KTI DM

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KTI DM

Citation preview

KARYA TULIS ILMIAHGAMBARAN PENGGUNAAN OBAT INSULIN ASPART DAN INSULIN GLARGINE PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUP SANGLAH DENPASAR

NI KADEK MARINA

AKADEMI FARMASI SARASWATIDENPASAR

2015

2

KARYA TULIS ILMIAHGAMBARAN PENGGUNAAN OBAT INSULIN ASPART DAN INSULIN GLARGINE PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUP SANGLAH DENPASAR

NI KADEK MARINA121031

AKADEMI FARMASI SARASWATIDENPASAR 2015iii

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT INSULIN ASPART DAN INSULIN GLARGINE PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUP SANGLAH DENPASAR

Karya Tulis Ilmiah ini untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Pada Program Studi Diploma III FarmasiAkademi Farmasi Saraswati Denpasar

NI KADEK MARINANIM: 121031

AKADEMI FARMASI SARASWATI DENPASAR 2015Lembar Pengesahan

KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 24 Agustus 2015

Pembimbing I

Ni Nyoman Udayani,S.Farm.,M.Sc.AptDrs. I Gede Made Saskara Edi,M.Psi.,Apt.

Pembimbing II

Mengetahui

DirekturAkademi Farmasi SaraswatiDenpasar

Drs. I Gede Made Saskara Edi,M.Psi.,Apt.

Ketua Program StudiDiploma III FarmasiAkademi Farmasi SaraswatiDenpasar

Kadek Duwi Cahyadi, S.Farm., Msi., Apt.

PENETAPAN PANITIA PENGUJI

Karya Tulis Ilmiah ini Telah Diuji PadaTanggal 21 Agustus 2015

Panitia Penguji Karya Tulis Ilmiah BerdasarkanSK Direktur Akademi Farmasi SaraswatiNo: 521/AKFAR/E.10/VIII/2015Tanggal 13 Agustus 2015

Ketua: Drs. I Gede Made Saskara Edi, M.Psi., Apt.Anggota: Ni Nyoman Wahyu Udayani, S.Farm., M.Sc., Apt. Kadek Duwi Cahyadi, S.Farm., Msi., Apt.

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:Nama: Ni Kadek MarinaNIM: 121031Program Studi:Diploma IIITempat/Tanggal Lahir:Bedulu, 21 Maret 1994Alamat: Jl. Anyelir No 40 H, DenpasarTelepon: 085739432918

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa saya tidak menjiplak setengah atau sepenuhnya karya tulis ilmiah orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya, dan apabila di kemudian hari ternyata tidak benar, maka saya bersedia dituntut sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Denpasar, Agustus 2015Yang Membuat Pernyataan,

(Ni Kadek Marina)

1

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya, Karya tulis ilmiah dengan judul Gambaran Penggunaan Obat Insulin Aspart Dan Insulin Glargine Pada Pasein Diabetes Melitus tipe 2 Di RSUP Sanglah Denpasar telah dapat diselesaikan. Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Farmasi di Akademi Farmasi Saraswati Denpasar. Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini bukanlah merupakan karya ilmiah yang sempurna dan tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Untuk itu, kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan dan diterima dengan tangan terbuka sebagai pengembangan dan penyempurnaan tulisan ini. Selama proses penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis mendapat banyak dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada :1. Bapak Drs. I Gede Made Saskara Edi, M.Psi., Apt. selaku Direktur Akademi Farmasi Saraswati Denpasar dan selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.2. Bapak Kadek Duwi Cahyadi, S.Farm., Msi., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Farmasi Akademi Farmasi Saraswati Denpasar.3. Ibu Ni Nyoman Wahyu Udayani, S.Farm., M.Sc., Apt. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membantu memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.4. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar yang telah memberikan izin melakukan penelitian.5. Seluruh staf yang bertugas di Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit Umum pusat Sanglah Denpasar yang telah memberikan izin dan bantuan selama melakukan penelitian.6. Ayah, Ibu, Kakak, Adik dan seluruh keluarga besar saya yang selama ini banyak membantu baik materi maupun moril7.Semua teman-temen seperjuangan Akademi Farmasi Saraswati Denpasar atas pertolongan dan perhatiannya selama ini, sehingga kita semua dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah tepat pada waktunya.8.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam menyelesaikan usulan penelitian ini dan dorongan kerjasama serta bantuannya selama penyusunan karya tulis ilmiah ini semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan mendapat karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu dimohon masukannya baik berupa saran serta kritik membangun tentunya sangat diharapkan untuk penyempurnaan dan perbaikan di masa mendatang.

Denpasar, 2015

Penulis

ABSTRAK Diabetes melitus merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia atau peningkatan kadar gula darah yang kronis dan bervariasi. Hal ini dapat disebabkan karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Selain itu, etiologi dari DM sangat kompleks, baik gaya hidup yang tidak sehat, lingkungan, genetik, dan lainnya. Kasus diabetes yang paling banyak dijumpai adalah diabetes melitus tipe 2 yang umumnya mempunyai latar belakang kelainan resistensi insulin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penggunaan obat insulin aspart dan insulin glargine pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Penelitian ini bersifat deskriptif menggunakan data sekunder dengan cara melakukan pembacaan pada rekam medis pasien di RSUP Sanglah Denpasar. Awalnya dicari jumlah kasus diabetes melitus tipe 2 dari tahun 2014 secara komputerisasi di ruang rekam medis dan mencatat nomor rekam medis kemudian nomor rekam medis tersebut dicari di buku rekam medis pasien. Selanjutnya dilakukan pemilihan sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan didapat bahwa Karakteristik penderita diabetes melitus tipe 2 dengan terapi Insulin aspart dan insulin glargin di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar terbanyak pada usia 56-65 tahun 19 orang (47,5%), jenis kelamin terbesar adalah laki-laki sebanyak 28 orang (70,00%), kejadian komplikasi terbesar adalah non komplikasi sebanyak 26 orang (65,00%), sedangkan rata-rata persentase penurunan kadar gula darah sewaktu sebanyak 47,88% dari total sampel penelitian sebanyak 40 orang. Penurunan kadar gula darah paling tinggi pada pasien nomor 6 sebanyak 65,62% dan yang paling rendah pada nomor 26 sebanyak 30,06%.

Kata kunci : Diabetes melitus tipe 2, penggunaan insulin aspart dan insulin glargine.

ABSTRACT Diabetes mellitus is a metabolic disease characterized by hiperglikemia or elevated levels of blood sugar chronic and varied .This could be caused because of an abnormality of the secretion of insulin , insulin work or both .Besides , the etiology of dm very complex , good life style that is not healthy , environment , genetic , and other .Cases of diabetes most many units is diabetes mellitus type 2 which generally has background abnormality of insulin resistance .The purpose of this research is to know the description medicinal use insulin aspart and insulin glargine in patients diabetes mellitus type 2 in public hospital sanglah center denpasar. This research is descriptive of use of secondary data by way of doing the reading on record in medical patients rsup sanglah denpasar .Originally sought the number of cases of diabetes mellitus type 2 of the year 2014 in computerized in the medical record and recorded record number of medical and medical record number of the book sought in patients medical record .The sampling done in accordance with the criteria for inclusion and exclusion Of the results of research has been done obtained that acquired characteristics diabetics mellitus type 2 with insulin aspart therapy and insulin glargin in a public hospital sanglah central denpasar with the highest proportion at the age of 56-65 years 19 people ( 47.5 % ) , largest sex is a male as many as 28 people ( 70,00 % ) , the incident complication largest non complication as many as 26 people ( 65,00 % ) , the average frequency of decreases of blood sugar levels when as many as 47,88 % of research a total of some 40 people .A fall in blood sugar levels most high on patient number 6 as many as 65,62 % and most low on no. 26 as many as 30,06 % .

