14
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri dewasa ini telah memberikan sumbangan be terhadap perekonomian Indonesia. Dilain pihak hal tersebut juga memberi dampak pada lingkungan akibat buangan limbah industri maupun eksp sumber daya yang semakin intensif dalam pengembangan industri. Salah satu industri kimia yang dihasilkan yaitu amonia dan pupuk nitrogen, industri ini banyak mempunyai keterkaitan dengan pengembangan indu seperti industri bahan peledak dan agroindustri. Industri amonia nitrogen menghasilkan air limbah dengan senyawa nitrogen yang cukup tingg Sering dijumpai dalam bentuk ammonium (NH 4+ ) maupun dalam bentuk nitrat. Sumber utama nitrogen adalah nitrogen bebas (N 2 ) yang terdapat di atmosfer yang takarannya mencapai 78 persen volume, dan sumber lainnya yang ad bumi dan perairan. Nitrogen juga terdapat dalam bentuk yang komplek , tetapi hal ini tidak begitu besar sebab sifatnya yang mudah larut dalam air. Pada umumnya senyawa nitrogen sangat penting bagi kebutuhan m hidup sebagai nutrisi dan trace mineral, tetapi apabila berlebihan dapat mencemari lingkungan. Kadar nitrat yang tinggi memberikan efek ne kesehatan. Contoh pada tanaman bayam yang mengandung zat besi yang berupa Fe 2+ (ferro). Jika terlalu lama kontak dengan O 2 (oksigen dari udara), Fe 2+ akan teroksidasi menjadi Fe 3+ (ferri). Meski sama-sama zat besi, yang berguna bagi ki adalah ferro. Sedangkanferri bersifat toxid pada bayam. Jadi, jika bayam dipanasi, akan berlaku oksidasi tersebut. Maka dari itu tidak diperbolehk memanaskan kembali sayur bayam, dan mengkonsumsi bayam lebih dari 6 jam, karena bayam juga mengandung zat nitrat (NO 3 ). Kalau teroksidasi oleh udara, maka akan menjadi NO 2 (nitrit). Nitrit adalah senyawa yang tidak berwarna, ti berbau, dan bersifat racun bagi tubuh manusia. Menurut John S Wishnok, ba segar yang baru dicabut dari persemaiannya telah mengandung senya kira-kira sebanyak 5 mg/kg. Bila bayam disimpan di lemari es selama 2 min

Lap Biosel

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perkembangan industri dewasa ini telah memberikan sumbangan besar terhadap perekonomian Indonesia. Dilain pihak hal tersebut juga memberi dampak pada lingkungan akibat buangan limbah industri maupun eksploitasin sumber daya yang semakin intensif dalam pengembangan industri. Salah satunya industri kimia yang dihasilkan yaitu amonia dan pupuk nitrogen, mengingat industri ini banyak mempunyai keterkaitan dengan pengembangan industri lain seperti industri bahan peledak dan agroindustri. Industri amonia dan pupuk nitrogen menghasilkan air limbah dengan senyawa nitrogen yang cukup tinggi. Sering dijumpai dalam bentuk ammonium (NH4+) maupun dalam bentuk nitrat. Sumber utama nitrogen adalah nitrogen bebas (N2) yang terdapat di atmosfer yang takarannya mencapai 78 persen volume, dan sumber lainnya yang ada di kulit bumi dan perairan. Nitrogen juga terdapat dalam bentuk yang komplek, tetapi hal ini tidak begitu besar sebab sifatnya yang mudah larut dalam air. Pada umumnya senyawa nitrogen sangat penting bagi kebutuhan mahluk hidup sebagai nutrisi dan trace mineral, tetapi apabila berlebihan dapat mencemari lingkungan. Kadar nitrat yang tinggi memberikan efek negatif bagi kesehatan. Contoh pada tanaman bayam yang mengandung zat besi yang berupa Fe2+ (ferro). Jika terlalu lama kontak dengan O2 (oksigen dari udara), Fe2+ akan teroksidasi menjadi Fe3+ (ferri). Meski sama-sama zat besi, yang berguna bagi kita adalah ferro. Sedangkan ferri bersifat toxid pada bayam. Jadi, jika bayam dipanasi, akan berlaku oksidasi tersebut. Maka dari itu tidak diperbolehkan untuk memanaskan kembali sayur bayam, dan mengkonsumsi bayam lebih dari 6 jam, karena bayam juga mengandung zat nitrat (NO3). Kalau teroksidasi oleh udara, maka akan menjadi NO2 (nitrit). Nitrit adalah senyawa yang tidak berwarna, tidak berbau, dan bersifat racun bagi tubuh manusia. Menurut John S Wishnok, bayam segar yang baru dicabut dari persemaiannya telah mengandung senyawa nitrit kira-kira sebanyak 5 mg/kg. Bila bayam disimpan di lemari es selama 2 minggu,

