Upload
dina
View
17
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laapkas
Citation preview
BAB I
STATUS PASIEN
NOMOR REKAM MEDIS : 573133
IDENTITAS/BIODATA
Nama : Ny. Dede Rohanah Nama Suami : Tn. Endih
Umur : 33 tahun Umur : 38 Tahun
Suku Bangsa : Sunda Suku Bangsa : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat : Babakan Cangklek Alamat : Babakan Cangklek
Tanggal Masuk : 08 Juni 2015, Pukul 20.50 WIB
ANAMNESIS
Autoanamnesis
Keluhan Utama : keluar darah dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang : Ibu dengan G4P3A0, merasa hamil 2 bulan, mengeluh keluar darah warna merah dari jalan lahir sejak pukul 12.00 WIB, darah yang keluar sedikit, Gerak janin (-). Ibu merasa mules mulai pukul 15.00 WIB. Merasa pusing disangkal, pandangan berkunang-kunang disangkal dan keluar air-air disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus, dan riwayat
operasi disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat yang sama
Riwayat Pengobatan : OS belum mengkonsumsi obat apapun sejak timbul keluhan
Riwayat Psikososial : pola makan teratur. Merokok dan minum alkohol disangkal
1
RIWAYAT OBSTETRI
Riwayat Kehamilan : G4P3A0
HPHT : 28 Februari 2015
TP : 7 Desember 2015
KB : suntik 3 bulan
Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas :
No
.
Th.
Partus
Tempat
Partus
Umur
Hamil
Jenis
Persalinan
Penolong
Persalinan
Penyulit BB/
Kel
Anak
1 1999 Dirumah Aterm Spontan Paraji Tidak 3000 g P
2 2004 Dirumah Aterm Spontan Paraji Tidak 3000 g L
3 2008 Dirumah Aterm Spontan Paraji Tidak 3000 g P
4 Hamil ini
5
Riwayat Menstruasi Riwayat Pernikahan
Menarche : 12 Tahun Pernikahan ke- : 1
Siklus Haid : 28 hari Usia saat Menikah : 17 tahun
Lama Haid : 7 hari Usia suami : 38 tahun
Dismenorrhea : Disangkal Lama Menikah : 16 tahun
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : ComposMentis
Tanda- tanda Vital : - T : 150/90 mmHg
- N : 85 kali/menit
- R : 24 kali/menit
- S : Afebris
Antropometri : BB: 70 kg TB : 155 cm
2
STATUS GENERALIS STATUS OBSTETRI
Kepala : Normocephal Inspeksi
Mata : Konjungtiva anemis (-/-) - Wajah : Chloasma grav. (-)
Sklera Ikterik (-/-) - Thorax : Mammae simetris
Refleks Pupil (+/+) - Abdomen : Datar lembut
Isokor ka=ki Nyeri Tekan (-)
Leher : Pembesaran KGB (-/-) DM (-), PS/PP (-/-)
Pembesaran Tiroid (-/-) Luka Post. Op (-)
Thorax : Normochest Palpasi
Gerak Simetris - TFU : Tidak teraba
Paru-Paru : VF Simetris (+/+) Auskultasi DJJ: Tidak dilakukan
Vesikular (+/+) Pemeriksaan Luar Genitalia
Ronkhi (-/-) - Vulva/ Vagina : t.a.k
Wheezing (-/-) - Perineum : t.a.k
Jantung : Bunyi I/II murni, regular Pemeriksaan Dalam Genitalia
Abdomen : Lihat status obstetri - Vagina : t.a.k
Ekstremitas : Akral Dingin, CRT < 2dt - Portio : tebal-lunak
nyeri goyang (-)
- Pembukaan : 1-2 cm
- Pendarahan : +
- Stosel : +
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Haemoglobin 12.1 12 – 16 g/dL
Hematokrit 35.8 37 – 47 %
Eritrosit 4.42 4.2 - 5.4 106/µL
Leukosit 10.6 4.8 - 10.8 103/µL
Trombosit 259 150 - 450 10s/µL
Tes Kehamilan (+)
3
RESUME
Seorang wanita mengaku hamil 2 bulan. Keluar darah sejak jam 12.00 WIB
sedikit, darah kemerahan. Gerak janin (-). Ibu merasa mules mulai pukul 15.00 WIB.
Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Status generalis dalam batas normal,
pemeriksaan lainnya dalam batas normal. Status obstetri ditemukan pada Pemeriksaan
dalam vagina dan vulva tidak ada keluhan, portio tebal lunak, pembukaan 1-2 cm
perdarahan (+) sedikit, stosel (+)
Test kehamilan positif, hemoglobin 12.1 g/dL, hematokrit 35,8 %, eritrosit 4,42
106/µL. PP test (+)
DIAGNOSIS
G4P3A0 gravida 8 minggu dengan abortus inkomplit
PLANNING
1. Informed concent2. Cek laboratorium darah rutin PP Test3. Infus Rl 4. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital5. Rencana USG6. Rencana Kuretase
LAPORAN TINDAKAN
Tanggal Tindakan : 09 Juni 2015
Diagnosa pra tindakan : Abortus Inkomplit
Diagnosa Pasca tindakan : Abortus Komplit
Tindakan : Kuretase
4
Uraian Tindakan
Kuretase dilakukan tanggal 09 Juni 2015 pukul 10.15 WIB
Os diletakan dengan posisi litotomi
Kandung kemih dikosongkan
Disinfeksi pada vulva vagina dan sekitarnya
Dipasang spekulum dan dipegang asisten, bibir porsio dijepit tenakulum
Dilakukan Anastesi lokal
Sonde masuk sedalam 9 cm
Sendok kuret no.6 dilakukan kuretase sistematis dan hati-hati
Kuretase dengan sendok kuret dan dikeluarkan jaringan sebanyak sebanyak ±30 gr
Jumlah perdarahan ±20 cc
Jaringan tidak di PA kan
Keadaan Pasca Tindakan
1. Tanggal : 10 Juni 2015
2. Keadaan umum : Baik
3. Kesadaran : Compos Mentis
4. Nadi : 76 kali permenit
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Suhu tubuh : 36,8 OC
5. Pernapasan : Baik
5
FOLLOW UP RUANGAN
Tanggal/
Jam
Catatan Instruksi
09.06.2015 S: Perdarahan + sedikit
O :
KU : Baik
Kesadaran : CM
T : 110/80 mmHg
R : 18 x/mnt
N : 84 x/mnt
S : Afebris
Perdarahan : + Sedikit
A: Abortus Incomplete
- Observasi KU, T, N, R, S,
Perdarahan
- Bed Rest
10.06.2015 S: t.a.k
O :
KU : Baik
Kesadaran : CM
T : 110/80 mmHg
R : 18 x/mnt
N : 76 x/mnt
S : 36,8 C
Perdarahan : + Sedikit
BAK : + normal
BAB : -
A: post kuretase
- Observasi KU, T, N, R, S,
Perdarahan
- cefadroxil 2x1
- pospargin 3x1
- asam mefenamat 3x1
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Abortus adalah hasil pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin hidup diluar
kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram.
Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan sedangkan yang
terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut abortus provokatus. Abortus provokatus
terbagi 2 abortus provokatus terapeutik dan abortus provokatus kriminalis. Disebut abortus
terapeutik karena didasarkan pada pertimbangan dokter untuk menyelamatkan ibu. Disini
pertimbangan dilakukan oleh minimal 3 dokter yaitu spesialis kebidanan dan kandungan,
spesialis penyakit dalam, dan spesialis jiwa. Bisa juga ditambah oleh pertimbangan tokoh
agama terkait. Setelah dilakukan terminasi kehamilan harus juga diperhatikan agar ibu dan
suami tidak terkena trauma psikis dikemudian hari.
