Upload
septiana-rahayu
View
26
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
-
Citation preview
TUGAS TERSTRUKTUR
AKUNTANSI KUKM
TINJAUAN PRAKTIK AKUNTANSI DAN PELAPORAN INFORMASI AKUNTANSI
BERDASARKAN SAK ETAP PADA UMKM JASA MENENGAH DI
PURWOKERTO
Disusun oleh :
KELOMPOK 2
S1 AKUNTANSI A 2012
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
2015
1. Adhimas Purnomo C1C0110242. Ayu Mutiarani C1C0120133. Sholehati C1C0120154. Eva Cahyati C1C0120195. Destiar Todi C1C0120216. Septiana Rahayu C1C0120237. Widiantika Ade P C1C0120248. Ikbal Adya N C1C0120259. Arin Aulia A C1C01202910. Annisa Ragillia C1C012030
TINJAUAN PRAKTIK AKUNTANSI DAN PELAPORAN INFORMASI AKUNTANSI
BERDASARKAN SAK ETAP PADA UMKM JASA MENENGAH DI
PURWOKERTO
Diajukan untuk memenuhi Tugas Terstruktur Akuntansi KUKM kelas A
Disusun oleh :
KELOMPOK 2
S1 AKUNTANSI A 2012
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
2015
11. Adhimas Purnomo C1C011012. Ayu Mutiarani C1C01201313. Sholehati C1C01201514. Eva Cahyati C1C01201915. Destiar Todi C1C01202116. Septiana Rahayu C1C01202317. Widiantika Ade P C1C01202418. Ikbal Adya N C1C01202519. Arin Aulia A C1C01202920. Annisa Ragilia C1C012030
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum W.w.
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
hidayahNya penulis dapat menyelesaikan tugas terstruktur Akuntansi KUKM mengenai
Tinjauan Praktek Akuntansi dan Pelaporan Informasi Akuntansi Berdasarkan SAK
ETAP pada UMKM Jasa Menengah di Purwokerto ini tepat pada waktunya. Tugas ini
dibuat untuk tujuan akademis serta disusun secara sistematis agar mempermudah dalam
memahami materi yang disajikan didalamnya.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dengan segala
kerendahan hati kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan semoga tugas ini
dapat bermanfaat bagi kehidupan serta perkembangan ilmu pengetahuan serta mampu
menjadi acuan dalam mata kuliah bersangkutan.
Wassalamualaikum W.w.
Purwokerto, 25 Mei 2015
Penulis
i
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
UMKM merupakan singkatan dari Usaha Mikro Kecil Menengah, yakni usaha-usaha
dengan kriteria tertentu yang ditetapkan oleh Kementrian Koperasi dan UKM. Kriteria
tersebut dapat dilihat dari segi jumlah tenaga kerja, hasil penjualan tahunan, ataupun
kekayaan bersih yang dimilikinya. Jika dilihat dari jumlah tenaga kerja atau karyawan yang
ada, sudah dipastikan bahwa UMKM hanya memiliki sedikit orang yang bahkan jumlahnya
tidak melebihi angka lima puluh. Usaha yang termasuk UMKM hasil penjualannya hanya
dibatasi sampai dengan nominal maksimal Rp. 300.000.000,- yang berlaku untuk usaha
mikro dan kecil, serta interval dari Rp. 2.500.000.000,- sampai Rp. 50.000.000.000 untuk
usaha menengah. Untuk kekayaan bersih paling banyak adalah Rp 50.000.000 untuk usaha
mikro dan kecil, dan Rp. 500.000.000 untuk usaha menengah, yang tidak termasuk dengan
aset tetap seperti tanah dan bangunan usaha yang dimilikinya.
Pada tahun 2012 jumlah unit UMKM di Indonesia mencapai 56.534.592 unit yang
seluruhnya tersebar di Indonesia. Pada tahun 2012 UMKM berkontribusi terhadap PDB
Indonesia sekitar Rp 4.869.568,1 milyar atau sekitar 59.08% dari total PDB di Indonesia,
sedangkan pada tahun 2011 kontribusi UMKM pada PDB Indonesia sekitar Rp 4.321.830,0
milyar. Jumlah tenaga kerja yang diserap oeh UMKM hingga pada tahun 2012 mencapai
107.657.509 juta orang atau sekitar 97,16 dari seluruh tenaga kerja di Indonesia.
(www.depkop.go.id) Ini sudah sangat membuktikan betapa besarnya peran penting UMKM
bagi perekonomian di Indonesai.
UMKM juga terbukti sangat kuat dan tahan banting dalam menghadapi krisis yang
terjadi di suatu negara. Terbukti dari krisis yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 dan
krisis ekonomi global 2008. Ketika itu perusahaan-perusahaan besar melakukan pemutusan
hubungan kerja (PHK) dan menghadapi ancaman kebangkrutan dan bahkan tidak sedikit
yang memilih untuk gulung tikar. Namun, UMKM terbukti mampu tetap bertahan dalam
menghadapi krisis yang terjadi pada saat itu, bahkan hampir tidak terpengaruh dengan
terjadinya krisis global.
Dengan kemampuan yang dimiliki dan besarnya kontribusi dari UMKM, pemerintah
melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) berusaha untuk memberikan suntikan modal. Suntikan
1
modal dilakukan guna untuk menangani permasalahan klasik yang sering terjadi pada
UMKM. Dana KUR yang ditargetkan dapat disalurkan sekitar Rp 20 triliun pada tahun 2009,
dimaksudkan untuk memberikan stimulus pada UMKM sehingga dapat meningkatkan
operasinya. Namun, menurut Rizki dan Sylvia (2011) hanya sekitar Rp 14,8 triliun saja yang
mampu tersalurkan. Pada tahun 2011, target realisasi dari KUR adalah Rp 128,2 triliun,
sedangkan realisasinya hanya sebesar Rp 85,6 triliun. Tujuan dari KUR tersebut adalah untuk
menjadi solusi pembiayan modal yang efektif bagi UMKM, sebab selama ini banyak UMKM
yang terkendala untuk akses terhadap perbankan untuk mendapatkan bantuan pembiayaaan
(Osa, 2010).
Penyebab rendahnya penyaluran KUR tersebut karena bank yang ditunjuk sebagai
penyalur KUR masih telalu berhati-hati dalam penyaluran kredit, karena tidak memiliki akses
informasi yang memadai terkait kondisi UMKM. Mayoritas pengusaha UMKM tidak mampu
memberikan informasi akuntansi terkait kondisi usahanya sehingga membuat informasi
tersebut menjadi lebih mahal bagi perbankan (Baas dan Schrooten, 2006). Nair dan
Rittenberg (1982) dalam Wahdini dan Suhairi (2006) menyebutkan bahwa pihak bank tidak
melihat adanya perbedaan antara usaha besar dengan UMKM, semuanya diwajibkan untuk
memenuhi persyaratan termasuk harus menyediakan laporan keuangan untuk dapat dijadikan
dasar dalam memberikan pinjaman kepada calon debitor.
