14

Langit Indonesia Milik Siapa? · atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ... lah sesuai UNCLOS tahun 1982 (ditarik dari batas laut ke atas) 9 Laporan Kongres

  • Upload
    dodiep

  • View
    215

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Langit Indonesia Milik Siapa? · atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ... lah sesuai UNCLOS tahun 1982 (ditarik dari batas laut ke atas) 9 Laporan Kongres
Page 2: Langit Indonesia Milik Siapa? · atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ... lah sesuai UNCLOS tahun 1982 (ditarik dari batas laut ke atas) 9 Laporan Kongres

LANGIT INDONESIAMILIK SIAPA?

Makna Strategis Wilayah Pengendalian Udara (FIR) Indonesia–Singapura

Page 3: Langit Indonesia Milik Siapa? · atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ... lah sesuai UNCLOS tahun 1982 (ditarik dari batas laut ke atas) 9 Laporan Kongres

LANGIT INDONESIAMILIK SIAPA?

Makna Strategis Wilayah Pengendalian Udara (FIR) Indonesia–Singapura

Yanyan Mochamad YaniIan MontratamaIkrardhi Putera

Penerbit PT Elex Media Komputindo

Page 4: Langit Indonesia Milik Siapa? · atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ... lah sesuai UNCLOS tahun 1982 (ditarik dari batas laut ke atas) 9 Laporan Kongres

LANGIT INDONESIA MILIK SIAPA?

Makna Strategis Pengendalian Wilayah Udara (FIR)

Indonesia–Singapura

Oleh: Yanyan Mochamad Yani, Ian Montratama, Ikrardhi Putera

©2017 Yanyan Mochamad Yani, Ian Montratama, Ikrardhi Putera

Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang

Diterbitkan pertama kali oleh:

Penerbit PT. Elex Media Komputindo

Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI Jakarta

717080219

ISBN: 978-602-04-0054-9

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta

Isi di luar tanggung jawab Percetakan

Page 5: Langit Indonesia Milik Siapa? · atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ... lah sesuai UNCLOS tahun 1982 (ditarik dari batas laut ke atas) 9 Laporan Kongres

Untuk keluarga dan mahasiswa kami

Page 6: Langit Indonesia Milik Siapa? · atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ... lah sesuai UNCLOS tahun 1982 (ditarik dari batas laut ke atas) 9 Laporan Kongres

ix

Kata Pengantar ................................................................ viiDaftar Singkatan .............................................................. xi

Bab I Pendahuluan ....................................................................... 1

Bab II Pisau Analisis Memahami FIR Indonesia-Singapura …..... 11

Bab IIIPerjanjian FIR Indonesia-Singapura ................................. 37

Bab IVPerjanjian FIR dan Perimbangan Kekuatan Udara Indonesia dan Singapura .................................................. 51

Bab V Skenario Perang Udara dan Postur Kekuatan Udara Indonesia Ideal ……....................................................... 105

Bab VI Upaya Pengambilalihan Pengelolaan FIR …................... 127

DAFTAR ISI

Page 7: Langit Indonesia Milik Siapa? · atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ... lah sesuai UNCLOS tahun 1982 (ditarik dari batas laut ke atas) 9 Laporan Kongres

x

Bab VII Penutup .......................................................................... 139

Daftar Pustaka ............................................................ 155Lampiran: Naskah Perjanjian FIR Indonesia-Singapura ................................................. 171

Page 8: Langit Indonesia Milik Siapa? · atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ... lah sesuai UNCLOS tahun 1982 (ditarik dari batas laut ke atas) 9 Laporan Kongres

1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam kajian hubungan internasional, studi keaman-an merupakan satu pokok bahasan utama yang dimensi bahasannya meliputi integritas wilayah

hingga eksis tensi suatu negara. Terkait integritas wilayah, isu sengketa perbatasan darat menjadi pusat perhatian sejak masa pra sejarah hingga abad ke-20. Di abad ke-21 ini, seng keta wilayah laut, terutama di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) mendominasi kajian para ahli politik internasional. Namun demikian, masalah sengketa kedaulatan udara akan menjadi topik baru yang semakin penting untuk diperhatikan.

