Upload
anonymous-mhtvhmn4ve
View
32
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
rehab medik
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Osteoartritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yang
berarti sendi dan itis yang berarti inflamasi. Osteoartritis adalah penyakit sendi degeneratif
yang ditandai dengan kerusakan rawan sendi dan tulang subkondral dan menyebabkan nyeri
pada sendi. Osteoartritis merupakan masalah kesehatan yang sering ditemui dalam praktik
sehari-hari. Osteoartritis diketahui dialami sepertiga populasi diatas usia 65 tahun dan
merupakan satu dari lima penyebab disabilitas utama pada populasi usia lanjut di Amerika
Serikat. World Health Organization (WHO) memperkirakan 25% dari orang yang berumur
65 tahun di dunia menderita osteoartritis. Studi geografis yang dilakukan di Amerika dan
Eropa pada penduduk usia 45 tahun keatas, mendapatkan prevalensi osteortritis lutut sebesar
14% pada laki-laki dan 22,8% pada wanita. Di Indonesia sendiri kasus osteoartritis
merupakan kasus penyakit reumatik yang paling sering ditemui, prevalensinya mencapai 5%
pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun dan 65% pada usia >61 tahun, untuk
osteoartritis lutut prevalensinya cukup tinggi yaitu 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita
yang berumur antara 40-60 tahun.1-3
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit dengan progresitifitas yang lambat, dengan
etiologi yang tidak diketahui dan dapat mengenai berbagai sendi namun umumnya mengenai
sendi yang banyak menahan beban seperti sendi panggul dan sendi lutut. Prevalensi
osteoartritis lutut ini diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
prevalensi faktor resiko osteoatritis seperti obesitas, kelemahan otot, aktifitas fisik yag
berlebihan atau kurang, trauma sebelumnya, penurunan fungsi proprioseptik, faktor
keturunan menderita OA dan faktor mekanik. Faktor resiko tersebut mempengaruhi
progresitifitas kerusakan rawan sendi dan pebentukan tulang yang abnormal. Karateristik OA
ditandai dengan keluhan nyeri sendi dan gangguan pergerakan yang terkait dengan derajat
kerusakan pada tulang rawan.4
Sampai saat ini belum ada terapi yang dapat menyembuhkan OA. Penatalaksanaan
terutama ditujukan pada pengendalian/menghilangkan nyeri, memperbaiki gerak dan fungi
sendi, mengurangi keterbatasan aktivitas fisik sehari-hari serta meningkatkan kualitas hidup.4
Destruksi tulang menimbulkan nyeri, sehingga penderita membatasi pergerakan pada
sendi itu, berarti juga membatasi kontraksi otot yangbersangkutan. Keadaan ini berakibat
menurunnya kekuatan otot, yang berdampak pada berkurangnya stabilitas sendi dan
kemampuan sendi untuk meredam beban. Dampak ini menimbulkan rasa nyeri pada
1
pergerakan, sehingga terjadi siklus antara nyeri dan menurunnya kekuatan otot, faktor timbal
balik yang saling menunjang memperberat kondisi. Terjadi keadaan instabil pada sendi lutut,
yang cenderung memberat dan menimbulkan deformitas berupa deviasi sendi lutut pada
bidang frontal. Derajat deviasi ini akan semakin nyata seiring dengan memberatnya
instabilitas sendi lutut. Terjadi disabilitas kronis, yang berdampak negatif pada kualitas hidup
penderita. Upaya menurunkan disabilitas dapat dilakukan dengan dengan program rehabilitas
medik untuk mengurangi rasa nyeri dan mencegah kecacatan.5
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Osteoartritis (OA) adalah suatu kondisi sendi yang ditandai dengan kerusakan dan
hilangnya kartilago artikular yang berakibat pada pembentukan osteofit, rasa sakit,
pergerakan yang terbatas dan deformitas. Inflamasi persendian terjadi disebabkan oleh
penipisan dan kerusakan tulang rawan. OA dapat terjadi disemua sendi ditubuh tetapi
paling sering pada persendian yang menumpu berat badan seperti di pinggul, lutut,
tangan, kaki dan tulang belakang.6
2. Anatomi
Tulang pembentuk sendi lutut
Sendi lutut dibentuk oleh tulang femur, tulang tibia fibula dan tulang patella.
a. Tulang Femur
Tulang femur merupakan tulang pipa terpanjang di dalam tulang kerangka
pada bagian pangkal yang berhubungan dengan asetabulum membentuk kepala sendi
yang disebut kaput femoris. Di sebelah atas dan bawah dari kolumna femoris terdapat
taju yang disebut trokhanter mayor dan trokhanter minor, di bagian unjung
membentuk persendian lutut, terdapat dua tonjolan yang disebut kondilus medianus
dankondilus lateralis. Diantara kedua kondilus ini terdapat lekukan tempat letaknya
tulang tempurung lutut (patella) yang disebut dengan fossa kondilus.
b. Tulang Tibia
Tulang tibia merupakan tulang yang bentuknya lebih kecil, pada bagian
pangkal melekat pada tulang fibula, pada bagian ujung membentuk persendian
dengan tulang kaki dan terdapat taju yang disebut tulang malleolusmedianus.
c. Tulang Fibula
Tulang fibula merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha yang
membentuk persendian lutut dengan tulang femur pada bagian ujungnya terdapat
tonjolan yang disebut tulang malleoluslateralis atau mata kaki luar.
3
d. Tulang Patella
Pada gerakan fleksi dan ekstensi patella akan bergerak pada tulang femur.
Jarak patella dengan tibia saat terjadi gerakan adalah tetap dan yang berubah hanya
jarak patella dan femur. Fungsi patella di samping sebagai perekatan otot-otot atau
tendon adalah sebagai pengungkit sendi lutut. Pada kondisi 90 derajat kedudukan
patella diantara kedua kondilus femur dan saat ekstensi maka patella terletak pada
permukaan anterior femur.
