Upload
nguyenxuyen
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Konsep Pendapatan
II.1.1. Pengertian Pendapatan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No. 23, pengertian pendapatan
adalah:
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu
mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal.
Pendapatan hanya terdiri dari arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
diterima dan dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih
atas nama pihak ketiga, seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat
ekonomi yang mengalir ke perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas, dan
karena itu harus dikeluarkan dari pendapatan.
Pengertian lain juga dikemukakan oleh badan yang berwenang dalam penyusunan
standar akuntansi. Accounting Principle Board Statement No. 4 menyatakan:
Revenue are gross increase in assets or gross decrease in liabilities recognizes
and measured in conformity with generally accepted accounting principles that
result from those types of profit directed activities of an enterprise that can
change owner’s equity.
8
Definisi tersebut menjelaskan bahwa pendapatan merupakan peningkatan kotor aktiva
atau penurunan kotor hutang yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi
yang diterima umum yang berasal dari aktivitas perusahaan berorientasi laba yang dapat
mempengaruhi ekuitas pemilik.
Aktivitas perusahaan yang dimaksud di atas adalah:
a. Penjualan hasil produksi;
b. Pembelian jasa atau penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain, sehingga
diperoleh hasil dalam bentuk bunga, sewa, honorarium dan lain-lainnya; dan
c. Penyerahan atau penjualan sumber ekonomi selain dari produksi (misalnya:
keuntungan penjualan aktiva tetap atau hasil investasi di luar perusahaan).
Definisi lain dalam pendapatan dijabarkan oleh Curtis L. Norton, Michael A.
Diamond, dan Donald P. Pagach (2007:254) yaitu:
Revenues are inflows or other enchancements of assets of an entity or settlement
of its liabilities (or a combination of both) during a period from delivering or
producing goods, rendering services, or other activities that constitute the entity’s
ongoing major or central operations.
Definisi tersebut menyatakan bahwa pendapatan adalah arus masuk aktiva atau
peningkatan lainnya dalam aktiva sebuah entitas atau pelunasan kewajibannya (atau
kombinasi dari kedua hal tersebut) selama suatu periode, yang ditimbulkan oleh
pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lainnya yang
merupakan bagian dari operasi utama atau operasi sentral perusahaan.
9
Dari berbagai definisi yang diuraikan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
pendapatan adalah arus masuk kotor aktiva atau pelunasan kewajiban dari aktivitas
normal perusahaan, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal dan
mengakibatkan kenaikan ekuitas selama suatu periode yang diakui dan diukur sesuai
dengan prinsip akuntansi yang diterima umum.
II.1.2. Sumber-Sumber Pendapatan
Pada umumnya sebagian besar pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan
berasal dari aktivitas utama perusahaan yang bersifat rutin, namun perusahaan juga
dapat memperoleh atau menambah pendapatannya dari aktivitas-aktivitas non-
operasional yang bersifat tidak rutin.
Sumber-sumber pendapatan suatu perusahaan menurut M. Munandar (2006:17)
dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Pendapatan Operasional (Operating Revenue)
Pendapatan operasional adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan normal atau
kegiatan utama yang dijalankan perusahaan, penyajiannya di dalam income
statement sebesar bruto yang diterima atas seluruh perolehannya. Jenis-jenis dari
pendapatan operasional antara lain :
1.1 Penjualan (Sales) ialah hasil penjualan barang atau jasa yang menjadi objek
usaha pokok/utama dalam perusahaan.
Sales dapat dibedakan menjadi :
a. Penjualan bruto (Gross profit) yaitu semua hasil penjualan sebelum dikurangi
dengan berbagai potongan atau pengurangan-pengurangan lainnya.
10
b. Penjualan bersih (net profit) yaitu penjualan bersih yang sudah diperhitungkan
(dikurangi) dengan berbagai potongan dan pengurangan-pengurangan lainnya.
1.2 Potongan pembelian tunai (purchase discount) ialah pendapatan yang diterima
oleh perusahaan karena pembelian barang secara tunai.
