Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAMPIRAN
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Sekolah : SMP PL Salatiga
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas/Semester : VIII/II
Tahun Pelajaran : 2012/2013
A. STANDAR KOMPETENSI
Memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai kehidupan
B. KOMPETENSI DASAR
Menjelaskan pentingnya kehidupan demokratis dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara
C. INDIKATOR
Menjelaskan pentingnya kehidupan demokratis dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
D. Alokasi Waktu
4 x 40 menit (2 x Pertemuan)
E. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah proses pembelajaran siswa diharapkan dapat:
Menjelaskan pentingnya kehidupan demokrasi
Menampilkan sikap demokratis dalam berbagai kehidupan
F. MATERI PEMBELAJARAN
Pentingnya kehidupan demokrasi
G. METODE PEMBELAJARAN
Teknik klarifikasi nilai model reportase akurat
Teknik klarifikasi nilai model kartu keyakinan
Teknik klarifikasi nilai model analisis nilai akurat
Teknik klarifikasi nilai model pungutan suara
Ceramah
diskusi
H. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Pertemuan Kegiatan pembelajaran Waktu
1 Awal :
a) Apersepsi ( mempersiapakn kelas
dalam pembelajaran)
b) Memotivasi (melakukan penjajakan
kesiapan belajar siswa,
mengimpormasikan
kompetensi yang akan
dicapai dan strategi
pembelajaran)
Inti:
a) Menyajikan stimulus dengan mengedarkan
gambar dan meminta
siswa menganalisis
gambar
b) Melaksanakan klarifikasi masalah,
perumusan kejelasan
tanggapan siswa
menuju konsep
c) Penyimpulan oleh guru dan pelurusan target
nilai, siswa membuat
catatan dengan rapi.
Penutup:
a) Melaksanakan post test b) Melaksanakan tindak
lanjut berupa
pengayaan dan
remedial dan uji coba
sikap
10 menit
60 menit
10 menit
2 Awal:
a) Apersepsi (mempersiapkan kelas
dalam pembelajaran
(absensi, kebersihan
dan lain-lain)
b) Memotivasi (melakukan penjajakan
kesiapan belajar siswa
dengan memberi
10 menit
pertanyaan yang
berkaitan dengan
budaya demokrasi)
Inti:
a) Menyajikan beberapa permasalahan yang
akan dianalisa siswa
b) Siswa memilih alternatif masalah dan
menganalisis dalam
bentuk kartu keyakinan
, guru mengamati
kegiatan siswa
c) Siswa diminta membacakan hasil
analisa dengan cara
ditukarkan
d) Guru mencatat tanggapan siswa dan
membuat kesimpulan
dan mengarahkan
menuju konsep
Penutup:
a) Guru memberikan post test
b) Pelaksanaan remedial dan pengayaan
c) Melaksanakan tindak lanjut berupa
pengayaan dan
remedial dan uji coba
sikap
60 menit
10 menit
Pertemuan Kegiatan pembelajaran Waktu
1 Awal :
a) Apersepsi (mempersiapkan kelas
dalam pembelajaran)
b) Memotivasi (melakukan penjajakan kesiapan
belajar siswa,
menginformasikan
kompetensi dan target
nilai yang akan dicapai)
Inti :
a) Guru menyajikan stimulus dan
membiarkan siswa
bergerombol, dan
memberi komentar
tentang media
b) Siswa membuat kajian
10 menit
60 menit
terhadap media dan
melaksanakan adu
pendapat guru
memfasilitasi
c) Guru membuat kesimpulan dan
membari pengarahan
menuju konsep
Penutup:
a) Guru mengadakan post test
b) Guru membarikan pengayaan dan remedial
c) Tindakan uji coba terkait nilai moral yang
di pelajari
10 menit
2 Awal:
a) Apersepsi (mempersiapkan kelas
dalam pembelajaran)
b) Motivasi (melakukan penjajakan kesiapan
belajar siswa,
menginformasikan
target nilai dan strategi
pembelajaran)
Inti:
a) Guru menyajikan nilai yang kontras, siswa
diminta
mengidentifikasi
b) Guru membrikan pertanyaan seputar
media dan siswa
menjawab secara lisan
c) Menguji alasan siswa, dan siswa diminta
dengan tegas dan berani
disaksikan siswa lain
d) Membuat kesimpulan dan mengarahkan
menuju konsep
Penutup:
a) Melaksanakan post test b) Membrikan remedial
dan pengayaan
c) Melaksanakan tindakan uji coba sebagai tindak
lanjutan proses belajar
10 menit
60 menit
10 menit
I. Sumber Belajar
Buku Pendidikan Kewarganegaraan: untuk SMP dan MTs Kelas VIII (ESIS, 2007), hlm. 100-118.
