32

Click here to load reader

LANDASAN TEORI transportasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LANDASAN TEORI transportasi

6

BAB 2

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Transportasi

2.1.1 Pengertian Transportasi

Menurut Wikipedia Indonesia, transportasi adalah pemindahan manusia atau

barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana yang

digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia

dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Di negara maju, mereka biasanya menggunakan

kereta bawah tanah (subway) dan taksi. Penduduk di negara maju jarang yang mempunyai

kendaraan pribadi karena mereka sebagian besar menggunakan angkutan umum sebagai

transportasi mereka. Transportasi sendiri dibagi 3 yaitu, transportasi darat, laut, dan udara.

Transportasi udara merupakan transportasi yang membutuhkan banyak uang untuk

memakainya. Selain karena memiliki teknologi yang lebih canggih, transportasi udara

merupakan alat transportasi tercepat dibandingkan dengan alat transportasi lainnya.

Menurut Abbas, (2003, p6), transportasi sebagai dasar untuk pembangunan

ekonomi dan perkembangan masyarakat serta pertumbuhan industrialisasi. Dengan adanya

transportasi menyebabkan, adanya spesialisasi atau pembagian pekerjaan menurut

keahlian sesuai dengan budaya, adat-istiadat, dan budaya suatu bangsa atau daerah.

Pertumbuhan ekonomi suatu negara atau bangsa tergantung pada tersedianya

pengangkutan dalam negara atau bangsa yang bersangkutan.

Dalam transportasi kita melihat dua kategori yaitu :

1. Pemindahan bahan-bahan dan hasil-hasil produksi dengan menggunakan

alat angkut.

2. Mengangkut penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.

Page 2: LANDASAN TEORI transportasi

7

Dengan ini dapat disimpulkan bahwa definisi transportasi adalah kegiatan

pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam

transportasi terlihat ada dua unsur yang terpenting yaitu :

a. Pemindahan atau pergerakan (movement)

b. Secara fisik mengubah tempat dari barang (komoditi) dan penumpang ke

tempat lain

2.1.2 Pembagian Fungsi Transportasi

Di dalam mempelajari transportasi dapat kita golongkan atas dua bagian:

1. Angkutan penumpang

Untuk pengangkutan penumpang digunakan mobil atau kendaraan pribadi

dan alat angkut lainnya.

2. Selain mobil pribadi yang digunakan untuk mengangkut penumpang,

digunakan pula kendaraan untuk angkutan umum seperti, bus, pesawat

udara, kereta api, kapal laut, kapal penyeberangan dan pelayaran Samudera

Luar Negeri.

Terutama untuk negara yang sedang membangun. Pengangkutan muatan lebih

penting dalam dunia bisnis dan perdagangan.

2.1.3 Faktor Penentu Pengembangan Transportasi

Menurut Hay dalam Nur Nasution (2004,p24-p25)terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi perkembangan transportasi di masa akan datang seperti berikut:

1. Ekonomi

Alasan ekonomi biasanya merupakan dasar dari dikembangkannya sistem

transportasi, dengan tujuan utama untuk mengurangi biaya produksi dan

Page 3: LANDASAN TEORI transportasi

8

distribusi serta untuk mencari sumber daya alam dan menjangkau pasar

yang lebih luas.

2. Geografi

Alasan dikembangkannya sistem transportasi pada awalnyaadalah untuk

mengatasi keadaan alam setempat dan kemudian berkembang dengan

upaya untuk mendekatkan sumber daya dengan pusat produksi dan pasar

3. Politik

Alasan dikembangkannya suatu sistem transportasi secara politik adalah

untuk menyatukan daerah-daerah dan mendistribusikan kemakmuran ke

seluruh pelosok suatu negara tertentu

4. Pertahanan dan Keamanan

Alasan dikembangkannya sistem transportasi dari segi pertahanan keamanan

negara adalah untuk keperluan pembelaan diri dan menjamin

terselenggaranya pergerakan dan akses yang cepat ke tempat-tempat

strategis, misalnya daerah perbatasan negara , pusat-pusat pemerintahan,

atau instalasi penting lainnya

5. Teknologi

Adanya penemuan-penemuan teknologi baru tentu akan mendorong

kemajuan di keseluruhan sistem transportasi

6. Kompetisi

Dengan adanya persaingan, baik antarmoda, maupun dalam bentuk lainnya,

seperti pelayanan, material dan lain-lain, secara tidak langsung akan

mendorong perkembangan sistem transportasi dalam rangka memberikan

pilihan yang terbaik

Page 4: LANDASAN TEORI transportasi

9

7. Urbanisasi

Dengan makin meningkatnya arus urbanisasi, maka pertumbuhan kota-kota

akan semakin meningkat dan dengan sendirinya kebutuhan jaringan

transportasi untuk menampung pergerakan warga kotanya pun akan

semakin meningkat

2.1.4 Fungsi Manajemen Dalam Transportasi

Menurut Nur Nasution (2004, p107), bagi perusahaan-perusahaan transportasi

umum yang menghasilkan jasa pelayanan transportasi kepada masyarakat pemakai jasa

angkutan (users), maka pada prinsipnya terdapat empat fungsi produk jasa transportasi

yaitu aman (safety), tertib dan teratur (regularity), nyaman (comfort), dan ekonomis.

Untuk mewujudkan keempat fungsi produk jasa transportasi tersebut, fungsi manajemen

transportasi bagi perusahaan transportasi pada umumnya adalah:

1. Merencanakan kapasitas dan jumlah armada

2. Merencanakan jaringan trayek/lintas/rute serta menentukan jadwal

keberangkatan

3. Mengatur pelaksanaan operasi armada dan awak kendaraan

4. Memelihara dan memperbaiki armada

5. Melaksanakan promosi dan penjualan tiket

6. Merencanakan dan mengendalikan keuangan

7. Mengatur pembelian suku cadang dan logistik

8. Merencanakan sistem dan prosedur untuk meningkatkan efisiensi

perusahaan

9. Melaksanakan penelitian dan pengembangan perusahaan

Page 5: LANDASAN TEORI transportasi

10

10. Menjalin hubungan yang erat dengan instansi-instansi pemerintah meupun

instansi lainnya yang terkait

Dengan memahami fungsi manajemen perusahaan transportasi umum tersebut,

maka sesuai dengan kondisi dan luasnya operasi dapatlah disusun struktur organisasi

dengan deskripsi tugas dan tanggung jawab, wewenang, dan sistem manajemennya yang

jelas dan mudah dilaksanakan.

