30
1 I. PENDAHULUAN Kematian maternal 70% disebabkan oleh perdarahan 24%, infeksi 15%, aborsi tidak aman 13%, tekanan darah tinggi 12% dan persalinan lama 8%. Masalah ini merupakan pertanyaan bagi pusat pelayanan kesehatan dalam upaya menurunkan jumlah kematian maternal tersebut. Perdarahan dan infeksi dapat dicegah dengan tindakan kuretase. Abortus merupakan salah satu penyebab terjadinya perdarahan dan merupakan indikasi dilakukanya kuretase. Angka ini turut meningkat seiring bertambahnya jumlah kejadian aborsi di Indonesia, didapatkan dua juta kasus/tahun. Kuretase pada pasien abortus baik dilakukan untuk mempersiapkan kehamilan selanjutnya. 1 Kuretase merupakan salah satu prosedur obstetrik dan ginekologi yang sering dilakukan. Baik untuk pengosongan sisa konsepsi dari kavum uteri akibat abortus. Ataupun untuk mengetahui kelainan perdarahan uterus pada kasus ginekologi. Prosedur ini berlangsung dalam waktu singkat. Kasus yang membutuhkan tindakan kuretase bermacam-macam, diantaranya abortus, blighted ovum, sisa plasenta, dan hamil anggur. Ada juga kasus kuret yang

Kuretase

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jenis metode kuretase

Citation preview

1

I. PENDAHULUAN

Kematian maternal 70% disebabkan oleh perdarahan 24%, infeksi 15%,

aborsi tidak aman 13%, tekanan darah tinggi 12% dan persalinan lama 8%.

Masalah ini merupakan pertanyaan bagi pusat pelayanan kesehatan dalam

upaya menurunkan jumlah kematian maternal tersebut. Perdarahan dan

infeksi dapat dicegah dengan tindakan kuretase. Abortus merupakan salah

satu penyebab terjadinya perdarahan dan merupakan indikasi dilakukanya

kuretase. Angka ini turut meningkat seiring bertambahnya jumlah kejadian

aborsi di Indonesia, didapatkan dua juta kasus/tahun. Kuretase pada pasien

abortus baik dilakukan untuk mempersiapkan kehamilan selanjutnya.1

Kuretase merupakan salah satu prosedur obstetrik dan ginekologi yang

sering dilakukan. Baik untuk pengosongan sisa konsepsi dari kavum uteri

akibat abortus. Ataupun untuk mengetahui kelainan perdarahan uterus pada

kasus ginekologi. Prosedur ini berlangsung dalam waktu singkat. Kasus yang

membutuhkan tindakan kuretase bermacam-macam, diantaranya abortus,

blighted ovum, sisa plasenta, dan hamil anggur. Ada juga kasus kuret yang

ditujukan untuk diagnostik seperti biopsi endometrium. Pengerukan yang

terlalu dalam dapat menyebabkan sisa kerukan pada dinding rahim ,

perdarahan, infeksi serta gangguan haid merupakan dampak dari kuretase.1,2

II. DEFINISI KURETASE

Kuretase adalah pembersihan daerah permukaan yang terkena

penyakit,dengan menggunakan alat kuret. Kuretase adalah serangkaian proses

pelepasan jaringan yang melekat padadinding kavum uteri dengan melakukan

invasi dan memanipulasi instrument (sendok kuret) ke dalam kavum uteri. Kuretase

adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase(sendok

kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan

pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaanserviks dan

besarnya uterus. Gunanya untuk mencegah terjadinya bahayakecelakaan

misalnya perforasi. Tindakan ginekologi operatif untuk mengakhiri

2

kehamilan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu disebut

sebagai aborsi yang dikerjakan melalui tindakan kuretase tanpa atau disertai

dengan dilatasi kanalis servikalis terlebih dulu.2,3

III. TUJUAN KURETASE4

1. Kuret sebagai diagnostik suatu penyakit rahim

Yaitu mengambil sedikit jaringan lapis lendir rahim, sehingga dapat

diketahui penyebab dari perdarahan abnormal yang terjadi misalnya

perdarahan pervaginam yang tidak teratur, perdarahan hebat, kecurigaan

akan kanker endometriosis atau kanker rahim, pemeriksaan kesuburan/

infertilitas.

