29
Korupsi atau rasuah (bahasa Latin : corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak , menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri , serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak [1] . Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: perbuatan melawan hukum , penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana, memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, namun bukan semuanya, adalah memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan ), penggelapan dalam jabatan, pemerasan dalam jabatan, ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), dan menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri /penyelenggara negara). Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi , yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri , dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali. Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan

Korupsi - Artikel_2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

artikel tentang korupsi

Citation preview

Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak[1].Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: perbuatan melawan hukum, penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana, memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, namun bukan semuanya, adalah memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan), penggelapan dalam jabatan, pemerasan dalam jabatan, ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), dan menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan antara korupsi dan kriminalitas|kejahatan.Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.Daftar isi 1 Kondisi yang mendukung munculnya korupsi 2 Dampak negatif 2.1 Demokrasi 2.2 Ekonomi 2.3 Kesejahteraan umum negara 3 Bentuk-bentuk penyalahgunaan 3.1 Penyogokan: penyogok dan penerima sogokan 3.2 Sumbangan kampanye dan "uang haram" 4 Tuduhan korupsi sebagai alat politik 5 Mengukur korupsi 6 Lihat pula 7 Referensi 8 Pranala luar 9 Referensi

Kondisi yang mendukung munculnya korupsi Konsentrasi kekuasaan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab langsung kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim yang bukan demokratik. Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar dari pendanaan politik yang normal. Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar. Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan "teman lama". Lemahnya ketertiban hukum. Lemahnya profesi hukum. Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa. Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil.mengenai kurangnya gaji atau pendapatan pegawai negeri dibanding dengan kebutuhan hidup yang makin hari makin meningkat pernah di kupas oleh B Soedarsono yang menyatakan antara lain " pada umumnya orang menghubung-hubungkan tumbuh suburnya korupsi sebab yang paling gampang dihubungkan adalah kurangnya gaji pejabat-pejabat....." namun B Soedarsono juga sadar bahwa hal tersebut tidaklah mutlak karena banyaknya faktor yang bekerja dan saling memengaruhi satu sama lain. Kurangnya gaji bukanlah faktor yang paling menentukan, orang-orang yang berkecukupan banyak yang melakukan korupsi. Namun demikian kurangnya gaji dan pendapatan pegawai negeri memang faktor yang paling menonjol dalam arti merata dan meluasnya korupsi di Indonesia, hal ini dikemukakan oleh Guy J Parker dalam tulisannya berjudul "Indonesia 1979: The Record of three decades (Asia Survey Vol. XX No. 2, 1980: 123). Begitu pula J.W Schoorl mengatakan bahwa " di Indonesia di bagian pertama tahun 1960 situasi begitu merosot sehingga untuk sebagian besar golongan dari pegawai, gaji sebulan hanya sekadar cukup untuk makan selama dua minggu. Dapat dipahami bahwa dalam situasi demikian memaksa para pegawai mencari tambahan dan banyak diantaranya mereka mendapatkan dengan meminta uang ekstra untuk pelayanan yang diberikan". ( Sumber buku "Pemberantasan Korupsi karya Andi Hamzah, 2007) Rakyat yang cuek, tidak tertarik, atau mudah dibohongi yang gagal memberikan perhatian yang cukup ke pemilihan umum. Ketidakadaannya kontrol yang cukup untuk mencegah penyuapan atau "sumbangan kampanye".Dampak negatifDemokrasiKorupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di dalam dunia politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (good governance) dengan cara menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan umum dan di badan legislatif mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem pengadilan menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di pemerintahan publik menghasilkan ketidak-seimbangan dalam pelayanan masyarakat. Secara umum, korupsi mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.Ekonomi

Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dan mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan.Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor private, korupsi meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan risiko pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan. Walaupun ada yang menyatakan bahwa korupsi mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus yang baru muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan hambatan baru. Dimana korupsi menyebabkan inflasi ongkos niaga, korupsi juga mengacaukan "lapangan perniagaan". Perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi dari persaingan dan sebagai hasilnya mempertahankan perusahaan-perusahaan yang tidak efisien.Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor publik dengan mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang mana sogokan dan upah tersedia lebih banyak. Pejabat mungkin menambah kompleksitas proyek masyarakat untuk menyembunyikan praktek korupsi, yang akhirnya menghasilkan lebih banyak kekacauan. Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur; dan menambahkan tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah.Para pakar ekonomi memberikan pendapat bahwa salah satu faktor keterbelakangan pembangunan ekonomi di Afrika dan Asia, terutama di Afrika, adalah korupsi yang berbentuk penagihan sewa yang menyebabkan perpindahan penanaman modal (capital investment) ke luar negeri, bukannya diinvestasikan ke dalam negeri (maka adanya ejekan yang sering benar bahwa ada diktator Afrika yang memiliki rekening bank di Swiss). Berbeda sekali dengan diktator Asia, seperti Soeharto yang sering mengambil satu potongan dari semuanya (meminta sogok), namun lebih memberikan kondisi untuk pembangunan, melalui investasi infrastruktur, ketertiban hukum, dan lain-lain. Pakar dari Universitas Massachussetts memperkirakan dari tahun 1970 sampai 1996, pelarian modal dari 30 negara sub-Sahara berjumlah US $187 triliun, melebihi dari jumlah utang luar negeri mereka sendiri. [1] (Hasilnya, dalam artian pembangunan (atau kurangnya pembangunan) telah dibuatkan modelnya dalam satu teori oleh ekonomis Mancur Olson). Dalam kasus Afrika, salah satu faktornya adalah ketidak-stabilan politik, dan juga kenyataan bahwa pemerintahan baru sering menyegel aset-aset pemerintah lama yang sering didapat dari korupsi. Ini memberi dorongan bagi para pejabat untuk menumpuk kekayaan mereka di luar negeri, di luar jangkauan dari ekspropriasi di masa depan.Kesejahteraan umum negaraKorupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi warga negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering menguntungkan pemberi sogok, bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi adalah bagaimana politikus membuat peraturan yang melindungi perusahaan besar, namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil (SME). Politikus-politikus "pro-bisnis" ini hanya mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar yang memberikan sumbangan besar kepada kampanye pemilu mereka.Bentuk-bentuk penyalahgunaanKorupsi mencakup penyalahgunaan oleh pejabat pemerintah seperti penggelapan dan nepotisme, juga penyalahgunaan yang menghubungkan sektor swasta dan pemerintahan seperti penyogokan, pemerasan, campuran tangan, dan penipuan.Penyogokan: penyogok dan penerima sogokanKorupsi memerlukan dua pihak yang korup: pemberi sogokan (penyogok) dan penerima sogokan. Di beberapa negara, budaya penyogokan mencakup semua aspek hidup sehari-hari, meniadakan kemungkinan untuk berniaga tanpa terlibat penyogokan.Negara-negara yang paling sering memberikan sogokan pada umumnya tidak sama dengan negara-negara yang paling sering menerima sogokan.Duabelas negara yang paling minim korupsinya, menurut survey persepsi (anggapan tentang korupsi oleh rakyat) oleh Transparansi Internasional di tahun 2001 adalah sebagai berikut: Australia Kanada Denmark Finlandia Islandia Luxemburg Belanda Selandia Baru Norwegia Singapura Swedia Swiss IsraelMenurut survei persepsi korupsi , tigabelas negara yang paling korup adalah: Azerbaijan Bangladesh Bolivia Kamerun Indonesia Irak Kenya Nigeria Pakistan Rusia Tanzania Uganda UkrainaNamun demikian, nilai dari survei tersebut masih diperdebatkan karena ini dilakukan berdasarkan persepsi subyektif dari para peserta survei tersebut, bukan dari penghitungan langsung korupsi yg terjadi (karena survey semacam itu juga tidak ada)Sumbangan kampanye dan "uang haram"Di arena politik, sangatlah sulit untuk membuktikan korupsi, namun lebih sulit lagi untuk membuktikan ketidakadaannya. Maka dari itu, sering banyak ada gosip menyangkut politisi.Politisi terjebak di posisi lemah karena keperluan mereka untuk meminta sumbangan keuangan untuk kampanye mereka. Sering mereka terlihat untuk bertindak hanya demi keuntungan mereka yang telah menyumbangkan uang, yang akhirnya menyebabkan munculnya tuduhan korupsi politis.Tuduhan korupsi sebagai alat politikSering terjadi dimana politisi mencari cara untuk mencoreng lawan mereka dengan tuduhan korupsi. Di Republik Rakyat Cina, fenomena ini digunakan oleh Zhu Rongji, dan yang terakhir, oleh Hu Jintao untuk melemahkan lawan-lawan politik mereka.Mengukur korupsiMengukur korupsi - dalam artian statistik, untuk membandingkan beberapa negara, secara alami adalah tidak sederhana, karena para pelakunya pada umumnya ingin bersembunyi. Transparansi Internasional, LSM terkemuka di bidang anti korupsi, menyediakan tiga tolok ukur, yang diterbitkan setiap tahun: Indeks Persepsi Korupsi (berdasarkan dari pendapat para ahli tentang seberapa korup negara-negara ini); Barometer Korupsi Global (berdasarkan survei pandangan rakyat terhadap persepsi dan pengalaman mereka dengan korupsi); dan Survei Pemberi Sogok, yang melihat seberapa rela perusahaan-perusahaan asing memberikan sogok. Transparansi Internasional juga menerbitkan Laporan Korupsi Global; edisi tahun 2004 berfokus kepada korupsi politis. Bank Dunia mengumpulkan sejumlah data tentang korupsi, termasuk sejumlah Indikator Kepemerintahan.