Untuk menangani hal terkait ketidakmampuan UMKM dalam memberikan laporan
tersebut, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) pada tahun 2009 telah meluncurkan
Standar Akuntansi untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). SAK ETAP
berlaku efektif per-tanggal 1 Januari 2011. Tujuan utama dari penerbitan ini adalah untuk 1)
Entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan, dan 2) Entitas yang
menerbitkan laporan keuangan utuk tujuan umum bagi pengguna eksternal.
Pemerintah melalui SAK ETAP yang dikeluarkan oleh DSAK sudah berupaya untuk
memfasilitasi UMKM dalam membuat suatu pelaporan yang dapat diterima oleh lembaga
penyalur kredit seperti perbankan. Namun dalam prakteknya, kita banyak melihat bahwa
pencatatan yang dilakukan kebanyakan dari mereka masih berupa pencatatan sederhana yakni
hanya mencatat pemasukan dan pengeluaran yang tidak sesuai dengan standar pencatatan
yang ditetapkan dan diterima lembaga umum. Disamping itu, fungsi pencatatan ini hanya
sebatas sebagai pengingat. Meskipun tidak dapat dipungkiri mereka dapat mengetahui jumlah
2
modal akhir mereka setiap tahun yang hampir sama jumlahnya jika kita mencatat dengan
sistem akuntansi (H. Jati, Beatus B., Otniel N., 2004).
Praktik akuntansi, khususnya akuntansi keuangan pada UMKM di Indonesia masih
rendah dan memiliki banyak kelemahan (Wahdini & Suhairi, 2006). Kelemahan itu, antara
lain disebabkan rendahnya pendidikan, kurangnya pemahaman terhadap Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) dari manajer pemilik dan karena tidak adanya peraturan yang mewajibkan
penyusunan laporan keuangan bagi UMKM.
Berbagai penelitian telah dilakukan berkaitan dengan penerapan akuntansi dalam
UMKM. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan Emilia Wati (2011)
mengenai “Persepsi Para Pelaku UKM (Usaha Kecil dan Menengah) Terhadap Penerapan
Akuntansi”. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan
sebelumnya terletak pada sampel penelitian serta sumber datanya. Penelitian sebelumnya
dilakukan dengan mengambil sampel UKM yang berlokasi di wilayah Surabaya dan Sidoarjo
berdasarkan database dari Dinas Koperasi dan 23 UKM Wilayah Jawa Timur. Sedangkan
untuk penelitian ini, selain difokuskan hanya pada sektor jasa menengah, sampel yang
diambil juga hanya berada pada kota Purwokerto. Data yang digunakan juga bersifat primer,
yaitu dengan melakukan kunjungan dan wawancara secara langsung dengan responden serta
memberikan kuisioner sebagai pendukung. Penelitian ini diharapkan mampu memperkuat
penelitian sebelumnya.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
sederhana mengenai “Tinjauan Praktik Akuntansi dan Pelaporan Informasi Akuntansi
Berdasarkan SAK ETAP pada UMKM Jasa Menengah di Purwokerto”. Penelitian ini
akan berfokus pada bagaimana penerapan akuntansi dan pelaporan Informasi Akuntansi
terutama untuk sektor jasa menengah setelah SAK ETAP di terbitkan.
2. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka dapat dikemukakan identifikasi masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana penerapan akuntansi SAK ETAP pada sektor jasa menengah di
Purwokerto.
2. Bagaimana pelaporan informasi akuntansi pada sektor jasa menengah di
Purwokerto.
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. TINJAUAN TEORITIS
a. Praktik
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, praktik adalah pelaksanaan dari teori
(Trisno Yuwono-Silvita).
b. Akuntansi
Akuntansi didefinisikan sebagai seperangkat pengetahuan yang mempelajari
perekayasaan penyediaan jaa berupa informasi keuangan kuantitatif unit-unit organisasi
dalam suatu lingkungan negara tertentu dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut
kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan
ekonomik (Soewardjono). Akuntansi adalah sistem informasi yang menghasilkan laporan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi suatu
badan usaha (Rudianto, 2012).
Akuntansi adalah suatu proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan pelaporan
atas transaksi keuangan perusahaan serta implementasinya (Kusrini dan Andri Koniyo, 2007).
Siklus Akuntansi
Definisi menurut Michell Suharli yaitu siklus akuntansi merupakan rangkaian urutan
tahapan proses dari suatu transaksi dan peristiwa sampai dengan pelaporan pada akhir periode
dan berlanjut dari analisa transaksi sampai pelaporan periode berikutnya dan begitu
seterusnya (2006:49).
5
Gambar 1. Siklus Akuntansi
Sumber : Michell Suharli (2006:49).
Kegunaan Akuntansi
Secara singkat dapat dikatakan bahwa tujuan pokok dari akuntansi adalah
menyediakan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang berguna bagi pimpinan
perusahaan, serta pihak-pihak lain yang membutuhkan informasi-informasi tersebut, baik dari
dalam perusahaan (intern) maupun dari luar perusahaan (ekstern). Akuntansi menyediakan
cara-cara untuk mengumpulkan dan melaporkan data ekonomis kepada bermaca-macam
pihak yang membutuhkan. Pemilik dan calon pemilik dapat mengetahui bagaimana posisi
keuangan dan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Pihak Bank atau pemberi kredit
dapat menilai kemampuan perusahaan dalam beroperasi yang pada gilirannya
mempertimbangkan resiko yang mungkin terjadi sebelum memberi pinjaman. Badan
pemerintah berkepentingan terhadap kegiatan perusahaan dalam kaitannya dengan
penyusunan peraturan pemerintah, misalnya peraturan perpajakan. Bahkan karyawan
berkepentingan terhadap jalannya operasi perusahaan untuk mempertimbangkan stabilitas
usaha perusahaan dan keuntungan yang mungkin dapat dinikmati oleh karyawan tersebut
(Nelly Masnila,2008).
