26
78 LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak Pidana Korupsi 1. Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara (Pasal 2 UU No. 31 tahun 1999). 2. Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara (Pasal 3 UU No. 31 tahun 1999). 3. Setiap orang atau pegawai negeri sipil/penyelenggara negara yang memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya; atau memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya (Pasal 5 UU No. 20 Tahun 2001). 4. Setiap orang yang memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili; atau. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili. (Pasal 6 UU No. 20 Tahun 2001). 5. Pasal 7 UU No. 20 Tahun 2001: a. pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaan perang; b. setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan

LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak ......80 c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak ......80 c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau

78

LAMPIRAN:

Undang-Undang no 20 Tahun 2001

Tindak Pidana Korupsi

1. Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri

atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara (Pasal 2 UU No. 31 tahun 1999).

2. Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya

karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara (Pasal 3 UU No. 31 tahun 1999).

3. Setiap orang atau pegawai negeri sipil/penyelenggara negara yang memberi atau

menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud

supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat

sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya; atau memberi

sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau berhubungan

dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan

dalam jabatannya (Pasal 5 UU No. 20 Tahun 2001).

4. Setiap orang yang memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud

untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili; atau.

memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan

dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan

berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili. (Pasal 6 UU

No. 20 Tahun 2001).

5. Pasal 7 UU No. 20 Tahun 2001:

a. pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual bahan

bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan

curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau keselamatan

negara dalam keadaan perang;

b. setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan

Page 2: LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak ......80 c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau

79

bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang yang dapat membahayakan

keamanan orang atau barang, atau keselamatan Negara dalam keadaan perang.

c. setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara Nasional

Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan perbuatan

curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang; atau

d. setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan Tentara

Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja

membiarkan perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam

keadaan perang.

e. Bagi orang yang menerima penyerahan bahan bangunan atau orang yang menerima

penyerahan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara

Republik Indonesia dan membiarkan perbuatan curang yang dapat membahayakan

keamanan orang atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaan perang atau

yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang.

6. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu

jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja

menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau

membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain,

atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut (Pasal 8 UU No. 20 tahun 2001).

7. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan suatu

jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja

memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi

(Pasal 9 UU No. 20 tahun 2001).

8. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan suatu

jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja (Pasal

10 UU No. 20 Tahun 2001):

a. menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai

barang, akta, surat, atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan

di muka pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena jabatannya; atau

b. membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat

tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut; atau

Page 3: LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak ......80 c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau

80

c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat

tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut.

9. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal

diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan

atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang

yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya (Pasal 11

UU No. 20 Tahun 2001).

10. Pasal 12 UU No. 20 Tahun 2001 :

a. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal

diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk

menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang

bertentangan dengan kewajibannya;

b. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah, padahal diketahui

atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan

karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang

bertentangan dengan kewajibannya;

c. hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa

hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang

diserahkan kepadanya untuk diadili;

d. seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan

menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan, menerima hadiah atau janji,

padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut untuk

mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan, berhubung dengan perkara

yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili;

e. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri

sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan

kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima

pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;

f. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas,

meminta, menerima, atau memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau

penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolaholah pegawai negeri

Page 4: LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak ......80 c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau

81

atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut mempunyai utang

kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang;

g. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas,

meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan barang, seolaholah merupakan

utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang;

h. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, telah

menggunakan tanah negara yang di atasnya terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai

dengan peraturan perundangundangan, telah merugikan orang yang berhak, padahal

diketahuinya bahwa perbuatan tersebut bertentangan dengan peraturan

perundangundangan; atau

i. pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidak langsung

dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang

pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk

mengurus atau mengawasinya.

11. Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian

suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban

atau tugasnya. (Pasal 12B UU No. 20 Tahun 2001).

12. Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat

kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh

pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan (Pasal 13 UU

No. 31 Tahun 1999).

13. Setiap orang yang melanggar ketentuan Undang-undang yang secara tegas menyatakan

bahwa pelanggaran terhadap ketentuan Undang-undang tersebut sebagai tindak pidana

korupsi berlaku ketentuan yang diatur dalam Undangundang ini (Pasal 14 UU No. 31

Tahun 1999.

