20

Click here to load reader

Konvergensi Standar Akuntansi Keuangan

Embed Size (px)

Citation preview

Konvergensi Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Indonesia ke International Financial Reporting Standards(IFRS)Posted: February 15, 2010 inAccounting Tags:IFRS,SAK57 VotesIkatan Akuntan Indonesia (IAI) pada hari ini Selasa, 23 Desember 2008 dalam rangka Ulang tahunnya ke-51 mendeklarasikan rencana Indonesia untukconvergence terhadapInternational Financial Reporting Standards(IFRS) dalam pengaturan standar akuntansi keuangan. Pengaturan perlakuan akuntansi yang konvergen dengan IFRS akan diterapkan untuk penyusunan laporan keuangan entitas yang dimulai pada atau setelah tanggal1 Januari 2012. Hal ini diputuskan setelah melalui pengkajian dan penelaahan yang mendalam dengan mempertimbangkan seluruh risiko dan manfaat konvergensi terhadap IFRS.Complianceterhadap IFRS telah dilakukan oleh ratusan Negara di dunia diantaranya adalah Korea, India dan Canada yang akan melakukan konvergensi terhadap IFRS pada tahun 2011. Data dariInternational Accounting Standard Board(IASB) menunjukkan saat ini terdapat 102 negara yang telah menerapkan IFRS dengan berbagai tingkat keharusan yang berbeda-beda. Sebanyak 23 negara mengizinkan penggunaan IFRS secara sukarela, 75 negara mewajibkan penggunaan IFRS untuk seluruh perusahaan domestik, dan empat Negara mewajibkan penggunaan IFRS untuk perusahaan domestik tertentu.Complianceterhadap IFRS memberikan manfaat terhadap keterbandingan laporan keuangan dan peningkatan transparansi. Melalui compliance maka laporan keuangan perusahaan Indonesia akan dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan perusahaan dari negara lain, sehingga akan sangat jelas kinerja perusahaan mana yang lebih baik. Selain itu, program konvergensi juga bermanfaat untuk mengurangi biaya modal (cost of capital), meningkatkan investasi global, dan mengurangi beban penysusunan laporan keuangan.International Financial Reporting Standards(IFRS) dijadikan sebagai referensi utama pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia karena IFRS merupakan standar yang sangat kokoh. Penyusunannya didukung oleh para ahli dan dewan konsultatif internasional dari seluruh penjuru dunia. Mereka menyediakan waktu cukup dan didukung dengan masukan literatur dari ratusan orang dari berbagai displin ilmu dan dari berbagai macam jurisdiksi di seluruh dunia.Dengan telah dideklarasikannya program konvergensi terhadap IFRS ini, maka pada tahun 2012 seluruh standar yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI akan mengacu kepada IFRS dan diterapkan oleh entitas.Dewan standar akuntansi keuangan pada kesempatan ini juga akan menerbitkan Eksposur draft Standar Akuntansi Keuangan Usaha Kecil dan Menengah. Standar UKM ini akan menjadi acuan bagi usaha kecil dan menenggah dalam mencatat dan membukukan semua transaksinya.DSAK juga akan terus mengembangkan standar akuntansi keuangan untuk memenuhi kebutuhan pencatatan dan pelaporan keuangan transaksi syariah, yang terus berkembang di tanah air.Konvergensi terhadap IFRS merupakanmilestonebaru dari serangkaianmilestoneyang pernah dicapai oleh Indonesia dan Ikatan Akuntan Indonesia dalam sejarah perkembangan profesi akuntansi, khususnya dalam pengembangan standar akuntansi keuangan.Sederetanmilestonesebelumnyayangterkait dengan hal tersebut dapat dilihat dari dinamika kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini. Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah yang pernah diacapai sebelumnya dalam pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia.Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada tahun 1973. Pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI). Kemudian, tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun 1984. Pada masa itu, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian mengkondifikasikannya dalam buku Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan perkembangan dunia usaha. Berikutnya pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan mengkondifikasikannya dalam buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994. Sejak tahun 1994, IAI juga telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi internasional dalam pengembangan standarnya. Dengan deklarasi, yang dilakukan sedini mungkin, ini kami berharap entitas memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam mengantisipasi tahap demi tahap proses konvergensi yang dilakukan oleh IAI.Sumber: http://www.iaiglobal.or.id

