31
Mapala WD – Materi Div. Konservation- Konservasi Sumber Daya Alam KONSERVATION MODUL 2 KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM 1. Sejarah Konservasi Sumber Daya Alam Upaya penyelamatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di bumi nusantara ini telah dimulai sejak jaman penjajahan Belanda bahkan jauh sebelumnya, dijaman kerajaan Nusantara dimana para raja menyelenggarakan ritual-ritual penghormatan kepada penguasa alam beserta isinya.. Pada tahun 1717, upaya pencagaran hutan dimulai saat C. Chalstein mewariskan dua bidang tanah persil seluas 6 hektar di Depok untuk dipertahankan sebagai cagar alam. Kemudian 1889, kawasan hutan seluas 280 ha dan kebun raya Cibodas ditetapkan sebagai Cagar Alam. 22 Juli berdiri Perhimpunan Perlindungan Alam Hindia Belanda (Nederlandsch Indische Vereeniging Tot Natuurbescherming) di Bogor yang diketuai Dr. S.H. Kooders. Perkumpulan ini mengajukan 12 lokasi untuk ditetapkan menjadi cagar alam, diantaranya laut pasir Bromo, Kawah Ijen, Pulau Krakatau, 1 POKOK BAHASAN 1. Sejarah Konservasi Sumber Daya Alam 2. Kawasan Konservasi 3. Strategi Konservasi

KSDA MATERI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Materi tentang konservasi sumber daya alam

Citation preview

Page 1: KSDA MATERI

Mapala WD – Materi Div. Konservation- Konservasi Sumber Daya Alam

KONSERVATIONMODUL 2

KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM

1. Sejarah Konservasi Sumber Daya Alam

Upaya penyelamatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di bumi

nusantara ini telah dimulai sejak jaman penjajahan Belanda bahkan jauh sebelumnya,

dijaman kerajaan Nusantara dimana para raja menyelenggarakan ritual-ritual

penghormatan kepada penguasa alam beserta isinya.. Pada tahun 1717, upaya

pencagaran hutan dimulai saat C. Chalstein mewariskan dua bidang tanah persil

seluas 6 hektar di Depok untuk dipertahankan sebagai cagar alam. Kemudian 1889,

kawasan hutan seluas 280 ha dan kebun raya Cibodas ditetapkan sebagai Cagar Alam.

22 Juli berdiri Perhimpunan Perlindungan Alam Hindia Belanda (Nederlandsch

Indische Vereeniging Tot Natuurbescherming) di Bogor yang diketuai Dr. S.H.

Kooders. Perkumpulan ini mengajukan 12 lokasi untuk ditetapkan menjadi cagar

alam, diantaranya laut pasir Bromo, Kawah Ijen, Pulau Krakatau, Ujung Kulaon dll.

Cagar Alam pertama diluar Jawa didirikan CA Rumphius, di Batu Gajah Ambon pada

tahun 1913. Untuk penguatan perlindungan alam, tahun 1932 diundangkan Ordonansi

Cagar Alam dan Suaka Marga satwa yang kemudian 1941 diganti dengan Ordonasi

Perlindungan Alam.

Sidang umum PBB 1979 melahirkan Strategi Konservasi Dunia. Di Indonesia

Menteri Pertanian mengumumkan lahirnya 5 Taman Nasional yaitu; Leuser, Ujung

Kulon, Gede Pangrango, Baluran dan Komodo pada tanggal 6 Maret 1980.

Selanjutnya saat Kongres Taman Nasional ke 3 1982 di Bali melahirkan Deklarasi

Bali, Indonesia kembali mengumumkan pembentukan TN yaitu Bukit Barisan

1

POKOK BAHASAN

1. Sejarah Konservasi Sumber Daya Alam

2. Kawasan Konservasi

3. Strategi Konservasi

Page 2: KSDA MATERI

Mapala WD – Materi Div. Konservation- Konservasi Sumber Daya Alam

Selatan, Kepulauan Seribu, Meru Beriri, Bromo Tengger Semeru, Bali Barat, Kutai

dan Lore Lindu. Upaya perlindungan habitat diiringi juga dengan perlindungan satwa

dengan ditetapkan sejumlah satwa liar sebagai satwa dilindungi.

Pada tahun 1990 penguatan terhadap perlindungan sumber daya alam didukung

dengan keluarnya UU Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam

Hayati dan Ekosistemnya menggantikan peraturan-peraturan yang telah dikeluarkan

sejak jaman Hindia Belanda.

Pengertian konservasi

Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari

sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan hewani (satwa) yang bersama-sama unsur

non hayati disekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.

Ekosistem sumber daya alam hayati adalah sistem hubungan timbal balik

antara unsur dalam alam, baik hayati maupun non hayati yang saling tergantung dan

pengaruh mempengaruhi.

Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya adalah pengelolaan

sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk

menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan

kualitas keanekaragaman dan nilainya.

Konservasi dapat kita katakan memiliki tiga pengertian mendasar yaitu

perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan (strategi konservasi Indonesia)

Tujuan konservasi alam

KTT mengenai lingkungan dan pembangunan di Rio de Jeneiro tahun 1992

menjadi tonggak sejarah yang cukup penting dalam upaya pelestarian

keanekaragaman hayati dunia bagi kepentingan umat manusia dimasa datang.

