20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Lansia a. Definisi Lansia Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu: usia pertengahan ( middle age) adalah 45 59 tahun, lanjut usia (elderly) adalah 60 74 tahun, lanjut usia tua (old) adalah 75 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2008). Usia lanjut menurut Keliat (1999) dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4), UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik pria maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain untuk menghidupi dirinya (Ineko, 2012).

Landasan Teori Usila

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jjjjjjjjj

Citation preview

Page 1: Landasan Teori Usila

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Lansia

a. Definisi Lansia

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lansia

menjadi 4 yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah 45 – 59

tahun, lanjut usia (elderly) adalah 60 – 74 tahun, lanjut usia tua

(old) adalah 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90

tahun (Nugroho, 2008). Usia lanjut menurut Keliat (1999)

dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan

manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4), UU No. 13

Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah

seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam

dkk, 2008).

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik

pria maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja

ataupun mereka yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri

sehingga bergantung kepada orang lain untuk menghidupi dirinya

(Ineko, 2012).

Page 2: Landasan Teori Usila

b. Proses Menua

Menua didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan,

meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan

perubahan lingkungan, hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta

perubahan fisiologis yang terkait dengan usia (Aru dkk, 2009).

Penuaan adalah suatu proses normal yang ditandai dengan

perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan dan terjadi

pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap

perkembangan kronologis tertentu. Hal ini merupakan suatu

fenomena yang kompleks dan multidimensional yang dapat

diobservasi setiap sel dan berkembang sampai pada keseluruhan

sistem (Stanley dan Gauntlet, 2007).

Terkait dengan perubahan fisik, terjadi perubahan pada

sistem persarafan lansia, yaitu berat otak menurun atau mengalami

penyusutan (atropi) sebesar 10 – 20% seiring dengan penuaan, dan

hal ini berkurang setiap hari. Hal ini dikarenakan terjadinya

penurunan jumlah sel otak serta terganggunya mekanisme

perbaikan sel otak (Nugroho, 2000). Otak mengalami penyusutan,

namun jumlah neuron yang hilang relatif kecil. Pengurangan

volume dan massa otak pada penuaan yang normal tidak

diakibatkan terutama oleh hilangnya jumlah neuron, melainkan

karena adanya perubahan di dalam neuron: berkurangnya cabang-

cabang neuron (spina dendrit), pengurangan kerapatan sinapsis, dan

Page 3: Landasan Teori Usila

merosotnya lapisan myelin yang melapisi akson pada neuron

(Nelson, 2008).

2. Daya Ingat

a. Definisi Daya Ingat

Menurut Rostikawati (2009) daya ingat adalah kemampuan

mengingat kembali pengalaman yang telah lampau. Secara

fisiologis, ingatan adalah hasil perubahan kemampuan penjalaran

sinaptik dari satu neuron ke neuron berikutnya, sebagai akibat dari

akivitas neural sebelumnya. Perubahan ini kemudian menghasilkan

jaras-jaras baru atau jaras-jaras yang terfasilitasi untuk membentuk

penjalaran sinyal-sinyal melalui lintasan neural otak. Jaras yang

baru atau yang terfasilitasi disebut jejak-jejak ingatan (memory

traces).

Jaras-jaras ini penting karena begitu jaras-jaras ini

menetap/ada, maka akan diaktifkan oleh benak pikiran untuk

menimbulkan kembali ingatan yang ada (Guyton, 1997). Menurut

Sternberg (2008) ingatan adalah cara-cara yang dengannya

seseorang mempertahankan dan menarik pengalaman pengalaman

dari masa lalu untuk digunakan saat ini.

