Upload
nguyennhi
View
238
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
46
Daftar Pustaka
1. Ekadjati, Edi S. 2001. Kemasan Tradisional Makanan Sunda-Ungkapan Simbolik dan
Estetik Senirupa Tradisional Sunda. Bandung: Penerbit ITB.
2. Hakim, Budiman. 2005. Lanturan Tapi Relevan. Yogyakarta: Galang Press
3. Jefkins, Frank. 1997. Periklanan. Edisi Ketiga. Jakarta, Indonesia: Erlangga
4. Lwin, May & Aitchinson, Jim. 2005. Clueless Advertising. Jakarta, Indonesia: PT.
Buana Ilmu Populer
5. Ilmu Gizi Dasar, Handout Kuliah Program D-III, IV Hotel, Sekolah Tinggi Pariwisata
Bandung
6. Kartajaya, Hermawan. 2006. Hermawan Kartajaya on Marketing Mix. Bandung: Mizan
7. Zulkifli, Drs. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya
8. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya
9. Yasaboga.1997. Kue-Kue Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Internet
http://pemda-diy.go.id/berita/article.php?sid=2326, diakses pada 17 September 2007
http://www.depkominfo.go.id/portal/?act=detail&mod=berita&view=1&id=BRT070913110201
, diakses pada 13 September 2007
http://cfns.ugm.ac.id/, diakses pada 13 September 2007
http://www.republika.co.id/koran.asp?kat_id=311, diakses pada 13 September 2007
http://www.swa.co.id/, diakses pada 13 September 2007
http://www.w3.org/TR/REC-html40, diakses pada 13 September 2007
http://suaramerdeka.com/, diakses pada 13 September 2007
http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi, diakses pada 13 September 2007
http://en.wikipedia.org/wiki/Social_marketing, diakses pada 17 September 2007
http://www.kompas.com/, diakses pada 17 September 2007
http://www.kompas.com/index.cfm?nnum=76007, diakses pada 17 September 2007
vii
LAMPIRAN
Belanja Media
Media Televisi
a. RCTI
Sinetron Cahaya
133 spot x Rp. 20.000.000 = Rp. 266.000.000
Infotainment Sore
95 spot x 10.000.000 = Rp. 95.000.000
Sub total = Rp. 361.000.000
Potongan Harga PSA (60%) = Rp. 216.600.000
Total Rp. 144.400.000
b. Trans TV
Extravaganza
38 spot x Rp. 20.000.000 = Rp. 760.000.000
Dorce Show
95 spot x Rp. 10.000.000 = Rp. 95.000.000
Ceriwis
133 spot x Rp. 15.000.000 = Rp. 1.995.000.000
Sub total = Rp. 2.850.000.000
Potongan Harga PSA (60%) = Rp. 1.710.000.000
Total Rp. 1.140.000.000
c. Indosiar
Super Mama Seleb
76 spot x Rp. 20.000.000 = Rp. 1.520.000.000
KISS
133 spot x Rp. 10.000.000 = Rp. 133.000.000
Sub Total = Rp. 1.653.000.000
Potongan Harga PSA (60%) = Rp. 991.800.000
Total Rp. 661.200.000
Total biaya belanja media televisi Rp. 1.945.600.000
viii
Media Cetak
Femina
Halaman isi full color = Rp. 30.000.000
14 kali terbit 14 x Rp. 30.000.000 =
Total Rp. 420.000.000
Kartini
Halaman isi full color = Rp. 18.000.000
14 kali terbit 14 x Rp. 18.000.000 =
Total Rp. 252.000.000
Tabloid Nova
Halaman isi full color = Rp. 20.000.000
14 kali terbit 14 x Rp. 20.000.000 =
Total Rp. 280.000.000
Advertorial
3 kali terbit halaman isi full color
Femina = Rp. 90.000.000
Kartini = Rp. 54.000.000
Nova = Rp. 60.000.000
Total Rp. 204.000.000
Selipan
3 kali terbit halaman isi full color
femina = Rp. 10.000.000
Kartini = Rp. 7.000.000
Nova = Rp. 10.000.000
Total Rp. 27.000.000
Biaya belanja media cetak = Rp. 511.000.000
Potongan Harga PSA (60%) Rp. 306.600.000
Total Biaya belanja media cetak Rp. 204.400.000
ix
Ambient Media
Untuk pemasangan ambient akan berbeda-beda sesuai dengan jenis ambient dan
tempat aplikasinya. Diperkirakan pembuatan dan pemasangan ambient akan memakan
biaya Rp. 500.000.000
Merchandise
Pembuatan merchandise berupa Goodie bag, Pin, Stiker, Postcard, Baju Kaos,
Pembatas buku, Celemek dan Kotak Bekal diperkirakan akan memakan biaya sebesar
Rp. 1.000.000.000
Internet
Website & Web Banner
Femina Online (selama 7 bulan) @ Rp. 500.000 = Rp. 3.500.000
Tabloid Nova Online (selama 7 bulan)@ Rp.250.000 = Rp. 1.750.000
Natural Cooking Club (selama 7 bulan) = Rp. 1.000.000
Sub Total Rp. 6.250.000
Biaya Domain dan Admine Website = Rp. 20.000.000
Total = Rp.26.250.000
Event
Biaya pengadaan event “Mom&Kid’s Natural Holiday” diperkiran memakan biaya
sebesar Rp. 5.000.000.000. Harga ini sudah termasuk acara (panggung, pengisi
acara), pengisi acara beserta materi publikasi (Poster, flier, id card, umbul-umbul,
spanduk, stand sponsor) untuk pelaksanaan di 5 kota besar, yaitu Medan, Jakarta,
Bandung, Surabaya, dan Makassar.
