105
LAMPIRAN PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1975 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA II (1 APRIL 1974 S/D 31 MARET 1975 ) REPUBLIK INDONESIA i

LAMPIRAN · Web viewDi samping peningkatan produksi dan perbaikan/perluasan jaringan distribusi dalam tahun 1974/75 juga diadakan studi dan perencanaan air minum di beberapa kota

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

LAMPIRAN

LAMPIRAN

PIDATO KENEGARAANPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DI DEPAN SIDANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

16 AGUSTUS 1975

PELAKSANAAN TAHUN PERTAMAREPELITA II

(1 APRIL 1974 S/D 31 MARET 1975 )

REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ISI :

Halaman

Bab I.

Umum:

9

Bab II.

Keuangan Negara

61

Bab III.

Perkembangan Harga, Jumlah Uang Ber-

edar, Perkreditan Bank, dan Lembaga‑

lembaga Keuangan

109

Bab IV.

Neraca Pembayarandan Perdagangan

Luar Negeri

159

Bab V.

Pengembangan Dunia Usaha

201

Bab VI.

Pertanian

235

Bab VII.

Pangan dan Perbaikan Gizi

303

Bab VIII.

Industri dan Pertambangan

329

Bab IX.

Prasarana: Pengairan, Listrik, dan Per‑

hubungan

397

Bab X.

Koperasi dan Perdagangan Dalam Negeri

47D

Bab XI.

Tenaga Kerja dan Transmigrasi

509

Bab XII.

PembangunanDaerah,Pedesaan, dan

Kota

547

Bab XIII.

Agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa

605

3

Halaman

Bab XIV.

Pendidikan, Pembinaan Generasi Muda

dan Kebudayaan Nasional

623

Bab XV.

Kesehatan, Keluarga Berencana, dan Ke‑

sejahteraan Sosial

661

Bab XVI.

Perumahan Rakyat dan Penyediaan Air

Minum

709

Bab XVII.

Ilmu Pengetahuan Teknologi, Penelitian,

dan Statistik

723

Bab XVIII.

Tertib Hukum dan, Pembinaan Hukum

755

Bab XIX.

Penerangan dan Komunikasi Sosial

769

Bab XX.

Administrasi Pemerintah

781

BAB I

UMUM

Laporan mengenai pelaksanaan tahun pertama Repelita II ini merupakan lampiran Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia di depan Sidang Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 16 Agustus 1975.

Garis-garis Besar Haluan Negara telah menetapkan Pola Dasar Pembangunan Nasional, Pola Umum Pembangunan Jang-ka Panjang, dan Pola Umum Pembangunan Lima Tahun Kedua.

Sebagai pelaksanaan dari Pola Umum Pembangunan Lima Tahun disusunlah Repelita II yang berlangsung dari 1 April 1974 sampai dengan 31 Maret 1979. Pelaksanaan tahun pertama Repelita II dimulai pada tanggal 1 April 1974 dan berlangsung hingga tanggal 31 Maret 1975.

Adapun sasaran utama pembangunan jangka panjang adalah terciptanya landasan yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan sendiri menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Seperti halnya dengan setiap tahap pembangunan, maka tujuan Repelita II adalah meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat serta meletakkan landasan yang kuat untuk tahap pembangunan berikutnya.

Dalam Repelita II diusahakan untuk mempertahankan dan meningkatkan hasil-hasil positif yang dicapai selama Repelita I. Di lain pihak juga diadakan penyempurnaan atas kekurangan-kekurangan dan dihindari sejauh mungkin akibat-akibat negatif yang timbul bersamaan dengan hasil-hasil yang dicapai. Dalam hubungan ini, usaha-usaha selama Repelita II banyak diarahkan kepada masalah-masalah yang sejak semula disadari belum terpecahkan dalam Repelita I seperti perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, pembagian pendapatan

dan hasil-hasil pembangunan yang lebih merata, peningkatan laju perkembangan ekonomi di daerah-daerah, penyempurnaan dan peningkatan fasilitas pendidikan, kesehatan, perumahan, dan lain-lain.

Untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dalam Repelita II maka diusahakan untuk meningkatkan produksi nasional nyata dengan laju pertumbuhan antara 7 sampai 8% atau rata-rata 7,5% setiap tahun.

Dewasa ini perhitungan produksi nasional, pendapatan nasional, investasi, tabungan, dan lain-lain belum sepenuhnya mantap dan masih terus disempurnakan. Namun, perhitungan sementara menunjukkan bahwa produksi nasional nyata se-lama tiga tahun terakhir 1972 — 1974 telah meningkat dengan lebih pesat dari pada yang diperkirakan semula, yaitu dengan rata-rata sekitar 9% setahun.

Perkembangan produksi nasional. juga menunjukkan perubahan kearah suatu struktur perekonomian yang lebih seimbang. Disamping itu pertumbuhan produksi nasional telah mendorong pula perluasan kesempatan kerja.

Laju pertumbuhan ekonomi yang pesat selama tiga tahun terakhir ini disebabkan oleh karena investasi yang sangat meningkat. Sejalan dengan peningkatan investasi tersebut, pengerahan dana-dana dalam negeri juga semakin ditingkatkan baik dalam bentuk deposito dan. tabungan masyarakat maupun tabungan Pemerintah.

Tabungan Pemerintah yang diperoleh selama tahun 1974/ 75 tetap diusahakan dengan berpegang teguh kepada prinsip anggaran berimbang sebagai salah satu pokok kebijaksanaan fiskal yang menunjang usaha stabilisasi dan pembangunan ekonomi. Disamping mengumpulkan dana untuk pembiayaan kegiatan pembangunan, serta memelihara kestabilan ekonomi, kebijaksanaan fiskal dalam tahun 1974/75 juga memainkan peranan dalam menciptakan iklim yang dapat merangsang dunia usaha agar lebih bergairah melaksanakan investasi dan me‑

ngembangkan usahanya di bidang yang produktif. Kebijaksana- an perpajakan, di samping untuk meningkatkan penerimaan negara, juga diarahkan untuk mendorong tabungan masyarakat, mendorong kegiatan investasi, dan mempengaruhi penentuan arah penggunaannya. Pengeluaran pemerintah diusahakan pula untuk memberikan pengaruh yang positif terhadap hal-hal tersebut.

Dalam tahun 1974/75 peranan kebijaksanaan fiskal juga semakin ditingkatkan untuk mencapai sasaran usaha pemerataan pendapatan, perluasan kesempatan kerja, peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, peningkatan keadilan sosial, usaha memperkuat golongan ekonomi lemah, dan perluasan kesejahteraan rakyat.

Hasil dari pada langkah-langkah serta kebijaksanaan yang telah dijalankan di bidang fiskal selama tahun 1974/75, tercermin pada realisasi APBN. Di dalam tahun 1974/75, penerimaan dalam negeri mencapai jumlah Rp. 1.753,7 milyar. Dibandingkan dengan tahun 1973/74, realisasi penerimaan dalam negeri tahun 1974/75 telah meningkat dengan Rp. 786,0 milyar atau 81,2%. Pesatnya kenaikan ini terutama disebabkan oleh karena pesatnya perkembangan penerimaan pajak perusahaan minyak bumi.

Realisasi pengeluaran rutin dalam tahun 1974/75 mencapai jumlah sebesar Rp. 1.016,1 milyar yang berarti meningkat dengan 42,5% dibandingkan dengan tahun 1973/74. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh kenaikan pada belanja pegawai, belanja barang dalam negeri, dan subsidi daerah otonom. Hal ini adalah sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah untuk secara bertahap memperbaiki, gaji pegawai negeri serta meningkatkan mutunya, meningkatkan mutu dan jumlah pelayanan Pemerintah kepada masyarakat, dan meningkatkan pemeliharaan kekayaan negara yang setiap tahun semakin bertambah sebagai akibat dari pembangunan,

Dengan adanya peningkatan yang lebih pesat pada penerimaan dalam negeri dibandingkan dengan peningkatan yang

terjadi pada pengeluaran rutin, maka di dalam tahun 1974/75 tabungan pemerintah telah bertambah dengan lebih besar lagi menjadi Rp. 737,6 milyar. Dibandingkan dengan tahun 1973/74 maka dalam tahun 1974/75 tabungan pemerintah telah meningkat dengan Rp. 483,2 milyar, atau 189,9%.

Penerimaan luar negeri yang berupa nilai lawan bantuan program menurun menjadi Rp. 36,1 milyar, sedang di lain fihak bantuan proyek meningkat menjadi Rp. 195,9 milyar dalam tahun 1974/75. Dengan demikian maka realisasi dana pembangunan dalam tahun 1974/75 mencapai jumlah sebesar Rp. 969,6 milyar yang berarti suatu peningkatan sebesar Rp. 511,3 milyar atau 111,6% dibandingkan dengan realisasi dana pembangunan tahun 1973/74.

Adapun komposisi dana pembangunan juga mengalami perubahan. Dalam tahun 1974/75 tabungan pemerintah meningkat menjadi 76,1% sedangkan bagian daripada bantuan program menurun dengan drastis sekali menjadi 3,7% dan bagian dari bantuan proyek menurun menjadi 20,2%. Dengan demikian maka dana bantuan luar negeri dalam tahun 1974/75 semakin mengarah ke dalam bentuk bantuan proyek dan semakin berfungsi sebagai pelengkap. Hal ini mencerminkan berhasilnya usaha-usaha untuk semakin besar membiayai kegiatan pembangunan dengan sumber-sumber dana dalam negeri.

Dalam tahun 1974/75 pengeluaran pembangunan yang direncanakan sebesar Rp. 615,7 milyar, realisasinya mencapai jumlah sebesar Rp. 961,8 milyar. Hal ini dimungkinkan oleh karena terjadinya peningkatan yang sangat pesat dari dana pembangunan khususnya tabungan pemerintah sebagai hasil kombinasi daripada peningkatan yang pesat pada penerimaan dalam negeri serta pengendalian di bidang pengeluaran rutin. Dibandingkan dengan tahun 1973/74 pengeluaran pembangun‑ an telah meningkat dengan Rp. 510,9 milyar atau 113,3% dalam tahun 1974/75.

Selama tiga tahun pertama Repelita I, yaitu dari tahun 1969/70 hingga 1971/72 laju inflasi senantiasa dapat ditekan

hingga mencapai 0,9% dalam tahun 1972/73 dibandingkan dengan 650% dalam tahun 1966. Akan tetapi akibat turunnya produksi pangan yang disebabkan karena musim kemarau yang panjang disertai dengan terjadinya krisis pangan di dunia, maka harga beras menjelang akhir tahun 1972 telah melonjak dengan cepat. Keadaan ini telah menyebabkan bahwa laju inflasi dalam tahun 1972/73 telah meningkat menjadi 20,7%. Laju inflasi lebih meningkat lagi dalam tahun 1973/ 74, yaitu menjadi 47,4%.

Pada tanggal 9 April 1974 Pemerintah telah melaksanakan serangkaian kebijaksanaan di bidang fiskal, perkreditan dan perdagangan untuk mengendalikan inflasi tanpa mengurangi laju pembangunan. Di samping itu Pemerintah juga telah mengambil tindakan untuk menjamin persediaan, penyaluran dan harga barang-barang yang penting seperti beras, gula, tepung terigu, pupuk, kapas, semen dan sebagainya melalui pengadaan stock nasional dan peningkatan fasilitas perdagangan. Berkat usaha-usaha tersebut maka laju inflasi selama tahun 1974/75 menurun sampai 20,1%. Perkembangan harga di dalam negeri juga dapat dilihat dari perkembangan indeks 9 macam bahan pokok. Dalam tahun 1972/73 prosentase kenaikan indeks 9 bahan pokok ini berjumlah 47,9% untuk kemudian mengalami penurunan hingga mencapai 31,2% dalam tahun 1973/74. Dalam tahun 1974/75 indeks 9 bahan pokok meningkat dengan 11,2% atau rata-rata 0,9% sebulan.

Sehubungan dengan pengendalian inflasi diusahakan pula pengendalian jumlah uang beredar. Sampai dengan akhir Maret 1975 jumlah uang beredar mencapai Rp. 1.025,8 milyar atau kenaikan sebanyak 30,8% dalam setahun. Dalam tahun 1973/74 jumlah uang beredar telah meningkat sebesar 47,9%.