Page 5: LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak ......80 c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau

82

Peraturan No 6. Tentang Perbendaharaan GPIB

Peraturan no 6

Tentang

Perbendaharaan GPIB

Pasal 1

Pengertian

Perbendaharaan GPIB adalah seluruh harta milik

yang ada di GPIB

Pasal 2

Fungsi Perbendaharaan

Perbendaharaan GPIB berfungsi sebagai salah

satu alat penunjang pelayanan dalam

melaksanakan panggilan dan pengutusan secara

tepat sasaran (efektif) dan tepat guna (efisien).

Pasal 3

Ruang Lingkup Kegiatan Perbendaharaan

Ruang Lingkup Kegiatan Perbendaharaan GPIB

untuk lingkup Sinodal dan lingkup Jemaat

Memori Penjelasan

Pasal 1:

1. Perbendaharaan GPIB meliputi

Penatalayanan Anggaran, Perbendahraan

dan Pencatatan Pembukuan;

2. Semua harta milik, baik yang bergerak

maupun yang tidak bergerak, adalah atas

nama GPIB

Pasal 2: Cukup Jelas

Pasal 3 : Cukup jelas

Page 6: LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak ......80 c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau

83

meliputi:

1. Menyusun, memutakhirkan dan

mengimplementasikan anggaran penerimaan

dan pengeluaran serta memantau varian-

varian yang terjadi antara anggaran dan

realisasi;

2. Menerima, menyimpan dan mengeluarkan

uang, termasuk uang di bank dan pengaturan

pemanfaatan dan pegelolaannya;

3. Menyimpan, memelihara dan mengelola

perbendaharaan termasuk dokumen

pendukungnya dengan cermat, bertanggung

jawab dan bijaksana;

4. Menata dengan cermat kewajiban/utang dan

piutang GPIB, termasuk kewajiban

penjamin.

5. Menyelenggarakan manajemen resiko,

termasuk menyusun dan memelihara sistem

pengendalian internal untuk mengamankan

perbendaharaan GPIB;

6. Menyelenggarakan catatan pembukuan yang

memenuhi ketentuan yang berlaku;

7. Menyusun laporan keuangan yang tepat

Pasal 3:1 : Cukup jelas

Pasal 3:2 : Cukup jelas

Pasal 3:3 : Cukup jelas

Pasal 3:4 : Cukup jelas

Pasal 3:5 : Cukup jelas

Pasal 3:6 : Cukup jelas

Pasal 3:7 : Cukup jelas

Page 7: LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak ......80 c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau

84

waktu dan relevan sebagai materi Sidang

Majelis Jemaat.

Pasal 4

Tata Laksana Pengelolaan

1. Harta milik GPIB berupa harta bergerak dan

tak bergerak, baik yang diwariskan oleh de

Protestansche Kerk in Nederlandse Indie

maupun yang diperoleh kemudian oleh

Majelis Sinode/Majelis Jemaat, dinyatakan

dalam sertifikat kepemilikan atas nama

GPIB sesuai ketentuan perundang-undangan

yang berlaku;

2. Pengurusan sertifikat harta milik GPIB

berupa harta tk bergerak, dalam memenuhi

ketentuan perundang-undangan yang

berlaku, dilakukan oleh Majelis Sinode

bekerja sama dengan Majelis Jemaat

setempat;

3. Penyimpanan sertifikat kepemilikan harta tak

bergerak sebagaimana dimaksud dalam butir

(2), baik yang berada dalam penggunaan,

pengelolaan, penguasaan maupun yang tidak

berada dalam penguasaan Majelis

Pasal 4 : Cukup jelas

Pasal 4:1 : Cukup jelas

Pasal 4:2 : Cukup jelas

Pasal 4:3 : Cukup jelas

Page 8: LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak ......80 c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau

85

Sinode/Majelis Jemaat, termasuk namun

tidak terbatas yang dikelola oleh Yayasan

yang didirikan oleh GPIB harus dilakukan

oleh Majelis Sinode;

4. Pengurusan dan penyimpanan dokumen

tanda kepemilikan harta bergerak di lingkup

Sinodal/Jemaat dilakukan oleh Majelis

Sinode/Majelis Jemaat;