Konvensi PBB mengenai keanekaragaman hayati menyepakati prinsip-prinsip, yaitu :

1. Keanekaragaman hayati sangat berharga bagi umat manusia saat ini dan

masa mendatang

2. Ancaman terhadap kelestarian keanekaragaman hayati akibat proses

pemanfaatan dan aktifitas manusia lainnya semakin meningkat,

3. Perlu ada kesamaan pandangan dan kerjasama diantara bangsa-bangsa di

dunia dalam mengelola, memanfaatkan dan melestarikan

keanekaragamman hayati.

2

Page 3: KSDA MATERI

Mapala WD – Materi Div. Konservation- Konservasi Sumber Daya Alam

Keanekaragaman hayati memberikan beragam manfaat dan memerankan

berbagai fungsi, sehingga upaya pelestariannya menjadi sangat penting. Terutama

sekali untuk spesies-spesies endemik dimana Indonesia menempati urutan pertama

untuk spesies burung.

Seiring dengan perkembangan jaman, dimana berbagai kemajuan teknologi

dan ledakan jumlah penduduk mengakibatkan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya

alam yang mengakibatkan penurunan kualitas dan kuantitas, diantaranya, bergesernya

peruntukan lahan, kerusakan hutan, erosi, pencemaran, penurunan populasi satwa dan

tumbuhan, kekeringan, kebakaran dan sebagainya. Bahkan yang lebih parah adalah

terjadinya kepunahan beberapa spesies flora fauna yang tentunya tidak bisa

dikembalikan lagi seperti yang dialami Harimau Bali yang resmi telah dinyatakan

punah di tahun 60-an. Hal-hal tersebut telah mendorong kesepakatan negara-negara di

dunia untuk mencanangkan strategi Konservasi Dunia (World Conservation Strategy)

Strategi konservasi dunia dimaksudkan untuk mendorong pendekatan yang lebih

dipusatkan pada pengelolaan sumber daya alam hayati secara arif dan bijaksana.

Berhasilnya konservasi sumber daya alam hayati dan ekositemnya berkaitan erat

dengan tercapainya tiga sasaran konservasi, yaitu :

1. Menjamin terpeliharnya proses ekologis yang menunjang sistem penyangga

kehidupan bagi kelangsungan pembangunan dan kesejahtraan manusia

(perlindungan sistem penyangga kehidupan)

2. Menjamin terpeliharnya keanekaragaman sumber genetik dan tipe-tipe

ekosistemnya sehingga mampu menunjang pembangunan, ilmu pengetahuan

dan teknologi yang memungkinkan pemenuhan kebutuhan manusia yang

menggunakan sumber daya alam hayati bagi kesejahteraan (pengawetan

sumber plasma nuftah)

3. Mengendalikan cara-cara pemanfaatan sumber daya alam hayati sehingga

terjamin kelestariannya.

Upaya konservasi sangat perlu kita lakukan. Beberapa alasan yang menjadi dasar

kita untuk melakukan konservasi :

Keanekaragaman hayati Indonesia yang sangat tinggi

Indonesia menempati urutan pertama untuk spesies burung

Keseimbangan jarring-jaring kehidupan

3

Page 4: KSDA MATERI

Mapala WD – Materi Div. Konservation- Konservasi Sumber Daya Alam

Bila salah satu spesies yang menjadi bagian dari rantai-rantai makanan

hilang/punah maka akan menyebabkan ketidakseimbangan jaring-jaring

makanan dan mata rantai kehidupan

Tanggung jawab terhadap generasi mendatang

Kekayaan sumber daya alam yang kita nikmati sekarang harus kita

wariskan untuk dinikmatio leh generasi mendatang

2. Kawasan Konservasi

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan berisi sumber daya alam

hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu

dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU No 41 Thn. 1999 tentang Kehutanan).

Hutan mempunyai tiga fungsi yaitu; fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi

produksi. Untuk itu berdasarkan fungsinya maka hutan dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang

mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa

serta ekosistemnya.

2. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai

perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah

banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrupsi air laut dan memelihara

kesuburan tanah.

3. Hutan produksi adalah kawasn hutan yang mempunyai fungsi pokok untuk

memproduksi hasil hutan.

Hutan (kawasan) konservasi terdiri dari kawasan pelestarian alam dan kawasan

suaka alam.

Kawasan Suaka Alam (KSA) adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat

maupun di perairan yang fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman

tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah

penyangga kehidupan.

Kawasan suaka alam terdiri dari

1. Cagar Alam (CA) adalah kawasan suaka alam yang keadaan alamnya

mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem

4

Page 5: KSDA MATERI

Mapala WD – Materi Div. Konservation- Konservasi Sumber Daya Alam

tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara

alami.

2. Suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas

berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa untuk kelangsungan

hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitanya.

Kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat

maupun di perairan yang mempunyai perlindungan sistem penyangga kehidupan,

pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta pemanfaatan secara

lestari sumber daya alam hayati dan ekositemnya.

Kawasan pelestarian alam terdiri dari :

1. Taman Nasional, adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekostem

asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian,

ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.

2. Taman Hutan Raya, adalah kawasan pelestarian alam unuk tujuan koleksi

tumbuhan dan atau satwa yang alami ataupun buatan, jenis asli atau bukan

asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,

pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.

3. Taman Wisata Alam, adalah kawasan pelestarian alam yang terutama

dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.

Masih ada satu lagi kawasan yaitu taman buru, yang menurut UU No. 41 thn.

