Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kinerja Karyawan
Kemajuan zaman membawa pemikiran baru tentang pentingnya
memberdayakan sumber daya manusia. Tuntutan pemberdayaan sumber daya
manusia tertuju pada produktivitas tenaga kerja yang bercirikan gerakan yang
lebih cepat, fleksibel dan efektif. Serta tuntutan dinamis seperti kemampuan dan
pengetahuan secara organisasional. Aset organisasi yang benar tidak lagi
berbentuk fisik bangunan, tetapi diinvestasikan oleh modal sumber daya
manusianya. Sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan dan
pengetahuan baik akan memberikan pencapaian kerja yang baik.
Kinerja diartikan sebagai hasil kerja yang dilakukan oleh seseorang.
Kinerja karyawan merupakan hasil yang dapat dicapai oleh seorang karyawan,
dengan kebijakan yang dibuat oleh pemimpin. Kebijakan ini sebelumnya telah
disetujui oleh pihak yang bersangkutan. Sehingga ketika kebijkan ini telah
dilaksanakan dan dianggap sebagai tugas akan muncul penilaian kerja yang
dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahan.
Setiap karyawan memiliki kemampuan dan ketrampilan masing-masing
dalam mencapai kinerja yang ditentukan. Tergantung pada seberapa
tanggungjawab mereka untuk melaksanakan tugas yang diberikan. Pekerjaan atau
tugas yang diberikan, biasanya akan mempunyai kurun waktu tertentu dalam masa
penyelesaiannya, dan karyawan dituntut untuk memenuhinya.
Berikut adalah tabel yang menerangkan definisi kinerja dari beberapa ahli:
10
Tabel 2.1Definisi Kinerja Karyawan
No. KarakterKinerja
A.A AnwarPrabu
Mangkunegaran,2006
Dale S. Beach(Ruky, 2001) Rive, 2005 John Soeprianto,
2003
1. Pengertian Hasil kerja Penilaiansistematis Hasil kerja Hasil kerja
2. Sasaran Karyawan Individukaryawan Pegawai Individu/kelompok
3. Ukuran Kualitas dankuantitas
Prestasi danpotensi
Kualitas dankuantitas
Standar, target dankriteria
4. TujuanPelaksanaantugas dantanggung jawab
Pengembangankaryawan
Pelaksanaantugas dantanggungjawab
-
5. Kurunwaktu - - - Periode tertentu
Sumber : Dikembangkan dari beberapa referensi
Atas dasar beberapa sumber diatas, kinerja karyawan diartikan sebagai
hasil kerja yang diukur melalui standar, target maupun kriteria pekerjaan, dengan
tujuan untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab serta pengembangan
karyawan dalam periode waktu tertentu, misalnya setiap akhir tahun.
2.1.1 Penilaian Kinerja Karyawan
Seperti halnya seseorang harus mengalami peningkatan dalam belajar
maupun berbuat sesuatu. Begitu juga dengan kinerja, seiring berjalannya waktu
maka kinerja seseorang dituntut untuk terus mengalami peningkatan yang
spesifik. Peningkatan ini, tidak hanya diinginkan oleh yang memberi kerja pun
oleh yang menerima pekerjaan. Bagaimana kita mengetahui hasil kerja adalah
dengan melakukan penilaian terhadap pekerjaan yang kita lakukan. Sistem
manajemen kinerja (performance management system) merupakan proses untuk
11
mengidentifikasi, mengukur, dan mengevaluasi kinerja karyawan dalam
perusahaan (Bangun, 2012). Penilaian kinerja terhadap karyawan dilakukan
berdasarkan standar pekerjaan yang diberikan. Standar kinerja adalah tingkat yang
diharapkan suatu pekerjaan tertentu untuk dapat diselesaikan dan merupakan
pembanding (benchmarks) atas tujuan atau target yang ingin dicapai. Bangun,
2012 menyatakan penilaian kinerja memiliki tujuan dan manfaat yang jelas bagi
karyawan sebagai berikut.
a. Penilaian kinerja dilakukan untuk mengevaluasi antar individu dalam
organisasi. Tujuan penilaian kinerja memberikan manfaat dalam menentukan
jumlah dan jenis kompensasi, tujuan lain yakni sebagai dasar dalam
memutuskan pemindahan pekerjaan (jobs transfering) sampai pemberhentian.
b. Agar karyawan memiliki etos kerja dan produktivitas kerja yang tinggi,
penilaian kinerja oleh perusahaan digunakan sebagai jembatan untuk program
pengembangan karyawan. Pengembangan karyawan dapat dilakukan dengan
pendidikan dan pelatihan.
c. Pemeliharaan sistem yang terus menerus akan memberikan manfaat bagi
program pengembangan karyawan yang berkelanjutan.
d. Penilaian kinerja bertujuan sebagai dokumentasi bagi kemampuan karyawan
dalam melakukan pekerjaannya. Dokumentasi kemampuan karyawan
merupakan bukti yang valid bagi departemen manajemen sumber daya
manusia.
Penilaian kinerja dilakukan semata-mata bukan hanya untuk kepentingan
organisasi perusahaan namun juga untuk kesejahteraan karyawan. Bagi
12
perusahaan penilaian kinerja akan memberikan informasi mengenai kinerja
karyawan yang baik maupun buruk. Dengan informasi tersebut diperoleh
keputusan yang dibuat oleh departemen sumber daya manusia, apakah karyawan
masih layak dipekerjakan atau tidak. Penilaian kinerja ini bertujuan untuk
memberikan apresiasi dan menjembatani hak karyawan yang harus diperoleh.