5. Pemeliharaan harta milik GPIB yang

digunakan atau dikelola oleh Majelis Sinode

atau Majelis Jemaat atau pengurus Yayasan

menjadi tangbgung jawab masing-masing;

6. Pemeliharaan harta milik GPIB berupa harta

tak bergerak yang belum dapat digunakan,

wajib menjadi tanggung jawab Majelis

Sinode;

7. Harta milik GPIB berupa harta tak bergerak

yang hendak dialihkn hak kepemilikannya

harus mendapat persetujuan dan pengesahan

oleh dan di dalam Persidangan

Sinode/Persidangan Sinode Tahunan;

8. Pengajuan rencana pengalihan harta milik

GPIB berupa harta tak bergerak sebagaimana

Pasal 4:4 : Cukup jelas

Pasal 4:5 : Cukup jelas

Pasal 4:6 : Cukup jelas

Pasal 4:7 : Mendesak dimaksud adalah

menyangkut kondisi kritis yang

dialami oleh GPIB, baik secara

sinodal maupun jemaat.

Pasal 4:8 : Cukup jelas

Page 9: LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak ......80 c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau

86

dimaksud dalam butir (7) harus disertai

dengan suatu perencanaan serta rinci yang

berisi alasan pengalihan dan rencana

penggunaan hasil pengalihan yang dibuat

oleh tenaga ahli di bidang tersebut dengan

didukung oleh suatu studi kelayakan;

9. Rencana pengalihan harta milik GPIB

sebagaimana dimaksud dalam butir (7) wajib

disampaikan kepada seluruh Majelis Sinode

selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum

Persidangan Sinode;

10. Ketentuan dalam butir (7), (8) dan (9) juga

berlaku untuk transaksi Tukar Guling

(Ruilslag), Bangun Kelola Serah (Built

Operate Transfer) atau BOT, BTO (Built

Transfer Operator) dan transaksi bagi hasil

lainnya dengan pihak ketiga;

11. Tanpa melalui keputusan Persidangan

Sinode/Persidangan Sinode Tahunan, baik

Majelis Sinode, Majelis Jemaat maupun

pihak lain, tidak diperkenankan menguasai

atau mengagunkan harta milik GPIB;

12. Setiap tindakan pelepasan atas hak atau

Pasal 4:9 : Cukup jelas

Pasal 4:10 : Cukup jelas

Pasal 4:11 : Cukup jelas

Pasal 4:12 : Cukup jelas

Page 10: LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak ......80 c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau

87

mengagunkan harta milik GPIB, tanpa

melalui prosedur atau ketentuan-ketentuan di

atas akan dikenai sanksi hukum, baik

perdana maupun pidana;

13. Harta milik GPIB berupa gedung Gereja dan

gedung-gedung penting lainnya perlu

diasuransikan.

Pasal 5

Tahun Program dan Anggaran serta

Sistem Pengelolaan

1. Tahun program dan anggaran GPIB adalah

tanggal 1 April tahun berjalan sampai dengan

31 Maret tahun berikutnya;

2. Dalam mengelola perbendaharaanya, GPIB

menganut sistem sentralisasi terbatas;

3. Majelis Jemaat diwajibkan menyampaikan

laporan penerimaan dan pengeluaranb setiap

akhir triwulan kepada Majelis Sinode,

selambat-lambatnya pada akhir bulan

berikutnya setelah diperiksa oleh Badan

Pemeriksa Perbendaharaan Jemaat dan

Pasal 4:13 : Cukup jelas

Pasal 5 : Cukup jelas

Pasal 5:1 : Cukup jelas

Pasal 5:2 :Sentralisasi terbatas adalah

sentralisasi di lingkup Sinodal

yang memberi wewenang kepada

jemaat sesuai peraturan GPIB.

Pasal 5:3 : Cukup jelas

Page 11: LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak ......80 c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau

88

disahkan dalam Sidang Majelis Jemaat;

4. Majelis Jemaat diwajibkan menyusun daftar

kekayaan dan utang piutang setiap akhir

tahun buku kepada Majelis Sinode selambat-

lambatnya pada akhir bulan Mei setelah

diperiksa oleh BPPJ dan disahkan oleh SMJ;

5. Tanpa mengurangi isi dari ketentuan dalam

butir (2), khususnya mengenai hubungan

tanggung jawab administrasi keuangan antara

Majelis Jemaat dengan unit-unit Misioner di

jemaat diberlakukan sistem sentralisasi

penuh;

6. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir

(3), (4) dan (5) diatur dalam Petunjuk Teknis.