Dalam penggunaan sehari-hari terdapat beberapa istilah yang dapat diartikan

sebagai manajemen, yakni pengurusan, pengelolaan, ketatalaksanaan, dan sebagainya.

Dalam kaitannya dengan manajemen transportasi, manajemen dari suatu pengoperasian

angkutan barang pada suatu industri manufaktur, merupakan tanggungjawab lini karena

sasaran utama perusahaan itu adalah mencapai keuntungan dari upaya memuaskan

langganan. Dinamika bisnis juga menghendaki adanya fleksibilitas untuk fungsi jasa

angkutan agar mampu menangani masalah-masalah dan sekaligus menentapkan lini-lini

wewenang dan lini pelaporan yang jelas. Ada tiga tugas utama yang harus dihadapi oleh

manajemen transportasi, yaitu :

1. Menyusun rencana dan program untuk mencapai tujuan dan misi organisasi

secara keseluruhan.

2. Meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan.

3. Dampak sosial dan tanggung jawab sosial dalam mengoperasikan angkutan.

Dari ketiga tugas utama tersebut, semuanya haruslah dilaksanakan secara

bersama-sama, berkesinambungan dan berkelanjutan. Ini berarti bahwa tugas yang akan

dilaksanakan tersebut haruslah direncanakan terlebih dahulu untuk mencapai hasil yang

diharapkan. Untuk mendukung suksesnya pelaksanaan tugas tersebut maka harus ada

tugas dan wewenang dari masing-masing pekerja transportasi dari tingkat manajer hingga

bawahan. (Nur Nasution, 2004, p104)

Page 6: LANDASAN TEORI transportasi

11

2.1.5 Tugas dan Sasaran dalam Manajemen Transportasi

Menurut Nur Nasution (2004, p 109) untuk mewujudkan fungsi produk

transportasi seperti yang telah dijelaskan, maka sasaran yang harus dicapai dalam

perusahaan pengangkutan umum adalah:

1. Menjamin penyelenggaraan angkutan yang aman dan menjamin

keselamatan (safety)

2. Menjamin pengoperasian angkutan yang tertib dan teratur (regularity)

3. Mencapai efisiensi pengoperasian angkutan (economy)

Departemen Perhubungan sebagai instansi Pemerintah (regulator) berkewajiban

untuk membina terwujudnya sistem transportasi nasional (Sistranas) yang handal, efisien,

dan efektif. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka sasaran Sistranas adalah terciptanya

penyelenggaraan transportasi yang efektif dalam arti kapasitas mencukupi, terpadu, tertib

dan teratur, lancar, cepat dan tepat, selamat, aman, nyaman, biaya terjangkau, dan efisien

dalam arti beban publik rendah dan utilisasi yang tinggi dalam satu kesatuan jaringan

transportasi nasional.

Kapasitas mencukupi, dalam arti bahwa kapasitas sarana dan prasarana

transportasi cukup tersedia untuk memenuhi kebutuhan maupun pertambahan permintaan

pengguna jasa. Kinerja kapasitas tersebut dapat diukur berdasarkan indikator sesuai

dengan karakteristik masing-masing moda, antara lain perbandingan jumlah sarana

angkutan dengan penduduk, antara sarana dan prasarana, antara volume jasa angkutan

yang dinyatakan dalam penumpang-kilometer atau ton-kilometer dengan kapasitas yang

tersedia.

Penyelenggaraan transportasi yang terpadu, dalam arti terwujudnya keterpaduan

antar dan intramoda dalam jaringan prasarana dan pelayanan yang meliputi

pembangunan, pembinaan, dan penyelenggaraannya. Penyelenggaraan transportasi yang

Page 7: LANDASAN TEORI transportasi

12

tertib, berupa terwujudnya penyelenggaraan transportasi yang sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku di masyarakat. Keadaan tersebut dapat diukur

berdasarkan indikator antara lain perbandingan frekuensi pelanggaran dengan jumlah

perjalanan.

Penyelenggaraan transportasi yang aman, adalah dapat terhindarnya

pengoperasian transportasi dari akibat faktor eksternal baik berupa gangguan alam

maupun manusia. Keadaan tersebut dapat diukur antara lain berdasarkan perbandingan

antara jumlah terjadinya gangguan dengan jumlah perjalanan.

Penyelenggaraan transportasi yang cepat dan lancar berarti pengoperasian

transportasi dengan waktu yang singkat dengan tingkat keselamatan yang tinggi. Keadaan

tersebut dapat diukur berdasarkan indikator antara lain kecepatan arus perjalanan per

satuan waktu.

Penyelenggaraan transportasi yang selamat, berarti terhindarnya pengoperasian

transportasi dari kecelakaan akibat faktor internal transportasi. Keadaan tersebut dapat

diukur antara lain berdasarkan perbandingan antara jumlah kejadian kecelakaan dengan

jumlah perjalanan.

Penyelenggaraan transportasi yang nyaman , dalam arti terwujudnya

ketenangan dan kenikmatan bagi penumpang selama perjalanan dari asal sampai ke

tujuan baik di dalam maupun diluar sarana transportasi. Keadaan tersebut dapat diukur

dari ketersediaan dan kualitas fasilitas dalam maupun diluar sarana transportasi.

Penyelenggaraan transportasi dengan biaya terjangkau adalah keadaan

penyediaan jasa transportasi yang sesuai dengan daya beli masyarakat pada umumnya

dengan memperhatikan tetap dapat berkembangnya kemampuan penyedia jasa

transportasi. Keadaan tersebut dapat diukur berdasarkan indikator perbandingan antara

Page 8: LANDASAN TEORI transportasi

13

pengeluaran rata-rata masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan transportasi dengan

pendapatan.