1.3 Penerimaan tambahan dari pembelian (Penerimaan allowance) ialah tambahan
barang (ekstra) yang diterima oleh pihak penjual karena perusahaan membeli
barang-barang dalam jumlah besar.
2. Pendapatan Di Luar Operasi (Non-operating Revenue)
Merupakan pendapatan yang berasal dari transaksi di luar kegiatan utama
perusahaan, penyajian di dalam income statement adalah sebesar netto yang
diperoleh. Jenis-jenis pendapatan bukan operasional antara lain :
2.1 Normal revenue activities
a. Pendapatan Bunga, yaitu bunga yang merupakan penghasilan dan sudah
menjadi hak perusahaan atas jasa yang telah diberikan kepada pihak lain.
b. Pendapatan sewa (rent earned), yaitu sewa yang merupakan penghasilan dari
jasa menyewakan harta-harta kepada pihak lain.
c. Pendapatan deviden kas (Cash devident earned), yaitu uang yang merupakan
penghasilan dan sudah menjadi hak perusahaan sebagai laba, karena
perusahaan memiliki saham-sahamnya yang dikeluarkan oleh perusahaan-
perusahaan lain.
2.2 Non revenue activities, yaitu pendapatan penjualan atau pertukaran yang bukan
barang dagangan yang dikenal dengan istilah Gain. Yang mana gain ini in flow
dari asset.
11
3. Pendapatan Luar Biasa (Extraordinary Operating Revenue)
Pendapatan Luar Biasa adalah pendapatan biasa atau normal dan sering
terjadi yang mempunyai sifat luar biasa (transaksi yang bersangkutan tidak
diharapkan akan terulang kembali di masa yang akan datang). Pendapatan ini
selalu disajikan secara netto di dalam income statement dan sebelum dikurangi
pajak penghasilan.
II.1.3. Pengukuran Pendapatan
Pembahasan mengenai konsep pendapatan seringkali dihubungkan dengan
masalah pengukuran (measurement) dan saat pengakuan (timing) pendapatan. Salah satu
kriteria yang penting dalam pendapatan adalah measurability, dimana pendapatan itu
dapat ditentukan besarnya dengan wajar agar didalam laporan keuangan itu tidak
tercermin pendapatan yang terlalu tinggi (overstated) dan terlalu rendah (understated).
Maka menurut IAI, PSAK No. 23 menjelaskan sebagai berikut :
“ Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar yang diterima atau yang dapat diterima”.
Pengakuan pendapatan merupakan penentuan kapan suatu pendapatan harus
diukur dan dilaporkan. Ini berarti pengakuan pendapatan tidak hanya suatu pernyataan
bahwa perusahaan telah memproduksi nilai ekonomis dalam bentuk barang atau jasa,
tetapi juga mengukur nilai itu sendiri.
Pendapatan diukur dari barang dan jasa yang ditukarkan dalam suatu transaksi
dimana nilai tersebut menggambarkan ekuivalen kas atau nilai tunai uang yang diterima
dalam proses penukaran, dengan kata lain pendapatan dinyatakan dalam jumlah rupiah
atau dalam satuan mata uang lainnya. Dalam beberapa kondisi dimana tidak ada nilai
12
tukar ekuivalen, maka nilai pasar biasanya dipandang sebagai alat ukur yang relevan atas
pendapatan.
Nilai tukar tersebut ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli
atau konsumen. Pendapatan direalisasi karena adanya proses produksi dan/atau proses
pemasaran yang dilakukan perusahaan. Proses produksi yang dimaksud adalah
pengubahan sumber daya yang dimiliki perusahaan menjadi barang atau jasa tersebut
kepada konsumen.
Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh
persetujuan antara perusahaan penjual barang dan jasa dengan pembeli atau
kosumennya. Jumlah tersebut harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima
atau dapat diterima perusahaan dikurangi dengan jumlah potongan harga yang disepakati
bersama. Nilai wajar yang dimaksud dalam PSAK No. 23 adalah jumlah dimana suatu
aset dapat dipertukarkan atau suatu liabilitas diselesaikan antara pihak yang memahami
dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm’s lenght transaction).