pengertian korupsi, penyebab terjadi korupsi dan solusi nya 1. Pengertian korupsi. Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jka dilihat daristruktrur bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnyamempunyai makna yang sama.Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi tingkah laku individu yangmenggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi,merugikan kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi merupakan gejala salahpakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadapsumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan wewenang dan kekuatankekuatanformal (misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan senjata) untukmemperkaya diri sendiri.Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatanyang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi denganmengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman.Wertheim (dalam Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang pejabat dikatakanmelakukan tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang yang bertujuanmempengaruhinya agar ia mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingansi pemberi hadiah. Kadang-kadang orang yang menawarkan hadiahdalam bentukbalas jasa juga termasuk dalam korupsi.Selanjutnya, Wertheim menambahkan bahwa balas jasa dari pihak ketigayang diterima atau diminta oleh seorang pejabat untuk diteruskan kepadakeluarganya atau partainya/ kelompoknya atau orang-orang yang mempunyaihubungan pribadi dengannya, juga dapat dianggap sebagai korupsi. Dalam keadaanyang demikian, jelas bahwa ciri yang paling menonjol di dalam korupsi adalahtingkah laku pejabat yang melanggar azas pemisahan antara kepentingan pribadidengan kepentingan masyarakat, pemisaham keuangan pribadi dengan masyarakat.2. Sebab-sebab korupsiAda beberapa sebab terjadinya praktek korupsi. Singh (1974) menemukandalam penelitiannya bahwa penyebab terjadinya korupsi di India adalah kelemahanmoral (41,3%), tekanan ekonomi (23,8%), hambatan struktur administrasi (17,2%), hambatan struktur sosial (7,08 %).Sementara itu Merican (1971) menyatakan sebab-sebab terjadinya korupsiadalah sebagai berikut :a. Peninggalan pemerintahan kolonial.b. Kemiskinan dan ketidaksamaan.c. Gaji yang rendah.d. Persepsi yang populer.e. Pengaturan yang bertele-tele.f. Pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya. 2003 Digitized by USU digital library 3Di sisi lain Ainan (1982) menyebutkan beberapa sebab terjadinya korupsiyaitu :a. Perumusan perundang-undangan yang kurang sempurna.b. Administrasi yang lamban, mahal, dan tidak luwes.c. Tradisi untuk menambah penghasilan yang kurang dari pejabat pemerintahdengan upeti atau suap.d. Dimana berbagai macam korupsi dianggap biasa, tidak dianggap bertentangandengan moral, sehingga orang berlomba untuk korupsi.e. Di India, misalnya menyuap jarang dikutuk selama menyuap tidak dapatdihindarkan.f. Menurut kebudayaannya, orang Nigeria Tidak dapat menolak suapan dankorupsi, kecuali mengganggap telah berlebihan harta dan kekayaannya.g. Manakala orang tidak menghargai aturan-aturan resmi dan tujuan organisasipemerintah, mengapa orang harus mempersoalkan korupsi.Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sebab-sebabterjadinya korupsi adalah sebagai berikut :1. Gaji yang rendah, kurang sempurnanya peraturan perundang-undangan,administrasi yang lamban dan sebagainya.2. Warisan pemerintahan kolonial.3. sikap mental pegawai yang ingin cepat kaya dengan cara yang tidak halal, tidakada kesadaran bernegara, tidak ada pengetahuan pada bidang pekerjaan yangdilakukan oleh pejabat pemerintah.3. Akibat-akibat korupsi.Nye menyatakan bahwa akibat-akibat korupsi adalah :1. Pemborosan sumber-sumber, modal yang lari, gangguan terhadap penanamanmodal, terbuangnya keahlian, bantuan yang lenyap.2. ketidakstabilan, revolusi sosial, pengambilan alih kekuasaan oleh militer,menimbulkan ketimpangan sosial budaya.3. pengurangan kemampuan aparatur pemerintah, pengurangan kapasitasadministrasi, hilangnya kewibawaan administrasi.Selanjutnya Mc Mullan (1961) menyatakan bahwa akibat korupsi adalahketidak efisienan, ketidakadilan, rakyat tidak mempercayai pemerintah,memboroskan sumber-sumber negara, tidak mendorong perusahaan untuk berusahaterutama perusahaan asing, ketidakstabilan politik, pembatasan dalamkebijaksanaan pemerintah dan tidak represif.Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan akibatakibatkorupsi diatas adalah sebagai berikut :1. Tata ekonomi seperti larinya modal keluar negeri, gangguan terhadapperusahaan, gangguan penanaman modal.2. Tata sosial budaya seperti revolusi sosial, ketimpangan sosial.3. Tata politik seperti pengambil alihan kekuasaan, hilangnya bantuan luar negeri,hilangnya kewibawaan pemerintah, ketidakstabilan politik.4. Tata administrasi seperti tidak efisien, kurangnya kemampuan administrasi,hilangnya keahlian, hilangnya sumber-sumber negara, keterbatasankebijaksanaan pemerintah, pengambilan tindakan-tindakan represif.Secara umum akibat korupsi adalah merugikan negara dan merusak sendisendikebersamaan serta memperlambat tercapainya tujuan nasional seperti yangtercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. 2003 Digitized by USU digital library 44. Upaya penanggulangan korupsi.Korupsi tidak dapat dibiarkan berjalan begitu saja kalau suatu negara inginmencapai tujuannya, karena kalau dibiarkan secara terus menerus, maka akanterbiasa dan menjadi subur dan akan menimbulkan sikap mental pejabat yang selalumencari jalan pintas yang mudah dan menghalalkan segala cara (the end justifiesthe means). Untuk itu, korupsi perlu ditanggulangi secara tuntas dan bertanggungjawab.Ada beberapa upaya penggulangan korupsi yang ditawarkan para ahli yangmasing-masing memandang dari berbagai segi dan pandangan.Caiden (dalam Soerjono, 1980) memberikan langkah-langkah untukmenanggulangi korupsi sebagai berikut :a. Membenarkan transaksi yang dahulunya dilarang dengan menentukan sejumlahpembayaran tertentu.b. Membuat struktur baru yang mendasarkan bagaimana keputusan dibuat.c. Melakukan perubahan organisasi yang akan mempermudah masalahpengawasan dan pencegahan kekuasaan yang terpusat, rotasi penugasan,wewenang yang saling tindih organisasi yang sama, birokrasi yang salingbersaing, dan penunjukan instansi pengawas adalah saran-saran yang secarajelas diketemukan untuk mengurangi kesempatan korupsi.d. Bagaimana dorongan untuk korupsi dapat dikurangi ? dengan jalanmeningkatkan ancaman.e. Korupsi adalah persoalan nilai. Nampaknya tidak mungkin keseluruhan korupsidibatasi, tetapi memang harus ditekan seminimum mungkin, agar bebankorupsi organisasional maupun korupsi sestimik tidak terlalu besar sekiranyaada sesuatu pembaharuan struktural, barangkali mungkin untuk mengurangikesempatan dan dorongan untuk korupsi dengan adanya perubahan organisasi.Cara yang diperkenalkan oleh Caiden di atas membenarkan (legalized)tindakan yang semula dikategorikan kedalam korupsi menjadi tindakan yang legaldengan adanya pungutan resmi. Di lain pihak, celah-celah yang membuka untukkesempatan korupsi harus segera ditutup, begitu halnya dengan struktur organisasiharuslah membantu kearah pencegahan korupsi, misalnya tanggung jawab pimpinandalam pelaksanaan pengawasan melekat, dengan tidak lupa meningkatkan ancamanhukuman kepada pelaku-pelakunya.Selanjutnya, Myrdal (dalam Lubis, 1987) memberi saran penaggulangankorupsi yaitu agar pengaturan dan prosedur untuk keputusan-keputusanadministratif yang menyangkut orang perorangan dan perusahaan lebihdisederhanakan dan dipertegas, pengadakan pengawasan yang lebih keras,kebijaksanaan pribadi dalam menjalankan kekuasaan hendaknya dikurangi sejauhmungkin, gaji pegawai yang rendah harus dinaikkan dan kedudukan sosialekonominya diperbaiki, lebih terjamin, satuan-satuan pengamanan termasuk polisiharus diperkuat, hukum pidana dan hukum atas pejabat-pejabat yang korupsi dapatlebih cepat diambil. Orang-orang yang menyogok pejabat-pejabat harus ditindakpula.Persoalan korupsi beraneka ragam cara melihatnya, oleh karena itu carapengkajiannya pun bermacam-macam pula. Korupsi tidak cukup ditinjau dari segideduktif saja, melainkan perlu ditinaju dari segi induktifnya yaitu mulai melihatmasalah praktisnya (practical problems), juga harus dilihat apa yang menyebabkantimbulnya korupsi.Kartono (1983) menyarankan penanggulangan korupsi sebagai berikut :1. Adanya kesadaran rakyat untuk ikut memikul tanggung jawab guna melakukanpartisipasi politik dan kontrol sosial, dengan bersifat acuh tak acuh. 2003 Digitized by USU digital library 52. Menanamkan aspirasi nasional yang positif, yaitu mengutamakan kepentingannasional.3. para pemimpin dan pejabat memberikan teladan, memberantas dan menindakkorupsi.4. Adanya sanksi dan kekuatan untuk menindak, memberantas dan menghukumtindak korupsi.5. Reorganisasi dan rasionalisasi dari organisasi pemerintah, melaluipenyederhanaan jumlah departemen, beserta jawatan dibawahnya.6. Adanya sistem penerimaan pegawai yang berdasarkan achievement danbukan berdasarkan sistem ascription.7. Adanya kebutuhan pegawai negeri yang non-politik demi kelancaranadministrasi pemerintah.8. Menciptakan aparatur pemerintah yang jujur9. Sistem budget dikelola oleh pejabat-pejabat yang mempunyai tanggung jawabetis tinggi, dibarengi sistem kontrol yang efisien.10. Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan perorangan yang mencolokdengan pengenaan pajak yang tinggi.Marmosudjono (Kompas, 1989) mengatakan bahwa dalam menanggulangikorupsi, perlu sanksi malu bagi koruptor yaitu dengan menayangkan wajah parakoruptor di televisi karena menurutnya masuk penjara tidak dianggap sebagai halyang memalukan lagi.Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa upayapenanggulangan korupsi adalah sebagai berikut :a. Preventif.1. Membangun dan menyebarkan etos pejabat dan pegawai baik di instansipemerintah maupun swasta tentang pemisahan yang jelas dan tajam antaramilik pribadi dan milik perusahaan atau milik negara.2. mengusahakan perbaikan penghasilan (gaji) bagi pejabat dan pegawai negerisesuai dengan kemajuan ekonomi dan kemajuan swasta, agar pejabat danpegawai saling menegakan wibawa dan integritas jabatannya dan tidak terbawaoleh godaan dan kesempatan yang diberikan oleh wewenangnya.3. Menumbuhkan kebanggaan-kebanggaan dan atribut kehormatan diri setiapjabatan dan pekerjaan. Kebijakan pejabat dan pegawai bukanlah bahwamereka kaya dan melimpah, akan tetapi mereka terhormat karena jasapelayanannya kepada masyarakat dan negara.4. Bahwa teladan dan pelaku pimpinan dan atasan lebih efektif dalammemasyarakatkan pandangan, penilaian dan kebijakan.5. menumbuhkan pemahaman dan kebudayaan politik yang terbuka untukkontrol, koreksi dan peringatan, sebab wewenang dan kekuasaan itu cenderungdisalahgunakan.6. hal yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana menumbuhkan sense ofbelongingness dikalangan pejabat dan pegawai, sehingga mereka merasaperuasahaan tersebut adalah milik sendiri dan tidak perlu korupsi, dan selaluberusaha berbuat yang terbaik.b. Represif.1. Perlu penayangan wajah koruptor di televisi.2. Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan pejabat.

