45
LAPORAN DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KOMUNITAS TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT OLEH PETUGAS KEBERSIHAN DI CEMPAKA PUTIH JAKARTA PUSAT Oleh : Kelompok B 14 Nabillah (1102010198) Primadiar Putra Swana Dwipa (1102010218) Raras Mayang Kencono (1102010231) Metty Tusiana (1102012162) Puspa Oktaviani (1102012214) Rahmat Handy Saputra (1102012223) Rifah Hazmar (1102012245) Robiah Al Adawiyah (1102012256) Selly Famela Chasandra (1102012265) FAKULTAS KEDOKTERAN - UNIVERSITAS YARSI

KUNLAP B14 Diare

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kunlap b14

Citation preview

LAPORAN DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KOMUNITAS TENTANGPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT OLEH PETUGAS KEBERSIHAN DI CEMPAKA PUTIH JAKARTA PUSAT

Oleh :Kelompok B 14Nabillah(1102010198)Primadiar Putra Swana Dwipa (1102010218)Raras Mayang Kencono(1102010231)Metty Tusiana(1102012162)Puspa Oktaviani (1102012214)Rahmat Handy Saputra (1102012223)Rifah Hazmar (1102012245)Robiah Al Adawiyah (1102012256)Selly Famela Chasandra (1102012265)

FAKULTAS KEDOKTERAN - UNIVERSITAS YARSI2014-2015Jl. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510Telp. 62 21 4244574 Fax 62 21 4244574

ii

DAFTAR ISIDAFTAR ISIiLEMBAR PENGESAHANiiBAB I. PENDAHULUAN1.1. LATAR BELAKANG11.2. HASIL OBSERVASI21.3. AREA MASALAH31.4. PENENTUAN AREA MASALAH3BAB II. TINJAUAN PUSTAKA2.1. DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KOMUNITAS42.2. TEORI PERILAKU42.2.1. PENGERTIAN PERILAKU42.2.2. KLASIFIKASI PERILAKU KESEHATAN42.2.3. DOMAIN PERILAKU52.2.4. ASUMSI DETERMINAN PERILAKU72.3. LITERATUR MENGENAI PHBS92.4. KERANGKA TEORI222.5. KERANGKA KONSEP23DAFTAR PUSTAKA24LAMPIRANLAMPIRAN I : QUISIONER25LAMPIRAN II : FOTO26

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KOMUNITAS TENTANGPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT OLEH PETUGAS KEBERSIHAN DI CEMPAKA PUTIH JAKARTA PUSAT

Menyetujui,Dosen Pembimbing

Dr. Fadli Ambara

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangMasalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah sehat-sakit atau kesehatan tersebut. Menurut Hendrik L.Bloom ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, yaitu keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula (Notoatmodjo, 2003).Dari hasil dilakukaknnya observasi dan wawancara dengan komunitas petugas kebersihan disekitar cempaka putih berlokasi di samping salon lutuye didapatkan 8 orang petugas kebersihan tetapi yang di observasi hanya sekitar 5 petugas kebersihan. Menurut hasil wawancara petugas kebersihan rata-rata bertempat tinggal didaerah sekitar rawasari dan bekerja didaerah sekitar cempaka putih yang mulai beraktivitas dimulai dari pukul 04.30am sampai pukul 15.30 pm. Terdapat beberapa masalah yang ada pada petugas kebersihan, seperti kurangnya perhatian petugas kebersihan terhadap perilaku hidup bersih dan sehat, contohnya tidak memakai sarung tangan saat bekerja dan tidak langsung mencuci tangan menggunakan sabun setelah terpapar sampah, hal itu dikarenakan mereka beralasan karena tidak tersedianya sabun di lingkungan kerja mereka dan itu sudah merupakan kebiasan mereka setiap hari. Selain itu makanan yang mereka konsumsi berasal dari warung sekitar lingkungan kerja mereka yang tidak terjamin kebersihannya, seperti tidak tertutup rapat. Selain masalah diatas, lingkungan kerja mereka pun tidak didukung dengan kebersihan yang terjamin, seperti banyak belatung dan lalat di lingkungan kerja mereka.Dari beberapa masalah yang ada pada petugas kebersihan yang telah kami observasi diharapkan agar masyarakat lebih mementingkan kesehatan sesama, khususnya bagi petugas kebersihan yang sedang dibahas dalam masalah ini. Tidak hanya kesehatan dari diri sendiri tetapi kesehatan orang lain juga harus diperhatikan agar Indonesia dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian yang tinggi.