2. Kuret sebagai terapi

Yaitu bertujuan menghentikan perdarahan yang terjadi pada keguguran

kehamilan dengan cara mengeluarkan hasil kehamilan yang telah gagal

berkembang, menghentikan perdarahan akibat mioma dan polip dengan

cara mengambil mioma dan polip dari dalam rongga rahim, menghentikan

perdarahan akibat gangguan hormon dengan cara mengeluarkan lapisan

dalam rahim misalnya kasus keguguran, tertinggalnya sisa jaringan

plasenta, atau sisa jaringan janin di dalam rahim setelah proses persalinan,

hamil anggur, menghilangkan polip rahim 

IV. INDIKASI KURETASE2,4,5

1. Abortus Inkomplit

Abortus Inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam

uterus. Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan

dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari

ostium uteri eksternum. Perdarahan pada abortus inkomplit dapat banyak

sekali, sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti

sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan. Dalam penanganannya, apabila

3

abortus inkomplit disertai syok karena perdarahan, segera harus diberikan

infus cairan Nacl fisiologik atau cairan ringer yang disusul dengan

transfusi. Setelah syok diatasi, dilakukan kerokan (kuratase). Pasca

tindakan disuntikkan intramuskulus ergometrin untuk mempertahankan

kontraksi uterus.

Etiologi

Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi

terdapat beberapa sebab antara lain :

a.    Faktor pertumbuhan hasil konsepsi

–       Kelainan kromosom

–       Lingkungan endometrium

–       Gizi ibu kurang

–       Radiasi

–       Kelainan plasenta

b.  Penyakit ibu

           Penyakit secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam

kandungan melalui plasenta yaitu penyakit infeksi seprti pneumonia,

tifus abdominalis, malaria, sypilis, toxin, bakteri, virus, atau

plasmodium sehingga menyebabkan kematian janin dan terjadi

abortus

c.  Kelainan traktus genitalis

Retroversion uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat

menyebabkan abortus.

           Diagnosa

 Anamnesis : perdarahan dari jalan lahir (biasanya banyak), 

sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan

berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan.

4

           Penanganan

1)    Jika perdarahan bersifat ringan sampai sedang dan kehamilan kurang

dari 16 minggu, gunakan jari atau forsep cincin untuk mengeluarkan

hasil konsepsi yang menonjol keluar dari serviks.

2)    Jika perdarahan bersifat berat dan kehamilan kurang dari 16 minggu,

evakuasi uterus dengan kuratase

3)    Jika kehamilan lebih dari 16 minggu infuskan oksitosin 40 Unit dalam

1L cairan iv dengan kecepatan 40 tetes permenit sampai hasil konsepsi

keluar, berikan misoprostol 200 µg melalui vagina setiap 4 jam

sampai hasil konsepsi keluar, evakuasi hasil sisa konsepsi dari uterus

dengan kuratase.

       2.   Kehamilan Mola

Kehamilan mola dicirikan dengan poliferasi abnormal vilus korion. Mola

Hidatidosa adalah gumpalan atau tumor dalam rahim yang terjadi karena

degenerasi atau gangguan perkembangan sel telur yang telah dibuahi.

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar

dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami

perubahan hidropik. Yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus

pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa

milimeter sampai satu atau dua sentimeter.

            Adanya mola hidatidosa harus dicurigai bila ada wanita dengan

amenore, perdarahan pervaginam, uterus yang lebih besar dari tuanya

kehamilan dan untuk diagnosis pasti dilakukan pemeriksaan kadar HCG

dalam darah, urin maupun bioasay, atau dengan USG.

             Penanganan

1)      Perbaikan keadaan umum

5

2)    Vakum kuretase, tindakan kuretase cukup dilakukan sekali saja asal

bersih, kuret kedua hanya dilakukan bila ada indikasi

(Prawirohardjo, 2007).

     3.   Blighted Ovum

Blighted Ovum adalah buah kehamilan yang dengan pemeriksaan USG

tampak gestasional sac saja, tanpa adanya fetal pole, kantong amnion

tampak telah tidak teratur (Maimunah, 2002). Blighted Ovum (kehamilan

unembrionik) adalah kehamilan patologik, dimana mudigah tidak

terbentuk sejak awal. Disamping mudigah, kantong kuning telur juga ikut

tidak terbentuk. Blighted ovum harus dibedakan dari kehamilan muda

yang normal, dimana mudigah masih terlalu kecil untuk dapat dideteksi

dengan alat USG (biasanya kehamilan 5-6 minggu) (Prawirohardjo, 2007).