Dengan penilaian kinerja, karyawan yang mempunyai prestasi baik mendapatkan
pengakuan dan penghargaan atas pekerjaannya. Sehingga kesejahteraan karyawan
tercapai dengan adanya penilaian kinerja.
Menurut Bangun, 2012, penialain kinerja dilakukan berdasarkan dengan standar
kinerja. Standar kinerja yang dimaksudkan adalah sebagai berikut.
a. Spesifikasi pekerjaan. Spesifikasi pekerjaan menunjukkan apakah karyawan
memenuhi syarat standar keahlian pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya
atau tidak.
b. Kualitas pekerjaan. Kualitas pekerjaan menunjukkan kemampuan bekerja
dengan baik sehingga mencapai tingkat kualitas yang telah ditetapkan.
c. Ketepatan waktu. Ketepatan waktu menunjukkan pekerjaan harus
diselesaikan tepat pada waktunya.
d. Kehadiran. Kehadiran menunjukkan tingkat kesungguhan atas pekerjaan yang
menjadi tanggungjawabnya. Tingkat kehadiran akan menentukan kinerja
karyawan tersebut baik atau tidak.
e. Kemampuan kerja sama. Kemampuan kerja sama menunjukkan kemampuan
karyawan dalam bekerja sama dengan rekan kerja lainnya. Kemampuan kerja
13
sama bisa diwujudkan dalam bentuk komunikasi, kemampuan berpendapat
dan kemampuan memberikan saran untuk tujuan yang baik.
2.1.2 Kinerja Karyawan dan Kebijakan Pemberdayaan Karyawan
Setelah dilakukan penilaian atas kinerja karyawan, pimpinan perusahaan
melanjutkan dengan kebijakan baru terkait program pemberdayaan lanjutan
diantaranya sebagai berikut.
a. Promosi merupakan program mutasi yang memperbesar kewenangan dan
tanggungjawab karyawan ke posisi (jabatan) lain yang lebih tinggi. Promosi
bertujuan untuk meningkatkan kinerja karyawan dan semangat atau gairah
bekerja menjadi lebih giat lagi.
b. Mutasi didefinisikan sebagai suatu perubahan posisi, jabatan, tempat,
pekerjaan yang dilakukan secara horizontal maupun vertical. Mutasi
memiliki fungsi sebagai orientasi pengembangan karyawan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja dalam perusahaan. Mutasi
memiliki tujuan lain yaitu memberikan wawasan dan pengetahuan dalam
skop yang lebih luas.
c. Demosi merupakan perpindahan posisi atau jabatan yang melibatkan
penurunan posisi bahkan gaji. Demosi dilakukan untuk melindungi
perusahaan atas penempatan karyawan yang tidak sesuai. Demosi dapat
diartikan sebagai hukuman atas kinerja karyawan yang memiliki predikat
dibawah standar.
Organisasi abad 21 yang menggunakan sumber daya manusia sebagai aset
penting didalamnya, memberikan pergesaran pandangan tentang organisasi
14
berbasis enterprise industri yang bergerak menuju enterprise berbasis
pengetahuan (Rivai, 2009). Dibawah ini adalah tabel yang menjelaskan perbedaan
antara organisasi berbasis enterprise dengan organisasi berbasi pengetahuan.
Tabel 2.2Model Entreprise
The Industrial Enterprise The Knowledge-Based Enterprise
Sifat : Berskala ekonomi Standarisasi kerja Standarisasi penekanan kerja Modal finansial Korporasi HQ (Headquarters)
sebagai pengontrol operasional Struktur hierarki piramida Karyawan dipandang sebagai biaya Secara internal terfokus pada
perintah top-down Berorientasi pada individu Informasi berdasar pada need to
know Kebijakan vertical Penekanan pada stabilitas Penekanan pada kepemimpinan
vertical
Sifat : Unit bisnis yang lebih kecil Customized kerja Fleksibel, keterampilan berdasar
pada jenis kerja Modal sumber daya manusia Korporasi HQ (Headquarters)
sebagai penasehat dan penjaga Struktur datar Karyawan dipandang sebagai
investasi Distribusi perintah eksternal dan
internal Berorientasi pada tim Sistem informasi distribusi dan
terbuka Penekanan pada perubahan Penekanan pada pemberdayaan self-
leadershipSumber : Rivai, Veithzal. 2009. Islamic Leadership. Jakarta : Bumi Aksara.
2.2 Kepemimpinan
2.2.1 Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat didefinisikan berdasarkan beberapa pendapat ahli,
diantaranya sebagai berikut.
a. Kepemimpinan adalah suatu usaha menggunakan suatu gaya mempengaruhi
dan tidak memaksa untuk memotivasi individu dalam mencapai tujuan
(Gibson dalam Pasolong, 2007:110).
15
b. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju
pencapaian sasaran (Robbins, 2006:432).
c. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk memberikan pengaruh yang
konstruktif kepada orang lain untuk melakukan suatu usaha kooperatif
mencapai tujuan yang sudah direncanakan (Kartono, 2005:153).
d. Kepemimpinan adalah proses atau rangkaian kegiatan yang saling
berhubungan satu dengan yang lain, meskipun tidak mengikuti rangkaian
yang sistematis. Rangkaian itu berisi kegiatan menggerakkan, membimbing
dan mengarahkan serta mengawasi orang lain dalam berbuat sesuatu, baik
secara perseorangan maupun bersama-sama (Hadari Nawawi, 2004).