Konvergensi Standar Akuntansi, Sampai di Mana?BYAUDITORINTERNAL26/01/2010POSTED IN:ARTIKEL,BERITA AUDIT INTERNAL,PELAPORAN KEUANGANDibaca 668 kali (Sejak 19/1/11)Pertemuan pemimpin negara-negara G-20 terakhir yang digelar di Pittsburgh tanggal 24-25 September 2009 lalu menyisakan pekerjaan rumah yang dahsyat bagi profesi-profesi yang terkait dengan pelaporan keuangan. Sebagaimana kita ketahui, dalam butir ke-14 Deklarasi Pittsburgh, para pemimpin negara-negara G-20 sepakat untuk menggandakan upaya agar konvergensi standar akuntansi secara internasional dapat diselesaikan pada Juni 2011. Ini merupakan pengulangan dan penegasan kembali salah satu butir deklarasi pertemuan G-20 sebelumnya yang diselenggarakan di Washington, DC pada November 2008 mengenai perlunya satu standar tunggal akuntansi global yang berkualitas tinggi. Di balik kebanggaan pengakuan kekuatan Indonesia sebagai satu-satunya anggota G-20 dari Asia Tenggara, terselip kekhawatiran: siapkah kita menyelesaikan PR tersebut?Mari kita tengok bersama-sama.Konvergensi standar akuntansi pada dasarnya adalah penyamaan bahasa bisnis. Setiap negara memiliki lembaga pengatur standar pelaporan keuangan. Indonesia memiliki Ikatan Akuntan Indonesia yang mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan sebagai satu-satunya standar yang diterima sebagai bahasa bisnis perusahaan-perusahaan di Indonesia. Amerika Serikat memilikiGenerally Accepted Accounting Principles(GAAP) yang dirilis oleh Financial Accounting Standard Board (FASB). Uni Eropa memilikiInternational Accounting Standard(IAS) yang dikeluarkan oleh International Accounting Standard Board (IASB). Dan seterusnya, setiap negara menggunakan standar pelaporan-standar pelaporan yang sangat mungkin divergen antara satu dengan yang lain. Tidak ada jaminan bahwa laporan-laporan keuangan yang disajikan di antara negara-negara yang berbeda tersebut dapat dibaca dengan bahasa yang sama. Perbedaan standar ini pada ujungnya juga akan menghambat para pelaku bisnis internasional dalam mengambil keputusan bisnisnya.Lalu kepada standar apa, konvergensi standar akuntansi dirujukkan?Sejauh ini yangleadingmenjadi standar acuan adalahInternational Financial Reporting Standards(IFRS) yang dikeluarkan oleh International Accounting Standard Board (IASB). IASB adalah badan pengatur standar dari International Accounting Standards Committee Foundation, sebuah lembaga independen nirlaba internasional yang bergerak di bidang pelaporan keuangan yang berkedudukan di Inggris. Sasaran Saat ini, lebih dari 100 negara telah mengharuskan atau membolehkan penerapan IFRS, dan diperkirakan akan semakin banyak negara di dunia menggunakan IFRS. Bahkan, 10 negara yang pasar modalnya sudah mendunia telah melakukan konvergensi ke IFRS yaitu Jepang, Inggris, Prancis, Kanada, Jerman, Hongkong, Spanyol, Switzerland, Australia, termasuk negara adidaya Amerika Serikat sudah menyatakan akan melakukan konvergensi ke IFRS.Sebagaimana dapat dilihat pada peta, negara yang berwarna biru adalah negara-negara yang telah mengharuskan atau memperbolehkan penerapan IFRS. Sedangkan yang berwarna abu-abu adalah negara-negara yang sedang dalam proses konvergensi dengan IFRS.

