Upload
hathuan
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
LAB 3201
2
Kata Pengantar
Kami adalah pelajar dari BI3. Kami mengumpulkan berberapa pekerjaan rumah kami.
dalam kompilasi itu, itu ada esai yang paling baik itu dari pelajar yang dipilih dan laporan ke
Bintan dari semua mahasiswa. Antara esai itu, itu ada tiga pokok pembicaraan: pengelaman
yang tidak lupa, cerita yang dibuat-buat dan analisa film Langitku Rumahku.
Laporan itu mengenai perjalanan kami. Kami pergi ke kota Tanjung Pinang dan Pulau
Penyengat dalam September. Selama perjalanan itu, kami akan memcoba membuat dialog
dengan orang setempat itu, jadi kami bisa memperbaiki bahasa Indonesia kami. Kami juga
harus berwawancara dengan pegawai dari pabrik cumi-cumi itu, jadi kami boleh menulis
laporan untuk proyek kami. Grup documentasi harus recor perjalanan itu dengan kamera dan
video kamera.
Kemudian kayawisata, kami ada presentasi mengenai perjalanan itu dalam oktober. Sekarang
kami akhir BI3. Mula-mulahan, kompilasi itu akan menhidangkan seperti satu surat
peringatan untuk semua mahasiwa BI3, jadi kami tidak akan melupa kenang-kenangan indah
itu.
Dengan cinta
Dalam Grup Documentasi
21 Nov 2007
3
UTable of Contents U
UPg No.U
25BUPart 1 : UProyek Perjalanan ke Bintan BI3
i) Pengalaman Group documentasi di Bintan………………………………..4
ii) Proyek Perjalanan ke Bintan (Group 1)…………………………………..7
iii) Proyek Perjalanan ke Bintan (Group 2) ……………………....…………25
iv) Proyek Perjalanan ke Bintan (Group 3) …………………………………29
v) Proyek Perjalanan ke Bintan (Group 4) ……………………………...…..36
vi) Proyek Perjalanan ke Bintan (Group 5) …………………………………40
UPart 2 : UPerkerjaan Rumah i) PR 1 : Pengalaman yang tak terlupakan………………………………….48
ii) PR 2: Legenda ……………………………………………………..........51
iii) PR 3: Langitku, Rumahku ………………………………………….......54
4
UPengalaman Group documentasi di BintanU
Tri gunadi
Saya sebagai juru kamera untuk proyek ini. Saya merasa gembira dengan pejalanan ini karena
saya suka berjalan-jalan di luar negeri. Di pejalanan ini, Saya
baru merasa mengambil video yang bagus sulit sekali, karena sewaktu-waktu setiap
mahasiswa begerak, dan saya harus mengikuti mereka untuk mendapatkan sudut
yang bagus. Di Bintan, saya pertama kali naik kapal. Saya kira kapal itu tidak aman, karena
kapalnya sering bergoyang, ada beberapa kali saya merasa pusing.
Ketika naik becak, saya bisa menikmati pemandangan, seperti laut dan pohon-pohon di
pinggir jalanan. Di dekat laut anginnya sangat besar, topi saya beberapa
kali hampir terbang. Di satu toko, saya membeli kipas. Saya mencoba menawar harga dengan
pegawai toko, tapi tidak berhasil. Saya akan kembali lagi ke Bintan
Di waktu dekat karena saya lihat banyak peluang untuk bisnis.
Charis Tang
Saya sangat senang ke pulau Bintan. Di sana, saya mengambil foto-foto untuk proyek ini.
Saya mendapat pengalaman yang tak dilupakan, seperti naik becak,
makan makanan Indonesia, dan mengunjungi pabrik sotong. Dibandingan naik becak dengan
jalan kaki, saya lebih suka naik becak, karena saya bisa menikmati
pemandangan di sepanjang jalanan. Makanan Indonesia enaknya bukan main. Biasanya saya
makan ayam dari kota, tapi pada hari itu, pertama kali saya merasa kan
ayam kampung. Ayam kampung tidak banyak lemak dan dagingnya liat, jadi sehat sekali. Di
pabrik sotong saya pertama kali melihat sotong digiling oleh
5
pegawai. Pegawai di sana diwawancarai oleh teman-teman saya, jadi saya sibuk mengambil
foto, tidak ada waktu mencoba segala macam produk.
Guo Hefang
Pada hari Senin, 24 September, 2007, kami pergi ke Bintan. Kami mengunjungi Tanjung
Pinang dan pulau Penyengat. Bintan adalah satu banyak pulau di Provinsi
Kepulauan Riau. Tanjung Pinang adalah ibu kota Bintan. Bahasa Malayu dimula di
Penyengat. Wah, kami mengunjungi tempat yang penting!
Selama perjalanan itu, saya mengambil banyak foto dan mewawancarai para teman sekelas.
Grup saya menyiapkan pertanyaan yang akan ditanya sebelum dan
sesudah perjalanan ini untuk teman-teman kami. Kemudian itu, saya membawa pertanyaan
itu menghadap ibu Johanna untuk konsultasi dan mengecek tatabahasanya.
Kemudian, saya dan Tri mulai bertanya pada teman-teman kami. Saya bertanya kepada teman
itu, sementara Tri merekam jawaban dari mereka. Sesudah perjalanan
itu, kami melalui proses yang sama. Kami menikmati perkerjaan kami.
Keesokan harinya, grup saya pergi ke Multimedia Lab. Kami mengembalikan kameranya dan
menyasun foto-foto itu dan video/penerimaan gambar. Charis dan Weitao
menyasun foto-foto itu, sementara Tri dan saya mengedit penerimaan gambarnya. Kami
menghabiskan empat hari untuk ,menyelesaikan video itu. Penerimaan gambar
yang anda melihat tadi adalah edisi pertiga, karena kami mau penerimaan gambarnya kualitas
lebih baik untuk pengalaman di Bintan.
Ong Weitao
Sebenarnya saya sudah pernah pergi ke Indonesia enam kali, tapi ini pertama kali ke Bintan.
Saya benar-benar senang kelas Bahasa Indonesia, karena
dibandingkan kelas yang lain, kelas BI bisa banyak omong-omong dan kenal banyak teman.
Karena itu, saya mengikuti tim documentasi team supaya saya bisa
6
membantu teman semua untuk membuat foto dan video untuk kenang-kenang. Saya senang
membuat video karena asyik sekali. Waktu saya lulus dari NUS nanti, dan
saya melihat video perjalanan ke Bintan lagi, saya akan ingat banyak pengalaman yang manis
di Bintan, terutama waktu di Arcade. Sudah lama saya tidak ke
Acade main-main, lagipula kali ini dengan banyak teman. Mudah-mudahan, kalian akan juga
senang video dibuat oleh tim documentasiitu!
Terima Kasih!
7
24BLAB 3201 Bahasa Indonesia Proyek
Group 1
26BProyek Perjalanan ke Bintan BI3
Judul
U1 INTRODUKSI U ......................................................................................................................................... 8 U1.1 PERJALANAN KE BINTANU ....................................................................................................................... 8
U2 PULAU PENYENGAT U .......................................................................................................................... 9
U2.1 PERJALANAN KE PULAU PENYENGAT U .................................................................................................... 9 U2.2 PULAU PENYENGAT U ............................................................................................................................ 10 U2.3 MESJID RAYA SULTAN RIAUU ............................................................................................................... 10 U2.4 KOMPLEX MAKAMU .............................................................................................................................. 12 U2.5 MAKAM RAJA ABDUL RAHMAN U ......................................................................................................... 12 U2.6 KOMPLEX ISTANA KANTORU ................................................................................................................ 13 U2.7 PERANG TERHADAP NEGERI BELANDAU ................................................................................................ 14 U2.8 BALAI ADAT MELAYU INDERA PERKASAU ........................................................................................... 15
U3 PULAU PINANG U .................................................................................................................................. 16
U3.1 LATAR BELAKANG PULAU BINTANU ..................................................................................................... 16 U3.2 LATAR BELAKANG PULAU PINANG U ...................................................................................................... 16 U3.3 PERBEDAAN ANTARA SINGAPURA DAN TANJUNG PINANG U .................................................................. 17 U3.5 PABRIK CUMI-CUMI U ............................................................................................................................ 18 U3.6 RAMAYANA MALL U ............................................................................................................................... 20 U3.7 TOKO BUKU LOTUS U ............................................................................................................................ 22
U4 KESIMPULANU ..................................................................................................................................... 23 U4.1 PERASAAN DIANA LAI NGIIK CHUI U ..................................................................................................... 23 U4.2 PERASAAN TOH SHU DENU ................................................................................................................... 23 U4.3 PERASAAN KAI XINU ............................................................................................................................ 24 U4.4 PERASAAN SHANLI U.............................................................................................................................. 24
Done by: Toh Shu Den (U048606A) Diana Lai Ngiik Chui (U054840L) Ng Kai Xin (U047498B) Ku Shanli (U057036H) Date: 29/10/2007
8
0BU1 Introduksi
3B1.1 Perjalanan ke bintan Pada tanggal 24 September, 2007 kami pergi berkunjung ke Bintan dengan Ibu Johanna dan Ibu Lucia. Kunjungan ini bertujuan untuk mengerti budaya orang Indonesia dan bagi kami untuk praktek berbahasa Indonesia supaya lebih lancar dan bisa mengeratkan hubungan antara ibu dengan anak-anak kelas Bahasa Indonesia 3. Sebelum berkunjung ke Bintan, kami berpendapat Pulau Bintan adalah sebuah pulau kecil dan tidak modern. Mula-mula, kami naik kapal dari ferry terminal Tanah Merah ke Tanjung Pinang. Dari Tanjung Pinang, kami naik sampan ke Pulau Penyengat. Di Pulau Penyengat, kami berkunjung ke Mesjid, Makam-makam, Istana kantor, Gedung Mesiu dan Benteng Bukit Kursi. Sesudah itu, kami pulang ke Tanjung Pinang untuk makan siang.
Di Tanah Merah MRT station
Di Tanah Merah MRT station
Di Tanah Merah Ferry Terminal
Naik kapal ke Bintan Di kapal
Map of Bintan Di belakang kapal Main-main di kapal
Gedung-gedung di atas air
9
2 Pulau Penyengat
4B2.1 Perjalanan ke Pulau Penyengat
Pulau Penyengat terletak di Barat Tanjung Pinang. Karena Pulau Penyengat tidak jauh dari Tanjung Pinang, kalau naik sampan, kira-kira lima belas menit sudah bisa sampai di sana. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Mesjid Raya Sultan Riau yang ada di pulau itu. Tempat-tempat yang lain adalah serperti Makam-makam, Istana kantor dan Benteng Bukit Kursi.
Bersama-sama Naik Sampan
Tanjung Pinang Jetty
Naik Sampan Sampan Di Tanjung Pinang Ferry Terminal
Memetakan Pulau Penyengat
10
5B2.2 Pulau Penyengat Pulau Penyengat diberi nama Pulau Penyengat karena dulu kala, banyak pelaut yang mampir dan disengat oleh lebah. Di Pulau Penyengat, penduduk tinggal di rumah yang serderhana. Banyak rumah juga punya tanaman yang bagus, adalah pohon mangga, rumbutan, sirsak, manggis, serai dan lain-lain. Berberapa rumah penduduk juga ada ayam-ayam dan kalau beruntung, juga bisa melihat kucing-kucing di sana. Kalau mau jalan-jalan di Pulau Penyengat, kami bisa naik becak, motor atau jalan kaki.
6B2.3 Mesjid Raya Sultan Riau Mesjid di Pulau Penyengat namanya Mesjid Raya Sultan Riau. Mesjid ini dibangun pada tahun 1832 semasa pemerintahan Raja Abdul Rahman. Waktu Mesjid itu dibangun, semua penduduk di Pulau Penyengat juga membantu membangunkan mesjid itu. Mesjid ini menarik karena dindingnya dibuat dari campuran pasir dan campuran telur putih yang disumbangkan oleh penduduk di Pulau ini. Kalau dibandingkan dengan gedung di Tanjung Pinang, Mesjid ini kelihatannya lebih baru dan lebih warna-warni. Mesjid ini kelihatannya baru dan cerah karena mesjid itu akan dicat setiap tahun. Di dalam Mesjid ini bisa dilihat kitab suci Al-Quran yang ditulis tangan dan kerukir Kaligrafi, tetapi karena kami bukan orang muslim, kami tidak boleh masuk atau mengambil photo di dalam. Kalau seseorang mau masuk mesjid, dia harus memakai pakaian yang sopan dan melepaskan sepatu.
Selamat Datang Di Pulau Penyengat!
