Upload
dedy-willyanto
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian ibu masih cukup tinggi sampai saat ini. Penyebab kematian
tertinggi adalah perdarahan, keracunan kehamilan dan infeksi. Salah satu dari
beberapa faktor tidask langsung penyebab kematian ibu adalah anemia. Pada wanita
hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan.
Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan
angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan
postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat
fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah
(Soejoenoes, 1983).
Soeprono (1988) menyebutkan bahwa dampak anemia pada kehamilan
bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan
kehamilan abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia,
atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas (subinvolusi
rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stres kurang, produksi ASI rendah), dan
gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian peri natal,
dan lain-lain) (Soeprono, 1988).
Prevalensi anemia pada wanita hamil di Indonesia berkisar 20-80%, tetapi pada
umumnya banyak penelitian yang menunjukkan prevalensi anemia pada wanita
hamil yang lebih besar dari 50%.
Pemerintah telah berusaha melakukan tindakan pencegahan dengan memberikan
tablet tambah darah (tablet Fe) pada ibu hamil yang dibagikan pada waktu mereka
memeriksakan kehamilan, akan tetapi prevalensi anemia pada kehamilan masih juga
tinggi (BPS, 1994). Pemeriksaan kadar hemoglobin yang dianjurkan dilakukan pada
trimester pertama dan ketiga kehamilan sering kali hanya dapat dilaksanakan pada
trimester ketiga saja karena kebanyakan ibu hamil baru memeriksakan kehamilannya
1
pada trimester kedua kehamilan. Dengan demikian upaya penanganan anemia pada
kehamilan menjadi terlambat dengan akibat berbagai komplikasi yang mungkin
terjadi karena anemia
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap terjadinya anemia pada kehamilan dan hubungannya dengan kemungkinan
terjadinya komplikasi pada kehamilan, persalinan dan nifas. Penelitian dilaksanakan
secara cross sectional dan longitudinal dengan sampel ibu hamil trimester I. Secara
random didapatkan 255 responden ibu hamil trimester pertama yang kemudian
diikuti sampai dengan masa nifas. Karena adanya responden yang mengalami
abortus atau pindah sehingga tidak dapat ditemui saat pengumpulan data, maka pada
trimester II jumlah responden menjadi 224 orang, pada trimester III dan nifas 219
orang.
Variabel yang diteliti adalah variabel sosial ekonomi, meliputi : umur, paritas,
jarak kehamilan, pendidikan, asupan tablet tambah darah, ANC. Kriteria anemia
yang digunakan sesuai dengan kriteria WHO yaitu 11 g%. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner, alat ukur berupa timbang badan, stature meter, alat untuk
mengukur lingkar lengan atas, dan hemometer Sahli.
Faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya anemia kehamilan trimester
pertama adalah interval kehamilan, usia kehamilan dan lama pendidikan. Hal ini
tampaknya berhubungan dengan kondisi ibu sebelum kehamilan yang dengan
demikian memperkuat dugaan bahwa cukup banyak ibu hamil yang memasuki masa
kehamilannya dalam keadaan anemia. Pada trimester kedua dan ketiga, faktor yang
berpengaruh terhadap terjadinya anemia kehamilan adalah konsumsi tablet Fe dan
kadar hemoglobin pada trimester sebelumnya, sedangkan pada masa nifas faktor
yang berpengaruh terhadap terjadinya anemia adalah volume perdarahan pada
persalinan, konsumsi tablet Fe dan kadar hemoglobin sebelum persalinan atau
trimester ketiga. Konsumsi tablet Fe sangat berpengaruh terhadap terhadap terjadinya
anemia, khususnya pada trimester kedua, ketiga dan masa nifas.