Untuk Indonesia, sebagai langkah awal Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) akan mengonvergensikan PSAK secara penuh dengan IFRS melalui tiga tahapan, yaitu tahap adopsi, tahap persiapan akhir dan tahap implementasi. Tahap adopsi dilakukan pada periode 2008-2011 meliputi aktivitas adopsi seluruh IFRS ke PSAK, persiapan infrastruktur, dan evaluasi terhadap PSAK yang berlaku.Tentu saja bukan pekerjaan mudah untuk merujukkan 62 standar yang dimiliki PSAK dengan 37 standar yang dimiliki IFRS. Saat ini masih terdapat gap yang cukup besar antara PSAK dengan IFRS, bahkan terdapat 20 standar PSAK atau 32% yang tidak dapat diperbandingkan. Jika dibandingkan dengan IFRS, masih terdapat perbedaan yang cukup signifikan meliputifinancial instruments, investment property, business combination, property, plan & equipment, intangible assets, service concession agreement, presentation of financial statement, leases, insurance contract, accounting for bankingyang akan dihapus,exploration and evaluation of mineral assets, agriculture, dan accounting for reporting currencies, dan perbedaan-perbedaan utama lain.konvergensi IFRS yang telah dicanangkan IAI pada tahun 2012 adalah merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang berlaku efektif tahun 2011/2012, demikian disampaikanKetua DSAK IAI Rosita Uli Sinaga padaPublic HearingEksposure Draft PSAK 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan, di Jakarta Kamis 20 Agustus 2009 lalu. Untuk itu dua puluh sembilan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) masuk dalam program konvergensi IFRS yang dicanangkan DSAK IAI tahun 2009 dan 2010.Banyaknya standar yang harus dilaksanakan dalam program konvergensi ini menjadi tantangan yang cukup berat bagi DSAK IAI periode 2009-2012. Bila dari pengalaman pemberlakuan PSAK 50 dan 55 mengenai instrumen keuangan yang telah terbit tahun 2008, namun mendapatkan tekanan yang kuat dari ketidaksiapan industri keuangan sehingga harus ditunda penerapannya, maka bisa dibayangkan betapa dahsyatnya memberlakukan puluhan standar dalam waktu yang sesingkat itu.Selain kesiapan perusahaan-perusahaan, implementasi program ini juga menuntut kesiapan praktisi akuntan manajemen, akuntan publik, akademisi, regulator serta profesi pendukung lainnya seperti aktuaris dan penilai.Akuntan Publik diharapkan dapat segera meng-updatepengetahuannya sehubungan dengan perubahan SAK, meng-updateSPAP dan menyesuaikan pendekatan audit yang berbasis IFRS.Akuntan Manajemen/Perusahaan dapat mengantisipasi dengan segera membentuk tim sukses konvergensi IFRS yang bertugas mengupdate pengetahuan Akuntan Manajeman, melakukan gap analysis dan menyusun road map konvergensi IFRS serta berkoordinasi dengan proyek lainnya untuk optimalisasi sumber daya.Akuntan Akademisi/Universitas diharapkan dapat membentuk tim sukses konvergensi IFRS untuk meng-update pengetahuan Akademisi, merevisi kurikulum dan silabus serta melakukan berbagai penelitian yang terkait sertamemberikan input/komentar terhadap ED danDiscussion Papersyang diterbitkan oleh DSAK maupun IASB.Regulator perlu melakukan penyesuaian regulasi yang perlu terkait dengan pelaporan keuangan dan perpajakan serta melakukan upaya pembinaan dan supervisi terhadap profesi yang terkait dengan pelaporan keuanganseperti penilai dan aktuaris.Asosiasi Industri diharap dapat menyusun Pedoman Akuntansi Industri yang sesuai dengan perkembangan SAK, membentuk forum diskusi yang secara intensif membahas berbagai isu sehubungan dengan dampak penerapan SAK dan secara proaktif memberikan input/komentar kepada DSAK IAI.Lalu, bagaimana profesi auditor internal terlibat dalam pekerjaan besar ini?Apa yang telah kita persiapkan?Sumber (diakses 26 Januari 2010):http://www.pittsburghsummit.gov/mediacenter/129639.htmhttp://www.iaiglobal.or.id/berita/detail.php?catid=&id=94http://www.iaiglobal.or.id/berita/detail.php?catid=&id=84http://www.bpkp.go.id/warta/index.php?view=1314http://en.wikipedia.org/wiki/G-20http://www.iasb.org/Use+around+the+world/Use+around+the+world.htmhttp://www.cpa2biz.com/Content/media/PRODUCER_CONTENT/Newsletters/Articles_2010/CPA/Jan/TransitionTo

PERNYATAAN SIKAP IAI: PERANAN AKUNTAN DALAM PENATAAN ULANG SISTEM FINANSIAL GLOBAL PASCA KRISIS18-08-2009 09:51

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyampaikan pernyataan profesi pada Konvensi Nasional Akuntansi (KNA) VI di Bandung, 14 Agustus 2009.

Fungsi akuntan masa depan bukanlah lagi sekedar pemeriksa atau penyedia informasi keuangan, tetapi menjadi bagian penting dari pembangunan ekonomi dan sosial untuk menciptakan Indonesia yang lebih berkeadilan dan makmur.