Ingatan atau memori merujuk pada suatu proses

penyimpanan atau pemeliharaan informasi sepanjang waktu

(Matlin, 1998). Memori sensori mencatat informasi atau stimuli

yang masuk melalui salah satu atau kombinasi panca indera, yaitu

Page 4: Landasan Teori Usila

secara visual melalui mata, pendengaran melalui telinga, bau

melalui hidung, rasa melalui lidah, dan rabaan melalui kulit

(Matlin, 1998). Bila informasi atau stimuli tersebut tidak

diperhatikan akan langsung terlupakan, namun bila diperhatikan

maka informasi tersebut ditransfer ke sistem ingatan jangka

pendek.

b. Klasifikasi Ingatan

1) Ingatan jangka pendek

Memori jangka pendek adalah jenis ingatan yang

digunakan ketika seseorang berusaha mempertahankan

informasi dan memikirkannya dalam waktu yang singkat

(Engle et al., 1999). Ingatan jangka pendek meyimpan

informasi atau stimuli sekitar 30 detik, dan hanya sekitar

tujuh bongkahan informasi (chunks) dapat disimpan dan

dipelihara di sistem memori jangka pendek suatu saat.

Informasi yang sudah berada dalam sistem memori

jangka pendek, informasi tersebut bisa ditransfer kembali

dengan proses pengulangan ke sistem jangka panjang, atau

dapat juga informasi tersebut hilang atau terlupakan karena

tergantikan dengan tambahan informasi baru (displacement)

(Solso, 1995).

Page 5: Landasan Teori Usila

2) Ingatan jangka panjang

Melatih kemampuan memori jangka pendek

sekaligus akan meningkatkan kesempatan mentrasfernya ke

memori jangka panjang yang memiliki kapasitas yang

hampir tidak terbatas (Foster, 2009).

Ingatan jangka panjang (long-term memory) terdiri

dari potongan-potongan informasi yang disimpan di dalam

otak manusia selama lebih dari beberapa menit dan yang

dapat ditarik kembali ketika dibutuhkan. Dengan kata lain,

ingatan jangka panjang adalah jumlah total dari apa yang

kita ketahui misalnya ikhtiar dari data, mulai dari nama

pribadi, alamat, dan nomor telepon serta nama-nama teman

dan saudara hingga informasi yang lebih rumit seperti suara

dan gambar dari kejadian yag terjadi bertahun-tahun yang

lalu. Ingatan jangka panjang juga meliputi informasi rutin

yang digunakan setiap hari, seperti cara membuat kopi,

mengoperasikan komputer, dan menjalankan segala urutan

perilaku rumit yang merupakan bagian dari pekerjaan di

kantor atau di rumah (Nelson, 2008).

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Memori Jangka Pendek

Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi

daya ingat diantaranya:

Page 6: Landasan Teori Usila

1) Usia

Banyak yang menyebutkan usia sangat berpengaruh

terhadap kemampuan seseorang untuk mengingat. Seseorang

yang lebih tua cenderung memiliki kemampuan mengingat

yang kurang dibandingkan orang yang lebih muda. Semakin

bertambahnya usia maka sel-sel otak akan semakin kelelahan

dalam menjalankan fungsinya yang menyebabkan tidak bisa

bekerja secara optimal seperti saat masih muda (Suprenant et

al., 2006). Semakin bertambahnya umur maka semakin tinggi

pula resiko kejadian demensia.

2) Jenis kelamin

Jenis kelamin dianggap mempengaruhi memori

seseorang meskipun belum ada kepastian antara laki-laki dan

perempuan. Bridge et al., (2006) dalam penelitiannya bahwa

perempuan memiliki kemampuan mengkorelasikan suatu

informasi lebih baik dari pada laki-laki, namun ketepatan dalam

memanggil kembali jawaban itu masih kurang baik

dibandingkan laki-laki.

3) Asupan gizi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bunga

(2009), bahwa lansia yang mengonsumsi vitamin A, vitamin E,

vitamin C, Fe, dan Zn yang cukup dapat mengurangi resiko

demensia pada lansia.