Keywords: Diabetes mellitus type 2 , the use of insulin aspart and insulin glargine .

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULiHALAMAN PERSYARATANiiHALAMAN PENGESAHANiiiPENETAPAN PANITIA PENGUJIivSURAT PERNYATAANvKATA PENGANTAR viABSTRAKviiiDAFTAR ISI xiDAFTAR TABELxiiDAFTAR LAMPIRANxiiiDAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAHxivBAB IPENDAHULUAN11.1 Latar Belakang11.2 Perumusan Masalah21.3 Tujuan Penelitian31.4 Manfaat Penelitian31.4.1 Manfaat Praktis31.4.2 Manfaat Teoritis3BAB IITINJAUAN PUSTAKA42.1 Diabetes Melitus4 2.1.1 Definisi diabetes melitus4 2.1.2 Klasifikasi diabetes mellitus4 2.1.3 Diabetes mellitus tipe 25 2.1.4 Manifestasi klinis5 2.1.5 Faktor risiko diabetes melitus6 2.1.6 Penyebab diabetes melitus8 2.1.7 Gejala diabetes mellitus9 2.2 Insulin92.2.1 Definisi insulin92.2.2 Pemberian Insulin10 2.2.2.1 Insulin kerja cepat (rapid acting)10 2.2.2.2 Insulin kerja pendek (short acting)11 2.2.2.3 Insuli kerja menengah (intermediate acting)11 2.2.2.4 Insulin kerja panjang (long acting)11 2.2.2.5 Insulin kerja campur11 2.2.2.6 Insulin basal analog122.2.3 Dosis, cara pemberian dan lama pemberian122.2.4 Farmakologi insulin132.2.5 Efek samping132.2.6 Resistensi Insulin14BAB III METODE PENELITIAN16 3.1 Rancangan penelitian16 3.1.1 Jenis penelitian16 3.1.2 Populasi dan sampel16 3.1.2.1 Populasi16 3.1.2.2 Sampel16 3.1.2.3 Teknik sampling17 3.2 Alur kerja penelitian18 3.3 Definisi oprasional19 3.4 Ruang lingkup penelitian19 3.4.1 Ruang lingkup tempat19 3.4.2 Ruang lingkup waktu19 3.4.3 Jadwal penelitian19 3.5 Teknik pengumpulan data20 3.6 Instrumen Penelitian20 3.7 Pengolahan data dan analisis data20 3.7.1 Pengolahan data20 3.7.2 Analisis data20 BAB IVHASIL PENELITIAN21BAB VPEMBAHASAN22BAB VISIMPULAN DAN SARAN256.1Simpulan256.2 Saran25DAFTAR PUSTAKA26LAMPIRAN-LAMPIRAN28DAFTAR RIWAYAT HIDUP37

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Macam-macam Insulin dan cara kerja10Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan penelitian19Tabel 4.1 Karakteristik jenis kelamin penderita DM tipe 2 dengan terapi isulin aspart dan insulin glargine di RSUP Sanglah27Tabel 4.2 Karakteristik usia penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin aspart dan insulin glargine di RSUP Sanglah 21Tabel 4.3 Karakteristik diagnosa penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin aspart dan insulin glargine di RSUP Sanglah21

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin28Lampiran 2. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan umur29Lampiran 3. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan kejadian Komplikasi30Lampiran 4. Ethical clearance...31Lampiran 5. Data rekam medik32

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

Aterosklerosis: Suatu proses penebalan dan pengerasan dinding pembuluh darah arteri berukuran sedang dan besar yang berlangsung secara progresif sebagai akibat dari timbunan lemak (plak) pada lapisan dalam pembuluh darah, yang dapat membatasi atau menghambat aliran darah.DM: Diabetes melitusGDM: Gestasional diabetes melitusGlycosuria : Istilah yang digunakan jika air seni mengandung kadar gula yang tinggiHiperglikemia: Keadaan dimana kadar gula darah dalam darah lebih tinggi dari nilai normalHipoglikemia: Keadaan yang terjadi ketika kadar gula di dalam darah berada dibawah kadar normalIDDM: Insulin dependent diabetes melitusKetoasidosis : Salah satu komplikasi akut diabetes mellitus yang terjadi disebabkan karena kadar glukosa pada darah sangat tinggi. NIDDM: Non insulin dependent diabetes melitusObesitas : Suatu kondisi kronis di mana terjadinya penumpukan lemak di dalam tubuh sehingga melebihi batas yang baik untuk kesehatanPolidipsi : Timbul rasa hausPolifagi: Rasa lapar yang semakin besarPoliuria: Pengeluaran urin Resistensi insulin: Kondisi dimana tubuh menjadi resistensi (menolak/tidak merespon) terhadap insulin, khusunya pada fungsinya untuk menjaga kadar gula di dalam tubuh tetap berada pada kadar normalBAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia atau peningkatan kadar gula darah yang kronis dan bervariasi. Hal ini dapat disebabkan karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Selain itu, etiologi dari DM sangat kompleks, baik gaya hidup yang tidak sehat, lingkungan, genetik, dan lainnya (Nazulis, 2011). Berdasarkan data IDF (International Diabetes Federation) tahun 2005, diketahui pada tahun 2003, Indonesia masih menduduki posisi ke 5 dengan jumlah penduduk penderita DM terbesar di bawah Amerika. Namun terjadi peningkatan pada tahun 2005 sehingga Indonesia bergeser ke posisi ke 3. Diperkirakan akan terjadi lonjakan pada tahun 2010 sebesar 50 % dan dua kali lipat pada tahun 2025 (Nazulis, 2011). Kasus diabetes yang paling banyak dijumpai adalah diabetes melitus tipe 2 yang umumnya mempunyai latar belakang kelainan resistensi insulin. Pada tahap awal resistensi insulin masih belum menyebabkan diabetes secara klinis. Pada saat tersebut sel beta pankreas masih dapat mengkompensasi keadaan ini, terjadi hiperinsulinemia dan glukosa darah masih normal atau baru sedikit meningkat. Kemudian setelah terjadi kegagalan sel beta pankreas, baru akan terjadi diabetes melitus secara klinis, yang ditandai dengan terjadinya peningkatan kadar glukosa darah. Dalam patogenesis DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan yaitu resistensi insulin dan disfungsi sel -pankreas. Resistensi insulin adalah keadaan dimana insulin tidak dapat bekerja optimal pada sel-sel targetnya seperti sel otot, sel lemak dan sel hepar. Pada fase tertentu dari perjalanan penyakit DM tipe 2, kadar glukosa darah mulai meningkat walaupun dikompensasi dengan hiperinsulinemia, disamping itu juga terjadi peningkatan asam lemak bebas dalam darah(Feliasari,2014). Terapi insulin diupayakan mampu meniru pola sekresi insulin yang fisiologis. Defisiensi insulin mungkin berupa defisiensi insulin basal, insulin prandial atau keduanya. Defisiensi insulin basal menyebabkan timbulnya hiperglikemia setelah makan. Tetapi insulin untuk substitusi ditujukan untuk melakukan koreksi terhadap defisiensi yang terjadi. Terapi insulin dapat diberikan secara tunggal (satu macam) berupa insulin kerja cepat (rapid insulin), kerja pendek (short acting), kerja menengah (intermediate acting), kerja panjang (long acting), atau insulin campuran tetap (premixed insulin). Pemberian dapat pula secara kombinasi antara jenis insulin kerja cepat (rapid insulin) dengan insulin kerja pendek (short acting), kerja menengah (intermediate acting), kerja panjang (long acting), atau insulin campuran tetap (premixed insulin). Pemberian dapat pula secara kombinasi antara jenis insulin kerja cepat atau insulin kerja pendek (Feliasari, 2014). Pada survei awal yang telah di lakukan, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar merupakan salah satu rumah sakit yang menggunakan terapi kombinasi insulin dan dengan jumlah pasien diabetes melitus tipe 2 yang cukup banyak. Karena RSUP Sanglah merupakan rumah sakit pemerintah terbesar di Bali yang banyak menerima rujukan dari rumah sakit lainnya di Bali. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran penggunaan obat insulin aspart dan insulin glargine pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 di RSUP Sanglah Denpasar.1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimanakah gambaran penggunaan obat insulin aspart dan insulin glargine pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 di RSUP Sanglah Denpasar?.1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penggunaan obat insulin aspart dan insulin glargine pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 di RSUP Sanglah Denpasar.6