Pohon Mangga
Ayam di halaman rumah Ayam dekat Ferry Terminal Becak-becak
Tempat-tempat Menarik di Pulau Penyengat
11
Photo Mesjid lama Photo Mesjid lama Photo Mesjid Sekarang
Gedung di Tanjung Pinang Di depan Mesjid Photo di tangga Mesjid
Anak-anak main-main di Mesjid
Istrirahat di pendopo
Balai di sebelah luar Mesjid Teman-teman bermain-main
Istirahat di balai Istirahat di pendopo
12
7B2.4 Komplex Makam Di dalam Komplex Makam, terdapat beberapa makam Pembesar Kerajaan Riau. Salah satu makam yang penting di dalam komplex makam ini adalah makam Engku Puteri. Perkawinan antara Sultan Mahmud dan Engku Puteri raja Hamidah menjadi lambang pemerintahan yang sangat penting dalam kerajaan Riau-Johor. Selain itu, Makam Raja Ali Haji juga merupakan makam yang penting di sejarah permerintahan Riau. Raja Ali Haji adalah pencatat pertama dasar-dasar Bahasa Melayu dalam buku Pedoman Bahasa. Bahasa Melayu ini dijadikan sebagai Bahasa Indonesia waktu Kongres Pemuda Indonesia pada 28 Oktober 1928.
8B2.5 Makam Raja Abdul Rahman Raja Abdul Rahman adalah Yang Dipertuan Muda VII kerajaan Riau-Lingga. Mesjid di Pulau Penyengat dibangun oleh dia. Pemerintahannya pada waktu itu tidak mudah, karena dia harus berhadapan dengan bajak laut dan orang-orang dari negeri barat. Penduduk di Pulau Penyengat amat senang pada raja itu. Jadi makamnya terletak di atas bukit. Dari makamnya, pemandangan Mesjid itu indah sekali.
Komplex Makam
Makam Raja Abdul Rahman Mesjid Raya Sultan Riau
Komplex Makam
Makam Raja Ali Haji
Komplex Makam Makam Raja Hamidah Engku Puteri
Makam Raja Abdul Rahman
13
9B2.6 Komplex Istana Kantor Istana di pulau itu diberi nama Istana Kantor karena istana itu juga digunakan sebagai kantor dalam kerajaan Riau. Di dalam istana ini bisa dilihat kehidupan Raja Haji pada masa lalu. Kalau dibandingkan dengan waktu yang lalu, rumahnya kelihatan lebih mewah. Bangunan itu juga punya kamar mandi yang ada sumur dan kamar kecil yang besar. Menurut pemandu wisata, gedung di belakang Istana Kantor ini telah dirobohkan karena raja itu tidak mau pemerintah Belanda menyita bangunan itu.
Istana Kantor
Gerbang Istana Gerbang Istana Kamar kecil
Istana Kantor Istana Kantor
Telaga
Belakang Istana Gerbang Istana
Masuk Istana
14
10B2.7 Perang terhadap negeri Belanda Pulau Penyengat juga terkenal dengan perang terhadap negeri Belanda. (Perang dalam pertempuran Riau-Belanda sekitar tahun 1782-1784.) Untuk pertahanan, kerajaan Riau membeli senjata dan meriam dari negeri Portugis. Waktu pergi ke Benteng Bukit Kursi, kami bisa melihat meriam-meriam yang menghadap ke laut dan parit-parit untuk digunakan penduduk waktu perang. Di Pulau ini juga terdapat gedung yang digunakan sebagai tempat penyimpanan obat bedil pada masa lalu.
22B2.7.1 Gedung Mesiu Gedung ini diberi nama Gedung Mesiu karena ia digunakan untuk pertahanan di Pulau Penyengat. Gedung ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan obat bedil. Di bawah gedung ini terdapat sebuah ruang di bawah tanah. Namun penduduk di Pulau Penyengat takut anak-anaknya jatuh di sini, jadi ruang ini sudah ditutup. Saya berpendapat bahwa di bawah gedung ini seharusnya juga ada terowongan, karena gedung ini dindingnya tebal dan hanya punya jendela yang kecil.
23B2.7.2 Benteng Bukit Kursi Benteng di atas bukit namanya Benteng Bukit Kursi. Di atas bukit, kami bisa melihat meriam yang menghadap ke laut dan parit yang besar. Karena parit itu terletak di atas bukit, musuh dari laut tidak bisa mengebom parit itu. Oleh karena itu parit ini menjadi tempat yang aman untuk semua penduduk berlindung waktu perang.
Gedung Mesiu
Meriam yang harap ke laut
Tanda di Benteng
Mariam
Parit
Parit di atas bukit
15
11B2.8 Balai Adat Melayu Indera Perkasa
Balai Adat Melayu Indera Perkasa
Balai Adat Melayu Indera Perkasa merupakan gedung yang dijadikan Balai Adat di Pulau Penyengat. Balai ini dibangun untuk berbagai kegiatan yang berkaitan dengan adat Resam Melayu Riau, dan sekarang sering pula dimanfaatkan untuk pertemuan-pertemuan. Balai Adat Melayu Indera Perkasa terdiri daripada balai utama dan lima buah balai kecil. Dari pintu masuk ke balai ini, dapat dilihatkan gedung ini dihiasi dengan bermacam bentuk ukiran dan motif tenunan. Arsitekturnya yang khas melambangkan kebesaran budaya Melayu Riau. Letaknya di tepi pantai menghadap laut lepas, pemandangannya amatlah mempesonakan.
Pentas Pernikahan
Bangunan itu terdiri dari dua lantai. Di dalam balai adat ini dapat dilihat tata ruangan dan beberapa benda kelengkapan adat Resam Melayu atau beberapa atraksi kesenian yang diadakan untuk menghormati tamu tertentu. Gambar-gambar menunjukkan panggung pernikahan yang berwarna-warni. Menurut pegawai balai adat, semua penduduk di pulau ini menikah di balai ini. Ruangan balai ini bisa memuat 1,500 orang. Kami semua pikir balai adat ini pasti meriah kalau ada perayaan.
Dua buah balai kecil di sebelah kiri Dua buah balai kecil di sebelah
Panggung kecil yang terletak di luar balai
16
1BU3 Pulau Pinang
12B3.1 Latar belakang Pulau Bintan Selama beberapa abad Pulau Bintan memegang peranan yang sangat penting dalam sejarah bangsa Melayu. Pada awal abab ke-16, penguasa Melaka mengungsi ke Bintan setelah kalah dalam pertempuran melawan Portugis. Kerajaan Melayu kemudian berdiri di penghujung abad ke-18 di Pulau Penyengat yang hanya berjarak sejengkal dari ibukota Bintan, Tanjung Pinang. Pulau Penyengat kemudian berubah menjadi pusat kebudayaan dan sastra Melayu dan pusat pengembangan ajaran Islam. Ahli-ahli agama Islam dari Tanah Suci Mekah telah diundang mengajar di masjid kesultanan di Penyengat. Pulau Bintan telah menjadi perhatian investor asing, khususnya dari Singapura, yang ingin mengembangkan Bintan sebagai kawasan wisata dan tempat berlibur bagi orang Singapura. Tetapi, pengaruh Singapura masih tidak begitu dominan di Bintan. Hingga saat ini Pulau Bintan merupakan kawasan wisata yang tidak banyak berubah dengan suasana masa lalu yang masih kuat. Bintan memiliki lapangan golf yang menjadi tempat menarik untuk orang-orang Singapura.
13B3.2 Latar belakang Pulau pinang
Kota tua Tanjung Pinang merupakan kota terbesar di kawasan kepulauan Riau. Kota tua yang indah ini terletak di barat laut Pulau Bintan. Mayoritas penduduk Tanjung Pinang adalah warga pedagang keturunan Tionghoa. Tanjung Pinang adalah tempat yang menyenangkan untuk berjalan kaki santai menikmati suasana kota. Daya tarik utama Tanjung Pinang terletak pada suasana tempo dulu yang terdapat di kota ini, terutama di bagian kota yang berada di pinggir laut dimana berbagai bangunan dari rumah dibangun di atas tonggak-tonggak di atas permukaan air.
Tanjung Pinang
Tanjung Pinang adalah tempat menarik untuk turis-turis di Bintan. Tanjung Pinang tidak begitu jauh dari Singapura. Kira-kira waktu 90 menit sudah sampai di Tanjung Pinang kalau naik kapal dari Tanah Merah Ferry Terminal, Singapura. Sehari hanya ada 6 kapal yang membawa orang-orang ke Tanjung Pinang. Tanjung Pinang menjadi tempat menarik untuk turis-turis karena turis-turis bisa mengunjungi toko-toko di sana and menikmati pengalaman kebudayaan yang amat unik. Barang-barang yang dijual di Pulau Pinang murah sekali. Barang-barang di sini secara rata-rata 20% lebih murah daripada barang-barang di negara lain yang maju. Turis-turis juga bisa menawar harga dengan majikan toko semasa membeli barang.
17
Toko Ramayana
Di Tanjung Pinang, turis-turis bisa membeli oleh-oleh yang diperbuat daripada kayu. Oleh-oleh in terkenal dengan kecantikannya. Tekstil hasilan penduduk Indonesia sendiri juga bisa dibeli. Barang antik yang kwalitasnya bagus ada dijual di toko-toko di sana. Turis-turis juga bisa membeli VCD dan DVD bajakan di mana-mana. VCD and DVD ini biasanya dijual dengan harga yang kurang daripada S$1.
Gambar VCD
Ada banyak restoran yang menjual makanan hasil laut di Tanjung Pinang. Harga makanan hasil laut seperti kepiting and gong-gong sangat murah. Restoran yang namanya Restoran Padang bisa dijumpai di Tanjung Pinang. Kalau makan di Restoran Padang, lebih daripada 10 jenis makanan akan dihidangkan oleh pelayan restoran dengan cepat sehingga mengisi seluruh meja makan. Meskipun banyak macam makanan, kita hanya perlu membayar untuk makanan yang kita makan. Kita tidak perlu bayar semua makanan yang dihidangkan. Kalau turis-turis mau mencari tempat penginapan, ada banyak hotel yang dapat mereka pilih. Contohnya seperti Bintan Panorama Hotel, Bintan Harmoni dan lain-lain. Turis hanya perlu membayar kira-kira S$15-S$24 untuk setiap kamar. Meskipun harga kamarnya murah, hotel-hotel ini punya macam-macam fasilitas di dalam kamar, ada televisi, air panas kamar mandi, AC, dan lain-lain. Turis-turis akan merasa senang sekali menginap di hotel-hotel di Tanjung Pinang atau Pulau Bintan.
14B3.3 Perbedaan antara Singapura dan Tanjung Pinang Setelah berlibur sehari di Tanjung Pinang, kami sadar bahwa Singapura adalah amat berbeda dengan Tanjung Pinang. Pemandu wisata memberitahu kita tentang perbedaan yang ada di antara Singapura dan Tanjung Pinang. Perbedaan ini seperti:
18
Pemandu wisata berkata…
Singapura Tanjung Pinang
Kehidupan penduduk di Singapura sangat sibuk. Mereka sibuk mengerjakan segala hal.
Kehidupan penduduk di Tanjung Pinang santai sekali. Turis-turis bisa menikmati suasana sepi desa di Tanjung Pinang. Turis-turis yang sifatnya pencita alam juga bisa pergi ke Tanjung Pinang.
HDB di Singapura sangat mahal. S$15,000 tidak cukup untuk membeli satu rumah.
Penduduk di Tanjung Pinang hanya perlu bayar S$15,000 untuk membeli sebuah rumah di sana.
Penduduk Singapura mesti sudah menikah sebelum boleh membeli rumah. Kalau mereka belum menikah, umur mereka mesti 35 tahun sebelum mereka bisa membeli rumah di Singapura.
Siapa saja yang kaya bisa beli rumah di Tanjung Pinang meskipun umurnya masih muda.
PR (orang asing) bisa beli rumah di Singapura dengan menggunakan nama sendiri.
.Kalau orang asing mau beli rumah di Tanjung Pinang, mereka perlu pakai nama orang Bintan untuk membeli.
Teknologi di Singapura lebih maju. Teknologi di Tanjung Pinang kurang maju. Kita tidak bisa jumpai VCD dan DVD yang bajakan di Singapura. Kita hanya bisa beli VCD dan DVD yang bajakan di Johor.
VCD and DVD yang bajakan bisa dijumpai di toko-toko di Tanjung Pinang. VCD and DVD ini sangat murah. S$1.5 sudah cukup untuk membeli satu.
Penduduk di Singapura ramai sekali. Ada kira-kira 4.5 juta orang penduduk di Singapura.
Penduduk di Tanjung Pinang sedikit saja. Hanya kira-kira 15,000 orang penduduk di Tanjung Pinang.
Jalan raya di Singapura sangat teratur. Jalan raya di Singapura lebar sekali.
Jalan raya di Tanjung Pinang tidak teratur. Jalan raya di Tanjung Pinang macet sekali. Jalan itu juga sempit.
Makanan di Singapura agak mahal. Makanan di Tanjung Pinang murah sekali. Pakaian di Singapura mahal sekali. Pakaian di Tanjung Pinang murah sekali. Dengan
hanya S$6 sudah cukup untuk membeli sehelai jaket yang cantik.