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus jarang dilaporkan
kecuali jika terjadi komplikasi. Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian studi
menyatakan kejadian abortus spontan antara 15-20% dari semua kehamilan. Kalau dikaji
lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati 50%. Hal ini dikarenakan karena
tingginya angka chemical pregnancy loss yang tidak bisa diketahui dalam 2-4 minggu
setelah konsepsi. Sebagian besar kegagalan kehamilan ini dikarenakan kegagalam gamet
(misalnya sperma dan disfungsi oosit).
KLASIFIKASI
Berdasarkan jenis tindakan, abortus dibedakan menjadi 2 golongan yaitu :
1. Abortus spontan : abortus yang berlangsung tanpa tindakan. Kata lain
adalah keguguran.
2. Abortus provokatus : pengakhiran kehamailan sebelum 20 minggu
akibat suatu tindakan.
Abortus provokatus dibagi menjadi 2 yaitu :
7
a. Abortus provokatus terapeutik : merupakan terminasi kehamilan secara
medis atau bedah sebelum janin mampu hidup (viabel). Indikasi untuk
abortus provokatus terapeutik adalah dekompensasi kordis dan penyakit
vaskuler hipertensi tahap lanjut, karsinoma serviks invasif. American
College Obstetricians and Gynecologist (!987) menetapkan petunjuk
untuk abortus terapeutik :
- Apabila berlanjutnya kehamilan dapat mengancam nyawa ibu atau
mengganggu kesehatan secara serius. Dalam menentukan apakah
memang terdapat risiko kesehatan perlu dipertimbangkan faktor
lingkungan pasien.
- Apabila kehamilan terjadi karena perkosaan atau incest. Dalam hal
ini pada evaluasi wanita yang bersangkutan perlu diterapkan kriteria
medis yang sama.
- Apabila berlanjutnya kehamilan kemungkinan besar menyebabkan
lahirnya bayi dengan retardasi mental atau deformitas fisik yang
berat.
b. Abortus provokatus kriminalis : merupakan interupsi kehamilan
sebelum janin mampu hidup atas permintaan wanita yang bersangkutan,
tetapi bukan karena alesan penyakit janin atau gangguan kesehatan ibu.
Secara klinik abortus dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Abortus imminens : peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus sebelum
kehamilan 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa
dilatasi serviks. Pada kondisi seperti ini kehamilan masih dipertahankan.
2. Abortus insipiens : peristiwa kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya
dilatasi serviks uterus yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam
uterus. Kondisi ini menunjukan proses abortus sedang berlangsung dan akan
berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit.
3. Abortus inkomplit : pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa jaringan tertinggal dalam uterus.
8
4. Abortus komplit : pengeluaran seluruh hasil konsepsi dari kavum uteri pada
kehamilan sebelum 20 minggu.
5. Abortus tertunda (missed abortions) : kematian janin sebelum berusia 20
minggu, tetapi janin yang mati tersebut tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau
lebih.
6. Abortus habitualis : abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.
Penderita abortus habitualis umumnya tidak sulit untuk hamil kembali tetapi
kehamilannya berakhir dengan abortus secara berturut-turut.
7. Abortus infeksiosa, abortus septik : abortus yang disertai infeksi genitalia,
sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiosa berat disertai penyebaran
kuman atau toksin kedalam peredaran darah atau peritonium.
8. Kehamilan anembrionik (blighted ovum) : kehamilan patologik dimana
mudigoh tidak terbentuk sejak awal walaupun kantong gestasi tetap terbentuk.
Disamping mudigah kantong kuning telur juga tidak terbentuk. Kelainan ini
dapat terdeteksi dengan menggunakan USG. Bila tidak dilakukan tindakan
kehamilan ini akan berkembang terus walaupun tanpa ada janin didalamnya.
Biasanya sampai sekitar 14-16 minggu akan terjadi abortus spontan.
