12
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani “ Mathematikos” secara ilmu pasti, atau “Mathesis” yang berarti ajaran, pengetahuan abstrak dan deduktif, di mana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraaan, tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah tertentu melalui deduksi (Ensiklopedia Indonesia). Dalam garis-garis besar Program Pembelajaran (GBPP) terdapat istilah matematika sekolah yang dimaksudkan untuk memberi penekanan bahwa materi atau pokok bahasan yang terdapat dalam GBPP merupakan materi atau pokok bahasan yang diajarkan pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (Direkdidas: 1994). Soemardjono (2003) menyatakan bahwa “menurut bahasa latin matematika berasal dari kata Mathanein atau Mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari sedangkan menurut bahasa Belanda disebut Wiskunde atau ilmu pasti. Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki obyek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya yang sudah diterima. Sehingga keterkaitan antara konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas (Kurikulum KBK,2004: 13). Tambunan (1987:2-4) menyatakan bahwa matematika adalah pengetahuan mengenai kuantitas dan ruang. Salah satu cabang dari sekian banyak ilmu yang sistematis, teratur dan eksak. Matematika adalah angka-angka perhitungan yang merupakan bagian dari hidup manusia. Matematika menolong manusia memperkirakan secara eksak berbagai ide dan kesimpulan. Matematika adalah pengetahuan atau ilmu penuh logika dan problem-problem menarik. Matematika membahas faktor-faktor dan hubungannya, serta membahas ruang dan bentuk. Matematika adalah ratunya ilmu. Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut dapat dinyatakan bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan bentuk- 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2142/3/T1_262010832_BAB II.pdfyang ditarik dari kaidah tertentu melalui deduksi ... pengetahuan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2142/3/T1_262010832_BAB II.pdfyang ditarik dari kaidah tertentu melalui deduksi ... pengetahuan

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Matematika

Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani “Mathematikos” secara ilmu

pasti, atau “Mathesis” yang berarti ajaran, pengetahuan abstrak dan deduktif, di mana

kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraaan, tetapi atas kesimpulan

yang ditarik dari kaidah tertentu melalui deduksi (Ensiklopedia Indonesia).

Dalam garis-garis besar Program Pembelajaran (GBPP) terdapat istilah

matematika sekolah yang dimaksudkan untuk memberi penekanan bahwa materi atau

pokok bahasan yang terdapat dalam GBPP merupakan materi atau pokok bahasan

yang diajarkan pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (Direkdidas: 1994).

Soemardjono (2003) menyatakan bahwa “menurut bahasa latin matematika berasal

dari kata Mathanein atau Mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari

sedangkan menurut bahasa Belanda disebut Wiskunde atau ilmu pasti.

Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki obyek abstrak dan

dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh

sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya yang sudah diterima. Sehingga

keterkaitan antara konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas

(Kurikulum KBK,2004: 13).

Tambunan (1987:2-4) menyatakan bahwa matematika adalah pengetahuan

mengenai kuantitas dan ruang. Salah satu cabang dari sekian banyak ilmu yang

sistematis, teratur dan eksak. Matematika adalah angka-angka perhitungan yang

merupakan bagian dari hidup manusia. Matematika menolong manusia

memperkirakan secara eksak berbagai ide dan kesimpulan. Matematika adalah

pengetahuan atau ilmu penuh logika dan problem-problem menarik. Matematika

membahas faktor-faktor dan hubungannya, serta membahas ruang dan bentuk.

Matematika adalah ratunya ilmu.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut dapat dinyatakan bahwa

matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan bentuk-

5

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2142/3/T1_262010832_BAB II.pdfyang ditarik dari kaidah tertentu melalui deduksi ... pengetahuan

6

bentuk atau struktur–struktur yang abstrak dan hubungannya di antara hal-hal itu.

Untuk dapat memahami struktur serta hubungannya diperlukan pengajaran tentang

konsep-konsep yang terdapat di dalam matematika. Hal itu berarti bahwa pelajaran

matematika adalah belajar konsep dan struktur yang terdapat dalam bahan-bahan

yang sedang dipelajari, serta mencari hubungan di antara konsep dan struktur

tersebut.

2.1.2 Pengertian Belajar

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai

tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu

terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu

yang ada di lingkungan.

Ngalim Purwanto (1998:84) berpendapat bahwa belajar merupakan perubahan

yang terjadi melalui latihan atau pengalaman dalam arti perubahan yang disebabkan

oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti

perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi, sehingga belajar dapat

diartikan sebagai perubahan tingkah laku menjadi lebih baik dengan latihan atau

pengalaman yang dipengaruhi oleh keadaan internal dan lingkungan yang

menghasilkan suatu hasil belajar ataupun kemandirian diri.

Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada individu berkat

adanya interaksi antara individu dengan individu yang lain dan individu dengan

lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya (Uzer

Usman, 1993:5).

Sedangkan belajar menurut Gagne merupakan interaksi antara keadaan

internal dan proses kognitif siswa dengan “stimulus dengan lingkungan”. Proses

kognitif tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan, intelektual, keterampilan

motorik, sikap dan siasat kognitif (Dimyati dan Mudjiono, 2002:3).

2.1.3 Hasil Belajar

Leo Sutrisno (2008:25) mengemukakan “hasil belajar” merupakan gambaran

tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2142/3/T1_262010832_BAB II.pdfyang ditarik dari kaidah tertentu melalui deduksi ... pengetahuan

7

dieksperimenkan, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada

soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar.

Suyono (2009:8) menyatakan “hasil belajar” dapat dijelaskan dengan

memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil

menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas yang

mengakibatkan berubahnya input secara fungsional”.

Menurut Reigluth sebagaimana dikutip Keller menyebutkan hasil belajar adalah

semua efek yang dapat dijadikan indikator tentang nilai dari penggunaan suatu

metode di bawah kondisi yang berbeda. Efek ini bisa berupa efek yang sengaja

dirancang. Oleh karena itu hasil belajar merupakan efek yang diinginkan dan bisa

juga berupa efek nyata sebagai hasil penggunaan metode pembelajaran tertentu.

Hasil pembelajaran menurut Reigluth dapat diklasifikasikan menjadi 3 aspek

yaitu:

a. Keefektifan pengajar

b. Efisiensi Pengajaran

c. Daya tarik Pengajaran

Aspek keefektifan pengajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian

siswa pada tujuan pengajaran yang telah ditetapkan, efisiensi biasanya diukur dengan

rasio antara keefektifan dari jumlah waktu dan atau biaya yang dipakai, sedangkan

aspek daya tarik pengajaran biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan

siswa untuk tetap terus belajar (Hamzah B.Uno, 2007:138).

2.1.4 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran atau yang dulu disebut proses belajar mengajar menurut

Muhibbin Syah (dikutip Udin S, Winataputra, 2008:90-91) adalah sebuah kesatuan

kegiatan yang integral dan respirokal antara guru dan siswa dalam situasi

instruksional, guru mengajar dan siswa belajar. Dalam proses pembelajaran terdapat

empat unsur yang saling berkaitan. Empat unsur inilah yang mendasari pengertian

pembelajaran. Pembelajaran adalah proses yang mengkoordinasikan sejumlah

komponen penting pada pembelajaran, yaitu tujuan pembelajaran, bahan

pembelajaran, metode dan alat, yang digunakan, serta penilaian pada pembelajaran,

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2142/3/T1_262010832_BAB II.pdfyang ditarik dari kaidah tertentu melalui deduksi ... pengetahuan

8

agar satu sama lain saling berhubungan dan saling berpengaruh. Sehingga

menimbulkan kegiatan belajar siswa seoptimal mungkin menuju terjadinya perubahan

tingkah laku siswa sesuatu dengan tujuan yang ditetapkan.

2.1.5 Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah pola (contoh,acuan, ragam) dari suatu yang akan

dibuat atau dihasilkan (Departemen P dan K, 1984: 75). Dimensi lain dari model

pembelajaran adalah abstraksi dari sistem sebenarnya dalam gambaran yang lebih

sederhana serta mempunyai tingkat persentase yang lebih menyeluruh, atau model

pembelajaran adalah abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan perhatian

pada beberapa sifat kehidupan sebenarnya (Simamarta, 1983:912).

2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan

penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman,

dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000:7).

Sedangkan menurut Slavin (1997) pembelajaran kooperatif, merupakan metode

pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan

heterogen (anwarholil.blogspot.com/pendidikan-inovatif.htm, 06/01/2010).

Eggen dan Kauchak (1993: 319) Mendefinisikan pembelajaran kooperatif

sebagai sekumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar siswa saling

membantu dalam mempelajari sesuatu.

