pernah

diajukan untuk perguruan tinggi. Tesis ini adalah benar karya saya, kecuali

kutipan-kutipan yang di sebutkan sumbernya . Kesalahan dan kekurangan

dalam karya ilmiah ini, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-sebenarnya.

Jakarta, 19 Agustus 2019

Yang Membuat Pernyataan

M. Yusuf

NIM. 216430177

Page 6: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

iv

MOTTO

……….

....

…Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga

mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. …

( Q.S. Ar’rodu ayat 11 )

Page 7: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

v

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin, penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan taufiq, hidayah

dan inayah-Nya, sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan. Sholawat

dan salam semoga senantiasa tercurah kepada kehadirat Baginda Nabi

Muhammad SAW, yang telah mengantarkan kita dari alam jahiliyah menuju

ke alam yang penuh pengetahuan ini.

Dengan penyelesaian penulisan Tesis ini , tentu tidak terlepas antuan

dari berbagai pihak , baik perorangan ataupun lembaga , yang kangsung atau

tak langsung, mulai dari perencanaan, peneliitian, penyusunan, sampai

kepada penyelesaian, maka penulis dengan segala kerendahan hati

mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada;

1. Rektor Istitut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Prof. Dr. Hj. Huzaemah

Tahido Yanggo, MA

2. Wakil Rektor I Istitut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Dr. Hj.Nadjematul

Faizah, M. Hum

3. Direktur Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta,

Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA

4. Kepala Program Studi Pendidikan Agama Islam Institut Ilmu Al-Qur’an

(IIQ) Jakarta, Dr. KH. Abdul Halim Sholeh, MM

5. Prof. Dr. H. Armai Arief , M.Ag dan Dr. H. Oka Gunawan, M,Ag selaku

Dosen Pembimbing I dan II, yang dengan penuh kesabaran dan kearifan

telah memberikan bimbingan, arahan, koreksi dan masukan-masukan

ilmiah, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan tesis ini

dengan baik, semoga Allah SWT selalu membalas kebaikannya.

Page 8: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

vi

6. Dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam, dan staff program

Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah

memberikan sumbangan pemikirannya dalam penyelesaian Tesis ini.

7. Drs. KH. Abd. Aziz Masthuro sebagai ketua Yayasan Al-Masthuriyah,

dan Segenap pengasuh pesantren Al-Masthuriyah, Bapak Ibu Guru

Yayasan Al-Masthuriyah yang telah memberikan kesempatan bagi

penulis untuk melakukan Penelitian guna memenuhi salah satu syarat

memperolah gelar Magister Pendidikan Agama Islam.

8. Drs. KH. Oman Komarudin, M.Ag sebagai ketua Majlis Ulama

Indonesia Kabupaten Sukabumi, yang telah memberikan kesempatan

bagi penulis untuk melakukan Penelitian.

9. Dr. KH. Abu Bakar Sidiq, M, Ag sebagai ketua Sekolah Tinggi Islam

Al-Masthuriyah dan Ketua Umum Alumni Pesantren Al-Masthuriyah

yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan

Penelitian.

10. Drs. KH. Ahmad Sadali, M.Pd sebagai Ulama/tokoh Masyarakat

Kabupaten Sukabumi dan Pimpinan Pondok Pesantren Az-Zain

Kabupaten Sukabumi yang telah memberikan kesempatan bagi penulis

untuk melakukan Penelitian.

11. Abi H. Abd. Munir dan Umi Hj. Masyiah tercinta yang telah mengasuh

penulis dengan penuh kasih sayang, Isteri dan Anak yang memberikan

dorongan baik moril, materiil, maupun spiritual. Karena cinta kasih

merekalah, penulis dapat menjalani hidup dan memperolah kesempatan

belajar sampai saat ini.

12. Istri tercinta Dra. Hj. Endang Murwani Wahyuningsih dan anak-anakku

tersayang, M. Rizki Ramadhan, S.Pd.I, M. Najib Khoironsyah, M. Fajri

Aulia, Wardah Khaerani, mereka adalah inspirasi dan motivasi penulis

dalam menyelesaikan rangkaian program magister ini.

Page 9: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

vii

13. Semua teman-teman program studi Pendidikan Agama Islam

Pascasarjana Magister S2, Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta. Terima kasih

atas doa dan motivasinya dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan Tesis ini belum lah sempurna.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan sumbangan pemikiran,

saran, dan kritik yang konstruktif demi kesempurnaan Tesis ini.

Akhirnya, semoga segala amal dan keikhlasannya diterima oleh

Allah SWT. Amin ya rabbal alamiin.

Jakarta, 1 Juli 2019 M

1440 H

M. Yusuf

Page 10: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan tesis ini

berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan

0543b/U/1987.

A. Konsonan Tunggal

Huruf

Arab

Nama

Huruf Latin

Keterangan

ا

ب

ت

ث

ج

ح

خ

د

ذ

ر

Alif

Bā’

Tā’

Ṡā’

Jīm

Ḥā’

Khā’

Dāl

Żāl

Rā’

Tidak dilambangkan

b

t

j

kh

d

ż

r

Tidak dilambangkan

be

te

es (dengan titik di atas)

je

ha (dengan titik di bawah)

ka dan ha

de

zet (dengan titik di atas)

er

Page 11: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

ix

ز

س

ش

ص

ض

ط

ظ

ع

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

و

هـ

ء

ي

zai

sīn

syīn

ṣād

ḍād

ṭā’

ẓȧ’

‘ain

gain

fā’

qāf

kāf

lām

mīm

nūn

wāw

hā’

hamzah

yā’

z

s

sy

g

f

q

k

l

m

n

w

h

`

Y

zet

es

es dan ye

es (dengan titik di bawah)

de (dengan titik di bawah)

te (dengan titik di bawah)

zet (dengan titik di bawah)

koma terbalik di atas

ge

ef

qi

ka

el

em

en

w

ha

apostrof

Ye

Page 12: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

x

B. Konsonan Rangkap karena Syaddah Ditulis Rangkap

مـتعدّدة

عدّة

ditulis

ditulis

Muta‘addidah

‘iddah

C. Tā’ marbūṭah

Semua tā’ marbūtah ditulis dengan h, baik berada pada akhir kata

tunggal ataupun berada di tengah penggabungan kata (kata yang diikuti

oleh kata sandang “al”). Ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata

Arab yang sudah terserap dalam bahasa indonesia, seperti shalat, zakat,

dan sebagainya kecuali dikehendaki kata aslinya.

حكمة

علـّة

كرامةالأولياء

ditulis

ditulis

ditulis

ḥikmah

‘illah

karāmah al-auliyā’

D. Vokal Pendek dan Penerapannya

---- َ ---

---- َ ---

---- َ ---

Fatḥah

Kasrah

Ḍammah

ditulis

ditulis

ditulis

A

i

u

Page 13: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

xi

فع ل

ذ كر

ي ذهب

Fatḥah

Kasrah

Ḍammah

ditulis

ditulis

ditulis

fa‘ala

żukira

yażhabu

E. Vokal Panjang

1. fathah + alif

جاهلـيّة

2. fathah + ya’ mati

نسى ت ـ

3. Kasrah + ya’ mati

كريـم

4. Dammah + wawu mati

فروض

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ā

jāhiliyyah

ā

tansā

ī

karīm

ū

furūḍ

F. Vokal Rangkap

1. fathah + ya’ mati

بـينكم

2. fathah + wawu mati

قول

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ai

bainakum

au

qaul

Page 14: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

xii

G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan

Apostrof

أأنـتم

عدّتا ُ

ditulis

ditulis

A’antum

U‘iddat

H. Kata Sandang Alif + Lam

1. Bila diikuti huruf Qamariyyah maka ditulis dengan menggunakan

huruf awal “al”

القرأن

القياس

ditulis

ditulis

Al-Qur’ān

Al-Qiyās

2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis sesuai dengan huruf pertama

Syamsiyyah tersebut

السّماء

الشّمس

ditulis

ditulis

As-Samā’

Asy-Syams

I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat

Ditulis menurut penulisannya

ذوىالفروض

أهل السّـنةّ

ditulis

ditulis

Żawi al-furūḍ

Ahl as-sunnah

Page 15: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

xiii

CATATAN SINGKAT

Cet : Cetakan

Ed. : Editor

H.R. : Hadist Riwayat

Q.S. : Al-Qur’an Surat

Ra : Radhiyallahu ‘anhu

Saw : Shollallahu ‘alaihi wasallam

Swt : Subhannahu Wa ta’allaa

t.t : Tanpa Tahun

t.p : Tanpa Penerbit

Page 16: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

xiv

Judul:

“Kontribusi KH. Masthuro dalam Pendidikan Islam di Pontren Al-

Masthuriyah Sukabumi-Jawa Barat Tahun 1920 s.d. 1968 M”

Lembar Persetujuan Pembimbing …………………………....………….... i

Lembar Pengesahan ……………………………………………………..... ii

Pernyataan Penulis ……………………………………………………....... iii

Motto ……...…………………………………………………… ………… iv

Kata Pengantar ………………………………………………..................... v

Pedoman Transliterasi …………………………….……………………… viii

Catatan Singkat …………………………………………….………….…..xiii

Daftar Isi ………..……………………………………………...…………. xiv

Abstrak …...……………………………………………..…………….….. xvii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................. 1

B. Permasalahan ......................................................... …. 10

1. Identifikasi Masalah ................................................ 10

2. Pembatasan Masalah ............................................... 10

3. Perumusan Masalah ................................................ 11

C. Tujuan Penelitian ........................................................ 11

D. Kegunaan Penelitian ................................................... 11

E. Kajian Pustaka ............................................................ 12

F. Metode Penelitian ....................................................... 17

G. Sistematika Penulisan ................................................. 19

Page 17: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

xv

BAB II : SEJARAH SINGKAT KIPRAH KH. MASTHURO

DI PESANTREN AL-MASTHURIYAH

A. Biografi KH. Masthuro ................................................ 20

B. Peran KH. Masthuro di Masyarakat ............................. 28

C. Pengertian Umum dan Unsur Pesantren ....................... 32

D. Profil Pesantren Al-Masthuriyah .................................. 39

E. Pengembangan Alumni ................................................ 43

F. Pesantren dan Lingkungan ........................................... 45

G. Sistem Pendidikan dan Pengajaran .............................. 47

H. Pembelajaran Pondok Pesantren .................................. 50

I. Transformasi Metode Pembelajaran ............................. 60

J. Pembelajaran Modern .................................................. 70

K. Fungsi dan Tujuan Umum Pesantren ........................... 81

L. Tenaga Pendidik, Peserta Didik, dan Alumni .............. 84

BAB III : PEMIKIRAN KH. MASTHURO DALAM

MENINGKATKAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Pemikiran dalam Bidang Metode Pengajaran .............. 123

1. Perencanaan ........................................................... 126

2. Proses ..................................................................... 130

3. Fasilitas .................................................................. 132

B. Pemikiran dalam Bidang Kurikulum ............................ 133

C. Pemikiran dalam Bidang Kelembagaan ...................... 139

D. Kedudukan Pesantren di Masyarakat ........................... 141

Page 18: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

xvi

BAB IV : PENERAPAN PEMIKIRAN KH. MASTHURO

DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN ISLAM

DI PESANTREN AL-MASTHURIYAH

A. Penerapan dalam Metode Pengajaran ........................... 146

1. Tujuan Pendidikan Al-Masthuriyah ...................... 148

2. Model Pendidikan Islam di Al-Masthuriyah .......... 154

B. Penerapan dalam Bidang Kurikulum .......... …………. 162

1. Pembelajaran Formal ........ ……………………… 162

2. Pembelajaran Non Formal ………………………. 165

C. Penerapan dalam Bidang Kelembagaan ……..……….. 175

1. Tapak Tilas Lembaga Pesantren ........................... 180

2. Perkembangan Lembaga Pesantren ....................... 182

3. Fasilitas dan Sarana Prasarana .............................. 184

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................... 186

B. Saran-saran ...................................................................... 186

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 188

LAMPIRAN – LAMPIRAN ................................................................. 200

RIWAYAT HIDUP .............................................................................. 208

Page 19: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

xvii

ABSTRAK

M. Yusuf, 216430177, Kontribusi KH. Masthuro Dalam Pendidikan

Islam di Pontren Al- Masthuriyah , Cisa’at - Sukabumi – Jawa Barat -

Tahun 1920 s.d. 1968 M

Dasar pemikiran yang melatarbelakangi penulis menjadikan judul tesis

ini, berangkat dari banyaknya kiprah dan peran para ulama di masyarakat

yang bermanfaat bagi sekitar. Beberapa kajian pustaka yang penulis baca,

belum ada peneliti lain yang mengangkat tentang Kontribusi KH. Masthuro

dalam Pendidikan Islam sehingga memotivasi penulis untuk melakukan

penelitian ini.

Penelitian yang penulis lakukan adalah termasuk dalam penelitian

deskriptif kualitatif. Peneliti menggunakan metode observasi, interview, dan

dokumentasi. Dalam analisisnya, peneliti menggunakan teknik analisis

deskriptif kualitatif, yaitu berupa data-data yang tertulis atau dari lisan

informan, dan pengamatan ke tempat lokasi secara langsung.

Tujuan penulisan ini dapat menyumbangkan pemikiran dalam dunia

pendidikan serta mengetahui sejauh mana Kontribusi KH. Masthuro dalam

Pendidikan Islam.

Hasil penelitian yang penulis temukan bahwa metode pembelajaran

yang digunakan oleh KH. Masthuro adalah Sorogan dan Wetonan. Adapun

dalam penetapan kurikulum, tetap mempertahankan sistem salafiyah dengan

inovasi perkembangan zaman. Dan bidang kelembagaan pesantren, KH.

Masthuro melibatkan seluruh elemen internal pesantren ataupun eksternal

untuk bekerja sama dalam meningkatkan sarana dan prasarana..

Page 20: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

xix

Page 21: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Islam di Indonesia tidak lepas dari peran pesantren,

pendidikan pesantren telah dimulai kurang lebih sejak tahun 1200

Masehi,1 atau menjelang abad ke-12 M,di Aceh pesantren disebut dengan

nama Dayah, Palembang (Sumatera), di Jawa Timur dan

di Gowa (Sulawesi),2 di Minangkabau disebut surau.

3 Pesantren

merupakan lembaga pendidikan Islam yang sangat tua, mengakar dan

meluas penyebarannya, disitu ada kyai, guru yang mendidik dan

membimbing santri agar menjadi manusia bertaqwa, berilmu dan

berakhlakul karimah. dan kelak menjadi manusia Indonesia yang

bermanfaat, perkataan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe

dan akhiran an yang berarti tempat tinggal santri.