Dalam rangka kebijaksanaan pengendalian inflasi maka dalam tahun 1974/75 terhadap bank-bank dikenakan pemba-tasan ekspansi pemberian kredit. Di samping itu telah diadakan perubahan dalam penggolongan suku bunga kredit dan ketentuan likwiditas minimum yang harus dipelihara oleh

bank. Selama tahun 1974/75 telah terjadi kenaikan kredit perbankan sebesar 44,4% dibandingkan dengan kenaikan sebanyak 57,9% dalam tahun 1973/74. Pada akhir Maret 1975 posisi kredit perbankan mencapai Rp. 1.755,7 milyar. Adapun kredit investasi telah mengalami kenaikan sebesar 20,8% dalam tahun 1974/75, sedangkan penggunaan yang terbesar adalah untuk sektor industri, perhubungan dan pertanian. Kredit investasi kecil dan kredit modal kerja permanen juga telah menunjukkan perkembangan yang meningkat.

Kebijaksanaan pengendalian inflasi meliputi juga tindakan-tindakan yang ditujukan pada peningkatan dana-dana tabungan masyarakat. Suku bunga deposito dengan jangka waktu 12 bulan, dinaikkan dari 15% menjadi 18% per tahun. Di samping itu dibentuk program deposito baru dengan jangka waktu 18 bulan dan 24 bulan, dengan suku bunga masingmasing 2% dan 2,5% sebulan. Dengan mulai menurunnya laju inflasi di dalam negeri, maka pada akhir Desember 1974 suku bunga deposito berjangka 18 bulan dan 24 bulan ini masingmasing diturunkan menjadi 1,75% dan 2% sebulan. Dalam tahun 1974/75 jumlah deposito berjangka mencapai kenaikan terbesar bila dibandingkan dengan kenaikan dalam tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp, 124,6 milyar atau 86,6%, yang terutama disebabkan karena peningkatan yang pesat dari deposito berjangka waktu 24 bulan.

Perkembangan neraca pembayaran Indonesia selama tahun 1974/75 sangat dipengaruhi oleh perkembangan dunia. Setelah mengalami resesi lunak dalam tahun 1970 dan 1971, ekonomi dunia mengalami ekspansi kembali dalam tahun 1972 dan 1973 yang diikuti dengan kenaikan laju inflasi. Berbagai langkah telah ditempuh untuk menanggulangi inflasi ini, akan tetapi tindakan-tindakan tersebut tidak berhasil membendung inflasi, bahkan telah menimbulkan stagnasi dan pengangguran.

Sebagai akibat dari kenaikan harga minyak bumi selama tahun 1974, maka kebijaksanaan Pemerintah dalam tahun

1974/75 antara lain ditujukan untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dengan sekaligus menjaga agar perkembangan tingkat harga di dalam negeri tidak mengalami kegoncangan. Dalam rangka ini maka kebijaksanaan perdagangan dan keuangan luar negeri ditujukan untuk menghadapi pengaruh yang tidak menguntungkan yang bersumber pada pergolakan ekonomi dunia.

Dalam hal ekspor barang-barang tradisionil, kebijaksanaan diarahkan untuk meningkatkan daya saing di pasaran internasional melalui usaha-usaha standardisasi dan pengawasan mutu dan menekan biaya produksi. Berbagai usaha juga telah dilaksanakan untuk mengembangkan ekspor barang baru dengan potensi pertumbuhan yang tinggi, seperti misalnya penjajagan terhadap pasaran potensiil di Australia dan Eropa Timur, dimulainya draw back system, pembangunan wilayah pengolahan ekspor, dan sebagainya.

Kebijaksanaan impor yang tetap dianut ialah untuk merobah pola impor sehingga komposisi impor berangsur-angsur bergeser dari impor barang konsumsi ke impor bahan baku dan barang modal.

Mulai tahun 1974/75 Pemerintah Indonesia telah menyatakan kesediaannya untuk menerima pinjaman luar negeri dengan syarat-syarat yang kurang lunak. Kesediaan tersebut didasarkan kepada kenyataan bahwa keadaan perekonomian Indonesia umumnya, neraca pembayaran pada khususnya, telah mampu untuk menerima pinjaman yang kurang lunak. Dalam menerima pinjaman luar negeri dengan syarat-syarat yang kurang lunak tersebut, Pemerintah tetap memperhitungkan kemampuan membayar kembali di masa depan. Prinsip kebijaksanaan ini adalah agar pelunasan hutang-hutang tidak terlalu membebani neraca pembayaran dan cadangan devisa.

Dalam menghadapi perkembangan ekonomi dan perdagangan internasional yang tidak stabil dewasa ini, berbagai tindakan telah mulai dilaksanakan dalam tahun 1974/75 dalam

rangka kerjasama ekonomi dengan negara-negara lain, khususnya dalam rangka ASEAN, seperti misalnya mendirikan atau memperkuat asosiasi para produsen barang yang sama.

Neraca pembayaran Indonesia dalam tahun 1974/75 menunjukkan bahwa nilai ekspor telah meningkat dengan pesat sekali dan mencapai US $ 7.186 juta, atau suatu peningkatan sebesar 98,9% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Pertumbuhan yang tinggi tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan nilai ekspor minyak bumi. Nilai ekspor minyak bumi bruto dan netto masing-masing meningkat menjadi US $ 5.153 juta dan US $ 2.638 juta. Nilai ekspor bukan minyak dalam tahun 1973/74 adalah US $ 2.033 juta.

Nilai impor dalam tahun 1974/75 juga menunjukkan kenaikan cukup besar, yaitu dengan 66,1% menjadi US $ 5.107 juta. Adapun pengeluaran jasa-jasa netto menunjukkan kenaikan sebesar 73,7% dalam tahun 1974/75 menjadi US $ 2.249 juta. Dengan demikian transaksi berjalan dalam tahun 1974/75 menunjukkan defisit sebesar US $ 170 juta dibandingkan dengan defisit tahun 1973/74 sebesar US $ 756 juta.

Kebijaksanaan di bidang penanaman modal terutama ditujukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan usaha, memperluas penyebaran kegiatan penanaman modal ke daerah-daerah, memperluas lapangan kerja dalam masyarakat dan untuk menggarap potensi penanaman modal yang ada.

Jumlah penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang telah disetujui dalam tahun 1974/75 meliputi 210 proyek dengan rencana penanaman modal sebesar Rp. 193,1 milyar. Jumlah Penanaman Modal Asing (PMA) yang disetujui dalam tahun tersebut meliputi 72 buah proyek dengan rencana penanaman modal sebesar US $ 627,3 juta.

Dalam tahun-tahun terakhir ini mulai ada modal yang ditanamkan dalam industri pengolahan bahan baku menjadi bahan setengah jadi.

Sampai tahun 1974/75 penanaman modal yang terbesar terjadi dalam sektor industri. Sampai dengan tahun 1974/75 PMDN yang disetujui seluruhnya meliputi 2.267 proyek dengan investasi Rp. 1.543,5 milyar. Dari jumlah proyek tersebut untuk sektor industri berjumlah 1.668 buah dengan investasi sebesar Rp. 966,413 milyar. Sisanya untuk 8 sektor yang lain; di antaranya yang memperoleh bagian yang jauh lebih besar dari yang lain-lain adalah sektor kehutanan dengan 265 proyek dan investasi sebesar Rp. 174,885 milyar.

Selanjutnya sampai dengan tahun tersebut PMA yang direalisir seluruhnya meliputi 527 proyek dengan investasi sebesar US $ 1.880,6 juta. Dari jumlah tersebut yang dilaksanakan dalam sektor industri meliputi 322 proyek dengan investasi sebesar US $ 1.208,3 juta. Dari sisanya sebanyak 17 proyek dengan investasi sebesar US $ 226,8 juta dilaksanakan dalam sektor pertambangan dan 70 proyek dengan investasi sebesar US $ 219,5 juta diilaksanakan dalam sektor kehutanan. Proyekproyek yang lain terbagi di antara 6 sektor lainnya.

Baik proyek-proyek PMDN maupun proyek-proyek PMA yang disetujui sebagian besar berlokasi di Jakarta dan Jawa Barat, tetapi PMDN dan PMA di daerah-daerah lain juga semakin nampak, terutama di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan.

Perluasan kesempatan kerja yang terjadi berkat perkembangan PMDN dan PMA sampai dengan tahun 1974/75 masingmasing telah berhasil menampung 694.708 tenaga dan 393.262 tenaga.

Dalam rangka pengembangan golongan ekonomi lemah kredit yang khusus disediakan atas dasar syarat-syarat yang diperingan selama tahun 1974 mencapai Rp. 15.254,9 juta untuk Kredit Investasi Kecil (KIK) dan Rp. 15.508,5 juta untuk Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP). Sampai akhir Maret 1975 KIK bertambah menjadi Rp. 18.767,7 juta dan KMKP menjadi Rp. 17.913,9 juta.

Selanjutnya, dalam rangka pengembangan golongan ekonomi lemah, departemen-departemen juga melaksanakan kegiatan sesuai dengan bidang tugas masing-masing. Usaha-usaha tersebut pada umumnya meliputi kegiatan : membantu meningkatkan ketrampilan teknis dan kemampuan management golongan-golongan yang bersangkutan, memberi nasehat-nasehat bagaimana memperoleh kredit, dan membantu mereka agar dapat mempertinggi daya guna pemanfaatan kredit yang mereka peroleh.

Dalam melaksanakan program pengembangan golongan ekonomi lemah departemen-departemen yang bersangkutan mengadakan kerja sama dengan Perguruan-perguruan Tinggi.

Produksi hasil pertanian dalam tahun 1974 menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Produksi beras tahun 1974 mencapai 15,45 juta ton, 5,7% lebih tinggi dari pada produksi tahun 1973 dan 17,2% lebih tinggi dibanding dengan produksi tahun 1972. Peningkatan produksi beras ini merupakan hasil dari sistim pengairan yang lebih baik, perluasan areal panen dan kenaikan hasil rata-rata per hektar.

Luas areal panenan tahun 1974 meliputi 7.376 ribu ha, sedang dalam tahun 1973 dan 1972 masing-masing luas areal panen meliputi 7.063 ribu ha dan 6.602 ribu ha. Hasil rata-rata per hektar, berkat perluasan kegiatan intensifikasi dengan menggunakan Panca Usaha Lengkap, dalam tahun 1974 dapat mencapai 34,8 kwintal padi per hektar, sedang dalam tahun 1973 dan 1972 masing-masing hanya mencapai 33,4 dan 32,10 kwintal per hektar.

Luas areal Bimas Baru dalam tahun 1974 meliputi 2.472 ribu ha, yang berarti lebih dari dua kali lebih besar dari luas Bimas Baru tahun 1973.

Pemberantasan hama tahun 1974 dipergiat, terutama di daerah-daerah yang menghendaki eksplosi.

Seiring dengan usaha menaikkan produksi beras dan hasil pertanian lainnya, prasarana institusionil produksi dan tata‑

niaga dalam tahun 1974 telah ditingkatkan juga. Dalam tahun 1972 jumlah PPL 2.1747 orang dan jumlah BUUD/KUD 633 buah. Da1am tahun 1974 jumlah PPL mencapai 4.517 orang dan jumlah BUUD/KUD meliputi 3.119 buah.

Produksi palawija tahun 1974 lebih tinggi dari tahun 1973, kecuali produksi jagung yang lebih rendah karena luas panennya menurun. Produksi hortikultura juga naik.

Produksi perkebunan rakyat dikembangkan dengan menggunakan cara pendekatan yang menyeluruh. Pengembangan perkebunan inti untuk membantu perkembangan perkebunan rakyat juga telah mulai dirintis. Produksi kelapa, kapas dan tebu dalam tahun 1974 meningkat, sedang produksi cengkeh menurun. Usaha mengembangkan produksi kapas ditingkatkan terus.

Tanaman tebu rakyat mulai dikembangkan dengan memberikan peranan bimbingan yang lebih besar kepada pabrik gula.

Dalam perkebunan besar, baik negara maupun swasta, produksi setiap jenis hasil dalam tahun 1974 bertambah.

Ekspor hasil-hasil pertanian, seperti kelapa sawit, teh, gaplek, juga naik, sedang ekspor lada menurun.

Produksi hasiI-hasil perikanan juga meningkat. Dalam tahun 1974 produksi hasil perikanan mencapai 1.342 ribu ton atau 5,7% lebih tinggi dari tahun 1972. Kenaikan ini terutama terjadi dalam produksi ikan laut dan disebabkan oleh pertambahan fasilitas penangkapan yang dipergunakan, seperti perahu bermotor dengan segala peralatan penangkapannya. Dalam tahun 1974 jumlah perahu motor 10.452 buah, 1.634 lebih banyak dari tahun 1972.

