46
Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW Disusun Oleh: Rifka Indi 1113081000014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Ekonomi Islam

Citation preview

Page 1: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam

Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah

SAW

Disusun Oleh:

Rifka Indi 1113081000014

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Manajemen

2014

Page 2: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat

dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa

shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi

Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Makalah yang berjudul “Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah

SAW” ini saya buat untuk memenuhi kompetensi mata kuliah

prinsip-prinsip ekonomi Islam. Dalam penyusunan makalah ini, saya

telah berusaha sekuat tenaga. Namun tentu saja, makalah ini

tidaklah luput dari kesalahan. Untuk itu saya mengharapkan kritik

dan saran yang membangun, agar makalah ini menjadi lebih baik.

Dalam pembuatan makalah ini kami mendapatkan dukungan

dari berbagai pihak. Untuk itu, kami ingin mengucapkan rasa terima

kasih kepada Bapak Syamsul, selaku dosen mata kuliah prinsip-

prinsip ekonomi Islam serta kedua orang tua saya yang telah

memberikan dukungannya baik secara moril maupun materil.

Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Jakarta, 15 November 2014

i

Page 3: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULAN............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................3

BAB II...........................................................................................................................4

PEMBAHASAN............................................................................................................4

2.1 Bisnis Nabi Muhammad SAW.............................................................................4

2.1.1 Masa Kecil Membentuk Jiwa Wirausaha......................................................4

2.1.2 Mengembangkan Bisnis................................................................................6

2.1.3 Setelah Menikah Tetap Berbisnis..................................................................9

2.2 Strategi Sukses Bisnis Rasulullah......................................................................10

2.3 Kebijaksanaan Nabi Berbisnis...........................................................................12

2.3.1 Siddiq..........................................................................................................12

2.3.2 Amanah.......................................................................................................13

2.3.3 Fatanah........................................................................................................13

2.3.4 Tabligh........................................................................................................14

2.4 Prinsip-Prinsip Perdagangan Yang Adil............................................................15

2.4.1 Penghasilan Terbaik....................................................................................15

2.4.2 Perdagangan Terlarang................................................................................16

ii

Page 4: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

2.4.3 Benda-Benda Terlarang...............................................................................16

2.4.4 Sikap Baik dalam Hubungan Dagang.........................................................16

2.4.5 Hak-hak Kelompok dalam Transaksi..........................................................17

2.4.6 Persetujuan Kedua Belah Pihak..................................................................18

2.5 Orientasi Kepada Pelanggan..............................................................................18

2.5.1 Mencintai Pelanggan...................................................................................18

2.5.2 Menghargai Pelanggan................................................................................19

2.5.3 Memudahkan Pelanggan.............................................................................19

2.5.4 Memenuhi Janji Terhadap Pelanggan.........................................................20

BAB III........................................................................................................................22

PENUTUP...................................................................................................................22

3.1 Simpulan............................................................................................................22

3.2 Saran..................................................................................................................22

GLOSARIUM.............................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................27

iii

Page 5: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

BAB I

PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai Rasul terakhir, Nabi Muhammad SAW tercatat dalam

sejarah adalah pembawa kemaslahatan dan kebaikan yang tiada

bandingan untuk seluruh umat manusia. Bagaimana tidak karena

Rasulullah SAW telah membuka zaman baru dalam

pembangunan peradaban dunia. Beliau adalah tokoh paling

sukses dalam bidang agama sebagai Rasul sekaligus dLm bidang

duniawi sebagai pemimpin negara dan peletak dasar peradaban

Islam yang gemilang selama 1000 tahun.

Kesuksesan Rasulullah SAW itu sudah banyak dibahas dan

diulas oleh para ahlu sejarah Islam maupun Barat. Namun ada

salah satu sisi Muhammad SAW ternyata jarang dibahas dan

kurang mendapat perhatian oleh para ahli sejarah maupun

agama yaitu sisinya sebagai seorang pebisnis yang sukses.

Padahal manajemen bisnis yang dijalankan Rasulullah SAW

hingga kini maupun di masa mendatang akan selalu relevan

diterapkan dalam bisnis modern. Setelah kakek yang

merawatnya sejak bayi meninggal, seorang pamannya yang

bernama Abu Thalib lalu memeliharanya.

Abu Thalib yang sangat menyayangi Muhammad SAW

sebagaimana anaknya sendiri adalah seorang pedagang. Sang

paman kemudian mengajari Rasulullah SAW cara-cara

berdagang (berbisnis) dan bahkan mengjaknya pergi bersama

untuk berdagang meninggalkan negerinya (Makkah) ke negeri

Syam (yang kini dikenal sebagai Suriah) pada saat Rasulullah

1

Page 6: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

SAW berusia 12 tahun. Tidak heran jika beliau telah pandai

berdagang sejak berusia belasan tahun. Kesuksesan Rasulullah

SAW dalam berbisnis tidak terlepas dari kejujuran yang

mendarah daging dalam sosoknya.

Kejujuran itu telah diakui oleh penduduk Makkah sehingga

beliau diberi gelar Al-Shiddiq. Selain itu, Muhammad SAW juga

dikenal sangat teguh memegang kepercayaan (amanah) dan

tidak pernah sekali-kali mengkhianati kepercayaan itu. Tidak

heran jika beliau juga mendapat julukan Al Amin (Terpercaya).

Menurut sejarah, telah tercatat bahwa Muhammad SAW

melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri sebanyak 6 kali di

antaranya ke Syam (Suriah), Bahrain, Yordania, dam Yaman.

Dalam semua perjalanan bisnis, Muhammad SAW selalu

mendapat kesuksesan besar dan tidak pernah mendapat

kerugian.

Seperti dikatakan oleh Prof. Aflazul Rahman dalam bukunya

“Muhammad: A Trader” bahwa Rasulullah SAW adalah pebisnis

yang jujur dan adil dalam membuat perjanijan bisnis. Ia tidak

pernah membuat para pelanggannya mengeluh. Dia sering

menjaga janjinya dan menyerahkan barang-barang yang dipesan

dengan tepat waktu. Muhammad SAW pun senatiasa

menunjukkan rasa tanggung jawab yang besar dan integritas

yang tinggi dalam berbisnis. Dengan kata lain, beliau

melaksanakan prinsip manajemen bisnis modern yaitu kepuasan

pelanggan, pelayanan yang unggul, kemampuan, efisiensi,

transparansi, persaingan yang sehat, dan kompetitif.