Total biaya belanja media untuk kampanye donor buku ini diperkirakan
sebesar Rp. 8.676.250.000. Ditambahkan dengan perkiraan biaya desain dan
produksi sebesar Rp. 3.000.000.000, maka total biaya kampanye ini kira-kira menjadi
Rp. 11.676.250.000. Biaya diatas merupakan perkiraan biaya kasar.
x
Hasil Wawancara dengan Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan
Junus Satrio Atmodjo, M.Hum
Komp. Depdiknas Ged. E Lt. 9
Jl. Jend. Sudirman, Senayan, Jakarta 10270
Telp. +62 21 572 5 518
Fax. +62 21 572 5 529
1. Seberapa pentingkah kampanye pelestarian jajanan tradisional ini dilakukan, mengingat
depbudpar sendiri sering melakukan pameran-pameran produk budaya termasuk salah satunya
makanan tradisional? Kenapa?
Penting, karena ada nilai-nilai kearifan bangsa yang terkandung di dalamnya.
Keamanannya juga sudah teruji selama bertahun-tahun.
2. Jajanan tradisional sendiri bermacam-macam jenisnya, saat ini saya lebih fokus pada kue-
kue tradisional yang menurut saya paling jarang diperhatikan, paling langka dan paling
beresiko untuk ditinggalkan (baik karena persaingan dengan kue-kue modern, maupun snack-
snack instan yang lebih praktis). Menurut Anda, benarkah landasan pemikiran saya?
Benar, karena paling banyak makanan substitusinya.
3. Jajanan tradisional kini banyak yang mulai dimodifikasi, sebenarnya sejauh apa modifikasi
bisa dilakukan sehingga kue tersebut masih bisa dikatakan tradisional?
Sejauh makanan tersebut masih memiliki 3 prinsip yang sama, yaitu rasa, bentuk, dan
bahan.
4. Adakah nilai-nilai khusus di balik keberadaan jajanan tradisional?
Ada, diantaranya kejayaan masa lampau, filosofi dan harapan akan masa datang (mis:
harapan ketika orang mengkonsumsi bubur lolos pada acara 7 bulanan, ataupun bubur
merah putih).
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan jajanan tradisional dibanding jajanan modern
(breadtalk, Jco, snack chiki, choki-choki, dan sebagainya)?
• Cenderung alami dan tidak mengandung bahan kimia yang berlebihan
• Telah mengalami penempaan jaman sehingga telah terjamin keamanan dan
ketahanan pangannya
• Memiliki nilai gizi
xi
• Bahan-bahannya mudah diperoleh
• Memiliki rasa yang spesifik
• Memiliki nilai-nilai simbolik dan tradisi
Kekurangan:
• Tidak memiliki standardisasi rasa, gizi dan sebagainya.
• Citra kuno
• Citra tidak higienis
• Distribusinya kurang merata sehingga jajanan tradisional cenderung sulit
didapat
• Berkesan kurang praktis dan ekonomis
6. Menurut Anda, jika jajanan tradisional menjadi bagian dari kehidupan masyarakat
Indonesia sekarang, seperti apakah fungsinya dalam kehidupan masyarakat? (cemilan atau
masih bagian dari adat, dan sebagainya?)
Cemilan saja, penanaman nilai tradisi mungkin menyusul.
8. Menurut Anda, kalangan mana yang paling tepat untuk menjadi target pada kampanye ini?
kenapa?
Generasi muda, terutama anak-anak karena sedang mengalami masa penanaman nilai.
8. Apa sajakah badan/lembaga yang dapat mensupport kampanye ini?
Budpar, PKMT dan sebagainya.
xii
Hasil Wawancara dengan Prof. Dr. Setiawan Sabana, MFA, mantan ketua Pusat Kajian Makanan
Tradisional ITB
1. Seberapa pentingkah kampanye pelestarian jajanan tradisional ini dilakukan, mengingat
depbudpar sendiri sering melakukan pameran-pameran produk budaya termasuk salah satunya
makanan tradisional? Kenapa?
Penting, karena jajanan tradisional merupakan salah satu artefak budaya yang nyata.
2. Jajanan tradisional sendiri bermacam-macam jenisnya, saat ini saya lebih fokus pada kue-
kue tradisional yang menurut saya paling jarang diperhatikan, paling langka dan paling
beresiko untuk ditinggalkan (baik karena persaingan dengan kue-kue modern, maupun snack-
snack instan yang lebih praktis). Menurut Anda, benarkah landasan pemikiran saya?
Bisa saja.
3. Jajanan tradisional kini banyak yang mulai dimodifikasi, sebenarnya sejauh apa modifikasi
bisa dilakukan sehingga kue tersebut masih bisa dikatakan tradisional?
Sejauh bentuk dan rasanya masih bisa dikenali.
4. Adakah nilai-nilai khusus di balik keberadaan jajanan tradisional?
Ada nilai simbolik dan filosofis.
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan jajanan tradisional dibanding jajanan modern?
Selain lebih segar, kelebihan yang paling jarang diekspos adalah nilai gizinya.
Kekurangannya adalah tidak adanya standarisasi dan tidak tahan lama.
6. Menurut Anda, jika jajanan tradisional menjadi bagian dari kehidupan masyarakat
Indonesia sekarang, seperti apakah fungsinya dalam kehidupan masyarakat? Sebagai
kudapan/cemilan sehari-hari saja.
7. Anda pribadi, bagaimana melihat perkembangan jajanan tradisional dewasa ini? Jajanan
tradisional keberadaannya sudah tergeser, diperlukan segera usaha pelestarian.
8. Menurut Anda, kalangan mana yang paling tepat untuk menjadi target pada kampanye ini?
kenapa?
Generasi muda, Anak-anak.
xiii
Hasil Wawancara dengan Pak Suparno, Pedagang Kudapan Tradisional
1. Bagaimana permintaan terhadapa jajanan tradisional sekarang dibanding yang lalu? Kapan
permintaan paling banyak?
Menurun, paling banyak tahun 1997 atau bulan Ramadhan.
2. Dari jumlah produksi keseluruhan, berapa persen yang laku?
Tidak menentu, tapi kalau dirata-ratakan sekitar 50-60%.
3. Distribusinya kemana saja? Paling laku dimana?
Superindo, Pasar Kosambi, Lodaya, La belle, Kartika Sari, dan sebagainya. Paling laku di
Kosambi.
4. Biasanya yang beli siapa saja? Ada pesanan khusus?
Ibu-ibu. Anak muda belum pernah. Pesanan khusus biasanya untuk rapat atau acara
sekolah, rapat kantor ataupun arisan.