Artikel media massa
Keterangan:
Media stimulus berupa gambar-gambar ketika kerusuhan yang terjadi pada bulan Mei 1998.
Berbagai Pola Kecurangan dalam Pemilu 2009
Samaluddin Daeng, Researcher-Institute for Global Justice (IGJ)
Pola rekayasa terhadap pemilih adalah salah satu pola kecurangan dalam pemilu 2009. Kurang
tepatnya waktu penyelenggaraan pemilihan, telah mengakibatkan banyak masyarakat di berbagai
daerah tidak dapat menggunakan hak pilihnya dikarenakan bertepatan dengan hari keagamaan. Ini
terjadi pada umat Hindu di Bali dam masyarakat yang beragama Kristiani di NTT. Di Bali, hampir
separuh masyarakatnya tidak menggunakan hak pilihnya, karena hari pemilihan bertepatan dengan
hari suci agama Hindu, yang menyebabkan TPS-TPS menjadi sepi. Sementara, di NTT, pemilu harus
ditunda dikarenakan umat Katolik harus merayakan hari Paskah. Kedua daerah tersebut pada pemilu
sebelumnya harus diakui adalah wilayah yang menjadi kantong suara PDIP dan PDS. Pola
kecurangan pemilu 2009 yang paling massif adalah melalui rekayasa DPT. Dari sinilaj semua
kecurangan yang besar berawal dalam proses pemilu dimulai. Data adalah sumber informasi paling
awal dan paling penting dalam seluruh proses pemilu, kemudian dimanipulasi sedemikain rupa
sehingga lembaga pengawas pemilu dan partai-partai akan kehilangan jejak untuk menemukan bukti-
bukti kecurangan. Meskipun bukti dapat diketemukan, akan tetapi pembuktian secara hukum dan
penyelesaiannya akan membutuhkan waktu yang relatif lama dan seringkali tidak memiliki
signifikansi dengan hasil pemilu. Langkah manipulasi DPT hanya dapat dilakukan oleh pihak yang
memiliki otoritas atas lembaga yang melakukan pendataan dalam hal ini adalah pemerintah.
Sebagaimana kita ketahui bahwa sumber data awal pemilu 2009 adalah berasal dari Departemen
dalam negeri (Depdagri). Data tersebut yang kemudian disusun oleh KPU menjadi data daftar pemilu
tetap dengan pemutakhiran ala kadarnya. Amburadulnya data kependudukan (demografi) dalam
pemerintahan SBY-JK (entah disengaja untuk kepentingan legitimasi politik tertentu), ikut
berkontribusi mempermudah manipulasi data dalam pemilu 2009.
Langkah manipulasi yang berkaitan langsung dengan DPT dilakukan tiga cara yaitu:
1. Penggelembungan data pemilih
2. Pengurangan data pemilih
3. Memanipulasi identitas pemilih tanpa atau dengan mengurangi atau menambah jumlah pemilih.
Didalam DPT, di masing-masing TPS, jumlah pemilih tidak berkurang dan bahkan bertambah. Akan
tetapi, dan hampir merata di setiap TPS, banyak pemilih yang tidak tercantum namanya. Hal ini
berarti, banyak sekali nama-nama palsu didalam DPT tersebut. Jumlahnya diperkirakan dapat
mencapai 20-30 % di setiap TPS. Banyaknya nama-nama palsu tersebut membuka peluang terjadinya
kecuranagn yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu. Ada beberapa pola yang paling umum
digunakan, yaitu:
1) Nama-nama palsu tersebut dicontreng oleh orang lain atau joki
2) Kertas suara atas nama pemilih siluman dicontreng oleh penyelenggara pemilu
Jika diteliti, maka akan tampak dengan mudah akan diketemukan jejak suara joki dari selisih antara
jumlah orang menggunakan hak pilihnya dengan suara yang dihitung baik yang suara sah maupun
suara tidak sah. Kecurangan dengan cara kedua umumnya memanfaatkan ketidaklengkapan data-data
pengawas dan saksi partai mengenai kejadian di TPD (data 1-4) sehingga mereka tidak punya jejak
sama sekali terhadap data-data pemilu siluman. Kecurangan semacam inilah diduga yang paling
massif terjadi selama pemilu 2009. Wajar kemudian, banyak pengamat yang menyebut pemilu kali ini
(2009) adalah pemilu yang paling buruk dalam sejarah 3 kali pemilu di reformasi. Kesemuanya
bersumber dari amburadulnya DPT, yang oleh banyak ketua partai disebutkan sebagai rekayasa yang
sitematis untuk memberikan keuntungan kepada partai penguasa (incumbent).