Hal ini diakibatkan karena ruang udara merupakan bagian kedaulatan wilayah suatu negara (sesuai Pasal 5 UU RI No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan) yang mempu-nyai nilai strategis untuk kepentingan pertahanan keamanan negara, dan kepentingan lainnya, baik yang bersifat publik maupun privat. Kemajuan teknologi penerbangan demikian pesat, manusia semakin memanfaatkan udara sebagai media transportasi dan proyeksi kekuatan.

Sarana transportasi udara telah menjadi salah satu indus-tri yang berkembang pesat. Kebutuhan manusia untuk ber-transportasi jauh dengan cepat semakin meningkat. Akibat-

Page 9: Langit Indonesia Milik Siapa? · atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ... lah sesuai UNCLOS tahun 1982 (ditarik dari batas laut ke atas) 9 Laporan Kongres

2

nya volume lalu lintas penerbangan semakin padat. Di daerah padat seperti Singapura, udara menjadi ruang yang penuh sesak oleh pesawat dengan frekuensi take off / landing antar pesawat kurang dari satu menit. Hal tersebut menuntut ada-nya pengelolaan lalu lintas udara secara cermat tanpa toleransi kesalahan.

Pengelolaan lalu lintas udara yang padat seperti di Singa-pura membutuhkan sistem navigasi dan pengaturan lalu lin-tas udara yang canggih. Sehingga cukup logis untuk wilayah udara di sekitar Singapura perlu zona identifikasi penerbang-an atau yang disebut dengan Flight Information Region (FIR). Tujuannya hanya untuk lebih meningkatkan kesadaran situasi (situational awareness) udara di area yang lebih luas sehingga pengelolaan lalu lintas akan lebih tertib.

Namun pengelolaan FIR memiliki hak untuk mengatur penerbangan di FIR, walaupun penerbangan itu dari dan ke landasan Indonesia. Contohnya, jika pesawat TNI AU akan terbang dari Tanjung Pinang, Pulau Bintan menuju Pakan-baru, Riau; maka pilot pesawat TNI AU tersebut harus me-minta ijin terbang (clearance) ke Air Traffic Controller (ATC) di Singapura. Hal ini untuk menghindari terjadinya kecela-kaan di udara karena lalu lintas udara yang tidak terkoordinasi de ngan baik.

Menjaga keselamatan penerbangan merupakan hal pen-ting bagi Indonesia, Singapura, dan negara-negara lain yang memiliki kepentingan di rute penerbangan via Singapura. Na-mun sayangnya, Indonesia harus mengorbankan kedaulatan penerbangannya ke negara lain yang dianggap lebih mampu mengelola FIR – seperti yang terjadi hingga saat ini.

Fenomena di atas ternyata terjadi di sejumlah wilayah udara lain. Ruang udara di seluruh dunia sudah terbagi da-

Page 10: Langit Indonesia Milik Siapa? · atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ... lah sesuai UNCLOS tahun 1982 (ditarik dari batas laut ke atas) 9 Laporan Kongres

3

lam sektor-sektor yang pengelolaannya dikuasakan kepada otoritas yang mengatur dan mengelola (termasuk memungut biaya) sektor penerbangannya. Pembagian sektor ini telah disepakati seluruh negara yang tergabung dalam badan dunia ICAO1 (International Civil Aviation Organization), termasuk Indonesia. Namun, ICAO menghendaki pengaturan dan ken-dali udara pada tiap sektor tersebut diserahkan kepada negara masing-masing untuk mengaturnya dan mengkoordinasikan-nya dengan ICAO.2

Kewajiban utama pihak pengelola adalah memberi pe-layanan navigasi demi keamanan dan keselamatan penerbang-an guna menghindari bahaya, seperti tabrakan di udara.3

Layanan itu disebut Flight Information Service (FIS). Dalam keadaan darurat, pihak pengelola juga diwajibkan memberi layanan panduan penerbangan yang mengalami masalah di sektornya seperti kehilangan arah, kerusakan mesin, keha-bisan bahan bakar, dan lain sebagainya.4 Layanan itu dinama-kan Alerting Service.5

1 International Civil Aviation Organization atau ICAO (bahasa Indonesia: Organisasi Penerbangan Sipil Internasional) adalah sebuah lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa. Lembaga ini mengembangkan teknik dan prinsip-prinsip navigasi udara internasional serta membantu perkembangan perencanaan dan pengembangan angkutan udara inter-nasional untuk memastikan pertumbuhannya terncana dan aman. Organisasi ini ber-tempat di Montreal, Quebec, Canada.