5. Biasanya jajanan tradisionalnya tahan berapa lama?
Kurang dari sehari. Sekali produksi Cuma bisa buat jualan satu hari. Kalau ada sisa ya
dimakan sendiri atau dibuang.
xiv
Keamanan Makanan Jajanan Tradisional
Jakarta, Kamis
Oleh: Ir Eddy Setyo Mudjajanto Dosen Departemen Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Konsumsi makanan jajanan di masyarakat diperkirakan terus meningkat mengingat makin terbatasnya waktu anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri. Keunggulan makanan jajanan adalah murah dan mudah didapat, serta cita rasanya yang enak dan cocok dengan selera kebanyakan masyarakat.
Data hasil survei Sosial Ekonomi Nasional yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (1999) menunjukkan bahwa persentase pengeluaran rata-rata per kapita per bulan penduduk perkotaan untuk makanan jajanan meningkat dari 9,19 persen pada tahun 19996 menjadi 11,37 persen pada tahun 1999. Selain itu, kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi remaja perkotaan menyumbang 21 persen energi dan 16 persen protein. Sementara itu kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi anak usia sekolah menyumbang 5,5 persen energi dan 4,2 persen protein.
Meskipun makanan jajanan memiliki keunggulan-keunggulan tersebut, ternyata makanan jajanan masih berisiko terhadap kesehatan karena penanganannya sering tidak higienis, yang memungkinkan makanan jajanan terkontaminasi oleh mikroba beracun maupun penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) yang tidak diizinkan.
Salah satu pusat penjualan makanan jajanan yang terkenal dan terbesar adalah Bursa Kue Subuh di kawasan Pasar Senen, Jakarta Pusat.
Keamanan makanan jajanan yang diamati adalah penggunaan pewarna, pemanis, pengawet, kandungan mikroba, dan adanya logam berat Cu dan Pb. Sedangkan jenis makanan yang dipilih adalah tiga jenis makanan jajanan dari masing-masing kelompok makanan jajanan berdasarkan bahan penyusunnya, yaitu berbahan baku ketan dan beras, terigu, serta singkong dan ubi. Jenis makanan jajanan yang dipilih tersebut adalah nagasari, kueku, bugis, dadar gulung, putu ayu, bolu kukus, kue talam, kue tape, dan kue lapis kanji.
Pewarna makanan jajanan
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pewarna yang digunakan pada makanan jajanan menunjukkan bahwa tidak terdapat pewarna sintetis yang berbahaya menurut daftar zat warna yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya (Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988).
Namun walaupun pewarna tersebut diizinkan tetapi penggunaannya hendaknya dibatasi. Penggunaan tartrazine menyebabkan reaksi alergi, asma, dan hiperaktif pada anak.
xv
Erythrosine menyebabkan reaksi alergi pada pernapasan, hiperaktif pada anak, tumor tiroid pada tikus, dan efek kurang baik pada otak dan perilaku. Fast Green FCF menyebabkan reaksi alergi dan produksi tumor. Sedangkan Sunset Yellow menyebabkan radang selaput lendir pada hidung, sakit pinggang, muntah-muntah, dan gangguan pencernaan.
Pemanis dan pengawet
Pengamatan secara kualitatif terhadap jenis pemanis makanan jajanan menunjukkan bahwa pemanis yang digunakan pada sebagian besar makanan jajanan adalah campuran pemanis sintetis sakarin dan siklamat.
Pemanis sakarin dan siklamat tersebut terdapat pada berbagai jenis makanan jajanan. Sedangkan untuk pemanis jenis dulcin tidak ada karena di Indonesia sudah dilarang beredar berdasarkan Permenkes No 722/MenKes/Per/IX/1988.
Zat pemanis sintetis sakarin dan siklamat merupakan jenis zat pemanis yang sebetulnya khusus ditujukan bagi penderita diabetes atau konsumen dengan diet rendah kalori.
Penggunaan sakarin yang tidak seharusnya dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti dapat menimbulkan kanker kandung kemih pada tikus. Siklamat berbahaya karena hasil metabolismenya, yaitu sikloheksamina bersifat karsinogenik sehingga ekskresi lewat urin dapat merangsang pertumbuhan tumor pada kandung kemih tikus.
Hasil analisis kualitatif terhadap pengawet makanan jajanan memberikan hasil yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pembuatan makanan jajanan tidak ditambahkan pengawet.
Kontaminasi mikroba
Jumlah total mikroba pada makanan jajanan berkisar 1,3 x 10 koloni/gram sampai 1,5 x 10 koloni/gram. Jumlah total mikroba tertinggi terdapat pada kue bugis dan jumlah total mikroba terendah terdapat pada bolu kukus.
Cemaran logam berat
Kadar Pb dalam makanan jajanan berkisar 1,73-4,25 ppm, kadar Pb tertinggi terdapat pada kue lapis kanji, sedangkan kadar Pb terendah terdapat pada putu ayu dan bolu kukus.
Terdapat beberapa jenis makanan jajanan yang kadar Pbnya melebihi ambang batas yang ditentukan oleh WHO dan FAO (2 ppm), yaitu kue tape, kue talam, lapis kanji, dadar gulung, kueku, kue bugis, dan nagasari.
Selain itu, terdapat pula makanan jajanan yang kadar Pbnya melebihi ambang batas yang ditentukan oleh Depkes RI (4 ppm), yaitu kue tape, kue talam, dan kue lapis kanji. Cemaran logam Pb ini diduga berasal dari sisa pembakaran atau asap kendaraan
xvi
bermotor. Hal ini karena lokasi jualan kue di Bursa Subuh terletak di pinggir jalan besar, dan sebagian besar di antaranya pada saat jualan tidak ditutup.
Kadar Cu pada makanan jajanan berkisar 1,91-5,37 ppm, kadar Cu tertinggi terdapat pada kuek,u dan kadar Cu terendah terdapat pada kue lapis kanji.