Kebanyakan penduduk Singapura adalah orang Tiong Hua.
Kebanyakan penduduk Tanjung Pinang adalah orang Melayu.
Penduduk Singapura berbahasa Inggris. Penduduk Tanjung Pinang berbahasa Melayu dan Indonesia. Bahasa Indonesia berasal dari Tanjung Pinang.
Perkembangan di Singapura cepat sekali. Perkembangan di Tanjung Pinang agak pelan. Ada Banyak Karaoke di Singapura Hanya satu Karaoke di Tanjung Pinang. Gaji penduduk Singapura tinggi sekali. Ini karena ongkos hidup di Singapura mahal sekali juga.
Gaji penduduk Tanjung Pinang hanya sedikit. Pekerja di toko Ramayana hanya bisa mendapat kira-kira S$150 sebulan. Ini karena ongkos hidup di Tanjung Pinang agak murah.
15B3.5 Pabrik Cumi-cumi
19
Ini pertama kali kami mengunjungi pabrik cumi-cumi. Pengalamannya mengasyikkan karena yang terutama ialah kami bisa membeli oleh-oleh yang murah dari pabrik itu untuk teman-teman dan keluarga kami. Selain itu kami pun bisa mewawacarai bos pabrik cumi-cumi dan mengetahui proses membuat cumi-cumi. Bos pabrik itu namanya Poniran, dan dia berasal dari Yogya. Pada umur 16 tahun, dia pindah ke Batam untuk mencari nafkah. Dulu dia berkerja untuk seorang atasan dari Singapura di Batam. Pada saat itu, pabrik itu bernama ‘BBB cumi-cumi’ dan kepunyaan ‘Lien Zhuang Trading’. Bos Pak Poniran seorang atasan yang bagus dan ramah. Karena itu Pak Poniran masih berteman dengannya sampai sekarng, dan bertamu ke rumahnya di Woodlands, Singapura dua bulan yang lalu, sebelum puasa. Menurut Pak Poniran, ketika dia berkerja untuk bosnya, dia mempelajari banyak hal-hal dan mengumpulkan pengalaman yang penting. Sebab itu dia bisa membuka dan mempunyai pabrik cumi-cumi itu waktu bosnya tidak mau meneruskan pabriknya lagi dan pulang ke Singapura. Pak Poniran sudah menikah selama 21 tahun, dan istrinya adalah seorang wanita Cina. Wah, pernikahan antar budaya, pasti 3 anak-anaknya cantik dan tampan. Pabrik cumi-cumi itu tidak begitu besar, kira-kira satu lapangan sepak bola. Pak Poniran sekarang menggaji sekitar 30 pekerja. Sekarang dia membayar setiap pekerja Rp25,000 perhari. Dia tidak mau bekerja di Singapura, karena kehidupan di sini tertekan sekali. Tapi kalau berbelanja di Singapura, dia mau sebab barang-barang di sini modern dan menarik. Walaupun kehidupan di Bintan sederhana, sekarang sudah amat susah menjadi kaya. Akan tetapi masih cukup untuk makan. Setiap hari, dia harus bekerja 8 jam sekalipun dia pemilik pabrik itu. Kalau dia ialah seorang pegawai pemerintah, dia akan menerima gaji hampir Rp850,000 dan kehidupannya akan lebih santai. Lebih baik menjadi sebagai pegawai pemerintah, tapi ternyata dia tidak mendapat pendidikan yang tinggi dan tidak mempunyai ijazah, sehingga dia hanya bisa menjadi seorang pengusaha.
Camilan cumi-cumi yang enak dan murah Pekerja sedang mengiling cumi-cumi yang kering
20
Foto kelompok kami dengan bos pabrik cumi-cumi
16B3.6 Ramayana mall
Setelah selesai mengunjungi pabrik sotong, kami seharusnya menuju ke pabrik tempe yang menjual makanan kecil. Tetapi, kami merubah rencana asal karena pekerja-pekerja di pabrik sudah pulang. kami terus berkunjung ke Tanjung Pinang Mall, Ramayana Mall. Ramayana Mall merupakan mall terbesar di Tanjung Pinang yang memiliki fasilitas lengkap seperti Warung Internet, Pusat Belanja, Pasar Swalayan, Pusat Permainan Ketangkasan, serta fasilitas pendukung lainnya. Mall ini terletak di jl. Wiratno. Menurut pemandu wisata, untuk mencapainya dapat menggunakan transportasi umum yang ada di Kota Tanjung Pinang. Ramayana Mall sedang obral besar-besaran. Macam-macam pakaian dan sepatu dijual di tingkat bawah. Lantai dua ada barang-barang sehari-hari, toko-toko seperti salon, Toko Buku Salemba, Pusat Permainan Ketangkasan dan lain-lain. Kami pergi ke toko buku Salemba untuk membeli kamus bahasa Indonesia. Tapi sayang, kamus yang dingini tidak sudah habis dijual di sini. Kemudian, pemandu wisata bawa kami mengunjungi Toko Buku Lotus yang terletak dekat kantor polisi Bintan. Melalui kunjungan ke pusat pertokoan, kita bisa melihat sekilas dan mengerti lebih dalam mengenai penduduk setempat. Misalnya apa yang mereka makan, bagaimana kehidupan lokal, dan cara penduduk berbelanja.
Ramayana Mall, Tanjung Pinang
21
Pintu masuk ke Ramayana Mall Pakaian-pakaian
Sepatu-sepatu Pusat Permainan Ketangkasan
Toko Buku Selemba di dalam Ramayana Di dalam toko buku
22
17B3.7 Toko Buku Lotus
Toko Buku Lotus
Susunan di dalam toko buku Toko Buku ini Lotus namanya. Dalam bahasa Cina, Lotus bererti bunga yang mengapung di danau, atau dikenali sebagai bunga “water lily”. Kami tiba di Toko Buku Lotus kira-kira jam lima waktu Indonesia. Toko Buku Lotus itu besar. Macam-macam buku dan alat tulis dipajang(display) di atas rak-rak. Buku-buku referensi dijual di lantai yang kedua. Pelayan toko di sana ramah sekali. Mereka senang menunjukkan kamus yang sesuai kepada siswa-siswa. Beberapa siswa membeli Kamus Bahasa Indonesia-Inggeris dan Kamus Bahasa Inggeris-Indonesia. Murah sekali harganya. Kami singgah di toko buku selama 30 menit saja karena harus tiba di ferry terminal sebelum jam tujuh setengah. Kalau tidak, kami tidak bisa pulang ke Singapura.
Kamus Bahasa Indonesia-Inggeris Kamus Bahasa Inggeris-Indonesia
23
2BU4 Kesimpulan
18B4.1 Kesan Diana Setelah berkunjung ke Pulau Bintan, saya bisa mengerti kebudayaan di sana. Perjalanan ini sungguh menarik karena saya melihat suatu keragaman yang begitu mengagumkan dari pulau-pulau yang saya kunjungi, yaitu Pulau Pinang dan Pulau Penyengat. Tanjung Pinang memberi gambaran awal yang cukup menarik tentang budaya Melayu. Kehidupan mereka yang sederhana amat berbeda dari kehidupan di Singapura yang modern. Kalau bisa, saya ingin membangun rumah di Pulau Pinang karena saya menikmati kehidupan di pulau ini. Dari segi arsitektur saya bisa menyaksikan masjid bersejarah peninggalan Kerajaan Melayu di Pulau Penyegat, yaitu Masjid Raya Sultan Riau Masjid kononnya dilapisi kulit telur pada bagian kubah sehingga saya sangat terkesan. Barang-barang di Pulau Pinang dan Pulau Penyengat murah sekali. Saya membeli banyak sotong dan pakaian. Untuk pertama kalinya saya merasakan makanan yang bernama kangkung asam padahal saya tidak bisa makan makanan pedas. Lumayan enak! Saya senang sekali karena bisa mendapat kenalan baru di kelas Bahasa Indonesia 3, 4 and 5. Ibu-ibu juga baik sekali karena menemani kita semua sepanjang perjalanan. Pengalaman ini amat bagus. Kalau bisa, saya ingin berkunjung ke Pulau Bintan lagi.
19B4.2 Kesan Shu Den Perkunjungan ke Tanjung Pinang ini amat menyenangkan. Saya bisa menikmati suasana yang sepi di Tanjung Pinang yang amat berbeda dengan suasana Singapura yang selalu ramai. Saya suka makanan di sana. Sayur Asam di Restoran Timur Jawa itu lumayan enak. Saya kira Sayur Asam adalah makanan spesial di Indonesia. Kalau bisa, saya ingin kembali ke restoran itu dan makan Sayur Asam lagi. Meskipun capai, saya merasa senang dan gembira karena saya bisa mengunjungi banyak tempat yang bersejarah seperti makam-makam dan mesjid di Pulau Penyegat. Karena barang-barang di Tanjung Pinang sangat murah, saya menghabis kan semua uang yang dibawa dari Singapura untuk berbelanja dan tidak ada uang untuk membeli kamus di toko buku. kasihan betul. Kesimpulannya, saya ingin berterima-kasih kepada pemandu wisata, supir bis dan ibu-ibu dari BI3, BI4 dan BI5 karena mereka telah bekerja keras untuk membawa kita ke Tanjung Pinang dan berlibur di sana.
24
20B4.3 Perasaan Kai Xin Setiap mahasiswa di BI3 diberikan kesempatan untuk menggunakan Bahasa Indonesia di luar kelas dalam perjalanan ke Bintan. Lagipula saya bisa mengalami kehidupan orang Bintan yang tenang dan sederhana. Selain itu saya juga lebih banyak mengerti kebudayaan dan tradision Indonesia yang mana Indonesia adalah satu negara yang terdekat Singapura. Acaranya kurang lengkap karena banyak waktu yang sudah terbuang dalam perjalanan antara kedua negeri dan juga kota dan Pulau Penyengat. Padahal kami tidak berbuat banyak di Bintan, namun pengalaman ini masih tetap asyik dan tamasyanya agak berbeda dari tamasya yang lain yang sudah kami ikutserta. Kami tidak hanya mempelajari hal-hal yang tidak akan kami dapatkan dari buku-buku, hubungan kami dengan teman-teman di BI3 dan ibu-ibu pun makin erat. Saya merasa semua teman dan ibu punya semangat bersatu yang tidak saya alami di NUS. Sebab kami selalu mengambil foto-foto kelompok dalam cuaca yang panas sekali.
21B4.4 Kesan Shanli Sesudah berkunjung ke Pulau Penyengat, saya belajar banyak tentang Pulau Penyengat. Sekarang, saya lebih menghargai apa yang saya pelajari di kelas Bahasa Indonesia karena saya banyak mengetahui sejarah Indonesia dan Riau. Kasihan betul, tempat-tempat bersejarah di Pulau Penyengat tidak dijaga dengan baik. Banyak gedung dan tempat yang penting dalam sejarah permerintahan Riau sudah memudar. Kalau bisa pergi ke sana dengan teman-teman Bahasa Indonesia, saya pikir saya akan mendapat lebih banyak pengetahuan mengenai Indonesia dan Riau waktu permandu wisata mengintroduksikan tempat-tempat di Pulau itu.
Foto tentang anggota kelompok Terjepit dalam bis yang sangat penuh!
Foto dengan ibu Lucia dan pemandu wisata dalam sampan
Ibu Joharna yang menaiki motor dengan hati-hati dan sepatu yang rusak!
25
Laporan Bintan Field Trip
Group 2
Pada tanggal 24 September 2007, mahasiswa-mahasiswa BI3 mengungjungi Pulau Bintan. Mula-mula
kami bertemu di setasiun MRT Tanah Merah. Kemudian kami naik bis nomor 35 ke Tanah Merah Ferry
Terminal. Sebenarnya kapal tambang berangkat jam 09 30 pagi tapi kami disuruh bertemu jam 08 30.
Karena kami harus bertemu pagi-pagi kami belum makan pagi. Jadi beberapa mahasiswa pergi ke Kiliney
Kopitiam untuk makan pagi. Sesudah makan kami harus naik kapal karena sudah jam 09 30.
Kami sangat menikmati pengalaman naik kapal tambang karena masih pagi dan matahari belum panas
sekali. Di kapal tambang, ada beberapa mahasiswa mendengarkan mp3 karena mereka merasa bosan.
Juga ada beberapa mahasiswa beromong-omong dengan temannya. Kami harus naik kapal dua kali
karena tidak ada kapal langsung ke Pulau Penyengat. Kami merasa pengalaman ini lumayan asyik karena
ini adalah pertama kali pergi keluar negeri dengan teman dari modul ini. Tapi sayang sekali karena
Priscilla dari grup kami merasa badannya tidak enak. Jadi dia tidak begitu menikmati perjalanan di kapal
tambang.