36

16

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1Manfaat Praktis Penulis sebagai Tenaga Teknis Kefarmasian dapat mengetahui gambaran penggunaan obat insulin aspart dan insulin glargine pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUP Sanglah Denpasar.1.4.2Manfaat teoritis Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai suatu bahan acuan pada penelitian-penelitian selanjutnya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Diabetes Melitus2.1.1 Definisi Diabetes Melitus Diabetes melitus adalah suatu sindroma klinik yang ditandai oleh poliuri, polidipsi, dan polifagi, disertai peningkatan kadar glulosa darah atau hiperglikemia (glukosa puasa 126 mg/dL atau postprandial 200 mg/dL atau glukosa sewaktu 200 mg/dL). Bila diabetes melitus tidak segera di atasi akan terjadi gangguan metabolisme lemak dan protein, dan resiko timbulnya gangguan mikrovaskular atau makrovaskular meningkat (Gunawan dkk, 2007).

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus Ada beberapa klasifikasi dari diabetes melitus, yang paling utama adalah Diabetes Melitus tipe 1 yaitu insulin dependent diabetes melitus (IDDM), diabetes melitus tipe 2 yaitu non insulin dependent diabetes melitus (NIDDM), diabetes yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya dan diabetes melitus gestational (GDM) (Gunawan dkk, 2007).A. Dibetes Melitus Tipe 1 (IDDM) Adanya gangguan produksi insulin akibat penyakit autoimun atau idiopatik. Tipe ini sering disebut insulin dependent diabetes melitus karena pasien mutlak membutuhkan insulin. B. Diabetes Melitus Tipe 2 (NIDDM)Diabetes melitus tipe 2 akibat resistensi insulin atau gangguan sekresi insulin. Pada tipe 2 ini tidak selalu dibutuhkan insulin, kadang-kadang cukup dengan diet dan antidiabetik oral. Karenanya tipe ini juga disebut non insulin dependent diabetes melitus

C. Diabetes Melitus Tipe Gestasional Diabetes Melitus tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa didapat pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan ketiga. DM gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal. Penderita DM gestasional memiliki risiko lebih besar untuk menderita DM yang menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan.D. Diabetes Tipe Lain DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada defek genetik fungsi sel beta, defek genetic kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan kelainan genetik lain.

2.1.3 Diabetes melitus tipe 2 Diabetes melitus tipe 2 adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes melitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular mikroangiopati (Fatimah, 2015).

2.1.4 Manifestasi klinis Manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi insulin. Pasien-pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal, atau toleransi glukosa setelah karbohidrat. Jika hiperglikemianya berat dan melebihi ambang ginjal untuk zat ini, akan mengakibatkan dieresis osmotic yang meningkatkan pengeluaran urine (poliuria), dan timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilang bersama urine, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatife dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori (Price & Wilson, 2012). Pasien dengan diabetes melitus mungkin sama sekali tidak memperlihatkan gejala apapun dan diagnosa hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan darah di laboratorium dan melakukan tes toleransi glukosa. Pada hiperglikemia yang lebih berat pasien tersebut mungkin menderita polidipsia, poliuria, dan lemah. Biasanya mereka tidak mengalami ketoasidosis karena pasien ini tidak defisiensi insulin secara absolut namun hanya relatif. Sejumlah insulin tetap disekresi dan masi cukup untuk menghambat ketoasidosis. Hiperglikemia berat dan pasien tidak berespons terhadap terapi diet atau terhadap obat-obat hipoglikemia oral, mungkin diperlukan terapi insulin untuk menormalkan kadar glukosanya, pasien ini biasanya memperlihatkan kehilangan sensitivitas perifer terhadap insulin. Kadar insulin pada pasien sendiri mungkin berkurang, normal atau malahan tinggi, tetapi tetap tidak memadai untuk mempertahankan kadar glukosa darah normal, penderita juga resistensi terhadap insulin (Price & Wilson, 2012). 2.1.5 Faktor Risiko Diabetes Melitus Seorang yang mengidap penyakit diabetes akan memiliki penderitaan yang lebih berat jika semakin banyak faktor risiko yang menyertainya. Para ahli mengklasfikasikan faktor risiko pemicu timbulnya diabetes melitus menjadi faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol (Haltomi,2012).1. Faktor yang tidak dapat dikontrol. a. Keturunan atau genetik Seseorang memiliki risiko berat untuk terserang diabetes melitus jika salah satu orang tua atau kedua orang tuanya menderita penyakit tersebut. Diabetes tipe 2 lebih terkait dengan faktor riwayat keluarga bila dibandingkan tipe 1. Anak dengan ayah penderita DM tipe 1 memiliki kemungkinan terkena diabetes 1:17. Namun bila kedua orang tua menderita DM tipe 1 maka kemungkinan menderita DM adalah 1:4-10. Pada DM tipe 2 seorang anak memiliki kemungkinan 1:7 untuk menderita. Pada DM tipe 2 seorang anak memiliki kemungkinan menderita 1:7 untuk menderita diabetes melitus bila salah satu orang tuanya menderita diabetes melitus pada usia kurang dari lima puluh tahun (50thn). Namun bila kedua orang tuanya menderita DM tipe 2 anak kemungkinan menderita DM adalah 1:2. b. Usia Diabetes melitus dapat terjadi pada semua kelompok umur terutama di atas 40 tahun karena risiko terkena DM akan meningkat dengan bertambahnya usia. DM tipe 1 biasanya terjadi pada usia muda yaitu pada usia < 40 tahun, sedangkan DM tipe 2 biasa terjadi pada usia 40 tahun.Karakteristik umur menurut DepKes RI (2009)Masa balita= 0-5 tahunMasa kanak-kanak= 6-11 tahunMasa remaja awal= 12-16 tahunMasa remaja akhir= 17-25 tahunMasa dewasa awal= 26-35 tahunMasa dewasa akhir= 36-45 tahunMasa lansia awal= 46-55 tahunMasa lansia akhir= 56-65 tahunMasa manula= 65 - sampai atasc. Ras atau Etnis Beberapa ras tertentu, seperti suku Indian di Amerika, hispanik, non-hispanik kulit hitam dan orang Amerika Latin, mempunyai risiko lebih besar terkena diabetes melitus tipe 2. Suku-suku ini mempunyai risiko terkena diabetes melitus 2-4 kali lebih tinggi dari pada non-hispanik kulit putih. Kebanyakan dari ras-ras tersebut dulunya adalah pemburu dan petani. Saat ini jumlah makanan banyak dan gerak badan semakin berkurang yang menyebabkan banyak penduduk mengalami obesitas sampai diabetes melitus dan tekanan darah tinggi. 2. Faktor yang dapat dikontrol a. Obesitas Kegemukan adalah faktor resiko yang paling penting untuk diperhatikan, sebab meningkatnyanya angka kejadian DM tipe 2 berkaitan dengan obesitas. Delapan dari sepuluh penderita DM tipe 2 adalah orang-orang yang memiliki kelebihan berat badan. Konsumsi kalori lebih dari yang dibutuhkan tubuh menyebabkan kalori ekstra akan disimpan dalam bentuk lemak. Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah. Karena sel-sel lemak seperti ini akan menghasilkan beberapa zat yang digolongkan sebagai adipositokin yang jumlahnya lebih banyaknya daripada tidak obesitas. Akibat za-zat ini menyebabkan resistensi terhadap insulin. Beberapa adipositokin yang jahat, terdapat pula yang bersifat baik, yaitu adiponektin. Seseorang dengan BMI (Body Mass Index) 30 kg/m2 akan 30 kali lebih mudah terkena diabetes dari pada seseorang dengan BMI normal (22 kg/m2). Bila BMI 35 kg/m2 , kemungkinan mengidap diabetes menjadi 90 kali lipat. b. Kurang gerak badan atau olahraga Olah raga atau aktifitas fisik membantu kita untuk mengontrol berat badan. Glukosa darah dibakar menjadi energi dan sel-sel tubuh menjadi lebih sensitive terhadap insulin. Peredaran darah lebih baik dan risiko terjadinya DM tipe 2 akan turun sampai 50%. Biasanya 70-90 % glukosa darah diserap otot. c. Pola makan Asupan makanan berenergi tinggi dan rendah serat terutama melalui makanan yang berenergi tinggi atau kaya karbohidrat dan serat yang rendah dapat mengganggu stimulasi sel-sel beta pankreas memproduksi insulin. d. Infeksi Virus yang dapat memicu DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackie virus. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini menyebabkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga virus ini menyerang melalui reaksi autoimunitas yang menyebabkan hilangnya autoimun dalam sel beta. Diabetes melitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan diabetes melitus. 2.1.6 Penyebab Diabetes Melitus Kekurangan hormon insulin yang berfungsi memungkinkan glukosa masuk ke dalam sel untuk dimetabolisir (dibakar) dan demikian dimanfaatkan sebagai sumber energi. Akibatnya glukosa bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya diekskresikan lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria). Karena itu, produksi kemih sangat meningkat dan penderita sering merasa sangat haus dan merasa lelah. Penyebab lainnya adalah menurunya kepekaan reseptor sel bagi insulin (resistensi insulin) yang diakibatkan oleh makan terlalu banyak dan kegemukan (Tjay & Rahrdja, 2007).