Penyelenggara transportasi yang efisien, adalah keadaan penyelenggaraan

transportasi yang mempu memberikan manfaat yang maksimal dengan pengorbanan

tertentu yang harus ditanggung oleh pemerintah, masyarakat dan lingkungan, atau

memberikan manfaat tertentu dengan pengorbanan minimum. Keadaan ini dapat diukur

antara lain berdasarkan perbandingan manfaat dengan besarnya biaya yang dikeluarkan.

Sedangkan utilisasi merupakan tingkat penggunaan kapsitas sistem transportasi yang

dapat dinyatakan dalam indikator seperti faktor muat barang (load factor) dan tingkat

penggunaan (utilisasi) sarana dan prasarana angkutan.

2.1.6 Kriteria Kinerja Transportasi

(Rudy Hermawan, 2001, p55) untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kinerja

dari sistem operasi transportasi ada beberapa parameter/indikator yang bisa dilihat, yaitu :

1. Faktor Tingkat Pelayanan

a. Kapasitas

Kapasitas dinyatakan sebagai jumlah penumpang atau barang yang bisa

dipindahkan dalam satuan waktu tertentu, misalnya orang, jam, berat

(ton/kg/dll). Dalam hal ini kapasitas ini merupakan fungsi dari kapasitas

atau ukuran tempat atau sarana transportasi dan kecepatan serta

mempengaruhi besarnya tenaga gerak yang dibutuhkan.

b. Aksesibilitas

Aksesibilitas menyatakan tentang kemudahan orang dalam

menggunakan suatu transportasi tertentu dan bisa berupa fungsi dari

jarak maupun waktu. Suatu sistem transportasi sebaiknya bisa diakses

Page 9: LANDASAN TEORI transportasi

14

dengan mudah dari berbagai tempat dan pada setiap saat untuk

mendorong orang menggunakannya dengan mudah.

2. Faktor Kualitas Pelayanan

a. Keselamatan

Keselamatan menyangkut kemungkinan adanya kecelakaan dan

terutama berkaitan erat dengan sistem pengendalian yang digunakan.

Apabila suatu sistem transportasi mempunyai pengendalian yang ketat,

maka biasanya mereka mempunyai tingkat keselamatan dan keamanan

yang tinggi.

b. Keandalan

Keandalan berhubungan dengan faktor-faktor seperti ketepatan jadwal

waktu dan jaminan sampai di tempat tujuan. Suatu sistem transportasi

yang andal berarti bahwa penumpang/barang yang diangkut bisa sampai

ke tempat tujuan dengan tepat waktu dan tidak mengalami gangguan

atau kerusakan.

c. Fleksibilitas

Fleksibilitas menyangkut kemudahan yang ada di dalam mengubah

segala sesuatu sebagai akibat adanya kejadian yang berubah tidak

sesuai dengan skenario yang direncanakan.

d. Kenyamanan

Kenyamanan transportasi sangat berlaku untuk angkutan penumpang

yang erat kaitannya dengan masalah tata letak tempat duduk, sistem

pengaturan udara di dalam kendaraan, ketersediaan fasilitas khusus

seperti toilet, tempat makan, dan waktu operasi.

Page 10: LANDASAN TEORI transportasi

15

e. Kecepatan

Kecepatan merupakan faktor yang sangat penting dan erat kaitannya

dengan masalah efisiensi sistem transportasi. Pada prinsipnya pelanggan

selalu menginginkan kecepatan yang tinggi dalam transportasi agar

segera sampai di tempat tujuan. Namun demikian, keinginan tersebut

kadang-kadang dibatasi oleh beberapa hal, misalnya kemampuan mesin

atau tenaga penggerak yang digunakan, kemacetan lalu lintas dan

kemampuan/kecakapan manusia dalam menggunakan alat transportasi

tersebut.

f. Dampak

Dampak transportasi sangat beragam jenisnya, mulai dari dampak

lingkungan (polusi, dan kebisingan), sampai dengan dampak sosial

politik yang ditimbulkan/diharapkan oleh adanya suatu operasi lalu lintas

serta besarnya konsumsi energi yang dibutuhkan.

2.2 Manajemen Operasional

2.2.1 Pengertian Manajemen Operasional

Manajemen operasional memiliki banyak arti meskipun pada dasarnya sama.

Namun, ada baiknya bila kita melihat pemahaman manajemen operasi dari berbagai

sumber, diantaranya:

• Menurut Wikipedia Indonesia, manajemen operasional adalah bidang usaha

yang bersangkutan dengan mutu produksi barang dan jasa, dan melibatkan

tanggung jawab untuk memastikan bahwa operasi bisnis yang efisien dan

efektif. Manajemen operasional merupakan sumber daya, distribusi barang

dan jasa kepada pelanggan.

Page 11: LANDASAN TEORI transportasi

16

Operasi juga merujuk pada produksi barang dan jasa, kumpulan dari nilai

bentuk kegiatan yang ditambahkan ke dalam banyak masukan keluaran.

• Menurut Melnyk (2002, p5), manajemen operasi merupakan pembelajaran

dari suatu organisasi dimana kita diharuskan untuk mengerti, menjelaskan,

menebak, serta merubah suatu organisasi dan pengaruh strategi dari proses

transformasi atau perubahan. Dengan kata lain, manajemen operasional

merupakan efektifitas dan efisiensi manajemen dari suatu proses perubahan

atau transformasi.

• Menurut Schroeder (2007, p3), inti dari manajemen operasi dapat dijabarkan

sebagai berikut:

Operasional bertanggung jawab pada penyediaan produk atau jasa dari

suatu organisasi

Manajer operasional membuat keputusan mengenai fungsi operasi dan

hubungannya dengan fungsi yang lain. Manajer operasional

merencanakan dan memantau proses produksi dan interfensi itu sendiri

antara organisasi dan dengan pihak luar.

• Menurut Constable, manajemen operasi lebih difokuskan pada kebutuhan

untuk produksi. Walaupun produk tersebut merupakan produk manufaktur

maupun jasa. Pada dasarnya, manajemen operasional termasuk dalam

manajemen produksi, namun lebih difokuskan pada distribusi dan pada

supply manajemen. Manajemen operasional pada prinsipnya lebih fokus

pada arus fasilitas yang tersedia seperti tenaga kerja dan modal untuk

menjamin bahwa mereka akan bertemu dengan arus kebutuhan pasar. Hal

ini juga difokuskan oleh desain yang original atau perluasan pada semua

fasilitas dimana selama pengaruh tersebut merupakan sistem operasi.