Page 7: Landasan Teori Usila

4) Konsumsi nikotin dan merokok

Menurut Wylio (2011) dalam (Ineko, 2012) bahwa

mereka yang merokok lebih dari dua bungkus perhari pada usia

setengah baya memiliki resiko 100% lebih tinggi terkena

demensia dibandingkan yang tidak merokok. Merupakan faktor

risiko dari penyakit stroke dan mendorong penyakit untuk

merusak saraf, sehingga secara tidak langsung merokok

merupakan faktor resiko untuk terkena demensia.

5) Aktivitas fisik dan olahraga

Seseorang yang banyak beraktivitas fisik termasuk

berolahraga cenderung memiliki memori jangka pendek yang

lebih tinggi daripada yang jarang beraktivitas (Carvalheiro &

Rodrigues, 2009). Misalnya kegiatan yang harus melibatkan

fungsi kognitif seperti bermain tenis, bersepeda, berjalan kaki

atau mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Sedangkan kegiatan

yang menggunakan fungsi kognitif atau melatih kecerdasan

seperti membaca buku atau koran, menulis dan mengisi teka-

teki silang, permain kartu, dan partisi dalam kelompok.

6) Tekanan darah

Adanya kekurangan dalam pasokan darah ke otak yang

menyebabkan perubahan struktural otak dan fungsi simpatisnya

(Thyrum et al., 1995). Menurut Prof.Dr.Jusuf Misbach (dalam

majalah farmacia, 2009), bahwa peningkatan tekanan darah

Page 8: Landasan Teori Usila

akan menyebabkan myelinisasi pada dinding vaskuler.

Myelinisasi ini dapat menyebabkan hipertensi dan jika kejadian

ini berulang maka akan menyebabkan hipoperfusi dan iskemia

di area otak. Demyelinisasi berlanjut menyebabkan diskoneksi

subkortikal-kortikal yang menyebabkan penurunan kognitif dan

demensia. Dapat disimpulkan bahwa semakin rendah tekanan

darah maka semakin sedikit resiko terkena demensia atau

penurunan kognitif.

7) Faktor sosial dan ekonomi

Tingkat ekonomi dapat dilihat dari pendapatan orang

tua, pekerjaan ayah dan kondisi sekolah. Hal itu dikaitkan

dengan kemampuan sebuah keluarga dalam memenuhi gizi

maupun pendidikan yang dianggap lebih baik pada orang

berstatus sosial dan ekonomi tinggi (Mandakini et al., 2009).

Semua itu serupa dengan penelitian Stevens et al., (1999) yang

menyatakan bahwa orang yang lebih banyak bersosialisasi

dengan orang-orang disekitarnya cenderung memiliki memori

yang lebih tinggi dibandingkan yang jarang bersosialisasi.

8) Gangguan neurologis

Gangguan memori dapat diakibatkan oleh adanya

gangguan neurologis seperti tumor otak, stroke, maupun karena

trauma. Hal tersebut akan mengakibatkan terganggunya kinerja

struktur otak dan salah satunya adalah fungsi kognitif dalam

Page 9: Landasan Teori Usila

mengingat (Foster, 2009). Fungsi memori juga dapat terganggu

pada pasien dengan penyakit mental organik (Buckner, 2004).

9) Faktor psikologi

Menurut Miller (2004) dan Corneliu (1993), dalam

Endah, 2009), lansia sering mengalami kebingungan yang akan

mempengaruhi kemampuan untuk berkonsentrasi, sehingga

dapat mengakibatkan kekuatiran atau kecemasan. Kemudian

perasaan stress, depresi atau adanya sesuatu yang hilang dan

perasaan berduka juga dapat meningkatkan risiko terkena

penyakit demensia.

d. Proses Terbentuknya Ingatan

Menurut Baddeley (2004) dan Foster (2009) memori yang

dipengaruhi berbagai faktor tersebut bisa terbentuk melalui

berbagai tahapan. yaitu encoding, storeage, dan retrieval atau

recall.