2 Laporan Kongres Kedirgantaraan Nasional Kedua, 2003, halaman 3.

3 Flight Information Region sebuah istilah yang digunakan untuk sistem penerbangan yang menggambarkan wilayah udara dengan dimensi tertentu, di mana didalamnya terda-pat layanan sistem informasi dan peringatan penerbangan yang disediakan. Ini adalah sebuah sistem pembagian wilayah udara terbesar yang digunakan di dunia saat ini. FIR menciptakan sistem informasi dan layanan memperingatkan tingkat dasar pelayanan lalu lintas udara, dimana fungsinya adalah memberikan informasi yang berhubungan dengan keamanan dan efisien dalam melakukan penerbangan dan rambu-rambu pe-ringatan untuk pesawat terbang.

4 www.kompas.com/ kompascetak/0505/14/sorotan /1748384 .htm

5 Laporan Kongres Kedirgantaraan Nasional Kedua, 2003, halaman 1-2.

Page 11: Langit Indonesia Milik Siapa? · atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ... lah sesuai UNCLOS tahun 1982 (ditarik dari batas laut ke atas) 9 Laporan Kongres

4

Kewenangan pengelolaan FIR oleh Singapura didasari oleh kesepakatan kedua negara yang dilakukan pada tanggal 21 September 1995 di Singapura. Pada saat itu delegasi Indonesia dipimpin oleh Menteri Perhubungan Haryanto Danutirto dan Singapura dipimpin oleh MR. Mah Bow Tan, Minister of Communications. Kemudian pada tanggal 2 Februari 1996, Presiden Soeharto mengeluarkan Ke putusan Presiden No 07/1996 tentang pengesahan Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Republic of Singapore on the Realignment of the Boundary between the Singapore Flight Information Region and the Jakarta Flight Information Region. Berdasarkan ke sepakatan tersebut, Singapura memungut biaya navigasi udara atas penerbangan sipil nama Indonesia di FIR dengan tarif dan bagi hasil yang disepakati kedua negara.6 Kesepakat an ini sudah hampir ber-langsung selama 20 tahun lebih.7

Mengacu pada kesepakatan itu, maka pengelolaan FIR dipercayakan kepada Singapura, pada ruang udara Kepulauan Riau (berjarak radius 60 Nm dari Singapura) yang dalam forum Regional Air Navigation Meeting di Honolulu pada tahun 1973, sektor ini menyambung dari kawasan Laut China Selatan.8 Landasan hukum yang digunakan dalam Perjanjian FIR ini mengacu pada Konvensi Chicago artikel 22, 68 dan Annex 11 paragraf 2.1 dengan penjelasan sebagai berikut:

“Jika suatu negara mendelegasikan ruang udaranya kepada negara lain, maka tanggung jawab terhadap pengelolaan ATS tersebut di atas teritori negara yang bersangkutan, tidak akan mengesampingkan kedaulatan negara yang

6 www.harianbatampos.com/index.php?option=com_content&task=category&sectionid=19&id=40&Itemid=374).

7 bataviase.co.id /detailberita-10405438.html

8 http://www.kompas.com/kompascetak/0505/14/sorotan /1748384.htm

Page 12: Langit Indonesia Milik Siapa? · atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ... lah sesuai UNCLOS tahun 1982 (ditarik dari batas laut ke atas) 9 Laporan Kongres

5

Gam

bar

1. B

atas

FIR

Ind

ones

ia (d

aera

h be

rgar

is se

suai

pan

ah)

(S

umbe

r : L

apor

an K

edirg

anta

raan

Nas

iona

l Ked

ua, 2

003

: 12)

Page 13: Langit Indonesia Milik Siapa? · atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ... lah sesuai UNCLOS tahun 1982 (ditarik dari batas laut ke atas) 9 Laporan Kongres