2.1.7 Gejala Diabetes Melitus Penyakit Diabetes Melitus ditandai gejala 3P, yaitu poliuria (banyak berkemih), polidipsia (banyak minum), polifagia (banyak makan). Di samping naiknya kadar gula darah, diabetes bercirikan adanya gula dalam kemih (glycosuria) dan banyak berkemih karena glukosa yang diekskresikan mengikat banyak air. Akibatnya timbul rasa sangat haus, kehilangan energi, turunnya berat badan serta rasa letih (Tjay & Rahrdja, 2007).

2.2 Insulin2.2.1 Definisi Insulin Insulin adalah hormon alami yang dikeluarkan oleh pankreas. Insulin dibutuhkan oleh sel tubuh untuk mengubah dan menggunakan glukosa darah (gula darah), dari glukosa, sel membuat energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsinya. Pasien diabetes melitus (kencing manis) tidak memiliki kemampuan untuk mengambil dan menggunakan gula darah, sehingga kadar gula darah meningkat. Pada diabetes melitus tipe I, pankreas tidak dapat memporduksi insulin. Sehingga pemberian insulin diperlukan. Pada diabetes tipe 2, pasien memproduksi insulin, tetapi sel tubuh tidak merespon insulin dengan normal. Namun demikian, insulin juga digunakan pada diabetes tipe 2 untuk mengatasi resistensi sel terhadap insulin. Dengan peningkatan pengambilan glukosa oleh sel dan menurunnya kadar gula darah, akan mencegah dan mengurangi komplikasi lebih lanjut dari diabetes, seperti kerusakan pembuluh darah (Rismayanthi, 2011)

2.2.2 Pemberian InsulinTabel 2.1 Macam-macam insulin dan cara kerjaJenis Insulin

Awitan(Jam)Puncak Kerja(Jam)Lama Kerja(Jam)

Kerja cepat (rapid acting)(aspart, glulisine, dan lispro)0,150,351-33-5

Kerja pendek (regular/soluble)0,5-12-45-8

Kerja menengahSemilenteNPHIZS lente type

1-22-43-44-104-126-158-1612-2418-24

Insulin basalGlargineDetemir

2-41-2Tidak ada6-122420-24

Kerja panjangUltralente typeInsulin campuranCepat-menengahPendek-menengah

4-8

0,50,512-24

1-121-1220-30

16-2416-24

(Sumber: UKK Endokrinologi Anak dan Remaja, 2009)2.2.2.1 Insulin kerja cepat (rapid acting) Insulin mempunyai kecenderungan membentuk agregat dalam bentuk dimer dan heksamer yang akan memperlambat absorbsi dan lama awitan kerjanya. Insulin lispro, aspart, dan glulisine tidak membentuk agregat dimer maupun heksamer, sehingga dapat digunakan sebagai insulin kerja cepat. Ketiganya merupakan analog insulin kerja pendek (insulin regular) yang dibuat secara biosintetik. Pada insulin lispro, urutan asam amino 28 (prolin) dan 29 (lisin) dari rantai B insulin dilakukan penukaran menjadi 28 untuk lisin dan 29 untuk prolin. Sedangkan pada insulin aspart, asam amino prolin diposisi ke-28 rantai B insulin diganti dengan asam aspartat. Insulin glulisine merupakan insulin kerja cepat terbaru dengan modifikasi urutan asam amino ke-3 (lisin) dan ke-29 (glutamat) dari rantai B insulin secara simultan (UKK Endokrinologi Anak dan Remaja, 2009).