Encoding melibatkan panca indra untuk mempersepsikan

stimulus yang masuk agar bisa dikodekan dan diingat. Tahap

encoding berarti mengartikan informasi yang masuk ke dalam

representasi mental yang dapat disimpan dalam memori. Seorang

bisa memasukan pengalamannya baik secara tidak sengaja maupun

sengaja. Pengalaman sehari-hari akan masuk dan dipersepsi dalam

ingatan sebagai pengalaman yang tidak disengaja. Sementara

dalam bidang pengetahuan, umumnya seseorang menyimpannya

Page 10: Landasan Teori Usila

melalui pengalaman yang sengaja dipelajari. Terdapat level yang

berbeda-beda yang terjadi dan beberapa lebih dalam dari yang lain

(Baddeley, 2004).

Menurut Kintsch (Solso, 1995) pembuatan kode informasi

yang sama dengan beberapa cara yang berbeda. masing-masing

stimulus dapat diberi kode secara auditif (akustik), visual, maupun

secara semantis. Namun pemberian kode terhadap informasi di

memori jangka pendek sebagian besar secara auditif atau akustik

dan dilengkapi secara visual. Oleh sebab itu dikenal beberapa jenis

ingatan antara lain ingatan auditif dan ingatan visual.

Kapasitas untuk mengingat stimulus yang masuk secara

visual, seperti gambar-gambar dan semacamnya, dengan kejelasan

yang luar biasa, dikenal sebagai photographic memory atau eidetic

imagery (Bhinnety, 2009). Baik dalam ingatan auditif maupun

visual, rangsangan-rangsangan yang masuk diproses secara

asimetris diotak. Baddeley (1976) menunjukan bahwa telinga kiri,

yang diproses oleh belahan otak kanan, bersifat dominan terhadap

stimulus akor music, pitch nada-nada dan melodi, sedangkan

telinga kanan, yang diproses oleh belahan otak kiri lebih peka

dalam menangkap rangsangan-rangsangan seperti kata-kata, angka,

dan konsonan. Tetapi bila akan berpikir mengenai arti masing-

masing kata dengan penyandian semantik (Baddeley, 2004).

Page 11: Landasan Teori Usila

Terdapat cara lain pula dalam membuat kode yaitu

elaborasi. Elaborasi akan menghubungkan suatu informasi dengan

informasi lain. Selain itu juga bisa mereferensikan sendiri yang

berarti membuat materi personal yang relevan dan membutuhkan

keputusan bagaimana informasi tersebut bisa relevan untuk diri

sendiri. Terakhir adalah dengan imajinasi visual yang dapat

digunakan untuk menambah kekayaan dalam materi yang akan

diingat (Friedman et al., 2007).

Tahap kedua adalah penyimpanan atau storage. Storage

merupakan proses dimana seseorang dapat menyimpan informasi

yang didapatkan dan membuatnya menjadi bentuk yang lebih

permanen (memori jangka panjang) dalam ingatan. Menyimpan

pengalaman yang telah dipersepsikan sehingga pada suatu waktu

dapat ditimbulkan kembali. Pengalaman yang telah dipersepsikan

meninggalkan jejak-jejak atau disebut sebagai memory traces yang

disimpan dalam ingatan. Akan tetapi memory traces tidak

sepenuhnya bisa bertahan dalam ingatan karena proses ini

memungkinkan agar bisa memilih informasi mana saja yang akan

dijadikan memori jangka panjang dan jangka pendek (Foster,

2009).

Tahap ketiga yaitu menimbulkan kembali retrieval atau

recall pengalaman yang sudah disimpan dalam memori sehingga

dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Proses

Page 12: Landasan Teori Usila

menimbulkan kembali bisa dilakukan dengan mengingat kembali

(recall) atau mengenal kembali (recognize). Schonfield dan

Robertson dalam Walgito (2004) mengatakan bahwa dengan

mengenal kembali menunjukan hasil yang lebih baik daripada

mengingat kembali, karena mengingat kembali menuntut seseorang

untuk bekerja dua kali yaitu membangkitkan kembali item-item

informasi yang mungkin sesuai, atau mengenalinya sebagai item

yang sebelumnya sudah disimpan. Sementara dalam mengenal

kembali, informasi yang akan dipanggil akan langsung dikenali

melalui penulusuran isyarat terhadap pilihan item yang disajikan.

