26
PENGANTAR HUKUM BISNIS PERUSAHAAN YANG TIDAK BERBADAN HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA Nama Kelompok : Agnetha E. Maima A. W

[KUMBIS 3] Perusahaan Yang Tidak Berbadan Hukum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

[KUMBIS 3] Perusahaan Yang Tidak Berbadan Hukum

Citation preview

PENGANTAR HUKUM BISNISPERUSAHAAN YANG TIDAK BERBADAN HUKUM

UNIVERSITAS INDONESIA

Nama Kelompok :Agnetha E.Maima A. WMaria Grace Silvana

2015BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangMasyarakat masing-masing memiliki kemampuan dan keahlian untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan hidup. Menjalankan bisnis merupakan salah satu cara masyarakat untuk meningkatkan taraf kehidupannya guna mencapai kemakmuran dan kesejahteraan. Kata bisnis diambil dari Bahasa Inggris Business yang berarti kegiatan usaha. Secara luas, kata bisnis sering diartikan sebagai keseluruhan kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang atau badan secara teratur dan terus-menerus, yaitu berupa kegiatan mengadakan barang-barang atau jasa-jasa maupun fasilitas-fasilitas untuk diperjualbelikan, dipertukarkan, atau disewagunakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Untuk menjalankan suatu bisnis yang serius dan benar dapat diawali dengan pendirikan suatu badan usaha. Pengertian badan usaha menurut Drs. T. Gilarso adalah organisasi ekonomi yang dilakukan oleh satu/sekelompok orang dalam wadah kelembagaan formal, dikelola secara teratur berkesinambungan untuk membuat, menyediakan atau mendistribusikan barang dan jasa. Secara umum, badan usaha adalah kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Badan usaha seringkali tercampuraduk dengan perusahaan walau sebenarnya kedua istilah tersebut memiliki perbedaan yang signifikan yaitu badan usaha adalah lembaga, sementara perusahaan adalah tempat dimana badan usaha itu mengelola faktor-faktor produksi.Untuk mendirikan suatu perusahaan atau badan usaha, seorang atau para pendiri harus memenuhi persyaratan hukum yang ada. Kegiatan bisnis tidak dapat dilepaskan dari bentuk badan usaha dan perizinan yang diperlukan untuk menjalankan usaha. Keberadaan badan hukum usaha akan melindungi perusahaan dari segala tuntutan akibat aktivitas yang dijalankannya. Karena badan hukum memberikan kepastian dalam kegiatan bisnis atau berusaha dan mengingat badan hukum usaha memiliki rambu-rambu yang harus dipatuhi, maka kekhawatiran atas pelanggaran hukum akan terhindar. Dengan memiliki badan hukum, maka perusahaan akan memenuhi kewajiban dan hak terhadap berbagai pihak yang berkaitan dengan perusahaan, baik yang ada di dalam maupun di luar perusahaan. Secara garis besar bentuk-bentuk perusahaan atau badan usaha dapat dilihat dan diklasifikasikan dari jumlah pemilik, status pemilik dan bentuk hukumnya. Dilihat dari Jumlah Pemilik, badan usaha diklasifikasikan menjadi dua yaitu Perusahaan Perorangan, suatu perusahaan yang dimiliki oleh perorangan atau seorang pengusaha, dan Perusahaan Persekutuan yaitu suatu perusahaan persekutuan yang dimiliki oleh beberapa orang pengusaha yang bekerja sama dalam satu persekutuan. Dilihat dari Status Pemilik, diklasifikasikan menjadi Perusahaan Swasta (BUMS) dan Perusahaan Negara (BUMN). Perusahaan swasta merupakan perusahaan yang dimiliki oleh pengusaha swasta, sedangkan perusahaan negara merupakan perusahaan yang dimiliki oleh negara yang disebut dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Terakhir, dilihat dari bentuk hukumnya, badan usaha terdiri dari Perusahaan Berbadan Hukum yang selalu berupa persekutuan, dan Perusahaan Bukan Badan Hukum yang dapat berupa perusahaan perorangan dan perusahaan persekutuan.Perusahaan Bukan Badan Hukum adalah perusahaan yang bukan merupakan badan hukum. Contohnya, Perusahaan Perorangan dan Perusahaan Persekutuan yang berupa Persekutuan Perdata (Maatschap), Firma, dan Persekutuan Komanditer (CV). Perusahaan perorangan merupakan badan usaha yang kepemilikan dan pengelolaannya ditangani oleh satu orang dimana dalam sisi pengelolaannya, pengusaha memperoleh semua keuntungan perusahaan namun juga menanggung semua resiko yang timbul dalam kegiatan perusahaan. Sebaliknya, Persekutuan adalah perusahaan yang memiliki dua pemodal atau lebih. Pembentukan persekutuan bisa berdasarkan kontrak tertulis atau kesepakatan yang legal. Persekutuan sendiri terdiri dari Persekutuan Perdata, Firma dan Persekutuan Komanditer (CV). Bentuk-bentuk persekutuan tersebut akan menjadi pokok bahasan yang akan dijelaskan lebih lanjut pada bab selanjutnya.B. Perumusan MasalahBerdasarkan uraian-uraian diatas, maka ada beberapa hal yang menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini, yaitu:1. Perusahaan Perorangan a. Istilah, Pengertian, Dasar Hukum b. Norma Substantif: Pendirian, Permodalan, Organ, Pembubaran2. Persekutuan Perdata (Maatschap)a. Istilah, Pengertian, Dasar Hukum b. Norma Substantif: Pendirian, Permodalan, Organ, Pembubaran3. Firmaa. Istilah, Pengertian, Dasar Hukum b. Norma Substantif: Pendirian, Permodalan, Organ, Pembubaran 4. Persekutuan Komanditer (CV)a. Istilah, Pengertian, Dasar Hukum b. Norma Substantif: Pendirian, Permodalan, Organ, PembubaranC. Tujuan PenulisanBerdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan yang hendak dicapai dengan penulisan makalah ini adalah:1. Mengetahui dan memahami istilah, pengertian dan dasar hukum dari usaha perorangan, persekutuan perdata, firma dan persekutuan komanditer (CV)2. Mengetahui dan memahami norma substansif (Pendirian, Permodalan, Organ, Pembubaran) dari usaha perorangan, persekutuan perdata, firma dan persekutuan komanditer (CV)

BAB IIPEMBAHASAN1. Perusahaan PeroranganPerusahaan Perorangan merupakan bentuk badan usaha tanpa ada pembedaan pemilikan antara hak milik pribadi dengan hak milik perusahaan (Indriyo, 2005). Perusahaan perorangan merupakan suatu bentuk badan usaha pribadi yang memikul risiko secara pribadi pula atau perorangan. Perusahaan perorangan juga dapat didefinisikan sebagai salah satu bentuk usaha yang dimiliki oleh seseorang dimana ia bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua resiko dan kegiatan perusahaan. Karena tidak adanya pemisahan pemilikan antara hak milik pribadi dengan milik perusahaan, maka pada bentuk perusahaan perorangan, harta benda pribadi juga merupakan kekayaan perusahaan yang setiap saat harus menanggung utang-utang perusahaan. Perusahaan Perorangan yang merupakan perusahaan swasta bukan berbadan hukum dapat berbentuk perusahaan dagang, perusahaan jasa, perusahaan industri. Secara resmi Perusahaan dagang belum diatur secara khusus dalam undang-undang tersendiri, akan tetapi dalam praktek diterima sebagai pelaku usaha. Karenanya, pemerintah pun berupaya untuk mengakui eksistensi jenis usaha ini. Upaya pemerintah tersebut dapat dilihat dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga Usaha Perdagangan dimana dalam pasal 1 ayat (3) disebutkan: Lembaga perdagangan adalah suatu instansi/badan yang dapat berbentuk perorangan atau badan usaha. Belum adanya peraturan yang secara resmi mengatur tentang pendirian perusahaan dagang, secara umum dalam prakteknya orang yang akan mendirikan bentuk perusahaan tersebut akan mengajukan permohonan Izin Usaha (SIU) kepada Kantor Wilayah Perdagangan dan mengajukan Izin Tempat Usaha (SITU) kepada Pemerintah Daerah setempat. Perusahaan dagang memiliki sebagai berikut:1. Modal milik 1 orang saja2. Didirikan atas kehendak seorang pengusaha3. Bukan badan hukum dan tidak termasuk persekutuan/perkumpulan.4. Resiko dan untung rugi menjadi tanggungan sendiri5. Tidak melalui proses pendirian perusahaan sebagaimana mestinya, kecuali surat izin usaha dari kantor perdagangan setempat.6. Wajib membuat catatan keuangan termasuk kewajiban terhadap pajak dan restribusi daerahKarena belum adanya peraturan