Kebobrokan Hukum
Setidaknya ada tiga problem turunan yang akan terus menjadi permasalahan dalam sistem demokrasi
sekular yang menyerahkan pembuatan hukum kepada manusia. Pertama: akan terus terjadi jual-beli
pasal. Adanya kewenangan manusia membuat undang-undang akan membuka peluang negosiasi dari
pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap suatu undang-undang. Dengan nada bercanda,
seorang teman mengatakan, di DPR itu “setiap pasal pasti ada pasar-nya”. Ungkapan tersebut bukan
isapan jempol. Bahkan secara terbuka Ketua MK Mahfud MD menyebutkan beberapa contoh, yakni
kasus korupsi aliran dana YPP BI yang diduga mengalir ke DPR sebesar Rp 31,5 miliar dan ke
pengacara sekitar Rp 68 miliar. Berikutnya kasus di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
yakni dugaan suap untuk membayar Undang-Undang APBN Perubahan. Yang lebih memprihatinkan
adalah penggunaan dana abadi umat sebesar Rp 1,5 miliar yang digunakan untuk membayar anggota
dewan untuk mengegolkan Undang-Undang Wakaf.
Kedua: materi UU yang dilahirkan pasti tidak sempurna dan banyak kekurangan.Suatu keniscayaan,
jika manusia sebagai makhluk yang lemah dan banyak memiliki kekurangan membuat UU maka pasti
UU yang dihasilkan jauh dari sempurna dan akan banyak terjadi kekurangan. Di Indonesia,sejak 2003
hingga 9 November 2011 ada 406 kali pengajuan uji materil UU ke MK. Ini adalah bukti konkret,
bahwa banyak ketidakpuasan publik terhadap UU yang dibuat.
Ketiga: tak bisa dihindari, pembuat UU pasti akan menjamin bahwa UU yang dibuat akan
menguntungkan diri dan kelompoknya. Sebagai contoh, pembahasan RUU perubahan UU Pemilu
melahirkan tarik-menarik kepentingan. Partai-partai besar seperti Partai Demokrat, Partai Golkar dan
PDI-P mengusulkan batas minimal perolehan suara partai (Parlementary Threshold) di DPR minimal
5%, sedangkan partai-partai kecil tetap berjuang dan berharap angka 3% sebagai batas minimal.
Masing-masing pihak mengajukan alasan. Namun, apapun alasan yang dikemukakan, alasan
utamanya tetap satu: kepentingan. Karena itu, dalam sistem demokrasi, hukum sulit diharapkan
menghadirkan keadilan, karena manusia sarat dengan kepentingan.
Aparat dan Birokrat Korupsi
Selain kebobrokan dan cacatnya hukum, banyaknya aparat hukum dan birokrasi yang korup semakin
melengkapi keterpurukan bangsa ini. Di lembaga peradilan, Komisi Yudisial (KY) mengungkapkan
percatur wulan kedua (Januari – Agustus 2011) pihaknya telah menerima laporan dari masyarakat dan
data lainnya sebanyak 1.169 laporan. Kebobrokan aparat penegak hukum lainnya, yakni Jaksa, tak
kalah memprihatinkan. Jaksa Agung Muda Pengawasan Marwan Effendy menyatakan, sepanjang
tahun 2011 Komisi Kejaksaan Agung telah menerima sebanyak 1.500 laporan dari masyarakat terkait
jaksa yang melakukan penyimpangan. Aparat penegak hukum lainnya di kepolisian pun tak lepas dari
masalah. Bahkan hanya dalam waktu sebulan, Polda Metro Jaya menerima 26 kasus yang diduga
melibatkan anggota kepolisian. Dari jumlah pengaduan tersebut, ada 38 anggota kepolisian yang
diduga bermasalah. Yang lebih mengejutkan, tahun 2011 ini institusi kepolisian “diuji” dengan
masalah besar, yakni terungkapnya aliran dana dari PT Freeport sebesar $14 Juta yang berpotensi
melanggar hukum karena bisa terkategori gratifikasi.