Barang atau jasa yang dijual atau barter dengan barang atau jasa yang sifat dan
nilainya tidak sama, dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Tetapi
apabila barang atau jasa yang dipertukarkan dengan barang atau jasa lainnya yang sifat
dan nilai yang sama maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai transaksi yang
mengakibatkan pendapatan.
II.1.4. Pengakuan Pendapatan
Dasar dari pengakuan pendapatan adalah kriteria pengakuan pendapatan. Apabila
kondisi tertentu memenuhi kriteria yang ada, maka pengakuan pendapatan dapat
13
dikatakan telah terjadi. Ada banyak pandangan mengenai kriteria pengakuan
pendapatan.
Kieso, Weygandt, dam Warfield yang diterjemahkan oleh Emil Salim (2007:515),
menyatakan bahwa:
”prinsip pengakuan pendapatan (revenue recognition principle) menetapkan
pendapatan diakui pada saat direalisasi atau dapat direalisasi dan dihasilkan.”
Oleh karena itu, pengakuan pendapatan yang tepat meliputi tiga hal:
1. Pendapatan direalisasi apabila barang dan jasa ditukar dengan kas atau klaim atas
kas (piutang).
2. Pendapatan dapat direalisasi apabila aktiva yang diterima dalam pertukaran
segera dapat dikonversi menjadi kas atau klaim atas kas dengan jumlah yang
diketahui.
3. Pendapatan dihasilkan (earned) apabila entitas bersangkutan pada hakikatnya
telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan untuk mendapat hak atas
manfaat yang dimiliki oleh pendapatan itu, yakni, apabila proses menghasilkan
laba telah selesai atau sebenarnya telah selesai.
Kriteria tersebut secara umum dipenuhi pada saat penjualan, yang sering kali
terjadi ketika barang telah dikirimkan atau ketika jasa telah diberikan ke pelanggan.
Biasanya, aktiva dan pendapatan diakui bersamaan, dengan demikian penjualan
persediaan menghasilkan peningkatan dalam Kas dan Piutang Usaha dan peningkatan
dalam Pendapatan Penjualan. Aktiva kadang kala diterima sebelum kriteria pengakuan
pendapatan dipenuhi. Misalnya, jika seorang klien membayar untuk jasa konsultasi
dimuka, suatu aktiva, yaitu kas, dicatat dalam pembukuan, meskipun belum diperoleh.
14
Ketika kriteria pengakuan pendapatan dipenuhi seluruhnya, pendapatan diakui dan akun
kewajiban dikurangi.
Secara khusus, IAI (2009) mengatur kriteria pengakuan pendapatan ke dalam
kelompok penjualan, yakni kriteria penjualan barang dan penjualan jasa. Menurut IAI
dalam PSAK No. 23, bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat
diestimasi dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui
dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil suatu
transaksi dapat diestimasi dengan andal bila memenuhi kondisi sebagai berikut:
(a) jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;
(b) besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut
akan diperoleh perusahaan;
(c) tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur
dengan andal; dan
(d) biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan
transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.
II.1.5. Pengungkapan Pendapatan
Perusahaan wajib menyajikan pengungkapan laporan keuangan serta
pengungkapan tambahan yang dibuat dalam catatan atas laporan keuangan. Perusahaan
harus mengungkapkan metode pengakuan pendapatan, dasar yang digunakan untuk
mengklasifikasikan aktiva dan kewajiban sebagai lancar, dasar untuk mencatat
persediaan, pengaruh setiap revisi estimasi, jumlah pekerjaan dalam kontrak yang belum
selesai, dan rincian mengenai piutang.
15
PSAK No. 23 menetapkan bahwa perusahaan harus mengungkapkan hal-hal
sebagai berikut:
a. kebijakan akuntansi yang dianut untuk pengakuan pendapatan termasuk metode
yang dianut untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa
b. jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode
tersebut termasuk pendapatan dari penjualan barang, penjualan jasa, bunga,
royalti, dan dividen
c. jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa dimasukkan
dalam setiap kategori yang signifikan dari pendapatan
d. pendapatan yang ditunda pengakuannya.