1.2. Hasil Observasi

Dari hasil observasi wawancara dengan populasi 8 orang hanya dilakukan wawancara pada 5 orang petugas kebersihan di cempaka putih, antara lain :

No.IdentitasKeterangan

1Nama : ZakariyaUmur : 55 tahunAlamat: RawasariPekerjaan : Petugas KebersihanPak Zakariya sehari-hari bekerja sebagai petugas kebersihan mulai pukul 04:30 am. Di lingkungan tempat tinggal tidak mendukung terjaganya kebersihan yang baik, seperti jambannya kotor, tidak mencuci tangan sebelum makan, menggunakan air yang kotor untuk aktivitas dan lingkungan kerja pak Zakariya terbilang kotor dan tidak bersih. Pak Zakariya juga tidak pernah menggunakan sarung tangan ketika bekerja mengangkut sampah, ketika mau makan pun pak Zakariya cuci tangan seadanya tanpa menggunakan sabun. Makanan yang dikonsumsi juga seadanya tanpa memikirkan bersih atau kotor.

2Nama : Undang SupriadiUmur : 41 tahunAlamat: RawasariPekerjaan : Petugas KebersihanPak Uun memiliki masalah yang tidak jauh berbeda dengan pak Zakariya. Pak Uun pergi bekerja sekitar pukul 04:30 am. Kondisi lingkungan rumah pak Uun khususnya jamban dirumah pak Uun, menurut beliau jamban dirumahnya bersih hanya saja pak Uun sering mengonsumsi makanan yang tidak terjamin kebersihannya. Lingkungan kerja pak Uun tidak mendukung untuk perilaku hidup sehat, seperti penggunaan MCK bersama-sama yang dapat menjadi sumber penularan penyakit.

3Nama : Sukarno SalehUmur : 56 tahunAlamat: Sumur BatuPekerjaan : Petugas KebersihanMenurut info yang didapat dari pak Karno, beliau jarang mencuci tangan ketika mau makan dan jarang cuci tangan setelah beliau melakukan pekerjaan. Maka dari itu tidak jarang juga pak Karno menderita penyakit yang sama seperti diare. Pak Karno juga memiliki kebiasaan mengangkut sampah yang beratnya berkisar 50 kg, hal itu menyebabkan otot-ototnya sering terasa pegal-pegal.

4Nama : Heri HeryantoUmur : 33 tahunAlamat: RawasariPekerjaan : Petugas KebersihanPak heri memiliki permasalahan yang tidak jauh berbeda dengan ketiga temannya. Pak heri ketika selesai melakukan pekerjaan, beliau mencuci tangan tetapi menggunakan air seadanya seperti air cucian piring di warung sekitar tempatnya bekerja. Makanan yang di konsumsi pun tidak terjamin kebersihannya, karena menurut Pak heri yang penting beliau sudah makan.

5Nama : Ippal FajriUmur : 40 tahunAlamat: Utan KayuPekerjaan : Petugas KebersihanPak ippal ketika selesai melakukan pekerjaan juga jarang mencuci tangan dan ketika mau makan tidak memilih-milih makanan secara bersih. Dan pak ippalpun menggunakan MCK secara bersama-sama. Pak ippal memiliki kebiasaan lain seperti merokok ketika bekerja yang menyebabkan dia sering batuk-batuk saat melakukan pekerjaan.

1.3. Area Masalah

Dari berbagai permasalahan peneliti mengutarakan kemungkinan-kemungkinan yang menjadi permasalahan kesehatan yang terdapat pada para petugas kebersihan sampah di cempaka putih, diantaranya adalah :

1. Tidak adanya perilaku pemakaian sarung tangan atau masker pada saat melakukan pekerjaan membersihkan sampah2. Tidak adanya perilaku mencuci tangan dengan bersih dan benar dengan menggunakan sabun setelah melakukan pekerjaan atau sebelum makan3. Tidak adanya fasilitas MCK yang memadai untuk digunakan4. MCK yang digunakan dipakai bersama dan tidak memenuhi standart kebersihan5. Mengkonsumsi makanan yang tidak terjamin kebersihannya6. Kebiasaan sehari-sehari para petugas merokok saat atau sesudah melakukan aktivitas7. Seringnya mengangkut beban yang berat sehingga otot-ototnya sering terasa pegal

1.4. Penentuan Area Masalah

Dari sekian masalah yang ada pada komunitas petugas pengangkut sampah tersebut disepakati untuk mengangkat Permasalahan Diare Yang Sering Dialami Oleh Petugas Kebersihan Sampah

Pemilihan area masalah ini didasarkan atas berbagai pertimbangan, yaitu :1. Gaya hidup yang tidak sehat dapat menyebabkan penyakit-penyakit khususnya diare.2. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan, dua faktor yang sangat dominan adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama perilaku manusia, apabila faktor lingkungan yang tidak sehat karena tercemar bakteri atau virus serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare (Depkes RI, 2005). 3. Tingginya angka kejadian diare disebabkan oleh banyak faktor. Faktor yang meningkatkan resiko diare yaitu sanitasi yang buruk, fasilitas kebersihan yang kurang, kebersihan pribadi buruk (tidak mencuci tangan sebelum, sesudah makan, dan setelah buang air) (Ramaiah, 2000).