Dengan kesadaran tinggi akan tanggung jawab dan peran kami sebagai profesi dalam penataan ulang sistem finansial global pascakrisis, kami para Akuntan Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) melalui Konvensi Nasional Akuntansi VI di Bandung, 13 dan 14 Agustus 2009 menyatakan sikap profesi sebagai berikut:

1.Krisis finansial global disebabkan oleh perilaku keserakahan korporasi,good corporate governanceyang buruk, sertadisclosuredan transparansi yang tidak memadai. Pembentukan karakter perusahaan yang ikhsan dan dapat dipercaya menjadi keharusan. Akuntan Indonesia sepatutnya dapat merancang dan menjalankan fungsi penyediaan informasi akuntansi berupa Penyusunan Laporan Keuangan dengan mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK) serta mendorong penetapan regulasi pemerintah terkait sistem finansial yang menjamin pelaksanaangood corporate governance.

2.Pasar Modal sangat terkena krisis finansial global perlu melakukan pembenahan berbagai regulasi.IAI siap membantu Bapepam & Bursa Efek Indonesia untuk ikut sertamempersiapkan perbaikan regulasi guna meningkatkan sistem pengawasan dan kualitas pelaporan keuangan.

3.Salah satu sektor perekonomian yang berkembang saat ini di Indonesia dan dunia adalah sektor UKM dan ekonomi berbasis syariah. IAI berkomitmen mendukung pengembangan sektor UKM dan ekonomi berbasis syariah tersebut dengan cara menyusun dan mengimplementasikan SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) untuk Organisasi UKM dan ETAP, serta SAK Syariah untuk Organisasi berbasis Syariah. Akuntan Indonesia juga bertekad untuk mempromosikan SAK syariah tersebut menjadi SAK syariah yang diadopsi secara global.

4.IAI bertekad untuk menuntaskan proses konvergensi standar akuntansi keuangan Indonesia (PSAK) dengan standar akuntansi keuangan internasional (IFRS) dengan target waktu akhir tahun 2012.

5.Para akuntan pemerintah (termasuk akuntan di pemerintah daerah) perlu berinisiatif dan didorong untuk melakukan pergeseran peran mereka dari sekedar menjadibookkeepermenjadi akuntan manajemen dan partner strategis dari Kepala daerah/Kepala pemerintahan.

6.Penyediaan informasi akuntansi yang relevan dan andal untuk pengambilan keputusan adalah keharusan dalam globalisasi ekonomi. Akuntan publik seharusnya memberikan nilai tambah kepada perusahaan dengan orientasi tidak lagi hanya memberikan opini atas kewajaran Laporan Keuangan, namun juga terhadap keefektifan sistem pengendalian internal perusahaan dan manajemen resiko serta memastikan perusahaan telah menjalankan operasinya sesuai kaidahGood Corporate Governance.

7.Mendukung Reformasi perpajakan yang sedang dilaksanakan di Indonesia sebagai bagian dari komponen untuk menjamin keadilan dan kemakmuran bangsa. IAI siap mengawal reformasi perpajakan yang dapat meningkatkan kepercayaan dan kepatuhan wajib pajak sekaligus mampu meningkatkan penerimaan negara.

Menindaklanjuti pernyataan sikap profesi tersebut, IAI merekomendasikan hal-hal berikut ini:

1.Penataan sistem finansial global dilakukan secara menyeluruh dengan ruang lingkup penataan sbb:

a.Penataan regulasi, dalam hal ini peraturan perundang-undangan mengenai sistem keuangan di Indonesia dengan fokus pada penegakanGood Corporate Governancepada organisasi bisnis di Indonesia.

b.Penyesuaian informasi keuangan dengan globalisasi ekonomi, yaitu dengan meningkatkan mutu kualitas Laporan Keuangan, sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia yang harmoni dengan Standar Akuntansi Keuangan secara Internasional.

c.Penataan tugas, fungsi, dan peranan kelembagaan dengan mengacu pada kerangka pengendalian internal institusi/organisasi/lembaga keuangan di Indonesia sehingga dapat menghindari terjadinya praktek kecurangan, ketidakekonomisan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan dalam operasi institusi/organisasi/lembaga keuangan.

d.Penataan karakter korporasi yang ikhsan dan bertanggungjawab secara sosial

2.Reformasi keuangan sektor publik sebagai bagian penting dari reformasi birokrasi diarahkan untuk menyelaraskan kemampuan sektor publik dalam mengawasi dan mengawal dunia bisnis serta optimasi pelayanan publik, dengan cara menegakkan akuntabilitas, transparansi, dan kepercayaan publik. Hal-hal yang harus dilakukan:

a.Para akuntan pemerintah (termasuk akuntan di pemerintah daerah) berinisiatif dan memfasilitasi pergeseran peran daribookkeepermenjadi akuntan manajemen danpartnerstrategis dari Kepala Daerah/Kepala Pemerintahan.

b.Harus ada proses penetapan standar kompetensi akuntan sektor publik, yang melibatkan perguruan tinggi penyelenggara program studi akuntansi, IAI serta lembaga pemerintah (pusat dan daerah).

c.Perguruan tinggi penyelenggara program studi akuntansi diminta memberikan perhatian lebih pada pendidikan akuntansi sektor publik, baik jenjang D3, S1 dan Pascasarjana, sesuai kebutuhan akan akuntan yang sangat meningkat.