Pasal 6

Sumber Penerimaan

Sumber Penerimaan di GPIB terdiri atas:

1. Jemaat

a. Persembahan (wajib persepuluhan)

b. Persembahabn Khusus (persembahan

syukur)

c. Persembahan Sukarela (persembahan

Pasal 5:4 : Cukup jelas

Pasal 5:5 : Cukup jelas

Pasal 5:6 : Cukup jelas

Pasal 6

Pasal 6:1 : Cukup jelas

Pasal 6:1.a : perlu ada pembinaan tentang

persepuluhan.

Pasal 6:1.b : Cukup jelas

Pasal 6:1.c : Cukup jelas

Page 12: LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak ......80 c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau

89

dalam ibadah-ibadah jemaat)

d. Bantuan perorangan atau pemerintah yang

tidak terikat, baik berupa uang, barang

maupun penghibahan

e. Hasil investasi

f. Penerimaan lain-lain yang tidak

bertentangan dengan ketentuan GPIB dan

ketentuan perundang-undangan yang

berlaku

2. Sinodal

a. Persembahan Wajib; Persembahan

Persepuluhan bulanan, Penggajian

Sinodal dan Dana Penyangga Gaji

Pendeta dan Pegawai (DPGP2)

b. Persembahan Khusus; Persembahabn

dalam rangka HUT GPIB, HUT Pelkat-

pelkat dan hari-hari raya gerejawi

c. Persembahan Sukarela; Persembahan

perorangan atau bantuan pemerintah

d. Hasil investasi

e. Penerimaan lain-lain yang tidak

bertentangan dengan ketentuan GPIB dan

ketentuan perundang-undangan yang

Pasal 6:1.d : Cukup jelas

Pasal 6:1.e : Cukup jelas

Pasal 6:1.f : Cukup jelas

Pasal 6:2 : Cukup jelas

Pasal 6:2.a : Cukup jelas

Pasal 6:2.b : Cukup jelas

Pasal 6:2.c : Cukup jelas

Pasal 6:2.d : Cukup jelas

Pasal 6:2.e : Penerimaan GPIB di lingkup Jemaat

maupun Sinodal sebagaimana

dimaksud dalam butir 1 dan 2 di

Page 13: LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak ......80 c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau

90

berlaku.

Pasal 7

Bendahara

1. Bendahara ialah Presbiter GPIB yang

bertanggung jawab atas pengelolaan

perbendaharaan

2. Para Ketua Bidang di Majelis Jemaat/Majelis

Sinode tidak diperkenankan merangkap

jabatan bendahara;

3. Apabila jabatan bendahara menjadi lowong

dan berhalangan tetap, maka melalui Sidang

Majelis Jemaat segera ditunjuk seorang

Pelaksana Tugas (Plt) dari fungsionaris

Majelis Jemaat/PHMJ dengan mendahulukan

Bendahara I;

4. Bendahara bersama Ketua IV menyusun

laporan keuangan sebagaimana dimaksud

dalam pasal 6 butir 6;

atas adalah termasuk penerimaan

oleh unit-unit missioner di lingkup

jemaat atau sinodal, yang tidak

bertentangan dengan ketentuan

GPIB dan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku.

Pasal 7

Pasal 7: 1 : Cukup jelas

Pasal 7:2 : Cukup jelas

Pasal 7:3 : Cukup jelas

Pasal 7:4 : Cukup jelas

Page 14: LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak ......80 c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau

91

5. Pengeluaran uang oleh bendahara hanya dapat

dilakukan apabila telah disetujui oleh

SMJ/rapat PHMJ dan telah memperoleh fiat

otorisasi dari Ketua Bidang bersangkutan;

6. Uang yang disimpan pada Bank harus atas

nama Majelis Jemaat/Majelis Sinode dari

hanya dapat dikeluarkan berdasarkan

keputusan SMJ/rapat PHMJ dan mendapat

otorisasi Ketua IV bersama Bendahara.

