14
HASIL TANGKAPAN DAN LAJU TANGKAP JARING LAMPARA DASAR ( BOTTOM SEINE NET ) DI PERAIRAN MUARA SUNGAI BARITO, KALIMANTAN SELATAN Rupawan, Herlan dan Are! Hu"#anan Ra$% Peneliti pada Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum ABSTRAK Jaring lampara dasar (bottom seine net ) merupakan salah satu alat t yang digunakan untuk menangkap udang. Permasalahan menggunakan jar lampara adalahhasil tangkapan sampingan lebihbanyak dibanding hasil tangkapan sasaran dan rendahnyaselektivitas alattangkap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis hasil tangkapan dan laju tangkap jaring dasar di muara Sungai Barito. Penelitian dilakukan dengan metode survei m wawancara dan pengamatan secara langsung terhadap hasil tangkapan lampara dasar pada aret! ei! "gustus dan #ktober $%&'. asil p mengin ormasikan bahwa kegiatan penangkapan menggunakan perahu berdimensi *+ , - &% m B+ &!$ - &!/ m 0+ %!1 - &!% meter! lebih kecil dari & 23 . jaring lampara dasar4 panjang tali ris atas &$ m! panjang tali panjang sayap 5 m dengan mesh size &!/ inci. Panjang badan 6 m dengan mes si7e &!% inci dan panjang jaring kantong $!% m mesh si7e %!$/ inci. 8isar tangkapan $9!6 - 6$!% kg:hari! rata;rata /9!' kg:hari terdiri dari hasil sampingan ikan $6!6 kg atau /&!,,< lebih banyak dari hasil tangkapan udan sebagai spesies sasaran $$!91 kg atau '&!1'< dan hasil tangkapan sampinga yang dibuang (discard catch) 9!9 kg atau 5!&1< dari total laju tangkap. S penelitian tertangkap 5' jenis! hasil tangkapan ikan didominasi i ( Arius maculatus),hasil tangkapan udang didominasiudang Bajang ( Metapenaeus lysianassa) dan hasil tangkapan yang dibuang didominas kuning (Chonerhinos naritus). 8"3" 8U=>? 4 jaring lampara dasar! hasil tangkapan! muara Sungai Barito ABSTRACT: Catch result and capture rate of bottom seine net in estuary wa of Barito River, South alimantan! By Rupawan, "erlan and Aroef "u#manan Rais Bottom seine net is one of the fishin$ $ear be used to catch the sh %roblems usin$ this tool are bycatch more than the catch of tar$et and th selectivity of fishin$ $ear! &his study aims to determine the type of cat and capture rate of fishin$ $ear in waters of estuary of Barito River! Re conducted by survey method throu$h interviews and direct observation to c bottom seine net in March, May, Au$ust and 'ctober, *+! Research inform that fishin$ activities used boat dimensionless - . / * m0 1- * m0 "- !3 / *! meter, less than * 4&! 5imensions of bottom seine net are rope len$th6 * m, $round rope len$th6 *+ m, win$ len$th6 7 m with a mesh *!2 inches! 8et body len$th6 9 m with a mesh size of *! inches 1

Laju Tangkap Lampara Barito

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laju Tangkap Lampara Barito

Citation preview

HASIL TANGKAPAN DAN LAJU TANGKAP JARING LAMPARA DASAR (BOTTOM SEINE NET) DI PERAIRAN MUARA SUNGAI BARITO, KALIMANTAN SELATANRupawan, Herlan dan Aroef Hukmanan RaisPeneliti pada Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum

ABSTRAKJaring lampara dasar (bottom seine net) merupakan salah satu alat tangkap yang digunakan untuk menangkap udang. Permasalahan menggunakan jaring lampara adalah hasil tangkapan sampingan lebih banyak dibanding hasil tangkapan sasaran dan rendahnya selektivitas alat tangkap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis hasil tangkapan dan laju tangkap jaring lampara dasar di muara Sungai Barito. Penelitian dilakukan dengan metode survei melalui wawancara dan pengamatan secara langsung terhadap hasil tangkapan jaring lampara dasar pada Maret, Mei, Agustus dan Oktober 2014. Hasil penelitian menginformasikan bahwa kegiatan penangkapan menggunakan perahu berdimensi L= 8 10 m; B= 1,2 1,5 m; D= 0,9 1,0 meter, lebih kecil dari 1 GT. Dimensi jaring lampara dasar: panjang tali ris atas 12 m, panjang tali ris bawah 14 m, panjang sayap 6 m dengan mesh size 1,5 inci. Panjang badan 7 m dengan mesh size 1,0 inci dan panjang jaring kantong 2,0 m mesh size 0,25 inci. Kisaran hasil tangkapan 23,7 72,0 kg/hari, rata-rata 53,4 kg/hari terdiri dari hasil tangkapan sampingan ikan 27,7 kg atau 51,88% lebih banyak dari hasil tangkapan udang sebagai spesies sasaran 22,39 kg atau 41,94% dan hasil tangkapan sampingan yang dibuang (discard catch) 3,3 kg atau 6,19% dari total laju tangkap. Selama penelitian tertangkap 64 jenis, hasil tangkapan ikan didominasi ikan panting (Arius maculatus), hasil tangkapan udang didominasi udang Bajang (Metapenaeus lysianassa) dan hasil tangkapan yang dibuang didominasi buntal kuning (Chonerhinos naritus). KATA KUNCI : jaring lampara dasar, hasil tangkapan, muara Sungai BaritoABSTRACT: Catch result and capture rate of bottom seine net in estuary waters of Barito River, South Kalimantan. By Rupawan, Herlan and Aroef Hukmanan Rais Bottom seine net is one of the fishing gear be used to catch the shrimps. Problems using this tool are bycatch more than the catch of target and the low selectivity of fishing gear. This study aims to determine the type of catches result and capture rate of fishing gear in waters of estuary of Barito River. Research conducted by survey method through interviews and direct observation to catch of bottom seine net in March, May, August and October, 2014. Research results inform that fishing activities used boat dimensionless L= 8 10 m; W= 1.2 1.5 m; H= 0.9 1.0 meter, less than 1 GT. Dimensions of bottom seine net are head rope length: 12 m, ground rope length: 14 m, wing length: 6 m with a mesh size of 1.5 inches. Net body length: 7 m with a mesh size of 1.0 inches and bag net length: 2.0 m with mesh size of 0.25 inches. The range of the catch were 23.7 72.0 kg/day, average 53.4 kg/day consists of the results of bycatch of fish 27.7 kg or 51.88% more than the catch of shrimp as the target species 22.39 kg or 41.94% and results of discarded bycatch were 3.3 kg or 6.19% of the total capture rate.During the study caught 64 types, fishes catches dominated by Arius maculatus, shrimps catch dominated by Metapenaeus lysianassa, and discarded catches dominated by Chonerhinos naritus.KEYWORDS : bottom seine net, catch rate, estuarty, Barito RiverPENDAHULUAN Sungai Barito (900 km) salah satu sungai besar di Indonesia merupakan sungai utama di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, berawal dari lereng penggunungan Muller Kalimantan Utara, bermuara ke laut Jawa yang lebih dikenal dengan sebutan muara Banjar atau kuala Banjar (Rupawan, 2014). Perairan muara sungai salah satu ekosistem perairan pesisir yang produktif disamping ekosistem rawa pasang surut