yang mengatur tentang pendirian bentuk usaha ini, secara umum pendirian dari bentuk usaha ini dilakukan melalui dua tahap pendirian yaitu tahap persiapan dan tahap pendaftaran ke notaris. Langkah-langkah dari masing-masing tahap tersebut adalah sebagai berikut:1. Tahap Persiapana. Meyiapkan KTP pihak yang akan mendirikan perusahaan peroranganb. Menentukan calon nama perusahaanc. Menentukan tempat kedudukan perusahaand. Menentukan maksud dan tujuan yang spesifik dari perusahaan perorangan tersebut2. Pendaftaran ke NotarisSetelah semua kelengkapan tersebut terpenuhi, langkah selanjutnya adalah mendaftar ke notaris untuk mendapatkan akta notaris tentang pendirian perusahaan perorangan.Dalam hal permodalan, sumber modal perusahaan perorangan atau perusahaan dagang berasal dari pemilik atau dapat pula menggunakan modal pinjaman. Pada perusahaan perorangan atau perusahaan dagang tidak terdapat pemisahan antara kekayaan pribadi pemilik dengan kekayaan perusahaan sehingga utang perusahaan berarti pula utang pemiliknya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa seluruh harta kekayaan pemilik menjadi jaminan bagi semua utang perusahaannya sehingga pemilik perusahaan perorangan atau perusahaan dagang memiliki tanggung jawab yang tidak terbatas.Pada perusahaan perorangan atau perusahaan dagang tidak dikenal istilah pembubaran tetapi kegiatan usaha atau dagang dapat sewaktu-waktu terhenti dan diteruskan kembali. Berhentinya kegiatan usaha atau dagang tersebut biasanya terjadi apabila pemilik perusahaan meninggal dunia atau tidak dapat aktif untuk waktu yang cukup lama. Contoh dari perusahaan perserorangan atau perusahaan dagang adalah toko pakaian, toko makanan dan lain-lain.2. Persekutuan Perdata (Maatschap)Persekutuan perdata (maatschap) adalah bentuk usaha persekutuan yang diatur dalam KUH Perdata. Keberadaan persekutuan perdata sebagai badan usaha diatur dalam pasal 16181652 KUH Perdata. Dalam Pasal 1618 KUH Perdata disebutkan bahwa yang dimaksud dengan persekutuan perdata adalah perjanjian antara dua orang atau lebih yang mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu (inbreng) ke dalam persekutuan dengan maksud membagi keuntungan yang diperoleh karenanya. Berdasarkan pengertian menurut undang-undang tersebut, secara umum persekutuan perdata (maatschap) dapat didefinisikan sebagai suatu perjanjian diantara dua orang atau lebih untuk memasukkan uang, tenaga kerja, dan keahlian kedalam suatu perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang dibagi bersama sesuai dengan bagian atau proporsi yang telah disepakati bersama. Dalam persekutuan perdata (maatschap) terdapat tiga unsur penting yang harus ada dan merupakan pembeda antara persekutuan dan perusahaan perorangan. Sesuai dengan pengertian persekutuan perdata pada pasal 1618, unsur-unsur tersebut antara lain:1. Suatu perjanjian antara dua orang atau lebihBerbeda dengan perusahaan perorangan, suatu persekutuan hanya akan dapat terbentuk jika ada perjanjian antara dua orang atau lebih. Menurut Angela Schneeman, orang (person) yang melakukan kerja sama di dalam persekutuan dapat berupa perorangan, persekutuan perdata, perusahaan yang berbadan hukum, atau bentuk persekutuan lainnya.2. InbrengDalam pasal 1619 KUH Perdata diatur dengan jelas bahwa masing-masing sekutu diwajibkan untuk memberikan pemasukan ke dalam persekutuan. Pasal 1619 KUH Perdata berbunyi: Semua perseroan perdata harus ditunjukkan pada sesuatu yang halal dan diadakan untuk kepentingan bersama para anggotanya. Masing-masing anggotanya wajib memasukkan uang, barang atau usaha ke dalam perseroan itu. Bentuk-bentuk pemasukan, seperti yang telah ditekankan ada pasal 1619 tersebut dapat berupa uang, benda-benda yang layak sebagai pemasukan seperti kendaraan bermotor, alat perlengkapan motor dan sebagainya, ataupun tenaga kerja baik secara fisik maupun pikiran. Dalam hal inbreng, pasal 1625 KUH Perdata menyebutkan bahwa: apa yang telah disanggupi wajib dipenuhi oleh sekutu dan diperkuat oleh pasal 1627 KUH Perdata dimana: Keahlianyang dimasukan ke dalam persekutuan wajib ditaati. 