124
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MANDIRI PERKOTAAN LOKASI SIKLUS TAHUN KE 4 BB.03 KUMPULAN BAHAN SERAHAN PELATIHAN PENGUATAN BKM/UP/RELAWAN/LURAH

KUMPULAN BAHAN SERAHANkotaku.pu.go.id:8081/.../BB_Pelatkuat_BKM_tahun4_OK.pdf2 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 program – program air bersih, sanitasi, kesehatan

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

    PROGRAMNASIONAL

    PEMBERDAYAANMASYARAKAT

    MANDIRI MANDIRI

    P E R K O TA A N

    LOKASI SIKLUS TAHUN KE 4BB.03

    KUMPULAN BAHANSERAHANPELATIHAN PENGUATAN BKM/UP/RELAWAN/LURAH

  • Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 1

    KENAIKAN KELAS TINGKAT KELURAHAN

    ISU SIKLUS 1 SIKLUS 2 - 3 SIKLUS 4 PENGUATAN 1. Perencanaan Partisipatif  

    Metodologi Pengenalan metodologi dan prinsip – prinsip GG melalu i tahapan siklus

    Penguatan pelaksanaan siklus dan penerapan prinsip – prinsip GG

    Metodologi perencanaan partisipatif dan prinsip – prinsip GG diadopsi untuk perencanaan desa/kelurahan

    Penguatan implementasi metodologi perencanaan partisipatif dan prinsip – prinsip GG dalam perencanaan desa/kelurahan

    Pengenalan dan penguatan evaluasi program (tinjauan partisipatif)

    Evaluasi tahunan diadopsi dalam pelaksanaan pembangunan desa/kelurahan

    Pengembangan sistem evaluasi partisipatif untuk pembangunan desa/kel

    Orientasi Perencanaan Pengenalan mainstreaming DRM dalam PJM Pronangkis

    Penguatan mainstreaming DRM dalam PJM Pronangkis

    Mainstreaming DRM dalam Perencanaan Desa/kelurahan

    Mainstreaming DRM dalam Perencanaan Desa/kelurahan

    Pengenalan mainstreaming Gender dalam PJM Pronangkis

    Penguatan mainstreaming gender dalam PJM Pronangkis

    Mainstreaming Gender dalam Perencanaan Desa/kelurahan

    Mainstreaming Gender dalam Perencanaan Desa/kelurahan

    Maintreaming nangkis dalam perencanaan desa/kelurahan

    Maintreaming nangkis dalam perencanaan desa/kelurahan

    Minimal 1 – 2 isu MDGs , fokus pada sanitasi, air bersih, gizi dan peningkatan pendapatan

    Perluasan isu MDGs pada kesehatan dan pendidikan

    Pelayanan dasar Pelayanan dasar dan perluasan akses terhadap sumberdaya

    Harmonisasi/Sinergi/Channeling program

    PNPM Perkotaan

    Rintisan channeling minimal dengan Dinas terkait untuk

    Konsolidasi program2 nangkis (PNPM inti, penguatan, cluster 1,2 dan 3)

    Program – program masuk ke dalam skema perencanaan desa/kelurahan (berdasarkan

  • 2 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4

    program – program air bersih, sanitasi, kesehatan dan pendidikan

    ,channeling dengan swasta/lembaga non pemerintah

    kebutuhan yang tertuang dalam perencanaan Desa/kelurahan)

    Sinergi dengan Perencanaan Reguler (Musrenbang)

    - Rintisan sinergi PJM Pronangkis ke dalam musrenbang (penyesuaian waktu dan isu –isu)

    Perencanaan Desa/kelurahan dengan mainstream nangkis menjadi prioritas dalam musrenbang (pro poor planning )

    Perencanaan Desa/kelurahan dengan mainstream nangkis menjadi prioritas dalam musrenbang

    ISU SIKLUS 1 SIKLUS 2 - 3 SIKLUS 4 PENGUATAN 2. Kelembagaan BKM/LKM  

    Pengembangan Organisasi

    Pembentukan BKM/LKM dan perangkat organisasinya

    Pengembangan Forum BKM

    Pemilu ulang BKM/LKM

    Pengenalan peran – peran BKM dan UP sebagai pengambil kebijakan dan pelaksana PJM Pronangkis

    Pelaksanaan dan penguatan peran – peran BKM dan UP sebagai pengambil kebijakan dan pelaksana PJM Pronangkis

    Mitra kelurahan/desa dalam pelaksanaan pembangunan desa/kel bidang nangkis (pelaksana dan monitoring evaluasi perencaanaan desa/kel)

    Mitra kelurahan/desa dalam pelaksanaan pembangunan desa/kel bidang nangkis (pelaksana dan monitoring evaluasi perencanaan desa/kel)

    Pengambilan keputusan oleh BKM

    Pengambilan keputusan konsultasi BKM dan KSM

    Pengambilan keputusan konsultasi antara BKM, Kelurahan dan masyarakat

    Pengambilan keputusan konsultasi antara BKM, Kelurahan dan masyarakat

    Manajemen Rencana Kerja

    tahunan BKM dan UP

    • Rencana Kerja tahunan  Pemerintah Desa/kelurahan  

    • Rencana Kerja tahunan BKM dan UP  

    • Rencana Kerja tahunan  Pemerintah Desa/kelurahan  

    • Rencana Kerja tahunan BKM dan UP 

    Monitoring evaluasi pelaksanaan siklus

    Memperluas monev untuk menilai perkembangan KSM

    Bermitra dengan kelurahan dan lembaga lain untuk monev

    Bermitra dengan kelurahan dan lembaga lain untuk monev 

    Mendokumentasikan kegiatan

    Mempunyai sistem database

    Database nangkis kelurahan , integrasi

    Database nangkis 

  • Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 3

    – kegiatan pelaksanaan PJM Pronangkis

    nangkis sederhana

    dengan database nangkis kota/kab

    kelurahan , integrasi dengan database kota/kab  

    PPM berdasarkan standar program

    Mengembangkan sistem PPM yang tepatguna berbasis budaya lokal

    Jaringan PPM dengan kota/kab

    Jaringan PPM dengan kota/kab 

    Sumberdaya Keuangan PNPM menjadi sumberdaya utama

    Sumberdana berasal dari PNPM dan sumber lain

    Sumberdana utama berasal dari pemerintah daerah

    Sumberdana utama berasal dari pemerintah daerah

    Rencana keuangan sesuai kerangka PNPM MP

    Mempunyai perencanaan keuangan untuk kegiatan

    Mempunyai perencanaan keuangan dan sumberdaya

    Mempunyai perencanaan keuangan dan sumberdaya

    Pranata Melibatkan warga miskin dan perempuan berdasarkan PAD dalam perencanaan dan pengambilan keputusan

    Penguatan partisipasi warga miskin dan perempuan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan

    Pelibatan masyarakat miskin dan perempuan diadopsi oleh kelurahan/desa dalam pembangunan

    Pelibatan masyarakat miskin dan perempuan diadopsi oleh kelurahan/desa dalam pembangunan

    Memberikan akses informasi kepada warga mengenai PNPM MP melalui media yang dikembangkan oleh PNPM MP

    Memberikan akses informasi kepada warga mengenai program nangkis melalui media warga

    Memberikan akses informasi kepada warga untuk semua informasi pembangunan kelurahan/desa

    Memberikan akses informasi kepada warga untuk semua informasi pembangunan kelurahan/desa

    Pertanggungjawaban keuangan kepada PNPM MP dan masyarakat

    Pertanggungjawaban keuangan kepada berbagai pemberi dana dan masyarakat

    • Pertanggungjawaban keuangan kepada kelurahan dan masyarakat  

    • Sistem pertanggungjawaban diadopsi  untuk pembangunan desa/kelurahan  

    • Pertanggungjawaban keuangan kepada kelurahan dan masyarakat  

    • Sistem pertanggungjawaban diadopsi  untuk pembangunan desa/kelurahan 

    3. KSM  Pengembangan KSM terbentuk KSM Mempunyai  Mempunyai

  • 4 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4

    Kelompok mempunyai perencanaan kelompok dan kegiatan rutin

    perencanaan kelompok , keuangan  dan sumberdaya   

    perencanaan kelompok , keuangan dan sumberdaya

     

    Monev perkembangan kelompok dan tingkat kesejahteraan anggota dilakukan oleh BKM

    KSM mampu menilai perkembangan kelompok dan tingkat kesejahteraan 

    KSM mampu menilai perkembangan kelompok dan tingkat kesejahteraan

    Akses sumberdaya Sumber keuangan bergantung kepada BKM

    Sumber keuangan terutama dari BKM , ditambah dengan swadaya

    Sumber keuangan  utama dari lembaga dana/keuangan   di luar BKM dan swadaya  

    Sumber keuangan utama dari lembaga dana/keuangan di luar BKM dan swadaya

    Sumberdaya alam desa/kelurahan

    Sumberdaya alam kota/kab  

    Sumberdaya alam kota/kab

    Jaringan Ekonomi : Memulai usaha

    Akses pasar lokal kelurahan/kecamatan , pengembangan usaha

    Akses pasar yang lebih luas (jaringan kemitraan )  

    Akses pasar yang lebih luas (jaringan kemitraan )

    Sosial Memulai program sederhana

    Bekerjasama dengan lembaga – lembaga sosial tingkat kelurahan dan kecamatan

    Berjaringan dengan  lembaga – lembaga sosial yang lebih luas (kota/nasional)  

    Berjaringan dengan lembaga – lembaga sosial yang lebih luas (kota/nasional)

    Penerima manfaat Warga miskin (PS-2)

    Warga miskin Warga miskin  Warga miskin dan hampir miskin

    Pemerintah Kelurahan/Desa

    Mendukung PNPM MP

    Terlibat dalam proses perencanaan /siklus dan penguatan KSM

    Bermitra dengan BKM untuk mainstream nangkis dalam perencanaan desa/kel dan 

    Bermitra dengan BKM untuk mainstream nangkis dalam perencanaan desa/kel dan pelaksanaan pembangunan bidang kemiskinan

  • Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 5

    pelaksanaan pembangunan bidang kemiskinan  

    OUTPUT % kelurahan

    yang mempunyai PJM Pronangkis

    % kelurahan yang mempunyai PJM Pronangkis

    %  perencanaan kelurahan dengan mainstreaming nangkis  

    % perencanaan kelurahan dengan mainstreaming nangkis

    % PJM Pronangkis yang memuat isu MDGs infrastruktur dasar , pendapatan dan gizi

    % PJM Pronangkis yang memperluas isu MDGs kesehatan dan pendidikan

    %  perencanaan kelurahan/desa yang memuat semua isu MDGs  

    % perencanaan kelurahan/desa yang memuat semua isu MDGs

    '

    % warga miskin terlibat dalam siklus

    % Kelurahan yang melakukan review partisipatif

    % kelurahan/desa yang melakukan review pembangunan desa/kelurahan  

    kelurahan/desa yang melakukan review pembangunan desa/kelurahan

    % perempuan terlibat dalam siklus

    % PJM Pronangkis yang sinergi ke dalam proses musrenbang

    % Perencanaan desa/kelurahan yang terakomodir di dalam  perencanaan kota/kab  

    Perencanaan desa/kelurahan yang terakomodir di dalam perencanaan kota/kab

    % BKM terbentuk

    % warga miskin yang terlibat dalam siklus

    % warga miskin yang terlibat dalam perencanaan desa/kelurahan  

    warga miskin yang terlibat dalam perencanaan desa/kelurahan

    Jumlah KSM Terbentuk

    % perempuan yang terlibat dalam siklus

    % perempuan yang terlibat dalam perencanaan desa  

    perempuan yang terlibat dalam perencanaan desa

    % warga miskin yang mendapatkan pelayanan BKM

    % BKM yang mempunyai rencana kerja tahunan

    % BKM yang menjadi mitra kelurahan/desa dalam pelaksanaan pembangunan bidang nangkis

    BKM yang menjadi mitra kelurahan/desa dalam pelaksanaan pembangunan bidang nangkis

