8
PERCOBAAN I PENENTUAN % RECOVERY PADA METODE PENETAPAN KADAR OBAT MENGGUNAKAN DATA DARAH A. Tujuan Mempelajari konsep dasar penetapan % recovery dan menerapkan dalam praktek. B. Dasar Teori Pengetahuan tentang konsentrasi obat dalam serum dapat menjelaskan mengapa seorang penderita tidak memberikan reaksi terhadap terapi obat, atau mengapa penderita mengalami suatu efek yang tidak diinginkan (Anief, 1995). Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Metode analisis yang digunakan untuk penetapan kadar obat dalam berkenaan dengan hal-hal berikut seperti spesifitas, linieritas, kepekaan, ketepatan, ketelitian dan stabilitas (Shargel, 1985). 1. Parameter Validasi Metode Analisis Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis

Lapkes Daster Kinetik Pct

Embed Size (px)

DESCRIPTION

l

Citation preview

PERCOBAAN IPENENTUAN % RECOVERY PADA METODE PENETAPAN KADAR OBAT MENGGUNAKAN DATA DARAH

A. TujuanMempelajari konsep dasar penetapan % recovery dan menerapkan dalam praktek.

B. Dasar TeoriPengetahuan tentang konsentrasi obat dalam serum dapat menjelaskan mengapa seorang penderita tidak memberikan reaksi terhadap terapi obat, atau mengapa penderita mengalami suatu efek yang tidak diinginkan (Anief, 1995).Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Metode analisis yang digunakan untuk penetapan kadar obat dalam berkenaan dengan hal-hal berikut seperti spesifitas, linieritas, kepekaan, ketepatan, ketelitian dan stabilitas (Shargel, 1985).1. Parameter Validasi Metode AnalisisBeberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis diuraikan dan didefinisikan sebagaimana cara penentuannya :a. Kecermatan (Accuracy)Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan hasil analisis sangat tergantung kepada sebaran galat sistematik di dalam keseluruhan tahapan analisis. Oleh karena itu untuk mencapai kecermatan yang tinggi hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi galat sistematik tersebut seperti menggunakan peralatan yang telah dikalibrasi, menggunakan pereaksi dan pelarut yang baik, pengontrolan suhu dan pelaksanaannya yang cermat, taat asas sesuai prosedur.b. Keseksamaan (Precision)Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen.c. Selektivitas (Spesifisitas)Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel. Selektivitas seringkali dapat dinyatakan sebagai derajat penyimpangan (degree of bias) metode yang dilakukan terhadap sampel yang mengandung bahan yang ditambahkan berupa cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya dan dibandingkan terhadap hasil analisis sampel yang tidak mengandung bahan lain yang ditambahkan.d. Linearitas dan RentangLinearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan dan linearitas yang dapat diterima.e. Batas Deteksi dan Batas KuantitasiBatas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.f. Ketangguhan Metode (Rugged-Ness)Ketangguhan metode adalah derajat ketertiruan hasil uji yang diperoleh dari analisis sampel yang sama dalam berbagai kondisi uji normal, seperti laboratorium, analisis, instrumen, bahan pereaksi, suhu, hari yang berbeda dan lain-lain. Ketangguhan biasanya dinyatakan sebagai tidak adanya pengaruh perbedaan operasi atau lingkungan kerja pada hasil uji. Ketangguhan metode merupakan ukuran ketertiruan pada kondisi operasi normal antara lab dan antar analis.(Harmita, 2010)2. Parasetamol

(N-asetil-4-aminofenol)(Depkes RI, 1979)Parasetamol merupakan obat yang digunakan secara luas di masyarakat dan dilaporkan memberikan profil farmakokinetik yang berbeda ketika diberikan pagi, siang dan malam hari. Parasetamol umumnya diberikan setiap 8 jam. Perubahan profil konsentrasi parasetamol setelah diberikan secara berulang berdasarkan literatur belum ditentukan, sehingga menyebabkan kesulitan dalam memprediksi profil konsentrasi parasetamol pada setiap waktu pemberian obat. (Susanti, 2013).Senyawa ini larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N, mudah larut dalam etanol. Parasetamol memiliki khasiat analgetis antipiretis tanpa aktivitas antiradang , memiliki waktu paruh 1-4 jam. Dalam hati zat ini diuraikan menjadi metabolit toksis sebagai konjugat glukoronida sulfide. Pada dosis tinggi mengakibatkan nekrosis hati yang tidak reversible. Dosis yang berlebihan (overdose) dapat menimbulkan mual dan muntah (Wulansari, 2013).3. Sampel BiologisEfek terapi dari suatu obat akan terlihat sesudah zat aktifnya melalui sistem pembuluh aorta lalu masuk ke hati dan kembali masuk ke peredaran darah dan didistribusikan ke seluruh jaringan badan. Penilaian dapat dilakukan dengan metode menggunakan data darah, data urin dan data farmakologis atau klinis, namun lazimnya untuk menilai sediaan obat yang metode analisis zat berkhasiatnya telah diketahui cara dan validitasinya. Jika cara validitas belum diketahui, digunakan data farmakologi dengan syarat efek farmakologi yang timbul dapat diukur secara kuantitatif (Shargel, 1985).Masa kerja obat berada di dalam cairan biologik atau jaringan, bila dihubungkan dengan respon pasien. Hubungan antara kadar obat dalam darah dengan efektivitas terapi/ efek toksik (Anief, 1995).Pada pengukuran konsentrasi obat dalam serum, suatu konsentrasi tunggal dari obat dalam serum dapat tidak menghasilkan infromasi yang berguna kecuali jika faktor-faktor lain dipertimbangkan, sebagai contoh, aturan dosis obat yang meliputi besaran dan jarak pemberian dosis, rute pemberian obat, serta waktu pengambilan cuplikan (puncak, palung atau keadaan tunak) hendaknya diketahui. Pengukuran konsentrasi serum hendaknya juga mempertimbangkan biaya penetapan kadar, resiko dan ketidaksenangan penderita dan kegunaan informasi yang diperoleh. Untuk menganalisis darah total, komponen sel darah harus dilisis demikian sehingga kandungannya bercampur merata dengan sonikator. Plasma berbeda dengan serum, serum adalah plasma yang fibrinogennya telah dihilangkan dengan proses penjendalan, sedangkan plasma diperoleh dengan menambahkan suatu pencegah penjendalan ke dalam darah. Bila darah tidak diberi antikoagulan terjadilah penjendalan dan bila contoh dipusingkan makan beningannya adalah serum (Munson, 1991).DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 1995. Perjalanan dan Nasib Obat dalam Badan. UGM : Yogyakarta.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.

Harmita. 2010. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian Departemen Farmasi FMIPA UI Vol. 1 No. 03.

Munson, James W. 1991. Analisis Farmasi. Airlangga University Press : Surabaya.

Shargel. 1985. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Airlangga University Press : Surabaya.

Susanti, N.M dan Widhiartini I Wirasuta. 2013. Pemanfaatan Simulasi Farmakokinetik dalam Memprediksi Profil Kronofarmakokinetik Parasetamol Pada Pemberian Berulang. Jurnal Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana Vol. 2 No. 2.

Wulansari, Noviana, dkk. 2013. Pengaruh Peraasan Buah Apel (Maulus domestica Borkh) Fuji RCC Terhadap Farmakokinetika Parasetamol yang Diberikan Bersama Secara Oral pada Kelinci Jantan. Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 9 No. 2.