3.Demi tercapainya target konvergensi standar akuntansi keuangan pada akhir tahun 2012, maka:

a.Akuntan publikperlu meningkatkan kompetensi sehubungan dengan perubahan SAK, memperbaharui SPAP dan menyesuaikan pendekatan audit yang berbasis IFRS.

b.Akuntan manajemen di perusahaanperlu membentuk satuan kerja atau tim sukses konvergensi IFRS yang bertugas memperbaharui pengetahuan akuntan manajemen, melakukangap analysisdan menyusunroad mapkonvergensi IFRS serta berkoordinasi dengan IAI untuk optimasi sumber daya anggotanya.

c.Akuntan pendidik di perguruan tinggi perlumembentuktim sukses konvergensi IFRS untuk memperbaharui pengetahuannya, merevisi kurikulum dan silabus serta melakukan berbagai penelitian terkait.

d.Regulator perlu melakukan penyesuaian regulasi yang terkait dengan pelaporan keuangan dan perpajakan serta melakukan upaya pembinaan dan supervisiterhadap profesi yang terkait dengan pelaporan keuangan seperti penilai dan aktuaris.

e.Asosiasi industriperlu menyusun pedoman akuntansi industri yang sesuai dengan perkembangan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), membentuk forum diskusi yang secaraintensif membahas berbagai isu sehubungan dengan dampak penerapan SAK dan secara proaktif memberikan masukan dan komentar kepada Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI.

Bandung, 14 Agustus 2009,

Atas Nama Profesi Akuntan Indonesia

Dewan Pengurus NasionalIAI

'Gempa bumi' akuntansi Indonesia 2010 Persyaratan dalam PSAK 50 dan 55 butuh investasi besar30-10-2009 09:35

Harian Bisnis Indonesia Jumat, 23/10/2009

Sebagai satu-satunya negara kawasan Asia Tenggara yang masuk ke dalam G-20, kita boleh berbangga karena perekonomian Indonesia dianggap sangat penting bagi perekonomian dunia.

Salah satu butir kesepakatan G-20 adalah program konvergensi standar akuntansi internasional (IFRS) ke dalam standar akuntansi lokal setiap negara. Siapkah Indonesia menjalankannya?

Pada 13 Oktober lalu, Ikatan Akuntan Indonesia melakukan public hearing untuk menerbitkan exposure draf enam standar akuntansi baru, empat interpretasi standar akuntansi dan dua pernyataan pencabutan standar akuntansi. Kesan IAI melakukan 'kejar tayang' menyelesaikan standar akuntansi yang sesuai dengan International Financial Reporting Standards (IFRS) menjadi tidak terelakkan mengingat public hearing 12 produk sekaligus sedemikian belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah akuntansi Indonesia.

Banyak pihak yang tampaknya gregetan dengan proses konvergensi IFRS yang terkesan lamban. Target tahun konvergensi IFRS sendiri sudah beberapa kali diubah oleh IAI (lebih tepatnya dimundurkan).

Kendala-kendala teknis dalam menerjemahkan IFRS ke dalam bahasa Indonesia memang tidak dapat dipandang remeh karena keterbatasan bahasa Indonesia menangkap seluruh kata dalam bahasa Inggris dengan makna yang sesuai terlebih istilah-istilah akuntansi dan keuangan. Namun benarkah konvergensi IFRS berjalan lamban karena faktor teknis semata?

Bagaimana dengan kesiapan profesi-profesi lainnya dalam proses konvergensi IFRS ini? Terutama profesi akuntan publik (auditor), penilai (appraiser dan business valuer), dosen-dosen akuntansi, juga para akuntan manajemen di dalam perusahaan yang akan membuat laporan keuangan, regulator (Bapepam dan BI) yang akan mewajibkan perusahaan menggunakan standar akuntansi berbasis IFRS ini.

Percuma saja apabila Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) mengeluarkan standar akuntansi yang berbasis IFRS tetapi para pemangku kepentingan tidak dapat memahami dan menerapkannya.