Hal ini disebabkan kebutuhan zat besi pada masa ini lebih besar dibanding pada
trimester pertama dan menunjukkan pentingnya pemberian tablet Fe untuk mencegah
terjadinya anemia pada kehamilan dan nifas. Komplikasi yang dominan disebabkan
2
oleh anemia adalah terjadinya penyakit infeksi pada masa nifas, diikuti dengan partus
lama dan perdarahan pada persalinan. Dengan memperhatikan hasil penelitian
tersebut di atas disarankan untuk meningkatkan cakupan K1 ibu hamil agar dapat
diberikan tablet Fe sebagai upaya pencegahan anemia atau sebagai terapi apabila
sudah terjadi anemia. Mengingat pengaruh anemia terhadap terjadinya komplikasi
kehamilan, persalinan dan nifas yang mulai tampak pada trimester pertama dan
besarnya pengaruh tablet tambah darah (Tablet Fe) dalam pencegahan anemia, perlu
diberikan tablet tambah darah bukan hanya pada ibu hamil, melainkan juga pada ibu.
Di Indonesia prevalensi anemia di kalangan pekerja memang masih tinggi. Studi
mengenai anemia pada pekerja wanita yang dilakukan di Jakarta, Tangerang, Jambi,
dan Kudus – Jawa Tengah membuktikan hal itu. Dilaporkan, anemia menurunkan
produktivitas 5 – 10% dan kapasitas kerjanya 6,5 jam per minggu. Anemia yang
menyebabkan turunnya daya tahan juga membuat penderita rentan terhadap penyakit,
sehingga frekuensi tidak masuk kerja meningkat. Maka benarlah bila disimpulkan,
anemia defisiensi zat besi sangat mempengaruhi produktivitas kerja seseorang.
Namun, menurut penelitian lain, produktivitas dapat ditingkatkan sampai 10 – 20%
setelah pekerja mendapat suplemen zat besi.
Bawasannya Anemia pada oramg biasa adalah kondisi ibu dengan kadar
Haemoglobin (HB) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wlknjosastro, 2002).
Sedangkan Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin
(HB) di bawah 11gr% pada trimester I dan III (Saifudding, 2002). Darah akan
bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim di sebut Hidremia atau
Hipervolemia. Akan tetapi bertambahnya sel darah kurang di bandingkan dengan
bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah.
Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut : plasma 30%, sel darah 18%, dan
Haemoglobin 19% bertambahnya darah dalam kehamilan sudah di mulai sejak
kehamilan 10 mgg dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 mgg
(Wiknjosastro, 2002).
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penulis merasa terdorong untuk
membahas lebih lanjut, sehingga akhirnya di jadikan bahan kajian yang di tuangkan
3
dalam makalah ini, untuk mengetahui gambaran pengethuan ibu tentang anemia pada
ibu hamil di Puskesmas Jagakarsa, Jakarta Selatan
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut : ” Ada Hubungan Karakteristik Ibu hamil dengan Kejadian Anemia di
Puskesmas Jagakarsa, Jakarta Selatan. Periode Juni-Desember 2010.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian
Anemia di Puskesmas Jagakarsa, Jakarta Selatan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui distribusi frekuensi umur ibu hamil, pendidikan, paritas, jarak
kehamilan,dan asupan tablet tambah darah di Puskesmas Jagakarsa, Jakarta
Selatan.
2. Mengetahui hubungan umur ibu dengan kejadian anemia ibu hamil di
Puskesmas Jagakarsa, Jakarta Selatan.
3. Mengetahui hubungan paritas ibu dengan kejadian anemia ibu hamil di
Puskesmas Jagakarsa, Jakarta Selatan.
4. .Mengetahui hubungan jarak kehamilan ibu dengan kejadian anemia ibu
hamil di Puskesmas Jagakarsa, Jakarta Selatan.
5. Mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan kejadian anemia ibu hamil di
Puskesmas Jagakarsa, Jakarta Selatan.
4
6. Mengetahui hubungan asupan Tablet Tambah Darah ( TTD ) dengan
kejadian anemia ibu hamil di Puskesmas Jagakarsa, Jakarta Selatan.