Waktu kapal pertama tiba ke Pulau Bintan, kami harus turun dan menunggu dulu untuk naik sampan ke
Pulau Penyegat. Grup kami merasa sedikit kuatir karena takut kalau naik sampan akan tidak aman.
Sudah sampai di Pulau Penyegat, grup BI3 mengambil foto bersama-sama tanpa mahasiswa BI4 dan
orang lain yang mengikuti trip ini. Tempat menarik yang pertama kami kunjungi adalah Mesjid Raya
Sultan Riau. Menurut pemandu wisata, mesjid itu dibuat dari telur putih campur lain-lain. Waktu kami
mendengar mesjid dibangun dari putih telur, kami merasa kaget dan kagum. Karena kami tidak bisa
membayangkan campuran putih telur dengan lain bahan-bahan bisa dipakai sebagai material bangunan.
Karena itu, kami merasa putih telur benar benar hebat.
Warna mesjid terang karena dicat warna kuning. Menurut pemandu wisata, warna itu sudah lama dipakai
untuk cat Mesjid. Kalau kami tidak salah, warna kuning adalah warna untuk raja. Kami juga melihat
warna kuning itu dipakai di dalam makam. Pemandu wisata mengatakan makam saudara-saudara raja
ditutup dengan kain diwarnai kuning.
Di halaman Mesjid kami duduk sambil mendengarkan seorang lelaki tua menceritakan sejarah Mesjid.
Tapi karena mereka sedang sembahyang untuk bulan puasa, kami tidak bisa mendengar cerita yang
26
dikatakannya. Suara sembahyang terlalu keras dan kami juga duduk agak jauh dari lelaki tuan itu.
Sayang sekali ya, karena grup kami merasa cerita yang dikatakan pasti akan menarik.
Sementara mahasiswa mendengarkan lelaki tua bercerita, ada anak-anak kecil di belakangnya bermain.
Mereka ingin bermain dengan kami walaupun kami tidak bisa memberi perhatian pada mereka. Kami
menyangka mereka juga senang mengambil foto karena waktu minta mengambil foto, mereka cepat-cepat
berkumpul bersama dan tersenyum untuk kamera.
Sesudah mengunjungi mesjid itu, mahasiswa-mahasiswa memilih naik becak atau jalan kaki untuk
berputar di sekeliling pulau itu. Seandainya naik becak harus berpasangan dan setiap orang membayar
ongkosnya 10 000 rupiah. Valerie dan Meilinda dari grup kami memilih grup yang jalan kaki karena
mereka lebih senang jalan kaki. Mereka juga berpikir kalau dibandingkan dengan naik becak, jalan kaki
lebih baik karena mereka bisa jalan ke puncak bukit dan melihat pemandangan dari puncak itu. Menurut
Valerie, seandainya jalan kaki, tidak hanya bisa jalan pelan-pelan, tapi juga bisa mengunjungi lebih
banyak tempat turis. Apalagi, mereka pun bisa jalan ke mana saja, tidak ada batas.
Hari itu, jalan yang kami telusuri rupanya sepi. Kami tidak bertemu dengan seorang pun yang tinggal di
pulau itu. Namun demikian, kami melihat macam-macam bunga di halaman rumah mereka. Macam-
macam bunga dan pohon seperti pohon mangga ditanam di halaman. Langkah demi langkah, kami jalan
sampai tiba di Gedung Mesiu. Itu tempat menyimpan obat bedil.
Kemudian, kami mengunjungi makam. Pemandu wisata mengatakan kalau orang mempunyai sifat yang
tidak baik atau hati tidak baik, harus hati-hati waktu memasuki makam itu! Karena seekor ular akan
muncul seandainya orangnya masuk makam itu! Dia juga bilang temannya setiap kali memasuki makam
itu, si ular akan muncul! Wah, sangat menarik ya cerita itu! Kami merasa sedikit takut ketika masuk
makam, tapi untunglah tidak ada ular yang muncul! Semua mahasiswa di kelas BI3 pasti baik ya!
Selain itu, kami juga jalan ke tempat turis termasuk rumah putri. Rumah putri bukan main besarnya! Dan
kamar kecil putri tidak begitu kecil. Rumah putri juga dicat warna kuning seperti mesjid karena dia
seorang yang ada hubungan dengan raja. Kalau tidak salah, pemandu wisata bilang setiap kali putri
mandi, di samping dia akan ada 7 pembantu menolong dia! Wah, kami iri kepada putrid itu karena dia
tidak perlu melakukan apa apa sendiri.
Untunglah, hari itu tidak hujan karena ada beberapa mahasiswa lupa membawa payung. Valerie hanya
membawa topi dan kacamata hitam. Di sana terang sekali! Walaupun cuaca hari itu sangat panas dan
kami harus minum banyak air, pokoknya grup yang memilih jalan kaki menikmati jalan dan mengenal
27
lebih banyak tentang Pulau Penyengat. Pemandu wisata menceritakan banyak hal-hal mengenai tempat
yang dikunjungi. Valerie dan Meilinda tidak menyesal dengan pilihannya.
Setelah mengunjungi Pulau Penyegat, kami pergi ke kota untuk makan siang. Kami merasa lapar sekali
karena waktu kami tiba di kota, sudah jam dua siang lho. Kami makan di restoran Jawa Timur. Masakan
hari itu termasuk sayur-sayuran, sotong goreng dan ayam goreng. Kami mersa seluruh makanan itu enak
sekali.
Sesudah makan siang, kami mengunjungi pabrik sotong untuk mewawancarai seorang pegawai dari
pabrik sotong. Mahasiswa-mahasiswa kelihatan gembira karena pengalaman itu ialah pengalaman yang
pertama kali. Pegawai yang diwawancarai oleh kami namanya Ibu Yudi. Ibu Yudi berumur 37 tahun dan
berasal dari Padang. Waktu diwawancarai, Ibu Yudi sering tersenium. Karena itu, kami merasa dia
mempunyai penampilan seperti orang baik. Ibu Yudi punya 3 anak. Anaknya yang paling besar sudah 20
tahun dan sedang belajar di SMP. Sudah 5 tahun Ibu Yudi bekerja di pabrik itu. Ibu Yudi harus bekerja
dari jam delapan pagi sampai jam lima sore, kecuali akhir minggu. Kata Ibu Yudi, dia senang bekerja di
pabrik sotong karena dia bisa makan sotong yang dia buat kapan saja.Juga kata Ibu Yudi, pada waktu
bebas, terutama pada akhir minggu, dia sukah menonton televisi. Acara televisi yang favorit dia ialah
“Berita-Berita”.Kami merasa Ibu Yudi bernasib baik karena walaupun rumah dia tidak begitu jauh dari
pabrik, dia akan diantar oleh suaminya ke pabrik setiap pagi.
Kemudian, sesudah mengunjungi pabrik sotong, kami pergi membeli kamus di mal. Kalau dibandingkan
dengan mal di Singapura, mal yang kami pergi lebih kecil, dan barang-barang yang bisa dibeli di sana
lebih sedikit.
Waktu kami sampai di sana, banyak kamus sudah dijual sampai hanya tertinggal kira-kira empat buku.
Karena baru saja ada mahasiswa-mahasiswa dari Singapore Poly ke toko buku memborong kamus itu.
Grup kami merasa mahasiswa-mahasiswa itu mengesalkan sekali, mengapa mereka harus pergi ke toko
buku itu dan bukan yang lainnya. Jadi kami harus pergi ke toko buku lain untuk membeli kamus.
Sebelum pergi ke toko buku lain, mahasiswa-mahasiswa membeli kamus dan berbelanja di mal pertama.
Semua barang-barang di situ murah sekali. Baju kaus di sana hanya sembilan belas ribu rupiah. Dalam
dollar Singapura hanya tiga dollar lebih! Tetapi baju kausnya jelek sekali. Grup kami pergi membeli es
cream, es cream jenis “Magnum” di sana murah sekali. “Magnum” di Singapura kira-kira dua dollar lima
puluh cent, tetapi di Bintan hanya satu dollar lebih.
28
Sesudah berbelanja di mal pertama, kami pergi ke toko buku yang lain untuk membeli kamus. Kamus
yang dijual di toko buku lainnya lebih murah dari pada toko buku pertama. Grup kami merasa terkecoh
dan marah karena kami sudah membeli kamus dari toko buku yang pertama.
Waktu kami siap-siap kembali ke pelabuhan kapal ferri naik ferry kembali ke Singapura, Kei dari grup
kami kehilangan tiket kapal ferri dan visa. Dia mencari di kantong bajunya dan mencari di dalam tasnya,
tetapi tidak menemukan tiket. Kei ingat jelas bahwa dia memasukkan tiket dan visa di paspornya waktu
makan siang. Akhirnya, dia harus membayar dua puluh lima dollar untuk tiket baru. Karena Kei tidak ada
cukup uang, Weitao meminjamkan dua puluh dollar kepada dia jadi dia ingin berterima kasih kepada
Weitao. Grup kami meresa geli karena Kei merasa sangat malu. Sekarang Kei berpikir, tiket dia pasti
terjatuh dari paspornya waktu dia berjalan ke pelabuhan kapal.
Sesudah tiba di Singapura, grup kami dan beberapa mahasiswa BI3 pergi makan roti prata di Kembangan.
Kami berpikir mahasiswa yang pergi makan bersama pasti menjadi teman baik karena ini pertama kali
mereka berlibur bersama-sama, jadi kami merasa seakan-akan mereka menjadi lebih dekat sesudah trip
itu.
+
Priscilla Woo, Tan Meilinda, Yamada Kei, Valerie Lim
29
Laporan Bintan Fieldtrip
Group 3: Chia Ern Ern Emily Kang Li Ying Joy Koh Swee Hong Edwin Ye Wanming Joanne
Introduksi
Pada tanggal 24 September 2007 kami pergi ke Bintan selama satu hari. Kami bertemu dengan
para mahasiswa yang lain, beberapa pemandu wisata dan guru-guru di Tanah Merah Ferry Terminal.
Sayang sekali pada pagi hari itu, cuacanya jelek karena hujan lebat. Namun demikian tidak apa-apa,
karena hujannya memberkati kami! Di Tanah Merah Ferry Terminal, kami bisa melihat semua mahasiswa
gembira dan senang sekali. Beberapa mahasiswa mulai mengambil foto-foto dan tidak berhenti sepanjang
perjalanan itu! Haha mahasiswanya memang rajin sekali!
Di Tanjung Pinang, langitnya terang sekali. Waduh, rupanya udaranya di sana panas sekali,
sampai hampir setiap orang selalu berkeringat! Kalau dibandingkan dengan cuaca di Singapura, cuaca di
Tanjung Pinang memang sangat berbeda!
Mesjid Raya Sultan Riau Penyengat
Sesudah sampai di Tanjung Pinang, kami naik sampan ke Pulau Penyengat. Di sana ada banyak
tempat yang berhubungan dengan sejarah. Mula-mula, kami mengunjungi Mesjid Raya Sultan Riau
Penyengat. Kata pemandu wisatanya, mesjidnya sangat terkenal dan dibangun pada tahun 1832 dari putih
telur dan pasir. Kami merasa kaget. Meskipun mesjidnya hanya terbuat dari telur putih dan pasir, seluruh
30
gedung lebih kuat daripada gedung-gedung yang terbuat dari semen. Mesjidnya kelihatan mewah dan
kami benar-benar ingin memasukinya melihat-lihat bagian dalam mesjid itu. Tetapi, sayang sekali kami
tidak boleh memasukinya karena kami tidak beragama Islam.
Sesudah mengunjungi Mesjid Raya Sultan Riau Penyengat, kami punya dua pilihan: naik becak
atau jalan kaki mengelilingi Pulau Penyengat. Di kelompok kami, Emily dan Edwin memilih berjalan
karena kedua orangnya lebih avonturir! Joy dan Joanne memilih naik becak.
Naik Becak
Kata Joy dan Joanne, pengalaman naik becak menarik sekali,
karena mereka bisa melihat rumah penduduk di pinggir jalan dan
belajar lebih banyak tentang sejarah Pulau Penyengat. Ternyata,
kira-kira sepertiga orang di Pulau Penyengat berasal dari keluarga
raja. Pada 1784, Sultan Mahmud memberi Pulau itu kepada istrinya
waktu mereka menikah, jadi keluarganya pindah ke sana.
Seharusnya, keluarga raja mempunyai hidup yang enak dan sangat kaya. Namun demikian, sekarang
orang di Pulau Penyengat miskin, dan kebanyakan rumah yang terbuat dari kayu nampak akan roboh
sewaktu-waktu. Sebenarnya Pulau Penyengat adalah kota mewah, tetapi raja terakhir Raja Abdurahman
sudah meledakkan semua bangunan yang dimiliki orang Belanda. Jadi sekarang tidak ada banyak
bangunan yang berhubungan dengan sejarah Belanda. Apalagi banyak bangunan di pulau itu juga sudah
hancur.