Sehingga menurut Tulving dan Thompson, item informasi tersebut

merupakan suatu isyarat penulusuran (retrieval cues) yang

memudahkan seseorang dalam mengenali kembali suatu stimulus.

Mengenal kembali adalah mengingat yang dibantu dengan

isyarat. Akan tetapi tidak selamanya mengenal kembali

menghasilkan perfomansi memori yang selalu tepat dari pada

mengingat kembali. Oleh karena itu perfomansi memori perlu

ditingkatkan dengan berbagai cara.

3. Terapi Warna

a. Definisi Terapi Warna

Warna sejak lama diketahui bisa memberikan pengaruh

terhadap psikologi dan emosi manusia. Warna juga menjadi bentuk

komunikasi non verbal yang bisa mengungkapkan pesan secara

Page 13: Landasan Teori Usila

instan dan lebih bermakna. Misalnya warna merah berarti bahaya

atau putih yang dikaitkan dengan kesucian. Bahkan ada ilmu yang

menggunakan warna untuk terapi warna atau yang disebut

colourology (menggunakan warna untuk meyembuhkan). Metode

ini sudah dipraktekkan oleh banyak kebudayaan kuno seperti Mesir

dan Cina (Balqis, 2011)

Dalam kehidupan sehari-hari, tanpa sadar warna dapat

mempengaruhi tubuh kita. Dapat dibayangkan jika tinggal di suatu

ruangan yang berwarna hitam kelam atau coklat tua, pasti tubuh

dan pikiran tidak mau untuk berlama-lama tinggal di tempat

tersebut. Contoh sederhana tersebut menjadi salah satu dasar dari

terapi warna ini. Jika kombinasi warna tertentu dapat menyebabkan

pikiran stress dan depresi maka ada kombinasi warna lain yang

menyebabkan pikiran tenang dan rilek (Turana, 2001).

Warna dalam Bahasa Indonesia, warna merupakan

fenomena yang terjadi karena adanya tiga unsur yaitu cahaya,

objek, dan observer. Didalam ruang yang gelap dimana tidak ada

cahaya, seseorang tidak bisa mengenali warna. Demikian juga jika

seseorang menutup mata, maka orang tersebut tidak dapat melihat

warna suatu objek, sekalipun ada cahaya. Begitu juga bila tidak ada

suatu objek yang di lihat maka seseorang tidak bisa mengenali

warna.

Page 14: Landasan Teori Usila

Warna mempunyai gelombang elektromagnetik yang

berasal dari sumber cahaya. Warna sebagai bagian dari spektrum

cahaya yang merujuk pada cahaya terdefraksi dalam berbagai

warna. Masing-masing gelombang memancarkan warna yang

berbeda. Spektrum cahaya yang tampak oleh mata adalah berkisar

400nm-700nm. Jika frekuensinya lebih rendah maka termasuk

infra merah yang tidak tertangkap oleh mata dan frekuensi lebih

tinggi dihasilkan ultraviolet yang juga tidak terlihat oleh mata

(Azizah, 2009).

Warna-warna dengan panjang gelombang pendek dan

frekuensi tinggi adalah warna merah, kuning, hijau, sian, biru, serta

ungu. Pada warna ungu, biru, sian, hijau, kuning dan merah

panjang gelombangnya berturut-turut adalah antara 380-435 nm,

435-500 nm, 500-520 nm, 520-570 nm, 570-590 nm, serta 625-740

nm. Frekuensi dari warna-warna tersebut berturut-turut adalah 690-

790 THz, 600-690 THz, 577-600 THz, 526-577 THz, 508-526

THz, serta 405-500 THz.

b. Sifat dan Efek Warna

Mata seseorang bisa menangkap tujuh juta warna yang

berbeda. Tetapi ada beberapa warna utama yang bisa memiliki

dampak pada kesehatan dan mood. Setiap warna memancarkan

panjang gelombang energi yang berbeda dan memiliki efek yang

berbeda (Balqis, 2011).