Ligamentum
Untuk fungsi stabilisasi pasif sendi lutut dilakukan oleh ligamen. Ligamen-
ligamen yang terdapat pada sendi lutut adalah ligamen cruciatum yang dibagi
menjadi dua yaitu ligamen cruciatum anterior dan ligamen cruciatum posterior.
Ligamen collateral yang juga dibagi menjadi dua bagian yaitu ligamen collateral
medial dan ligamen collateral lateral.
Ligamen cruciatum merupakan ligamen terkuat pada sendi lutut. Dinamakan ligamen
cruciatum karena saling menyilang antara satu dengan yang lain. Ligamen ini berada
pada bagian depan dan belakang sesuai dengan perlekatan pada tibia. Fungsi ligamen
ini adalah menjaga gerakan pada sendi lutut, membatasi gerakan ekstensi dan
mencegah gerakan rotasi pada posisi ekstensi, juga menjaga gerakan slide ke depan
dan ke belakang femur pada tibia dan sebagai stabilisasi bagian depan dan belakang
sendi lutut.
a) Ligamen cruciatum anterior
Ligamen cruciatum anterior membentang dari bagian anterior fossa
intercondyloid tibia melekat pada bagian lateral condylus femur yang berfungsi untuk
mencegah gerakan slide tibia ke anterior terhadap femur, menahan eksorotasi tibia
pada saat fleksi lutut, mencegah hiperekstensi lutut dan membantu saat rolling dan
gliding sendi lutut.
b) Ligamen cruciatum posterior
Ligamen cruciatum posterior merupakan ligamen yang lebih pendek
dibanding dengan ligamen cruciatum anterior. Ligamen ini berbentuk kipas
membentang dari bagian posterior tibia ke bagian depan atas dari fossa
intercondyloid tibia dan melekat pada bagian luar depan condylus medialis femur.
4
Ligamen ini berfungsi untuk mengontrol gerakan slide tibia ke belakang terhadap
femur, mencegah hiperekstensi lutut dan memelihara stabilitas sendi lutut.
c) Ligamen Collateral medial
Ligamen collateral medial merupakan ligamen yang lebar, datar dan
membranosus bandnya terletak pada sisi tengah sendi lutut. Ligamen ini terletak lebih
posterior di permukaan medial sendi tibiofemoral yang melekat di atas epicondylus
medial femur di bawah tuberculum adduktor dan ke bawah menuju condylus medial
tibia serta pada medial meniscus. Ligamen ini sering mengalami cidera dan fungsinya
untuk menjaga gerakan ekstensi dan mencegah gerakan ke arah luar.
d) Ligamen Collateral lateral
Ligamen collateral lateral merupakan ligamen yang kuat dan melekat di atas
epicondylus femur dan di bawah permukaan luar caput fibula. Fungsi ligamen ini
adalah untuk mengawasi gerakan ekstensi dan mencegah gerakan ke arah medial.
Dalam gerak fleksi lutut ligamen ini melindungi sisi lateral lutut.
Kapsul Sendi
Tulang-tulang pembentuk sendi dihubungkan satu dengan lainnya oleh
selubung yang disebut kapsula artikularis sebagai pembungkus yang mengelilingi
permukaan-permukaan sendi dan membungkus rapat ruang sendi yang terdapat
diantara tulang-tulang tersebut. Lapisan luar kapsula arikularis (laminafibrosa)
merupakan salah satu struktur penting yang mengikat tulang-tulang pembentuk sendi.
Laminafibrosa dapat menahan regangan yang kuat. Lapisan dalam kapsula artikularis
(laminasynovial) dibentuk oleh membranesynovial yang mensekresikan
cairansynovial (synovia) ke dalam ruang sendi ujung articular tulang masanya
membesar danmempunyai lapisan luar tulang yang tipis tetapi padat (kompakta),
disebelah dalamnya terdapat anyaman tulang spongiosa. Kapsul sendi lutut ini
termasuk jaringan fibrosus yang avascular sehingga jika cidera sulit proses
penyembuhan.
a. Kartilago artikularis/tulang rawan
Pada sebagian besar sendi orang dewasa berjenis kartilago hyaline dan
merupakan jaringan yang avaskular, alymphatik dan aneural yang menutupi
permukaan pesendian dari tulang panjang. Melekat pada tulang subkhondral. Fungsi
5
dari kartilago artikularis adalah sebagai bantalan penutup tulang pada sendi synovial,
yang memungkinkan :
- Menahan tekanan pada permukaan persendian.
- Mentransmisikan dan mendistribusikan beban yang meningkat.
- Mempertahankan kontak dengan tahanan gesek minimal.
b. Meniscus
Meniscus merupakan jaringan lunak, meniscus pada sendi lutut adalah
meniscuslateralis. Adapun fungsi meniscus adalah (1) penyebaran pembebanan (2)
peredam kejut (shockabsorber) (3) mempermudah gerakan rotasi (4) mengurangi
gerakan dan stabilisator setiap penekanan akan diserap oleh meniscus dan diteruskan
ke sebuah sendi.
c. Bursa
Bursa adalah kantong yang berisi cairan yang berfungsi menjaga agar tidak
terjadi gesekan secara langsung mungkin otot dengan otot, otot dengan tulang dan
otot dengan kulit. Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain : (1)
bursasubpopliteus, (2) bursasuprapatellaris, (3) bursainfrapatellaris superficialis,
(4) bursainfrapatellaris profunda, (5) bursasubpatellaris, (6) bursa prepatellaris, (7)
bursa m. semimembranosus.6
Gambar 1. Anatomi sendi lutut normal dan OA6
6
3. Klasifikasi
Klasifikasi OA berdasarkan lokasi sendi yang terkena
Klasifikasi ini digunakan dalam penatalaksanaa OA secara menyeluruh, baik secara
farmakologi maupun non farmakologi.