dengan hutan bakaunya, padang lamun dan terumbu karang (Supriharyono, 2007). Karakteristik lingkungan dan komunitas biota khas, komplek dan dinamis karena sangat terkait dengan pola distribusi salinitas, kekuatan arus, amplitudo pasang-surut, kekuatan ombak, pengendapan sedimen, suhu, oksigen serta penyediaan unsur hara (Suyasa et al., 2008). Perairan muara sungai dipengaruhi masa air tawar (freshwater discharge), tempat bertemunya masa air tawar dan air laut menyebabkan pengaruh yang kuat pada pengendapan sedimen. Sedimen yang diangkut aliran sungai banyak membawa unsur hara dan terperangkap di perairan muara sungai (Nutrient trapped) sehingga perairan muara sungai relatif lebih subur (Efriyeldi, 1999).Peran penting ekologis antara lain sumber zat hara dari bahan organik yang diangkut oleh sirkulasi pasang surut, tempat pemijahan, asuhan dan tempat mencari makan. Peran penting ekonomi sebagai lahan usaha perikanan tangkap, sumber pendapatan dan sumber protein hewani. Di perairan ini penggunaan alat tangkap jaring lampara dasar (bottom seine net) salah satu jenis alat tangkap yang banyak digunakan selain alat tangkap tuguk (trap net) dan pancing rawai (bottom longline). Lampara dasar adalah jaring kantong yang ditarik oleh kapal yang berjalan menyapu permukaan dasar perairan untuk menangkap ikan, udang dan jenis lainnya (Subani & Barus, 1989). Kegiatan penangkapan dengan jaring lampara dasar di perairan ini sudah berlangsung lama tanpa upaya pengendalian yang memadai sehingga mengarah pada hasil tangkapan yang semakin berkurang. Pemerintah pada tahun 1980 telah melarang pengoperasian alat tangkap trawl (Keputusan Presiden Nomor 39/1980), sejak saat itu banyak alat tangkap pengganti jaring trawl antara lain pukat kantong. Jenis alat tangkap pukat kantong berkembang yang menyerupai trawl dengan penamaan sesuai daerah: jaring arad di Tegal, Brebes, trawl mini di Riau, lampara dasar di Banjar masin, jaring kukut di Palembang. Secara garis besar konstruksi jaring lampara dasar terdiri dari bagian sayap, badan, dan kantong. Hasil tangkapan jaring lampara dasar dapat dikelompokan kedalam hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan. Sasaran tangkapan utama jaring lampara dasar adalah udang sedangkan hasil tangkapan sampingannya adalah jenis-jenis ikan demersal dan non ikan; cumi, sotong, kerang-kerangan, ubur-ubur, dan bintang laut. Hasil tangkapan sampingan lampara dasar dikelompokkan menjadi dua, yaitu hasil tangkapan sampingan yang dimanfaatkan karena memiliki nilai ekonomi, diolah menjadi ikan asin untuk ukuran rekatif besar dan diolah untuk campuran makanan ternak untuk ukuran kecil. Hasil tangkapan yang dibuang (discard catch) yaitu: buntal, ular air, anak kepiting laut, ubur-ubur dan teripang. Permasalahan utama pada perikanan lampara dasar adalah rendahnya selektivitas alat tangkap sehingga hasil tangkapan didominasi ukuran individu kecil. Baik jenis yang sepanjang daur hidupnya berukuran maksimum kecil seperti ikan teri (Stolephoros dubiosus), udang rebon (Acetes indicus) dan stadia larva, juvenil dan ikan muda beberapa jenis ikan ekonomis penting seperti beberapa spesies ikan gulama family Sciaenidae dan beberapa spesies Ikan Panting family Ariidae. Kondisi ini dalam jangka panjang akan berdampak buruk terhadap keseimbangan sumber daya ikan dan lingkungan. Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui hasil tangkapan dan laju tangkap jaring lampara dasar yang beroperasi di muara Sungai Barito yang pada umumnya dilakukan oleh nelayan dengan kapasitas penangkapan skala kecil.