Partisipasi Politik sebagai Proses Penguatan Peran Rakyat dalam Pembangunan
Oleh: Sugian Bahanan
Secara harfiah partisipasi berarti keikutsertaan. Untuk memaknai partisipasi dalam konteks politik
dapat dikatakan sebagai bentuk keikutsertaan warga dalam berbagai proses politik. Keikutsertaan
warga yang dimaksud adalah kemauan warga untuk melihat, mengkritisi serta ikut terlibat secara aktif
dalam setiap proses politik baik dalam proses Pemilihan Kepala Daerah maupun Pemilihan Umum.
Keterlibatan tersebut bukan berarti warga akan mendukung seluruh keputusan, kebijakan maupun
pelaksanaan kebijakan/keputusan yang akan dan telah ditetapkan oleh pemimpinnya.
Partisipasi politik dapat dilihat dari berbagai sisi yaitu partisipasi aktif dan pasif (Surbakti, 1992: 142).
Partisipasi aktif menyangkut kegiatan warga Negara dalam mengajukan usul mengenai suatu
kebijakan umum, mengajukan alternative kebijakan yang berbeda dengan kebijakan pemerintah,
perbaikan dan saran terhadap kebijakan pemerintah. Sementara partisipasi pasif berupa kegiatan
mentaati peraturan pemerintah, menerima dan melaksanakan begitu saja setiap keputusan pemerintah.
Dalam bentuk yang hampir sama, model partisipasi yang dikembangkan pemerintah sebagai upaya
melibatkan rakyat dalam pelaksanaan keputusan dapat menyebabkan jebakan partisipasi
(participation trap) (APMD dan Ford Foundation, 2005: 194 – 196).
Sementara itu menurut Milbarth dan Goel, mereka membedakan partisipasi menjadi beberapa kategori
yaitu 1) apatis; orang yang menarik diri dari proses politik; 2) spectator; orang yang setidak-tidaknya
pernah ikut dalam pemilu; 3) gladiator; orang-orang yang secara aktif terlibat dalam proses politik,
yakni sebagai komunikator dengan tugas khusus, aktivis partai dan pekerja kampanye serta aktivis
masyarakat bias dikatogorikan masuk dalam tipe gladiator; 4) pengkritik; orang-orang yang
berpartisipasi dalam bentuk yang tidak konvensional. Beberapa julukan diberi kepada orang-orang
yang tidak berpartisipasi dalam politik seperti apatis, sinis, alienasi dan anomie (terpisah).
Berdasarkan pendapat diatas, LSM sebagai agen civil society sudah semestinya menjadi gladiator,
secara aktif terlibat dalam proses politik baik dalam bentuk pendidikan pemilih maupun pemantauan
sejak pra-pemilihan sampai pelaksanaan kebijakan public sebagai hasil/output dari sebuah proses
politik. Bukan hanya berhenti pada system proyek dengan timing yang terbatas, namun dengan
sungguh-sungguh membangun komunitas yang sadar politik dan lepas dari berbagai pembodohan atas
nama apapun.
Jika kita menarik kembali proses partisipasi ini dalam kondisi Indonesia, pola partisipasi yang
dilaksanakan lebih banyak menerapkan pola partisipasi yang dimobilisasi. Belum jauh membuka
ruang partisipasi masyarakat untuk terlibat di dalamnya meskipun banyak kebijakan yang
memungkinkan pelibatan aktif masyarakat.