kadar nitrit akan meningkat sampai 300 mg/kg. Dengan kata lain, dalam 1 hari penyimpanan, senyawa nitrit akan meningkat 21 mg/kg (7%). Efek toksik (meracuni tubuh) yang ditimbulkan oleh nitrit bermula dari reaksi oksidasi nitrit dengan zat besi dalam sel darah merah, tepatnya di dalam hemoglobin (Hb). Telah kita ketahui bahwa salah satu tugas hemoglobin adalah mengikat oksigen untuk disalurkan ke seluruh organ tubuh. Ikatan nitrit dengan hemoglobin, disebut methemoglobin, mengakibatkan hemoglobin tidak mampu mengikat oksigen. Sedangkan hemoglobin merupakan komponen penting dalam kaitannya dengan pengangkutan oksigen ke seluruh tubuh untuk menjalankan fungsi metabolisme. Oksigen dibutuhkan sebagai bahan bakar untuk memecah zat-zat makanan menjadi bahan-bahan pembangun tubuh dan energi. Jika jumlah methemoglobin mencapai lebih dari 15% dari total hemoglobin, maka akan terjadi keadaan yang disebut sianosis, yaitu suatu keadaan dimana seluruh jaringan tubuh manusia kekurangan oksigen (Hassanudin, 2011)

1.2 Rumusan Masalah 1. 2. 3. Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya methemoglobin? Apa efek methemoglobin terhadap tubuh? Bagaimana proses terjadinya methemoglobin?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Darah Darah adalah cairan yang disuspensikan oleh elemen-elemen

pembentuknya. Pembentuknya yaitu plasma dan selanjutnya yang paling banyak adalah sel darah merah atau eritrosit. Volume darah total terdapat sekitar 5-13% dari berat badan tergantung dari spesies, umur, jenis kelamin, dan status fungsional. Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan 45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh kita yaitu sekitar sepertiga belas berat tubuh orang dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter (Farner,1972). Darah dalam tubuh mempunyai fungsi-fungsi sebagai sistem transport dari tubuh, mengantarkan semua bahan kimia, oksigen dan zat makanan yang diperlukan untuk tubuh supaya fungsi normalnya dapat dijalankan, dan menyingkirkan karbondioksida dan hasil buangan yang lain. Sel darah merah mengantarkan oksigen ke jaringan dan menyingkirkan sebagian dari

karbondioksida. Sel darah putih menyediakan banyak bahan pelindung dan karena fagisitosis dari beberapa sel maka melindungi tubuh terhadap serangan bakteri. Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan: menyegarkan cairan jaringan karena melalui cairan ini semua sel tubuh menerima makanannya. Merupakan kendaraan untuk mengangkut bahan buangan ke berbagai organ exkretorik untuk dibuang. Hormon dan enzim diantarkan dari organ ke organ dengan perantaraan darah. Semua jaringan memerlukan persediaan darah yang memadai, yang tergantung pada tekanan darah arteri normal yang dipertahankan. Dalam keadaan duduk atau berdiri, darah yang menuju ke otak harus dipompa ke atas, namun dalam keadaan rebahan tekanan darah adalah normal. Bila otak tidak menerima darah selama lebih dari 3 sampai 4 menit, maka akan terjadi perubahan-perubahan yang tidak dapat pulih kembali dan beberapa sel otak akan mati (Pratiwi, 2006).