BAHAN DAN METODEPengumpulan data Hasil tangkapan jaring lampara dasar muara sungai Barito tidak didaratkan di tempat pendaratan ikan (TPI), tetapi didaratkan pada pedangang pengumpul (tauke) di desa terutama pada pedagang pengumpul yang menyiapkan modal usaha, biaya operasi seperti bahan bakar minyak, es dan konsumsi. Data yang dikumpulkan meliputi spesifikasi perahu, dimensi alat tangkap dan hasil tangkapan. Data spesifikasi perahu dan dimensi alat tangkap diperoleh dengan melakukan pengukuran terhadap bagian dari alat tangkap dan perahu yang diambil contohnya

Pengumpulan data untuk parameter hasil tangkapan dan laju tangkap dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap hasil tangkapan yang didaratkann pada pedangang pengumpul pada Maret, Mei, Agustus dan Oktober 2014. Jumlah contoh hasil tangkapan yang diamati selama penelitian dari 6 orang nelayan masing-masing 25 hari menangkap = 150 kelompok contoh hasil tangkapan.

Hasil tangkapan pada umumnya sudah dipisahkan nelayan sebelum didaratkan, berdasarkan kelompok udang dan kelompok ikan. Untuk keperluan penelitian ini seluruh hasil tangkapan yang diamati diminta untuk dibawa pulang atau tidak ada yang dibuang karena biasanya hasil tangkapan (discarded catch) seperti; buntal, ular air, ubur-ubur, anak kepiting laut dan teripang langsung dibuang kelaut.

Selanjutnya masing-masing kelompok contoh hasil tangkapan yang didaratkan dipisahkan berdasarkan jenis dan ditimbang beratnya. Identifikasi dilakukan di lapangan dan laboratorium Balai Peneltian Perikanan Perairan Umum berdasarkan buku Kottelat (1993). Peristiadi (2006), FAO (1998), Tarp & Kailola (1982). Analisa dataAnalisa data dilakukan untuk memperoleh dugaan laju tangkap jaring lampara dasar (kg/hari) diperoleh dari : C= B/A ................................................. (1)Dimana : A = jumlah hari operasi perahu lampara dasar dalam setiap trip (hari)

B = jumlah hasil tangkapan lampara dasar pada setiap hari ( kg)

C = laju tangkap per perahu (kg/hari)

HASIL DAN PEMBAHASANDeskripsi perahu dan alat tangkap Lampara dasar dioperasikan dengan menggunakan perahu yang berukuran relatif kecil, dibawah 1 GT, tenaga penggerak mesin diesel inboard berbagai merk buatan Cina, 18 - 24 PK. Tidak ada mesin bantu, proses hauling dilakukan secara manual. Dimensi ukuran perahu yang diukur kisaran panjang 10 12 m, lebar 1,2 1,5 m, dan dalam 0,8 1,2 m (Gambar 1).

Alat tangkap lampara dasar merupakan trawl mini yang banyak dioperasikan di muara Sungai Barito, ditujukan untuk menangkap udang dan ikan demersal. Lampara dasar terdiri dari bagian kantong (cod end), badan (body) dan sayap (wing) (Lampiran 1). Dilengkapi dengan 2 buah otter board ukuran 0,6 x 0,8 m terbuat dari papan dengan bingkai besi. Dimensi lampara dasar secara umum panjang tali ris atas (head rope) 12 m, panjang tali ris bawah (ground rope) 14 m, panjang sayap 6 m dengan mesh size 1,5 inci. Panjang badan 7 m dengan mesh size 1,0 inci dan panjang jaring kantong 2,0 m mesh size 0,25 inci. Panjang tali selambar (warp) dipersiapkan berkisar 80 100 m, pada saat operasi panjang tali selambar yang digunakan disesuaikan dengan kedalaman perairan yaitu 10 kali kedalaman perairan. Pengoperasian lampara dasar dalam satu perahu dilakukan oleh satu orang, pada saat hauling kendali kemudi dan kendali power mesin dilakukan dari bagian belakang perahu sehingga bisa dilakukan oleh satu orang (Gambar 2).

Gambar1. Perahu yang digunakan alam operasi Jaring lampara dasar Figure 1. Boat of bottom sein net Gambar 2. Proses hauling Lampara dasar

Figure 2. Hauling process of bottom sein net

Daerah Penangkapan

Daerah penangkapan jaring lampara dasar muara sungai Barito (Gambar 3). Kedalaman perairan 5 9 m dengan salinitas 12 20 ppt, dasar perairan rata, berlumpur dan berpasir, tidak terdapat benda-benda yang dapat menghalangi atau merusak alat tangkap dan perairan subur sehingga banyak ikan dan udang.

Daerah penangkapan tidak jauh dari pemukiman nelayan, lama perjalanan ke daerah penangkapan 1 jam. Aktivitas penangkapan perikanan jaring lampara dasar di muara Sungai Barito trip harian.

Gambar 3. Lokasi daerah penangkapan jaring lampara dasar.Figure 3. fishing areas location bottom seine net. Komposisi hasil tangkapan. Kisaran laju tangkap jaring lampara dasar di muara Sungai Barito 23,7 72,0 kg/hari, rata rata 53,4 kg/hari. Hasil tangkapan sampingan ikan dan non ikan 31 kg atau 58,06 %, hasil tangkapan udang sebagai spesies sasaran 22,39 kg atau 41,94% dari total laju tangkap (Gambar 5).