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK DI DAERAH
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), partisipasi berarti berperan serta (disuatu
kegiatan), ikut seta: seluruh masyarakat harus menyukseskan pembangunan bangsa dan
negara. Pengertian otonomi daerah, menurut Undang-Undang no. 32 tahun 2004, tentang
pemerintah daerah pasal 1 ayat 5, otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban
daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Partisipasi dalam
pelaksanaan otonomi daerah dapat diartikan sebagai kegiatan atau peran serta warga negara
demi suksesnya pelaksanaan otonomi daerah.Partisipasi warga negara tidak hanya
mendukung ddan mendorong agar daerah semakin maju dan mandiri tetapi juga membantu
Negara atau pemerintah hanya mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul
akibat pelaksanaan otonomi daerah. Sedangkan kebijakan public adalah kebijakan yang di
nyatakan di keluarkan , dilakukan atupun yang tidak di lakukan oleh pemerintah yang
memuat program dan kegiatan atau program yang di jalankan. Kebijakan merupakan suatu
kumpulan keputusan yang diambil seseorang atau badan atau lembaga yang pada umumnya
memegang kekuasaan untuk mengatasi masalah atau tujuan tertentu terutama dalam
kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara. Dengan otonomi daerah diharapkan
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pemberdayaan dan
peran serta masyarakat dalam pemerintahan. Kebijakan publik harus mendapat dukungan dari
rakyat, apabila tidak ada partisipasi warga Negara tidak ada artinya, hanya berupa tulisan atau
dokumen yang tidak bermakna.
Manfaat partisipasi dalam kebijakan pemerintah :
a) Dapat membentuk perilaku atau budaya demokrasi
b) Dapat membentuk masyarakat hukum
c) Dapat membentuk masyarakat yang bermoral dan berakhlak mulia
d) Dapat membentuk masyarakat madani.yaitu masyarakat yang memiliki kesukarelaan,tidak
menggantungkan pada orang lain(keswasembadaan),tidak menggantungkan diri pada Negara
(kemandirian),keterkaitan pada nilai-nilai yang disepakati.
Wujud partisipasi dalam pelaksanaan otonomi daerah:
a) Partisipasi tenaga, dapat dilakukan dengan cara menyumbang tenaganya misalnya aktif dalam kegiatan gotong-royong untuk mempelancar pembangunan di daerah-daerah.
b) Partisipasi buah pikiran, dapat dilakukan dengan cara memberikan saran, gagasan, pendapat baik secara lisan ataupun tertulis kepada pihak-pihak yang berwenang agar
otonomi daerah berjalan dengan lancer, sesuai dengan harapan.
c) Partisipasiharta benda dan uang/modal, dapat dilakukan dengan cara memberikan sumbangan harta benda/uang kepada pemerintah atau badan/lembaga tertentu, atau
menabung uang di bank-bank pemerintah, untuk menunjang dan mendorong agar
otonomi daerah berjalan lancar dan pembangunan berjalan sesuai progam pemerintah.
d) Partisipasi keterampilan, dapat dilakukan dengan menyumbang keterampilan/keahliannya kepada pemerintah demi kelancaran otonomi daerah/pembangunan nasional.
J. Penilaian
Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajara
Penilaian Aspek Kognitif
TM I
1) Sebutkan empat macam manfaat sikap demokratis dalam menyelenggarakan pemerintahan?
2) Sebutkan dan jelaskan empat macam gaya kepemimpinan, dan tunjukkan kelebihana serta kelemahannya?
3) Jelaskan perbedaan antara pemimpin polotik dan pejabat negara?
4) Jelaskan mengapa sikap demokrasi perlu dilakukan sejak usia dini?
5) Sebutkan tiga macam ciri-ciri negatif perekonomian di Indonesia?
TM II
1) Demokrasi berasal dari kata demos dan kratos. Demos berarti............
a) Rakyat c) Berkuasa
b) Pemeritahan d) Kekuasaan rakyat
2) Pernyataan berikut ini yang bukan merupakan prinsip dasar demokrasi, yaitu...........
a) Pemerintah berdasarkan kekuasaan
b) Hak asasi manusia dijamin
c) Peradilan yang bebas tidak memihak
d) Adanya kebebasan pers
3) Presiden tidak bertanggungjawab kepada parlemen merupakan ciri sistem pemerintahan.....................
a) Liberal c) Terpimpin
b) Presidensial d) Parlementer
4) Berikut ini yang bukan merupakan pembagian kekuasaan negara menurut ajaran Trias Politika, yaitu .............
a) Kekuasaan legislatif c) Kekuasaan yudikatif
b) Kekuasaan eksekutif d) Kekuasaan komutatif
5) Pelaksanaan demokrasi liberal di Indonesia ditandai dengan keluarnya.............
a) Keputusan presiden
b) Maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945
c) Dekrit Presiden 5 Juli 1959
d) Disahkan UUDS 1950
6) Ciri khas demokrasi Pancasila adalah....................