II.2. Jenis Pengakuan Pendapatan
II.2.1 Pengakuan Pendapatan Pada Saat Penjualan (Penyerahan)
FASB dalam Concepts Statement No. 5 menyatakan syarat untuk mengakui
pendapatan (direalisasi atau dapat direalisasi dan dihasilkan) biasanya terpenuhi pada
saat produk atau barang dagang telah diserahkan atau jasa telah diberikan.
Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield yang diterjemahkan oleh Emil Salim
(2007:518),
Pendapatan yang diakui pada saat penjualan (point of sale) memiliki kemungkinan terjadinya 3 (tiga) situasi yang dapat menimbulkan masalah, antara lain: (a)penjualan dengan perjanjian beli kembali; (b) penjualan dengan hak retur; dan (c)trade loading dan channel stuffing.
Penjualan Dengan Perjanjian Beli Kembali
Jika terdapat perjanjian beli kembali dengan harga tertentu dan harga ini dapat
menutup semua biaya sediaan ditambah biaya kepemilikan yang terkait, maka sediaan
16
dan kewajiban yang terkait itu tetap ada pada pembukuan penjual. Dengan kata lain
tidak terjadi penjualan.
Penjualan Dengan Hak Retur
Tersedia tiga metode pengakuan pendapatan alternatif apabila penjual
menanggung risiko kepemilikan yang berkepanjangan karena pengembalian produk,
yaitu:
(1) tidak mencatat penjualan sampai seluruh hak retur habis masa berlakunya
(2) mencatat penjualan, tetapi mengurangi penjualan dengan estimasi retur di masa
depan
(3) mencatat penjualan serta memperhitungkan retur saat terjadinya
FASB menyimpulkan bahwa jika suatu perusahaan menjual produknya tetapi
memberikan pembeli hak untuk mengembalikan produk itu, maka pendapatan dari
penjualan ini akan diakui pada saat penjualan hanya jika semua dari enam kondisi
berikut terpenuhi:
1. Harga penjual kepada pembeli pada hakikatnya tetap atau dapat ditentukan pada
tanggal penjualan.
2. Pembeli sudah membayar penjual, atau pembeli berkewajiban untuk membayar
penjual, dan kewajiban itu tidak tergantung pada penjualan kembali produk tersebut.
3. Kewajiban pembeli kepada penjual tidak akan berubah jika terjadi pencurian atau
kerusakan atau rusaknya fisik produk.
4. Pembeli yang memperoleh produk untuk dijual kembali memiliki substansi ekonomi
yang terpisah dari yang diberikan oleh penjual.
17
5. Penjual tidak memiliki kewajiban yang signifikan atas kinerja masa depan yang
secara langsung menyebabkan penjualan kembali produk itu oleh pembeli.
6. Jumlah retur di masa depan dapat diestimasi secara layak.
Trade Loading dan Channel Stuffing
Trade Loading adalah praktik yang mencoba menunjukkan penjualan, laba, dan
pangsa pasar yang sebenarnya tidak mereka miliki. Perusahan membujuk para pedagang
besar yang menjadi pelanggan mereka untuk membeli lebih banyak produk dari pada
yang dapat mereka jual kembali dengan cepat.
Channel Stuffing adalah praktik yang sama tetapi dalam industri perangkat lunak
komputer. Ketika sebuah produsen perangkat lunak ingin memperbaiki hasil-hasil
keuangannya.
II.2.2. Pengakuan Pendapatan Sebelum Penyerahan
Pengakuan pendapatan pada saat penyerahan digunakan karena adanya
ketidakpastian mengenai proses menghasilkan laba dan harga pertukaran sudah
diketahui. Akan tetapi, pada situasi tertentu pendapatan dapat diakui sebelum
penyelesaian dan penyerahan barang atau jasa. Salah satunya adalah kontrak jangka
panjang.
Pada sistem kontrak jangka panjang (seperti konstruksi, pengembangan pesawat
terbang militer dan komersial, sistem pengiriman senjata, dan lain-lain), penjual dapat
menagih pembeli pada waktu tertentu, ketika beberapa tahap dari proyek tersebut telah
tercapai.