Perubahan besar

Banyak pihak yang belum menyadari bahwa standar akuntansi di Indonesia sedang mengalami perubahan besar-besaran.

Contoh beratnya proses konvergensi IFRS di Indonesia mungkin bisa dilihat pada upaya DSAK untuk menerapkan PSAK 50 dan 55 mengenai instrument keuangan. Standarnya sendiri sudah terbit tahun 2008 untuk berlaku efektif 1 Januari 2009.

Namun karena besarnya tekanan dari industri keuangan yang menyatakan ketidaksiapannya, pada akhir tahun 2008 standar akuntansi ini ditangguhkan penerapannya ke 1 Januari 2010.

Saat ini tahun 2009 hanya tersisa kurang lebih 3 bulan dan banyak pihak yang sebenarnya berharap-harap cemas agar Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 50 dan 55 ini diundur kembali penerapannya. Beberapa pihak mengeluh besarnya investasi di bidang sistem informasi dan IT yang harus dipikul perusahaan demi untuk mengikuti persyaratan yang diharuskan dalam PSAK 50 dan 55.

IFRS adalah standar yang kompleks, tidak hanya yang terkait dengan instrumen keuang-an. Compliance cost bagi perusahaan tentunya tidak sedikit.

Pertanyaan penting berikutnya adalah akankah semua compliance cost ini dibebankan kepada perusahaan? Mungkinkan pemerintah maupun regulator memberikan insentif ataupun keringanan pajak bagi perusahaan-perusahaan yang akan fully comply dengan PSAK 50 dan 55?

Bagi lembaga keuangan besar dengan sistem IT yang mutakhir mungkin tidak terlalu bermasalah, tetapi bagaimana dengan bank-bank menengah dan kecil, perusahaan reksadana, dan semacamnya?

Pertanyaan yang sama bisa juga diajukan kepada industri pemeriksa keuangan, kantor akuntan publik besar mungkin akan lebih siap, tetapi bagaimana dengan kantor akuntan menengah dan kecil?

Mampukah para auditor menyatakan bahwa suatu perusahaan sudah sesuai atau tidak sesuai dengan persyaratan PSAK 50 dan 55? Apakah Bank Indonesia sebagai regulator juga sudah mempersiapkan para pengawas banknya dengan pemahaman yang memadai mengenai penerapan PSAK 50 dan 55 ini? Tentunya sangat disayangkan apabila mayoritas bank di Indonesia akan mendapatkan opini audit disclaimer untuk laporan akuntansi 2010 karena gagal memenuhi persyaratan PSAK 50 dan 55.

Salah satu alasan pihak-pihak yang meminta penangguhan karena IASB (Dewan Standar Akuntansi International pembuat IFRS) baru saja menerbitkan exposure draft baru untuk mengubah standar mengenai instrumen keuangan ini. Usulan yang baru diduga akan menyederhanakan standar sebelumnya yang sangat rumit.

Mengapa DSAK tidak menangguhkan dan menunggu saja sampai standar akuntansi untuk instrumen keuangan ini stabil dan tidak berubah lagi. Mungkin ini dapat menjadi alasan yang cukup argumentatif. Bukankah konyol apabila perusahaan melakukan investasi IT besar-besaran demi mengikuti standar akuntansi yang rumit untuk kemudian 2 atau 3 tahun kemudian standar akuntansinya berubah menjadi lebih sederhana?

Tahun 2010 berpotensi terjadi gempa bumi akuntansi karena IAI tampaknya tidak akan mempan dibujuk untuk menangguhkan kembali tanggal efektif PSAK 50 dan 55 apa pun alasannya.

Penangguhan kembali PSAK 50 dan 55 juga berpotensi menimbulkan preseden buruk bahwa suatu standar akuntansi dapat dengan mudah ditangguhkan karena ketidaksiapan industri. Bila tidak dipaksa lalu bilamana dan kapan perusahaan akan siap?

Bayangkan dampak PSAK 50 dan 55 saja sudah demikian memberatkan para perusahaan, bagaimana dengan sekitar 20-an standar baru yang akan dikeluarkan IAI sampai tahun 2011? Sampai tahun 2012 gempa bumi akuntansi di Indonesia mungkin akan sering terjadi bersamaan dengan kerapnya public hearing yang akan dilakukan IAI. Siapkah dunia bisnis Indonesia?

