139
KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI

KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI

Page 2: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

B A B XI

KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAIK NEGERI

Page 3: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

A. KOPERASI

Page 4: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

1. Pendahuluan

Dalam pidato kenegaraan tanggal 15 Agustus 1981 yang lalu sehubungan dengan pembangunan koperasi Presiden antara lain menyebutkan bahwa : "Dalam rangka menumbuhkan koperasi ini, prioritas kita berikan kepada koperasi-koperasi primer, khu- susnya Koperasi Unit Desa. Ini berarti kita menumbuhkan kope-rasi itu dari akar-akarnya, dari desa-desa, karena di sanalah tinggal sebagian besar rakyat kita yang lemah kemampuan eko-nomi dan permodalannya. Juga karena pada masyarakat di desa- desa itulah terdapat semangat kekeluargaan, semangat kego-tongroyongannya yang kuat, semangat yang mutlak diperlukan untuk pengembangan dan kehidupan koperasi".

"Dalam pada itu, satu hal yang perlu kita perhatikan dalam membina dan menumbuhkan kehidupan perkoperasian adalah bahwa koperasi pertama-tama harus merupakan gerakan dari masyarakat sendiri. Untuk itu harus dibangkitkan kesadaran dan keper-cayaan masyarakat bahwa melalui koperasi sebagai wadah usaha bersama, usaha mereka dapat lebih cepat maju dan penghasilan mereka dapat lebih meningkat, atau apabila membutuhkan sesu- atu dapat memperolehnya lebih mudah dan murah, sehingga me- reka dapat merasakan kehidupan yang lebih baik dan lebih terja-min. Dengan perkataan lain, mereka dapat benar-benar merasa- kan manfaat dari koperasi dan manfaat dari menjadi anggota koperasi."

"Koperasi harus benar-benar mempunyai kekuatan hidup seba- gai badan usaha yang dapat tetap tegak dalam zaman kemajuan, yang dapat tumbuh terus dalam dinamikanya ekonomi modern, bersama-sama dengan badan usaha negara maupun swasta."

"Untuk itu koperasi harus benar-benar ditumbuhkan menjadi organisasi ekonomi yang mampu menghadapi perkembangan kemaju- -an ekonomi dan pembangunan."

2. Kebijakaanaan dan Langkah-langkah

Dalam rangka mempertinggi kemampuan koperasi, terutama Ko-perasi-koperasi Unit Desa, untuk berperanan sebagai koperasi-

XI/3

Page 5: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

koperasi primer yang mampu menjadi kekuatan ekonomi yang da- pat diandalkan perlu ditempuh berbagai kebijaksanaan dan langkah. Sebagai keseluruhan berbagai kebijaksanaan dan lang- kah teraebut dapat diwujudkan dalam pembinaan kelembagaan dan pembinaan usaha.

a. Pembinaan kelembagaan

Pembinaan kelembagaan koperasi bertujuan, pertama, mening-katkan penghayatan seluruh anggota setiap koperasi masing-masing agar mampu menghayati fungsi hakiki koperasi mereka;

Kedua, meningkatkan kemampuan mereka untuk hidup berkope- rasi;

Ketiga, meningkatkan kemampuan para anggota pengurus dan badan pemeriksa untuk mengelola dan mengembangkan organisasi koperasi yang dipimpinnya;

Keempat, meningkatkan kemampuan para manajer dan para pem-bantu serta karyawan yang lain dalam mengelola dan mengem-bangkan usaha koperasi yang menjadi tanggung jawab mereka se-suai dengan tugas masing-masing;

Kelima, mengembangkan organisasi dan tatalaksana koperasi-koperasi yang telah ada;

Keenam, mempersubur iklim berkoperasi melalui mempertinggi kesadaran masyarakat umum akan besarnya peranan yang dapat dimainkan oleh koperasi baik bagi anggota-anggotanya masing-masing maupun bagi bangsa sebagai keseluruhan.

Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai itu maka usaha pembinaan kelembagaan koperasi dilaksanakan meliputi kegia- tan-kegiatan, pertama, penyelenggaraan penyuluhan bagi paraanggota;

Kedua, penyelenggaraan pendidikan, kursus, latihan dan penataran bagi para anggota pengurus, anggota badan pemeriksa dan para manajer beserta para pembantunya;

Ketiga, pelaksanaan konsultasi, pemeriksaan dan pengawasan secara teratur terhadap pelaksanaan pengelolaan koperasi dan usahanya oleh para pengurus, badan pemeriksa dan manajer;

Keempat, penyelenggaraan kegiatan-kegiatan penerangan me- lalui radio, T.V. dan media masa lainnya.

b. Pembinaan usaha

Pembinaan usaha bertujuan, pertama, meningkatkan ketram- pilan usaha para manajer, para pembantunya dan karyawan

XI/4

Page 6: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

koperasi yang lain untuk mengelola dan mengembangkan usaha koperasi yang menjadi tanggung jawab mereka sesuai dengan tu- gas masing-masing;

Kedua, mengusahakan agar koperasi-koperasi, terutama Kope- rasi Unit Desa, memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk menjalankan kegiatan di berbagai bidang yang sesuai dengan kegiatan anggota-anggotanya masing-masing, dan mampu meman-faatkan kesempatan yang terbuka sebaik-baiknya;

Ketiga, meningkatkan permodalan koperasi-koperasi yang ada.

Berbagai langkah telah ditempuh untuk mencapai tujuan ter-sebut. Pertama, pendidikan, kursus dan sebagainya yang dise-butkan dalam uraian mengenai pembinaan kelembagaan semuanya dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan para anggota pim-pinan dan karyawan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan dan pengembangan usaha koperasi;

Kedua, memberikan kesempatan kepada koperasi-koperasi, terutama kepada Koperasi-koperasi Unit Desa, untuk melaksana- kan kegiatan di bidang pengadaan pangan, penyaluran sarana produksi pertanian, perkreditan kecil, pemasaran hasil-hasil perkebunan rakyat, peternakan rakyat, perikanan rakyat, dan kerajinan rakyat;

Ketiga, mengusahakan kredit bagi koperasi guna membiayai kegiatan-kegiatan usaha-usahanya, baik dalam bentuk uang mau- pun dalam bentuk barang-barang modal. Dan mengusahakan agar kredit tersebut dapat diperoleh dengan syarat yang seringan- ringannya ;

Keempat, mengusahakan pembinaan bersama antara instansi-instansi yang berwenang dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama;

Kelima, mengadakan konsultasi, pengawasan dan pemeriksaan atas kegiatan-kegiatan usaha koperasi-koperasi secara teratur;

Keenam, membangun Pusat-pusat Pelayanan Koperasi di setiap Kabupaten yang masing-masing bertujuan secara langsung membe-rikan bimbingan kepada Koperasi-koperasi Unit Desa dengan ja- lan memberikan pelayanan kepada KUD-KUD dalam menyusun peren- canaan dan tatalaksana usaha, membantu KUD-KUD dalam melak-sanakan administrasi dan pelaksanaan usaha, dan membantu pengawasan dan pemeriksaan pembukuan;

XI/5

Page 7: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

Ketujuh, melalui P.P.No.51 tahun 1981 meningkatkan status Lembaga Jaminan Kredit Koperasi (LJKK) menjadi Perusahaan Umum Pengembangan Keuangan Koperasi (PERUM PKK). Berbeda dari LJKK, PERUM yang baru ini di samping sekedar memberikan jami-nan kredit, juga bertanggung jawab atas peningkatan daya guna dan hasil guna kegiatan-kegiatan usaha KUD dengan jalan mem-berikan konsultasi di bidang manajemen, pemasaran, prosesing dan sebagainya, agar koperasi benar-benar bisa berswadaya dan mandiri .

c. Langkah penunjang

Agar langkah-langkah kebijaksanaan seperti yang disebutkan di atas dapat dilaksanakan dengan hasil guna yang memadai adanya petugas-petugas pembina yang mampu dan berdedikasi sangat diperlukan. Demikianlah maka, demi tersedianya petu-gas-petugas pembina yang demikian itu, setiap tahun juga dilaksanakan pendidikan, kursus dan latihan bagi para pembina yang telah bertugas dan untuk para pembina yang baru.

Selanjutnya, untuk memenuhi kebutuhan data yang diperlukan untuk penetapan-penetapan kebijaksanaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang serta untuk peningkatan pengetahuan para pembina, maka setiap tahun dilaksanakan kegiatan-kegiatan penelitian, baik dalam bidang organisasi koperasi maupun dalam bidang usaha koperasi.

3. Hasil-hasil yang dicapai dari pelaksanaan pembinaan koperasi

Hasil-hasil yang dicapai dari pelaksanaan pembinaan kope-rasi, yang, sebagai telah dikemukakan di atas, mencakup baik pembinaan kelembagaan maupun pembinaan usahanya, dapat digam-barkan sebagai di bawah ini.

a. Hasil-hasil pembinaan kelembagaan koperasi

Pembinaan kelembagaan koperasi meliputi kegiatan-kegiatan penyuluhan, pendidikan, kursus, latihan dan penataran perko-perasian, kegiatan konsultasi, pemeriksaan dan pengawasan se- cara teratur terhadap pelaksanaan pengelolaan koperasi dan usahanya. Dari kegiatan-kegiatan tersebut ada yang hasilnya dapat langsung dilihat, walaupun dampaknya terhadap perkem-bangan koperasi sukar dapat di lihat secara nyata. Ada pula yang baik hasil langsungnya maupun dampaknya terhadap perkem-bangan koperasi pasti ada tetapi sukar diperlihatkan secara

XI/6

Page 8: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

langsung. Atas dasar pengertian demikian, di bawah ini diaju-kan data-data mengenai hasil-hasil kegiatan pembinaan dan perkembangan kelembagaan atau organisasi perkoperasian pada tahun yang lalu dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

(1) Organisasi koperasi

Hasil pembinaan dalam bidang pengorganisasian koperasi an- tara lain dapat dilihat dalam perkembangan jumlah koperasi. Tabel XI-1 dan Grafik XI-1 menunjukkan perkembangan jumlah koperasi sampai akhir tahun 1981.

Dari Tabel XI-1 dan Grafik XI-1 tampak bahwa koperasi yang pada tahun 1978 berjumlah 17.430 buah, pada tahun 1979 me-ningkat menjadi 17.625 buah, dan pada tahun 1980 meningkat lagi menjadi 1g.136 buah. Tabel tersebut selanjutnya menun-jukkan bahwa dalam tahun 1981 jumlah koperasi telah meningkat lagi menjadi 21.184 buah.

Dalam angka-angka tersebut di atas tercakup juga angka-angka yang menunjukkan perkembangan Koperasi-koperasi Unit Desa. Khusus mengenai perkembangan Koperasi Unit Desa (KUD) dapat dilihat dari Tabel XI-2 dan Grafik XI-2. Tabel itu me-nunjukkan bahwa jumlah KUD pada tahun 1978 telah mencapai 4.444 buah dan sebanyak 3.332 buah dari padanya telah berba- dan hukum koperasi. Jumlah tersebut pada tahun 1979 meningkat menjadi 4.532 buah, di antaranya 3.510 buah telah berbadan hukum, sedangkan pada tahun 1980 jumlah KUD meningkat lagi menjadi 4.710 buah dan yang telah berbadan hukum 3.737 buah. Pada akhir tahun 1981 jumlah KUD seluruhnya telah mencapai 5.176 buah dan 4.479 buah dari padanya telah berbadan hukum.

Di samping perkembangan jumlah koperasi, perkembangan jum- lah anggota juga merupakan indikasi penting bagi perkembangan kelembagaan koperasi. Dalam Tabel XI - 3 dan Grafik XI-3 tampak bahwa jumlah anggota koperasi pada tahun 1978 baru mencapai 7.610 ribu orang. Jumlah tersebut dalam tahun 1979 meningkat menjadi 7.615 ribu orang, dan pada akhir tahun 1980 meningkat lagi menjadi 7.980 ribu orang. Pada akhir tahun 1981 jumlah anggota koperasi seluruhnya telah mencapai 10.059 ribu orang.

Sampai pada akhir tahun 1981 kurang lebih 51 persen dari koperasi yang ada telah menyelenggarakan Rapat Anggota Tahunan.