Dari keempat definisi mengenai kepemimpinan diatas, kepemimpinan
secara universal merupakan suatu proses dimana terdapat hubungan kausalitas
antara pemimpin dengan yang dipimpin. Hubungan kausalitas tersebut berupa
pengaruh yang berdampak pada keduanya. Hubungan kausalitas yang tercipta
akan berpengaruh terhadap objek yang bersangkutan.
Konsep kepemimpinan merupakan komponen fundamental yang penting
untuk menganalisis proses dan dinamika didalam organisasi. Kats dan Kahn
dalam Watkin, 1992; Udik Wibowo, 2011 mendefinisikan kepemimpinan yang
dikelompokkan menjadi tiga, yakni “sebagai atribut atau kelengkapan dari suatu
kedudukan, sebagai karakteristik seseorang, dan sebagai kategori perilaku”.
Pengertian pertama kepemimpinan sebagai atribut atau kelengkapan suatu
kedudukan, dikemukakan oleh {(Janda (-) (Yukl, 1989; Udik Wibowo, 2011)}
sebagai berikut.
16
“Leadership is a particular type of power relationship characterized by agroup member’s perception that another group member has the right toprescribe behaviour pattern for the former regarding his activity as a groupmember”.
Kepemimpinan adalah jenis khusus karakteristik hubungan kekuasaan
yang ditentukan oleh anggapan para anggota kelompok bahwa seorang dari
anggota kelompok itu memiliki kekuasaan untuk menentukan pola perilaku terkait
dengan aktivitasnya sebagai anggota kelompok. Pengertian tersebut bisa
disamakan dengan posisi seorang pimpinan yang memiliki kekuasaan, seperti
merubah kebijakan dan memberikan pengarahan langsung atau direct warning
kepada bawahannya jika dianggap itu perlu.
Pengertian yang kedua kepemimpinan sebagai karakteristik seseorang,
terutama dikaitkan dengan sebutan pemimpin. Hoyt dkk, 2008 menyatakan:
“Leaders are agent of change, persons whose act affect other people morethan other people’s acts affect them”.
Pemimpin merupakan agen perubahan, orang yang bertindak
mempengaruhi orang lain lebih dari orang lain mempengaruhi dirinya.
Gibson, Ivancevich dan Donnelly dalam Wibowo, 2011, mengungkap
bagaimana seorang pemimpin harus mampu menjadi teladan dan panutan bagi
siapa saja yang dipimpinnya. Tercermin dari perilaku, sikap, kinerja dan
kemampuan bekerjanya. Adapun contoh pengertian kepemimpinan sebagai
perilaku dikemukakan oleh Sweeney dan McFarlin, 2002 yakni:
“Leadership involves a set of interpersonal influence processes. Theprocesses are aimed at motivating sub-ordinates, creating a vision for thefuture, and developing strategies for achieving goals”.
17
Kepemimpinan melibatkan seperangkat proses pengaruh antar orang.
Proses tersebut bertujuan memotivasi bawahan, menciptakan visi masa depan, dan
mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan.
2.2.2 Kepemimpinan Islam
Dalam Islam, tidak ada pembagian tentang tipe-tipe kepemimpinan seperti
pada kepemimpinan konvensional. Akan tetapi, Islam menentukan karakter
seorang pemimpin yang sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan hadist (Munawwir,
2003: 97). Kepemimpinan dalam Islam sebagai bentuk kepemimpinan informal
yaitu pemimpin yang diangkat tidak berdasarkan pengangkatan resmi. Adanya
keberagaman ummat di muka bumi ini, Islam membagi sikap kepemimpinan
sebagai berikut (Munawwir, 2003: 133) diantaranya:
a. sikap terhadap golongan Islam
b. sikap sesama ummat Islam
c. sikap sebagai pemimpin bangsa
Konsep kepemimpinan dalam Islam bukanlah proses alam secara
kasuistik, melainkan sebagai rahmatan lil’alamin yang tidak lepas dari proyeksi
Illahiyah melalui syariat Islam yang bernuansa universal dan dinamis seiring
dengan dinamika peradaban muslim. Pada masa Rasulullah terlebih beliau
diangkat sebagai Rasul untuk menyampaikan risalah Islam, landasan-landasan
normatif tentang kepemimpinan muslim sudah diperkenalkan, diartikulasikan
dalam kehidupan sebagai salah satu panggilan agama dan merupakan bentuk
beribadah. Pemahaman terhadap nilai-nilai kepemimpinan Islam dalam segala
aspek kehidupan akan mempengaruhi kinerja, motivasi serta etos kerja seseorang.
18
2.3 Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan memiliki arti suatu cara yang digunakan pemimpin
dalam berinteraksi dengan bawahannya (Tjiptono, 2006:161). Sedangkan
pendapat yang dicetuskan oleh Hersey, 2004:29 mengemukakan bahwa gaya
kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari
seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain. Menurut Wahjosumidjo (dalam
Kartono, 2005), mengatakan perilaku pemimpin dalam proses pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah sesuai dengan gaya kepemimpinan seseorang.
Gaya kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut.
2.3.1 Gaya Kepemimpinan Direktif.
Karakteristik gaya kepemimpinan direktif ciri-cirinya adalah sebagai
berikut.
a. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
seluruh pekerjaan menjadi tanggungjawab pemimpin.
b. Pemimpin melakukan pengawasan kerja dengan ketat.
c. Pemimpin menentukan standar kepada bawahan dalam menjalankan tugas.
d. Pemimpin memberikan ancaman dan hukuman kepada bawahan yang tidak
berhasil melaksanakan tugas-tugas yang telah ditentukan.
e. Hubungan antara pimpinan dan bawahan dalam tingkat frekuensi yang rendah.