6
Metode Pencatatan Akuntansi
Definisi menurut Ardiyos (2004:166) pengertian Cash Basis accounting method
adalah (metode akuntansi dasar kas) adalah metode pencatatan, dimana penerimaan dan
pengeluaran baru diakui apabila diterima bukan ketika dihasilkan atau dikeluarkan, atau
berkaitan dengan aliran kas keluar dan aliran kas masuk. Definisi accrual basis menurut
Ardiyos (2004:19) adalah: “Acrual Basis Accounting Method (metode akrual) adalah suatu
metode akuntansi dimana penerimaan yang dihasilkan baru diakui atau dicatat apabila proses
yang menghasilkan lengkap dan apabila transaksi pertukaran terjadi, sementara pengeluaran
baru diakuai atau dicatat apabila sejumlah uang benar-benar dibayarkan.
c. Pelaporan
Pelaporan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan bawahan untuk menyampaikan
hal-hal yang berhubungan yang berhubungan dengan hasil pekerjaan yang telah dilakukan
selama satu periode tertentu. Pelaporan dilakukan kepada atasan kepada siapa bawahan
tersebut bertanggung jawab . Pelaporan adalah aktivitas yang berlawanan arah dari
pengawasan, Jika pengawasan dilakukan oleh pihak atasan untuk mengetahui semua hal yang
menyangkut pelaksanaan kerja bawahan, maka pelaporan merupakan jawaban dari kegiatan
pengawasan tersebut. Pelaporan tidak dibawa langsung oleh atasan pada waktu mengadakan
pengawasan, tetapi “diantar” oleh bawahan baik dibawa sendiri maupun dikirim
(www.untukku.com). Pelaporan Keuangan meliputi segala aspek yang berkaitan dengan
penyediaan dan penyampaian informasi keuangan. Aspek-aspek tersebut antara lain lembaga
yang terlibat (misalnya penyusunan standar, badan pengawas dari pemerintah atau pasar
modal, organisasi profesi, dan entitas pelapor), peraturan yang berlaku termasuk PABU
(Prinsip Akuntansi Berterima Umum atau Generally Accepted Accounting Principles/GAAP)
(Wikipedia).
Definisi Laporan Keuangan
Menurut J. Fred Weston & Thomas E. Copeland (dalam Sawir, 2001), “Laporan
keuangan adalah laporan yang memuat hasil-hasil perhitungan dari proses akuntansi yang
menunjukkan kinerja keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu”. Menurut Kieso,
(2007:2) laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama
kepada pihak-pihak diluar perusahaan. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang
dikuantifikasi dalam nilai moneter.
7
Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna
dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta
laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Dalam memenuhi
tujuannya, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen
(stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya (SAK ETAP 2009:2).
Penyajian Laporan Keuangan
Penyajian yang wajar dari laporan keuangan SAK ETAP antara lain dijelaskan dalam
sub sebagai berikut (SAK ETAP 2009:14-18):
Penyajian Wajar
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar posisi keuangan, kinerja keuangan,
dan arus kas suatu entitas. Penyajian wajar mensyaratkan penyajian jujur atas
pengaruh transaksi, peristiwa dan kondisi lain yang sesuai dengan definisi dan
kriteria pengakuan aset, kewajiban, penghasilan dan beban.
Kepatuhan Terhadap SAK ETAP
Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus membuat suatu
pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement) atas
kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan.
Kelangsungan Usaha
Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas yang menggunakan
SAK ETAP membuat penilaian atas kemampuan entitas melanjutkan
kelangsungan usaha.
Frekuensi Pelaporan
Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan (termasuk informasi
komparatif) minimum satu tahun sekali.
Penyajian yang Konsisten
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus
konsisten kecuali jika terjadi perubahan yang signifikan atas sifat operasi entitas
atau perubahan penyajian atau pengklasifikasian bertujuan menghasilkan
penyajian lebih baik sesuai kriteria pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi.
Informasi Komparatif
8
Informasi harus diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya
kecuali dinyatakan lain oleh SAK ETAP (termasuk informasi dalam laporan
keuangan dan catatan atas laporan keuangan).
Matrerialitas dan Agregasi
Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan sedangkan yang
tidak material digabungkan dengan jumlah yang memiliki sifat atau fungsi yang
sejenis.
Laporan Keuangan Lengkap
Laporan keuangan entitas meliputi:
a. Neraca;
b. Laporan laba rugi;
c. Laporan perubahan ekuitas yang juga menunjukkan:
Seluruh perubahan dalam ekuitas, atau
Perubahan ekuitas selain perubahan yang timbul dari transaksi dengan
pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik;
d. Laporan arus kas; dan
e. Catatan atas laporan keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang
signifikan dan informasi penjelasan lainnya.
Identifikasi Laporan Keuangan
Entitas harus mengidentifikasikan secara jelas setiap komponen laporan keuangan
termasuk catatan atas laporan keuangan. Jika laporan keuangan merupakan
komponen dari laporan lain, maka laporan keuangan harus dibedakan dari
informasi lain dalam laporan tersebut.
d. Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2004 : 12), agar suatu sistem informasi akuntansi
berguna sebagai informasi yang berdaya guna harus memperhatikan karakteristik informasi
sebagai berikut:
1. Relevan
2. Andal
3. Lengkap
4. Tepat Waktu
5. Dapat Dipahami
9
6. Dapat Diverifikasi
Informasi adalah sebuah data yang sudah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti
bagi pengguna, yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendukung
sumber informasi (Kusrini dan Andri Koniyo, 2007).
Belkaoui (2000) mendefinisikan informasi akuntansi sebagai informasi kuantitatif
tentang entitas ekonomi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi dalam
menentukan pilihan-pilihan diantara alternatif-alternatif tindakan.
Informasi Akuntansi Keuangan
Informasi akuntansi keuangan digunakan baik oleh manajer maupun pihak eksternal
perusahaan, dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja serta perubahan keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (IAI, 2001).
Informasi akuntansi keuangan untuk pihak luar disajikan dalam laporan keuangan
yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan posisi keuangan. Pihak luar
yang menggunakan laporan keuangan meliputi pemegang saham, kreditur, badan atau
lembaga pemerintah, dan masyarakat umum dimana masing-masing pihak tersebut
mempunyai kepentingan yang berbeda. Informasi ini disajikan dan disusun berdasarkan
aturan dasar yang dinamakan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Standar akuntansi
keuangan tersebut dipakai untuk menyusun laporan keuangan. Laporan keuangan untuk pihak
luar menyajikan suatu gambaran menyeluruh tentang kondisi keuangan dan hasil usaha suatu
organisasi. Pihak manajemen memerlukan informasi akuntansi keuangan yang lebih rinci
(Mulyadi, 1995 ; Hansen & Mowen, 2005).
e. SAK ETAP
Menurut SAK ETAP (2009:1) standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas
publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang:
1. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
2. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang
tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat
kredit.
Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika:
10
1. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau alam proses pengajuan
pernyataan pendaftaran, padaotoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan
penerbitan efek di pasar modal; atau
2. Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar
masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek, dana
pensiun, reksa dana dan bank investasi.
Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK ETAP
jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK ETAP.
f. UMKM
Warsono, Soni (2010) Bentuk UMKM dapat berupa perusahaan perseorangan,
persekutuan, seperti misalnya firma dan CV, maupun perseroan terbatas. UMKM dapat
dikategorikan menjadi 3 terutama berdasar jumlah aset dan omzet sebagaimana tercantum di
Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM sebagai berikut:
a) Usaha Mikro: Usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria:
1) Aset ≤ Rp50 juta
2) Omzet ≤ Rp300 juta
b) Usaha Kecil: Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan/badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan/bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria:
1) Rp 50 juta < Aset ≤ Rp500 juta
2) Rp 300 juta < Omzet ≤ Rp2,5 miliar
c) Usaha Menengah: Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria:
1) Rp500 juta < Aset ≤ Rp2,5 miliar
2) Rp2,5 miliar < Omzet ≤ Rp50 miliar
Karakteristik Usaha Kecil dan Menengah
Beberapa Karakteristik Usaha Kecil adalah:
11
1. Jenis barang atau komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang
berubah;
2. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;
3. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana,
keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah
membuat neraca usaha;
4. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP;
5. Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha;
6. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;
7. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business
planning.
Kriteria usaha menengah :
1. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih
teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian
keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi;
2. Melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan
teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan
termasuk oleh perbankan;
3. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada
Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;
4. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin
tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll;
5. Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;
6. Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih. (Suhardjono,
2003: 33)
Peran dan fungsi Usaha Kecil dan Menengah
Menurut Suryana (2001: 90-92) Fungsi dan peran Usaha Kecil dan Menengah sangat
besar dalam kegiatan ekonomi masyarakat.
Fungsi dan peran itu meliputi:
1. Penyediaan barang dan jasa
2. Penyerapan tenaga kerja
3. Pemerataan pendapatan
4. Sebagai nilai tambah bagi produk daerah
5. Peningkatan taraf hidup masyarakat
12
B. PENGEMBANGAN HIPOTESIS
SAK ETAP merupakan standar akuntansi keuangan yang berdiri sendiri dan tidak
mengacu pada SAK Umum. SAK ETAP relatif tidak berubah selama beberapa tahun
sertamemiliki bentuk pengaturan yang lebihsederhana dalam hal pengakuan,
pengukuran,penyajian, dan pengungkapan (DSAK IAI 2013).
Menurut Jensen dan Meckling (1976) Teori Keagenan (Agency Theory) menjelaskan
hubungan antara agen (manajemen) suatu perusahaan dengan prinsipal (pemilik
perusahaan).Prinsipal disebut sebagai pihak yang melakukan evaluasi terhadap informasi
sedangkan agen adalah pihak yang mengambil keputusan. Di dalam hubungan keagenan
(agency relationship) terdapat suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (yaitu prinsipal)
memerintah orang lain (yaitu agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal dan
memberi wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal.
Prinsipal ingin mengetahui segala informasi termasuk aktivitas manajemen, yang terkait
dengan investasi atau dananya dalam perusahaan.
Jika dikaitkan pada entitas bisnis pada UMKM, maka pihak prinsipal pada UMKM
adalah para pemilik usaha jasa menengah itu sendiri dan pihak lain yang memberikan
bantuan permodalan pada perusahaan, seperti pihak perbankan dan pemerintah sedangkan
pihak agennya adalah karyawan pada perusahaan tersebut. Teori ini akan digunakan untuk
membantu pemaparan penjelasan mengenai Tinjauan Praktek Akuntansi dan Pelaporan
Informasi Akuntansi berdasarkan SAK ETAP pada UMKM Jasa Menengah di Purwokerto.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Emilia Wati (2011) menyimpulkan bahwa
penerapan akuntansi dalam UMKM di wilayah yang menjadi objek penelitian sudah cukup
baik. Faktor yang menjadi penentu apakah suatu UMKM melakukan pencatatan akuntansi
adalah besar omset yang diperoleh usaha tersebut. Semakin besar jumlah omset usaha, maka
kemungkinan untuk melakukan pencatatan akuntansi semakin besar pula. Hasil lainnya juga
menunjukkan bahwa pencatatan akuntansi memiliki pengaruh positif terhadap kinerja dari
UMKM itu sendiri.
Penelitian lain dilakukan oleh Rudiantoro dan Siregar (2011) yang menyimpulkan
bahwa pembukuan dan pelaporan keuangan merupakan hal yang cukup penting dalam
13
pertumbuhan dan perkembangan usaha bagi UMKM. Faktor ukuran usaha berpengaruh
positif terhadap persepsi tersebut.
Praktek Akuntansi pada UMKM Jasa Menengah.
Informasi akuntansi berfungsi sebagai alat pertanggungjawaban agen pada prinsipal.
Informasi akuntansi ini meliputi laporan keuangan yang disusun oleh entitas. UMKM disini
merupakan suatu entitas yang seharusnya dapat melaporkan informasi akuntansinya yang
berupa laporan keuangan. Namun sayangnya, UMKM di Indonesia masih sangat kurang
dalam pengetahuannya mengenai pelaporan akuntansi khususnya sesuai dengan SAK ETAP.
UMKM di Indonesia melakukan praktik akuntansi masih sederhana. Jadi, dalam penelitian
ini, peneliti ingin meninjau praktik Akuntansi pada UMKM khususnya pada Jasa Menengah
di kota Purwokerto dalam melaporakan kondisi keuangannya dalam bentuk informasi
keuangan apakah sudah sesuai dengan standar yang ditentukan (SAK ETAP) atau belum.
Berdasarkan uraian diatas hipotesis penelitiannya adalah sebagai berikut:
H1: Praktek Akuntansi berdasarkan SAK ETAP dalam UMKM Jasa Menengah di
Purwokerto belum memadai
Pelaporan Informasi Akuntansi pada UMKM Jasa Menengah
Dalam praktek akuntansi pada UMKM,umumnya informasi akuntansi yang dihasilkan
dari praktek akuntansi tidak lengkap atau tidak sesuai SAK ETAP. Banyak terjadi dalam
prakteknya, UMKM hanya melaporkan informasi akuntansi dalam laporan yang hanya
berguna untuk mengetahui berapa laba yang didapat, berapa kenaikan aset yang dimiliki
tanpa adanya kesesuaian dengan standar akuntansi yang berlaku. Hal ini terjadi karena
kemampuan SDM pada UMKM biasanya masih terbatas dalam pengetahuan mengenai
akuntansi. Biasanya pelaku UMKM melakukan pelaporan informasi akuntansi dengan sangat
sederhana. Hal ini disebabkan karena ukuran entitas yang masih tergolong kecil dan
menengah sehingga kepemilikan entitas biasanya hanya terbatas pada kepemilikan pribadi.