OA
Tangan
OA
Lutut
OA Kaki OA
Koksa
(Panggul)
OA
Vertebra
OA di
tempat
lain
OA
generalisat
a/sistemik
Nodus
Heberden
dan
Bouchard
(nodal)
Bony
enlarge
ment
Haluks
valgus
Eksentrik
(superior)
Sendi
apofiseal
Glenohum
eral
Meliputi 3
atau lebih
daerah
Artritis
eroif
interfalang
Genu
valgus
Haluks
rigidus
Konsentri
k (aksial,
medial)
Sendi
interverteb
ra
Akromiokl
avikular
Karpal-
metakarpal
I
Genu
varus
Jari
kontaktur
Difus
(koksa
senilis)
Spondilosi
s (osteofit)
Tibiotalar
Talonavik
ulare
Ligamentu
m
Saktoiliak
a
temporom
andbular
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada OA sesuai dengan lokasi sendi yang terkena
a) OA tangan
Dimulai saat usia 45 tahun. Postmenopause wanita > pria (10:1) keterlibatan faktor
genetik: riwayat penyakit dalam keluarga. OA tangan lebih sering mengenai sendi-
sendi distal interfalang, proksimal interfalang dan sendi karpometakarpal I dan jarang
mengenai sendi metakarpofangaeal, namun bila terkena pikirkan diagnosis banding:
adanya inflamasi atau atropati metabolik.
7
b) OA lutut
Mengenai kompartemen: medial tibiofemoral, lateral tibiofemoral dan bagian
femoropatellar.
c) OA panggul/koksa
OA panggul lebih sering ditemukan pada pria dibanding wanita dan dapat terjadi
unilateral atau bilateral . Gejala klinis: nyeri panggul secara klasik timbul saat berdiri
dan terkait dengan antalgic gait, nyeri terlokalisir pada buttock, regio groin dan
menjalar kebawah kebagian anterior. Kadang-kadang keluhan nyeri dirasakan pada
lutut. Nyeri pada malam hari dan kekakuan pada malam hari terkait dengan adanya
efusi pada sendi: OA panggul sering bersifat destruktif, ditandai dengan penilaian
Lequesne: adanya penyempitan celah sendi >2mm/tahun. Jarang ditemukan sklerosis
tulang dan osteofit. Diagnosis banding: OA sekunder pada panggul meliputi: displasia
kongenital, osteonekrosis avaskular dan adanya trauma sebelumnya.
d) OA vertebra
Umumnya mengenai vertebra servikal dan lumbal. Osteofit pada vertebra dapat
menyebabkan penyempitan foramen vertebra dan menekan serabut saraf, dapat
menyebabkan nyeri punggung-pinggang (back pain) disertai gejala radikular. Pada
kasus berat dapat terjadi hiperostotsis.
e) OA kaki dan pergelangan kaki
OA umumnya mengenai sendi I metatarsofalang. Gejala klinis: sulit berjalan dan kulit
diatasnya dapat meradang terutama bila memakai sepatu ketat. Dapat terjadi bursitis.
Deformitas valgus sering ditemukan, mungkin pula terdapat ankilosis pada sendi.
Gambaran radiologi pada kaki dan pergelangan kaki: dapat ditemukan osteofit,
meskipun pada pasien usia<40 tahun.
f) OA bahu
OA bahu lebih jarang ditemukan. Nyeri sulit dilokalisasi dan terjadi saat pergerakan,
keluhan nyeri pada malam hari. pada pemeriksaan fisik: terdapat keterbatasan gerak
pada pergerakan pasif.
g) OA siku
OA siku jarang ditemukan, umumnya terjadi sebagai akibat dari paparan getaran
berulang, trauma atau metabolik atropati.
h) OA temporomandibular
Ditandai dengan krepitus, kekakuan dan nyeri saat mengunyah, gejala serupa diatas
ditemukan pada sindroma disfungsi temporomandibular. Radiografi: gambaran OA
8
sering ditemukan. Diagnosis banding: Nyeri orofasial yang tidak berkesesuaian
dengan gambaran radiografi.2
4. Penyebab
Penyebab OA tidak jelas , tetapi OA sering dihubungkan dengan proses degeneratif dan
kemungkinan kondisi lain seperti penyakit metabolik seperti obesitas. Penyebab
osteoartritis bermacam-macam. Beberapa penelitian menunjukan adnaya hubungan
antara OA dengan reaksi alergi, infeksi dan invasi fungi (mikosis). Beberapa faktor
resiko terjadinya OA.2
Tipe OA Kuat Sedang Lemah
OA lutut Usia
Wanita
Aktifitas tinggi
Trauma sebelumnya
Terapi sulih hormon
Vitamin D
Merokok
Aligment
Kekuatan otot
quardricep
Olahraga yang
berlebihan
OA panggul Usia Aktifitas fisik
Tingginya BMI
Trauma
Olahraga berlebihan
5. Gejala klinis
Gejala OA berbeda-beda pada setiap orang. Beberapa orang hanya merasakan sakit
ringan dan kekakuan, pada orang lain gejalanya parah dan melumpuhkan.
Nyeri, ini adalah gejala awal dan biasanya diperparah oleh penggunaan sendi dan
berkurang dengan istirahat.
Kekakuan sendi sementara setelah masa istirahat (seperti bangun tidur di pagi
hari atau setelah duduk dalam waktu lama). Kekakuan cenderung menghilang
setelah menggunakan persendian selama 5-15 menit.
Pembengkakan dan kemerahan pada persendian.
