24
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI VALIDASI METODE ANALISIS SPEKTOFOMETER UV DAN PENETAPAN KADAR TABLET ANTALGIN SECARA SPEKTROFOMETER UV FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009 PRAKTIKUM I VALIDASI METODE ANALISIS PENETAPAN KADAR ANTALGIN DENGAN SPEKTROFOTOMETRI UV I. TUJUAN

Lap Res Anfar Spektro Uv (Antalgin) B.ii.4

  • Upload
    fircynt

  • View
    1.062

  • Download
    145

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Antalgin

Citation preview

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI VALIDASI METODE ANALISIS SPEKTOFOMETER UV DAN PENETAPAN KADAR TABLET ANTALGIN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI VALIDASI METODE ANALISIS SPEKTOFOMETER UV DAN PENETAPAN KADAR TABLET ANTALGIN

SECARA SPEKTROFOMETER UV

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2009PRAKTIKUM I

VALIDASI METODE ANALISIS PENETAPAN

KADAR ANTALGIN DENGAN SPEKTROFOTOMETRI UV

I. TUJUANMampu memvalidasi suatu senyawa dalam hal ini penetapan kadar antalgin dengan metode spektrofotometri ultraviolet dan mampu mengujinya secara akurasi nipitabilitas dan linearitas.

II. RUANG LINGKUP

Dalam praktikum ini digunakan tablet antalgin produk kimia farma, yang memiliki kandungan zat aktif 500 mg dan berat rata-rata 592,96 mg

III. TANGGUNG JAWAB

1. Praktikum

: - Yasinta Mila Shani

(K 100 070 070)

- Nur Hayati

(K 100 070 071)

- Pandu Al Rosyid

(K 100 070 059)

2. Pembimbing: Ika Trisharyanti DK,S.Si., Apt

IV. ALAT DAN BAHAN

Alat

Labu takar 10 m, 100m

- pipet tetes Gelas ukur

- Beacker glass

Erlemeyer 100m

- Spektrofotometri UV Mortir

- Kuvet

Stemper

- Mikropipet 20- 200 L

Pipet volume

Bahan

Antalgin/metampyronum

Digunakan tablet antalgin / metampiron produksi kimia farma memiliki kandungan zat aktif 500 mg dan berat rata 592,96 dengan menggunakan HCL 0,1N dengan pemberian serbuk hablur putih atau putih kekuningan.

(FI. III hal 360)

HCl 0,1N

Cara pembuatannya:Ambil 100m HCL lalu ad kan dengan aquadestillata 100 m, sehingga didapat konsentrasi 0,1N

Bobot per m lebih kurang 1,18gr

(Fl. III Hal 53)

Aquadest

Procedur

Pada praktikum kali ini menggunakan tablet antalgin dengan berat 500m dan berat rata-rata 592,96 yang diproduksi oleh kimia farma dan diukur dengan menggunakan spektrofotometri UV yang mengacu pada aquades acid 258 nm 1A = 266

(Clarke, 942)

Keseragaman Bobot

Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut: timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet, jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom B

Bobot rata-rataPenyimpangan bobot rata-rata dalam 1%

AB

25 mg atau kurang

26 mg sampai dengan 150 mg

151 mg sampai dengan 130 mg

lebih dari 300 mg15%

10%

7,5%

5%30%

20%

15%

10%

(F.I.III hal 7, 1979)V. DASAR TEORI

SpektrofotometerSpektrofotometer merupakan studi yang mempelajari antar aksi energi cahaya. Spektofotometri UV-VIS adalah tehnik analisis yang menggunakan sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dan sinar tampak dengan instrumen spektrofotometer penerimaan energi gelombang

= hv = hc/( = hcn

dimana: E = Energi radiasi

h = Konstanta plank (6.63 x 10-34 j.s)

c = Kecepatan radiasi (2.99792 x 1010 cm/s)

( = Panjang gelombang (nm)

n = Bilangan gelombang

Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah UV-VIS tergantung pada struktur organik molekul. Penyerapan sejumlah energi menghasilkan transisi elektron dari tingkat dasar ke orbital yang berenergi lebih tinggi dalam keadaan tereksitasi. Sistem atau gugus atom yang bertanggung jawab pada penyerapan nm cahaya disebut kromofor yang merupakan gugus tidak jenuh kovalen yang dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-Vis.