Dalam melakukan bisnisnya, Muhammad SAW tidak pernah

mengambil keuntungan sangat tinggi seperti yang biasa

2

Page 7: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

dilakukan para pebisnis lainnya pada masanya. Beliau hanya

mengambil margin keuntungan secukupnya saja dalam menjual

produknya. Ternyata metode pengambilan margin keuntungan

yang dilakukan beliau sangat efektif, semua barang yang

dijualnya selalu laku terjual. Orang-orang lebih suka membeli

barang-barang yang dijual Muhammad SAW daripada pedagang

lain karena bisa mendapatkan harga lebih murah dan

berkualitas. Dalam hal ini, beliau melakukan prinsip persaingan

sehat dan kompetitif yang mendorong bisnis semakin efisien dan

efektif.

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimanakah Rasulullah SAW berbisnis?

2) Apakah strategi yang membuat Rasulullah SAW sukses berbisnis?

3) Bagaimanakah kebijaksanaan Rasulullah SAW dalam berbisnis?

4) Bagaimanakah prinsip keadilan dalam berdagang menurut Rasulullah SAW?

5) Bagaimanakah Rasulullah SAW memandang orientasi terhadap pelanggan?

1.3 Tujuan Penulisan

1) Memenuhi tugas mata kuliah Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam.

2) Memberikan refensi bagi mahasiswa terkait dengan kunci keberhasilan

Rasulullah SAW dalam berbisnis.

3) Mempelajari bagaimanakah Rasulullah SAW menjalankan bisnisnya.

4) Mempelajari bagaimana strategi sukes Rasulullah SAW dalam berbisnis.

5) Mempelajari bagaimana kebijaksanaan Rasulullah SAW dalam berbisnis.

6) Mempelajari bagaimanakah perdagangan yang adil menurut Rasulullah SAW.

7) Melihat bagaimana pandangan Rasulullah SAW terhadap pelanggannya.

3

Page 8: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bisnis Nabi Muhammad SAW

Sebelum diangkat menjadi Rasul oleh Allah SWT, Muhammad

telah berkecimpung dalam dunia bisnis selama kurang lebih 25

tahun. Beliau mulai merintis karir dagangnya saat berusia 12 tahun

dan memulai usahanya sendiri ketika berumur 17 tahun.1 Allah SWT

mengukuhkan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan bagi seluruh

umat manusia termasuk dari sisi bisnis. Dalam aktivitas bisnis, Nabi

SAW memberikan teladan terbaik bagaimana merintis, mengelola,

dan mengembangkan bisnis secara lurus dan bersih. Rasulullah

menunjukkan keteladanan dalam menyiapkan mentalitas dan

kepribadian yang kelak mendukung kesuksesan bisnisnya;

ketekunan, kejelian, dan kesuksesan bisnis yang telah

dijalankannya; bagaimana kisahnya; strategi pemasaran dan

pelayanan; cara menghadapi pesaing; pengalaman bisnisnya;

sejauh mana relasi dan pengalaman dalam menekuni bisnis

sehingga sangat memahami permasalahan bisnis.

2.1.1 Masa Kecil Membentuk Jiwa Wirausaha

Terjunnya Muhammad SAW dalam perniagaan sejak dini tidak

terlepas dari kenyataan yang menuntut beliau untuk belajar

hidup mandiri. Pada usia enam tahun, Muhammad SAW sudah

ditinggal wafat kedua orangtuanya. Sejak itu, beliau sempat

1 Zaidah Kusumawati, Ensiklopedia Nabi Muhammad SAW Sebagai Wirausahawan, (Jakarta: Lentera Abadi, 2011), hlm. 47

4

Page 9: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

diasuh sang kakek ‘Abdul Muttalib.2 Setelah kakeknya wafat,

Muhammad SAW tinggal bersama pamannya, Abu Thalib yang

berprofesi sebagai pedagang sebagaimana kebanyakan

pemimpin Quraisy lain. Sebab, berdagang merupakan

pendapatan utama penduduk Makkah.

Kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan, membuat

Muhammad SAW merasa harus berusaha untuk meringankan

bebannya. Beliau pun sempat bekerja ‘serabutan’: membantu

tetangga merapikan pekarangannya, memukul batu untuk

sedikit upah, atau mengambil kayu bakar atau semak belukar

dari hutan lalu menjualnya di pasar.

Muhammad SAW kecil melakukan apa saja yang “halal” untuk

meringankan beban beban yang ditanggung oleh sang paman,

Abu Thalib, yang telah mengasuhnya. Pada masa kanak-kanak

beliau menjadi penggembala kambing milik penduduk Mekkah

dan menerima upah atas jasanya itu. Jiwa bisnisnya semakin

kuat, karena sejak usia 12 tahun, Muhammad SAW ikut

berdagang dengan pamannya ke Syiria (Syam). Awalnya, Abu

Talib tidak berniat mengajaknya karena medan perjalanan yang

sulit; melewati padang pasir yang luas. Tetapi, karena

Muhammad kecil berkeras untuk ikut, ia terpaksa mengabulkan

permintaan tersebut. Kerasnya keinginan Muhammad untuk ikut

ekspedisi dagang, menunjukkan betapa besar semangatnya

untuk mengubah nasib, memperbaiki keadaan, dan tidak ingin

merepotkan paman lebih jauh.3

2 Muhammad Syafii Antoni, Ensiklopedia Leadership dan Manajemen Muhammad SAW, (Jakarta: Tazkia Publishing, 2011), hlm.123 Ibid hlm.12

5

Page 10: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

Ketika menginjak dewasa, Muhammad mulai berdagang

sendiri di Mekkah. Ia menjalankan bisnisnya, mulai dari skala

kecil. Ia membeli sejumlah barang dari satu pasar, lalu

menjualnya ke orang lain. Terkadang ia bekerja untuk

mendapatkan upah dan menjadi agen untuk beberapa pebisnis

kaya di kota Mekkah.4

Kepribadiannya yang mulia menjadi modal terpenting dalam

bisnis. Kejujurannya mendorong masyarakat Mekkah

memberinya gelar ash-Shiddiq (orang yang selalu berkata benar

dan tidak pernah sekalipun berbohong). Keteguhannya dalam

menunaikan amanah orang lain, membuat masyarakat Mekkah

menggelarinya al-Amin (orang terpercaya).5 Dengan keunggulan

pribadinya, ia sering mendapat kepercayaan masyarakat

Mekkah untuk mengurus keperluan mereka, termasuk dalam

mengembangkan modal. Muhammad menerima modal dari para

janda dan anak yatim dengan sistem upah maupun bagi hasil

(mudharabah).