XI/7

Page 9: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

TABEL XI – 1PERKEMBANGAN JUMLAH KOPERASI SELURUH INDONESIA,

1978 – 1981

TABEL XI – 2PERKEMBANGAN JUMLAH KUD SELURUH IANDONESIA,

1978 – 1981

TABEL XI – 3PERKEMBANGAN JUMLAH ANGGOTA KOPERASI PRIMER,

1978 – 1981(ribu orang)

XI/8

Page 10: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

GARFIK XI – 1PERKEMBANGAN KOPERASI SELURUH INDONESIA,

1978 – 1981

XI/9

Page 11: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

GRAFIK XI – 2PERKEMBANGAN JUMLAH KUD SELURUH INDONESIA,

1978 – 1981

XI/10

Page 12: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

GRAFIK XI – 3PERKEMBANGAN JUMLAH ANGGOTA KOPERASI PRIMER,

1978 – 1981

XI/11

Page 13: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

(2) Pendidikan, latihan dan penataran perkoperasian

Telah ribuan jumlah petugas dari gerakan koperasi, yang meliputi anggota pengurus, anggota badan pemeriksa, para ka- der, manajer dan karyawan koperasi, yang berkesempatan untuk mengikuti kuraus dan latihan ketrampilan yang diaelenggarakan selama empat tahun ini. Hal itu dapat dilihat dari Tabel XI-4.

Dari tabel tersebut tampak bahwa petugas dari gerakan ko-perasi yang berkesempatan mengikuti pendidikan dan latihan ketrampilan sampai dengan tahun 1980/81 setiap tahun mening- kat. Jadi jumlah tenaga dari gerakan koperasi yang berkesem-patan mengikuti pendidikan dan latihan ketrampilan dalam ta- hun 1978/79 mencapai 13.915 orang, dalam tahun 1979/80 17.016 orang, dan dalam 1980/81 mencapai 25.907 orang. Jumlah tenaga dari gerakan koperasi yang memperoleh kesempatan untuk menda-patkan latihan ketrampilan dalam tahun 1981/82 hanya mencapai 16.306 orang. Dalam tahun yang terakhir ini sedang dilaksana- kan kegiatan pengkonsolidasian Pusat Latihan dan Penataran Koperasi dan Balai-balai Latihan Perkoperasian di daerah- daerah.

Jenis-jenis latihan ketrampilan petugas/karyawan koperasi tertentu dalam tahun 1979/80 dan 1980/81 tidak tercantum da- lam Tabel XI - 4. Hal itu tidak berarti bahwa latihan ketram-pilan bagi petugas gudang, petugas pupuk dan sebagainya pada waktu itu tidak diadakan. Waktu itu latihan ketrampilan bagi petugas teknis usaha yang diaelenggarakan telah mencakup pula latihan-latihan dalam bidang pergudangan, penyaluran pupuk dan obat-obatan pertanian dan sebagainya.

Di samping pendidikan dan latihan ketrampilan kader dari lingkungan gerakan koperasi seperti tersebut di atas, selama tahun-tahun tersebut juga diselenggarakan pendidikan kader bagi koperasi-koperasi dari kelompok strategis. Perkembangan hasil-hasil penyelenggaraannya dapat terlihat dari Tabel,XI-5.

(3) Penerangan perkoperasian

Dalam rangka memasyarakatkan koperasi selama tiga tahun yang lalu juga diadakan kegiatan-kegiatan penerangan mengenai persoalan-persoalan perkoperasian. Kegiatan itu pelaksanaan- nya ada yang dengan diskusi, ceramah dan sebagainya dan ada yang melalui tulisan-tulisan di surat kabar, buku perkopera- sian dan lain-lainnya, dan ada pula yang melalui radio atau- pun televisi.

XI/12

Page 14: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

TABEL XI – 4PERKEMBANGAN JUMLAH KADER DARI LINGKUNGAN GERAKANKOPERASI YANG MEMPEROLEH PENDIDIKAN PERKOPERASIAN,

1978/79 – 1981/82(orang)

1) Rice Milling Unit2) Pusat Pelayanan Koperasi

XI/13

Page 15: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

TABEL XI - 5PERKEMBANGAN JUMLAH KADER DARI LINGKUNGAN KELOMPOKMASYARAKAT YANG MEMPEROLEH PENDIDIKAN PERKOPERASIAN,

1979/80 - 1981/82(orang)

*) Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana

XI/14

Page 16: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

Besar sekali kemungkinannya bahwa semakin meningkatnya jumlah anggota koperasi seperti terlihat dalam Tabel XI-3 me-rupakan hasil dari berbagai penerangan yang dilaksanakan se- perti yang digambarkan dalam Tabel XI - 6.

b. Hasil-hasil pembinaan usaha koperasi

Sebagai hasil dari bimbingan dan pengembangan usaha kope- rasi selama ini dapat disebutkan bahwa sejak tahun 1978 nilai usaha sektor koperasi setiap tahun meningkat secara berarti. Data yang ada menunjukkan bahwa, sebagai yang ditunjukkan oleh Tabel XI - 7 dan Grafik XI-4, nilai usaha yang telah di-laksanakan oleh sektor koperasi dalam tahun 1979 telah me-ningkat menjadi lebih dari tiga kali nilai usaha tahun 1978. Peningkatan yang menyolok tersebut terjadi pula dalam tahun 1980. Dalam tahun itu nilai usaha sektor koperasi juga me-ningkat lebih dari tiga kali dibanding dengan tahun 1979. Da-lam tahun 1981 peningkatannya tidak demikian menyolok, tetapi masih Sangat berarti. Nilai usaha sektor koperasi dalam tahun 1980 mencapai lebih dari Rp 1.620,8 milyar. Dalam tahun 1981 nilai usaha tersebut meningkat menjadi Rp 1.663,4 milyar.

Untuk memberikan gambaran yang agak terperinci di halaman-halaman berikut disajikan uraian mengenai perkembangan usaha sektor koperasi dalam berbagai komoditi.

(1) Pemasaran pangan

Sejak kira-kira 10 tahun yang lalu Koperasi-koperai Unit Desa memperoleh kesempatan untuk melaksanakan pembelian gabah /beras dari para petani. Pengikut-sertaan KUD dalam kegiatan pemasaran pangan mempunyai dua tujuan. Pertama, untuk menja- min agar para petani produsen benar-benar dapat memperoleh harga yang sesuai dengan yang telah ditetapkan. Dan kedua, memberikan kesempatan bagi KUD untuk mengembangkan kemampuan usaha dan peranannya dalam perekonomian di daerah pedesaan.

Pelaksanaan pembelian gabah/beras oleh KUD dari para peta- ni dapat diharapkan akan menjamin tercapainya tujuan di atas karena para anggota, para pengurus dan para manajer KUD diha-rapkan sadar sepenuhnya bahwa adanya KUD adalah demi kepen-tingan para petani. Kegiatan-kegiatan penerangan, penyuluhan, pendidikan dan penataran yang disertai dengan kegiatan- kegIatan pembinaan usaha lainnya tidak akan bermanfaat kalau pimpinan-pimpinan KUD yang ada tidak diberi kesempatan untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan mereka dengan melaku- kan kegiatan usaha yang sungguh-sungguh.

XI/15

Page 17: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

TABEL XI – 6PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PENERANGAN PERKOPERASIAN

1979/80 – 1981/82

1) Dilaksanakan di Pusat2) Dilaksanakan di Pusat dan di Daerah-daerah

XI/16

Page 18: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

TABEL XI – 7PERKEMBANGAN NILAI USAHA KOPERASI,

1978 – 1981

*) Angka diperbaiki

TABEL XI – 8PERKEMBANGAN PENGADAAN BERAS STOCK NASIONAL OLEH KUD,

1978/79 – 1981/82

1) Keadaan pada 6 Januari 19822) Dilaksanakan oleh KUD sendoro dan pengadaan yang

dilakukan dengan kerjasama pengusaha bukan KUD.

XI/17

Page 19: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

GRAFIK XI – 4PERKEMBANGAN NILAI USAHA KOPERASI,

1978 – 1981

XI/18

Page 20: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

GRAFIK XI – 5PERKEMBANGAN PENGADAAN BERAS STOCK NASIONAL OLEH KUD,

1978/79 – 1981/82

XI/19

Page 21: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

Dalam melaksanakan tugas itu Koperasi Unit Desa wajib mem-beli gabah/beras dari petani di wilayah keanggotaan KUD ber-sangkutan dengan harga yang sesuai dengan kebijaksanaan harga dasar yang berlaku. Gabah/beras yang berhasil dibelinya dari petani sebagian besar dijual kepada D0L0G setempat dengan harga yang telah ditetapkan. Sebagian kecil dijual di pasaran umum.

Untuk memperoleh gambaran mengenai perkembangan jumlah KUD dan kegiatan usahanya dalam pemasaran pangan dalam Tabel XI-8 dan Grafik XI-5 disajikan angka-angka yang menggambarkan per-kembangan pengadaan beras oleh Pemerintah melalui Koperasi Unit Desa.

Sebagai ternyata dari Tabel XI - 8 dan Grafik XI-5, dalam tahun 1978/79 sebanyak 2.127 KUD turut serta dalam pengadaan pangan dan KUD tersebut secara keseluruhan berhasil mengum- pulkan beras sebanyak 444,5 ribu ton untuk kepentingan sarana penyangga Pemerintah. Dalam tahun 1979/80 KUD yang ikut serta melaksanakan kegiatan tersebut berjumlah 1.764 buah dan beras yang berhasil dikumpulkan mencapai 357,4 ribu ton. Dalam tahun 1980/81 yang ikut serta melaksanakan kegiatan tersebut sebanyak 1.865 KUD dan beras yang berhasil dikumpulkan me-ningkat menjadi 1.439,9 ribu ton. Dibandingkan dengan seluruh pembelian beras dalam negeri untuk sarana penyangga pangan Pemerintah jumlah-jumlah tersebut meliputi 50 persen dalam tahun 1978/79, 83 persen dalam tahun 1979/80 dan 88 persen dalam tahun 1980/81.

Dalam tahun 1981/82 KUD yang ikut serta melaksanakan pe-ngadaan pangan untuk sarana penyangga Pemerintah berjumlah 1.879 buah. Sedangkan beras yang berhasil dikumpulkan menca- pai 1.877,0 ribu ton. Jumlah ini merupakan 96 persen dari se- luruh pengadaan di dalam negeri untuk sarana penyangga Peme-rintah.

Selain melaksanakan pengadaan pangan untuk sarana pe- nyangga Pemerintah, KUD juga melakukan pengadaan pangan untuk dijual di pasaran umum. Perkembangan pengadaan pangan untuk pasaran umum yang dilakukan oleh KUD dapat dilihat dalam Tabel XI - 9 dan Grafik XI-6.

Dalam rangka usaha menjamin harga yang wajar bagi para pe- tani penghasil jagung, maka sejak tahun 1978/79 telah dilak-sanakan Proyek Perintis Pembelian Jagung di Jawa Timur. Apa-bila berhasil proyek tersebut dimaksudkan untuk menjadi model untuk kebijaksanaan harga dasar jagung di seluruh Tanah Air.

XI/20

Page 22: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

TABEL XI – 9PERKEMBANGAN PENGADAAN BERAS UNTUK PASARAN

UMUM OLEH KUD,1978/79 – 1981/82

*) Keadaan per 6 Januari 1982

TABEL XI – 10PERKEMBANGAN PENYALURAN PUPUK DAN OBAT-OBATAN

PERTANIAN OLEH KUD,(Musim Tanam 1978 – Musim Tanam 1981/82)

*) Data per 31 Maret 1982

XI/21

Page 23: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

GRAFIK XI – 6PERKEMBANGAN PENGADAAN BERAS UNTUK PASARAN UMUM OLEH KUD,

1978/79 – 1981/82

XI/22

ZZ/IX

Page 24: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

Koperasi-koperasi Unit Desa sejak tahun itu secara berangsur-angsur diikut sertakan dalam pembelian jagung tersebut oleh Pemerintah.