            Kehamilan yang berkembang dengan tidak sempurna ini disebabkan

oleh kelainan gen dan kromosom pada ovum (sel telur), sperma, atau

keduanya. Kelainan ini biasa diturunkan dari bapak atau ibu penderita.

Rendahnya kualitas sel telur dan sperma juga berperan. Bisa juga sel telur

dan sperma normal, namun saat terjadi proses pembelahan kromosom

terjadi kelainan berupa translokasi (saling bertukarnya bagian kromosom

yang non-homolog atau tak sejenis). Penyebab lainnya multifaktor,

meliputi: infeksi karena campak Jerman (rubella), cytomegalovirus, herpes

simpleks, virus toxoplasma, bakteri Listeria monocytogenes, penyakit

kencing manis (diabetes mellitus) yang tak terkendali, dan kelainan

imunologi.               

         Diagnosis blighted ovum dapat ditegakkan bila pada kantong gestasi

yang berdiameter sedikitnya 30 mm (penulis lain memakai ukuran 25

mm), tidak dijumpai adanya struktur mudigah atau kantong kuning telur.

Jika telah didiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah

mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan

6

dianalisa untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi

penyebabnya. Jika karena infeksi maka dapat diobati sehingga kejadian ini

tidak berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program

imunoterapi sehingga kelak dapat hamil sungguhan (Intan, 2008).

4. Misssed Abortion

Retensi janin mati (Missed Abortion) adalah perdarahan pada kehamilan

muda disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga 8

minggu atau lebih. Missed Abortion adalah kehilangan kehamilan dimana

produk-produk konsepsi tidak keluar dari tubuh. Diagnosa missed abortion

secara USG dapat ditegakkan bila dijumpai mudigah dengan jarak kepala-

bokong 10 mm atau lebih yang tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

Ukuran uterus lebih kecil dari usia kehamilan, bentuk kantong gestasi dan

mudigah tidak utuh lagi dan cairan ketuban biasanya tinggal sedikit.

Pengeluaran hasil konsepsi pada missed abortion merupakan satu

tindakan yang tidak lepas dari bahaya karena plasenta dapat melekat erat

pada dinding uterus dan kadang-kadang terdapat hipofibrinogenemia.

Apabila diputuskan untuk mengeluarkan hasil konsepsi itu, pada uterus

yang besarnya tidak melebihi 12 minggu sebaiknya dilakukan pembukaan

serviks uteri dengan memasukkan laminaria selama kira-kira 12 jam dalam

kanalis servikalis yang kemudian dapat diperbesar dengan busi hegar

sampai cunam ovum atau jari dapat masuk kedalam kavum uteri. Dengan

demikian, hasil konsepsi dapat dikeluarkan lebih mudah serta aman, dan

sisa-sisanya kemudian dibersihkan dengan kuret tajam.

      5. Sisa Plasenta

           Perdarahan postpartum dini dapat terjadi sebagai akibat tertinggalnya sisa

plasenta atau selaput janin. Bila hal tersebut terjadi, harus dikeluarkan

7

secara manual atau dikuret, disusul dengan pemberian obat-obatan

oksitoksika intravena.

Sisa plasenta dalam nifas menyebabkan perdarahan dan infeksi.

Perdarahan yang banyak dalam nifas hampir selalu disebabkan oleh sisa

plasenta. Dengan perlindungan antibiotik, sisa plasenta dikeluarkan secara

digital atau dengan kuret besar. Jika ada demam ditunggu dulu sampai

suhu turun dengan pemberian antibiotik dan 3-4 hari kemudian rahim

dibersihkan, tetapi bila ada perdarahan banyak, rahim segera dibersihkan

walaupun ada demam.

Sisa plasenta merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam uterus

yang dapat menimbulkan perdarahan postpartum primer atau perdarahn

postpartum sekunder. Perdarahan postpartum dini dapat terjadi sebagai

akibat tertinggalnya sisa plasenta atau selaput janin. Bila hal tersebut

terjadi, harus dikeluarkan secara manual atau dikuretase disusul dengan

pemberian obat-obat uterotonika intravena.