Suatu molekul menyerap suatu radiasi dengan panjang gelombang yang khusus spesifik untuk molekul itu. Serapan cahaya ultraviolet (radiasi berenergi tinggi) mengakibatkan pindahnya sebuah elektron ke orbital dengan energi yang tinggi. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap panjang gelombang yang lebih pendek. Sebaliknya, molekul-molekul yang memerlukan energi yang lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang menyerap cahaya dalam daerah Vis (yakni senyawa berwarna) mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan daripada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang UV.

Dalam persamaan : E = hv = hc/( maka kita akan dapat mengetahui bahwa perbedaan tingkat energi perpindahan dari ground state dan excited state sangat menentukan panjang gelombang dari senyawa tersebut. Semakin besar selisih tingkat energinya maka akan semakin kecil panjang gelombang maksimalnya.

Spektrofotometer UV-Vis dapat digunakan analisis kuantitatif dari suatu senyawa. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan tetapan absorpritivitas molar dan panjang gelombang maksimal yang dapat ditentukan dari penelitian.

(Skoog, 1985)

Senyawa kimia biasanya dianalisis melalui unsur, ion, radikal atau gugusnya. Ada analisis senyawa anorganik secara volumetric biasanya dibagi berdasarkan reaksi yang terjadi selama titrasi seperti asidi-alkalimetri, pengendapan, oksidasi-reduksi, dan lain-lain. Pembagian tersebut kurang tepat untuk analisis senyawa organik. Reaksi ini juga tidak spesifik, karena reaksi ini tidak hanya untuk satu senyawa saja, tetapi dapat juga untuk senyawa lain yang mengandung unsur, ion, radikal, atau gugus yang sama. Ada analisis metode modern, pembagian berdasarkan metode seperti spektrofotometri UV-Vis, spektroflourometri dan kromatografi, juga kurang cocok. Oleh karena itu pembagian berdasarkan struktur kimia merupakan cara pengelompokkan yang cocok untuk nyawa obat.

(Sudjadi dan Abdul Rahman, 2004)

Validasi Metode Analisis

Definisi validasi menurut SK Menkes RI. No. 43/MENKES/Sk/1998 tentang CPOB adalah tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa bahan, prosedur, sistem, perlengkapan atau mekanisme dalam produksi dan pengawasan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan.

(Anonim, 2007)

Adapun urutan kerja validasi diawali dengan penyusunan dan persetujuan protokol yang berisi rancangan tertulis validasi, kriteria penerimaan untuk proses. Jumlah validasi, peralatan, proses kritis, range parameter proses, sampling data uji, dan hasil yang diterima.

Tahap pelaksanaan meliputi kegiatan verifikasi, pengumpulan data dan pengujian selanjutnya diikuti evaluasi data, baik secara analisis statistik maupun grafik, dan tahap terakhir dilakukan penyusunan laporan validasi.

(Anonim, 2004)

validasi metode analisis ialah proses yang ditetapkan melalui studi laboratorium karakteristik kinerja metode analisis memenuhi persyaratan sesuai tujuan susunannya. Karakteristik kinerja metode analisis dinyatakan sebagai parameter yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis dapat dilihat dalam tabel dibawah ini

parameter analisis:

PresisiBatas kuantitasi

AkurasiLinieritas

spesifitas/spesifitasRentang

DeteksiKetegaran /Ruggedness

Ruggednes

Devinis akurasi adalah suatu metode analisis yang tingkat kedekatannya dari metode analisis yang divalidasi sedang dengan nilai sebenarnya atau nilai yang dianggap benar. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali dengan cara melakukan analisis terhadap analit yang ditambahkan ke dalam sampel zat dalam jumlah yang diketahui.

Penetapan akurasi dilakukan dengan menggunakan pengujian menggunakan metode yang sedang divalidasi terhadap sample zat yang ditambah analit dalam kadar yang diketahui lebih tinggi maupun lebih rendah dari kadar normal yang diharapkan terkandung dalam sampel zat. Presentasi analit yang diperoleh kembali dalam sampel zat.

Presisi

Definisi presisi dalam metode analisis ialah tingkat kedekatan diantara hasil uji individu bila prosedur digunakan berulang kali terhadap sampling ganda atas sampel yang homogen. Presisi metode analisis biasanya dinyatakan sebagai simpangan baku relatif (Koefisien varias). Presisi dapat berupa ukuran derajat reprodusibilitas atau ripitabilitas metode analisis dalam kondisi kerja normal. Dalam konteks ini reprodusibitas mengacu pada penggunaan metode analisis di laboratorium yang berbeda.