Page 15: Landasan Teori Usila

1) Merah

Merah adalah warna yang paling sering menarik

perhatian. Warna merah memiliki karateristik merangsang

saraf, kelenjar adrenal (endokrin) dan saraf sensorik. Merah

juga meningkatkan sirkulasi darah dan kereaktivan darah itu

sendiri. Warna merah yang merangsang retina, menyebabkan

sensasi warna yang baik untuk kegiatan fisik dan untuk

menunjukkan kepercayaan serta dapat merangsang saraf

simpatik sistem yang meningkatkan kesiapan seseorang (Elvin,

2007). Merah juga membangkitkan emosi dan menciptakan

perasaan kegembiraan atau intensitas. Tetapi pada saat yang

sama, warna merah juga dapat dianggap sebagai tuntutan dan

sikap agresif.

2) Kuning

Kuning adalah warna cerah yang dapat menarik banyak

perhatian. Warna kuning menstimulasi berbagai fungsi tubuh,

seperti aliran empedu dan cara kerja hati. Selain itu warna

kuning memiliki sifat pencahar dengan cara mempromosikan

sekresi asam lambung dan membantu pembuangan usus.

Kuning juga berhubungan dengan intelektual dan proses

mental. Warna cerah ini juga merangsang otak serta membuat

seseorang lebih waspada dan tegas.

Page 16: Landasan Teori Usila

3) Orange

Orange adalah kombinasi warna merah dan kuning.

Merupakan warna hangat dan ramah yang membuat orang

merasa nyaman. Orange berhubungan dengan cakra sakral dan

diyakini bermanfaat untuk ginjal, saluran kemih dan organ

repoduksi. Warna orange juga meningkatkan metabolisme,

memperkuat paru-paru, limpa dan pankreas.

4) Biru

Biru adalah warna yang bisa meningkatkan nafsu

makan untuk itu disarankan menempatkan makanan di piring

biru. Biru juga dapat memperlambat denyut nadi dan suhu

tubuh lebih rendah. Ini adalah warna yang menenangkan dan

diyakini mengatasi insomnia, kecemasan, masalah

tenggorokan, tekanan darah tinggi, migrain dan iritasi kulit.

Warna biru juga meningkatkan ekspresi verbal, komunikasi,

ekspresi artistik dan kekuatan. Biru yang kuat (biru tua) akan

merangsang pemikiran yang jernih dan biru muda akan

menenangkan pikiran dan membantu konsentrasi.

5) Violet

Warna violet membawa perasaan damai dan saling

memahami. Warna violet juga membantu tidur seseorang.

Kelompok warna-warna lain radian warna violet ini dipercaya

bisa menghambat perkembangan tumor. Nafsu makan tidak

Page 17: Landasan Teori Usila

terkendali bisa dikendalikan oleh warna violet. Warna violet

juga dikaitkan dengan spiritualitas, intuisi, kebijaksanaan,

penguasaan, kekuatan mental dan fokus.

6) Hijau

Hijau dikaitkan dengan alam. Karena hubungannya

dengan alam, hijau dianggap sebagai warna menenangkan dan

santai. Warna hijau juga dapat membantu orang yang sering

merasa tegang. Hijau akan menyeimbangkan emosi,

menciptakan keterbukaan antara seseorang dan orang lain.

Warna hijau juga terkait dengan cakra jantung (Wills, 2007)

sehingga dipercaya membantu masalah emosional, seperti

cinta, kepercayaan, dan kasih sayang.

7) Putih

Pemilihan warna putih biasanya digunakan untuk

meredakan rasa nyeri. Putih juga memberikan aura kebebasan

dan keterbukaan. Rumah sakit dan pekerja rumah sakit

menggunakan warna putih untuk menciptakan kesan steril.

Apabila, terlalu banyak warna putih dapat memberikan rasa

sakit kepala dan kelelahan mata karena cahaya yang

dipantulkan.

