KTI Bab I-V

Embed Size (px)

Citation preview

31

1BAB IPENDAHULUAN

Latar BelakangTetanus pada maternal dan neonatal merupakan penyebab kematian paling sering terjadi akibat persalinan dan penanganan tali pusat tidak bersih.Tetanus ditandai dengan kaku otot yang nyeri yang disebabkan oleh neurotoxin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani pada luka anaerob (tertutup). Tetanus neonatorum (TN) adalah tetanus pada bayi usia hari ke 3 dan 28 setelah lahir dan Tetanus maternal (TM) adalah tetanus pada kehamilan dan dalam 6 minggu setelah melahirkan. Saat ini kematian akibat tetanus pada maternal dan neonatal dapat dengan mudah dicegah dengan persalinan dan penanganan tali pusat yang higienis, dan / atau dengan imunisasi ibu dengan vaksin tetanus (Soedjatmiko, 2012).

Pada tahun 1988, World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa sebanyak 787,000 bayi baru lahir meninggal akibat tetatus neonatorum (TN). Sehingga pada akhir tahun 1980-an perkiraan angka kematian tahunan global TN adalah sekitar 6,7 kematian per 1000 kelahiran hidup, jelas ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting (Soedjatmiko, 2012).1Badan Kesehatan Dunia, World Health Organization (WHO) pada tahun 1988 dan UNICEF melalui World Summit for Children pada tahun 1990 mengajak seluruh dunia untuk mengeliminasi Tetanus Neonatorum pada tahun 2000. Target ini tidak tercapai, karena belum ditemukan strategi operasional yang efektif, sehingga pada tahun 1999 UNICEF, WHO dan UNFPA (United Nations Fund For Population Activities) kembali mengajak negara berkembang di dunia untuk mencapai target Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (ETMN) pada tahun 2005 dengan menggalang dana ETMN dunia (Soedjatmiko, 2012).World Health Organization (WHO) memperkirakan pada 2008 (angka estimasi tahun terakhir yang ada), 59.000 bayi baru lahir meninggal akibat TN, ter-dapat penurunan 92% dari situasi pada akhir 1980-an. Pada 2008 terdapat 46 negara yang masih belum eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (TMN) di seluruh kabupaten, salah satunya adalah Indonesia (Soedjatmiko, 2012).Salah satu penyebab Tetanus Neonatorum yaitu disebabkan oleh adanya infeksi pada saat persalinan perdarahan misal pada plasenta previa, hipertensi pada eklampsia, gangguan mendadak pada plasenta misalnya solusio plasenta, partus lama (CPD, servik kaku, antonia/inesia uteri). Penanganan persalinan yang tidak hati-hati merupakan penyebab terbesar terjadinya infeksi persalinan (Soedjatmiko, 2012).Sebelum pengenalan upaya eliminasi Tetanus, Indonesia merupakan salah satu negara dengan kasus tertinggi di Asia. Survei ber-basis komunitas untuk kematian TN dilakukan pada awal 1980 di Jakarta dan daerah pedesaan di Bali, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sumatera dan Sulawesi mengungkapkan angka kematian berkisar 6-23 kematian TN per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan data survei ini dan survei lainnya, jumlah kematian tahunan TN di Indonesia secara keseluruhan diperkirakan 71.000 selama awal tahun 1980 (Soedjatmiko, 2012).Target Millenium Development Goals (MDGs) untuk penurunan kematian ibu adalah pada tahun 2015 dibandingkan pada tahun 1990. Pada tahun 1990 angka kematian ibu adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan target MDGs pada tahun 2015 ditergetkan angka kematian ibu maksimal sama dengan 100 kematian per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2010). Angka Kematian Bayi (AKB) akibat Tetanus Neonatorum di dunia adalah sebesar 787,000 kematian, sedangkan rata-rata Angka Kematian Ibu (AKI) akibat infeksi persalinan di dunia sebesar 1.000.000 per tahunnya. Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2012 di Indonesia adalah 1283 per 100.000 kelahiran hidup dan yang meninggal karena Tetanus Neonatorum sebanyak 44 orang. Sedangkan Angka Kematian IBU (AKI) akibat infeksi persalinan di Indonesia sebesar 390 per 100.000 persalinan. Data dari Profil Kesehatan Propinsi Bengkulu tahun 2012 angka kematian bayi sebanyak 392 jiwa dari 33.184 kelahiran dan yang meninggal karena Tetanus Neonatorum sebanyak 1 orang. Sedangkan angka kematian ibu di propinsi Bengkulu Tahun 2012 adalah 45 jiwa dengan rincian kematian ibu hamil 18 Jiwa, kematian Ibu bersalin 10 orang dan kematian ibu nifas 16 jiwa (Profil Kesehatan Propinsi Bengkulu, 2012). Upaya sistematis untuk menghilangkan TN dimulai dengan imunisasi TT ibu hamil dan calon pengantin dengan melalui Program Pengembangan Imunisasi (PPI), yang diperkenalkan pada tahun 1979. Kemudian tahun 1984 imunisasi tetanus dalam bentuk vaksin DT dan vaksin TT mulai diberikan pada anak sekolah dasar sebagai bentuk strategi jangka panjang pengendalian TN. Tahun 1998 imunisasi pada anak sekolah dasar ini kemudian dikembangkan menjadi Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Sejak tahun 2011, dalam rangka penanggulangan kejadian luar biasa Difteri di Indonesia, maka vaksin TT untuk anak sekolah dasar diganti menjadi vaksin Tetanus Dasar (TD). Menanggapi inisiatif global untuk mengeliminasi TN, Indonesia mengadopsi tiga pendekatan imunisasi, untuk memberikan perlindungan terhadap tetanus bagi ibu dan bayinya. Salah satunya melalu pendekatan jangka pendek yaitu dosis Tetanus Toxoid (TT) untuk ibu hamil diberikan pada imunisasi rutin saat pelayanan antenatal, dan TT dosis calon pengantin diberikan pada perempuan yang mau atau baru menikah (Soedjatmiko, 2012).Cakupan imunisasi Tetanus Toksoid di Propinsi Bengkulu pada tahun 2012 dari 39.163 jumlah ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT1 sebanyak 33,391 orang, TT2 sebanyak 31,114 orang, TT3 sebanyak 1,076 orang, TT4 sebanyak 80 orang, TT5 sebanyak 262 orang dan TT2+ sebanyak 32,360 orang (Profil Kesehatan Propinsi Bengkulu, 2012).Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan menunjukkan bahwa dari beberapa Puskesmas, yang paling rendah persentase imunisasi TT pada Ibu hamil terdapat di Puskesmas Sidomulyo yaitu sebanyak 53 orang atau 26% dengan rincian jumlah ibu hamil 203 orang Imunisasi TT1 72 orang (35,5%) imunisasi TT2 53 orang (26,1%). Kemudian diikuti Puskesmas Nusa Indah sebanyak sebanyak 119 orang atau 40% dengan rincian jumlah ibu hamil 313 orang Imunisasi TT1 71 orang (39,7%) imunisasi TT2 48 orang (30%) selanjutnya diikuti Puskesmas Sukamerindu didapatkan bahwa jumlah ibu yang hamil di tahun 2012 berjumlah 434 orang dengan rincian yang mendapat imunisasi TT1 sebanyak 191 orang (44%) TT2 sebanyak 182 orang (41,9%) dengan jumlah TT2+ sebanyak 182 orang (41,9%). Sementara cakupan imunisasi tertinggi terdapat di Puskesmas Jalan Gedang dari 324 ibu hamil hampir seluruh (96%) mendapat Imunisasi TT. Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa di Puskesmas Sukamerindu pada tahun 2012 target pencapaian imunisasi TT yang telah ditetapkan UCI 60% belum tercapai (Profil Dinkes Propinsi, 2012)Berdasarkan uraian tersebut di atas disimpulkan bahwa cakupan imunisasi toksoid pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Sukamerindu masih sangat rendah, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti Gambaran pemberian imunisasi TT pada ibu hamil berdasarkan karakteristik Ibu di Puskesmas Sukamerindu.