1999 dimasukkan sebagai kawasan konservasi. Taman buru adalah kawasan hutan

yang ditetapkan sebagai tempat wisata berburu. Tentunya pemanfaatan suatu kawasan

hutan sebagai taman buru disertai dengan persyaratan-persyaratan sehingga tetap

mengacu pada kaidah-kaidah konservasi. Ada 14 kawasan taman buru yang dimiliki

Indonesia.

Cagar alam

Cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya

mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekositem tertentu yang

perlu dilindungi dan perkebangannya berlangsung alami. Di dalam cagar alam dapat

dilakukan kegiatan untuk kepentingan dan pengembangan ilmu pengetahuan,

pendidikan dan kegiatan lainnya yang menunjang budaya.

Criteria penetapan cagar alam

Suaka marga satwa

5

Page 6: KSDA MATERI

Mapala WD – Materi Div. Konservation- Konservasi Sumber Daya Alam

Kawasan suaka marga satwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai

cirri khas yang berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk

kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya

Taman nasional

Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem

asli, yang dikelola dengan sistim zonasi yang pemanfaatannya untuk tujuan penelitian,

ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budi daya, budaya, pariwisata dan rekreasi.

Taman Nasional yang pertama didunia adalah Yellowstone National Park di

Ameika Serikat pada tahun 1872, kemudian disusul oleh New Zealand, Tonggarito

National Park pada tahun 1887. Indonesia mengenal taman nasional semenjak

diadakannya pertemuan yang diselenggarakan oleh International Union for the

Conservation of the Nature and Natural Resources (IUCN) di New Delhi, India tahun

1969. Tahun 1980, Indonesia untuk pertama kalinya mendelegasikan 5 Taman

Nasional yaitu :

1. TN. Gunung Leuser (Sumut,NAD)

2. TN. Ujung Kulon (Jabar)

3. TN. Gede – Pangrango (Jabar)

4. TN. Baluran (Jatim)

5. TN. Komodo (NTT)

Suatu kawasan apat ditunjuk sebagai Taman Nasional, bila memenuhi criteria dan

persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut dirumuskan oleh IUCN tahun 1969 yang

kemudian diterima oleh kongres Taman Nasional se Dunia di Bali tahun 1972.

Kriterian tersebut adalah :

1. TN harus relative luas

2. TN harus memiliki sumber daya alam yang khas dan unik, yang masih utuh

dan asli berupa flora, fauna, ekosistem atau gejala alam.

3. Di dalam kawasan TN tidak boleh terjjadi perubahan akibat kegiatan

eksplorasi dan pemukiman penduduk.

4. Kebijakan dan pengelolaan TN berada/dilakukan oleh departemen yang

kompeten

Berdasarkan UU No % ahun 1990, kawasan Tanman Naasional dikelola dengan

system zonasi yang terdiri ari zona inti, zona pemanfaatan, dan zona lain sesuai

keperluan. Setiap orang diolarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan

perubahan pada zona inti, pengurangan tersebut meliputi mengurangi, menghilangkan

6

Page 7: KSDA MATERI

Mapala WD – Materi Div. Konservation- Konservasi Sumber Daya Alam

fugsi dan; luas zona inti, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak

asli. Zonasi dalam Taman Nasional:

a) Zona inti, hanya untuk penelitian ilmu pengetahuan

b) Zona pemanfaatan, wisata alam

c) Zona lainnya, berdasarkan fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona

rimba, zona rehabilitasi, zona pemanfaatan radisional.

d) Zona penyangga, dapat berupa ; kawasan hutan tetap ; tanah Negara

bebas ; tanah milik masyarakat ; tanah perkebunan.

Taman hutan raya

Taman Hutan Raya (TAHURA) adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan

koleksi tumbuhan dan satwa yang alami atau buatan, jenis asli atau bukan asli, yang

dimamnfaakan bagi kepentingan penelituan, ilmu pengetahuan, pendidikan,

menunjang budaya pariwisata dan rekreasi.

Tahura pertama di Indoesia adalah Tahura Ir. H. Djuanda tahun 1985 seluas

590 Ha di Bandung, Jawa Barat. Berikutnya tahun 1986 Tahura Dr. Mohamad Hatta

di Sumatra Barat seluas 240 Ha.

Fungsi dan peran tahura antara lain :

1. Sebagai sumber plasma nuftah flora fauna baik yang asli dari suatu kawasan

tertentu maupun hasil budi daya/rekayasa genetika.

2. Sebagai fungsi lindung terhadap suatu ekosistem alam yang pada akhirnya

dapat memepunyai dampak positif terhadap hidrologi dan iklim mikro

terhadap daerah-daerah sekitarnya.

3. Sebagai wahana dan daerah penelitian ilmu pengetahuan dan pendidikan alam.

4. Sebagai tempat penyuluhan bagai generasi muda untuk dapat mencintai alam

dan lingkungan.

5. Sebagai tempat wisata alam.

Berdasarkan fungsi dan perannya maka pengelolaan tahura di bagi dalam blok-blok :

o Blok lindung

o Blok pembinaan flora fauna

o Blok pemanfaatan terbatas

o Blok pemanfaatan intensif dan sebagainya

o

Taman wisata alam

7

Page 8: KSDA MATERI

Mapala WD – Materi Div. Konservation- Konservasi Sumber Daya Alam

Taman wisata alam adalah kawasan pelstarian alam dengan tujuan utama

untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata alam.