Perdarahan yang terjadi dapat deras atau merembes, dengan

pemeriksaan dalam dilakukan eksplorasi vagina, uterus dan pemeriksaan

inspekulo dengan cara ini dapat ditentukan adanya robekan dari serviks,

vagina, hematoma dan adanya sisa-sisa plasenta.         

Tindakan penanganan meliputi pemasangan infus profilaksis,

pemberian antibiotik adekuat, pemberian uterotonik (oksitosin atau

metergin), dan tindakan definitif dengan kuratase dan dilakukan

pemeriksaan patologi-anatomik (PA).

V. PERSIAPAN KURETASE

A. PERSIAPAN PASIEN

1. Puasa

Saat akan menjalani kuretase, biasanya ibu harus mempersiapkan

dirinya. Misal, berpuasa 4-6 jam sebelumnya. Tujuannya supaya perut

8

dalam keadaan kosong sehingga kuret bisa dilakukan dengan

maksimal.1

2. Persiapan Psikologis

               Setiap ibu memiliki pengalaman berbeda dalam menjalani kuret.

Sebenarnya, seperti halnya persalinan normal, sakit tidaknya kuret

sangat individual. Sebab, segi psikis sangat berperan dalam

menentukan hal ini. Bila ibu sudah ketakutan bahkan syok lebih dulu

sebelum kuret, maka munculnya rasa sakit sangat mungkin terjadi.

Sebab rasa takut akan menambah kuat rasa sakit. Bila ketakutannya

begitu luar biasa, maka obat bius yang diberikan bisa tidak mempan

karena secara psikis rasa takutnya sudah bekerja lebih dahulu.

                             Sebaliknya, bila saat akan dilakukan kuret ibu bisa tenang dan bisa

mengatasi rasa takut, biasanya rasa sakit bisa teratasi dengan baik.

Meskipun obat bius yang diberikan kecil sudah bisa bekerja dengan

baik. Untuk itu sebaiknya sebelum menjalani kuret ibu harus

mempersiapkan psikisnya dahulu supaya kuret dapat berjalan dengan

baik. Persiapan psikis bisa dengan berusaha menenangkan diri untuk

mengatasi rasa takut, pahami bahwa kuret adalah jalan yang terbaik

untuk mengatasi masalah yang ada. Sangat baik bila ibu meminta

bantuan kepada orang terdekat seperti suami, orangtua, sahabat, dan

lainnya.                           

 

B. Persiapan Tenaga Kesehatan Sebelum Kuretase5

                                                         Melakukan USG terlebih dahulu, mengukur tekanan darah

pasien, dan melakukan pemeriksaan Hb, menghitung pernapasan,

mengatasi perdarahan, dan memastikan pasien dalam kondisi sehat.

 

9

C. Persiapan Alat5,6

                           Alat tenun,

1)   Baju operasi

2)   Laken

3)   Doek kecil,

                            Alat kuretase

1)   Spekulum dua buah (Spekullum cocor bebek (1) dan SIM/L (2)

ukuran S/M/L)

2)   Sonde penduga uterus

a.    Untuk mengukur kedalaman rahim

b.    Untuk mengetahui lebarnya lubang vagina

3)   Cunam muzeus atau cunam porsio

4)   Berbagai ukuran busi (dilatator) Hegar

5)   Bermacam-macam ukuran sendok kerokan (kuret 1 set)