Salah satu pemitra pemodal Nabi saw adalah Khadijah, salah

seorang konglomerat pada masa itu. Muhammad saw

menjalankan kontrak syirkah (kerjasama) dengan sistem upah

maupun bagi hasil (mudharabah) dengan Khadijah. Terkadang ia

menjadi pengelola (mudharib) dan Khadijah sebagai mitra

nonaktif (shahibul maal), dan keduanya berbagi atas

keuntungan maupun kerugian. Di lain waktu, Nabi SAW menjadi

pebisnis yang digaji atau diupah untuk mengelola barang

4 Ibid, hlm. 155 Zaidah Kusumawati, Ensiklopedia Nabi Muhammad SAW Sebagai Wirausahawan, (Jakarta: Lentera Abadi, 2011), hlm. 49

6

Page 11: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

dagangan Khadijah. Khadijah pernah mengelola barang

dagangan Khadijah. Khadijah pernah mempercayakan barang

dagangannya kepada Muhammad SAW untuk dijual ke Suriah.6

2.1.2 Mengembangkan Bisnis

Nabi Muhammad SAW banyak melakukan perjalanan bisnis

regional dengan modal dari Khadijah. Wilayah perdagangan

yang dikunjungi Muhammad SAW meliputi Yaman, Syam, Busra,

Irak, Yordania, Bahrain, dan kota-kota perdagangan di Jazirah

Arab lainnya. Menurut suatu riwayat, sebelum menikah, beliau

menjadi manajer perdagangan Khadijah ke pusat perdagangan

di Yaman. Muhammad pun empat kali memimpin ekspedisi

dagang ke Syam dan Jerash di Yordania. Beliau pernah

mendapat imbalan dua ekor unta untuk setiap kali perjalanan ke

kota-kota dagang di sekitar Yaman.

Nabi SAW begitu menonjol dalam hal ketekunan dan

kesungguhannya dalam bisnis. Ia pernah menunggu

pembelinya, Abdullah bin Abdul Hamzah selama tiga hari.

Abdullah bin Abdul Hamzah mengatakan, “Aku telah membeli

sesuatu dari Nabi sebelum beliau menerima tugas kenabian,

tapi karena masih ada suatu urusan dengannya, lalu ia

menjanjikan untuk mengantarkan padanya, tetapi aku lupa.

Ketika teringat tiga hari kemudian aku pun pergi ke tempat

tersebut dan menemukan Nabi masih berada di sana.” Nabi

berkata, “Engkau telah membuatku resah, aku berada di sini

selama tiga hari menunggumu.” (HR. Abu Dawud).7 Peristiwa ini

6 Ibid, hlm. 507 Ibid, hlm. 51

7

Page 12: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

menunjukkan kesabaran dan pengorbanan Nabi Muhammad

SAW yang luar biasa untuk tidak membuat relasi atau

pelanggan kecewa. Ia tidak marah, ia hanya menyampaikan

bahwa ia merasa resah karena telah menunggu tiga hari.

Kecerdasan bisnisnya sangat teruji. Ia pernah menjual barang

dagangan di pasar Busradan meraih keuntungan dua kali lipat

dibanding para pedagang lain.8 Ketika mengetahui bahwa

Muhammad berhasil mendapat keuntungan sangat besar yang

belum pernah diraih oleh siapapun sebelumnya. Khadijah

memberi bagian keuntungan yang lebih besar dibanding yang

telah mereka sepakati.

Kepiawaian Nabi Muhammad SAW dalam bisnis dan

penguasaannya atas pasar sangat luar biasa. Pernah suatu

ketika Nabi Muhammad SAW diminta membawa barang

dagangan milik Khadijah. Para pedagang senior Quraisy Mekkah

tidak suka kepada Muhammad yang jujur dalam berdagang.

Bagi mereka, berdagang adalah hal yang terpisah dari

kejujuran. Mereka berpandangan bahwa kejujuran tidak

mungkin diterapkan dalam berdagang. Mereka membuat

rencana untuk membuat Muhammad SAW bangkrut. Ketika

rombongan mereka datang ke Syam, mereka sengaja

menjatuhkan harga. Nabi Muhammad tidak mau melakukannya

karena yang ia bawa adalah barang dagangan milik Khadijah. Ia

merasa harus menjalankan kepercayaan Khadijah untuk

mendapat keuntungan, bukan kerugian. Nabi Muhammad SAW

sangat memahami kondisi pasar bahwa saat itu, dimana jumlah

8 Ibid, hlm. 51

8

Page 13: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

permintaan (kebutuhan masyarakat) lebih tinggi dari jumlah

penawaran (barang dagangan yang ada). Oleh karena itu, ia

meyakini ketika barang dagangan milik saudagar Quraisy itu

habis, orang-orang akan tetap mencari barang tersebut.9

Prediksi Nabi Muhammad SAW terbukti benar. Saat barang

dagangan Quraisy dengan harga murah itu telah habis,

masyarakat membelinya dari Nabi SAW dengan harga normal.

Ketika rombongan pedagang Quraisy Mekkah pulang, kota

itupun gempar. Semua pedagang rugi kecuali Nabi Muhammad

SAW. Ia justru meraih keuntungan besar. Inilah contoh kejelian

Nabi Muhammad SAW dalam melihat, menganalisis, dan

memahami pasar, serta adanya keberkahan dari sikap jujur dan

menjalankan amanah. Ini juga merupakan bukti kemampuan

seorang Muhammad dalam merespons strategi pesaing secara

jernih.

Karier bisnis Muhammad SAW semakin kuat di usia 25 tahun.

Usia ini menjadi titik keemasan kemampuan bisnisnya.10

Muhammad akhirnya menikah dengan Khadijah. Ia

memeberikan mas kawin dalam jumlah yang sangat besar pada

waktu itu, yaitu 20 ekor unta muda. Ia juga pernah berkurban

secara pribadi dengan jumlah sangat besar yaitu 100 ekor unta.

Setelah menikah dengan Khadijah, ia tetap menjalankan bisnis

perdagangan ke berbagai Semenanjung Arabia dan negeri-

negeri perbatasan Yaman, Bahrain, Irak, dan Suriah.