Hutan wisata

Hutan wisata termasuk kawasan hutan yang memiliki fungsi konservasi. Hutan

wisata diperuntukkan secara khusus untuk dibina dan dipelihara guna kepentingan

pariwisata dan taman buru.

Hutan wisata dibesdakan menjadi:

1. Hutan wisata yang memiliki keindahan alam, baik keindahan nabati maupun

keindahan alamnya sendiri mempunyai corak khas untuk dimanfaatkan bagi

kepentingan rekreasi, kebudayaan disebut taman wisata dan taman laut.

2. Hutan wisata yang didalamnya terdapat satwa buru yang memungkinkan

diselenggarakan perburuan yang teratur bagi keopentingan rekreasi disebut

taman buru.

Taman wisata dan taman laut

Potensi yang dimiliki oleh taman wisata dan taman laut merupakan daya tarik

obyek wisata. Semakin tionggi variasi potensinya tentunya semakin tinggi nilai daya

tarik daerah tersebut. Unsur-unsur daya tarik yang terdapat di alam taman wisata :

1. Keindahan/pemandangan alam, yaitu daya tarik sumber daya alam dan tata

lingkungannya, yang memenuhi salah satu atau lebih cirri-ciri : keserasian

pandangan, suasana, keselarasan bangunan, konfigurasi, tata lingkungan yang

menarik.

2. Keunikan/kekhasan, yaitu nilai daya tarik sumber daya alam dan tata

lingkungannya yang memenuhi salah satu atau lebih ciri-ciri ; daya pesona

yang fantastik, keunikan bentuk, kerumitan kejadiannya sulit terdapat

ditempat lain.

3. Gejala alam, yaitu bentuk sumber daya alam yang dipengaruhi oleh kondisi

fisik seperti susunan geomorfologi, air terjun, sumber air panas, kawah dan

lain sebaginya.

4. Budaya/sejarah, yaitu unsur daya tarik sumber daya alam, candi peninggalan

zaman purbakala, benteng peninggalan perang dan lain-lain.

Etika wisata alam

8

Page 9: KSDA MATERI

Mapala WD – Materi Div. Konservation- Konservasi Sumber Daya Alam

Wisata alam adalah wisata minat khusus. Hanya pengunjung tertentu yang

dapat menikmati jenis wisata ini, misalnya wisata trekking, menikmati keasrian alam,

atau kehidupan liar. Untuk dapat menikmati obyek wisata alam dengan tetap

melindungi dan melestarikan obyek wisata alam, perlu adanya etika berwisata.

The National Audubon (New York, AS) telah memperkenalkan etika

perjalanan wisata alam (Travel Ethic Environmentally Responsible) seperti dikutip

Ismu Suwelo dalam manual kehutanan dapat kita jadikan sebagai acuan dalam

berwisata alam :

Hidupan liar dan habitatnya tidak boleh dirusak.

Habitat yang rawan perlu dijaga agar tidak mendapat tekanan. Untuk itu perlu

adanya jalan setapak atau jalan khusus pengunjung. Pembatasan kunjungan

dapat mengurangi kerusakan habitat/ekosistem. Penyelenggara dan pemandu

wisata wajib memberitahukan wisatawan agar tetap bnerada di jalur setapak,

tidak melalkukan introduksi tanaman eksotik de dalam kawasan. Untuk

mengamati dan melihat binatang perlu menjaga jarak dengan obyek. Untuk

binatang yang peka gangguan jarak dengan obyek ± 5-7 m./

Ketentuan-ketentuan dalam berwisata alam ;

Pengunjung tidak boleh berdiri mengelilingi seekor atau

sekelompok binatang

Waspada, jangan berada antara anak dan induknya.

Kegaduhan dapat mengganggu satwa

Memperhatikan jarak pengambilan gambar (foto)

Jangan berlam-lama dalam pengambilan gambar (foto)

Tidak boleh menyentuh binatang.

Merupakan kegiatan berkelanjutan.

Perlu dibuatkan rencana kunjungan wisata jangka panjang guna menjamin

pemanfaatan yang lestari terhadap habitat satwa.

Sampah lingkungan.

Sampah buangan menimbulkan masalah pada lingkungan dan merusak

estetika. Penyelenggara wisata alam harus memperhitungkan kemungkinan

terjadinya pencemaran oleh sampah terhadap obyek wisata. Tempat sampah

mutlak disediakan di tempat wisata dan tentunya penting juga bagaiman

pennangan sampah tersbut selanjutnya sehingga tetap bersahabat bagi

lingkungan

9

Page 10: KSDA MATERI

Mapala WD – Materi Div. Konservation- Konservasi Sumber Daya Alam

Pengelaman menjaring wisatawan harus dapat memperkuat apresiasi mereka

terhadap konservasi alam.

Tidak boleh ada kegiatan perdagangan satwa atau hasil satwa yang dapat

mengganggu kelestarian kehidupan liar, terutama jenis yuang terancam punah.

Kepada para penyelenggara dan pemandu wisata perlu diingatkan agar tidak

melayani kegiatan penjualan atau pembelian barang :

Semua produk penyu, meliputi barang hiasan, telur penyu,

ataupun obat gosok yang berasal dari daging penyu.

Kulit reptile dan barang-barang awetan, terutama dari jenis-

jenis yang langka dan terancam punah.