6)   Cunam tampon satu buah

7)   Kain steril dan handscoon 2 pasang

8)   Tenakulum 1 buah

9)   kom

10)    Lampu sorot

11)    Larutan antiseptik

12)    Tensimeter, stetoskop, sarung tangan DTT

13)    Set infus, aboket, cairan infus

14)    Kateter karet 1 buah

15)    Spuit 3 cc dan 5 cc

16)    Oksigen dan regulator

D. Saat Kuretase5

                            Sebelum dilakukan kuretase, biasanya pasien akan diberikan obat

anestesi (dibius) secara total dengan jangka waktu singkat, sekitar 2-3

10

jam. Setelah pasien terbius, barulah proses kuretase dilakukan. Ketika

melakukan kuret, ada 2 pilihan alat bantu bagi dokter. Pertama,

sendok kuret dan kanula/selang. Sendok kuret biasanya dipilih oleh

dokter untuk mengeluarkan janin yang usianya lebih dari 8 minggu

karena pembersihannya bisa lebih maksimal. Sedangkan sendok

kanula lebih dipilih untuk mengeluarkan janin yang berusia di bawah

8 minggu, sisa plasenta, atau kasus endometrium

VI. JENIS-JENIS DAN TEHNIK KURETASE

A. Kuretase Suction2,4

Kuretase suction adalah prosedur bedah minor yang merupakan metode

utama yang digunakan di Australia dan Selandia Baru untuk terminasi

kehamilan tiga bulan pertama.

1. Prosedur

- Preparasi serviks dapat atau tidak dapat digunakan lebih dulu.

- Anestesi dapat total maupun lokal, dengan atau tanpa pembiusan

oral atau intravena; metode ini akan tergantung pada kesediaan

klinik tertentu dan pilihan ibu hamil.

- Serviks didilatasi dengan menggunakan dilator logam untuk

mengakomodasi kurets uction yang dipilih, kuretase dilakukan

dengan menggunakan penghisap bertenaga listrik pada daerah yang

akan dikuret, dan rongga uterus kemudian dapat diperiksa

dengan forceps jaringan dan/atau kret logam.

- WHO merekomendasikan untuk tidak menggunakan agen

oksitoksik rutin dengan kuretasesuction.

2.  Efek samping

- Dapat menyebabkan nyeri selama dilakukan terminasi dan

membutuhkan analgetik.

- Perdarahan berlangsung selama 18 hari dan diikuti adanya spoting.

11

- Dapat meyebabkan kehilangan sebagian darah (Anemia)

- Muntah, jika mengunakan prostaglandin, dari obat-obatan anastesi

3. Komplikasi

- Perporasi uterus

- Trauma servikal

B. Kuretase Vakum1,4

Kuretase vakum disebut juga dengan Aspirasi Vakum Manual (AVM)

adalah cara mengeluarkan hasil konsepsi dengan alat vakum (tekanan

negatif). Prosedur ini merupakan salah satu cara efektif untuk pengobatan

abortus inkomplit. Pembersihan dilakukan dengan mengisap sisa konsepsi

dari kavum uteri dengan tekanan negatif. Alat ini terdiri dari kanul kuret

berbagai ukuran yang dihubngkan dengan pompa vakum atau sumber

vakum lainya. Untuk vakum kuretase ini diperlukan tekanan negatif

sekitar 700 mmHg. Evekuasi sisa konsepsi pada abortus inkomplit hingga

usia kehamilan 12-14 minggu, dapat dilakukan dengan aspirasi vakum

atau dilatasi dan kuretase.

1. Tehnik kuretase vakum

- Kanul ukuran yang sesuai bukaan serviks dimasukan kedalam kavum

uteri.

- Kanul dihubungkan dengan sumber vakum, baik elektrik ataupun

serupa semprit besar

- Buka pengatur katup di bagian depan tabung sehingga tekanan negatif

(sekitar 1 atmosfer atau 26 inci/660 mmHg) mulai mengisap massa

kehamilan di dalam kavum uteri.

- Kanul digerakan pelan-pelan dari atas kebawah kemudian diputar

sampai 180 derajat sehingga rahim seluruhnya keluar dalam satu

penampungan atau dalam semprit

2. Kelebihan cara kuretase vakum

– Kurang menimbulkan trauma, rasa nyeri dalam perdarahan

12

– Jarang terjadi ferporasi karena yang dipakai adalah kanul plastik

dibandingkan sendok kuret dari logam

– Waktu yang dipergunakan begitu pula dilatasi serviks lebih singkat

dan dapat dipakai pada pembukaan kecil.

3. Perlengkapan alat AVM

Instrumen AVM terdiri dari tabung dengan volume 60 ml, mempunyai

satu atau dua pengatur katup untuk aplikasi tekanan negative, toraks

dan tangkai penarik/pendorong, penahan toraks di pangkal tabung,

silicon pelumas cincin karet. Peralatan ini juga mempunyai kanula

steril yang elastic dengan 2 lobang diujungnya, pada posisi yang

berlawanan. Tabung dengan satu pengatur katup, digunakan untuk

kanula ukuran kecil (4,5 dan 6 mm). Tabung dengan 2 pengatur katup

digunakan untuk kanula ukuran 6-10 dan 12 mm. Kanula tersebut

dihubungkan dengan tabung, melalui adaptor yang mempunyai kode

warna-warna tesendiri bagi masing-masing ukuran kanula.