Karena kepemilikannya masih pribadi maka pelaporan informasi akuntansi pun hanya
terbatas untuk penggunaan pemilik pribadi saja yang tidak perlu sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku.Jadi, dalam penelitian ini, peneliti ingin meninjau bagaimana
pelaporan informasi akuntansi pada UMKM khususnya pada Jasa Menengah di kota
Purwokerto. Berdasarkan uraian diatas hipotesis penelitiannya adalah sebagai berikut:
14
H2: Pelaporan Informasi Akuntansi berdasarkan SAK ETAP pada UMKM Jasa
Menengah di Purwokerto belum memadai.
15
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kami telah mewawancarai 5 UMKM jenis jasa menengah di Purwokerto, yaitu
Bengkel Banyumas Motor, Salma Rumah Kecantikan dan Kebugaran, Jatramas Purwokerto,
Jasa Penyewaan Kamar Kos, dan penyewaan mobil Moreno Rent Car.
A. HASIL OBSERVASI
1. Bengkel Banyumas Motor
Pada kesempatan ini penulis dapat mewancarai langsung manajer dari Banyumas
Motor (Bapak Nurcahyo, 52 tahun) pendidikan terakhir S3 Biologi, berikut hasil
wawancara dan profile singkat Banyumas Motor. Bengkel Banyumas Motor berada di
jalan HR. Bumyamin Purwokerto, atau lebih tepatnya di kawasan Universitas Jenderal
Soedirman (Unsoed), karena berada di kawasan kampus Banyumas Motor memiliki
pelangganan mayoritas mahasiswa/i Unsoed. Banyumas Motor berdiri pada tahun 2001,
perusahan ini berjenis usaha jasa menengah, Banyumas Motor dibangun dengan modal
keseluruhan dari pemilik, dengan jumlah karyawan 42 karyawan, dengan total asset 7 M
dan jumlah total omset pertahunnya sebesar Rp. 800.000.000 pertahun.
Sebagai salah satu usaha dengan omset yang besar Banyumas Motor sudah sadar
akan pentingya pencatatan/pembukuan akuntansi semenjak tahun pertama, proses dalam
mengolah akuntansi dalam Banyumas Motor yakni dari kasir, kemudian kasir menginput
data dengan input barcode, dan dengan software yang dimiliki Banyumas Motor akan
diolah secara langsung menjadi laporan keuangan laba rugi, arus kas, neraca, dan laporan
stok persediaan. Apabila digambar pada bagan, proses akuntansinya sebagai berikut :
Laporan keuangan disusun dalam periode satu bulan untuk laporan keuangan
manajer, dan dengan jangka satu tahun untuk pemilik bengkel, adapun cara penghitungan
sederhana dalam menentukan laba perusahaan, yakni :
LABA = PENDAPATAN 1 BULAN – HARGA POKOK PENJUALAN.
16
Laporan Keuangan: Laba Rugi Arus Kas Neraca Stok Persediaan
SistemKomputerisasi
KasirPelanggan
Selain manajer yang menggunakan laporan keuangan untuk menganalisis
pertumbuhan perusahaan dalam penambahan stock persediaan, penambahan karyawan,
dan jam operasional, laporan keungan juga ditujukan kepada pemilik bengkel dan urusan
perpajakan, dalam menyusun laporan keuangan Banyumas Motor mengaku hanya
mengacu pada standar akuntansi yang dibuat sendiri tidak menggunakan PSAK atau pun
SAK ETAP, untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan dan efisiensi dalam
penyusunannya, Banyumas Motor telah melakukan komputerisasi proses akuntansi
semenjak tahun 2002, komputerisasi ini dinilai sangat efisien dalam penyusunan laporan
keuangan, karena lebih mudah, cepat dan handal dalam pelaporan, adapun kendala dalam
pencatatan akuntansi ataupun penyusunan laporan keuangan yakni sumber daya manusia
dikarenakan banyak karyawan yang belum mengerti akuntansi ataupun komputerisasi
akuntansi.
2. Salma Rumah Kecantikan dan Kebugaran
Salma adalah salah satu rumah kecantikan dan kebugaran Muslimah yang ada di
Purwokerto, tepatnya terletak di Jl. Pemuda No. 14 Purwokerto. Salma menyediakan
banyak pilihan jasa kecantikan khusus bagi para Muslimah. Mulai dari kecantikan
rambut, wajah dan juga tubuh. Selain itu, Salma juga menyediakan sarana untuk senam
dan fitness untuk para Muslimah yang ingin tetap bisa tampil sehat dan juga cantik.
Salma merupakan usaha yang didirikan secara perorangan, oleh serang ibu rumah
tangga. Pendiri Salma adalah Ibu Galuh. Usaha ini didirikan oleh Ibu Galuh dengan
modal awal sebesar Rp.25.000.000,- yang berasal dari modal pribadi. Pada awal
berdirinya, rumah kecantikan dan kebugaran muslimah ini hanya menggunakan satu
ruangan saja. Dengan seiring waktu, Salma terus berkembang hingga saat ini menjadi
sebuah salon kecantikan dan kebugaran muslimah yang cukup besar di Purwokerto. Hal
ini dapat dilihat dari tempat Salma sekarang yang tidak hanya seukuran ruangan kecil
saja, namun sudah berupa gedung yang cukup besar. Menurut sang pemilik, modal yang
awalnya hanya Rp.25.000.000,- sekarang ini sudah berkembang dan mencapai sekitar
1M rupiah. Jumlah omset yang bisa tercapai per bulan sebanyak Rp.30.000.000,-.
Dengan melihat jumlah asset yang dimilikinya saat ini, Salma merupakan usaha yang
termasuk dalam usaha menengah di bidang jasa.
Salma memiliki jumlah karyawan sebanyak 18 orang yang terdiri dari :
17
1. 4 orang bagian Administrasi
2. 10 orang terapis
3. 1 orang Satpam
4. 2 orang bagian Cleaning Service.