Presisi antara menyatakan variasi dalam laboratorium, pengujian dilakukan pada hari yang berbeda atau analis yang berbeda atau peralatan yang berbeda dalam laboratorium yang sama. Ripitabilitas mengacu pada penggunaan metode analisis dalam laboratorium yang sama dalam waktu singkat, menggunakan analisis dan instrument yang sama.

Penetapan presisi ialah metode analisis penetapan dengan menentukan kadar larutan sampel homogen beberapa kali (dengan n kali pengujian) sehingga hasil uji dapat dihitung secara statistika perkiraan yang valid dari simpangan baku atau simpangan baku relative (koefisien variasi). Penetapan kadar dalam konteks ini adalah analisis mandiri (independent) terhadap sampel yang dilakukan melalui analisis lengkap mulai dari penyiapan hingga diperoleh hasil akhir.

Spesifitas atau Selektivitas

Definisi selektivitas atau spesifitas metode analisis adalah kemampuan metode analisis untuk mengukur secara tepat dan spesifik analit yang tercampur dengan komponen lain dan diperkirakan ada dalam matriks sampel. Spesifitas dinyatakan sebagai derajat bisa hasil uji, yang diperoleh dari analisis sampel mengandung cemaran yang ditambahkan. Spesifitas ialah ukuran derjat gangguan (atau tanpa gangguan) dalam analisis campuran sampel yang kompleks.

Penetapan spesifitas metode analisis ditentukan dengan membandingkan uji sampel yang mengandung cemaran, hasil urai atau senyawa sejenis. Bila terjadi bias hasil maka bias ini ialah perbedaan hasil uji antara kedua kelompok sampel tadi.

Bila cemaran atau produk urai tidak atau produk urai tidak teridentifikasi atau tidak tersedia, spesifitas dapat ditunjukkan dengan melakukan analisis menggunakan metode yang sedang validasi terhadap sampel yang mengandung cemaran atau produk urai dan membandingkan hasil yang diperoleh dengan metode penetapan kadar tambahan misalnya penetapan kadar dengan kromatografi. Derajat kesesuaian hasil uji kedua metode ini adalah ukuran spesifitas.

Batas Deteksi

Definisi batas deteksi adalah parameter uji batas. Batas deteksi adalah konsentrasi rendah analit dalam sampel yang dapat dideteksi, tetapi tidak perlu secara kuantitatif. Uji batas hanya semata-mata menunjang bahwa konsentrasi analit adalah di bawah atau di atas kadar tertentu. Batas deteksi dinyatakan sebagai konsentrasi analit (misalnya persen, bagian per semilyar) dalam sampel.

Penetapan penentuan batas deteksi suatu metode analisis bervariasi tergantung ada apakah metode analisis merupakan prosedur instrumental atau non instrumental. Untuk prosedur instrumental dapat digunakan beberapa teknik. Ada peneliti yang mengukur signal terhadap noise dengan membandingkan hasil uji sampel yang mengandung analit dalam konsentrasi yang diketahui dengan blangko sampel dan menetapkan konsentrasi analit terendah yang dapat dideteksi dengan baik. Secara umum rasio signal terhadap noise 2:1 atau 3:1 dapat diterima.

Peneliti lain mengukur besarnya respon latar belakang analisis dengan melakukan analisis terhadap sejumlah blangko sampel dan menghitung simpangan baku respon ini. Simpangan baku dikalikan dengan faktor, biasanya 2 atau 3, memberikan batas deteksi. Batas deteksi perkiraan ini selanjutnya divalidasi dengan melakukan beberapa kali analisis dalam jumlah yang cukup terhadap sampel yang mengandung kadar analit mendeteksi batas deteksi atau sampel yang dibuat konsentrasinya mendekati batas deteksi.

Untuk metode non instrumental, batas deteksi umumnya ditetapkan dengan melakukan analisis sampal yang mengandung analit dalam kadar yang diketahui dan menentukan kadar terendah analit yang dapat dideteksi dengan baik.

Batas Kuantitasi

Definisi batas kuantitasi adalah parameter penetapan kuantitatif senyawa dengan kadar rendah dalam matrik sampel zat seperti cemaran atau hasil urai dalam bahan tambahan pangan atau bahan penolong. Batas kuantitas dinatakan sebagai konsentrasi analit (misal persen, bagian persemiliyar) dalam sampel zat.

Penentuan batas kuantitas suatu metode analisis bervariasi tergantung pada apakah metode analisis merupakan prosedur instrumental atau non instrumental.