Page 12: LANDASAN TEORI transportasi

17

Berdasarkan pemahaman-pemahaman tersebut, ada 3 poin penting dalam

manajemen operasional:

• Keputusan

Definisi ini mengarah pada ‘membuat keputusan’ sebagai elemen terpenting

dari manajemen operasional. Saat manajer mebuat keputusan, langsung

terfokus pada pembuatan keputusan sebagai pokok dari operasional.

• Fungsi atau kegunaan

Operasional merupakan fungsi utama di setiap organisasi termasuk bagian

marketing maupun keuangan. Fungsi operasi bertanggung jawab untuk

menyediakan atau memproduksi barang atau jasa untuk bisnis.

• Proses

Manajer operasional merencanakan dan mengontrol proses produksi dan

hasilnya.

2.2.2 Komponen-komponen Utama dalam Manajemen Operasional

Menurut Melnyk (2002, p6), manajemen operasional terintegrasi pada 3

komponen utama yang mendukung dalam proses organisasi, diantaranya:

• Customer (Pelanggan)

Customer merupakan seseorang yang selalu mengkonsumsi kebutuhan pada

sistem manajemen operasional. Customer merupakan orang yang memiliki

peran khusus dimana selalu memberikan saran serta pendapat di awal dan

di akhir sistem manajemen operasional paling tidak, perusahaan dengan

jelas dapat diidentifikasikan pada segmen pasar dan pada segmen customer

itu sendiri. Keefektifitas serta keefisienan fungsi manajemen operasional

tidak dapat terstruktur.

Page 13: LANDASAN TEORI transportasi

18

• Process (Proses)

Sebuah proses dalam perusahaan merupakan hubungan dari semua aktifitas

yang diperlukan untuk mengubah input menjadi output (hasil). Proses

menggambarkan keseluruhan input, aktifitas perubahan, dan output pada

keseluruhan sistem. Hal itu menandakan hal-hal yang dibutuhkan dalam

sebuah kegiatan serta menspesifikasikan bahan apa yang dibutuhkan dan

seberapa besar jumlahnya. Proses juga menggambarkan kegiatan yang

diperlukan untuk mengubah input menjadi output. Pada akhirnya, seluruh

kegiatan pemeriksaan dilakukan untuk memastikan bahwa semua memenuhi

standar kualitas, kuantitas, lead time, atau pembagian waktu.

Proses manajemen operasional dapat melibatkan produksi pada sebuah

produk atau jasa. Proses juga menghasilkan informasi.

• Capacity (Kapasitas)

Saat proses menjelaskan bagaimana sistem manajemen operasional bekerja,

kapsitas mendeterminasikan seberapa besar sistem produksi. Untuk

kebanyakan orang, kapasitas mengartikan seberapa besar dari hasil yang

diproduksi perusahaan, bahkan membatasi hasil per unit dalam satu satuan

waktu.

Page 14: LANDASAN TEORI transportasi

19

Gambar 2.1 Komponen Utama dalam Sistem Manajemen Operasional

Sumber: Melnyk. Denzler, Operations Management, 2002

2.3 Analytical Hierarchy Process (AHP)

Menurut Wikipedia Indonesia, Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah struktur

teknik untuk menangani kompleks keputusan. AHP membantu mengambil keputusan

menemukan salah satu yang paling sesuai dengan kebutuhan dan pemahaman mengenai

masalah tersebut.

Berdasarkan matematika dan psikologi, AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty

pada tahun 1970an dimana AHP menyediakan kerangka komprehensif dan rasional untuk

struktur keputusan masalah, dan untuk mewakili unsur kualifikasinya, untuk elemen terkait

untuk tujuan secara keseluruhan, dan untuk mengevalusi solusi alternative.

Pengguna dari AHP pertama menguraikan masalah keputusan mereka ke dalam

hirarki yang lebih mudah memehami sub masalah, masing-masing yang dapat dianalisis

secara mandiri. Unsur-unsur dari hirarki dapat berhubungan dengan setiap aspek dari

keputusan masalah nyata atau hal-hal yang tidak dapat diperkirakan.

Page 15: LANDASAN TEORI transportasi

20

2.3.1 Prinsip Kerja AHP

Menurut Saaty (1988) dalam Marimin (2004), ide dan prisip AHP adalah sebagai

berikut:

1. Penyusunan Hirarki

Persoalan yang akan diselesaikan diuraikan menjadi unsur-unsurnya yaitu

criteria dan alternatif yang kemudian disusun menjadi struktur hirarki.

2. Penilaian Kriteria dan Alternatif

Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut

Saaty (1988) untuk berbagai persoalan skala 1 sampai dengan 9 adalah

skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat

3. Penentuan Prioritas

Untuk setiap kriteria dan alternatif perlu dilakukan perbandingan

berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif

kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif.

Baik kriteria kualitatif maupun kriteria kuantitatif dapat dibandingkan sesuai

dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan

prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau

melalui penyelesaian persamaan matematik.

4. Konsistensi Logis

Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara

konsisten sesuai dengan suatu Intuitives mencari arti segala hal dan

berfokus pada implikasi dan thinkers membuat keputusan secara impersonal

dan logis. Bila digabungkan, kedua preferensi ini membentuk “Intuitives

Thinkers,” sebuah tipe kepribadian orang yang intelektual dan kompeten.

Page 16: LANDASAN TEORI transportasi

21

2.3.2 Keunggulan Analytical Hierarchy Process

Keunggulan AHP adalah memungkinkan pengguna untuk memasukkan semua

aspek permasalahan yang relevan, baik yang bersifat objektif, ke dalam satu model dan

keunggulan utamanya terletak pada mekanisme pengujian konsistensi dari partisipannya.