Jika darah dilihat begitu saja maka ia merupakan zat cair yang warnanya merah, tetapi apabila dilihat di bawah mikroskop maka nyatalah bahwa dalam darah terdapat benda-benda kecil bundar yang disebut sel-sel darah sedangkan cairan berwarna kekuning-kuningan disebut plasma (Syaifuddin, 2006). Sel darah merah atau eritrosit berupa cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua sisinya, sehingga dilihat dari samping tampak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang. Dalam setiap milimeter kubik darah terdapat 5.000.000 sel darah. Kalau dilihat satu per satu warnanya kuning tua pucat, tetapi dalam jumlah besar kelihatan merah dan memberi warna pada darah. Strukturnya terdiri atas pembungkus luar atau stroma berisi massa hemoglobin. Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terbentuk dari asam amino. Sel darah merah juga memerlukan zat besi, sehingga untuk membentuk penggantinya diperlukan diet seimbang yang berisi zat besi. Wanita memerlukan lebih banyak zat besi karena beberapa diantaranya dibuang sewaktu menstruasi. Sewaktu hamil diperlukan zat besi dalam jumlah yang lebih banyak lagi untuk perkembangan janin dan pembuatan susu. Sel darah dibentuk dalam sumsum tulang, terutama dari tulang pendek, pipih, dan tak beraturan, dari jaringan kanselus pada ujung tulang pipa, dari sumsum dalam batang iga-iga, dan dari sternum. Perkembangan sel darah dalam sumsum tulang melalui berbagai tahap: mula-mula besar dan berisi nukleus, tetapi tidak ada hemoglobin; kemudian dimuati hemoglobin dan akhirnya kehilangan nukleusnya, kemudian baru diedarkan ke dalam sirkulasi darah. Rata-rata panjang hidup darah merah kira-kira 115 hari. Sel menjadi usang dan dihancurkan dalam sistem retikulo-endotelia, terutama dalam limpa dan hati. Globin dari hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan; zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk digunakan dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin (pigmen kuning) dan biliverdin yang berwarna kehijau-hijauan dan dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar.

Bila terjadi pendarahan, sel merah dengan hemoglobinnya sebagai pembawa oksigen hilang. Pada pendarahan sedang, sel-sel itu diganti dalam waktu beberapa minggu berikutnya. Tetapi bila kadar hemoglobinnya turun sampai 40% atau di bawahnya, diperlukan transfuse darah (Pearce, 2009).

2.2 Hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk bulat yang terdiri dari empat subunit. Setiap subunit mengandung satu bagian heme yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida. Heme adalah suatu derivat porfirin yang mengandung besi. Polipeptida itu secara koletif disebut globin dari molekul hemoglobin (Wijayanti, 2005). Sintesis hemoglobin dimulai dalam proeritroblas dan kemudian dilanjutkan sedikit dalam stadium retikulosit dalam sumsum tulang. Tahap dasar kimiawi pembentukan hemoglobin adalah sebagai berikut: pertama, suksinil KoA yang dibentuk dalam siklus krebs berkaitan dengan glisin untuk membentuk molekul pirol. Empat pirol bergabung untuk membentuk protoprofirin satu kali kemudian bergabung dengan besi untuk membentuk molekum heme. Setiap molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida panjang (globin) membentuk suatu sub unit hemoglobin yang disebut rantai hemoglobin. Produksi hemoglobin dipengaruhi oleh kadar besi (Fe) dalam tubuh karena besi merupakan komponen penting dalam pembentukan molekul heme. Besi diangkut oleh transferin ke mitokondria, tempat dimana heme disintesis. Jika tidak terdapat transferin dalam jumlah cukup, maka kegagalan pengangkutan besi menuju eritroblas dapat menyebabkan anemia hipokromik yang berat yaitu penurunan jumlah eritrosit yang mengandung lebih sedikit hemoglobin (Guyton, 1997). Komponen utama sel darah merah adalah protein hemoglobin yang mengangkut O2 dan CO2 dan mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapar intraseluler. Molekul-molekul hemoglobin terdiri dari dua pasang rantai polipeptida dan empat gugus hem, masing-masing mengandung sebuah atom besi. Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Sel-sel darah merah mampu mengkonsentrasikan hemoglobin dalam cairan sel