Dalam tahun 1978/79 volume jagung yang dapat dibeli oleh KUD dari para petani dengan harga dasar berjumlah 26,0 ribu ton, dalam tahun 1979/80 sebanyak 26,7 ribu ton, dan dalam tahun 1980/81 mencapai 133,1 ribu ton. Dalam tahun 1981/82, sampai dengan bulan Juni 1982, jumlah pembelian tersebut men- capai 51,5 ribu ton.

Dalam rangka usaha meningkatkan pendapatan para petani produsen kedelai, kacang tanah dan kacang hijau, maka sejak tahun 1979/80 telah ditetapkan pula harga dasar untuk komodi- ti tersebut. Pola pembelian ketiga jenis komoditi tersebut adalah sama dengan pola pembelian jagung.

Pengadaan kedelai dan kacang hijau yang dilakukan melalui KUD dalam tahun 1979/80, yang dimulai bulan Nopember 1979, masing-masing mencapai 5.600 ton dan 1.500 ton. Dalam tahun 1980/81 jumlah pengadaan kedelai dan kacang hijau masing- masing mencapai 2.400 ton dan 2.500 ton. Pengadaan kedelai dan kacang hijau dalam tahun 1981/82, sampai dengan bulan Juni 1982, masing-masing mencapai 2.300 ton dan 1.300 ton. Dalam tahun-tahun tersebut harga kacang tanah berada di atas harga dasar sehingga tidak perlu diadakan pembelian oleh Pemerintah.

(2) Penyaluran sarana produksi pertanian

Perkembangan kegiatan KUD dalam penyaluran pupuk dan obat-obatan pertanian dari tahun 1978 sampai dengan tahun 1981/82 dapat dilihat dalam Tabel XI-10. Dari angka-angka dalam tabel tersebut tampak bahwa jumlah KUD yang berkegiatan dalam pe-nyaluran pupuk dan obat-obatan kepada petani pada musim tanam 1978/79 berjumlah 2.498 buah, pada musim tanam 1979/80 ber-jumlah 2.420, dan musim tanam 1980/81 berjumlah 2.484 buah. Pada musim tanam 1981/82 KUD yang berkegiatan dalam penyalu- ran sarana produksi pertanian tersebut berjumlah 2.849 buah.

KUD-KUD tersebut secara keseluruhan pada musim tanam tahun 1978 dan 1978/79 berhasil menyalurkan pupuk kepada petani se-banyak 394 ribu ton dan obat-obatan 1.616 ribu Kg. Pada musim tanam 1979 dan 1979/80 dapat menyalurkan 340 ribu ton pupuk dan 1.548 Kg obat-obatan. Pada tahun-tahun berikutnya, yaitu

XI/23

Page 25: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

tahun 1980 dan 1980/81, KUD-KUD tersebut dapat menyalurkan 290 ribu ton pupuk dan 1.693 ribu Kg obat-obatan kepada peta- ni. Dalam musim tanam 1981 dan 1981/82, jumlah pupuk yang berhasil disebarkan oleh KUD-KUD tersebut telah sangat me-ningkat sehingga menjadi 422 ribu ton. Demikian juga obat-obatan yang mereka sebarkan, yang dalam kedua musim tanam tersebut telah meningkat menjadi 2.731 ribu Kg kepada para petani.

Dibanding dengan seluruh penyaluran pupuk secara nasional, jumlah pupuk yang disalurkan oleh KUD dalam tahun 1978/79 me-liputi 30,6 persen, dalam tahun 1979/80 19,7 persen, tahun 1980/81 12,2 persen dan dalam tahun 1981/82 mencapai 14,6 persen. Sedang penyaluran obat-obatan yang dilakukan oleh KUD dibanding dengan penyaluran obat-obatan secara nasional dalam tahun 1978/79 mencapai 68,3 persen, dalam tahun 1979/80 41,3 persen, tahun 1980/81 49,3 persen dan dalam tahun 1981/82 mencapai 44,5 persen.

(3) Pemasaran hasil perkebunan rakyat

Koperasi di bidang perkebunan rakyat yang telah dibina usahanya terutama adalah koperasi yang menangani pemasaran kopra dan cengkeh. Hasil pembinaan terhadap koperasi-koperasi tersebut dapat dilihat dari perkembangan usahanya masing-masing.

Dari angka-angka yang disajikan dalam Tabel XI-11 dapat dilihat bahwa koperasi yang ikut serta melakukan kegiatan pe- masaran kopra dalam tahun 1978 berjumlah 208 buah. Dalam ta- hun itu secara keseluruhan pembelian kopra yang berhasil di-lakukan oleh koperasi-koperasi tersebut berjumlah 134,7 ribu ton dengan nilai Rp.13.976,7 juta. Sedangkan penjualannya sebanyak 127,3 ribu ton dengan nilai Rp.15.467,9 juta. Dalam tahun 1980, koperasi yang aktip dalam pemasaran kopra berjum-lah 181 buah. Pembelian kopra yang mereka lakukan pada tahun itu mencapai 151,4 ribu ton dengan nilai Rp.24.897,5 juta dan penjualannya mencapai 141,7 ribu ton senilai Rp.25.917,0 juta. Koperasi yang aktip melaksanakan pemasaran kopra dalam tahun 1981 berjumlah 126 buah; Koperasi-koperasi tersebut se-bagai keseluruhan mampu melaksanakan pembelian kopra sebanyak 29,9 ribu ton, senilai Rp.5.365,9 juta dan penjualannya se-banyak 27,6 ribu ton senilai Rp.5.686,6 juta.

Dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan harga dasar ceng-keh, beberapa KUD telah dibina guna diikut sertakan dalam

XI/24

Page 26: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

TABEL XI – 11PERKEMBANGAN USAHA KOPERASI DALAM BIDANG PERKOPRAAN,

1978 – 1981

TABEL XI - 12PERKEMBANGAN USAHA KUD DALAM PEMASARAN CENGKEH,

1978 – 1981

*) Angka diperbaiki

XI/25

Page 27: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

pembelian cengkeh dari petani dan penjualannya. Dari Tabel XI-12 tampak bahwa KUD yang ikut serta melaksanakan pemasaran cengkeh pada tahun 1978 berjumlah 35 buah. Jumlah tersebut pada tahun 1979 meningkat menjadi 50 buah dan pada tahun 1980 menjadi 123 buah. Pada tahun 1981 jumlah tersebut meningkat lagi menjadi 165 buah.

Hasil usaha pemasaran cengkeh yang dilakukan juga mening- kat. Cengkeh yang berhasil dibeli pada tahun 1978 baru ber- jumlah 1,7 ribu ton dengan nilai Rp.6.774,8 juta. Dari jumlah tersebut yang berhasil dijual berjumlah 1,3 ribu ton senilai Rp.5.073,4 juta.

Sejak bulan Maret 1980 pemasaran cengkeh dilaksanakan me- lalui pelelangan-pelelangan yang diselenggarakan oleh Pusat- pusat Koperasi Unit Desa. Cengkeh yang berhasil dibeli pada tahun itu berjumlah 11,6 ribu ton dengan harga Rp 76.780,9 juta dan dijual sebanyak 11,2 ribu ton dengan nilai sebesar Rp 87.363,4 juta. Sedangkan jumlah cengkeh yang berhasil di-beli pada tahun 1981 telah meningkat lagi menjadi 13,5 ribu ton seharga Rp 97.852,5 juta. Dan dari jumlah tersebut yang dijual berjumlah 13,0 ribu ton seharga Rp 103.982,8 juta.

Pada tahun 1981 KUD-KUD di Jawa mulai diberi kesempatan untuk berkegiatan di bidang tebu rakyat intensifikasi (TRI) sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian/Ketua Badan Koordinasi Bimas No.002/SK/Menteri/Bimas/II/1981 tertanggal 25 Pebruari 1981. Pembinaan usaha KUD di bidang TRI ini di-maksudkan untuk meningkatkan pelayanan bagi petani tebu ter- utama dalam penyediaan paket kredit dan pemasaran gula yang menjadi bagian mereka. Kredit yang disalurkan dimaksudkan un- tuk memenuhi kebutuhan petani tebu untuk penggarapan tanah, pembibitan, penebangan dan angkutan yang semuanya sebelumnya diperoleh bersamaan dengan bimbingan yang diberikan oleh pa- brik gula. Dalam pemasaran gula bagian para petani KUD men-jualnya kepada Sub DOLOG setempat.

Pada tahun 1981 jumlah KUD yang bergerak di bidang usaha TRI ada 595 buah yang tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I.Yogjakarta dan Jawa Timur. Dari hasil produksi gula sebanyak 747,1 ribu ton, 448,2 ribu ton atau 60 persen merupakan bagian para petani. Dari jumlah itu sebanyak 4,5 ribu ton diserahkan kepada para petani dan sisanya, sekitar 443,7 ribu ton atau 99 persen atas nama petani dijual kepada DOLOG setempat.

XI/26

Page 28: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

(4) Pembinaan usaha koperasi di bidang perikanan rakyat

Pembinaan usaha koperasi di bidang perikanan rakyat dilak-sanakan di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, DI Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Barat dan Maluku.

Dari Tabel XI-13 terlihat bahwa nilai usaha koperasi yang berkegiatan di bidang perikanan selama tahun-tahun 1978-1980 setiap tahun meningkat. Tetapi dalam tahun 1981 nilai usaha koperasi-koperasi perikanan rakyat telah meningkat secara sa- ngat menyolok. Dalam tahun itu nilai usaha koperasi-koperasi tersebut telah mencapai lebih dari 14 kali nilai usaha yang dicapai dalam tahun 1980. Peningkatan yang sangat menyolok itu antara lain disebabkan meningkatnya pembinaan koperasi perikanan, adanya bantuan Pemerintah dalam rangka modernisasi nelayan tradisional dan karena adanya Keppres No.39/80 yang mengatur pelarangan kapal-kapal trawl sehingga kegiatan nela- yan tradisional menjadi sangat meningkat.

(5) Pembinaan usaha koperasi di bidang peternakan rakyat

Koperasi Unit Desa yang bergerak di bidang usaha peterna- kan rakyat juga dibina secara intensip. Kegiatan usaha kope- rasi di bidang peternakan rakyat, antara lain meliputi penya-luran bibit unggul, penyaluran makanan ternak, penyaluran obat dan alat-alat kesehatan ternak dan pemasaran produk ter- nak yang dihasilkan.

Manfaat koperasi dalam rangka meningkatkan produksi, mem-perbaiki tataniaga hasil-hasil peternakan, dan dengan demi- kian meningkatkan pendapatan para peternak yang bersang-kutan sudah dapat dirasakan, terutama oleh para peternak di daerah-daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan.

Tabel XI-14 menunjukkan bahwa pada tahun 1978 koperasi yang berkegiatan dalam bidang peternakan berjumlah 113 buah dan nilai usaha seluruhnya mencapai Rp. 477,4 juta. Pada ta- hun 1979 jumlah koperasi tersebut meningkat menjadi 124 buah dan nilai usahanya meningkat menjadi Rp. 525,1 juta. Pada ta- hun berikutnya, jumlah koperasinya tetap 124 buah, tetapi nilai usahanya meningkat menjadi Rp. 1.470,0 juta. Dalam tahun 1981 proses perkembangan itu berlangsung terus. Pada akhir tahun itu koperasi yang berkegiatan dalam bidang peternakan berjumlah 215 buah dan nilai usahanya meningkat sehingga menjadi Rp. 28.800,0 juta, lebih dari 19 kali nilai usaha

XI/27

Page 29: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

TABEL XI – 13PERKEMBANGAN USAHA KOPERASI PERIKANAN RAKYAT,

1978 – 1981

TABEL XI – 14PERKEMBANGAN USAHA KOPERASI DI BIDANG PETERNAKAN,

1978 – 1981

XI/28

Page 30: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

tahun sebelumnya. Peningkatan yang sangat tinggi itu disebab- kan antara lain oleh dilaksanakannya pengadaan sapi ex luar negeri bagi para peternak anggota koperasi.