9 Ibid, hlm. 5110 Ibid, hlm.52

9

Page 14: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

2.1.3 Setelah Menikah Tetap Berbisnis

Setelah menikah, Muhammad SAW tetap melanjutkan usaha

perdagangannya. Pada masa itu, ia bertindak sebagai mitra

dalam usaha isterinya. Satu hal yang berbeda, sebelum

menikah, Muhammad adalah project owner bagi Khadijah.

Setelah menikah, beliau menjadi joint owner dan supervisor bagi

agen-agen perdagangan Khadijah.11

Sejumlah hadits yang memberikan tuntutan perdagangan

menunjukkan bahwa Muhammad SAW mengetahui seluk-beluk

bisnis. Beliau memahami strategi agar perdagangan dapat

berhasil. Beliau mengetahui sifat dan perilaku yang merusak

atau menghambat bisnis perdagangan. Lebih dari itu,

Muhammad SAW memahami berbagai hal yang merusak sistem

pasar secara keseluruhan, seperti kecurangan timbangan,

menyembunyikan cacat barang yang dijual, riba, dan gharar.

Beliau telah membuktikan bahwa kesuksesan bisnis dapat

dicapai tanpa cara-cara terlarang.12

Semasa Muhammad SAW berdagang, beliau kerap

mengunjungi pusat-pusat bisnis perdagangan di sepanjang

tanah Arab yang terkenal, di antaranya adalah: Daumatul

Jandal, Mushaqqar, Suhar, Dabba, Shihr (Maharah), Aden, San’a,

Rabiyah, Ukaz, Dul Majaz, Mina, Nazat, Hijr, dan Bushra.13 Beliau

11 Muhammad Syafii Antoni, Ensiklopedia Leadership dan Manajemen Muhammad SAW, (Jakarta: Tazkia Publishing, 2011), hlm.1812 Ibid, hlm. 1913 Zaidah Kusumawati, Ensiklopedia Nabi Muhammad SAW Sebagai Wirausahawan, (Jakarta: Lentera Abadi, 2011), hlm. 53

10

Page 15: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

telah berinteraksi dan berkompetisi dengan pebisnis regional

dan dari negeri Timur Jauh, juga dari wilayah lainnya.

Menginjak usia 30-an, Muhammad SAW menjadi seorang

investor dan mulai memiliki banyak waktu untuk memikirkan

kondisi masyarakat. Pada saat itu, Muhammad SAW sudah

mencapai apa yang disebut sebagai “kebebasan uang dan

waktu”. Ketika Muhammad SAW berusia 37 tahun, beliau mulai

mengurangi aktivitas bisnis dan lebih banyak melakukan

kontemplasi. Nabi Muhammad SAW terus mengurangi aktivitas

bisnis terutama sesudah datangnya kenabian.14

2.2 Strategi Sukses Bisnis Rasulullah

Keberhasilan bisnis Nabi Muhammad SAW sangat terkait

dengan dua prinsip yang menjadi kunci suksesnya: Pertama,

keberhasilan dalam membangun kepercayaan, sehingga beliau

sangat dipercaya (al-Amin). Dengan citra dirinya sebagai al-Amin,

orang-orang senang melakukan transaksi bisnis dengan beliau dan

tidak segan-segan menginvestasikan modal mereka kepadanya.

Kedua, kompetensi dan kemampuan secara teknis. Muhammad

SAW mengetahui benar cara berinteraksi dengan (calon) pembeli

atau mitra bisnis. Beliau juga mengenal pasar-pasar dan tempat-

tempat perdagangan di Jazirah Arab. Muhammad SAW memahami

seluk beluk aktivitas perdagangan dan perekonomian. Beliau

memahami keuntungan suatu perdagangan dan bahaya riba serta

berbagai transaksi perdagangan yang menyalahi nilai-nilai syar’i.15

14 Ibid, hlm. 5415 Muhammad Syafii Antoni, Ensiklopedia Leadership dan Manajemen Muhammad SAW, (Jakarta: Tazkia Publishing, 2011), hlm. 160

11

Page 16: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

Ketika berdagang, Muhammad SAW tidak sekedar menjual

produk, tetapi beliau juga “menjual nilai-nilai” kepada mitra bisnis

dan para pelanggannya. Maksud dari “menjual nilai-nilai” adalah

senantiasa mengedepankan etika bisnis yang dijiwai dengan nilai-

nilai syar’i.16 Nilai-nilai yang dijual antara lain: sopan saat bersikap,

santun kala berucap, jujur saat menjelaskan sifat/ karakter suatu

produk, proporsional dalam menentukan laba dari setiap produk,

memberikan kelonggaran pembayaran kepada pelanggan yang

tidak mampu, dan berlaku adil serta transparan terhadap

pelanggan atau mitra bisnis.

Dalam Islam, hakikat seorang pedagang mengandung makna

yang luas dan mendalam. Allah menegaskan bahwa “perniagaan

dengan Allah” merupakan suatu solusi agar kita dapat selamat dari

azab neraka.17 Dalam perwujudannya, “perniagaan dengan Allah”

melandasi setiap aktivitas berdagang/berbisnis untuk meraih

keridhaan-Nya dan sebagai bagian dari beribadah. Kemudian

menjadikan setiap usaha/bisnis yang dijalankan tidak berlebihan

dalam memandang harta dan keuntungan materi.

Nabi telah membuktikan bahwa sukses bisnis yang

digapainya, banyaknya kekayaan yang diraihnya, sama sekali tidak

membuat beliau lupa diri dan hidup dalam kemewahan. Sebaliknya,

beliau memilih pola hidup yang sederhana dan membelanjakan

semua kekayaannya di jalan Allah.

Sejalan dengan memaknai bisnis/perdagangan secara Islami,

Syarif (2005) mengemukakan, bahwa bisnis yang terbaik adalah

16 Ibid, hlm. 16117 Ibid, hlm 161

12

Page 17: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

bisnis yang berkah. Bisnis yang dikatakan berkah adalah bisnis

yang melibatkan nilai (value), antara lain:

1. Tidak hanya berorientasi untuk mendapatkan uang, tetapi

lebih berorientasi kepada misi: mengharap keridhaan Allah.

2. Mengutamakan tujuan jangka panjang (ukhrawi)

dibandingkan hanya mencari keuntungan jangka pendek

(duniawi).