C. Kuretase (kerokan)4

Kuretase adalah cara membersikan hasil konsepsi memakai alat kuretase,

penolong harus melakukan pemerikaan dalam untuk menentukan letak

uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus. Gunnya untuk mencegah

terjadinya bahaya kecelakaan misalnya perforasi.

1. Persiapan kuretase

a. Persiapan penderita

– Lakukanlah pemeriksaan umum tekanan darah, nadi, keadaan

jantung dan paru-paru dan sebagainya.

– Pasanglah infus cairan sebagai profilaksis.

b. Persiapan alat-alat kuretase.

Alat-alat kuretase hendaknya telah tersedia dalam bak alat dalam

keadaan aseptik berisi:

o Spekulum dua buah

o Sonde uterus

13

o Cunam muzeux atau cunam porsio

o Berbagai ukuran busi Hegar

o Bermacam-macam ukuran sendok kuret

o Cunam abortus, kecil dan besar

o Pinset dan klem

o Kain steril dan sarung tangan dua pasang

c. Penderita ditidurkan dalam posisi litotomi

d. Pada umumnya diperlukan anastesi infiltrasi lokal atau umum

secara intravena dengan Ketalar.

2. Tehnik kuretase

a. Tentukan letak rahim, yaitu dengan melakukan pemeriksaan dalam

alat-alat yang dipakai umumnya terbuat dari metal dan biasanya

melengkung karena itu memasukan alat-alat harus disesuaikan

dengan letak rahim. Gunanya supaya jangan terjadi segala arah

(fase raute) dan perforasi

b. Bendungan rahim (sondage) masukan bendungan rahim sesuai

dengan letak rahim dan tentukan panjang atau dalamya bendungan

rahim caranya adalah setelah ujung sonde terasa membentur fundus

uteri, telunjuk tangan kanan diletakan pada porsio dan tariklah

sonde keluar lalu baca berapa cm dalam rahim.

c. Dilatasi bila pembukaan serviks belum cukup untuk memasukan

sendok kuret, lakukanlah terlebih dahulu didilatasi dengan dilatator

atau baugie Hegar. Peganglah busi seperti memgang pensil dan

masukanlah hati-hati sesuai letak rahim. Untuk sendok kuret

terkecil biasanya diperlukan dilatasi sampai Hegar no 7 . untuk

mencegah kemungkinan perforasi usahakanlah memakai sendok

kuret yang agak besar, dengan diatasi yang lebih besar.

d. Kuretase, pakailah sendok kuret yang agak besar, yang dimasukan

dan lakukan kerokan biasanya mulailah dengan bagian tengah.

14

Pakailah sendok kuret yang tajam (ada tanda berigi) karena lebih

efektif dan lebih terasa saat melakukan kerokan pada dinding rahim

dalam (seperti bunyi mengkur kelapa) dengan demikian kita tahu

bersih atau tidaknya hasil kerokan.

e. Cunam abortus, pada abortus insipien dimana kelihatan jaringan

pakailah cunam abortus untuk mengeluarkannya yang biasanya

diikuti oleh jaringan lainnya. Dengan demikian sendok kuret hanya

dipakai untuk membersikan sisa-sisa yang tertinggal.

D. Dilatasi dan Kuretasi 2,4

Abortus bedah dilakukan mula-mula dengan mendilatasi serviks dan

kemudian mengosongkan uterus dengan mengerok isi uterus (kuretase

tajam) secara mekanis, melakukan aspirasi vakum (kuretase isap) atau

keduanya tehnik untuk vakum manual dini baru-baru ini diulas

oleh Macisaac dan jones (2000). Kemudian terjadi penyulit termasuk

perforasi uterus, laserasi serviks, perdarahan, pengeluaran janin dan

plasenta yang tidak lengkap, dan infeksi meningkat setelah trimester

pertama. Atas alasan ini kuretase atau aspirasi vakum seyogyanya

dilakukan sebelum minggu ke 4 .