Kelemahan otot-otot disekitar sendi yang terkena, kadang-kadang menimbulkan
perasaan ketidakstabilan sendi.
Pengurangan mobilitas dan fleksibilitas sendi.
Perasaan atau suara berderak ketika menggerakan sendi.
Kesulitan menggunakan persendian.
9
Bunyi pada setiap persendian (krepitus). Gejala ini tidak menimbulkan rasa sakit.
Hanya rasa tidak nyaman pada sendi.
Perubahan bentuk tulang. Ini akibat jaringan tulang rawan yang semakin rusak,
tulang mulai berubah bentuk dan meradang. Menimbulkan rasa sakit yang amat
sangat.
Khusus pada lutut nyeri muncul oleh karena adanya gerakan lutut, tandanya
seperti sendi terkunci, nyeri saat beraktifitas.7
6. Patofisiologi
Perubahan yang terjadi pada OA adalah ketidakrataan rawan sendi disusul
ulserasi dan hilangnya rawan sendi sehingga terjadi kontak tulang dengan tulang dalam
sendi disusul dengan terbentuknya kista subkodral, osteofit pada tepi tulang dan reaksi
radang pada membran sinovial. Pembengkakan sendi serta teregangnya ligament
menyebabkan ketidakstabilan dan deformitas. Otot sekitar sendi menjadi lebih lemah
karena efusi sinofial dan disuse atrophy pada satus sisi dan spasme otot pada sisi lain.
Perubahan biomekanik ini disertai dengan biokimia dimana terjadi gangguan
metabolisme kondrosit, gangguan biokimia matrik akibat terbentuknya enzim
metalloproteinase yang memecah proteoglikan dan kolagen. Meningkatkan aktifiatas
substansi p sehingga meningkatkan noreceptor dan menimbulkan nyeri.
Gangguan gerak dan fungsi pada OA sendi lutut
Nyeri, nyeri pada OA lutut disebabkan oleh penkanan permukaan sendi yang
telah mengelupas rawan sendinya, sisa inflamasi berupa zat algogen yang
merupakan zat iritan nyeri, regangan jaringan lunak yang kontraktur, iritasi
jaringan lunak oleh osteofit
Kekakuan, kekakuan pada OA disebabkan oleh fregmentasi dan terbelahnya
kartilago persentian, lesi permulaan disusul oleh proses pemusnaan kartilago
secara progresif
Krepitasi, krepitasi atau bunyi “krek” pada sendi lutut disebabkan oleh
permukaan sendi yang kasar karena degradasi rawan sendi
Instabilitas, instabilitas sendi lutut disebabkan oleh penyempitan sela sendi, jarak
permukaan sendi menurun, ligamen lebih panjang dari sebelumnya
Kelemahan otot, adanya inaktivitas akibat imobilisasi dan keterbatasan gerakan,
penurunan jumlah motor unit dan aktifitas neurontransmiter, gangguan sirkulasi
10
pada otot serta berkurangnya kualitas otot akibat proses degenerasi dan penuaan
akan menyebabkan kelemahan otot
Deformitas, akibat kendornya kapsul ligamen atau penurunan elastisitas jaringan
lunak sekitar sendi
Mekanisme timbulnya nyeri pada OA lutut
Pada OA akan terjadi kerusakan tulang rawan sendi secara progresif, akibatnya
akan menipis, retak-retak dan akhirnya mengelupas. Apabila terjadi penekanan atau
gesekan pada permukaan sendi akan menimbulkan nyeri karena adanya benturan antara
tulang dengan tulang sehingga mengiritasi ujung saraf pada permukaan sendi tersebut.
Kerusakan yang terjadi pada persendian juga menimbulkan radang, dimana sel-sel akan
melepaskan zat algogen (histamin, bradikinin, prostaglandin) sehingga terjadi
penumpukan zat-zat tersebut. Sementara zat-zat ini merupakan jenis zat iritan yang
dapat meningkatkan sensitifitas noreseptor sehingga menimbulkan nyeri.
Adanya osteofit atau pembentukan tulang baru pada dasar lesi tulang rawan
sendi atau pada tepi persendian akan mengakibatkan iritasi pada jaringan lunak dan
saraf sekitar persendian tersebut akhirnya menimbulkan nyeri. Rasa nyeri pada lutut
akan menghambat atau menggangu terjadinya suatu gerakan sehingga penderita
cenderung tidak menggerakan sendinya (hipomobile). Pada tahap ini akan terjadi proses
penurunan mikrosirkulasi, penurunan kadar cairan glikoaminoglikan, penurunan
elastisitas jaringan lunak sekitar sendi oleh adanya fibrosis yang disebabkan oleh
pembentukan dan penimbunan kolagen yang berlebihan yang menbentuk pola acak
sehingga mengakibatkan terjadinya kapsula kontraktur dan menimbulkan nyeri regang
dan spasme otot.8
7. Klasifikasi diagnosis OA berdasarkan kriteria American College of Rheumatology
(ACR)2
Kriteria diagnosis OA lutut
11
Klinis Klinis dan Laboratorik Klinis dan Radiografi
Nyeri lutut + minimal 3
dari 6 kriteria berikut :
Nyeri lutut + minimal 5
dari 9 kriteria berikut :
Nyeri lutut + minimal 1
dari 3 kriteria berikut :
Umur > 50 tahun Umur > 50 tahun Umur > 50 tahun
Kaku pagi < 30
menit
Kaku pagi < 30
menit
Kaku pagi < 30
menit
Krepitus Krepitus Krepitus + osteofit
Nyeri tekan Nyeri tekan
Pembesaran tulang Pembesaran tulang
Tidak teraba panas
pada perabaan
sinovium dan sendi
lutut
Tidak teraba panas
pada perabaan
sinovium dan sendi
yang terkena
LED < 40 mm/jam
RF < 1 : 40
Analisis cairan
sendi normal
Kriteria diagnosis OA tangan
Berdasarkan kriteria klinis
Nyeri, ngilu dan kaku pada tangan + minimal 3 dari 4 kriteria dibawah ini :
Pembengkakan jaringan keras dari 2 atau lebih sendi distal interfalang kedua
dan ketiga