4. Hubungan Warna Merah, Penglihatan dan Ingatan

Cahaya merupakan salah satu bentuk energi dan cahaya ini

dapat dipecah menjadi beberapa warna dan inti dari terapi warna ini

Page 18: Landasan Teori Usila

adalah mengaplikasikan satu atau lebih warna untuk menjaga

keseimbangan energi dalam tubuh. Energi tubuh yang terfokus pada

tujuh titik mayor yang disebut dengan „cakra‟ yang berkorelasi dengan

sistem organ dan warna tertentu (Turana, 2001). Seseorang dikelilingi

oleh medan elektromagnetik (aura), yang diisi dengan energi-energi

yang terus berubah warna, warna tersebut ditentukan oleh emosi,

mental, spiritual dan fisik seseorang (Wills, 2007).

Pengindraan warna dimulai pada sel kerucut dalam retina. Ada

tiga kelompok utama sel kerucut yang bereaksi sangat kuat terhadap

warna tertentu dari cahaya. Sel-sel ini dikelompokkan sebagai sel-sel

kerucut biru, hijau dan merah. Warna merah, biru dan hijau, yang

membuat sel kerucut itu bereaksi, adalah tiga warna primer yang ada di

alam. Dengan rangsangan sel kerucut yang sensitif terhadap ketiga

warna ini, pada derajat yang berbeda, muncullah jutaan warna yang

berbeda.

Mata sebagai indra penglihatan yang menerima rangsangan

berkas-berkas cahaya pada retina dengan perantaraan serabut optikus,

dimana serabut-serabutnya memiliki tangkai otak dan membentuk

saluran optik dan bertemu di tangkai hipofise (Syaifudin, 1992).

Reseptor penglihatan di mata berkaitan langsung ke area

limbik melalui nervus optikus yang berada didekat otak bagian depan.

Menurut Alfa dan Magda, area limbik tersebut memiliki kaitan khusus

pada wilayah otak yang langsung mempengaruhi lebih dari proses

Page 19: Landasan Teori Usila

utama pada tubuh seseorang seperti mengatur detak jantung, tekanan

darah, ketegangan otot dan temperatur kulit. Satu hal yang penting,

area limbik merupakan pusat dari hippocampus dimana memori

disimpan dalam otak yang memiliki kaitan di otak bagian depan

(frontal lobes).

B. Kerangka Teori

Kumpulan teori yang mendasari topik penelitian disusun dalam

kerangka teori. Hubungan variabel dalam kerangka teori harus jelas

tergambar dengan berbagai variabel yang mempengaruhinya (Saryono,

2011).

Gambar 2.1 Kerangka Teori (Sumber : Modifikasi dari Ineko (2012))

Retrieval/recall

Warna merah

Visual

Ingatan

Auditif

Semantis

Proses memori

Encoding Storeage

Lansia Perubahan fisik

Usia

Jenis kelamin

Makanan

Konsumsi nikotin dan

rokok

Aktivitas fisik dan

olahraga

Tekanan darah

Faktor sosial ekonomi

Gangguan neurologis

Gangguan psikologis

Page 20: Landasan Teori Usila

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan dasar pemikiran pada penelitian

dirumuskan pada fakta-fakta, obeservasi dan tinjauan teori. Sehingga

menggambarkan alur pemikiran penelitian (Saryono, 2011).

Variabel bebas Variabel terikat

Keterangan:

Diteliti

Tidak diteliti

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atau

pertanyaan penelitian yang harus di uji validitasnya secara empiris

(Sastroasmoro, 2002). Dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis

yaitu Ha, ada pengaruh terapi warna merah terhadap daya ingat pada lansia

di unit rehabilitasi sosial Dewanata Cilacap.

Variabel pengganggu:

Makanan

Konsumsi nikotin

dan rokok

Tekanan darah

Faktor sosial

ekonomi

Gangguan neurologis

Gangguan psikologis

Terapi warna merah Daya Ingat

Variabel pengganggu:

Lingkungan