Selama tahun-tahun 1972 — 74 usaha pemeliharaan ikan darat meningkat. Perikanan tambak bertambah besar dari 178,29 ribu ha menjadi 182,75 ribu ha dan perikanan sawah dari 79, 59 ribu ha menjadi 83,63 ribu ha.

Jumlah prasarana pemasaran ikan segar, seperti "cold storage" dan "chill room" juga makin banyak. Di samping

itu juga telah dibangun dan direhabilitir prasarana yang berupa tempat pelelangan, pabrik es, kamar pendingin dan sebagainya.

Ekspor hasil perikanan juga meningkat dalam tahun 1974. Udang memberikan sumbangan sebesar kurang lebih 60% kepada seluruh volume ekspor hasil perikanan.

Produksi serta ekspor hasil hutan, terutama kayu, dalam tahun 1974 menurun. Tetapi dalam tahun itu pembangunan industri yang menggunakan kayu sebagai bahan baku, seperti penggergajian, industri veneer dan plywood, pulp dan kertas telah mulai berjalan.

Usaha membina lingkungan alam hidup hayati dalam tahun 1974 juga dilaksanakan secara aktip. Prioritas utama diberikan kepada daerah-daerah kritis di daerah-daerah pengaliran sungai-sungai tertentu yang sering banjir dan yang terdapat bangunan-bangunan pengairan besar. Reboisasi hutan yang dibiayai dengan APBN dalam tahun 1974/75 meliputi areal seluas 35.287 ha; dalam tahun 1973/74 hanya seluas 20.791 ha. Penghijauan di luar kawasan hutan dalam tahun 1974/75 mencapai 149.802 ha, sedang dalam tahun 1973/74 mencapai 104.500 ha.

Dalam bidang peternakan ternyata bahwa populasi sapi, kerbau, domba dan kuda dalam tahun 1974 lebih rendah dari tahun 1973, sedang populasi sapi perah, babi, ayam dan itik lebih tinggi. Usaha untuk memperbesar populasi ternak dilaksanakan dengan jalan mempergiat pengadaan dan distribusi bibit serta inseminasi buatan. Usaha pengadaan obat-obatan juga ditingkatkan.

Produksi hasil-hasil ternak selama tahun-tahun 1972 — 74 pada umumnya mengalami kenaikan. Produksi telur dan susu masing-masing dalam tahun 1974 bertambah 23,6% dan 62,6%. Sedang produksi daging naik 3,7%.

Penyediaan kredit bagi para petani peternak sangat bermanfaat. Berkat kredit yang mereka peroleh mereka dapat

menjual ternak mereka setelah mencapai berat normal. Tanpa bantuan kredit mereka umumnya terpaksa menjual ternak mereka dibawah normal.

Kebijaksanaan Pemerintah dalam bidang perberasan ditu-jukan ke arah mempertahankan keseimbangan antara penawaran dan permintaan pada tingkat harga yang layak baik bagi konsumen maupun bagi para petani produsen.

Dalam tahun 1974/75 Pemerintah menggunakan harga dasar sebagai berikut: padi kering lumbung di desa Rp. 30,-/ Kg, padi kering giling Rp. 31,80/Kg, gabah kering lumbung di desa Rp. 38,50/Kg dan gabah kering giling Rp. 40,60/Kg. Harga batas tertinggi untuk beras ditetapkan Rp. 100,-/Kg untuk daerah-daerah tertentu dan Rp. 120,-/Kg untuk daerah-daerah yang lain.

Untuk menjaga agar harga padi/gabah di dalam musim panen tidak turun sehingga lebih rendah daripada harga dasar, Pemerintah mengadakan pembelian beras di daerah-daerah produksi. Pembelian beras dalam negeri tahun 1974/75 mencapai jumlah 535 ribu ton; sedang dalam tahun 1973/74 mencapai sebanyak 268 ribu ton dan dalam tahun sebelumnya 138 ribu ton.

Untuk menjaga agar harga beras di musim paceklik tidak meningkat, sehingga melebihi harga batas tertinggi, Pemerintah mengadakan penyaluran beras ke masyarakat melalui pa-saran umum. Jumlah penyaluran dalam tahun 1974/75 men-capai 363,13 ribu ton; sedang dalam tahun 1973/74 berjumlah 417,68 ribu ton dan dalam tahun sebelumnya mencapai 768,47 ribu ton.

Pembelian beras di dalam negeri oleh Pemerintah, disam‑ping dimaksudkan untuk menjaga agar harga padi/gabah tidakturun sampai dibawah harga dasar, juga dimaksudkan untukmemperoleh beras yang diperlukan sebagai sarana penyangga.

Jumlah sarana penyangga yang dikuasai Pemerintah seba‑gai hasil dari pembelian dalam negeri dan impor, setelah diku‑

rangi dengan penyaluran yang diperlukan, pada akhir tahun 1974/75 mencapai 906.9 ribu ton; sedang pada akhir tahun 1973/74 sebanyak 417,9 ribu ton dan pada akhir tahun 1972/73 sebanyak 177,9 ribu ton. Jumlah yang semakin ditingkatkan ini dimaksudkan untuk semakin memantapkan pelaksanaan kebijaksanaan tersebut di atas. Diharapkan bahwa dengan sarana penyangga yang mencukupi kemungkinan adanya "krisis beras" seperti yang terjadi dalam tahun 1972/73 dapat diperkecil seminimal mungkin.

Untuk lebih memantapkan kemampuan Pemerintah dalam mengelola beras sarana penyangga yang diperlukan, dalam tahun 1974/75 telah mulai dibangun gudang-gudang beras. Da-lam tahun 1975/76 diharapkan telah dapat diselesaikan sejumlah gudang beras yang dapat, dipergunakan untuk menyimpan sebanyak kurang lebih satu juta ton beras dan gabah.

Untuk mengurangi ketergantungan masyarakat dari beras, dan untuk memungkinkan masyarakat memperoleh variasi dan meningkatkan mutu gizi makanannya, selama tahun-tahun yang lalu juga diusahakan pengadaan gandum. Impor gandum dalam tahun 1974/75 sebanyak 768,7 ribu ton ; naik sebesar 2% dari tahun sebelumnya. Penyaluran tepung terigu dalam tahun 1974/75 mencapai 603,1 ribu ton ; naik sebesar 16% dari tahun sebelumnya.

Kebijaksanaan untuk meningkatkan mutu gizi makanan penduduk dalam tahun 1974/75 mulai dapat dilaksanakan secara lebih mantap. Proyek-proyek penanggulangan masalah gizi dalam tahun 1974/75 telah berhasil membantu melindungi kurang lebih 290.000 anak-anak pra-sekolah di desa-desa di Jawa terhadap bahaya kebutaan dan membantu melindungi kira-kira 300.000 penduduk di daerah pedesaan di 5 propinsi, di Jawa, Sumatra dan Bali, terhadap penyakit gondok dan kretinisme.

Untuk mencegah anak-anak dari bahaya kekurangan gizi dan protein telah diusahakan pemberian makanan tambahan kepada kurang-lebih 300.000 anak-anak sekolah dasar dan ku‑

rang-lebih 50.000 anak-anak pra-sekolah dipinggiran kota dan pedesaan di Jawa dan Nusa Tenggara Barat. Usaha-usaha ini selalu dikaitkan dengan usaha penerangan dan penyuluhan gizi.

Proyek-proyek gizi ditingkatkan terus agar sasaran yang dicapai semakin luas.

Salah satu kesulitan pokok dalam usaha mengembangkan kegiatan-kegiatan dalam bidang gizi adalah kurangnya tenagatenaga gizi. Karena itu lembaga-lembaga pendidikan tenaga gizi akan terus diperbesar kemampuannya.

Selama Repelita I Sektor Industri berhasil meletakkan landasan yang kuat untuk perkembangan selanjutnya. Hal ini antara lain ternyata dari kemampuan sektor tersebut untuk menanggulangi, pengaruh-pengaruh krisis moneter internasional dan krisis energi.

Selama tahun 1974/75 produksi industri pada umumnya menunjukkan perkembangan yang positip. Produksi pupuk urea dalam tahun 1974/75 bertambah 30,7%, menjadi 209,1 ribu ton.

Dalam tahun 1974/75 semen meningkat 1,1% dari 819,9 ton dalam tahun 1973/74 menjadi 322,9 ton dalam tahun 1974/75.

Dalam bulan Agustus 1975 akan diresmikan pabrik-pabrik semen baru, yaitu Pabrik Semen Cibinong I dan II masing-masing dengan kapasitas 500.000 ton setahun. Produksi kaca polos dan premix concrete juga bertambah besar.

Produksi kendaraan bermotor roda 4 dalam tahun 1974/ 75 meningkat 78,7% menjadi 65,6 ribu buah, sedang produksi kendaraan bermotor roda 2 meningkat 67,3% menjadi 251 ribu buah.

Industri mesin penggilas jalan merupakan jenis industri yang baru berkembang dikelompok industri alat-alat besar. Dalam tahun 1974/75 produksinya bertambah 59,7% sehingga mencapai 575 buah.

Beberapa jenis industri, terutama textil, mesin jahit dan barang-barang elektronika, mengalami kesulitan. Dengan mengalirnya benang tenun dan bahan jadi textil di Indonesia dengan harga yang amat rendah, produksi dalam negeri, mengalami suatu saingan yang berat. Karenanya kepada patalpatal dalam negeri diberikan subsidi atas harga kapas dan impor benang tenun dilarang.

Walaupun ada kesulitan-kesulitan dalam tahun 1974/75 produksi textil naik sebesar 5,1% sehingga mencapai 974 juta meter. Produksi benang tenun menunjukkan kenaikan yang lebih besar, yaitu sebesar 16% sehingga mencapai 366,8 ribu bales.

Produksi mesin jahit dalam tahun 1974/75 menurun sebesar 20%. Dalam tahun 1973/74 produksi mesin jahit mencapai 500 ribu buah. Industri ini mengalami persaingan yang berat dari mesin jahit impor.

Walaupun menghadapi persaingan dari impor produksi barang-barang elektronika dalam tahun 1974/75 bertambah.

Produksi kertas dalam tahun 1974/75 meningkat 2,5% sehingga menjadi 48,4 ribu ton. Dalam tahun itu juga telah dipersiapkan rencana pendirian unit-unit baru pabrik kertas.

Resesi yang timbul sebagai akibat dari berbagai krisis yang melanda dunia mempunyai pengaruh yang kurang menguntungkan terhadap perkembangan sektor pertambangan. Demikianlah maka produksi minyak dalam tahun 1974/75 turun 4,5% sehingga menjadi 485,5 juta barrel. Ekspor minyak bumi dan hasil minyak bumi masing-masing dalam tahun 1974/75 turun 2,7% dan 36,9% sehingga menjadi 369,6 juta barrel dan 37,3 juta barrel.

Usaha pertambangan timah juga menghadapi kesulitankesulitan. Namun dalam tahun 1974/75 terjadi pertambahan produksi sebesar 2.200 ton dan ekspor sebanyak 2.600 ton, yang masing-masing merupakan kenaikan sebesar 9,7% dan 12,38% dibanding dengan tahun 1973/74.

Mengingat adanya sisa produksi yang besar dari tahun yang lalu, produksi nikel diturunkan 21,1%, dari 989,9 ribu ton dalam tahun 1973/74 menjadi 781,1 ribu ton pada tahun 1974/75. Namun demikian ekspor nikel selama tahun 1974/75 meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Dewasa ini sedang diteliti bagaimana kemungkinan perkembangan tambang batu bara. Diperkirakan dalam beberapa waktu yang akan datang produksinya akan dapat diperbesar.

Selama ini kegiatan eksploitasi dan penyelidikan tetap dilakukan. Sampai sekarang antara lain telah ditemukan daerah-daerah yang mengandung minyak, indikasi endapan timah, nikel dan tembaga.

Diharapkan bahwa dalam tahun-tahun yang akan datang bahan-bahan tambang Baru, seperti ferro-matte, ferro-nickel, dan konsentrat tembaga, akan memberikan sumbangan yang bertambah besar.

Secara keseluruhan, biarpun terjadi penurunan produksi dan ekspor secara absolut, minyak bumi memberikan hasil pendapatan devisa negara yang terbesar.

Kebijaksanaan pembangunan sektor tenaga listrik dalam awal Repelita II ditekankan pada pembangunan pusat listrik yang dapat diselesaikan secepat mungkin, khususnya di daerah yang kebutuhannya akan tenaga listrik sangat mendesak. Selain daripada itu pengusahaan tenaga listrik diarahkan agar PLN mempunyai kemampuan dan keandalan yang semakin tinggi, baik ditinjau dari sudut teknis maupun ditinjau dari sudut ekonomi.