Sehubungan dengan pengembangan usaha di bidang peternakan, koperasi-koperasi sapi perah telah dibina dan berhasil menye-lenggarakan kegiatan pengumpulan susu dari para peternak dan menjualnya terutama kepada pabrik-pabrik susu. Perkembangan koperasi sapi perah dan nilai usahanya dari tahun 1978 sampai dengan tahun 1981 dapat dilihat dari Tabel XI - 15.

Dari tabel itu tampak bahwa perkembangan koperasi sapi pe- rah, jumlah anggota dan produksi yang mereka hasilkan cukup mengesankan. Koperasi yang pada tahun 1978 baru berjumlah 11 buah, pada tahun 1979 telah meningkat menjadi 32 buah dan pa- da tahun 1980 menjadi 59 buah. Pada tahun 1981, jumlah terse- but telah meningkat lagi sehingga menjadi 132 buah.

Jumlah produksi yang dikelolanya setiap tahun juga semakin meningkat. Pada tahun 1978, produksi yang dikelola oleh kope-rasi sapi perah baru mencapai 3,8 juta liter. Pada tahun 1979 produksi yang dikelola tersebut telah meningkat menjadi 10,0 juta liter dan pada tahu 1980 menjadi 22,0 juta liter. Dalam tahun 1981 produksi yang dikelola koperasi sapi perah me-ningkat lagi sehingga mencapai 39,0 juta liter.

Kemajuan yang dicapai oleh koperasi-koperasi sapi perah tidak hanya terwujudkan dalam peningkatan jumlah koperasinya dan jumlah hasil produksi para peternak yang dipasarkannya saja. Lebih penting dari itu, para petani peternak selama tahun-tahun tersebut memperoleh harga yang jauh lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya sehingga pendapatan mereka me- ningkat secara berarti.

(6) Perkembangan usaha koperasi industri kecil/kerajinan rakyat

Pembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menun-jukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat dari tahun 1978 sampai dengan tahun 1981 da- pat dilihat dalam Tabel XI-16.

Tabel tersebut menunjukkan bahwa selama empat tahun yang lalu baik jumlah koperasinya maupun nilai usahanya terus me-ningkat. Koperasinya yang pada tahun 1978 berjumlah 318 buah, pada tahun-tahun berikutnya meningkat menjadi 324 buah pada tahun 1979 dan 334 buah pada tahun 1980. Dalam tahun 1981

XI/29

Page 31: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

TABEL XI – 15PERKEMBANGAN USAHA KOPERASI SUSU/KUD UNIT SUSU,

1978 – 1981

TABEL XI – 16PERKEMBANGAN USAHA KOPERASI KERAJINAN RAKYAT,

1978 – 1981

*) Angka diperbaiki

TABEL XI – 17PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KREDIT CANDAK KULAK,

1979 – 1982

*) Posisi Kredit pada tanggal yang bersangkutan

XI/30

Page 32: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

jumlah koperasi di bidang kerajinan rakyat juga meningkat la- gi dan menjadi 384 buah.

Nilai usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat juga sema-kin meningkat. Nilai usaha itu yang pada tahun 1978 baru men-capai Rp. 22,5 milyar, pada tahun 1980 telah meningkat menja- di Rp. 100,7 milyar. Pada tahun 1981 nilai usaha koperasi di bidang kerajinan meningkat lagi dengan kurang lebih 48 per- sen, menjadi Rp. 148,7 milyar.

(7) Pembinaan usaha perkreditan

Pembinaan usaha koperasi, khuauanya Koperasi Unit Desa, selain meliputi kegiatan usaha di bidang pemasaran pangan, penyaluran pupuk dan sebagainya yang telah disebutkan di atas, juga meliputi usaha perkreditan, khususnya perkreditan bagi penduduk pedesaan yang mempunyai usaha kecil-kecilan yang disebut Kredit Candak Kulak.

Bagi sebagian besar rakyat di daerah pedesaan yang pada umumnya termasuk golongan ekonomi yang sangat lemah, khusus-nya bagi para pedagang kecil, bantuan permodalan yang kadang- kadang dikenal dengan sebutan KCK itu dirasakan sangat besar manfaatnya. Bantuan itu merupakan modal kerja yang diberikan dengan prosedur yang sedenhana dan dengan bunga yang ringan.

Gambaran mengenai perkembangan pelaksanaan KCK dari tahun 1978 sampai dengan tahun 1981 dapat dilihat dalam Tabel XI-17. Dari tabel tersebut tampak bahwa baik jumlah koperasi yang melaksanakan kegiatan perkreditan candak kulak, jumlah nasabah yang berkesempatan memanfaatkannya maupun jumlah kre- ditnya sendiri setiap tahun meningkat.

Koperasi yang berkegiatan dalam KCK pada akhir tahun 1978/79 berjumlah 2.196 buah. Jumlah tersebut pada akhir ta- hun 1980/81 meningkat menjadi 3.050 buah dan pada akhir tahun 1981/82 meningkat lagi menjadi 3.621 buah.

Nasabah yang berkesempatan memanfaatkan KCK pada akhir ta- hun 1978/79 berjumlah sekitar 3 juta orang. Pada akhir tahun 1979/80 jumlah tersebut meningkat menjadi lebih dari 5 juta orang dan pada akhir tahun 1980/81 meningkat lagi menjadi le- bih dari 7 juta orang. Pada akhir tahun 1981/82, nasabah yang berkesempatan memanfaatkan KCK telah meningkat menjadi lebih dari 9 juta orang.

XI/31

Page 33: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

Jumlah kredit yang dimanfaatkan oleh para nasabah juga semakin meningkat. Kredit yang pada akhir tahun 1978/79 ber-jumlah Rp.18,6 milyar, pada akhir tahun 1979/80 meningkat menjadi Rp.35,9 milyar dan pada akhir tahun 1980/81 meningkat lagi menjadi Rp.59,8 milyar. Jumlah kredit yang dimanfaatkan,oleh nasabah KCK pada akhir Maret 1982 telah meningkat lagi menjadi Rp.92,4 milyar.

Bagaimana penyebaran pelaksanaan kredit candak kulak di masing-masing daerah dapat dilihat dalam Tabel XI-18. Dari. tabel itu tampak bahwa daerah Jawa Timur merupakan propinsi yang paling banyak mengikut sertakan koperasinya dalam pelak-sanaan KCK, sedang Timor Timur merupakan propinsi yang sedi- kit mengikut sertakan koperasi dalam pelaksanaan KCK. Bagi Timor Timur kegiatan perkreditan ini memang baru mulai diper-kenalkan.

(8) Pemasaran jasa angkutan

Koperasi yang bergerak dalam bidang angkutan meliputi Ko-perasi Angkutan Darat, Koperasi Angkutan Laut dan Koperasi Angkutan Sungai. Dewasa ini pembinaan koperasi yang menangani jasa angkutan juga telah digalakkan. Koperasi angkutan yang ada berjumlah 89 buah, tersebar di 20 propinsi. Anggotaanggotanya seluruhnya memiliki 6.469 buah kendaraan.

(9) Pemasaran jasa kelistrikan

Sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah, penanganan kelis-trikan desa, di samping dilakukan oleh Perusahaan Listrik Ne- gara juga dapat dilakukan oleh swasta dan koperasi. Koperasi yang telah berusaha menangani listrik di daerah pedesaan, an- tara lain adalah Koperasi Listrik Pedesaan "Sinar Siwo Mego" di Kabupaten Lampung Tengah, Koperasi Listrik Pedesaan "Sama Hotuna" di Kabupaten Luwu, dan Koperasi Listrik Pedesaan "Sinar Rinjani" di Kabupaten Lombok Timur.

Target langganan untuk Koperasi "Sinar Siwo Mego" adalah 23.000 buah rumah yang tersebar di 8 kecamatan dan meliputi 108 desa. Sampai dengan awal tahun 1982 baru dapat direalisir sebanyak 1.691 langganan dengan kapasitas daya pembangkit 475 Kw. Target langganan Koperasi "Sama Botuna" adalah 15.000 buah rumah yang tersebar di 5 kecamatan dan meliputi 65 desa. Dari target sejumlah itu baru dapat direalisir sebanyak 440 langganan dengan kapasitas daya pembangkit 200 Kw. Sedang target Koperasi "Sinar Rinjani" adalah 23.500 buah rumah yang tersebar di 7 kecamatan dan meliputi 34 desa, dan dari target

Page 34: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

XI/32

Page 35: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

TABEL XI – 18DATA PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KREDIT CANDAK KULAK

DI MASING-MASING DAERAH TINGKAT I,Per 31 Maret 1982

XI/33

Page 36: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

itu baru dapat direalisir sebanyak 2.586 langganan dengan kapasitas daya pembangkit 500 Kw.

Ke tiga koperasi listrik pedesaan tersebut di atas mena-ngani baik bidang pembangkitan tenaga listrik maupun seluruh distribusinya. Di masa mendatang pengembangan listrik pedesa- an oleh koperasi akan dilaksanakan dengan bekerja seerat-eratnya dengan Perusahaan Listrik Negara. Secara bertahap, sesuai dengan kemampuannya, koperasi-koperasi yang ada, khu-susnya Koperasi-koperasi Unit Desa, akan diberi kesempatan berperanan, sehingga akhirnya secara bersama-sama akan dapat bertanggung jawab sebagai distributor listrik di pedesaan dengan memanfaatkan tenaga listrik yang dibangkitkan dan disediakan oleh Perusahaan Listrik Negara.

(10) Permodalan koperasi

Sumber permodalan koperasi terdiri dari dalam koperasi sendiri dan dari luar koperasi. Permodalan koperasi yang ber-sumber dari dalam koperasi sendiri terdiri dari simpanan wa-jib, simpanan pokok, simpanan sukarela dan cadangan yang me-rupakan penyisihan dari hasil usaha koperasi bersangkutan.

Guna meningkatkan kemampuan usaha koperasi-koperasi pri-mer, kegiatan pemupukan modal terus ditingkatkan dan dikem-bangkan. Hasil pembinaan yang diperoleh dapat digambarkan da- lam Tabel XI-19 dan Grafik XI-7

Simpanan anggota koperasi sebagai keseluruhan setiap tahun semakin meningkat. Dari Tabel XI-19 dan Grafik XI-7 tampak bahwa simpanan anggota yang pada tahun 1978 baru berjumlah Rp.20.074,2 juta, pada tahun 1980 telah menjadi Rp.54.638,9 juta. Pada tahun 1981 simpanan anggota tersebut telah mening- kat lagi menjadi Rp.80.892,2 juta.

Di samping diperoleh dari simpanan anggota, modal koperasi juga diperoleh dari pinjaman-pinjaman Bank Pemerintah. Misal- nya, setiap KUD yang ikut serta melaksanakan pengadaan beras memperoleh kredit dari Bank Pemerintah dengan syarat-syarat ringan. Untuk melaksanakan pembelian gabah dan beras dari pa- ra petani, plafond kredit yang disediakan oleh Bank Pemerin- tah bagi seluruh KUD sampai tahun 1980/81 setiap tahun berki- sar antara Rp.18,0 - Rp.19,0 milyar. Dalam tahun 1981/82 pla- fond tersebut ditingkatkan menjadi Rp.24,8 milyar.

Pinjaman-pinjaman dari Bank Pemerintah yang digunakan un-tuk membiayai usaha yang lain dari pengadaan pangan, pada

XI/34

Page 37: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

umumnya dapat diperoleh koperasi dengan jaminan dari Lembaga Jaminan Kredit Koperasi (LJKK). Jumlah kredit yang memperoleh jaminan selama empat tahun dapat dilihat dari Tabel XI-20. Dari tabel tersebut tampak bahwa jaminan kredit dan nilai kredit yang dijamin LJKK, kecuali untuk tahun 1979/80, sema- kin menaik. Jaminan kredit yang pada tahun 1978/79 berjumlah Rp.21,9 milyar, pada tahun 1980/81 meningkat menjadi Rp.46,8 milyar dan pada tahun 1981/82 menjadi Rp.104,5 milyar. Nilai kredit yang dijamin pada tahun 1978/79 berjumlah Rp.147,8 milyar, pada tahun 1980/81 meningkat menjadi Rp.162,7 milyar dan pada tahun 1981/82 telah meningkat lagi menjadi Rp.209,5 milyar.