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diagnosis Dan Intervensi Komunitas

Diagnosis komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya suatu masalah dengan cara pengumpulan data di masyarakat (lapangan). Dengan demikian diagnosis komunitas merupakan kegiatan survey. Dengan melakukan diagnosis komunitas ini maka masalah kesehatan di komunitas akan dapat diidentifikasi dan dibuat intervensi pemecahannya. Dengan adanya diagnosis komunitas diharapkan dapat menerapkan prinsip kedokteran pencegahan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

2.2. Teori Perilaku2.2.1. Pengertian PerilakuPerilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain yaitu berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respon.2.2.2. Klasifikasi Perilaku KesehatanPerilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :0. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.0. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.0. Perilaku kesehatan lingkungan Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya.2.2.3. Domain Perilaku

Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu didalam tiga domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor (psicomotor domain).Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :1. Pengetahuan (knowlegde)Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :a. Faktor InternalMerupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat dan kondisi fisik.b. Faktor EksternalMerupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, atausarana.c. Faktor pendekatan belajarMerupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam pembelajaran.

Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu : 1) Tahu (Know)Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.2) Memahami (Comprehension)Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.3) AplikasiDiartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.4) AnalisisAdalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.5) SintesaSintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.6) EvaluasiEvaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi / objek.

2. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Ada tiga komponen pokok yang telah di jelaskan oleh Allport (1954), yaitu :a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objekb. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objekc. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :1) Menerima (receiving)Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).2) Merespon (responding)Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.3) Menghargai (valuing)Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.4) Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Praktik atau tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :a. Persepsi (perception)Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.b. Respon terpimpin (guide response)Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.c. Mekanisme (mecanism)Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga. d. Adopsi (adoption)Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :1) Kesadaran (awareness)Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)2) Tertarik (interest)Dimana orang mulai tertarik pada stimulus3) Evaluasi (evaluation)Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.4) Mencoba (trial)Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.5) Menerima (Adoption)Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2.2.4. Asumsi Determinan Perilaku

Menurut Spranger, membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang tersebut.Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan, sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya. Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain :

1. Teori Lawrence Green (1980)Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :a. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.b. Faktor pendorong (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.c. Faktor pendukung (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2. Teori Snehandu B. Kar (1983)Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan fungsi dari :a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior itention).b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).c. Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accesebility of information).d. Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy). e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).

3. Teori WHO (1984)WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah :Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan).a. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.b. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.c. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.d. Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.e. Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya.f. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia (Notoatmodjo, 2003).

2.3. Literatur Mengenai PHBSDefinisi

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan paradigma sehat dalam budaya perorangan, keluarga, dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Selain itu juga program perilaku hidup bersih dan sehat bertujuan memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelompok, keluarga, dengan membuka jalur komunikasi, informasi, dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support), dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri terutama pada tatanannya masing-masing (Depkes RI, 2002).Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu/kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat (Dinkes Jabar, 2010).Menurut Lawrence Green (1980), dalam Notoatmodjo (2007), dalam Jariston (2009), ada tiga faktor penyebab mengapa seseorang melakukan perilaku hidup bersih dan sehat yaitu :1. Faktor Pemudah (Predisposing factors)Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap anak-anak terhadap perilaku hidup bersih dan sehat. Dimana faktor ini menjadi pemicu atau antesenden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi tindakannya akibat tradisi, kebiasaan, kepercayaan, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi.

2. Faktor pemungkin (enambling factors)Faktor pemicu teradap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau tindakan terlaksana. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi anak-anak, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, jamban, ketersediaan makanan bergizi, dan sebagainya. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat.

3. Faktor penguat (reinforcing factors)Faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Faktor ini terwujud dalam bentuk sikap dan perilaku pengasuh anak-anak atau orangtua yang merupakan tokoh yang dipercaya atau dipanuti anak-anak. Contoh pengasuh anak-anak memberikan keteladanan dengan melakukan cuci tangan sebelum makan atau selalu minum air yang sudah dimasak. Maka hal ini akan menjadi penguat untuk perilaku hidup bersih dan sehat bagi anak-anak.

Tujuan PHBS

Tujuan PHBS dibagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, diantaranya :1. Tujuan UmumMeningkatnya rumah tangga sehat di desa kabupaten/kota di seluruh Indonesia.2. Tujuan Khususa. Meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan anggota rumah tangga untuk melaksanakan PHBS.b. Berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat.