Pembengkakan jaringan keras dari 2 atau lebih sendi proksimal interfalang
kedua dan ketiga
Pembengkakan jaringan keras dari 2 atau lebih sendi pertama
karpometakarpofalang kedua tangan
Deformitas sedikitnya pada 1 dari 10 sendi-sendi tangan pada 2 dari kriteria
diatas
Kriteria diagnosis OA panggul
Kriteria Klinis dan Laboratoris Kriteria Klinis, Laboratoris,
Radiologis
Nyeri pada sendi panggul + minimal Nyeri pada sendi panggul + minimal 2
12
satu dari dua kriteria berikut : dari 3 kriteria berikut :
Rotasi internal sendi panggul <
15º disertai LED ≤ 45 mm/jam
atau fleksi sendi panggul ≤ 115º
(jika LED sulit dilakukan)
LED < 20 mm/jam pertama
Rotasi internal sendi panggul ≥
15º disertai nyeri terkait
pergerakan rotasi internal sendi
panggul, kekakuan sendi
panggul pagi hari ≤ 60 menit dan
usia ≥ 50 tahun
Osteofit pada femoral dan atau
asetabulum pada gambaran
radiologis
Penyempitan celah sendi secara
radiologis (superior, axial, dan
atau medial)
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi foto polos lutut
Pemeriksaan laboratorium darah
Analisa cairan sendi
Pemeriksaan Radiologis
Derajat kerusakan sendi berdasarkan gambaran radiologis kriteria Kellgren &
Lawrence:
13
(A) (B)
(C) (D)
Gambar 2. Kriteria Kellgren and Lawrence
(A) Derajat 1 . (B) Derajat 2. (C) Derejat 3. (D )Derajat 4.9
1. Derajat 0 : radiologi normal.
2. Derajat 1 : penyempitan celah sendi meragukan.
3. Derajat 2 : osteofit dan penyempitan celah sendi yang jelas.
4. Derajat 3 : osteofit sedang dan multipel, penyempitan celah sendi, sklerosis
sedang dan kemungkinan deformitas kontur tulang.
5. Derajat 4 : osteofit yang besar, penyempitan celah sendi yang nyata, sklerosis
yang berat dan deformitas kontur tulang yang nyata.9
9. Penatalaksanaan2
Penatalaksanaan OA dimodifikasi bedasarkan guideline ACR
Tahap pertama
Terapi Non farmakologi
A. Edukasi pasien
B. Program penatalaksanaan mandiri: modifikasi gaya hidup
14
C. Bila berat badan berlebihan (BMI >25), program penuruna berat badan, minimal
penurunan 5% dari berat badan, dengan target BMI 18,5-25
D. Program latihan aerobik
E. Terapi fisik meliputi latihan perbaikan lingkup gerak sendi, penguatan otot-otot
(quadrisep) dan alat bantu gerak sendi
F. Terapi okupasi meliputi proteksi sendi dan konservasi energi menggunakan splint
dan alat bantu gerak sendi untuk aktifitas fisik sehari-hari
Tahap kedua
Terapi farmakologis (lebih efektif dikombinasi dengan terapi nonfarmakologis diatas)
Untuk OA dengan gejala nyeri ringan hinga sedang, dapat diberikan salah satu
obat berikiu ini, bila tidak terdapat kontraindikasi pemberian obat tersebut:
a. Acetaminophen (kurang dari 4 gram per hari)
b. Obat anti inflamasi non steroid (OAINS)
Untuk OA dengan gejala nyeri ringan hingga sedang yang memiliki resiko pada
sistem pencernaan (usia >60 tahun, disertai penyakit komorbid dengan
polifarmaka, riwayat ulkus peptikum, riwayat perdarahan saluran cerna,
mengkonsumsi obat kortikosteroid dan aatau antikoagulan) dapat diberikan salah
satu obat berikut ini:
a. Acetaminophen (kurang dari 4 gram per hari)
b. masi non steroid (OAINS) topikal
c. Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) non selektif dengan oemberia
obat pelindung gaster.
Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) harus dimulai degan dosis analgesik rendah
dan dapat dinaikkan hingga dosis maksimal hanya bila dosis rendah respon kurang
efektif. Pemberian OAINS lepas bertahap (misalnya Na diklofenak SR75 atau
SR100) agar dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan kenyamanan dan kepatuhan
pasien.
Penggunaan misoprostol atau proton pump inhibitor dianjurkan pada penderita yang
memiliki faktor resiko kejadian perdarahan sistem gastroinstestinal bagian atas
dengan adnaya ulkus daluran pencernaan.
15
Untuk nyeri sedang hingga berat, dan disertai pembengkakan sendi, aspirasi dan
tindakan injeksi glukokortikoid intraartikular (misalnya triamsinolone hexatonide 40
mg) untuk penanganan nyeri jangka pendek (satu sampai tiga minggu) dapat
diberikan, selain pemberian oabt anti inflamasi non steroid (OAINS).2
10. Tes-tes provokasi
Tes McMurray
Tes ini merupakan tindakan pemeriksaan untuk mengungkapkan lesi
meniskus. Pada tes ini penderita berbaring terlentang. Dengan satu tangan pemeriksa
memegang tumit penderita dan tangan lainnya memegang lutut. Tungkai kemudian
ditekuk pada sendi lutut. Tungkai bawah eksorotasi/ endorotasi dan secara perlahan-
lahan diekstensikan. Kalau terdengar bunyi “klek‟ atau teraba sewaktu lutut
diluruskan, maka meniskus medial atau bagian posteriornya yang mungkin terobek.9
Gambar 3. Pemeriksaan McMurray.10
Anterior Drawer Test
Merupakan suatu tes untuk mendeteksi ruptur pada ligamen cruciatum
anterior. Penderita harus dalam posisi terlentang dengan panggul fleksi 45˚.Lutut
fleksi dan kedua kaki sejajar. Caranya dengan menggerakan tulang tibia ke atas maka
akan terjadi gerakan hiperekstresi sendi lutut dan sendi lutut akan terasa kendor.