sampai sekitar 34 gram/dl sel. Konsentrasi ini tidak pernah lebih dari nilai tersebut, karena ini merupakan batas metabolik dari mekanisme pembentukan hemoglobin sel. Selanjutnya pada orang normal, presentase hemoglobin hampir sealu mendekati maksimum dalam setiap sel. Akan tetapi, apabila pembentukan hemoglobin dalam sumsum tulang berkurang, maka presentase hemoglobin dalam darah juga menurun karena hemoglobin untuk mengisi sel kurang (Wijayanti, 2005). Hemoglobin adalah protein pengangkut oksigen yang terdapat pada eritrosit. Struktur hemoglobin terdiri dari satu globin yang tersusun atas empat rantai polipeptida. Masing-masing rantai polipeptida terikat dengan satu gugus heme. Setiap gugus heme mengandung besi ferro (Fe2+). Setiap ferro dapat mengikat satu atom oksigen. Dengan demikian, satu hemoglobin dapat mengikat empat atom oksigen (Sherwood, 2001).

2.3 Methemoglobin Methemoglobin merupakan bentuk hemoglobin yang teroksidasi, dimana ferro yang sangat rentan teroksidasi oleh zat-zat oksidator akan berubah menjadi ferri (Fe3+). Besi dalam bentuk ferri tidak dapat berikatan dengan oksigen sehingga methemoglobin tidak mampu untuk melaksanakan fungsi utama hemoglobin yaitu mengangkut oksigen dari paru ke jaringan. Kadar

methemoglobin dalam darah sangat sedikit. Hal ini disebabkan oleh adanya sistem NADH-sitokrom b5 methemoglobin reduktase yang dapat mengembalikan ferri yang sudah terbentuk menjadi ferro sehingga methemoglobin akan berubah kembali menjadi hemoglobin yang fungsional (Murray, 2003). Methemoglobin terbentuk ketika besi dalam hemoglobin teroksidasi dari bentuk ferro (Fe2+) menjadi bentuk ferri (Fe3+). Ketika ferro hemoglobin teroksidasi menjadi Fe3+, hemoglobin tersebut kehilangan kemampuannya untuk membawa oksigen. Pada orang dewasa yang sehat jumlah methemoglobin dalam darahnya kurang dari 2% dari total hemoglobin. Tingkat ini dipertahankan terutama oleh transfer elektron dari dinukleotida nicotinamide adenin (NADH) menjadi NADH-sitokrom b5 methemoglobin reduktase (Kwok, 2008).

Pada sistem ini terdapat dua enzim yang berfungsi untuk mereduksi methemoglobin dalam eritrosit. Kedua enzim ini adalah NADH-sitokrom b5 methemoglobin reduktase dan NADPH-flavin reduktase. Mekanisme kerja enzim ini dalam mereduksi methemoglobin dapat dijelaskan dengan reaksi sebagai berikut : Hb-Fe3++ Cyt b5 red sebagai berikut: Cyt b5 oks + NADH Cyt b5 red + NAD (Murray, 2003). Hb-Fe2++ Cyt b5 oks

Lalu, untuk mendapatkan kembali sitokrom b5 yang tereduksi, terjadi reaksi

Methemoglobin (MetHb) dapat terbentuk karena berbagai macam zat, salah satu contohnya adalah senyawa nitrit. Senyawa nitrit dapat masuk ke tubuh melalui berbagai jalur, misalnya ingesti. Salah satu contoh makanan yang bisa menjadi sumber nitrit adalah bayam. Nitrat (NO3) pada bayam jika dibiarkan dalam waktu lama atau dipanaskan akan teroksidasi menjadi nitrit (NO2). Nitrit bersifat toksik bagi tubuh manusia. Jika nitrit berikatan dengan hemoglobin dalam eritrosit, akan terjadi reaksi oksidasi yang membentuk methemoglobin. Jika kadar methemoglobin yang terbentuk sudah berlebihan, bisa menimbulkan berbagai macam penyakit (Kwok, 2008).