Pengertian Korupsi Berdasarkan Pasal 3 UU No 31 Tahun 1999Oleh Hendri 21 Jun, 2012Ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menyebutkan:Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).Unsur-unsurnya:1. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan.Ketentuan ini ditetapkan kepada pegawai negeri karena hanya pegawai negeri yang dapat menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan.Tindakan yang menyalahgunakan kewenangan sbb:1. Melanggar aturan tertulis yang menjadi dasar kewenangan2. Memiliki maksud yang menyimpang walaupun perbuatan sudah sesuai dengan peraturan3. Berpotensi merugikan negara.2. Perbuatan tersebutmenguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi.Ditinjau dari aspek pembuktian, dapat lebih mudah dibuktikan karena unsur menguntungkan tidak memerlukan dimensi apakah tersangka/terdakwa menjadi kaya atau bertambah kaya, karenanya lain dengan aspek memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi sebagaimana pasal 2 UU No 31/1999.Konkritnya, istilah menguntungkan membuat tersangka/terdakwa memperoleh aspek material/materiil, sehingga dapat dilakukan dengan cara korporasi, kolusi, nepotisme (UU No 28/1999).3. Perbuatan tersebutdapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dijelaskan dalam pasal 2UU No 31/1999Dalam ketentuan tsb, kata dapat sebelum frasa merugikan keuangan atau perekonomian negara menunjukkan bahwa tindak pidana korupsi merupakan delik formil, yaitu adanya tindak pidana korupsi cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang sudah dirumuskan bukan dengan timbulnya akibat.Proses Pengadaan Barang/Jasa PemerintahDikatagorikan sebagai Tindak Pidana Korupsi,bila: Dalam prosedur pengadaan itu terdapat perbuatan Suap Menyuap Dalam prosedur pengadaan itu terdapat Pegawai Negeri/Penyelenggara Negara turut serta dalam pengadaan yang diurusnya Pegawai negeri itu menerima gratifikasi yang berkaitan dengan kelancaran prosedur pengadaan Ada perbuatan melawan hukum lain yang berpotensi merugikan keuangan/perekonomian negara.Referensi:1. ariefdwi.dosen.narotama.ac.id,Pengertian dan Tipe Tindak Pidana Korupsi.2. Puspenkum Kejaksaan Agung R.I,Peran Pegawai Pemerintah sebagai Partisipan dalam Membangun Budaya Hukum Bangsa.