Pembangunan sektor tenaga listrik bersifat padat modal dan sebagian besar dari peralatan yang diperlukan harus diimpor. Demikianlah maka perkembangan harga peralatan di luar negeri sangat menentukan hasil-hasil phisik yang dapat dicapai dalam pembangunan sektor tenaga listrik.

Adapun Realisasi pelaksanaan phisik program peningkatan tenaga listrik yang tercapai dalam tahun 1974/75 antara lain

adalah : pembangunan pusat tenaga listrik dengan kapasitas 114,57 MW ; jaringan transmisi sepanjang 89 km ; gardu induk sebanyak 11 unit dengan kapasitas 159 MVA ; jaringan distribusi sepanjang 387,038 km dan gardu distribusi sebanyak 325 unit.

Kebijaksanaan pembangunan pengairan ditujukan kearah perbaikan jaringan-jaringan irigasi yang sudah ada dan pembangunan jaringan irigasi baru dengan mengutamakan proyekproyek yang segera menghasilkan, antara lain proyek-proyek irigasi sedang kecil dan proyek irigasi sederhana. Disamping itu kebijaksanaan tersebut juga ditujukan kearah pengamanan daerah produksi pangan terhadap bencana banjir dengan mengutamakan daerah-daerah persawahan dan daerah-daerah yang berpenduduk padat.

Agar setiap tahun dapat dipersiapkan proyek-proyek yang diperlukan maka usaha-usaha penyusunan pola-pola induk pengembangan sumber-sumber air dan perencanaan pengembangan terus dilanjutkan.

Sejak tahun 1974 pembangunan proyek pasang surut di daerah Riau, Jambi Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan dan Tengah mulai ditingkatkan. Peningkatan pelaksanaan proyek pasang surut ini, selain untuk meningkatkan produksi pertanian juga dimaksudkan untuk mempersiapkan prasarana irigasi untuk menunjang perpindahan penduduk dari daerah-daerah yang sangat padat penduduknya.

Usaha pengamanan daerah persawahan terhadap serangan bencana alam banjir, terutama di daerah-daerah yang secara rutin terlanda banjir, mulai tahun pertama Repelita II lebih dipergiat lagi.

Dalam tahun 1974/75 hasil yang dicapai dalam kegiatan perbaikan dan penyempurnaan irigasi meliputi areal seluas 71.622 Ha, dalam kegiatan perluasan irigasi seluas 20.684 Ha dan dalam pengaturan serta pengembangan sungai dan rawa seluas 87.680 Ha.

Di sektor Perhubungan dan Pariwisata hasil yang telah dicapai dalam tahun 1974/75 yang lalu dapat diuraikan sebagai dibawah ini.

Dalam pembangunan jalan dan jembatan yang diperkirakan akan dapat diselesaikan adalah rehabilitasi jalan sepanjang 1.837 Km dan jembatan 3.658 m ; peningkatan jalan 607 Km dan jembatan 2.013 m ; pembangunan jalan baru 230 Km dan jembatan baru 1.305 m. Pemeliharaan jalan rata-rata mencakup sepanjang 30.000 Km setiap tahunnya.

Sejalan dengan perbaikan dalam bidang jalan dan jembatan tersebut armada angkutan jalan raya juga terus bertambah besar dan ini memerlukan peningkatan kapasitas fasilitas pengawasan untuk menjamin ketertiban pemakaian jalan. Untuk itu telah ditambah 3 unit alat penguji, 18.379 buah rambu jalan, 6 unit jembatan timbang, 3 perangkat (inter section) lampu pengatur lalu lintas, 9 set loadmeter dan sejumlah kendaraan operasionil pengawasan lalu lintas.

Untuk angkutan perintis darat dalam tahun 1974/75 sebanyak 115 bis telah beroperasi di 4 wilayah, yaitu disekitar Jakarta, di Jawa Tengah/Semarang, Jawa Timur/Surabaya, di Sulawesi Selatan/Ujung Pandang, Bangka/Pangkal Pinang dan Irian Jaya.

Hasil yang dicapai dalam bidang angkutan sungai danau dan ferry adalah : pembangunan 9 buah dermaga seluas 1.370 m2, pengadaan 2 buah kapal inspeksi, pengadaan dan pemasangan 834 rambu sungai dan 30 buah skala tinggi air, pembersihan alur sepanjang 14,6 Km dan pengadaan 4 buah kapal ferry.

Di bidang perhubungan udara terjadi perkembangan yang cepat. Dalam tahun 1973 yang lalu terdapat 272 buah pesawat udara, diantaranya terdapat 55 buah pesawat berukuran besar yang dioperasikan oleh perusahaan penerbangan teratur. Dalam tahun 1974 ada 315 buah pesawat, termasuk 64 buah pesawat udara berukuran besar yang dioperasikan oleh perusahaan penerbangan teratur.

Sejalan dengan peningkatan armada udara maka kemampuan pelabuhan udara yang terus diperbesar, baik ukurannya, daya dukungnya, maupun fasilitas keselamatan penerbangannya.

Mengenai proyek pelabuhan udara internasional Cengkareng, kini sedang diadakan persiapan untuk pembuatan detail engineeringnya, yang diharapkan selesai dalam tahun 1976.

Untuk menunjang pembangunan daerah dan meningkatkan pelayanan di daerah terpencil maka telah dibina penerbangan perintis. Dalam tahun 1974 armada udara perintis telah mempunyai 7 buah pesawat udara jenis twin otter dan daerah operasinya meliputi daerah Irian Jaya, Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Perkembangan angkutan udara perintis ini pesat sekali.

Dalam bidang angkutan udara internasional juga telah terjadi perkembangan yang cukup menggembirakan.

Untuk mengimbangi kenaikan arus barang dan penumpang melalui laut terus diusahakan penambahan kapasitas sarana dan prasarana perhubungan laut. Peningkatan tersebut meliputi tambahan armada pelayaran, fasilitas-fasilitas pelabuhan, pengerukan, kepanduan, keselamatan pelayaran, peningkatan kemampuan kesatuan penjagaan laut dan pantai (KPLP) dan penambahan peningkatan kapasitas fasilitas galangan/dock.

Armada pelayaran terdiri atas armada-armada Pelayaran Nusantara, Pelayaran Samudera, Pelayaran Khusus, Pelayaran Lokal dan Pelayaran Rakyat. Dengan mengadakan rehabilitasi, penggantian kapal-kapal yang sudah tua dan pembelian kapal-kapal baru produktivitas armada pelayaran telah dapat dinaikkan. Dalam tahun 1974 Armada Pelayaran Niaga Nusantara menurun baik jumlah maupun DWTnya, tetapi produktivitasnya naik dari 10,56 ton/dwt/tahun menjadi 11,48 ton/dwt/ tahun.

Program penggantian dan penambahan armada pelayaran masih akan dilanjutkan dalam tahun-tahun mendatang.

Sebagian besar kegiatan-kegiatan rehabilitasi yang telah dilaksanakan meliputi rehabilitasi pelabuhan-pelabuhan klas I seperti Tanjung Priok, Tanjung Perak, Belawan, Palembang, Ujung Pandang dan sekitar 70 pelabuhan yang tergolong klas II, III dan IV. Pelabuhan-pelabuhan baru yang telah dibangun antara lain adalah Krueng Raya, Pantai Menang, G. Sitoli dan Ketapang.

Dalam usaha meratakan kegiatan pembangunan di sektor perhubungan laut, mulai tahun 1974/75 telah dilaksanakan Pelayaran Perintis dengan mengoperasikan 15 kapal untuk melayari 20 route yang menghubungi daerah-daerah terpencil. Ke 20 route tersebut mencakup Sumatera Barat, Riau, NTB, NTT, Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Irian Jaya.

Kapasitas fasilitas kepanduan juga terus ditingkatkan, terutama untuk 30 pelabuhan yang merupakan pelabuhan wajib pandu. Di samping itu telah dilaksanakan pengerukan kolamkolam pelabuhan dan alur-alur pelayaran. Selanjutnya juga diadakan penambahan armada keruk dan penambahan fasilitasfasilitas bengkel beserta spare parts yang diperlukan.

Untuk mengimbangi perkembangan dalam armada pelayaran kapasitas galangan/dock telah diperbesar. Demikianlah maka kapasitas perbaikan dan docking, yang dalam tahun 1973 mencapai sekitar 92.750 DWT, dalam tahun 1974 menjadi 98.610 DWT dan kapasitas bangunan baru, yang dalam tahun 1973 mencapai sekitar 11.000 DWT, dalam tahun 1974 menjadi 15.000 DWT.

Pembangunan di bidang keselamatan pelayaran masih meliputi rehabilitasi, modernisasi dan pembangunan baru. Hasilhasil yang dicapai dalam tahun 1974/75 adalah: (a) di bidang perambuan dan penerangan pantai meliputi : elektrifikasi menara suar 4 buah, rambu suar 9 buah, pelampung suar 6 buah, lampu pelabuhan 2 buah, buoy tender 2 buah, supply vessel 1 buah, kapal rambu 2 buah; (b) di bidang telekomunikasi pelayaran meliputi 1 buah stasion radio klas III dan 5 buah stasion

radio klas IV, penyelesaian 3 kantor shahbandar, kapal-kapal patroli KPLP, pemetaan 8 alur pelayaran dan peninjauan kem-bali Undang-undang Keselamatan Pelayaran tahun 1935, dan Peraturan-peraturan lainnya.

Dalam rangka pembangunan Biro Klassifikasi Indonesia penyelesaian laboratorium, perbengkelan dan bangunan kerja dilanjutkan.

Pembangunan kantor pos pembantu di tiap ibukota kecamatan, terutama di daerah-daerah transmigrasi, selalu diprioritaskan. Dalam tahun 1974/75 telah dibangun 50 buah kantor pos pembantu/tambahan, 5 buah kantor pos klas III, serta pengadaan 29 buah sepeda motor dan 16 buah kendaraan sebagai postalvan. Di samping itu pembangunan 3 buah kantor pos besar klas I dan 5 buah kantor pos biasa dilanjutkan.

Arus lalu-lintas pos dan giro di Indonesia berkembang dengan pesat. Dari tahun 1973 sampai 1974 arus lalu-lintas suratsurat pos biasa/kilat khusus meningkat 6,06%, wesel pos 39,89%. Peredaran giro cek pos tercatat bertambah 59,46% dan tabungan pada bank tabungan negara meningkat 64,22%.

Pembangunan di bidang telekomunikasi juga telah dipergiat, berupa otomatisasi jaringan telepon, pembangunan sambungan langsung jarak jauh, penambahan kapasitas telegrap dan telex serta peningkatan jaringan transmisi melalui micro-wave. Bersamaan dengan itu telah dimulai persiapan pembangunan jaringan telekomunikasi lewat satelit domestik untuk memenuhi kebutuhan hubungan telepon, lokal dan interlokal, telegrap, telex dan data transmisi,

Pembangunan dalam bidang meteorologi .dan geofisika sampai sekarang masih dititik beratkan pada rehabilitasi stasion-stasion meteorologi dan geofisika. Dalam tahun 1974/75 jumlah stasion-stasion meteorologi yang selesai direhabilitir meliputi 45 buah stasion meteorologi penerbangan/synoptic, 2 buah stasion meteorologi maritim, 4 buah stasion meteorologi

pertanian utama, sebuah stasion meteorologi pertanian biasa, sebuah stasion meteorologi pertanian khusus, 7 buah stasion iklim dan 270 buah stasion pengamatan hujan. Di bidang geofisika jumlah stasion yang selesai direhabilitir berjumlah 11 buah.

Di bidang pariwisata usaha-usaha pengembangannya telah menghasilkan kemajuan yang menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan jumlah orang asing yang datang berkunjung sebagai wisatawan. Sejak tahun 1972 sampai tahun 1974 arus wisatawan asing telah meningkat sebesar 85.834 orang atau sebesar 39%.

Untuk memungkinkan perkembangan yang lebih besar lagi, maka obyek-obyek wisatawan di tanah air perlu ditelaah. Saat ini telah berhasil diselesaikan penelaahan yang mendalam mengenai obyek-obyek wisata di Jawa dan Madura.

Pemupukan modal merupakan salah satu usaha pokok yang harus dilaksanakan dalam pembinaan koperasi. Dengan bertambahnya simpanan anggota, penyediaan jaminan kredit oleh Lembaga Jaminan Kredit Koperasi dan fasilitas perkreditan yang lain maka permodalan koperasi telah berkembang dari Rp. 17.581,0 juta dalam tahun 1972 menjadi Rp. 21.859,0 juta dalam tahun 1973 dan Rp. 25.910,0 juta dalam tahun 1974. Jadi selama, 3 tahun modal koperasi setiap tahun meningkat dengan 24,33% dan 18,54%.