Untuk lebih jelasnya, Saaty (1991,p25) menguraikan keuntungan-keuntungan dari AHP :

1. Kesatuan. AHP memberi suatu model tunggal yang mudah dimengerti dan

luwes untuk aneka ragam persoalan tak terstruktur.

2. Kompleksitas. AHP memadukan rancangan deduktif berdasarkan sistem

dalam memecahkan persoalan kompleks

3. Saling ketergantungan. AHP dapat menangani saling ketergantungan

elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.

4. Penyusunan hierarki. AHP mencerminkan kecenderungan alami untuk

memilah-milah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat

berlainan dan mengelompokkan struktur yang serupa dalam setiap tingkat.

5. Pengukuran. AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan wujud.

Suatu metode untuk menetapkan prioritas.

6. Konsistensi. AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan

yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.

7. Sintesis. AHP menuntun ke suatu taksiran yang menyeluruh tentang

kebaikan setiap alternatif.

8. Tawar-menawar. AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari

berbagai faktor sistem dan memungkinkan seseorang memilih alternatif

terbaik berdasarkan tujuan mereka..

9. Penilaian dan konsensus. AHP memaksakan konsensus tetapi mensintesis

suatu hasil yang representative dari berbagai penilaian yang bebeda-beda.

Page 17: LANDASAN TEORI transportasi

22

10. Pengulangan proses. AHP memungkinkan orang memperhalus definisi

mereka pada suatu persoalan dan memperbaikipertimbangan dan pengertian

mereka melalui pengulangan.

Selain itu, AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi-

objektif dan multi-kriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari setiap elemen

dalam hirarki. Jadi, model ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang

komprehensif.

Namun AHP juga memiliki kelemahan dalam hal kemungkinan terjadinya

perubahan urutan jika muncul alternatif baru dalam permasalahan yang dihadapi.

2.3.3 Tahap-Tahap Analytical Hierarchy Process

AHP yang dikembangkan oleh Thomas Saaty merupakan metode penentuan

rangking alternatif keputusan dan pemilihan yang terbaik dari alternatif tersebut ketika

pengambil keputusan memiliki sasaran atau kriteria multiple (lebih dari satu) yang

mendasari keputusan.

Dalam menyusun AHP ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, yaitu:

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan

dengan subtujuan-subtujuan, criteria dan kemungkinan alternatif-alternatif

pada tingkatan kriteria yang paling bawah.

3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan

kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing

tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan

berdasarkan “judgement” dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat

kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.

Page 18: LANDASAN TEORI transportasi

23

4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh “judgement”

seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya

elemen yang dibandingkan.

5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten

maka pengambilan data diulang.

6. Mengulang langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

7. Menghitung vector eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan.

Nilai vector eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk

mensitesis “judgement” dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada

tingkat hirarki terendah sampai pencapai tujuan.

8. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10 persen maka

penilaian data judgement harus diperbaiki.

Secara naluri, manusia dapat mengestimasi besaran sederhana melalui

inderanya. Proses yang paling mudah adalah membandingkan dua hal dengan keakuratan

perbanding tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu Saaty (1988) menetapkan

skala kuantitatif 1 sampai dengan 9 untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan suatu

elemen terhadap elemen lain.

Adapun prosedur singkat AHP, adaah sebagai berikut : (Rian,p2)

Langkah 1 :Definisikan masalah dan buat strukturnya mulai dari hirarki paling

atas sampai dengan hirarki paling bawah.

Langkah 2 :Buat matriks perbandingan berpasangan untuk setiap level dan

tentukan nilai untuk setiap perbandingan. Konsistensi ditentukan

dengan menggunakan nilai eigen.

Page 19: LANDASAN TEORI transportasi

24

Langkah 3 :Bobot relatif dihitung dengan melakukan analisis vector eigen untuk

setiap kelompok kriteria yang ada dalam level hirarki yang sama

terkait dengan kriteria yang sama pada level yang tinggi.

Langkah 4 :Konsistensi dari seluruh hirarki ditemukan.

2.4 Teori Sistem Antrian (Waiting Line)

Ilmu pengetahuan tentang bentuk antrian, yang sering disebut sebagai teori antrian

(queueing theory) merupakan sebuah bagian penting operasi dan juga alat yang sangat

berguna bagi manajer operasi. Menurut Render dkk. (2005, p418) antrian (waiting line /

queue) diartikan sebagai orang – orang atau barang dalam barisan yang sedang menunggu

untuk dilayani, sebagai contoh pasien yang sedang menunggu di ruang praktik dokter, mesin

bor yang sedang menunggu di bengkel untuk diperbaiki, dll.

Antrian merupakan aktifitas yang tidak lepas dari kehidupan manusia sehari – hari.

Suka atau tidak suka, manusia tetap harus melakukan aktifitas antrian tersebut. Menurut

Taha (1997, p176), fenomena menunggu atau mengantri merupakan hasil langsung dari

keacakan dalam operasional pelayanan fasilitas. Secara umum, kedatangan pelanggan ke

dalam suatu sistem dan waktu pelayanan untuk pelanggan tersebut tidak dapat diatur dan

diketahui waktunya secara tepat, namun sebaliknya, fasilitas operasional dapat diatur

sehingga dapat mengurangi antrian.

Aminudin (2005, p169) juga menyatakan terdapat beberapa ukuran kinerja dari

sistem antrian. Ukuran – ukuran kinerja tersebut antara lain :

• Lama waktu pelanggan harus menunggu sebelum dilayani

• Persentase waktu fasilitas pelayanan yang tidak digunakan atau menganggur karena tidak

ada pelanggan.

Page 20: LANDASAN TEORI transportasi

25

Ukuran – ukuran kinerja tersebut merupakan parameter yang menentukan kinerja

dari suatu fasilitas. Semakin singkat waktu bagi pelanggan untuk menunggu dan semakin

sedikit waktu menganggur fasilitas pelayanan berarti kondisi sistem akan semakin optimal.

Penyusunan teori antrian dipelopori oleh A. K. Erlang, seorang insinyur

berkebangsaan Denmark, pada tahun 1909. Ia bekerja di sebuah perusahaan telepon dan

melakukan percobaan yang melibatkan fluktuasi permintaan sambungan telepon serta

pengaruhnya pada peralatan switching telepon. Sebelum Perang Dunia II, studi awal antrian

ini telah berkembang di lingkungan antrian yang lebih umum.