Untuk prosedur instrumental, pendekatan umum adalah dengan mengukur besarnya respon latar belakang analisis dengan cara melakukan analis sejumlah blangko sampel dan menghitung simpangan baku relatif respon tersebut. Simpangan baku yang diperoleh dikalikan dengan suatu faktor, biasanya 10, memberikan perkiraan batas kuantitas. Selanjutnya batas kuantitas ini divalidasi dengan cara melakukan analisis terhadap sejumlah sampel yang mengandung analit dalam jumlah yang diketahui mendekati batas kuantitasi atau sampel yang dibuat mengandung analit pada batas kuantitas atau sampel yang dibuat mengandung analit pada batas kuantitas.

Untuk metode non instrumental, batas kuantitas umumnya ditetapkan dengan melakukan analisis sampel yang mengandung analit dalam kadar yang diketahui dan menentukan kadar terendah analit yang dapat dideteksi dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima.

Linearitas dan Rentang

Definisi linearitas ialah metode analisis adalah kemampuan (dalam rentang penggunaan) untuk menyebabkan hasil uji yang secara langsung atau melalui transformasi matematis yang umum dikenal proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel dalam rentang penggunaan metode analisis. Linearitas dinyatakan dengan varians disekitar slope garis regresi (koefisien korelasi) dihitung berdasarkan hubungan matematis yang pasti dari hasil uji yang diperoleh dengan melakukan analisis terhadap sampel yang mengandung analit dalam jumlah yang berbeda.

Definisi rentang, rentang metode analisis adalah interval antara dan termasuk batas terendah dan termasuk batas terendah dan batas tertinggi kadar analit yang telah terbukti dapat ditetapkan dengan metode analisis dengan presisi, akurasi dan linieritas yang dapat diterima sesuai dengan tertulis dalam unit yang sama dengan hasil uji (misalnya persen, bagian persejuta) yang diperoleh dengan metode analisis.

Penetapan linearitas dan rentang. Linearitas metode analisis ditetapkan dalam perlakuan matematis perlakuan matematis hasil uji yang diperoleh dengan melakukan analisis terhadap sampel-sampel yang mengandung analit sepanjang tentang pengujian yang dinyatakan pada metode analisis. Perlakuan matematis pada umumnya meliputi perhitungan analisis regresi dengan hitungan kuadrat terkecil hasil terhadap konsentrasi analit. Dalam beberapa analisis untuk memperoleh linearitas hasil uji dari konsentrasi analit dalam sampel, data hasil uji lalu ditransformasikan secara matematis sebelum dilakukan analisi regresi.

Rentang metode analisis divalidasi dengan melakukan verifikasi bahwa metode analisis menghasilkan presisi, akurasi dan linearitas yang dapat diterima bila digunakan untuk menguji sampel yang mengandung analit, baik pada konsentrasi tertinggi dan terendah maupun pada konsentrasi lain dalam rentang pengujian sesuai dengan penggunaan metode analisis.

Ruggednes

Definisi Ruggedness metode analisis adalah derajat reproduksibiltas metode analisis yang dilakukan dengan melakukan analisis sampel yang sama dalam variasi kondisi pengujian normal seperti laboratorium, analis, instrumen, lot pereaksi, atau pelaksanaan pengujian, suhu selama pengujian dan hari yang berbeda. Reproduksibilitas biasanya dinyatakan sebagai kurangnya pengaruh tabel operasional dan lingkungan penggunaan metode analisis terhadap hasil uji.

Ruggednes adalah ukuran reproduksibilitas hasil analisis dalam kondisi normal, kondisi yang diterapkan dari laboratorium ke laboratorium yang lain dan dari analisis ke analisis.

Penetapan ruggedness adalah analisis ditentukan dengan melakukan analisis terhadap larutan zat dari sampel yang homogen dalam laboratorium yang berbeda, analis yang berbeda, menggunakan kondisi operasional dan lingkungan yang mungkin bervariasi tapi masih dalam batas parameter yang ditetapkan untuk penetapan kadar.

Ketegaran (Robustness)

Definisi ketegaran metode analisis adalah ukuran kemampuan metode untuk tetap bertahan terhadap pengaruh kecil tetapi dilakukan dengan sengaja dengan membuat variasi dalam parameter metode analisis dan memberikan indikasi kehandalan metode selama penggunaan normal.

Unsur Data yang diperlukan untuk validasi

Prosedur penetapan kadar dalam monografi KMI sangat bervariasi dari penetapan analisis yang sangat pasti sampai evaluasi subjektif dari atribut pengujian. Mempertimbangkan variasi penetapan seperti ini, sangat logis bila metode pengujian yang berbeda memerlukan bagan validasi yang berbeda pula.