3. Bertujuan untuk membagi keuntungan atau kemanfaatanPasal 1621-1623 KUH Perdata mengatur dengan jelas tentang pembagian keuntungan atau kemanfaatan dalam persekutuan perdata. Pasal 1622 mengatur tentang pembagian keuntungan pada persekutuan perdata tak terbatas sedangkan pasal 1623 mengatur tentang pembagian keuntungan pada persekutuan perdata terbatas. Dalam perjanjian pendirian Persekutuan Perdata, terdapat ketentuan bahwa memberikan keuntungan hanya pada satu orang tidak boleh dilakukan, namun pembebanan kerugian pada satu sekutu boleh dilakukan. Ketentuan tersebut diatur pada Pasal 1635 KUH Perdata. Apabila dalam perjanjian tidak diatur mengenai pembagian keuntungan, maka berpedoman pada Pasal 1633 KUH Perdata, pembagian keuntungan berdasarkan pada asas keseimbangan pemasukan yang berarti:1) Pembagian dilakukan menurut harga nilai dari pemasukan masing-masing sekutu kepada persekutuan.2) Sekutu yang hanya memasukkan kerajinan saja pembagiannya sama dengansekutu yang nilai barang pemasukkannya terendah, kecuali ditentukan lain.3) Sekutu yang hanya memasukkan tenaga kerja mendapat bagian keuntungansama rata, atau disamakan dengan sekutu yang memasukkan uang atau bendaterkecil, kecuali ditentukan lain (Pasal 1633 ayat (2) KUH Perdata)Pendirian Persekutuan Perdata dilakukan berdasarkan perjanjian diantara para pihak (asas konsensualisme) dan tidak memerlukan pengesahan Pemerintah. Perjanjian mulai berlaku sejak saat perjanjian itu menjadi sempurna atau sejak saat yang ditentukan dalam perjanjian (Pasal 1624 KUH Perdata). Status hukum persekutuan perdata berdasarkan Pasal 1644 KUH Perdata dijabarkan bahwa persekutuan perdata bukan termasuk badan hukum, karena pada suatu badan hukum perbuatan seorang sekutu atas nama persekutuan akan mengikat persekutuan tersebut terhadap pihak ketiga. Terbentuknya Persekutuan Perdata tidak memerlukan pengesahan Pemerintah sebagai syarat formil suatu badan hukum.Syarat utama pendirian persekutuan perdata adalah adanya perjanjian diantara para pendiri persekutuan. Syarat utama tersebutlah yang mempengaruhi sistem permodalan dalam bentuk usaha ini. Dalam perjanjian persekutuan perdata, seperti yang telah diatur pada pasal 1619, masing-masing sekutu berjanji untuk memasukan sesuatu (inbreng) ke dalam persekutuan sebagai modal untuk menjalankan usaha. Modal tersebut tidak harus berupa uang, tapi juga dapat berupa barang maupun tenaga atau keahlian tertentu. Dalam hal pertanggung jawaban sekutu, segala perbuatan hukum seorang sekutu yang dilakukan dengan pihak ketiga hanya mengikat sekutu yang bersangkutan dan tidak mengikat sekutu-sekutu yang lain (Pasal 1644 KUH Perdata), kecuali bila:1. Sekutu-sekutu yang lain telah memberikan kuasa untuk itu.2. Perbuatan sekutu tersebut secara nyata memberikan manfaat bagi persekutuan.Pengurusan persekutuan perdata diatur dalam pasal 1636-1639 KUH Perdata. Dalam pengurusan persekutuan perdata dikenal pengurus dari sekutu dan pengurus luar sekutu. Dalam pengurusan dari sekutu terdapat istilah sekutu statute dan mandater. Yang dimaksud dengan sekutu statuter adalah sekutu yang mengurus persekutuan perdata yang diatur sekaligus bersama-sama akta pendirian persekutuan perdata. Sekutu statuter tidak dapat diberhentikan kecuali atas dasar alasan-alasan berdasarkan hukum. Sedangkan yang dimaksud dengan sekutu mandater adalah sekutu yang mengurus persekutuan perdata yang diatur dengan akta tersendiri (akta khusus) sesudah persekutuan perdata berdiri. Kedudukan sekutu mandater sama dengan pemegang kuasa, sehingga sewaktu-waktu dapat dicabut. Pembebanan kepengurusan persekutuan perdata tersebut dilakukan dengan cara:1. Diatur sekaligus bersama dengan akta pendirian persekutuan perdata (gerant statutaire).2. Diatur dengan