Pimpinan kurang memberikan motivasi kepada bawahan untuk
mengembangkan diri secara optimal, karena pemimpin kurang percaya dengan
kemampuan bawahan.
19
2.3.2 Gaya Kepemimpinan Konsultatif.
Karakteristik gaya kepemimpinan konsultatif ciri-cirinya adalah sebagai
berikut.
a. Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dilakukan oleh pemimpin
setelah mendengarkan keluhan bawahan.
b. Pemimpin menentukan tujuan dan mengemukakan berbagai ketentuan yang
bersifat umum setelah melalui proses diskusi dan konsultasi dengan bawahan.
c. Penghargaan dan hukuman diberikan kepada bawahan dalam rangka
memberikan motivasi kepada bawahan.
d. Hubungan antara pimpinan dan bawahan berlangsung dengan baik.
2.3.3 Gaya Kepemimpinan Partisipatif.
Karakteristik gaya kepemimpinan partisipatif ciri-cirinya adalah sebagai
berikut.
a. Pemimpin dan bawahan bersama-sama terlibat dalam pengambilan keputusan
dan pemecahan masalah.
b. Pemimpin memberikan keleluasan kepada bawahan untuk melaksanakan
pekerjaan.
c. Hubungan antara pimpinan dan bawahan berlangusng dengan baik dan dalam
suasana persahabatan serta saling percaya.
d. Pemimpin memberikan motivasi kepada bawahan sehingga bawahan lebih
mampu dalam mencapai tujuan organisasi.
20
2.3.4 Gaya Kepemimpinan Delegatif.
Karakteristik gaya kepemimpinan delegatif ciri-cirinya adalah sebagai
berikut.
a. Pemimpin mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi organisasi
perusahaan dengan bawahan, kemudian pengambilan keputusan dan
pemecahan diserahkan kepada bawahan.
b. Bawahan memiliki hak untuk menentukan langkah-langkah bagaimana
keputusan dilaksanakan.
c. Hubungan antara pimpinan dan bawahan rendah.
2.4 Gaya Kepemimpinan Islam
Sudah tercatat oleh sejarah mengenai konsep kepemimpinan Islam
sebagaimana Nabi Adam memimpin Hawa dan keturunannya setelah diusir dari
surga. Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Allah yang menyampaikan ajaran-
ajaran agama adalah kepala negara dan kepala rumah tangga. Mengenai
kepemimpinan, Rasulullah SAW bersabda “Telah menceritakan kepadaku Ismail,
malaikat dari Abdullah bin dinar, dari Ibn Umar r.a, sesungguhnya Rasulullah
SAW berkata:“Kalian adalah pemimpin, yang akan dimintai
pertanggungjawaban. Penguasa adalah pemimpin, yang akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin
keluarganya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.
Istri adalah pemimpin dirumah suaminya, dan akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam
mengolah harta tuannya, dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang
21
kepemimpinannya. Oleh karena itu kalian sebagai pemimpin akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya”.(HR. Bukhari)
Islam sebagai agama yang benar dan menjadikan Al-Quran serta hadist
nabi pedoman hidup penganutnya, mempunyai batasan dalam menjelaskan
tentang kepemimpinan Islam, yaitu:
a. mencintai kebenaran, sama halnya dengan sifat Nabi Muhammad yaitu shidiq
yang berarti kejujuran. Seorang pemimpin yang beriman wajib berpegang
teguh terhadap kebenaran dan berlaku jujur tanpa kompromi. Ditegaskan oleh
Allah SWT dalam firmanNya : “Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab
itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu” (QS Al-Baqarah:147).
Mencintai kebenaran dalam lingkup perusahaan adalah pemimpin harus
memiliki sikap yang tegas dan tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan
jika itu merupakan kebenaran.
b. dapat menjaga amanah dan kepercayaan orang lain yakni berupa jabatan dan
kedudukan yang dimiliki. Perlu disadari bahwa jabatan dan kedudukan adalah
amanah yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT. Seorang
pemimpin dikatakan amanah apabila menjalankan organisasi perusahaan
dengan segala kesungguhan hati sesuai dengan standar operasional perusahaan
serta sistem yang berlaku. Pemimpin yang amanah tidak melanggar dan tetap
komitmen dengan apa yang sudah menjadi tanggungjawabnya. Allah SWT
berfirman:“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang
dipikulnya) dan janjinya” (Q.S Al-Mukminun:8).
22
c. ikhlas dan memiliki semangat pengabdian sesuai dengan sifat Nabi
Muhammad yaitu tabligh atau menyampaikan. Pemimpin harus bisa
menyampaikan atau memberikan pengarahan kepada bawahan senantiasa
dengan rasa ikhlas dan semata-mata karena pengabdian. Allah SWT berfirman:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku”. (Q.S Adz Dzariat : 56)
d. baik dalam pergaulan masyarakat lingkungan kerja maupun diluar lingkungan
kerja. Pemimpin harus bersifat fathonah atau cerdas dalam memisahkan
perkara di lingkungan kerja atau diluar lingkungan kerja. Tidak baik seorang
pemimpin mencampur adukkan keduanya karena ini bukanlah sifat yang
profesional. Allah SWT berfirman:“Orang-orang beriman itu sesungguhnya
bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua
saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.