Dengan nada yang sama, Soegarda Poerbakawatja menjelaskan

pesantren asal katanya adalah santri yaitu seseorang yang belajar agama

Islam, dengan demikian, pesantren mempunyai arti tempat orang

berkumpul untuk belajar agama Islam.4 Para siswanya (santri) tinggal

bersama dibawah bimbingan seorang kyai atau guru yang lebih dikenal

dengan sebutan Kyai,5 Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang

sekurang- kurangnya memiliki 3 unsur yaitu Kyai yang mendidik, santri

1Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai,

(Jakarta : LP3ES, 2015 ), Cet. Ke-9, h. 28 2Hielmy, Wacana Islam ( Ciamis:Pusat Informasi Pesantren,2000 ), h. 120

3Abdurrachman Mas’ud, Dinamika Pesantren dan Madrasah, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2002), h. 50 4Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Islam di Indonesia

(Jakarta: Prenada Media Group, 2009), h. 61 5Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai,

(Jakarta, Pen. LP3ES 1983), Cet. Ke-9, h. 49

Page 22: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

2

yang belajar dan Masjid/Mushalla sebagai tempat mengaji 6, dan ada lima

elemen dasar tradisi pesantren: Kyai, Santri, Masjid, pondok dan

pengajaran kitab Islam klasik.7

Dalam kurikulum pesantren diantaranya (nahwu, shorof, balaghah,

tajwid, mantiq, dan akhlak).8 Berdasarkan catatan sejarah, pesantren telah

mengajarkan kitab-kitab klasik, khususnya karangan karangan madzhab

syafi’iyah. Pengajaran kitab kuning berbahasa Arab dan tanpa harakat atau

sering disebut dengan kitab gundul merupakan metode yang secara formal

diajarkan dalam pesantren di Indonesia,9 peran yang begitu kompleks

menuntut Kyai untuk bisa memposisikan dirinya dalam berbagai situasi

yang dijalaninya. Sehingga dibutuhkan sosok Kyai yang mempunyai

kemampuan, dedikasi dan komitmen yang tinggi untuk bisa menjalankan

peran-peran tersebut.10

Kyai sebagai pemimpin pesantren sangat menentukan terhadap

berhasil tidaknya pendidikan yang ada dipesantrennya. Selain itu ia juga

merupakan Uswah Hasanah, bahwa uswah berarti qudwah yang artinya

ikutan, mengikuti, yang diikuti.11

Maka sosok kyai sebagai pemimpin

harus memenuhi kriteria ideal sebagai berikut; 1) Kyai harus dipercaya, 2)

Kyai harus ditaati, dan 3) Kyai harus diteladani oleh komunitas yang

dipimpinnya.12

Menurut Imam Suprayogo, peran kyai ditengah-tengah masyarakat

6Departemen Agama RI, Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren, Ditjen Binbaga

Islam (Jakarta, 1988), h. 8 7 Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren, ( Jakarta: LP3ES 2015 )Cet. ke-9, h. 79

8Ahmad Muthohar. Ideologi Pendidikan Pesantren. (Semarang: Pustaka Rizki Putra,

2007). h. 24 9Umiarso dan Nur Zazin. Pesantren di Tengah Arus pendidikan (semarang, Rasail

2011), h. 33 10

Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam (Yogyakarta : Titian Ilahi Press,

1998), h.107. 11

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat

Press, 2002), h. 117 12

, Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam h. 108.

Page 23: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

3

bisa sebagai pendidik agama, pemuka agama, pelayan sosial dan sebagian

ada yang melakukan peran politik. Mereka sanggup melakukan peran yaitu

menjembatani transformasi nilai-nilai kultural yang berkembang di

Masyarakat, kelebihan itulah yang membuat Kyai sebagai pemimpin

Masyarakat dan juga dalam politik.13

Selain itu, Pradjarta Dirdjosanjoto mengatakan Kyai sejak semula

berada pada posisi mendua, yakni sebagai tokoh agama dan sebagai tokoh

politik.14

Sebagian kalangan memang berpendapat bahwa Kyai seharusnya

cukup berperan sebagai pengayom umat, terutama dalam kehidupan

beragama, namun sebagian yang lain mengatakan, tidak ada alasan bagi

Kyai untuk meninggalkan gelanggang politik, karena politik termasuk

bagian dari kehidupan agama itu sendiri.

Kyai sangat paham dengan tujuan pendidikan pesantren bukan hanya

untuk dunia tetapi untuk ibadah kepada Allah SWT,15

dan Abdurahman

Wahid menjelaskan, pendidikan tradisional meliputi dua aspek utama

bentuk pendidikan formal dan non formal seperti halaqah disebut juga

mentoring, ta’lim, pengajian kelompok16

maupun pendidikan

formal kehidupan di Pesantren,17

bertumpu kepada pandangan hidup para

Kyai mengutamakan kesederhanaan dan kebersamaan dalam

penyelenggaraan pendidikan agar santri miskin tetap tersantuni sebaik-

baiknya dengan berbagai model pengembangan.18

Ini berarti Kyai sebagai pimpinan pesantren harus memiliki visi yang

13

H.Imam Suprayogo, Kyai dan Politik (,Pustaka Najah, Bandung 2001), h. 4-5. 14

Edy M Ya'kub, Kyai di antara Peran Spiritual, Advokatif dan Politik, (Jakarta Cv,

Media Indo, 1999) h. 26 15

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, cet

II, (Jakarta: LP3ES, 1986), h. 21 16

Satria Hadi Lubis, Menggairakan Perjalanan Halaqah: Kiat Agar Halaqah Lebih

Dahsyat Full Manfaat, (Yogyakarta, Insan Press 2011), h. 16 17

Abdurrahman Wahid, Bunga Rampai Pesantren, (Jakarta:Dharma Bhakti, 1998) h. 73 18

Abdurrahman Mas’ud, Intelektual Pesantren, Perhelatan Agama dan Tradisi,

(Yogjakarta : LKIS, 2004), h. 77.

Page 24: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

4

jelas sebagai ide yang mengantarkan pada cita-cita yang dimaksud dalam

program tersebut,19

para pengurus pesantren akan lebih memahami apa

yang hendak di laksanakan di susun oleh para pengurus pesantren akan

berjalan sesuai dengan harapan dan cita-cita Kyai sebagai pengasuh dan

pemimpin lembaga.20

Ditinjau dari historisnya, pesantren adalah lembaga pendidikan agama

Islam pribumi tertua di Indonesia. Sunan Malik Ibrahim sebagai peletak

dasar sendi-sendi berdirinya pesantren, sedangkan Raden Rahmat sebagai

wali Pembina pertama di Jawa Timur, dan adapun Sunan Gunung Jati

mendirikan Pesantren sesudah Sunan Ampel.21

Pesantren adalah suatu komunitas sejumlah orang yang dengan

komitmen hati mengikat diri dengan Kyai, gelar Kyai juga diberikan

kepada orang yang memiliki keunggulan dalam menguasai ajaran Islam

serta berpengaruh yang besar kepada masyarakat.22

Pada umumnya

berdirinya pesantren diawali dari pengakuan Masyarakat akan keunggulan

dan ketinggian ilmu seorang guru atau Kyai dengan harapan menjadikan

orang yang berguna bagi agama, masyarakat, dan negara.23

Semakin tinggi

ilmu seorang Kyai, semakin banyak pula orang dari luar daerah yang

datang untuk menuntut ilmu dan berarti semakin besar pula pesantren

tersebut.24

Tujuan umum diselenggarakannya pesantren untuk menjadi seorang

19

Rofik A. Pemberdayaan Pesantren, Menuju Kemandirian dan Profesionalisme

Santri dengan metode Daurah Kebudayaan, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), h. 45 20

Abdurrahman Mas’ud, Intelektual Pesantren, Perhelatan Agama dan Tradisi,

(Yogjakarta : LKIS, 2004), h. 78. 21

Mujammil Qomar, Pesantren Dari Tranformasi Metodologi menuju Demokratisasi

Instuisi,(Jakarta: Erlangga, 2003), h. 9 22

Khozin, Jejak-jejak Pendidikan Islam di Indonesia (Malang: UMM Press, 2001) h.

88 23

Mustofa Syarif, Administrasi Pesantren (Jakarta: PT Baryu Barkah, 1979) h.18 24

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia (Lintasan Sejarah Pertumbuhan

Dan Perkembangan),(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), h.29

Page 25: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

5

muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, memiliki

kecerdasan, keterampilan dan sehat lahir batin sebagai warga Negara yang

Pancasila.25

Sedangkan tujuan khususnya adalah mempersiapkan peserta

didik (para santri) untuk menjadi orang alim dalam ilmu agama yang

diajarkan oleh Kyai yang bersangkutan, serta dalam mengamalkan dan

mendakwakannya di masyarakat.26

Dalam sistem yang ditampilkan pesantren mempunyai keunikan

dibandingkan dengan sistem yang diterapkan dalam pendidikan pada

umumnya, yaitu:

1. Memakai sistem tradisional untuk mengaji dan membahas kitab teks

keagamaan karya Ulama masa lalu (kitab kuning).27

yang mempunyai

kebebasan penuh dibandingkan dengan sekolah modern

2. Kehidupan di pesantren menampakkan semangat demokrasi karena

mereka praktis bekerja sama mengatasi problema nonkurikuler

mereka.

3. Para santri tidak mengidap penyakit simbolis, yaitu perolehan gelar

dan ijazah, karena sebagian besar pesantren tidak mengeluarkaan

ijazah, sedangkan santri dengan ketulusan hatinya masuk pesantren

tanpa adanya ijazah tersebut.

4. Sistem pesantren mengutamakan kesederhanaan, idealisme,

persaudaraan, persamaan, rasa percaya diri dan keberanian hidup.

5. Alumni pesantren tidak ingin menduduki jabatan pemerintahan,

sehingga mereka hampir tidak dapat dikuasai oleh pemerintah.28

Dewasa ini pesantren dihadapkan pada banyak tantangan, termasuk di

25

Ali Anwar, Pembaharuan Pendidikan Di Pesantren Lirboyo Kediri, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2011), h. 23 26

A. Fatah yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Sukses Offset,

2008) h. 243. 27

Ruchman Basori, Pesantren Modern Indonesia, (Jakarta: Inceis, 2008), h. 34 28

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Persada, 1999), h.141

Page 26: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

6

dalamnya moderenisasi pendidikan Islam. Sebagai lembaga

mengakomodasi tuntutan di era globalisasi, yaitu menciptakan manusia

yang bertakwa juga berilmu, memiliki SDM tinggi plus berakhlakul

karimah.29

Selanjutnya, persoalan yang muncul adalah apakah pesantren

dalam menentukan kurikulum harus melebur pada tuntutan zaman

sekarang, persyaratan tambahan mata pelajaran Bahasa Indonesia,

Matematika, dan IPA dalam kurikulum.

Dengan demikian SKB ini memiliki implikasi yang sangat besar untuk

mempertahankan eksistensi pendidikan pesantren.30

Atau justru harus

mampu mempertahankannya sebagai ciri khas pesantren yang banyak hal

justru lebih mampu mengaktualisasikan eksistensinya di tengah-tengah

tuntutan masyarakat, sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional yang

berorientasi pada tafaqquh fiddin dan membentuk kepribadian Muslim

yang kaffah.31

Dalam perkembangannya, pendidikan pesantren mengalami

perubahan yang pesat, bahkan ada kecenderungan menunjukkan tren, di

sebagian pesantren telah mengembangkan kelembagaannya dengan

membuka sistem madrasah, sekolah umum, dan di antaranya ada yang

membuka semacam lembaga pendidikan kejuruan, seperti bidang

pertanian, peternakan, teknik, dan sebagainya.32

Sebagian besar umat Islam Indonesia yang merupakan golongan

mayoritas bangsa Indonesia telah mengalami perubahan dari masa ke masa

sesuai dengan perjalanan umat bukan tradisional dalam arti tetap

29

Muhtarom, , Reproduksi Ulama di Era globalisasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar

2005), h. 61 30

Sulthon masyhud, Khusnur Ridho, Manajemen Pondok pesantren, (Jakarta:Diva

Pustaka, 2003), h. 7 31

Babun Suharto, Dari Pesantren Untuk Umat, (Surabaya: IMTIYAS, 2011), h. 15 32

Maksum, Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya (Jakarta: PT. Logos Wacana

Ilmu, 1999), h. 154

Page 27: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

7

mengalami penyesuaian,33

hubungan pesantren dan Madrasah tersebut

kemudian muncul dalam berbagai model yang bervariasi.

Para Santri selanjutnya mempopulerkan keberadaan pesantren

tersebut, sehingga menjadi terkenal kemana-mana, contohnya seperti pada

zaman Walisongo.34

Perkembangan awal pesantren inilah yang menjadi

cikal bakal dan tipologi unik lembaga pesantren yang dapat hidup dan

berkembang dengan baik, dengan strategi pergeseran dakwah dari

pendekatan idiologis kearah pendekatan kultural.35

Pada paruh kedua abad ke-20, kita mengalami adanya dorongan arus

besar dari pendidikan ala barat yang dikembangkan pemerintah Belanda

dengan mengenal sistem sekolah, dengan memperkenalkan sistem

pendidikan berkelas dan berjenjang dengan nama “Madrasah”, yang dalam

beberapa hal berbeda dengan sistem sekolah memasuki era 1970-an

pesantren mengalami perubahan signifikan, baik di wilayah pedesaan, sub

urban (pinggiran kota), maupun urban (pekotaan). Kedua, menyangkut

penyelenggaraan pendidikan. sejak tahun 1970 bentuk-bentuk pendidikan

yang diselenggarakan di pesantren sudah sangat bervariasi36

.