Terdapat makanan jajanan yang kadar Cu-nya melebihi ambang batas yang ditentukan oleh Dirjen POM RI (5 ppm), yaitu kueku. Kadar Cu yang tinggi pada satu jenis makanan jajanan tersebut diduga berasal dari peralatan pengolahan pangan yang digunakan atau bisa juga dari air yang digunakan dalam pengolahan pangan sudah tercemar oleh logam berat Cu.
Timbal dapat menyebabkan keracunan kronik dan akut. Keracunan Pb kronik ditandai dengan depresi, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, daya ingat terganggu, dan sulit tidur. Gejala yang timbul mual, muntah, sakit perut hebat, kelainan fungsi otak, anemia berat, kerusakan ginjal, bahkan kematian dapat terjadi dalam waktu 1-2 hari.
Tingginya tingkat cemaran Cu akan berdampak negatif terhadap manusia, yaitu dapat menimbulkan keracunan. Gejala yang timbul pada keracunan Cu akut adalah mual, muntah- muntah, menceret, sakit perut hebat, dan hemolisis darah.
Kesimpulan dan saran
Melihat hasil pengamatan tersebut dapat dikatakan bahwa makanan jajanan yang terdapat pada Bursa Kue Subuh di Pasar Senen, Jakarta Pusat, relatif aman untuk dikonsumsi, dengan beberapa catatan:
• 1) pewarna makanan yang dipakai masuk kategori yang diizinkan, tetapi penggunaannya perlu dibatasi;
• 2) ditemukan pemanis buatan dari jenis sakarin dan siklamat; • 3) kandungan mikrobanya relatif masih aman; dan • 4) terdapat makanan yang kandungan Pb dan Cu-nya di atas ambang batas yang
diizinkan.
Saran juga ditujukan kepada Dinas Kesehatan dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan untuk memberikan penyuluhan kepada produsen makanan jajanan mengenai bahaya bahan tambahan makanan sintetik dan meminimalkan cemaran logam berat.
Sedangkan untuk pedagang tidak menggunakan pemanis buatan yang dilarang, serta penggunaan alat-alat dan air yang sudah tercemar oleh logam berat. Dan dalam berjualan hendaknya jajanan yang dijual dipajang dalam kemasan yang tertutup. Untuk konsumen agar lebih berhati-hati dalam memilih dan membeli makanan jajanan.*
xvii
© 2003 Program Pascasarjana IPB Posted 10 October 2003 Makalah Kelompok 8 – Materi Diskusi Kelas Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pascasarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Oktober 2003 Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (penanggung jawab) Prof. Dr. Ir. Zahrial Coto
<!--[if !supportEmptyParas]-->
FENOMENA MAKANAN SIAP SAJI TERHADAP
KESEHATAN KONSUMEN Oleh:
Desriani Novalina Jalius Hengky Sumisto Halim Suryono M. A. Firmansyah Iis Arifiantini
BIOBIO PSL PSL GMK TNH BRP
G.361030101G.361030041 P.062030041 P.062030091 A.561030061 A.261020031 B.661030011
Abstrak
Makanan siap saji yang cenderung banyak dikonsumsi akhir-akhir ini banyak menimbulkan pro dan kontra. Dari satu sisi untuk ibu rumah tangga yang juga bekerja di luar rumah, makanan siap saji memberikan keuntungan dan kemudahan dalam penyajian. Akan tetapi makanan siap saji yang dipasarkan saat ini menggunakan berbagai bahan aditif yang bertujuan untuk mengawetkan dan memberikan citarasa yang lebih baik pada produknya. Kekhawatiran yang muncul akibat adanya bahan aditif ini adalah adanya efek negatif dari bahan tersebut yang berdampak pada kesehatan konsumen. Selain dari bahan aditif, efek tersebut juga dapat berasal dari kemasan yang digunakan. Efek negatif yang dapat terjadi antara lain dihubungkan dengan penyakit degeneratif. Upaya pencegahan dampak negatif dapat dilakukan secara internal yaitu peranan ibu rumah tangga dalam penyajian pangan lebih mengutamakan makanan tradisional yang sehat, sedangkan upaya eksternal adalah meningkatkan kepedulian pemerintah, LSM, dan juga produsen terhadap bahaya zat aditif makanan siap saji. Kata Kunci: makanan siap saji, zat aditif, kesehatan.
Pendahuluan
Kemajuan ilmu dan teknologi berkembang dengan pesat diberbagai bidang, termasuk dalam bidang pangan, kemajuan teknologi ini membawa dampak positif maupun negatif. Dampak positif teknologi tersebut mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas pangan, juga meningkatkan diversivikasi, hygiene, sanitasi, praktis dan lebih ekonomis. Dampak negatif kemajuan teknologi tersebut ternyata cukup besar bagi kesehatan konsumen dengan adanya penggunaan zat aditif yang berbahaya.
xviii
Pola kehidupan masa kini dicirikan dengan tingginya biaya hidup, emansipasi atau karena alasan lain menyebabkan wanita bekerja diluar rumah. Data statistik tahun 2002 menunjukkan bahwa wanita yang bekerja pada angkatan kerja berjumlah 33,06 juta atau 44,23% dari jumlah total usia wanita antara 15-60 tahun (BPS, 2002). Wanita sebagai ibu rumah tangga dan sebagian lain berprofesi bekerja di luar rumah, karena keterbatasan waktu dan kesibukan, serta sulitnya mencari pramuwisma menyebabkan makanan siap saji menjadi menu utama sehari-hari di rumah.
Ritme kehidupan yang menuntut segala sesuatu serba cepat, waktu terbatas, anak harus pergi sekolah sementara ibu dan bapak harus segera berangkat kerja, sebagai jalan pintas untuk sarapan disediakanlah makanan siap saji yang memakan waktu penyiapan 3 sampai 5 menit. Siang hari pulang sekolah ibu dan bapak masih bekerja dikantor, anak-anak kembali menikmati makanan siap saji ini. Selain mudah disajikan makanan ini umumnya mempunyai cita rasa yang gurih dan umumnya disukai, terutama oleh anak-anak usia sekolah.