Perkembangan terpenting yang terjadi selama tahun-tahun 1973/74 — 1974/75 terjadi dalam organisasi dan kemampuan usaha BUUD/KUD. Pertama, dalam tahun 1973 terdapat 2.360 BUUD/KUD. Di antara jumlah itu baru sebanyak 272 yang memperoleh status badan hukum koperasi. Dalam tahun 1974 jumlah BUUD/KUD berkembang menjadi 3.119 dan di antaranya sebanyak 1.629 telah memperoleh status badan hukum koperasi.

Selanjutnya dalam tahun 1973/74 BUUD/KUD yang ikut serta dalam pembelian beras stock Pemerintah berjumlah 1.528.

Jumlah beras yang dapat berhasil mereka kumpulkan meliputi 253,9 ribu ton dengan nilai, Rp. 12.046,8 juta. Dalam tahun 1974/ 75 BUUD/KUD yang mampu ikut serta dalam pengumpulan beras tersebut berjumlah 1.786 buah. Jumlah beras yang ben hasil mereka kumpulkan mencapai 348,6 ribu ton dan nilainya Rp. 28.637,8 juta.

Sejak awal tahun 1974/75 keadaan ekonomi dunia sangat tidak menentu. Demikianlah maka dipandang perlu untuk mengadakan "stock nasional" yang meliputi beberapa jenis ba-rang di samping beras.

Untuk membantu perkembangan industri perkulitan ekspor kulit mentah dilarang. Walaupun untuk sementara menimbulkan beberapa masalah demi pengembangan industri dalam negeri kebijaksanaan itu perlu ditempuh.

Kebijaksanaan memperbesar peranan golongan ekonomi lemah dalam kegiatan-kegiatan perdagangan merupakan salah satu kebijaksanaan utama. Dalam tahun 1974/75 telah diadakan penelitian mengenai halangan-halangan terhadap peningkatan peranan golongan ekonomi lemah dan mengenai cara-cara untuk mengatasinya. Hasil-hasil penelitian yang telah ada digunakan sebagai dasar dalam menentukan kebijaksanaan tahun 1975/76.

Dalam usaha memperluas pasaran barang-barang produksi dalam negeri telah diselenggarakan pameran dagang. Pameran dagang ini telah mulai memberikan hasil-hasilnya. Hal ini pengusaha dalam negeri maupun dari pengusaha luar negeri ternyata dari mulai adanya pesanan-pesanan yang datang dari untuk barang-barang yang dipamerkan.

Masalah-masalah yang kita hadapi dalam bidang ketenaga kerjaan terutama adalah : laju pertambahan angkatan kerja tinggi, penyebaran tenaga kerja antara daerah-daerah kurang seimbang, daya absorbsi ekonomi negara masih terbatas, dan ada hambatan-hambatan di pasaran tenaga kerja sehingga terdapat syarat-syarat dan kondisi kerja yang kurang wajar.

Untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut dalam tahun 1974/75 telah ditempuh kebijaksanaan yang bersifat umum melalui tindakan moneter dan fiskal. Di samping itu di berbagai sektor juga ditempuh kebijaksanaan-kebijaksanaan yang bertujuan memperluas kesempatan kerja.

Selanjutnya, agar masalah-masalah tersebut dapat diatasi secepat mungkin, maka ditempuh juga kebijaksanaan khusus yang dapat menciptakan dan memperluas kesempatan kerja secara langsung. Kebijaksanaan-kebijaksanaan khusus dilaksanakan melalui program-program padat karya gaya baru, bantuan untuk pembangunan daerah tingkat II, reboisasi, dan penghijauan tanah kritis. Pelaksanaan program-program ini telah berhasil memperluas kesempatan kerja.

Untuk membina dan menyediakan tenaga kerja terdidik/ terlatih, telah ditingkatkan usaha-usaha menambah dan membina pusat-pusat latihan kerja yang ada. Kegiatan-kegiatan jumlah tenaga kerja di berbagai bidang.

Sejalan dengan usaha memperluas kesempatan kerja bagi warga negara Indonesia dalam tahun 1974/75 telah diadakan pembatasan penggunaan tenaga kerja warganegara asing pendatang. Untuk itu jenis-jenis jabatan yang ada digolongkan dalam kategori-kategori "tertutup" bagi warganegara asing pendatang, "dapat diisi sementara", dan "terbuka untuk jangka waktu tertentu". Pengaturan tersebut telah dilaksanakan di em-pat sub sektor kegiatan, antara lain di unit pengusahaan hutan.

Untuk lebih menggiatkan pembangunan di pedesaan dalam tahun 1974/75. Tenaga Kerja Sukarela (TKS/BUTSI) jumlahnya bertambah dengan 600%, sehingga mencapai 1.480 orang.

Kecuali itu pembinaan hubungan dan perlindungan tenaga kerja juga telah dipergiat. Usaha-usaha ini ditujukan untuk meningkatkan hubungan kerja yang serasi diantara buruh dan pengusaha dan untuk memperbaiki syarat-syarat dan kondisi kerja.

33

Di bidang transmigrasi tahun 1974/75 merupakan tahun permulaan kegiatan-kegiatan yang dimaksudkan untuk mengusahakan agar pelaksanaan kegiatan transmigrasi sesuai dengan yang direncanakan dalam Repelita II. Oleh karena itu secara kwantitatif jumlah yang ditransmigrasikan menurun dibanding dengan jumlah dalam tahun-tahun sebelumnya. Tetapi persiapan-persiapan di daerah penerima, seperti pembangunan jalan dan fasilitas-fasilitas sosial, telah dapat disempurnakan.

Selain itu usaha-usaha menciptakan koordinasi yang efektip di antara kegiatan-kegiatan pembangunan sektor dan daerah telah dilakukan. Sasaran penting di dalam kegiatan koordinasi ini adalah untuk mengusahakan agar transmigrasi merupakan bagian integral dari pembangunan daerah. Demikianlah maka dalam tahun 1974/75 telah dibentuk Badan Pembangunan Daerah Transmigrasi di Pusat, Badan Pembina Transmigrasi di Propinsi dan Badan Pengembangan Daerah Transmigrasi di Kabupaten.

d. Kegiatan-kegiatan pelaksanaan transmigrasi akan terus ditingkatkan selama tahun-tahun yang akan datang.

Kegiatan-kegiatan di bidang pembangunan daerah, pedesaan dan kota diarahkan kepada usaha-usaha untuk memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan kesejahteraan sosial terutama melalui pembangunan prasarana produksi dan distribusi, serta sarana kesehatan dan pendidikan. Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan melalui program-program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I, Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II dan Bantuan Pembangunan Desa.

Batuan Pembangunan Daerah Tingkat I, sebagai Pengganti SPP-ADO mulai dilaksanakan dalam tahun pertama REPELITA II. Penentuan besarnya bantuan untuk tiap-tiap daerah Tingkat I didasarkan kepada kriteria antara lain panjang jalan dan jembatan propinsi serta luas areal pertanian dan pengairan. Di samping itu ditentukan pula bahwa jumlah bantuan minuman dalam rangka Program Bantuan Pemba‑

ngunan Daerah Tingkat I adalah sebesar Rp. 500,— juta. Dengan demikian diharapkan daerah-daerah dapat membangun prasarana perhubungan dan memperluas areal pertanian, sehingga kegiatan perekonomian di daerah-daerah yang bersangkutan dapat lebih ditingkatkan.

Dalam tahun 1974/75 dalam rangka pelaksanaan Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I telah dilakukan kegiatan-kegiatan yang meliputi 2.566 buah proyek. Di samping itu kepada daerah-daerah Tingkat I yang sangat memerlukan, telah diberikan bantuan untuk peningkatan pelabuhan udara.

Pembangunan daerah Irian Jaya yang telah dimulai sejak Repelita I, terus dilanjutkan dan ditingkatkan dalam Repelita II. Pelaksanaan pembangunan terutama ditujukan kepada peningkatan prasarana perhubungan, produksi pertanian, pendidikan dan kesehatan, serta penyediaan tenaga listrik dan air minum.

Dalam rangka perluasan kesempatan kerja terutama di pedesaan, di samping bantuan yang diberikan kepada daerah Tingkat I, telah diberikan pula bantuan kepada daerah Tingkat II. Besarnya bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II ditingkatkan dari Rp. 150,- per-capita (dalam tahun 1973/ 74), menjadi Rp. 300,— per-capita dalam tahun 1974/75. Bantuan tersebut telah dipergunakan untuk melayani pembangunan 4008 buah proyek. Dari seluruh biaya yang disediakan, sekitar 72% dipergunakan untuk pembangunan proyekproyek jalan dan jembatan, 12% proyek-proyek pengairan, dan sisanya untuk proyek-proyek lainnya. Perbaikan prasarana ekonomi pedesaan telah mendorong kegiatan ekonomi di daerah pedesaan dan dengan demikian meningkatkan penda patan para petani.

Di samping itu, untuk membantu dan mendorong masyarakat desa membangun bermacam-macam sarana pedesaan yang diperlukan telah dilaksanakan pula Program Bantuan Pembangunan Desa. Kegiatan program ini ditujukan untuk merangsang swadaya masyarakat melalui kegiatan gotong‑

royong. Besarnya jumlah bantuan Pembangunan Desa telah meningkat dari Rp, 100.000,— per desa dalam tahun 1973/74 menjadi Rp. 200.000,— dalam tahun 1974/75. Proyek-proyek yang dibangun terdiri dari prasarana produksi desa, prasarana perhubungan desa, prasarana pemasaran hasil produksi desa dan proyek-proyek lain yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat desa. Usaha-usaha lainnya dalam rangka pembangunan pedesaan dilakukan melalui pembentukan Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP) disetiap Kecamatan, pembinaan Lembaga Sosial Desa dan resettlement desa.

Kecuali itu telah dilaksanakan pula kegiatan dalam lapangan pembinaan tata ruang, yang ditujukan untuk mengatur dan mempertahankan terselenggaranya tata ruang yang tertib dan serasi bagi lingkungan pemukiman manusia. Usaha pembinaan tata ruang tersebut meliputi tata guna tanah, tata kota, tata daerah dan tata agraria. Dalam tahun 1974/75 dalam rangka tata guna tanah telah disurvey dan dipetakan penggunaan tanah seluas 147.390 km2, penggunaan tanah dari 21 kota serta kemampuan tanah seluas 68.825 km2. Di sam-ping itu telah ditentukan lokasi daerah kritis pada 101 kabupaten di Jawa dan Sumatera.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pro-gram tata kota dan daerah antara lain berupa penyelesaian studi pengembangan wilayah Pasaman Barat dan Jabotabek, studi pengembangan 10 wilayah lainnya dengan tekanan pada segi sosial, serta pembentukan unit-unit perencanaan fisik dibeberapa propinsi. Untuk menjamin adanya tertib hukum dalam penggunaan serta pemilikan tanah telah dilakukan pemetaan secara fotogrametris di daerah-daerah yang mempunyai nilai ekonomi seperti daerah perkotaan dan perkebunan serta daerah-daerah transmigrasi. Dalam hubungan ini sedang dikerjakan hasil pemotretan seluas 130.000 ha.

Kegiatan lainnya di bidang pembangunan daerah, pedesaan dan kota ialah pembinaan kemampuan perencanaan pada masing-masing daerah, melalui pembinaan BAPPEDA. Di

samping itu untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para petugas di daerah, telah dilakukan berbagai latihan dan kursus baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah. Sejalan dengan itu, diusahakan pula peningkatan prasarana fisik pamongpraja di daerah berupa pembangunan gedung kantor dan rumah jabatan bagi para Bupati dan Camat.

Usaha penelitian regional di daerah masih terbatas pada kegiatan-kegiatan untuk melanjutkan penelitian tata desa, re-settlement desa, struktur pemerintahan kota, studi pengembangan wilayah Indonesia bagian Timur, Sumatera bagian Utara dan persiapan studi Pengembangan untuk Jawa.