Ada istilah pesantren komprehensif karena sistem pendidikan dan

pengajaran gabungan antara tradisional dan modern, sistem persekolahan

terus dikembangkan, bahkan pendidikan keterampilan juga diberikan pada

santri,37

besarnya arti pesantren dalam perjalanan bangsa Indonesia,

khususnya Jawa, tidak berlebihan jika pesantren dianggap sebagai bagian

33

Mastuhu, Dinamika sistem pendidikan pesantren( Jakarta : INIS 1994), h, 55 34

Wahab, Rochidin. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Bandung: Alfabeta,CV,

2004) h.153 35

Adi Sasono, Didin Hafifuddin, AM Saifudin dkk, Solusi Islam atas Problematika

Umat (Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah), (Jakarta; Gema Insani Press, , 1998), hal 106 36

H. Sulthon, Manajemen Pondok Pesantren Dalam Prospektif Global, (Yogyakarta:

Penerbit Laks Cetakan 1, 2006), h. 7. 37

M. Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan, (Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya, 2001), h. 14-15

Page 28: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

8

historis bangsa Indonesia yang harus dipertahankan.38

Dalam situasi seperti sekarang ini, umat Islam Indonesia telah

berupaya mencari model pendidikan yang Islami dengan segenap

experimennya yang cukup mendasar, yaitu sebagai implikasi dari tujuan

pendidikan nasional. Pendidikan nasional yang rumusan tujuannya dalam

lima tahun sekali selalu di sempurnakan dengan perubahan dan tuntutan

kehidupan bangsa Indonesia terutama di era reformasi sekarang ini.39

Pesantren merupakan subkultur pendidikan di Indonesia sehingga

dalam menghadapi pembaharuan akan memberikan warna yang unik,40

Pendidikan dan pengajaran agama Islam melalui sistem pengajaran weton,

sorogan, dan bandongan, sekarang berkembang dengan sistem klasik atau

madrasah yang tertuang dalam UU Sisdiknas 2003 pasal 30 ayat 4.

Pendidikan keagamaan adalah Pesantren dan sejenisnya.41

Pesantren

sebagai lembaga pendidikan mempunyai peranan apabila sistem dan

metode pengajarannya dapat dikaitkan dengan tuntutan dinamika

Masyarakat. Pesantren menggunakan kurikulum yang sama dengan

kurikulum Depertemen Agama dan Depertemen Pendidikan Nasional.42

Dari latar belakang masalah diatas peran Kyai dalam mengembangkan

pendidikan Agama Islam di Pesantren tidak berperan sendiri tetapi

melibatkan semua pihak yang ada di pesantren tersebut baik lembaga atau

yayasan, asatidz, santriwan/santriwati dan semua staf yang ada di

Pesantren.

Melihat dari fakta, Pesantren Al-Masthuriyah Tipar Cisa’at Sukabumi

38

Hanun Ashorah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h.

184 39

A. Fatah yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Sukses Offset,

2008) h. 247. 40

Abuddin Nata, Kapita Selekta PendidikanIislam (Bandung: Angkasa , 2003), h.

115. 41

Fermana, UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003, ( Bandung: Insan Press, 2006), h.81 42

Ahmad Jazuli, Kapita Selekta Pendidikan Islam ,( STAIN ,2006), h. 80

Page 29: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

9

saat ini masih memegang teguh model dan sistem pembelajaran Salafiyah,

yang dikemas dalam sistem pembelajaran kitab kuning sebagai acuan

dalam referensi materi pembelajarannya, penerapkan metode pembelajaran

pesantren Al-Masthuriyah menggunakan cara perpaduan antara sistem

tradisional dan sistem modern. Penggunaan sistem tradisional, berlangsung

pada proses pengkajian kitab salaf dengan cara sorogan. Metode modern

diadopsi dengan adanya pengelompokan santri sesuai dengan tingkat

kemampuannya dan tingkat rombongan belajarnya. Adapun rujukan

kitab/buku diantaranya adalah jurumiyah ( ilmu Nahwu ) karangan Abu

Abdillah Sidi Muhammad bin Daud Ash-Shanhaji alias Ibnu Ajurrum (w.

1324 M).,kitab Matanbina ( Shorof ), karangan Syekh Ahmad ibn Umar ,

Safinatunnaza ( ilmu fiqh) karangan Karya Salim Bin Smeer Al-Hadromi,

kitab Alfiyyah ( Nahwu ) karangan syekh Imam Malik, dan kitab-kitab

lainnya yang menjadikan rujukan dipondok pesantren pada umumnya.

Dari latar belakang masalah tersebut penulis ingin mengadakan

penelitian tentang KH.Masthuro, sebagai kyai/ ulama dipandang perlu

untuk dikaji sejauh mana beliau berkontribusi dalam pendidikan Islam.

Sebagai seorang yang hidup di masa penjajahan Belanda, KH Masthuro

memperlihatkan keberaniannya. Ia melindungi para pejuang dan rakyat

Indonesia. Sering penjajah memeriksa pesantrennya, tetapi KH Masthuro

tidak menyerahkan mereka yang meminta perlindungan itu, sekalipun

penjajah menodongkan senjata kepadanya, Habib Syekh bin Salim Al

Atthas, guru para ajengan di Sukabumi tetapi KH Masthuro merupakan

santrinya yang paling disayang, sehingga sebelum wafat, Habib Syekh

berpesan supaya dikebumikan di samping KH Masthuro.Ulama tersebut

dimakamkan berdampingan, KH Masthuro juga mengarang kitab berjudul

Kaifiyatus Shalat, tebal 89 halaman, yang ditulis dengan bahasa Arab yang

mudah dipahami. Kitab ini merupakan tukilan dari berbagai kitab yang

Page 30: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

10

membahas bab shalat, mulai dari Safinatun Naja, Sulam Munajat, Fathul

Qorib, Fathul Mu’in, tapi lebih banyak dari kitab Bajuri. (Abdullah Alawi)

dan KH. Masthuro dari keturunan Wali Songo, yang bernama Syarif

Hidayatullah Sunan Gunung Jati. Maka Peneliti merasakan adanya

dorongan yang kuat untuk mengangkat permasalahan dengan judul

“KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI

PONTREN AL-MASTHURIYAH CISAAT – SUKABUMI TAHUN 1920

S.D. 1968 MASEHI”

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Mengidentifikasi masalah-maslah yanng bisa diteliti yang

berhubungan dengan judul adalah :

a. Kontribusi KH. Masthuro terhadap pendidikan Islam di pesantren

Al-Masthuriyah, pada bidang Pendidikan, bidang Kurikulum, bidang

Kelembagaan.

b. Respon Masyarakat terhadap Kontribusi KH.Masthuro dalam

lembaga pendidikan Islam

c. Sejarah lembaga pendidikan Pesantren di Al-Masthuriyah.

d. Tantangan dan hambatan yang dihadapi KH.Masthuro dalam

pendidikan agama Islam di Pesantren Al-Masthuriyah.

2. Pembatasan Masalah

Batasan masalah adalah ruang lingkup masalah atau membatasi masalah

yang terlalu luas, agar penelitian ini lebih fokus untuk dilakukan,

berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis membatasi

masalah pada :

a. Kontribusi KH. Masthuro dalam Pendidikan Islam di Pesantren Al-

Masthuriyah, pada bidang Pendidikan, bidang Kurikulum, bidang

Page 31: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

11

Kelembagaan.

b. Pemikiran KH. Masthuro dalam Pendidikan Islam di Pesantren Al-

Masthuriyah.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasaan masalah tersebut,

agar dapat dijadikan bahan penelitian selanjutnya, maka perlu

dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimana Kontribusi KH. Masthuro dalam Pendidikan Islam di

Pesantren Al-Masthuriyah Cisaat Sukabumi di Bidang Pembelajaran

dan Kurikulum?

b. Bagaimana Kontribusi Pemikiran KH. Masthuro dalam Pendidikan

Islam di Pesantren Al-Masthuriyah Cisaat Sukabumi?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban yang jelas

dari permasalahan-permasalahan di atas, yaitu :

a. Untuk mengetahui sejauh mana eksistensi KH. Masthuro dalam

mengantisipasi kualitas keberlangsungan pendidikan Islam di

Pesantren Al-Masthuriyah.

b. Untuk mengetahui sejauh mana kontribusi KH.Mashuro dalam

Pendidikan keberagamaan Masyarakat Islam di Cisaat Sukabumi.

c. Untuk mengetahui pemikiran pendidikan dan karya KH. Masthuro

dalam pendidikan di Pesantren Al-Masthuriyah.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang di harapkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Teoritis

Page 32: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

12

Sebagai bahan masukan bagi Pesanten Al-Masthuriyah Cisa’at –

Sukabumi, dalam pengembangan pendidikan Agama Islam ke

depannya.

2. Praktisi

Sebagai bahan masukan bagi masyarakat dan pemerintah dalam turut

serta membina dan mengembangkan lembaga-lembaga pendidikan di

Pesantren yang telah ditangani secara khusus guna mencerdaskan

Anak Bangsa dan semua warga Indonesia terutama di dalam

meningkatkan kualitas SDM dalam beragama dan bermasyarakat.

3. Penulis atau Peneliti

Untuk pengembagan wawasan dan menambah khazanah ilmu

pengetahuan bagi peneliti, terutama dalam bidang Pendidikan Islam,

serta syarat menyelesaikan pendidikan strata S2 di Institut Ilmu Al-

Qur’an (IIQ) Jakarta prodi Pendidikan Agama Islam.

E. Kajian Pustaka

1. Tesis Hasbi Indra (2003) “Pemikiran KH. Abdullah Syafi’ie tentang

Pendidikan Pesantren dan praktisinya” ditulis KH. Abdullah Syafi’ie,

mendirikan madrasah yang di rubah menjadi pesantren, menurutnya

lembaga terbagi dua macam, yaitu lembaga yang berubah dan tidak

dapat berubah adapun lembaga yang tidak dapat berubah seperti

lembaga zakat, lembaga sholat, sementara lembaga yang dapat

berubah seperti lembaga pendidikan, lembaga ekonomi, lembaga

sosial, lembaga politik, lembaga seni.

Persamaan dengan disertasi Hasbi Indra teliti dengan peneliti

adalah sama, meneliti seorang Kyai/Ulama , Tokoh, dai yang terkenal

dan kharismatik mendirikan pesantren (KH. Abdullah Syafei di

jakarta), dan ( KH.Masthuro di Cisaat Sukabumi ).

Page 33: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

13

Perbedaanya dengan yang penulis teliti adalah, pesantren

KH.Abdullah Syafei di Jakarta yang tradisional dan pesantren khusus

yatim piatu berpola kepada lembaga-lembaga pendidikan dan lenbaga

sosial dalam pemikirannya, sedangkan KH.Masthuro pesantren Al-

Masthuriyah tradisional menuju modern mengarah kepada pemikiran

dan perbuatan bagaimana kontribusi Kyai untuk pengembangan

pendidikan Islam yang berlokasi di Cisaat Sukabumi yang fokus

kepada pengembangan dalam bidang pendidikan, bidang kurikulum

dan bidang kelembagaan.

2. Tesis Budy Pranoto, Mahasiswa Pascasarjana UIN Maliki pada tahun

2007 dengan judul “Paradigma Kyai Pondok Pesantren Salafiyah

Dalam Mempertahankan Visi Misinya Di Era Globalisasi (Studi

Kasus Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Mojo Kediri)”. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa Kyai pondok pesantren Al Falah

Ploso Mojo Kediri dalam mempertahankan model pesantren salafiyah

di pondok pesantren salafiyah memiliki alalasan-alasan tertentu

diantaranya: a) Pencapaian kefokusan mendalami ilmu agama Islam

sehingga mampu menjiwai ilmu yang dipelajari dengan semaksimal

mungkin. b) Keikhlasan dalam beribadah pada Allah menjadi sebuah

tujuan pendidikan baik bagi lembaga dan santri-santrinya. c)

Mematuhi amanah yang telah diamanatkan oleh pendiri pondok

pesantren A1 Falah. d) Melestarikan ilmu dan ajaran- ajaran ulama

salaf yang berpegangan pada ajaran ahli sunnah wal jamaah. e)

Pondok pesantren salafiyah benteng pertahanan untuk menyelamatkan

agama Islam dari aliran yang menyimpang dari Al-Qur’an dan Hadis

Nabi Muhammad SAW.

Persamaan dengan Tesis yang peneliti tulis adalah pesantren Al-

Page 34: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

14

masthuriyah dan pesantren Al-Falah kediri, adalah sama dalam

memiliki eksistensi dalam mempertahankan visi dan misi pesantren

salafiyah yang akan memasuki zaman modernisasi.

Perbedaan dari tesis Budi Pranoto adalah, Pesantren Al-Falah

Mojo Kediri mengacu pada pola pesantren salafiyah dengan Ploso

memiliki 5 alasan alasan tertentu, untuk menuju pesantren yang

modern sedangkan pesantren Al-Masthuriyah lebih mengacu kepada

seorang Kyai kharismatik yang berperan dan berusaha untuk

pengembangan pendidikan agama Islam yang tradisional menuju

modern di Cisaat Sukabumi.

3. Tesis oleh Hendro Guntur, Mahasiswa Pascasarjana Universitas

Negeri Malang (UM) pada tahun 2009 dengan judul “Kepemimpinam

Kyai dalam Meningkatkan Mutu pendidikan Pesantren Mahasiswa

(Studi Multikasus pada Pesantren Al-Hikam Putra dan Pesantren

Luhur Putri Malang).

Hasil dari penelitian ini adanya peran kepemimpinan Kyai

dalam meningkatkan mutu pendidikan di pesantren mahasiswa AI-

Hikam dan Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang yang diukur

dari; (1) peranan sebagai motivator di Pesantren Mahasiswa AI-Hikam

dan Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang oleh Kyai kepada

pengurus dan Santri. (2) kepemimpinan Kyai dalam mengembangkan

pondok pesantren adalah tipe kepemimpinan transformasional, yaitu

Tiga dasar yang dilakukan, adalah membuat para pengikutnya

menjadi lebih peka akan pentingnya hasil-hasil pekerjaan, memotivasi

bawahan untuk memindahkan kepentingan diri sendiri untuk

kepentingan pesantren, dan memberikan perhatian serta meningkatkan

kebutuhan para bawahannya, 3)Kyai dalam melakukan inovasi

memiliki kewajiban untuk mempertimbangkan faktor pendukung dan

Page 35: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

15

hambatannya. Faktor pendukung yaitu memiliki gedung pesantren,

fasiltas dan layanan khusus yang mendukung kemajuan pesantren,

layanan akademik dalam meningkatkan mutu pendidikan, program

kerja yang tersusun secara rasional dan sesuai dengan kebutuhan

santri, iklim kerja, motivasi dan semangat kerja.

Persamaan dengan tesis yang peneliti lakukan adalah kontribusi

KH.Masthuro dalam pengembangan pendidikan agama Islam yang

berorintasi pada bidang pendidikan, bidang kurikulum, dan bidang

sarana prasarana.