a) Musyawarah yang berpegang pada hikmat kebijaksanaan
b) Musyawarah yang memperhatikan pendapat beberapa orang
c) Pemegang kekuasaan adalah memperoleh suara terbanyak
d) Musyawarah berlandaskan kebebsana dan persamaan
7) Kebebasan yang terkandung di dalam demokrasi Pancasila ialah.................
a) Kebebasan mutlak
b) Kebebasan yang bertanggungjawab
c) Kebebasan yang terbatas
d) Kebebasan berpendapat
8) Perilaku demokratis yang terlihat dalam kegiatan musyawarah antara lain................
a) Menerima semua pendapat peserta musyawarah
b) Mengikuti jalannya musyawarah sampai selesai
c) Menghargai semua pendapat yang berbeda-beda
d) Kebebasan yang memperhatikan norma-norma
9) Tipe kepemimpinan yang menganggap kekuasaan dipegang dan dilaksankan oleh seorang pemimpin dengan tidak menghormati martabat manusia adalah.............
a) Ekstremis c) demokratis
b) Moderat d) diktator
10) Pemimpin nasional yang dikenal secara luas, tidak arogan, memiliki karakter dan kepribadian baik, tidak korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) merupakan salah satu kriteria
kepemimpinan nasional yang...................
a) Resistensi rendah
b) Bersih dan berwibawa
c) Konsisten, tegas, tidak ambivalen
d) Cerdas intelektual, emosional, spiritual
2. Lembar Observasi Aktivitas Guru
2.1. Model Reportase Akurat
Kegiatan Langkah
pembelajaran
Penerapan Kendala Solusi
Diterapkan Tidak
diterapkan
Awal Guru melakukan
penjajakan
kesiapan belajar
siswa
Guru mengkaji
kejelasan target
nilai yang akan
dicapai serta
strategi mengajar
yang diterapkan
Inti Guru menyajikan
stimulus dengan
mengedarkan
gambar serta
menempel gambar
di papan tulis
Guru
melaksanakan
klarifikasi
masalah,
melakukan
perumusan
kejelasan
tanggapan siswa
Guru membuat
kesimpulan dan
pelurusan target
nilai
Penutup
Guru memberikan
post test
Guru mengadakan
remedial dan
pengayaan
Guru
melaksanakan
tindakan uji coba
nilai sebagai tindak
lanjut
2.2. Analisis Nilai Akurat
Kegiatan Langkah
pembelajaran
Penerapan Kendala Solusi
Diterapkan Tidak
diterapkan
Awal Guru mengkaji
kejelasan target
nilai yang akan
dicapai, serta
menyampaikan
strategi mengajar
yang diterapkan
Inti Guru menyajikan
stimulus, dan
membiarkan
siswa
berkomentar dan
bergerombol,
serta memonitor
raut wajah siswa
Meminta siswa
membuat kajian
terhadap stimulus
dan mencatatnya
dengan rapi
Guru mencatat
hasil laporan
siswa di papan
tulis
Menjadi
fasilitator selama
sesi adu pendapat
serta mencatat
argumentasi siswa
yang mendekati
target nilai
Guru membuat
kesimpulan dan
memberikan
pengarahan
menuju konsep
Penutup Guru memberikan
post test
Guru memberikan
remedial dan
pengayaan
Guru
melaksanakan
tindakan uji coba
sebagai tindakan
lanjut
2.3. Kartu Keyakinan
Kegiatan Langkah pembelajaran Penerapan Kendala Solusi
Diterapkan Tidak
diterapkan
Awal Guru mengkaji
kejelasan target nilai
yang akan dicapai,
serta menyampaikan
strategi mengajar yang
diterapkan
Memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk memilih
masalah yang akan
dipecahkan
Guru menjadi
fasilitator selama
proses pengisian kartu
keyakinan serta
mengamati kegiatan
siswa
Meminta siswa untuk
menukarkan kartu
keyakinannya dan
membacakan hasil
analisa siswa lain
Guru mencatat
jawaban yang
mendekati target di
papan tulis sebagai
bahan penyimpulan
Guru membuat
kesimpulan dan
mengarahkan kepada
konsep
Penutup Guru memberikan post
test
Guru mengadakan
kegiatan pengayaan
dan remedial