Kategori I Metode analisis untuk kuantitasi komponen utama bahan baku, tambahan pangan atau bahan penolong (termasuk pengawet)

Kategori II Metode analisis untuk menentukan cemaran dalam bahan baku, penetapan karakteristik pangan atau bahan penolong. Dalam kategori tercakup uji batas dan penetapan secara kuantitatif

Kategori III Metode analisis untuk penentuan karakteristik performan (misalnya pelarutan, titik lebur).

Untuk masing-masing kategori penetapan, dibutuhkan informasi analisis yang berbeda. Daftar dari tabel 2 adalah unsur data yang umumnya diperlukan untuk tiap kategori penetapan.

Tabel 2. unsur data yang diperlukan untuk validasi metode analisis

Parameter Metode AnalisisKategori

Kategori IKuantitatifUji BatasKategori III

Akurasi ++**

Presisi++-+

Spesifitas-+-*

Batas Deteksi--+*

Batas Kuantitasi++-*

Linieritas++-*

Rentang++**

Ruggednes ++++

Keterangan: + Diperlukan

- Tidak diperlukan

* Mungkin diperlukan, tergantung pada sifat pengujian

Metode dan penetapan dan pengujian umum yang sudah dikenal baik seperti de titrasi untuk penetapan kadar air, uji identifikasi harus divalidasi pula untuk dibuktikan akurasinya dan tidak ada gangguan yang mungkin bila digunakan untuk baru atau bahan baku.

Validasi suatu metode analisis hanya dapat dilakukan dengan studi laboratorium: bila itu dokumentasi keberhasilan penyelesaiannya studi seperti ini merupakan persyaratan dasar untuk menetapkan apakah metode sesuai dengan tujuan penggunaanya. Dokumentasi yang memadai harus menyertai setiap proposal metode analisis kompendial baru atau revisinya.

(Kovar-Auterhoff, 1987)

VI. CARA KERJA

Cara kerja standar

Antalgin

dalam etanol 265 pada 236 nm

230 pada 265 nm

(Kovar-Auterhoff, 1987)

Cara Kerja Praktis:

1. Pembuatan larutan stock 0,1%

Lebih kurang 100,0 mg bahan standar (murni) yang ditimbang seksama, dimasukkan dalam labu takar 100,0 ml dan ditambahkan pelarutnya hingga 100,0 ml.

2. Penentuan panjang gelombang max (( max)

Diambil 200 (l larutan stock 0,1% dimasukkan dalam tabu takar 10 ml. ditambahkan pelarutnya sampai 10,0 ml. Ambil larutan tersebut kedalam kurvet uv kemudian ukur pada daerah panjang gelombang ultraviolet. Ditentukan ( max.

3. Dibuat seri vol. pengambilan larutan stock

(75, 125, 175, 225, 300), dimasukkan dalam labu takar 10,0 ml adkan dengan pelarutnya yakni HCl 0,1N 10,0 ml. Ambil larutan tersebut dalam kuvet uv kemudian ukur pada daerah panjang gelombang ultraviolet pada panjang gelombang maksimum (max) = 258 nm.

4. Menentukan absorbansi sampel

Lebih kurang 100,0 mg sampel ditimbang dengan seksama. Dimasukkan dalam labu takar 100,0 ml. ditambahkan pelarut hingga 100 ml. diambil 0,5 ml. dimasukkan dalam labu takar 10,0 ml. ditambahkan pelarut hingga 10,0 ml. dimasukkan dalam kuvet UV. Dibaca absorbansi pada ( max yang dapat.