(Q.S Al-Hujarat : 10)
e. kebijaksanaan adalah cerminan dari seorang yang memiliki akhlak serta iman
yang baik dan proporsional. Kebijaksanaan akan memberikan rasa tenteram
bagi kepentingan sehingga menyatu dalam visi bersama. Kebijaksanaan
merupakan satu sifat yang tidak jauh beda dengan keadilan. Sebagaimana
diketahui, Islam melandaskan kepemimpinan dengan sifat adil yang harus
dimiliki oleh setiap pemimpin. Allah SWT berfirman:“Sesungguhnya Allah
menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
23
permusuhan, dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran”. (QS An-Nahl:90)
Dengan demikian Gaya Kepemimpinan Islam dapat disimpulkan sebagai
gaya seseorang dalam memimpin yang memiliki sikap amanah, ikhlas, dan cerdas
serta bersikap baik kepada karyawan dengan menunjukkan kebijaksanaannya.
Gaya Kepemimpinan Islam diukur dengan beberapa indikator sebagai berikut.
Tabel 2.3Indikator Gaya Kepemimpinan Islam
No Dimensi Indikator Sumber
1. Mencintai kebenaran 1. Tingkat keraguan2. Tegas
Q.S Al-Baqarah ayat147
2. Menjaga amanah 1. Kepercayaan2. Komitmen
Q.S Al-Mukminun ayat8
3. Ikhlas dalam mengabdi 1. Tingkat pengabdian Q.S Adz-Dzariat ayat 56
4. Baik dalam pergaulan 1. Keramah tamahan Q.S Al-Hujaratayat 10
5. Kebijaksanaan 1. Keadilan2. Toleransi
Q.S An-Nahlayat 90
Sumber : Dikembangkan dari sumber
2.5 Karakter Persona Islami
Organisasi di era globalisasi menjadikan sumber daya manusia sebagai
aset utama yang harus diberdayakan dengan baik. Sumber daya manusia yang
terdapat didalam organisasi perusahaan yakni karyawan yang meliputi pimpinan
dan bawahan. Setiap pimpinan mempunyai gaya dan cirinya masing-masing
dalam membawa perusahaan sehingga tercapainya visi, misi dan tujuan
perusahaan. Selain dari Gaya Kepemimpinan Islam, faktor lain yang berdampak
pada kinerja adalah karakter seorang pemimpin. Karakter merupakan sifat yang
24
melekat didalam diri manusia yang membedakan dengan manusia lain tergantung
pada faktor kehidupannya masing-masing (Amir dkk, 2011:4). Karakter adalah
sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau
sekelompok orang. Dengan demikian karakter diartikan sebagai sifat manusia
yang meliputi akhlak dan budi pekerti untuk berhubungan dengan Tuhan, diri
sendiri dan sesama manusia. Pemimpin yang berkarakter menjadi panutan bagi
bawahan untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan benar.
Didalam Islam konsepsi karakter erat hubungannya dengan akhlak.
Bahkan karakter dalam Islam diartikan sebagai akhlak (Tafsir, 2012:5). Secara
etimologi akhlak mempunyai beberapa pengertian. Ibn Maskawih menyatakan
bahwa akhlak atau khuluq adalah gerak jiwa yang mendorong untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa memerlukan pemikiran. Sedangkan Al-Ghazali
mengartikan akhlak sebagai keadaaan jiwa yang menumbuhkan perbuatan dengan
mudah tanpa perlu berfikir terlebih dahulu. Pengertian lain dari akhlak adalah
kehendak yang dibiasakan (Djatnika, 1992:27).
Akhlak atau karakter sangat penting dimiliki oleh setiap pemimpin. Karena
akhlak merupakan kepribadian yang mempunyai tiga komponen, diantaranya:
pengetahuan, sikap dan perilaku. Seorang pemimpin yang berkarakter akan
tercermin dari sifat yang melekat didalamnya. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Kebaikan itu ialah budi pekerti yang indah. Dan dosa ialah perbuatan atau
tindakan yang menyesakkan dada. Padahal engkau sendiri malu perbuatan itu
nanti diketahui orang” (Fathuddin:133). Dari hadist tersebut dapat disimpulkan
bahwa orang yang berakhlak akan memiliki budi pekerti yang baik.
25
Islam memandang karakter pemimpin mempunyai acuan dari sifat yang
dimiliki oleh Rasulullah SAW. Empat sifat yang biasa dirumuskan dari karakter
Rasulullah, adalah shidiq, tabligh, amanah, fathonah. Secara sederhana shidiq
mempunyai arti kejujuran. Pemimpin yang jujur dibutuhkan dalam setiap
perusahaan ataupun organisasi. Dengan kejujuran pemimpin, bisa menginspirasi
dan menggugah hati bawahan sehingga dapat merubah pola pikir bawahan untuk
berbuat jujur terhadap diri sendiri dan pekerjaannya. Sifat tabligh mempunyai
makna penyampaian, jika disesuaikan dengan masa sekarang yakni seorang
pemimpin haruslah transaparan atau terbuka kepada bawahannya. Sedang amanah
diartikan sebagai seseorang yang dapat dipercaya. Kepercayaan dalam bersikap,
dalam mengemban pekerjaan sebagai pemimpin. Sikap amanah akan
menimbulkan kewibawaan sendiri bagi seorang pemimpin. Yang terakhir adalah
fathonah yang berarti cerdas. Tanpa kecerdasan akan sulit bagi pemimpin untuk
mengatasi problematika yang ada.
Dari keempat sifat yang dimiliki Rasulullah SAW, kemudian Islam
menjabarkan beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh pemimpin:
a. tidak meminta jabatan, Rasulullah bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah
r.a, “Wahai Abdul Rahman bin Samurah! Janganlah kamu meminta untuk
menjadi pemimpin. Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepada kamu
karena permintaan, maka kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan
jika kepemimpinan itu diberikan kepada kamu bukan karena permintaan, maka
kamu akan dibantu untuk menanggungnya” (riwayat Bukhari dan Musmlim).
