laporan 2

  • Upload
    suci

  • View
    24

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PRAKTIKUM ILMU KEDOKTERAN GIGI KLINIK DASARBAGIAN ORAL BIOLOGIFAKULTAS KEDOKTERAN GIGIMAKASSAR, 11 MEI 2012UJI DAYA HAMBAT

ASISTEN : 1. ARWINY WULANDARI HIPI, S.KG2. NUR RAHMAH HASANUDDIN, S.KGKELOMPOK 3 ( TIGA )1. LISA APRIANI RECILIA7. NIA LIEANTO2. SUCI HARYATI8. HADIJATUL AWALIAH R.3. SUCI ANGRIANI9. FATMAWATI DAMEI R.4. ANNISA WICITA M.10. RESKI PUSPITA N.5. ANDI IKA PURNAMA P.11. MUZDALIFAH SOLINA B.6. UMMUL RAWIYAHBAGIAN ORAL BIOLOGIFAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2012KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nyalah, kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum IKGKD ini tepat pada waktunya. Adapun laporan yang berisi tugas-tugas praktikum ini diajukan sebagai laporan praktikum selama melakukan praktikum mata kuliah IKGKD di laboratorium oral biologi. Laporan ini disusun berdasarkan rekomendasi asisten mata kuliah IKGKD.Kami berharap agar laporan ini dapat menjadi penuntun atau pedoman dan dapat berguna bagi para pembaca khususnya mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. Kami menyadari bahwa laporan ini belum sempurna. Tak lupa pula kami mengharapkan saran, tanggapan dan kritik membangun dari para pembaca agar pada pembuatan laporan selanjutnya dapat lebih baik dan mendekati kata sempurna. Harapan penyusun semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Makassar, 11 Mei 2012 Hormat Kami, Penyusun

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR.. 2DAFTAR ISI3BAB I : PENDAHULUANI.1. Latar Belakang.4I.2. Tujuan..4BAB II : TINJAUAN PUSTAKA..5BAB III : METODE PRAKTIKUMIII.1. Alat dan Bahan... 11III.2. Prosedur Kerja.11BAB IV : PEMBAHASAN. IV.1. Hasil PengamatanBAB V : PENUTUP.... 13V.1.Simpulan.... 13V.2.Saran...... 13DAFTAR PUSTAKA.. 14

BAB I PENDAHULUANI.1 Latar BelakangPenyakit gigi menempati urutan ke-6 dari keluhan masyarakat atau 5.21% dari 25.13% masyarakat yang mengeluh sakit gigi. . Hasil Survei Kesehatan Nasional 1995, mendapatkan 90% rumah tangga memiliki sikat gigi sehingga dapat diasumsikan bahwa masyarakat sadar akan pentingnya kesehatan gigi, tetapi tidak diimbangi dengan pengetahuan yang cukup dalam pemeliharaanya (Dentamedia, 1998). Dapat disimpulkan bahwa dengan menggosok gigi belum dapat menurunkan prevalensi penyakit gigi.Penyakit gigi telah diketahui disebabkan salah satunya oleh kuman golongan Streptococcus mutans. Sedangkan akhir-akhir ini telah banyak produk-produk yang menawarkan obat antimikroba yang dapat digunakan dalam mencegah dan mengobati penyakit gigi dan mulut Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang efek daya hambat obat antimikroba terhadap kuman penyebab penyakit gigi dan mulut. Hal ini perlu dilakukan sehingga masyarakat sebagai konsumen dapat menggunakan obat antimikroba secara medis dapat dipertanggungjawabkan.