Macam-macam pembelajaran kooperatif menurut Shlomo Sharan (2009),

antara lain :

2.1.6.1 Pembelajaran Kooperatif Model Team Assisted Individualization (TAI)

Model Kooperatif Komprehensif yang dikembangkan pertama kali dan diteliti

adalah Team Assisted Indivialized-Matematika, (TAI) suatu program yang

menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individual untuk

memenuhi kebutuhan dari berbagai kelas yang berbeda Salvin,(1985). Model TAI

dikembangkan Shlomo Sharan (2009:29):

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2142/3/T1_262010832_BAB II.pdfyang ditarik dari kaidah tertentu melalui deduksi ... pengetahuan

9

a. Agar Team Assisted Individualization (TAI) menyediakan cara menggabungkan

kekuatan motivasi dan kekuatan teman sekelas pada pembelajaran kooperatif

dengan pengajaran individual yang mampu memberi ke semua siswa materi yang

sesuai dengan tingkat kemampuan mereka dalam bidang matematika dan

memungkinkan mereka memulai materi-materi berdasarkan kemampuannya

sendiri

b. Pengembangan Model Team Assisted Individualization (TAI) untuk menerapkan

teknik pembelajaran kooperatif dalam memecahkan banyak masalah pengajaran

individual. Pada akhirnya model Team Assisted Individualization (TAI)

dikembangkan sebagai cara untuk menghasilkan pengaruh sosial dari

pembelajaran kooperatif yang berdokumentasi dengan baik sambil memenuhi

kebutuhan yang beragam. Slavin, (1990) Team Assisted Individualization (TAI)

dirancang untuk kebutuhan kelas tiga sampai kelas enam, (Shlomo Sharan,

2009:30) tetapi juga digunakan untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi, pada

kelompok-kelompok siswa yang tidak siap mengikuti pembelajaran aljabar yang

sesungguhnya.

2.1.6.2 Pembelajaran Kooperatif Teka-teki Metode JIGSAW

Gagasan pertama penamaan proses kelompok sekonstitusi sebagai “Jigsaw”

dari penggabungan teka-teki untuk menciptakan gambar yang utuh. Shlomo Sharan,

(2009:51) guru bisa merancang aktivitas individu, kelompok kecil, atau seluruh kelas

secara aktif menyatukan hasil belajar para siswa. Misal siswa bisa melakukan

demonstrasi dalam kelompok inti mereka. Guru akan mengajukan pertanyaan untuk

membantu mereka berpikir ulang tentang bagaimana mereka bekerja sama apakah

mereka bisa bekerja dengan cara yang sama atau dengan cara yang berbeda di

masa mendatang.

2.1.6.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) merupakan

salah satu pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memeliki tujuan untuk

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2142/3/T1_262010832_BAB II.pdfyang ditarik dari kaidah tertentu melalui deduksi ... pengetahuan

10

penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagan dalam Ibrahim (2000:28)

dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam susut

pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran mereka tersebut.

Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran

Kooperatif dengan NHT adalah :

a. Hasil belajar akademik struktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

b. Pengakuan adanya pengembangan

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai

latar belakang.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang

dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang

lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan

sebagainya. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep

Kagan dalam Ibrahim (2009:29), dengan tiga langkah yaitu :

1. Pembentukan kelompok;

2. Diskusi kelompok

3. Tukar jawab antar kelompok

2.1.6.4 Model Cooperative Learning

Cooperative Learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja

sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan tugas,

atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Bukanlah

cooperative Learning jika siswa duduk bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan

mempersilakan salah seorang di antaranya untuk menyelesaikan pekerjaan seluruh

kelompok. Menurut A Lie (2002:23) Cooperative learning menekankan pada

kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim

dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas.

Menurut Robert E Slavin, (2009:10) ada beberapa hal yang perlu dipenuhi

dalam cooperative learning agar lebih menjamin para siswa belajar secara kooperatif,

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2142/3/T1_262010832_BAB II.pdfyang ditarik dari kaidah tertentu melalui deduksi ... pengetahuan

11

hal tersebut meliputi; pertama para siswa yang bergabung dalam suatu kelompok

harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan

bersama yang harus dicapai. Kedua para siswa yang tergabung dalam sebuah

kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah

kelompok dan berhasil tidaknya kelompok itu menjadi tanggung jawab bersama.

Ketiga untuk mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung dalam

kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan maslah yang

dihadapi.

2.1.6.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Model pembelajaran Tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions)

merupakan pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti menurut Slavin, (1990)

dan Shlomo Sharan (1990:5). Dengan metode STAD sangat mudah di adaptasi

terutama dalam bidang, matematika, sains, ilmu pengetahuan sosial, teknik pada

sekolah menengah atau perguruan tinggi.

Penggunaan metode, pendekatan atau model pembelajaran harus sesuai

dengan kompetensi, materi, karakteristik siswa, dan kondisi kelas. Ada bermacam-

macam metode, pendekatan, ataupun model pembelajaran yang bisa digunakan.

Metode pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru dalam

menyampaikan materi pelajaran agar siswa dapat memahami materi yang dipelajari.