26
Tidak meminta jabatan bisa diartikan bahwa pemimpin memiliki ambisi dan
rasa tanggungjawab yang besar.
b. adil, Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang pemimpin mempunyai perkara
kecuali ia akan datang dengannya pada hari kiamat dengan kondisi terikat,
entah ia akan diselamatkan oleh keadilan, atau akan dijerumuskan oleh
kedzalimannya.” (riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah). Adil dapat diartikan
bahwa pemimpin harus profesional dalam bekerja.
c. jujur, apa yang keluar dari mulut pemimpin harus dilaksanakan dan harus
sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Jujur merupakan perilaku pemimpin
yang memiliki makna transparansi terhadap bawahan dan bertindak sesuai
perkataan. Abu Ja’la (ma’qil) bin Jasar r.a berkata : saya telah mendengar
Rasulullah SAW bersabda, “tiada seorang yang diamanati oleh Allah
memimpin rakyat kemudian ketika ia mati ia masih menipu rakyatnya,
melainkan pasti Allah mengharamkan baginya surga.”(riwayat Bukhari dan
Muslim)
d. mendengar suara bawahan, seperti sabda Rasulullah SAW, “Tidaklah seorang
pemimpin atau pemerintah yang menutup pintunya terhadap kebutuhan, hajat
dan kemiskinan kecuali Allah akan menutup pintu-pintu langit terhadap
kebutuhan, hajat dan kemiskinannya.” (Riwayat Imam Ahmad dan At-
Tirmidzi). Pemimpin yang dapat mendengarkan suara bawahannya adalah
pemimpin yang kharismatik karena ilmu yang dimilikinya.
e. berilmu, pemimpin hendaknya memiliki pengetahuan yang lebih dibandingkan
dengan bawahan. Dalam urusan ilmu dunia dan ilmu akhirat, agar bawahan
27
tidak salah arah. Pemimpin berilmu adalah cendekiawan yang akan membawa
bawahan dan organisasi dalam mencapai tujuan. Rasulullah SAW bersabda,
“Yang aku takuti terhadap umatku ada tiga perbuatan, yaitu kesalahan
seorang ulama, hukum yang dzalim, dan hawa nafsu yang diperturutkan.”
(Riwayat Asy Syihab)
Dari beberapa kriteria tersebut, Karakter Persona Islami dapat diartikan
sebagai seorang pemimpin adalah orang yang berilmu dan tidak meminta jabatan,
bersikap adil serta jujur atau terbuka terhadap bawahan. Karakter Persona Islami
dapat diukur dengan indikator-indikator sebagai berikut.
Tabel 2.4Indikator Karakter Persona Islami
No Dimensi Indikator Sumber
1. Tidak meminta jabatan 1. Ambisi2. Tanggungjawab
H.R Bukharidan Muslim
2. Adil 1. ProfesionalitasH.R Baihaqidan AbuHurairah
3. Jujur 1. Transparansi H.R Bukharidan Muslim
4. Mendengarkan bawahan1. Kharismatik2. Kemampuan
memotivasi
H.R ImamAhmad dan At-Tirmidzi
5. Berilmu 1. Kecendekiawanan H.R AsySyihab
Sumber : Dikembangkan dari sumber
2.6 Etika Kerja Islam
Etika (ethics) berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti karakter
(McLeod dkk, 2004). Dalam bahasa latin “ethica” berarti falsafah moral. Ia
merupakan cara bertingkah laku yang baik dari sudut pandang budaya, susila serta
agama. Sedangkan menurut Keraf, 1997, etika secara harfiah berasal dari kata
28
Yunani ethos (jamaknya ta etha) yang artinya sama persis dengan moralitas yaitu
adat kebiasaan yang baik. Adat kebiasaan yang baik menjadi sistem nilai yang
berfungsi sebagai pedoman dan tolak ukur tingkah laku baik dan buruk. Williams,
2001 mengartikan etika sebagai seperangkat prinsip-prinsip atau nilai-nilai yang
menegaskan benar dan salah. Barney, 1992 dalam Beekun, 1997 menyatakan:
“Ethics may be defined as the set of moral principles that distinguish whatis right from what is wrong. It is a normative field because it prescribeswhat one should do or abstain from doing”.
Etika menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan seseorang dan apa yang
seharusnya tidak dilakukan seseorang. Etika bisa diartikan tidak sama dengan
moral karena etika antara masyarakat yang satu dengan yang lain adalah berbeda
(McLeod dkk, 2004). Moral diartikan sebagai peraturan-peraturan yang
diharapkan masyarakat untuk diikuti. Sedangkan etika adalah satu set
kepercayaan, standar, atau pemikiran yang mengisi suatu individu, kelompok atau
masyarakat. Pengertian etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998
diartikan sebagai nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat. Semua individu bertanggung jawab pada masyarakatnya atas etika
mereka. Masyarakat yang dimaksud berupa kota, negara atau profesi yang
menjelaskan tentang lingkungan yang ditinggali. Berdasarkan pengertian-
pengertian tersebut bisa diambil kesimpulan tentang pengertian etika. Etika
merupakan seperangkat aturan, norma, pedoman yang mengatur perilaku manusia,
baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh
sekelompok atau segolongan manusia, masyarakat, maupun profesi.