Menurut Depkes RI (1997), Tujuan dari PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

Manfaat PHBS

1. Manfaat PHBS bagi rumah tangga:a. Setiap rumah tangga meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit.b. Anak tumbuh sehat dan cerdas.c. Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan, pemenuhan gizi keluarga dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga.2. Manfaat PHBS bagi masyarakat:a. Masyarakat mampu mengupa yakan lingkungan yang sehat.b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan.c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.d. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti : posyandu; jaminan pemeliharaan kesehatan; tabungan bersalin (tabulin); arisan jamban; kelompok pemakai air; ambulans desa dan lain-lain.

Strategi PHBS

Strategi adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan PHBS. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu :1. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga serta kelompok masyarakat. Bilamana sasaran sudah pindah dari mau ke mampu melaksanakan boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang sering kali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan masyarakat (community development). Untuk itu sejumlah individu yang telah mau dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari dermawan). Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan program kesehatan yang didukungnya.

2. Bina Suasana (Social Support)Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimanapun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana yaitu: pendekatan individu, pendekatan kelompok, dan pendekatan masyarakat umum.

3. Pendekatan Pimpinan (Advocacy)Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa brupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan yang lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu kebijakan (tidak tertulis) dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana non pemerintah.Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam waktu yang singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan yaitu : a. Mengetahui atau menyadari adanya masalah.b. Tertarik untuk ikut mengatasi masalah.c. Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah.d. Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah.e. Memutuskan tindak lanjut kesepakatan.

Tatanan PHBS

Ada lima tatanan PHBS yakni: tatanan rumah tangga, tatanan pendidikan, tempat umum, tempat kerja, dan institusi kesehatan.2. PHBS di Rumah TanggaPHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memperdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di rumah tangga di lakukan untuk mencapai rumah tangga Ber-PHBS. Rumah tangga Ber-PHBS adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu :a. Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatanAdalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para medis lainnya)Mengapa setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan? Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan, sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih terjamin. Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan perlatan yang aman,bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.

b. Memberi bayi asi ekslusifAdalah bayi usia 0-6 hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan atau minuman lain.Apa saja keunggulan ASI? Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kecerdasan. Mengandung zat kekebalan. Melindungi bayi dari alergi. Aman dan terjamin kebersihan, karena langsung disusukan kepada bayi dalam keadaan segar. Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat diberikan kapan saja dan di mana saja. Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan pernapasan bayi.Apa manfaat memberikan ASI?Bagi ibu : Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi. Mengurangi pendarahan setelah persalinan. Mampercepat pemulihan kesehatan ibu. Menunda kehamilan berikutnya. Mengurangi resiko terkena kanker payudara. Lebih praktis karena ASI lebih mudah di berikan pada saat bayi membutuhkan.Bagi bayi : Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng. Bayi tidak sering sakit.Bagi keluarga : Praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan perlengkapannya. Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu formula misalnya merebus air dan perlengkapannya.Bagaimana cara menjaga mutu dan jumlah produksi ASI?Apa yang perlu diperhatikan untuk membantu keberhasilan pemberian ASI Eklusif?Dukungan suami, orang tua, ibu mertua, dan keluarga lainnya sangat diperlukan agar upaya pemberian ASI Eklusif selama enam bulan bias berhasil.

c. Menimbang balita setiap bulanMengapa balita perlu di timbang setiap bulan?Penimbangan balita di maksudkan untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan.Kapan dan di mana penimbangan balita di lakukan?Penimbangan balita di lakukan setiap bulan mulai dari umur 1 tahun sampai 5 tahun diposyandu.Bagaimana mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balita?Setelah balita ditimbang di buku KIA (kesehatan ibu dan anak)atau kartu menuju sehat (KMS) maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak naik (lihat perkembangannya)Apa manfaat penimbangan balita setiap bulan di posyandu? Untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat. Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita. Untuk mengetahui balita yang sakit, (demam/batuk/diare). Berat badan dua bulan berturut-turut tidak naik, balita yang berat badannya BGM (Bawah Garis Merah) dan dicurigai Gizi buruk sehingga dapat segera di rujuk ke puskesmas. Untuk mengetahui kelengkapan Imunisasi. Untuk mendapatkan penyuluhan gizi.

d. Menggunakan air bersihMengapa kita harus menggunakan air bersih?Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya, Agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar sakit.Apa syarat-syarat air bersih itu?Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indra kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium, dan diraba).Bagaimana menjaga kebersihan sumber air bersih? Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah paling sedikit 10 meter. Sumber mata air harus dilindungi dari pencemaran. Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga bangunannya atidak rusak seperti lantai sumur tidak boleh retak, bibir sumur harus diplester dan sumur sebaiknya diberi penutup. Harus dijaga kebersihannya seperti tidak ada bercak-bercak kotoran, tidak berlumut pada lantai/lantai dinding sumur. Ember/gayung pengambil air harus tetap bersih dan diletakan di lantai (ember/gayung digantung di tiang sumur).