Perbedaan Tesis Hendro Guntur dengan penulis yaitu Hendro

Guntur membahas tentang peran kepemimpinan Kyai dalam

meningkatkan mutu pendidikan di pesantren Mahasiswa AI-Hikam

dan Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang yang berorintasi kepada

kepemimpinan dan meningkatkan mutu pendidikan agama Islam

sedangkan peneliti tentang kontribusi KH.Masthuro dalam

pengembangan pendidikan agama Islam yang fokus kepada bidang

bidang pendidikan, bidang kurikulum, dan bidang kelembagaan dalam

pengembangan nya, beda tokoh dan lokasi, berbeda dengan apa yang

penulis teliti.

4. Tesis oleh Rosyidah Umi Mahasiswa Pascasarjana IAIN Sunan

Ampel dalam tesisnya berjudul “Peran Kyai dalam Pengembangan

Pondok Pesantren di Pondok Pesantren Fadllillah Tambak Sumur

Sidoarjo”pada tahun 2006.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam pengembangannya

Pondok Pesantren Fadlillah memiliki nilai-nilai dasar yang kuat, baik

nilai dasar yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadis dan juga nilai

dasar yang bersumber dari tradisi pesantren, adapun nilai dasar yang

Page 36: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

16

bersumber dari tradisi pesantren terdiri dari motto, panca jiwa,

orientasi, dan falsafah. Selain itu, berdasarkan data yang terkumpul

dapat disimpulkan bahwa secara demokrasi Kyai Ja’Far Shadiq selaku

Pemimpin Pondok Pesantren Fadllillah telah memerankan peran

utamanya sebagai power (kekuatan) dengan kedalaman ilmu yang

dimilikinya, Faktor penunjang peran Kyai terletak pada pesona

kharismatiknya, sedangkan faktor penghambat terletak pada sumber

dana yang masih sangat kurang memadai.

Persamaan dengan penelitian penulis pada pola Peran Kyai

dalam Pengembangan Pondok Pesantren di Pondok Pesantren

Fadhillah Tambak Sumur Sidoarjo dan kontribusi KH.Masthuro dalam

pengembangan pendidikan agama Islam dipesantren Al-Masthuriyah.

Perbedaannya dengan Tesis Rasyidah adalah peran utamanya

sebagai power (kekuatan) dengan kedalaman ilmu yang dimilikinya,

Faktor penunjang peran Kyai terletak pada pesona kharismatiknya

sedangkan penelitian saya adalah kontribusi seorang Kyai dalam

mengembangkan pendidikan agama Islam melalui bidang pendidikan,

kurikulum dan kelembagaan.

5. Tesis Rosmaiyati berjudul”Pengembangan Kurikulum di Madrasah

Aliyah Pondok Pesantren Hidayatul Ma’arifiyah Pangkalan Kerinci

Kabupaten Pelalawan“ tahun 2013, dalam penelitian ini difokuskan

kepada pengembangan kurikulum yang meliputi prinsip-prinsip

pengembangan kurikulum dan asas-asas pengembangan kurikulum.

Prinsip pengembangan kurikulum terdiri dari berorientasi pada tujuan,

relevansi, efisien dan efektif, fleksibel (keluwesan),

berkesinambungan (kontinuitas), terpadu, bermutu, Serta

implementasi pengembangan kurikulum terdiri dari program tahunan,

Page 37: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

17

proggram semester, silabus, RPP dan Kriteria Ketuntasan Minimum

(KKM).

Persamaan karya ilmiah yang sedang saya teliti bahwa pesantren

Hidayatul Ma’arifiyah adalah lembaga Islam yang memiliki

kurikulum yang baik, yang menuju kepada pesantren modern, dengan

program pesantren terprogram sedangkan pesantren Al-Masthuriyah

sama menuju pesantren modern dari pesantren salafi, yang memiliki

program yang tersusun, dan kurikulum tertentu.

Perbedaannya dengan tesis Rosmaiyati teliti adalah

Pengembangan Kurikulum di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren

Hidayatul Ma’arifiyah Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan yang

pola pengembangannya kepada bidang kurikulum , sedangan penulis

pembahasannya adalah kontribusi kyai, dalam pendidikan, dalam

kurikulum dan kelembagaan.

F. Metode Penelitian

1. Metode dan Jenis Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif

dan bersifat deskriftif analisis, sedangkan jenis penelitian ini termasuk

dalam penelitian studi lapangan dan studi pustaka dimana seluruh data

penelitian merujuk pada objek data lapangan yang berwujud

dokumen, aktifitas Santri dan Santriwati, serta literatur yang berkaitan

dengan penelitian.

2. Sumber Data

Mengenai data dan sumber data dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan dua sumber yaitu sumber primer dan sekunder43

. Cara

43

Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung , Alfa Beta, 2017), h.308

Page 38: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

18

untuk menjawab masalah penelitian ini adalah penelitian kualitatif

yang bersifat atau memiliki karakteristik , bahwa datanya ditanyakan

apa adanya dan sewajarnya.44

, dan sumber data adalah subyek tempat

data diperoleh45

Ada dua sumber dalam penelitian ini yakni :

a. Sumber Primer, adalah data yang dikumpulkan langsung dari

sumbernya, wawancara dengan pengasuh, pengurus Pesantren,

Alumni, Tokoh Ulama.

b. Sumber Sekunder, adalah data yang diperoleh dari dokumrn ,

buku jurnal, majalah, foto,dan benda lain yang dapat digunakan

sebagai pelengkap data primer46

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

menggunaakan teknik observasi, jurnal, buku-buku yang mendukung

mengenai pesantren Al-Masthuriyah, interview, wawancara47

, adapun

wawancara ditujukan kepada keluarga, para Ustadz, ustadzah, para

Alumni, Tokoh Ulama, dan Masyarakat.

4. Teknik Analisa Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistimatis data yang diperoleh dari lapangan dan bahan-bahan bacaan

sehingga mudah dipahami, Dan analisa data ini dengan

mengorganisasikan data dilapangan, penjabarannya melalui bab-bab

yang akan dibahas.

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

44

Sutrisno Hadi, metodologi Research, jilid I (Yogyakarta Andi Ofset, 2000), h.107 45

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian,(Badung,Rosakarya, 2009), h. 79 46

J Meleong Lexi, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2004), h.112 47

Anwar Sanusi, Metodologi Penelitian Bisnis, (Jakarta: Salemba Empat, 2013),

h. 105

Page 39: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

19

dengan pendekatan content analysis terhadap kebijakan-kebijakan,

gagasan-gagasan dan pandangan yang berkembang dalam

penyelenggaraan pesantren. Pengalaman Historis dan kerangka teori

merupakan instrumen utama untuk menganalisis data.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :

BAB I, Pendahuluan. Dalam bab ini berisi tentang Latar belakang

masalah, permasalahan meliputi : identifikasi masalah, Pembatasan

masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

kajian pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II, Sejarah Singkat Kiprah KH. Masthuro di Pesantren Al-

Masthuriyah, yang menguraikan, tentang biografi KH Masthuro yang

memuat ; tentang kelahiran dan latar belakang keluarga, latar belakang

pendidikan dan pengembaraan menuntut ilmu, pandangan para tokoh

terhadap KH. Masthuro, dan profil tentang pesantren Al-Masthuriyah,

yang memuat, sejarah berdirinya, visi dan misi pesantren, sistem

pendidikan dan pengajaran, tenaga pendidik, peserta didik, alumni, kondisi

pesantren dan lingkungan belajar.

BAB III, Pemikiran KH.Mashuro dalam pengembangan pendidikan

Islam, Membahas tentang Pemikiran dalam bidang Pendidian, bidang

kurikulum, dan bidang kelembagaan.

BAB IV, Hasil penelitian, yang meliputi; kontribusi KH. Masthuro

dalam pengembangan pendidikan Islam di pesantren Al-Masthuriyah,yang

meliputi penerapan pemikiran dalam bidang Pendidikan, penerapan

pemikiran bidang kurikulum, dan penerapan pemikiran dalam bidang

Kelembagaan, serta manajemen pesantren Al-Masthuriyah setelah masa

KH. Masthuro.

BAB V, Penutup, yang meliputi; kesimpulan dan saran-saran.

Page 40: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

186

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Metode pengajaran (Sorogan dan Wetonan) KH. Masthuro masih

relevan untuk dijadikan pedoman metode pembelajaran untuk

diterapkan oleh para Generasi selanjutnya yang saat ini sampai pada

Generasi ke-3 yang pimpin oleh Drs. KH. Abdul Aziz Masthuro.

2. Penetapan kurikulum KH. Masthuro mengedepankan kurikulum

Salafiyah yang berpedoman pada kitab-kitab kuning yang terintegrasi

di dalamnya nilai-nilai tauhid, akidah, akhlak, muamalah yang

berlandaskan pada kemurnian Al-Qur’an dan Sunnah serta

disandingkan dengan Kurikulum Nasional, salah satu karya beliau

yang dijadikan rujukan sampai saat ini yaitu Kitab Manquulat

Muhimmah fil Kaifiyah as-Shalat.

3. Pondok pesantren Al-Masthuriyah dalam manajemen kelembagaan

terus meningkatkan dan memperhatikan sarana prasarana untuk

menunjang kegiatan para santri dengan bekerja sama dengan seluruh

elemen, baik internal maupun eksternal pesantren.

B. Saran-Saran

1. Kepada pihak pondok pesantren Al-Masthuriyah penulis berharap

dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan rujukan dan

dipertimbangkan guna peningkatan dan pengembangan

berkelanjutan baik di segi pembelajaran, kurikulum, dan

kelembagaan di pondok pesantren hingga nantinya terus

menciptakan tokoh-tokoh yang bermanfaat di masyarakat.

Page 41: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

187

2. Harus diadakannya evaluasi secara berkala dengan tujuan mengukur

sejauh mana pencapaian program untuk terus mengembangkan dan

meningkatkan kualitas pondok pesantren.

3. Bagi pihak Kemetrian Agama Kabupaten maupun Kota Sukabumi

agar senantiasa membantu program pengembangan pesantren baik

berupa kebijakan makro berupa bantuan finansial maupun

sumbangan pemikiran guna memperlaancaar terlaksananya program

pengembangan visi dan misi pesantren itu sendiri untuk

dikembangkan oleh Kyai.

4. Kepada pihak lainnya, untuk ikut berpartisipasi dan berkontribusi

dengan terus memberikan saran serta masukan bertujuan

meningkatkan mutu pendidikan di pondok pesantren.

Page 42: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

188

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Fadjan, Peradaban dan pendidikan Islam, Jakarta: CV. Rajawali,

2005.

Abidin, Ahmad Zainal, Memperkembang dan Mempertahankan Pendidikan

Islam di Indonesia, Jakarta: PT.Bulan Bintang, 1970.

Abitholkha, Maliki Amir, Pemikiran Pendidikan Muhammad Abduh, Tesis,

Bidang Studi Pendidikan Islam, Jakarta: Pascasarjana UIN Jakarta,

1996.

Agustian, Ari Ginanjar Emotional Spiritual Quotient : Berdasarkan 6 Rukun

Iman dan 5 Rukun Islam, Jakarta: Arga, 2001.

Agustina, Lidya Pengaruh Konflik Peran, dan Kelebihan Peran terhadap

Kepuasan Kerja, Jakarta, CV. Sentosa, 2009.

Ahmadi, Abu, Metodik Pengajaran, Bandung : Pustaka Setia, 1985.

Ahmadi, Abu, Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Al-Abrasyi, Muhammad Athiyah, Prinsip-prinsip dasar Pendidikan Islam,

Bulan Bintang, Jakarta, 1976.

Al-Attas, Muhammad Naquib, Konsep Pendidikan Islam, Bandung: Mizan,

1988.

Al-Bani, Syaikh Muhammad Nasiruddin, Shoheh al-Jami’ ash-Shaghir,

Jakarta: Pustaka, 2007.

Al-Habsy, Husen, Kamus Arab Lengkap, Bangil : YAPPI, 1989.

Al-Rasyd. Pendidikan Islam Pendekatan Historis Teoritis dan Praktis.

Jakarta : Ciputat Press. 2005.

Al-Syaibany, Muhammad Omar al-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, terj.

Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.

Amin, Haedari, Spektrum Baru Pendidikan Madrasah, Jakarta: Puslitbang

Pendidikan Agama,dan Badan Litbag, dan Diklat Kementrian Agama

RI, 2000.

Page 43: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

189

Amin, Haedari, Transformasi Pesantren , Jakarta: Media Nusantara, 2007.

An-Nahlawi, Abdurrahman Prinsip-Prinsip Dan Metode Pendidikan Islam,

Bandung : CV. Diponegoro, 1993.

An-Naisaburi, Tafsir Ghoroibil Qur’an wa roghoibil Furqon, Bairut-

Libanon : Darul utubul Ilmiuah, 1996.

An-Nawawi, Riyadus Sholihin, Terj, Alhafizh dan Masrap, Suhaemi

Surabaya : Mahkota, 2003.

Ansorudin Sidik, Muhammad, Pengembangan Wawasan Iptek Pondok

Pesantren, Jakarta: Amzah, 2000.

Anwar, Abu, Ulumul Qur’an, PT Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 2002.

Anwar, Ali, Pembaharuan Pendidikan Di Pesantren Lirboyo

Kediri, Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR, 2011.

Arief, Armai , Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau, Ciputat:

Suara ADI, 2009.

Arief, Armai, Mahmud Yunus dan Pembaharuan Pendidikan Islam di

Indonesia, Jakarta: Citra Pendidikan Jakarta, 2002.

Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta:

Ciputat Pers, 2002.

Arief, Armai, Reformulasi Pendidikan Islam, Ciputat: CRSD PRESS, 2007.

Arief, Armai, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga

Pendidikan Islam Klasik, Bandung: Angkasa Bandung, 2005.

Arifin, Imron, Kepemimpinan Kyai, Jakarta: Pustaka Amalia, 2005.

Arifin, Muhammad, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Arifin, Muhammad, Ilmu Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan

Interdisipliner. Jakarta : Bina Aksara.1994

Arifin, Muhammad, Kafita Selecta Pendidikan Islam Umum, Jakarta: Bumi

Aksara, 1995.

Page 44: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

190

Arifin, Muhammad, Pendidikan Islam dalam Dinamika Masyarakat, Jakarta:

IAIN Syarif Hidayatullah, 1988.

Arifin, Muzayyin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta : PT Bumi

Aksara, 2003.

Arifin, Muhammad, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994.

Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian, Bandung: Rosda Karya, 2009.

Ashorah, Hanun, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

1999.