Produk kulit dari jenis-jenis langkla.

Daging atau gigi yang bahnnya dari berbagai jenis satwa,

seperti gajah, anjing laut, duyung dan harimau,

Burung-burung.

Taman buru

Taman buru adalah suatu kawasan yang didalamnya terdapat potensi satwa

buru untuk kegiatan berburu. Berburu adalah menangkap dan atau membunuh satwa

buru termasuk mengambil atau memindahkan telur-telur atau sarang satwa buru.

Satwa buru adalah jenis satwa liar tertentu yang ditetapkan dapat diburu.

Satwa buru pada dasarnya satwa liar yang tidak dilindungi yang berupa jenis

burung, Jenis satwa kecil ataupun besar. Perburuan dilakukan dengan tetap berpegang

pada azas kelestarian manfaat dengan memperhatikan populasi daya dukung habitat

dan keseimbangan ekosistem.

Setiap orang dewasa boleh berburu dengan memenuhi persyaratan seperti ;

memiliki akte buru, memiliki ijin berburu dan memakai alat sesuai ijin. Perburuan

dilakukan padan tempat yang telah ditentukan serta pada musim buru sesuai ijin. Jenis

satwa liar yang diburu adalah jenis yang tidak dilindungi, sesuai yang tersebut dalam

akte buru.

Kawasan konservasi di bali

1. Cagar Alam Batukahu (Batukaru)

Ditetapkan berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor : 716/Kpts/Um/11/1974

tanggal 29 Nopember 1974 dengan luas 1.762,80 Ha. Terletak di dua wilayah

yaitu Ds. Candikuning, Kec. Baturiti Kab. Tabanan dan Ds. Asah Munduk

10

Page 11: KSDA MATERI

Mapala WD – Materi Div. Konservation- Konservasi Sumber Daya Alam

Kec Banjar, Kab. Buleleng. Potensi flora fauna adalah cemara pandak

(Podocarpus imbricatus) yang cukup langka, cemara geseng, lateng dan

lainnya. Kijang, kucing hutan, burung kipas dam lainnya adalah jenis satwa

yang terdapat dalam CA. tipe hutan yang dimiliki termasuk tipe hutan hujan

tropis pegunungan (dataran tinggi). Berada dibawah pengelolaan Balai KSDA

Bali.

2. TWA Danau Buyan-Danau Tamblingan

Secara administrasi termasuk dalam wilayah Kabupaten Buleleng (Kec.

Sukasada, Kec. Banjar) dan Kabupaten Tabanan (Kec. Baturiti). Luas

keseluruhan TWA adalah 1.703 ha (termasuk Danau Buyan dan Danau

Tamblingan). TWA merupakan kawasan pelestarian alam yang khusus

diperuntukkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam. Ditetapkan

berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. : 144/Kpts-II/1996 tanggal 4

April 1996. Tipe ekosistem yang dimiliki termasuk dalam tipe ekosistem

hutan hujan tropis dataran tinggi yang ditandai dengan keragaman jenis

tumbuhannya.

3. TWA Sangeh

Terletak di Desa Sangeh, kec. Abiansemal, Kab. Badung. Status kawasan ini

sebelumnya adalah cagar alam kemudian berubah status menjadi TWA

Sangeh dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 87/Kpts-II/1993

tanggal 16 Pebruari 1993 dengan luas 13,969 ha. Flora dominan yang dapat

ditemui adalah Pohon Pala (Dipterocarpus trinervis) merupakan habitan dari

kera abu-abu (Macaca fascicularis).

4. TWA Penelokan

Status kawasan berdasarkan SK Menteri Pertanian No. :

655/Kpts/Um/10/1978 tanggal 29 Oktober 1978 dengan luas 574.275 ha.

Terletak di wilayah administratif Desa Penelokan, Kec Kintamani, Kab.

Bangli.

5. Hutan Wisata Gunung Batur Bukit Payang

Kawasan ini terletak diketinggian 1200-1500 dpl, ditetapkan statusnya dengan

SK Menteri Pertanian Nomor : 321/Kpts/Um/11/1982 dengan luas ± 2,075 ha.

6. Taman Hutan Raya Ngurah Rai

11

Page 12: KSDA MATERI

Mapala WD – Materi Div. Konservation- Konservasi Sumber Daya Alam

Status kawasan ini ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehuatn Nomor :

4/Kpts/11/1993 tanggal 26 September 1993 dengan luas 1.373,50 ha. Terletak

di dua wilayah administratif yaitu Kec. Kuta (Badung) dan Kec. Denpasar

Selatan (Kodya Denpasar). Potensi kawasan adalah tanaman mangrove dengan

beberapa spesies yang dapat ditemui. (tidak berada dalam pengelolaan

BKSDA Bali)

7. Taman Nasional Bali Barat

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) yang memasuki gerbang kepunahan di alam

menjadi alasan penetapan Taman Naional ini. Terletak di dua wilayah yaitu Kec.

Melaya (Jembrana) dan Kec. Gerokgak (Buleleng). Ditetapkan berdasarkan SK

Menteri Kehutanan No : 493/Kpts-11/1995, tanggal 15 September 1995 dengan

luas 19002,89 ha. (pengelola Balai TNBB).