JAMBI - Budaya korupsi sudah mewabah di lingkungan pegawai negeri sipil (PNS). Mulai pejabat tinggi hingga PNS golongan terendah, berpeluang melakukan korupsi jika ada kesempatan. Ada banyak celah korupsi. Mulai dari membuat SPPD fiktif, mengakali uang bensin, hingga berkolaborasi dengan anggota DPRD untuk memuluskan sebuah proyek.

Praktisi Hukum Jambi Suratno Minggu (14/10) mengatakan, dana perjalanan dinas adalah yang paling rawan diselewengkan alias dikorupsi oleh oknum PNS. Biasanya, kata dia, anggaran perjalanan dinas tersebut digunakan untuk biaya hotel, transportasi dan akomodasi sesuai dengan golongan masing-masing.

Memang banyak perjalanan dinas fiktif. Karena banyak PNS yang melakukan perjalanan dinas tidak seperti yang mereka laporkan, jelasnya.

Ia mencontohkan, ada oknum PNS yang melaporkan perjalanan dinas untuk 5 orang, namun nyatanya hanya 2 orang yang berangkat. Lalu jangka waktu perjalanan dinasnya juga dikorupsi, alias tidak dilaporkan sesuai dengan yang dilakukan.

Misalkan mereka cuma pergi dua hari tapi dilaporkan lima hari. Ini modus lama yang primitf, dan ini sudah ada sejak zaman Orba, imbuhnya.

Ia menjelaskan, didorong ingin meraup keuntungan dari APBD, oknum PNS pun tak kehabisan akal. Bahkan mereka berani memanipulasi tiket-tiket perjalanan dengan membuat tiket palsu. Saya sering nangani klien yang terjerat korupsi. Rupanya ada juga modus seperti itu. Pembuatan tiket dan dokumen palsu,cetusnya.

Sebenarnya , kata dia, sistem pelaporan perjalanan dinas sudah bagus. Tapi bisa diakali PNS karena ada kecenderungan manipulasi data. Sejumlah kasus korupsi via SPPD dan program fiktif ini seperti dialami mantan Kepala Biro Umum Setda Provinsi Jambi, Usup Supriatna. Ia kini didakwa karena terlibat kasus korupsi kegiatan rapat-rapat koordinas dan konsultasi keluar daerah setda provinsi jambi TA 2010 sebesar Rp 3,4 M.