akta tersendiri sesudah pendirian persekutuan (gerant mandataire).Selain pengurus dari sekutu dalam persekutuan perdata juga terdapat pengurus bukan sekutu. Pengurus bukan sekutu adalah orang luar yang dianggap cakap dan diangkat sebagai pengurus persekutuan perdata yang ditetapkan dengan akta perjanjian khusus (pemberi kuasa) atau ditetapkan dalam akta pendirian persekutuan perdata.Berakhirnya persekutuan perdata diatur pada pasal 1646-1652 KUH Perdata dimana berakhirnya persekutuan perdata dapat terjadi karena hal-hal berikut:1. Lampaunya waktu yang telah diperjanjikan.2. Pengakhiran oleh salah satu atau beberapa sekutu.3. Musnahnya benda yang menjadi obyek persekutuan dan selesainya perbuatan yang menjadi bentuk persekutuan.4. Kematian salah satu sekutu, adanya pengampunan atau dinyatakan kepailitan terhadap salah satu sekutu.5. Pengakhiran berdasarkan alasan yang sah (oleh hakim).6. Selesainya perbuatan7. Adanya pengampunan atau kepailitan terhadap salah satu sekutu.Jika persekutuan perdata berakhir, maka harus dilakukan pemberesan segala urusan yang esensinya adalah penyelesaian hak dan kewajiban persekutuan. Ketika perseroan berakhir, diadakanlah pemisahan dan pembagian harta perseroan dengan ketentuan sebagai berikut:1. Setiap anggota mengambil kembali harga sero sebanyak jumlah yang disetorkan semula.2. Sisa harta yang merupakan laba dibagikan menurut ketentuan undang-undang.3. Apabila perseroan menderita kerugian, maka kerugian itu ditanggung oleh para anggotanya menurut ketentuan yang ada dalam perjanjian, jika tidak maka diatur sesuai dengan ketentuan UU.Persekutuan perdata dalam prakteknya banyak digunakan oleh masyarakat untuk berusaha atau berbisnis. Bentuk-bentuk persekutuan perdata yang ada dapat terjadi dengan scenario-skenario sebagai berikut:1. Persekutuan perdata dapat terjadi antara pribadi-pribadi yang melakukan suatu pekerjaan bebas (profesi).Misalnya: Asosiasi Akuntan, dokter, pengacara, dan lain-lain. Dalam bentuk ini, asosiasinya tidak menjalankan perusahaan tetapi mengutamakan anggotanya dan tidak menjadikan elemen modal organisatorisnya sebagai unsur utama.2. Persekutuan bertindak keluar kepada pihak ketiga secara terang-terangan dan terus menerus untuk mencari laba maka persekutuan perdata tersebut dikatakan menjalankan perusahaan.Misalnya: pengusaha A dan B membentuk persekutuan untuk melakukan usaha di bidang lain.3. Perjanjian kerja sama dari suatu transaksi sekali segera setempat.Misalnya: kerja sama membeli barang bersama-sama kemudian dijual dengan mendapatkan laba.

3. FirmaFirma adalah setiap persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama. Firma juga dapat didefinisikan sebagai persekutuan antara dua orang atau lebih untuk menjalankan usaha dengan memakai nama bersama dimana setiap anggota firma bertanggungjawab penuh atas segala hutang. Pada persekutuan dalam bentuk firma, keputusan satu anggota firma mengikat semua anggota. Dalam Pasal 16 KUH Dagang disebutkan bahwa yang dinamakan persekutuan firma ialah tiap-tiap persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama. Nama bersama dalam firma dapat berupa nama seorang sekutu, nama seorang sekutu dengan tambahan yang menunjukkan anggota keluarga, himpunan nama para sekutu atau sebagian sekutu, nama lain yang bukan nama sekutu atau keluarga atau nama bidang usaha perusahaan. Berdasarkan penjelasan tentang definisi dan tanggung jawab tersebut, dapat disimpulkan bahwa firma memiliki unsur-unsur pokok yang terdiri dari:1. Persekutuan Perdata (pasal 1618 KUH Perdata)2. Menjalankan perusahaan (pasal 16 KUH Dagang)3. Menggunakan nama bersama (pasal 16 KUH Dagang)4. Tanggung jawab sekutu bersifat pribadi untuk keseluruhan (pasal 18 KUH Dagang).Persekutuan firma bukan merupakan perusahaan yang berbentuk badan hukum, sehingga pihak ketiga tidak berhubungan dengan firma sebagai satu kesatuan melainkan dengan setiap anggota-anggota sendiri-sendiri. Walaupun