29
Menurut Hamzah Ya’kub, etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang
baik dan mana yang buruk dan memperlihatkan amal perbuatan manusia sejauh
mana yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Herman Soewardi menjelaskan
bahwa etika dapat dibedakan dengan tiga arti, yaitu (1) ilmu tentang apa yang baik
dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak), (2) kumpulan
asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, (3) nilai mengenai benar dan salah
yang dianut suatu golongan atau masyarakat (Nurcholis, 2013). Triyuwono
mengemukakan pendapatnya tentang etika dalam konteks Islam yang terdiri dari
Al-Qur’an, hadist, ijma’ dan qiyas. Etika syariah bagi umat Islam berfungsi
sebagai sumber untuk membedakan mana yang benar (haq) dan yang buruk
(bathil). Etika merupakan alasan-alasan rasional tentang semua tindakan manusia
dalam aspek kehidupannya (Wahyuni, 2007). Etika muncul ke dunia dengan
landasan bahwa Islam adalah agama yang benar dan sempurna. Islam merupakan
kumpulan-kumpulan aturan ajaran (doktrin) dan nilai-nilai yang dapat
menghantarkan manusia dalam kehidupannya menuju tujuan kebahagiaan hidup
baik di dunia maupun di akhirat.
Imam Ghazali dalam bukunya Ihya’ Ulumuddin mendefinisikan etika
sebagai sifat yang tetap dalam jiwa, yang dari padanya timbul perbuatan-
perbuatan dengan mudah dan tidak membutuhkan pikiran. Etika dalam Islam
tidak hanya menggunakan rasio dalam menilai suatu perbuatan tetapi didasarkan
pada Al-Qur’an dan hadist (Hasan, 2009). Etika Kerja Islam adalah serangkaian
aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan
hartanya (barang/jasa), namun dibatasi dalam cara memperolehnya dan
30
pendayaguanaan hartanya karena turan halal dan haram (Muhammad dkk, 2004).
Etika kerja dalam syariat Islam adalah akhlak dalam menjalankan bisnis sesuai
dengan nilai-nilai Islam, sehingga dalam melaksanakan bisnisnya tidak ada
kekhawatiran sebab sudah diyakini sebagai sesuatu yang baik dan benar. Dr.
Mustaq Ahmad, 2001 membatasi elemen yang terdapat dalam Etika Kerja Islam
menjadi tiga pengertian, yakni:
1. murah hati, berarti pebisnis bersikap ramah tamah, sopan santun, murah
senyum suka mengalah namun tetap penuh tanggung jawab.
2. motivasi untuk berbakti, berarti seorang muslim dalam menjalankan aktivitas
bisnis berniat untuk memberikan pengabdian yang diharapkan masyarakatnya
dan manusia secara keseluruhan.
3. ingat Allah dan prioritas utamaNya, dalam hal ini apapun yang dilakukan
seseorang harus tetap mengingat Allah. Dan semua kegiatan yang dijalankan
adalah tidak lain untuk mengharap ridho Allah SWT semata.
Etika Kerja Islam dapat diartikan sebagai aturan yang menentukan pola
seseorang dalam kegiatan bisnis atau usaha, diantaranya: murah hati, berbisnis
dengan tujuan untuk berbakti dan selalu mengingat Allah. Etika Kerja Islam dapat
diukur dengan indikator-indikator sebagai berikut.
Tabel 2.5Indikator Etika Kerja Islam
No Dimensi Indikator Sumber
1. Murah hati 1. Sopan santun2. Berbagi rasa
Buku EtikaBisnis dalamIslam
2. Motivasi untuk berbakti 1. Keikhlasan2. Keberanian berkorban
Buku EtikaBisnis dalamIslam
3. Selalu mengingat Allah 1. KesabaranBuku EtikaBisnis dalamIslam
Sumber : Ahmad, Mustaq. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta : Pustak Al-Kautsar
31
2.7. Perumusan Hipotesis
2.7.1. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Islam terhadap Kinerja Karyawan
Kepemimpinan Islam merupakan aplikasi kepemimpinan yang dilakukan
oleh Rasulullah. Kepemimpinan Islam memperlihatkan pengaruh langkah demi
langkah ke arah keadaan umum dan abstraksi. Pengaruh yang ditimbulkan dengan
adanya penerapan Kepemimpinan Islam, mengubah pola tingkah laku yang
dipimpinnya (Rivai, 2009). Indikator yang terkandung dalam Kepemimpinan
Islam meliputi, Gaya Kepemimpinan Islam, Karakter Persona Islami dan Etika
Kerja Islam.
Gaya kepemimpinan mengandung arti kemampuan mempengaruhi,
menggerakkan, dan mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu (Abi
Sujak, 2005:56). Untuk memperjelas situasi tertentu tersebut House, 1971
menyatakan:
“ The motivational function of the leader consists of increasing personalpayoffs to subordinates for work-goal attainment and making the path tothese payoffs easier to travel by clarifying it, reducing roadblocks andpitfalls, and increasing the opportunities for personal satisfaction en route”.
Path goal theory adalah merupakan tugas pemimpin untuk memberikan
informasi dan dukungan yang dibutuhkan kepada para pengikut agar mereka bisa
mencapai berbagai tujuan. Path goal theory adalah sebuah teori kepemimpinan
yang menyatakan bahwa terdapat dua variabel kontingensi yang menghubungkan
perilaku kepemimpinan dengan hasil berupa kepuasan kerja dan kinerja yaitu
variabel-variabel dalam lingkungan yang berada di luar kendali karyawan
(struktur tugas, sistem otoritas formal dan kelompok kerja) serta variabel-variabel
32
yang merupakan bagian dari karakteristik personal karyawan (locus of control,
pengalaman dan kemampuan yang dimiliki. Beberapa penelitian menguji antara
kepemimpinan dengan kinerja diantaranya: Helmer dan Surver, 1988; Taylor,
1978; Yukl, 1994. Hasil penelitian berbasis teori path goal tentang kepemimpinan
tersebut, perilaku seorang pemimpin akan memberikan pengaruh terhadap
kepuasan dan kinerja karyawan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sukwandi, dkk, 2014 dengan berbasis teori
path goal, hasil penelitiannya menemukan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja karyawan.