    % perempuan % Forum BKM % Forum BKM yang Forum BKM yang

  • 6 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4

    miskin yang mendapatkan pelayanan BKM

    terbentuk terlibat dalam musrenbang kecamatan dan kota/kab

    terlibat dalam musrenbang kecamatan dan kota/kab

    % lura/ka Des yang mendukung PNPM MP

    % KSM yang terlibat dalam pengambilan keputusan di BKM

    % KSM yang terlibat dalam pengambilan keputusan di tingkat desa/kelurahan

    % KSM yang terlibat dalam pengambilan keputusan di tingkat desa/kelurahan

    % BKM yang mengembangkan media warga dan menggunakannya untuk transparansi informasi

    % kelurahan/desa yang mengembangkan media warga dan menggunakannya untuk transparansi informasi

    % keluarahan/desa yang mengembangkan media warga dan menggunakannya untuk transparansi informasi

    % BKM yang melaksanakan RWT

    % keluarahan/desa yang melaksanakan RWT

    % keluarahan/desa yang melaksanakan RWT pembangunan desa

    % BKM yang melaksanakan audit keuangan

      % kelurahan/desa yang melaksanakan audit keuangan 

    % kelurahan/desa yang melaksanakan audit keuangan

    % BKM yang mempunyai sistem penilaian perkembangan kesejahteraan penerima manfaat

    %  Kelurahan yang mempunyai database nangkis   

    % Kelurahan yang mempunyai jaringan database nangkis kelurahan dengan kota/kab

    % KSM yang mempunyai perencanaan dan kegiatan rutin

    % KSM yang berjaringan dengan pasar lokal  

    % KSM yang berjaringan dengan pasar yang lebih luas

    % warga miskin yang terlayani oleh BKM

    % KSM yang berjaringan dengan lembaga –lembaga di tingkat kota/kab  

    % KSM yang berjaringan dengan lembaga –lembaga di tingkat kota/kab

    % perempuan miskin yang terlayani oleh BKM

    % warga miskin yang terlayani oleh BKM

    % warga miskin yang terlayani oleh BKM

    % anggota pemerintah kelurahan/desa

    % perempuan miskin yang terlayani oleh BKM

    % perempuan miskin yang terlayani oleh BKM

  • Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 7

    yang terlibat

    Tujuan Akhir Indikator Dampak Kegunaan dari Informasi Dampak

    Masyarakat miskin di lokasi PNPM Mandiri Perkotaan mendapat manfaat dari perbaikan sosial ekonomi dan tata kepemerintahan setempat

    Peningkatan akses ke pelayanan infrastruktur, ekonomi dan sosial di minimum 80% kelurahan pada tahun 2013.

    • Jumlah penduduk di daerah perkotaan yang mendapat akses ke jalan yang baik dalam rentang 500 meter di bawah proyek.

    Infrastruktur dibangun minimum 20% lebih murah dibandingkan dengan yang dibangun dengan pola tidak bertumpu pada masyarakat, di 80% kelurahan.

    Minimum 80% tingkat kepuasan pemanfaat terhadap peningkatan pelayanan dan tata kepemerintahan setempat.

    Minimum 90% pengaduan diselesaikan.

    Menentukan apakah PNPM memberikan dampak kesejahteraan sosial dan ekonomi sesuai dengan yang diharapkan.

    Indikator Sektor Inti Bank Dunia

    Hasil Antara Indikator Hasil Kegunaan Pemantauan Hasil

    Komponen 1:

    a. Kelompok masyarakat yang terorganisasi memiliki akses untuk menyuarakan pendapat dalam menyusun Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan.

    b. Pemerintah kota/kab memberikan pelayanan yang lebih baik untuk masyarakat miskin.

    Komponen 1:

    Min. 40% tingkat partisipasi kaum miskin dan kelompok rentan dalam pertemuan2 perencanaan dan pengambilan keputusan.

    Min. 40% tingkat kehadiran perempuan dalam pertemuan perencanaan dan pengambilan keputusan.

    Min. 30% penduduk dewasa mengikuti pemilihan LKM di tingkat RT/komunitas basis.

    LKM terbentuk di minimum 90% kelurahan.

    Min. 90% dari kelurahan telah menyelesaikan PJM Pronangkis dan telah selesai dan titerima dalam uji publik.

    Min. 80% Pemerintah Kota/Kabupaten menyediakan Dana Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB) sebesar min. 20%.

    Komponen 1:

    Menilai apakah rancangan pembentukan LKM dan PJM Pronangkis perlu diperbaiki .

    Menentukan apakah proses pemilihan LKM dan sosialisasi perlu diperbaiki.

    Komponen 2:

    Masyarakat mendapat peningkatan akses infrastruktur berdasarkan PJM Pronangkis.

    Komponen 2:

    Jumlah dari setiap kegiatan infrastuktur, ekonomi dan sosial yang diselesaikan di min. 80% kelurahan.

    Min. 70% dari infrastuktur yang dinilai memiliki kualitas baik.

    Min. 70% kelurahan dengan program pinjaman dana bergulir memiliki pinjaman beresiko (LAR) ≥ 3 bulan 125%.

    Min. 90% kelurahan dengan program pinjaman dana bergulir memiliki tingkat pengembalian modal tahunan >10%.

    Komponen 2:

    Menentukan apakah dibutuhkan peningkatan bantuan teknik di bidang tertentu.

    Komponen 3:

    Konsultan menyediakan bantuan teknik dan dukungan dalam pelaksanaan proyek

    Komponen 3:

    Min. 90% KMW menyediakan data secara akurat dan tepat waktu melalui SIM.

    Min. 70% LKM telah menyelesaikan audit keuangan tahunan

    Komponen 3:

    Menilai apakah bantuan teknik dan dukungan pelaksanaan perlu diperbaiki/ditingkatkan

    Menyediakan data yang akurat tepat waktu untuk pengambilan keputusan di tingkat manajemen.

     

    CAPAI AN

  • 8 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4

    PNPM Mandiri Perkotaan: Proses Pembelajaran Penyadaran Kritis Marnia Nes

    PNPM Mandiri Perkotaan, merupakan proses pembelajaran masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan. Proses pembelajaran sebenarnya adalah proses pendidikan, artinya perubahan dapat terjadi melalui proses pendidikan yang didampingi oleh Fasilitator di wilayah Kelurahan/Desa sasaran.

    Melalui proses belajar ini, diharapkan masyarakat mampu untuk merubah pola pikir dan sikap perilaku sebagai manusia yang bertanggungjawab untuk menjalankan fitrahnya sebagai manusia, yaitu manusia yang mampu memberikan potensi yang ada dalam dirinya untuk kesejahteraan diri dan lingkungannya.

    PNPM Mandiri Perkotaan mengawal proses pembelajaran ini melalui tahapan siklus, yaitu:

    Siklus

    Apa yang dipelajari?

    Prinsip Kemasyarakatan

    Nilai – nilai Pola pikir

    Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM)

    Partisipasi : masyarakat belajar memutuskan secara sadar upaya pemecahan masalah yang mereka butuhkan

    Keadilan dan kesetaraan: semua lapisan masyarakat berhak untuk mendapatkan informasi dan mengambil keputusan

    Masyarakat merupakan subyek pembangunan dan berhak untuk menentukan nasibnya sendiri tanpa paksaan dari pihak luar, tetapi berdasarkan kesadaran kritis mereka

    Refleksi Kemiskinan

    Partisipasi, terlibat untuk menentukan masalah utama kemiskinan secara transparan dan demokratis.

    Keadilan dan kesetaraan, saling memahami, dan saling perduli terhadap permasalahan orang lain.

    Kejujuran untuk mengakui permasalahan.

    Penyebab utama kemiskinan : lunturnya nilai – nilai kemanusiaan.

    Semua pihak bertanggungjawab dalam pemecahan masalah kemiskinan.

    Masyarakat mampu melakukan analisa sebab akibat permasalahan kemiskinan

  • Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 9

    Siklus

    Apa yang dipelajari?

    Prinsip Kemasyarakatan

    Nilai – nilai Pola pikir

    Pemetaan Swadaya

    Partisipasi, transparansi informasi dalam menggali potensi dan permasalahan bersama.

    Perduli terhadap permasalahan orang miskin, saling menghargai, saling memahami, kesetaraan dalam kegiatan,

    Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia, yang diperlakukan adil dan setara dengan memberi kesempatan yang sama untuk terlibat.

    Saling berbagi pengetahuan dan informasi (saling memberi)

    Masyarakat mampu melakukan kajian dan penelitian sederhana mengenai permasalahan di wilayahnya, karena masyarakatlah yang mempunyai pengetahuan terhadap permasalahan diri dan lingkungannya bukan ‘orang luar’.

    Masyarakat mempunyai potensi untuk memecahkan masalah tanpa harus selalu tergantung kepada bantuan pihak luar.

    Semua permasalahan kemiskinan baik itu masalah sosial, ekonomi maupun lingkungan bersumber dari sikap dan perilaku para pelaku pembangunan.

    Kemiskinan merupakan masalah bersama

    Pembangunan BKM

    Demokrasi,

    Partisipasi,

    Desentralisasi di dalam membangun kelembagaan milik warga masyarakat yang representative.

    Kejujuran, keadilan, kesetaraan, kerelawanan menjadi komitmen semua warga masyarakat.

    Masyarakat mampu untuk mengorganisir diri dalam menentukan siapa yang harus memimpin.

    Pemimpin yang dipilih adalah yang mempunyai kemampuan menggunakan potensinya untuk kesejahteraan orang lain, pemimpin yang mempunyai sikap mental positif artinya merupakan manusia yang berdaya (sejati).

  • 10 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4

    Siklus

    Apa yang dipelajari?

    Prinsip Kemasyarakatan

    Nilai – nilai Pola pikir

    PJM Pronangkis (perencanaan partisipatif)

    Partisipasi, transparansi, demokrasi dalam proses belajar menyusun rencana – rencana untuk memenuhi kebutuhan warga masyarakat sesuai dengan persoalan – persoalan yang dihadapi.

    Keadilan, kejujuran, dan kebersamaan dalam upaya memenuhi kebutuhan agar persoalan kemiskinan dapat ditanggulangi.

    Masyarakat mampu untuk merencanakan program .

    Masyarakat mempunyai tanggungjawab untuk perencanaan.

    Adil bukan beararti bagi rata, tetapi memberikan bantuan bagi yang paling membutuhkan.

    Pengembangan program tidak hanya bertumpu pada bantuan pihak luar akan tetapi bisa mengoptimalkan potensi yang ada di masyarakat.

    Pengorgani-sasian KSM

    Partisipasi, demokrasi, akuntabilitas, di dalam proses berhimpun/berkelompok sebagai bagian ‘modal sosial’.

    Kejujuran, keadilan, kesetaraan, saling perduli di antara anggota kelompok, saling memahami, saling menghargai , saling percaya

    Masyarakat mampu mengorganisasikan dirinya dalam kelompok

    Masyarakat

    Masayrakat miskin dapat dipercaya

    Di dalam setiap tahapan siklus proses belajar tersebut dilaksanakan dengan pendekatan kelompok melalui Diskusi Kelompok Terarah, rembug – rembug dan melaksanakan refleksi – refleksi bersama. Melalui diskusi – diskusi dan refleksi dalam kelompok, maka diharapkan terjadi dialog dan saling berbagi pengetahuan, berbagi informasi, berbagi sumberdaya, berbagi peluang yang artinya berbagi ‘sumber kekuasaan’ yang dilandasi oleh nilai – nilai kemanusiaan. Diharapkan pada akhirnya akan tumbuh keperdulian terhadap permasalahan orang lain dan lingkungan. Pendekatan ini juga dapat menciptakan pola – pola hubungan masyarakat yang setara dan sekat – sekat sosial diharapkan bisa terbongkar.

    Untuk mencapai tujuan belajar di atas, maka proses pendidikan yang dilaksanakan seharusnya pendidikan yang dapat memanusiakan manusia, dimana di dalamnya terkandung sikap dan perilaku dari pendidik (Fasilitator, relawan dan pihak lain) maupun peserta didik yang menjunjung tinggi nilai - nilai kemanusiaan (saling menghargai, adil,setara, dsb).