Hasil tangkapan udang walau lebih rendah dibanding hasil tangkapan sampingan ikan dan non ikan tetapi masih tergolong tinggi. Hasil penelitian laju tangkap jaring arad (Mini bottom trawl) berbasis TPI Asemdoyong Pemalang, hasil tangkapan udang 13,2% dari total laju tangkap (Ernawati & Sumiono, 2010). Hasil tangkapan sampingan dikelompokkan, menjadi: hasil tangkapan sampingan yang dimanfaatkan, diolah menjadi ikan asin dan hasil tangkapan sampingan yang dibuang (discard catch).

Gambar 4. Komposisi hasil tangkapan jaring lampara dasarFigure 4. Catch composition of bottom seine netHasil tangkapan selama penelitian diperoleh 64 jenis, hasil tangkapan kelompok ikan didominasi ikan panting (Arius maculatus), hasil tangkapan udang didominasi Udang Bajang (Metapenaeus lysianassa) dan hasil tangkapan sampingan yang dibuang didominasi ikan buntal kuning (Chonerhinos naritus) (Gambar 5, 6 dan 7).Tertangkapnya banyak jenis ikan dan udang (64 jenis) dan hasil tangkapan udang walau lebih sedikit dari hasil tangkapan sampingan ikan, tetapi masih tergolong tinggi hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

1. Jaring lampara dioperasikan pada perairan yang relative dangkal (5 - 9 m), mulut jaring mampu menyapu sebagian besar kolom air sehingga yang tertangkap tidak hanya ikan demersal tetapi juga tertangkap ikan pelagis.

2. Pengoperasian jaring lampara tidak dilengkapi pemasangan bycatch reduction device sehingga jumlah ikan hasil tangkapan bukan sasaran lebih banyak (Chalimi, 2005 dalam Ernawati & Sumiono, 2010).

3. Sumber daya udang di perairan ini relatif masih baik .Berdasarkan ukuran individu hasil tangkapan menunjukan bahwa selektivitas jaring lampara dasar sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari ukuran Ikan Panting (Arius maculatus) jenis yang mendominasi kelompok ikan, kisaran panjang total 10,3 - 19,5 cm, rata-rata 12,9 cm, Randall (1995) menyatakan bahwa jenis ini dapat mencapai ukuran panjang total 80 cm. Ikan Gulama (Johnius dussumieri) berkisdar 2,6 13,2 cm, ratarata 6,1 cm, Sommer et al. (1996) menyatakan bahwa panjang total ukuran dewasa jenis ikan dapat mencapai 40 cm. Hasil tangkapan didominasi ukuran individu kecil karena beberapa factor, antara lain:

1. Kontruksi jaring lampara dasar memiliki sayap dan badan jaring dengan ukuran mata jaring masing-masing 1,5 dan 1 inci, jaring kantong dengan ukuran mata jaring 0,25 inci.2. Jaring ditarik menyapu dasar perairan pada kecepatan tertentu, ikan dan udang ukuran kecil pada umumnya yang tidak mampu menyelamatkan diri dengan berenang melawan arus atau kecepatan tarikan dan akhirnya terkumpul pada katong hasil.3. Perairan muara sungai dikenal sebagai tempat asuhan sehingga lebih banyak dihuni biota stadia juvenil dan ikan muda. Gambar 5. Komposisi hasil tangkapan udangFigure 5. The composition of the shrimp catches

Gambar 6. Komposisi hasil tangkapan ikan

Figure 6. The composition of the fish catches

Gambar 7. Komposisi hasil tangkapan yang dibuang

Figure 7. The composition of the catches discardedKESIMPULAN.

1. Perikanan jaring lampara dasar di muara Sungai Barito menggunakan perahu bermotor lebih kecil dari 1 GT.2. Dimensi jaring lampara dasar panjang tali ris atas 12 m, panjang tali ris bawah 14 m, panjang sayap 6 m dengan mesh size 1,5 inci. Panjang badan 7 m dengan mesh size 1,0 inci dan panjang jaring kantong 2,0 m mesh size 0,25 inci.