Posisi pemeriksa di depan kaki penderita. Jika terdorong lebih dari normal, artinya tes
drawer positif.9
16
Gambar 4. Pemeriksaan Anterior Drawer Test.10
Posterior Drawer Test
Posterior Drawer Testsama halnya dengan Anterior Drawer Test, hanya saja
menggenggam tibia kemudian didorong kearah belakang.9
Gambar 5. Pemeriksaan Posterior Drawer Test.10
Lachman Test
Test Lachman dikelola dengan meletakkan lutut pada posisi fleksi kira-kira
dalam sudut 300, dengan tungkai diputar secara eksternal. Satu tangan dari
pemeriksaan menstabilkan tungkai bawah dengan memegang bagian akhir atau ujung
distal dari tungkai atas, dan tangan yang lain memegang bagian proksimal dari tulang
tibia, kemudian usahakan untuk digerakkan ke arah anterior.9
Gambar 6. Pemeriksaan Lachman.10
17
Appley Compresion Test
Tes ini dilakukan untuk menentukan nyeri lutut yang disebabkan oleh
robeknya meniskus. Penderita dalam posisi berbaring tengkurap lalu tungkai bawah
ditekukkan pada sendi lutut kemudian dilakukan penekanan pada tumit pasien.
Penekanan dilanjutkan sambil memutar tungkai ke arah dalam (endorotasi) dan luar
(eksorotasi). Apabila pasien merasakan nyeri di samping medial atau lateral garis
persendian lutut maka lesi pada meniskus medial dan lateral sangat mungkin ada.9
Gambar 7. Pemeriksaan Appley Compresion Test.10
Appley Distraction Test
Tes ini dilakukan untuk membedakan lesi meniskal atau ligamental pada
persendian lutut.Tindakan pemeriksaan ini merupakan kelanjutan dari Appley
Comppresion Test. Lakukan distraksi pada sendi lutut sambil memutar tungkai bawah
keluar dan kedalam dan lakukan fiksasi. Apabila pada distraksi eksorotasi dan
endorotasi itu terdapat nyeri maka hal tersebut disebabkan oleh lesi di ligamen.9
Gambar 8. Pemeriksaan Appley Distraction Test.10
Valgus Stress Test
18
Tes ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya cedera pada ligamen
collateral medial. Pemeriksaan dilakukan dengan memfleksikan sedikit sendi lutut.
Gunakan satu tangan untuk memfiksasi tungkai atas, sedangkan tangan yang lain
memberikan dorongan ke arah lateral (valgus stress) pada tungkai bawah. Hasil positif
bila terdapat jarak antara femur dan tibia sisi medial disertai rasa nyeri.
Varus stress test
Tes ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya cedera pada ligamen
collateral lateral. Pemeriksaan dilakukan dengan memfleksikan sedikit sendi lutut.
Gunakan satu tangan untuk memfiksasi tungkai atas, sedangkan tangan lain untuk
memberikan dorongan ke arah medial (varus stress) pada tungkai bawah. Hasil positif
bila terdapat jarak antara femur dengan tibia sisi lateral disertai rasa nyeri.
BAB III
LAPORAN KASUS
19
IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. S. W
Umur : 87 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Noongan, Langowan Barat
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
Agama : Kristen Protestan
Tanggal Pemeriksaan : 7 Juli 2015
ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Nyeri pada lutut kanan dan kiri
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri lutut kanan dan kiri dialami penderita sejak 10 tahun yang lalu, nyeri pertama
kali dirasakan pada lutut kanan terutama jika dingin, setelah istirahat atau duduk lama,
berjalan jauh dan naik turun tangga. Tetapi pada satu minggu terakhir ini bertambah nyeri
bila penderita berjalan terlalu jauh dan berdiri terlalu lama, nyeri berkurang jika penderita
istirahat dan minum obat penghilang nyeri. Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk,
nyeri tidak menjalar, hanya pada lutut. Lutut juga terasa kaku pada pagi hari kurang
lebih 10 menit. Nyeri dirasakan bergantian antara lutut kanan dan lutut kiri. Penderita
mendengar ada bunyi “krek” pada lutut saat akan mulai berjalan. Buang air besar dan
buang air kecil seperti biasa. Riwayat bengkak dan kemerahan pada lutut tidak ada.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Peningkatan berat badan dirasakan penderita setelah melahirkan anak keempat ± 50
tahun lalu. Riwayat penyakit asam urat diketahui penderita sejak 10 tahun terakhir dan
penderita teratur mengkonsumsi obat allopurinol. Riwayat penyakit hipertensi, jantung,
ginjal, hati belum pernah dialami penderita.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga.
20
5. Riwayat Kebiasaan
Penderita adalah seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari bekerja memasak.
Dulunya penderita biasa mencuci pakaian, membersihkan rumah dan mengangkat air,
namun sudah berhenti karena usia lanjut. Kebiasaan berkebun tidak ada, olahraga tidak
ada, dan tidak merokok.