    Proses pendidikan sangat bergantung kepada paradigma pendidikan yang diyakini oleh pelaku pendidik ( dalam hal ini lembaga pengembang program/Pelaku PNPMM Perkotaan). Karena paradigrna pendidikan berimplikasi pada metode yang dipakai dalam prosesnya yang pada akhirnya akan berdampak pada kesadaran masyarakat.

  • Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 11

    Untuk menumbuhkan kesadaran kritis masyarakat, maka paradigma yang digunakan adalah paradigma pendidikan kritis. Dalam perspektif kritis, pendidikan semestinya bisa menciptakan ruang bagi masyarakat untuk mengidentifikasi secara bebas dan kritis menuju transformasi social. Masyarakat didorong untuk belajar mengidentifikasi, menganalisa pola - pola hubungan (interaksi) mereka dalam hidup bermasyarakat untuk membongkar sekat - sekat sosial sehingga terjadi hubungan yang setara dan adil. Hubungan sosial yang setara dan adil, tidak ada dominasi dari salah satu pihak, akan terjadi apabila masyarakat saling menghargai. saling memberi, saling memahami sehingga terjadi manusia - manusia yang berdaya (sejati).

    Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran yang memberdayakan tentu saja harusnya yang memungkinkan proses di atas terjadi. Oleh karena itu dalam PNPM Mandiri melode pembelajaran yang digunakan dalam proses pendampingan adalah Participatory Andragogy.

    Dalam pe!aksanaannya, pendekatan pendidikan tersebut menekankan pada pembelajaran yang dialogis dengan prinsip – prinsip:

    • Pendamping adalah Fasilitator, bukan Guru

    • Baik Pendamping maupun Masyarakat adalah warga belajar

    • Semua warga belajar adalah subjek, artinya hubungan di antara semua warga belajar adalah hubungan yang adil dan setara, sedangkan obyeknya adalah reahlas kehidupan masyarakat

    • Komunikasi yang dibangun, komunikasi multi arah

    • Semua warga belajar, menjadi narasumber bagi yang lainnya karena masing -masing mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang khas yang bisa dibagikan kepada yang lain sehingga akan 'memperkaya' pemahaman masing – masing.

    Dengan pernbelajaran yang dialogis di atas, dalam prosesnya diharapkan :

    • Tidak terjadi saling 'jegal' untuk kepentingan pribadi, maupun kelompok

    • Tidak ada diskriminasi

    • Tumbuh saling pemahaman terhadap permasalahan orang lain dan lingkungan, sehingga terjadi saling rnenghargai

    • Tumbuh kebersamaan

    • Tumbuh kepedulian, dsb

    Oleh karena itu fungsi Fasilitator adalah 'membongkar sekat - sekat sosial’, yang bisa memungkinkan proses di atas terjadi. Dalam PNPM Mandiri Perkotaan, proses beIajar tersebut dilaksanakan dalam tahapan siklus , artinya dalam memfasilitasi semua tahapan siklus seharusnya terjadi pembongkaran sekat -sekat yang menghilangkan dominasi dan diskriminasi dimana hal ini bisa terjadi dengan menumbuhkan nilal - nilai kemanusiaan. Oleh karena itu penumbuhan nilai - nilai (sikap perilaku) untuk membangun manusia yang berdaya (pemberdayaan sejati) menjadi pilar ulama dalam pendekatan pembelajaran PNPM Mandiri Perkotaan.

  • 12 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4

    Siklus PNPM Mandiri Perkotaan: Implementasi Daur Program Pembangunan Partisipatif

    Marnia Nes

    Siklus yang dikembangkan dalam intevensi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan merupakan pengejawantahan dari daur program pembangunan partisipatif dari mulai identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan sampai monitong evaluasi.

    Siklus 1: Rembug Kesiapan Masyarakat ( RKM ) Merupakan proses awal dalam siklus PNPM Mandiri Perkotaan. Siklus ini dilaksanakan karena PNPM Mandiri Perkotaan merupakan upaya penanggulangan kemiskinan yang diintervensi oleh pihak luar ( pemerintah ), sehingga masyarakat harus diberi kesempatan untuk mengambil keputusan berkehendak untuk menerima atau menolak PNPM Mandiri Perkotaan sebagai alternatif pemecahan masalah. Oleh karena itu RKM merupakan proses awal dari pengejawantahan pembangunan partisipatif, karena masyarakatlah yang berhak untuk menentukan apakah mereka akan melakukan upaya penanggulangan kemiskinannya sendiri.

    Apabila masyarakat memutuskan untuk menerima PNPM Mandiri Perkotaan, maka secara otomatis masyarakat harus mempunyai komitmen untuk melaksanakan upaya penanggulangan kemiskinan dengan koridor yang sudah dikembangkan oleh PNPM Mandiri Perkotaan, yaitu melaksanakan proses pembelajaran dalam daur penanggulangan kemiskinan secara partisipatif yang dikejawantahkan dalam tahapan siklus-siklus selanjutnya.

    Komitmen yang disepakati oleh masyarakat berimplikasi kepada beberapa konsekuensi yang harus dijalankan oleh mereka seperti: mengikuti pertemuan-pertemuan untuk melaksanakan setiap proses tahapan siklus, adanya motor penggerak yang bekerja dengan sukarela, kesediaan untuk bekerjasama dari berbagai pihak ( tokoh, masyarakat miskin, masyarakat non miskin, aparat pemerintah setempat, dll ), menyediakan dana swadaya untuk berbagai pertemuan dan pelatihan, dan sebagainya.

    Dengan mengetahui segala konsekuensi yang harus dihadapi diharapkan masyarakat betul-betul siap untuk menerima intervensi PNPM Mandiri Perkotaan bukan karena ’iming-iming’ BLM akan tetapi karena benar-benar mempunyai kehendak untuk melakukan upaya penanggulangan kemiskinan bersama-sama.

    Siklus 2: Refleksi kemiskinan Refleksi Kemiskinan dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran kritis masyarakat terhadap akar penyebab masalah kemiskinan. Kesadaran kritis ini menjadi penting, karena selama ini seringkali dalam berbagai program yang menempatkan masyarakat sebagai ’objek’ seringkali masyarakat diajak untuk melakukan berbagai upaya pemecahan masalah tanpa mengetahui dan menyadari masalah yang sebenarnya ( masalah dirumuskan oleh ’Orang Luar’ ).Kondisi tersebut menyebabkan dalam pemecahan masalah masyarakat hanya sekedar melaksanakan kehendak ’Orang Luar’ atau

  • Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 13

    karena tergiur dengan ’iming-iming’ bantuan uang, bukan melaksanakan kegiatan karena benar-benar menyadari bahwa kegiatan tersebut memang bermanfaat bagi pemecahan masalah mereka.

    Dalam pelaksanaannya, ada 2 hal penting yang harus dilakukan dalam Refleksi Kemiskinan, yaitu Olah Rasa dan Olah Pikir , sehingga pendalaman yang dilakukan melibatkan mental, rasa dan karsa.

    Olah Pikir; Proses ini merupakan analisis kritis terhadap permasalahan kemiskinan yang dihadapi masyarakat, untuk membuka mekanisme-mekanisme yang selama ini sering tidak tergali dan tersembunyi di dalamnya. Analisa kritis terhadap permasalahan kemiskinan sering juga disebut sebagai analisa sosial, artinya mencari secara kritis hubungan sebab akibat, sampai hal –hal yang paling dalam sehingga dapat ditemukan akar permasalahan kemiskinan yang sebenarnya. Setiap kondisi,baik itu eksternal maupun internal, harus ditelusuri dan kemudian dicari hubungan sebab akibatnya dalam suatu kerangka yang logis. Dalam hal ini setiap orang yang terlibat dalam refleksi belajar untuk berpikir analitis dan logis, sehingga diharapkan tumbuh kesadaran kritis terhadap berbagai penyebab kemiskinan yang berakar pada lunturnya nilai-nilai kemanusiaan seperti dapat dilihat dalam bagan di bawah ini.

    Olah Rasa adalah upaya untuk merefleksikan ke dalam terutama yang menyangkut sikap dan perilaku mereka terhadap permasalahan kemiskinan. Upaya olah rasa lebih menyentuh ’hati’ masing-masing orang yang terlibat dalam proses refleksi untuk merenungkan apa yang telah diperbuat, dilakukan, sumbangan apa yang telah diberikan untuk melakukan upaya penanggulangan kemiskinan dan bagi kesejahteraan dan perbaikan hidup masyarakat. Artinya dalam olah rasa lebih menitikberatkan kepada sikap dan perilaku yang berhubungan dengan nilai-nilai luhur manusia ( memanusiakan manusia ). Diharapkan akan tumbuh kesadaran masing-masing bahwa manusia yang berdaya adalah ’Manusia yang mampu menjalankan fitrahnya sebagai manusia, manusia yang berbeda dengan makhluk lain, yaitu manusia yang mampu memberi dan mengabdikan kehidupannya untuk kesejahteraan umat manusia’.

    Dari olah pikir dan olah rasa di atas, diharapkan cara pandang peserta yang terlibat dalam diskusi akan berubah dan berimplikasi pada:

    FISIK; LINGKUNGAN KUMUH,

    ILEGAL, DSB

    KEMI SK INAN

    POLITIK YANG TAK MEMBUKA AKSES KE

    KAUM MISKIN, KURANG PARTISIPASI

    EKONOMI YANG TAK MEMIHAK; TAK ADA

    KESEMPATAN, TAK ADA AKSES KE SUMBERDAYA,

    DSB

    SOSIAL YG SEGREGATIF; MARGINALISASI,

    INTERNALISASI BUDAYA MISKIN, DSB

    KEBIJAKAN YANG TAK BERPIHAK/

    ADIL

    INSTITUSI PENGAMBIL KEPUTUSAN

    YANG TAK MAMPU

    MENERAPKAN NILAI-NILAI UNIVERSAL

    KEMANUSIAAN

    PENYEBAB KEMISKINAN

    Penyebab tingkat 4

    Penyebab tk 3 Penyebab tk 2

    ORANG YANG TIDAK

    BAIK DAN MURNI

    Dampak Penyebab tk 1

  • 14 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4

    Kesadaran bahwa seharusnya mereka tidak menjadi bagian yang menambah persoalan, tetapi merupakan bagian dari pemecahan masalah dengan cara berkehendak untuk memelihara nilai-nilai luhur kemanusiaan.

    Tumbuhnya pemahaman bahwa sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur, merupakan awal dari tumbuhnya modal sosial, sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan pihak luar terhadap masyarakat setempat.

    Tumbuhnya kesadaran untuk malakukan upaya perbaikan, yang dimulai dari diri sendiri. Sehingga setiap anggota masyarakat seharusnya mampu untuk memberikan sumbangan (baik tenaga, waktu,pikiran, ruang bagi kelompok lain untuk berpartisipasi, berdemokrasi, dsb) untuk bersama-sama menanggulangi masalah kemiskinan (baca: untuk kesejahteraan masyarakat)

    Proses Refleksi kemiskinan secara rinci dapat dilihat pada Buku seri siklus : ” Panduan Diskusi Refleksi Kemiskinan”-PNPM Mandiri Perkotaan.

    Siklus 3: Pemetaan Swadaya Dalam proses identifikasi kebutuhan masyarakat, siklus lanjutan dari Refleksi Kemiskinan adalah Pemetaan Swadaya. Dalam siklus ini masyarakat melakukan proses belajar untuk:

    Menggali informasi: bagaimana kondisi nyata dari masalah-masalah yang dikemukakan dan dirumuskan pada saat refleksi kemiskinan (sosial, ekonomi, lingkungan, kelembagaan, kepemimpinan)? Masalah-masalah tersebut harus didukung oleh data dan fakta, sehingga diperlukan proses penelitian untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan.

    Mengkaji, informasi dan fakta yang sudah didapatkan dianalisa dan dikaji bersama. Proses ini merupakan analisa kritis terhadap berbagai kondisi yang ada berdasarkan informasi dan fakta tadi untuk dicari sebab akibatnya termasuk kelompok-kelompok yang terkena dampak dari masalah yang ada (kelompok sasaran). Setiap informasi yang muncul dianalisa apakah hal tersebut merupakan masalah yang sebenarnya atau hanya merupakan gejala saja.