2.4.1 Karakteristik Sistem Antrian

Ada tiga komponen dalam sistem antrian yaitu :

1. Kedatangan, populasi yang akan dilayani (calling population)

2. Antrian

3. Fasilitas pelayanan

Masing-masing komponen dalam sistem antrian tersebut mempunyai

karakteristik sendiri-sendiri. Karakteristik dari masing – masing komponen tersebut adalah :

1. Kedatangan Populasi yang akan Dilayani (calling population)

Karakteristik dari populasi yang akan dilayani (calling population) dapat

dilihat menurut ukurannya, pola kedatangan, serta perilaku dari populasi

yang akan dilayani. Menurut ukurannya, populasi yang akan dilayani bisa

terbatas (finite) bisa juga tidak terbatas (infinite). Pada kasus antrian

busway ini populasi yang akan dilayani tidak terbatas (infinite).

Pola kedatangan bisa teratur, bisa juga acak (random). Pola kedatangan

yang sifatnya acak dapat digambarkan dengan distribusi statistik dan dapat

Page 21: LANDASAN TEORI transportasi

26

ditentukan dua cara yaitu kedatangan per satuan waktu dan distribusi waktu

antar kedatangan.

Contoh : Kedatangan digambarkan dalam jumlah satu waktu, dan bila

kedatangan terjadi secara acak, informasi yang penting adalah Probalitas n

kedatangan dalam periode waktu tertentu, dimana n = 0,1,2.

Jika kedatangan diasumsikan terjadi dengan kecepatan rata – rata yang

konstan dan bebas satu sama lain disebut distribusi probabilitas Poisson. Ahli

matematika dan fisika Simeon Poisson (1781 – 1840), menemukan sejumlah

aplikasi manajerial, seperti kedatangan pasien di RS, sambungan telepon

melalui central switching system, kedatangan kendaraan di pintu tol, dll.

Semua kedatangan tersebut digambarkan dengan variabel acak yang

terputus – putus dan non – negative integer (0, 1, 2, 3, 4, 5, dst). Selama 10

menit mobil yang antri di pintu toll bisa 3, 5, 8, dst.

Ciri distribusi poisson :

1. Rata – rata jumlah kedatangan setiap interval bisa diestimasi dari data

sebelumnya

2. Bila interval waktu diperkecil misalnya dari 10 menit menjadi 5 menit,

maka pernyataan ini benar :

Probabilita bahwa seseorang pengguna jasa datang merupakan angka yang

sangat kecil dan konstan untuk setiap interval.

a) Probabilita bahwa 2 atau lebih pengguna jasa akan datang dalam waktu

interval sangat kecil sehingga probabilita untuk 2 atau lebih dikatakan nol

(0).

b) Jumlah pengguna jasa yang datang pada interval waktu bersifat

independent.

Page 22: LANDASAN TEORI transportasi

27

c) Jumlah pengguna jasa yang datang pada satu interval tidak tergantung pada

interval yang lain.

Probabilita n kedatangan dalam waktu T ditentukan dengan rumus :

!)(),(

nTeTnP

nT λλ−

=

Gambar 2.2 Distribusi Poisson Sumber:Jay Heizer, Operations Management, 2001

Dimana :

λ = rata – rata kedatangan per satuan waktu

T = periode waktu

n = jumlah kedatangan dalam waktu T

P (n,T) = probabilitas n kedatangan dalam waktu T

Jika kedatangan mengikuti Distribusi Poisson dapat ditunjukkan secara

matematis bahwa waktu antar kedatangan akan terdistribusi sesuai dengan distribusi

eksponensial.

Populasi panggilan.

∞≤≤−=≤ − tetTP t 0 , 1)( λ

Gambar 2.3 Populasi Panggilan Sumber: Jay Heizer, Operations Management, 2001

Dimana :

P(T≤t) =probabilitas dimana waktu antar kedatangan T ≤ suatu waktu tertentu

λ =rata –rata kedatangan per satuan waktu

T =suatu waktu tertentu

Page 23: LANDASAN TEORI transportasi

28

2. Antrian

Batasan panjang antrian bias terbatas (limited) bisa juga tidak terbatas

(unlimited). Pengguna jasa busway mempunyai panjang antrian yang tidak

terbatas (unlimited).

3. Fasilitas Pelayanan

Karakteristik fasilitas pelayanan dapat dilihat dari tiga hal, yaitu

a. Tata Letak (lay out)

Tata letak fisik dari sistem antrian digambarkan dengan jumlah saluran,

juga disebut sebagai jumlah pelayanan. Proses antrian secara umum

dikategorikan menjadi empat struktur dasar menurut fasilitas pelayanan

(Kakiay, 2004, p13). Keempat struktur antrian dasar tersebut adalah :

1. Single Channel Single Phase

Pada struktur antrian ini, subjek pemanggilan populasi yang dilayani

akan datang, masuk dan membentuk antrian pada satu baris / aliran

pelayanan dan selanjutnya akan berhadapan dengan satu fasilitas

pelayanan. Contoh dari struktur antrian ini adalah sebuah kantor pos

yang hanya mempunyai satu loket pelayanan dengan satu jalur

antrian. Gambar berikut ini akan menunjukkan struktur antrian

single channel single phase.

Gambar 2.4 Single Chanel Single Phase

Sumber: Jay Heizer, Operations Management, 2001

Page 24: LANDASAN TEORI transportasi

29

2. Single Channel Multiple Phase

Pada struktur antrian ini, subjek pemanggilan populasi yang dilayani

akan datang, masuk dan membentuk antrian pada beberapa aliran

pelayanan dan selanjutnya akan berhadapan dengan satu fasilitas

pelayanan sampai pelayanan selesai. Contoh dari struktur antrian ini

adalah seorang pasien yang berobat ke rumah sakit, mereka harus

antri untuk mendaftar di loket pendaftaran terlebih dahulu, setelah

selesai mendaftar pasien masuk ke ruangan periksaan awal, dan

setelah menerima catatan diagnosa dari perawat maka pasien akan

antri kembali utnuk diperiksa oleh dokter. Gambar 2.5 berikut ini

akan menunjukkan struktur antrian single channel multiple phase.