Apabila Ketua IV berhalangan, maka

Bendahara dapat memberikan persetujuannya

bersama Ketua Majelis Jemaat/Majelis

Sinode;

7. Ketentuan mengenai wewenang otorisasi

pengeluaran uang secara rinci sebagimana

dimaksud dalam butir 5, diatur dalam

Peraturan Pelaksanaan Majelis

Jemaat/Majelis Sinode;

8. Mengenai kebijakan pengelolaan

perbendaharaan pada umumnya, Bendahara

Majelis Jemaat menyampaikannya kepada

Rapat PHMJ untuk diinformasikan di dalam

SMJ.

Pasal 7: 5 : Cukup jelas

Pasal 7: 6 : Cukup jelas

Pasal 7:7 : Cukup jelas

Pasal 7:8 : Cukup jelas

Page 15: LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak ......80 c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau

92

Pasal 8

Persyaratan Bendahara

Syarat untuk dapat dipilih sebagai Bendahara

dan Bendahara I adalah harus memenuhi

kualifikasi teknis berikut:

1. Mempunyai pengetahuan/keahlian yang layak

dalam urusan perbendaharaan;

2. Jujur, tekun, lugas dan akurat;

3. Tidak berada dalam kesulitan finansial;

4. Tidak pernah dihukum karena terlibat perkara

tindak pidana di bidang keuangan;

5. Harus berpenghasilan tetap dan mempunyai

tempat tinggal sendiri.

Pasal 9

Tatalaksana Pembukuan

1. Tata Pembukuan GPIB disesuaikan dengan

sifat dan volume kegiatan masing-masing unit

organisasi, namun harus dengan sasaran

terjaminnya:

a. Pencatatan mutasi keuangan dan harta

milik GPIB secara baik, tertib dan teratur

b. Pemeriksaan/control pembukuan yang

baik

Pasal 8

Pasal 8:1 : Cukup jelas

Pasal 8:2 : Cukup jelas

Pasal 8:3 : Cukup jelas

Pasal 8:4 : Cukup jelas

Pasal 8:5 : Cukup jelas

Pasal 9

Pasal 9:1 : Cukup jelas

Pasal 9:1.a : Cukup jelas

Pasal 9:1.b : Cukup jelas

Page 16: LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak ......80 c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau

93

c. Penyusunan anggaran penerimaan dan

pengeluaran yang efektif dan efisien

d. Penyusunan laporan penerimaan dan

pengeluaran tepat waktu.

2. Dalam sistem pembukuan digunakan:

a. Buku Harian (kas, bank dan memorial)

b. Buku Besar dan Buku Pembantu

c. Daftar Perhitungan Penerimaan dan

Pengeluaran

3. Setiap akhir minggu/akhir bukan Bendahara

bersama fungsionaris Majelis Sinode/PHMJ

lain yang ditugaskan untuk itu, melakukan

perhitungan kas (kas Opname) dan

memeriksa kebenaran formal dari bukti

penerimaan/pengeluaran kas yang telah

dibukukan dan hasilnya dimuat dalam berita

acara pemeriksanaan

4. Setiap akhir bulan, Bendahara bersama

fungsionaris Majelis Sinode/PHMJ lain yang

ditugaskan untuk itu, melakukan pencocokan

saldo menurut buku bank dengan rekening

Koran yang diterima dari bank

5. Majelis Sinode/Majelis Jemaat wajib

Pasal 9:1.c : Cukup jelas

Pasal 9:1.d : Cukup jelas

Pasal 9:2 : Cukup jelas

Pasal 9:2.a : Cukup jelas

Pasal 9:2.b : Cukup jelas

Pasal 9:2.c : Cukup jelas

Pasal 9:3 : Cukup jelas

Pasal 9:4 : Cukup jelas

Pasal 9:5 : Cukup jelas

Page 17: LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak ......80 c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau

94

menyusun dan memutakhirkan daftar

inventaris GPIB yang berada di bawah

penguasaannya setiap akhir tahun buku.