2.2.2.2 Insulin kerja pendek (short acting) Insulin jenis ini tersedia dalam bentuk larutan jernih, dikenal sebagai insulin regular. Biasanya digunakan untuk mengatasi keadaan akut seperti ketoasidosis, penderita baru, dan tindakan bedah. Kadang-kadang juga digunakan sebagai pengobatan bolus (15-20 menit) sebelum makan, atau kombinasi dengan insulin kerja menengah pada regimen 2 kali sehari (UKK Endokrinologi Anak dan Remaja, 2009).2.2.2.3 Insulin kerja menengah (intermediate acting) Insulin jenis ini tersedia dalam bentuk suspensi sehingga terlihat keruh. Mengingat lama kerjanya maka lebih sesuai bila digunakan dalam regimen dua kali sehari dan sebelum tidur pada regimen basal-bolus. Sebelum digunakan, insulin ini harus dibuat merata konsentrasinya dengan cara menggulung-gulung di kedua telapak tangan.Dua sediaan insulin kerja menengah yang saat ini tersedia adalah:a. Isophane atau insulin NPH (Neutral Protamine Hagedorn).b. Insulin Crystalline zinc-acetate (insulin lente). Insulin isophane paling sering digunakan pada anak, terutama karena memungkinkan untuk digabung dengan insulin regular dalam satu syringe tanpa adanya interaksi (insulin reguler bila dicampur dengan insulin lente dalam satu syringe, akan terjadi reaksi sehingga mengurangi efek kerja insulin jangka pendek (UKK Endokrinologi Anak dan Remaja, 2009).2.2.2.4 Insulin kerja panjang (long acting) Insulin kerja panjang tradisional (ultralente) mempunyai masa kerja lebih dari 24 jam, sehingga dapat digunakan dalam regimen basal-bolus (UKK Endokrinologi Anak dan Remaja, 2009).2.2.2.5 Insulin kerja campuran Saat ini di Indonesia terdapat beberapa sediaan insulin campuran yang mempunyai pola kerja bifasik; terdiri dari kombinasi insulin kerja cepat dan menengah, atau kerja pendek dan menengah yang sudah dikemas pabrik. Sediaan yang ada adalah kombinasi 30/70 artinya terdiri dari 30% insulin kerja cepat atau pendek, dan 70% insulin kerja menengah. Insulin campuran memberikan kemudahan bagi penderita. Pemakaian sediaan ini dianjurkan bagi penderita yang mempunyai kontrol metabolik yang baik (UKK Endokrinologi Anak dan Remaja, 2009). 2.2.2.6 Insulin Basal Analog Insulin basal analog merupakan insulin jenis baru yang mempunyai kerja panjang sampai dengan 24 jam. Di Indonesia saat ini sudah tersedia insulin glargine dan detemir; keduanya mempunyai profil kerja yang lebih terduga dengan variasi harian yang lebih stabil dibandingkan insulin NPH. Mengingat sifat kerjanya yang tidak mempunyai kadar puncak dengan lama kerja hingga 24 jam, maka glargine dan detemir direkomendasikan sebagai insulin basal. Insulin glargine dan detemir juga mengurangi risiko terjadinya hipoglikemia noktural berat (UKK Endokrinologi Anak dan Remaja, 2009).

2.2.3 Dosis, Cara pemberian dan Lama Pemberian Respon individual terhadap terapi insulin cukup beragam, oleh sebab itu jenis sediaan insulin mana yang diberikan kepada seorang pasien. Berapa dosis dan frekuensi penyuntikannya ditentukan secara individual, bahkan seringkali memerlukan penyesuaian dosis terlebih dahulu. Umumnya pada tahap awal diberikan sediaan insulin dengan kerja sedang, kemudian ditambahkan insulin dengan kerja singkat untuk mengatasi hiperglikemia setelah makan insulin kerja singkat diberikan sebelum makan, sedangkan insulin kerja sedang umumnya diberikan satu atau dua kali sehari dalam bentuk suntikan subkutan. Semua botol yang memuat sediaan insulin eksogen ditandai dengan huruf yang menyatakan tipe insulin di dalamnya contoh: regular = R dan Ultralente = U, karena tidak mudah bagi pasien untuk mencampurnya sendiri, maka tersedia sediaan campuran tetap dari kedua jenis insulin regular (R) dan insulin kerja sedang (NPH), kecuali dinyatakan lain penyuntikan dilakukan subkutan (di bawah kulit). Bersihkan kulit pada area yang akan disuntik dengan kapas beralkohol. Cubit atau jepit kulit dengan jari-jari dengan jarak sekitar 7-9 inchi, masukkan jarum suntuk perlahan-lahan di bawah kulit dengan sudut 45-90 derajat. Injeksikan insulin (misalnya tetap di paha atau di lengan) tetapi di tempat yang berbeda, paling tidak 1 inchi jaraknya dari tempat suntikan sebelumnya. Jangan menyuntik di tempat yang sama lebih dari satu kali sebulan atau satu kali dua bulan sampai habis, tarik jarum suntik, tekan kulit perlahan (jangan digosok). Jika akan menyuntik lagi, suntik pada area yang sama. Jenis jarum suntik yang digunakan harus disesuaikan dengan tipe insulin yang dipakai berdasarkan kekuatannya. Ada dua macam sediaan insulin yang tersedia yaitu U-100 dan U-500 untuk insulin U-100 harus digunakan jarum suntik U-100, demikian pula untuk U-500. Jarum suntik yang digunakan umumnya sekali pakai (disposable). Jangan menggunakan jarum suntik bekas, disamping lokasi suntikan lebih sakit juga meningkatkan risiko infeksi. Untuk mengurangi terjadinya iritasi lokal pada daerah penyuntikan yang sering terjadi bila insulin dingin disuntikkan, dianjurkan untuk mengguling-gulingkan alat suntik dan botol insulin di antara telapak tangan atau menempatkan botol insulin pada suhu kamar, sebelum digunakan. Botol insulin sebaiknya dikocok perlahan ke atas dan ke bawah sebelum digunakan (Pelayanan Informasi Obat, 2007).

2.2.4 Farmakologi Insulin Absorpsi insulin dipengaruhi oleh beberapa hal absorpsi paling cepat terjadi pada daerah abdomen, diikuti oleh daerah lengan, paha bagian atas, dan bokong. Bila disuntikkan secara intramuscular dalam maka absorpsi akan terjadi lebih cepat dan masa kerja lebih singkat. Kegiatan jasmani yang dilakukan segera setelah penyuntikan akan mempercepat onset kerja dan juga mempersingkat masa kerja. Waktu paruh insulin pada orang normal sekitar 5-6 menit, tetapi memanjang pada penderita diabetes yang membentuk antibodi terhadap insulin. Insulin dimetabolisme terutama di hati, ginjal dan otot. Gangguan fungsi ginjal yang berat akan mempengaruhi kadar insulin di dalam darah (Pelayanan Informasi Obat, 2007).

2.2.5 Efek Samping Efek samping terpenting yang dapat terjadi berupa hipoglikemia, reaksi alergi, resistensi, lipodistrofi dan gangguan penglihatan (Tjay & Rahrdja, 2007).a. Hipoglikemia biasanya terjadi karena over dose atau tidak/ terlalu lambat makan sesudah injeksi.b. Reaksi alergi di kulit pada tempat injeksi adakalanya terjadi dan kebanyakan ditimbulkan oleh zat-zat tambahan. Alergi untuk insulin jarang terjadi dan umumnya bersifat lokal (eksantema, gatal dan pengerasan di tempat injeksi, antara lain karena iritasi kulit, teknik injeksi kurang tepat, atau infeksi kuman).c. Resistensi insulin terdapat bila kebutuhan insulin melebihi 200UI/hari. Keadaan ini dapat disebabkan oleh pembentukan antibodies yang mengikat sebagian insulin. Resistensi terutama dapat timbul pada pasien dengan overweight, mungkin akibat berkurangnya reseptor insulin atau penurunan kepekaannya.d. Lipodistrofi terganggunya pertumbuhan lemak subkutan di tempat injeksi, jarang terjadi dan bersifat ringan.e. Gangguan penglihatan dapat terjadi akibat terlalu cepatnya penurunan gula darah, yang dapat menimbulkan terganggunya keseimbangan osmotis antara lensa dan cairan mata.