9
Blighted ovum
10
DASAR PENEGAKKAN DIAGNOSIS
1. Nyeri suprapubik, kejang uterus dan atau nyeri punggung
2. Perdarahan pervaginam
3. Dilatasi servik dan teraba jaringan keluar dari kanalis servikalis
4. Gejala dan tanda kehamilan menghilang
5. Tes kehamilan negatif atau peningkatan kadar βhCG yang tidak sesuai
6. Hasil pemeriksaan ultrasonografi yang abnormal
ETIOLOGI
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian mudigah.
Sebaliknya pada kehamilan lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup.
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah
pada kehamilan muda. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan ialah
sebagai berikut :
1. Kelainan kromosom
Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi, poliploidi, dan
kemungkinan kelainan kromosom seks.
2. Lingkungan kurang sempurna
Bila lingkungan di endometrium disekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga
pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
3. Pengaruh dari luar
Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi
maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh
teratogen. Zat teratogen yang lain misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.
4. Kelainan pada plasenta
11
Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenasi plasenta
terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan
ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
5. Penyakit ibu
a. Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus
abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lainnya. Toksin, bakteri, virus, atau
plasmodium dapat melalui plasenta dan masuk ke janin, sehingga menyebabkan
kematian janin kemudian terjadi abortus.
b. Kelainan endokrin misalnya diabetes melitus, berkaitan dengan derajat kontrol
metabolik pada trimester pertama. Selain itu juga hipotiroidsm dapat
meningkatkan resiko terjadinya abortus dimana autoantibodi tiroid
menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun tidak terjadi
hipotiroidsm yang nyata.
6. Kelainan traktus genitalia
Retorversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat
menyebabkan abortus. Sebab lain abortus dalam trimester ke 2 ialah serviks
inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi
serviks berlebihan, konisasi, atau robekan serviks luas yang tidak dijahit.
PATOLOGI
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh
nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian
atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan
uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena vili koriales belum menembus desidua lebih dalam sehingga hasil
konsepsi mudah dilepaskan, meskipun ada sebgaian dari hasil konsepsi masih tertahan
dalam cavum uteri. Perdarahan pervaginam terjadi saat pengeluaran hasil konsepsi.
12
Pada kehamilan 8 samapi 14 minggu vili koriales menembus desidua lebih dalam
sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak
perdarahan.
Pada kehamilan 14 minggu keatas umunya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah
adalah janin disusul dengan plasenta. Perdarahan jumlahnya tidak banyak jika plasenta
segera terlepas dengan lengkap.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Bisa dalam
bentuk kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang
jelas (blighted ovum) atau janin telah mati dalam waktu yang lama (missed abortion).
DIAGNOSIS
Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang
perdarahan pervaginam setelah mengalami keterlambatan haid. Kecurigaan tersebut
diperkuat dengan dengan ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan
dengan tes kehamilan secara biologis (Gali Mainini) atau imunologik (Pregnoticon,
Gravindex).
Diagnosis lain yang harus dipikirkan adalah kehamilan ektopik terganggu, mola
hidatidosa, atau kehamilan dengan kelainan pada serviks. Kehamilan ektopik terganggu
dengan hematokel retrouterina kadang sulit dibedakan dengan abortus dimana uterus posisi
retroversi. Pada ke-2 nya ditemukan amenoreae disertai perdarahan pervaginam, rasa nyeri
pada perut bagian bawah. Tetapi keluhan nyeri pada kehamilan ektopik lebih hebat. Untuk
memastikan kehamilan ektopik terganggu bisa dilakukan kuldosintesis. Pada
molahidatidosa uterus biasanya lebih besar daripada lamanya amenore dan muntah lebih
sering. Untuk memastikan molahidatidosa bisa dilakukan pemeriksaan USG. Karsinoma
serviks uteri dapat menyertai kehamilan. Perdarahan dari kelainan ini dapat menyerupai
abortus. Pemeriksaan dengan spekulum, pemeriksaan sitologik, dan biopsi dapat
menentukan diagnosis pasti.