e. Mencuci tangan dengan air brsih dan sabunMengapa harus mencuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun? Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan.

f. Menggunakan jamban sehatApa itu jamban?Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkanya.Apa saja jenis jamban yang digunakan? Jamban cemplungAdalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran kedasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau.Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air. Jamban tangki septik/leher angsaAdalah jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik kedap air yang befungsi sebagai wadah proses penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapan.Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk : Daerah yang cukup air. Daerah yang padat penduduk, karena dapat menggunakan multiple latrineyaitu satu lubang penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa jamban (satu lubang dapat menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban). Daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran/tinja hendaknya ditinggikan kurang lebih 60 cm dari permukaan air pasang.Siapa yang diharapkan menggunakan jamban?Setiap anggota rumah tangga harus menggunakan jamban untuk buang air besar/buang air kecil.Mengapa harus menggunakan jamban? Menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau. Tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit Diare, Kolera Disentri,Typus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan, penyakit kulit, dan keracunan.Apa saja syarat jamban sehat? Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter) Tidak berbau. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus. Tidak mencemari tanah sekitarnya. mudah dibersihkan dan aman digunakan. Dilengkapi dinding dan atap pelindung. Penerangan dan ventilasi yang cukup. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.

g. Memberantas jentik di rumah sekali semingguMengapa harus memberantas jentik di rumah?Apa itu rumah bebas jentik?Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.Apa itu pemeriksaan jentik berkala (PJB)?Adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat penampungan air) yang ada didalam rumah seperti bak mandi/WC, vas bunga, tatakan kulkas, dll dan diluar rumah seperti talang air, alas pot kembang, ketiak daun, lubang pohon, pagar bambu, dll yang dilakukan secara teratur sekali dalam seminggu.Apa yang pelu dilakukan agar Rumah Bebas Jentik?Lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk).Bagaimana cara Pemeriksaan Jentik Berkala? Mengunjungi setiap rumah tangga yang ada di wilayah kerja untuk memeriksa tempat yang sering menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk/tempat penampungan air di dalam dan di luar rumah serta memberikan penyuluhan tentang PSN kepada anggota rumah tangga. Menggunakan senter untuk melihat keberadaan jentik. Jika ditemukan jentik, anggota rumah tangga diminta untuk ikut. Menyaksikan/melihat jentik, kemudian langsung dilanjutkan dengan PSN kepada anggota rumah tangga Mencatat hasil pemeriksaan jentik pada Kartu Jentik Rumah (kartu yang ditinggalkan di rumah) dan pada formulir pelaporan ke puskesmas.

h. Makan buah dan sayur setiap hariSiapa yang diharapkan makan sayur dan buah?Setiap anggota rumah tangga mengkonsunsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari.Mengapa kita harus makan sayuran dan buah?Makan sayur dan buah setiap hari sangat penting, karena: Mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, Mengandung serat yang tinggi.Berapa banyak sayur dan buah dalam sehari harus kita makan?Sayur harus dimakan 2 porsi setiap hari, dengan ukuran satu porsi sama dengan satu mangkuk sayuran segar atau setengah mangkuk sayuran matang. Sebaiknya sayuran dimakan segar atau dikukus, karena jika direbus cenderung melarutkan vitamin dan mineral.Buah-buahan harus dimakan 2-3 kali sehari. Contohnya, setiap kali makan setengah mangkuk buah yang diiris, satu gelas jus atau satu buah jeruk, apel, jambu biji atau pisang. Makanlah berbagai macam buah karena akan memperkaya variasi zat gizi yang terkandung dalam buah.Bagaimana peran keluarga untuk menanamkan Kebiasaan makan sayur dan buah? Memanfaatkan pekarangan dengan menanam sayur dan buah. Menyediakan sayur dan buah setiap hari di rumah dengan harga terjangkau. Perkenalan sejak dini kepada anak kebiasaan makan sayur dan buah pagi, siang, dan malem Memanfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang pentingnya makan sayur dan buah.

i. Melakukan aktifitas fisik setiap hariSiapa yang diharapkan melakukan aktivitas fisik?Adalah anggota keluarga melakukan aktivitas fisik 30 menit setiap hari.Apa itu aktivitas fisik?Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.Apa peran keluarga dan kader untuk mendorong anggota keluarga melakukan aktivitas fisik setiap hari?1. Manfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang pentingnya melakukan akytivitas fisik.1. Bersama anggota keluarga sering melakukan kegiatan fisik secara bersama, misalnya kalan pagi bersama, membersihkan rumah secara bersama-sama, dll.1. Ada pembagian tugas untuk membersihkan rumah atau melaksanakan pekerjaan di rumah.1. Kader mendorong lingkungan tempat tinggal untuk menyediakan fasilitas olahraga dan tempat bermain untuk anak.1. Kader memberikan penyuluhan tentang pentingnya melakukan aktivitas fisik.