bukan berbadan hukum, firma mempunyai harta kekayaan yang merupakan harta yang telah dikumpulkan dari setiap anggota persekutuan firma, sehingga pertanggung jawaban sekutu firma tidak terbatas pada pemasukkan yang dimasukkannya melainkan juga bertanggung jawab secara pribadi atas harta kekayaan milik pribadi terhadap persekutuan firma.Ketentuan-ketentuan tentang Firma diatur dalam pasal 16 KUH Dagang yang berbunyi: Perseroan di bawah firma adalah suatu persekutuan untuk menjalankan perusahaan di bawah nama bersama. Selain itu, Pasal 18 KUH Dagang menyebutkan inti dari firma, yaitu bahwa tiap-tiap anggota saling menanggung dan semuanya bertanggung jawab terhadap perjanjian firma tersebut. Agar lebih jelas peraturan-peraturan tersebut diperkuat oleh pasal 16 dan 18 KUH Perdata yang menyatakan bahwa persekutuan adalah suatu perjanjian, dimana dua orang atau lebih sepakat untuk bersama-sama mengumpulkan sesuatu dengan maksud laba yang diperoleh dibagi antara mereka.Cara pendirian firma, seperti halnya perseroan yang terdapat pada pasal 1624 KUH Perdata, cukup dengan mengadakan perjanjian konsensual. Syarat tertulis untuk mendirikan firma sebenarnya tidak diminta oleh KUH Dagang. Namun, diperlukannya akta autentik dalam pendirian firma adalah untuk membuktikan kedudukan para anggota firma, apabila kedudukan mereka dibantah atau diingkari oleh pihak ketiga. Dalam hal pendirian firma, Pasal 23 KUH Dagang mensyaratkan pendaftaran firma dalam sebuah register yang telah ditentukan untuk itu oleh Kepaniteraan PN dalam daerah hukumnya perseroan firma itu berkedudukan. Sedangkan pada Pasal 26 KUH Dagang ditentukan isi dari akta pendirian, yang meliputi nama, pekerjaan dan tempat tinggal para persero firma, penyebutan firma untuk umum atau hanya terbatas pada sesuatu mata perusahaan khusus, penunjukkan persero-persero yang dikecualikan dari hak menandatangani untuk firma, saat mulai berlaku dan berakhirnya perseroan firma dan bagian lain dari perjanjian guna menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap perseroan. Langkah-langkah pendirian firma dapat dijabarkan sebagai berikut:1. Para pihak yang berkehendak mendirikan firma menyiapkan akta yang didalamnya minimal memuat (Pasal 26 KUH Dagang):a. Nama lengkap, pekerjaan, dan tempat tinggal para pendiri firmab. Nama firma yang akan didirikan (termasuk juga tempat kedudukan firma)c. Keterangan kegiatan usaha yang akan dilakukan firma di kemudian harid. Nama Sekutu yang tidak berkuasa untuk menandatangani perjanjian atas nama firmae. Saat mulai dan berakhirnya firmaf. Klausula-klausula yang berkaitan dengan hubungan antara pihak ketiga dengan firma2. Akta tersebut dibuat sebagai akta otentik yang dibuat di hadapan notaris (Pasal 22 KUH Dagang)3. Akta otentik tersebut selanjutnya didaftarkan pada register Kepaniteraan Pengadilan Negeri dimana Firma berkedudukan (Pasal 23 KUH Dagang)4. Akta yang telah didaftarkan ke Pengadilan Negeri selanjutnya diumumkan dalam Berita Negara.Jika firma tidak didaftarkan dan diumumkan, menurut Pasal 29 KUHD perseroan tersebut akan berlaku untuk waktu yang tidak tertentu dan untuk segala macam usaha (didirikan dengan maksud umum) dan bahwa tak seorangpun anggotanya dikecualikan dari hak untuk bertindak bagi perseroan itu. Dalam hal permodalan firma tidak memiliki modal dasar, modal ditempatkan atau modal disetor yang disebutkan di dalam Akta Pendirian seperti halnya Perseroan Terbatas (PT) sehingga pada umumnya seluruh sekutu memiliki kewajiban yang sama diantara para sekutunya, dan seluruh sekutu juga memiliki tanggung jawab tidak terbatas terhadap utang perusahaan yang diakibatkan oleh salah satu sekutu dalam firma. Namun, dalam akta pendiriannya dapat juga diatur bahwa hanya beberapa sekutu saja yang memiliki kewajiban tertentu yang berbeda dengan sekutu lain dalam sebuah firma. Firma berbeda karakter dan pertanggung jawabannya dengan Persekutuan