Berkat simpanan anggota koperasi yang terus meningkat, dan lebih-lebih karena penyediaan dana kredit dari bank yang se-bagian besar diperoleh dengan jaminan LJKK juga terus mening- kat, maka modal usaha koperasi selama empat tahun yang lalu juga semakin besar. Sampai seberapa jauh perkembangan modal koperasi selama empat tahun dapat dilihat dalam Tabel XI-21 dan Grafik XI-8.

Sebagimana tampak dalam tabel tersebut, modal usaha kope- rasi selama empat tahun terus meningkat. Modal usaha yang pa- da tahun 1978 baru mencapai Rp.92,9 milyar, pada tahun 1979 telah meningkat menjadi Rp.102,2 milyar dan pada tahun 1980 meningkat lagi menjadi Rp.347,0 milyar serta meningkat menja- di Rp.513,7 milyar pada tahun 1981.

Di atas telah disebutkan bahwa dalam tahun 1981/82 Kope-rasi-koperasi Unit Desa secara keseluruhan berhasil melaksa-nakan 96 persen dari seluruh pengadaan gabah/beras dalam ne- geri untuk stock Pemerintah. Keberhasilan itu disebabkan, an- tara lain, oleh tersedianya fasilitas pasca panen, terutama gudang, lantai jemur dan kios (GLK), bagi KUD-KUD. Gudang yang telah dimiliki KUD-KUD sampai dengan tahun 1981 berjum- lah 2.237 buah, tersebar di seluruh daerah, kecuali DKI Ja-karta, Kalimantan Barat, Maluku dan Timor Timur. Lantai jemur berjumlah 1.986 buah, juga tersebar di seluruh daerah di luar ke empat daerah yang telah disebutkan di atas. Sedang kiosnya berjumlah 1.677 buah yang tersebar di daerah-daerah selain Jambi, Bengkulu, DKI Jakarta, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Maluku, Irian Ja- ya dan Timor Timur. Dalam tahun 1981/82 telah dibangun lagi OLK bagi KUD sebanyak 1.010 unit yang tersebar di daerah-daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I.Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan.

Page 38: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

XI/35

Page 39: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat
Page 40: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

TABEL XI – 19PERKEMBANGAN SIMPANAN ANGGOTA KOPERASI,

1978 – 1981

*) Angka diperbaiki

TABEL XI – 20PERKEMBANGAN DANA, JAMINAN DAN JUMLAH KREDIT

YANG DIJAMIN OLEH BANK*),1978/79 – 1981/82

*) Lembaga Jaminan Kredit Koperasi

TABEL XI – 21PERKEMBANGAN MODAL USAHA KOPERASI,

1978 – 1981

*) Angka diperbaiki

XI/36

Page 41: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

GRAFIK XI - 7PERKEMBANGAN SIMPANA ANGGOTA KOPERASI

1978/79 – 1981/82

XI/37

Page 42: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

GRAFIK XI – 8PERKEMBANGAN MODAL USAHA KOPERASI,

1978 – 1981

XI/38

Page 43: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

Gudang, lantai jemur dan kios tersebut merupakan salah sa- tu bantuan permodalan Pemerintah dalam bentuk kredit jangka panjang, yang diwujudkan dalam bentuk sarana usaha.

c. Hasil kegiatan penunjang

Demi teraedianya petugas pembina yang berhasil guna, se- tiap tahun dilaksanakan pendidikan, kursus dan latihan bagi para pembina yang telah bertugaa dan para pembina yang baru. Di Samping itu untuk memenuhi data yang diperlukan guna penetapan kebijaksanaan baik jangka pendek maupun jangka panjang serta untuk meningkatkan pengetahuan para pembina, maka setiap tahun diadakan kegiatan penelitian, baik dalam bidang organisasi maupun dalam bidang usaha.

(1) Pendidikan tenaga pembina koperasi

Untuk menunjang kegiatan-kegiatan pendidikan yang langsung diberikan kepada tenaga-tenaga dari lingkungan gerakan kope-rasi, diselenggarakan juga pendidikan bagi para pembina kope- rasi dari lingkungan Pemerintah, khususnya bagi para petugas dari Direktorat Jenderal Koperasi. Pendidikan dan kursus-kursus perkoperasian yang diselenggarakan bagi para pembina di lingkungan Direktorat Jenderal Koperasi sampai saat ini meliputi berbagai bidang keahlian seperti kepemimpinan, akun-tansi, perkreditan dan sebagainya. Perkembangan jumlah tenaga pembina yang memperoleh pendidikan dalam tahun-tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1981/82 dapat dilihat dari Tabel XI-22.

Dari tabel tersebut tampak bahwa tenaga pembina yang telah dipersiapkan dengan kursus-kursua perkoperasian pada tahun 1978/79 berjumlah 2.414 orang, pada tahun 1979/80 berjumlah 2.876 orang, dan pada tahun 1980/81 meningkat menjadi 3.748 orang. Jumlah tenaga pembina yang memperoleh kuraua pada ta- hun 1981/82 mencapai 3.707 orang.

(2) Penelitian perkoperasian

Penelitian perkoperasian yang telah dilaksanakan dalam ta- hun 1980/81 mencakup penelitian mengenai Pola Pembinaan dan Pengembangan Koperasi di bidang Perikanan di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sumatra Utara; Pola Pembinaan dan Pengembangan Koperasi di bidang Peternakan di Jawa Timur, Jawa Tengah dan D.I.Yogyakarta; Pola Pembinaan Golongan Ekonomi Lemah mela- lui Koperasi di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan; Sistem Pen-didikan dan Penyuluhan Perkoperasian di Jawa Barat, DKI. Ja- karta dan Kalimantan Selatan; Pola Pembinaan dan Pengembangan

Page 44: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

XI/39

Page 45: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

TABEL XI - 22PERKEMBANGAN JUMLAH TENAGA DARI LINGKUNGANPEMERINTAH YANG MEMPEROLEH PENDIDIKAN PEMBINA

PERKOPERASIAN,1978/79 - 1981/82

(orang)

*) Pengelola Pusat Latihan danPenataran Perkoperasian

XI/40

Page 46: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

Koperasi Pertanian di daerah Transmigrasi di Sulawesi Tengga- ra; Pre Feasibility Studi Cooperative Network sebagai Lembaga Pemasaran Penunjang Usaha Peningkatan Produksi Palawija di Jawa Timur, Lampung dan Sulawesi Selatan; Pola Pembinaan Ke-rajinan Rakyat dalam rangka Pembinaan Bahan Bangunan oleh Ko-perasi di Jawa Barat, Jawa Timur dan Sumatra Utara; Pengem-bangan Administrasi Usaha Koperasi menuju ke Federasi Audit Koperasi di Jawa Barat, Jawa Timur, D.I.Yogyakarta, Sulawesi Selatan dan Sumatra Utara; Kerjasama antara Koperasi dengan Badan-badan Usaha lain; Usaha-usaha untuk memupuk dan memper- kuat Permodalan Koperasi.

Sedang penelitian yang dilaksanakan dalam tahun 1981/82 mencakup Penelitian Efisiensi Pengadaan Pangan melalui KUD dan Non KUD: Penelitian Hasil-hasil Latihan dan Penataran Perkoperasian; Identifikasi Masalah Koperasi di bidang Indus- tri Kecil; Study Kelayakan Penentuan Lokasi baru Koperasi Listrik Pedesaan; Efisiensi Penyediaan Bahan Baku oleh Kope- rasi di bidang Industri Kecil dan Kerajinan Rakyat; Peneli- tian tentang Persoalan dan Manfaat Kerjasama antar Koperasi; Penelitian Hasil-hasil Pembinaan dan Pengembangan Administra- si Usaha Koperasi; Penelitian tentang Sistem Pendidikan dan Penyuluhan Koperasi; Penelitian Perangkaan dan Data Pokok Perkoperasian dalam rangka menyusun Profil Koperasi; Pengka- jian Program Pendidikan dan Manajemen Perkoperasian; Pengka- jian Pelaksanaan Kredit Candak Kulak dan manfaatnya bagi Ma-syarakat.

B. PERDAGANGAN DALAM NEGERI

1. Pendahuluan

Pembangunan dalam bidang perdagangan dalam negeri dalam Repelita III diarahkan untuk mencapai sasaran-sasaran beri- kut. Pertama, penyempurnaan prasarana-prasarana pemasaran, baik prasarana fisik maupun prasarana kelembagaan.

Kedua, meningkatkan kemampuan usaha lembaga-lembaga dan badan-badan pemasaran agar dapat melaksanakan kegiatan-kegiatannya dengan dayaguna yang semakin meningkat.

Ketiga, memperluas pasaran untuk mendukung kegiatan pro-duksi dalam negeri, terutama produksi yang dihasilkan oleh pengusaha-pengusaha kecil golongan ekonomi lemah, baik di pasaran dalam negeri maupun di pasaran luar negeri.

Page 47: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

XI/41

Page 48: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

Dan, keempat, meningkatkan pembinaan usaha pedagang kecil golongan ekonomi lemah.

2. Kebijaksanaan dan langkah-langkah

Untuk mencapai sasaran-sasaran yang disebutkan di atas se- lama tiga tahun yang lalu ditempuh empat kebijaksanaan dan langkah.

a. Menjaga kemantapan harga;b. Menyempurnakan prasarana pemasaran;c. Memperluas pasaran barang-barang produkai dalam negeri; dan d. Meningkatkan peranan pedagang-pedagang nasional dan peda-

gang-pedagang golongan ekonomi lemah.

a. Menjaga kemantapan harga

Apabila harga bahan-bahan produkai dan barang-barang kon-sumsi mantap, maka kegiatan-kegiatan pembangunan akan dapat terlaksana dengan lancar. Sebaliknya, seandainya harga umum- nya bergejolak-gejolak ataupun mengalami peningkatan yang ti- dak terkendalikan maka kegiatan pembangunan aangat terganggu. Apabila harga barang-barang tidak mantap, sasaran yang diten-tukan oleh Repelita III akan sangat aukar dicapai. Demikian- lah maka selama tiga tahun yang lalu telah dilaksanakan ber- bagai kebijaksanaan dan langkah guna menjaga kemantapan harga.

Langkah yang terpenting yang harus ditempuh untuk menjaga agar harga bahan-bahan produksi dan barang konaumai tetap mantap adalah mengusahakan aupaya persediaan bahan-bahan dan barang teraebut selalu dapat mengimbangi permintaan pada tingkat harga yang wajar. Untuk itu sejak beberapa tahun yang lalu antara lain diambil tindakan untuk menyelenggarakan stock nasional atau sarana penyangga nasional yang memadai.

Tujuan dari penyelenggaraan sarana penyangga tersebut ialah agar pengadaan dan penyaluran bahan dan barang, teru- tama yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian, dapat terlaksanakan selancar-lancarnya dan dengan harga yang layak. Kebijaksanaan tersebut meliputi beberapa jenis bahan penting tertentu seperti beras, gula, pupuk, semen, besi beton, kopra, cengkeh, garam, kertas koran, ban mobil, bahan baku seng dan benang tenun. Dengan semakin berkembangnya produksi bahan-bahan tersebut di dalam negeri dan semakin lancarnya kegiatan-kegiatan pemasarannya selama 3 tahun yang lalu, pelaksanaan sarana penyangga tersebut semakin dikurangi.

XI/42

Page 49: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

Dengan semakin meningkatnya kegiatan-kegiatan ekspor, terlebih-lebih setelah adanya kebijaksanaan 15 Nopember, te- lah diambil langkah-langkah untuk menjaga agar supaya harga barang dan bahan kebutuhan rakyat, baik barang konsumsi mau- pun bahan industri, tetap berada dalam batas-batas yang wa- jar. Karena itu maka dalam tahun yang lalu juga dilakukan pengawasan terhadap ekspor 20 komoditi yang antara lain ter- diri atas pupuk, semen, besi beton, ban mobil, kertas, aspal, gula, kayu gelondongan, kopra, minyak kelapa, minyak sawit, minyak inti kelapa sawit, stearin, olein, ternak dan daging.

Dalam rangka menjaga kemantapan harga dalam tahun yang la- lu selain dilakukan pengawasan terhadap bahan-bahan tersebut, tetap dibuka pula kesempatan untuk mengimpor bahan-bahan ter- tentu seperti beras, gula, kedelai dan cengkeh.