Masalah lain yang jadi fenomena dimasyarakat adalah tersedianya berbagai jajanan yang dikemas dapat dipastikan “kaya” zat aditif. Tercatat 13 jenis snack mengandung bahan aditif dalam kandungan yang cukup tinggi (Republika, 2003). Pertanyaan yang muncul adalah sejauh manakah bahan-bahan aditif tersebut terkonsumsi dan terakumulasi dalam tubuh, bagaimana dampaknya bagi kesehatan? Dan bagaimana tindakan konsumen terutama ibu-ibu rumah tangga dalam memilih, mengolah makanan yang aman, higienis, cukup gizi dan menyehatkan anggota keluarganya?
Berdasarkan pertanyaan tersebut makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi lebih lanjut terhadap bahaya zat aditif dan kemasan pada makanan siap saji terhadap kesehatan konsumen.
Pengertian Makanan Siap Saji dan Kesehatan Konsumen
Makanan siap saji
Makanan siap saji yang dimaksud adalah jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut. Makanan siap saji biasanya berupa lauk pauk dalam kemasan, mie instan, nugget, atau juga corn flakes sebagai makanan untuk sarapan. Zat aditif makanan
Zat aditif adalah bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas, menambahkan rasa dan memantapkan kesegaran produk tersebut. Kemasan makanan Kemasan makanan adalah wadah atau tempat makanan agar kualitas makanan tetap baik, meningkatkan penampilan produk, dan memudahkan transportasi. Sehat Sehat adalah berfungsinya organ tubuh secara fisiologis normal. Dalam konsumsi pangan konsumen tidak hanya menilai dari citarasa dan nilai gizinya tetapi
xix
juga mempertimbangkan pengaruh pangan terhadap kesehatan dan kebugaran tubuh, atau menurunkan efek negatif suatu penyakit, dan kalau memungkinkan menyembuhkan penyakit tersebut.
Jenis Zat Aditif dan Kemasan Makanan
Jenis zat aditif Menurut Majeed (1996) zat aditif dapat dibagi menjadi beberapa kelompok
berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu: 1) agen emulsi yaitu aditif yang berbahan lemak dan air contohnya lecitin 2) agen penstabil dan pemekat contohnya alginat dan gliserin, 3) agen penghalang kerak untuk mencegah penggumpalan, 4) agen peningkatan nutrisi contohnya berbagai vitamin, 5) agen pengawet contohnya garam nitrat dan nitrit, 6) agen antioksidan contohnya vitamin C dan E ; BHT (Butylated Hydroxy-Toluen) dan BHA (Butylated Hydroxy-Anisol), 7) agen pengembang untuk roti dan bolu, 8) agen penyedap rasa contoh monosodium glutamat (MSG), 9) bahan pewarna. Selain kesembilan zat aditif diatas Denfer (2001) juga menyatakan terdapat bahan lain yang ditambahkan dalam makanan diantaranya: 1) agen peluntur, 2) lemak hewani, 3) bahan pengasam, 4) bahan pemisah, 5) pati termodifikasi, 6) alkohol, dan 7) gelatin .
Disamping bahan-bahan yang telah disebutkan diatas yang menggunaan, ukuran dan aturannya sudah ditentukan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI), yang patut kita waspadai adalah adanya pewarna maupun pengawet yang ditambahkan yang penggunaannya bukan untuk makanan seperti, borak dan formalin sebagai pengawet yang telah dilaporkan oleh Suriawiria (2003). Dimana disinyalir 86,2% mie basah yang terdapat dipasar dan swalayan mengandung formalin. Selain itu warna merah pada terasi 50% adalah menggunakan pewarna rhodamin B yang seharusnya digunakan untuk tekstil. Selain itu rhodamin juga biasa diberikan dalam sirop untuk menimbulkan warna merah.
Kemasan makanan siap saji Sampai saat ini menurut Ketua Federasi Pengemasan Indonesia Hengky Darmawan di Indonesia sistem pengemasannya baru 10% yang sesuai aturan SNI. Pemilihan jenis kemasan harus memperhatikan food grade dan food safety (Kompas, 2003). Beberapa faktor yang mempengaruhi produsen dalam memilih kemasan adalah tampil menarik, mampu melindungi produk yang dikemas, dan pertimbangan ekonomis. Bahan yang digunakan selama ini berupa plastik atau styrofoam (pembungkus mie instant dan nugget), PVC (polyvinyl clorida untuk pembungkus kembang gula), kaleng (makanan buah, susu, makanan lauk-pauk).
Dampak Makanan Siap Saji
Manfaat makanan siap saji Makan siap saji yang beredar saat ini tercatat 500 – 600 jenis (Media Indonesia, 2003). Jenis tersebut terdiri dari minuman dan makanan yang diproduksi dalam skala kecil dan besar. Ketersediaan makanan siap saji ini akan memberikan kemudahan pemilihan jenis makanan, keragaman makanan, kualitas makanan dan praktis.
xx
Bahaya makanan siap saji
World Health Organization (WHO) dan Food and Agricultural Organization (FAO) menyatakan bahwa ancaman potensial dari residu bahan makanan terhadap kesehatan manusia dibagi dalam 3 katagori yaitu : 1) aspek toksikologis, katagori residu bahan makanan yang dapat bersifat racun terhadap organ-organ tubuh, 2) aspek mikrobiologis, mikroba dalam bahan makanan yang dapat mengganggu keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan, 3) aspek imunopatologis, keberadaan residu yang dapat menurunkan kekebalan tubuh. Dampak negatif zat aditif terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung, dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Tabel 1).
Tabel 1. Dampak negatif zat aditif berlebihan
Zat Aditif Dampak terhadap kesehatan Sumber Sulfit Menyebabkan sesak napas, gatal-gatal dan
bengkak. Intisari (2001)
Zat Warna • Menimbulkan alergi • Menimbulkan kanker hati • Menyebabkan hypertrophy, hyperplasia,
carcinomas kelenjar tiroid.
Arbor (1997) Hartulistiono (1997) Shils et al (1994)
MSG • Kerusakan otak • Kelainan hati, trauma, hipertensi, stress,
demam tinggi, mempercepat proses penuaan, alergi kulit, mual, muntah, migren, asma, ketidakmampuan belajar, dan depresi.