Dalam melakukan pencatatan akuntansi, Salma masih menggunakan catatan
manual yang ditulis tangan. Salma belum menggunakan pencatatan akuntansi
berdasarkan Standar Akuntansi yang berlaku. Untuk mencatat transaksi keluar masuk
hanya berdasarkan dengan tanda bukti transaksi yaitu berupa kuitansi. Dari kuitansi-
kuitansi tersebut nantinya akan disusun laporan yang nantinya bisa menghasilkan
informasi laba atau rugi selama periode satu bulan. Jadi, dalam mencatat laporan
keuangan, rumah kecantikan ini masih belum lengkap. Karena hanya membuat Laporan
Laba Rugi saja, laporan ini juga hanya sebatas untuk keperluan pemilik dalam rangka
menghitung jumlah seberapa banyak jumlah uang yang sudah dibelanjakan dan seberapa
banyak uang yang diperoleh dari jasanya itu. Selain pelaporan bulanan, Salma juga
menyusun laporan tahunan. Laporan tahunan ini juga masih sangat sederhana dan belum
mengikuti Standar Akuntansi. Laporan tahunan ini digunakan hanya untuk mengetahui
seberapa besar kenaikan jumlah asset yang dimiliki selama satu tahun tersebut atau
dengan kata lain untuk mengetahui seberapa besar kenaikan jumlah modal.
3. Jatramas Purwokerto
Pada kesempatan ini penulis dapat mewancarai langsung pemiliknya (Bapak
Wahyu) pendidikan terakhir S1 Manajemen pada Universitas Jenderal Soedirman,
berikut hasil wawancara dan profile singkat Jatramas Purwokerto. Jatramas Purwoerto
berada di Jl. Piere Tendean No.23 Purwokerto. Jatramas Purwokerto berdiri pada tahun
2000, perusahan ini berjenis usaha jasa menengah dengan bidang usaha pada cuci mobil,
salon mobil dan bengkel mobil. Jatramas awalnya dibangun dengan modal 70% dari
pemilik yang berupa tanah dan gedung bangunan dan 30% dari pinjaman. Jatramas
memiliki karyawan dengan jumlah 30, dengan total asset 10 M dan jumlah omset yakni
1,8 M pertahun.
Sebagai salah satu usaha dengan omset yang besar Jatramas Purwokerto sudah
sadar akan pentingya pencatatan/pembukuan akuntansi sejak awal berdirinya perusahaan
tersebut. Pembuatan laporan keuangan dilakukan oleh divisi khusus atau manajer
keuangan perusahaan. Pencatatan akuntansi Jatramas dilakukan secara rutin dengan
18
menggunakan metode pencatatan perpetual. Proses dalam mengolah akuntansi dalam
perusahaan dengan menggunakan software yang dimiliki dan akan diolah secara
langsung menjadi laporan keuangan laba rugi, arus kas, dan neraca. Untuk laporan
keuangan disusun dalam periode 6 bulanan dan juga menyusun laporan tahunan. Standar
akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan tahunan dalam perusahaan
berdasarkan aturan perpajakan. Pemilik sebelumnya telah mengetahui adanya SAK
ETAP namun dalam menyusun laporan keuangan perusahaan, pemilik tidak mengetahui
laporan keuangan yang dibuat sudah sesuai atau mengacu PSAK atau pun SAK ETAP.
4. Jasa Penyewaan Kamar Kos
Penelitian kami lakukan dengan menyorot kepada usaha yang banyak dijalankan
oleh masyarakat di sekitar Kampus Unsoed, yakni usaha kamar kos. Alasan pemilihan
objek penelitian ini adalah bahwa kami melihat bahwa usaha kamar kos pada dasarnya
mampu memberikan keuntungan yang sangat besar. Berada pada lokasi strategis dengan
target pasar yang sudah pasti membuat usaha kos semakin menjamur dan berkembang
seiring waktu.
Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan purposive sampling, yakni
mengambil sampel dengan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan adalah bahwa
rumah kos tersebut jika dilihat dari tampilan luar rumah sudah mampu membuat orang-
orang memperkirakan harga sewa kamar yang tinggi. Keputusan untuk menjadikan objek
juga didapat dengan masukan beberpaa pihak yang secara kebetulan memiliki hubungan
dengan rumah kos tersebut. Jumlah responden berjumlah dua orang dari masing-masing
rumah kos.
Data yang diperoleh merupakan data primer dengan metode penelitian
wawancara dan memberikan kuisioner sebagai penguat hasil. Berdasarkan proses
tersebut, maka hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Rumah kos merupakan salah satu jenis usaha yang bergerak dibidang jasa dengan
spesialisasi penyewaan. Jumlah karyawan yang dipekerjakan pada rumah kos biasanya
tidak lebih dari empat orang meski rumah kos tersebut tergolong besar. Meski demikian,
usaha rumah kos memang cukup menjanjikan karena pemilik usaha mampu meraup
omset yang cukup tinggi mendekati angka Rp 500.000.000,00 per tahunnya. Aset yang
berkaitan dengan kepemilikan rumah kos juga memiliki nilai tinggi yang didukung lokasi
strategis, yakni sebesar Rp.500.000.000,00 – Rp 2.500.000.000,00 dengan kepemilikan
modal 100%.
19
Namun yang sangat disayangkan adalah bahwa sebagian besar pemilik usaha ini
tidak melakukan pencatatan akuntansi. Tidak adanya pencatatan akuntansi tidak berarti
mereka tidak menyadari bahwa keberadaan akuntansi tidak penting, justru mereka
menganggap bahwa pencacatan akuntansi penting atau bahkan sangat penting. Alasan
tidak adanya pencatatan dalam usaha mereka adalah anggapan bahwa mereka tidak
terlalu membutuhkan akuntansi dan pelaporan keuangan. Alasan ini didukung dengan
ketidaktahuan mereka akan anjuran pemerintah untuk melaksanakan pencatatan
akuntansi. Mereka bahkan tidak mengerti mengenai standar pelaporan untuk jenis usaha
yang mereka jalankan, yakni SAK ETAP. Pelaku UMKM dari responden kami seolah
benar-benar buta mengenai pencatan akuntansi dan standar pelaporan yang berlaku bagi
UMKM. Inilah yang seharusnya menjadi perhatian, ketidaktahuan dan pemikiran
konservatif para pelaku UMKM dalam melakukan pencatatan perlu dirubah.
5. Jasa Penyewaan Mobil Moreno Rent Car
Moreno Rent Car merupakaan salah satu jasa penyewaan mobil yang berada di
Purwokerto, tepatnya berada di Perumahan Bumi Arca Indah Blok 5 No.6B
Arcawinangun. Moreno Rent Car mempunyai ciri khas yang membedakan dari
perusahaan sewa mobil lainnya yaitu sangat memperhatikan harga sewa yang terjangkau
dan pelanggan merasa puas atas layanan yang diberikan. Jenis unit yang ditawarkan
antara lain: Avanza, Xenia, Innova, Pick Up, Granmax, Elf, Alphard, Camry, Vellfire,
BMW, Mercy dll. Layanan yang diberikan adalah sewa harian, sewa mingguan, sewa
bulanan/kontrak jangka panjang maupun antar jemput. Perusahaan bisa memberikan
sopir atau tanpa sopir dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu, perusahaan juga
menyediakan mobil untuk digunakan sebagai kendaraan di acara pernikahan.