Ashrohah, Harun, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1999.

Asmani, Jamal Ma’mur, Dialetika Pesantren dengan Tuntutan Zaman,

Jakarta, Qirtos. 2007.

Asy’ari, Hasyim, Adab Ta’lim wa Muta’allim, Jombang : Turats al Ilamy,

1415 H.

At-Tuanisi, A Futuh, Al-Jumbulati, Perbandingan Pendidikan Islam, Jakarta:

Rineka Cipta, 2012.

Aziz, Ali, dkk, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat, Jogjakarta, Pustaka

Pesantren, 2005.

Aziz, Moh Ali, dkk, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta:

Pustaka Pesantren, 2005.

Azra, Azyumardi , Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju

Milenium Baru, Jakarta: Logos, 2000.

Azra, Azyumardi, Pendidikan Tinggi dalam Islam, Terj, Afandi dan Hasan

Asari, Jakarta: Logos, 1994.

Basori, Ruchman, Pesantren Modern Indonesia, Jakarta: Inceis, 2006.

Bodgan dan Taylor, Kualitatif Dasar-dasar Penelitian, Surabaya: Usaha

Nasional, 1993.

Page 45: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

191

Dalimunthe, Sulthoni, Pemikiran Pendidikan Muhammad Abduh dalam

Tafsir Al-Manar, Tesis, Bidang Studi Ilmu Agama Islam

Pascasarjana UIN Jakarta, Jakarta: 2002.

Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Ruhama, 2008.

Daradjat, Zakiyah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016.

Darwinsyah, Perencanaan Sistem Pengajaran PAI, Jakarta:Gaung Persada,

2007.

Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Modern , Surabaya: Apollo, 2004.

Daulay, Haidar Putra, Sejarah Pertumbuhan Pesantren di Indonesia, Jakarta :

Prenada, 2009.

Departemen Agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahannya, Jakarta: Cipta Bagus

Segara, 2013.

Departemen Agama RI, Ensikoledi Islam Jakarta: Departemen Agama RI,

1993.

Departemen Agama RI, Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren, Ditjen

Binbaga Islam, Jakarta 1988.

Departemen Agama RI, Pola Pembelajaran di Pesantren , Dit.Kapontren,

Ditjen Binbaga Islam, Jakarta, 1988.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka, 1995.

Dhofier, Zamachsjari Tradisi Pesantren: Study Tentang Pandangan Hidup

Kyai, Jakarta: LP3ES, 1985.

Dhofier, Zamachsjari, Tradisi Pesantren: Memadu Modernitas untuk

Kemajuan Bangsa, Yogjakarta : Nawesea Press, 2009.

Dhofier, Zamaksyari, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Kiyai,

Jakarta: LP3S, 1994.

Djaelani, Abdul Qadir, Peran Ulama dan Santri, Surabaya: Bina Ilmu, 1994.

Page 46: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

192

Djuhan, Widda, Sejarah Pendidikan Islam Klasik Ponorogo : LPPI STAIN,

2010.

Enchols, John M, Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta:

Gramedia,1987.

Fadjar, Ahmad Malik, Visi Pembaruan Pendidikan Islam, Jakarta: LP3NI,

2006.

Fuadi, Imam, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Teras, 2011.

Ghazali, M Bahri, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan, Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya, 2001.

Hambali, Adang, Tranformasi Pendidikan Islam Menghadapi Krisis

Modernitas, dalam Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 15, No. I,

Cirebon: Fakultas Pendidikan Agama Islam STAIN Cirebon, 2009.

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia (Lintasan Sejarah

Pertumbuhan dan Perkembangan), Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 1999.

Hujair, Paradigma Pendidikan Islami, Jakarta: Satria Insani Press, 2003.

Idris, Muhammad, Pembaharuan Pemikiran Pendidikan Islam, Cet. Ke-I,

Malang: UM PRES, 2012.

Idris, Muhammad, Pembaharuan Pemikiran Pendidikan Islam, Malang: UM

PRES, 2012

Ishak, Muhammad, Pendidikan Agama Islam, Jambi: Sultan Thaha Press,

2009.

Ismail, Faisal, Paradigma Kebudayaan Islam, Yogyakarta : Titian Ilahi

Press, 1998..

Izzan, Ahmad, Saehudin, Tafsir Pendidikan Study Ayat Ayat Berdimensi

Pendidikan, Banten: Pustaka Aufa media, 2012.

Izzan, Ahmad, Tafsir Pendidikan, Tangerang: Shuhuf Media Insani, 2012

Page 47: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

193

Ja’far, Muhamaad, ibn Jarir Ath-Thobarii, Tafsir Ath-Thobari, Jami’ul

Bayan Ta’wilul Qur’an, Bairut-Libanon : Darul kutubul Ilmiuah,

1996.

Khozin, Jejak-jejak Pendidikan Islam di Indonesia, Malang: UMM Press,

2011.

Kusmana, Paradigma Baru Pendidikan, Restropeksi dan Proyeksi

Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: IISEP, 2008

Langgulung, Hasan, Pendidikan Islam Menghadapi Abad Ke 21, Jakarta:

Pustaka Al-Huda, 1998.

Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Alhusna Zikra,

2000.

Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan, Jakarta: Al-Husna, 1986.

Langgulung, Hasan, Pendidikan Islam Abad ke-21, Jakarta: Pusaka Al-

Husna, 2003.

Lexi, J. Meleong Metodologi Penelitian Kuantitatif, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2004.

Ma`arif, Syafi`i, Pembaharuan Tentang Pendidikan Islam dalam Muslih Usa

(Ed), Pendidikan Islam Indonesia: Antara Cita dan Fakta,

Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991.

Madjid, Nurcholis, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandung: Mizan,

1995.

Madjid, Nurkholis, Khazanah Intelektual Islam, Jakarta: Bulan Bintang,

1994.

Majid, Abdul, Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 2004.

Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta: Logos Wacana

Ilmu, 1999.

Malik, Abdul, Pembaharuan Pemikiran Pendidikan Islam, Malang: UM

PRES, 2008.

Page 48: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

194

Mas’ud, Abdurrahman, Intelektual Pesantren, Perhelatan Agama dan

Tradisi, Jogjakarta : LKIS, 2014.

Mastuhu, Menuju Paradigma Baru Pendidikan Indonesia, Jakarta : Logos,

1999.

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta : INIS, 1994.

Masyhud, Sulthon, Khusnur Ridho, Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta:

Diva Pustaka, 2003.

Muhaimin Dkk, Kontroversi Pemikiran Fazlur Rahman Studi Kritis

Pembaharuan Pendidikan Islam. Cirebon: Dinamika, 1999.

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya,

2001.

Muhtarom, H.M, Reproduksi Ulama di Era globalisasi, Jogjakarta: Pustaka

Pelajar, 2005.

Mujib, Abdul, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta; Kecana, 2014.

Muthohar, Ahmad, Ideologi Pendidikan Pesantren, Semarang: Pustaka Rizki,

2007.

Nasih, Ahmad Munjin, Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung: Refika Aditama,

2013.

Nasution, Harun, Pembahasan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan,

Jakarta : Bulan Bintang, 1992.

Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Angkasa, 2003.

Nata, Abuddin, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia,

Jakarta: Grafindo, 2005.

Nata, Abudin, Akhlaq Tasauf, Jakarta: Raja Grafindo, 1997.

Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

1997.

Page 49: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

195

Nizar, Samsul Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan

Praktis, Jakarta: Lentera Hati, 2006.

Nurmaliayah, Yayah, Konsep Pendidikan Menurut Muhammad Iqbal. Tesis,

Bidang Studi Pendidikan Islam UIN Jakarta, Jakarta: Pascasarjana

UIN Jakarta, 2002.

Oemar, Muhammad, Pendidikan Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1979.

Poerwadarminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, 2006.

Putra Daulay, Haidar, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan

Islam di Indonesia, Jakarta : Kencana, 2012.

Qomar, Mujammil, Pesantren Dari Tranformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Instuisi, Jakarta: Erlangga, 2003.

Qomar, Mujamil, Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional

Hingga Metode Kritik. Jakarta: Erlangga, 2005.

Raharjo, Dawam, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian, Yogyakarta:

Gajah Mada University Pres, 1999.

Raharjo, Dawam, Pergulatan Dunia Pesantren, Jakarta : CV P3M, 1985.

Raharjo, Dawam, Pesantren dan Pembaharuan, Jakarta: LP3ES, 1998.

Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam

Mulia, 2009.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2006.

Rasidin, Dedeng, Akar-akar Pendidikan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits , PT

Pustaka Umat, Bandung 2003.

Rifai, Muhammad, Politik Pendidikan Nasional, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

Rofik. A. Pemberdayaan Pesantren, Menuju Kemandirian dan

Profesionalisme Santri dengan Metode Daurah Kebudayaan,

Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005.

Page 50: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

196

Rohmaniah, Perbandingan Pemikiran Mohammad Natsir dan Wahid

Hasyim, dalam Pembaharuan Pendidikan Islam Indonesia, Tesis,

Program Studi Ilmu Agama Islam, Jakarta: Pascasarjana IIQ Jakarta,

2012.

Rukiati, Enung K, Fenti Hikmawati, Sejarah pendidikan Islam di Indonesia,

Bandung: Pustaka Setia, 2006.

Rusli, Ris`an, Pemikiran Muhammad Natsir Tentang Pendidikan, Tesis,

Bidang Studi Ilmu Agama Islam, Jakarta: Pascasarjana UIN Jakarta,

1994.

Sasono, Adi, Didin Hafifuddin, AM Saifudin, dkk, Solusi Islam atas

Problematika Umat ( Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah), Jakarta:

Gema Insani Press, 1998.

Setiawan, Conny, Memupuk Bakat dan Kreatifitas, Jakarta:Gramedia, 2005

Sirozi, Muhammad, Politik Kebijakan Pendidikan di Indonesia: Peran tokoh-

tokoh Islam dalam Penyusunan UU. No. 2/1989 , Jakarta: INIS, 2004.

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali, 1982.

Stanton, Charles Michel, Pendidikan Tinggi dalam Islam, Jakarta: logos,

1998.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung:

Alfabeta, 2009.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfa Beta, 2017.

Suharto, Babun, Dari Pesantren Untuk Umat, Surabaya: IMTIYAS, 2011.

Suhendi, Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2004.

Sunanto, Musyrifah, Sejarah Islam Klasik, Jakarta: PRENADAMEDIA

GRUP, 2015.

Supian, Pendidikan Agama Islam, Jambi: Sultan Thaha Press, 2009.

Page 51: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

197

Supriono, Widodo, Filsafat Manusia dalam Islam, Reformasi Filsafat

Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2006.

Suroyo, Berbagai Persoalan Pendidikan Nasional dan Pendidikan Islam di

Indonesia dalam Jurnal Pendidikan Islam, Kajian Tentang Konsep

Pendidikan Islam, Problem dan Prospeknya, Yogyakarta: Fakultas

Tarbiyah IAIN Yogyakarta, 1991.

Sutrisno, Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Ofset, 2008.

Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta: Prenadamedia, 2015.

Syarif, Mustofa, Administrasi Pesantren, Jakarta: PT Baryu Barkah, 1979.

Tamimi, Muhyiddin Tohir, Pemikiran Sosiologi Pendidikan Ibn Khaldun,

Tesis, Bidang Studi Pendidikan Islam, Jakarta: Pascasarjana UIN

Jakarta, 2002.

Tayar, Metodologi Pengajaran Agama & Bahasa Arab. Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada, 1995.

Tilaar, H.A.R, Membenahi Pendidikan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta,

2002.

Tim Balai Pustaka, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, 1990.

Tim Balai Pustaka, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,

1990.

Tim Depag RI, Pola Pembelajaran di Pesantren, Jakarta : Direktorat

Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2006.

Tim Perumus, Fakultas Teknik UMJ, Al-Islam dan Iptek, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 1998.

Tim Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Depdiknas,

2008.

Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, Jakarta:

Rineka Cipta, 2005.

Page 52: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

198

Tirto Sudiro, Ahmad, Keluar dari Kemelut Pendidikan Nasional, Menjawab

Tantangan Kualitas Sumber Daya Manusia Abad 21, Jakarta:

Internusa, 1997.

Ulum, Miftahul, “Akar Sejarah Pemikiran Modern Islam dan Pendidikan

Islam di Indonesia”, dalam Jurnal Kependidikan dan

Kemasyarakatan, Vol. VII, No. I, Ponogoro: STAIN Ponogoro, 2009.

Umiarso dan Nur Zazin, Pesantren di Tengah Arus Pendidikan, Semarang:

Rasail, 2011.

Wahab, Rochidin, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung:

Alfabeta, 2004.

Wahid, Abdurrahman, Menggerakkan Tradisi Pesantren, Jogjakarta: LKIS,

2001.

Wahid, Abdurrahman, Pesantren dari Transformasi Menuju Demokrastisasi

Institusi, Jakarta: Erlangga, 2007.

Wasik, Firmansyah Arif Abdul, Jejak Langkah Armai Arief, Jakarta: SUARA

ADI, 2012

Yasin, A Fatah, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, Jogjakarta: Succes

Offset, 2008.

Yasmadi, Moderasi Pesantren Kritikan Nurkholis Madjid Terhadap

Pendidikan Islam Tradisional, Jakarta: Ciputat Press, 2002.

Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta: CV. Biagraf,

2000.

Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2008.

Ziemak, Manfred, Pesantren dalam Perubahan Sosial Jakarta: Perhimpunan

Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), 2006.

Page 53: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

WAWANCARA DENGAN Drs. KH. Abd. Aziz. Masthuro, Pimpinan

Pesantren Al-Masthuriyah, Sukabumi

1. Pertanyaan Siapa saja keturunan KH. Masthuriyah

a. K.H. Hasan Munir yang wafat di Mekah. Beliau memiliki satu

anak yaitu U. Mukhtar.

b. Ibu Enoh yang memiliki anak : Ibu Acah dan K.H. Sanusi. Yang

terakhir ini adalah pendiri Pondok Pesantren Sunanul Huda Cikaroya

yang kini diasuh oleh putrnya K.H. Dadun Sanusi.

c. Ibu Opoh yang melahirkan 7 anak, yaitu : M. Mahbub, Ibu Opih,

Bapak Upar Soemantri, Ibu Maemunah, Ibu Uki, M. Roli dan Ibu Iyot.

d. Ibu Gedoh yang memiliki anak antara lain ; Ibu Jujuh dan Ibu

Kana.

e. Ibu Iyah, memiliki tiga anak : Ibu Encum, M. Husoh dan Ibu Eha.

f. Ibu Ooh, memiliki dua anak: K. Ibrahim dan Ibu Aah. K. Ibrahim

adalah perintis sebuah pesantren yang letaknya di Ciwi desa Cimahi

Cibadak Sukabumi

Diantara katurunan Bapak Amsol yang mendirikan dan mengasuh

pondok pesantren atau majlis ta’lim dan sejenisnya, adalah:

a. K.H. Masthuro (putra),

b. K.H. Sanusi (Cucu), mendirikan Pondok Pesantren Sunanul Huda

di Cikaroya desa Cibolangkaler Cisaat Sukabumi, yang kini diteruskan

putranya K.H. Dadun Sanusi.