1. Abortus imminens
Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan
pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita mengeluh mulas
sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali. Ostium uteri masih tertutup besarnya uterus
13
masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes kehamilan urin masih positif. Untuk
menentukan prognosis abortus iminens dapat dilakukan dengan melihat kadar hormon hCG
pada urin dengan melakukan tes urin. Jika hasilnya masih positif maka prognosisnya baik,
bila negatif maka prognosisnya dubia ad malam.
2. Abortus insipiens
Diagnosis abortus insipiens ditentukan karena adanya perdarahan melalui
ostium uteri eksternum, penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering dan
kuat, perdarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur
kehamilan. Besar uterus masih sesuai usia kehamilan dengan tes urin kehamilan masih
positif. Pada pemeriksaan dalam ostium uteri terbuka, buah kehamilan masih di dalam
uterus, serta ketuban masih utuh dan dapat menonjol. Pada kehamilan lebih dari 12
minggu biasanya perdarahan tidak banyak dan bahaya perforasi pada dinding uterus akan
lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infus oksitosin.
3. Abortus inkomplit
Diagnosis abortus inkomplit ditentukan karena adanya perdarahan melalui
ostium uteri eksternum, disertai mules atau adanya kontraksi uterus. Sebagian jaringan
hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis
servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium
uteri eksternum. Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya pun bisa banyak atau sedikit
bergantung pada jaringan yang tersisa. Pasien dapat mengalami anemia atau syok
hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan. Abortus inkomplit sering
berhubungan dengan aborsi yang tidak aman, oleh karena itu periksa tanda-tanda
komplikasi yang mungkin terjadi akibat abortus provokatus seperti perforasi dan tanda-
tanda infeksi atau sepsis.
4. Abortus komplit
Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, ostium uteri telah menutup, uterus
sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besar uterus tidak sesuai dengan umur
kehamilan.Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan bila pemeriksaan secara klinis sudah
memadai. Pada pemeriksaan tes urin biasanya masih positif sampai 7-10 hari setelah
abortus.
14
5. Abortus terunda (missed abortion)
Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan apapun
kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila
kehamilan diatas 14 minggu sampai 20 minggu penderita justru merasakan rahimnya
semakin mengecil dengan tanda-tanda kehamilan sekunder pada payudara mulai
menghilang. Kadangkala missed abortion didahului oleh abortus imminens yang kemudian
merasa sembuh, tetapi pertumbuhan janin terhenti.
Pada pemeriksaan tes urin kehamilan biasanya negatif setelah 1 minggu dari
terhentinya pertumbuhan kehamilan. Pada pemeriksaan USG akan didapatkan uterus yang
mengecil, kantong gestasi yang mengecil dan bentuknya tidak beraturan disertai gambaran
fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan.
6. Abortus habitualis
Penyebab abortus habitualis diantaranya :
1. Idiopatik >50%
Konseling yang bersifat informatif atau suportif berperan penting mengingat 60 – 70% dari
ibu dengan setidaknya satu persalinan hidup sebelumnya akan mengalami satu kehamilan
yang sukses setelahnya.
2. Faktor anatomik 10 – 15%
Kelainan uterus paling sering dikaitkan dengan peristiwa abortus pada
trimester kedua. Malformasi kongenital yang disebabkan oleh
abnormalitas fusi ductus Müllerii dan lesi yang “acquired” memiliki
pengaruh yang sifatnya masih kontroversial. Pembedahan pada
beberapa kasus dapat menunjukkan hasil yang positif.
15
Uterine anomalies : A. Uterus duplex unicollis. B. Uterus duplex with double vagina. C.
Uterus didelphys. D. Uterus septus with single vagina. E. Uterus subseptus. F. Uterus
arcuatus. G. Uterus unicornis with rudimentary contralateral hemiuterus.
Salah satu penyebab yang sering dijumpai adalah inkompetensia serviks
yaitu keadaan dimana serviks uteri tidak dapat menerima beban untuk
tetap bertahan menutup setelah kehamilan memasuki trimister pertama,
dimana ostium serviks akan membuka (inkompeten) tanpa disertai rasa
mulas/kontraksi rahim dan akhirnya terjadi pengeluaran janin.