3. Strategi Konservasi

Kesadaran terhadap perlunya konservasi terhadap sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya sesungguhnya telah ada sejak berabad-abad lampau. Kepercayaan dan

filosofi tentang nilai perlindungan alam ditemukan dibanyak kebudayaan di dunia.

Banyak norma agama dan budaya menekankan harmonisasi manusia dengan alam

lingkungannya sebagai anugerah Sang Pencipta seperti konsep Tri Hita Karana dalam

budaya Hindu Bali.

Sejalan dengan konsep strategi konservasi dunia yang dikeluarkan IUCN

Indonesia mendeklarasikan strategi konservasi nasional seperti yang tertuang dalam

UU No. 5 /1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Pokok-pokok strategi konservasi :

1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan.

2. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

3. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

I. Perlindungan sistim penyangga kehidupan

Sistem penyangga kehidupan merupakan satu proses alami dari berbagai unsur

hayati dan non hayati yang menjamin kelangsungan kehidupan makhluk.

12

Page 13: KSDA MATERI

Mapala WD – Materi Div. Konservation- Konservasi Sumber Daya Alam

Kegiatan perlindungan pada dasarnya untuk melindungi proses-proses ekologis

sebagai penyangga kehidupan sehingga dapat menjaga kemampuan pemanfaatan

sumber daya alam tersebut.

Seperti yang telah dikeluarkan strategi konservasi sedunia mengenai perlindungan

sistem penyangga kehidupan meliputi :

a. Perlindungan daerah pegunungan yang berlereng curam yang mudah

tererosi dengan membentuk hutan lindung-hutan lindung.

b. Perlindungan wilayah pantai dengan pengelolaan yang terkendali bagi

daerah hutan mangrove dan hutan pantai serta daerah hamparan

karang/terumbu karang.

c. Perlindungan daerah aliran sungai, lereng perbukitan dan tepi-tepi

sungai, danau dan ngarai (revine) dengan pegelolaan yang terkendali

terhadap vegetasi misalnya : melarang kegiatan menebang pohon dan

menghutankan kembali jika diperlukan.

d. Pengembangan daerah aliran sungai termasuk kawasan daerah-daerah

perlindungan jika diperlukan, sesuai dengan rencana pembangunan

menyeluruh.

e. Perlindungan daerah hutan yang luas seperti misalnya dijadikan

mintakat rimba di dalam taman nasional, suaka margastwa dan cagar

alam.

f. Perlindungan tempat yang memiliki nilai unik, keindahan alam yang

sangat menarik atau ciri-ciri khas alam atau budaya daerah tersebut.

g. Mengadakan analisa mengenai dampak lingkungan sebagai syarat

mutlak untuk melaksanakan rencana pembangunan.

II. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa

Tujuan dari penerapan strategi kedua ini adalah

1. Menghindarkan jenis tumbuhan dan satwa dari bahaya kepunahan.

2. Menjaga kemurnian genetik dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa.

3. Memelihara keseimbangan dan kemantapan ekosistem yang ada agar dapat

dimanfaatkan bagi kesejahtraan manusia secara berkelanjutan.

Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya

dilaksanakan dengan menjaga keutuhan kawasan suaka alam agar tetap dalam

keadaan asli.

13

Page 14: KSDA MATERI

Mapala WD – Materi Div. Konservation- Konservasi Sumber Daya Alam

Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah :

o Penetapan dan penggolongan jenis yang dilindungai dan tidak dilindungai.

o Pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa serta habitatnya.

o Pemeliharaan dan pengembangbiakan.

Suatu jenis tumbuhan dan satwa wajib ditetapkan dalam kelompok dilindungi apabila

telah memenuhi kriteria berikut :

o Mempunyai populasi sedikit

o Adanya penurunan yang tajam pada jumlah individu di alam bebas.

o Mempunyai daerah penyebaran yang terbatas.

Suatu jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi dapat diubah statusnya menjadi tidak

dilindungi apabila populasinya telah mencapai tingkat pertumbuhan tertentu sehingga

jenis yang bersangkutan tidak lagi termasuk kategori yang dilindungi.

Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa dilakukan melalui kegiatan pengelolaan di

dalam kawasan (in-situ) dan diluar kawasan (ex-situ)

A. PENGAWETAN IN-SITU

Pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa di dalam habitatnya dilakukan dalam

bentuk kegiatan

1. Identifikasi, penetapan golongan jenis tumbuhan dan satwa.

2. Inventarisasi, kondisi populasi, pengamatan potensi.

3. Pemantauan, perkembangan populasi dari waktu ke waktu.

4. Pembinaan habitat dan populasinya, melalui :

Pembinaan padang rumput untuk makan satwa.

Penanaman dan pemeliharaan pohon pelindung dan sarang

satwa.

Pembuatan fasilitas air minum, tempat berkubang dan mandi

satwa.

Penjarangan jenis tumbuhan dan atau populasi satwa.

Penambahan tumbuan dan atau satwa asli.

Pemberantasan jenis tumbuhan dan satwa pengganggu.

5. Penyelamatan jenis.

Dilakukan terhadap jenis tumbuhan dan satwa yang terancam bahaya

kepunahan yang masih berada dihabitatnya, melalui :

Pengembangbiakan.

14

Page 15: KSDA MATERI

Mapala WD – Materi Div. Konservation- Konservasi Sumber Daya Alam

Pengobatan.

Pemeliharaan dan atau pemindahan dari habitatnya ke habitat di

lokasi lain.