Rumusan MasalahDari uraian diatas masih rendahnya cakupan imunisasi TT pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu sehingga pertanyaan penelitan nya adalah Bagaimana gambaran pemberian imunisasi TT berdasarkan karakteristik Ibu?.

Tujuan PenelitianTujuan UmumMengetahui gambaran pemberian imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu berdasarkan karakteristik ibu hamil di Wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu.

Tujuan KhususMengetahui gambaran pemberian imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil di Puskesmas Sukamerindu.Mengetahui gambaran umur pada ibu hamil di Puskesmas Sukamerindu.Mengetahui gambaran pendidikan pada ibu hamil di Puskesmas Sukamerindu.Mengetahui gambaran pekerjaan ibu hamil di Puskesmas Sukamerindu.Mengetahui gambaran paritas ibu hamil di Puskesmas Sukamerindu.Mengetahui gambaran distribusi frekuensi imunisasi TT berdasarkan Umur Ibu hamilMengetahui gambaran distribusi frekuensi imunisasi TT berdasarkan Pendidikan Ibu hamilMengetahui gambaran distribusi frekuensi imunisasi TT berdasarkan Pekerjaan Ibu hamilMengetahui gambaran distribusi frekuensi imunisasi TT berdasarkan Paritas Ibu hamil

Manfaat PenelitianBagi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan dan informasi untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan bagi mahasiswa-mahasiswi tentang gambaran pemberian imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil berdasarkan karakteristik Ibu di Puskesmas Sukamerindu.Bagi Puskesmas Sukamerindu

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan suatu masukan dan evaluasi dalam pelaksanaan program imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil.Bagi penulis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman penulis dalam bidang penelitian mengenai gambaran pemberian imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil berdasarkan karakteristik Ibu di Puskesmas Sukamerindu.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Konsep Ibu HamilPengertian Ibu HamilKehamilan adalah masa dimana terdapat janin didalam rahim perempuan. Yang didahului oleh terjadinya pembuahan yaitu bertemunya sel sperma laki-laki dengan sel telur yang dihasilkan oleh induk telur. Setelah pembuahan terbentuk kehidupan baruberupa janin dan tumbuh didalam rahim ibu yang merupakan tempat berlindung yang aman dan nyaman bagi janin (Depkes RI, 2009).

Kehamilan adalah masa dimana terdapat janin didalam rahim seorang perempuan. Masa kehamilan didahului oleh terjadinya pembuahan yaitu bertemunya sel sperma laki-laki dengn sel telur yang dihasilkan oleh indung telur. Setelah pembuahan, terbentuk kehidupan baru berupa janin dan tumbuh didalam rahim ibu yang merupakan tempat berlindung yang aman dan nyaman bagi janin (Supryanto, 2010).8Dapat disimpulkan bahwa ibu hamil adalah seorang ibu dimulai masa kehamilan atau mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari atau 40 minggu, di hitung dari hari pertama haid terakhir dan dapat dilihat tanda pasti hamil yaitu ada gerakan janin dalam rahim (terlihat atau teraba gerakan janin dan teraba bagianbagian janin), terdengar denyut jantung janin (didengar dengan stetoskop laenec, alat kardiotokografi atau EKG dan alat Doppler, dilihat dengan ultrasonografi, pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen melihat kerangka janin, ultrasonografiPerubahan Tubuh Ibu dan Keluhan Umum Selama KehamilanPada masa kehamilan terjadi perubahan pada tubuh ibu yang erat kaitannya dengan keluhan-keluhan selama kehamilan (Depkes RI, 2009) yaitu :

Perubahan pada payudaraPeningkatan berat badanKram perutSering buang air kecilSembelit (susah Buang Air Besar)NgidamMual dan Muntah

Keluhan umum saat kehamilan (Depkes RI, 2009) yaitu :KeputihanNyeri PinggangKram kakiPembengkakan di kakiWasir / ambeien

Konsep Tetanus NeonatorumPengertianTetanus Neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia 0-1 bulan) Tetanus sendiri merupakan penyakit toksemia akut yang menyerang susunan syaraf pusat oleh karena adanya tetanospasmin dari colistridium tetani (Sirwandani, 2010)

Tetanus juga dikenal dengan nama Lockjaw. Karena salah satu penyakit ini adalah mulut sukar dibuka (seperti terkunci) (Sirwandani, 2010).Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Tetanus Neonatorum adalah penyakit tetanus yang menyerang bayi 0-1 bulan.PenularanBakteri Clostridium tetani yang masuk melalui luka terbuka dan menghasilkan racun yang kemudian menyerang sistem saraf pusat. Bakteri ini secara umum terdapat ditanah, jadi ia bisa ditemukan pada debu, pupuk, kotoran hewan dan sampah. Tetanus ini menyerang siapa saja, anakanak juga orang dewasa. Bahkan bayi baru lahir sekalipun, yang bisa berakibat fatal. Penyakit pada bayi tersebut dikenal Tetanus neonatorum (Yusri, 2011).

Tetanus biasanya menyerang bayi -bayi yang lahir ditempat yang tidak bersih dan tidak menggunakan alatalat persalinan yang steril dan ada riwayat ibu hamil yang terluka sebelum melahirkan yang lukanya mengandung bakteri tetanus tersebut (Kurniawan, 2012).

Pencegahan Tetanus NeonatorumSalah satu pencegahan terhadap penyakit Tetanus Neonatorum adalah ibu hamil haruslah menjaga kebersihan dan melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan yang professional dan bumil harus diberikan imunisasi. Pemberian imunisasi TT adalah proses membangun kekebalan sebagai pencegahan terahadap infeksi tetanus. Imunisasi tersebut bisa diberikan pada bumil pada trimester I sampai dengan trimester III (Kurniawan, 2012).

Konsep Imunisasi Tetanus ToksoidPengertianImunisasi adalah pemberian vaksin kepada seseorang untuk melindunginya dari beberapa penyakit tertentu. Imunisasi merupakan upaya untuk mencegah penyakit lewat peningkatan kekebalan tubuh seseorang (Badan Litbangkes, 2008).

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit (Yusri, 2011).Imunisasi tetanus toksoid (vaksin tetanus toksoid) merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka pencegahan penyakit tetanus. Tetanus adalah penyakit serius yang disebabkan oleh bakteri Clostridium Tetani yang tinggal di tanah, debu, barang berkarat, kotoran hewan, dsb. Imunisasi tetanus toxoid menghadapkan individu untuk sejumlah kecil bakteri yang menyebabkan tubuh untuk mengembangkan kekebalan terhadap penyakit. Toksoid adalah preparat dari bakteri yang diubah secara kimiawi/endotoksin yang dibuat oleh bakteri (Yusri, 2011).Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Imunisasi tetanus toksoid adalah imunisasi yang diberikan kepada ibu hamil untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus neonatorum.Vaksin Tetanus ToksoidVaksin jerap TT (Tetanus Toxoid) adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 IU. Dipergunakan untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi Wanita Usia Subur (WUS) atau ibu hamil, juga untuk pencegahan tetanus pada ibu bayi. Kemasan vaksin dalam vial. 1 vial vaksin TT berisi 10 dosis dan setiap 1 box vaksin terdiri dari 10 vial. Vaksin TT adalah vaksin yang berbentuk cairan (Khasanah, 2013).