Makam Raja Abdurahman
31
Joy menyangka mengunjungi Makam Raja Abdurahman adalah pengalaman yang dia paling
takuti, tetapi ternyata makamnya sepi dan tenang sekali. Penjaga makamnya menceritakan, keluarga raja
dikuburkan di makam itu, dan Raja Ali Haji yang paling terkenal. Si Raja meninggal pada tahun 1784,
waktu berperang dengan Belanda. Sampai sekarang orang-orang masih sangat menghormati dia, karena
dia membuat kosa kata Bahasa Melayu. Si Raja percaya Bahasa Melayu akan menjadi bahasa yang
diterima dan dipakai oleh banyak orang. Sekarang benar-benar begitu saja. Si Raja pandai sekali dan
berbakat seni. Makam Raja Ali Haji kelihatan sederhana, padahal dia mendapat posisi yang paling tinggi
di dalam hati penduduknya. Kami merasa si Raja tidak hanya bersifat amat bagus, tapi juga tidak
menonjolkan diri. Kalau dibandingkan dengan makam Raja di Cina atau di Egypt, makam di Pulau
Penyengat terlalu kecil untuk keluarga raja.
Balai Adat
Dari Makam Raja Abdurahman, Joy dan Joanne naik
becak ke Balai Adat. Waktu kami tiba di sana, para orang berkata
dengan senang, “Bukan main cantik bangunannya!”. Bangunan itu
memang menarik sekali. Karena dia dibuat dengan ragam Riau
yang sangat indah dan dicat dengan warna kuning dan warna
merah yang tradisional. Bahkan pemandangan alam di sekitar
Balai Adat sangat bagus, karena bangunannya menghadap ke laut,
dan dikelilingi oleh macam-macam tanaman. Kami juga bisa
sering mendengar bunyi dari binatang-binatang dan burung-
32
burung. Karena itu, kami merasa santai waktu di sana. Sesudah kami menikmati pemandangan alamnya,
kami masuk ke dalam Balai Adat. Kami harus melepaskan sepatu-sepatu sebelum masuk. Daerah
bangunannya luas sekali, tapi agak kosong, karena kami melihat hanya satu panggung di tengah
bangunannya. Di atas panggung itu, ada satu takhta yang agak besar dan sangat menarik. Penjaga
rumahnya mengatakan Balai Adat berfungsi sebagai satu tempat untuk orang-orang menghadiri rapat.
Kami merasa sedikit kaget tentang fungsinya, karena bangunannya kelihatan terlalu mewah untuk hanya
satu fungsi seperti untuk orang-orang menghadiri rapat.
Gedung Mesiu
Karena tidak naik becak, Emily dan Edwin diantar Bapak
Sofian ke Gedung Mesiu (Obat bedil). Dulu gedungnya adalah
tempat menyimpan obat bedil. Kata Pak Sofian pada masa
Kerajaan Riau, bangunan yang berdinding tebal, dan memiliki
kubah bertingkat dan jendela kecil dibuat dari besi, digunakan
sebagai tempat gudang untuk menyimpan Mesiu. Dia juga bilang,
sekarang kadang-kadang pada waktu malam, beberapa orang akan pergi ke gedungnya untuk merokok
ganja. Waduh, informasi menarik ya !
Komplex Istana Kantor
33
Kemudian, Emily dan Edwin pergi ke Komplex Istana Kantor. Di sana, Pak Sofian menceritakan
legenda tentang puteri yang tinggal di sana. Menurut dia, waktu puterinya mandi, dia perlu tujuh
pembantu untuk mandi. Kalau puteri ingin mandi, bermacam-macam bunga akan ditambah di tempat
mandinya, seperti ‘spa’. Rupanya, seadainnya orang yang mandi memakai air dengan banyak bunga, dia
akan mendapatkan kulit yang halus dan juga kelihatan segar dan selalu muda. Pak Sofian juga berbicara
kepada kami kalau ada orang yang mengintip puteri mandi tertangkap, kepala orang itu akan dipotong!
Waduh, hukuman itu serius sekali!
Benteng Bukit Kursi
Lalu, kami ke Benteng Bukit Kursi. Daerah Pulau Penyengat berbukit-bukit, jadi kami harus naik
beberapa tangga supaya bisa sampai di atas Bukit Kursi. Di sana, kami melihat beberapa meriam yang
menghadap ke laut. Kami belajar bahwa dulu Pulau Penyengat diserang Belanda dari laut dan semua
penduduk desa berlindung di parit. Dari bukit itu, kami memandangi pemandangan. Pemandangannya
indah sekali dan ada beberapa pulau seperti Pulau Batam bisa terlihat.
34
Wawancara dengan pegawai di Paberik Sotong
Akhirnya, kami kembali ke Tanjung Pinang untuk makan siang sebelum mengunjungi pabrik
sotong. Di pabrik sotong, kami mewawancarai Ibu Mutri yang berasal dari Jawa Timur. Dia sudah
menikah, tapi suaminya sudah meninggal dunia. Si ibu beranak dua, mereka adalah orang laki-laki dan
sudah menikah. Anak pertama ibunya yang berumur tiga puluh empat tahun bekerja di luar kota.
Sebaliknya, anak kedua yang berumur tiga puluh tahun bekerja di dalam kota dan tinggal di rumah
bersama dengan ibunya. Ibu Mutri sudah bekerja di pabrik sotong selama dua belas tahun. Tugasnya
adalah membungkus dan mengiling sotong-sotong. Setiap hari dia harus bekerja dari jam delapan pagi
sampai jam lima sore, kecuali pada hari Minggu. Waktu jam dua belas siang, semua pegawai di pabriknya
makan siang yang disediakan atasannya. Jadi Ibu Mutri berkata bahwa dia merasa pekerjaannya baik
sekali dan agak santai. Si ibu juga menceritakan pada hari-hari yang dia harus bekerja, dia selalu jalan
kaki ke pabrik sotong dan pulang. Jadi kami langsung bertanya pada dia berapa kilometer antara pabrik
sotong dan rumahnya. Ibunya menjawab dua kilometer. Wah, jauh betul! Akan tetapi, ibunya berkata
bahwa sangat dekat. Jadi kami merasa kehidupannya amat sederhana. Pada hari Minggu yang si ibu tidak
perlu bekerja, dia tidak ke luar untuk berbelanja atau melakukan aktifitas yang lain. Dia hanya beristirahat
di rumahnya.
Kami merasa Ibu Mutri adalah seorang yang tidak hanya ramah, tapi juga enak diajak ngomong.
Karena dia selalu tersenyum, dan waktu kami minta ijin berwawancara dengan dia, dia menjawab
35
“terserah” dan tidak menolak kami. Waktu kami menyampaikan terima kasih pada si ibu, dia
mengembalikan salam sambil memegang tangan-tangan kami. Bukan main baik orangnya! Kami merasa
dia juga sabar sekali, karena dia bisa bersabar Bahasa Indonesia kami yang kurang lancar!
Conclusion
Kami benar-benar menikmati perjalanan kami ke
Bintan. Keadaan di sana sangat berbeda dari Singapura.
Kehidupannya lebih santai dan sederhana. Kami merasa sayang
sekali karena kami hanya diperbolehkan mengunjungi Bintan
selama satu hari. Jadi kami merasa seakan-akan waktu terbang,
karena kami belum puas dengan perjalanan itu. Indonesia
adalah negara yang besar dan pasti ada banyak tempat-tempat menarik yang bisa kami kunjungi. Mudah-
mudahan, kami bisa kembali ke sana lagi!
36
ULaporan Bintan Fieldtrip
UGroup 4
Pada pagi hari tanggal 24 September, kami berkumpul di Terminal Tanah Merah lalu
naik feri pergi ke Pulau Bintan. Sesudah tiba di Pulau Bintan, kami menaiki perahu motor
menuju Pulau Penyengat. Pulau Penyengat adalah tempat wisata yang sangat menarik. Dari
Pulau Penyengat, kami dapat mengetahui banyak sejarah mengenai Indonesia, terutama asal
Bahasa Indonesia. Sebelum sampai di pulau ini, kami menyangka bahwa Bahasa Indonesia
berasal dari Jawa atau Sumatra. Tapi sebenarnya, Bahasa Indonesia berasal dari Melaka, lalu
melewati kepulauan Riau tersebar ke seluruh Indonesia. Evolusi dan migrasi bahasa memang
menarik ya? Raja Abdul Rahman tidak akan menyangka bahwa bahasa yang ia pakai akan
dipakai oleh kira-kira lebih dari 200 juta orang sekarang.
Selain itu, di Pulau Penyengat ada sebuah mesjid
yang terkenal—Mesjid Raya Sultan Riau. Sewaktu kami
masih di perahu, mesjid inilah satu-satunya bangunan
yang bisa terlihat dari jauh. Kami sangat terkesan
melihat keadaan bangunan yang mewah dan tetap baik,
padahal umur bangunan ini sudah hampir 200 tahun.
Lagipula, mesjid ini dibangun hanya dengan pasir yang
dicampur dengan putih telur saja. Sewaktu pemandu
wisata sedang menjelaskan sejarah mesjid itu, kami
tertarik pada beberapa anak-anak desa yang sedang bermain di sebelah kami. Kami
memperhatikan anak-anak itu yang bermain dengan gembira. Meskipun kehidupan mereka di
pulau itu sangat sederhana, mereka kelihatannya gembira sekali waktu bermain dengan
teman-temannya.
Setelah mengunjungi mesjid, kami berjalan kaki mengelilingi Pulau Penyengat.
Sepanjang jalan, kami tertarik pada pohon-pohonan, buah-buahan dan bunga-bungaan yang
berwarna-warni. Di Singapura, tanaman adalah hiasan negara kami. Hanya bunga dan pohon
yang terlihat hijau dan indah boleh ditanamkan. Tetapi di Pulau Penyengat, pohon yang
ditanam oleh penduduk sangat berguna untuk kehidupan mereka. Misalnya, daun serai dapat
digunakan untuk mengusir nyamuk, demikan juga dengan yang lain. Limau, papaya, singkong,
manga dan lain-lain bisa langsung dimakan atau dimasak menjadi makanan yang enak.
Mesjid Raya Sultan Riau
37
Tidak lama kemudian, kami pun sampai
di puing Istana. Pemandu wisata menjelaskan
tentang sejarah bangunan itu yang sebenarnya
besar dan mewah sekali. Tapi dahulu ketika
sebelum orang-orang Belanda datang
menyerang pulau itu, raja memberi perintah
untuk menghancurkan bangunan-bangunan itu
supaya orang-orang Belanda tidak bisa
mempergunakannya. Dahulu, kehidupan
bangsawan-bangsawan mewah sekali. Misalnya
bangunan di dalam Istana Kantor yang
sebenarnya hanya kamar kecil dan kamar mandi untuk puteri yang besar sekali. Menurut
pemandu wisata, waktu puteri dimandikan oleh budak-budaknya, mereka tidak hanya
memakai air saja, tetapi wewangian dan bunga-bunga juga. Pokoknya, kalau dibandingkan
dengan orang kebanyakan, bukan main mewah kehidupan bangsawan. Walau demikian, kami
merasa bahwa kehidupan anak-anak orang kebanyakan mungkin lebih bahagia karena mereka
dapat hidup dengan bebas dan tidak terkurang.
Di dekat puing Istana terletak makam para bangsawan dan juga
Sang Raja. Walau ia adalah seorang raja, ia meminta dirinya dikubur
dengan cara yang sederhana seperti rakyatnya. Bukan main rendah
hati Sang Raja, kami pun merasa kagum terhadapnya. Di sekitar Bukit
Kursi, ada meriam-meriam yang diberi oleh orang Spanyol supaya
penduduk dapat melawan orang Belanda. Walau keadaan di Pulau
Penyengat sekarang sangat tenang, meriam-meriam dan puing istana
akan selalu menjadi peringatan tentang masa pergolakan dulu.
Setelah semua itu, kami semua kembali ke Pulau Bintan
untuk makan siang. Di Tanjung Pinang, kami semua pergi ke
restoran Jawa Timur dan makanannya sedap betul. Makanan khas
Indonesia bukan main enaknya! Variasinya bermacam-macam dan
pedas sekali. Tapi justru makin pedas makin asyik. Ada sayur asam,
ayam penyet, ikan bakar, tahu goreng, kangkung sambal terasi dan
juga nasi putih. Waktu saya melihat biji melinjo yang di ada di sayur
Puing Istana
Meriam dari spanyol
Ayam Penyet
38
asem, saya merasa bahwa tanaman ini menarik sekali. Sebenarnya pohon melinjo terlihat
sederhana dan biasa saja, tapi siapa yang menyangka bahwa daunnya boleh di pakai untuk
memasak sayur asem. Bijinya juga bisa digiling dijadikan emping yang kita sering makan
dengan makanan khas Indonesia yang lain. Pokoknya, kami suka sekali makanan Indonesia!