Guru melaksanakan
tindakan uji coba nilai
sebagai tindakan lanjut
2.4. Model Pungutan suara
Kegiatan Langkah
pembelajaran
Penerapan Kendala Solusi
Diterapkan Tidak
diterapkan
Awala Guru mengkaji
kejelasan target
nilai yang akan
dicapai serta
menyampaikan
strategi mengajar
yang diterapkan
Inti Guru menyajikan
nilai yang kontras
Guru memberikan
pertanyaan kepada
siswa seputar
media yang
disajikan
Menguji alasan
siswa
Guru bersama
siswa membuat
kesimpulan dan
mengarahkan
menuju konsep
Penutup
Guru melaksanakan
post test
Guru memberikan
remedial dan
pengayaan
Guru
melaksanakan
tindakan uji coba
sebagai tindak
lanjut dari proses
belajar mengajar
3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
3.1. Model Reportase Akurat
Kegiatan Langkah
pembelajaran
Penerapan Kendala Solusi
Diterapkan Tidak
diterapkan
Awal Siswa
menempati
tempat duduk
dengan tertib
Siswa meyimak
dengan seksama
penjelasan guru
mengenai
strategi
pembelajaran
Inti Siswa mampu
mengidentifikasi
stimulus yang
disajikan
dengan antusias
Siswa
menyimak
dengan serius
klarifikasi
masalah
pengarahan
menuju konsep
Siswa membuat
catatan dengan
rapi
Penutup Siswa dapat
mengikuti post
test dengan
tertib
Siswa mengikuti
pelaksanaan
remedial dan
pengayaan
dengan tertib
Siswa mampu
bersikap serta
bertindak sesuai
nilai yang
ditentukan
dengan senang
hati dan
diharapkan
menjadi
kebiasaannya
3.2. Analisis Nilai akurat
Kegiatan Langkah
pembelajaran
Penerapan Kendala Solusi
Diterapkan Tidak
diterapkan
Awal Siswa memasuki
kelas dengan tertib
dan menempati
tempat duduk
masing-masing
Menyimak
penjelasan guru
mengenai target
nilai dan strategi
mengajar dengan
seksama
Inti Siswa menanggapi
stimulus yang
disajikan guru,
dengam memberi
komentar bebrapa
saat
Siswa membuat
kajian terhadap
media dan
mencatatnya
dengan rapi
Siswa melaporkan
hasil kajian dengan
tertib
siswa
melaksanakan adu
pendapat dnegan
tertib dan mampu
menghargai
pendapat yang lain
Siswa membuat
catatan dengan rapi
Penutup Siswa mengikuti
post test dengan
tertib
Siswa dapat
mengikuti kegiatan
remedial dan
pengayaan dengan
tertib
Siswa mampu
bersikap serta
bertindak sesuai
nilai yang
ditentukan dengan
senang hati
3.3. Kartu Keyakinan
Kegiatan Langkah
pembelajaran
Penerapan Kendala Solusi
Diterapkan Tidak
diterapkan
Awal Siswa memasuki
kelas dan menempati
tempat duduk
masing-masing
dengan tertib
Siswa dapat
menyimak
penjelasan guru
mengenai target nilai
dan strategi
pembelajaran
Inti Siswa mampu
menyimak
penjelasan guru
mengenai beberapa
alternatif
permasalahan yang
akan di selesaikan
Siswa memilih
masalah yang ingin
di analisis dengan
tertib
Siswa menganalisa
masalah yang dipilih
serta membuat
kesimpulan dalam
bentuk kartu
keyakinan secara
tertib
Siswa menukarkan
kartu keyakinan yang
telah di isi dengan
siswa lain dan
membacakan
hasilnya
Siswa membuat
catatan dengan
lengkap dan rapi
Penutup Siswa mengikuti
remedial dan
pengayaan dengan
tertib
Siswa mampu
bersikap dan
bertindak sesuai nilai
yang ditentukan
dengan antusias
3.4. Model Pungutan suara
Kegiatan Langkah pembelajaran Penerapan Kendala Solusi
Diterapkan Tidak
diterapkan
Awal Siswa memasuki kelas
dan menempati tempat
duduk masing-masing
dengan tertib
Siswa mampu
menyimak dengan
seksama penjelasan
guru mengenai target
nilai dan strategi
pembelajaran
Inti Siswa
mengidentifikasi
media yang disajikan
guru dengan seksama
Siswa mampu
menjawab pertanyaan
yang di ajukan guru
secara lisan