6. Pengkajian, penelitian dan pengembangan.

Untuk menunjang tetap terjaganya keadaan genetik dan ketersediaan

sumber daya jenis tumbuhan dan satwa.

B. PENGAWETAN EX-SITU

Untuk pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa di luar habitatnya (ex-situ)

dilakukan dalam bentuk kegiatan :

1. Pemeliharaan, bertujuan untuk :

Menyelamatkan sumber daya genetik dan populasi jenis tumbuhan

dan satwa.

Pemeliharaan meliputi koleksi jenis tumbuhan dan satwa di

lembaga konservasi.

Pemliharaan jenis di luar habitat wajib memenuhi persyaratan :

- Memenuhi standar kesehatan

- Menyediakan tempat yang cukup luas, aman dan nyaman.

- Mempunyai dan memperkerjakan tenaga ahli dalam bidang

medis dan pemeliharaan.

2. Pengembangbiakan.

Dilakukan untuk pengembangan populasi di alam agar tidak punah

sehingga kemurnian jenis dan keanekaragaman genetik tetap terjaga.

Pengembangan diluar habiat wajib memenuhi syarat :

o Menjaga kemurnian jenis

o Menjaga keanekaragaman genetik

o Melakukan penandaan dan sertifikasi

o Membuat buku silsilah.

3. Pengkajian, penelitian dan pengembangan.

4. Rehabilitasi satwa, dimaksudkan untuk :

Mengadaptasikan satwa yang karena suatu sebab berada di

lingkungan manusia untuk dikembalikan ke habitatnya.

Mengetahui ada atau tidaknya penyakit, mengobati dan memilih

satwa yang layak untuk dikembalikan ke habitatnya

15

Page 16: KSDA MATERI

Mapala WD – Materi Div. Konservation- Konservasi Sumber Daya Alam

5. Penyelamatan jenis tumbuhan dan satwa.

Dilakukan untuk mencegah kepunahan lokal jenis tumbuhan dan

satwa akibat adanya bencana alam dan kegiatan manusia.

Pemindahan jenis tumbuhan dan satwa ke habitat yang lebih baik.

Mengembalikan ke habitatnya, rehabilitasi atau apabila tidak

memungkinkan menyerahkan atau menitipkan ke lembaga

konservasi.

III. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa

Dalam pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa harus selalu dipegang prinsip

menghindari dari bahaya kepunahan dan atau menghindari penurunan potensi

tumbuhan dan satwa, populasi tumbuhan dan satwa liar. Pemanfaatan

tumbuhan dan satwa dilakukan melalui bentuk :

Pengkajian

Penelitian dan pengembangan

Penangkaran

Perdagangan

Peragaan

Pertukaran

Budi daya tanaman obat

Pemeliharaan untuk kesenangan (hobby yang bertanggung jawab)

Penangkaran dapat dilakukan terhadap jenis dan satwa liar yang dilindungi

dan tidak dilindungi yang diperoleh dari habitat alam atau sumber-sumber lain

yang sah.

Standar kualifikasi penangkaran ditetapkan dengan dasar pertimbangan:

1. Batas jumlah populasi jenis dan satwa hasil penangkaran.

2. Profesionalisme kegiatan penangkaran

3. Tingkat kelangkaan jenis tumbuhan dan satwa yang ditangkarkan.

Ditingkat dunia internasional, untuk mengendalikn pemanfaatan ataupun perdagangan

satwa dan flora dibuat perangkat peraturannya yaitu CITES sedangkan untuk

mengetahui tingkat kelangkaanya dikeluarkan Red Data Book oleh IUCN.

16

Page 17: KSDA MATERI

Mapala WD – Materi Div. Konservation- Konservasi Sumber Daya Alam

CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild

Fauna and Flora) atau konvensi perdagangan international untuk spesies-spesies

tumbuhan dan satwa liar yang terancam punah, merupakan suatu konvensi

internasional yang bertujuan untuk membentuk sistem pengendalian perdagangan

satwa dan flora langka dan terancam punah, serta produk-produknya secara

internasional. CITES merupakan suatu pakta perjanjian yang disusun pada suatu

konfrensi diplomatik di Washington DC pada tanggal 3 Maret 1973 yang dihadiri 88

negara sehingga konvensi ini juga disebut Washington Convention. Konvesi ini

merupakan tanggapan terhadap rekomendasi No. 99.3 yang dikeluarkan pada saat

konfrensi PBB tentang Lingkungan Hidup di Stockholm tahun 1972. CITES

ditandatangani oleh 21 negara dan mulai berlaku 1 Juli 1975. Indonesia meratifikasi

konvensi pada tahun 1978, PP No. 43 tahun 1978.

CITES merupakan satu-satunya perjanjian atau trakta (treaty) global yang

fokus pada perlindungan flora-fauna liar terhadap perdagangan internasional yang

mungkin mengancam kelestariannya.

CITES memuat tiga lampiran (appendix) yang menggolongkan keadaan tumbuhan

dan satwa liar :

Appendix I CITES

Appendix I memuat daftar tumbuhan dan satwa liar yang terancam punah.

Jumlahnya sekitar 800 spesies. Pemanfaatan diawasi sangat ketat terbatas

hanya untuk konservasi, penelitian ilmu pengetahuan. Tumbuhan dan Satwa

Indonesia yang termasuk alam Appendix I : penyu laut, Jalak Bali, Orang

Utan, Komodo, Harimau, Babirusa dan lainnya.