Di bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Mahaesa tahun 1974/75 telah dilakukan berbagai kegiatan. Bimbingan kehidupan beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Mahaesa dilakukan dengan memanfaatkan mass-media, seni budaya, peramuka dan lain sebagainya. Sementara itu perhatian khusus diberikan terhadap pembinaan hidup beragama bagi para remaja dan bimbingan hidup beragama dalam lingkungan rumah tangga. Kecuali itu diberikan pula bimbingan hidup beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Mahaesa terhadap kelompok masyarakat yang bersifat khusus (misalnya narapidana, tahanan G.30.S./PKI narkotika dan lain-lain), masyarakat suku ter-asing dan transmigrasi.

Kegiatan pengembangan sarana kehidupan beragama terutama meliputi tempat peribadatan, penyediaan kitab suci, literatur agama, sarana peradilan agama, sarana penerangan agama, balai nikah dan sarana penunaian ibadah haji.

Dalam hal pengembangan tempat beribadat, pada tahun 1974/75 telah diberikan bantuan untuk membangun atau merehabilitir 78 buah tempat peribadatan, yang terdiri dari 64 buah mesjid, 6 buah gereja Protestan, 6 buah gereja Katolik, dan 2 buah Pura. Sementara itu pembangunan mesjid Istiqlal tetap dilanjutkan.

Di samping itu untuk meningkatkan sarana kehidupan beragama telah dibangun 16 buah Balai Nikah dan 6 buah gedung Peradilan Agama. Selanjutnya dalam tahun 1974/75 telah disediakan dan disebarkan 43.525 kitab suci yang terdiri dari 20.670 kitab suci umat Islam, 9.555 kitab suci Injil Protestan, 9.600 kitab suci Injil Katholik dan 3.700 kitab suci Hindu/Budha.

Untuk meningkatkan fasilitas dan pelayanan per jalanan haji dalam tahun 1974/75 telah diberikan bantuan rehabilitasi dan pembangunan asrama haji di kota pelabuhan Dumai dan Teluk Betung.

Dalam lapangan peningkatan kerukunan hidup antara umat beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Mahaesa pada tahun 1974/75 telah diselenggarakan dialog antara pemuka-pemuka agama antara lain di kota-kota Denpasar, Menado, Medan, Ujungpandang, Banjarmasin, Pontianak, Palembang, Mataram dan lain-lain.

Di bidang pendidikan dan latihan tenaga keagamaan telah di- lakukan berbagai kegiatan. Untuk pendidikan ibtidaiyah dalam tahun 1974/75 telah direhabilitir dan diberikan peralatan kepada 9 buah madrasah, dua buah di antaranya adalah Madrasah Teladan. Di samping itu telah dibangun dan diberikan peralatan kepada 4 Madrasah Tsanawiyah. Kecuali itu di Watampone (Sulawesi Selatan) telah dibangun pula Madrasah Aliyah Teladan.

Untuk meningkatkan mutu pondok-pesantren dalam tahun 1974/75 telah diberikan bantuan kepada 42 pondok-pesantren berupa buku-buku agama dan alat pendidikan ketrampilan.

Sementara itu telah dibangun atau diperluas serta diberikan peralatan kepada 26 buah PGA (PGA Kristen, PGA Hindu dan PGA Islam) yang tersebar pada 15 Propinsi.

Kecuali kegiatan tersebut di atas, telah dibangun atau direhabilitir 7 gedung IAIN, serta penyelenggaraan kegiatan untuk meningkatkan mutu Perguruan Tinggi Agama (IAIN).

Selanjutnya telah dilaksanakan pula penelitian di bidang keagamaan yang hasilnya dipergunakan untuk penyempurnaan

perencanaan pembangunan di bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Mahaesa.

Di bidang pendidikan dan pembinaan generasi muda telah dilaksanakan serangkaian kegiatan yang mencakup baik peningkatan mutu maupun perluasan kesempatan belajar pada berbagai tingkat dan jenis pendidikan. Di samping itu diusahakan pula pemantapan pola-pola partisipasi serta integrasi pemuda dan remaja dalam proses pembangunan.

Dalam hubungan ini maka perluasan dan pemerataan kesempatan belajar pada Sekolah Dasar (SD) telah mulai terwujud dengan penyelesaian pembangunan 6.000 gedung SD yang masing-masing terdiri dari 6 ruang kelas dan 1 ruang guru. Hal ini berarti tersedianya tambahan kesempatan belajar untuk 720.000 anak, berturut-turut dalam tahun 1974 dan 1975 terutama untuk murid SD kelas I. Sebagai penunjang langsung terhadap perluasan kesempatan belajar pada SD tersebut telah diangkat 72.875 guru (54.875 guru dalam tahun 1973/74 dan 18.000 guru dalam tahun 1974/75), serta penataran 105.994 orang guru. Kegiatan penataran tersebut, ditujukan untuk meningkatkan mutu pendidikan SD terutama dalam rangka penggunaan 7.344.000 buah buku mata pelajaran pokok yang telah dicetak dan dibagikan. Di samping itu telah dicetak dan dibagikan pula sejumlah 13,5 juta buku bacaan untuk perpustakaan SD (Negeri dan Swasta) sehingga setiap SD telah mendapat 200 judul buku bacaan anak-anak. Perluasan kesempatan belajar dan peningkatan mutu SD telah pula dimantapkan melalui peningkatan kegiatan penilikan (supervisi) dengan pengadaan 4.044 kendaraan bermotor dari berbagai jenis yang dipergunakan oleh para pembina.

Dalam rangka peningkatan mutu sekolah lanjutan umum, 1.000 SMP (dari 1.427 SMP yang ada pada tahun 1975) dan 200 SMA (dari 421 SMA) telah dilengkapi dengan ruangan laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) beserta perabotannya sedangkan peralatan laboratoriumnya (science equipment) secara berangsur direncanakan sudah sampai di sekolah‑

sekolah yang bersangkutan dalam tahun 1975/76. Dengan demikian maka dalam tahun pelajaran 1976 diharapkan sudah dapat dilakukan pengajaran IPA melalui demonstrasi dan percobaan oleh para murid sendiri. Bersama-sama dengan pengadaan ruang laboratorium, maka terhadap 1.000 SMP dan 200 SMA tersebut telah pula dilakukan perbaikan gedungnya. Penyempurnaan SMP dan SMA tersebut juga dilakukan melalui pengadaan alatalat ketrampilan, olah raga dan kesenian serta buku-buku perpustakaan. Demikian pula telah disediakan 1,5 juta buku pelajaran untuk mata pelajaran IPA, IPS dan Bahasa serta penataran para guru.

Peningkatan pendidikan teknologi dan kejuruan dilakukan antara lain dengan penyelesaian pembangunan 8 STM Pembangunan, 5 Pusat Latihan Teknik serta rehabilitasi dan perluasan terhadap 64 buah STM termasuk kelengkapan peralatannya. Sejumlah sekolah kejuruan (13 buah) dan Sekolah Pendidikan Guru (16 buah) telah pula diperbaiki, diperluas dan dileng- kapi peralatannya. Di samping itu peningkatan mutu pendidikannya dilakukan melalui penataran guru, pengadaan buku pelajaran dan penyediaan buku perpustakaan.

Dalam lapangan pendidikan tinggi, kegiatan terutama dilakukan berupa pembangunan gedung-gedung baru dan ruangruang kuliah serta perpustakaan, pengadaan perlengkapan dan peralatan laboratorium, pembangunan rumah dosen, dan penyediaan tanah untuk perluasan kampus serta pembangunan beberapa kampus baru. Di samping itu, peningkatan mutu pendidikan tinggi dilanjutkan pula melalui penataran dosen, penulisan buku-buku pelajaran, pengadaan buku-buku perpustakaan serta kegiatan penelitian dalam berbagai ilmu dan usaha-usaha pengabdian masyarakat termasuk Kuliah Kerja Nyata (KKN) oleh para mahasiswa.

Sementara itu pembinaan generasi muda dalam tahun 1974/75 dilakukan antara lain melalui serangkaian lokakarya dan seminar untuk memantapkan pola pembinaan dan pengembangan yang lebih terkoordinir, terintegrasi dan serasi. Kecuali

itu telah dikembangkan pula kegiatan pembinaan generasi muda melalui gerakan pramuka, pemberian kesempatan memperoleh berbagai ketrampilan, pembangunan gedung Pusat Latihan Kegiatan Kepemudaan sebagai proyek percontohan, pembangunan pusat-pusat latihan kerja, serta mendorong kegiatan olah raga, rekreasi dan seni budaya. Kepada 42 pondok pesantren telah diberikan pula sarana pendidikan ketrampilan berupa alat-alat pertanian, peternakan, pertukangan dan lain sebagainya.

Selanjutnya disediakan kesempatan seluas-luasnya untuk mempersiapkan diri bagi pengambilan peranan kepemimpinan dalam tahap pembangunan masa mendatang. Disamping itu diadakan wadah-wadah atau forum-forum di mana generasi muda dapat mengadakan dialog yang produktif di antara mereka sendiri serta di antara pemerintah dengan generasi muda. Dalam rangka ini maka dalam tahun 1974 telah terbentuk Komite-Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) ditingkat Pusat data dan daerah-daerah.

Masalah kenakalan remaja juga mendapat perhatian antara lain dengan diselesaikannya Panti Pendidikan Anak Tuna Sosial di Jakarta. Sedangkan usaha rehabilitasi sosial terhadap para remaja korban narkotika antara lain ditingkatkan dengan diselesaikannya tempat rehabilitasi sosial di Jakarta untuk melanjutkan keseluruhan proses penyembuhan setelah menjalani perawatan medis.

Di dalam usaha pembinaan dan pemeliharaan warisan budaya nasional dalam tahun 1974/75 telah direhabilitir 11 museum, masing-masing 4 museum di Jawa (yaitu di Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya) dan 7 museum di luar Jawa (yaitu di Banda Aceh, Medan, Padang, Pontianak, Banjarmasin, Ujung Pandang dan Maluku). Selain dari pada itu diadakan pemugaran sebagian istana untuk dapat dikunjungi masyarakat umum di Yogyakarta (Pakualaman), Surakarta (Mangkunegaran), dan Deli. Demikian Pula telah dilanjutkan

pemugaran puri lukisan serta ruang pameran di Ubud, restorasi candi Cangkuan (di Jawa Barat) dan candi Borobudur.

Untuk memenuhi keperluan pendidikan dan pengembangan seni budaya, telah direhabilitir 9 pusat kebudayaan dan 6 lembaga pendidikan kesenian/konservatori di Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali dan Sumatera Utara, sedangkan lembaga tingkat akademi yang direhabilitir terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali dan Sumatera Barat.

Dalam lapangan perbukuan telah dibentuk Panitia Perumus Kebijaksanaan Perbukuan untuk menentukan kebijaksanaan perbukuan yang mantap dan cocok buat situasi Indonesia.

Di bidang kesehatan telah dilakukan kegiatan-kegiatan dalam lapangan pelayanan kesehatan pemberantasan penyakit menular, peningkatan nilai gizi makanan rakyat, penyuluhan kesehatan dan pengamanan obat-obatan, makanan dan kosmetika, dan berbagai kegiatan pembangunan kesehatan lainnya.

Peningkatan pelayanan kesehatan ditujukan untuk menyediakan dan memberikan pemeliharaan kesehatan secara efisien dan efektip dalam arti luas kepada setiap anggota masyarakat yang membutuhkan. Salah satu sarana utama untuk pelayanan kesehatan adalah Puskesmas. Dalam tahun 1974/75 melalui Program Bantuan Sarana Kesehatan (Inpres No. 5/ 1974) telah disediakan bantuan untuk membangun 500 unit gedung Puskesmas, yang diperlengkapi dengan rumah dokter dan para medis, peralatan-peralatan non medis serta biaya operasionil. Telah diangkat pula 500 dokter baru pada Puskesmas-puskesmas tersebut sehingga sasaran yang telah ditentukan yakni agar setiap Puskesmas dipimpin seorang dokter mulai terwujud.

Kecuali itu BKIA dan Balai Pengobatan terus ditingkatkan peralatannya. Demikian pula Rumah-rumah Sakit, baik yang dikelola oleh Pemerintah Pusat, maupun oleh Pemerintah Daerah Tingkat I dan II diadakan rehabilitasi serta perluasan. Telah dilaksanakan pula kegiatan-kegiatan rehabilitasi serta memperlengkapi Rumah Sakit Jiwa, peningkatan kesehatan

gigi melalui Balai Pengobatan Gigi, dan peningkatan fungsi serta peralatan laboratorium.

Pemberantasan penyakit menular sebanyak mungkin diintegrasikan dalam kegiatan Puskesmas. Hanya beberapa kegiatan saja yang masih perlu diadakan secara khusus, seperti pe- nyemprotan rumah dengan insektisida. Bagi penyakit-penyakit yang menahun, seperti kusta dan TBC Paru-paru karena memerlukan pengobatan berkala sedikit-dikitnya 1 tahun, maka pemberantasannya dilakukan secara khusus untuk masing-masing daerah.