18
Menurut Stice, Stice, dan Skousen yang diterjemahkan oleh Safrida R. Parulian
dan Ahmad Maulana (2004:584),
”ada dua metode akuntansi untuk kontrak konstruksi jangka panjang yang diakui,
antara lain : (a) metode persentase penyelesaian dan (b) metode kontrak selesai.”
Metode Persentase Penyelesaian.
Dalam metode ini, suatu perusahaan mengakui pendapatan dan biaya dari suatu
kontrak saat kontrak tersebut bergerak menuju penyelesaian dan bukannya
menangguhkan pengakuan dari unsur-unsur ini sampai kontrak selesai. Jumlah dari
pendapatan yang akan diakui setiap periodenya didasarkan pada suatu pengukuran
kemajuan menuju penyelesaian. Hal ini memerlukan estimasi biaya yang akan
dikeluarkan. Perubahan dalam estimasi dari biaya masa depan biasanya timbul dan
penyesuaian yang diperlukan dibuat di tahun ketika estimasi tersebut direvisi. Dengan
demikian, pendapatan dan biaya yang akan diakui pada suatu tahun dipengaruhi oleh
pendapatan dan biaya yang telah diakui.
Hampir semua jenis kontrak konstruksi jangka panjang sebaiknya dilaporkan
dengan menggunakan metode persentase penyelesaian. Namun, pedoman yang sekarang
berlaku tidak mengatur secara spesifik kapan suatu perusahaan harus menggunakan
metode persentase penyelesaian dan kapan harus menggunakan metode alternatif
kontrak selesai. Standar yang masih mengatur area ini dikeluarkan oleh Komite Prosedur
Akuntansi (Committee of the Accounting Procedure) di tahun 1955. Komite Prosedur
Akuntansi sangat merekomendasikan yang mana dari kedua metode akuntansi umum
untuk jenis kontrak seperti ini yang harus diterapkan, tergantung pada situasi tertentu
yang terlibat.
19
Komite Prosedur Akuntansi mengidentifikasikan beberapa elemen yang sebaiknya
ada jika akuntansi persentase penyelesaian digunakan yaitu:
1. Estimasi yang dapat diandakan dapat dibuat atas pendapatan kontrak, biaya
kontrak, dan sejauh mana kemajuan ke arah penyelesaian.
2. Kontrak dengan jelas menyebutkan hak yang dapat dilaksanakan mengenai
barang atau jasa yang akan disediakan dan diterima oleh kedua belah pihak,
pertimbangan untuk menukar, dan sifat serta persyaratan penyelesaian.
3. Pembeli dapat diharapkan untuk memenuhi kewajiban dalam kontrak.
4. Kontraktor dapat diharapkan untuk melakukan kewajiban kontrak.
Ada 2 (dua) metode yang digunakan untuk mengukur kemajuan suatu kontrak,
antara lain:
1. Ukuran Masukan (Input Measures)
Ukuran input dibuat dalam hubungannya dengan biaya atau usaha yang
digunakan untuk suatu kontrak. Ukuran ini didasarkan pada hubungan yang
diterapkan atau yang diasumsikan antara satu unit input dengan
produktivitas.
Ukuran ini terdiri dari 2 (dua) metode, antara lain:
(a) Metode biaya terhadap biaya (cost-to-cost method). Menurut
metode ini, tingkat penyelesaian ditentukan dengan cara
membandingkan antara biaya yang telah dikeluarkan dengan estimasi
terakhir dari total biaya yang diperkirakan untuk menyelesaikan proyek
tersebut.
(b) Metode upaya yang dikeluarkan (efforts expended method).
Metode ini didasarkan pada beberapa ukuran atas pekerjaan yang telah
20
dilakukan. Ukuran-ukuran tersebut meliputi jam tenaga kerja, dolar
tenaga kerja, jam mesin atau jumlah bahan baku. Dalam setiap kasus,
tingkat penyelesaian diukur dengan cara yang serupa seperti metode
biaya ke biaya yaitu rasio dari usaha yang telah dilakukan untuk seluruh
kontrak.