2.2.6 Resistensi Insulin Ini adalah peristiwa pada mana sel-sel menjadi kurang peka bagi insulin dengan efek berkurangnya penyebaran glukosa dari darah. Lagi pula sel-beta di pankreas distimulir agar produksinya ditingkatkan. Akhirnya sel-beta tidak mampu mempertahankan peningkatan insulin ini dan terlalu sedikit glukosa memasuki sel. Akibatnya kadar glukosa darah naik dan lambat laun terjadilah diabetes melitus. Penyebab lain adalah berkurangnya jumlah reseptor yang harus mengikat insulin atau tidak bekerja semestinya. Di dalam sel glukosa dibakar untuk menghasilkan kalori dan kelebihannya terutama ditimbun sebagai glikogen dalam sel otot atau sebagai lemak dalam sel-lemak, yang karenanya sangat membesar. Bila pemasukan glukosa berlangsung terus-menerus akibat makan terlalu banyak, maka tumbuhnya sel-sel lemak akhirnya mengakibatkan overweight dan obesitas. Efek lainnya adalah reseptor insulin berkurang jumlahnya atau menurun fungsinya dan peningkatan insulin di persulit (Tjay & Rahrdja, 2007). Resistensi insulin bisa terjadi akibat beberapa sebab, antara lain :1. Obesitas, orang gemuk membutuhkan lebih banyak insulin dari pada orang normal2. Gangguan jantung (infark, dekompensasi)3. Obat-obatan, misalnya kortikosteroid, diuretika tiazida (di atas 25 mg/hari) dan Betablockers4. Kekurangan krom, yang perlu bagi kerja baik insulin dan metabolisme glukosa normal.

BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1 Rancangan Penelitian3.1.1Jenis penelitianPenelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan menggunakan rancangan deskriptif. Penelitian ini menggunakan data rekam medis bersifat retrospektif yang diambil pada unit catatan rekam medis di RSUP Sanglah Denpasar.

3.1.2Populasi dan sampel3.1.2.1PopulasiPopulasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Sebagai populasi penelitian adalah semua pasien rawat inap di RSUP Sanglah yang menderita diabetes melitus tipe 2 tahun 2014.3.1.2.2SampelSampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi. Sampel penelitian adalah pasien data rekam medik di RSUP Sanglah yang menderita diabetes melitus tipe 2 yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi tahun 2014.1. Kriteria Inklusia. Pasien dengan diagnosa diabetes melitus tipe 2 yang mendapatkan terapi pengobatan diabetes melitus tipe 2.b. Pasien diabetes melitus tipe 2 yang berumur 35 tahun2. Kriteria Eksklusia. Data pasien yang kurang lengkap b. Pasien yang meninggal selama masa pengobatan

3.4.2.3Teknik samplingTeknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling non probabilitas, yaitu teknik pengambilan sampel yang ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut pertimbangan pakar. Dengan cara penarikan sampel dilakukan dengan memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan peneliti.

3.2 Alur Kerja Penelitian

Pasien diabetes melitus tipe 2Pasien dengan diagnosa diabetes melitus tipe 2 yang mendapatkan terapi pengobatan diabetes melitus tipe 2.Pasien diabetes melitus tipe 2 yang berumur 35 tahun. Pasien yang tidak menerima pengobatan diabetes melitus tipe 2Data pasien yang kurang lengkapPasien yang meninggal selama masa pengobatanSampel Pengambilan data Pengolahan dataHasil penelitian berdasarkan:Karakteristik subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin penderita DM tipe 2Karakteristik subyek penelitian berdasarkan jenis usia penderita DM tipe 2Karakteristik subyek penelitian berdasarkan penggunaan obat penderita DM tipe 2Karakteristik subyek penelitian berdasarkan hasil diagnosa penderita DM tipe 2Kesimpulan dan Saran

Inklusi

Eksklusi

Gambar 3.2 Alur Kerja Penelitian

3.3 Definisi Operasional (DO) Definisi operasional dalam penelitian ini meliputi:1. Diabetes Melitus tipe 2 merupakan penyakit gangguan metabolik yang di tandai dengan kenaikan gula darah.2. Pasien merupakan seseorang dengan diagnosa Diabetes Melitus tipe 2 yang dirawat inap atau menerima perawatan medis di RSUP Sanglah Denpasar.3. Rekam medik adalah catatan atau berkas yang berisikan sebuah rekaman mengenai hasil pengobatan pasien. Catatan tersebut berupa identitas pasien seperti nama, umur, jenis kelamin, keluhan, data laboratorium, obat, dosis.4. Gula darah sewaktu (GDS) adalah hasil pengukuran kadar glukosa darah sewaktu-waktu atau kapan saja tanpa melakukan persiapan puasa.5. Insulin adalah obat yang paling efektif untuk menerapi pasien diabetes melitus tipe 2. 3.4 Ruang Lingkup Penelitian3.4.1 Ruang lingkup tempatPenelitian ini dilakukan di ruang rekam medis RSUP Sanglah Denpasar dengan surat ijin dan pengambilan data terlampir (rekam medis).3.4.2Ruang lingkup waktuWaktu penelitian dilakukan pada bulan April 2015 dengan mengambil data rekam medis pasien diabetes melitus tipe 2 pada tahun 20143.4.3Jadwal penelitianTabel 3.1 Jadwal Kegiatan PenelitianNoKegiatan2015

Bulan ke

2345678

1. Perijinan

2.Penyusunan proposal

3.Pelaksanaan penelitian

4.Mengolah dan menganalisis data

5.Menyusun laporan

6.Sidang KTI

3.5Teknik pengumpulan dataTeknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan data sekunder dengan cara melakukan pembacaan pada rekam medis pasien di RSUP Sanglah Denpasar. Awalnya dicari jumlah kasus diabetes melitus tipe 2 pada tahun 2014 secara komputerisasi di ruang rekam medis dan mencatat nomor rekam medis kemudian nomor rekam medis tersebut dicari di buku rekam medis pasien. Selanjutnya dilakukan pemilihan sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang didapatkan kemudian dimasukkan ke dalam tabel yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, keluhan, diagnosa, data laboratorium, obat, dan dosis.3.6 Instrumen penelitianAlat yang digunakan dalam pengumpulan data yakni buku catatan rekam medis, dan buku pengambilan data pasien di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar tahun 2014.3.7Pengolahan dan analisis data3.7.1 Pengolahan dataPada tahap awal dicari secara komputerisasidi ruang rekam medis, dilihat dan dicatat nomor rekam medis dari keseluruhan penderita diabetes melitus tipe 2 rawat inap. Kemudian buku rekam medis pasien, dicari berdasarkan nomor rekam medis tersebut. Selanjutnya dilakukan pemilihan sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang didapatkan kemudian dimasukkan ke dalam tabel yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, diagnose, keluhan, data laboratorium, obat, dan dosis. 3.7.2 Analisis dataUntuk mengetahui penggunaan obat insulin aspart dan insulin glargine pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Instalasi Rawat Inap RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2014, maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah 1. Mengelompokkan jumlah pasien berdasarkan umur2. Membuat hasil penelitian

3. Membuat tabel dari data yang diperoleh.37

BAB IVHASIL PENELITIAN Dari data yang diperoleh melalui rekam medis di rumah sakit umum pusat sanglah denpasar periode tahun 2014, pasien yang dirawat inap dengan diagnosa diabetes melitus tipe 2 ditemukan sebanyak 40 orang diambil sebagai sampel penelitian. Tabel 4.1. Karakteristik jenis kelamin penderita DM tipe 2 dengan terapi isulin aspart dan insulin glargine di RSUP Sanglah Denpasar.