Dengan perut yang kenyang, bersama-sama kami mengunjungi pabrik sotong. Di dalam
pabrik, kami berjalan-jalan mengelilingi dan melihat bagaimana pekerja-pekerja memproses
daging sotong. Lalu, kami pun mewawancarai pekerja-pekerja yang sedang sibuk bekerja.
Salah satu pekerja yang kami wawancarai adalah ibu Karmilah. Ia berumur 35 tahun dan
bekerja sebagai penggiling sotong. Ia sudah kawin dengan dua anak. “Ibu sedang mengerjakan
apa? Kok kelihatannya sibuk sekali”, kami bertanya. “Oh, saya sedang mengiling sotong.
Sesudah digiling, sotongnya akan dibakar dan dibumbui”, jawabnya dengan ramah. Kemudian
kami bertanya lebih banyak lagi. Selain ibu Karmilah, kami juga mewawancarai ibu Asmah dan
bapak Torno. Kami mengetahui bahwa mereka tidak berasal dari Pulau Bintan. Karena
pekerjaan dan keadaan ekonomi di desa tidak baik, mereka memilih untuk bekerja di tempat
lain, seringkali terpisah dari keluarga mereka. Lagipula, gaji mereka hanya Rp 500,000 per
bulan (S$85). Sedikit sekali kalau dibandingkan dengan standar di Singapura. Mereka sendiri
pun mengeluh gaji tidak cukup, kasihan sekali ya?
Dari wawancara itu, kami mengetahui lebih banyak tentang kehidupan sehari-hari
penduduk di Pulau Bintan. Kami merasa bahwa kehidupan penduduk di sini lebih tenang dan
santai. Orang Indonesia, terutama seperti penduduk yang ada di pulau Penyengat, tidak
banyak tuntutan dan tidak materialistis. Sebaliknya, Orang Singapura banyak yang mau jadi
kaya dan kerja setengah mati untuk mencapai keinginan tersebut. Kami bersyukur telah
diberikan kesempatan yang banyak orang di
Indonesia tidak ada, misalnya pendidikan dan
lingkungan yang aman, tapi kami merasa
bahwa kehidupan kota metropolis seperti
Singapura tidak seimbang karena kebenyakan
penduduk Singapura jauh terlalu sibuk untuk
menikmati apa yang ada di sekitar mereka.
Keluarga, alam, agama, kesehatan, makanan
dan lain-lain. Kalau semua ini dibandingkan
dengan uang, mana yang lebih penting? Kami
tidak yakin bahwa kami mempunyai jawaban
Ibu Karmilah
39
yang jelas. Akan tetapi, perjalanan ke Pulau Bintan membuat kami semua berpikir lebih jauh
tentang soal ini.
Kesimpulan kami adalah walau kita semua hidup di bawah langit yang sama, tapi
kehidupan kami dan penduduk Bintan sangat berbeda.
Done By : Au Yong Kok Soon (U052434), Daniel (U050100M), Leong Dalun (U067806), Lim Cha Yee
40
Pekerjaan Rumah (PR) 4: Laporan Group 5
Perjalanan Ke Bintan Sebulan yang lalu, pada hari Senin, mahasiswa dari semua kelas Bahasa Indonesia pergi ke Bintan untuk
darmawisata. Kami sudah menunggu lama untuk hari itu dan itu adalah pertama kali kami ke luar
bersama dengan teman-teman dari kelas Bahasa Indonesia. Karena hari Senin itu yang lalu adalah hari
pertamauntuk seminggu liburan sekolah, kami merasa gembira sekali.
Hari Senin pagi, berberapa teman kami dan kami bertemu di stasiun MRT Tanah Merah pada jam delapan
kurang seperempat karena kami harus bertemu dengan ibu guru kami di terminal kapal tambang jam
setengah sembilan. Wah kami tidak suka orang yang terlambat jadi kami datang ke stasiun MRT lima
belas menit sebelumnya. Semua orang gembira tentang darmawisata itu. Kami juga takut cucua yang
buruk karena sudah hujan sedikit. Akhirnya, jam delapan lebih dua puluh menit pagi, kami naik bis dari
stasiun MRT ke terminal kapal tambang. Kami seharusnya berangkat dari stasiun bis jam delapan lebih
seperempat tetapi ada berberapa teman terlambat lagi. Perjalanan itu kira-kira dua puluh menit dan
sepanjang perjalanan tidak ada jalan macet, jadi kami bisa dengan cepat tiba di terminal kapal tambang.
Menunggu untuk teman-teman yang lain di stasiun MRT
Waktu kami datang di terminal kapal tambang, kami harus menunggu untuk limabelas menit lagi sebelum
kami bisa naik kapal tambang. Perjalanan itu ke Bintan kira-kira satu setengah jam. Wah lama sekali ya!
Ada beberapa teman kami yang merasa kepala pusing dan mau muntah karena mereka merasa mabuk laut
karena laut yang berombak. Di kapal tambang, kami omong-omong dengan teman-teman dan
mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan untuk wawacara nanti.
Sebelum naik kapal tambang, kami gembira sekali! Kapal tambang yang kami naik Sesudah satu setengah jam, kami akhirnya tiba di Bintan. Di situ, kami harus menuggu lagi untuk naik
perahu yang lebih kecil ke satu pulau sekitar Bintan. Pulau itu lebih kecil daripada Bintan. Sebab setiap
41
perahu hanya ada tempat duduk untuk sepuluh orang setiap perjalanan, kami harus naik perahu yang
berbeda kapal tambang yang lebih kecil.
Naik kapal tambang yang lebih kecil
“Selamat Datang Di Pulau Penyengat”
Waktu kami tiba di Pulau Penyengat, ada satu pemandu wisata menyambut kami ke pulau itu. Kemudian,
dia membawa kami mengunjungi masjid yang paling terkenal di pulau itu. Di sana, dia memberi
informasi kepada kami tentang sejarahnya. Dia bilang, masjid itu dibuat dari putih telur dan pasir.
Menarik sekali ya? Sekitarnya masjid itu ada beberapa anak yang bermain dengan kucing yang masih
kecil. Kami juga omong-omong dengan mereka. Waktu kami melihat mereka, kami teringat masa waktu
kami masih kecil.
Ini pemandu wisata kami yang ramah sekali!
Mengunjungi Makam Raja-raja di Pulau Penyengat Di Pulau Penyengat, selain Mesjid Raya, kami juga mengunjungi makam raja-raja. Beberapa orang naik
becak ke makam-makam dan yang lainnya berjalan kaki. Kalau naik becak, ongkosnya RP30.000. Becak
itu bisa memuat dua orang. Karena hari itu cuacanya amat panas, jadi lebih banyak orang memilih naik
becak.
42
Banyak becak di Pulau Penyengat
Makam pertama yang kami kunjungi adalah Komplek Makam. Di dalam ada kuburan dari Raja Hamidah,
permaisuri Sultan Mahmud Shah III, Raja Ahmad, Raja Alihaji, Raja Abdullah dan Raja Aisyah.
Komplek Makam terkenal dengan Gurindam Dua Belas.
Sesudah itu, kami pergi ke makam Raja Jaafar. Raja Jaafar menjadi Yang Dipertuan Muda Riau VI tahun 1805-1832. Komplek makam Raja Jaafar termasuk salah satu bangunan indah dengan pilar-pilar, kubah-kubah kecil yang ada ukiran timbul, kolam air tawar, kolam untuk berwudhu dan hiasan lainnya.
Mengunjungi Istana Kantor di Pulau Penyengat
Lalu, kami berkunjung ke Istana Kantor. Menurut pemandu wisata, komplek Istana Kantor sebagai objek
pariwisata di Pulau Penyengat. Istana Kantor sangat besar dan berlantai dua. Di dalam Istana Kantor
terdapat sumur. Rupanya orang-orang di Pulau Penyengat memakai air dari sumur itu. Pemandangan di
sekitar Istana Kantor indah sekali. Kami tinggal di sana paling lama dan mengambil banyak foto di sana.
43
Menemukan toko-toko
Kalau haus atau lapar dan tidak punya makanan dan minuman, tidak perlu kuatir karena di Pulau
Penyengat juga ada toko-toko yang menjual makanan dan minuman dan toko-toko oleh-oleh. Harga
makanan, minuman dan oleh-oleh tidak terlalu mahal. Penjual di sana ramah dan sopan.
Makan di Restoran Jawa Timur
Restoran Jawa Timur
Sekitar jam dua lebih, kami berangkat ke Tanjung Pinang untuk makan siang. Tidak lama setelah itu,
kami tiba di Restoran Jawa Timur. Di Restoran Jawa Timur, makanan yang kami pesan dihidangkan
dengan cepat. Makanan yang kami pesan adalah nasi putih, ayam goreng, tahu goreng, sayur asam, buah-
44
buahan dan lain-lain. Kami menikmati makan siang di restoran itu karena makanannya tidak hanya pedas
tapi juga enak sekali.
makanan yang enak sekali!
Mengunjungi pabrik sotong Sesudah makan siang, kami harus pergi ke pabrik yang membuat makanan dari sotong. Wah kami
gembira sekali karena di Singapura, kami belum pernah ke pabik seperti pabik sotong itu. Ibu kami bilang
kami juga bisa membeli macam-macam makanan yang dibuat dari sotong. Hebat sekali ya!
Di situ, kami harus mewawancarai orang-orang yang bekerja di situ untuk laporan kami. Kami
mewawancarai seorang laki-laki yang namanya Wycoh.
Ini Wycoh.
Kami bertanya banyak pertanyaan tentang kehidupan Wycoh. Wycoh memberitahu kami keluarga dia ada
empat orang. Mereka berasal dari Jawa. Dia berumur dua puluh lima tahun dan yang paling besar. Dia
ada 3 saudara. Satu adik dia berumur dua puluh tahun dan dua saudara yang lain berumur tujuh belas
tahun.
Wycoh belum menikah dan belum ada pacar karena dia sibuk dengan pekerjaan. Dia tidak ada waktu
berpacaran. Sekarang, keluarga dia masih tinggal di Jawa. Hanya Wycoh meninggalkan Jawa supaya bisa
mencari pekerjaan di pulau Bintan. Dia bilang: “Kalau bisa, saya mau kembali ke Jawa tetapi kalau
mau kembali perlu banyak uang jadi saya harus menyimpankan uang dulu.”
kami berbicara dengan Wycoh
Lalu, kami bertanya tentang pekerjaan dia. Wycoh memberitahu kami dia sudah bekerja di Tanjung
Pinang untuk tiga tahun. Pekerjaan di pabrik ini adalah pekerjaan yang pertama. Dia pergi ke pulau ini
bekerja karena dia mau mencari pengalaman yang baik karena masih muda. Wycoh harus bekerja setiap
hari dari jam delapan pagi sampai jam lima sore. Karena bulan ini adalah bulan Ramadan, Wycoh harus
45
puasa dari jam lima pagi sampai jam lima sore. Lapar dan haus sekali ya! Tetapi Wycoh bilang kalau
waktu dia capai, dia bisa istirahat jadi tidak apa-apa.
Wycoh ramah sekali ya! Dia bilang sotongnya dari Pulau-Pulau di sekitar situ dan menunjukkan kami
proses dan bagaimana membuat makanan dari sotong. Pertama, sotongnya harus dikeringkan supaya tidak
ada air dan kering sekali. Lalu, sotongnya yang sudah dikeringkan harus didiling oleh mesin sampai tipis
sekali! Kalau tidak tipis, tidak enak! Sesudah itu, sotongnya harus ditaruh bumbu supaya ada banyak
macam rasa seperti pedas atau asin. Kemudian, sotongnya harus dipanggang dan akhirnya, sotongnya
harus dibungkus dan bisa dijual.
mesin yang dipakai untuk menggiling sotong
Sebelum digiling; lebih tebal Sesudah digiling; lebih tipis
Di pabrik sotong, kita juga bisa membeli banyak makanan kecil. Sebelum kami membeli, kami bisa coba
banyak macam sotong dulu dan menemutuskan kemudian.
banyak macam camilan yang bisa dicoba dulu
Wah, semua makanan yang dijual murah sekali ya! Semua orang membeli banyak untuk keluarga. Ada
banyak macam camilan yang bisa kami pilih. Bagus sekali ya!
banyak macam makanan yangdibuat dari sotong; murah sekali! Sekitar jam lima sore, kami pergi ke satu toko buku yang seharusnya menjual kamus untuk kursus bahasa
kami. Tapi, waktu kami sampai di sana, pegawai toko memberitahu kami bahwa toko itu hanya menjual
beberapa kamus. Tidak ada cukup untuk semua mahasiswa. Jadi, kami pergi ke toko buku yang lain,
46
mungkin di situ dijual lebih banyak kamus. Waktu kami sampai di toko yang lain, sudah setengah enam.
Jadi, kami ada kira-kria setengah jam untuk membeli kamus itu, berbelanja dan lain lain. Di sana ada
banyak toko yang ada AC. Wah, kami enak sekali di sana karena cuacanya terang dan di luar tempat
belanja sangat panas.