Vaksin TT termasuk vaksin yang sensitif terhadap beku (Freeze Sensitive=FS) yaitu golongan vaksin yang akan rusak bila terpapar/terkena dengan suhu dingin atau suhu pembekuan. Keterpaparan suhu yang tidak tepat pada vaksin TT menyebabkan umur vaksin menjadi berkurang dan vaksin akan rusak bila terpapar /terkena sinar matahari langsung (Khasanah, 2013).

Tujuan Imunisasi Tetanus Toksoid Tujuan Imunisasi Tetanus Toxoid adalah dapat mencegah penyakit tetanus baik bagi ibu maupun pada bayi, penyakit tetanus adalah Penyakit tetanus merupakan penyakit yang di sebabkan oleh kuman bakteri Clostridium Tetani. Kejadian tetanus yang dijumpai di negara yang telah berkembang tetapi masih seringnya kejadian tetanus pada bayi baru lahir (tetanus neonatorum). Penyakit ini terjadi karena kuman Clostridium tetani memasuki tubuh bayi melalui tali pusat yang kurang terawat. Kejadian seperti ini sering kali ditemukan pada persalinan yang dilakukan oleh dukun kampung akibat memotong tali pusat memakai pisau atau sembilah bambu yang tidak steril. Tali pusat mungkin pula dirawat dengan berbagai ramuan, abu, daun-daun dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk mencegah kejadian tetanus neonatorum ini adalah dengan pemberian imunisasi (Depkes RI, 2008). Menurut Yusri (2011) Tujuan pemberian imunisasi TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum.

Prinsip Pemberian Imunisasi Pada Ibu HamilPrinsip pemberian vaksinasi untuk ibu hamil adalah atas dasar pertimbangan bila penyakit infeksi yang ingin dicegah itu mempunyai kemungkinan besar bisa menginfeksi ibu hamil dan efek jelek dari penyakit tersebut dapat menimbulkan cacat bawaan janin sehingga dapat menyebabkan kematian ibu dan janin (Kurniawan, 2012).

Dosis Imunisasi Tetanus ToksoidImunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali dengan dosis 0,5 cc diinjeksikan intramuskuler/subkutan (Rochmawati, 2013).

Imunisasi TT pada ibu hamil harus terlebih dulu di tentukan status kekebalan / imunisasinya. Ibu hamil yang belum pernah mendapatkan imunisasi maka statusnya T0, jika telah mendapatkan 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu atau pada masa balitanya telah memperoleh imunisasi DPT sampai 3 kali maka statusnya adalah T2, bila telah mendapat dosis TT yang ketiga (interval minimal 6 bulan dari dosis ke-2) maka statusnnya T3, status T4 didapat bila telah mendapatkan 4 dosis (interval min 1 tahun dari dosis ke-3) dan status T5 didapatkan bila 5 dosis telah didapat (interval min 1 tahun dari dosis ke 4) (Nanajeng, 2012).Jadwal Imunisasi Tetanus ToksoidSemua ibu hamil harus memastikan bahwa mereka sudah mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) demi menghindari tetanus yang berbahaya bagi ibu dan juga bayinya. Meskipun sudah mendapat imunisasi sebelumnya, ibu memerlukan tambahan vaksin tetanus toksoid yang umumnya dianjurkan saat menjelang pernikahan. Jika terlewat, dapat diberikan ketika ibu hamil sebanyak dua kali dengan jarak antara1 hingga 2 bulan. Menjelang waktu melahirkan, imunisasi ini harus sudah komplit. Oleh karena itu, saat hamil, imunisasi ini diberikan pada usia kehamilan 7 bulan, lalu 8 bulan, dan bisa diulangi tiga tahun kemudian.

Menurut Depkes RI tahun 2011 Jadwal imunisasi TT pada ibu hamil sebagai berikut :Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) sudah mendapat TT sebanyak 2 kali, maka kehamilan pertama cukup mendapat TT 1 kali, dicatat sebagai TT ulang dan pada kehamilan berikutnya cukup mendapat TT 1 kali saja yang dicatat sebagai TT ulang juga.

Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) atau hamil sebelumnya baru mendapat TT 1 kali, maka perlu diberi TT 2 kali selama kehamilan ini dan kehamilan berikutnya cukup diberikan TT 1 kali sebagai TT ulang.

Bila ibu hamil sudah pernah mendapat TT 2 kali pada kehamilan sebelumnya, cukup mendapat TT 1 kali dan dicatat sebagai TT ulang.

Hal-hal yang Harus Diperhatikan Saat Pemberian Imunisasi TTBerikut ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) yaitu :

Sebelum digunakan, vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.

Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis ke empat dan ke lima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ke tiga dan ke empat. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan pada periode trimester pertama.

Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan :

Vaksin belum kadaluarsaVaksin disimpan dalam suhu +2 - +8CTidak pernah terendam air.Sterilitasnya terjagaVVM (Vaccine Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B.

Di posyandu, vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya (Depkes RI, 2010).

Dampak Imunisasi Tetanus ToksoidProgram imunisasi merupakan salah satu program penting di sektor kesehatan. Program ini bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Salah satu program imunisasi penting yang di anjurkan pemerintah adalah imunisasi TT (Tetanus Toksoid) yang merupakan proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Imunisasi TT ini bisa diberikan pada ibu hamil trimester I sampai dengan trimester III (Depkes RI, 2008). Dengan adanya pemberian imunisasi Tetanus Toksoid maka akan memberikan dampak penurunan Angka Kematian Ibu dan bayi akibat infeksi Tetanus Neonatoru.Konsep Karakteristik IbuUmurPengertianUmur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat utama. Umur mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya resiko serta sifat resistensi. Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan dan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur individu (Noor, 2008).

Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makluk, baik hidup maupun yang mati semisal umur manusia dikatakan 15 tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Oleh yang demikian umur itu diukur dari tarih ianya lahir sehingga tarih semasa (masa kini) mana kala usia pula diukur dari tarih kejadian itu bermula sehingga tarih semasa (masa kini) (Wiki, 2010).Umur adalah salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat utama. Usia mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya risiko serta sifat resistensi. Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan/ penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh usia individu tersebut (Noor, 2008). Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa umur adalah perhitungan usia yang dimulai dari sejak kelahiran seseorang sampai dengan waktu perhitungan usia.

Tahap Perkembangan UmurMenurut teori perkembangan psikososial tahap perkembangan manusia menurut umur (dewasa) dibagi menjadi 3 tahap yaitu :

Early adult hood (21-35 tahun) pada masa dewasa awal ini, hubungan social utama seseorang sudah terfokus pada partner dalam hubungan teman dan seks (perkawinan).

Young and middle adult hood (36-45 tahun) pada masa dewasa pertengahan ini, hubungan social seseorang terfokus pada pembagian tugas antara bekerja dengan rumah tangga dan pada masa ini emosi sudah mulai stabil.

Later adult hood (>45 tahun) Pada masa dewasa akhir ini, hubungan kemasyarakatan dalam kelompok motivasi untuk hidup dan berkarier serta cenderung relative stabil dengan motivasi untuk hidup dan berkarier serta membantu sesama dengan baik.