3. Menjadikan sumber daya manusia sebagai aset, bukan

sebagai alat.18

Maka pedagang yang senantiasa menerapkan etika bisnis

syar’i seperti yang dicontohkan Nabi SAW, tidak akan pernah

merugi dalam menjalankan usahanya. Sebab, dalam Islam,

keuntungan tidaklah semata-mata ditinjau berdasarkan materi

semata. Hakikat keuntungan perniagaan dalam Islam

sesungguhnya antara lain mencakup: 1) bila kegiatan berdagang

menambah amal shalih, 2) dapat membantu orang lain, 3)

menambah ilmu dan pengalaman, dan 4) menjalin silaturahim dan

networking.19

2.3 Kebijaksanaan Nabi Berbisnis

Profesionalisme Nabi SAW dalam berbisnis melekat erat

dengan karakter yang ada pada diri beliau. Karakter ini mencakup

sifat Nabi yang mulia, yaitu siddiq, amanah, fatanah, dan tabligh.

Dalam konteks bisnis, sifat-sifat tersebut menjadi dasar dalam

18 Ibid, hlm 16319 Ibid, hlm. 164

13

Page 18: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

setiap aktivitas bisnis beliau yang kemudian menjadi sikap dasar

manusiawi yang mendukung keberhasilan.20

2.3.1 Siddiq

Siddiq berarti “jujur” atau “benar”. Dalam menjalankan

bisnisnya, Nabi Muhammad SAW selalu menunjukkan kejujuran.

Beliau meyakini bahwa membohongi para pelanggan sama

dengan menghianati mereka. Mereka akan kecewa bahkan

tertipu. Akibatnya, mereka tidak akan bertransaksi bisnis lagi.

Akibatnya, lambat laun bisnis pun akan hancur.

Dalam manajemen pemasaran modern, karakter siddiq

sangat menentukan terciptanya layanan informasi secara benar.

Bahkan, karakter siddiq merupakan dasar yang harus menyertai

aktivitas bisnis. Dengan jiwa siddiq, hak atau kepentingan

pelanggan tetap terpenuhi.21

Kejujuran Nabi sebagai pebisnis anatara lain:

a. Tidak mengingkari janji yang telah disepakati.

b. Tidak menyembunyikan cacat atas sesuatu yang

ditransaksikan.

c. Tidak mengelabui harga pasar.

2.3.2 Amanah

Amanah berarti “dapat dipercaya”. Dalam konteks ini,

amanah adalah tidak mengurangi atau menambah sesuatu dari

yang seharusnya atau dari yang telah disepakati.22 Itu bisa terjadi

antara penjual dan pembeli, penyewa dan yang menyewakan, 20 Ibid, hlm. 6221 Ibid, hlm. 6422 Ibid, hlm. 64

14

Page 19: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

maupun antara penggadai dan yang menggadaikan. Setiap orang

yang diberi amanah harus benar-benar dapat menjaga dan

menanggung amanah tersebut.

Seorang pebisnis haruslah dapat dipercaya, seperti yang telah

dicontohkan Nabi Muhammad SAW dalam memegang amanah.

Saat menjadi pedagang, Nabi Muhammad SAW selalu

memberikan hak pembeli dan orang-orang yang mempercayakan

modalnya kepada beliau.

Bersikap amanah mutlak diterapkan dalam setiap transaksi

bisnis atau muamalah. Sebab, dengan adanya sikap ini kita dapat

menghindar dari berbagai perilaku yang menyalahi aturan

syariat. Sikap amanah dalam bertansaksi antara lain:

a. Tidak mengurangi sesuatu yang disetujui.

b. Tidak menambah sesuatu yang disepakati.

c. Memberikan sesuatu sesuai pesanan.23

2.3.3 Fatanah

Fatanah berarti “cakap” atau “cerdas”. Pebisnis yang cerdas

mampu memahami peran dan tanggung jawab bisnisnya dengan

baik. Dia pun mampu menunjukkan kreativitas dan inovasi guna

mendukung dan mempercepat keberhasilan.24 Seiring itu,

pebisnis yang cerdas mampu memberikan sentuhan nilai yang

efektif dan efisien dalam melakukan kegiatan pemasaran.

Di dunia bisnis yang penuh persaingan saat ini, kecerdasan

dalam berbisnis (kreativitas dan inovasi) sangat vital. Jika tidak,

sukses dan keberhasilan hidup suatu usaha akan terancam.

23 Ibid, hlm. 6624 Ibid, hlm. 65

15

Page 20: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

Dalam transaksi muamalah, prinsip-prinsip yang dijiwai dari sifat

fatanah tercarmin dari:

a. Mengadministrasikan dokumen transaksi.

b. Menjaga profesionalisme dan kualitas pelayanan.25

c. Kreatif dan inovatif.

d. Mengantisipasi perubahan yang terjadi di pasar, baik yang

berhubungan dengan produk, teknologi, harga, maupun

persaingan.

2.3.4 Tabligh

Tabligh artinya “menyampaikan”. Dalam konteks bisnis,

pemahaman tabligh bisa mencakup argumentasi dan komunikasi.

Penjual hendaknya mampu mengomunikasikan produknya

dengan strategi yang tepat. Artinya, tepat dalam memilih media

promosi, seperti TV, radio, surat kabar, dan majalah; tepat dalam

membidik segmentasi pasar, gender dan usia; tepat dalam

menentukan target daya beli; tepat dalam memberikan bulan

diskon; tepat dalam menentukan biro iklan atau model yang akan

menjadi brand ambassador produk.26

Dengan sifat tabligh, seorang pebisnis diharapkan mampu

menyampaikan keunggulan-keunggulan produk dengan menarik

dan tepat sasaran tanpa meninggalkan kejujuran dan kebenaran.

Dengan itu, pelanggan dapat dengan mudah memahami pesan

bisnis yang disampaikan.

Rasulullah SAW telah menunjukkan dirinya sebagai pedagang

yang argumentatif dan komunikatif. Beliau juga merupakan sosok

25 Ibid, hlm. 6626 Ibid, hlm. 67

16

Page 21: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

komunikator yang ulung, sehingga banyak mitra dan palanggan

merasa senang berbisnis dengannya. Lebih dari itu, beliau

mampu memberi pemahaman kepada mereka perihal bisnis yang

sesuai dengan nilai-nilai Islam.