Gambar 2.5 Single Chanel Multiple Phase Sumber: Jay Heizer, Operations Management, 2001

3. Multiple Channel Single Phase

Pada struktur antrian ini, subjek pemanggilan populasi yang dilayani

akan datang, masuk dan membentuk antrian pada satu baris / aliran

pelayanan dan selanjutnya akan berhadapan dengan beberapa

fasilitas pelayanan identik yang pararel. Contoh dari struktur antrian

ini adalah sebuah kantor pos yang mempunyai beberapa loket

Page 25: LANDASAN TEORI transportasi

30

pelayanan dengan satu jalur antrian. Gambar 2.6 berikut ini akan

menunjukkan struktur antrian multiple channel single phase.

Gambar 2.6 Multiple Chanel Single Phase

Sumber: Jay Heizer, Operations Management, 2001

4. Multiple Channel Multiple Phase

Pada struktur antrian ini, subjek pemanggilan populasi yang dilayani

akan datang dan masuk ke dalam sistem pelayanan yang

dioperasikan oleh beberapa fasilitas pelayanan pararel yang identik

menuju ke fasilitas pelayanan setelahnya samapi pelayanan selesai.

Contoh dari struktur antrian ini adalah seorang pasien yang berobat

ke rumah sakit, dimana terdapat beberapa perawat dan beberapa

dokter. Gambar 2.7 berikut ini akan menunjukkan struktur antrian

multiple channel multiple phase.

Gambar 2.7 Multiple Chanel Multiple Phase

Sumber: Jay Heizer, Operations Management, 2001

Page 26: LANDASAN TEORI transportasi

31

b. Disiplin Antrian

Ada dua klasifikasi yaitu prioritas dan first come first serve. Disiplin

prioritas dikelompokkan menjadi dua, yaitu preemptive dan non

preemptive. Disiplin preemptive menggambarkan situasi di mana pelayan

sedang melayani seseorang, kemudian beralih melayani orang yang

diprioritaskan meskipun belum selesai melayani orang sebelumnya.

Sementara disiplin non preemptive menggambarkan situasi di mana

pelayan akan menyelesaikan pelayanannya baru kemudian beralih

melayani orang yang diprioritaskan. Sedangkan disiplin first come first

serve menggambarkan bahwa orang yang lebih dulu dating akan dilayani

terlebih dahulu. Bila dilihat di lapangan disiplin antrian yang digunakan di

setiap shelter – shelter busway adalan first come first serve. Tidak ada

pengguna jasa yang diprioritaskan.

c. Waktu Pelayanan

Waktu yang dibutuhkan untuk melayani bisa dikategorikan sebagai

konstan dan acak. Waktu pelayanan konstan, jika waktu yang

dibutuhkan untuk melayani sama untuk setiap pelanggan. Sedangkan

waktu pelayanan acak, jika waktu yang dibutuhkan untuk melayani

berbeda – beda untuk setiap pelanggan. Jika waktu pelayanan acak,

diasumsikan mengikuti distribusi eksponensial.

Dalam pelayanannya para pengguna jasa busway biasanya dilayani secara

konstan. Setiap pengguna jasa menunggu dalam waktu yang sama untuk naik ke dalam

busway.

Page 27: LANDASAN TEORI transportasi

32

2.4.2 Perilaku kedatangan.

Populasi yang akan dilayani mempunyai perilaku yang berbeda – beda dalam

membentuk antrian. Menurut Aminudin (2005, p174) ada tiga jenis perilaku : bulk,

reneging, balking, dan jockeying. Bulk, merupakan tingkah laku pemanggilan populasi

dimana kedatangan terjadi bersama – sama (berkelompok) ketika memasuki sistem.

Reneging menggambarkan situasi di mana seseorang masuk dalam antrian, namun belum

memperoleh pelayanan, kemudian meninggalkan antrian tersebut. Balking

menggambarkan orang yang tidak masuk dalam antrian dan langsung meninggalkan

tempay antrian. Joekeying menggambarkan orang yang pindah – pindah antrian.

2.4.3 Perilaku Biaya

Dalam sistem antrian ada dua jenis biaya yang timbul. Yaitu biaya karena orang

mengantri dan di sisi lain biaya karena menambah fasilitas layanan. Biaya yang terjadi

karena orang mengantri, antara lain berupa waktu yang hilang karena menunggu.

Sementara biaya menambah fasilitas layanan berupa penambahan fasilitas layanan serta

gaji tenaga kerja yang memberi pelayanan. Tujuan dari sistem antrian adalah

meminimalkan biaya total, yaitu biaya karena mengantri dan biaya karena menambah

fasilitas layanan.

2.4.4 Mekanisme Pelayanan

Ada 3 aspek yang harus diperhatikan dalam mekanisme pelayanan, yaitu:

1. Tersedianya Pelayanan

Mekanisme pelayanan tidak selalu tersedia untuk setiap saat. Misalnya

dalam pertunjukan bioskop, loket penjualan karcis masuk hanya dibuka

pada waktu tertentu antara satu pertunjukan dengan pertunjukan

Page 28: LANDASAN TEORI transportasi

33

berikutnya. Sehingga pada saat loket ditutup, mekanisme pelayanan

terhenti dan petugas pelayanan (pelayan) istirahat.

2. Kapasitas Pelayanan

Kapasitas dari mekanisme pelayanan diukur berdasarkan jumlah

langganan yang dapat dilayani secara bersama – sama. Kapasitas

pelayanan tidak selalu sama untuk setiap saat, ada yang tetap, tapi ada

juga yang berubah – ubah. Karena itu, fasilitas pelayanan dapat memiliki

satu atau lebih saluran, fasilitas yang mempunyai satu saluran disebut

saluran tunggal atau sistem tunggal dan fasilitas yang mempunyai lebih

dari satu saluran disebut saluran ganda atau pelayanan ganda.