Cara Kerja Skematis

1. Pembuatan larutan stock 0,1 %

Ditimbang seksama 100,0 mg bahan standar (murni) / antalgin murni

(dimasukkan dalam labu takar 100,0 ml

(ditambahkan HCl 0,1N ad 100,0 ml

2. Penentuan panjang gelombang max (( max)

Diambil 100(l larutan stock 0,1%

(Dimasukkan dalam labu takar 10,0ml

(Ditambahkan HCL ad 10,0 ml

(Larutan diambil dimasukkan dalam kuvet UV

(Diukur pada daerah panjang gelombang UV

(Ditentukan ( max

3. Pengukuran absorbansi larutan standar

Diambil 100(l larutan standar 0,1%

(Dimasukkan dalam labu takar 10,0ml

(Ditambahkan HCL ad 10,0 ml

(Diambil larutan tersebut dalam kuvet

(Diukur absorbansi pada ( max = 258nm

4. Penentuan kurva baku

Diambil larutan stock 75(l, 125(l, 175(l, 225(l, 300(l

(Dimasukkan dalam labu takar 10,0 ml

(Ditambahkan HCL ad 10,0 ml

(Dibaca Absorbansi pada ( max yang didapat = 258 nm

5. Penentuan kurva baku

= 100,0 mg sampel ditimbang seksama

(Dimasukkan dalam labu takar 100,0ml

(Ditambahkan HCL ad 100,0 ml

(Diambil 100(l ( dimasukkan dalam labu takar 10,0 ml

(ditambahkan HCL ad 10,0 ml

(dimasukkan dalam kuvet UV

(Dibaca Absorbansi pada ( max yang didapat = 258 nm

Untuk A = kadar tanpa penambahan zat aktif

B = kadar dengan penambahan zat aktif

PERHITUNGAN AKURASI

1. Kelompok dengan penambahan zat aktif 80%

% zat aktif yang ditambahkan

2. Kelompok dengan penambahan zat aktif 100%

% zat aktif yang ditambahkan

3. Kelompok dengan penambahan zat aktif 120%

% zat aktif yang ditambahkan

1. SampelDihitung keseragaman bobot, gerus ad halus

(Sampel Antalgin ditimbang seksama 120 mg

(Dimasukkan dalam labu takar 100 ml di ad-kan dengan HCL ad 100 ml

(Dari campuran di atas ambil 100(l, ditambahkan dengan HCL ad 10 ml dalam labu takar 10 ml

(Dibaca Absorbansinya pada Spektrofotometri UV pada ( max 258 nm

(Dicari kadarnya dari persamaan kurva baku yang didapat

(Dihitung % recover-nya

2. Sampel + 80% zat aktif

Zat murni antalgin ditimbang 120,0 mg dimasukkan dalam labu takar 100,0 ml + sampel zat aktif atau dari larutan stock 80%-nya(ditambahkan HCL ad larut (bila tidak larut disaring)

(Dimasukkan dalam labu takar 100 ml di ad HCL ad 100 ml

(diambil 100(l, ad HCL ad 10 ml pada labu takar 10 ml

(Dibaca Absorbansinya pada pada ( max 258 nm

(Dicari kadarnya dari persamaan kurva baku yang didapat

(Dihitung % recoverynya

3. Sampel + 100% zat aktif

Zat murni antalgin ditimbang 120,0 mg dimasukkan dalam labu takar 100,0 ml + sampel zat aktif atau diambil dari larutan stok 100%-nya(Ditambahkan HCL ad larut (bila tidak larut disaring)

(Dimasukkan dalam labu takar 100 ml di ad HCL ad 100 ml

(Diambil 100L ad HCL ad 10 ml pada labu takar 10 ml

(Dibaca Absorbansinya pada pada ( max 258 nm

(Dicari kadarnya dari persamaan kurva baku yang didapat

(Dihitung % recoverynya

4. Sampel +120% zat aktif

Zat murni antalgin ditimbang 120,0 mg dimasukkan dalam labu takar 100,0 ml + sampel zat aktif atau dari larutan stock 120%-nya(ditambahkan HCL ad larut (bila tidak larut disaring)

(Dimasukkan dalam labu takar 100 ml di ad HCL ad 100 ml

(Diambil 100(l, ad HCL ad 10 ml pada labu takar 10 ml

(Dibaca Absorbansinya pada pada ( max 258 nm

(Dicari kadarnya dari persamaan kurva baku yang didapat

(Dihitung % recoverinya

RIPITABILITAS

Keseragaman bobot dihitung, gerus ad halus

(Sampel Antalgin ditimbang seksama 120 mg

(di replikasi 7X

(Masing-masing dimasukkan dalam labu takar 100,0 ml

(Ditambahkan HCL ad 100,0 ml ad larut (bila tidak larut disaring)

(Diambil 150(l, dimasukkan dalam labu takar 10 ml dan ditambahkan HCL 10 ml

(Dibaca absorbansinya pada ( max (258 nm)

(Dihitung RSD-nya dengan kriteria keberterimaan RSD < 2%

LINIERITAS

Ditimbang antalgiin dengan range kadar 70%-130% dengan seksama yakni: 70,01 mg, 80,11 mg, 90,13 mg, 100,52 mg, 110,16 mg, 120,17 mg, 130,18 mg

(Diimasukkan dalam labu takar 100,0 ml dan ditambakan HCL ad 10 ml

(Diambil 100(l, untuk range kadar 70%-130% dimasukkan dalam labu takar 10 ml dan ditambahkan ad 10ml, dikocok hingga homogen

(Dibaca absorbansinya dan dicari kadarnya dari persamaan kurva baku yang didapat

(Dicari R dengan Regresi Linier kadar/berat penimbangan vs Absorbansi

(Kriteria keberterimaan adalah jika r> 0,98

VII. PEMBAHASAN

Percobaan kali ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengetahui dan menetapkan kadar antalgin dalam sediaan tablet dengan metode analisis spektrofotometri UV serta mampu melakukan validasi metode analisis spektrofotometri UV pada antalgin dalam sediaan tablet dengan menguji secara akurasi, ripitabilitas dan linieritas.

