Upload
muhammad-salman-alfaridzie
View
34
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM FHA
Disusun oleh:
Kelompok 3
Nadhilah N Shabrina 230110120093
Esti Lestiani 230110120096
Fahri Faturohman 230110120105
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2013
Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman 1111
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Laporan Akhir Praktikum Fisiologi Hewan Air ini. Tugas berupa laporan
yang telah terselesaikan ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas
laporan akhir praktikum mata kuliah Fisiologi Hewan Air.
Proses penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih sebanyak-
banyaknya kepada pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah kali ini.
Semoga bantuan, kebaikan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama
penyelesaian makalah ini mendapat balasan yang tiada terkira dari Tuhan Yang Maha
Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan sangat
jauh dari kata sempurna. Akhir kata, kami penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Jatinangor, 16 Oktober 2013
Penulis
Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman 2222
Daftar isi
Kata pengantar ················································································ 1
Daftar isi························································································ 2
BAB I PENDAHULUAN ·································································· 4
1.1 ltar belakang ············································································ 4
1.2 tujuan praktikum ······································································ 5
1.3 Manfaat praktikum ···································································· 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ··························································· 6
2.1 biologi dan morfologi ikan mas ····················································· 6
2.1 habitat··················································································· 7
2.3 perkembang biakan ··································································· 8
2.4 kebiasaan makan ······································································ 8
2.5 laju metabolism ······································································· 9
BAB III METODELOGI ···································································· 11
3.1 waktu dan tempat ····································································· 11
3.2 alat dan bahan ········································································· 11
3.3 prosedur praktikum ··································································· 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ·················································· 13
4.1 Hasil ···················································································· 13
Tabel 1. Hasil Pengamatan Laboratorium Akuakultur ····························· 13
Tabel 2. Hasil Pengamatan Laboratorium FHA ····································· 13
Tabel 3. Hasil Pengamatan Laboratorium MSP ····································· 13
4.2 Pembahasan ············································································ 14
Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman 3333
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ······················································· 16
5.1 Simpulan ··············································································· 16
5.2 Saran ···················································································· 16
Lampiran ······················································································· 18
Daftar pustaka ················································································· 20
Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman 4444
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan dalam arti sebenarnya adalah makhluk hidup / binatang bertulang
belakang yang selama hidupnya (hidup) di dalam air, bernafas dengan insang,
berdarah dingin, bersisik / tidak, dan bersirip (berpasangan dan tunggal). Ikan
merupakan hewan yang bersifat poikilotermik, suhu tubuhnya mengikuti suhu
lingkungan. Bagi hewan akuatik, suhu media air merupakan faktor pembatas ,
oleh karena itu perubahan suhu media air akan mempengaruhi kandungan
Oksigen terlarut, yang akan berakibat pada laju pernafasan dan laju
metabolisme hewan akuatik tersebut.
Oksigen terlarut merupakan jumlah kandungan oksigen yang
terkandung dalam suatu perairan. Oksigen tersebut dapat berupa hasil dari
fotosintaesis tumbuhan akuatik. Oksigen ini sangat diperlukan oleh organisme
yang hidup di dalam air (Hutabarat dan Evans, 1984). Oksigen terlarut
merupakan salah satu parameter yang biasa digunakan untuk mengukur
kualitas suatu perairan. Oksigen menempati urutan teratas apabila dilihat dari
segi budidaya ikan karena dibutuhkan untuk proses pernapasan. Oksigen yang
diperlukan untuk pernapasan ikan harus terlarut dalam air. Oksigen juga
merupakan kebutuhan yang vital bagi kelangsungan hidup organisme suatu
perairan.
Oksigen terlarut yang merupakan faktor pembatas ini diambil oleh
organisme perairan melalui respirasi untuk pertumbuhan, reproduksi, dan
kesuburan. Menurunnya kadar oksigen terlarut dapat mengurangi efesien
pengambilan oksigen oleh biota laut, sehingga dapat menurunkan
kemampuan untuk hidup normal dalam lingkungan hidupnya. Oksigen terlarut
diambil oleh organisme perairan melalui respirasi untuk pertumbuhan,
reproduksi, dan kesuburan. Menurunnya kadar oksigen terlarut dapat
Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman 5555
mengurangi efesiensi pengambilan oksigen oleh biota laut, sehingga dapat
menurunkan kemampuan untuk hidup normal dalam lingkungan hidupnya,
bahkan akan mengalami kematian. (Hutabarat dan Evans, 1984).