Inkompetensia servik bertanggung jawab untuk abortus yang terjadi
pada trimester II. Tindakan cervical cerclage pada beberapa kasus
memperlihatkan hasil yang positif. Diagnosis inkompetensia serviks
tidak sulit dengan anamnesis yang cermat. Khususnya diagnosis abortus
habitualis karena inkompetensia serviks menunjukkan gambaran klinis
yang khas yaitu dalam kehamilan triwulan kedua terjadi pembukaan
serviks tanpa disertai mulas, selaput ketuban yang mulai menonjol dan
pada suatu saat pecah. Kemudian timbul mulas yang selanjutnya diikuti
dengan melakukan pemeriksaan vaginal tiap minggu. Penderita
16
mengeluh mengeluarkan lendir yang sangat banyak dari vagina. Pada
inkompetensia serviks diameter kanalis servikalis lebih dari 8 mm.
3. Faktor endokrin 10-15%
Defek fase luteal disebabkan oleh sekresi progesteron dari corpus
luteum yang tidak memadai , dan menyebabkan endomentrium belum
siap untuk menerima implantasi dan atau ketidak mampuan untuk
mempertahankan kehamilan ada. Pada kasus ini ini sering diberikan
progesteron namun dengan keuntungan yang sangat spekulatif.
Kelainan metabolisme : Hipotiroid – Diabetes Melitus – PCOS.
4. Faktor genetik 5-10%
Abnormalitas kromosom orang tua
Aneuploidi embrionik berulang
5. Faktor imunologi 5-10%
Sindroma Antibodi Fosfolipid: adalah gangguan imunologi yang
ditandai dengan adanya antibodi dalam sirkulasi yang melawan
fosfolipd membran dan setidaknya memperlihatkan satu sindroma klinik
spesifik (abortus berulang, trombosis yang penyebabnya tak jelas dan
kematian janin). Penegakkan diagnosa setidaknya memerlukan satu
17
pemeriksaan serologis untuk konfirmasi diagnosis (antikoagulansia
lupus, antibodi kardiolipin). pengobatan pilihan adalah aspirin + heparin
(atau prednison dalam beberapa kasus tertentu).
Alloimunitas (perbedaan imunologi antara individu) telah diajukan
sebagai faktor antara pasangan subur yang menyebabkan abortus
berulang yang tdai dapat dijelaskan dengan alasan lain. Selama
kehamilan normal, sistem imunologi ibu dianggap dapat mengenali
suatu antigen janin semialogenetik (50% bersifat “non-self” dan
kemudian menghasilkan faktor “pemblokade” untuk melindungi janin.
Kegagalan untuk memproduksi faktor “pemblokade” ini dapat berperan
penting, namun tak ada bukti ilmiah langsung yang mendukung teori ini
dan tidak terdapat cara pemeriksaan diagnostikum spesifik. Imunoterapi
telah digunakan dalam upaya untuk meningkatkan toleransi imunologis
terhadap antigen paternal.
6. Faktor infeksi5%
Lysteria Monocytogenes, Mycoplasma Hominis, Ureaplasma
Urealyticum, Toxoplasma Gondii dan Virus (herpes simplex,
cytomegalovirus, rubella) memiliki hubungan yang ber variasi dengan
semua jenis abortus spontan, tetapi tak satupun yang membuktikan
adanya hubungan dengan abortus berulang. Diagnosa dapat ditegakkan
dengan menggunakan kultur servik, titer virus atau antibodi serum.
terapi antibiotika trerarah mungkin bermanfaat bila agen penyebabnya
dapat di identifikasi. Meskipun demikian, pengobatan empiris dengan
diksisiklin atau eritromisin dari segi biaya lebih efisien
7. Faktor lain :
Toksin
Merokok
Alkohol
Kopi
18
Obat-obat : antagonis asam folat, asam valproat, warfarin, gas anastesi,
tetrakloroetilen dan isotretinoin.