Appendix II CITES

Appendix II memuat daftar dari spesies yang tidak terancam punah, namun

akan menjadi terancam punah bila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya

pengaturan. Jumlahnya sekitar 32.500 spesies.

Appendix III CITES

Appendix III memuat daftar spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi

di suatu negara tertentu dalam habitanya dan memiliki kemungkinan masuk

dalam daftar appendix I atau II sesuai kesepakatan anggota CITES

Konfrensi CITES diadakan secara berkala untuk meninjau status tumbuhan dan satwa

liar.

17

Page 18: KSDA MATERI

Mapala WD – Materi Div. Konservation- Konservasi Sumber Daya Alam

IUCN (International Union For Concervation of Nature and Natural Resources)

memuat data kelangkaan tumbuhan dan satwa. Untuk kelangkaan satwa, IUCN Red

Data Book mengkategorikan kelangkaan satwa dalam 4 kategori Yaitu :

1. Endangered : satwa yang telah mendekati kepunahan atau nyaris

punah.

2. Restricted : satwa yang populasinya jarang atau terbatas dan

mempunyai resiko punah

3. Depleted/vulnerable : satwa yang sedang mengalami penurunan pesat

dari populasi di alam bebas.

4. Indeterminate : atwa yang terancam punah, tetapi belum ditetapkan

tingkat kelangkaannya karena kekurangan data.

Sementara untuk kelangkaan tumbuhan, ada 5 tingkat kelangkaan yaitu :

1. Punah (extinc) : tumbuhan yang telah mengalami kepunahan /hilang

sama sekali

2. Genting (endangered) : jenis yang terancam kepunahan.

3. Rawan (vulnerable) : jenis yang tidak terancam punah, tetapi terdapat

dalam jumlah sedikit dan eksploitasi terus berjalan.

4. Jarang : jenis dan populasinya besar tetapi tersebar secar lokal atau

daerah penyebarannya luas, tapi jarang dijumpai.

5. Terikis (indeterminate) : jenis yang mengalai proses pelangkaan, tetapi

informasi tentang keadaan yang sebenarnya belum mencukupi.

Peraturan perundang-undangan mengenai Konservasi

Pembangunan konservasi seumber daya alam hayati dan ekosistemnya sebagai

bagian dari pembangunan kehutanan ditempuh melalui upaya perlindngan,

pengawetan dan pemanfaatan. Kebijakan pembangunan wilayah konservasi tidak

terlepas dari kebijakan pembangunan wilayah di sekitarnya dan saling menunjang

sehingga pembangunan konservasi mencakup aspek pelestarian fungsi lingkungan

hidup dan pembangunan ekonomi.

Dalam rangka pembangunan dan pengelolaan kawasan konservasi, sampai saat ini

masih menghadapi kendala dan permasalahan yang cukup komplek dan terkait dengan

sektor ataupun pihak lain. Untuk menjamin keberhasilan program konservasi sumber

daya alam, haruslah dibuat ketentuan-ketentuan dan peaturan-peraturan yang

mengatur pola pelaksanaan program konservasi.

18

Page 19: KSDA MATERI

Mapala WD – Materi Div. Konservation- Konservasi Sumber Daya Alam

Peraturan perundang-undangan dibidang konservasi sumber daya alam hayati di

Indonesia sebenarnya mempunyai sejarah yang cukup tua. Pada tahun 1916,

pemerintah berkuasa menerbitkan Stbl No.278 yang memuat ketentuan untuk

melindungi Alam di Hindia Belanda. Tahun 1932 di undangkan Ordonansi Cagar

Alam dan Suaka Margasatwa yang kemudia tahun 1941 diganti menjadi Ordonansi

Perlindungan Alam. Beberapa peraturan perundangan lainnya di jaman itu yang

dikeluarkan adalah :

Ordonansi untuk melindungi satwa liar 1909 diganti dngan ordonansi

Perburuan 1924.

Pelarangan perburuan burung Mambruk dan cendrawasih tahun 1922

Ordonansi Perlindungan Binatang-binatang Liar 1931.

Tahun 1967 pemerintah Indonesia menerbitkan UU Nomor 5 tahun 1967 tentang

Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan yang kemudian diperbaharui dengan UU

Nomor 4 tahun 1999 tentang Kehutanan yang selanjutnya kembali diperbaharui

peraturannya dalan UU nomir 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. UU tentang

konservasi sumber daya alam diterbitkan pada ahun 1990 yaitu UU Nomor 5 tahun

1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Ditingkat inetrnasional, Indonesia juga merupakan salah satu negara yang

menandatangani CITES ( Convention on International Trade in Endengered Species

of Flora and Fauna) yang mengatur tentang lalu lintas perdagangan satwa dan

tumbuhan liar. Dibidang pengawetan dan pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa

pemerintah juga menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomr 7 tahun 1999 tentang

pengawetan jenis tumbuhan dan satwa serta Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun

1999 tentang pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar.

Dalam usaha penanggulangan jenis-jenis flora fauna yang terancam punah, suatu

badan perlindungan alam se dunia IUCN (International Union for Conservation of

Naturale Resource mempunyai komisi khusus menangani masalah jenis-jenis flora

dan fauna yang terancam punah, dimana secara berkala mengeluarkan daftar

kelangkaan flora fauna dunia.

19