Gambaran Pemberian Imunisasi TT Berdasarkan Umur Ibu HamilBertambahnya umur yang berarti akan bertambah pula pengalaman dan pengetahuan seseorang termasuk bertambahnya pengetahuan Tentang Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid, pengetahuan itu didapat dari pengalaman orang lain seiring bertambahnya usia maka akan bertambah pula teman yang akan memberikan pengetahuan Tentang Pemberian imunisasi Tetanus teksoid dari pengalamannya (Khasanah, 2013).

PendidikanPengertianPendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. (Undang-undang RI Tahun 2012)

John Stuart Mill (filosof Inggris, 1806-1873 M) menjabarkan bahwa Pendidikan itu meliputi segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang untuk dirinya atau yang dikerjakan oleh orang lain untuk dia, dengan tujuan mendekatkan dia kepada tingkat kesempurnaan (Rizal, 2014).Dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu proses untuk menghasilkan perubahan prilaku dan daya pikir manusia.Pendidikan dibedakan menjadi dua bagian yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan melalui prasarana terlembaga seperti sekolah, akademi, universitas. Pendidikan ini dilaksanakan secara berurut yang mencakup jangka waktu yang cukup lama dan yang berjenjang. Sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan yang dilaksanakan diluar jalur formal (Semiawan, 2009).

Pendidikan formal terdiri dari :Pendidikan Dasar yaitu warga negara yang berumur 6-7 tahun berkewajiban mengikuti pendidikan dasar dan SLTP atau pendidikan yang sederajatPendidikan Menengah yaitu pendidikan yang lamanya 3 tahun sesudah pendidikan dasar, diselenggarakan di SLTA atau satuan pendidikan yang sederajat.Pendidikan Tinggi yaitu suatu pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan disebut perguruan tinggi dapat berbentuk akademik, sarjana, magester, spesialis dan doktor.

Tingkatan PendidikanTingkatan pendidikan menurut Notoadmodjo (2008) dikatagorikan merujuk pada Departemen Pendidikan Nasional yaitu :

Pendidikan Tinggi : Perguruan Tinggi / Akademi (D-III, Sarjana)Pendidikan Menengah : SMA / SederajatPendidikan dasar : SD sampai dengan SLTP

Tujuan PendidikanTujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan (Notoadmodjo, 2008).

Gambaran Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid Berdasarkan Pendidikan Ibu HamilTingkat pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif yang diperoleh secara mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu (Feuer Stein, 2008).

Pendidikan seseorang merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka dalam memilih tempat pelayanan kesehatan semakin diperhitungkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi prilaku seseorang dan pendidikan dapat mendewasakan seseorang serta berprilaku baik, sehingga dapat memilih dan membuat keputusan dengan lebih cepat (Semiawan, 2009).Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting. Karenanya suatu pemahaman tentang program ini amat diperlukan. Pemahaman ibu dan pengetahuan ibu terhadap imunisasi sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu. Tingkat pendidikan ibu dibagi menjadi SD, SMP, SMA, PT (Khasanah, 2013). Semakin tinggi tingkat pendidikan atau pengetahuan seseorang maka semakin membutuhkan pusat-pusat pelayanan kesehatan sebagai tempat berobat bagi dirinya dan keluarganya.

Konsep PekerjaanPengertianPekerjaan adalah simbol status seseorang di masyarakat. Pekerjaan adalah media untuk memperoleh uang atau penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Pekerjaan ibu akan mempengaruhi gaya hidup keluarga. Pekerjaan ibu ini dibagi menjadi ibu yang bekerja (PNS, Swasta) dan ibu yang tidak bekerja (IRT). Aktifitas ibu yang bekerja akan berpengaruh terhadap imunisasi ketika hamil (Anoraga, 2008).

Pekerjaan ialah sekumpulan kedudukan (posisi) yang memiliki persamaan kewajiban atau tugas-tugas pokoknya. Dalam kegiatan analisis jabatan, satu pekerjaan dapat diduduki oleh satu orang, atau beberapa orang yang tersebar di berbagai tempat (Aphace, 2012). Dapat disimpulkan bahwa pekerjaan merupakan tugas atau kewajiban seseorang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.Gambaran Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid Berdasarkan Pekerjaan Ibu HamilPenelitian menunjukkan bahwa ibu tidak bekerja perilaku mereka tentang imunisasi lebih baik dibanding ibu yang bekerja. Namun menurut hasil penelitian Endang Dwi Ningsih (2008), justru menyebutkan bahwa ibu yang bekerja mempunyai resiko 2,324 kali untuk melakukan imunisasi dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja disebabkan kurangnya informasi yang diterima ibu yang tidak bekerja (Anoraga, 2008).

Konsep ParitasPengertianParitas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita. Paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara (Supryanto, 2010).

Paritas (hamil dan lahir hidup) dengan interval kurang dari 2 tahun, jumlah kehamilan diatas 4 kali, umur saat hamil terlalu muda (kurang 20 tahun) atau sudah tua (diatas 35 tahun) (Manuaba, 2008). Klasifikasi Menurut Manuaba (2008) klasifikasi paritas adalah :

Primipara

Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak. Multipara

Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan dua sampai tiga orang anak atau lebih. Grandemultipara

Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan (Manuaba, 2008). Gambaran Paritas Terhadap Imunisasi Tetanus ToksoidMenurut Lestari (2007), paritas berhubungan dengan pemberian imunisasi. Semakin kecil jumlah anak akan semakinbanyak waktu yang tersedia untuk memperhatikan kehamilannya terutama melakukan imunisasi, sebaliknya semakin banyak jumlah anak maka waktu yang tersedia akan semakin sedikit karena kesibukan mengurus anak. Menurut Friedman (2005), ibu yang tahu dan paham tentang jumlah anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan apa yang ia ketahui.

BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

Kerangka KonsepBerdasarkan latar belakang dan teori diatas maka kerangka konseptual tentang gambaran pemberian imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil berdasarkan karakteristik Ibu di Puskesmas Sukamerindu pada penelitian ini adalah :

Umur

Ibu Hamil

Imunisasi Toksoid TetanusPendidikan

Pekerjaan

Paritas

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Definisi Operasional25

Definisi operasional adalah defenisi berdasarkan karakteristik yang di amati dari sesuatu yang di defenisikan tersebut, karakteristik yang di amati (di ukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Adapun definisi operasional yang dibuat meliputi seluruh variabel yang ada di kerangka konsep.Tabel 3.1Definisi Operasional Variabel

VariabelDefinisi operasionalAlat ukurHasil ukurSkalaUmur

Pendidikan

Pekerjaan

Paritas

Umur yang dihitung sejak lahir sampai saat penelitian.

Pendidikan formal yang telah di capai ibu sampai saat penelitian

media untuk memperoleh uang atau penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup

Jumlah kelahiran yang pernah dialami seorang wanita (kelahiran hidup/kelahiran mati) selama masa reproduksi

Dokumentasi

Dokumentasi

Dokumentasi

Dokumentasi

0 = < 21 Tahun 1 = 21 35 Tahun2 = 36 45 Tahun3 = > 45 Tahun

0 = Dasar (Tidak Sekolah SD,SMP)1= Menengah (SLTA Sederajat)2= Tinggi (Akademi, Sarjana)

0 = Tidak bekerja (IRT) 1 = Bekerja

0 = Primipara 1 = Multipara2 = GrandemultiparaOrdinal

Ordinal

Nominal

Nominal

Imunisasi Toksoid

Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil usia 7 8 bulan yang berguna untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum.