j. Tidak merokok di dalam rumahSiapa yang di harapkan tidak merokok di dalam rumah?Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok di dalam rumah.Bagaimana cara berhenti merokok?Ada 3 cara untuk berhenti merokok, yaitu Berhenti Seketika, Menunda, dan Mengurangi. Hal yang paling utama adalah niat dan tekad yang bulat untuk melaksanakan cara tersebut : Seketika : Cara ini merupakan upaya yang paling berhasil. Bagi perokok berat, mungkin perlu bantuan tenaga kesehatan untuk mengatasi efek ketagihan karena rokok mengandung zat Adiktif. Menunda : Perokok dapat menunda menghisap rokok pertama 2 jam setiap hari sebelumnya dan selama 7 hari berturut-turut. Mengurangi : Jomlah rokok yang diisap setiap hari dikurangi secara berangsur-angsur dengan jumlah yang sama sampa 0 batang pada hari ke 7 atau yang ditetapkan.

Manfaat Rumah Tangga Ber-PHBSa. Bagi Rumah Tangga:i. Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.ii. Anak tumbuh sehat dan cerdas.iii. Anggota keluarga giat bekerja.iv. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.b. Bagi Masyarakat:i. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.ii. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah masalah kesehatan.iii. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.iv. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa dan lain-lain.II. PHBS di Tatanan Pendidikan (Sekolah)Pengertian PHBS di SekolahPHBS di sekolah adalah upaya untuk memperdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes RI, 2007).

Tujuan PHBS di SekolahTujuan Umum : Memperdayakan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tau, mau, dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan menerapkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.

Tujuan Khusus :0. Meningkatkan pengetahuan tentang PHBS bagi setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah.0. Meningkatkan peran serta aktif setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah ber PHBS di sekolah.0. Memandirikan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah ber PHBS.

Manfaat PHBS di SekolahManfaat bagi siswa :1. Meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit1. Meningkatkan semangat belajar1. Meningkatkan produktivitas belajar1. Menurunkan angka absensi karena sakit

Manfaat bagi warga sekolah :1. Meningkatnya semangat belajar siswa berdampak positif terhadap pencapaian target dan tujuan1. Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh orangtua1. Meningkatnya citra sekolah yang positif

Manfaat bagi sekolah :1. Adanya bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS di sekolah1. Adanya dukungan buku pedoman dan media promosi PHBS di sekolah

Manfaat bagi masyarakat :1. Mempunyai lingkungan sekolah yang sehat1. Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan oleh sekolah

Manfaat bagi pemerintah provinsi/kabupaten/kota :1. Sekolah yang sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang baik1. Dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di sekolah

Sasaran PHBS di Sekolah1. Siswa Peserta Didik1. Warga Sekolah (Kepala Sekolah, Guru, Karyawan Sekolah, Komite Sekolah, dan Orangtua Siswa)1. Masyarakat Lingkungan Sekolah (penjaga kantin, satpam, dll)