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita adalah seorang janda, yang tinggal dirumah tradisional2 lantai dengan
kamar mandi yang terletak di sebelah kamar. Penderita tinggal bersama anaknya dan
mempunyai 4 anak yang sudah berkeluarga. Suami penderita adalah seorang pensiunan
tentara.Waterclosed (WC) yang digunakan adalah WC duduk. Sumber air adalah sumur
bor atau pompa. Sumber listrik berasal dari PLN. Biaya hidup sehari-hari cukup, biaya
pengobatan ditanggung oleh pemerintah menggunakan jaminan kesehatan masyarakat
(ASKES).
7. Riwayat Psikologis
Penderita merasa cemas dengan nyeri yang dirasakan, karena mengganggu
aktivitas kehidupan sehari-hari dan pekerjaannya. Karena nyeri yang dirasakan penderita
tidak dapat berjalan dan berdiri lama. Penderita bersifat terbuka dan komunikatif.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Tanggal 30Juni 2015
Keadaan Umum : Karnofsky Performance Scale: 70(mampu merawat diri sendiri, tetapi
tidak dapat beraktivitas normal atau bekerja)
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M6V5
Tanda vital : Tekanan darah = 140/90 mmHg
Nadi = 88 kali/menit, reguler, isi cukup
Respirasi = 22 kali/menit
Suhu badan = 36,5OC
Berat badan : 69 kg
Tinggi badan : 149 cm
21
Indeks massa tubuh : 31,08 (Obese 2)
Visual Analogue Scale (VAS) genu dexstra, 7 juli 2015
0 X 10
5 (Dinamis)
Visual Analogue Scale (VAS) genu sinistra, 7 juli 2015
0 X 10
8 (Dinamis)
Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-),
Pupil bulat isokor Ø 3 mm kiri = kanan,
Refleks cahaya langsung (+/+),
Refleks cahaya tidak langsung (+/+)
Leher : Trakea letak tengah,
Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thoraks :
Cor : I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis tidak teraba
P: Batas jantung kanan ICS IV linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri ICS V linea midclavikularis sinistra
A: SuaraI-II normal, bising (-), gallop (-)
Pulmo : I: Simetris kiri=kanan, retraksi (-)
P: Stem fremitus kiri=kanan
P: Sonor kiri=kanan
A: Suara pernapasan vesikuler, ronkhi (-/-),wheezing (-/-)
Abdomen : I: Cembung
P: Lemas, nyeri tekan (-), Hepar/Lien: Tidak teraba
P: Timpani
A: Bising usus (+) normal
Ekstremitas :Akral hangat, edema (-)
2. Status Lokalis
Extremitas inferior regio genu dekstra dan sinistra :
22
Inspeksi : Rubor (-/-), edema (-/-), deformitas (-/-)
Palpasi : Nyeri tekan (+), krepitasi (+/+)
Movement : Nyeri gerak aktif (+), nyeri gerak pasif (+), terbatas pada genu sinistra.
3. Pemeriksaan Neuromuskular
Ekstremitassuperior Ekstremitas inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Gerakan Normal Normal Normal Normal
Kekuatan otot 5/5/5/5 5/5/5/5 5/5/5/5 5/sde/5/5
(nyeri)
Tonus otot Normal Normal Normal Normal
Refleks Fisiologis + N + N + N + N
Refleks Patologis - - - -
Sensibilitas Normal Normal Normal Normal
4. Lingkup Gerak Sendi (LGS) regio genu dextra dan sinistra
Dextra Sinistra
Normal
Aktif Pasif Aktif Pasif
Fleksi 0-135º 0-135º 0-100º Sde
(nyeri))
1350
Ekstensi 0-0º0-0º
0-0º Sde
(nyeri)
00
Dextra Sinistra Normal
ALL 87 87
TLL 81 81
Q angle 140 140 13-18º
Lingkar Paha 63 63
Lingkar Betis 51 51
5. Tes Provokasi
23
Jenistes Dextra Sinistra
Ballotement - Sde (nyeri)
Medial stress test - Sde (nyeri)
Lateral stress test - Sde (nyeri)
Anterior drawer - Sde (nyeri)
Posterior drawer - Sde (nyeri)
Lachman - Sde (nyeri)
McMurray - Sde (nyeri)
Appley compression - Sde (nyeri)
Appley distraction - Sde (nyeri)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium (28 Mei 2015)
MCH : 31 pg
MCV : 93 fl
MCHC : 33 gr/dL
Leukosit : 5.333 / uL
Eritrosit : 4,43 ×106/uL
Hb : 13,6 gr/dL
Ht : 41,3%
Trombosit : 148.000uL
Ureum : 26 mg/dL
Creatinin : 0,7 mg/dL
GDP : 107mg/dL
Asam urat : 7,5 mg/dL
Kolesterol total : 174 mg/dL
HDL : 53 mg/dL
LDL : 98 mg/dL
Trigliserida : 113 mg/dL
24
Protein total : 7,38 mg/dL
Albumin : 4,32 gr/dL
Globulin : 3,06 g/dL
Pemeriksaan Laboratorim (16 Juni 2015)
Fosfor : 3,6 mg/dL
SGOT : 33 U/L
SGPT : 16 U/L
Natrium : 143 mEq/L
Kalium : 4,72 mEq/L
Klorida : 104,2 mEq/L
Magnesium : 1,92 mg/dL
Kalsium : 9,26 mg/dL
Resume
Wanita 87 tahun, dengan keluhan utama nyeri lutut kanan dan kiri, nyeri bersifat
hilang timbul. Kaku pagi hari (+) ± 10 menit, riwayat lutut berbunyi “krek” (+), riwayat asam
urat (+).
Tanda vital TD : 140/90 mmHg, N : 88 kali/menit, regular, isi cukup, R : 22 kali/menit, S :
36,5ºC, IMT 31,08 (obese 2),VAS dextra 5, VAS sinistra 8.