2. Ukuran Keluaran (Output Measures).
Ukuran keluaran dibuat dengan hasil yang dicapai. Termasuk dalam
kategori ini adalah metode-metode yang didasarkan pada unit yang
diproduksi, tahapan-tahapan kontrak yang dicapai dan pertambahan nilai
(values added).
Metode Kontrak Selesai
Dalam metode ini, Kieso, Weygandt, dan Warfield yang diterjemahkan oleh Emil
Salim (2007:521) berpendapat:
Pendapatan dan laba kotor hanya diakui pada saat kontrak diselesaikan. Biaya konstruksi diakumulasi dalam suatu akun persediaan (konstruksi dalam proses), dan termin diakumulasi dalam akun kontra persediaan (tagihan atas konstruksi dalam proses). Sedangkan Stice, Stice, Skousen yang diterjemahkan oleh (2004:584) yang
diterjemahkan oleh Safrida R. Parulian dan Ahmad Maulana berpendapat dalam metode
ini,
”semua laba dari kontrak tersebut dikaitkan dengan tahun penyelesaiannya, meskipun
hanya sebagian kecil dari laba tersebut yang mungkin berhubungan dengan usaha di
periode itu.”
21
Periode-periode sebelumnya tidak menerima kredit untuk upaya yang
dikeluarkannya, pada kenyataannya periode-periode tersebut didenda karena menyerap
biaya penjualan, biaya umum dan biaya administratif, serta biaya overhead lainnya yang
terkait dengan kontrak tersebut tetapi tidak dianggap sebagai bagian dari biaya
persediaan.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Metode Kontrak Selesai digunakan hanya
jika:
1. Perusahaan memiliki kontrak jangka pendek
2. Syarat-syarat metode persentase penyelesaian tidak terpenuhi
3. Terdapat ketidakpastian yang terkandung dalam kontrak di luar risiko bisnis normal
II.2.3. Pengakuan Pendapatan Setelah Penyerahan
Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield yang diterjemahkan oleh Emil Salim
(2007:533),
Hasil penagihan atas harga jual jasa tidak dapat dipastikan secara tepat, sehingga pengakuan pendapatan jasa tersebut akan ditangguhkan. Ada dua (dua) metode yang biasanya dipakai untuk menangguhkan pendapatan, yaitu: (1) metode akuntansi penjualan cicilan dan (2) metode pemulihan biaya.
Metode Akuntansi Penjualan Cicilan (Installment Sales Method)
Metode penjualan cicilan mengakui laba dalam periode-periode diterimanya hasil
penagihan dan bukan dalam periode penjualan. Metode ini memiliki dasar bahwa bila
tidak ada pendekatan yang layak untuk mengestimasi tingkat ketertagihan, maka
pendapatan tidak dapat diakui sampai penagihan kas.
22
Metode Pemulihan Biaya (Cost Recovery Method)
Menurut metode pemulihan biaya, tidak ada laba yang diakui sampai pembayaran
kas oleh pembeli melebihi harga pokok. Sesudah semua biaya dipulihkan penjual, setiap
tambahan yang tertagih dimasukkan dalam laba.
Metode Simpanan (Deposit Method)
Metode simpanan digunakan ketika kas diterima dari pembeli sebelum pengalihan
barang atau properti. Dalam kasus ini, penjual belum melaksanakan kontrak dan tidak
memiliki klaim terhadap pembeli. Selain itu, tidak terdapat pengalihan risiko dan
imbalan kepemilikan yang memadai agar suatu penjualan dapat dicatat.
II.3. Hubungan Metode Pengakuan Pendapatan Terhadap Laporan Keuangan
Salah satu prinsip akuntansi yang berlaku umum menyatakan bahwa salah satu
dasar penyajian laporan keuangan adalah prinsip penandingan (matching principles).
Beban harus ditandingkan dengan pendapatan yang dihasilkan untuk menentukan laba
bersih suatu periode akuntansi.