Untuk usia gestasi diatas 16 minggu, dilakukan dilatasi dan evakuasi

(D&E), tindakan ini berupa dilatasi serviks lebar diikuti oleh destruksi dan

evakuasi mekanis bagian-bagian janin. Setela janin seluruhnya

dikeluarkan, digunakan kuret vakum berlubang besar untuk mengeluarkan

plasenta dan jaringan yang tersisa. Dilatasi dan ektraksi (D&X) serupa

dengan (D&E) kecuali bahwa pada (D&X) bagian janin pertama kali

diektraksi melalui serviks yang telah membuka untuk mempermudah

dilakukan tindakan

Tanpa adanya penyakit sistemik pada ibu, kehamilan biasanya diakiri

dengan kuretase atau evakuasi/ ektraksi tanpa rawat inap. Apa bila abortus

tidak dilakukan lingkup rumah sakit, perlu tersedia fasilitas dan

15

kemampuan untuk resusitasi jantung paru yang efektif dan akses segera

kerumah sakit.

1. Teknik dilatasi dan kuretasi

Bibir cervik anterior dijepit dengan tenakulum berigi. Anastesi lokal

misalnya lidokain 1 atau 2 persen sebanyak 5 ml disuntikan secara

bilateral kedalam serviks cara lain, digunakan blok paraservikal.

Uterus disonde degan hati-hati untuk mengidentifikasi status os

internum dan untuk meastikan ukuran dan posisi uterus. Serviks

dipelebar lebih lanjut dengan dilator hegar atau pratt sapai kuret isap

aspirator vakum dengan ukuran diaeter yang meadai dapat diasukan.

Jari ke empat dan ke lima tangan yang dimasukan dilator harus

diletakan diperineum dan bokong sewaktu dilator didorong melewati

os internum. Hal ini merupakan pengamanan tambahan agar tidak

terjadi perforasi uterus.

Kemudian digunakan kuretase isap untuk mengasapirasi produk

kehamilan. Aspirator vakum digerakan diatas permukaan secara

sistematis agar seluruh rongga uterus trcakup. Apa bila hal ini telah

dilakukan dan tidak ada lagi jaringan yang terisap, dilakukan kuretasi

tajam dengan hati-hati apa bila diperkirakan masih terdapat potongan

janin atau plasenta. Kuret tajam lebih efektif dan bahaya yang

ditimbulkannya seharusnya tidak lebih besar dari pada yang

ditimbulkan oleh intrumen tumpul. Perforasi uterus jarang terjadi pada

saat kuret digerakan kebawah, tetapi dapat terjadi saat memasukan

setiap intrumen kedalam uterus. Manipulasi harus dilakukan dengn ibu

jari dan telujuk.

Pada kasus-kasus yang telah melewati gestasi 16 minggu, janin di

ektraksi, biasanya dalam potongn-potongan, dengan mengunakan

forsep Sopher atau serupa dengan intrumen destruktif lainya. Abortus

tahap lanjut lebih berbahaya bagi wanita yang bersangkutan. Resiko

16

perforasi dan leserasi uterus meningkat akibat janin yang lebih besar

dan uterus yang lebih tipis

2. Tahap-tahap kuretase

a. Bila masih memungkinkan dan dianggap perlu, tindakan untuk

memperlebar kanalis servikalis dilakukan dengan pemasangan

batang laminaria dalam kanalis servikalis dalam waktu maksimum

12 jam sebelum tindakan kuretase.

b. Dilatasi juga dapat dilakukan dengan dilatator Hegar yang terbuat

dari logam dari berbagai ukuran (antara 0.5 cm sampai 1.0 cm)

c. Setelah persiapan operator dan pasien selesai, pasien diminta untuk

berbaring pada posisi lithotomi setelah sebelumnya mengosongkan

vesica urinaria.

d. Perineum dibersihkan dengan cairan antiseptik

e. Dilakukan pemeriksaan dalam ulangan untuk menentukan posisi

servik, arah dan ukuran uterus serta keadaan adneksa

f. Spekulum dipasang dan bibir depan porsio dijepit dengan 1 atau 2

buah cunam servik.