    Merumuskan masalah: Pada tahapan ini masalah yang sudah ditemukan dan disepakati bersama dikelompokkan (pengorganisasian masalah), kemudian dianalisa hubungan sebab akibatnya dengan kembali membuat pohon masalah seperti yang dilakukan dalam refleksi kemiskinan. Dengan demikian dalam melakukan analisa kritis akan terjadi proses refleksi yang berulang-ulang. Artinya refleksi kemiskinan tidak hanya terjadi pada saat siklus yang pertama akan tetapi terus dilakukan dalam siklus Pemetaan swadaya.

  • Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 15

    Pada pelaksanaannya proses penggalian informasi, analisa masalah, dan perumusan masalah seringkali tidak berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi merupakan proses yang dilaksanakan sekaligus. Metode dan teknik yang dikembangkan untuk Pemetaan Swadaya merupakan metode yang lebih menekankan pada proses diskusi masyarakat. Alat kajian (tools) yang dikembangkan adalah alat untuk mengajak masyarakat terlibat dalam proses penggalian informasi, analisa dan perumusan masalah/kebutuhan, sehingga melalui proses tersebut sebetulnya masyarakat yang terlibat menjadi peneliti bagi dirinya dan kehidupan lingkungannya sendiri.

    Dengan terlibat dalam proses Pemetaan Swadaya masyarakat diharapkan mampu untuk:

    Memahami persoalan nyata mereka sendiri yang berdasarkan kepada fakta dan informasi yang ada, sehingga yang mereka rumuskan bukan daftar keinginan tetapi daftar kebutuhan yang bermanfaat untuk lingkungannya terutama dalam rangka penanggulangan kemiskinan.

    Pemecahan masalah (pemenuhan kebutuhan) tidak didasarkan kepada kehendak dan semata-mata bantuan ’orang luar’ akan tetapi lebih banyak mengutamakan kemampuan sumberdaya dan swadaya masyarakat.

    Bagi ’orang dalam’ (masyarakat) kegiatan ini menjadi proses belajar dan penyadaran tentang keadaan kehidupan dan lingkungan yang mereka hadapi, sehingga diharapkan terjadi pemahaman terhadap kondisi warga di lingkungannya ( mengapa si A miskin, bagaimana kondisi si B , dsb ). Penyadaran ini merupakan renungan terhadap permasalah dirinya dan orang lain di lingkungannya sehingga diharapkan tumbuh kepedulian terhadap warga sekitar dan mencari jalan keluar dari keadaan-keadaan yang dianggap mengganggu ( masalah ).

    Bagi ’orang luar’ ( lembaga pengembang program ). Kegiatan ini merupakan proses belajar dan ’penyadaran’ dalam memahami keadaan masyarakat , serta cara pandang dan nilai-nilai

    KEM I SK I NAN

    POLITIK YANG TAK MEMBUKA AKSES KE

    KAUM MISKIN, KURANG PARTISIPASI

    EKONOMI YANG TAK MEMIHAK; TAK ADA

    KESEMPATAN, TAK ADA AKSES KE SUMBERDAYA,

    DSB

    SOSIAL YANG SEGREGATIF;

    MARGINALISASI, INTERNALISASI BUDAYA

    MISKIN, DSB

    FISIK; LINGKUNGAN KUMUH,

    ILEGAL, DSB

    KEBIJAKAN YANG TAK BERPIHAK/

    ADIL

    INSTITUSI PENGAMBIL KEPUTUSAN

    YANG TAK MAMPU

    MENERAPKAN NILAI-NILAI UNIVERSAL

    KEMANUSIAAN

    PENYEBAB KEMISKINAN Penyebab tingkat 4

    Penyebab tk 3 Penyebab tk 2

    ORANG YANG TIDAK

    BAIK DAN MURNI

    Dampak Penyebab tk 1

    Kajian Kelembagaan

    Kajian kebijakan

    Kajian kepemimpinan

    Berbagai kajian masalah ekonomi, lingkungan dan sosial KKmiskin

  • 16 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4

    masyarakat yang mempengaruhi kehidupan mereka. Proses belajar ini juga akan menimbulkan dukungan masyarakat terhadap program yang didampinginya, apabila benar-benar berdasarkan kebutuhan-kebutuhan masyarakat, serta program kemudian dikembangkan oleh masyarakat sendiri.

    Proses Pemetaan Swadaya secara rinci dapat dilihat dalam ’ Buku Siklus PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Pelaksanaan Pemetaan Swadaya ’

    Siklus 4 a: Pembangunan BKM/LKM Siklus ini merupakan jawaban dari kebutuhan masyarakat terhadap adanya organisasi masyarakat warga yang mampu menerapkan nilai-nilai luhur yang dimotori oleh pemimpin yang mempunyai kriteria yang sudah ditetapkan oleh masyarakat sebagai jawaban dari hasil analisa kelembagaan dan refleksi kepemimpinan yang sudah dilaksanakan dalam siklus Pemetaan Swadaya.

    Organisasi masyarakat warga yang dibangun bisa berbentuk paguyuban atau perhimpunan yang mempunyai ciri-ciri:

    Adanya kesetaraan dimana komunitas terbentuk sebagai himpunan warga yang setara di suatu kelurahan.

    Setiap anggota atau warga berhimpun secara proaktif, yaitu telah mempertimbangkan berbagai aspek sebelum bertindak , karena adanya ikatan kesamaan (commond bond ), seperti kepentingan, persoalan, tujuan, dsb

    Tiap anggota atau warga berhimpun secara sukarela, bukan karena terpaksa

    Membangun semangat saling percaya

    Bekerjasama dalam kemitraan

    Secara damai memperjuangkan berbagai hal, termasuk dalam hal ini menanggulangi kemiskinan

    Selalu menghargai keragaman dan dan hak azasi manusia sebagai dasar membangun sinergi

    Menjunjung nilai-nilai demokrasi dalam setiap keputusan yang diambil dan secara intensif melakukan musyawarah

    Selalu mempertahankan otonomi atau kemerdekaan dari bebagai pengaruh kepentingan

    Mampu bekerja secara mandiri

    Posisi organisasi masyarakat warga:

    Di luar institusi pemerintah

    Di luar institusi militer

    Di luar institusi agama

    Di luar institusi pekerjaan atau usaha

    Di luar institusi keluarga

    Organisai Masyarakat Warga ( paguyuban atau perhimpunan ) tersebut dipimpin oleh pemimpin kolektif, yang beranggotakan antara 9 sampai 11 orang. Lembaga Kepemimpinan Kolektif ini secara

  • Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 17

    generik diberi nama ’BKM/LKM ’. Kriteria pemimpin kolektif ini ditentukan oleh masyarakat yang dilakukan dalam refleksi kepemimpinan.

    Tahapan pembentukan ’BKM’/LKM , yaitu:

    Membentuk panitia pemilihan yang dipilih oleh warga masyarakat. Panitia menyusun mekanisme pemilihan yang akan dipilih di kelurahan/desa setempat. Proses pemilihan anggota BKM/LKM adalah rahasia, tanpa pencalonan dan tanpa kampanye.Setiap warga dewasa pada masyarakat setempat menuliskan beberapa nama yang menurut mereka memenuhi kriteria yang telah disepakati, artinya anggota BKM/LKM yang dipilih adalah yang merefresentasikan nilai-nilai luhur , bukan atas dasar keterwakilan wilayah, agama, ras, golongan, dan lain sebagainya.

    Mekanisme pemilihan dilakukan berjenjang dari RT, RW, Kelurahan/Desa berdasarkan pada kohesifitas ( keakraban-hubungan sosial ) di antara warga masyarakat setempat. (mekanisme pemilihan dapat dilihat pada ’Buku Panduan Pembentukan BKM/LKM ).

    Membentuk Tim Perumus untuk menyusun draft AD/ART BKM/LKM . Draft AD/ART yang sudah disusun kemudian diuji publik dengan cara melakukan rembug-rembug dengan komunitas-komunitas di kelurahan/desa setempat. Langkah selanjutnya draft yang sudah diperbaiki berdasarkan hasil uji publik dibahas dan disahkan pada rembug warga tingkat kelurahan/desa pada saat pemilihan anggota BKM/LKM tingkat kelurahan/Desa.

    Setiap warga kelurahan/desa setempat berhak sebagai pemilih.

    Siklus 4 b : Pengembangan KSM Kelompok Swadaya Masyarakat adalah kelompok sosial pada tingkat akar rumput, yang mempunyai kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan , ekonomi dan pemeliharaan lingkungan. Dalam PNPM Mandiri Perkotaan diharapkan warga miskin dapat terlibat dan menerima manfaat dari kelompok ini, dengan cara menjadi anggotanya dan diperlakukan adil seperti anggota masyarakat yang lainnya.

    Pengembangan KSM tidak harus membentuk baru, tetapi bisa menggunakan kelompok-kelompok sosial yang sudah ada di masyarakat asalkan warga miskin mempunyai peluang untuk terlibat di dalam kelompok, dan penerima manfaat langsung ( bantuan program ) adalah warga miskin. . Oleh karena itu hasil identifikasi kelompok sosial, hubungan sosial, modal sosial dan hasil kajian ekonomi dan lingkungan dalam siklus Pemetaan swadaya menjadi dasar untuk pengelompokkan masyarakat, terutama bagaimana strategi agar warga miskin terlibat.

    Kegiatan-kegiatan dalam satu kelompok bisa gabungan antara kegiatan ekonomi, kegiatan sosial maupun kegiatan lingkungan. Contoh-contoh kegiatan yang dapat dikembangkan adalah: kegiatan simpan-pinjam anggota kelompok, bantuan pinjaman modal usaha untuk anggota kelompok miskin, kartus sehat, tabungan pendidikan dan sebagainya. Paling penting adalah bahwa kelompok ini dibentuk atau dikembangkan bukan untuk menjadi pembenaran untuk mendapatkan bantuan uang dari PNPM Mandiri Perkotaan, akan tetapi menjadi wahana bersama untuk saling belajar memecahkan masalah, saling peduli dan menghargai di antara anggotanya dan kalau sudah semakin berkembang dapat menumbuhkan kepercayaan (trust) dari pihak luar.

    Siklus 5: PJM Pronangkis PJM pronangkis merupakan perencaan partisipatif warga untuk mengembangkan program penanggulangan kemiskinan, baik jangka pendek selama satu tahun maupun jangka menengah

  • 18 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4

    selama 3 tahun. Program yang dikembangkan berdasarkan hasil kajian masalah (kebutuhan) dan analisa potensi dalam Pemetaan Swadaya.

    Walaupun siklus ini merupakan siklus lanjutan dari pemetaan swadaya akan tetapi pelaksanaannya setelah pembangunan BKM/LKM dan pengembangan KSM. Kegiatan ini dillakukan belakangan, dengan dasar pemikiran bahwa anggota BKM/LKM lah yang akan mengambil keputusan untuk pengembangan program-program mana dari kebutuhan masyarakat yang menjadi prioritas untuk dikembangkan. Di sisi lain penerima manfaat dari program ini diprioritaskan warga miskin yang sudah diidentifikasi dalam pemetaan swadaya, dan tergabung dalam KSM, sehingga KSM dibentuk bukan karena adanya Pronangkis tetapi justru sebaliknya penerima manfaat program didasarkan kepada KSM yang sudah ada.

    Dalam pengembangan PJM pronangkis, sumberdaya baik manusia maupun sumberdaya lainnya diharapkan bukan hanya dari PNPM Mandiri Perkotaan, akan tetapi harus dipikirkan pemenuhannya dari swadaya masyarakat, Dinas/pemerintah setempat dan lembaga-lembaga lain yang mempunyai program yang sejalan dengan PJM Pronangkis yang disusun oleh masyarakat.

    Setelah satu tahun program berjalan, dilakukan evaluasi tahunan untuk melihat dan mengkaji kembali apakah program yang dikembangkan sudah tepat tujuan dan tepat sasaran dan bagaimana hasilnya. Kegiatan ini juga sekaligus untuk memperbaharui data-data yang ada, sehingga kesalahan-kesalahan akan segera dapat ditemukan dan dapat diperbaiki. Berdasarkan hasil evaluasi kemudian dilakukan perbaikan-perbaikan program apabila diperlukan.