Pendekatan pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru dalam

pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang diberikan dapat dipahami oleh siswa.

Model pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru dalam mengelola

kelas pembelajaran agar materi dapat tersampaikan (Erman Suherman, 2003 : 6-7).

Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dikembangkan oleh Robert E.

Slavin dan rekan-rekan sejawatnya di Johns Hopkins University dan merupakan

pendekatan cooperatif learning yang paling sederhana dan paling mudah dipahami.

Menurut Robert E. Slavin (1995), guru yang menggunakan STAD menyiapkan

informasi akademis baru kepada siswa setiap minggu atau secara reguler, baik

melalui presentasi verbal atau teks.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2142/3/T1_262010832_BAB II.pdfyang ditarik dari kaidah tertentu melalui deduksi ... pengetahuan

12

Siswa di kelas tertentu dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim belajar,

dengan wakil-wakil dari kedua gender, dari berbagai kelompok rasial atau etnis, dan

dengan prestasi rendah, sedang, dan tinggi. Anggota-anggota tim menggunakan

worksheets atau alat belajar lain untuk menguasai berbagai materi akademis dan

kemudian saling membantu untuk mempelajari berbagai materi melalui tutoring, saling

memberikan kuis, atau melaksanakan diskusi tim.

Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok yang beranggotakan 4 atau 5

orang per kelompoknya yang mempunyai kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya.

Guru memberikan suatu pelajaran, kemudian siswa-siswa di dalam kelompok

memastikan bahwa semua anggota dalam kelompok itu bisa menguasai pelajaran.

Pada akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut,

pada saat itu mereka tidak bisa saling membantu satu sama lain. Keseluruhan siklus

aktivitas itu, mulai dari paparan guru, kerja kelompok, sampai kuis memerlukan tiga

pertemuan kelas. Untuk penerapan pembelajaran metode STAD penulis akan

menjelaskan pada bab berikutnya.

Tipe ini menggunakan tim yang terdiri dari 4-5 orang anggota. Setelah guru

menyampaikan suatu materi, siswa yang tergabung dalam tim- tim tersebut

menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Anggota tim menggunakan lembar

kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi

pembelajarannya dan saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan

pelajaran melalui tutorial satu sama lain

atau melakukan diskusi. Setelah menyelesaikan soal-soal, mereka

menyerahkan pekerjaan secara tunggal untuk setiap kelompok kepada guru.

STAD terdiri dari lima komponen utama (Slavin, 1995:71), yaitu presentasi

kelas (class presentation), kelompok (teams), tes (quizzes), skor peningkatan individu

(individual improvement score), dan pengakuan kelompok (team recognition).

a. Presentasi kelas

Presentasi kelas dilakukan oleh guru secara klasikal. Dalam penyampaian

materi, siswa lebih memperhatikan dan berusaha untuk dapat menguasai materi.

Dengan demikian siswa sadar bahwa mereka harus memberikan perhatian

sepenuhnya selama berlangsungnya presentasi kelas, karena dengan melakukan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2142/3/T1_262010832_BAB II.pdfyang ditarik dari kaidah tertentu melalui deduksi ... pengetahuan

13

hal tersebut akan membantu siswa mengerjakan tes dengan baik dan nilai tes

yang mereka peroleh akan menentukan nilai kelompok mereka (Slavin, 1995:71).

b. Kerja Kelompok

Kelompok disusun dengan beranggotakan 4-5 orang yang beragam, baik itu

kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau etnik. Setelah guru menjelaskan

materi, anggota kelompok berkumpul untuk mempelajari materi yang telah

diberikan tersebut dengan lembar kerja. Pembelajaran melibatkan siswa untuk

mempelajari materi yang diberikan, mendiskusikan bersama-sama, dan saling

membantu antar anggota lain dalam kelompoknya. Belajar kelompok merupakan

unsur yang sangat penting dalam pembelajaran model STAD. Tujuan utamanya

adalah memastikan bahwa setiap kelompok dapat menguasai konsep dan materi

untuk mempersiapkan mereka dalam mengerjakan kuis. Dengan menggunakan

lembar kerja kelompok, siswa berdiskusi membahas jawaban dan saling

mengoreksi dalam satu kelompok.

c. Soal Tes Matematika

Setelah 1-2 kali penyajian kelas dan siswa berlatih dalam kelompok, siswa

diberi tes individu. Selama tes berlangsung, antar anggota kelompok tidak

diizinkan untuk saling membantu. Mereka harus bertanggung jawab terhadap diri

sendiri dan memberikan yang terbaik untuk kelompoknya. Skor tes individu ini

menentukan skor kelompok, karena itu setiap anggota kelompok harus dapat

memahami materi dengan baik.