Toko Buku Salemba
Pada waktu itu, kami jalan-jalan di tempat belanja itu. Setelah kami membeli kamus, kami pergi ke
supermarket membeli makanan dan minuman. Di sana, kami melihat ibu-ibu dan teman-teman, semua
juga di sana membeli makanan misalnya kue, kentang goreng, gula-gula, jus apel, susu dan lain-lain yang
lebih murah daripada di Singapura.
Jam enam, kami kembali ke bisnya dan terus ke dermaganya.
Waktu sudah tiba di dermaganya
Wah, waktu itu, kami sudah capai sekali karena seluruh hari, dari kira-kira jam enam pagi, kami ada
dalam perjalanan. Sehingga, begitu kami masuk ke kapal tambang, satu-demi-satu teman-teman di situ
berangsur-angsur tidur. Perjalanan ke Singapura naik kapal tambang adalah sangat enak. Mula-mula,
kami berdiskusi tentang hari itu dan presentasi proyek yang akan datang. Kemudian berangsur-angsur,
kami mulai menjadi lebih capai dan satu-demi-satu tidur di kursi. Meskipun kursinya tidak begitu enak,
kami tidur masih enak karena sangat capai.
Di kapal tambang
Akhirnya, dua jam setelah berangkat dari Bintan, kami sudah sampai ke Singapura. Wah, pada waktu
tiba di Singapura, kami benar-benar masih capai dan lapar. Jadi, beberapa teman-teman pergi ke warung
kopi dekat Tanah merah untuk makan malam. Di warung kopi, mereka makan banyak makanan yang
enak sekali. Ada roti prata, ayam goreng, sup tomyam dan lain lain. Kira-kira jam sebelas malam kami
selesai dan pulang.
47
Perjalanan ke Tanjung Pinang itu telah membuka matanya untuk melihat bagaimana orang yang
sederhana hidup di negara yang lain. Meskipun Tanjung Pinang tidak begitu bersih seperti Singapura,
orang di sana baik hati sekali. Mereka ramah dan sopan pada waktu berbicara dengan kami. Lagipula,
walaupun bahasa Indonesia kami belum lancar, mereka penuh pengertian dan tetap sabar sekali,
melanjutkan berbicara dengan kami dan mengajar kami beberapa kata yang baru. Orang Bintan tidak
hanya enak diajak ngomong, tapi juga cerdik. Di sana, orang yang muda, dari umurnya enam belas, sudah
mulai berkerja untuk mendapat uang. Semua bisa mengongkosi diri-sendiri, mandiri sekali! Kalau
dibandingkan dengan orang Singapura, bedanya jauh sekali karena hidup kami lebih enak jadi tidak perlu
kuatir tentang apa-apa.
Sekarang, meskipun semua tempat di Singapura semua tempat bersih dan aman sekali, kami masih akan
mengeluh mengenai apa saya yang sedikit tidak baik. Perjalanan ke Tanjung Pinang itu pasti adalah
pengalaman yang berkesan. Kami merasa kami harus bersyukur dengan kehidupannya sekarang di
Singapura dan tidak akan selalu mengeluh mengenai apa-apa. Rupanya, kami sudah beruntung kalau ada
rumah yang bersih dan kehidupan yang enak. Kita seharusnya menghargai negara dan pemerintah kita.
Lagipula, kami merasa untung bahwa kami bisa belajar sampai universitas karena ada banyak orang di
Tanjung Pinang rupanya mau belajar, tapi tidak cukup uang untuk belajar di universitas.
Done by: Edda Sim Felicia Neo Stacey Su Teh Hui Yi
48
UPR 1 : Pengalaman yang tak terlupakan Done By : Ng Kai Xin (U047498B)
Pada liburan dua bulan yang lalu, saya berkunjung ke Hong Kong selama sepuluh hari.
Nus mengirimkan saya dan tiga mahasiswa yang saya tidak kenal untuk menghadiri seminar
dan memberikan presentasi di ‘Science dan Technology’ Universitas di Hong Kong.
Saya senang sekali karena saya bisa melanjutkan berlibur di Hong Kong setelah seminar
itu, dan NUS membiayai $420 untuk perjalanan saya. Saya kira melancong dengan teman-
teman yang saya tidak kenal tidak selamat, tapi ternyata bukan begitu. Lebih asyik ke Hong
Kong dengan teman-teman, karena bisa omong-omong dan berbelanja bersama di sana. Ini
pertama kali saya dan teman-teman dari NUS mengunjungi Hong Kong. Kami tidak tahu tempat
mana yang menarik, asyik dan murah untuk berbelanja atau makan, kami tidak mau tersesat di
jalan. Karena itu, kami bertanya orang negara itu untuk menunjukkan jalannya. Orang negara
sana ramah, sopan dan enak diajak ngomong, dan mereka memberitahu kami informasi yang
berguna. Benar bahwa “malu bertanya, sesat di jalan’’. Kalau kami malu bertanya, barangkali
kami akan salah jalan, dan mungkin kami tidak akan tahu di mana ada pemandangan yang
indah atau tempat-tempat yang mesti kami kunjungi.
Hari pertama, kami jalan-jalan di kota Hong Kong. Kalau dibandingkan dengan
Singapura, gedungnya lebih banyak dan tinggi daripada gedung di Singapura. Lagipula gedung
dan rumahnya sangat dekat dengan gedung yang lain yang ada di sekelilingnya. Saya tidak
suka arsitektur pertamanan di sana, karena jalan kecilnya sangat sempit, dan gedung kuno
bercampur dengan gedung modern di kota.
Hari kedua, seminar di universitas Hong Kong mulai. Kami tinggal di asrama universitas
sampai seminar itu berakhir. Ada seratus peserta dari Singapura, Malaysia, Thailand, China
dan Hong Kong dalam konperensi itu. Semua peserta harus mempelajari bahan-bahan untuk
perdebatan yang disusun untuk kami. Mahasiswa dari China tidak hanya pandai, tapi juga
penuh pengetahuan, rajin dan lancar berbahasa Bahasa Inggris. Karena itu, mahasiswa dari
NUS merasa sangat tegang, dan kami menjadi lebih rajin mempelajari bahan-bahan untuk
giliran kami berdebat-debatan. Karena kami mengurangi masa tidur untuk menyiapkan
perdebatan keesokan harinya, kami memenangi pokok pembicaraan itu dan saya ialah
49
pendebat yang terbaik dalam perdebatan itu. Semua mahasiswa dari NUS gembira dan bangga
sekali.
Sesudah seminar itu, kami melanjutkan berlibur ke Guang Zhou di China. Wah, di sana
polusinya sangat serius dan ada banyak pengemis yang meminta uang di luar setasion kereta
api. Teman saya bilang, kami tidak bisa memberikan uang kepada seseorang, karena semua
pengemis pun akan mengganggu kami. Tapi makanan dan barang-barang di sana lebih murah
daripada barang yang dijual di Hong Kong atau Singapura. Sesudah dua hari berlibur di China
dan kami berkemas untuk pulang ke Singapura. Waktu kami mau naik kereta api pulang ke
Hong Kong untuk ke lapangan terbang, kereta api di Guang Zhou rusak dan mendamparkan
kami di setasion kereta api itu selama tiga jam. Kami macam semut yang ada di atas panci
yang panas, karena kami tidak bisa berbuat apa-apa dan kami akan terlambat mengejar
pesawat terbang di bandara Hong Kong. Nasib kami sangat malang karena di tempat
pemeriksaan ramai sekali, dan antriannya terlalu panjang untuk pemeriksaan. Sebab itu, kami
terlambat tiba di pesawat terbang yang harus kami naiki. Wah celaka betul karena kami harus
membayar ongkos lagi untuk menaiki pesawat terbang yang akan terbang pulang ke Singapura
besok. Saya sangat sedih dan marah sampai saya menangis, tapi saya tidak bisa memutar
waktu kembali.
Hah...ini adalah pengalaman saya yang tak terlupakan. Karena saya harus tidur di
bandara satu malam sebelum penerbangan keesokan harinya. Kalau saya akan berlibur ke
negara yang lain lagi, saya akan selalu ingat pengalaman itu, dan tidak mau terlambat lagi
untuk naik pesawat terbang.
UPR 1-Pengalaman Yang Tak Terlupakan Done By: Daniel (U050100M)
Sumadin adalah teman baik ku.
Ia sekelas denganku dan duduk di samping saya. Ia tidak hanya
ramah tapi juga jujur, pandai dan enak diajak ngomong. Selain itu,
Sumadin sangat murah hati, dia sering traktir saya makan di restoran dan
rumahnya yang mewah itu. Kami selalu bersama; bermain, belajar dan
lain-lain.
Pada suatu hari, dia mengajak saya untuk berjalan-jalan ke pusat
50
kota karena ada museum baru yang besar dan mewah. Naik bis kota, kami telusuri jalan yang
panjang sambil menikmati suasana kota yang selalu ramai. Dua puluh lima menit kemudian,
kita sampai di terminal bis. “Lho, museum itu di mana ya?”, saya bertanya kepada Sumadin.
Pada saat ini dia juga terlihat bingung, “sebaiknya kita berjalan sambil bertanya”.
Sesudah berjalan kira-kira dua kilometer sambil bertanya, kami pun menemukan
museum itu. Karena terlalu gembira, saya menyeberang jalan yang ramai itu tanpa melihat.
“Hati-hati! Ada mobil!”, teriak Sumadin. Melihat mobil yang cepat itu akan menabrak saya,
Sumadin tanpa berpikir mendorong saya ke samping jalan. Saya tidak luka tapi Sumadin telah
ditabrak mobil itu. Ia mengorbankan diri sendiri untuk menyelamatkan saya. Melihat teman baik
ku berbaring di kolam darah sendiri, saya menangis sambil berteriak, “Tidak, Sumadin!
Tolong!”. Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Sumadin sudah berpulang.
Sampai hari ini, wajah Sumadin selalu terbayang-bayang. Saya sangat sedih dan
menderita. Teman baik ku mati karena saya tidak berhati-hati menyeberang jalan. Saya ingin
mengutarakan perasaan hati saya yang sangat menyesal tapi juga terima kasih kepada teman
baik ku. Di benak saya, teman baik ku yang malang--Sumadin selalu hidup.
51
UPR2 - Legenda Done By: Emily Chia U062264W
Tino berumur lima tahun. Karena orang tuanya harus
bekerja, ia ditinggalkan di rumah nenek supaya ia bisa dijaga
oleh nenek. Setiap hari kerja, Tino akan diantar ke rumah
neneknya dan waktu ia ada di sana, ia akan membantu nenek
mengerjakan pekerjaan rumah tangga, menemani nenek ke
pasar dan beromong-omong dengan nenek.
Pada suatu hari, waktu Tino baru saja sampai di rumah
nenek, ia melihat sehelai kain merah dikantung di atas pintu.
“Selamat pagi, Nek. Kok kain merah dikantung di atas pintu? Apakah karena Tahun Baru
Cina akan datang?”
“Ya, betul. Tino pintar.”
“Mengapa nenek mengikuti orang-orang yang lain? Mendekorasi rumah dengan hiasan-
hiasan yang berwarna merah? Gantung kain biru saja, kan itu warna yang paling saya suka.”
“O, tidak boleh. Kan ada legenda dibelakang itu. Dulu, nenek saya pernah bilang.
Sekarang, giliran saya menceritakannya kepada kamu. Legenda itu begini: Dulu, di negara
Cina, ada satu desa. Desa itu dikelilingi oleh gunung dan hutan. Pemandangannya indah sekali
kecuali ada seekor binatang yang tinggal di gunung. Binatangnya bernama Nian Shou. Dia
besar sekali. Setiap tahun, kalau menjelang Tahun Baru Cina, Nian Shou akan muncul dan
selalu makan penduduk desa dan binatang-binatang kepunyaan mereka. Awalnya, penduduk
marah sekali, jadi kepala desa menyuruh semua pemburu yang paling galak dan berani di desa
itu, mencari dan membunuh Nian Shou. Mereka tidak hanya gagal, tapi juga membuat Nian
Shou marah. Akibatnya, pemburu dimakan semua. Dan waktu Nian Shou kembali ke desa itu,
dia membalas dendam: makan lebih banyak orang dan binatang. Setelah itu, penduduk desa
tidak tahu apa yang harus mereka lakukan supaya mereka bisa hidup dengan tenang. Pada
suatu hari, seorang yang bijaksana mengunjungi desa itu. Cepat-cepat, kepala desa berunding
dengan dia. Kata orang itu, satu-satunya yang Nian Shou takut ialah barang-barang yang
berwarna merah dan keributan. Jadi, segala yang penduduk desa harus lakukan supaya Nian
Shou pergi adalah mengusirnya dengan keributan dan barang-barang yang berwarna merah.