7. Mengetahui hubungan AntenataPl Care (ANC) dengan kejadian anemia ibu
hamil di Puskesmas Jagakarsa, Jakarta Selatan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi tempat penelitian
Sebagai pengetahuan dan masukan tentang beberapa faktor yang
berhubunagan dengan perilaku ibu hamil yang anemia.
1.4.2 Bagi institusi pendidikan
Di harapkan dapat di jadikan dokumentasi agar dapat di manfaatkan
sebagai bahan perbandingan untuk angkatan berikutnya
1.4.3 Bagi Penulis
Sebagai proses pembelajaran dari aplikasi yang di dapat di bangku
kuliah sebelumnya, hususnya tentang metode penelitian .
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
(protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal.
Ukuran hemoglobin normal
- Laki-laki sehat mempunyai Hb: 14 gram – 18 gram
- Wanita sehat mempunyai Hb: 12 gram – 16 gram
Tingkat pada anemia
- Kadar Hb 10 gram – 11 gram disebut anemia ringan.
- Kadar Hb 9 gram – 10 gram disebut anemia sedang.
- Kadar Hb kurang dari 8 gram disebut anemia berat. Sel darah merah
mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen
dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut
oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.
B. PENYEBAB
Penyebab umum dari anemia:
Perdarahan hebat
* Akut (mendadak)
- Kecelakaan
- Pembedahan
- Persalinan
- Pecah pembuluh darah
* Kronik (menahun)
- Perdarahan hidung
6
- Wasir (hemoroid)
- Ulkus peptikum
- Kanker atau polip di saluran pencernaan
- Tumor ginjal atau kandung kemih
- Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
Berkurangnya pembentukan sel darah merah
- Kekurangan zat besi
- Kekurangan vitamin B12
- Kekurangan asam folat
- Kekurangan vitamin C
- Penyakit kronik
Meningkatnya penghancuran sel darah merah
- Pembesaran limpa
- Kerusakan mekanik pada sel darah merah
- Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
- Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
- Sferositosis herediter
- Elliptositosis herediter
- Kekurangan G6PD
- Penyakit sel sabit
- Penyakit hemoglobin C
- Penyakit hemoglobin S-C
- Penyakit hemoglobin E
- Thalasemia
C. GEJALA
Gejala-gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi
kebutuhan ini, bervariasi.
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala
terasa melayang.
Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.
7
D. DIAGNOSA
Pemeriksaan darah sederhana bisa menentukan adanya anemia.
Persentase rel darah merah dalam volume darah total (hematokrit) dan jumlah
hemoglobin dalam suatu contoh darah bisa ditentukan.
Pemeriksaan tersebut merupakan bagian dari hitung jenis darah komplit (CBC).
Menurut Ida Bagus Manuaba (1998 : 31) pengaruh anemia terhadap hasil
konsepsi, kehamilan, persalinan, nifas dan janin, diantaranya adalah sebagai
berikut:
Pengaruh Anemia Terhadap Hasil Konsepsi
Hasil konsepsi (janin, plasenta, darah) membutuhkan zat besi dalam jumlah besar
untuk pembuatan butir-butir darah merah dan pertumbuhannya, yaitu sebanyak
berat besi. Jumlah ini merupakan 1/10 dari seluruh besi dalam tubuh. Terjadinya
anemia dalam kehamilan bergantung dari jumlah persediaan besi dalam hati,
limpa dan sumsum tulang.
Selama masih mempunyai cukup persedian, Hb tidak akan turun dan bila
persediaan ini habis, Hemoglobin (Hb) akan turun. Ini terjadi pada bulan ke-5 – 6
kehamilan pada waktu janin membutuhkan zat besi. Bila terjadi anemia,
pengaruhnya terhadap hasil konsepsi adalah: kematian mudigah (keguguran),
kematian janin dalam kadungan. kematian janin waktu lahir (still birth), kematian
perinatal tinggi, prematurus, dapat terjadi cacat bawaan, cadangan besi kurang.
Pengaruh anemia selama kehamilan.