Pemberantasan penyakit menular bersumber binatang terutama ditujukan kepada pemberantasan penyakit malaria, penyakit demam berdarah, demam keong, penyakit rabies dan pes. Sedangkan pemberantasan penyakit menular-langsung, mencakup kegiatan-kegiatan pemberantasan TBC paru-paru, kolera, penyakit kelamin, penyakit patek, penyakit kusta dan penyakit cacar. Kegiatan di bidang epidemiologi dan karantina meliputi pengamatan epidemiologi, immunisasi, kesehatan dan karantina haji, serta usaha dalam lapangan hygiene sanitasi.

Khusus mengenai penyakit cacar, Indonesia telah dapat dinyatakan bebas cacar oleh WHO pada awal tahun 1974. Da- lam tahun 1974/75 keadaan bebas cacar diusahakan dapat dipertahankan melalui usaha pengamatan epidemiologi clan vaksinasi pada anak-anak.

Mengingat penyediaan air minum yang cukup terutama bagi penduduk daerah pedesaan, dan penggunaan jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan turut menentukan berhasil atau tidaknya usaha pemberantasan penyakit menular, maka dalam rangka Program Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan pada tahun 1974/75 telah dibangun 10.500 sarana air minum, yang terdiri dari 96 buah penampungan mata air perpipaan, 163 buah penampungan air hujan, 81 buah perlindungan mata air, 33 buah sumur artesis dan 10.127 buah sumur dengan pompa tangan. Kecuali itu dibangun pula 150.000 buah jamban keluarga.

43

Untuk melindungi bahaya yang ditimbulkan oleh narkotika dan keamanan dalam penggunaan obat-obatan, serta perlindungan terhadap makanan dan sebagainya untuk keselamatan masyarakat, telah dilakukan pendaftaran semua macam obat yang beredar, mengadakan pengawasan obat-obatan pada apotik-apotik, toko-toko obat, pedagang besar farmasi dan instalasi farmasi.

Sementara itu untuk meningkatkan pengertian dan kesadaran terhadap pentingnya peranan keadaan hygiene dan sanitasi yang baik, telah diadakan penyuluhan mengenai peranan air minum yang sehat serta perbaikan menu makanan yang bernilai gizi tinggi yang berguna bagi kesehatan dan kesejahteraan hidup perorangan maupun keluarga. Usaha Kesehatan Sekolah terus ditingkatkan untuk lebih memperhatikan kesehatan anak-anak sekolah serta lingkungan hidupnya sehingga memberikan kesempatan belajar yang baik dan pertumbuhan yang wajar.

Perhatian diberikan pula terhadap kegiatan penelitian dan pengembangan untuk mendapatkan pengertian yang lebih baik mengenai macam dan sifat masalah-masalah kesehatan serta menemukan dan mengembangkan cara-cara pemecahan yang efektip.

Dalam lapangan pendidikan dan pendayagunaan tenaga kesehatan kegiatan terutama mencakup penataran tenaga kesehatan, peningkatan jaringan informasi dan dokumentasi ilmiah bidang kesehatan dan kedokteran serta peningkatan fasilitas pendidikan tenaga kesehatan.

Jumlah tenaga kesehatan baik tenaga dokter maupun tenaga para medis dari tahun ke tahun terus diusahakan peningkatannya, demikian pula penyebaran tenaga, khususnya ke daerah-daerah juga mendapatkan perhatian yang saksama.

Dalam pada itu penyempurnaan tata cara dan proses perencanaan, pengawasan, kemampuan administrasi dan ketatalaksanaan di bidang kesehatan terus ditingkatkan.

Program keluarga berencana yang telah dilaksanakan sejak Repelita I terus dilanjutkan dan ditingkatkan dalam Repelita II. Apabila dalam Repelita I pelaksanaan keluarga berencana terutama terbatas pada daerah-daerah di pulau Jawa dan Bali, maka sejak tahun pertama Repelita II telah diperluas ke daerah lainnya di luar pulau Jawa dan Bali.

Sementara itu ternyata bahwa jumlah akseptor baru meningkat. Dalam tahun 1974/75 semula diperkirakan bahwa jumlah akseptor baru yang akan dicapai adalah 1,5 juta orang. Kemudian ternyata bahwa dalam tahun 1974/75 akseptor baru. telah mencapai jumlah 1.590.000 orang.

Selanjutnya nampak bahwa golongan petani adalah bagian terbesar dari akseptor baru. Dalam tahun 1973/74 sebanyak 70,7% dari seluruh jumlah akseptor terdiri dari ma-syarakat petani. Sedangkan dalam tahun 1974/75 lebih dari 71 % daripada seluruh akseptor adalah para petani.

Dilihat, dari segi umur ternyata bahwa prosentase golongan umur muda dari akseptor baru juga meningkat. Akseptor berumur 15 — 19 tahun meningkat dari sekitar 4,6% pada tahun 1972/73 menjadi lebih dari 7% pada tahun 1974/75. Demikian pula akseptor berumur 20 — 24 tahun telah meningkat dari sekitar 19% pada tahun 1972/73 menjadi sekitar 26% dalam tahun 1974/75. Hal ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan oleh karena turut sertanya penduduk pada umur yang lebih muda dalam pelaksanaan keluarga berencana diharapkan akan memberikan akibat yang lebih besar terhadap penurunan angka kelahiran.

Perkembangan-perkembangan tersebut ditunjang pula oleh peningkatan dalam pelbagai lapangan lainnya. Khususnya di bidang penerangan keluarga berencana, kegiatan wawan muka lebih ditingkatkan terutama dengan menambah jumlah tenaga Petugas Lapangan Keluarga Berencana. Dalam hubungan ini jumlah Petugas Lapangan Keluarga Berencana telah meningkat dari sekitar 5.900 orang pada tahun 1973/74 menjadi lebih dari 6.500 orang dalam tahun 1974/75.

Pelayanan keluarga berencana ditingkatkan melalui pengembangan klinik keluarga berencana. Apabila dalam tahun terakhir Repelita I (1973/74) terdaftar 2.235 buah klinik keluarga berencana, maka dalam tahun 1974/75 jumlah tersebut naik menjadi 3.018 buah. Selain pelayanan melalui klinik telah dikembangkan pula Team Medis Keliling yang ditujukan khusus untuk melayani daerah yang jauh dari klinik yang ada. Dalam tahun 1974/75 telah terdapat 380 Team Medis Keliling dibanding dengan 300 team dalam tahun 1973/74.

Untuk dapat melayani peningkatan program tersebut telah dikembangkan pula jumlah tenaga yang melayani klinik keluarga berencana, yang terdiri dari para dokter, bidan, pembantu bidan dan tenaga administrasi. Apabila dalam tahun 1973/74 jumlah tenaga yang melayani klinik keluarga berencana berjumlah 7.356 orang maka dalam tahun 1974/75 telah meningkat menjadi 9.777 orang. Selain penambahan jumlah, mutu tenaga pelayanan juga ditingkatkan melalui kegiatan pendidikan dan latihan.

Sementara itu dalam lapangan pendidikan kependudukan, dalam tahun 1974/75 telah dihasilkan prototipe bahan pelajaran untuk kelas 2 Sekolah Lanjutan Pertama bagi daerahdaerah di Palau Jawa dan Bali. Kecuali itu telah dipersiapkan pula bahan pendidikan kependudukan untuk anak berumur 13 — 19 tahun dalam rangka program, pendidikan di luar sekolah.

Di samping kegiatan-kegiatan tersebut di atas, dalam tahun 1974/75 dilanjutkan dan ditingkatkan pula usaha di bidang pencatatan dan pelaporan, penelitian, logistik dan penyempurnaan Prasarana fisik untuk dapat menunjang keseluruhan program keluarga berencana.

Pembangunan Kesejahteraan Sosia1 terutama ditujukan untuk mengembangkan segi-segi tehnis pelayanan sosial kepada masyarakat di samping menyempurnakan prasarana yang telah ada. Dalam hubungan ini dilakukan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan mutu pelayanan baik kepada keluarga,

anak terlantar, orang lanjut usia, para penderita cacat, korban bencana alam, dan masyarakat terasing maupun pembinaan kesejahteraan para remaja di kota dan di desa-desa.

Untuk membantu memperbaiki tingkat, penghidupan para keluarga yang berpenghasilan rendah telah dilakukan kegiatan bimbingan serta latihan kerja produktip kepada 1.500 kepala keluarga yang tersebar di desa-desa pada 44 Kabupaten. Bimbingan terutama diberikan mengenai cara penggunaan waktu senggang dan usaha memanfaatkan bahan-bahan yang ada di lingkungan hidup sekitarnya untuk menambah pendapatan sehari-hari.

Terhadap kelompok masyarakat yang hidup tak menetap (terasing) diberikan bimbingan praktis agar mereka bersedia tinggal di suatu perkampungan. Dalam tahun 1974/75 telah dapat diusahakan penampungan 600 kepala keluarga pada perkampungan baru serta memantapkan pembinaan 950 kepala keluarga pada perkampungan yang telah ada.

Sementara itu untuk menyempurnakan cara pengasuhan anak-anak terlantar dalam Panti-panti Asuhan, diberikan pula latihan-latihan ketrampilan kerja. Untuk itu pada beberapa Panti Asuhan di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, telah dibangun ruangan-ruangan latihan ketrampilan berikut peralatannya.

Dalam usaha pelayanan kepada para penderita cacat antara lain telah dilaksanakan perluasan asrama penyantunan, penyediaan peralatan dan perlengkapan pendidikan/latihan kerja, pengadaan bengkel kerja untuk usaha bersama setelah selesai menjalani rehabilitasi serta bantuan peralatan kerja bagi para penderita cacat yang telah kembali ke masyarakat.

Terhadap orang terlantar tanpa tempat tinggal dan pekerjaan yang layak, dilakukan usaha rehabilitasi melalui pembinaan mental untuk membangkitkan kesadaran harga diri dan kesadaran akan kemuliaan kerja. Kecuali itu diusahakan menyalurkan tenaga mereka ke sektor-sektor produksi atau per‑

tanian di luar Jawa. Dalam tahun 1974/75 telah disalurkan sejumlah 1.000 kepala keluarga gelandangan dari DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur, dan ditempatkan di daerah pertanian di Lampung, Bengkulu dan Sumatera Selatan.

Di samping kegiatan-kegiatan tersebut di atas, telah diselenggarakan pula latihan-latihan khusus bagi 29 orang Pembina Remaja tingkat Propinsi serta 255 orang petugas pembina kesejahteraan remaja di tingkat Kabupaten/Kotamadya, agar mereka dapat mengembangkan program Karang Taruna di daerah-daerah, Kecuali itu diselenggarakan pula latihan kecakapan pengorganisasian kegiatan sosial, yang ditujukan untuk mendorong ikut sertanya masyarakat dalam pembangunan di bidang kesejahteraan sosial.

Di bidang perumahan rakyat dalam tahun 1974/75 telah dibentuk Badan Kebijaksanaan Perumahan Nasional (BKPN) dan Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional (Perumnas). Kecuali itu telah ditentukan pula bahwa Bank Tabungan Negara berfungsi sebagai Bank Hipotik Perumahan.

Melalui lembaga-lembaga tersebut secara terbatas telah dimulai kegiatan pembangunan perumahan rakyat. Dalam tahun 1974/75 Perumnas telah membeli/membebaskan tanah seluas 140 Ha di Cirebon, 4 Ha di Bandung, dan 5,7 Ha di Semarang, untuk dijadikan tanah matang guna pembangunan rumah sederhana. Rumah sederhana tersebut terutama diperuntukkan bagi golongan penduduk yang berpendapatan rendah dan sedang. Di samping itu dibangun pula 120 unit rumah sederhana di Semarang.

Sementara itu dalam tahun 1974/75 diusahakan menyele- saikan pembangunan pabrik perintis papan buatan (particle board) di Sukabumi yang dapat menghasilkan bahan bangunan untuk perumahan rakyat dengan harga murah tetapi tetap bermutu.

Dalam rangka pembangunan perumahan di desa, dalam tahun 1974/75 telah diilaksanakan Proyek Perintis Perumahan

Desa di beberapa desa di Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta. Kecuali itu diadakan pula kursus dan Latihan/Bimbingan Tehnik Pembangunan dan Pemugaran Perumahan Desa terhadap para petugas baik pada tingkat nasional, daerah, maupun petugas di tingkat desa.