Perdata. Dalam Persekutuan Perdata, tanggung jawab atau kewajiban hukumnya terbatas pada sekutu yang melakukan perbuatan hukum atau transaksi tertentu.Berakhirnya suatu firma seperti halnya sebuah perseroan, dapat terjadi jika waktu yang ditentukan dalam perjanjian telah terlampaui, pengunduran diri anggota, meninggalnya salah seorang anggota, adanya kepailitan, atau menjalankan usaha yang tidak sesuai dengan akta pendirian, melanggar kesusilaan, atau ketertiban umum berdasarkan putusan hakim. Akan tetapi meskipun UU mengatur sedemikian rupa, dalam prakteknya ketentuan tersebut sering diabaikan. Pada pasal 31 KUH Dagang ditentukan bahwa, pembubaran suatu firma sebelum waktu yang ditentukan dalam perjanjian atau sebagai akibat dari pengunduran diri atau pemberhentian, harus dilakukan dengan akta otentik, didaftarkan pada PN dan diumumkan dalam berita negara, apabila keharusan tersebut tidak dilaksanakan pembubarannya tidak berlaku bagi pihak ketiga. Dalam hal pembubaran firma dikenal istilah likuidasi firma dimana pembubaran firma terjadi ketika semua anggota persekutuan firma setuju untuk menghentikan usahanya atau persekutuaan firma terpaksa berhenti karena hal-hal tertentu. Bila terjadi likuidasi, yang berhak menyelesaikan (likuidator) adalah:1. Orang yang ditunjuk untuk hal itu dalam akta pendirian2. Persero-persero yang dahulu mengurus perseroan3. Orang lain yang ditunjuk atas pemungutan suara oleh persero4. Bila suara terbanyak tidak tercapai, hakim dapat menentukan orang yang akan menyelesaikan likuidasi tersebut.Likuidator yang bukan anggota persero berkedudukan sebagai pemegang kuasa dalam perseroan.Salah satu faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya pembubaran suatu firma adalah kepailitan. Bila terjadi kepailitan, maka para persero pun akan jatuh pailit, karena utang perseroan juga menjadi utang mereka yang menjadi tanggungannya dengan seluruh harta kekayaan pribadinya. Dalam kepailitan, terdapat 2 jenis kreditor yaitu:1. Kreditor perniagaan, yaitu kreditor yang telah berniaga dengan perseroan firma2. Kreditor prive, yaitu kreditor yang karena sebab2 lain mempunyai piutang pada perseroan.Kreditor perniagaan memiliki prioritas pertama pelunasan piutangnya dari harta firma, sedangkan para kreditor prive tidak dapat menjalankan haknya atas harta firma, ia hanya dapat menuntut dari harta prive dari para persero masing-masing. 4. Persekutuan Komanditer (CV)Persekutuan komanditer merupakan suatu bentuk perjanjian kerja sama untuk berusaha bersama antara orang-orang yang bersedia memimpin, mengatur perusahaan, dan memiliki tanggung jawab penuh dengan kekayaan pribadinya, dengan orang-orang yang memberikan pinjaman, dan tidak bersedia memimpin perusahaan, serta memiliki tanggung jawab terbatas pada kekayaan yang diikutsertakan dalam perusahaan tersebut. Dengan kata lain persekutuan komanditer atau Commanditaire Vennootschap (CV) adalah sebuah perusahaan yang dibentuk oleh dua orang atau lebih, sehingga dalam CV ada dua macam anggota, yaitu: anggota aktif dan anggota pasif. Anggota aktif merupakan anggota yang mengelola usahanya serta bertanggung jawab penuh terhadap utang perusahaan, sedangkan anggota pasif merupakan anggota yang hanya menyetorkan modalnya saja dan tidak ikut mengelola perusahaan, bertanggung jawab sebatas pada modal yang disetorkan saja.Ketentuan-ketentuan tentang Perserikatan Komanditer (CV) diatur singkat hanya mulai pasal 19 pasal 21 KUH Dagang. Dalam Pasal 19 KUH Dagang, berbunyi: Persekutuan secara melepas uang yang dinamakan persekutuan komanditer didirikan antara satu orang atau beberapa sekutu yang secara tanggung-menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya pada pihak satu dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang pada pihak lain.Terdapat dua istilah sekutu yang terdapat pada persekutuan komanditer yaitu sekutu komanditer dan sekutu biasa. Sekutu komanditer (sekutu diam