Pada praktikum kali ini bahan obat yang digunakan adalah tablet antalgin yang sering digunakan sebagai analgesik atau antipiretik. Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. (FI IV). Tablet metampiron atau antalgin mengandung metampiron, C13HI6N3NaO4S.H2O, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tidak tertera dalam etiket (FI IV).

Pada percobaan ini digunakan metode spektrofotometri UV karena dilihat dari strukturnya, antalgin memiliki gugus kromofor sehingga kadarnya bisa ditetapkan dengan spektrofotometri UV. Gugus kromofor ini adalah gugus atom yang bertanggung jawab pada penyerapan cahaya yang merupakan gugus tidak jenuh kovalen yang dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-VIS. Gugus kromofor disini berupa benzen yang mempunyai ikatan rangkap terkonjungsi. Spektrofotometri UV adalah teknik analisis yang menggunakan sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dan sinar tampak dengan instrument spektrofotometer. Sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet 190-380 nm dan sinar tampak 380-780 nm. Spektrofotometri UV melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis sehingga lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.

Pada analisis spektrofotometri umumnya menentukan Operating Time (OT) terlebih dahulu dengan tujuan untuk memberikan reaksi yang sempurna antar pereakasi warna yang digunakan dengan obat sehingga diperoleh harga absorbansi yang stabil. Tetapi pada penetapan kadar antalgin hal tersebut tidak dilakukan karena antalgin tidak direaksikan dengan pereaksi warna hanya dilarutkan pada pelarut yang sesuai (salah satu syarat pembacaan absorbansi pada spekttofotometer UV).

Hal pertama yang dilakukan adalah membuat larutan stock 0,1%. Dengan cara menimbang sampel antalgin 100 mg dimasukkan dalam labu takar 100 ml dan dilarutkan dengan HCL ad 100 ml. Sebelum dimasukkan dalam labu takar, labu takar terlebih dahulu dicuci dengan aquadest dan sedikit HCL, hal ini dimaksudkan agar pada penentuan ( max absorbansinya tepat sebab tidak ada zat lain yang tercampur. HCL disini berfungsi sebagai pelarut dari antalgin karena antalgin hanya dapat larut dalam pelarut organik. Tetapi dalam percobaan antalgin tidak dapat larut sempurna dalam HCL sehingga perlu dilakukan penyaringan sebab adanya antalgin yang tidak larut akan mempengaruhi pada pembacaan absorbansi.

Setelah itu ditentukan ( maxnya dengan mengambil 200(l dari larutan stok 0.1% yang telah dibuat kemudian ditambahkan HCL ad 10 ml dalam labu takar 10 ml. dibaca Absorbansinya pada spektrofotometri UV pada berbagai panjang gelombang 200-300 nm. Kemudian diambil rentang range absorbansi (0.2-0.8). Panjang gelombang maksimum adalah panjang gelombang yang memberikan serapan terbesar disamping itu pada panjang gelombang maksimum absorpitifitas molarnya stabil dan menunjukkan kurva kalibrasi linier. Kenapa harus dilakukan pembacaan pada ( max dikarenakan pada ( max kepekaannya tinggi dan pada ( max penyimpangan kadar yang kecil bisa terdeteksi dengan baik. Pada pembacaan ( max dilakukan terlebih dahulu pembacaan blangko, hal ini dimaksudkan untuk mengkalibrasi alat untuk mengurangi kesalahan. Blangko hanya terdiri pelarut saja. Perlu diperhatikan pada pemegangan kuvet harus benar karena akan mempengaruhi pembacaan absorbansi pada alat. Dari hasil percobaan didapat ( max sebesar 258 nm. Hal ini sesuai dengan teori karena Antalgin memiliki dalam Aqueos acid 258 nm pada absorbansi 266 nm.