Blaylock (1999) Republika (2003).
BHT & BHA
• Menyebabkan kelainan kromosom pada orang yang alergi terhadap aspirin.
Intisari (2001)
Pemanis • Menyebabkan kanker kantong kemih (saccarin).
• Gangguan saraf dan tumor otak (aspartan). • Mutagenik.
Hartulistiono (1997) Hartulistiono (1997) Hartulistiono (1997)
Disamping bahaya dari zat aditif makanan siap saji diatas, bahaya lain yang dihadapi oleh konsumen/pengguna makanan siap saji adalah efek samping bahan pengemas. Unsur-unsur bahan pengemas yang berbahaya bagi kesehatan konsumen karena terdapatnya zat plastik berbahaya seperti PVC yang dapat menghambat produksi hormon testosteron (Atterwill dan Flack, 1992) kemasan kaleng disinyalir mengandung timbal (Pb) dan VCM (Vinyl Chlorid Monomer) yang bersifat karsinogenik yaitu memacu sel kanker (Media Indonesia, 2003), dan styrofoam bersifat mutagenik (mengubah gen) dan karsinogenik (Kompas, 2003).
Upaya Meminimalisasi Dampak Negatif Untuk mengurangi dan meminimalisasi dampak negatif zat aditif makanan
dapat di upayakan dengan beberapa cara antara lain : 1. Secara Internal :
Mengurangi konsumsi makanan siap saji, meningkatkan konsumsi sayur dan buah-buahan serta mengkonsumsi vitamin. Beberapa vitamin diduga mengandung zat
xxi
antikarsinogen diantaranya adalah Vitamin A, C, E banyak terdapat dalam sayur dan buah; asam folat terdapat dalam brokoli, bayam dan asparagus: Betakaroten, Vitamin B3 (niasin), vitamin D dalam bentuk aktif (1.25-hidroksi) terdapat pada mentega, susu, kuning telur, hati, beras dan ikan.
Memberi pengertian pada keluarga tentang bahaya zat aditif, mengawasi, mengontrol pemberian dan penggunaan uang jajan dan membiasakan membawa bekal makanan sehat dari rumah 2. Secara eksternal :
Produsen; diperlukan kesadaran dan tanggung jawab produsen terhadap penggunaan zat aditif pada bahan pangan yang diproduksikan, memberikan informasi yang jelas komposisi makanan termasuk zat aditif yang ditambahkan
Pemerintah; melakukan pengawasan dan menindak tegas produsen yang melanggar aturan yang berlaku. Meneruskan kegiatan PMT-AS (Program Makanan Tambahan-Anak Sekolah) dengan memanfaatkan sumber makanan lokal.
Non-pemerintah (LSM); memfasilitasi terbentuknya kelompok konsumen, mendorong peran serta masyarakat sebagai pengawas kebijakan publik, mengantisipasi kebijakan global yang berdampak pada konsumen, melakukan pengawasan dan bertindak sebagai pembela konsumen.
Kesimpulan 1. Perlu adanya kesadaran, tekad dan disiplin yang kuat baik dari individu itu
sendiri dengan selalu mengkonsumsi makanan sehat. 2. Peranan keluarga, terutama ibu yang selalu menyediakan makanan sehat atau
makanan tradisional. 3. Peranan produsen untuk selalu jujur dan bertanggungjawab atas produknya dan
mengutamakan keselamatan masyarakat. 4. Peranan pemerintah untuk terus mengawasi dan mengontrol para produsen
melalui lembaga-lembaga terkait.
Daftar Pustaka Arbor, A. 1997. Food additive can cause severe allergic reactions. www.doctorguide.com/.
Dikunjungi 18 September 2003. Atterwill, C.K., and J.D. Flack. 1992. Endocrine toxicology. Cambridge University Press. Blaylock, R. L. 1999. Food additive excitotoxins and degradative brain disorders. Medical Sentinel.
4(6):212-21 BPS, 2002. Statistik Indonesia Denfer, A.V. 2001. Bahan makanan tambahan (food additive). Disadur oleh Mira, S.
http://members.tripod.com/pagihp/artikel15.htm. Hartulistiono, 1997. Memperbaiki pola makan mencegah kanker. Intisari edisi Januari Intisari. 2001. Makanan dan minuman kemasan, amankah?. www.indomedia.com/intisari/. Dikunjungi
pada 18 September 2003. Kompas. 2003. Konsultasi: lajang & bahaya kemasan Styrofoam. http://www.kompas.com/.
Dikunjungi pada 3 Oktober 2003. Majeed, A. 1996. Aditif makanan dan ubat-ubatan. Media Indonesia. 2003. Kemasan makanan. http ://www.media.online.com/
dikunjungi pada 3 Oktober 2003. Republika. 2003. Pirac: 13 jenis snack mengandung MSG yang bisa ancam kesehatan anak. Shills, M.E., J.A. Olson, and M. Shike. 1994. Modern nutrition in health and disease. Eight Ed. Vol.
2. Lea Febiger, Philadelphia. Suriawiria, U. 2003. Sudah sangat mengkhawatirkan: pengawet mayat untuk pengawet makanan.
Pikiran Rakyat. 20 Maret 2003.
xxii
Hasil Pra Survey (accidental Sampling) di PVJ Bagian 1
1. Seberapa seringkah Anda mengkonsumsi makanan tradisional Indonesia? a. Sering = 6 orang b. Kadang-kadang = 9 orang c. Jarang = 0
2. Dari berbagai jenis makanan tradisional, mana yang paling sering Anda konsumsi? a. Makanan utama pengganti nasi, mis: ketupat dsb = 9 orang b. Makanan pelengkap, mis: ayam taliwang dsb = 5 orang c. Makanan ringan, mis: klepon dsb = 1 orang
3. Yang paling jarang Anda konsumsi? a. Makanan utama pengganti nasi, mis: ketupat, dsb = 4 orang b. Makanan pelengkap, mis: ayam taliwang dsb = 0 c. Makanan ringan, mis: klepon dsb =11 orang
Bagian 2.