Kelarutan oksigen dalam air dapat dipengaruhi oleh suhu, tekanan
parsial gas-gas yang ada di udara maupun yang ada di air, salinitas serta
persenyawaan unsur-unsur mudah teroksidasi di dalam air. Kelarutan tersebut
akan menurun apabila suhu dan salinitas meningkat, oksigen terlarut dalam
suatu perairan juga akan menurun akibat pembusukan-pembusukan dan
respirasi dari hewan dan tumbuhan yang kemudian diikuti dengan
meningkatnya CO2 bebas serta menurunnya pH (Nybakken, 1992).
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui cara menghitung
konsumsi oksigen ikan mas yang sensitif terhadap kadar oksigen terlarut di
media hidupnya.
1.3 Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini yaitu praktikan dapat mengetahui jumlah
oksigen yang dikonsumsi oleh ikan mas dan jumlah kebutuhan oksigen yang
harus dikonsumsi oleh ikan tersebut, sehingga dapat diaplikasikan dalam
bidang perikanan.
Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman 6666
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi dan MorfologI Ikan Mas
Ikan mas termasuk famili Cyprinidae yang mempunyai ciri-ciri umum,
badan ikan mas berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke samping
(Compresed) dan mulutnya terletak di ujung tengah (terminal), dan dapat di
sembulka, di bagian mulut di hiasi dua pasang sungut, yang kadang-kadang
satu pasang di antaranya kurang sempurna dan warna badan sangat beragam
(Susanto,2007).
Ikan mas dapat di klasifikasikan secara taksonomi (Susanto, 2007)
sebagai berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Species : (Cyprinus carpio L)
Tubuh ikan mas digolongkan (3) tiga bagian yaitu kepala, badan, dan
ekor. Pada kepala terdapat alat-alat seperti sepasang mata, sepasang cekung
hidung yang tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah-celah insang,
sepasang tutup insang, alat pendengar dan keseimbangan yang tampak dari
luar (Cahyono, 2000). Jaringan tulang atau tulang rawan yang disebut jari-jari.
Sirip-sirip ikan ada yang berpasangan dan ada yang tunggal, sirip yang
tunggal merupakan anggota gerak yang bebas. Disamping alat-alat yang
terdapat dalam, rongga peritoneum dan pericardium, gelembung renang, ginjal,
dan alat reproduksi pada sistem pernapasan ikan umumnya berupa insang.
(Bactiar,2002)
Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman 7777
Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada
ketinggian antara 150-1000 m diatas permukaan laut, dengan suhu 20 oC-25
oC pH air antara 7-8 (Herlina,2002). Ikan ini merupakan ikan pemakan
organisme hewan kecil atau renik ataupun tumbuh-tumbuhan (omnivore).
Kolam yang di bangun dari tanah banyak mengandung pakan alami,ikan ini
mengaduk Lumpur,memangsa larva insekta,cacing-cacing mollusca.
(Djarijah,2001)
Jenis makan dan tambahan yang biasa di berikan pada ikan mas adalah
bungkil kelapa atau bungkil kacang, sisa rumah pemotongan hewan, sampah
rumah tangga dan lain-lain, sedangkan untuk makanan buatan biasanya di
berikan berupa crumble dan pellet. (Cahyono,2000)
2.2 Habitat
Ikan mas berasal dari daratan Asia dan telah lama dibudidayakan
sebagai ikan konsumsi oleh bangsa Cina sejak 400 tahun SM. Penyebarannya
merata di daratan Asia juga Eropa sebagian Amerika Utara dan Australia.
Pembudidayaan ikan mas di Indonesia banyak ditemui di Jawa dan Sumatra
dalam bentuk empang, balong maupun keramba terapung yang di letakan di
danau atau waduk besar. Budidaya modern di Jawa Barat menggunakan
sistem air deras untuk mempercepat pertumbuhannnya.