BAB III TUJUAN PERCOBAAN

3.1 Tujuan Percobaan 1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya methemoglobin, 2. 3. Untuk mengetahui efek methemoglobin terhadap tubuh, Untuk mengetahui proses terjadinya methemoglobin.

3.2 Manfaat percobaan 1. Untuk memberi informasi kepada masyarakat pengertian tentang

methemoglobin yang sebenarnya rentan sekali terjadi pada tubuh. 2. Untuk memberi informasi kepada masyarakat akibat terjadinya

methemoglobin. 3. Untuk memberi informasi cara menghindari terbentuknya methemoglobin di dalam tubuh.

BAB IV METODE KERJA

4.1 Alat dan Bahan 4.1.1 Alat a. Penangas air b. Penjepit tabung c. Pipet tetes d. Rak tabung reaksi e. Spoid 1mL f. Tabung reaksi 4.1.2 Bahan a. Alumunium foil b. Aquades c. Darah segar d. Label/etiket e. Pereaksi K3Fe(CN)6 33% f. Pereaksi stokes g. NH4OH 10%

4.2 Prosedur Kerja a. Diencerkan 1 mL darah dengan 4 mL aquades dalam tabung reaksi, b. Ditambahkan beberapa tetes K3Fe(CN)6 33% ke dalam tabung (no 1) dikocok kuat-kuat, diperhatikan dan dicatat perubahan warna yang terjadi, c. Dilanjutkan dengan menambahkan pereaksi stokes pada tabung (no 2) dan dikocok kuat-kuat. Dicatat perubahan yang terjadi, d. Diencerkan 3 mL darah dengan 3 mL aquades dan dipanaskan sebentar (1 menit) dalam penangas air, kemudian ditambahkan 6 mL K3Fe(CN)6 33%. Dicampur dengan membolak-balikan tabung. Diperhatikan gelembunggelembung oksigen yang terbentuk.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pengamatan Tabel Pengamatan Pengujian Methemoglobin Tabung 1 Ditambah K3Fe(CN)6 33% Pengocokan kuat Ditambah stokes Pengocokan kuat Warna Tabung 1 Coklat kehitaman Ada buih Merah kehitaman Ada buih Tabung 2 Ditambah K3Fe(CN)6 33% Gelembung udara Warna Tabung 2

Coklat keruh

Ada

5.2 Pembahasan Hemoglobin adalah protein pengangkut oksigen yang terdapat pada eritrosit. Struktur hemoglobin terdiri dari satu globin yang tersusun atas empat rantai polipeptida. Masing-masing rantai polipeptida terikat dengan satu gugus heme. Setiap gugus heme mengandung besi ferro (Fe2+). Setiap ferro dapat mengikat satu atom oksigen. Dengan demikian, satu hemoglobin dapat mengikat empat atom oksigen (Sherwood, 2001). Methemoglobin merupakan bentuk hemoglobin yang teroksidasi, di mana ferro yang sangat rentan teroksidasi oleh zat-zat oksidator akan berubah menjadi ferri (Fe3+). Besi dalam bentuk ferri tidak dapat berikatan dengan oksigen sehingga methemoglobin tidak mampu untuk melaksanakan fungsi utama hemoglobin yaitu mengangkut oksigen dari paru ke jaringan. Kadar

methemoglobin dalam darah sangat sedikit. Hal ini disebabkan oleh adanya sistem NADH-sitokrom b5 methemoglobin reduktase yang dapat mengembalikan ferri yang sudah terbentuk menjadi ferro sehingga methemoglobin akan berubah kembali menjadi hemoglobin yang fungsional (Murray, 2003). Percobaan yang dilakukan kali ini mengenai pengujian methemoglobin dengan menggunakan K3Fe(CN)6 sebagai pereaksinya dengan konsentrasi 33%. Percobaan kali ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa ion besi Fe2+ dalam