1. Seringkah Anda mengkonsumsi makanan ringan tradisional (klepon, nagasari, awug, dadar gulung, bubur sumsum, dsb)?
a. Ya = 4 orang b. Tidak = 11 orang
Jika jawaban Anda ”YA”, mohon jawab pertanyaan berikut: 2a. Bagaimana biasanya Anda mendapatkan makanan ringan tradisional:
a. Beli sendiri di pasar swalayan = 0 b. Beli sendiri ke pasar tradisional = 3 orang c. Membuat sendiri = 0 d. Kebetulan sudah tersedia = 1 orang e. Lain-lain, (sebutkan)...................... = 0
3a. Apa yang membuat Anda paling tertarik menkonsumsi makanan ringan tradisioanl? a. Bentuknya = 0 b. Rasanya pas di lidah = 3 orang c. Nilai gizinya = 0 d. Kealamiannya (tanpa pengawet) = 0 e. Lain-lain, (sebutkan) murah = 1 orang
Jika jawaban Anda ”TIDAK”, mohon jawab pertanyaan berikut: 2b. Apa yang menyebabkan Anda jarang mengkonsumsi makanan ringan tradisional?
a. Bentuk/tampilannya tidak menarik = 2 orang b. Rasanya sudah tidak sesuai di lidah = 3 orang c. Susah mendapatkannya = 5 orang d. Tidak higienis = 0 e. Tidak ada nilai gizinya = 0 f. Sudah bukan jamannya lagi = 1 g. Lain-lain, (sebutkan)...................... = 0
4. Kapan biasanya Anda mengkonsumsi makanan ringan tradisional? a. Pada acara tertentu saja (mis: khitanan, rapat, dsb) = 4 orang b. Kalau memang sedang mau = 4 orang c. Kalau kebetulan tersedia di rumah = 7 orang d. Lain-lain, (sebutkan)........................ = 0 orang
5. Apa pertimbangan Anda dalam berbelanja dan mengkonsumsi makanan? a. Rasanya = 8 orang b. Efek kesehatannya (gizi, higienitas, dsb) = 2 orang c. Tampilannya = 1 orang d. Harganya = 4 orang e. Lain-lain, (sebutkan)....................... = 0
xxiii
Hasil Survey pada Anak usia Sekolah Dasar di SD Darul Hikam:
1. Kamu suka ngemil ga? Dimas: Suka Alifa: Suka Fitri: Suka Syahdan: Suka Bandino: Suka Nuga: Suka Akhsan: suka Andri: suka Aurel: Suka Nabila: suka
2. Apa saja cemilannya? Begaimana membelinya?
Dimas: Chiki dan susu, dibeliin mama Alifa: Nugget, dibeliin mama Fitri: Chiki, beli sendiri di warung Syahdan: Ring, beli sendiri Bandino: Chiki, beli sendiri Nuga: Chiki, beli sendiri Akhsan: Chiki, beli sendiri dan dibeliin Andri: Ring, beli di sekolah Aurel: Coklat, dibeliin mama Nabila: Coklat, dibeliin
3. Kamu pengen cemilan itu kenapa? Tahu cemilan itu darimana?
Dimas: enak, dikasih mama Alifa: enak, TV Fitri: enak, TV Syahdan: bumbunya banyak, TV Bandino: bumbunya banyak, TV Nuga: bumbunya gurih, TV Akhsan: enak bumbunya, warung Andri: enak, liat di kantin sekolah Aurel: enak, liat mama makan Nabila: enak, TV
4. Kamu tahu cemilan/kudapan tradisional indonesia ga?
Dimas: tahu sedikit Alifa: sedikit Fitri: tahu Syahdan: lumayan Bandino: tahu Nuga: tahu sedikit Akhsan: lumayan tahu Andri: lumayan Aurel: engga Nabila: ga terlalu
5. Kamu tahu Klepon, bugis, nagasari, talam dan lain-lain ga?
Dimas: klepon, nagasari, Alifa: klepon, talam Fitri: talam, klepon Syahdan: talam, bugis, nagasari Bandino: klepon, bugis, talam Nuga: klepon, talam, nagasari
xxiv
Akhsan: klepon, nagasari, talam Andri: klepon, talam Aurel: nagasari, bugis Nabila: klepon, nagasari
6. Suka ga? Kenapa? Dimas: lumayan, lumayan enak Alifa: ga, ngebosenin Fitri: lumayan suka, manis Syahdan: ga terlalu, bosen Bandino: engga, rasanya gitu-gitu aja Nuga: ga suka, manis Akhsan: ga terlalu, manis banget Andri: ga terlalu, ngebosenin Aurel: engga, rasanya aneh Nabila: lumayan, manis
xxv
Hasil Survey dengan Orang Tua Murid SD Darul Hikam
1. Sering menyediakan cemilan untuk anak? Beli atau bikin? Kenapa? Kalau beli dimana? Rita: Sering, beli kiloan, lebih praktis, di toko kue Oki: Sering, beli, praktis, circle K Ntin: Sering, beli, sibuk, pasar swalayan Ema: Sering, bikin sendiri, lebih terjamin Wanti: Sering, bikin sendiri, bisa dikontrol