Melihat kartu atau buku catatan/registrasi di ruang KIA

0 =Imunisasi TT1 =Tidak Imunisasi TT

Nominal

BAB IVMETODOLOGI PENELITIAN

Jenis PenelitianPenelitian ini bersifat deskriptif crossectional untuk mengetahui gambaran pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada ibu hamil berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas. Dalam desain penelitian ini, variabel umur, pendidikan, pekerjaan, paritas dan Imunisasi TT diukur pada satu saat tertentu saja (Saryono, 2011).

Populasi dan SampelPopulasiPopulasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Penentuan sumber data dalam suatu penelitian sangat penting dan menentukan keakuratan hasil penelitian (Saryono, 2011).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil berusia 7 - 8 bulan yang berkunjung ke Puskesmas Sukamerindu tahun 2012 yang berjumlah 72 orang.Sampel27

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi yang merupakan bagian dari populasi terjangkau (Saryono, 2011). Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Total Sampling, dimana seluruh populasi ibu hamil berusia 7-8 bulan tahun 2012 dijadikan sampel. Jadi sampel berjumlah 72 orang, dengan kriteria :Inklusi : - Ibu hamil tahun 2012 (dari Januari s/d Desember 2012) yang berdomisili di Wilayah Puskesmas SukamerinduData ibu

Tempat PenelitianLokasi penelitian dilakukan di Ruang KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) Puskesmas Sukamerindu.

Waktu PenelitianWaktu penelitian mulai dari bulan Februari s/d Juni 2014.

Etika PenelitianPada penelitian ini, setelah peneliti mendapatkan rekomendasi dari Prodi D III Keperawatan, izin dari Kesbanglinmas Propinsi Bengkulu dan Kepala Puskesmas Sukamerindu, maka dilakukan penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Lembaran persetujuan responden

Lembaran persetujuan diberikan kepada subjek yang akan diteliti, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang akan dilakukan serta dampak yang mungkin akan terjadi selama sesudah pengumpulan data, jika subjek penelitian bersedia diteliti, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut, tetapi jika menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksakan dan tetap menghormati hak-haknya.Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan subjek peneliti maka peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi nomor kode pada masing-masing lembar tersebut.Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi subjek penelitian dijamin oleh peneliti hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.

Instrumen dan Bahan PenelitianInstrumen PenelitianInstrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati secara spesifik (Sugiyono, 2008). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

Bahan PenelitianBahan penelitian yang digunakan adalah reverensi-reverensi mengenai Imunisasi Tetanus Toksoid, umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas pada ibu hamil di Puskesmas Sukamerindu Bengkulu

Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis DataPengumpulan DataPada penelitian ini data dikumpulkan melalui data skunder dengan cara melihat buku register di Poli KIA guna mendapatkan data tentang pemberian imunisasi tetanus toksoid, umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas pada ibu hamil di Puskesmas Sukamerindu Bengkulu tahun 2013.

Pengolahan DataLangkah-langkah dalam pengolahan data penelitian adalah :

Editing (Edit)

Langkah ini dilakukan peneliti untuk memeriksa kembali kelengkapan data dan memperbaiki data yang salah.Coding (Kode)

Coding adalah memberikan kode pada data yang diperoleh agar lebih mudah dan sederhana.Entry (Memasukkan data)

Data yang telah dikelompokkan kemudian dimasukan dan diolah dengan menggunakan komputer.Cleaning (Membersihkan data)

Pembersihan data dilakukan untuk mengoreksi jika ada kesalahan pada entry data, sehingga dapat diperbaiki.

Analisis DataAnalisis data dilakukan secara univariat dengan bantuan komputer dengan perangkat lunak. Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan/mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti.

FP = x 100 % n Keterangan :P : Jumlah persentase yang dicariF : Jumlah frekuensi untuk setiap alternatifn : Jumlah responden.Dari rumus diatas nilai proporsi yang didapatkan dalam bentuk persentase dan diinterprestasikan dengan menggunakan data:0%: Tidak satupun dari responden1%-25%: Sebagian kecil dari responden26%-49%: Hampir sebagian dari responden50%: Setengah dari responden51%-75%: Sebagian besar dari responden76%-99%: Hampir seluruh dari responden100%: Seluruh responden (Arikunto, 2010)

BAB VHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil PenelitianPenelitian ini dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu Bengkulu tahun 2014, untuk mengetahui tentang Imunisasi TT ibu hamil usia 7-8 bulan, umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas.

Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui data sekunder dengan cara melihat buku register di Poli KIA guna mendapatkan data tentang pemberian imunisasi tetanus toksoid, umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas pada ibu hamil di Puskesmas Sukamerindu Bengkulu tahun 2013 sebanyak 72 orang yang kemudian diolah dengan bantuan komputer dengan analisa data menggunakan uji statistik Chi Square Test dengan analisis univariat untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi variabel yang diteliti berdasarkan subjek penelitian dengan hasil sebagai berikut :32

Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Imunisasi TT pada Ibu Hamil Usia 7-8 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas SukamerinduNoSubjek PenelitianFrekuensiPersentase (%)1Tetanus ToksoidImunisasi TTTidak Imunisasi TT432959,740,3Jumlah721002Umur Ibu< 21 Tahun 21 35 Tahun36 45 Tahun> 45 Tahun660608,383,38,30Jumlah721003Pendidikan IbuDasar Menengah Tinggi (Akademi,Sarjana)21401129,255,615,3Jumlah721004Pekerjaan IbuTidak Bekerja (IRT)Bekerja (PNS, Swasta)304241,758,3Jumlah721005ParitasPrimiparaMultipara254734,765,3Jumlah72100

Berdasarkan tabel di atas hampir sebagian dari ibu yaitu 29 orang (40,3%) tidak di imunisasi TT, hampir seluruh ibu hamil yaitu 60 orang (83,3%) berusia antara 21 35 tahun dan tidak satupun responden yang berumur > 45 tahun, sebagian besar ibu hamil yaitu 40 orang (55,6%) memiliki tingkat pendidikan menengah (SLTA sederajat ), sebagian besar ibu hamil yaitu 42 orang (58,3%) adalah bekerja, sebagian besar ibu hamil yaitu 25 orang (34,7%) adalah primipara dan sebagian besar ibu hamil yaitu 47 orang (65,3%) adalah multipara.