Pasal 10

Laporan Keuangan

1. Laporan Keungan terdiri atas:

a. Laporan Penerimaan dan Pengeluaran

b. Laporan harta milik bergerak dan tidak

bergerak

c. Catatan atas laporan keuangan

2. Laporan penerimaan dan pengeluaran dibuat

oleh Majelis Jemaat untuk diinformasikan

secara mingguan dan bulanan melalui warta

jemaat;

3. Laporan keuangan dibuat oleh Majelis Jemaat

setiap akhir triwulan dan akhir tahun buku

untuk bahan Sidang Majelis Jemaatt. Laporan

keuangan untuk Majelis Sinode disertai

laporan dari BPPJ

4. Laporan keuangan yang telah diperiksa oleh

BPPG dibuat oleh Majelis Sinode setiap

akbhir tahun semester dan akhir tahun buku

untuk disampaikan kepada jemaat-jemaat.

Pasal 10

Pasal 10:1 : Cukup jelas

Pasal 10:1.a : Cukup jelas

Pasal 10:1.b : Cukup jelas

Pasal 10:1.c : Cukup jelas

Pasal 10:2 : Cukup jelas

Pasal 10:3 : Cukup jelas

Pasal 10:4 : Laporan keuangan majelis Sinode

harus disertai neraca

Page 18: LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak ......80 c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau

95

Bila dianggap perlu Majelis Sinode dapat

meminta akuntan public untuk mengaudit

laporan keuangan Majelis Sinode

5. Laporan pertanggungjawaban keuangan

dibuat oleh Majelis Jemaat pada akhir masa

tugasnya untuk bahan Sidang Majelis Jemaat

dengan disertai laporan BPPJ

6. Laporan keungan dalam rangka alih tugas

Pendeta/Ketua Majelis Jemaat terdiri atas

laporan kas dan bank, daftar inventaris Jemaat

serta memori akhir tugas

7. Laporan pertanggungjawaban yang dilakukan

oleh PHMJ lama kepada PHMJ baru harus

disertai pemeriksaan fisik sebelum

penandatanganan berita acara dilakukan

8. Bentuk laporan penerimaan dan pengeluaran

serta laporan keuanganb, sebagaimana

dimaksud dalam ayat 1,2,3 dan 4 diatur dalam

Peraturan Pelaksanaan

9. Semua laporan Keuangan di Jemaat, ditanda

tangani oleh Ketua IV dan Bendahara PHMJ

10. Laporan keuangan tahunan Majelis Jemaat

disampaikan kepada Majelis Sinode dengan

Pasal 10:5 : Cukup jelas

Pasal 10:6 : Cukup jelas

Pasal 10:7 : Cukup jelas

Pasal 10:8 : Cukup jelas

Pasal 10:9 : Cukup jelas

Pasal 10: 10 : Cukup jelas

Page 19: LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak ......80 c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau

96

tembusan kepada BP Mupel untuk menjadi

materi dalam Persidangan Sinode Tahunan

11. Laporan keuangan Majelis Sinode

disampaikan setiap 3 (tiga) bulan kepada

jemaat-jemaat dan secara tahunan pada

Persidangan Sinode Tahunan setelah

diperiksa oleh BPPG

12. Setiap akhir masa tugas. PHMJ

menyampaikan laporan keuangan yang telah

diperiksa BPPJ termasuk tunggakan

kewajiban-kewajiban jemaat yang

dicantumkan dalam lampiran berita acara

seraj terima

Pasal 11

Sanksi

1.Apabila dalam melakukan kegiatan

sebagaiman dimaksud dalam pasal 10 ayat (3)

terdpat ketidakcocokan antara saldo fisik kas

dan buku kas, maka ditempuh penyelesaian

sebagai berikut:

a. Dalam hal terjadi kelebihan fisik kas, maka

kelebihan tersebut dibukukan sebagai

penerimaan Majelis Sinode/Majelis

Pasal 10: 11 : Cukup jelas

Pasal 10: 12 : Cukup jelas

Pasal 11

Pasal 11:1 : Cukup jelas

Pasal 11:1.a : Cukup jelas

Page 20: LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak ......80 c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau

97

Jemaat.