I.2 Tujuana. Untuk menguji efek yang daya hambat yang ditimbulkan oleh obat antimikroba pada mikroba rongga mulut b. Untuk mengetahui alat dan prosedur dalam pengujian daya hambat obat antimikroba sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan

BAB IITINJAUAN PUSTAKAAntimikroba adalah bahan kemoterapi yang dapat mengurangi jumlah bakteri, baik terhadap mikroorganisme spesifik maupun non spesifik. Sedangkan antibiotika adalah salah satu bentuk dari bahan antimikroba, yang dihasilkan atau diambil dari mikroorganisme, yang mempunyai kemampuan membunuh serta menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Antimikroba (AM) juga merupakan bahan-bahan atau obat yang digunakan untuk memberantas infeksi mikroba pada manusia. Obat-obat yang digunakan untuk membasmi mikroorganisme yang menyebabkan infeksi pada manusia, hewan ataupun tumbuhan harus bersifat toksisitas selektif artinya obat atau zat tersebut harus bersifat sangat toksis terhadap mikroorganisme penyebab penyakit tetapi relatif tidak toksis terhadap jasad inang atau hospes.1,2Antimikroba dapat bersifat :1. Bakteriostatika, yaitu zat atau bahan yang dapat mengahambat atau menghentikan pertumbuhan mikroorganisme (bakteri).2. Bakteriosida zat atau bahan yang dapat membunuh mikroorganisme (bakteri). Dalam ha ini jumlah mikroorganisme akan berkurang atau bahkan habis, tidak dapat melakukan multiplikasi atu berkembang biak.2 Suatu AM memperlihatkan toksisitas yang selektif, dimana obatnya lebih toksis terhadap mikroorganismenya dibandingkan pada sel hospes. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh obat yang selektif terhadap mikroorganisme atau karena obat pada rekasi-reaksi biokimia penting dalam sel parasit lebih unggul dari pada pengaruhnya terhadap sel hospes. Disamping itu juga struktur sel mikroorganisme berbeda dengan struktur sel manusia.2Antimikroba mempunyai mekanisme/cara kerja diantaranya:1. Merusak DNA : Sejumlah unsur antimikroba bekerja dengan merusak DNA; unsur ini meliputi radiasi pengion (ionosasi), sinar ultraungu, dan zat-zat kimia reaktif DNA.2. Denaturasi Protein: Protein terdapat dalam keadan tiga dimensi, terlipat, yang ditentukan oleh pertautan nonkovalen seperti ikatan ion, ikatan hidrofob, dan ikatan hidrogen. Keadaan ini dinamakan struktur tersier protein; struktur ini mudah terganggu oleh sejumlah unsur fisik atau kimiawi, sehingga protein tidak dapat berfungsi lagi. Kerusakan struktur tersier ini dinamakan denaturasi protein.3. Gangguan Selaput atau Dinding Sel: Selaput sel berguna sebagai penghalang yang selektif, meloloskan beberapa zat terlarut dan menahan zat lainnya. Beberapa zat diangkut secara aktif melalui selaput, sehingga konsentrasinya dalam sel tinggi. Selaput sel juga merupakan tempat bagi banyak enzim yang terlibat dalam biosintesis berbagai komponen pembungkus sel.4. Pembuangan Gugus Sulfhidril Bebas: Berbagai protein enzim yang mengandung sistein memiliki rantai samping yang berakhir dalam gugus sulfidril. Selain itu paling kurang satu koenzim utama (koenzim A, diperlukan untuk transfer gugus hasil).5. Antagonisme Kimiawi: Gangguan suatu unsur kimia terhadap reaksi normal antara enzim khusus dengan substratnya dikenal sebagai antagonisme kimiawi. Zat antagonis ini bekerja dengan bergabung pada suatu bagian dari holoenzim (salah satu dari apoenzim protein, activator logam, atau koenzim), dan dengan demikian mencegah penempelan substrat normal.3 Zat antimikroba yang digunakan dalam pengobatan bertujuan untuk mengeliminasi mikroorganisme infektif atau mencegah terjadinya infeksi. Untuk tujuan terapi, suatu zat antimikroba harus menunjukkan toksisitas selektif. Zat antimikroba yang berguna untuk terapi harus menghambat mikroorganisme infektif dan bersifat toksik hanya terhadap patogen infektif, tetapi tidak terhadap inangnya. Sebagai suatu aturan, zat antimikroba yang paling banyak digunakan dalam membunuh mikroorganisme patogen, tetapi tidak pada sel inang normal.4Seleksi antimikroba yang tepat untuk mengobati suatu penyakit tergantung pada beberapa faktor, antara lain :1. Sensitivitas mikroorganisme infektif terhadap zat antimikroba tertentu.2. Efek samping zat antimikroba, bergantung pada toksisitas langsung terhadap sel mamalia dan normal mikrobiota (flora normal) yang terdapat pada jaringan tubuh manusia.3. Biotransformasi zat antimikroba secara in vivo, bergantung pada apakah zat antimikroba tetap dalam bentuk aktifnya pada jangka waktu yang cukup untuk mempunyai efek toksik pada patogen infektif atau tidak.4. Bahan kimia pada zat antimikroba yang menentukan distribusinya dalam tubuh, bergantung pada konsentrasi bahan kimia antimikroba yang bermakna, yang dapat mencapai tempat infeksi untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme patogen penyebab infeksi.