Imunisasi Tetanus Berdasarkan Umur Ibu HamilTabel 5.2Distribusi Frekuensi Imunisasi TT Berdasarkan Umur Ibu hamildi Wilayah Kerja Puskesmas SukamerinduVariabel Umur

Imunisasi TTJumlah

ImunisasiTdk Imunisasi

F%F%n%< 21 Tahun21-35 Tahun36-45 Tahun537183,361,716,7123516,738,383,36606100100100Jumlah4359,72940,372100

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 6 ibu hamil yang berumur < 21 tahun terdapat 1 orang ibu hamil (16,7%) tidak mendapat imunisasi TT, dari 60 ibu hamil yang berumur 21-35 tahun terdapat 23 orang ibu hamil (38,3%) tidak mendapat imunisasi TT dan dari 6 ibu hamil yang berumur 36-45 tahun terdapat 5 orang ibu hamil (83,3%) tidak mendapat imunisasi TT.Imunisasi Tetanus Berdasarkan Pendidikan Ibu HamilTabel 5.3

Distribusi Frekuensi Imunisasi TT Berdasarkan Pendidikan Ibu hamildi Wilayah Kerja Puskesmas SukamerinduVariabel PendidikanImunisasi TTJumlah

ImunisasiTdk Imunisasi

F%F%n%DasarMenengahTinggi1225657,162,554,5915542,937,545,5214011100100100Jumlah4359,72940,372100Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa dari 21 ibu hamil yang berpendidikan dasar terdapat 9 orang ibu hamil (42,9%) tidak mendapat imunisasi TT, dari 40 ibu hamil yang berpendidikan menengah terdapat 15 orang ibu hamil (37,5% ) tidak mendapat imunisasi TT dan dari 11 ibu hamil yang berpendidikan tinggi terdapat 5 orang ibu hamil (45,5%) tidak mendapat imunisasi TT.Imunisasi Tetanus Berdasarkan Pekerjaan Ibu HamilTabel 5.4Distribusi Frekuensi Imunisasi TT Berdasarkan Pekerjaan Ibu hamildi Wilayah Kerja Puskesmas SukamerinduVariabel Pekerjaan

Imunisasi TTJumlah

ImunisasiTdk Imunisasi

F%F%n%Tidak BekerjaBekerja182560,059,5121740,040,53042100100Jumlah4359,72940,372100

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa dari 30 ibu hamil yang tidak bekerja terdapat 12 orang ibu hamil (40,0%) tidak mendapat imunisasi TT dan dari 42 ibu hamil yang bekerja terdapat 17 orang ibu hamil (40,5%) tidak mendapat imunisasi TT.

Imunisasi Tetanus Berdasarkan Paritas Ibu HamilTabel 5.5Distribusi Frekuensi Imunisasi TT Berdasarkan Paritas Ibu hamildi Wilayah Kerja Puskesmas SukamerinduVariabel Paritas

Imunisasi TTJumlah

ImunisasiTdk Imunisasi

F%F%n%PrimiparaMultipara152860,059,6101940,040,42547100100Jumlah4359,72940,372100Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 25 ibu hamil dengan primipara terdapat 10 orang ibu hamil (40,0%) tidak mendapat imunisasi TT dan dari 47 ibu hamil dengan multipara terdapat 19 orang ibu hamil (40,4%) tdak mendapat imunisasi TT.

PembahasanGambaran Imunisasi Tetanus Toksoid Berdasarkan Umur Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 6 ibu hamil yang berumur < 21 tahun terdapat 1 orang ibu hamil (16,7%) tidak mendapat imunisasi TT, dari 60 ibu hamil yang berumur 21-35 tahun terdapat 23 orang ibu hamil (38,3%) tidak mendapat imunisasi TT dan dari 6 ibu hamil yang berumur 36-45 tahun terdapat 5 orang ibu hamil (83,3%) tidak mendapat imunisasi TT.

Hasil penelitian diatas menunjukkan tingkat kesadaran imunisasi TT pada ibu hamil yang berumur < 21 tahun sangat tinggi, hampir seluruh ibu hamil yang berumur < 21 tahun melakukan imunisasi TT dan hanya satu orang yang tidak melakukan imunisasi TT. Hal ini disebabkan karena umur < 21 tahun merupakan usia perkawinan yang baru (pengantin baru). Pada usia ini hubungan suami istri masih sangat harmonis, kepedulian suami terhadap istri dan janin yang sedang dikandung sangat besar sehingga apapun caranya akan dilakukan oleh suami agar ibu dan janinnya tetap sehat termasuk dengan melakukan imunisasi TT.Sementara tingkat kesadaran imunisasi TT pada ibu hamil yang berumur antara 21 35 tahun juga tinggi. Sebagian besar ibu hamil yang berumur antara 21 35 tahun melakukan imunisasi TT dan hampir sebagian saja yang tidak melakukan imunisasi TT. Hal ini disebabkan karena pada masa dewasa awal ini, hubungan sosial utama seseorang sudah terfokus pada partner dalam hubungan teman dan seks (perkawinan). Diusia ini kematangan perkawinan masih diuji sehingga ada sebagian ibu hamil yang tidak melakukan imunisasi TT karena faktor sosial dan budaya masyarakat.Hasil penelitian diatas juga menunjukkan bahwa tingkat kesadaran imunisasi TT pada ibu hamil yang berumur antara 36 45 tahun sangat rendah, hampir seluruh ibu hamil yang berumur antara 36 45 tahun tidak melakukan imunisasi TT dan hanya satu orang yang melakukan imunisasi TT. Rendahnya kesadaran untuk melakukan imunisasi pada usia ini lebih banyak disebabkan pada masa dewasa pertengahan ini, hubungan sosial seseorang terfokus pada pembagian tugas antara bekerja dengan rumah tangga sehingga kesibukan bekerja membuat keluarga (istri dan suami) tidak peduli dengan kesehatan janin yang sedang dikandungnya. Suami sibuk dengan ekonomi keluarganya sehingga istri tidak mendapat imunisasi TT.Hasil penelitian ini kurang sejalan dengan teori bertambahnya umur berarti akan bertambah pula pengalaman dan pengetahuan seseorang termasuk bertambahnya pengetahuan Tentang Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid, pengetahuan itu didapat dari pengalaman orang lain seiring bertambahnya usia maka akan bertambah pula teman yang akan memberikan pengetahuan Tentang Pemberian imunisasi Tetanus teksoid dari pengalamannya (Khasanah, 2013). Hal ini terjadi karena pemberian imunisasi TT disebakan oleh multi faktor diantaranya adalah karakteristik ibu, sosial budaya, lingkungan, keterjangkauan pelayanan kesehatan dan sebagainya.Umur adalah salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat utama. Usia mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya risiko serta sifat resistensi. Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan/ penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh usia individu tersebut (Noor, 2008). Beberapa studi menemukan bahwa usia ibu, ras, pendidikan dan status ekonomi berhubungan dengan cakupan imunisasi dan opini orang tua tentang vaksin berhubungan dengan status imunisasi anak mereka (Ali, 2002).Dari penelitian Ali, (2002) didapatkan bahwa usia ibu berhubungan dengan pengetahuan dan perilaku mereka terhadap imunisasi. Hasil Penelitian ini sejalan peneliti Salma Padri, dkk (2002) dimana hasilnya menemukan bahwa faktor utama yang berhubungan dengan imunisasi adalah umur ibu.

Gambaran Imunisasi Tetanus Toksoid Berdasarkan PendidikanHasil penelitian menunjukkan bahwa dari 21 ibu hamil yang berpendidikan dasar terdapat 9 orang ibu hamil (42,9%) tidak mendapat imunisasi TT, dari 40 ibu hamil yang berpendidikan menengah terdapat 15 orang ibu hamil (37,5% ) tidak mendapat imunisasi TT dan dari 11 ibu hamil yang berpendidikan tinggi terdapat 5 orang ibu hamil (45,5%) tidak mendapat imunisasi TT.