2.4 Prinsip-Prinsip Perdagangan Yang Adil

Muhammad benar-benar mengikuti prinsip-prinsip

perdagangan yang adil dalam transaksi-transaksinya. Selain itu ia

juga selalu menasehati para sahabatnya untuk melakukan hal

serupa. Ketika berkuasa, ia telah mengikis habis transaksi-transaksi

dagang dari segala macam praktik yang mengandung unsur-unsur

penipuan, riba, judi, ketidakpastian, keraguan, eksploitasi,

pengambilan untung yang berlebihan dan pasar gelap. Ia juga

melakukan standarisasi timbangan dan ukuran, dan melarang

orang-orang mempergunakan standar timbangan dan ukuran lain

yang kurang dapat dijadikan pegangan.27

2.4.1 Penghasilan Terbaik

Nabi mendapatkan penghasilan halal dengan cara bekerja

keras selama tinggal di Makkah, baik di masa mudanya maupun

setelah dewasa. Seseorang bertanya pada Nabi, jenis

penghasilan mana yang terbaik. Nabi menjawab, “Hasil kerja

seseorang dengan tangannya sendiri dari setiap transaksi

perdagangan yang disetujui” (HR Ahmad).28 Nabi juga bersabda,

“Sesuatu yang halal sudah jelas dan apa yang haram juga sudah

jelas, tetapi di antara keduanya ada hal-hal yang samar yang

27 Afzalurrahman, Muhammad Sebagai Seorang Pedagang, (Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy, 1996), hlm. 2028

17

Page 22: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

banyak orang tidak mengetahuinya. Barangsiapa menjaga

dirinya dari sesuatu yang meragukan, berarti ia memelihara

agamanya dan kemuliaan pribadinya, tetapi barangsiapa

menjatuhkan dirinya ke dalam sesuatu yang meragukan, berarti

ia jatuh ke dalam hal-hal yang diharamkan, seperti seorang

penggembala kambing yang menggembalakan hewan-

hewannya di sekeliling suatu tanah terlarang di mana akhirnya

ia akan menggembala di dalamnya. Setiap penguasa memiliki

peraturan-peraturan yang tidak dapat dilanggar, dan larangan

Tuhan adalah hal-hal yang telah dinyatakan-Nya haram. Di

dalam tubuh ada sepotong daging, dan jika ia baik maka baiklah

seluruh tubuh, tetapi jika ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh.

Itulah hati” (HR Bukhari dan Muslim).29

2.4.2 Perdagangan Terlarang

Nabi melarang beberapa jenis perdagangan, baik karena

hakikat perdagangan itu memang dilarang maupun karena

adanya unsur-unsur yang diharamkan di dalamnya.

2.4.3 Benda-Benda Terlarang

Memperjualbelikan benda-benda yang dilarang dalam Al-

Quran adalah haram.30 Allah SWT dan Rasul-Nya telah

menyatakan haramnya penjualan anggur, hewan yang mati

dengan cara tidak disembelih, babi dan berhala. Nabi SAW juga

melarang harga yang dibayarkan untuk darah, membeli anjing,

29 Ibid, hlm. 2030 Ibid, hlm. 21

18

Page 23: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

kucing, dan mengutuk orang yang menerima dan membayar

riba, orang yang mentato dirinya, dan pematung.

2.4.4 Sikap Baik dalam Hubungan Dagang

Nabi sangat sopan dan baik hati dalam melakukan transaksi

perdagangan. Selain itu, ia juga selalu menasehati para

sahabatnya untuk bersikap sama, kapan saja dan dengan siapa

saja mereka melakukan transaksi. Rasulullah SAW berkata,

“Hindarilah banyak bersumpah ketika melakukan transaksi

dagang, sebab itu dapat menghasilkan suatu penjualan yang

cepat lalu menghapuskan berkah” (HR Bukhari dan Muslim).31

Orang yang menjual barangnya dengan sumpah palsu menurut

Rasulullah SAW termasuk pada orang yang padanya Allah tidak

akan berbicara pada Hari Kebangkitan, ke arahnya Allah tidak

melihat, yang tidak Allah sucikan dan mereka mendapat ‘azab

yang pedih’. Kemudian, Abu Said meriwayatkan bahwa

Rasulullah SAW berkata, “Saudagar yang jujur dan dapat

dipercaya akan dimasukkan dalam golongan para Nabi, orang-

orang jujur dan para syuhada” (HR Tirmidzi).32

2.4.5 Hak-hak Kelompok dalam Transaksi

Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan pertukaran barang

dengan persetujuan antara kedua belah pihak dalam suatu

transaksi dagang sebagai sesuatu yang halal, dan melarang

mengambil benda orang lain tanpa persetujuan dan izin mereka.

Ini sangat penting, selain untuk mempertahankan perdamaian

31 Ibid, hlm. 2232 Ibid, hlm. 22

19

Page 24: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

dan ketertiban dalam masyarakat, juga untuk memelihara

hubungan yang baik dan harmonis di kalangan anggota

masyarakat. Nabi telah meletakkan dasar-dasar hukum dan

peraturan guna melakukan transaksi-transaksi. Selain itu, ia

juga telah memberikan hak pada tiap kelompok untuk

meneruskan atau membatalkan transaksi dengan syarat-syarat

tertentu.

Nabi juga melarang segala macam praktek riba. Ibn ‘Umar

berkata, Nabi telah melarang penjualan dengan kredit yang

jumlah pembayarannya berbeda pada waktu yang lain

(Daruqutni).33 Nabi juga melarang pertukaran logam mulia,

buah-buahan dan makanan yang terbuat dari gandum jika ada

kemungkinan timbulnya praktek riba, sebagaimana

diperlihatkan oleh contoh-contoh berikut. Menurut riwayat Abu

Sa’id Khudri, Rasulullah SAW berkata, “Emas harus dibayar

dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum,

kurma dengan kurma dan garam dengan garam, atas dasar

persetujuan bersama, dan pembayaran dilakukan segera. Jika

seseorang memberikan lebih atau meminta lebih, maka ia telah

memperdagangkan riba, yang menerima dan memberi sama-

sama berdosa” (HR Muslim).