Moreno Rent Car merupakan usaha yang didirikan secara perorangan oleh Bpk.
Sandra Aris pada tahun 2011, dengan modal awal secara keseluruhan dari pemilik,
dengan jumlah karyawan sebanyak 22 orang, total aset perusahaan sebanyak Rp.
3.500.000.000, dan total omset pertahun antara Rp. 500.000.000 - Rp. 2.500.000.000.
Dalam pencatatan akuntansi, Moreno Rent Car telah melakukan pencatatan atas
semua transaksi yang terjadi dan terdapat divisi khusus dan karyawan yang melakukan
pencatatan tersebut, pencatatan menggunakan metode pencatatan akuntansi perpetual.
Pencatatan Laporan Keuangan dilakukan secara rutin yaitu dicatat setiap bulan dalam 1
tahun dan ditujukan untuk kepentingan internal. Namun, Morena Rent Car belum
melakukan pencatatan berdasarkan SAK ETAP dikarenakan belum mengetahui dan
20
memhami SAK ETAP dan masih memiliki persepsi bahwa SAK ETAP pengguanaanya
belum penting untuk usaha tersebut.
B. PENGUJIAN HIPOTESIS
Diketahui bahwa UMKM terdiri dari Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Usaha
Menengah. Dalam penelititan ini berfokus pada Usaha Menengah yang menjalankan Usaha
Jasa. Usaha Jasa Menengah yang dijadikan sampel terdiri dari:
1. Bengkel Banyumas Motor
2. Salma Salon Kecaantikan dan Kebugaran
3. Jatramas Purwokerto
4. Jasa Kos-kosan
5. Moreno rentcar
1. Pengujian Hipotesis Pertama (H1)
H1: Praktek Akuntansi berdasarkan SAK ETAP dalam UMKM Jasa Menengah di
Purwokerto belum memadai
Dari hasil observasi yang sudah peneliti lakukan terhadap responden yang menjadi target
penelitian, maka peneliti dapat menentukan bagaimana praktik Akuntansi pada UMKM
khususnya pada Jasa Menengah di kota Purwokerto dalam melaporakan kondisi keuangannya
dan untuk mengetahui apakah standar akuntansi yaitu SAK ETAP sudah diterapakan dalam
praktiknya di usaha jasa menengah yang berada di Purwokerto. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan tabel dibawah ini.
No Nama Sampel Praktik Akuntansi Praktik akuntansi
berdasarkan SAK ETAP
1 Banyumas Motor Sudah Belum Memadai
2 Salma salon kecantikan
dan kebugaran
Sudah Belum Memadai
3 Jatramas Purwokerto Sudah Belum Memadai
4 Jasa Kos-kosan Belum Belum Memadai
21
5 Moreno Rentcar Sudah Belum Memadai
Dari hasil observasi, terdapat satu UMKM yang belum melakukan pencatatan
akuntansi sedangkan keempat UMKM lainnya sudah melakukan praktik akuntansi keuangan.
Keempat UMKM tersebut telah sadar akan pentingnya melakukan pencatatan akuntansi
untuk kepentingan usahanya meskipun masih sederhana yaitu hanya mencatat bukti kas
masuk dan bukti kas keluar. Bahkan terdapat divisi khusus yang melakukan pencatatan,
UMKM melakukan pencatatan sebagian besar untuk kepentingan internal usaha.
Berdasarkan hasil observasi, UMKM belum melakukan praktik akuntansi sesuai
standar dan semuanya masih belum mengetahui informasi mengenai standar akuntansi
keuangan khususnya SAK ETAP. Hal ini berarti H1 Diterima.
2. Pengujian hipotesis kedua (H2)
H2: Pelaporan Informasi Akuntansi berdasarkan SAK ETAP pada UMKM Jasa Menengah
di Purwokerto belum memadai.
Berikut tabel yang menjelaskan bagaimana kelengkapan pelaporan informasi akuntansi yang
dijadikan sampel oleh peneliti:
No Nama UMKMLaporan
Laba Rugi
Laporan
Perubahan
Ekuitas
NeracaLaporan
Arus Kas
Catatan
atas
Laporan
Keuangan
1 Bengkel
Banyumas Motor √ - √ - -
2 Salma Rumah
Kecantikan dan
Kebugaran
√ - - - -
3 Jatramas
Purwokerto√ - √ √ -
22
4 Penyewaan
Kamar Kos- - - - -
5 Penyewaan
Mobil Moreno
Car
√ - - - -
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa kelima UMKM jasa menengah tersebut
belum membuat laporan keuangan yang meliputi: Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan
Ekuitas, Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan
Keuangan. UMKM jasa menengah diatas umumnya membuat laporan laba rugi secara
sederhana berupa pendapatan dan beban.
Dari hasil observasi yang sudah peneliti lakukan terhadap responden yang menjadi
target penelitian, maka peneliti dapat menentukan bagaimana pelaporan informasi Akuntansi
pada UMKM khususnya pada Jasa Menengah di kota Purwokerto dalam melaporakan kondisi
keuangannya dalam bentuk informasi keuangan dan untuk mengetahui apakah pelaporannnya
sudah sesuai dengan SAK ETAP. Berikut merupakan tabel yang menjelaskan Pelaporan
Informasi Akuntansi berdasarkan SAK ETAP:
No Nama Sampel Pelaporan Informasi Akuntansi
berdasarkan SAK ETAP
1 Bengkel Banyumas Motor Belum Memadai
2 Salma Rumah Kecantikan dan
Kebugaran
Belum Memadai
3 Jatramas Purwokerto Belum Memadai
4 Penyewaan Kamar Kos Belum Memadai
5 Penyewaan Mobil Moreno Car Belum Memadai
Dari hasil observasi, seluruh UMKM yang diobservasi belum melakukan pelaporan
informasi akuntansi secara memadai. Dalam praktiknya, belum sesuai standar dan
23
kebanyakan masih belum mengetahui informasi mengenai standar akuntansi keuangan
khususnya SAK ETAP. Pelaporan informasi akuntansi masih sangat sederhana bahkan hanya
mengacu pada standar yang dibuat sendiri. Terdapat banyak faktor yang yang melandasi hal
tersebut yaitu dikarenakan tingkat pemahaman SDM akan standar pelaporan informasi
akuntansi, kurangnya memperoleh sosialisasi mengenai informasi SAK ETAP, dan
kurangnya memperoleh pelatihan melakukan pelaporan informasi akuntansi yang sesuai
dengan SAK ETAP. Hal ini berarti H2 Diterima.