molekul hemoglobin jika teroksidasi menjadi ion besi Fe3+ maka akan terbentuk methemoglobin. Prinsip percobaan kali ini yaitu sebagai bukti bahwa ion Fe2+ dalam hemoglobin dapat dioksidasi menjadi ion Fe3+ yang menyebabkan hemoglobin tidak dapat mengikat oksigen kembali. Sampel yang digunakan berupa darah segar manusia, sedangkan pereaksi yang digunakan adalah pereaksi stokes dan pereaksi K3Fe(CN)6 33%. Untuk percobaan ini digunakan darah segar sebagai sampel, yang diencerkan. Pengenceran bertujuan untuk mengurangi konsentrasi atau kepekatan dari darah. Darah diencerkan menggunakan aquades karena aquades merupakan pelarut yang universal, aquades merupakan pelarut yang stabil dan mempunyai gugus H2O yang dapat mengikat hemoglobin. Tahap pertama dalam percobaan ini adalah terlebih dahulu darah diencerkan dengan dengan menggunakan aquades dengan volume 0,5 mL darah dengan 1 mL aquades. Kemudian dilakukan penambahan 3 tetes pereaksi K3Fe(CN)6 33% ke dalam tabung. Penambahan ini dilakukan agar Hb Fe2+ yang ada dalam darah teroksidasi menjadi Hb Fe3+. Setelah ditambahkan K3Fe(CN)6 33%, kemudian dilakukan pengocokan kuat. Pengocokan dilakukan bertujuan agar reaksi yang ditimbulkan lebih cepat. Selain itu pengocokan bertujuan agar larutan menjadi homogen. Pereaksi K3Fe(CN)6 merupakan oksidator kuat. Oksidator adalah bahan yang dapat menghasilkan oksigen dalam penguraian atas reaksinya dengan senyawa lain. Setelah ditambahkan K3Fe(CN)6 33% dan pengocokan kuat terbentuk warna coklat kehitaman, hal ini berarti terjadi perubahan Fe2+ menjadi Fe3+. Selain itu terbentuk buih karena oksigen dalam hemoglobin terlepas yang disebabkan oleh pembentukan methemoglobin. K3Fe(CN)6 digunakan 33% karena kelarutannya dalam air dingin yakni 330gr/L yang berarti 33%, sehingga dalam 100 bagian air dapat melarutkan 33 bagian K3Fe(CN)6. Pada tahap selanjutnya cairan darah ditambahkan pereaksi stokes. Setelah ditambahkan pereaksi stokes cairan darah berwarna merah kecoklatan dan berbuih. Stokes dapat mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ jika didalam tubuh. Dalam percobaan ini stokes tidak dapat mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ . Hal ini

dimungkinkan oleh beberapa faktor yang diantaranya karena kurangnya enzim tertentu yang ada di dalam tubuh yang bekerja membantu kerja stokes yaitu enzim NADH-sitokrom b5 methemoglobin reduktase. Terbentuk buih pada dinding tabung karena stokes memutuskan oksigen yang ada pada hemoglobin. Kemudian dilakukan pengocokan kuat yang bertujuan menghomogenkan pereaksi stokes dengan darah. Pereaksi stokes terbuat dari asam tartrat sebanyak 2 gram dan FeSO4 sebanyak 3 gram yang dilarutkan dalam dalam 100 mL aquades. Larutan ini bersifat reduktor lemah. Reduktor adalah senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mereduksi senyawa lain, melepaskan elektron ke senyawa lain yang menyebabkan senyawa tersebut mengalami oksidasi. Pada tabung kedua dimasukkan darah sebanyak 1 mL dan diencerkan dengan dengan aquades sebanyak 1 mL. Kemudian dipanaskan dengan menggunakan penangas air selama 1 menit dan setelah itu warna cairan darah menjadi coklat keruh karena protein dalam darah terpisah dari hemoglobin. Fungsi pemanasan disini untuk melonggarkan ikatan-ikatan oksigen dengan protein hemoglobin agar mudah terlepas ketika ditambahkan perekasi K3Fe(CN)6. Kemudian dilakukan penambahan dengan pereaksi K3Fe(CN)6 warna pada cairan darah coklat keruh karena terbentuk methemoglobin. Setelah itu dihomogenkan dengan cara membolak-balikkan tabung reaksi dan terlihat gelembung udara pada tabung reaksi, akibat protein yang terlepas dari pemanasan saling berikatan dan oksigen yang terlepas dari ikatan Hb. Kadar methemoglobin pada orang dewasa normalnya adalah