Dia dijerat lantaran ada sejumlah kegiatan yang pelaksanaannya tidak sesuai ketentuan seperti dokumen pertanggungjawaban tidak dilengkapai tiket pesawat sebanyak 58 kegiatan sebesar Rp 214 juta. Hasil konfirmasi tiket pesawat yang dipertanggungjawabakan tidak benar sebanyak 202 kegiatan sebesar Rp 719 juta, perjalanan dinas luar daerah dilaksanakan oleh pihak yang tidak berhak 12 kegiatan sebesar Rp 35 juta dan realisasi perjalanan dinas kurang dari yang dipertanggungjawabkan sebanyak 29 kegiatan sebesar Rp 37 juta.

Suratno mengatakan, dari pengalamannya, setidaknya ada tiga cara penyelewangan yang dilakukan PNS. Pertama para PNS tersebut benar-benar tidak melakukan perjalanan dinas (fiktif).

Uangnya dikumpulkan sebagai dana taktis, untuk keperluan yang tidak ada anggarannya, katanya.

Kedua, para PNS itu pergi dinas, tetapi memakai maskapai penerbangan yang tiketnya lebih murah. Misalnya dalam Surat Perjalanan (SPJ) dilampirkan tiket dan boarding pass Garuda, tapi sebenarnya dia pergi pakai penerbangan lain yang lebih murah. Selisih uangnya mereka pakai, jelasnya.

Sementara kategori ketiga, oknum PNS melaksakan perjalanan dinas, tapi harinya lebih pendek dari yang tercantum dalam SPJ. Maskapai penerbangan yang dipakai pun juga yang lebih murah dibandingkan tiket dan boarding pass yang dilaporkan.

Modus lainnya biasanya pada perjalanan dinas rombongan, misalnya dalam surat tugas disebutkan yang pergi 4 orang, tetapi praktiknya yang benar-benar jalan hanya satu orang, jelasnya.

Lalu, kata dia, PNS kerapkali berkolaborasi dengan anggota DPRD untuk menggolkan sebuah proyek. Padahal proyek itu belum tentu bermanfaat. Sengaja proyek itu dibuat dan fee keuntungan dari proyek itu dibagi-bagi. Yang lebih parah lagi, kata dia, modus yang paling sering dipakai oleh PNS adalah dengan menggeser sisa Dana bantuan seperti Dana Alokasi Khusus (DAK) ke rekening pribadi atau rekening dinas mereka. Padahal, dana yang tersisa seharusnya dikembalikan kepada negara.

Selain melalui DAK, mereka juga menggunakan modus proyek bangun satu gedung, dananya sebelum ke pihak pemborong, digeser dulu ke rekening pribadi. Selisihnya diambil sedikit, atau dana-dana ditindih karena pemimpin proyek, komisarisnya adalah oknum pejabat pemda setempat, jelasnya.

Kemudian, celah korupsi yang biasa dilakukan PNS, khusus PNS kecil-- adalah mengakali uang bensin dengan cara menukarkan kupon-kupon bensin di pompa bensin dengan uang, tanpa menukarkannya dengan bensin.

Berdasar pengakuan salah seorang PNS di lingkup Pemprv Jambi yang minta namanya dirahasiakan, biasanya mereka sengaja datang ke SPBU untuk menukarkan puluhan kupon bensin. Biayanya pun biasanya sudah dipatok, per kupon Rp 30 ribu. Jadi untuk jumlah kupon yang banyak itu tentu uang yang didapat akan sangat besar juga.

Tapi, kebanyakan kupon-kupon tersebut adalah bukan miliknya. Melainkan milik atasannya dan uangnya akan dibagi-bagikan oleh atasannya sebagai uang rokok. Jadi kupon bensin tersebut hanya menjadi alat untuk ditukar dengan uang, bukan untuk mengisi bensin kendaraan dinas, katanya.

Berdasar audit BPK tahun 2011 lalu, di Setda Provinsi Jambi ditemukan biaya BBM dibayarkan Tidak Sesuai Ketentuan sebesar Rp 23.422.500. Hasil pemeriksaan terhadap SPJ dan konfirmasi tertulis dengan Bendahara Pengeluaran Dinas Pendapatan menunjukkan, terdapat Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor yang direalisasikan untuk pemberian Belanja Bahan Bakar Minyak/Gas dan Pelumas kepada 14 pemakai kendaraan dinas roda empat di Dinas Pendapatan tidak mematuhi ketentuan dalam Surat Keputusan (SK) Gubernur Jambi Nomor 86/Kep.Gub/UMUM/2010 tentang Penunjukan Pemakai Kendaraan Bermotor Dinas Operasional Roda 4 (Empat) Milik Pemerintah Provinsi Jambi.

Kemudian, di Pemerintah Kota Jambi, Terdapat Kelebihan Pembayaran Perjalanan Dinas Senilai Rp 4.212.500. Hasil pemeriksaan secara uji petik atas dokumen pertanggungjawaban dan dokumen pendukung lainnya pada Sekretariat Daerah serta konfirmasi dengan pihak-pihak terkait, menunjukkan bahwa terdapat kelebihan pembayaran biaya perjalanan dinas senilai Rp 4.212.500.

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa terdapat kegiatan perjalanan dinas ke luar daerah pada Sekretariat Daerah yang biaya akomodasi dan penginapannya telah ditanggung oleh penyelenggara, namun pegawai/pejabat yang melaksanakan perjalanan dinas tersebut tetap memperoleh pembayaran Uang Makan dan Penginapan secara keseluruhan. Dengan demikian telah terjadi kelebihan pembayaran komponen Uang Makan dan Penginapan senilai Rp 4.212.500.