Siswa mampu
menegaskan kembali
jawabannya dengan
berani disaksikan oleh
siswa lain
Siswa membuat
catatan dengan
lengkap dan rapi
Penutup Siswa mengikuti
kegiatan remedial dan
pengayaan dengan
tertib
Siswa diharapkan
dapat bersikap dan
bertindak sesuai nilai
yang ditentukan
dengan senang hati
dan akan menjadi
kebiasaan
4. Lembar Observasi Pencapaian Tujuan Pembelajaran Aspek Afektif
No Sikap Afektif Aktivitas yang diamati Jumlah
siswa
Keterangan
(Kendala&
Solusi)
1 Menghargai 1) Menyampaikan salam dan menyapa siswa /guru dengan
cara yang santun
2) Menghargai pendapat siswa lain
3) Mengerti keadaan siswa lain 4) Mengakui kelebihan atau
keunggulan siswa lain
5) Menghargai siswa lain
2 Persahabatan 1) Membantu siswa lain dengan ikhlas
2) Berperilaku penuh kasih 3) Bersimpati kepada siswa
lain dalam keadaan sulit
4) Mendukung/ memberikan kesempatan siswa lain
untuk maju
3 Toleransi 1) Bersikap terbuka 2) Menghargai keberagaman 3) Menghindari diskriminasi 4) Toleran terhadap
kekeliruan siswa lain
4 Sinergi 1) Meminta dan memberi pendapat dengan santun
2) Mengingatkan siswa lain tentang sesuatu yang harus
dilakukan
5. Lembar Observasi Pencapaian Tujuan Pembelajaran Aspek Psikomotorik
No Tindakan yang dinilai Jumlah siswa Keterangan (kendala& solusi)
1 Tidak mendominasi
dalam kelompok saat
presentasi.
Tidak memaksakan
pendapat pribadi kepada
kelompok.
2 Menerima masukan dari
guru dan teman.
Menghargai teman saat
mengemukakan
pendapat.
Jumlah siswa
6. Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Teknik Klarifikasi Nilai
N
o
Pernyataan Skala
Sangat
Setuju
(4)
Setuj
u
(3)
Tidak
Setuju
(2)
Sangat
Tidak
Setuju
(1)
1 Penerapan teknik klarifikasi nilai sangat
membantu saya dalam memahami materi
yang disampaikan oleh guru
2 Dengan teknik klarifikasi nilai membuat
saya lebih berani untuk mengemukakan
pendapat
3 Pembelajaran PKn dengan teknik
klarifikasi nilai model reportase akurat
memberi peluang kepada saya untuk
membuat laporan mengenai apa yang telah
saya lihat dan dengar
4 Pembelajaran PKn dengan model analisa
secara akurat memungkinkan saya untuk
berimajinasi menyusun fakta dan konsep
nilai tentang apa yang diperoleh sebagai
hasil liputan secara akurat
5 Penerapan teknik klarifikasi nilai model
kartu keyakinan membantu saya untuk
mengklarifikasi masalalah dan
memberikan penilaian saya
6 Pembelajaran PKn dengan menerapkan
teknik klarifikasi nilai model pungutan
suara membuat saya terlatih berani
memiliki pendirian dengan dilihat oleh
teman-teman lain serta menghargai
tanggapan teman
7 Penerapan teknik klarifikasi nilai
membuat saya lebih bersemangat, dalam
belajar PKn karena selalu disajikan dalam
bentuk cerita atau gambar yang menarik
8 Pada penerapan teknik klarifikasi nilai
guru memberi kebebasan kepada siswa
untuk memberikan pendapat
9
Dalam teknik klarifikasi nilai selain bisa
memperoleh nilai yang baik ketika tes,
saya juga merasa lebih bersemangat
karena selalu ada masalah yang perlu
dianalisis dan diklarifikasi atau problem
solving
10 Teknik klarifikasi nilai sangat tepat
diterapkan dalam pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan dikelas
VIII pada topik demokrasi
7. Format Pedoman Wawancara
No Aspek-aspek yang
diwawancarai
Ringkasan jawaban ket
1 Kendala yang ditemukan
dalam pembelajaran pada mata
pelajaran PKn dalam berteknik
klarifikasi nilai
3 Solusi yang diberikan guna
mengatasi kendala yang
dihadapi dan mengatasi
kendala