Habitat aslinya yang di alam meliputi sungai berarus tenang sampai
sedang dan di area dangkal danau. Perairan yang disukai tentunya yang
Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman 8888
banyak menyediakan pakan alaminya. Ceruk atau area kecil yang terdalam
pada suatu dasar perairan adalah tempat yang sangat ideal untuknya. Bagian-
bagian sungai yang terlindungi rindangmya pepohonan dan tepi sungai
dimana terdapat runtuhan pohon yang tumbang dapat menjadi tempat
favoritnya. Di Indonesia sendiri untuk mencari tempat memancing ikan mas
bukanlah hal yang sulit. Karena selain telah dibudidayakan banyak empang
yang sengaja dibuat demi memanjakan para penggemar mancing ikan mas.
2.3 Perkembangbiakan
Ikan Mas berkembang biak dengan bertelur, masa kawinnya pada
daerah tropis pada saat awal musim hujan. Ikan Mas betina biasanya bertelur
di dekat tumbuhan di dalam air di perairan dangkal yang tembus sinar
matahari, telur-telur tersebut kemudian menempel pada dedaunan. Pada suhu
yang hangat dan kondisi yang ideal telurnya akan menetas dalam 5 sampai 8
hari. Karena malasnya sang induk betina maupun jantan maka hasil yang
menetas sangat sedikit dibanding telurnya. Para petani yang membudidayakan
ikan ini biasanya memindahkan telur-telur yang telah menempel pada
medianya ke kolam lain agar didapat hasil yang maksimal. Beberapa bulan
kemudian ikan mas sudah layak dikonsumsi beratnya lebih kurang 250 gram.
Untuk pancingan biasanya adalah ikan mas yang telah mencapai berat 500
gram ke atas.
2.4 Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan (Feeding Habit) ikan mutlak diketahui seorang
pemancing walau dirinya bukan seorang biolog, karena pengetahuan ini
memberikan petunjuk buat pemancing tentang umpan, selera makan, waktu
makan dan sebagainya. Ikan Mas dapat dikatagorikan sangat rakus. Memakan
segala pakan yang terdapat di dasar air, pertengahan air dan permukaan air.
Pakan alaminya meliputi tumbuhan air, lumut, cacing, keong, udang, kerang,
Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman 9999
larva serangga dan organisma lainnya yang ada di perairan. Dia akan
membuka mulutnya lebar-lebar dan kemudian menyedot makanannya seperti
alat penghisap. Terkadang mengaduk-aduk dasar air dengan mulut dan
badannya sehingga menimbulkan bayang kecoklatan pada perairan.
2.5 Laju Metabolisme
Metabolisme adalah semua reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh
makluk hidup, melipiti anabolisme untuk mensintesa senyawa-senyawa baru
dan katabolisme yaitu penguraian senyawa-senyawa dalam sel hidup. Pada
hewan sumber energi adalah makanan, tetapi energi dalam makanan tidak
dapat digunakan sampai makanan itu dicerna dan diserap oleh system
pencernaan (Fujaya, 2002).
Laju metabolisme dapat dipengaruhi oleh beberapa factor termasuk
umur, jenis kelamin, status reproduksi, makanan dalam usus, stress fisiologis,
aktivitas, musim, ukuran tubuh dan temperature lingkungan. Laju metabolism
baku (standard metabolic rate) merupakan laju metabolism hewan manakala
hewan tersebut sedang istirahat dan tidak ada makanan dalam ususnya. Ketika
pengukuran laju metabolism tengah dilakukan, jarang sekali ikan berada
dalam keaadaan diam, sehingga istilah laju metabolsme rutin sering dipakai
untuk menunjukkan bahwa laju metabolism diukur dalam keaadaan selama
level aktifitas rutin. (Nurman, 2008).
Ikan bersifat fototaktik baik secara positif maupun vertikal. ikan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan lain dan pada beberapa spesies bervariasi
terhadap waktu dalam sehari. Cahaya mempengaruhi ikan pada waktu
memijah. Jumlah cahaya yang tersedia dapat mempengaruhi Tinggi rendahnya
suhu di perairan tersebut dan mempengaruhi waktu kematangan ikan. Jumlah
cahaya juga mempengaruhi daya hidup larva ikan secara tidak langsung
(Damardi, 2010).
Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman 10101010
Nurman (2008) juga menjelaskan Tiga macam metode untuk
mengukur metabolism yaitu : (1) menghitung selisih antara nilai energy dari
semua makanan yang masuk kedalam tubuh hewand dan semua ekskresi
terutama urin dan feses, cara ini hanya akurat digunakan untuk digunakan bila
tidak terjadi perubahan komposisi tubuh hewan. (2) menghitung produksi
panas total pada organism, metode ini sungguh akurat dalam memberikan
informasi tentang bahan bakar yang digunakan, organism yang diukur
dimasukkan dalam calorimeter. (3) menghitung jumlah oksigen yang
digunakan oleh organism untuk proses oksidasi dan jumlah konsumsi oksigen,
cara ini paling banyak digunakan dan mudah dilaksanakan tetapi tentu saja
tidak bisa digunakan untuk organisme anaerob sebab meskipun konsumsi
oksigen nol bukan berarti tidak terdapat metabolism dalam tubuh organism
tersebut.
Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman 11111111
BAB III
METODELOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal : Kamis, 10 Oktober 2013
Waktu : Pukul 08.00 s/d selesai.
Tempat : Lab FHA
3.2 Alat dan Bahan
Dalam pelaksanaan praktikum ini digunakan alat-alat dan bahan sebagai berikut :
3.2.1 Alat :
• Wadah plastik, untuk tempat percobaan
• DO meter atau seperangkat alat titrasi dengan metode Winkler
• Jam tangan, untuk penunjuk waktu
• Timbangan, untuk mengukur bobot ikan
• Cling wrap, bahan pelapis/penutup terbuat dari plastik
3.2.2 Bahan :
• Ikan mas
• Reagen untuk titrasi oksigen terlarut dengan metode Winkler
3.3 Prosedur Praktikum
Dalam percobaan ini langkah-langkah yang harus diperhatikan antara lain :
• Siapkan wadah plastik yang telah diisi air penuh
• Ukur oksigen terlarutnya dengan menggunakan DO meter atau titrasi metode
Winkler, catat hasilnya
• Timbang ikan, lalu catat bobotnya
• Masukkan ikan dengan hati-hati tanpa ada air yang memercik
Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman 12121212
• Tutup wadah percobaan dengan cling warp, agar tidak ada kontak dengan
udara luar
• Wadah percobaan dibiarkan selama 30 menit
• Setelah selesai, penutup plastik dibuka, ikan dipindahkan secara hati-hati,
jangan sampai terjadi percikan air, lalu ukur oksigen terlarut menggunakan
DO meter atau titrasi metode Winkler, catat hasilnya
• ( DO awal– DO akhir / bobot ikan ) x 2 adalah konsumsi oksigen ikan tersebut
Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman 13131313
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan Laboratorium Akuakultur
HASIL PENGAMATAN
Kel
Bobot Ikan (gr)
DO awal (mg/l)
Do akhir mg/l
Konsumsi O2 (mg/l)
Kebutuhan O2/jam
8 68
7.3
4.0 3.3 0.097 9 95.6 2.0 5.3 0.11 10 76 3.4 3.9 0.1 11 73 2.8 4.5 0.123 12 83 1.5 5.8 0.14 13 73 2.3 5.0 0.137 14 84 2.7 4.6 0.109
Tabel 2. Hasil pengamatan Laboratorium FHA
Kelompok Bobot Ikan (g)
DO awal (mg/l)
DO akhir (mg/l)
Konsumsi O2
(mg/l)
1 96
6.8
2.0 0.1 2 85 1.8 0.117 3 109 0.6 0.114 4 82 1.3 0.134 5 58 1.8 0.172 6 113 0.9 0.104 7 79 1.3 0.139
Tabel 3. Hasil pengamatan Laboratorium MSP
Kelompok Bobot Ikan
(g) DO awal (mg/l)
DO akhir (mg/l)
Konsumsi O2
(mg/l) 15 62,48
4 2,1 0.06
16 82,95 2,5 0.036
Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman 14141414
17 55,47 1,13 0.103 18 109,65 1,45 0.046 19 74,47 2,8 0.032 20 70,05 2,06 0.055 21 62,07 1,6 0.08 22 84,98 2,16 0.043 23 86,07 1,8 0.051
4.2 Pembahasan
Setelah dilakukan praktikum untuk mengetahui konsumsi oksigen terhadap
ikan mas, diperoleh hasil pengamatan yang bervariasi seperti pada table diatas.