Dalam usaha menyebar luaskan informasi tehnis di bidang pembangunan perumahan, telah dipersiapkan pendirian Pusat Informasi Tehnik Pembangunan di Padang, Palembang, Mana-do dan Ambon. Di samping itu Pusat-pusat Informasi yang telah didirikan selama Repelita I terus dilanjutkan pembinaannya.

Sementara itu telah dilaksanakan pula program perbaikan kampung di kota-kota. Dalam hubungan ini dalam tahun 1974/75 telah dapat diselesaikan perbaikan kampung di Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Raya seluas 990 Ha yang dapat dimanfaatkan oleh sekitar 425.000 penduduk.

Untuk memperbaiki lingkungan perumahan dan lingkungan pemukiman di kota-kota, dalam tahun 1974/75 telah dilakukan perbaikan sarana sanitasi kota termasuk pula perbaikan saluran pembuangan air limbah. Dalam hubungan ini maka di samping kegiatan lanjutan studi penyusunan rencana pembuangan air limbah untuk kota-kota Bandung, Medan, Ujung Pandang, dan Pontianak, dalam tahun 1974/75 telah mulai dilaksanakan pembuangan air limbah di Surakarta.

Dalam lapangan penyediaan air minum, dalam tahun 1974/ 75, telah diselesaikan penambahan kapasitas air minum sebesar 230 liter/detik. Sebagai peningkatan kegiatan dalam Repelita I, maka usaha penambahan kapasitas produksi air minum dalam tahun 1974/75 disertai juga dengan perbaikan dan perluasan jaringan distribusi, sehingga jumlah penduduk yang dapat dilayani makin bertambah.

Di samping peningkatan produksi dan perbaikan/perluasan jaringan distribusi dalam tahun 1974/75 juga diadakan studi dan perencanaan air minum di beberapa kota.

49

Dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan baru di bidang pembiayaan proyek-proyek air minum telah dibentuk Perusahaan Air Minum pada 12 kota sesuai dengan Undang-undang Perusahaan Daerah.

Di bidang pengembangan ilmu dan penelitian, kegiatan jangka panjang ditujukan ke arah penelitian tentang perkembangan dan pengaruh timbal batik antara sumber tenaga manusia, sumber kekayaan alam dan perkembangan teknologi. Dalam tahun 1974/75 penelitian dengan perspektif jangka panjang, meliputi (1) penelitian perspektif jangka panjang perekonomian Indonesia, dan (2) penelitian potensi sumber daya ekonomi (kehutanan, perikanan, dan energi). Sementara itu penelitian jangka pendek dalam tahun 1974/75 meliputi berbagai judul penelitian.

Di samping kegiatan-kegiatan tersebut di atas, telah dikembangkan pula sarana ilmu dan teknologi, khususnya melalui pengembangan sistim jaringan dokumentasi dan informasi ilmu pengetahuan. Dalam hubungan ini pada tahun 1974/75 telah dapat dihimpun 31.695 buah buku pada Pusat Dokumentasi dan Informasi Nasional (PDIN). Kecuali itu telah diterbitkan hasil karya ilmiah dan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh lembaga-lembaga dalam lingkungan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Dalam pada itu telah dirintis pula kegiatan pengembangan sistim nasional untuk standardisasi. Untuk itu telah dibentuk komisi-komisi yang meliputi bidang bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi, logam dan mesin, bidang satuan, barang konsumsi, serta sedang dijajagi pula pembentukan komisi di bidang listrik.

Di bidang statistik, maka untuk memperbaiki sistim perstatistikan nasional dan memperkuat kemampuan Biro Pusat Statistik dalam organisasi dan penatalaksanaan serta tehnik statistik, diadakan kerjasama dengan badan-badan luar negeri dan badan-badan internasional di bidang perstatistikan.

Dalam hubungan ini program kerja Biro Pusat Statistik selama Repelita II, ialah (1) peningkatan atau pengembangan berbagai macam statistik; (2) kegiatan sensus dan ad-hoc survey; dan (3) pengembangan sistim perstatistikan nasional. Peningkatan dan pengembangan statistik mencakup statistik pertanian, industri (termasuk konstruksi), pengangkutan, sosial, harga dan biaya hidup, serta perdagangan. Sedangkan kegiatan sensus dan ad-hoc survey terdiri dari: sensus dan survey penduduk dan sensus pertanian yang telah diadakan pada tahun 1973, sedang pengolahannya akan berlangsung selama dua tahun ialah tahun 1974 dan 1975, serta sensus industri tahun 1974/75.

Kegiatan statistik pertanian yang telah dilakukan pada tahun 1974/75 ialah berupa pengembangan metode statistik hasil produksi rata-rata per hektare tanaman pangan pokok (padi dan palawija). Disamping itu dikembangkan pula metode meramalkan produksi karet alam, perbaikan cara meramalkan produksi padi, dan telah selesai ditabulasikan sensus dan survey kopi rakyat serta sensus perikanan.

Dalam lapangan statistik industri telah dapat diselesaikan pengumpulan data dan tabulasi data tentang tenaga kerja, input dan nilai tambah. Untuk memperoleh gambaran mengenai struktur sektor industri sebagai keseluruhan, maka mulai bulan Juli 1974 diselenggarakan sensus menyeluruh yang mencakup semua lapisan industri, pertambangan, listrik, air dan gas, serta konstruksi.

Di bidang statistik angkutan laut telah dilakukan persiapan pembinaan statistik pengangkutan laut menurut sistim "L-2 Scheme", dimana dimungkinkan penggolongan barang menurut ciri-ciri kapal sehingga dapat disajikan data yang sangat perlu untuk menentukan kebijaksanaan perhubungan. Dalam lapangan angkutan darat sedang dipersiapkan suatu rencana sample survey yang dimaksudkan untuk dipakai bagi keperluan perkiraan besarnya kontribusi angkutan darat dalam pendapatan nasional.

51

Dalam lapangan statistik sosial dimulai berbagai analisa berdasarkan pengolahan hasil sensus penduduk tahun 1971, baik untuk tingkat kabupaten, propinsi, dan nasional. Dalam hubungan ini telah dilaksanakan proyeksi penduduk untuk tahun 1971 sampai dengan tahun 1981 (diperinci menurut umur, jenis kelamin, per pulau), keadaan demografi Indonesia dan situasi angkatan kerja 1971 - 1981. Sementara itu sedang diusahakan pula analisa tentang pendidikan dan penggunaan tenaga kerja berdasarkan hasil sensus penduduk 1971.

Dalam usaha mendapatkan suatu pengukur laju inflasi yang lebih luas ruang lingkupnya, maka di samping indeks biaya hidup diperlukan indeks harga perdagangan besar. Dalam tahun 1974/75 telah dapat diselesaikan tahap pengumpulan harga-harga dan sudah mulai dihitung indeks tiap-tiap sektor dan sub sektor. Untuk harga eceran konsumen telah dilakukan perbaikan dan perluasan dalam pengumpulan data harga eceran barang konsumsi. Sementara itu terus dilanjutkan usaha penyusunan indeks harga konsumen, yang terdiri dari 100 jenis barang dan jasa, yang timbangan dan komposisi paketnya didasarkan atas survey pengeluaran konsumsi rumah tangga tahun 1968/69 dan 1970/71 pada sebelas kota besar.

Masalah yang menyangkut statistik impor dan ekspor yang bertalian dengan kelengkapan dokumen-dokumen yang harus datang dari 250 buah pelabuhan dan kelambatan pemasukannya di Biro Pusat Statistik, secara berangsur-angsur dapat di atasi berkat kerjasama yang baik dengan instansi-instansi yang bersangkutan.

Di samping kegiatan-kegiatan tersebut di atas telah diusahakan pula untuk memperbaiki sistim perstatistikan nasional. Kegiatan di lapangan ini terutama ditujukan untuk lebih memantapkan fungsi Biro Pusat Statistik dalam menyajikan data statistik, lebih menyempurnakan sistim dan metode pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisa data, serta meningkatkan mutu tehnis pegawai Biro Pusat Statistik melalui program latihan baik di dalam maupun di luar negeri.

Di bidang tertib hukum dan pembinaan hukum antara lain telah diusahakan pemantapan kerjasama antara lembaga-lembaga penegak hukum. Kerjasama tersebut terutama ditujukan untuk dapat terlaksananya peradilan yang bebas dan tidak memihak, penyelenggaraan administrasi peradilan yang cepat dan tertib, pengawasan ketertiban terhadap penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan serta pemberantasan tindak pidana khusus yang langsung atau tidak langsung mengacau maupun membahayakan pelaksanaan pembangunan.

Di bidang pembinaan hukum dilanjutkan usaha kodifikasi hukum nasional serta penyelesaian sejumlah rancangan perundang-undangan yang mendapat prioritas. Kecuali itu dilakukan pula berbagai kegiatan latihan dan pertemuan ilmiah untuk menunjang pembinaan dan pembaharuan hukum.

Dibidang pembinaan kejaksaan telah ditingkatkan pula efektifitas kerja, khususnya dalam penyelesaian perkara. Pada tahun 1974 perkara yang dapat diselesaikan oleh kejaksaan adalah 88,1% dari jumlah perkara yang masuk, dibanding 86,7% pada tahun 1973.

Pembinaan badan-badan peradilan terus dilanjutkan antara lain melalui pembentukan pengadilan-pengadilan negeri di tiaptiap Kabupaten dan pengadilan tinggi di tiap-tiap Propinsi serta mengusahakan penyempurnaan pengadilan-pengadilan yang ada. Pada tahun 1974/75 telah dibentuk dua pengadilan baru di Kefamenanu (Nusa Tenggara Timur) dan di Buntok (Kalimantan Tengah). Kecuali itu telah dibangun dan direhabilitir gedunggedung pengadilan. Jumlah perkara yang dapat diselesaikan pada tahun 1974 oleh pengadilan tinggi adalah sebesar 98% dari seluruh jumlah perkara, dibandingkan dengan 96% dalam tahun 1973.

Dalam hal pembinaan pemasyarakatan pada tahun 1974/75 telah diperbaiki atau dibangun kembali sejumlah 20 lembaga pemasyarakatan.

Di samping kegiatan-kegiatan tersebut di atas, telah di usahakan pula penyempurnaan penyelenggaraan keimigrasian.

Kegiatan pembangunan penerangan dan komunikasi sosial diarahkan untuk menimbulkan pengertian, kesadaran, tanggung jawab serta partisipasi masyarakat terhadap pembangunan.

Untuk menunjang pelaksanaan kebijaksanaan tersebut dalam tahun 1974/75 telah dilakukan kegiatan pengembangan sarana-sarana penerangan serta peningkatan sistim penerangan.

Dalam lapangan operasioni1 penerangan dalam tahun 1974/75 telah diprodusir film-film penerangan tentang pemba-ngunan, antara lain 38 nomor film berita (Gelora Indonesia), 17 judul film siaran khusus, produksi bahan penerangan berupa slide, foto, poster dan lain sebagainya.

Di bidang pengembangan sarana radio, TV dan film, kegiatan ditujukan untuk meningkatkan mutu siaran, perluasan jangkauan radio dan TV, serta meningkatkan sarana film negara. Dalam hubungan ini dalam tahun 1974/75 telah dilanjutkan pembangunan dan penyempurnaan pemancar TVRI di Jakarta serta stasiun-stasiun relay dan pemasangan peralatan pemancar di daerah-daerah di pulau Jawa. Hingga akhir tahun 1974/75 daya jangkauan siaran TV adalah sekitar 72.000 km2 dan jam siarannya meliputi 6.030 jam/tahun.

Sementara itu dalam tahun 1974/75 telah dihasilkan 77 judul film nasional. Hal ini merupakan suatu peningkatan apa- bila dibandingkan dengan produksi 60 judul film nasional dalam tahun 1973/74.

Untuk mendorong pembinaan swadaya pers nasional, dalam tahun 1974/75 telah diselenggarakan pendidikan/latihan baik oleh organisasi pers sendiri maupun oleh pemerintah. Di samping itu pertemuan pers dengan pimpinan pemerintahan di pusat dan daerah serta peninjauan, para wartawan ke obyekobyek pembangunan juga telah diselenggarakan.

Dalam tahun 1974/75 telah dilakukan berbagai kegiatan dalam rangka penyempurnaan administrasi Pemerintah. Sebagai akibat peningkatan kegiatan pembangunan, maka tuntutan di bidang administrasi Pemerintah dalam Repelita II jauh lebih besar dari pada yang dihadapi dalam Repelita I.

Di bidang administrasi