    Kaitan siklus P2KP dengan Daur Program

    Siklus PNPM Mandiri Perkotaan diharapkan dapat berjalan terus dalam satu daur program pembangunan partisipatif sehingga tidak akan berhenti setelah PJM pronangkis. Artinya kegiatan masyarakat untuk menjalankan siklus bukan hanya terhenti sebatas proyek, akan tetapi menjadi kegiatan yang berkelanjutan dan melembaga di masyarakat. Intervensi PNPM Mandiri Perkotaan hanya mengawali proses belajar masyarakat, diharapkan dari proses belajar ini masyarakat bisa mengembangkan pemecahan masalahnya secara mandiri, sehingga civil society yang diidam- idamkan dapat terwujud yang akan berdampak pada pengurangan masalah-masalah kemiskinan.

  • Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 19

    Tahapan Musrenbang

  • 20 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4

    PENGERTIAN DASAR TERKAIT MUSRENBANG DESA/KELURAHAN (Panduan Penyelenggaraan Musyawarah perencanaan pembangunan Desa/Kelurahan,Ditjen Bina Bangda Departemen Dalam Negeri,Forum Pengembangan Partisipasi masyarakat, Januari 2008)

    Desa dan Kelurahan Pengertian tentang Desa dan Kelurahan dituangkan dalam dua buah Peraturan Pemerintah yaitu: PP No. 72/2005 tentang Desa dan PP No. 73/2005 tentang Kelurahan. Menurut PP No. 72/2005, Desa adalah “kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Sedangkan Kelurahan menurut PP No. 73/2005 adalah “wilayah kerja lurah sebagai perangkat Daerah Kabupaten/Kota dalam wilayah kerja Kecamatan”.

    Dari dua pengertian diatas maka terlihat perbedaan yang cukup mendasar antara entitas desa dan kelurahan yaitu adanya perbedaan dalam hal kewenangan. Desa memiliki kewenangan dan hak untuk mengurus wilayahnya sesuai dengan aspirasi masyarakat yang hidup di wilayah desa bersangkutan.Sedangkan Kelurahan tidak memiliki kewenangan seluas desa karena kelurahan adalah tak lain merupakan organisasi perangkat daerah yang diberi kewenangan untuk menjalankan tugas pokok yang terbatas yaitu urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.

    Perbedaan-perbedaa inilah yang akan menentukan posisi dan peran musrenbang terhadap pembangunan di desa dan kelurahan. Untuk desa, musrenbang desa memiliki peran penting dalam mendorong otonomi desa. Sedangkan untuk kelurahan, musrenbang kelurahan merupakan bagian dari kerja organisasi Kelurahan dalam hal perencanaan pemabangunan di daerah.

    Musrenbang dan Otonomi Desa Otonomi desa dimaksudkan agar upaya pembangunan dan peningkatan kesejahteraan desa menjadi lebih cepat terwujud melalui pemberian kewenangan kepada desa untuk menyusun program yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakatnya. Hal ini tidak akan terjadi bila pembangunan desa masih ditentukan dan dirancang secara sentralistik seperti pada masa lalu. Musrenbang desa sebagai salah satu tugas dan kewenangan desa selaku unit otonom, merupakan proses yang penting bagi desa untuk membangun desanya sendiri. Musrenbang

  • Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 21

    desa jangan sampai dipersempit artinya menjadi kegiatan rutin hanya untuk mengisi formulir daftar usulan kegiatan yang akan dibawa ke musrenbang kecamatan. Musrenbang desa yang diharapkan adalah sebagai sebuah forum publik yang benar-benar menjadi bagian dari berjalannya otonomi desa. Agar hal ini dapat benar-benar terjadi, UU No.32/tahun 2004 yang diperkuat dengan Peraturan Pemerintah No.72/tahun 2005 tentang Desa menyebutkan ketentuan minimal 10% dari APBD diperuntukan sebagai Alokasi Dana Desa (ADD) sebagai hak desa untuk memperoleh sumber pembiayaan pembangunan desa dari pemerintah di atasnya.

    Musrenbang dan Kelurahan Musrenbang kelurahan bagi organisasi kelurahan adalah bagian dari mekanisme perencanaan pembangunan di daerah untuk merumuskan kegiatan-kegiatan pembangunan terutama yang menjadi kewenangannya. Hasil musrenbang kelurahan akan digunakan untuk menyusun Rencana Kerja Kelurahan dan merumuskan prioritas permasalahan dan indikasi kegiatan yang merupakan kewenangan pemerintah daerah untuk diajukan ke musrenbang kecamatan. Selain itu, sebagai bagian fungsi kelurahan untuk mendorong urusan kemasyarakatan, musrenbang kelurahan pun dapat menjadi sarana bagi pemerintah kelurahan dengan masyarakat untuk merumuskan kegiatan pembangunan swadaya masyarakat kelurahan maupaun kegiatan yang diusulkan untuk diajukan dibiayai

    melalui Pos Bantuan APBD.

    Konsep Payung Musrenbang Desa/Kelurahan

    Perencanaan-penganggaran partisipatif Sebagai bagian dari tatanan desa yang demokratis, Musrenbang Desa/Kelurahan lebih memungkinkan untuk melibatkan warga seluas-luasnya ketimbang musrenbang di tingkat kabupaten/kota dan di atasnya. Konsep payung musrenbang adalah perencanaan-penganggaran partisipatif (participatory planning and budgeting). Perancanaan dan penganggaran merupakan proses

    yang tidak terpisahkan. Penyusunan rencana kerja desa membutuhkan sumber anggaran, sebab kalaun tidak tersedia anggaran atau sumber daya lainnya, rencana kerja tersebut hanya akan menjadi dokumen kertas saja. Artinya, dokumen perencanaan yang disebut RKP Desa dan dokumen anggaran yang disebut APB Desa merupakan dua sisi uang logam yang diperlukan sebagai acuan desa menjalankan pembangunan bagi kemajuan dan peningkatan kesejahteraan warganya.

    Perencanaan-penganggaran yang berpihak kepada kelompok miskin (pro-poor) dan perempuan (pro-gender) Perkembangan selanjutnya dari konsep perencanaan-penganggaran partisipatif (participatory planning and budgeting) yang berpihak kepada kelompok miskin (pro-poor) dan perempuan (pro-gender). Kedua konsep ini berkembang sebagai kritik bahwa kelompok miskin dan perempuan sering diwakili oleh kelompok elit dan laki-laki. Budaya masyarakat menyebabkan perempuan

    seringkali tidak berperan di sektor publik dan urusan pembangunan dianggap sebagai ’urusan laki-laki’. Peminggiran ini harus diubah dan mereka seharusnya hadir, ikut bermusyawarah dan juga ikut menerima manfaat langsung dari program dan anggaran pembangunan.

  • 22 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4

    Perencanaan-penganggaran yang berpihak kepada kelompok miskin/perempuan dapat diartikan sebagai: (1) Prosesnya melibatkan kalangan marjinal/perempuan yang biasanya tidak ikut hadir dan tidak ikut bersuara dalam forum publik; (2) Hasil rencana kerja yang disusun menetapkan kelompok miskin/perempuan sebagai sasaran kegiatan atau penerima manfaat; (3) Alokasi anggaran untuk kegiatan dengan kelompok miskin/perempuan sebagai sasaran atau penerima manfaat langsung.

    Tata pemerintahan yang baik (good governance) Dengan bergulirnya otonomi daerah, diharapkan desa/kelurahan menjalankan peran pembangunan untuk mewujudkan tatapemerintahan yang baik dan bersih (clean and good governance). Hal ini hanya dapat terjadi apabila tiga pilar tata pemerintahan, menjalankan peran dan fungsinya masing-masing. Ketiga pilar itu adalah:

    Pemerintah desa/kelurahan (government);

    Warga masyarakat (citizen); dan

    Kalangan usaha/swasta (private sector).

    Apabila salah satu pilar dari tatapemerintahan itu timpang, maka akan sulit tercapai tata pemerintahan yang baik. Warga masyarakat perlu bersikap mengkoreksi jalannya pemerintahan desa/kelurahan dan pembangunan sebagai warga yang baik. Sebaliknya pemerintah desa/kelurahan menerima masukan masyarakat sebagai bagian dari keterbukaan dan tanggung gugatnya. Sedangkan kalangan usaha/swasta berkontribusi terhadap peningkatan ekonomi lokal dengan membuka peluang kerja, menjalankan kewajiban seperti membayar pajak, memperhatikan kelestarian lingkungan, dan menjalankan tanggung jawab sosial lainnya.

    Demokrasi desa (village democracy) Khusus untuk otonomi desa, perkembangannya terjadi sebagai suatu upaya mengembalikan kedaulatan desa sebagai bagian dari bergulirnya reformasi dan pengembangan demokrasi di Indonesia. Impian besar otonomi desa adalah membangun tatapemerintahan desa yang demokratis. Karena desa merupakan unit yang kecil, dapat diterapkan konsep demokrasi partisipatoris yang bercirikanketerlibatan warga langsung dalam berbagai proses publik. Berbeda dengan unit pemerintahan lainnya yang lebih menerapkan demokrasi perwakilan. Apa yang dimaksudkan dengan sistem demokrasi desa? Yaitu tatapemerintahan yang menempatkan warga sebagai pemilik kedaulatan dan menyerahkan mandat kepada pemimpin (pemerintah desa). Artinya, pemimpin terpilih harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan mandatnya kepada warga antara lain dalam bentuk Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Kepala Desa (Tahunan). Secara konsep, sebuah desa dianggap demokratis bila prinsip-prinsip dasar sistem demokrasi dapat dijalankan.

  • Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 23

    Istilah-istilah Penting Musrenbang

    RKP Desa dan Renja SKPD Kelurahan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP Desa) merupakan dokumen yang disusun sebagai produk musrenbang. Kepala Desa membentuk Tim Penyusun RKP Desa yang bertugas membuat rancangan awal RKP desa untuk dipaparkan di dalam pelaksanaan Musrenbang Desa/Kelurahan dan kemudian diperbaiki penjabaran kegiatannya berdasarkan kesepakatan di musyawarah. Rancangan awak RKP Desa ini hanya dapat disusun pada saat persiapan (pra musrenbang) bila desa telah memiliki dokumen Rencana Program Jangka Menengah Desa (RPJM Desa). Bila belum ada RPJM Desa, RKP Desa disusun paska pelaksanaan musrenbang berdasarkan usulan kegiatan prioritas yang disepakati dalam musyawarah.

    Untuk kelurahan, dokumen ini disebut Renja SKPD Kelurahan.

    RPJM Desa dan Renstra Kelurahan Rencana Program Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) merupakan dokumen rencana desa yang disusun untuk jangka waktu 5 tahun. Dokumen ini harus diacu dalam pembahasan usulan kegiatan di musrenbang sehingga sebaiknya rancangan awal RKP Desa disusun berdasarkan dokumen ini, dipaparkan di musrenbang dan diperbandingkan dengan hasil kajian kondisi dan persoalan desa terkini, sehingga kemudian terjadi penyesuaian kembali. Mengapa harus menyusun RPJM Desa? Berdasarkan hasil kajian, rencana pembangunan jangka pendek (tahunan) yang terputus-putus ternyata tidak berdampak perubahan yang berarti. Agar rencana program berkesinambungan diperlukan kerangka program jangka menengah untuk menjadi rujukan penyusunan rencana kerja tahunan.

    Untuk kelurahan, dokumen ini disebut Rencana Strategis (Renstra) Kelurahan.

    Alokasi Dana Desa (ADD) Alokasi Dana Desa adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota untuk desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota (Pasal-1 UU No.72/tahun 2005). Dana dari Kabupaten/Kota yang diberikan langsung kepada Desa untuk dikelola oleh Pemerintah Desa, dengan ketentuan 30% (tigapuluh per seratus) digunakan untuk biaya operasional pemerintah desa dan BPD dan 70% (tujuh puluh per seratus) digunakan untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat. (Penjelasan Pasal-68 ayat 1 point c UU No.72/tahun 2005).