Setelah diperoleh ( max, dilakukan pembuatan seri kadar dari larutan stok. Diambil larutan stock 150(l, 175(l, 200(l, 225(l, 250(l ,275(l dan 300(l kemudian dilarutkan dengan etanol ad 10 ml. bila tidak larut disaring dengan kertas saring, kemudian dibaca absorbansinya pada ( max (258nm). Pembuatan seri kadar ini digunakan untuk membuat kurva baku yang nantinya digunakan untuk menghitung kadar sampel. Kurva baku dibuat dengan membuat persamaan regresi linier dari data konsentrasi masing-masing seri kadar VS absorbansinya dengan persaman kurva baku y = 304,602 x + (-0,1910). Persamaan kurva baku ini dibutuhkan untuk menghitung konsentrasi pada saat uji parameter validasi seperti akurasi, presisi dan liniearitas.

Dari persamaan kurva baku tersebut ditentukan absorbansinya Sampel (tablet altalgin) dengan cara menimbang sejumlah antalgin dengan seksama 100,0 mg kemudian dimasukkan dalam labu takar 100 ml dan ditambahkan HCL ad 100 ml dan kocok hingga homogen. Dari larutan diambil 200(l ml kemudian di ad-kan dengan HCL ad 10 ml dalam labu takar 10 ml. Setelah itu dibaca Absorbansinya pada spektrofotometri UV pada ( max 258 nm. Setelah didapat absorbansi kemudian dihitung kadarnya.

Mungkin hasil yang di dapat tidak sesuai dengan teoritis dikarenakan kesalahan dari praktikan pada saat praktikum dan dari pengalaman praktikan yang kurang.

VIII. KESIMPULAN

Percobaan bertujuan untuk menetapkan kadar Antalgin dengan menggunakan spektrofotometri UV mahasiswa mampu melakukan validasi metode analisis, mahasiswa mampu menganalisis bagaimana penetapan kadar suatu obat spektrometri UV

Parameter validasi yang digunakan adalah akurasi, presisi, dan linieritas

Akurasi merupakan keterdekatan nilai pengukuran dengan nilai sebenarnya dari analit dalam sampel. Akurasi sering dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (% recovery) atau error

Ripitabilitas merupakan sejumlah pencaran hasil yang diperoleh dari analisis berulangkali pada suatu sampel homogen

Linieritas adalah kemampuan (dalam rentang penggunaan) untuk mendapatkan hasil uji yang secara langsaung proporsional dengan konsentrasi (jumlah) analit didalam sampel

Presisi dinyatakan dengan koefisiensi variasi (Coefficient of Variation = CV) atau simpangan baku relatif (Relative Standard Deviation = RSD), CV atau RSD < 2%.

Liniearitas yang didapat adalah R= 0,861 hal ini tidak sesuai dengan nilai teoritis yaitu R> 0,98

Hasil uji parameter

NoParameterHasilKeterangan

1Akurasi dan recovery

a. Penambahan zat aktif 80%

b. Penambahan zat aktif 100%

c. Penambahan zat aktif 120%a. RSD = 7.06 %

% Recovery = 1.63 %

b. RSD = 70.73%

% Recovery = 19.17%

c. RSD = 39.002%

% Recovery = 25.46%Tidak diterima

Tidak diterima

Tidak diterima

Tidak diterima

Tidak diterima

Tidak diterima

2.RipitabilitasRSD = 8.36 %Tidak diterima

3.Liniearitas R1 = 0.9845

R2 = 0.796diterima

Tidak diterima

IX. DAFTAR PUSTAKAAnonim, 1979. Farmakope Indonesia Ed. II, Depkes RI: Jakarta

Anonim, 2006. Petunjuk Praktikum Instrumental, Fakultas Farmasi UMS: Surakarta

Anonim, 2007. Petunjuk Praktikum Analisis Farmasi, Fakultas Farmasi UMS: Surakarta

Kover-Auterhoff, 1987. Identifikasi Obat. Fakultas Farmasi: ITB: Bandung

Skog, D.A. 1985. Principles Of Instrumental Analysis, 3rd Ed., Sauders College Publ., Philadelphia.

Sudjadi dan Rohman, A. 2004. Analisis Obat Dan Makanan. Fakultas Farmasi. UGM: Yogyakarta.Nas03 CH2 - N

N

C6H5

N

N

O

CH3

CH3

CH3

H2O

C10H16N3NaO4S.H2O

BIM = 351,32

Nas03 CH2 - N

N

C6H5

N

N

O

CH3

CH3

CH3

H2O

C10H16N3NaO4S.H2O

BIM = 351,32

_1306118049.unknown

_1306118050.unknown

_1306118047.unknown

_1306118048.unknown

_1306118045.unknown

_1306118046.unknown

_1306118044.unknown