Dalam rangka menjamin kelangsungan serta kelancaran pe-ngadaan besi baja dan kemantapan harganya telah dikeluarkan Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1979 yang antara lain mene-tapkan :

(1) Menugaskan PT. Krakatau Steel untuk bertindak sebagai pu- sat pengadaan besi baja, senyawa besi yang sejenis dengan itu dan bahan baku untuk industri besi baja.

(2) Sebagai pusat pengadaan besi baja PT. Krakatau Steel me-rupakan badan yang dapat melakukan pembelian/impor besi baja, senyawa besi yang sejenis dengan itu dan bahan baku untuk keperluan industri besi baja dan lain-lain industri yang mebutuhkan bahan-bahan tersebut baik dari produksi dalam negeri maupun dari luar negeri, serta diwajibkan untuk mendistribusikan bahan-bahan tersebut secara ter-atur, berencana dan bersinambung dengan tingkat harga yang layak dan terkendalikan.

Pada tahun 1981 telah dilakukan perdagangan perintis di daerah Riau Kepulauan dan Maluku yang dilihat dari lokasi, prasarana, sarana, potensi dan pertumbuhan ekonomi tampak memerlukan perhatian lebih besar baik berkenaan dengan penye-diaan barang dan bahan maupun mengingat potensi barang dan bahan yang dapat dipasarkan ke daerah lain. Tujuan utama yang hendak dicapai dengan perdagangan perintis di daerah-daerah tersebut ada dua. Pertama, mengusahakan stabilitas harga ba- han dan barang dengan jalan menjaga stabilitas penyediaannya. Dan, kedua, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut dengan jalan mempertinggi intensitas hubungan per-dagangannya dengan daerah-daerah yang lain.

Page 50: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

XI/43

Page 51: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

Berkat ditempuhnya langkah-langkah tersebut maka perkem-bangan harga bahan-bahan di dalam negeri pada umumnya selalu berada dalam batas-batas yang terkendalikan. Dengan demikian para konsumen dan para produsen selama dua-tiga tahun yang lalu tidak mengalami gangguan harga yang berarti.

b. Menyempurnakan prasarana pemasaran

Dalam tahun 1978 sistem perizinan usaha,perdagangan telah mulai disederhanakan. Larigkah tersebut telah diambil dalam rangka penyempurnaan prasarana kelembagaan pemasaran demi ke-lancaran semua kegiatan dalam sektor perdagangan. Dalam rang-ka penyederhanaan sistem perizinan usaha perdagangan tersebut telah ditentukan bahwa mulai saat itu wewenang untuk menan-datangani Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) telah dilim-pahkan dari Kepala Kantor Wilayah Perdagangan kepada Kepala Kantor Perdagangan. Selanjutnya pada akhir tahun 1979 dike-luarkan lagi beberapa ketentuan yang pada dasarnya mengatur agar

(1) Isi/materi yang diatur dalam perizinan dagang tepat dan jelas, sehingga tidak menimbulkan berbagai macam penaf- siran;

(2) Prosedur perizinan sederhana, jelas dan cepat sehingga untuk memperoleh izin tidak perlu memakan waktu lama;

(3) Ada kepastian mengenai besarnya biaya yang terkait dengan perizinan tersebut, sehingga dapat dihindarkan adanya pungutan di luar ketentuan yang berlaku; dan

(4) Pemberian surat permohonan izin dapat dilakukan secara cuma-cuma oleh pejabat yang ditunjuk oleh Kantor Wilayah Perdagangan, Kantor Perdagangan atau Kantor Koperasi.

Di samping kebijaksanaan di atas, dalam rangka pengem-bangan dunia usaha pada bulan Pebruari 1982 telah dikeluarkan Undang-undang no. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusa- haan. Dalam undang-undang tersebut antara lain ditetapkan :

(1) Daftar Perusahaan dimaksudkan untuk mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat secara benar dari suatu perusahaan dan merupakan sumber informasi untuk semua pihak yang berkepentingan mengenai identitas, data, serta keterangan lainnya tentang perusahaan yng tercantum dalam Daftar Perusahaan dalam rangka menjamin kepastian berusaha.

(2) Daftar Perusahaan bersifat terbuka untuk semua pihak. (3) Setiap perusahaan wajib didaftarkan dalam Daftar Perusa-

haan.

XI/44

Page 52: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

(4) Apabila pemilik dan atau pengurus suatu perusahaan yang berkedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia tidak bertempat tinggal di wilayah Negara Republik Indonesia, pengurus atau kuasa yang ditugaskan memegang pimpinan perusahaan berkewajiban untuk mendaftarkan perusahaan yang dipimpinnya.

(5) Dikecualikan dari wajib daftar ialah :(a) Setiap Perusahaan Negara yang berbentuk Perusahaan

Jawatan (PERJAN); dan(b) Setiap Perusahaan Kecil Perorangan yang dijalankan

oleh pribadi pengusahanya atau dengan mempekerjakan hanya anggota keluarganya sendiri yang terdekat serta tidak memerlukan izin usaha dan tidak merupakan suatu badan hukum atau suatu persekutuan.

(6) Perusahaan yang wajib didaftar dalam Daftar Perusahaan adalah setiap perusahaan yang berkedudukan dan menjalan- kan usahanya di wilayah Negara Republik Indonesia menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ter-masuk di dalamnya kantor cabang, kantor pembantu, anak perusahaan serta agen dan perwakilan dari perusahaan yang mempunyai wewenang untuk mengadakan perjanjian.

Dalam rangka usaha membantu. Pemerintah-pemerintah Daerah Tingkat II yang akan melaksanakan pembangunan dan atau pemu-garan pasar yang diperuntukkan bagi para pedagang kecil go-longan ekonomi lemah, sejak tahun 1976/77 telah disediakan kredit tanpa bunga melalui Inpres Pembangunan dan Pemugaran Pasar. Lama jangka waktu pinjaman kredit tersebut 10 tahun, dengan masa tenggang 2 tahun. Kemudian dalam 1980/81 lama jangka waktu pinjaman kredit tersebut diperpanjang menjadi 15 tahun. Di samping itu pada tahun 1979 juga dikeluarkan Inpres Pertokoan yang bertujuan memberikan bantuan kepada Pemerin- tah-pemerintah Daerah Tingkat II yang akan melaksanakan pem-bangunan dan atau pemugaran pusat pertokoan/perbelanjaan/ perdagangan.

Penyediaan bantuan kredit itu sangat besar artinya bagi Pemerintah Daerah, karena tanpa bantuan itu apabila hendak membangun atau memugar pasar Pemerintah Daerah harus menggu-nakan dana kredit yang berjangka waktu pendek dengan bunga yang cukup tinggi. Dalam keadaan demikian Pemerintah Daerah harus mengenakan sewa yang cukup tinggi pula terhadap para pedagang yang menempati pasar ataupun pertokoan yang dibangun.

Dalam bab Pangan dan Perbaikan Gizi telah dikemukakan hasil-hasil pembangunan gudang pangan. Khusus untuk memenuhi kebutuhan akan tempat penyimpanan pupuk pada akhir 1981/82

XI/45 -

Page 53: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

XI/45

XI/45 -

Page 54: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

telah tersedia gudang-gudang yang seluruhnya mempunyai kapa- sitas kurang lebih 430 ribu ton.

Dalam rangka peningkatan dayaguna pemasaran pada tahun 1981/82 juga diselenggarakan informasi pasar. Kegiatan itu dilakukan dengan maksud menyediakan informasi mengenai ber- bagai aspek pemasaran terutama yang berkenaan dengan hasil-hasil pertanian baik bagi para petani produsen, pedagang go-longan ekonomi lemah maupun bagi para konsumen.

Dalam rangka peningkatan pelayanan bagi para konsumen, terutama untuk menjaga perlindungan kebenaran dalam serah terima barang, sejak 1 April 1981 mulai diberlakukan Undang-undang Metrologi Legal. Undang-undang itu di samping berguna untuk melindungi para konsumen terhadap ketidak tertiban da- lam transaksi barang, juga berguna untuk mempermudah dan memperlancar kegiatan usaha para produsen barang dan jasa.

c. Memperluas pasaran barang-barang produksi dalam negeri

Dalam rangka memperluas pasaran barang-barang produksi dalam negeri, sejak tahun 1975 di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya telah diselenggarakan kegiatan pusat-pusat pa-meran dagang. Kegiatan pusat-pusat pameran dagang itu dalam tahun 1981/82 juga dilakukan. Di samping itu, dalam rangka memperluas pasaran barang-barang produksi dalam negeri, sejak tahun 1975 dalam Keputusan Presiden tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara antara lain ditetapkan bahwa Departemen/Lembaga Pemerintah dalam melaksanakan penga-daan/pembelian barang-barang/peralatan harus mengutamakan ha- sil produkai dalam negeri. Kebijaksanaan itu sampai sekarang masih dijalankan dan bahkan semakin dimantapkan pelaksanaan- nya.

d. Meningkatkan peranan pedagang nasional dan pedagang go-longan ekomoni lemah.

Untuk memperluas lapangan usaha serta untuk meningkatkan peranan para pengusaha golongan ekonomi lemah dalam bidang pemasaran pada umumnya dan bidang perdagangan khususnya teru- tama telah ditempuh langkah-langkah seperti di bawah ini.

Dalam rangka pelaksanaan Undang-undang No.6/1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri, pada tahun 1977 telah dikeluar- kan Peraturan Pemerintah No. 36/1977 tentang Pengakhiran

XI/46

Page 55: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

Kegiatan Usaha Asing Dalam Bidang Perdagangan. Dalam pera- turan tersebut antara lain ditetapkan hal-hal berikut.

(1). Perusahaan Perdagangan Asing agar :(a) mengalihkan kegiatan usahanya ke bidang industri atau

ke bidang produksi lainnya;(b) mengalihkan pemilikan atas perusahaan kepada perusa-

haan perdagangan nasional atau kepada perorangan war-ganegara Indonesia; atau

(c) khusus yang induk perusahaannya di luar negeri, menunjuk perusahaan perdagangan nasional sebagai penyalur/agen dan atau membuka perwakilan perusahaan perdagangan.

(2). Perusahaan Perdagangan Asing Domestik agar :

(a) mengalihkan usahanya ke bidang industri atau ke bi- dang produksi lainnya; atau

(b) mengalihkan pemilikan atas perusahaannya kepada peru sahaan perdagangan nasional atau perorangan wargane- gara Indonesia.

Sebagai tindak lanjut dari pada peraturan tersebut dalam tahun 1978 telah dikeluarkan keputusan yang mengatur hal-hal mengenai Perizinan Usaha Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing. Dalam. keputusan tersebut ditetapkan bahwa suatu usaha perwakilan perusahaan perdagangan asing :

(1) hanya diperkenankan melakukan kegiatan memperkenalkan dan memajukan pemasaran barang-barang;

(2) hanya diperkenankan melakukan penelitian pasar dan penga- wasan penjualan;

(3) tidak diperkenankan melakukan kegiatan-kegiatan perda- gangan dalam arti melakukan suatu perikatan/transaksi penjualan; dan

(4) hanya diberikan izin usaha untuk satu tempat saja di se-luruh wilayah Indonesia.

Dalam rangka membantu pengusaha-pengusaha kecil golongan ekonomi lemah itu pula maka dikeluarkan Keppres No. 14 tahun 1979. Dalam Keppres itu perusahaan yang digolongan sebagai perusahaan golongan ekonomi lemah adalah perusahaan yang me-menuhi tiga ketentuan berikut :

(1) Sekurang-kurangnya 50 persen dari modal perusahaan dimi- liki oleh pribumi;

XI/47

Page 56: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

(2) Lebih dari separo Dewan Komisaris perusahaaan adalah pri- bumi dan lebih dari separo Direksi perusahaan adalah pri-

Page 57: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

Dalam hal ini Keppres No. 18, tahun 1981 menambahkan: Da- lam hal Perusahaan Perorangan, maka perorangan yang bersangkutan adalah pribumi.