3. Kisaran hasil tangkapan 23,7 72,0 kg/hari, rata rata 53,4 kg/hari terdiri dari hasil tangkapan ikan 27,7 kg atau 51,88%, hasil tangkapan udang sebagai spesies sasaran 22,39 kg atau 41,94%, hasil tangkapan sampingan yang dibuang (discard catch) 3,3 kg atau 6,19% dari total laju tangkap. 4. Selama penelitian tertangkap 64 jenis, hasil tangkapan ikan didominasi Ikan Panting (Arius maculatus), hasil tangkapan udang didominasi udang Bajang (Metapenaeus lysianassa) dan hasil tangkapan yang dibuang didominasi buntal kuning (Chonerhinos naritus).

PERSANTUNAN

Tulisan ini merupakan kontribusi dari kegiatan penelitian Pemanfaatan Sumber Daya Ikan Perairan Muara Sungai Barito Kalimantan Selatan tahun 2012 Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum Palembang.DAFTAR PUSTAKA .Anonimuos, 1998. Indentification Guide for Fishery Purposes. FAO. 1998.Chalimi, M. 2005. Pemasangan bycatch reduction device pada jaring arad (mini trawl): Pengaruhnya terhadap hasil tangkapan dan selektivitas hasil tangkapan sampingan dominan. Skripsi Program studi Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan . Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. 103 pp. Efriyeldi, 1999. Sebaran spasial karakteristik sedimen dan kualitas air muara sungai Bantan tengah Bengkalis, kaitannya dengan budidaya KJA. urnal Natur Indonesia II (1) 1999.

Ernawati, T & B. Sumiono, 2010. Hasil Tangkapan dan Laju Tangkap Jaring Arad (Mini Bottom Trawl) yang berbasis di TPI Asemdoyong Pemalang Jurnasl Penelitian Perikanan Indonesia. Vol.16 No.4 Tahun 2010. Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan. Jakarta. p.267-274 Kottelat, M, A.J. Whitten, S.N. Kartikasari & S. Wirjoatmodjo, 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi (Ikan air tawar Indonesia bagian Barat dan Sulawesi). Periplus Edition-Proyek EMDI. JakartaRandall, J.E., 1995. Coastal fishes of Oman. University of Hawaii Press, Honolulu, Hawaii. 439 pRupawan, 2013. Pemanfaatan Sumber daya Ikan di perairan muara sungai Barito Kalimantan Selatan. Prosiding Seminar Nasional Tahunan XI. Universitas Gajah Mada 2014.

Supriharyono, 2007. Pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkesinambungan dan ramah lingkungan. Prosiding Seminar Nasional Perikanan. Program Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya. Palembang Desember .2007

Suyasa, N.I, M. Nurhudah, S. Rahardjo, 2010. Ekologi Perairan. Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta. Penerbit STP Press. Jakarta.

Sommer, C., W. Schneider & J.M. Poutiers, 1996. FAO Species Identification Field Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of Somalia. FAO, Rome. 376 p.Subani, W.& H.R.Barus.1989. Alat penangkap ikan dan udang laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan laut No.50 Tahun 1988/1989. Edisi khusus. Balai Penelitian Perikanan laut. Jakarta. 248 pp. Peristiwady, T., 2006. Ikanikan laut ekonomis penting di Indonesia. Petunjuk Identifikasi. LIPI Press. 2006.

Tarp, T.G. & P.J. Kailola, 1982. Trawled Fishes of Southtern Indonesia and Northwestern Australia. The Directorate General of Fisheries, Indonesia. 406 pp.

Lampiran 1. Desain jaring lampara dasarAppendix 1. Desain of bottom sein net

1

inci

1 inci

1,5 inci

6 m

7 m

2 m

Tali ris atas 12 m

Tali ris bawah14 m

A

B

C

C

1 inci

inci

Kantong hasil

Keterangan/RemarksA: Sayap jaring lamapra bagian atasB: Sayap jarimng lampara bagian bawahC: Badan jaring lampara bagian atas dan bawahD. : Kantong hasil

Lampiran 1. Desain jaring Lampara dasar Appendix 1. Desaign Lampara seine net