7. Abortus infeksiosa / abortus septik
Diagnosis abortus infeksiosa ditandai dengan adanya abortus yang disertai
dengan gejala dan tanda infeksi alat genitalia seperti panas, takikardi, perdarahan
pervaginam yang bau, uterus yang membesar, lembek, serta nyeri tekan, dan adanya
leukositosis. Apabila terdapat sepsis penderita tampak sakit berat, kadang-kadang
menggigil, demam tinggi, tekanan darah menurun. Untuk mengetahui kuman penyebab
lakukan kultur pada serviks uteri.
8. Blighted ovum
Diagnosis kehamilan anembrionik ini ditegakkan pada usia kehamilan 7-8
minggu bila pada pemeriksaan USG didapatkan kantong gestasi tidak berkembang atau
pada diameter 2.5 cm yang tidak disertai adanya gambaran mudigah. Untuk itu, bila pada
pemeriksaan USG pertama didapatkan gambaran seperti ini perlu dilakukan evaluasi USG
2 minggu kemudian. Jika tetap tidak dijumpai struktur mudigah atau kantong kuning telur
dan diameter kantong gestasi sudah mencapi 25 mm maka dapat dinyatakan sebagai
kehamilan anembrionik.
DIAGNOSIS BANDING
95% peradarahan uterus pada kehamilan muda disebabkan oleh abortus, namun
perlu diingat diagnosis banding dari perdarahan pervaginam kehamilan muda yaitu :
1. Kehamilan ektopik terganggu
2. Molahidatidosa
3. Perdarahan servik akibat epitel servik mengalami eversi atau erosi
4. Polip endoservik
5. Karsinoma servik uteri
19
PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Darah lengkap
- Kadar hemoglobin rendah akibat syok hemoragik yang menyebabkan pasien
anemis.
- LED dan jumlah leukosit meningkat.
Tes kehamilan
- Penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG adalah prediktif,
terjadinya kehamilan abnormal (blighted ovum, abortus spontan, dan
kehamilan ektopik terganggu).
2. Pemeriksaan USG
USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4-5 minggu.
Detak jantung janin terlhat pada usia kehamilan 5-6 minggu. Dengan melakukan
dan menginterpretasi dengan cermat, pemeriksaan USG dapat digunakan untuk
menentukan apakah kehamilan viabel atau non-viabel. Pada abortus imminen,
mungkin terlihat adanya kantung gestasi dan embrio yang normal.
Prognosis buruk bila dijumpai :
Kantung kehamilan yang besar dengan dinding tidak beraturan
dan tidak ada kutub janin.
Perdarahn retrochorionic yang luas (>25% ukuran kantung
gestasi).
Frekuensi DJJ yang perlahan (<85 detik per menit).
PENATALAKSANAAN
Penilaian awal
Untuk penangan yang memadai, segera lakukan penilaian dari :
a. Keadaan umum pasien
20
b. Tanda-tanda syok seperti pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik <90
mmHg, nadi >112 x/menit
c. Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut bawah, adanya cairan
bebas dalam cavum pelvis pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu.
d. Tanda-tanda infeksi atau sepsis seperti demma tinggi, sekret berbau pervaginam,
nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang portio, dehidrasi, gelisah,
atau pingsan.
e. Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat ditatalaksana pada fasilitas
kesehatan setempat atau dirujuk (setelah dilakukan stabilisasi).
Penangan spesifik
Abortus inkomplit
Pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keadaan umum dan
mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi untuk kemudian disiapkan untuk tindakan
kuretase. Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila kita ragu dengan diagnosis secara klinis.
Besar uterus sudah lebih kecil dari umur kehamilan dan kantong gestasi sudah sulit
dikenali, di kavum uteri tampak massa hiperekoik yang bentuknya tidak beraturan.
Bila terjadi perdarahan hebat dianjurkan segera mengeluarkan sisa hasil konsepsi
secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera
dikeluarkan, kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti.