    ADD merupakan salah satu komponen APB Desa yang paling utama saat ini karena kebanyakan desa belum mengembangkan pendapatan asli desa yang cukup besar. ADD merupakan hak desa untuk memperoleh anggaran untuk menyelenggarakan pembangunan bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakatnya. Untuk kelurahan, terdapat Pos Bantuan APBD yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa) Menurut PP No.72 tahun 2005, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat APB Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD, yang ditetapkan dengan Peraturan Desa (Pasal 1 ayat 12).

  • 24 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4

    Rancangan APB Desa dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa (Pasal 73 ayat 2). Kepala Desa bersama BPD menetapkan APB Desa setiap tahun dengan Peraturan Desa (Pasal 73 ayat 3). Pedoman penyusunan APB Desa, perubahan APB Desa, perhitungan APB Desa, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota (Pasal 74). APB Desa adalah dokumen yang disusun untuk menerjemahkan kegiatan di dalam RKP desa menjadi alokasi anggaran kegiatan/program. Sumber pendapatan desa yang menjadi komponen APBDes terdiri atas1:

    Pendapatan asli desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah;

    Bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) untuk desa dan dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian diperuntukkan bagi desa;

    Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota untuk desa paling sedikit 10% (sepuluh per seratus), yang pembagiannya untuk setiap desa secara proporsional yang merupakan alokasi dana desa;

    Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan;

    Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.

    1 Pasal 168 PP 72/2005 tentang Desa.

  • Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 25

    APBD dan Pemenuhan HAM Praya Arie Indrayana Dalam perspektif Hak Asasi Manusia, negara (pemerintah) sesungguhnya memiliki tiga kewajiban untuk (1) menghargai hak asasi manusia rakyatnya; (2) melindungi hak asasi manusia rakyatnya; dan (3) memenuhi hak asasi manusia rakyatnya (Hansen, 2000: 6 – 7). Kewajiban pertama, untuk menghargai, mengharuskan pemerintah sendiri tidak melanggar hak-hak asasi rakyatnya. Hal ini mencakup tindakan negara untuk memberlakukan hukum yang menjamin terpenuhinya hak asasi rakyatnya itu. Kewajiban kedua, untuk melindungi, mengharuskan pemerintah mencegah dan menindak penyimpangan-penyimpangan baik yang dilakukan oleh aparat pemerintah maupun pihak lain dengan menegakkan aturan-aturan hukum yang diberlakukan pada pelanggar itu. Kewajiban ketiga, untuk memenuhi, mengharuskan pemerintah mengkaji ulang prioritas kerjanya, membuat perubahan-perubahan aturan, administrasi, anggaran, peradilan, dan hal yang diperlukan lainnya untuk mewujudkan hak-hak tertentu dari rakyatnya (Noer Fauzi, 2002). Anggaran merupakan instrumen kebijakan ekonomi pemerintah terpenting. Tidak hanya ekonomi, anggaran juga merefleksikan prioritas pemerintah dalam kebijakan sosial, budaya, bahkan politik. Anggaran adalah hasil terjemahan berbagai kebijakan, komitmen politik dan prioritas kerja pemerintah dalam bentuk keputusan darimana uang didapat dan kemana uang keluar. Dari kedua keputusan tersebut, kita dapat menentukan apakah pemerintah menghargai, melindungi ataupun memenuhi hak asasi manusia. Dalam konteks anggaran, kewajiban negara untuk menghargai, mencakup tindakan negara untuk memberlakukan hukum yang mengatur besaran minimal alokasi anggaran pemerintah (nasional dan daerah) untuk pemenuhan kebutuhan dasar rakyat dan pengembangan kualitas hidup. Negara harus menjamin alokasi anggaran untuk pemenuhan – untuk hanya menyebut beberapa – hak atas kesehatan, hak atas pendidikan, hak atas pekerjaan, hak untuk mendapat perlindungan dari eksploitasi ekonomi, hak atas jaminan sosial, hak atas standar hidup yang layak, maupun hak untuk menikmati kehidupan budaya. Dalam kewajiban ini, Indonesia baru menghargai hak warga negaranya atas pendidikan. Konstitusi Indonesia telah menetapkan bahwa sekurang-kurangnya 20% dari anggaran belanja negara dan daerah khusus dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan. Amanat Konstitusi ini diperkuat oleh Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Meskipun sudah diamanatkan dalam konstitusi dan undang-undang, pemerintah pusat dan daerah masih saja melanggar. Alasannya adalah keterbatasan dana. APBD Kota Bandung 2004 memang mengalokasikan 37% untuk sektor pendidikan, namun dari jumlah itu hanya 7,3% yang dapat dinikmati langsung oleh para pelajar. Jumlah ini masih jauh dibandingkan batasan minimal yang diatur dalam Undang-undang Sisdiknas sebesar 20% (Bujet, Edisi 02/Tahun II/Maret 2004). Selain itu, kewajiban negara untuk menghargai juga meliputi jaminan akses politik rakyat dalam pengambilan keputusan pembangunan dan anggaran (hak politik). Hak warga negara ini dijamin dalam Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia Pasal 21 (1).

  • 26 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4

    Setiap orang berhak turut serta dalam pemerintahan negaranya, secara langsung atau melalui perwakilan yang dipilih dengan bebas.

    Karenanya pemerintah harus menjamin hak setiap orang untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan dan penganggaran pembangunan. Hak ini tidak hanya sebatas hak untuk hadir tetapi juga hak untuk mengambil keputusan sesuai mekanisme yang disepakati bersama. Artinya Keputusan Darimana Uang Didapat dan Kemana Uang Dibelanjakan diputuskan bersama antara pemerintah dan warga. Kewajiban kedua, untuk melindungi, mengharuskan pemerintah mencegah dan menindak penyimpangan-penyimpangan anggaran, baik yang dilakukan oleh aparat pemerintah maupun pihak lain. Secara legal formal, pemerintah harus memiliki aturan-aturan hukum yang memuat instrumen pengawasan dan penindakan (sanksi) baik pada tahap perencanaan, pengesahan, pelaksanaan maupun pelaporan anggaran. Pelaksanaan instrumen hukum ini tidaklah kewenangan internal pemerintah semata. Harus dijamin ruang dimana pihak luar (masyarakat) dapat memastikan bahwa hak-haknya telah terlindungi dengan benar dan tidak terjadi penggelapan bahkan perlindungan atas penyimpangan demi semangat korps. Undang-undang tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme No. 28 Tahun 1999 merupakan satu landasan hukum bagi negara untuk melindungi HAM. Perlindungan ini juga tidak boleh disandarkan kepada political will pemerintah. Pemerintah (termasuk juga aparat penegak hukum dan legislatif) harus didakwa telah melanggar hak asasi manusia rakyatnya apabila membiarkan terjadinya penyimpangan anggaran. Pemerintah telah melanggar HAM apabila gagal melindungi hak asasi rakyatnya dari penyimpangan anggaran yang terjadi. Apalagi kalau pelaku penyimpangan adalah aparatur itu sendiri. Dalam hal ini, tanggung jawab individu tidak sebatas pada pertanggungjawaban pidana karena korupsi yang dilakukan atau pertanggungjawaban perdata karena kerugian yang ditimbulkan. Setiap individu yang melakukan penyimpangan anggaran juga dapat didakwa telah melanggar HAM. Hukum Hak Asasi Manusia Internasional telah mengakui individu sebagai salah satu subjek pelanggaran HAM. Maraknya kasus korupsi baik yang dilakukan oleh aparat eksekutif, legislatif maupun yudikatif akhir-akhir ini merupakan ujian seberapa besar komitmen negara dalam penegakan HAM. Negara dapat dikategorikan telah melanggar HAM apabila negara gagal menghukum para pelaku penyimpangan anggaran. Di sisi lain negara juga melanggar HAM apabila tingkat korupsi yang dilakukan aparat tidak berkurang, apalagi bertambah. Kewajiban negara lainnya, yang tak kalah penting, adalah kewajiban untuk memenuhi. Kewajiban ini mengharuskan pemerintah mengkaji ulang kebijakan dan prioritas kerja. Kebijakan dan prioritas kerja ini harus diarahkan untuk menjawab permasalahan-permasalah yang riil tengah dihadapi masyarakat, seperti rendahnya daya beli, besarnya angka pengangguran, tingginya angka kematian ibu melahirkan, dan sebagainya. Selanjutnya, kebijakan anggaran juga harus diarahkan untuk mengurangi pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian. Termasuk juga kewajiban negara untuk memenuhi adalah melakukan pembaruan hukum yang menjamin setiap orang tanpa diskriminasi mendapatkan akses yang adil terhadap sumber daya ekonomi dan sosial untuk mewujudkan hak asasinya. Kelompok-kelompok yang selama ini terpinggirkan harus diberi previlige untuk memperoleh kembali akses mereka terhadap sumber daya ekonomi. Begitupun akses politik mereka terhadap pengambilan keputusan. Perubahan kebijakan anggaran pemerintah sangat mempengaruhi kehidupan kelompok ini. Peningkatan kesejahteraan kelompok ini biasanya tergantung pada ada tidaknya, besar kecilnya alokasi anggaran pemerintah untuk program-program seperti peningkatan pendapatan atau subsidi bahan

  • Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 27

    kebutuhan pokok. Besar kecilnya alokasi belanja pemerintah untuk sektor pendidikan dan kesehatan juga berdampak besar terhadap peningkatan kualitas hidup. Keterlibatan kelompok ini dalam proses perencanaan dan pengesahan anggaran secara krusial akan turut mendorong pemenuhan hak asasi manusia secara keseluruhan. Pemerintah sekarang tidak lagi dapat berlindung pada pemahaman bahwa pemenuhan hak asasi manusia dapat dilakukan secara bertahap karena minimnya sumber daya, khususnya pada hak ekonomi, sosial dan budaya. Prinsip-prinsip Limburg – yang didesain oleh para ahli hukum internasional sebagai pedoman dalam mengimplementasikan Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya – telah meletakkan arah baru dalam melihat tanggung jawab negara. Paragraf ke-16 Prinsip-prinsip Limburg menyatakan:

    “All States have an obligation to begin immediately to take steps towards full realization of the contained in the Covenant”.

    Selanjutnya pada paragraf ke-22, ditegaskan lagi:

    “Some obligations under the Covenant require immediate implementation in full by all State parties, such as the prohibition of discrimination in article 2(2) of the Covenant”.

    Jadi, meskipun CESCR menetapkan pencapaian secara bertahap dan mengakui realitas keterbatasan sumber daya yang tersedia di satu sisi, pada sisi lain ia juga menetapkan berbagai kewajiban yang memiliki efek segera (immediate effect) (ELSAM, 2001). Itu artinya, baik hak-hak sipil dan politik, maupun hak ekonomi, sosial dan budaya, dapat dituntut pemenuhannya di muka pengadilan nasional. Referensi: 1. ELSAM, Hak Ekonomi, Sosial, Budaya, Esai-esai Pilihan, Jakarta, 2001 2. Noer Fauzi, Quo Vadis Pembaruan Hukum Agraria, Perspektif Transitional Justice Untuk

    Penyelesaian Konflik, Seri Pengembangan Wacana HuMA, No. 3 Desember 2002. 3. Bujet, Edisi 02/Tahun II/Maret 2004

  • 28 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4

    Apa dan Mengapa Musrenbang Desa/Kelurahan (Panduan Penyelenggaraan Musyawarah perencanaan pembangunan Desa/Kelurahan,Ditjen Bina Bangda Departemen Dalam Negeri,Forum Pengembangan Partisipasi masyarakat, Januari 2008)

    Musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) desa/kelurahan adalah forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan (stakeholder) desa/kelurahan untuk menyepakati rencana kegiatan untuk tahun anggaran berikutnya. Musrenbang desa/kelurahan dilakukan setiap bulan Januari untuk menyusun rencana kegiatan tahunan desa dengan mengacu/memperhatikan kepada rencana pembangunan jangka menengah desa (RPJM Desa) yang sudah disusun2.

    Musrenbang yang bermakna, akan membangun kesepahaman tentang kepentingan dan kemajuan desa, dengan memotret potensi dan sumber-sumber pembangunan yang tersedia baik dari dalam desa sendiri maupun dari luar desa.