Wakil Gubernur Jambi Fachrori Umar mengaku perihatin dengan kondisi mental PNS saat ini. Ia mengakui mental korup seperti memanipulasi SPPD memang masih terus berlangsung.

Sifat buruk seperti ini sudah harus dihilangkan. Jangan lagi ada perjalanan dinas yang di fiktifkan, katanya saat acara ranham di hotel shangratu, kota jambi, beberapa saat lalu.

Ia berharap, sejumlah kasus korupsi yang menjerat pejabat dan mantan pejabat dijadikan contoh dan bahan renungan. Agar tidak melakukan perbuatan yang sama. Hiduplah dalam keberkahan, singkatnya.(mui)

EMPO.CO, Jakarta - Peneliti senior dari Indonesia Budget Center, Roy Salam, mengatakan bahwa perilaku korupsi di Dewan Perwakilan Rakyat sulit dideteksi. Namun secara umum, menurut dia, modusnya hampir seragam.

Pertama, menurut dia, dalam penentuan pendapatan negara, ada trik menurunkan pendapatan dari sumber-sumber pendapatan negara, terutama di perusahaan yang berafiliasi partai politik. Misalnya menurunkan pajak atau target penerimaan negara. Itu hingga kini masih jadi tren, kata dia ketika dihubungi, Kamis, 3 Januari 2012.

Modus selanjutnya adalah penggelembungan nilai proyek. Di sini terlihat usaha DPR menaikkan anggaran, yang biasanya berujung gratifikasi. Gratifikasi muncul karena ada keberhasilan upaya dari pelaku yang menaikkan nilai anggaran. Kemudian ketika penggelembungan sudah tak rasional, uangnya akan dibagi-bagi kepada siapa pun yang berperan, katanya.

Bancakan anggaran tak hanya di DPR, tetapi juga terjadi di kalangan eksekutif. Misalnya kasus korupsi Hambalang. Itu tak lepas dari peran eksekutif dan peran legislatif, ujarnya.

Sebelumnya, Ketua Banggar DPR Ahmadi Noor Supit mengatakan perilaku korupsi di parlemen bukan salah lembaga, tetapi lebih karena perilaku individu yang memiliki niat menyelewengkan anggaran. "Bukan mekanisme yang menjadi masalah," kata politikus Partai Golkar itu.

Di lain pihak, Laporan Akhir Tahun Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) 2012 menyatakan 42,71 persen anggota legislatif periode 2009-2014 melakukan transaksi mencurigakan dengan indikasi tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana korupsi.