(3) Jumlah modal dan kekayaan bersih (netto) perusahaan ada- lah sebagai berikut:

(a) untuk bidang usaha perdagangan dan jasa lainnya di bawah Rp 25 juta;

(b) untuk bidang usaha industri dan kontruksi di bawah Rp 100 juta.

Sehubungan dengan kebijaksanaan mengembangkan pedagang golongan ekonomi lemah Keppres tersebut menetapkan bahwa :

(1) untuk pemborongan/pembelian' yang bernilai sampai dengan Rp 20 juta dilaksanakan oleh pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah setempat melalui SPK atau kontrak;

(2) untuk pemborongan/pembelian yang bernilai di atas Rp 20 juta sampai dengan Rp 50 juta diadakan pelelangan antara pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah setempat;

(3) untuk pemborongan/pembelian yang bernilai di atas Rp 50 juta sampai dengan Rp 100 juta diadakan pelelangan antara pemborong/rekanan setempat dengan memberikan kelonggaran kepada pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah sebesar 10 persen di atas penawaran yang memenuhi syarat dari pe- serta yang tidak termasuk dalam golongan ekonomi lemah.

Dalam hal pekerjaan pemborongan/pembelian barang dalam Keppres tersebut-antara lain ditetapkan :

(1) pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah yang memperoleh pekerjaan pemborongan/pembelian barang dengan kelonggaran 10 persen harus melaksanakan sendiri pekerjaan pemborong-an/pembelian tersebut dan dilarang menyerahkan pekerjaan pemborongan/pembelian barang tersebut kepada pihak lain;

(2) apabila dalam pelelangan untuk pemborongan/pembelian yang terpilih adalah pemborong/rekanan yang tidak termasuk go-longan ekonomi lemah, maka dalam surat perjanjian (kon-trak) ditetapkan kewajiban pemborong/rekanan tersebut un- tuk bekerjasama dengan pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah setempat, antara lain dengan sub Kontraktor atau leveransir barang, bahan dan jasa.

XI/48

Page 58: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

Selain itu, dalam Keppres tersebut juga ditetapkan bahwa pemborong/rekanan yang memperoleh kontrak pemborongan peker- jaan atau kontrak pembelian Pemerintah dapat memperoleh kre- dit dari Bank Pemerintah untuk membiayai pelaksanaan kontrak tersebut.

Dari perumusan ketentuan-ketentuan di atas ini jelas se- kali betapa para pengusaha/pedagang di daerah-daerah diberi dorongan untuk berkembang.

Usaha lain yang juga dimaksudkan untuk meningkatkan pe- ranan pedagang kecil golongan ekonomi lemah adalah meningkat-kan pengetahuan dan ketrampilan mereka. Dalam tahun 1981/82 pelaksanaan kegiatan ini dilanjutkan dan ditingkatkan.

Dapat disimpulkan bahwa pada umumnya kelemahan para pe-dagang golongan ekonomi lemah meliputi masalah-masalah ke-trampilan usaha, permodalan, jiwa kewiraswastaan, tempat usaha dan pengadministrasian usaha termasuk manajemen. Sehu-bungan dengan hal-hal tersebut Pemerintah telah melakukan pembinaan, antara lain dengan :

(1) Meningkatkan ketrampilan usaha melalui penataran-penataran dan konsultasi serta mengadakan diskusi antara para pengusaha dan antara instansi Pemerintah dan non-Pemerintah;

(2) Memberikan bantuan permodalan berupa kredit dengan ting- kat bunga yang rendah, misalnya kredit dalam bentuk Kre- dit Investasi Kecil (KIK) dan Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP). Dalam rangka penyediaan fasilitas permodalan bagi perusahaan-perusahaan golongan ekonomi lemah Keppres 14 A juga menentukan bahwa pengusaha-pengusaha yang memperoleh kontrak pemborongan pekerjaan atau kontrak pembelian dari Pemerintah dapat memperoleh kredit dari Bank Pemerintah untuk membiayai pelaksanaan kontrak tersebut;

(3) Mengusahakan pengadaan tempat usaha atas dasar Inpres Pa- sar dan Inpres Pertokoan

(4) Memberikan bantuan pemasaran melalui pameran dagang dan kontrak dagang baik di dalam negeri maupun di luar nege- ri; dan

(5) Memberikan bimbingan konsultasi dan penyuluhan untuk me-ningkatkan ketrampilan dan pengetahuan mereka mengenai kegiatan pemasaran

Page 59: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

XI/49

Page 60: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

e. Peningkatan dayaguna perdagangan komoditi-komoditi ter-tentu

Dalam rangka usaha menjamin tersedianya pupuk dan pesti- sida di wilayah unit desa untuk memenuhi kebutuhan petani yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi prasarana di In-donesia, maka sejak Maret 1980 ditetapkan bahwa penyediaan pupuk dan pestisida di lini III dan IV untuk keperluan Bimas dan non Bimas dibagi dalam 4 kelompok wilayah pengadaan dan untuk masing-masing kelompok ditetapkan pola sebagai berikut :

Berkat ditempuhnya langkah tersebut penyediaan pupuk dan pestisida bagi para petani ternyata bertambah mantap.

Untuk lebih meningkatkan kegiatan pemasaran cengkeh dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para petani yang menghasilkannya pada tahun 1980 telah dikeluarkan SK Menteri Perdagangan dan Koperasi tentang tataniaga cengkeh produksi dalam negeri antara lain menetapkan bahwa harga da- sar pembelian cengkeh oleh KUD dari petani ditetapkan sebesar Rp 6.500,-/kg, sedang harga dasar lelang untuk cengkeh yang diantar pulaukan ditetapkan sebesar Rp.7.000,-/kg.

Menjelang akhir tahun 1980 harga dasar pembelian cengkeh oleh KUD dari petani ditingkatkan menjadi Rp 7.500,-/kg dan

XI/50

Page 61: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

XIJ51

berlaku di seluruh Tanah Air. Di aamping itu, harga dasar le-lang untuk cengkeh yang di antar-pulaukan ditingkatkan men- jadi Rp 8.000,-/kg.

Selain menetapkan harga surat keputusan tersebut juga menetapkan hal-hal berikut :

(1) Cengkeh yang diantar-pulaukan dikenakan sumbangan reha-bilitasi cengkeh sebesar Rp 500,-/kg;

(2) Pengangkutan antar pulau cengkeh harus dilengkapi dengan bukti pembayaran lelang, fee lelang dan aumbangan rehabilitasi cengkeh (SRC);

(3) Pengangkutan antar pulau cengkeh harus disertai dengan Surat Keterangan Asal (SKA) yang berfungsi sebagai surat jalan yang dilengkapi dengan surat pembayaran SRC. Ceng- keh yang diangkut ke Jawa melalui ferry harus dengan Su- rat Izin Pengangkutan Antar Pulau Cengkeh (SIPAP C) yang berlaku sebagai SKA;

(4) Pembelian cengkeh langsung kepada petani dilaksanakan oleh KUD yang telah diseleksi dan selanjutnya KUD membawa hasil pembeliannya ke tempat-tempat pelelangan untuk dilelang. Pelelangannya dilaksanakan PUSKUD.

(5) Dalam pola tataniaga cengkeh yang baru, wilayah dibagi atas 2 bagian, yaitu :

(a) daerah tempat diberlakukannya tataniaga cengkeh yangbaru, meliputi daerah-daerah Aceh, Sumatra Utara, Su-matra Barat, Lampung, Sulawesi Utara dan Maluku; dan

(b) daerah lain di mana perdagangan cengkeh dilaksanakansecara bebas.

Dalam tahun 1981/82 peranan koperasi dalam penanganan operasional tataniaga cengkeh juga semakin ditingkatkan.

Dalam tahun 1980 oleh Menteri Perdagangan dan Koperasi ditetapkan bahwa harga dasar garam kwalitas I adalah Rp.15,-/kg, kwalitas II Rp 12,-/kg dan kwalitas III Rp.9,-/kg, masing-masing dalam bentuk curai di ladang petani.

Selanjutnya, dalam rangka usaha meningkatkan taraf hidup para petani produsen garam serta untuk mendorong usaha-usaha peningkatan produksi garam maka harga dasar garam tersebut pada bulan Juni 1981 ditingkatkan menjadi : kwalitas I Rp.17,-/kg, kwalitas II Rp 14,-/kg dan kwalitas III Rp 10,-/ kg. Sedang pada bulan Mei 1982 harga dasar garam ditingkatkan lagi menjadi : kwalitas I Rp 25,-/kg, kwalitas II Rp 21,-/kg dan kwalitas III Rp 17,50/kg.

Page 62: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

XIJ51

XI/51

Page 63: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

Selain itu ketetapan teraebut menentukan bahwa :

(1) PN Garam sebagai pemegang atock nasional garam diberi tu- gas :(a) menjamin harga yang layak bagi petani produsen garam

dan memelihara stabilitas harga garam pada tingkat yang wajar bagi konsumen; dan

(b) dalam hal terjadi kelangkaan stock serta gejolak har-ga garam di suatu daerah, PN Garam diwajibkan melaku-kan tindakan penanggulangan secepatnya.

(2) Pembelian garam rakyat oleh PN Garam dilakukan melalui KUD dengan harga dasar yang ditetapkan seperti yang telah diuraikan di atas. Dalam hal KUD belum berfungsi sebagai-mana mestinya PN Garam dapat membeli langaung dari petani garam.

(3) Perdagangan antar pulau garam, baik untuk keperluan kon-sumsi maupun untuk induatri, dapat dilakukan oleh PN.-Garam, Persero Niaga, Koperasi dan Perusahaan Swasta. Perusahaan-perusahaan tersebut melaksanakan penyaluran garam melalui penyalur-penyalur yang ditunjuk sendiri dan disyahkan oleh Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri.

(4) PN Garam dan KUD berkewajiban melakukan pembelian garam sesuai dengan harga dasar, pun apabila harga di pasaran umum berada di bawah harga dasar.

Dalam tahun 1980 telah dikeluarkan SKB Menteri Pertanian, Menteri Perindustrian serta Menteri Perdagangan dan Koperasi mengenai pengaitan kewajiban penyediaan kayu untuk kebutuhan dalam negeri dengan kegiatan ekspor kayu bulat beserta pera-turan pelaksanaannya. Maksud dikeluarkannya SKB itu adalah untuk mengusahakan agar kebutuhan di dalam negeri untuk tu- juan konsumsi, dan lebih-lebih untuk memenuhi kebutuhan in-dustri pengolahan kayu, dapat terpenuhi dengan harga yang wa-jar. Di dalam kebijaksanaan tersebut antara lain ditetapkan :

1. Ada kewajiban bagi pengusaha yang hendak mengekspor kayu bulat untuk menyediakan kayu guna memenuhi kebutuhan da- lam negeri;

2. Ekspor kayu bulat hanya dapat dilakukan oleh eksportir kayu bulat terdaftar;

3. Penyediaan kayu untuk kebutuhan dalam negeri tersebut dapat berbentuk kayu bulat, kayu gergajian dan atau kayu lapis;

4. Izin ekspor kayu bulat dikeluarkan setelah eksportir yang bersangkutan dapat memberikan bukti realisasi kewajiban penyediaan kayu untuk kebutuhan dalam negeri.

XI/52

Page 64: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

3.Hasi1-hasil Pelaksanaan

Kebijaksanaan dan langkah yang telah diambil dalam rangka usaha menjaga kemantapan harga, bersama-sama dengan kebijak-sanaan dan langkah yang lain, telah membuahkan hasil-hasil seperti yang ditunjukkan oleh Tabel-tabel XI-23 dan XI-25 dan Tabel-tabel XI-27 sampai dengan XI-30. Tabel-tabel tersebut masing-masing menunjukkan perkembangan harga rata-rata besi beton, semen, minyak goreng, gula pasir, minyak tanah dan tekstil di beberapa kota selama beberapa bulan dalam tahun-tahun 1978/79 sampai dengan 1981/82.