Jenis KelaminJumlahPersentase (%)

Laki-laki2870,00

Perempuan1230,00

Total40100,00

Tabel 4.2. Karakteristik usia penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin aspart dan insulin glargine di RSUP Sanglah Denpasar.

UsiaJumlahPersentase (%)

35-45 tahun512,50

46-55 tahun1127,50

56-65 tahun1947,50

65 tahun512,50

Total40100,00

Tabel 4.3. Karakteristik diagnosa penderita DM tipe 2 dengan terapi insulin aspart dan insulin glargine di RSUP Sanglah Denpasar.

DiagnosaJumlahPersentase (%)

DM tipe 2 komplikasi1435,00

DM tipe 2 non komplikasi2665,00

Total40100,00

BAB VPEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan obat insulin aspart dan insulin glargine pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUP Sanglah Denpasar. Hal ini disebabkan karena kombinasi insulin aspart dengan glargine merupakan terapi terbanyak yang digunakan pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUP Sanglah Denpasar. Dari data yang diperoleh diketahui bahwa pasien yang memenuhi criteria inklusi sebanyak 40 pasien. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa diabetes melitus tipe 2 lebih banyak diderita oleh laki-laki sebanyak 28 orang (70,00%) dari total sampel penelitian 40 pasien. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Khohtimah tahun 2013 bahwa menurut jenis kelamin lebih banyak pada laki-laki yaitu sejumlah 22 (62,9%) dari pada perempuan yaitu sejumlah 13 (37,1%). Jenis kelamin laki-laki memiliki risiko DM meningkat lebih cepat. Pada penelitian ini yang menderia DM lebih banyak laki-laki dari pada prempuan. Hal ini dapat terjadi karena kebiasaan laki-laki yang suka mengkonsumsi makanan-makanan yang mengandung gula, dan jajan-jajanan siap saji, sehingga dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah,selain itu juga akibat pola makan yang tidak baik dan dapat menyebabkan obesitas. Presentase timbunan lemak disekitar perut pada laki-laki yang dapat menurunkan sensitifitas kerja insulin pada otot dan hati. Sehingga dapat menimbulkan peningkatan kadar glukosa dalam tubuh. Hasil penelitian dalam karakteristik usia pada penderita diabetes melitus tipe 2 menunjukan bahwa pada usia 56-65 tahun sebanyak 19 pasien (47,50%), sedangkan pada usia 46-55 tahun sebanyak 11 pasien (27,50%). Hal ini sejalan dengan penelitian dari Feliasari tahun 2014 bahwa penderita diabetes melitus tipe 2 terbanyak berusia diantara 45-64 tahun sejumlah 66 orang (79,5%), dari jumlah subjek penelitian sebanyak 83 pasien. Usia diatas 45 tahun merupakan salah satu faktor risiko terjadinya diabetes melitus tipe 2. Ini menunjukkan bahwa pada kisaran usia tersebut metabolisme tubuh mulai menurun dan banyaknya masyarakat yang tidak memperhatikan pola makan serta kurangnya melakukan aktivitas fisik seperti olahraga. Sehingga banyak terjadi pada masa lansia awal dan lansia akhir. Hasil penelitian dalam karakteristik diagnosa penderita diabetes melitus tipe 2 menunjukkan bahwa kelompok diabetes melitus tipe 2 non komplikasi lebih banyak dibandingkan kelompok diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi. Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 4.3 menunjukan bahwa penderita diabetes melitus tipe 2 terbanyak pada non komplikasi sebanyak 26 orang (65%). Hal ini sejalan dengan penelitian Wulandari dan Martini bahwa kejadian komplikasi penderita diabetes melitus tipe 2 menunjukan bahwa kelompok non komplikasi sebanyak 51 orang (73,9%) dari total sampel penelitian 69 pasien. Hal ini menggambarkan bahwa keadaan penderita diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Pusat Denpasar masih cukup terkontrol karena cenderung sedikitnya keluhan penderita diabetes melitus tipe 2 terhadap komplikasi. Namun, yang perlu diperhatikan adalah upaya penanganan yang dilakukan untuk penderita diabetes melitus tipe 2 pada umumnya dan khususnya pada penderita diabetes melitus tipe 2 non komplikasi agar dapat menghambat terjadinya komplikasi di waktu yang akan mendatang. Berdasarkan hasil penelitian, penyakit komplikasi berupa hipertensi paling banyak ditemukan pada pasien DM tipe 2 sebesar 35,00%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayuningtyas pada tahun 2010 dimana penyakit hipertensi merupakan penyakit komplikasi terbanyak pada pasien DM tipe 2 yaitu sebesar 92,3%. Penyakit DM dengan kadar gula yang tinggi dapat merusak organ dan jaringan pembuluh darah serta dapat terbentuknya aterosklerosis, hal tersebut menyebabkan arteri menyempit dan sulit mengembang sehingga dapat memicu terjadinya hipertensi (Hongdiyanto. A, dkk., 2014). Berdasarkan hasil laboratorium, untuk penurunan kadar gula darah terbesar yakni, pada nomor 6 sebesar 65,62% dimana kadar gula darah sewaktu awal 480 dan gula darah sewaktu akhir 165. Sedangkan penurunan kadar gula darah sewaktu terendah pada nomor 26 sebesar 30,06% dimana kadar gula darah sewaktu awal 652 dan gula darah sewaktu akhir 456. Ini menunjukan bahwa terapi kombinasi insulin aspart dan insulin glargine yang diberikan kepada pasien nomor 6 mampu menurunkan kadar gula darah sewaktu pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah selama 7 hari. Terapi insulin yang diberikan secara kombinasi disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan respon individu tersebut terhadap insulin. Insulin merupakan terapi yang paling efektif dalam pengelolaan DM tipe 2. Insulin aspart merupakan analog dari insulin yang bekerja cepat (rapid acting) yang memungkinkan penggantian insulin pada waktu makan secara lebih fisiologis karena awitan kerjanya yang cepat dan puncak kerjanya yang segera tercapai (Nolte, 2010). Sedangkan pada pasien nomor 26 yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah selama 7 hari mengalami penurunan kadar gula darah sewaktu paling rendah dianatara 40 pasien lainnya. Pada pasien nomor 26 pemeriksaan gula darah sewaktu awal terlalu tinggi 652 dibandingkan dengan pasien nomor 6 pemeriksaan gula darah sewaktu awal 480. Ini yang menyebabkan terjadinya perbedaan persentase penurunan kadar gula darah antara pasien nomor 6 dan pasien nomor 26. Kemungkinan pada pasien nomor 26 kurangnya pengontrolan dalam pola makan dan pola hidup sehingga menyebabkan gula darah sewaktu awalnya menjadi besar. Sehingga pasien nomor 26 hanya mendapatkan persentase penurunan kadar gula darah sewaktu sebesar 30,06% dari pasien nomor 6 yang mendapatkan persentase penurunan kadar gula darah sewaktu sebesar 65,62%. Dari semua hasil capaian penurunan kadar gula darah sewaktu diabetes melitus tipe 2 secara umum berada dalam kriteria baik. Adapun tujuan dari capaian target pengobatan diabetes melitus antara lain tujuan jangka pendek menghilangkan keluhan dan tanda diabetes melitus , mempertahankan rasa nyaman, dan mencapai target pengendalian glukosa darah. Tujuan jangka panjang untuk mencegah dan mengambat progesivitas penyulit mikroangiopati, makroangiopati, dan neuropati. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas diabetes melitus.