Indikator PHBS di Sekolaha. Memelihara Rambut Agar Bersih dan RapihMencuci rambut secara teratur dan menyisirnya sehingga terlihat rapih. Rambut yang bersih adalah rambut yang tidak kusam, tidak berbau, dan tidak berkutu. Memeriksa kebersihan dan kerapihan rambut dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.b. Memakai Pakaian Bersih dan RapihMemakai baju yang tidak ada kotorannya, tidak berbau, dan rapih. Pakaian yang bersih dan rapih diperoleh dengan mencuci baju setelah dipakai dan dirapikan dengan disetrika. Memeriksa baju yang dipakai dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.c. Memelihara Kuku Agar Selalu Pendek dan BersihMemotong kuku sebatas ujung jari tangan secara teratur dan membersihkannya sehingga tidak hitam/kotor. Memeriksa kuku secra rutin dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.d. Memakai Sepatu Bersih dan RapihMemakai sepatu yang tidak ada kotoran menempel pada sepatu, rapih misalnya ditalikan bagi sepatu yang bertali. Sepatu bersih diperoleh bila sepatu dibersihkan setiap kali sepatu kotor. Memeriksa sepatu yang dipakai siswa dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.e. Berolahraga Teratur dan TerukurSiswa/Guru/Masyarakat sekolah lainnya melakukan olahraga/aktivitas fisik secara teratur minimal tiga kali seminggu selang sehari. Olahraga teratur dapat memelihara kesehatan fisik dan mental serta meningkatkan kebugaran tubuh sehingga tubuh tetap sehat dan tidak mudah jatuh sakit. Olahraga dapat dilakukan di halaman secara bersama-sama, di ruangan olahraga khusus (bila tersedia), dan juga di ruangan kerja bagi guru/ karayawan sekolah berupa senam ringan dikala istirahat sejenak dari kesibukan kerja. Sekolah diharapkan membuat jadwal teratur untuk berolahraga bersama serta menyediakan alat/sarana untuk berolahraga.f. Tidak Merokok di SekolahAnak sekolah/guru/masyarakat sekolah tidak merokok di lingkungan sekolah. Merokok berbahaya bagi kesehatan perokok dan orang yang berada di sekitar perokok. Dalam satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan 4000 bahan kimia berbahaya diantaranya: Nikotin (menyebabkan ketagihan dan kerusakan jantung serta pembuluh darah); Tar (menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker) dan CO (menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen sehingga sel-sel tubuh akan mati). Tidak merokok di sekolah dapat menghindarkan anak sekolah/guru/masyarkat sekolah dari kemungkinan terkena penyakit-penyakit tersebut diatas. Sekolah diharapkan membuat peraturan dilarang merokok di lingkungan sekolah. Siswa/guru/masyarakat sekolah bisa saling mengawasi diantara mereka untuk tidak merokok di lingkungan sekolah dan diharapkan mengembangkan kawasan tanpa rokok/kawasan bebas asap rokok.g. Tidak Menggunakan NAPZAAnak sekolah/guru/masyarkat sekolah tidak menggunakan NAPZA (Narkotika Psikotropika Zat Adiktif). Penggunaan NAPZA membahayakan kesehatan fisik maupun psikis pemakainya.h. Memberantas Jentik Nyamuk Upaya untuk memberantas jentik di lingkungan sekolah yang dibuktikan dengan tidak ditemukan jentik nyamuk pada: tempat-tempat penampungan air, bak mandi, gentong air, vas bunga, pot bunga/alas pot bunga, wadah pembuangan air dispenser, wadah pembuangan air kulkas, dan barang-barang bekas/tempat yang bisa menampung air yang ada di sekolah. Memberantas jentik di lingkungan sekolah dilakukan dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui kegiatan: menguras dan menutup tempat-tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas, dan menghindari gigitan nyamuk. Dengan lingkungan bebas jentik diharapkan dapat mencegah terkena penyakit akibat gigitan nyamuk seperti demam berdarah, cikungunya, malaria, dan kaki gajah. Sekolah diharapkan dapat membuat pengaturan untuk melaksanakan PSN minimal satu minggu sekali.i. Menggunakan Jamban yang Bersih dan SehatAnak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan jamban/WC/kakus leher angsa dengan tangki septic atau lubang penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir saat buang air besar dan buang air kecil. Menggunakan jamban yang bersih setiap buang air kecil ataupun buang air besar dapat menjaga lingkungan di sekitar sekolah menjadi bersih, sehat, dan tidak berbau. Disamping itu tidak mencemari sumber air yang ada disekitar lingkungan sekolah serta menghindari datangnya lalat atau serangga yang dapat menularkan penyakit seperti: diare, disentri, tipus, kecacingan, dan penyakit lainnya. Sekolah diharapkan menyediakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan dalam jumlah yang cukup untuk seluruh siswa serta terpisah antara siswa laki-laki dan perempuan. Perbandingan jamban dengan pemakai adalah 1:30 untuk laki-laki dan 1:20 untuk perempuan.j. Menggunakan Air Bersih Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari di lingkungan sekolah. Sekolah diharapkan menyediakan sumber air yang bisa berasal dari air sumur terlindung, air pompa, mata air terlindung, penampungan air hujan, air ledeng, dan air dalam kemasan (sumber air berasal dari smur pompa, sumur, mata air terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah/WC). Air diharapkan tersedia dalam jumlah yang memenuhi kebutuhan dan tersedia setiap saat.k. Mencuci Tangan dengan Air Mengalir dan Memakai SabunSekolah/guru/masyarakat sekolah selalu mencuci tangan sebelum makan, sesudah buang air besar/sesudah buang air kecil, sesudah beraktivitas, dan atau setiap kali tangan kotor dengan memakai sabun dan air bersih yang mengalir. Air bersih yang mengalir akan membuang kuman-kuman yang ada pada tangan yang kotor, sedangkan sabun selain membersihkan kotoran juga dapat membunuh kuman yang ada di tangan. Diharapkan tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman serta dapat mencegah terjadinya penularan penyakit seperti: diare, disentri, kolera, tipus, kecacingan, penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan flu burung.l. Membuang Sampah ke Tempat Sampah yang TerpilahAnak sekolah/guru/masyarakat sekolah membuang sampah ke tempat sampah yang tersedia. Diharapkan tersedia tempat sampah yang terpilah antara sampah organik, non-organik, dan sampah bahan berbahaya. Sampah selain kotor dan tidak sedap dipandang juga mengandung berbagai kuman penyakit. Membiasakan membuang sampah pada tempat sampah yang tersedia akan sangat membantu anak sekolah/guru/masyarakat sekolah terhindar dari berbagai kuman penyakit.m. Mengkonsumsi Jajanan Sehat dari Kantin SekolahAnak sekolah/guru/masyarakat sekolah mengkonsumsi jajanan sehat dari kantin/warung sekolah atau bekal yang dibawa dari rumah. Sebaiknya sekolah menyediakan warung sekolah sehat dengan makanan yang mengandung gizi seimbang dan bervariasi, sehingga membuat tubuh sehat dan kuat, angka absensi anak sekolah menurun, dan proses belajar berjalan dengan baik.n. Menimbang Berat Badan dan Mengukur Tinggi Badan Setiap BulanSiswa ditimbang berat badan dan diukur tinggi badan setiap bulan agar diketahui tingkat pertumbuhannya. Hasil penimbangan dan pengukuran dibandingkan dengan standar berat badan dan tinggi badan sehingga diketahui apakah pertumbuhan siswa normal atau tidak normal.