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, keadaan dan perkem-bangan harga besi beton dalam tahun 1981/82 di pasaran dalam negeri cukup mantap. Hal ini tampak dari Tabel XI-23 dan Gra-fik XI-9

Dewasa ini di Indonesia telah terdapat 29 pabrik besi be-ton dengan kapasitas 947.000 ton. Umumnya kebutuhan akan besi beton yang berkisar sekitar 500.000 ton per tahun dapat di-penuhi dari pengadaan dalam negeri. Bahkan pada tahun 1978 dapat mengekspor dalam jumlah yang cukup berarti. Sejak tahun 1979 ekspor besi beton kita menurun karena menghadapi saingan yang lebih ketat dari negara lain dan karena meningkatnya re-sesi dunia.

Perkembangan mengenai produksi, impor dan ekspor besi be-ton selama tahun-tahun 1978-1981 tapak pada Tabel XI-24

Harga semen di pasaran dalam negeri sebagai yang dicer-minkan oleh harga semen di kota-kota besar dalam tahun 1981/82 dapat dilihat dari Tabel XI-25 dan Grafik XI-10. Da- lam tahun-tahun yang lalu di tempat-tempat tertentu pernah terjadi lonjakan-lonjakan harga, tetapi lonjakan-lonjakan itu umumnya segera dapat teratasi. Salah satu jalan yang ditempuh untuk mengatasi lonjakan-lonjakan tersebut ialah menempuh ke-bijaksanaan yang menetapkan bahwa kebutuhan beberapa daerah yang rawan semen juga dipenuhi dengan semen impor.

Perkembangan harga-harga minyak goreng, gula pasir, mi- nyak tanah dan tekstil kasar pada umumnya cukup mantap, seba-gai yang ditunjukkan dalam Tabel-tabel XI-27 sampai dengan XI-30 dan Grafik XI-11 sampai dengan XI-14.

Dalam tahun 1980 terjadi lonjakan-lonjakan harga gula pa- sir yang cukup berarti di beberapa tempat. Dalam hubungan ini

XI/53

Page 65: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

TABEL XI – 23PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN BESI BETON

DI JAKARTA,1978/79 – 1981/82

(Rp/Kg)

TABEL XI – 24PRODUKSI, IMPOR DAN EKSPOR BESI BETON,

1978/79 – 1981/82(ribu ton)

XI/54

Page 66: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

GRAFIK XI – 9PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN BESI BETON

DI JAKARTA,1978/79 – 1981/82

XI/55

SS/IX

Page 67: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

TABEL XI – 25PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN SEMEN

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,1978/79 – 1981/82

(Rp./karung)

XI/56

Page 68: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

GRAFIK XI – 10PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN SEMEN

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,1978/79 – 1981/82

(Rp/karung)

XI/57

Page 69: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

TABEL XI – 26PRODUKSI, IMPOR DAN EKSPOR SEMEN,

1978/79 1981/82(ribu ton)

*) Angka diperbaiki

XI/58

Page 70: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

TABEL XI – 27PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,1978/79 – 1981/82

(Rp/botol)

Page 71: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

XI/59

Page 72: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

GRAFIK XI - 11PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,1978/79 – 1981/82

(Rp/botol)

XI/60

Page 73: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

TABEL XI – 28PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN GULA PASIR

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,1978/79 – 1981/82

(Rp/kg)

Page 74: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

XI/61

Page 75: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

GRAFIK XI – 12PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN GULA PASIR

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA1978/79 – 1981/82

(Rp/kg)

XI/62

Page 76: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

TABEL XI – 29PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK TANAH

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,1978/79 – 1981/82

(Rp/botol)

*) Rp/liter

XI/63

Page 77: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

GRAFIK XI - 13PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK TANAH

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,1978/79 – 1981/82

XI/64

Page 78: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

TABEL XI – 30PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN TEKSTIL KASAR

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,1978/79 – 1981/82

(Rp/meter)

Page 79: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

XI/65

Page 80: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

GRAFIK XI – 14PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN TEKSTIL KASAR

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,1978/79 – 1981/82

(Rp/meter)

XI/66

Page 81: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

menjelang akhir tahun 1980 telah ditetapkan kebijaksanaan ba-ru mengenai tataniaga gula pasir produksi dalam negeri. Be- berapa hal yang ditetapkan dalam kebijaksanaan tataniaga gula pasir itu adalah :

(1) Seluruh hasil produksi gula pasir dalam negeri dibeli dan disalurkan oleh Pemerintah, dalam hal ini Bulog.

(2) Pengadaan tebu setara gula dari kelompok tani Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) yang disetorkan kepada pabrik gula dilakukan oleh Koperasi Unit Desa (KUD).

(3) Untuk melindungi kepentingan konsumen ditetapkan Harga Pedoman Setempat (HPS).

Menjelang akhir tahun 1980 BULOG ditetapkan sebagai pem-beli/penampung semua gula pasir hasil produksi seluruh pabrik gula, baik milik Pemerintah maupun milik swasta. Selanjutnya ditetapkan pula bahwa pmebelian/pengumpulan tebu dari para petani dilaksanakan oleh Koperasi Unit Desa (KUD). Dengan penetapan itu diharapkan pengadaan dan penyaluran gula pasir akan menjadi lebih lancar dan harganya tetap stabil. Di sam- ping itu dengan ditugaskannya Koperasi Unit Desa untuk mela-kukan pengumpulan/pembelian tebu dari para petani, khususnya dari kelompok tani Tebu Rakyat, peranan KUD dalam perekono- mian rakyat akan meningkat dan demikian juga kesejahteraan para petani.

Pasar yang dibangun dan atau dipugar sebagai pelaksanaan Inpres Pembangunan dan Pemugaran Pasar sampai dengan tahun 1978/79 berjumlah 487 buah dan tersebar di 26 propinsi. Jum- lah tersebut sampai dengan tahun-tahun 1979/80 dan 1980/81 masing-masing bertambah menjadi 685 buah dan 968 buah. Dalam tahun 1981/82 jumlah tersebut meningkat lagi sehingga menca- pai 1.619 buah. Pembangunan dan pemugaran pasar atas dasar Inpres tersebut tidak hanya di ibukota kabupaten/kotamadya, tetapi juga di luar ibukota kabupaten/kotamadya.

Dalam rangka pelaksanaan Inpres Pertokoan, sampai dengan akhir tahun 1981/82 telah dibangun kios/stand di daerah-dae-rah Jawa Timur, Riau, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Kalimantan Timur yang seluruhnya meliputi 8.349 buah.

Penyelenggaraan pusat-pusat pameran dagang yang diseleng garakan di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya dalam tahun 1981/82 juga dilaksanakan. Jumlah perusahaan yang ikut serta dalam pameran dalam tahun 1978/79, 1979/80 dan 1980/81 masing-masing meliputi 350 buah, 990 buah dan 1.150 buah. Jumlah peserta dalam pameran yang diselenggarakan dalam tahun

Page 82: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

XI/67

Page 83: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

1981/82 menjadi 1.030 bush. Pusat-pusat pameran dagang terse- but oleh para pengusaha juga semakin dimanfaatkan sebagai pu- sat informasi pasar mengenai barang-barang hasil produksi da-lam negeri.

Dalam tahun 1981/82 pengadaan pupuk untuk para petani juga berjalan dengan lancar. Tabel XI-31 menyatakan perkem-bangan jumlah penyaluran ppupuk untuk para petani selama ta- hun-tahun 1978/79, 1979/80, 1980/81 dan 1981/82. Dari tabel tersebut tampak bahwa pupuk urea dan TSP/DAP yang disalurkan dalam MT 1981 masing-masing berjumlah 827,7 ribu ton dan 262,4 ribu ton. Dan dalam MT 1981/82 1.327,4 ribu ton dan 470,5 ribu ton.

Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya jumlah penya- luran dalam MT 1981 dan MT 1981/82 lebih besar. Jumlah penya-luran pupuk urea dan TSP/DAP dalam MT 1978 masing-masing me- liputi 407,7 ribu ton dan 116,3 ribu ton; dalam MT 1978/79 611,9 ribu ton dan 151,3 ribu ton. Dalam MT 1979 jumlah ter-sebut masing-masing 521,7 ribu ton dan 125,9 ribu ton; dalam MT 1979/80 852,3 ribu ton dan 224,9 ribu ton. Sedang dalam MT 1980 jumlah penyaluran pupuk urea dan TSP/DAP tersebut masing-masing mencapai 712,7 ribu ton dan 186,4 ribu ton; dalam MT 1980/81 1.166,2 ribu ton dan 372,0 ribu ton.

Dalam tahun 1981/82 perkembangan pengadaan dan penyaluran pestisida juga berjalan dengan lancar. Selama tahun-tahun 1978/79, 1979/80 dan 1980/81 pestisida yang tersalurkan ma-sing-masing berjumlah 2.365,0 ribu kg/lt, 3.744,6 ribu kg/lt dan 3.434,3 ribu kg/lt. Sedang dalam tahun 1981/82 jumlah pe-nyaluran bahan tersebut mencapai 6.130,5 ribu kg/lt.

Dalam bidang pemasaran cengkeh, dalam tahun 1979 perda-gangan antar pulau bahan itu mencapai 9.091,2 ribu kg dan im-pornya 9.106,0 ribu kg. Sejak bulan Maret 1980 pemasaran cengkeh dilaksanakan melalui pelelangan-pelelangan yang dise-lenggarakan oleh Pusat-pusat Koperasi Unit Desa. Pelelangan yang diselenggarakan dalam tahun 1980 berhasil mencakup 11.646,1 ton cengkeh. Pelelangan tersebut diselenggarakan di daerah-daerah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Sulawesi Utara dan Maluku.

Dalam tahun 1981 jumlah cengkeh yang berhasil dilelang mencapai 13.544,7 ton.

Pengadaan dan penyaluran kopra dalam tahun 1981 juga ber- jalan lancar. Dalam tahun-tahun 1978, 1979 dan 1980 kopra dan

XI/68

Page 84: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

TABEL XI – 31REALISASI PENYALURAN PUPUK,

MUSIM TANAM 1978 – MUSIM TANAM 1981/82(ribu ton)

*) Angka diperbaiki

minyak kelapa (setara kopra) yang telah diantar pulaukan masing-masing berjumlah 3611,15 ribu ton, 382,34 ribu ton dan 342,67 ribu ton. Sedang dalam tahun 1981 volume perdagangan antar pulau kopra mancapai 333,72 ribu ton.

Dengan dilaksanakannya kebijaksanaan Pengakhiran Kegiat- an Usaha Asing kesempatan berusaha bagi pengusaha-pengusaha nasional bertambah luas. Hal itu antara lain tampak dari per-kembangan jumlah pedagang nasional yang terdaftar. Dalam ta- hun-tahun 19778, 1979 dan 1980 masing-masing perusahaan yang terdaftar di seluruh Indonesia berjumlah 299.371, 331.126 dan 359.092.

Dalam tahun 1981 jumlah perusahaan yang terdaftar terse- but meningkat lagi menjadi 439.612.

Dalam tahun 1978/79 jumlah pedagang yang ditatar dan men- dapat kesempatan berkonsultasi masing-masing sebanyak 1.621 orang dan 1.333 orang. Dalam tahun 1979/80 jumlah tersebut mencapai 2.056 orang dan 1.775 orang dan dalam tahun 1980/81 berjumlah 2.044 orang dan 1.692 orang. Dalam tahun 1981/82 pedagang yang ditatar dan mendapat kesempatan berkonsultasi masing-masing berjumlah 1.356 orang dan 1.282 orang.

XI/69

Page 85: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

TABEL XI – 32PEMBINAAN PEDAGANG GOLONGAN EKONOMI LEMAH,

1978/79 –1981/82(orang)

XI/70

Page 86: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat

Sejak tahun 1978/79 pelaksanaan penataran dan kesempatan berkonsultasi bagi pedagang golongan ekonomi lemah tidak lagi terbatas di ibukota propinsi tetapi telah meluas ke kota-kota kabupaten/kotamadya. Perkembangan ini dapat dilihat di dalam Tabel XI-32.

Demikianlah gambaran mengenai perkembangan sub sektor perdagangan dalam negeri selama 3 tahun yang lalu.

XI/71

Page 87: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPembinaan koperasi di bidang kerajinan rakyat juga menunjukkan adanya kemajuan. Perkembangan usaha koperasi di bidang kerajinan rakyat