Kelompok kami, yaitu kelompok 3 dengan hasil pengamatan antara lain : bobot ikan
mas yaitu 109 gram denga DO awal sebesar 6,8 mg/l. Setelah itu ikan dimasukkan
kedalam wadah dan ditutup menggunakan cling wrap (plastic wrap) selama 30 menit,
kadar DO akhir menjadi 0,6 mg/l. Selisih antara DO awal dan DO akhir adalah 6,2
mg/l. Konsumsi oksigen pada ikan mas tersebut dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
Konsumsi Oksigen = Selisih DO awal dan DO akhir x 2
Bobot Ikan Mas
• Konsumsi Oksigen pada kelompok kami, yaitu :
Konsumsi Oksigen = 6,2 x 2 = 0,114 / jam
109
Perbedaan konsumsi pada ikan mas dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu bobot
pada ikan mas, ukuran, umur dan tingkat stress yang dialami oleh ikan mas itu sendiri.
Jika bobot pada ikan mas lebih berat, umur yang lebih tua serta ukuran ikan yang
lebih besar maka ikan terebut akan melakukan respirasi secara lambat. Dan hal
Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman 15151515
sebaliknya, jika bobot pada ikan lebih ringan dan ukurannya lebih kecil maka
respirasi yang dilakukan oleh ikan tersebut akan lebih cepat.
Selain itu tingkat stress yang dialami oleh ikan juga mempengaruhi respirasi
pada ikan tersebut. Jika ikan tersebut dalam keadaan stress maka proses respirasinya
pun lebih cepat. Sebaliknya jika ikan tidak dalam kondisi stress maka respirasi pada
ikan tersebut akan lebih lambat atau lebih relax. Hal ini diakibatkan karena ikan
belum beradaptasi dengan lingkungannya sehingga mempengaruhi proses respirasi
yang dilakukannya.
Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman 16161616
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Ikan merupakan hewan poikilotermik (berdarah dingin), suhu tubuh
ikan akan menyesuaikan dengan suhu lingkungannya. Ikan mas termasuk
famili Cyprinidae yang mempunyai ciri-ciri umum, badan ikan mas berbentuk
memanjang dan sedikit pipih ke samping (Compresed) dan mulutnya terletak
di ujung tengah (terminal), dan dapat di sembulka, di bagian mulut di hiasi
dua pasang sungut, yang kadang-kadang satu pasang di antaranya kurang
sempurna dan warna badan sangat beragam. Ikan mas berasal dari daratan
Asia dan telah lama dibudidayakan sebagai ikan konsumsi oleh bangsa Cina
sejak 400 tahun SM. Ikan Mas berkembang biak dengan bertelur, masa
kawinnya pada daerah tropis pada saat awal musim hujan. Ikan Mas betina
biasanya bertelur di dekat tumbuhan di dalam air di perairan dangkal yang
tembus sinar matahari, telur-telur tersebut kemudian menempel pada
dedaunan. Ikan Mas dapat dikatagorikan sangat rakus. Memakan segala
pakan yang terdapat di dasar air, pertengahan air dan permukaan air. Pakan
alaminya meliputi tumbuhan air, lumut, cacing, keong, udang, kerang, larva
serangga dan organisma lainnya yang ada di perairan.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa semakin berat bobot suatu ikan, maka kebutuhan oksigen tiap jamnya
semakin kecil. Sebaliknya, semakin kecil bobot ikan maka semakin banyak
kebutuhan oksigen tiap jamnya.
5.2 Saran
� Diperlukan ketelitian dalam melakukan praktikum ini, agar dapat melakukan
praktikum tanpa ada kesalahan. sehingga menghasilkan data yang akurat dan
Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman 17171717
mampu mendapatkan kesimpulan yang benar terkait praktikum yang sedang
dilaksanakan.
Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman 18181818
Lampiran
Titrasi (Penentuan nilai DO) Ikan untuk praktikum
Toples Cling warp
DO meter Alat untuk menimbang ikan
Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman 19191919
Ikan yang sedang berada dalam toples untuk menentukan nilai DO
Pengukuran DO pada air yang ada ikannya menggunakan DO meter
Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman Fisiologi hewan air halaman 20202020
Daftar pustaka
http://reymhondzha.blogspot.com/2011/07/laporan-praktikum-fisiologi-hewan-
air_09.html
fajarfajrien.blogspot.com/2013/01/oksigen-terlarut.html