Penetapan kerentanan patogen terhadap antimikroba penting untuk menyelidiki antibiotik yang sesuai untuk mengobati penyakit. Tidak ada gunanya menggunakan antibiotik yang tidak efektif melawan mikroorganisme penyebab penyakit. Ada beberapa prosedur berbeda yang digunakan oleh ahli mikrobiologi klinis untuk menentukan sensitivitas mikroorganisme terhadap antibiotik, antara lain metode antara lain Metode Cakram KIRBY-BAUER dan Metode Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM).4Mikroba patogen dapat melakukan invasi ke penderita dalam kondisi sangat rentan dengan mudah. Dengan penyakit dasar yang ada dan disertai faktor predisposisi , maka dengan mudah mikroba patogen melakukan invasi dengan beberapa pilihan , seperti jaringan kulit yang terbuka, hidung dan mulut, atau mikroba patogen sebagai penumpang yang masuk melalui beberapa tindakan beresiko, seperti prosedur dan tindakan medis invasif instrumentatif dengan contoh vena punctic, kateterisasi urine, tindan pembedahan, dan sebagainya.5Di sisi lain mikroba patogen harus dihambat pertumbuhannya atau dibunuh agar tidak berkembang dan menyebar dalam tubuh penderita. Untuk tujuan ini diperlukan dan digunakannya obat antimikroba, yaitu antibiotik. Identifikasi mikroba patogen dan tes kepekaan mikroba patogen adalah bentuk upaya mencari dan menetapkan antibiotik yang tepat, yaitu antimikroba yang efektif untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroba patogen.5Bahan antimikroba yang sering dipakai sebagai bahan antiplak untuk perawatan periodontal adalah jenis antiseptik dan antibiotika. Dari berbagai penelitian dan sumber didapatkan bahwa beberapa bahan antimikroba terutama jenis antiseptik, bila digunakan bersama-sama dengan perawatan mekanis dapat membantu kontrol plak dan menurunkan angka gingivitis. Pemakaian bahan antimikroba dalam kontrol plak akan lebih efektif bila digunakan bersama-sama dengan cara mekanis. Sifatnya hanya sebagai tambahan cara mekanis, dan tidak dapat menggantikan cara mekanis. Obat kumur yang beredar di pasaran dan terbukti memberikan manfaat bagi penghambatan plak, menurunkan angka terjadinya gingivitis yang akhirnya dapat mencegah terjadinya periodontitis adalah golongan klorheksidin dan campuran fenol-minyak esensial. Dalam kontrol plak, bahan-bahan ini sering digunakan dalam bentuk obat kumur, pasta gigi dan gel untuk aplikasi topikal.1 Salah satu bahan antimikroba yang biasa digunakan pada mulut yaitu Betadine yang mengandung Providon-iod yaitu suatu senyawa kompleks dalam larutan air, yang berangsur-angsur melepaskan iod. Elemen ini merupakan zat pembunuh kuman terkuat dengan daya cepat, juga berkhasiat antivirus dan antijamur. Banyak digunakan untuk desinfeksi kulit dalam bentuk larutan air 10%, salep dan obat kumur. Perlu berhati-hati penggunaannya karena dapat diserap ke dalam darah.6Penghambat pertumbuhan plak dan kalkulus yang terdapat dalam obat kumur atau pasta gigi dipakai sebagai tambahan pada cara mekanik dan tergantung dari kebutuhan penderita. Banyak bahan yang dapat digunakan sebagai kontrol plak kemikal. Bahan-bahan tersebut dibagi menjadi lima kelompok umum, yaitu:1. Antiseptik dengan aktivitas anti bakteri spektrum luas2. Antibiotik yang mampu menghambat atau membunuh bakteri dari grup tertentu;3. Enzim yang secara tunggal