6

mendelegasikan. Dengan kata lain, negara lain yang me­ngelola hanya terbatas pada permasalahan teknis dan ope­rasional, dan tidak akan keluar dari konteks keselamatan dan kelancaran arus lalu lintas yang menggunakan airspace dimaksud. Selanjutnya dibutuhkan suatu perjanjian antara kedua belah pihak yang berisi persyaratan­persyaratan ten­tang pelayanan yang mencakup fasilitas dan tingkat pe­layanan yang akan diberikan. Diharapkan negara yang mendelegasikan dapat menerima ketentuan di atas dan tidak akan merubah ketentuan­ketentuan yang telah dibuat tanpa adanya persetujuan dari negara yang memberikan pe­layanan lalu lintas penerbangan. Keduanya dapat menghen­tikan kesepakatan yang telah dicapai sewaktu­waktu”9

Pada hasil Konvensi Chicago artikel 22, 68 dan Annex 11 paragraf 2.1 dijelaskan bahwa pendelegasian suatu ru-ang udara kepada negara lain tidak boleh mengesampingkan kedaulatan negara yang mendelegasikan. Artinya, kedaulat-an harus tetap dihargai oleh negara yang didelegasikan. Negara yang di delegasikan hanya mengatur masalah-masalah yang berkaitan dengan teknis operasional pengaturan udara saja se perti pe ngaturan lalu lintas dan keselamatan. Namun manakala negara yang didelegasikan memililih untuk meng-atur sendiri zona FIRnya, maka perjanjian FIR dapat dihen-tikan sewaktu-waktu atas kesepakatan keduanya. Perjanjian FIR sendiri berisi hal-hal sebagai berikut:1. Dasar dari penetapan batas wilayah dalam perjanjian ada-

lah sesuai UNCLOS tahun 1982 (ditarik dari batas laut ke atas)

9 Laporan Kongres Kedirgantaraan Nasional Kedua, 2003, halaman 2.

Page 14: Langit Indonesia Milik Siapa? · atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ... lah sesuai UNCLOS tahun 1982 (ditarik dari batas laut ke atas) 9 Laporan Kongres

7

2. Ruang wilayah udara Indonesia di atas kawasan kepu-lauan Natuna disebut sebagai sektor A, B dan C.

3. Indonesia mendelegasikan tanggung jawab pemberian pe-layanan navigasi penerbangan di wilayah sektor A kepada Singapura dari permukaan laut sampai dengan ketinggian 37.000 kaki. Sektor A meliputi wilayah dengan koordi-nat 90 nm from SINJON (01 13’24”N 103 51’24”E) dan hingga 37,000 kaki

4. Indonesia juga mendelegasikan tanggung jawab pembe-rian pelayanan navigasi penerbangan di wilayah sektor B kepada Singapura dari permukaan laut sampai dengan ke-tinggian tak terhingga (unlimited height). Sektor B yaitu daerah dengan koordinat 05 00’N 108 15’E, 05 00’N 108 00’E, 03 30’N 105 30’E, 01 29’21”N 104 34’41”E.10

5. Sektor C tidak termasuk di dalam Perjanjian FIR antara Indonesia dan Singapura. Namun pengaturan lalu-lintas penerbangan di sektor C harus dikoordinasikan bersama antara Indonesia, Singapura dan Malaysia. Atas nama Indonesia, Singapura memungut jasa pelayanan navigasi penerbangan atau RANS (Routes Air Navigation Services Charges) di wilayah udara yurisdiksi Indonesia, khususnya pada sektor A yang telah didelegasikan kepada Singapura. Hasil yang terkumpul diserahkan ke Pemerintah Indone-sia (melalui PT. Persero Angkasa Pura II). Sedangkan di sektor B, pengelolaannya masih dalam pembahasan antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Malaysia.11

10 Diambil dari Verse 1 and Verse 2, Article 2 Airspace Delegation, Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Republic of Singapore on the Realignment of the Boundary between the Singapore Flight Information Region and the Jakarta Flight Information Region.

11 Lap. Kongres Kedirgantaraan Nasional Kedua, 2003, hlaman 5.