24
BAB IV
KESIMPULAN & IMPLIKASI
A. KESIMPULAN
1. Pengujian yang dilakukan terhadap hipotesis satu (H1) menunjukkan bahwa
terdapat satu UMKM yang belum melakukan pencatatan akuntansi sedangkan
keempat UMKM lainnya sudah melakukan praktik akuntansi keuangan. Keempat
UMKM tersebut telah sadar akan pentingnya melakukan pencatatan akuntansi
untuk kepentingan usahanya meskipun masih sederhana yaitu hanya mencatat
bukti kas masuk dan bukti kas keluar. Berdasarkan hasil observasi tersebut,
UMKM belum melakukan praktik akuntansi sesuai standar dan semuanya masih
belum mengetahui informasi mengenai standar akuntansi keuangan khususnya
SAK ETAP. Hal ini berarti H1 Diterima.
2. Pengujian yang dilakukan terhadap hipotesis dua (H2) menunjukkan bahwa
seluruh UMKM yang diobservasi belum melakukan pelaporan informasi
akuntansi secara memadai. Dalam praktiknya, belum sesuai standar dan
kebanyakan masih belum mengetahui informasi mengenai standar akuntansi
keuangan khususnya SAK ETAP. Pelaporan informasi akuntansi masih sangat
sederhana bahkan hanya mengacu pada standar yang dibuat sendiri. Terdapat
banyak faktor yang yang melandasi hal tersebut yaitu dikarenakan tingkat
pemahaman SDM akan standar pelaporan informasi akuntansi, kurangnya
memperoleh sosialisasi mengenai informasi SAK ETAP, dan kurangnya
memperoleh pelatihan melakukan pelaporan informasi akuntansi yang sesuai
dengan SAK ETAP. Hal ini berarti H2 Diterima.
3. Berdasarkan hasil observasi yang kelompok kami lakukan dapat disimpulkan
bahwa kelima UMKM jasa menengah tersebut belum membuat laporan keuangan
UMKM secara lengkap menurut SAK ETAP yang meliputi: Laporan Laba Rugi,
Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba, Laporan Arus
Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. UMKM jasa menengah diatas umumnya
membuat laporan laba rugi secara sederhana berupa pendapatan dan beban.
B. IMPLIKASI
25
1. Perlu ada nya perhatian dari pihak pemerintah tentang sosialisasi tentang
pelaporan keuangan sesuai dengan SAK-ETAP bagi pelaku usaha mikro agar
mereka mengetahui tentang pelaporan Laporan Keuangan yang baik. Hal ini
dikarenakan, pentingnya penerapan SAK-ETAP dalam pelaporan keuangan.
Karena dengan ada nya laporan keuangan yang memadai, maka dapat membantu
memberikan informasi akuntansi yang berguna bagi pemegang kepentingan
seperti pemilik itu sendiri, maupun pihak eksternal, dengan tujuan untuk
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat dalam pengambilan
keputusan ekonomi.
2. Dilihat dari hasil observasi yang kelompok kami lakukan, usaha umkm yang
berada di Purwokerto belum sepenuhnya melakukan proses akuntansi. Melihat hal
ini, sebaiknya Pemerintah melakukan pelatihan bagi pelaku usaha umkm
mengenai pembuatan laporan keuangan yang baik yang sesuai dengan SAK-
ETAP.
26
DAFTAR PUSTAKA
Ardiyos, 2004. Kamus Besar Akuntansi, Citra Harta Prima: Jakarta
Baas, Timo dan Mechthild Schrooten. (2006). Relationship Banking and SMEs : A
Theoretical Analysis. Small Business Economic Vol 27.
Belkaoui, Ahmed Riahi. 2000. Teori Akuntansi, Edisi Pertama, Alih Bahasa Marwata S.E.,
Akt, Salemba Empat, Jakarta.
DSAK IAI. 2013. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. Jakarta:
Ikatan Akuntan Indonesia.
http://www.untukku.com/artikel-untukku/pengertian-pelaporan-untukku.html (diakses pada
Selasa, 19 Mei 2015 pukul 23.05 WIB)
http://id.wikipedia.org/wiki/Laporan_keuangan (Diakses pada Selasa, 19 Mei 2015 pukul
23.13)
http://tri-bowop.blogspot.com/2012/01/kegunaan-informasi-akuntansi.html (diakses pada
jumat, 22 Mei 2015)
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik, Per 1 Oktober, Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
Jati, Hironnymus, Bala, Beatus, dan Otnil Nisnoni. 2004. Menumbuhkan Kebiasaan Usaha
Kecil Menyusun Laporan Keuangan. Jurnal Bisnis dan Usahawan, II No. 8 : 210 –
218
Jensen, M. C., dan Meckling, W. H. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior,
Agency Cost & Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3, 82-136.
Kieso, Weygandt, Warfield, 2002. Akuntansi Intermediate, edisi kesepuluh, Jakarta:
Erlangga.
Kusrini dan Andri Koniyo. 2007. Tuntunan Praktis Membangun Sistem Informasi Akuntansi
dengan Visual Basic & Microsoft SQL Server. Yogyakarta: Andi.
27
Michell, Suharli, 2006. Akuntansi Untuk Bisnis, Jasa Dan Dagang, Edisi Pertama, Graha
Ilmu, Yogyakarta
Marshall B, Romney. Paul John Steinbart. 2004. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta:
Salemba Empat.
Rudianto. 2012. Pengantar Akuntansi: Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan Keuangan.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Rudiantoro, R., dan Siregar, S. V. 2011.Kualitas Laporan Keuangan UMKM Serta Prospek
Implementasi SAK ETAP. Paper disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi,
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Suhardjono, 2003, Manajemen Perkreditan UKM, Yogyakarta: AMP YKPN.
Warsono, Soni. 2010. AKUNTANSI UMKM Ternyata Mudah DIPAHAMI &
DIPRAKTIKKAN. Yogyakarta: Asgard Chapter
Yuwono Trisno, Silvita. Kamus Lengkap Bahasa Indonesa. Surabaya: Arloka
Wati, Evi Emilia. 2011. Persepsi Para Pelaku UKM (Usaha Kecil dan Menengah) Terhadap
Penerapan Akuntansi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya. Skripsi.
Wahdini dan Suhairi. 2006. Persepsi Akuntan Terhadap Overload Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) Bagi Usaha Kecil Dan Menengah. SNA IX – Padang.
28