atau kombinasi dapat merubah aktivitas plak;4. bahan non-ensimatik, dispersing, denaturasi atau modifikasi yang dapat merubah struktur atau aktivitas metabolisme dari plak;5. Bahan yang dapatmenghambat perlekatan bakteri pada permukaan pelikel.1Penggunaan bahan antimikroba secara efektif dapat digunakan bersama-sama dengan perawatan penyakit periodontal yang konvensional. Namun demikian, cara di atas tidak dapat menggantikan perawatan profesional yang di lakukan oleh dokter gigi atau perawatan kebersihan mulut yang dilakukan di rumah. Bahan-bahan antimikroba dapat diberikan secara sistemik atau lokal. Sarana pemberian bahan antara lain dapat berupa: pasta gigi, obat kumur, permen karet, dan slow release devices. Pemakaian pasta gigi, obat kumur dan permen karet yang mengandung bahan antimikroba terbukti tidak efektif dalam perawatan periodontitis karena tidak dapat masuk ke dalam poket periodontal. Karena itu cara pemberiannya dapat dilakukan secara langsung pada saat dilakukan terapi bedah periodontal, atau dilakukan bersama-sama oleh dokter gigi dan oleh penderita di rumah, dimana cara di atas mempunyai keuntungan karena: bahan antimikroba dapat langsung mencapai poket atau permukaan akar, mengurangi dosis obat, meningkatkan konsentrasi obat dan mengurangi efek samping sistemik seperti gangguan pada pencernaan. Kerugian pemakaian bahan antimikroba secara lokal, khususnya beberapa antibiotika, dapat memicu terjadinya infeksi sekunder oleh jamur atau reaksi hepersensitif.1Bentuk resistensi yang dimiliki oleh mikroba patogen terhadap obat antimikroba ada dua, yaitu bentuk resistensi bawaan dan bentuk resistensi didapat. Pada kasus resistensi bawaan, semua spesies mikroba patogen bisa resisten terhadap suatu obat sebelum mikroba patogen kontak dengan obat tersebut. Sebagai contoh adalah Pseudomonas aeruginosa yang selalu resisten terhadap fluklosasilin. Bentuk resistensi ini terjadi berkaitan dengan kromosom atau ekstrakromosom yang disebut plasmid atau episone. Banyak teori yang menjelaskan tentang mekanisme terjadinya bentuk resistensi didapat pada mikroba patogen, seperti uraian dibawah ini,1. Terbentuknya enzim seperti betalaktamase yang dihasilkan oleh mikroba patogen, bersifat merusak obat agar tidak efektif.2. Terjadinya perubahan permeabilitas dinding sel mikroba patogen sehingga tidak dapat ditembus oleh obat.3. Terjadinya perubahan struktur inherent di dalam sel mikroba patogen sebagai target obat.4. Terjadinya perubahan jalur metabolisme di dalam sel mikroba patogen dengan tujuan menghindari jalur yang biasa dihambat oleh obat.5. Terbentuknya produk enzim baru yang bersifat membantu dan mengamankan proses metabolisme mikroba patogen terhadap pengaruh obat.Adanya resistensi sejumlah mikroba sejumlah mikroba patogen terhadap obat antimikroba dalam upaya terapi kepada penderita yang berada di lingkungan rumah sakit dapat menimbulkan sebuah masalah tersendiri, yaitu penyebaran mikroba patogen resisten. Di samping adanya mikroba patogen yang resisten terhadap obat akibat adanya terapi dengan obat antimikroba, terjadi pula perubahan populasi.5Dengan mempertimbangkan segala keuntungan dan keterbatasan bahan antimikroba, dokter gigi harus dapat mengoptimalkan pemakaian bahan antimikroba dalam perawatan atau pencegahan penyakit periodontal.1