Pengaruh anemia selama kehamilan, diantaranya adalah: Dapat terjadi abortus
(keguguran), persalinan prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam
rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb).
E. PENGARUH ANEMIA TERHADAP HASIL KONSEPSI
Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap hasil konsepsi adalah :
1. Kematian mudigah (Keguguran).
2. Kematian janin dalam kandungan.
3. Kematian janin waktu lahir (stillbirth).
4. Kematian perinatal tinggi.
8
5. Prematuritas.
6. Dapat terjadi cacat-bawaan.
7. Cadangan besi kurang.
Pembentuk sel darah merah
Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah
(hemoglobin atau Hb) di bawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena kurangnya
zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12.
Tetapi yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi.
Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap.
Awalnya, terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi. Bila belum juga
dipenuhi dengan masukan zat besi, lama-kelamaan timbul gejala anemia disertai
penurunan Hb.
Gejala awal anemia zat besi berupa badan lemah, lelah, kurang energi, kurang
nafsu makan, daya konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah terinfeksi penyakit,
stamina tubuh menurun, dan pandangan berkunang-kunang – terutama bila
bangkit dari duduk. Selain itu, wajah, selaput lendir kelopak mata, bibir, dan kuku
penderita tampak pucat. Kalau anemia sangat berat, dapat berakibat penderita
sesak napas, bahkan lemah jantung.
Zat besi yang terdapat dalam semua sel tubuh ini berperan penting dalam berbagai
reaksi biokimia, di antaranya memproduksi sel darah merah. Sel itu sangat
diperlukan untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Sedangkan
oksigen penting dalam proses pembentukan energi agar produktivitas kerja
meningkat dan tubuh tidak cepat lelah.
Zat besi juga unsur penting dalam mempertahankan daya tahan tubuh, agar kita
tidak mudah terserang penyakit. Menurut penelitian, orang dengan kadar Hb
kurang dari 10 g/dl memiliki kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri) yang
rendah pula.
Jumlah zat besi di dalam tubuh bervariasi menurut umur, jenis kelamin, dan
kondisi fisiologis tubuh. Pada orang dewasa sehat, jumlah zat besi diperkirakan
lebih dari 4.000 mg, dengan sekitar 2.500 mg ada dalam hemoglobin. Di dalam
tubuh sebagian zat besi (sekitar 1.000 mg) disimpan di hati berbentuk ferritin.
9
Saat konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup, zat besi dari ferritin dikerahkan
untuk memproduksi Hb.
10
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1. Dasar Pemikiran variabel yang diteliti
Sampai saat ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih
merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping
menunjukkan derajat kesehatan masyarakat, juga dapat menggambarkan tingkat
kesejahteraan masyarakat dan kualitas pelayanan kesehatan. Penyebab langsung
kematian ibu adalah trias perdarahan, infeksi, dan keracunan kehamilan.
Penyebab kematian langsung tersebut tidak dapat sepenuhnya dimengerti tanpa
memperhatikan latar belakang (underlying factor), yang mana bersifat medik
maupun non medik. Di antara faktor non medik dapat disebut keadaan
kesejahteraan ekonomi keluarga, pendidikan ibu, lingkungan hidup, perilaku, dan
lain-lain.
Dari hasil penelusuran tinjauan kepustakaan dan maksud serta tujuan
penelitian maka dapat ditemukan beberapa hal yang berkaitan dengan anemia
pada kehamilan seperti umur, paritas, status gizi, jarak kehamilan, pendidikan,
asupan tambah tablet darah, penggunaan obat antasida, perokok, dan penyakit lain
dengan kejadian anemia pada kehamilan.
Untuk mengetahui bagaimana karakteristik ibu hamil dengan kejadian
anemia pada ibu hamil maka dibuatlah kerangka berpikir seperti yang disajikan
dalam skema pola pikir variabel penelitian.
11
III.2 Bagan Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
3.3. Defenisi Operasional
1. Anemia pada kehamilan
Status sakit yang ditulis pada rekam medik, yang diartikan sebagai
kondisi ibu ibu yang hamil dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr% pada
trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II.