3. Lamanya Pelayanan

Lamanya pelayanan adalah waktu yang dibutuhkan untuk melayani

seorang langganan atau satu – satuan. Ini harus dinyatakan secara

pasti. Oleh karena itu, waktu pelayanan boleh tetap dari waktu ke waktu

untuk semua langganan atau boleh juga berupa variable acak.

Umumnya dan untuk keperluan analisis, waktu pelayanan dianggap

sebagai variable acak yang terpencar secara bebas dan sama serta tidak

tergantung pada waktu pertibaan.

2.4.5 Model – Model Antrian

Pada pengelompokkan model – model antrian yang berbeda – beda akan

digunakan suatu notasi yang disebut dengan Notasi Kendall. Notasi ini sering dipergunakan

karena beberapa alasan. Di antaranya, karena notasi tersebut merupakan alat yang efisien

untuk mengidentifikasi tidak hanya model-model antrian, tetapi juga asumsi – asumsi yang

harus dipenuhi (Subagyo, 2000).

Page 29: LANDASAN TEORI transportasi

34

Format umum model :

(a/b/c/);(d/e/f)

di mana :

a =distribusi pertibaan / kedatangan (arrival distribution), yaitu jumlah

pertibaan pertambahan waktu.

b =ditribusi waktu pelayanan / perberangkatan, yaitu selang waktu antara

satuan-satuan yang dilayani.

c =jumlah saluran pelayanan pararel dalam system.

d =disiplin pelayanan.

e =jumlah maksimum yang diperkenankan berada dalam sistem (dalam

pelayanan ditambah garis tunggu)

f =besarnya populasi masukan.

Keterangan :

1. Untuk huruf a dan b, dapat digunakan kode – kode berikut sebagai

pengganti :

M =Distribusi pertibaan Poisson atau distribusi pelayanan (perberangkatan)

eksponensial, juga sama dengan distribusi waktu antara pertibaan

eksponensial atau distribusi satuan yang dilayani Poisson.

D =Antarpertibaan atau waktu pelayanan tetap.

G =Distribusi umum perberangkatan atau waktu pelayanan.

2. Untuk huruf c, dipergunakan bilangan bulat positif yang menyatakan jumlah

pelayanan pararel.

3. Untuk huruf d, dipakai kode-kode pengganti :

FIFO atau FCFS = First In First Out atau First Come First Served.

LIFO atau LCFS = Last In First Out atau Last Come First Served.

Page 30: LANDASAN TEORI transportasi

35

SIRO = Service In Random Order

G D = General Service Disciplint

4. Untuk huruf e dan f, dipergunakan kode N (untuk menyatakan jumlah

terbatas) atau ∞ (tak berhingga satuan – satuan dalam sistem antrian dan

populasi masukan).

Misalnya, model (M/M/1);(FIFO/∞/∞), berarti bahwa model menyatakan

pertibaan didistribusikan secara Poisson, waktu pelayanan didistribusikan secara

eksponensial, pelayanan adalah satu atau seorang, disiplin antrian adalah First In First Out,

tidak berhingga jumlah langganan boleh masuk dalam sistem antrian, dan ukuran

(besarnya) populasi masukan adalah tak berhingga.

Maka untuk model antrian busway ini dapat dinotasikan menjadi :

(M/M/2);(FIFO/∞/∞)

M yang pertama untuk menunjukkan bahwa model menyatakan pertibaan

didistribusikan secara Poisson, waktu pelayanan didistribusikan secara eksponensial,

pelayanan adalah dua atau dua saluran pelayanan, disiplin antrian adalah First In First Out,

tidak berhingga jumlah langganan boleh masuk dalam sistem antrian, dan ukuran

(besarnya) populasi masukan adalah tak berhingga.

2.4.6 Notasi Parameter

Parameter model antrian ditentukan dengan notasi sebagai berikut :

λ =rata –rata kecepatan kedatangan (jumlah kedatangan persatuan waktu)

1/λ =rata – rata waktu antar kedatangan.

μ =rata – rata kecepatan pelayanan (jumlah satuan yang dilayani persatuan

waktu bila pelayan sibuk).

1/μ =rata – rata waktu yang dibutuhkan pelayan.

Page 31: LANDASAN TEORI transportasi

36

P =faktor penggunaan pelayan (proporsi waktu pelayan ketika sedang sibuk).

Pn =probabilita bahwa n satuan (kedatangan) dalam sistem.

Lq =rata – rata jumlah satuan dalam antrian (rata – rata panjang antrian).

Ls =rata – rata jumlah satuan dalam sistem.

Wq =rata – rata waktu tunggu dalam antrian.

Ws =rata – rata waktu tunggu dalam sistem.

2.4.7 Asumsi

Dalam skripsi ini permasalahan antrian didasarkan pada asumsi berikut ;

1. Satu pelayanan dan dua tahap.

2. Jumlah kedatangan per unit waktu digambarkan oleh distribusi Poisson,

dengan λ = rata – rata kecepatan kedatangan.

3. Waktu pelayanan eksponensial dengan μ = rata – rata kecepatan pelayanan.

4. Disiplin antrian adalah First Come Firs Served (aturan antrian pertama

datang, pertama dilayani) seluruh kedatangan dalam barisan hingga dilayani.

5. Dimungkinkan panjang barisan yang tak terhingga.

6. Populasi yang dilayani tidak terbatas.

7. Rata-rata kedatangan lebih kecil dari rata – rata waktu pelayanan.

8. Rata-rata tingkat kedatangan lebih kecil dari tingkat pelayanan semua

channel (= jumlah channel dikalikan rata-rata tingkat pelayanan per

channel)

Page 32: LANDASAN TEORI transportasi

37

2.4 KERANGKA PEMIKIRAN

Menurut Sugiyono (2004, p1), metodologi penelitian merupakan suatu langkah –

langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam menyelesaikan masalah. Diagram di

bawah ini merupakan langkah – langkah yang diambil untuk menunjang penelitian sistem

antrian pada Bus Transjakarta. Dengan berdasarkan pada metodologi ini maka penelitian

akan berjalan lebih terarah dan sistematis sehingga memudahkan proses analisa dan

pemecahan masalah yang ada.

(gambar diagram)

Gambar 2.8 Kerangka Pemikiran Sumber:Peneliti