Selanjutnya dilakukan kuretase. Tindakan kuretase harus dilakukan secara hati-hati sesuai
dengan keadaan umum ibu dan besarnya uterus. Pasca tindakan perlu diberikan uterotonika
parenteral ataupun per oral dan antibiotika.
Hasil konsepsi yang terperangkap dalam serviks yang disertai perdarahan hingga
ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau cunam ovum, setelah itu
evaluasi perdarahan :
Bila perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau
misoprostol 400 mg per oral.
21
Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi
dengan AVM atau D&K (pilihan tergantung usia gestasi,
pembukaan serviks, dan keberadaan bagian-bagian janin).
Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotik profilaksis (Ampisilin 500 mg
atau doksisiklin 100 mg per oral).
Bila terjadi infeksi, beri ampisilin 1 gr dan metronidazole 500 mg setiap 8 jam.
Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi dibawah 16 minggu segera lakukan
evakuasi dengan AVM.
Bila pasien tampak anemis berikan sulfas ferosus 600 mg perhari selama 2
minggu (anemia sedang) dan bisa transfusi darah (anemia berat).
Pada beberapa kasus abortus inkomplit erat kaitannya dengan abortus tidak aman, oleh
sebab itu perhatikan hal-hal berikut :
Pastikan tidak ada komplikasi berat seperti sepsis, perforasi uterus, atau cidera
intra abdomen (mual/muntah, nyeri punggung, demam, perut kembung, nyeri
perut bawah, dinding perut tegang, nyeri ulang lepas).
Berikan booster tetanus toksoid 0,5 ml bila tampak luka kotor pada dinding
vagina atau kanalis servikalis dan pasien pernah diimunisasi.
Bila riwayat pemberiaan imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus (ATS)
1500 unit IM diikuti dengan pemberian tetanus toksoid 0,5 ml setelah 3
minggu.
Konseling untuk kontrasepsi pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi, dan
syok.
a. Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi
dan jika perlu diberikan transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi
apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b. Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperetrofleksi. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi dan
22
tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau jika perlu
lakukan histerektomi.
c. Infeksi dapat diberikan atibiotik berspektrum luas.
d. Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena
infeksi berat (syok endospetik).
BAB IV
KESIMPULAN
23
A. KESIMPULAN KASUS
Berdasarkan analisa kasus, maka dapat ditegakkan diagnosis Abortus inkomplit
manifestasi klinis :
1. Wanita 33 tahun
2. G4P3A0, hamil 2 bulan
3. Keluhan keluar darah dari jalan lahir
4. Pada status ginekologi ditemukan pada pemeriksaan dalam portio tebal lunak,
pembukaan 1-2 cm, perdarahan (+) sedikit, stosel (+)
5. Interpretasi USG menujukkan terdapat sisa konsepsi pada cavum uteri
6. Kesan Abortus inkomplit
B. KESIMPULAN TINJAUAN PUSTAKA
1. Abortus inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum
uteri dan masih ada yang tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang pada
umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram
(Prawirorahardjo, 2009)
2. Insiden abortus inkomplit belum diketahui secara pasti, namun demikian
disebutkan sekitar 60% dari wanita hamil dirawat dirumah sakit dengan
perdarahan akibat mengalami abortus inkomplit. Inisiden abortus spontan
secara umum disebutkan sebesar 10% dari seluruh kehamilan
Resiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas
disamping dengan semakin lanjutnya usia ibu serta ayah
DAFTAR PUSTAKA
24
Cunningham, Gary. F. 2010. Williams Obstetry. Edisi 23 Cetakan Pertama. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Eeden, S., 2005. Ectopic Pregnancy Rate and Treatment Utilization in a Large Managed
Care Organization. California 1997-2000. Jurnal Obstetrics and Gynecology, vol
105, hal 1052-1057.
Wiknjosastro, H., 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat Cetakan Ketiga, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.
Wiknjosastro, H., 2011. Ilmu Bedah Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, Jakarta.
25