Kieso, Weygandt, dan Warfield yang diterjemahkan oleh Emil Salim (2007:2)
menjelaskan bahwa:
Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter. Laporan keuangan (financial statements) yang sering disajikan adalah (1) neraca, (2) laporan laba-rugi, (3) laporan arus kas, (4) laporan ekuitas pemilik atau pemegang saham. Selain itu, catatan atas laporan keuangan atau pengungkapan juga merupakan bagian integral dari setiap laporan keuangan.
Dalam laporan keuangan, selalu dikaitkan dengan pembebanan biaya terhadap
pendapatan yang diterima pada saat periode yang sama. Pendapatan baru dicatat pada
23
saat timbulnya keyakinan bahwa pendapatan tersebut direalisasi sehingga dalam hal ini
diperlukan cut off (pisah batas) agar dapat tercapai ketetapan dalam mempertemukan
pendapatan dan biaya, cut off harus dilakukan secara konsisten dan teratur.
Pengakuan pendapatan merupakan penentuan yang sangat kritis, mengingat
kesalahan dalam penentuan akan berakibat pada kewajaran laba setiap periodenya.
Penyebab utama yang menyulitkan dalam menentukan saat diakuinya pendapatan secara
tepat adalah panjangnya proses dalam memperoleh pendapatan itu sendiri, selain itu juga
karena adanya berbagai macam kegiatan usaha.
Menurut Moermahadi S. Djanegara (2005), hubungan antara pengakuan
pendapatan dengan laporan keuangan dapat kita lihat dari salah satu fungsi utama
laporan keuangan itu sendiri. Yaitu sebagai informasi dan cerminan mengenai kondisi
keuangan perusahaan. Yang dalam pemenuhan fungsi tersebut dituntut beberapa faktor
yang tergabung dalam karakteristik kualitatif. Karakteristik kualitatif adalah dapat
dipenuhi jika laporan keuangan yang disajikan mengandung karakteristik sebagai berikut
(1) dapat dipahami, (2) relevan, (3) keandalan, dan (4) berdaya banding.
Pengakuan pendapatan merupakan faktor yang menentukan dalam terciptanya
kondisi tersebut. Karena dengan pengakuan pendapatan akan menentukan besarnya
suatu pendapatan dalam suatu periode pelaporan. Apakah suatu pendapatan benar-benar
merupakan pendapatan diakui pada suatu periode pelaporan. Sehingga tidak
menimbulkan salah tafsir bagi para pengguna. Analisis laporan keuangan harus meneliti
metode akuntansi untuk memastikan apakah metode tersebut mencerminkan realitas
ekonomi secara layak.
24
II.4. Contoh Soal
II.4.1. Penjualan Tunai
Softbyte menerima uang sebesar $1.200 dari pelanggan atas jasa pemrograman
yang diberikan. Ayat jurnal yang harus dibuat adalah:
Untuk mengakui pendapatan
Dr Kas/Bank $ 1.200
Cr Pendapatan $ 1.200
II.4.2. Penjualan Kredit
Softbyte memberikan jasa pemrograman secara kredit seharga $3.500 kepada
pelanggannya yang akan ditagihkan kepada rekening pelanggan,
Untuk mengakui pendapatan
Dr Piutang Dagang $ 3.500
Cr Pendapatan $ 3.500
Ketika Pembayaran diterima
Dr Kas/ Bank PT.Infimedia $ 3.500
Cr Piutang dagang $ 3.500
Sumber: Weygandt, Kieso, Kimmel (7th ed.)