Page 54: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

c. K.H. Kholilullah (cucu), mendirikan dan mengasuh Pondok

Pesantren Sirajul Athfal di Cibaraja (Paledang) Cibolngkaler Cisaat

Sukabumi.

d. K. Ibrahim (Cucu), yang merintis pendirian pesantren di Ciawi

Cimahi Cibadak Sukabumi.

e. K. Mahbub (Cucu) yang mendirikan dan mengasuh pesantren di

Cireundeu Cibadak Sukabumi.

f. K. Husoh (Cucu) yang mendirikan dan mengasuh pesanten di

Sangiang Cihurang Pelabuhanratu Sukabumi.

Keturunan K.H. Masthuro diperoleh dari dua istrinya, yaitu Ibu Momoh

(Fatimah) dan Ibu Hj. Hafshah putri Bapak Mad Nafi (atau Muhammad Nafi)

dan Ibu Maemunah.

Dari istri pertama K.H. Masthuro memperoleh dua orang putri, yaitu Ibu

Yayah Badriyah dan Siti Maryam (almarhumah).

Ibu Yayah Badriyah bersuamikan K.. Ahmad Mubarok (wafat tahun 1974)

salah seorang santri K.H. Masthuro yang kemudian ikut mengajar pada

periode K.H. Masthuro. Pasangan ini dikaruniai 9 anak, yaitu : H. Dudun

Abdullah, S.Ag, Didah, Faiz (alm), Drs. Puadiatma, Dayat (alm), Titoh, Dra.

Nanih Mahendrawati, Drs. D.A. Syujai, dan Engkus Suratman.

Setelah Ibu Mohom (Fatimah) meninggal dunia, KH. Masthuro menikah

dengan Ibu Hj. Hafsoh, dikaruniai 11 anak, yaitu:

a. Ibu Hj. Bahiyah yang bersuamikan K.H. Moh. Sanusi, salah

seorang santri K.H. Masthuro yang kemudian ikut mengajar pada periode

Page 55: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

K.H. Masthuro. Cucu K.H. Masthuro yang lahir dari pasangan ini berjumlah

14. Yaitu: Hj. Pipih Apifah, Drs.K.H. Abdurrahim Sanusi, Hj. Aam Amalia,

Umem Umaimah, Hj. Fuah Maria Ulfah, Hj. Nenah Herlina, S.Ag, Hj. Entin

Asnawati, H. Moh. Fauzi, S.Ag. H. Abubakar Sidik, S.Ag., Drs. Hasan Basri,

Enceng Husen, S.Ag., Dra. Efi Dzulfa, Ayi Abdul Bashit, S.Ag., dan Dewi

Bahagia Rahmati, SE.

b. Ibu Hj. Dedeh Rohaenah (alm) yang bersuamikan H. Uci Sanusi

(alm). Dari pasangan ini lahir 10 anak, yaitu : Didoh Fakhiroh, Hj. Oom

Hasanah, Mumu Mudzakkir, S.Ag., Ubaidillah, S.Ag., Aang Sobandi (alm),

Emun Munawaroh, S.Ag., Abdul Fatah (alm), Umar Sanusi, S.Ag., Drs. Edi

Mursidi, Dra. Imi Hamidah, Sofwan Iskandar,S.Ag., Dudung Abdurrahman,

S.Ag.

c. Ibu Hj. Nafisah (alm) yang bersuamikan K.H. M. Sukandi (alm),

salah seorang santri K.H. Masthuro yang kemudian ikut mengajar pada

periode K.H. Masthuro. Dari pasangan ini K.H. Masthuro tidak dikarunia

keturunan.

d. K.H. Syihabuddin (alm) yang bersistrikan Ibu R. Hj. Chodijah,

putri Pengasuh Pesantren Al-Falah Sukamantri Cisaat Sukabumi. Cucu K.H.

Masthuro yang lahir dari pasangan ini berjumlah 8 orang, yaitu: Ibu Euis

Aisyah, Hj. Dedah, S.Ag., H. Abdul Muiz, S.Ag., Gugun Gunawan (alm),

Usman Syihabuddin, SH, Drs. H. Usep Saepulhaq, Budi Abdul Muhyi,

S.Ag., Ahmad Syahid, S.PdI.

e. Ibu Hj. Siti Habibah yang bersuamikan K.H.U. Thabari, salah

seorang santri K.H. Masthuro yang kemudian ikut mengajar pada periode

K.H. Masthuro. Dari pasangan ini lahir 9 anak, yaitu : Hj. Aoh Wafiroh, Yus

Page 56: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

Thabari, S.Ag., Dra. E. Fatimah, Wawang Munawar, S.Ag., Aliyuddin, SE,

Drs. Ahmad Zabidi, Hidayat Thobari, S.Ag., Endang Iskandar, SIP, Dindin

Izudin, S.Ag.

f. Izzudin (Enjud) yang meninggal dunia pada usia 9 tahun.

g. K.H.E. Fakhruddin yang beristrikan Hj. E. Subaehah, putri K.H.

Moh. Basroh Pengasuh Pesantren Al-Falah dan Al-Hikmah Caringin Cibadak

Sukabumi. Dari putra lelaki kedua ini, K.H. Masthuro dakaruniai 6 orang

cucu, yaitu : H. Sholahuddin, S.Ag., Drs. H.A. Yusuf Syamsul Fuad,

Zaenassolihin (alm), H. Cecep Khairul Anwar, S.Ag., Neng Nina

Fatimatuzzahro, Neng Vera Fakhriyah.

h. Ibu Hj. Siti Shobihat yang bersuamikan K.H. Daman Azhar, salah

seorang santri K.H. Masthuro yang kemudian ikut mengajar pada periode

K.H. Masthuro. Cucu K.H. Masthuro yang lahir dari pasangan ini ada 9 anak,

yaitu : Ida Suaidah (alm), Siti Suaidah (alm), Dra. Eti Ratnawati, Nia Puspita,

S.Ag, Irfan Hidayatullah, S.Ag., Nita Haryati, SH., Winda Fauziah, dan Andi

Abdul Bashit.

i. Ibu Hj. Siti Rofi’ah yang bersuamikan H.M. Soleh, salah seorang

santri K.H. Masthuro yang kemudian ikut mengajar pada periode K.H.

Masthuro. Cucu K.H. Masthuro dari pasangan ini berjumlah 4 orang, yaitu:

Drs. Dadan Ramdhan, Drs. Herlansyah, Irwan Irawan, S.Ag., dan Nesa

Khoerunnisa.

j. Drs.K.H.A. Aziz Masthuro yang beristrikan Hj. Lya Hulyati, S.Ag.,

putri K.H. D.A. Syadzily, seorang tokoh ulama di Kabupaten Cianjur Jawa

Barat. Keturunan K.H. Masthuro yang lahir dari anak bungsunya ini ada 6

Page 57: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

orang, yaitu: Hj. Nely Rizanaty, S.Ag., Hj. Lety Tahliaty, S.Ag., Farhan

Jayid, Irham, Unsur Fuady dan Nurhaliza

k. Bapak Acep (alm)

Cucu K.H. Masthuro yang berjumlah 75 (dikurangi 8 karena meninggal)

mereka itu kebanyakan tinggal dan menetap di Al-Masthuriyah. Mereka yang

tidak tinggal di Al-Masthuriyah, mengikuti kakeknya, mendirikan pesantren

dan lembaga pendidikan Islam, di tempat tinggalnya, ada pula yang hanya

mengajar atau mengikuti suaminya berwiraswasta.

2. Bapak Drs.KH. Abd. Azis. M, sebagai berikut:

wawancara dengan ketua pondok pesantren Bapak Drs.KH. Abd.

Azis. M, sebagai berikut:

“...Pengasuh pesantren sangat berperan sekali dalam mengembangkan

pendidikan agama Islam di pesantren Al-Masthuriyah, beliau tidak

hanya sebagai pemimpin pesantren tetapi beliau juga sebagai pengajar

kitab kuning, selain itu pengasuh pesantren Al-Masthuriyah juga

pemimpin masyarakat di Sukabumi

3. Dalam masalah pendidikan, kepada masyarakat K.H. Masthuro selalu

menganjurkan dan bahkan dengan tegas memerintahkan agar

memasukkan anaknya ke sekolah atau pesantren. Kesulitan dalam

masalah ekonomi dipecahkan K.H. Masthuro dengan membebaskan

mereka yang tidak mampu. Dalam catatan buku stambook murid

didapati beberapa masyarakat yang tidak membayar uang sekolah,

dan ada pula yang membayar dengan jumlah di bawah yang

ditentukan . (Stambook Sekola Agama Desa Tjimahi). Bagi K.H.

Page 58: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

Masthuro yang terpenting adalah masyarakat dapat menikmati

pendidikan. Dengan demikian, kewajibannnya sebagai ulama dalam

membina dan mendidik masyarakat sudah dilaksanakannya

4. Pada tahun 1941, KH. Masthuro mulai mengelola Madrasah dan

pesantrennya secara mandiri dan terpisah dari status cabangnya.

Nama pun diubahnya menjadi Sekolah Agama Sirojul Athfal.

Walaupun dari istilahnya Siroj berarti lampu dan athfal berarti anak

laki-laki. Kemudian, atas saran dan hasil musyawarah pada tahun

1950 dibentuklah sebuah lembaga baru, dengan nama Sekolah Agama

Sirojul Banat. Hal tersebut memungkinkan diterimanya santri

perempuan untuk belajar di pesantren ini

5. Karena nilai shalat itulah, K.H. Masthuro menyusun buku Manquulat

Muhimmah fil Kaifiyah al-Shalat yang berisikan tukilan-tukilan

tentang shalat dari berbagai kitab Fiqh. Buku ini selain sebagai bahan

rujukan, juga dijadikan mata pelajaran tersendiri seperti Tauhid, Fiqh,

Qowaid Arabiyah dan sebagainya. Bahkan alokasi waktu yang

diberikan untuk pelajaran shalat ini sama dengan pelajaran-pelajaran

yang lain

6. Selain itu, tujuan pendidikan pesantren Al-Masthuriyah yang

dilaksanakan KH.Masthuro bukanlah untuk mengejar kekuasaan,

uang dan keagungan duniawi, tetapi ditanamkan kepada mereka

bahwa belajar adalah semata-mata kewajiban dan pengabdian kepada

Allah SWT. Tujuan ini pada gilirannya akan menjadi faktor motivasi

bagi para santri untuk melatih diri menjadi seorang yang ikhlas di

dalam segala amal perbuatannya dan dapat berdiri sendiri tanpa

menggantungkan sesuatu kecuali kepada Allah SWT

Page 59: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

7. Sistem pengajaran di pesantren Al-Masthuriyah, dalam mengkaji

kitab-kitab Islam klasik ( kitab kuning ) sejak mula berdiri sudah

mulai membagi kelompok-kelompok sesuai dengan kemampuan

Santri, dan dalaam pengajarannya KH. Masthuro menggunakan

metode sebagai berikut :

a. Metode sorogan, di mana santri menghadap guru seorang

demi seorang dengan membawa kitab yang akan dipelajarinya.

KH.Masthuro membacakan pelajaran yang berbahasa Arab itu

kalimat demi kalimat kemudian menterjemahkannya dan

menerangkan maksudnya. Sedangkan santri menyimak dan memberi

catatan pada kitabnya untuk mensahkan bahwa ilmu itu telah

diberikan oleh kyai. Adapun istilah sorogan tersebut berasal dari kata

sorog (bahasa Jawa) yang berarti menyodorkan, sebab setiap santri

menyodorkan kitabnya di hadapan kyainya. Di pesantren besar,

sorogan dilakukan oleh dua atau tiga orang santri saja yang biasanya

terdiri dari keluarga kyai atau santri-santri yang diharapkan di

kemudian hari menjadi ulama.

b. Metode wetonan, di mana para santri mengikuti pelajaran

dengan duduk di sekeliling KH.Masthuro yang menerangkan

pelajaran secara kuliah. Santri membawa kitab yang sama dengan

kitab kyai dan menyimak kitab masing-masing serta membuat catatan

padanya. Istilah wetonan ini berasal dari kata wektu (bahasa Jawa)

yang berarti waktu, sebab pengajian tersebut diadakan dalam waktu-

waktu tertentu, yaitu sebelum atau sesudah melakukan shalat fardhu.

Di Jawa Barat metode ini disebut dengan bandongan, sedangkan di

Sumatra dipakai istilah halaqah. Dalam sistem pengajaran semacam

Page 60: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

ini tidak dikenal adanya absensi. Santri boleh datang boleh tidak, juga

tidak ada ujian.

8. Dalam pesantren tradisional dikenal pula sistem pemberian ijazah

tetapi bentuknya tidak seperti yang dikenal dalam sistem modern.

Ijazah di pesantren berbentuk pencantuman nama dalam suatu daftar

rantai transmisi pengetahuan yang dikeluarkan oleh gurunya terhadap

muridnya yang telah menyelesaikan pelajarannya dengan baik tentang

suatu kitab tertentu sehingga si murid tersebut dianggap menguasai

dan boleh mengajarkannya kepada orang lain.

9. Pesantren Al-Masthuriyah yang dipimpin KH.Masthuro memiliki

pemikiran yang sangat luas, mengadakan proses pembelajaran kitab

kuning bagi santri-santrinya pada waktu sore dan malam, dalam

proses pembelajaran tersebut pesantren Al-Masthuriyah memiliki

perencanaan dan metode tersendiri untuk melaksanakannya.