atau silent partner) adalah sekutu yang memasukkan inbreng ke dalam persekutuan. Sekutu komanditer berhak atas keuntungan persekutuan sebagaimana telah ditentukan dalam Anggaran Dasar persekutuan komanditer (CV). Apabila dalam Anggaran Dasar tidak ditemukan maka sekutu komanditermendapatkan keuntungan sebanding dengan jumlah pemasukan atau inbreng. Tanggung jawab kerugian sekutu komanditer hanya sebatas inbreng yang dimasukkan. Sekutu komanditer juga tidak boleh melakukan pengurusan meskipun dengan surat kuasa. Jika hal ini dilanggar maka Pasal 21 KUH Dagang memberi sanksi dimana sekutu komplementer bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan. Sekutu komplementer adalah sekutu aktif yang menjadi pengurus persekutuan, menjalankan perusahaan dan berhubungan dengan pihak ketiga. Dalam AD harus ditentukan sekutu kerja yang tidak diperkenankan bertindak keluar. Sekutu komanditer juga memiliki beban kerugian tidak terbatas.Dalam hal pendirian persekutuan komanditer, KUH Dagang tidak mengatur tentang pendirian, pendaftaran, maupun pengumumannya, sehingga persekutuan komanditer (CV) dapat diadakan berdasarkan perjanjian lisan atau kesepakatan para pihak saja (pasal 22 KUH Dagang). Dalam praktik, didirikan dengan Akta Notaris, kemudian didaftarkan di PN ditempat persekutuan dagang (CV) tersebut berkedudukan dan diumumkan dalam tambahan berita negara RI, kurang lebih sama dengan prosedur pendirian Firma. Perusahaan berbentuk CV merupakan bentuk usaha yang sederhana. Akan tetapi, jangkauan yang begitu luas sekali dengan memperhatikan aspek penghasilan dan sebagainya. Tanggungan pajak yang dibayar CV tidak sebesar pajak yang dibayar PT. Oleh karena itu, banyak orang yang memilih bentuk usaha ini yang dianggap memiliki nilai lebih berupa pemasukan keuntungan dari perusahaannya. Langkah-langkah mendirikan badan usaha Perserikatan Komanditer (CV):1. Persiapan a. Membuat kesepakatan antar pihak yang akan membentuk Perserikatan Komanditer (CV)b. Menyiapkan KTP pihak yang membentuk CVc. Menentukan calon nama yang akan digunakan oleh CVd. Menentukan tempat kedudukan CVe. Menentukan pihak yang akan bertindak selaku anggota aktif dan pihak yang akan bertindak selaku anggota pasiff. Menentukan maksud dan tujuan yang spesifik dari Perserikatan Komanditer tersebut2. Pendaftaran ke notarisUntuk mendapatkan akta notaris tentang pendirian CV3. Pendaftaran ke Pengadilan NegeriUntuk memperkokoh posisi CV, sebaiknya Perserikatan Komanditer yang telah didirikan dengan akta notaris didaftarkan pada pengadilan negeri setempat dengan membawa kelengkapan berikut:a. Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP)b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama CV yang bersangkutanPermodalan pada persekutuan komanditer (CV) berasal dari pemasukan yang dimasukkan sekutu komplementer dan sekutu komanditer baik berupa uang, barang atau tenaga saja, sedangkan harta kekayaan persekutuan komanditer terdiri atas pemasukan yang dimasukkan sekutu persekutuan komanditer ditambah dengan harta kekayaan pribadi sekutu komplementer, dengan demikian sekutu komanditer tidak bertanggung jawab secara pribadi terhadap persekutuan komanditer, sebab hanya sekutu komanditer hanya akan bertanggung jawab secara pribadi atas keseluruh jika ditugaskan melakukan pengurusan persekutuan komanditer.Karena persekutuan komanditer pada hakikatnya adalah persekutuan perdata (pasal 16 KUH Dagang), maka mengenai berakhirnya persekutuan komanditer sama dengan berakhirnya persekutuan perdata dan firma seperti yang tertuang dalam Pasal 1646 - pasal 1652 KUH Perdata. Berakhirnya persekutuan komanditer dapat terjadi ketika: 1. Lampaunya waktu yang diperjanjikan.2. Pengakhiran oleh salah seorang sekutu.3. Pengakhiran berdasarkan alasan yang sah.4. Selesainya suatu perbuatan.5. Musnahnya benda yang menjadi objek persekutuan.6. Kematian salah seorang sekutu.7. Adanya pengampuan atau kepailitan.