d. Skor Peningkatan Individu

Ide dasar skor peningkatan individu adalah memberikan kepada siswa

suatu sasaran yang dapat dicapai, jika mereka bekerja keras dan mendapatkan

hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Setiap siswa dapat mengembangkan skor

terbaiknya kepada kelompok. Pengelolaan hasil dari kerja kelompok adalah dari

skor awal, skor tes, skor peningkatan, dan skor kelompok. Skor awal diperoleh dari

tes materi sebelumnya, skor tes dari tes individu, sedangkan skor peningkatan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2142/3/T1_262010832_BAB II.pdfyang ditarik dari kaidah tertentu melalui deduksi ... pengetahuan

14

didapat dari kaitan skor awal dan skor tes. Jika seluruh anggota kelompok

mengalami peningkatan kemudian dicatat dan dijumlahkan, maka itu akan menjadi

skor akhir kelompok.

e. Penghargaan Kelompok

Menurut Slavin (1995), guru memberikan penghargaan kepada kelompok

berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar dari nilai dasar (awal) ke

nilai kuis/tes setelah siswa bekerja dalam kelompok. Cara-cara penentuan nilai

penghargaan kepada kelompok dijelaskan sebagai berikut:

1) Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal) dapat

berupa nilai tes/kuis atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya.

2) Menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah siswa bekerja dalam

kelompok.

3) Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan

berdasarkan selisih nilai tes dan nilai dasar (awal) masing-masing siswa

dengan menggunakan kriteria berikut ini.

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai peningkatan

yang diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan predikat cukup,

baik, sangat baik, dan sempurna. Kriteria untuk status kelompok (Muslimin dkk,

2000) dalam Widyantini, (2008:9) :

1) Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15 (rata-rata nilai

peningkatan kelompok <15)

2) Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20 (15 ≤ rata-rata

nilai peningkatan kelompok < 20)

3) Sangat baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan 25 (20 ≤

rata-rata nilai peningkatan kelompok < 25)

4) Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok ≥ 25 (rata-rata nilai

peningkatan kelompok ≥ 25).

Langkah-langkah dalam pelaksanaan model pembelajaran Student Teams-

Achievement Divisions (STAD) yaitu :

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2142/3/T1_262010832_BAB II.pdfyang ditarik dari kaidah tertentu melalui deduksi ... pengetahuan

15

1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara heterogen

(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)

2) Guru menyajikan materi

3) Guru memberikan tugas kepada tiap kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-

anggota kelompok. Anggota yang tahu (lebih pintar) menjelaskan pada anggota

lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti

4) Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat

mengerjakan kuis tidak boleh saling membantu

5) Melakukan evaluasi

6) Memberikan kesimpulan.

2.2 Kerangka Pikir

Model pembelajaran kooperatif memberi kesempatan kepada siswa bekerja

dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan atau memecahkan suatu

masalah secara bersama. Selain itu pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa

meningkatkan sikap positif dalam matematika. Siswa secara individu dapat

membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan

masalah-masalah matematika, sehingga akan mengurangi dan menghilangkan rasa

cemas terhadap matematika yang dialami banyak siswa.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD memberi kesempatan kepada siswa

berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan ide, siswa

memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan

keterampilan matematika secara komprehensif dalam kelompoknya. Ketika siswa

melakukan kegiatan-kegiatan matematika untuk menyelesaikan soal yang diberikan

pada kelompoknya, dengan sendirinya akan mendorong potensi siswa untuk

melakukan kegiatan yang mengasah kemampuan matematika siswa ke tingkat

berpikir yang lebih tinggi sehingga pada akhirnya membentuk intelegensi matematika

siswa yang akan berpengaruh pada pencapaian hasil belajar siswa yang meningkat.

Kondisi akhir setelah dilakukan tindakan, diharapkan pembelajaran dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dan mencapai standar ketuntasan. Di bawah ini

skema kerangka berpikirnya :

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2142/3/T1_262010832_BAB II.pdfyang ditarik dari kaidah tertentu melalui deduksi ... pengetahuan

16

Guru / Peneliti

Belum menerapkan metode

kooperatif tipe STAD dalam

pembelajaran

Menggunakan metode

kooperatif tipe STAD

pembelajaran

Metode kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan hasil belajar matematika

kelas IV SD Negeri Kalibalik 03

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pikir

2.3 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir dan didukung dengan kajian pustaka, peneliti

mengajukan hipotesis sebagai berikut, model pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams-Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar matematika

pada siswa kelas IV semester 2 SD Negeri Kalibalik 03 Kecamatan Banyuputih

Kabupaten Batang.