b. Dalam hal terjadi kekuarangan fisik kas

yang tidak disengaja, maka kekurangan ini

dibukukan sebagai piutang/tagihan Majelis

Sinode/Majelis Jemaat terhadap pemegang

kas/Bendahara/Bendhara I, sedangkan

jangka waktu penyelesaiannya ditetapkan

oleh Majelis Sinode/PHMJ

c. Dalam hal terjadi kekurangan fisik kas

yang disengaja dan telah terbukti melalui

pemeriksaan oleh BPPG/BPPJ, maka

pemegang kas diwajibkan mengganti

kekuarangan yang dimaksud

d. Dalam hal pemegang kas menolak

bertangungjawab untuk mengganti

kekurangan sebagaimana dimaksud dalam

butir c, kepadanya dilakukan langkah-

langkah pastoral dan bila tidak terjadi

penyelesaiannya maka diselesaikan

menurut ketentuan hukum yang berlaku

e. Dalam hal yang bertanggungjawab atas

kekuarangan fisik kas sebagaimana

dimaksud dalam butir c adalah Presbiter

Pasal 11:1.b : Cukup jelas

Pasal 11:1.c : Cukup jelas

Pasal 11:1.d : Lihat peraturan kepegawaian

GPIB.

Pasal 11:1.e : Cukup jelas

Page 21: LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak ......80 c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau

98

GPIB yang tidak tunduk pada Peraturan

Perbendaharaan yang berlaku, maka

terhadap yang bersangkutan berlaku

ketentuan yang diatur dalam ayat-ayat

berikut.

2. Jika terjadi pelanggaran yang mengakibatkan

kerugian harta milik/kekayaan GPIB yang

dilakukan oleh fungsionaris pelayanan GPIB

yang tidak tunduk pada Peraturan yang

berlaku, dikenakan sanksi dalam jiwa dan

semangat yang sama sebagaimana dimaksud

dalam ayat 1a,b,c

3.Sanksi bagi Presbiter GPIB di jemaat yang

tidak tunduk pada peraturan Perbendaharaan

yang berlaku dilakukan oleh Majelis Sinode

atas usul Majelis Jemaat.

4.Langkah-langkah yang perlu ditempuh

sebelum pemberian sanksi, diatur sebagai

berikut:

a. BPPG/BPPJ secara khusus menyurati

Majelis Sinode/Majelis Jemaat dan

dengan tegas memberi penjelasan dan

mengenai adanya indikasi pelanggaran

Pasal 11: 2 : Cukup jelas

Pasal 11: 3 : Cukup jelas

Pasal 11: 4 : Cukup jelas

Pasal 11:4.a : Cukup jelas

Page 22: LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak ......80 c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau

99

b. Pegawai yang bersangkutan dinonaktifkan

sementara dan selama masa non-aktif

hanya berhak atas 50% gaji/honor dan

semua hak dan fasilitas lain dihentikan

c. Panitia Ad Hoc dibentuk oleh Majelis

Jemaat/Majelis Sinode untuk melakukan

pemeriksaan, terkait adanya

penyimpangan

d. Pribadi yang bersangkutan berhak untuk

melakukan pembelaan dihadapan panitia

Ad Hoc

e. Keputusan tentang pemberian sanksi atau

pembebasan diambil dalam Sidang

Majelis Jemaat/Sidang Majelis Sinode

5. Sanksi yang dikenakan terdiri atas 2 (dua)

pilihan:

a. Diberhentikan dengan hormat dengan

mengganti kerugian yang ditimbulkan

b. Diselesaikan melalui jalur hukum

6. Jika pegawai yang bersangkutan terbukti tidak

melakukan pelanggaran, maka yang

bersangkutan dipulihkan kembali pada

kedudukan semula dengan hak penuh atas

Pasal 11:4.b : Cukup jelas

Pasal 11:4.c : Cukup jelas

Pasal 11:4.d : Cukup jelas

Pasal 11:4.e : Cukup jelas

Pasal 11:5 : Cukup jelas

Pasal 11:5.a : Cukup jelas

Pasal 11:5.b : Cukup jelas

Pasal 11: 6 : Cukup jelas

Page 23: LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak ......80 c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau

100

segala yang menjadi haknya dengan berlaku

surut

7. Panitia Ad Hoc lingkup jemaat diangkat oleh

Majelis Jemaat yang terdiri atas warga jemaat

dan berintegrasi tinggi

8. Biaya panitia Ad Hoc dibebankan pada

anggaran Majelis Jemaat/Majelis Sinode

9. Sanksi yang dijatuhkan Majelis

Jemaat/Majelis Sinode bersifat final, yang

dipertegas oleh Majelis Sinode dengan Surat

Keputusan

Pasal 12

Anggaran Penerimaan dan Pengeluaran

1. Dalam rangka mendukung upaya pencapaian

sasaran PKUPPG yang secara operasional

dijabarkan dalam rencana kerja tahunan,

GPIB menyusun anggaran tahunannya yang

terdiri atas anggaran penerimaan dan

pengeluaran

2. Anggaran dimaksud berfungsi sebagai alat

pengendalian keuangan baik penerimaan

maupun pengeluaran, secara efektif dan

efisien dalam upaya pencapaian hasil

Pasal 11:7 : Cukup jelas

Pasal 11:8 : Cukup jelas

Pasal 11: 9 : Cukup jelas

Pasal 12

Pasal 12:1 : Cukup jelas

Pasal 12: 2 : Cukup jelas

Page 24: LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak ......80 c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau

101

optimal dari pelaksanaan rencana kerja GPIB

3. Tahun anggaran adalah sama dengan tahun

buku yaitu mulai 1 April samapi dengan 31

Maret tahun berikutnya

4. Anggaran disusun dalam kelompok anggaran

rutin, non-rutin dan proyek

5. Jika diperlukan dapat diadakan anggaran

tambahan/suplesi paling cepat setelah

triwulan 2 pada tahun anggaran berjalan

Pasal 13

Anggaran Majelis Sinode/Majelis Jemaat

1. Anggaran tahunan GPIB pada lingkup

Jemaat disusun oleh Majelis Jemaat melalui

PHMJ, kemudian diminta pengesahannya

oleh dan di dalam Sidang Majelis Jemaat

setiap tahun sebelum tahun anggaran baru

dimulai. Anggaran tahunan GPIB pada

lingkup Sinodal disusun oleh Majelis Sinode

dan disahkan dalam PST

2. Anggaran GPIB pada lingkup jemaat disusun

dengan memperhatikan hasil PST, hasil

Rapat mupel, hasil Sidang Majelis Jemaat,

Pasal 12:3 : Cukup jelas

Pasal 12:4 : Cukup jelas

Pasal 12:5 : Cukup jelas

Pasal 13

Pasal 13:1 : Cukup jelas

Pasal 13:2 : Cukup jelas

Page 25: LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak ......80 c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau

102

dan pendapat/usul dari warga sidi Jemaat

dalam pertemuan warga sidi jemaat serta

Badn-badan Pelaksana di dalam jemaat

3. Penyusunan anggaran GPIB pada lingkup

jemaat harus mencerminkan pemahaman

jemaat missioner melalui rencana

kerja/program kerja unit-unit missioner

4. Anggaran tahunan BPPG/BPPJ disusun oleh

BPPG/BPPJ dan dimasukkan dalam

anggaran tahunan Majelis Sinode/Majelis

Jemaat untuk disahkan pada lingkupnya

masing-masing

Pasal 14

Ketentuan Penutup

1. Peraturan no 6 ini mulai berlaku sejak

tanggal ditetapkan

2. Dengan ditetapkannya peraturan ini, maka

semua ketentuan tentang Perbendaharaan

GPIB yang ditetapkan sebelumnya tidak

berlaku lagi

3. Apabil ada hal-hal yang belum diatur oleh

peraturan ini, maka Majelis Sinode dapat

menyusun dan menetapkannya dalam Sidang

Pasal 13:3 : Cukup jelas

Pasal 13: 4 : Cukup jelas

Pasal 14

Pasal 14:1 : Cukup jelas

Pasal 14: 2 : Cukup jelas

Pasal 14: 3 : Cukup jelas

Page 26: LAMPIRAN: Undang-Undang no 20 Tahun 2001 Tindak ......80 c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau

103

Majelis Sinode dan melaporkannya kepada

Persidangan Sinode yang terdekat

4. Perubahan Peraturan ini hanya dapat

dilaksanakan di dalam dan oleh Persidangan

Sinode bila:

a. Diusulkan oleh lebih dari 2/3 jumlah

jemaat atau;

b. Diusulkan oleh Majelis Sinode setelah

disetujui oleh lebih dari 2/3 jumlah

jemaat;

c. Usul-usul perubahan disampaikan

selambat-lambatnya 1(satu) tahun

sebelum Persidangan Sinode

Pasal 14:4 : Cukup jelas

Pasal 14:4. : Cukup jelas

Pasal 14:4.b : Cukup jelas

Pasal 14:4.c : Cukup jelas