Konvergensi PSAK - IFRSAlasan Perlunya Standar Akuntansi InternasionalEfisiensi Biaya bila perusahaan telah beroperasi melampaui batas negara atau dual listing di negara yang berbeda, dengan diberlakukan standar akuntansi internasional perusahaan tidak lagi perlu membuat laporan keuangan dalam berbagai versiKepentingan masyarakat semakin terlindungi dengan adanya standar akuntansi yang sama, kemungkinan terjadi perbedaan standar akuntansi yang berdampak pada perbedaan pelaporan keuangan dapat diminimalisasi.Potensi ekspansi ekonomi yang lebih besar dengan standar akuntansi yang sama, pelaporan akuntansi di semua negara akan sama. Dengan demikian, proses analisa keuangan dapat dilakukan dengan lebih cepat sehingga ekspansi ekonomi dapat berlangsung lebih cepat.Persiapan Konvergensi PSAK - IFRSPertengahan Agustus 2004, Dirjen Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai mengundang DPN-IAI, kompartemen IAI, DSAK-IAI, DSPAP-IAI KAP, Bapepam, KSAPPD untuk mendiskusikan kesiapan profesi akuntan melakukan konvergensi standar yang berlaku internasional.Sebagai full members the International Federation of Accountant (IFAC), IAI berkewajiban memenuhi butir-butir statements of membership obligation (SMO) diantaranya penerapan IFRSDari hasil diskusi dicapai kesepakatan bahwa penyusunan SAK tidak berubah. Penyusunan SAK mengacu ke IAS yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Implementasi Dan Adopsi IFRSTranslasi Standar InternasionalKetidaksesuaian Standar Internasional dengan Hukum NasionalStruktur dan Kompleksitas Standar InternasionalFrekuensi Perubahan dan Kompleksitas Standar InternasionalTranslasi Standar InternasionalTerdapat kesulitan dalam penerjemahan IFRS (bahasa Inggris) ke bahasa masing-masing negaraPenggunaan kalimat bahasa Inggris yang panjangKetidakkonsistenan dalam penggunaan istilahPenggunaan istilah yang sama untuk menerapkan konsep yang berbedaPenggunaan istilah yang tidak terdapat padanan dalam terjemahannyaKeterbatasan pendanaan untuk penterjemahan

Ketidaksesuaian Standar Internasional dengan Hukum NasionalPada beberapa negara, standar akuntansi sebagai bagian dari hukum nasional dan ditulis dalam bahasa hukum. Disisi lain, standar akuntansi internasional tidak ditulis dengan bahasa hukum sehingga harus diubah oleh dewan standar masing-masing negaraTerdapat transaksi-transaksi yang diatur hukum nasional berbeda dengan yang diatur standar internasional. Misal: transaksi ekuitas untuk perusahaan di Indonesia berbeda perlakuan untuk PT, Koperasi atau badan hukum lainnya.