Hasil penelitian diatas menunjukkan tingkat kesadaran imunisasi TT pada ibu hamil yang berpendidikan dasar dan menengah masih rendah. Hampir sebagian ibu hamil yang berpendidikan rendah dan berpendidikan menengah tidak melakukan imunisasi TT. Hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif yang diperoleh secara mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu (Feuer Stein, 2008). Pendidikan seseorang merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku sesorang termasuk dalam melakukan imunisasi TT. Ibu yang tidak mendapatkan imunisasi TT lebih sering terjadi pada kelompok penduduk yang berpendidikan rendah. Kelompok ini umumnya tidak mengetahui manfaat atau kegunaan imunisasi TT serta kurang mempunyai akses mengenai informasi dimana ibu mendapatkan imunisasi TT. Informasi yang berhubungan dengan imunisasi TT sangat dibutuhkan sehingga akan meningkatkan pengetahuan ibu didalam menjaga kesehatan kehamilannya dan bayinya. Penguasaan pengetahuan erat kaitannya dengan pendidikan seseorang (Depkes RI, 2006).Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tingkat kesadaran imunisasi TT pada ibu hamil yang berpendidikan tinggi ternyata cukup tinggi, sebagian besar ibu hamil yang berpendidikan tinggi melakukan imunisasi TT ini terjadi karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka dalam memilih tempat pelayanan kesehatan semakin diperhitungkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi prilaku seseorang adalah pendidikan dan pendidikan dapat mendewasakan seseorang serta berprilaku baik, sehingga dapat memilih dan membuat keputusan dengan lebih cepat (Semiawan, 2009).Berdasarkan penelitian Idwar (2001) juga disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu maka makin besar peluang untuk melakukan imunisasi TT. Ibu yang berpendidikan mempunyai pengertian lebih baik tentang pencegahan penyakit dan kesadaran lebih tinggi terhadap masalah-masalah kesehatan yang sedikit banyak telah diajarkan di sekolah.Tingkat pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif yang diperoleh secara mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu (Feuer Stein, 2008).Pendidikan seseorang merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka dalam memilih tempat pelayanan kesehatan semakin diperhitungkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi prilaku seseorang dan pendidikan dapat mendewasakan seseorang serta berprilaku baik, sehingga dapat memilih dan membuat keputusan dengan lebih cepat (Semiawan, 2009).Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting. Karenanya suatu pemahaman tentang program ini amat diperlukan. Pemahaman ibu dan pengetahuan ibu terhadap imunisasi sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu. Semakin tinggi tingkat pendidikan atau pengetahuan seseorang maka semakin membutuhkan pusat-pusat pelayanan kesehatan sebagai tempat berobat bagi dirinya dan keluarganya. Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Ibu yang berpendidikan tentu akan lebih banyak memberikan respon emosi, karena ada tanggapan bahwa hal yang baru akan memberikan perubahan terhadap apa yang mereka lakukan di masa lalu. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita cita tertentu. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup, terutama dalam memotivasi sikap berperan serta dalam perkembangan kesehatan. Semakin tinggi tingkat kesehatan seseorang makin menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan, batin, karakter), pikiran (intelektual) dan tubuh anak (Munib, 2004). Menurut Dictionary of Education, pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses sosial yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal (Munib, 2004).Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor yang penting dalam keputusan dalam menyikapi suatu masalah, Ibu akan melakukan imunisasi TT, jika ibu memahami betapa pentingnya imunisasi tersebut karena dengan pendidikan yang baik orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama yang berhubungan dengan imunisasi TT dan bagaimana menjaga kesehatannya dan bayinya (Munib, 2004).

Gambaran imunisasi Tetanus Toksoid Berdasarkan PekerjaanHasil penelitian menunjukkan bahwa dari dari 30 ibu hamil yang tidak bekerja terdapat 12 orang ibu hamil (40,0%) tidak mendapat imunisasi TT dan dari 42 ibu hamil yang bekerja terdapat 17 orang ibu hamil (40,5%) tidak mendapat imunisasi TT.

Hasil penelitian diatas menunjukkan tingkat kesadaran imunisasi TT pada ibu hamil yang tidak bekerja cukup tinggi, sebagian besar ibu hamil yang tidak bekerja (Ibu RT) melakukan imunisasi TT dan hampir sebagian yang tidak melakukan imunisasi TT. Hal ini disebabkan karena ibu hamil yang tidak bekerja memiliki waktu yang banyak untuk peduli terhadap kesehatan janinnya termasuk menjaga kesehatan janinnya agar tidak terserang penyakit TT melalui pemberian imunisasi TT ketika waktu hamil.Sementara tingkat kesadaran imunisasi TT pada ibu hamil yang bekerja juga cukup tinggi, sebagian besar ibu hamil yang bekerja melakukan imunisasi TT dan hampir sebagian yang tidak melakukan imunisasi TT. Hal ini disebabkan karena ibu hamil yang bekerja memiliki kesempatan bekerjasama dengan banyak orang termasuk petugas kesehatan sehingga pemahaman tentang pentingnya imunisasi yang ia dapatkan ketika bekerja dan bergaul dengan teman sekantor maupun teman lintas kantor lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Sehingga ibu yang bekerja tingkat kesadarannya melakukan imunisasi TT cukup tinggi.Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasil Endang Dwi Ningsih (2008), menyebutkan bahwa ibu yang bekerja mempunyai resiko 2,324 kali untuk tidak melakukan imunisasi dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja disebabkan sibuknya si ibu mengurus pekerjaan sehingga informasi yang diterima ibu yang bekerja kurang (Anoraga, 2008).Penelitian lain menunjukkan bahwa pada beberapa orang ibu, pekerjaan merupakan sesuatu yang menjadi sangat penting dalam menopang ekonomi keluarganya sehingga ibu yang memiliki ekonomi keluarga yang mapan karena memiliki pekerjaan akan sangat mempengaruhi ibu untuk menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan. Artinya ibu yang memiliki pekerjaan akan meningkatkan tarap ekonomi keluarga maka akan lebih leluasa menentukan keputusan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya bagi nya termasuk dalam mendapatkan imunisasi TT (Anoraga, 2008).Ketidak keterjangkauan ibu mendapat fasilitas pelayanan kesehatan bisa disebabkan jauhnya fasilitas pelayanan kesehatan sehingga untuk menjangkau fasilitas tersebut memerlukan dana atau biaya seperti biaya transportasi yang bisa ia dapatkan dari suaminya karena ia sendiri tidak bekerja. Bagi wanita pekerja seperti PNS, dagang, tani atau swasta, mereka adalah ibu yang memiliki uang yang ia peroleh dari hasil ia bekerja sehingga ia memiliki keluasan untuk menentukan kesehatan janinnya sendiri (Anoraga, 2008).

Gambaran imunisasi Tetanus Toksoid Berdasarkan ParitasHasil penelitian menunjukkan bahwa dari 47 ibu hamil dengan multipara 19 orang ibu hamil (40,4%) tidak mendapat imunisasi TT.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih rendahnya tingkat kesadaran melakukan imunisasi TT pada ibu hamil dengan multipara. Hampir sebagian ibu hamil dengan multipara tidak melakukan imunisasi TT. Hal ini disebabkan karena semakin banyak jumlah anak maka waktu yang tersedia akan semakin sedikit karena kesibukan mengurus anak. Menurut Friedman (2005), ibu yang tahu dan paham tentang jumlah anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan apa yang ia ketahui termasuk melakukan imunisasi TT ketika ibu hamil.Menurut Lestari (2007), paritas berhubungan dengan pemberian imunisasi. Semakin kecil jumlah anak akan semakinbanyak waktu yang tersedia untuk memperhatikan kehamilannya terutama melakukan imunisasi, sebaliknya semakin banyak jumlah anak maka waktu yang tersedia akan semakin sedikit karena kesibukan mengurus anak. Menurut Friedman (2005), ibu yang tahu dan paham tentang jumlah anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan apa yang ia ketahui. Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita. Paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara (Supryanto, 2010).Paritas menurut Sutarjo (2004) merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya cakupan imunisasi TT. Hal ini terjadi karena kecendrungan seorang ibu kurang merespon suatu stimulus untuk mengulang suatu tindakan yang seharusnya terus dilakukan guna mencegah penyakit pada bayinya.Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Darul Ummi (2006) yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan primipara melakukan imunisasi TT dan sebagian besar reponden dengan multipara tidak mendapat imunisasi TT. Hal ini terjadi karena kecendrungan pada ibu yang memiliki banyak anak maka waktu yang tersedia untuk menjaga kesehatannya akan semakin sedikit karena kesibukan mengurus anak.BAB VIPENUTUP

KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian tentang gambaran pemberian imunisasi TT pada ibu hamil berdasarkan karakteristik Ibu di Puskesmas Sukamerindu tahun 2013, maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut :Sebagian besar ibu hamil yaitu 43 orang (65,2%) mendapat imunisasi TT Hampir seluruh ibu hamil yaitu 60 orang (83,3%) berusia antara 21 35 tahunSebagian besar ibu hamil yaitu 40 orang (55,6%) memiliki tingkat pendidikan menengah (SLTA sederajat)Sebagian besar ibu hamil yaitu 42 orang (58,3%) bekerja.Sebagian besar ibu hamil yaitu 47 orang (65,3%) adalah ibu yang memiliki anak lebih dari satu (Multipara)Dari 6 ibu hamil yang berumur 36-45 tahun terdapat 5 orang ibu hamil (83,3%) tidak mendapat imunisasi TT.Dari 21 ibu hamil yang berpendidikan dasar terdapat 9 orang ibu hamil (42,9%) tidak mendapat imunisasi TT

44Dari 42 ibu hamil yang bekerja terdapat 17 orang ibu hamil (40,5%) tidak mendapat imunisasi TTDari 25 ibu hamil dengan primipara terdapat 10 orang ibu hamil (40,0%) tidak mendapat imunisasi TT dan dari 47 ibu hamil dengan multipara terdapat 19 orang ibu hamil (40,4%) tidak mendapat imunisasi TT.

SaranBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari kesimpulan maka penulis memberikan beberapa saran:

Bagi Pendidikan

Diharapkan pihak pendidikan dapat melengkapi referensi tentang imunisasi Tetanus Toksoid baik berupa buku-buku, literature, makalah dsb, sehingga dapat menjadi pembanding/referensi peneliti lain.Bagi Puskesmas Sukamerindu

Bagi pihak Puskesmas dalam upaya meningkatkan cakupan imunisasi TT bagi ibu hamil di Puskesmas Sukamerindu hendaknya program imunisasi TT lebih ditingkatkan dan langsung terjun ke masyarakat untuk mencegah terjadinya Tetanus pada bayi ketika melahirkan.Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya hendaknya melakukan penelitian terkait dengan imunisasi TT dengan menggunakan metode analitik dan mengobservasi langsung pemberian imunisasi TT pada ibu hamil.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto.; 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta:; Renika Cipta.

Anoraga.; 2008. Imunisasi TT (Tetanus Toksoid) Pada Ibu Hamil. Di download dari http://atkitson.wordpress.com. Tanggal 28 Desember 2013.

Clara.; 2013. Imunisasi Dalam Kehamilan. Di Dowload dari www.klik dokter.html. tanggal 22 Desember 2013.

Depkes RI.; 2008. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:; Direktorat Bina Kesehatan Ibu.

_________.; 2009. Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil. Jakarta.

_________.; 2010. Pedoman Supervisi Supportif Program Imunisasi. Jakarta.

Depkes RI.; 2011. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta

Deswita.; 2013. Imunisasi TT (Tetanus Toksoid) Pada Ibu Hamil. Di download dari http://en.wordpress.com/about-these-ads, tanggal 1 Desember 2013.

Dinkes Propinsi Bengkulu.; 2012. Profil Kesehatan Tahun 2012. Bengkulu

Fitriah.; 2013. Prilaku Ibu Hamil Terhadap Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid Di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie. Jurnal Kesehatan. Aceh.

Sirwandani, 2010. Tetanus Neonatorum. Didownload dari http//www.tetanusneonatorum.com, tanggal 29 Desember 2013.

Soedjatmiko,; 2012. Eliminasi Maternal dan Neonatal. Buletin Data dan Informasi Kesehatan:; Jakarta.

Khasanah.; 2013. Imunisasi TT (Tetanus Toksoid) Pada Ibu Hamil. Di download dari www.Imunisasi TT (Tetanus Toksoid) Pada Ibu Hamil _ Kebidanan.htm, tanggal 1 Desember 2013

Kurniawan.; 2012. Vaksin Untuk Wanita Hamil. Di download dari http://wanita_hamil.dan.vaksin.html, tanggal 1 Desember 2013.

Lia.; 2010. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) Pada Ibu Hamil. Di download dari bidanlia.blogspot.com/2010/06/imunisasi-tt-tetanus-toxoid-pada-ibu.html tanggal 1 November 2013.

Manuaba.; 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta:; EGC.

Nanajeng.; 2012. Imunisasi Tetanus. Di Download dari www. womens health imunisasi tetanus. htm, tanggal 22 Desember 2013.

Noor.; 2008. Panduan Kehamilan dan Perawatan Bayi, Surabaya:; Victory.

Notoatmodjo.; 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:; EGC

Nursalam.; 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:; Salemba Medika.

JHPIEGO.; 2008. Petunjuk Teknis Imunisasi Tetanus Toksoid Dalam Rangka Akselerasi Eliminasi Tetanus Neonatorum. Jakarta.

Prawirohardjo.; 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta:; Yayasan Bina Pustaka.

Profil Puskesmas Sukamerindu Tahun 2011, 2012, 2013

Purnomo, E.; 2008. Vaksin Tetanus Mencegah Kematian Ibu dan Bayi. Di download dari unicef.org/indonesia/id tanggal 1 November 2013

Pusat Data dan Surveilens.; 2010. Indikator Kesehatan Indonesia 2005 2009. Jakarta:; Kemenkes Republik Indonesia.

Pusdatin.; 2012. Data Dan Informasi Kesehatan Propinsi Bengkulu. Jakarta:; Kemenkes.

Rizal, M,; 2014. Pengertian Pendidikan. didownload dari http://www.bagus.com tanggal 26 Desember 2013.

Rochmawati.; 2013. Imunisasi TT (Tetanus Toksoid) Pada Ibu Hamil. Di download dari http://imunisasi TT pada Ibu hamil/, tanggal 1 Desember 2013.

Saryono.; 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jokjakarta:; Mitra Cendikia Press.

Semiawan.; 2009. Penerapan Pembelajaran Pada Anak. Jakarta:; PT. Indeks. Sub.Dit Imunisasi. Dit Epim-Kesma. Ditjen PPM-PLP.; 2012. Pedoman Pelaksanaan Akselerasi Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (MNTE). Jakarta.

Suprayitno,; Konsep Kelas Ibu Hamil. Didownload dari http//www.dr.suparyanto. tanggal 28 Desember 2013

Wiki.; 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan pada Ibu Hamil. Di download dari www.kesehatanibu.com tanggal 1 Desember 2013

Yessi.; 2010. Imunisasi TT untuk Ibu Hamil. bidankita.com Di download dari www.image, ehow.com tanggal 1 Desember 2013.

Yusri.; 2011. Imunisasi Tetanus Toksoid. Di Download dari www.babyaprichotshop.com tanggal 22 Desember 2013.