2.4.6 Persetujuan Kedua Belah Pihak

Al-Qu’ran memerintahkan kaum Muslim untuk melakukan

perdagangan dengan persetujuan kedua belah pihak

(kesepakatan bersama). Kesepakatan bersama mengandung arti

33 Ibid, hlm. 23

20

Page 25: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

bahwa semua transaksi harus dilakukan dengan persetujuan

bersama, bukan atas dasar paksaan maupun penipuan.34

Contohnya, walaupun kenyataannya ada kesepakatan bersama

dalam pemberian bunga dan suap menyuap, namun jelas bahwa

pihak yang membutuhkan dipaksa oleh keadaan untuk setuju

akan transaksi semacam itu. Di dalam perjudian, seperti peserts

tertipu oleh harapan palsu untuk menang. Tidak seorang pun

akan setuju akan setuju untuk berjudi kalau ia tahu bahwa ia

akan kalah. Begitu juga setiap kasus transaksi yang melibatkan

unsur-unsur penipuan. Pihak yang tertipu setuju karena

ketidaktahuannya bahwa di situ terjadi penipuan. Seandainya ia

mengetahui bahwa ia akan tertipu, ia akan menolaknya.

2.5 Orientasi Kepada Pelanggan

2.5.1 Mencintai Pelanggan

Dalam berdagang Rasulullah sangat mencintai pelanggan

seperti dia mencintai dirinya sendiri. Itu sebabnya beliau

melayani pelanggan dengan sepenuh hati. Bahkan, beliau tidak

rela pelanggan tertipu saat membeli. Sikap ini mengingatkan

pada hadits yang beliau sampaikan, “Belum beriman seseorang

sehingga dia mencintai saudaramu seperti mencintai dirimu

sendiri.”35

Jika kita ingin berusaha mencintai customer seperti mencintai

diri kita sendiri maka ada beberapa hal yang bisa kita lakukan,

antara lain:

34 Ibid, hlm. 2635 Muammar Nas, Kedahsyatan Marketing Muhammad, (Bogor: Pustaka Iqro Internasional, 2010), hlm.51

21

Page 26: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

Berusaha mengerti keinginan pelanggan

Tidak berusaha menipu pelanggan mengenai kualitas produk

yang kita tawarkan

Bersikap dan berprasangka baik terhadap pelanggan

Tidak membuat konflik dan merendahkan pelanggan36

2.5.2 Menghargai Pelanggan

Tidak ada alasan untuk mengabaikan penawar pertama

dalam berbisnis. Jika sang penawar dalam perjalanan dan ia

telah menawar via telepon, tunggulah sampai sang penawar

datang dan kita bertatap muka dengannya.37 Demikianlah

penghormatan yang disyaratkan Nabi Muhammad SAW kepada

penawar pertama. Orang yang menawar pertama kali harus

dilayani dengan baik dan diberikan prioritas hingga dicapainya

kesepakatan jual-beli.

Para pembeli atau pelanggan memang tetap menjadi raja.

Mereka hendak dilayani, bahkan berharap dilayani dengan baik.

Pedagang yang tampak bermalas-malasan melayani tentu akan

dijauhi pembeli. Apalagi jika ada pedagang yang menyakiti hati

konsumennya, maka ia tentu akan mendapatkan complain yang

dapat berakibat buruk.

2.5.3 Memudahkan Pelanggan

Nabi Muhammad SAW begitu menekankan kemudahan

terutama dalam jual beli, beliau bersabda: “Janganlah kamu

36 Ibid, hlm. 5337 Bambang Trim, Business Wisdom of Muhammad SAW 40 Kedahsyatan Bisnis ala Nabi SAW, (Bandung: Madani Prima, 2008), hlm. 29

22

Page 27: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

menciptakan kesulitan-kesulitan untuk masyarakat dan buatlah

hidup ini mudah dan nyaman sesuai dengan mereka.”38

Kemudahan dalam jual beli dapat berbentuk kemudahan cara

membayar, baik dalam bentuk cash, debit, ataupun transfer dan

juga dalam persoalan penukaran barang jika pembeli salah

membeli barang.

2.5.4 Memenuhi Janji Terhadap Pelanggan

Dalam bisnis dan perniagaan, kepercayaan pelanggan adalah

sesuatu yang amat berharga. Modal utama Rasulullah SAW

dalam berbisnis adalah kejujuran untuk mendapatkan

kepercayaan konsumen. Nabi sejak dulu selalu berusaha

memenuhi janji-janjinya. Firman Allah, “Wahai orang-orang yang

beriman penuhi janjimu.” (QS Al-Maidah:3).39 Dalam dunia

pemasaran, Rasulullah SAW selalu memberikan value atau nilai

produknya seperti yang diiklankan atau dijanjikan.

Pada bisnis yang berorientasi kepada laba, seringkali terjadi

kecurangan-kecurangan untuk mendapatkan keuntungan

sepihak. Pada zaman Nabi SAW, permasalahan kejujuran

tampak pada kasus timbangan yang kerap kali ‘diakali’ sehingga

tidak memenuhi bobot yang seharusnya, yang pada akhirnya

akan merugikan pembeli. Pada zaman sekarang, kecurangan

dapat berbentuk pengurangan kualitas suatu produk atau

pekerjaan. Contohnya pengurangan kualitas bahan baku

38 Ibid, hlm. 3339 Muammar Nas, Kedahsyatan Marketing Muhammad, (Bogor: Pustaka Iqro Internasional, 2010), hlm. 65

23

Page 28: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

bangunan dalam bisnis konstruksi dan penggunaan bahan-

bahan berbahaya dalam bisnis makanan.

Nabi SAW bersabda: “Pedagang yang jujur lagi terpercaya

adalah bersama-sama nabi, orang-orang shadiqin, dan para

syuhada” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).40 Seseorang yang

berbisnis tanpa berorientasi pada menanamkan kepercayaan

maka bisnisnya sudah pasti akan segera bubar meskipun dari

hal ini dia bisa kaya raya.

40 Bambang Trim, Business Wisdom of Muhammad SAW 40 Kedahsyatan Bisnis ala Nabi SAW, (Bandung: Madani Prima, 2008), hlm. 31

24

Page 29: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Sebelum diangkat menjadi Rasul oleh Allah SWT, Muhammad

telah berkecimpung dalam dunia bisnis selama kurang lebih 25

tahun. Keberhasilan bisnis Nabi Muhammad SAW sangat terkait

dengan dua prinsip yang menjadi kunci suksesnya yakni: Pertama,

keberhasilannya dalam membangun kepercayaan. Profesionalisme

Nabi SAW dalam berbisnis melekat erat dengan karakter yang ada

pada diri beliau, yaitu siddiq, amanah, fatanah, dan tabligh. Sifat-

sifat inilah yang menjadi dasar aktivitas bisnis beliau, sehingga

orang-orang senang melakukan transaksi bisnis dengan beliau dan

tidak segan-segan menginvestasikan modal mereka kepadanya.