II.4.3. Penjualan Kontrak
Hardhat Construction Company memiliki kontrak yang dimulai pada bulan Juli
2007, untuk membangun sebuah jembatan senilai $4.500.000 yang diharapkan selesai
25
pada bulan Oktober 2009, dengan estimasi biaya sebesar $4.000.000. Data berikut ini
berkaitan dengan periode konstruksi tersebut:
2007 2008 2009 Biaya sampai tanggal ini $1.000.000 $2.916.000 $4.050.000 Estimasi biaya untuk menyelesaikan 3.000.000 1.134.000 - Termin selama tahun berjalan 900.000 2.400.000 1.200.000 Kas yang tertagih selama tahun berjalan 750.000 1.750.000 2.000.000
Persentase selesai dihitung:
2007 2008 2009 Harga kontrak $4.500.000 $4.500.000 $4.500.000 Dikurangi estimasi biaya: Biaya sampai tanggal ini 1.000.000 2.916.000 4.050.000 Estimasi biaya untuk menyelesaikan 3.000.000 1.134.000 - Estimasi total biaya 4.000.000 4.050.000 4.050.000
Estimasi total laba kotor 500.000 450.000 450.000
Persentase selesai 25% 72% 100% $1.000.000 $2.916.000 $4.050.000 $4.000.000 $4.050.000 $4.050.000
Berdasarkan data di atas, ayat jurnal yang harus dibuat:
2007
Untuk mencatat biaya konstruksi
Dr Konstruksi dalam proses 1.000.000
Cr Bahan, kas, hutang, dsb. 1.000.000
Untuk mencatat termin
Dr Piutang Usaha 900.000
Cr Bahan, kas, hutang, dsb. 900.000
26
Untuk mencatat hasil penagihan
Dr Kas 750.000
Cr Piutang Usaha 750.000
2008
Untuk mencatat biaya konstruksi
Dr Konstruksi dalam proses 1.916.000
Cr Bahan, kas, hutang, dsb. 1.916.000
Untuk mencatat termin
Dr Piutang Usaha 2.400.000
Cr Bahan, kas, hutang, dsb. 2.400.000
Untuk mencatat hasil penagihan
Dr Kas 1.750.000
Cr Piutang Usaha 1.750.000
2009
Untuk mencatat biaya konstruksi
Dr Konstruksi dalam proses 1.134.000
Cr Bahan, kas, hutang, dsb. 1.134.000
Untuk mencatat termin
Dr Piutang Usaha 1.200.000
Cr Bahan, kas, hutang, dsb. 1.200.000
Untuk mencatat hasil penagihan
Dr Kas 2.000.000
27
Cr Piutang Usaha 2.000.000
Estimasi pendapatan dan laba kotor yang akan diakui Hardhat untuk setiap tahun
dihitung sebagai berikut:
2007 2008 2009 Pendapatan yang diakui pada tahun:
2007 $4.500.000 x 25% $1.125.000
2008 $4.500.000 x 72% $3.240.000
Dikurangi: Pendapatan yang diakui pada tahun 2007 1.125.000 Pendapatan tahun 2008 $2.115.000
2009 $4.500.000 x 100% $4.500.000 Dikurangi: Pendapatan yang diakui
pada tahun 2007 dan 2008 3.240.000 Pendapatan tahun 2009 $1.260.000
Laba kotor yang diakui pada tahun: 2007 $500.000 x 25% $125.000
2008 $450.000 x 72% $324.000 Dikurangi: Laba kotor yang diakui pada tahun 2007 $125.000
Laba kotor tahun 2008 $199.000
2009 4450.000 x 100% $450.000 Dikurangi: Laba kotor yang diakui
pada tahun 2007 dan 2008 $324.000
Laba kotor tahun 2009 $126.000
Ayat jurnal untuk mengakui pendapatan serta laba kotor setiap tahun dan untuk mencatat
penyelesaian serta persetujuan akhir atas kontrak:
2007
28
Untuk mengakui pendapatan dan laba kotor
Dr Konstruksi dalam proses 125.000
Dr Beban konstruksi 1.000.000
Cr Pendapatan dari kontrak jangka panjang 1.125.000
2008
Untuk mengakui pendapatan dan laba kotor
Dr Konstruksi dalam proses 199.000
Dr Beban konstruksi 1.916.000
Cr Pendapatan dari kontrak jangka panjang 2.115.000
2009
Untuk mengakui pendapatan dan laba kotor
Dr Konstruksi dalam proses 126.000
Dr Beban konstruksi 1.134.000
Cr Pendapatan dari kontrak jangka panjang 1.260.000
Untuk mencatat penyelesaian kontrak
Dr Penagihan atas konstruksi 4.500.000
Cr Konstruksi dalam proses 4.500.000
Sumber : Kieso, Weygandt, dan Warfield (12th edition)