52
Maka, penduduk desa mengumpulkan banyak barang yang diperlukan misalnya kain, lentera
dan petasan. Mereka juga mengecat rumahnya merah. Pada harinya Nian Shou datang,
penduduk desa sudah siap. Mereka membunyikan petasan dan membuat keributan. Waktu
Nian Shou melihat semuanya, dia merasa takut dan segera berlari jauh dan tidak akan pernah
kembali lagi. Penduduk desa bahagia sekali dan setiap tahun, kalau menjelang Tahun Baru
Cina, mereka pasti akan mendekorasi rumahnya dengan hiasan-hiasan yang berwarna merah.”
“O, sekarang saya mengerti. Bagaimana kalau kita ke luar mencari dan membeli hiasan
Tahun Baru Cina?”
“Baiklah. Ayo, kita pergi!”
UPR3 - Legenda Done by: Toh Shu Den U048606A
Ketika melihat anak gadisnya berubah menjadi batu, si ibu sedih sekali.
Dia sangat menyesal karena telah berdoa kepada Tuhan untuk
menghukum anak gadisnya. Si ibu hanya berdoa asal-asalan tanpa
berpikir panjang. Meskipun anak gadisnya menghinanya and kurang
menghormatinya, dia masih sayang anak gadisnya.
Si ibu menangis kuat-kuat. Penduduk desa di sekitar si ibu itu heran melihat si ibu. Mereka pikir
si ibu sudah gila. Akan tetapi, si ibu tidak bisa mengontrol emosinya lagi. Dia hanya menangis
saja. Dia lalu berdoa kepada Tuhan “ Tuhan, tolong rubah kembali anak gadis saya menjadi
manusia. Biar saya yang menjadi batu.”
Tetapi kali in Tuhan tidak mengabulkan permintaan si ibu lagi. Si ibu merasa bersalah kepada
anak gadisnya. Si ibu tahu bahwa anak gadisnya mempunyai karakter yang buruk karena dia
terlalu memanjakan anak gadisnya.
53
Mulai hari itu si ibu tidak bisa bekerja lagi karena terlalu sedih and menyesal. Dia tahu anak
gadisnya suka bersolek dan senantiasa mau kelihatan cantik. Jadi, setiap hari dia pergi ke
pasar untuk membantu anak gadisnya bersolek sungguhpun anak gadisnya telah menjadi batu.
Penduduk desa sungguh kasihan terhadap si ibu itu. Mereka memberi makanan kepada si ibu
supaya si ibu tidak kelaparan. Setiap sore si ibu juga berdoa supaya Tuhan yang maha kuasa
itu memaafkan anak gadisnya.
Satu tahun kemudian, penduduk desa merasa terharu terhadap perbuatan si ibu yang sangat
sayang akan si gadis itu. Jadi mereka juga berdoa bersama si ibu pada waktu sore hari semoga
Tuhan merubah kembali anak gadisnya menjadi manusia.
Pada suatu hari Tuhan juga turut terharu dengan perbuatan si ibu dan penduduk desa. Tuhan
sekali lagi mengabulkan permintaan si ibu. Perlahan-lahan tubuh anak gadisnya berubah
menjadi manusia kembali. Anak gadis itu tidak menangis lagi tetapi dia tersenyum manis
karena dia tahu dia mempunyai seorang ibu yang amat sayang akan dia. Penduduk desa yang
ada di sekitar situ sangat gembira menonton kejadian ajaib ini. Setelah anak gadis berubah
menjadi manusia, anak gadis itu lalu memeluk ibunya dan menangis. Anak gadisnya berkata “
Ibu, saya mencintai ibu.” Pada saat itu si ibu menangis juga. Si ibu, si gadis and penduduk desa
sama-sama memuji Tuhan yang baik hati itu.
Sejak peristiwa ini, si gadis berubah menjadi seorang yang baik dan sopan. Dia tahu durhaka
itu mahal harganya. Dia menjadi seorang yang tahu berbakti pada orang tua. Akhirnya si gadis
menikah dengan seorang kaya. Dia tidak meninggalkan ibunya di bukit tetapi membawa ibunya
tinggal bersamanya. Kehidupan mereka bahagia sekali.
54
Kesan Filem “Langitku – Rumahku” Done By: Leong Dalun U067806B
Filem ini tentang dua anak yang tinggal di Jakarta, Andri dan Gempol.
Andri keluarganya kaya dan dia dimanjakan oleh ayah, pembantu dan
sopirnya dia. Ibunya sudah meninggal dan ayah sering sibuk bekerja
mengurus perusahaan sendiri. Karena itu, dia sangat ingin perhatian
ayahnya, tapi ayahnya selalu tidak ada waktu untuk dia. Sebaliknya itu,
Gempol adalah anak yang miskin, rumahnya ada di kampung di pinggir
sungai. Meski masih kecil, tapi sudah bekerja keras mengumpulkan kertas
sebagai nafkah. Gempol itu anak yang bijaksana dan mandiri.
Dari mula, filem ini banyak memperhatikan perbedaan kehidupan orang Jakarta.
Pendapat saya itu orang yang kaya mudah mendapat pendidikan, tapi orang miskin susah ada
kesempatan untuk belajar. Memang itu sifat manusia menghargai barang yang susah didapat.
Misalnya si Andri yang kaya tidak menghargai pendidikan yang dia terima. Sebaliknya, Gempol
yang tidak ada kesempatan untuk ke sekolah ingin sekali belajar. Satu contoh lagi adalah uang.
Si Gempol menghargai uang, karena setiap uang yang dia dapat itu melalui kerjanya sendiri.
Bandingkan ini dengan Andri, yang kapan saja dia mau uang bisa minta pada ayahnya. Karena
itulah Andri boros memakai uang. Tapi ditengah filem, pendapatnya Andri tentang uang
berubah karena dia sudah tahu susahnya mencari uang.
Menurut saya, filem ini juga banyak tentang hubungan Gempol and Andri yang istimewa.
Persahabatan mereka bukan main dalamnya. Dua orang yang dari dunia yang lain saling
bertemu dan menjadi kawan sejati. Mereka berdua telah mengalami banyak kesusahan
bersama-sama. Menurut Andri, Gempol ada pendidikan sosial yang sangat berharga. Dia yang
dibesarkan di lingkungan yang terlindung itu sekarang tahu keadaan rakyat yang ada di sekitar
dia, yaitu banyak yang miskin dan tidak seuntung dia. Dan Gempol juga sedikit mengetahui
kehidupan orang yang kaya. Satu pandangan yang menarik adalah pemasukan agama di
dalam filem ini. Filem ini suka menyontohkan karma. Yang berbuat baik dibalas baik, tapi kalau
berbuat jahat atau bohong itu dibalas kesialan. Dan juga sebelum tidur, kedua anak diajarkan
untuk berdoa kepada Tuhan supaya dapat tidur nyenyak.
Di filem banyak adegan dan dialog yang menarik dan penuh artinya. Misalnya:
1) Di adegan waktu Gempol menemui Andri di taman, mereka saling bilang keinginan masing-
masing. Untuk Gempol dia maunya jadi kaya, tapi si Andri ingin jadi ‘bebas seperti burung’.
55
Ironis sekali, karena Gempol yang miskin sebenarnya hidupnya bebas, dan si Andri padahal
kaya tapi maunya jadi bebas.
2) Waktu rumahnya Gempol dibongkar dan keluarganya dipindah ke entah mana, si Unyeng
yang suka menyanyi berkata bahwa rumahnya mereka seluas langit. Artinya walau
lingkungannya beda, tapi langitnya pasti sama, jadi dimanapun adalah rumahnya.
3) Pak Dimik si sopir juga mengatakan sesuatu yang berarti, dia berkata jadi orang itu tak bisa
miskin tubuh dan jiwa. Filemnya suka memberi contoh bahwa Andri itu orangnya kaya tapi
jiwanya miskin. Sebaliknya si Gempol itu walau miskin, tapi dia berjiwa besar. Selanjutnya ada
adegan yang mereka dikasih uang sebagai hadiah karena menemukan dokumen penting dan
dompetnya seorang perempuan. Si Andri itu kelihatan tamak orangnya karena dia tidak malu
mengambil uang yang diberi perempuan itu, tapi Gempol yang sebenarnya miskin malah tidak
tergantung kepada uang dan padahal mau menolak uang yang banyak jumlahnya itu. Saya
rasa perbedaan ini sangat menarik.
Saya rasa filem ini juga meledeki situasi masyarakat Indonesia. Misalnya Gempol yang
orangnya baik dan jujur kok takut kepada polisi. Padahal miskin itu bukan suatu kesalahan.
Waktu mendekati Hari Kemerdekaan, malah rumah orang miskin dibongkar polisi karena kota
Jakarta mau terlihat indah oleh pemerintah. Polisi terlihat sebagai penjahat. Saya juga merasa
sedih waktu Balung pembantu Andri berkata bahwa orang miskin dan kaya itu sudah semua
nasib dan susah sekali merubah nasib ini meskipun orang itu bekerja keras. Sepertinya itu
kehidupan di Indonesia tidak adil, tidak semua anak-anak ada pendidikan, kehidupan
masyarakat beda sekali dan pemerintah lebih ingin menyembunyikan masalah daripada
menolong masyarakat. Ini jauh dari ideologi yang disebut Gempol tentang umat manusia waktu
dia belajar tentang Pancasila. Saya rasa filem ini bagus sekali. Ceritanya mendidik dan
memberi contoh kepada saya banyak tentang kehidupan di Indonesia. Saya juga merasa meski
mempunyai langit yang sama, tapi ada satu dunia yang di luar sana yang beda sekali. Kesan
saya itu betapa bersyukurnya saya untuk mempunyai kehidupan dan pendidikan saya
sekarang. Saya juga mengerti kepentingan jiwa, karena meski jadi miskin tapi kalau ada jiwa
tetap bisa bahagia.
Langitku, Rumahku
Done by : Edda
Pendapat saya tentang film Film itu tidak hanya benar tapi juga mengandung banyak informasi
tentang situasi di Indonesia pada waktu Suharto. Selain itu, film ini
56
memberikan contoh yang baik tentang perasaan kasih sayang seorang terhadap orang yang
lain. Lagipula, dalam film itu jurang ekonomi di antara orang yang kaya dan orang yang miskin
sangat besar. Situasi itu masih sama di Indonesia pada masa lalu dan juga masa sekarang.
Pendapat saya tentang persahabatan laki-laki Andri dan Gempol mempunyai hubungan baik. Mula-mula, waktu Gempol dilihat Andri di
sekolah Andri, dia sedang mengumpulkan kertas untuk dijual. Andri lalu tidak memandang
rendah dia tapi bersimpati kepada Gempol. Perlahan-lahan mereka menjadi akrab seperti
saudara. Mereka benar-benar suka bermain bersama-sama sampai hampir setiap hari mau
bertemu. Mereka juga amat bersungguh-sungguh akan persahabatan mereka terhadap satu
sama lain.
Pendapat saya tentang sifat-sifat Andri Andri adalah orang yang berhati baik. Dia tidak hanya ramah tapi juga penuh pengertian. Waktu
dia melihat Gempol, dia segera berkenalan dengannya. Lagipula, dia sudah tahu pekerjaan
Gempol sukar dan melelahkan sekali, jadi dia menyuruh pembantunya mengumpulkan semua
majalah dan kertas yang sudah tidak diperlukan setiap hari, lalu meminta supirnya
mengantarkan kertas-kertasnya ke Gempol. Lagipula, waktu Gempol kehilangan anjingnya,
Molly, Andri juga merasa sedih. Meskipun Andri adalah teman yang baik, dia tidak begitu
bertanggung jawab karena dia tidak memberitahu siapa pun bahwa dia akan pergi ke Surabaya
dengan Gempol. Lagipula, dia malu kalau teman-tamannya melihat dia dengan orang yang
miskin karena dia ingin menjaga penampilannya.
Pendapat saya tentang sifat-sifat Gempol Hampir setiap sifat Gempol adalah baik. Walaupun dia orang yang sederhana, dia enak diajak
ngomong , tidak begitu kasar dan sangat sopan. Lagipula, dia pandai belajar dan mandiri
karena dia bisa pergi ke luar kota dengan Andri untuk mencari neneknya. Tapi, Gempol kurang
berani karena apabila dia bertemu Bapak Andri dia lari. Saya rasa hidup Gempol akan menjadi
lebih baik kalau dia pindah ke rumah yang dibangun oleh pemerintah. Ini karena rumah itu
akan lebih bersih dan ada air bersih. Gempol kasihan sekali karena sejak kecil dia tidak bisa
pergi ke sekolah tapi harus mencari nafkah untuk keluarganya.
Pelajaran yang didapat dari cerita Cerita itu mengajarkan saya bahwa kita seharusnya jangan berprasangka, seorang kaya atau
miskin, baik atau tidak dari penampilannya. Semua orang harus diperlakukan dengan hormat.
Orang yang kaya seharusnya membantu orang yang miskin. Lagipula, jadi orang jangan egois
dan kalau ada masalah jangan hilang harapan.