10. Pelaksanaan proses pengembangan kitab kuning yang telah dilakukan

di pesantren Al-Masthuriyah Sukabumi memiliki dampak pada

kondisi beberapa pihak terkait, yaitu: ustadz serta santri: Metode

utama pembelajaran dengan kitab kuning di pesantren Al-

Masthuriyah Sukabumi dengan sistem bendongan

11. " dengan memiliki dan memahami banyak metode, semakin

bertambah wawasan cara mengajar dan tidak ada kejenuhan dari para

Santri . dengan menggunakan metode belajar yang diperankan dan

diusahan oleh KH. Masthuro, proses pembelajaran pendidikan Islam

lebih kreatif, inovatif dan menjadi lebih aktif.. "

12. Motif didirikannnya lembaga ini berangkat dari niat tulus akan

pengamalan ilmu yang di tekuni oleh KH. Masthuro, dengan bekal

usaha kolam ikan apabila panen digunakan untuk membangun

pesantren

Page 61: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

13. Sarana dan prasarana yang pertama tahun 1920 M, yang dimiliki dan

dibangun KH.Masthuro adalah 1 buah masjid dan 1 kobong/asrama

dan 3 lokal kelas, untuk belajar agama Islam

14. “...Model pembelajaran masih menggunakan metode syalafi seperti

sorogan, dan bandongan, yaitu dengan praktek langsung membaca

kitab kuning (kitab Gundulan) selain itu dicampur dengan metode-

metode lainnya seperti tanya jawab, diskusi mengulas kembali

pelajaran yang sudah diajarkan, adapun prakteknya ini dapat

dilakukan pada waktu proses pembelajaran ataupun diluar proses

pembelajaran, dan hal ini sangat penting untuk memahami mata

pelajaran yang diajarkan...”

15. Di pesantren Al-Masthuriyah-Sukabumi pada awal berdirinya sudah

diberikan pelajaran muhadoroh setiap malam Rabu, ini untuk

memantapkan diri, percaya diri secara bergantian dengan tujuan

mengamalkan ilmu sekaligus mengabdikan diri dimasyakat

setelahnya santri tersebut kembali kerumah halaman kampungnya,.

Adapun waktunya latihannya Jam 20.00-21.00 WIB

16. KH.Masthuro sejak awal hingga perkembangan pesantren ini

berperan dan berusaha dalam pemikiran pembaruannya dalam bidang

metode pengajarannya, misalnya; penerapan pembaruan tentang

metode pengajaran. sesuai dengan perkembangan pesantren saat itu,

metode yang diterapkan tidak jauh berbeda dengan metode-metode

pengajaran yang diterapkan oleh lembaga pendidikan Islam, yang

membuat sekolah ini berbeda dengan sekolah yang ada disekitarnya

adalah penggabungan metode klasik dan metode modern. metode

klasik yang masih dipakai di pesanternnya. adalah metode sorogan

dan bandongan.

Page 62: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

17. KH.Masthuro sejak awal hingga perkembangan pesantren ini

berperan dan berusaha dalam pemikiran pembaruannya dalam bidang

metode pengajarannya, misalnya; penerapan pembaruan tentang

metode pengajaran. sesuai dengan perkembangan pesantren saat itu,

metode yang diterapkan tidak jauh berbeda dengan metode-metode

pengajaran yang diterapkan oleh lembaga pendidikan Islam, yang

membuat sekolah ini berbeda dengan sekolah yang ada disekitarnya

adalah penggabungan metode klasik dan metode modern. metode

klasik yang masih dipakai di pesanternnya. adalah metode sorogan

dan bandongan

18. KH. Masthuro sangat menginginkan pesantren Al-Masthuriyah maju

sesuai dengan kemajuan zaman yang berakhlakul, karimah yang

memiliki genereasi penerus yang memiliki tanggung jawab

pendidikan yang berhasil guna dan berdaya guna untuk kemajuan

agama, Negara dan bangsa

19. Tujuan Pendidikan Islam di Pesantren Al-Masthuriyah adalah :sebuah

proses bagi Santri dalam mencari ilmu yang harus dididik melalui

pendidikan. oleh karena itu pendidikan Islam di Al-Masthuriyah

adalah pendidikan yang membentuk keimanan dan amal shalih yang

ajarannya berisi tentang sikap tingkah laku, memberi contoh, melatih,

memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial dalam

pembentukan pribadi seorang muslim bagi individu dan masyarakat.

20. Dalam pembelajaran seperti itu adalah maha guru yang memberi

bimbingan kepada para ustaz dan memberikan pengajian general

setiap minggu. Kyai juga menjadi pembimbing dan pengawas utama

terhadap perkembangananak didik, khususnya yang menyangkut

Page 63: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

ruhanidan emosi.Pola hubungan Kyai-ustaz-anak didik seperti ini

ternyatamerupakan upaya peningkatan kualitas ustaz untuk dibimbing

dan dikembangkan sehingga kemudian para ustaz ini menjadi kyai

yang bisa berperan penuh Tahun 1968

21. Inti tujuan pendidikan Islam adalah terciptanya anak didik yang

berguna bagi dirinya dan bagi orang lain. Berguna bagi dirinya adalah

mampu mengemban tugas-tugas individunya dalam melaksanakan

kehidupannya, mampu menjaga dirinya agar tidak merusak dirinya

baik secara psikis maupun pisiknya, sehingga ia menjadi abid, orang

yang senantiasa beribadah kepada AllahSWT Tuhan yang

menciptakannya. Karena itu, ia harus memiliki kemampuan untuk

membedakan mana yang baik dan mana yang buruk berguna bagi

orang lain adalah bahwa out come Al-Masthuriyah diharapkan

mampu memberikan warna kehidupan yang baik di masyarakat sesuai

dengan batas-batas kemampuannya. Dalam format sosiologis yang

ideal, mereka diharapkan mampu memimpin masyarakat untuk

menjadi masyarakat ideal (khairu ummah). Kalaupun tidak ideal

seperti itu, mereka diharapkan tidak merepotkan dan tidak menjadi

beban bagi kehidupan masyarakat. Konsep ini sesuai juga dengan

washiat KH. Masthuro kudu yang mere ulah hayang dibere (harus

memiliki inisiatif aktif untuk memberi yang berguna kepada orang

lain, jangan ingin diberi)

22. Di dalam rencana pembelajaran yang telah dibuat, terdapat berbagai

macam hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran yang akan

dilakukan, mulai dari membuka pelajaran, metode penyampaiaan

materi hingga tata cara mengevaluasi materi yang telah disampaikan.

Biasanya kyai Masthuro sebelum mengajar selalu membuka

Page 64: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

mentelaah kitab yang akan diajarkannya terlebih dahulu

23. Sebagai peran dan usaha yang sudah dibangun oleh KH.Masthuro

dipesantren Al-Masthuriyah, dilanjutkan oleh para generasi

penerusnya, antara lain KH.Syihabudin, KH.Fakrudin, KH.Abd.Aziz,

KH. Ahmad Sanusi, KH. Syarkondi, KH.Oman Komarusdin, KH.

Drs. Abd.Muiz, KH. Dr. Abu Bakar, KH. Solahudin, KH.Ade Yusuf.

SF. M. M.Ag, dengan sebagian besar para kyai memahami dan

melaksanakan program kelanjutan yang telah diusahan oleh pendiri

pesantren KH.Masthuro

24. Mengenai metode pembelajaran yang digunakan KH.Masthuro adalah

metode sorogan

25. Model pembelajaran masih menggunakan metode syalafi seperti

sorogan, dan bandongan, yaitu dengan praktek langsung membaca

kitab kuning (kitab Gundulan) selain itu dicampur dengan metode-

metode lainnya seperti tanya jawab, diskusi dengan mengulas kembali

pelajaran yang sudah diajarkan dengan persentasi per kelompok.

Adapun prakteknya ini dapat dilakukan pada waktuproses

pembelajaran ataupun diluar proses pembelajaran, dan hal ini sangat

penting untuk memahami mata pelajaran ini.,

26. Untuk hari Sabtu (Malam Minggu)diisi kegiatan Ratiban (Ratibul

hadad), belajar khatobah/mukhadoroh (latihan ceramah yang

dilaksanakan hari Selasa malam Rabu, Pukul 19.30 s,d 21.30. wib

27. Metode utama pembelajaran dengan kitab kuning di pesantren Al-

Masthuriyah Sukabumi dengan sistem Sorogan dan bendongan

Page 65: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

28. " ...dengan menggunakan metode belajar sesama teman, proses

pembelajaran kitab kuning menjadi lebih aktif.. "

29. Motif didirikannnya lembaga Pesantren Al-Masthuriyah adalah dari

niat tulus akan pengamalan ilmu yang di tekuni oleh KH.Masthuro.

Juga memandang banyaknya kemorosotan dalam agama dalam segala

aspek khususnya akhlak dan keilmuan, di samping itu lembaga ini

bertujuan membentuk pribadi yang luhur yang jujur dan siap bersaing

di era globalisasi berdasarkan akhlaqul krimah serta dalam nilai-nilai

keagamaan.

30. Selain itu di dorong keinginan untuk menghilangkan anggapan negatif

yang di nilai salah kaprah mengenai pondok pesantren, , lembaga ini

menepis image tersebut dengan menunjukkan pesantren sebagai

lembaga pendidikan yang mulia dan berharga, lembaga pendidikan

yang potensial mencetak generasi bangsa, mampu berfikir cerdas dan

maju yang siap bersaing di tengah-tengah masyarakat moderen

dengan di dasari akhlaqul karimah dan aqidah ahlussunnah wal

jamaah. Di antara pengembangan peran dan usaha penerapan

lembaga ini, mengembangkan potensial intelegensi dan religi untuk

membentuk intelektual muslim yang unggul dalam menciptakan, serta

memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang di jiwai oleh

akhlaqul karimah sebagai wujud pengabdian kepada Allah SWT dan

Rasulullah SAW sekaligus mengembangkan proses terbentuknya

cendikiawan muslim yang shiddiq ,amanh tabligh dan fathona

31. Pesantren didirikan oleh masyarakat dan untuk kepentingan

masyarakat. Dari kiprahnya, pesantren telah diakui memiliki peran

yang amat penting di masyarakat. Keberhasilan pesantren sudah

Page 66: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

diakui oleh banyak orang.Bermodal keberhasilan itu, kemudian

banyak orang dan lembaga yang menjadikan pesantren sebagai media

untuk menyampaikan cita-cita kemasyarakatannya. Dimulai dari

pengembangan ekonomi, pengembangan pertanian sampai

pengembangan sains. Pesantren media agen untuk menyampaikan

cita-cita itu.Bagi pesantren, itu merupakan kegembiraan

karenaeksistensinya diakui. Akan tetapi di sisi lain, seringkali

kemudian pesantren melupakan jati diri utamanya sebagai

lembagatafaqquh fid dien, lembaga pendidikan Islam. Inilah

yangmenjadi kekhawatiran banyak pesantren. Pesantren bukan

tidakmau melibatkan diri dalam hingar bingar perubahan itu, tetapi

pesantren lebih tidak mau kalu kehilangan jati dirinya.Karena itu,

penting menempatkan pendefinisian pesantren Mengetahui definisi

pesantren secara utuh akan memperjelas

bagaimana usaha pesantren melakukan perubahan, Pesantren Al-

Masthuriyah dalam kelembagaan dua tujuan penting.

32. Pertama,sebagai lembaga pendidikan Islam yang mengkhususkan diri

pada kajian keislaman murni (kitab kuning). Kedua, sebagai lembaga

sosial kemasyarakatan yang menjadi tempat pemberdayaan

Masyarakat, teristimewa dalam penanaman nilai nilai keislaman dan

seluruh prilaku kehidupan masyarakat.Sebagai lembaga tafaqquh fid

dien, pesantren memiliki kekhasan yang unik. Setidaknya keunikan

ini terlihat pada model pembelajaran dan materi ajar. Model

pembelajaran masih berkutat pada bandongan dan sorogan.

33. Menurutnya, KH. Abd. Aziz. Masthuro.

Al-Masthuriyah selama ini tidak terlepas dari lima maqalah para

ulama salafus shalih.

Pertama, seperti diungkapkan Ibnu Malik dalam kitab

Page 67: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

populernya Alfiyah yaitu “kalamuna lafdzun mufiidun kastaqim,” Al-

Masthuriyah akan terus berusaha untuk senantiasa menjadi ma’hadun

mufiidun likulli afrodinnas. Maksud dari kalimat itu, menurut KH

Abdul Aziz Masthuro, Al-Masthuriyah akan terus berusaha

menjadikan lembaga ini membawa faidah tidak hanya bagi Al-

Masthuriyah, tidak hanya bagi alumni, tidak hanya bagi umat Islam,

namun bagi seluruh umat manusia. Begitu juga para alumninya di

mana pun berada dan berprofesi sebagai apapun di masyarakat, harus

senantiasa membawa manfaat bagi sekalian umat. Selain itu,

menurutnya.

Kedua yang perlu diemban dan dilaksanakan, para santri dan

alumni harus berpihak dan mengikuti pada yang sudah digariskan

salafus shalih serta memposisikannya sebagai orang terpandang.

Ketiga, lanjutnya, keutamaan itu ada pada orang-orang

terdahulu, seperti yang diungkapkan Ibnu Malik wahua bisabqin

haaizun tafdliila. “Maka seluruh alumni Al-Masthuriyah akan

mengedepankan akhlakul karimah dan ta`dzim terhadap orang-orang

terdahulu terutama para kiai dan guru-guru yang telah memberinya

Ilmu. Dalam pengembangan ilmu pengetahuan, Pesantren Al-

Masthuriyah akan berpegang pada maqalah yang selama ini menjadi

jargon Nahdlatul Ulama yaitu almuhaafadhotu ala alqodimi as-sholih,

wal akhdu bil jadidil aslah, maka demikian pula tentunya seluruh

alumninya. Sementara yang terakhir, Al-Masthuriyah akan senantiasa

bersungguh-sungguh seperti kesungguhan para ulama dalam

memberikan manfaat untuk umat, sebagaimana yang disampaikan Al-

Ghozali bahwa kesungguhan bisa mendekatkan yang jauh, dan dapat

membuka pintu ilmu dan menghilangkan kebodohan.

Page 68: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

Sukabumi, 12 Desember 2018

Pimpinan Pesantren Al- Masthuriyah Sukabumi

Drs. KH.Abdul Aziz. Masthuro

Page 69: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

Hasil Wawancara dengan Dr. H. Abu Bakar Sidiq. M.Ag

Kepala Pon-Tren Depag Jawa Barat/Ketua STIA Al-Masthuriyah/Ketua

Umum Alumni

1.Apa Saja Visi dan Misi Pesantren Al- Masthuriyah

Visi dan Misi Pesantren, Visi Pesantren “Membangun Sumber Daya Manusia

yang memiliki integritas keilmuan dan berakhlaqul karimah “

.Misi Pesantren: .- Menyelenggarakan proses pembelajaran yang memacu

asfek kognitif siswa sehingga siswa berkembang dari segi intektual.