BAB VISIMPULAN DAN SARAN6.1 Simpulan Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat di simpulkan bahwa karakteristik penderita diabetes melitus tipe 2 dengan terapi insulin aspart dan insulin glargin di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar terbanyak pada usia 56-65 tahun 19 orang (47,5%), jenis kelamin terbesar adalah laki-laki sebanyak 28 orang (70,00%), hasil diagnosa terbesar adalah non komplikasi sebanyak 26 orang (65,00%), penurunan kadar gula darah paling tinggi pada pasien nomor 6 sebanyak 65,62% dan yang paling rendah pada nomor 26 sebanyak 30,06% dari total sampel penelitian sebanyak 40 orang.

6.2 Saran1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai gambaran penggunaan obat insulin aspart dan insulin glargin dengan metode pengambilan data secara prospektif. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang gambaran penggunaan obat insulin aspart dan insulin glargine pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUP Sanglah Denpasar.

DAFTAR PUSTAKAAyuningtyas, M.F. 2010, Evaluasi Drug Therapy Problems Obat Hipoglikemia Kombinasi Pada Pasien Geriatri Diabetes Melitus Tipe 2 di Instalasi Rawat Jalan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Januari-Juni 2009, Yogyakarta, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

DepartemenKesehatan RI. 2007. Pelayanan Informasi obat.Jakarta

Fatimah, R.N. 2015, Diabetes Melitus Tipe 2, Jurnal Majority, Vol. 4 No. 5:9101.

Feliasari, A. 2014, Profil Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Terapi Insulin Di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. Soedarso Pontianak, Pontianak, Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura.

Gunawan, S., dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia: Jakarta

Heltomi, M. 2012. ProfilKlinis Dan LaboratoriumPenderita Diabetes MelitusTipe II Di InstalasiPenyakitDalamRsud Dr. H. AbdoelMoeloekProvinsiLampung PeriodeJuni Desember 2010.

Hongdiyanto, A., Yamlean, P.V.Y. dan Supriati, H.S, 2014, Evaluasi Kerasionalan Pengobatan Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Pasien Rawat Inap di RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado Tahun 2013, Vol. 3 No. 2 Mei 2014 ISSN:2302-2493.

IkatanSarjanaFarmasi Indonesia.2009. InformasiSpesialiteObat Indonesia (vol.44).Jakarta: ISFI.

Khotimah, K. 2013, Gambaran Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Di Klinik Dr. Martha ungaran, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Stikes Ngudi Waluyo, Ungaran.

Rismayanthi, C. 2011. Terapi Insulin Sebagai Alternatif Pengobatan Bagi Penderita Diabetes

Ndraha, S. 2014. Diabetes Melitus Tipe 2 dan Tatalaksana Terkini, Vol.27, No.2.

Nolte, M.S. dan Karam, J.H. 2010, Hormon Pankreas dan Obat Antidiabetes dalam Katzung, B.G., Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi 10, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 704-726.

Price, S., & Wilson, L. 2012.Patofisiologi :KonsepKlinik, Proses-proses penyakit, Edisi 6 vol 2, Jakarta:BukuKedokteran

Tjay, T., & Rahrdja, K. 2007. Obat-Obat Penting: Khasiat, penggunaan dan Efek Sampingnya,Edisi 6, PT. Elex Media Komputindo:Jakarta

UKK Endokrinologi Anak dan Remaja, Ikatan Dokter Anak Indonesia Word Diabetes Foundation, 2009. Konsensus Nasional Pengelolaan Diabetes Mellitus tipe 1. Badan penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, jakarta.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Lampiran 2. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Umur

Lampiran 3. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Diagnosa

Lampiran 4. Ethical Clearance

Lampiran 5. Data Rekam Medik

PasienUmur(Tahun) Jenis KelaminDiagnosaGDSLama Rawat Inap(Hari)Obat

AwalAkhirSelisihPersentase (%)

142LDM tipe 236415520957,415a. Lantusb. Novorapid

247PDM tipe 229918811137,123a. Lantusb. Novorapid

365LDM tipe 2 dan hipertensi45223621647,787a. Lantusb. Novorapidc. Captopril

451LDM tipe 237520916644,267a. Lantusb. Novorapid

555LDM tipe 2 dan hipertensi31419911536,623a. Lantusb. Novorapidc. Captopril

654LDM tipe 248016531565,627a. Lantusb. Novorapid

758LDM tipe 237015421658,373a. Lantusb. Novorapid

865PDM tipe 228915413546,713a. Lantusb. Novorapid

960LDM tipe 230518312240,007a. Lantusb. Novorapid

1059LDM tipe 247625422246,635a. Lantusb. Novorapid

1159LDM tipe 2 dan hipertensi47020526556,385a. Lantusb. Novorapidc. Spinorolacton

1254LDM tipe 2 dan hipertensi29814615251,003a. Lantusb. Novorapidc. Captopril

1370LDM tipe 2 dan hipertensi38517620954,285a. Lantusb. Novorapidc. Captopril

1447LDM tipe 2 dan hipertensi31015915148,707a. Lantusb. Novorapidc. Amlodipin

1563LDM tipe 2 dan hipertensi47820427457,327a. Lantusb. Novorapidc. Bisoprolol

1636LDM tipe 227514013549,093a. Lantusb. Novorapid

1754PDM tipe 2 dan hipertensi35519815744,227a. Lantusb. Novorapidc. Captopril

1884PDM tipe 234012521563,237a. Lantusb. Novorapid

1961LDM tipe 243519823754,487a. Lantusb. Novorapid

2059LDM tipe 229716713043,773a. Lantusb. Novorapid

2156PDM tipe 224513511044,893a. Lantusb. Novorapid

2269LDM tipe 235423112334,747a. Lantusb. Novorapid

2347LDM tipe 244722522249,667a. Lantusb. Novorapid

2457PDM tipe 2 dan hipertensi24011212853,335a. Lantusb. Novorapidc. Captopril

2556LDM tipe 2 dan hipertensi37521516042,665a. Lantusb. Novorapidc. Bisoprolol

2637PDM tipe 265245619630,067a. Lantusb. Novorapid

2766LDM tipe 226514312246,035a. Lantusb. Novorapid

2880PDM tipe 227514013549,095a. Lantusb. Novorapid

2959LDM tipe 224012211849,165a. Lantusb. Novorapid

3058PDM tipe 239824215639,195a. Lantusb. Novorapid

3157LDM tipe 226914312646,845a. Lantusb. Novorapid

3239LDM tipe 234519814742,605a. Lantusb. Novorapid

3362LDM tipe 226415610840,905a. Lantusb. Novorapid

3464LDM tipe 231016914145,485a. Lantusb. Novorapid

3546PDM tipe 2 dan hipertensi27514013549,095a. Lantusb. Novorapidc. Captopril

3648PDM tipe 2 dan hipertensi34516318252,755a. Lantusb. Novorapidc. Captopril

3758LDM tipe 235820315543,297a. Lantusb. Novorapid

3843LDM tipe 2 dan hipertensi32916416550,155a. Lantusb. Novorapidc. Lisinopril

3958PDM tipe 2 dan hipertensi24513211346,123a. Lantusb. Novorapidc. Captopril

4051LDM tipe 234715219556,195a. Lantusb. Novorapid