Kedua, kompetensi dan kemampuan secara teknis.

Muhammad SAW mengetahui benar cara berinteraksi dengan

(calon) pembeli atau mitra bisnis. Beliau senantiasa

memperlakukan pelanggannya seperti raja, dengan selalu

mencintai, menghargai, memudahkan, dan memenuhi janjinya

terhadap pelanggan. Beliau juga memahami keuntungan suatu

perdagangan dan bahaya riba serta berbagai transaksi

perdagangan yang menyalahi nilai-nilai syar’i, sehingga selalu

melaksanakan prinsip keadilan dalam berdagang.

25

Page 30: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

3.2 Saran

Dengan mempelajari kisah Nabi Muhammad SAW dalam berbisnis, kita dapat

mengambil kesimpulan bahwa berdagang itu penting dan dapat dijadikan sebagai

sarana untuk mengangkat derajat seseorang. Maka kita sebagai seorang mahasiswa,

sudah seharusnya belajar berdagang sejak dini, seperti yang telah dicontohkan Nabi

Muhammad SAW yang mulai berdagang sejak umur 12 tahun. Kemudian untuk

menjadi seorang pedagang yang sukses, sosok Nabi Muhammad SAW dapat

dijadikan sebagai suri teladan yang terbaik bagaimana merintis, mengelola,

dan mengembangkan bisnis secara lurus dan bersih. Dimana berdagang

bukan hanya berorientasi pada keuntungan saja, tetapi juga menjunjung tinggi prinsip

kejujuran dan keadilan.

26

Page 31: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

GLOSARIUM

Al-Amin, orang yang dapat dipercaya.

Amanah, dapat dipercaya; suatu perbuatan dimana seseorang harus menepati janji

yang telah diucapkannya baik kepada Allah SWT maupun sesama manusia.

Ash-Shiddiq, orang yang selalu berkata benar dan tidak pernah sekalipun berbohong.

Azab, siksa Tuhan yg diganjarkan kepada manusia yang melanggar larangan agama.

Brand Ambassador, orang yang dipekerjakan oleh perusahaan untuk menjadi tenaga

penjualan dan perwakilan fisik dari perusahaan sehubungan dengan penjualan dan

pemasaran.

Efektif, dapat membawa hasil; berhasil guna (usaha, tindakan).

Efisiensi, ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu (dengan tidak

membuang waktu, tenaga, biaya); kedayagunaan; ketepatgunaan.

Eksploitasi, pengusahaan; pendayagunaan; pemanfaatan untuk keuntungan sendiri.

27

Page 32: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

Fatanah, cakap atau cerdas.

Halal, segala obyek atau kegiatan yang diizinkan untuk digunakan atau dilaksanakan,

dalam agama Islam.

Haram, status hukum terhadap suatu obyek atau aktivitas yang harus ditinggal dalam

agama Islam.

Inovatif, bersifat memperkenalkan sesuatu yang baru; bersifat pembaruan (kreasi

baru).

Integritas, mutu, sifat, atau keadaan yg menunjukkan kesatuan yg utuh sehingga

memiliki potensi dan kemampuan yg memancarkan kewibawaan; kejujuran.

Joint Owner, kepemilikan bersama atau suatu kekayaan (aset).

Kompetitif, berhubungan dengan kompetisi (persaingan); bersifat kompetisi

(persaingan).

Komunikator, orang atau kelompok orang yang menyampaikan pesan kepada

komunikan.

Laba, selisih lebih antara harga penjualan yang lebih besar dan harga pembelian atau

biaya produksi; keuntungan (yang diperoleh dengan menjual barang lebih tinggi dari

biasya pembeliannya).

Mudharabah, bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal

mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola dengan suatu perjanjian di awal.

Mudharib, pengelola dalam mudharabah.

Piawai, pandai; cakap; mampu.

Profesionalisme, mutu, kualitas, dan tindak tanduk yg merupakan ciri suatu profesi

atau orang yg profesional.

28

Page 33: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

Project Owner, pemilik proyek atau owner adalah seseorang atau instansi yang

memiliki proyek atau pekerjaan dan memberikanya kepada pihak lain yang mampu

melaksanakanya sesuai dengan perjanjian kontrak kerja.

Regional, bersifat daerah; kedaerahan.

Relasi, hubungan; perhubungan; pertalian.

Riba, tambahan; menetapkan bunga/melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian

berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok, yang dibebankan

kepada peminjam.

Serabutan, cenderung melakukan apa saja (tentang pekerjaan, peran, dsb).

Shahibul Maal , pemilik modal dalam mudharabah.

Siddiq, jujur atau benar.

Supervisor, seseorang yang menangani orang-orang yang memproduksi dan atau

melakukan kinerja pelayanan.

Syar’i, hukum yang telah dinyatakan dan ditetapkan oleh Allah sebagai peraturan

hidup manusia untuk diimani, diikuti, dan dilaksanakan oleh manusia didalam

kehidupannya.

Syirkah, percampuran; kerja sama antara dua orang atau lebih dalam berusaha yang

keuntungan dan kerugiannya ditanggung bersama.

Syuhada, seorang Muslim yang meninggal ketika berperang atau berjuang di jalan

Allah dalam membela kebenaran atau mempertahankan hak dengan penuh kesabaran

dan keikhlasan untuk menegakkan agama Allah.

Tabligh, menyampaikan.

Transaksi, persetujuan jual beli (dalam perdagangan) antara dua pihak.

29

Page 34: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

Transparansi, perihal tembus cahaya; nyata; jelas.

DAFTAR PUSTAKA

Afzalurrahman. 1996. Muhammad Sebagai Seorang Pedagang.

Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy

Antonio, Muhammad Syafii dan Tim Tazkia. 2011. Ensiklopedia

Leadership dan Manajemen Muhammad SAW. Jakarta: Tazkia

Publishing

Kusumawati, Zaidah dkk. 2011. Ensiklopedia Nabi Muhammad SAW

Sebagai Wirausahawan. Jakarta: PT Lentera Abadi

Nas, Muammar. 2010. Kedahsyatan Marketing Muhammad. Bogor:

Pustaka Iqro Internasional

Trim, Bambang. 2008. Business Wisdom of Muhammad SAW 40

Kedahsyatan Bisnis ala Nabi SAW. Bandung: Madani Prima

30

Page 35: Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW

31