Krepitasi (+/+), nyeri tekan (+) sinistra, keterbatasan LGS lutut sinistra fleksi aktif : 0-
100º(karena nyeri).
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Osteoartritis genu dekstra et sinistra
Diagnosis Topis : Kartilago subkondral
Diagnosis Etiologi : Degeneratif
Diagnosis Fungsional :
a. Impairment : Nyeri genu dekxtra et sinistra
b. Disability : Gangguan Aktifitas kehidupan sehari-hari(AKS) tidak bisa
berjalan dan berdiri dalam waktu yang lama
c. Handicap : (-)
Advice : Konsul poli gizi
PROBLEM REHABILITASI MEDIK
1. Nyeri genu sinistra(VAS = 8)
25
2. Nyeri genu dextra (VAS = 5)
3. Gangguan aktifitas kehidupan sehari-hari (berdiri dan berjalan lama)
4. Kecemasan
TATALAKSANA
1. Program Pengobatan :
Paracetamol 3x500 mg (jika nyeri)
2. Program Rehabilitasi Medik.
a. Fisioterapi
1) Evaluasi :
a) Nyeri lutut (VAS genudextra = 5, VAS genu sinistra = 8)
b) Keterbatasan LGS (Genu sinistra fleksi aktif 0 – 100º, fleksi pasif sukar
dievaluasi, ekstensi pasif sukar dievaluasi karena nyeri)
2) Program:
a) TENSgenu sinistra
b) Diberikan latihan penguatan pada m.quadriceps dextra et sinistrasetelah
nyeri berkurang
c) Peregangan pada m. hamstring dextra et sinistra setelah nyeri berkurang
d) Latihan LGS pada genu dextra et sinistra
b. Okupasi terapi
1) Evaluasi :
a) Gangguan AKS (berdiri, berjalan)
2) Program:
a) Latihan atau edukasi melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan
prinsip mengurangi beban pada sendi lutut (joint protection).
b) Edukasi lingkungan rumah
c. Ortotik Prostetik
1) Evaluasi :
a) Nyeri lutut kanan dan kiri
b) Gangguan AKS
c) Tidak terdapat deformitas tetapi terdapat masalah obesitas
2) Program:
26
Penggunaan knee brace untuk genu dextra et sinistra
d. Psikolog
1) Evaluasi : penderita merasa cemas dengan sakitnya.
2) Program: memberi dukungan kepada penderita agar rajin berlatih di rumah dan
kontrol secara teratur, memberi dukungan mental kepada penderita dan
keluarga agar tidak cemas dengan penyakit yang dideritanya.
e. Sosial medik
1) Evaluasi:
a) Tempat tinggal dengan rumah 2 lantai
b) Biaya hidup sehari-hari cukup, biaya pengobatan ditanggung oleh
pemerintah menggunakan jaminan kesehatan masyarakat (ASKES).
2) Program:
a) Memberikan edukasi pada penderita untuk memindahkan kamar tidur di
lantai dasar.
b) Memberikan edukasi pada penderita dan keluarga mengenai penyakit
penderita dan memberikan dukungan agar penderita rajin melakukan
terapi dan home program.
f. Home program atau edukasi
1) Mengurangi aktivitas yang berdampak besar pada lutut seperti naik turun
tangga, berjalan lama, serta berdiri dalam waktu yang lama.
2) Posisi kaki lebih banyak diluruskan saat duduk (jangan ditekuk).
3) Kompres dengan es pada lutut.
4) Kontrol ke poli rehabilitasi medik secara rutin.
5) Mengurangi berat badan
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad fungtionam : Dubia
Qua ad sanationam : Dubia ad Bonam
DAFTAR PUSTAKA
27
1. Koentjoro SL. Hubungan Antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan Derajat
Osteoartritis Lutut Menurut Kellgren dan Lawrence. Dalam Karya Tulis Ilmiah. 2010.
Hal. 2-5
2. Kalim H, dkk. Diagnosis dan penatalaksanan osteoartritis. Dalam buku rekomendasi
IRA untuk diagnosis dan penatalaksanaan osteoartritis, hal 1-42.
3. Adriyasa K, Putra TR. Kolerasi Antara Derajat Beratnya Osteoarthritis Lutut dan
Cartilage oligomeric matrix protein serum. J Peny Dalam. Vol 13: 1; 10-19
4. Bunga PA. Pengelolaan Pasien Osteoarthritis Genu, Hipertensi grade II dan Obesitas
grade I Dengan Pendekatan Medis dan Perilaku. Medula. Vol 1: 3;52-60
5. Karma A. Penggunaan Knee Brace Menghambat Deformitas Pada Osteoartritis.
Jurusan Ortotik Prostetik, Polterkes Kemenkes, Jakarta (cited 30 juni 2015)
6. Lukum EM, Ilyas M, Murtala B. Hubungan Derajat Nyeri Berdasarkan Visual
Analogue Scale (VAS) dengan Derajat Radiologik Berdasarkan Kellgren Lawrence
Score pada Foto Konvensional Lutut Pasien Osteoarthritis Sendi Lutut.
7. Redyantoro. Modul Pelatihan Osteoarthritis Sendi Lutut untuk Tenaga Fisioterapi di
Puskesmas. Handicap International , Yogyakarta 2013: hal. 1-12
8. Suriani S, Lesmana I. Latihan Theraband lebih baik menurunkan nyeri daripada
latihanquardricep bench pada osteoarthritis genu. Jurnal Fisioterapi. Vol 13: 1;47-50
9. Braunwald E, Fauci AS, et al. Degenerative joint disease. In: Harrison‟smanual of
medicine 15 thed. Boston: McGraw-Hill: 2002;748-49.
10. Pain exercises. Knee Pain Exercise. (online). (cited 2015 june30). Available
from:http//Painexercise.net.
28