    Musrenbang adalah forum publik perencanaan (program) yang diselenggarakan oleh lembaga publik yaitu pemerintah desa/kelurahan bekerjasama dengan warga dan para pemangku kepentingan. Penyelenggaraan musrenbang merupakan salah satu tugas pemerintah desa/kelurahan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

    Pembangunan tidak akan bergerak maju apabila salah satu saja dari tiga komponen tatapemerintahan (pemerintah, masyarakat, swasta) tidak berperan atau berfungsi. Karena itu, musrenbang juga merupakan forum pendidikan warga agar menjadi bagian aktif dari tatapemerintahan dan pembangunan.

    Kerangka Hukum Musrenbang Desa/Kelurahan Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah merupakan kerangka dasar otonomi daerah yang salah satunya mengamanatkan dilaksanakannya perencanaan pembangunan dari bawah secara partisipatif. Peraturan Pemerintah No.72/2005 tentang Desa menjabarkan lebih lanjut mengenai posisi desa dalam konteks otonomi daerah dengan mengacu pada

    UU 32/2004 tersebut. Sedangkan kelurahan dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No.73/2005 tentang Kelurahan.

    Dalam rangka pelaksanaan otonomi, perencanaan pembangunan desa/kelurahan merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah (kabupaten/kota) dan merupakan bagian dari sistem perencanaan pembangunan nasional. Payung hukum untuk pelaksanaan musrenbang diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

    2 SEB Meneg Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Musrenbang tahun 2007.

  • Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 29

    Pembangunan Nasional, yang secara teknis pelaksanaannya sejauh ini masih diatur dengan Surat Edaran Bersama (SEB) Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Musrenbang yang diterbitkan setiap tahun3.

    Perencanaan dan penganggaran merupakan suatu kesatuan konsep dan proses yang tidak terpisahkan. Rencana pembangunan tidak dapat dijalankan tanpa anggaran atau sumber pembiayaannya. Di tingkat desa disusun dokumen anggaran yang disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa). Sementara itu, meskipun kelurahan bukan unit pemerintahan otonom seperti halnya desa, musrenbang kelurahan dilakukan salah satunya untuk merumuskan kegiatan prioritas dalam urusan pembangunan yang akan dimasukkan kedalam Renja SKPD kelurahan yang merupakan bagian dari tahapan penyusunan APBD (kabupaten/kota).

    Partisipasi Masyarakat dalam Musrenbang Desa/Kelurahan Konsep “musyawarah” menunjukkan bahwa forum musrenbang bersifat partisipatif dan dialogis. Musyawarah merupakan istilah yang sebenarnya sudah jelas berarti merupakan forum untuk merembukkan sesuatu dan berakhir pada pengambilan kesepakatan atau pengambilan keputusan bersama. Bukan seminar atau sosialisasi informasi. Proses musrenbang jangan sampai disusun sebagai suatu acara seremonial yang separuh atau sebagian besar dari waktunya diisi dengan sambutan-sambutan atau pidato-pidato. Inti dari musrenbang adalah partisipasi aktif warga.

    Musrenbang desa/kelurahan adalah forum dialogis antara pemerintah dengan pemangku kepentingan dari suatu isu/persoalan, kebijakan, peraturan, atau program pembangunan yang sedang dibicarakan. Dalam musrenbangdes, pemerintah desa dan warga berembug dalam menyusun program tahunan desanya. Demikian halnya di kelurahan, musrenbang kelurahan menjadi media dialog dan penyepakatan penyusunan program dan kegiatan pembangunan di wilayah kelurahan, baik yang ditangani secara swadaya, melalui pos bantuan daerah, menjadi bagian Renja SKPD Kelurahan, maupun diajukan untuk ditangani oleh SKPD lain yang relevan.

    Tujuan dan Keluaran Musrenbang Desa/Kelurahan Tujuan Musrenbang Desa yaitu:

    1. Menyepakati prioritas kebutuhan dan kegiatan desa yang akan menjadi bahan penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Desa dengan pemilahan sbb.:

    Prioritas kegiatan desa yang akan dilaksanakan desa sendiri dan dibiayai melalui dana swadaya desa/masyarakat;

    Prioritas kegiatan desa yang akan dilaksanakan desa sendiri yang dibiayai melalui Alokasi Dana Desa (ADD) yang berasal yang berasal dari APBD kabupaten/kota atau sumber dana lain;

    Prioritas kegiatan desa yang akan

    Tujuan Musrenbang Kelurahan yaitu:

    1. Menyepakati prioritas kebutuhan dan kegiatan yang termasuk urusan pembangunan yang menjadi wewenang kelurahan yang menjadi bahan penyusun-an Rencana Kerja SKPD Kelurahan.

    2. Prioritas kegiatan kelurahan yang akan dilaksanakan oleh warga kelurahan yang dibiayai melalui dana swadaya masyarakat dan dikoordinasikan oleh lembaga kemasyarakatan di kelurahan setempat.

    3. Prioritas kegiatan kelurahan yang akan dilaksanakan kelurahan sendiri yang dibiayai melalui dana bantuan dari

    3 Surat edaran ini diterbitkan sambil menunggu ditetapkannya Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang musrenbang.

  • 30 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4

    diusulkan melalui musrenbang kecamatan untuk menjadi kegiatan pemerintah daerah dan dibiayai melalui APBD kab./kota atau APBD propinsi.

    2. Menyepakati Tim Delegasi Desa yang akan memaparkan persoalan daerah yang ada di desanya pada forum musrenbang kecamatan untuk penyusunan program pemerintah daerah/SKPD tahun berikutnya.

    pemerintah daerah (kabupaten/kota)

    4. Prioritas kegiatan pembangunan kelurahan yang akan diusulkan melalui musrenbang kecamatan untuk menjadi kegiatan pemerintah daerah dan dibiayai melalui APBD kabupaten/kota atau APBD propinsi.

    5. Menyepakati Tim Delegasi kelurahan yang akan memaparkan persoalan daerah yang ada di kelurahannya di forum musrenbang kecamatan untuk penyusunan program pemerintah daerah/SKPD tahun berikutnya.

    KELUARAN MUSRENBANG DESA/KELURAHAN Keluaran Musrenbang Desa adalah:

    1. Daftar prioritas kegiatan untuk menyusun Rencana Kerja Pembangunan Desa untuk tahun anggaran berjalan.

    2. Daftar nama Tim Delegasi Desa yang akan mengikuti musrenbang kecamatan.

    3. Berita acara musrenbang desa.

    Keluaran Musrenbang Kelurahan adalah:

    1. Daftar prioritas kegiatan urusan pembangunan untuk menyusun Rencana Kerja SKPD kelurahan;

    2. Daftar prioritas kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan secara swadaya

    3. Daftar permasalahan prioritas yang akan diajukan ke musrenbang kecamatan

    4. Daftar nama Tim Delegasi Kelurahan yang akan mengikuti musrenbang kecamatan.

    5. Berita acara musrenbang kelurahan

    Proses Umum Musrenbang Desa/Kelurahan

    Tahapan Pra Musrenbang Desa/Kelurahan 1. Pembentukan Tim Penyelenggara Musrenbang (TPM) oleh Kepala Desa/Lurah

    Struktur organisasi TPM dan pembagian tugas: Ketua, bendahara, seksi-seksi (acara, materi, logistik)

    Pembentukan tim pemandu oleh TPM (3 orang).

    2. Persiapan teknis pelaksanaan musrenbang desa/kelurahan oleh TPM:

    Penyusunan jadwal dan agenda musrenbang desa/kelurahan

    Pengumuman kegiatan musrenbang desa/kelurahan dan penyebaran undangan kepada peserta dan narasumber (minimal 7 hari sebelum Hari-H)

    Mengkoordinir persiapan logistik (tempat, konsumsi, alat dan bahan).

  • Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 31

    3. Persiapan oleh tim pemandu:

    Pelaksanaan kajian desa/kelurahan (per dusun/RW dan atau per sektor/isu pembangunan) untuk menyusun data/informasi permasalahan desa/kelurahan

    Penyusunan rancangan awal RKP Desa yang diturunkan dari RPJM Desa atau Renja Kelurahan yang diturunkan dari Renstra Kelurahan / RPJM Desa terutama yang termasuk urusan pembangunan

    Persiapan bahan masukan (materi) musrenbang lainnya yang relevan.

    Tahapan Pelaksanaan Musrenbang Desa/Kelurahan

    Musrenbang Desa

    1. Pemaparan-pemaparan sebagai masukan untuk musyawarah:

    Pemaparan oleh anggota masyarakat mengenai gambaran persoalan desa menurut hasil kajian, yang dibagi sesuai dengan urusan/bidang pembangunan desa: (1) Rangkuman permasalahan sosial-budaya desa (termasuk ekonomi, pendidikan, kesehatan); (2) Rangkuman permasalahan infrastruktur desa; (3) Rangkuman permasalahan pemerintahan desa

    Pemaparan Kepala Desa mengenai: (1) Hasil evaluasi RKP-Desa yang sudah berjalan; (2) Kerangka prioritas program menurut RPJM Desa; (3) Informasi perkiraan ADD tahun berikut

    Tanggapan pihak kecamatan mengenai paparan desa yang dihubungkan dengan kebijakan dan prioritas program daerah di wilayah kecamatan ybs.

    Perumusan pokok-pokok penting hasil pemaparan di atas dan tanggapan/diskusi oleh warga masyarakat.

    2. Musyawarah penyepakatan prioritas masalah/kebutuhan yang ada di desa kegiatan untuk RKP-Desa tahun berikutnya dengan proses sbb.:

    Pemilahan permasalahan yang menjadi prioritas desa sendiri dan yang menjadi prioritas untuk diusulkan melalui musrenbang kecamatan

    Pembahasan rancangan awal RKP-Desa

    Penyusunan prioritas permasalahan/kebutuhan daerah yang ada di desa.

    3. Musyawarah penentuan tim delegasi desa dengan proses sbb.:

    Penyampaian/penyepakatan kriteria tim delegasi desa

    Penentuan calon dari peserta musrenbang desa

    Pemilihan/pengambilan suara

    Penyampaian/penyepakatan mandat yang diberikan kepada tim delegasi.

  • 32 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4

    Tahapan Pasca Musrenbang Desa/Kelurahan 1) Rapat kerja tim perumus hasil musrenbang desa/kelurahan yang terdiri dari:

    Dua-tiga (2-3) orang dari TPM dan perangkat desa/kelurahan

    Tiga (3) orang anggota tim delegasi desa/kelurahan

    2) Rapat kerja finalisasi dokumen:

    RKP-Desa dan penyusunan APBDesa untuk desa

    Renja SKPD Kelurahan dan penyusunan Daftar Prioritas Kegiatan Pembangunan Swadaya Kelurahan dan Daftar Prioritas Permasalahan Pembangunan Kelurahan

    Masukan (Dokumen/Data/Informasi) yang Dibutuhkan untuk Penyelenggaraan Musrenbang Desa/Kelurahan Pada tahap pelaksanaan musrenbang desa/kelurahan, dibutuhkan materi/data/informasi sbb.:

    Musrenbang Desa

    Dokumen RPJM-Desa;

    Hasil kajian desa (per dusun/RW dan atau per sektor/urusan/bidang pembangunan);

    Hasil evaluasi RKP-Desa tahun sebelumnya;

    Rancangan awal RKP-Desa tahun yang sedang berjalan.

    Musrenbang Kelurahan

    Renstra SKPD Kelurahan

    Hasil kajian kelurahan (per dusun/RW dan atau per sektor/urusan/bidang pembangunan);

    Hasil evaluasi Renja SKPD Kelurahan tahun sebelumnya, dan kegiatan pembanguan yang sedang berjalan;

    Rancangan awal Renja SKPD Kelurahan tahun yang sedang berjalan.

    Dokumen-dokumen yang Dihasilkan Musrenbang Desa/Kelurahan Seluruh proses musrenbang desa/kelurahan, menghasilkan dokumen-dokumen sbb.:

    Tahapan Pra Musrenbang Desa/Kelurahan Rekap data/informasi hasil kajian desa (per dusun/RW ata per sektor);

    Rancangan Awal Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-Desa) Tahunan untuk musrenbang desa dan Renja SKPD Kelurahan untuk musrenbang kelurahan.

  • Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 33

    Tahapan Pelaksanaan Musrenbang Desa/Kelurahan Notulensi dan berita acara pelaksanaan musrenbang;

    Format-format isian penentuan prioritas kegiatan yang akan menjadi bahan utama penyempurnaan rancangan awal RKP-Desa Tahunan atau Renja SKPD Kelurahan.

    Tahapan Pasca Pelaksanaan Musrenbang Desa/Kelurahan SK Kades/Kelurahan untuk Tim Delegasi Desa/Kelurahan;

    Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-Desa) Tahunan atau Renja SKPD Kelurahan;

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes).

    Rencana Anggaran dan Biaya Program Kelurahan

    Peserta Musrenbang Desa/Kelurahan Pelaksanaan musrenbang desa/kelurahan sebaiknya diumumkan secara terbuka minimal 7 hari

    sebelum Hari-H sehingga warga masyarakat siapa pun dapat saja menghadirinya sebab forum ini adalah milik warga masyarakat desa/kelurahan.

    Komposisi peserta. Musrenbang desa/kelurahan akan lebih ideal apabila diikuti oleh berbagai komponen masyarakat (individu atau kelompok) yang terdiri atas:

    Keterwakilan wilayah (dusun/kampung/RW/RT);

    Keterwakilan berbagai sektor (ekonomi/ pertanian/ kesehatan/ pendidikan/ lingkungan/ dsb.);

    Keterwakilan kelompok usia (generasi muda; generasi tua);

    Keterwakilan kelompok sosial dan jenis kelamin (tokoh masyarakat, tokoh adat; tokoh agama; bapak-bapak; ibu-ibu; kelompok marjinal);

    Keterwakilan 3 unsur tata pemerintahan (pemerintah desa/kelurahan, kalangan swasta/bisnis, masyarakat umum);

    Serta keterwakilan berbagai organisasi yang menjadi pemangku kepentingan dalam upaya pembangunan desa/urusan kelurahan.

    Tips Melibatkan Kelompok Marjinal dan Perempuan

    Salah satu tugas Tim Penyelenggara Musrenbang dan tim pemandu adalah mengupayakan keterlibatan berbagai kelompok masyarakat yang biasanya tidak hadir dan berbicara di forum/musyawarah desa (termasuk perempuan). Beberapa tips adalah:

    Lakukan pendekatan pribadi kepada beberapa orang untuk menjelaskan apa dan mengapa dilaksanakan musrenbang desa/kelurahan, serta pentingnya keterlibatan warga semua kalangan;

    Berikan informasi yang memungkinkan warga tersebut dapat memahami apa yang akan dibahas dalam musrenbang;

  • 34 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4

    Lakukan pertemuan dengan kelompok khusus yang biasanya tidak mau hadir dalam forum atau pertemuan desa untuk menggali aspirasinya (misal: kelompok buruh tani, kelompok ibu-ibu, kelompok sektor informal, kelompok nelayan, dan sebagainya);

    Identifikasi orang-orang dalam setiap kelompok tersebut untuk menjadi kontak dalam pelibatan kelompoknya. Yakinkan orang ini untuk mendorong kelompoknya terlibat dalam kegiatan-kegiatan musrenbang dan forum desa lainnya.

    Peran dan tugas peserta. Peran/tugas utama peserta adalah berpartisipasi secara aktif dalam proses musyawarah sampai pengambilan keputusannya. Berpartisipasi secara aktif bukan hanya berarti pandai dan banyak bicara, melainkan juga mampu mendengarkan aspirasi dan pandangan orang lain serta menjaga agar musrenbang benar-benar menjadi forum musyawarah bersama.

    Kriteria (persyaratan) sebagai peserta. Meskipun semua warga desa berhak berpartisipasi dalam Musrenbang Desa/Kelurahan, tetapi terdapat kriteria atau persyaratan yang sebaiknya disampaikan kepada warga yang ingin menjadi peserta, yaitu:

    Peserta menjunjung tinggi prinsip-prinsip musyawarah yaitu kesetaraan, menghargai perbedaan pendapat, anti dominasi, anti diskriminasi, mengutamakan kepentingan umum (desa), dan keberpihakan terhadap kalangan marjinal4.

    Peserta bersedia mempersiapkan diri dengan cara ikut serta mengumpulkan dan mempelajari berbagai informasi, dokumen, dan materi yang relevan untuk pelaksanaan musrenbang desa/kelurahan. Untuk memperoleh informasi, peserta dapat menghubungi sumber informasi yaitu Tim Pemandu maupun Tim Penyelenggara Musrenbang desa/kelurahan.

    Peserta berminat membangun kapasitasnya mengenai kebijakan, aturan, arah program pemerintah, berbagai isu pembangunan, dan sebagainya, sehingga bisa berperan serta sebagai peserta musrenbang yang aktif. Untuk penguatan kapasitas, Tim Pemandu maupun Tim Penyelenggara Musrenbang Desa/Kelurahan dapat menyelenggarakan simulasi musrenbang desa/kelurahan.

    Pengorganisasian Penyelenggaraan Musrenbang Desa/Kelurahan Pemerintah desa/kelurahan dapat membentuk Lembaga Kemasyarakatan (LKM)5 yang salah satu tugas/fungsinya adalah membantu sebagai penyusun rencana, pelaksana dan pengelola pembangunan serta pemanfaat, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif6. Dalam menyusun dan melaksanakan perencanaan pembangunan desa, pemerintahan desa wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa ini. Karena itu, biasanya

    Kepala Desa menunjuk Ketua LKM/LPM untuk menjadi Ketua Tim Penyelenggara Musrenbang desa/kelurahan.

    Peran/tugas Tim Penyelenggara Musrenbang Desa/Kelurahan, yaitu:

    Melakukan pertemuan/rapat panitia (pembagian peran dan tugas, menyusun jadwal keseluruhan proses persiapan, pelaksanaan, dan paska musrenbang)

    4 Lihat penjabaran prinsip-prinsip musrenbang desa. 5 Atau disebut juga Lembaga Pengembangan Masyarakat (LPM). 6 PP 72/2005 tentang Desa dan PP 73 tentang Kelurahan.

  • Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 35

    Membentuk tim pemandu (siapa, peran dan tugas)

    Menyepakati tatacara menentukan dan mengundang peserta

    Mengelola anggaran penyelenggaraan musrenbang secara terbuka, efektif, dan efisien

    Mengorganisir seluruh proses musrenbang desa/kelurahan, mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, dan paska-pelaksanaan sampai selesai tersusunnya RKP-Desa untuk musrenbang desa dan APB-Desa atau Renja SKPD Kelurahan untuk musrenbang kelurahan

    Menyusun daftar cek-list dan mengkoordinir persiapan peralatan, bahan (materi), tempat, alat dan bahan yang diperlukan

    Menyusun jadwal dan agenda pelaksanaan musrenbang desa/kelurahan

    Memastikan bahwa narasumber memberikan masukan yang dibutuhkan (relevan) untuk melakukan musyawarah perencanaan desa melalui surat permintaan materi yang diperinci apa saja yang diharapkan untuk dipaparkan atau berbincang langsung dengan narasumber

    Apabila dibutuhkan, menyelenggarakan pelatihan atau simulasi musrenbang desa/kelurahan dalam rangka penguatan kapasitas warga yang akan mengikuti musrenbang desa/kelurahan. Simulasi musrenbang desa/kelurahan dapat dilakukan pada tahap pra-musrenbang desa/kelurahan (tahap persiapan)

    Kepala desa berperan/tugas menjadi penanggung jawab dari keseluruhan pelaksanaan musrenbang di desanya.

    Prinsip-prinsip Musrenbang Desa/Kelurahan Prinsip-prinsip musrenbang desa/kelurahan, berlaku baik untuk pemandu, peserta, narasumber, maupun semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan musrenbang desa/kelurahan. Prinsip-prinsip ini tidak boleh dilanggar agar musrenbang desa/kelurahan benar-benar menjadi forum musyawarah pengambilan keputusan bersama dalam rangka menyusun program kegiatan pembangunan desa.

    Prinsip kesetaraan. Peserta musyawarah adalah warga desa dengan hak yang setara untuk menyampaikan pendapat, berbicara, dan dihargai meskipun terjadi perbedaan pendapat. Sebaliknya, juga memiliki kewajiban yang setara untuk mendengarkan pandangan orang lain, menghargai perbedaan pendapat, dan menjunjung tinggi (menghormati) hasil keputusan forum meskipun kita sendiri tidak sependapat.

    Prinsip musyawarah dialogis. Peserta musrenbang desa/kelurahan memiliki keberagaman tingkat pendidikan, latar belakang, kelompok usia, jenis kelamin, status sosial-ekonomi, dan sebagainya. Perbedaan dan berbagai sudut pandang tersebut diharapkan menghasilkan keputusan terbaik bagi kepentingan masyarakat banyak dan desa di atas kepentingan individu atau golongan.

    Prinsip anti dominasi. Dalam musyawarah, tidak boleh ada individu/kelompok yang mendominasi sehingga keputusan-keputusan yang dibuat tidak lagi melalui proses musyawarah semua komponen masyarakat secara seimbang.

  • 36 Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4

    Prinsip keberpihakan. Dalam proses musyawarah, dilakukan upaya untuk mendorong individu dan kelompok yang paling ’diam’ untuk menyampaikan aspirasi dan pendapatnya, terutama kelompok miskin, perempuan dan generasi muda.

    Prinsip anti diskriminasi. Semua warga desa memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam

    menjadi peserta musrenbang. Kelompok marjinal dan perempuan, juga punya hak untuk menyatakan pendapat dan pikirannya dan tidak boleh dibedakan.

    Prinsip pembangunan desa secara holistik. Musrenbang desa/kelurahan dimaksudkan untuk menyusun rencana pembangunan desa, bukan rencana kegiatan kelompok atau sektor tertentu saja. Musrenbang desa/kelurahan dilakukan sebagai upaya mendorong kemajuan dan

    meningkatkan kesejahteraan desa secara utuh dan menyeluruh sehingga tidak boleh muncul egosektor dan egowilayah dalam menentukan prioritas kegiatan pembangunan desa.

  • Bahan Serahan | Pelatihan Penguatan BKM tahun ke 4 37

    Musrenbang Kecamatan A. Pengertian 1. Musrenbang Kecamatan adalah forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan

    ditingkat kecamatan untuk mendapatkan masukan kegiatan prioritas dari desa/kelurahan serta menyepakati rencana kegiatan lintas desa/kelurahan di kecamatan yang bersangkutan sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja Kecamatan dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah kabupaten/kota pada tahun berikutnya.

    2. Pemangku Kepentingan (Stakeholders) kecamatan adalah pihak yang berkepentingan dengan kegiatan prioritas dari desa/kelurahan untuk mengatasi permasalahan di wilayah kecamatan serta pihak-pihak yang berkaitan dengan dan atau terkena dampak hasil musyawarah.

    3. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah unit kerja Pemerintah Kabupaten/Kota yang mempunyai tugas untuk mengelola anggaran dan barang daerah.

    4. Rencana Kerja (Renja) SKPD adalah Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah. 5. Nara Sumber adalah pihak-pihak pemberi informasi yang dibutuhkan untuk proses pengambilan

    keputusan dalam Musrenbang Kecamatan. 6. Peserta adalah pihak yang memiliki hak pengambilan keputusan dalam Musrenbang

    Kecamatan. 7. Musrenbang Kecamatan menghasilkan antara lain:

    a. Daftar kegiatan prioritas yang akan dilaksanakan sendiri oleh kecamatan dan menjadi Rencana Kerja (Renja) Kecamatan yang akan dibiayai melalui anggaran kecamatan yang bersumber dari APBD Kabupaten/Kota pada tahun berikutnya,

    b. Daftar kegiatan Prioritas yang akan diusulkan ke Kabupaten/Kota yang disusun menurut SKPD dan atau gabungan SKPD untuk dibiayai melalui anggaran SKPD yang