III. PHBS di tempat-tempat umum Adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum yang ber-PHBS.Melalui penerapan PHBS di tempat umum ini, diharapkan masyarakat yang berada di tempat-tempat umum akan terjaga kesehatannya dan tidak tertular atau menularkan penyakit. Syarat tempat umum yang ber-PHBS yaitu : Menggunakan air bersih Menggunakan jamban Membuang sampah pada tempatnya Tidak merokok Tidak meludah sembarangan Memberantas jentik nyamuk Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih Menutup makanan dan minuman

IV. PHBS di tempat kerjaMerupakan upaya memberdayakan para pekerja agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat. Penerapan PHBS di tempat kerja diperlukan untuk menjaga, memelihara dan mempertahankan kesehatan pekerja agar tetap sehat dan produktif.Manfaat PHBS di tempat kerja diantaranya masyarakat di sekitar tempat kerja menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit, serta lingkungan di sekitar tempat kerja menjadi lebih bersih, indah, dan sehat. Syarat tempat umum yang sehat yaitu : Mengkonsumsi makanan bergizi Melakukan aktivitas fisik setiap hari Tidak merokok di tempat kerja Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Menggunakan air bersih Memberantas jentik di tempat kerja Menggunakan jamban Membuang sampah pada tempatnya

V. PHBS di institusi kesehatanInstitusi kesehatan adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, seperti rumah sakit, puskesmas, dan klinik swasta. PHBS di institusi kesehatan merupakan upaya untuk memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung, dan petugas agar tahu, mampu, dan mampu mempraktikkan hidup perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan intitusi kesehatan ber-PHBS.PHBS di Institusi Kesehatan sangat diperlukan sebagai salah satu upaya untuk mencegah penularan penyakit, infeksi nosokomial dan mewujudkan Institusi Kesehatan yang sehat. Syarat institusi sehat yaitu : Menggunakan air bersih Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun Menggunakan jamban Membuang sampah pada tempatnya Tidak merokok di Institusi Kesehatan Tidak meludah sembarangan Memberantas jentik nyamuk

2.4. KERANGKA TEORI

TEORI PERILAKU

1. Faktor Pendorong / Predisposing Factors (Pengetahuan, sikap, keyakinan, dan nilai-nilai tradisi, dan sebagainya)2. Faktor Pemungkin/ Enabling Factors(Sarana dan prasarana, atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan)3. Faktor Penguat/ Reinforcing Factors (Tokoh masyarakat dan tokoh agama)

PERILAKU

2.5. KERANGKA KONSEP

SIKAP

PERILAKU PHBS YANG BURUK

PENGETAHUAN

PENDIDIKAN FASILITAS(sarana dan prasarana)

DAFTAR PUSTAKAHubungan Diare Dengan Mencuci Tangan. Unduh : 27 Mei 2015. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25489/2/Alif%20Nurul%20Rosyidah%20-%20fkik%20.pdfHubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Unduh : 27 Mei 2015. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29777/4/Chapter%20II.pdf

Notoatmodjo, Soekidjo (2003). Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta

Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Unduh : 31 Mei 2015. http://dinkes-sulsel.go.id/pdf/Perilaku_hidp_bersih_&_sehat.pdf

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan Penyakit Berbasis Lingkungan. Unduh : 31 Mei 2015. www.pamsimas.org/index.php?option=com...penyakit

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Unduh : 31 Mei 2015. http://dinkes.malangkota.go.id/index.php/artikel-kesehatan/119-perilaku-hidup-bersih-dan-sehat

LAMPIRAN I :QUISIONER

LAMPIRAN II :FOTO

24