Gambar 1: Spekulum vagina dipasang dan dipegang oleh asisten, sonde uterus dimasukkan kedalam cavum uteri untuk menentukan arah dan kedalaman uterus

17

Gambar : Dilatator hegar dijepit diantara ibu jari da jari telunjuk tangan kanan dan dimasukkan kedalam uterus secara hati-hati da sistematis (mulai dari ukuran diameter terkecil

g. Gagang sonde dipegang antara ibu jari dan telunjuk tangan kanan

dan kemudian dilakukan sondage untuk menentukan arah dan

kedalaman uterus

h. Bila perlu dilakukan dilatasi dengan dilatator Hegar

i. Jaringan sisa kehamilan yang besar diambil terlebih dulu dengan

cunam abortus

j. Sendok kuret dipegang diantara ujung jari dan jari telunjuk tangan

kanan (hindari cara memegang sendok kuret dengan cara

menggenggam), sendok dimasukkan ke kedalam uterus dalam

posisi mendatar dengan lengkungan yang menghadap atas.

k. Pengerokan uterus dikerjakan secara sistematik ( searah dengan

jarum jam dan kemudian berlawanan arah dengan jarum jam ).

Cavum uteri dianggap bersih bila tidak terdapat jaringan sisa

kehamilan lagi yang keluar dan cairan darah cavum uteri berbuih.

l. Rongga vagina dibersihkan dari sisa jaringan dan darah.

18

m. Diberikan doxycycline 200 mg per oral pasca tindakan dan 100 mg

sebelum tindakan.

Gambar : Sendok uterus dimasukkan secara mendatar dengan lengkungan menghadap atas dan kuretase dikerjakan secara sistematis

Gambar : Pengeluaran sisa kehamilan yang relatif besar

VII. Komplikasi Kuratase 4,6,7

A.Perforasi

           Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada

kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus yang dapat menjurus ke

19

rongga peritoneum, ke ligatum latum, atau ke kandung kencing. Oleh

sebab itu letak uterus harus ditetapkan terlebih dahulu dengan seksama

pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks jangan digunakan tekanan

yang berlebihan. Pada kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan

tetapi penarikan kuret keluar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih

besar.

            Bahaya perforasi adalah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi

perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan

seksama dengan mengamati keadaan umum, nadi,  tekanan darah,

kenaikan suhu, turunnya hemoglobin dan keadaan perut bawah. Jika

keadaan meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan

laparatomi percobaan dengan segera.

B.Luka pada serviks uteri

            Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat

timbul robekan pada serviks dan perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada

ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul adalah perdarahan

yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat

jangka panjang ialah kemungkinan tibulnya incompetent cervix.

C.Perlekatan dalam kavum uteri

Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa

hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan

sampai terkerok, karena hal itu dapat menyebabkan terjadinya perlekatan

dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan

pada suatu tempat apabila ditempat tersebut dirasakan bahwa jaringan

tidak begitu lembut lagi.

20

D. Perdarahan

Kerokan pada kehamilan agak tua atau pada mola hidatidosa  ada bahaya

perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya diselenggarakan transfusi

darah dan sesudah kerokan selesai dimasukkan tampon kassa kedalam

uterus dan vagina.

VIII. RINGKASAN

1. Kuretase adalah serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat

pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi

instrument (sendok kuret) ke dalam kavum uteri.

2. Indikasi keretase yaitu abortus inkomplit, mola hidatidosa, blighted

ovum, missed abortion, sisa plasenta

3. Jenis-jenis kuretase antara lain kuretase suction, kuretase vakum,

kuretase tumpul, kuretase tajam, dilatasi dan kuretase

4. Komplikasi dari tindakan kuretase antara ain perforasi uterus, luka pada

serviks uteri, perlekatan pada kavum uteri, perdarahan.

21

Rujukan1. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik – Kesehata. Reproduksi. Asuhan Pascakeguguran ed 2.

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2002.

2. Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

2006. 

3.  Dorland. Kamus Saku Kedokteran Dorland . 1998.  Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

4. Sofian.. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC. 2011

5. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al . Williams

Obstetrics, 24th ed. New York: The Mcgraw-Hill Companies. 2014

6. Saifuddin,A. B., dkk. . Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. 2006

7.  Manjoer,A., dkk.. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI,Media Aesculapius, Jakarta :

2002