- Menyelenggarakan proses penyelenggaraan pendidikan yang mendorong

siswa disiplin, berakhlak mulia, memiliki etos kerja, kreatif, kritis dan

bertanggungjawab.

- Menumbuh kembangkan penghayatan dan pengamalan keagamaan melalui

pembiasaan-pembiasaan.

- Menumbuh kembangkan potensi peserta didik melalui progam

pengembangan diri.

Selain itu, tujuan pendidikan pesantren Al-Masthuriyah bukanlah untuk

mengejar kekuasaan, uang dan keagungan duniawi, tetapi ditanamkan kepada

mereka bahwa belajar adalah semata-mata kewajiban dan pengabdian kepada

Allah SWT.1 Tujuan ini pada gilirannya akan menjadi faktor motivasi bagi

para santri untuk melatih diri menjadi seorang yang ikhlas di dalam segala

Page 70: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

amal perbuatannya dan dapat berdiri sendiri tanpa menggantungkan sesuatu

kecuali kepada Allah SWT

2.Bagaiman sistim pengajaran dipesantren Al-Masthuriyah

KH. Masthuro menggunakan metode sebagai berikut :

a. Metode sorogan, di mana santri menghadap guru seorang demi seorang

dengan membawa kitab yang akan dipelajarinya. KH.Masthuro membacakan

pelajaran yang berbahasa Arab itu kalimat demi kalimat kemudian

menterjemahkannya dan menerangkan maksudnya. Sedangkan santri

menyimak dan memberi catatan pada kitabnya untuk mensahkan bahwa ilmu

itu telah diberikan oleh kyai. Adapun istilah sorogan tersebut berasal dari

kata sorog (bahasa Jawa) yang berarti menyodorkan, sebab setiap santri

menyodorkan kitabnya di hadapan kyainya. Di pesantren besar, sorogan

dilakukan oleh dua atau tiga orang santri saja yang biasanya terdiri dari

keluarga kyai atau santri-santri yang diharapkan di kemudian hari menjadi

ulama.

b. Metode wetonan, di mana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di

sekeliling KH.Masthuro yang menerangkan pelajaran secara kuliah. Santri

membawa kitab yang sama dengan kitab kyai dan menyimak kitab masing-

masing serta membuat catatan padanya. Istilah wetonan ini berasal dari kata

wektu (bahasa Jawa) yang berarti waktu, sebab pengajian tersebut diadakan

dalam waktu-waktu tertentu, yaitu sebelum atau sesudah melakukan shalat

fardhu. Di Jawa Barat metode ini disebut dengan bandongan, sedangkan di

Sumatra dipakai istilah halaqah. Dalam sistem pengajaran semacam ini tidak

dikenal adanya absensi. Santri boleh datang boleh tidak, juga tidak ada ujian.

Page 71: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …
Page 72: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

WAWANCARA DENGAN KETUA KALAM

Dr. KH. Abu Bakar Siddiq. M.A

Hari :

1. wawancara dengan bapak Dr. H. Abu Bakar Sisdiq, selaku ketua Sekolah Tinggi Islam

Al-Masthuriyah sebagai berikut:

“...Peran Kyai sebagai pendidik, nampak dari pola hidup keseharian yang harus jadi suri

tauladan bagi penghuni pondok pesantren baik melalui ucapan maupun tindakan.

2. Pada tahun 1974 nama Sirojul Athfal/Banat dirubah menjadi Perguruan Islam Al-

Masthuriyah. Sistem pendidikan yang dipergunakan Al-Masthuriyah adalah

mengembangkan jenjang pengajaran thalabah khususiyah, meliputi bidang-bidang kajian

ilmu tafsir, hadits

3. Tulisan ini akan mencoba untuk melihat berbagai alasan penting terkait peranan alumni

terhadap pesantrennya, dan bagaimana hal-hal tersebut dapat diaktualisasikan secara

nyata dengan baik

Pertama, dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan dan pengembangan

berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang produktif di sekolah, alumni dapat berperan

sebagai katalis dengan memberikan berbagai masukan kritis dan membangun kepada

almamater mereka. Dalam hal ini, alumni memiliki posisi tawar yang unik dan strategis

karena meskipun mereka tidak lagi merupakan bagian aktif dalam proses pendidikan di

sekolah, namun pengalaman mereka selama menjadi siswa dan ikatan batin serta rasa

memiliki mereka yang kuat terhadap almamater dapat menghasilkan dan menawarkan

berbagai konsep, ide, pemikiran, masukan dan kritik membangun yang hanya bisa

diberikan oleh orang-orang yang berada di posisi mereka. Melalui berbagai media

komunikasi yang dapat menjembatani sekolah dan alumni, proses pendidikan di sekolah

diharapkan dapat berkembang dalam koridor yang lebih progresif dan terarah.

Page 73: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

Kedua, selanjutnya sesuai peran alaminya, alumni yang berprestasi dan memiliki

kompetensi yang mumpuni dapat memainkan fungsi penting dalam membangun opini

publik untuk menarik minat calon siswa baru. Alumni, disadari atau tidak, merupakan

salah satu acuan utama yang mendasari keputusan para orang tua dan calon siswa dalam

menentukan pilihan sekolah. Logikanya, jika alumni dari suatu insitusi pendidikan

memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dalam memasuki jenjang pendidikan tinggi

favorit dan dapat menunjukkan prestasi dan kontribusi mereka secara riil di masyarakat,

kualitas dan kuantitas calon siswa/i yang berminat untuk mendaftar akan meningkat. Mata

rantai ini, dengan didukung oleh sistem pendidikan internal sekolah yang baik, akan

menghasilkan kesinambungan kualitas sumber daya siswa/i dan alumni yang berkualitas,

memiliki daya juang tinggi dan semangat berkompetisi secara sehat.

Ketiga, Alumni sebagai produk utama dari pabrik pendidikan bertajuk sekolah juga

diharapkan mampu mengembangkan jaringan dan membangun pencitraan insitusi di luar.

Pengembangan jaringan oleh alumni merupakan potensi strategis untuk membuka

berbagai peluang dan meningkatkan daya saing suatu almamater pendidikan karena

manfaatnya yang akan berdampak secara langsung pada siswa/i dan sesama alumni.

Penciptaan peluang usaha, kerja dan magang, kesempatan beasiswa, serta sirkulasi

berbagai macam informasi penting seputar dunia pendidikan dan kerja merupakan

beberapa contoh riil yang dapat dikontribusikan oleh alumni melalui jaringan yang

dimiliki. Dalam hal ini, salah satu wadah yang perlu ditumbuhkembangkan peran dan

fungsinya serta didukung keberadaannya oleh pihak sekolah adalah ikatan alumni.

Melalui pengorganisasian alumni secara profesional, berbagai macam peluang dan

kesempatan akan dapat terkomunikasikan dengan baik.

Keempat, secara internal sekolah, keberadaan alumni di berbagai bidang usaha, lapangan

pekerjaan dan institusi pendidikan dapat memberikan gambaran dan inspirasi kepada para

siswa/i, sehingga pada gilirannya dapat memotivasi mereka dalam menentukan prioritas

dan cita-cita ke depan. dengan sasaran utama siswa/i kelas XII yang akan lulus. Para

alumni yang telah bekerja juga diberikan kesempatan untuk dapat menjelaskan mengenai

lingkup kerja mereka beserta tantangan yang dihadapi agar dapat memberikan gambaran

mengenai dinamika dunia kerja.

Page 74: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

Alumni mungkin hanya merupakan salah satu elemen dari sekian banyak faktor-faktor

penting yang berperan dalam meningkatkan kualitas dan kinerja suatu insitusi pendidikan.

Namun, melihat potensi strategis dan luar biasa yang bisa digali dari keberadaan alumni, sudah

saatnya pihak sekolah mulai merangkul kembali alumninya menyiapkan para siswa dengan

persiapan yang matang untuk dapat menjadi alumni yang memiliki dedikasi dan semangat yang

tinggi untuk membesarkan almamaternya.

4. KONSEP PENGEMBANGAN ALUMNI

Untuk kemajuan Pesantren Al-Masthuriyah , dalam perspektif alumni maka Keluarga

Alumni Pesantren Al-Masthuriyah ( KAPIA) mengembangkan program – program

sebagai berikut:

A. Organisasi

1. Melanjutkan konsolidasi.

2.Mendirikan Pengurus-pengurus Daerah pada propinsi-propinsi dan memacu pendirian

Pengurus Cabang-cabang KAPIA di seluruh Indonesia.

3. Meningkatkan dan memantapkan manfaat kehadiran KAPIA bagi para Alumni,

Masyarakat, Negara, dan Pemerintahan di tingkat pusat maupun di berbagai cabang di

seluruh Indonesia.

B. Keanggotaan

1. Meningkatkan kebersamaan.

2. Bersama-sama dengan pihak Yayasan Al-Masthuriyah mendata dan menerbitkan kartu

anggota dengan memanfaatkan sarana dan jaringan teknologi informasi yang ada.

3. Membina dan meningkatkan kualitas profesional para Alumni secara multi dan inter

disipliner, multi dan inter departemental dan sektoral melalui berbagai pendidikan dan

pelatihan bersama secara terencana dan berkesinambungan yang sedapat mungkin

dilembagakan.

C. Bidang Usaha dan Keuangan

1. Mendorong dan memfasilitasi kegiatan di tingkat Daerah dan Cabang dalam menggali

sumber dana sesuai dengan ketentuan dan kebijakan pengurus KAPIA daerah maupun

yang ditetapkan oleh Pengurus KAPIA Pusat.

2. Mendorong tumbuhnya lembaga pendidikan yang dikelola oleh Alumni dan

kewirausahaan di kalangan alumni dan keluarganya.

Page 75: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

3. Melakukan berbagai upaya penggalangan dana dari anggota dalam rangka membuka

kesempatan usaha dan atau pengembangan usaha.

D. Kesekretariatan dan Publikasi

1. Meningkatkan komunikasi organisasi dan anggota KAPIA dengan memanfaatkan dan

menyediakan sarana-prasarana teknologi informasi dan komunikasi.

2. Mendorong terbentuknya Direktori Alumni yang dimulai pengurus daerah KAPIA,

Majlis Taklim Alumni.

3. Mengembangkan kerjasama dengan berbagai mass media.

4. Menyelenggarakan secara reguler kegiatan yang publikatif dan komunikatif yang

bersifat tahunan. ( Silaturrahmi Alumni, Halal bilhalal Alumni ) yang diisi dengan

berbagai kegiatan.

Dengan demikian, diharapkan peranan KAPIA sebagai organisasi alumni dapat menjadi

pendorong bagi peningkatan kualitas pendidikan di Pesantren Al-Masthuriyah.

5. Pembelajaran kitab kuning yang dilakukan oleh KH.Masthuro di pesantren Al-Masthuriyah.

dengan metode Sorogan

6. “...Metode pembelajaran yang digunakan masih menggunakan metode syalafi yaitu

sorogan/bandongan, disamping itu menggunakan praktek membaca dengan sorogan satu

persatu, hafalan dan diskusi karena melihat para santri kebanyakan berpendidikan sekolah formal.

Dengan cara ini pembelajaran lebih efektif...”.

7. “.Model pembelajaran masih menggunakan metode syalafi seperti sorogan dan bandongan, selain

itu dicampur dengan metode metode lainnya seperti tanya jawab, diskusi dengan mengulas

kembali pelajaran yang sudah diajarkan (Muroja ’ah)...”

8. Seperti yang dijelaskan Drs. KH.Oman Komarudin. M.A, pengajar madrasah diniyah

pondok pesantren Al-Masthuriyah Sukabumi yang juga termasuk Guru/pengajar bahwa,

Metode pembelajaran yang digunakan masih menggunakan metode syalafi yaitu

sorogan/bandongan, disamping itu menggunakan praktek membaca dengan sorogan satu

persatu, hafalan dan diskusi karena melihat para santri kebanyakan berpendidikan sekolah formal.

Dengan cara ini pembelajaran lebih efektif...”

Page 76: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

9. Adapun Kurikulum yang dimiliki pesantren Al-Masthuriyah adalah perpaduan kurikulum

DEPAG dan Kemendikbud dan kepesantrenan dengan pengayaan di bidang sains. Untuk

Pendidikan Formal saat ini Kurikulum yang dipakai di sekolah ini mengikuti kurikulum

K13 sama seperti sekolah-sekolah lain, sedangkan untuk pendidikan non formalnya

(pesantren), kurikulum yang memadukan antara kurikulum Islam dan Kurikulum seperti

kepesantrenan yang lain.

Ketua SEKOLAH TINGGI ISLAM AL-MASTHURIYAH SUKABUMI

Dr. KH. Abu Bakar Siddiq. M.A

Page 77: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

198

Lampiran – Lampiran

KH. Masthuro (Alm)

Pendiri Pondok Pesantren Al-Masthuriyah, Cisaat – Sukabumi

Page 78: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

199

Page 79: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

200

Penulis di Makam Alm. KH. Masthuro

(Tipar – Cisaat – Sukabumi)

Penyerahan surat penelitian dan wawancara kepada Drs. KH. Abd. Aziz

Masthuro

Page 80: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

201

Wawancara dengan Drs. KH. Abd. Aziz Masthuro

Pimpinan Yayasan Al-Masthuriyah (YASMA) Sukabumi

Wawancara dengan Dr. KH. Abu Bakar Sidiq, M.Ag.

(Ketua Umum KALAM Al-Masthuriyah, Ketua STIA Al-Masthuriyah, dan

Kabid Pon-Tren Depag Jawa Barat)

Page 81: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

202

Foto Dewan Guru Yayasan Al-Masthuriyah

Gedung Kampus dan Perpustakaan STIA Al-Masthuriyah Sukabumi

Page 82: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

203

Penulis di Halaman Kantor Yayasan Al-Masthuriyah (YASMA)

Penulis bersama teman-teman Keluarga Alumni Al-Masthuriyah

(KALAM)

Page 83: KONTRIBUSI KH. MASTHURO DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI …

204

Foto Keluarga KH. Masthuro Tempo Dulu

Foto Santri Alumni Mutaqodimin Pondok Pesantren Al-Masthuriyah

Tipar-Cisa’at-Sukabumi