Struktur dan Kompleksitas Standar InternasionalAdanya kekhawatiran bahwa standar internasional akan semakin kompleks dan rules-based approach. Standar mengatur secara detil setiap transaksi sehingga penyusun LK harus mengikuti setiap langkah pencatatan.Penerapan standar sebaiknya menggunakan principles-based approach. Standar hanya mengatur prinsip pengakuan, pengukuran, dan pencatatan suatu transaksiFrekuensi Perubahan dan Kompleksitas Standar InternasionalStandar akuntansi internasional perlu dipahami secara jelas sebelum diterapkan. Tentunya butuh cukup waktu bagi penyusun laporan keuangan, auditor, dan pengguna laporan keuangan untuk memahami suatu standar akuntansi.Bila standar akuntansi sering berubah-ubah maka akan sangat sulit dipahami apalagi diterapkan.Standar Akuntansi Keuangan di IndonesiaTerdapat tiga tonggak sejarah dalam pengembangan standar akuntansi di Indonesia (Ahmadi Hadibroto)Menjelang diaktifkan Pasar Modal pada tahun 1973, dibentuk cikal bakal badan penyusun standar akuntansi yang menghasilkan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI)Komite PAI yang dibentuk tahun 1974 melakukan revisi mendasar PAI 73 untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan dunia usaha. Hasil revisi ini dikodifikasi dalam Prinsip Akuntansi Indonesia 1984Pada tahun 1994, komite PAI melakukan revisi total terhadap PAI 1984. hasil revisi ini dikodifikasi dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994Standar Akuntansi Keuangan di IndonesiaSelanjutnya periode 1994-1998, nama komite PAI diubah menjadi komite Standar Akuntansi Indonesia (SAK). Mulai 1994, IAI memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi internasional dengan melakukan revisi dua kali SAK 1994, yaitu pada 1 Oktober 1995 dan 1 Juni 1996Pada periode 1998-2002, DSAK yang menggantikan komite SAK, melakukan dua kali revisi PSAK, yaitu revisi per 1 Juni 1999 dan 1 April 2002Pemutakhiran SAKMenurut DSAK, pemutakhiran SAK didasarkan pada tiga hal:Mendukung harmonisasi dan konvergensi PSAK dengan IFRSDalam perumusan SAK, selain menggunakan referensi IFRS, juga mempertimbangkan berbagai faktor lingkungan usaha di IndonesiaPengembangan SAK yang belum diatur dalam IFRS dilakukan berpedoman pada KDPPLKPengembangan SAK Periode April 2002 Oktober 2004Menerbitkan KDPPLK Bank Syariah sebagai landasan konseptual pelaporan keuangan bank syariahMenerbitkan PSAK 59 tentang akuntansi perbankan syariahMenerbitkan lima PSAK revisi:PSAK 58 tentang operasi dalam penghentian; PSAK 8 tentang kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca; PSAK 51 tentang Akuntansi Kuasi Reorganisasi; PSAK 24 tentang Imbalan Kerja; PSAK 38 tentang Akuntansi Restrukturisasi Entitas SepengendaliMenerbitkan tiga Interpretasi SAK:ISAK 5 Interpretasi par 14 PSAK 50 tentang Pelaporan Perubahan Nilai Wajar Investasi Evek dalam Kelompok Tersedia untuk dijual; ISAK 6 interpretasi par 12&16 PSAK 55 tentang Instrumen Derivatif melekat pada kontrak dalam mata uang asing; ISAK 7 interpretasi par 5&19 PSAK 4 tentang konsolidasi entitas bertujuan tertentuReferensi Penyusunan PSAKKonvergensi IFRSMenurut DSAK, pengadopsian IFRS dapat dibedakan menjadi lima tingkatan:Full Adoption, pada tingkat ini suatu negara mengadopsi seluruh IFRS dan menterjemahkan word by word.Adapted, mengadopsi seluruh IFRS tetapi disesuaikan dengan kondisi di suatu negara.Piecemeal, suatu negara hanya mengadopsi sebagian nomor IFRS, yaitu nomor standar atau paragraf tertentuReferenced, standar yang diterapkan hanya mengacu pada IFRS tertentu dengan bahasa dan paragraf yang disusun sendiri oleh badan pembuat standarNot adoption at all, suatu negara sama sekali tidak mengadopsi IFRS.Keputusan adopsi IFRS oleh IAI akan ditentukan pada tahun 2008Konvergensi IFRSKeputusan DSAK saat ini adalah mendekatkan PSAK dengan IAS/IFRS dengan membuat dua strategi:Strategi selektif. Strategi ini dilakukan dengan tiga target yaitu; mengidentifikasi standar-standar yang paling penting untuk diadopsi seluruhnya dan menentukan batas waktu penerapan standar yang diadopsi, melakukan adopsi standar selebihnya yang belum diadopsi sambil merevisi standar yang telah ada, dan target terakhir adalah melakukan konvergensi proses penyusunan standar dengan IASB.Strategi dual standard. Strategi ini dilakukan dengan menerjemahkan seluruh IFRS sekaligus dan menetapkan waktu penerapannya bagi listed companies. Sedangkan bagi non listed companies tetap menggunakan PSAK yang telah ada.Konvergensi IFRSDalam penerapan kedua strategi tsb harus mempertimbangkan lima hal:Konvergensi standar dan proses konvergensi itu sendiriKetersediaan dana untuk penerjemahan standarKetersediaan sumber daya manusiaKetentuan perundang-undangan di IndonesiaSosialisasi standar dan peluang moral hazards dalam penyusunan laporan keuangan.Major topics of differenceLack of convergence is particularly obvious for certain accounting and financial reporting issues, such as: the recognition and measurement of financial assets and derivative financial instruments, impairment losses, provisions, employee benefit liabilities, income taxes; accounting for business combinations; and disclosure of related party transactions, segment information.

Perbedaan PSAK IFRS(Survey GAAP 2001)PSAK tidak mengatur secara khusus mengenai hal-hal berikut:the derecognition of financial assets IAS 39.35accounting for employee benefits other than pensions IAS 19.52the splitting of an issuers compound financial instruments into debt and equity components. IAS 32.23Perbedaan PSAK IFRS(Survey GAAP 2001)Tidak ada aturan yang khusPrevious:Next:REAS Y PERMETROS DE LOS CUERPOS ELEMENTALES