Berdasarkan telaah dari beberapa referensi tersebut diatas, penelitian ini
dapat menghipotesiskan terdapat pengaruh antara Gaya Kepemimpinan Islam
terhadap Kinerja Karyawan dalam rumusan hipotesis sebagai berikut.
H1 : Terdapat pengaruh positif antara Gaya Kepemimpinan Islam terhadap
Kinerja Karyawan.
2.7.2 Pengaruh Karakter Persona Islami terhadap Kinerja Karyawan
Istilah karakter erat kaitannya dengan “personality”, seseorang dapat
disebut orang yang berkarakter (a person of character) apabila tingkah lakunya
sesuai dengan kaidah moral. Personality diartikan sebagai kepribadian yang
berasal dari bahasa Latin persona yang berarti topeng yang digunakan oleh para
aktor dalam suatu permainan atau pertunjukan. Penelitian yang dilakukan oleh
Madegunastri, 2009 menyatakan bahwa karakter berpengaruh terhadap kinerja
karyawan, yaitu “semakin tinggi kemampuan seseorang dalam mengerjakan
pekerjaan, semakin baik sikap karyawan terhadap pekerjaan dan minat mereka
33
terhadap pekerjaan maka kinerja karyawan semakin baik”. Penelitian ini didukung
oleh Dian, 2014 yang menyatakan bahwa karakter berpengaruh terhadap kinerja
karyawan.
Dari beberapa penelitian diatas, penelitian ini menghipotesiskan terdapat
pengaruh antara Karakter Persona Islami terhadap Kinerja Karyawan yang dapat
dirumuskan sebagai berikut.
H2 : Terdapat pengaruh yang positif antara Karakter Persona Islami
terhadap Kinerja Karyawan.
2.7.3 Pengaruh Etika Kerja Islam terhadap Kinerja Karyawan
Etika kerja merupakan acuan yang dipakai oleh suatu individu atau
perusahaan sebagai pedoman dalam melaksanakan bisnisnya, agar kegiatan yang
mereka lakukan tidak merugikan individu atau lembaga yang lain. Etika kerja
Islam yang dicetuskan oleh Ahmad (-) menyatakan “seorang pelaku bisnis
diharuskan untuk berperilaku dalam bisnis mereka sesuai dengan apa yang
dianjurkan Al-Qur’an dan hadist, karena menyangkut kesejahteraan orang lain”.
Yang dimaksudkan adalah bahwa Etika Kerja Islam memberikan dampak
terhadap Kinerja Karyawan.
Penelitian tentang etika kerja dilakukan oleh Wahyuni, 2007 yang
menyatakan terdapat pengaruh antara etika kerja terhadap kinerja.
Dari beberapa penelitian diatas, penelitian ini menghipotesiskan terdapat
pengaruh antara Etika Kerja Islam terhadap Kinerja Karyawan yang dapat
dirumuskan sebagai berikut.
34
H3 : Terdapat pengaruh yang positif antara Etika Kerja Islam terhadap
Kinerja Karyawan.
2.7.4. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Islam, Karakter Persona Islami danEtika Kerja Islam secara bersama-sama terhadap Kinerja Karyawan.
Berdasarkan telaah teori dan jurnal pendukung, secara parsial faktor-faktor
yang mempengaruhi Kinerja Karyawan dengan demikian secara bersama-sama
dapat dihipotesiskan sebagai berikut.
H4 : Terdapat pengaruh yang positif secara bersama-sama antara Gaya
Kepemimpinan Islam, Karakter Persona Islami dan Etika Kerja Islam
terhadap Kinerja Karyawan.
2.7.5. Pengaruh Utama Antara Gaya Kepemimpinan Islam, KarakterPersona Islami dan Etika Kerja Islam terhadap Kinerja Karyawan.
Berdasarkan telaah teori dan jurnal pendukung, secara dominan faktor
Gaya Kepemimpinan Islam yang paling berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan.
H5 : Faktor Gaya Kepemimpinan Islam paling dominan berpengaruh
terhadap Kinerja Karyawan.
2.8. Kerangka Pemikiran
Kepemimpinan Islam memiliki banyak indikator didalamnya. Seperti yang
ditulis pada ruang lingkup masalah, penelitian akan terfokus pada tiga indikator,
diantaranya: Gaya Kepemimpinan Islam, Karakter Persona Islami dan Etika Kerja
Islam. Kerangka berfikir penelitiannya adalah menganalisis bahwa kepemimpinan
Islam yang dibagi kedalam indikator-indikator diatas, memberikan dampak yang
signifikan terhadap pencapaian tujuan yakni Kinerja Karyawan. Atas dasar
35
kerangka berfikir tersebut, maka penelitian menggambarkan kerangka analisis
sebagai berikut.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Sumber : Dikembangkan dalam penelitian ini
KepemimpinanIslam
Gaya KepemimpinanIslam (X1)
KinerjaKaryawan (Y)
Karakter PersonaIslami (X2)
Etika Kerja Islam(X3)