Identifikasi 18 Modus Korupsi Di IndonesiaPosted by admin on October 25, 2010 3 Comments (25/10)Bukalah koran atau majalah yang ada di sekitar anda, atau bukalah website berita yang sering anda akses sehari-hari, niscaya anda akan sulit untuk tidak menemukan kata korupsi pada media tersebut.Berita dan ulasan mengenai korupsi di berbagai sudut media sesungguhnya bermuara pada satu hal, bahwa usaha-usaha untuk memberantas korupsi membuktikan kita semua membenci korupsi dan menginginkan korupsi dibabat habis dari bumi Indonesia tercinta ini. Dan Agar pemerintahan dapat dijalankan oleh individu-individu yang BTP (Bersih, Transparan dan Profesional).Usaha pemberantasan korupsi sesungguhnya merupakan gerakan moral skala nasional yang perlu didukung semua stakeholder negeri ini. Korupsi adalah jahat, korupsi harus dihindari, korupsi harus diberantas, itu pasti! Namun dalam rangka pemberantasan korupsi tersebut, kita perlu mengetahui beberapa modus dari perilaku korupsi yang marak terjadi di pemerintahan maupun swasta, mari kita kaji kembali 18 modus korupsi yang pernah dikemukakan oleh KPK:1. Pemerintahan : Pengusaha menggunakan pejabat pusat untuk membujuk kepala daerah mengintervensi proses pengadaan barang/jasa dalam rangka memenangkan pengusaha tertentu dan meninggikan harga ataupun nilai kontrak.Swasta : Manajer atau karyawan yang ditunjuk dalam proyek pengadaan barang/ jasa di perusahaan mendekati rekanannya dan berjanji menggunakan jasa atau barangnya asal harga barang atau nilai kontrak ditinggikan untuk masuk kantong pribadi.2. Pemerintahan : Pengusaha mempengaruhi kepala daerah untuk mengintervensi proses pengadaan barang/jasa agar rekanan tertentu dimenangkan dalam tender atau ditunjuk langsung dan harga barang dinaikkan (di-mark up).Swasta : Manajer atau karyawan memenangkan rekanan tertentu dalam tender atau menunjuknya secara langsung dan harga barang/jasa dinaikkan (di-mark up) untuk masuk kantong sendiri.3. Pemerintahan : Panitia pengadaan yang dibentuk Pemda membuat sepesifikasi barang yang mengarah pada merek produk atau spesifikasi tertentu untuk memenangkan rekanan tertentu, serta melakukan mark up harga barang dan nilai kontrak.Swasta : Manajer atau karyawan membuat spesifkasi barang yang mengarah pada merek produk atau spesifikasi tertentu untuk memenangkan rekanan tertentu, dengan maksud mendapatkan keuntungan pribadi dengan melakukan mark up harga barang dan nilai kontrak.4. Pemerintahan : Kepala daerah ataupun pejabat daerah memerintahkan bawahannya untuk mencairkan dan menggunakan dana/anggaran yang tidak sesuai dengan peruntukannya kemudian membuat laporan pertangungjawaban fiktif.Swasta : Manajer atau karyawan menggunakan dana/anggaran dari pos yang tidak sesuai dengan peruntukannya, lalu membuat laporan fiktif.5. Pemerintahan : Kepala daerah memerintahkan bawahannya menggunakan dana untuk kepentingan pribadi si pejabat yang bersangkutan atau kelompok tertentu kemudian membuat pertanggungjawaban fiktif.Swasta : Manajer atau karyawan menggunakan dana perusahaan untuk kepentingan pribadi dengan membuat pertanggungjawaban fiktif.6. Pemerintahan : Kepala daerah menerbitkan Perda sebagai dasar pemberian upah pungut atau honor dengan menggunakan dasar peraturan perundangan yang lebih tinggi, namun sudah tidak berlaku lagi.Swasta : -7. Pemerintahan : Pengusaha, pejabat eksekutif dan DPRD membuat kesepakatan melakukan ruislag (tukar guling) atas aset Pemda dan menurunkan (mark down) harga aset Pemda, serta meninggikan harga aset milik pengusaha.Swasta : Manajer atau karyawan menjual aset perusahaan dengan laporan barang rusak atau sudah tidak berfungsi lagi.8. Pemerintahan : Kepala daerah meminta uang jasa dibayar di muka kepada pemenang tender sebelum melaksanakan proyek.Swasta : Manajer atau karyawan meminta uang jasa dibayar di muka kepada rekanan sebelum melaksanakan proyek.9. Pemerintahan : Kepala daerah menerima sejumlah uang dari rekanan dengan menjanjikan akan diberikan proyek pengadaan.Swasta : Manajer atau karyawan menerima sejumlah uang atau barang dari rekanan dengan menjanjikan akan diberikan proyek pengadaan.10. Pemerintahan : Kepala daerah membuka rekening atas nama Kas Daerah dengan specimen pribadi (bukan pejabat atau bendahara yang ditunjuk). Maksudnya, untuk mempermudah pencairan dana tanpa melalui prosedur.Swasta : Manajer atau kepala bagian membuka rekening atas nama perusahaan dengan specimen pribadi untuk mempermudah pencairan dana tanpa melalui prosedur.11. Pemerintahan : Kepala daerah meminta atau menerima jasa giro/tabungan dana pemerintah yang ditempatkan di bank.Swasta : Manajer atau bagian keuangan meminta atau menerima jasa giro/tabungan dana perusahaan yang ditempatkan di bank atau menempatkan dana perusahaan di bank atau pasar modal atas nama pribadi.12. Pemerintahan : Kepala daerah memberikan izin pengelolaan sumber daya alam kepada perusahaan yang tidak memiliki kemampuan teknis dan finansial untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya.Swasta : Manajer atau kepala bagian atau karyawan menyewakan atau men-swakelola aset perusahaan dan hasilnya masuk ke kantong sendiri.13. Pemerintahan : Kepala daerah menerima uang/barang yang berhubungan dengan proses perijinan yang dikeluarkannya.Swasta : Manajer atau karyawan menerima uang/barang sehubungan dengan tugas dan pekerjaannya dari pihak ketiga yang diuntungkan olehnya.14. Pemerintahan : Kepala daerah, keluarga ataupun kelompoknya membeli lebih dulu barang dengan harga murah untuk kemudian dijual kembali ke Pemda dengan harga yang sudah di-mark up.Swasta : Manajer atau karyawan membeli barang dengan harga murah untuk kemudian dijual kembali kepada perusahaan dengan harga yang di-mark up.15. Pemerintahan : Kepala daerah meminta bawahannya untuk mencicilkan barang pribadinya menggunakan anggaran daerah.Swasta : Manajer atau karyawan mencicil harga barang pribadinya dengan menggunakan uang kantor.16. Pemerintahan : Kepala daerah memberikan dana kepada pejabat tertentu dengan beban pada anggaran dengan alasan pengurusasn DAK (Dana Alokasi Khusus) atau DAU (Dana Alokasi Umum).Swasta : -17. Pemerintahan : Kepala daerah memberikan dana kepada DPRD dalam proses penyusunan APBD.Swasta : -18. Pemerintahan : Kepala daerah mengeluarkan dana untuk perkara pribadi dengan beban anggaran daerah.Swasta : Manajer atau karyawan menggunakan dana untuk keperluan pribadi dengan beban perusahaan.Demikianlah 18 modus tindak pidana korupsi yang pernah dikemukakan oleh Ketua KPK ini. Semoga setelah kita mengetahui modus-modus korupsi yang kemungkinan sering terjadi di sekitar tempat kita bekerja, kita bisa menghindarinya. Yang penting adanya kemauan dan niat yang kuat dari kita sebagai individu yang BTP (Bersih, Transparan dan Profesional) untuk menghapuskan budaya korupsi di negara Indonesia. SemogaReferensi : http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?ID=10437