2. Biasanya apa aja cemilan yang disediakan?
Rita: cheese stick Oki:crackers, roti Ntin: coklat, tango Ema: pancake, cake-cake gitulah Wanti: agar, kue kering
3. Pertimbangan ibu dalam memberikan cemilan pada anak apa saja? Baik untuk pertumbuhan anak atau berdasarkan permintaan anak? Ada faktor-faktor lain? Rita: disesuaikan antara kebutuhan dan keinginan anak Oki: yang sehat dan baik untuk anak Ntin:yang anak suka saja Ema: yang baik untuk anak Wanti: yang anak suka sekaligus sehat untuk mereka
4. Apakah ibu keberatan jika anak berbelanja camilannya sendiri? Apakah ibu
mengontrol jajanan yang dibeli anak ataupun camilan yang dikonsumsinya? Rita: tidak keberatan asalkan tetap dikontrol Oki: biasanya berbelanja bersama dan tetap dikontrol Ntin: tidak keberatan dan tetap dikontrol Ema: tidak apa-apa asal ngasih tahu dulu Wanti: keberatan
5. Menurut ibu adakah manfaatnya makan camilan/kudapan/mengemil? Rita: Ada, tapi ga tahu pasti Oki: Ada, sebagai makanan tambahan Ntin: Ada, makanan selingan Ema: Ada, sebagai makanan selingan Wanti: Ada, penambah gizi dan nutrisi
6. Apakah ibu suka memberikan makanan ringan tradisional sebagai camilan pada anak? Kenapa? Biasanya didapat dari mana? Beli atau bikin? Rita: Kadang-kadang, kurang praktis, beli di toko kue Oki: Tidak terlalu sering, ga kepikiran, kalau kebetulan ada yang ngasih atau ada acara tertentu Ntin: Lumayan, suka, pasar swalayan Ema: Kadang-kadang, ga kepikiran, masak sendiri Wanti: Lumayan sering, lebih alami, bikin sendiri
xxvi
HASIL KARYA
• Logo
• Iklan Cetak
xxvii
xxviii
• Advertorial
xxix
• TVC
xxx
xxxi
• Ambient
xxxii
• Gimmick
xxxiii
xxxiv
• Lain-lain
xxxv
UCAPAN TERIMA KASIH
Setiap orang punya andil walau hanya secuil. Terima kasih penulis kepada:
1. Allah SWT, yang memutlakkan segalanya.
2. Papa dan Bunda yang tak henti-hentinya memberikan dukungan lahir dan batin
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini, Acong yang sudah mau
membantu jauh-jauh dari Jogja, Ibu Wanti dan Om Jatim yang buku Cateringnya
dibawa kabur sebagai referensi TA, dan keluarga besar lainnya yang selalu mendukung
dengan caranya masing-masing.
3. Bapak Tirto Siswojo dan Ibu Fransiska Rachel selaku dosen pembimbing.
4. Ibu Ifa Safira dan Bapak Dody Achmad selaku KTA.
5. Dosen-dosen DKV yang sudah banyak sekali memberikan masukan kepada penulis
selama mengerjakan Tugas Akhir ini, Pak Didit, Pak Agung, Pak Alva, Pak Pri, dan Pak
Guntur.
6. Bapak Setiawan Sabana dan Bapak Alvanov Zpalanzani yang sudah bersedia menjadi
konsultan
7. Teh Lilies, Mas Ronny, Pak Amas, Pak Didi dan segenap karyawan dan staf pengajar
DKV ITB yang sangat baik dan membantu.
8. Pak Junus Satrio dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan.
9. Pak Suparno dari Paguyuban Karya Usaha Mandiri.
10. Bu Ruri dari SD Darul Hikam, terimakasih untuk waktu wawancara dan survey.
11. Pihak PVJ atas izin untuk melakukan survey di lingkungannya.
12. Teman-teman TA KVP yang senasib dan sepenanggungan, Borne yang heboh bikin film,
Reni yang membantu sekali, Ebet yang di hari-hari terakhir jadi musuh bersama
(emang kalau ga berantem kurang afdol bet!), momo teman sms-an tengah malam
buat janjian ngeprint pagi-pagi buta (tapi ditunda terus ya mow..), dan ase yang rajin
menelepon mengabarkan berbagai perkembangan.
13. Benny yang hobi nyela tapi juga sangat membantu, Rully, Insan untuk diskusi bersama
tentang Anak-anak, Fani, Wiwin yang sudah bersedia jadi bank berjalan, Bena, Juan,
Heri, Edu, Ogi, Eka, Oske yang sudah mau berbagi teori, Rio untuk bantuan nara
sumber NHI dan diskusi asik di siang hari, dimas, dan teman-teman TA yang lain yang
mungkin lupa penulis sebut.
14. Dessy TAB untuk pinjaman kameranya, dini untuk janji membantu syuting, icha, sigit,
lukman, manda, ogi, gitta untuk panelnya, atri untuk kamera dan semua
kerewelannya plus sarapan, reni, merline, ririn, indri, indra, dan teman-teman DKV
2003 yang sudah lulus lebih dahulu.
15. Anis dan tante Heti untuk kesediannya membantu syuting yang tidak jadi tayang.
xxxvi
16. Nael, kembarannya ase, beserta keluarganya yang telah maklum dan mafhum atas
penculikan sementara nael.
17. Reni Yuliandini dan keluarga besarnya, mama, adek, teteh, sepupu-sepupunya,
rumahnya, mobilnya, mejanya, kursinya, pianonya, semua-semuanya!
18. Odique untuk bantuan syuting dan penculikan Nael, Dinni untuk hunting ke gede bage,
Ria untuk tempel-tempel panel, Didot untuk email, ilmu per-soeharto-an, dan
dukungannya, irfan yang jauh di sana untuk konsultasi via YM (hell yeah! I’ll be at Old
Trafford someday!), uda gombang yang sudah menyemangati via YM, Ramen untuk
email, foto yang tak pernah terkirim, sms dan segala dukungannya (semoga segera
dapat pekerjaan di jakarta), dinda di Euro untuk semua dukungan dan saran print,
mba syifa untuk konsultasi kehumasan, teteh dan ibu di kostan untuk pinjaman
properti, ransum, ruang dan waktunya.
19. Amel, Loraine dan Teddy, Ranny Gembira (ehem), Soe, Yuli, Lala, Mira, Bima, Adi,
Lukman, Idun, Isha, Carryn, Elfit si cuy, Randi siput, dan 2004 lainnya. Selamat TA!
20. Mas Roni, bos yang tak segan membantu bawahan, terima kasih untuk foto-foto
kerennya, dan teman-teman di Palmyra studio atas izin cuti sementara.
21. Cimot dan Aji, semoga kalian berdua rukun selalu.
22. Seluruh mahasiswa FSRD ITB yang juga sedang berjuang, entah untuk apapun itu.
23. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis
untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
24. Sekali lagi, kepada Allah SWT yang sudah memberikan hidup yang begitu berharga.