12
Umur
Paritas
Status Gizi
Jarak Kehamilan
Pendidikan
Asupan Tablet Tambah Darah
Penggunaan Obat antasida
Perokok
Penyakit Lain
Pola Hidup
Perilaku Kesehatan
ANEMIA PADA
KEHAMILAN
ANC
2. Umur
Yang dimaksud dengan umur adalah kelompok umur pasien yang
hamil yang mendapat perawatan anemia pada BPS Gita Widia Pasha , Bogor
Utara. Umur seorang ibu berkaitan dengan alat – alat reproduksi wanita.
Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun.
Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia
karena pada kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis belum optimal
emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah
mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap
pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada
usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh
serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini.
3. Paritas (Para)
Parietas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik
lahir hidup maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan
mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila
tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Karena selama hamil zat – zat gizi
akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang dikandungnya.
4. Jarak Kehamilan
Jarak kelahiran adalah waktu sejak ibu hamil sampai terjadinya
kelahiran berikutnya. Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan
terjadinya anemia. Hal ini dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan
13
pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi belum optimal, sudah harus memenuhi
kebutuhan nutrisi janin yang dikandung.
5. Pendidikan
Proses penggubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui penerapan ilmu yang diperoleh
dalam pengetahuannya tentang hal-hal yang berkaitan dengan kehamilannya.
Pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan
kemampuan berfikir, dengan kata lain seseorang yang berpendidikan lebih
tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih rasional, umumnya
terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan
individu yang berpendidikan lebih rendah (2)
6. Asupan Tablet tambah Darah
Suatu keadaan ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah
kesehatan ibu hamil dan janinnya (zat besi) atu mengkonsumsi tablet tambah
darah (zat besi) dalam masa kehamilannya. (2,11)
7. ANC
Upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk
optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan
pemantauan rutin selama kehamilan. Antenatal Care (ANC) ini merupakan
upaya pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan janinnya oleh tenaga
profesional meliputi pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar pelayanan
yaitu minimal dilakukan sebanyak 4 kali, yang diberi kode K1,K2,K3, dan
14
K4. Bila kehamilan termasuk resiko tinggi perhatian dan jadwal kunjungan
harus lebih ketat. (2,11)
15
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian deskriptif yang
dimaksudkan untuk mendeskripsikan penderita anemia pada kehamilan berdasarkan
fakta-fakta yang telah terjadi dan tercatat di rekam medik pada pasien rawat inap
dan rawat jalan di Puskesmas Jagakarsa, Jakarta Selatan. Periode Juni-Desember
2010.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian
Waktu Penelitian
:
:
Puskesmas Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Juni - Desember 2010
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi
Sampel
:
:
Ibu hamil yang dirawat inap dan rawat jalan yang
menderita anemia dalam kehamilan di Puskesmas
Jagakarsa, Jakarta Selatan.Periode Juni - Desember
2010.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode
“total sampling”, yaitu semua pasien yang termasuk
dalam populasi.
4.4. Kriteria Seleksi
16
4.4.1 Kriteria Inklusi
Data rekam medik penderita dengan diagnosis anemia dalam kehamilan di
Puskesmas Jagakarsa, Jakarta Selatan. Periode Juni – Desember 2010.
4.4.2 Kriteria Eksklusi
Data rekam medik pasien yang tidak lengkap.
4.5. Cara pengumpulan dan pengolahan data
Data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari pencatatan
pada rekam medik pasien di Puskesmas Jagakarsa, Jakarta Selatan.
4.6. Etika Penelitian
1. Setiap subjek akan dijamin kerahasiaannya atas data yang diperoleh dari
rekam medik dengan tidak menuliskan nama pasien tapi hanya berupa
inisial.
2. Sebelum melakukan penelitian maka peneliti akan meminta izin pada
pemilik dan karyawan Puskesmas Jagakarsa, Jakarta Selatan.
17