BAB IIIMETODE PRAKTIKUM

III.1 Alat dan BahanIII.2 Prosedur kerja

BAB IVPEMBAHASANDewasa ini, berbagai jenis antimikroba telah tersedia untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme. Pada awalnya, penggunaan antimikroba hanya terbatas pada pencegahan dan pengobatan penyakit mulut dan bau mulut. Pada awal tahun 1960-an penelitian di bidang kedokteran gigi mengenai pencegahan dan pengobatan dengan antimikroba beralih dari masalah karies ke masalah gingivitis dan periodontitis.Pada praktikum ini mengenai uji daya hambat bahan-bahan antimikroba yang terdapat dalam produk-produk dan telah banyak digunakan dalam kehidupan kita sebagai konsumen. Dimana pada tahap pertama prosedur kerja yaitu mensterilkan semua alat yang akan dipakai dalam praktikum tersebut. Hal ini bertujuan untuk membebaskan alat dari segala bentuk mikroorganisme. Selanjutnya, tahap pembuatan medium. Pada tahap ini medium yang akan dibuat yaitu medium MHA (Mueller Hinton Agar), yang merupakan salah satu medium diperkaya. Medium ini dipakai untuk menumbuhkan mikroorganisme tertentu, sebelum dipakai dalam suatu proses fermentasi. Tujuannya adalah untuk mrngaktifkan mikroorganisme tersebut.Setelah itu, ambil 1 cc isolate murni yang diperoleh dari praktikum sebelumnya dengan menggunakan spoit 1cc. Lalu masukkan isolat murni tadi pada cawan petri yang telah tersedia. Cawan petri dalam hal ini digunakan selain sebagai tempat pembiakan mikroba juga untuk menyimpan isolat murni dan medium MHA. Kemudian pada cawan petri tadi, dibagian bawah (bukan penutup) cawan petri itu dibagi menjadi 4 kuadran dengan menggunakan sidol. Hal ini bertujuan nantinya untuk mempermudah dalam mengidentifikasi paper disk yang akan ditanamkan dalam cawan petri. Lalu beri label pada setiap bagian cawan petri yang telah dibagi tadi. Tahap selanjutnya yaitu, mengambil paper disk dari stiap kelompok yang mempunyai obat antimikroba yang berbeda (sebanyak 4 kelompok). Lalu tanamkan pada masing-masing bagian cawan petri tadi. Hal ini bertujuan untuk membandingkan efek daya hambat yang ditimbulkan oleh setiap obat antimikroba yang akan di ujikan. Setelah semua bagian terisi paper disk, tutup cawan petri tersebut dan bungkus kembali dengan kertas. Lalu masukkan kembali ke dalam inkubator suhu 37 C selama 1x24 jam. Perlu diketahui bahwa selama melakukan praktikum ini dan seterusnya harus menggunakan menyalakan pembakar bunsen, karena bertujuan untuk dapat menciptakan kondisi steril sehingga dapat mematikan bakteri-bakteri yang ada di udara yang berusaha untuk masuk ke dalam botol vial tadi. Sehingga dapat mengurangi kontaminasi antara sampel yang akan dikembangbiakkan dengan mikroorganisme lainnya.

BAB VPENUTUPV.1 SimpulanBerdasarkan praktikum yang telah kami lakukan yaitu UJI DAYA HAMBAT dan PENGAMATAN UJI DAYA HAMBAT , kami dapat memperoleh pengetahuan tentang cara penggunaan alat serta prosedur praktikum pada hari itu. Selain itu kami pun mengetahui tentang efek daya hambat yang dapat di timbulkan oleh berbagai bahan antimikroba yang terdapat dalam berbagai produk obat antimikroba. V.2 Saran1. Sebaiknya dalam setiap praktikum yang dilakukan setidaknya disetiap kelompok ada asisten yang dapat memberikan pengarahan tentang praktikum yang dilakukan pada hari itu agar tidak terjadi kesalahan dalam mengerjakan prosedur.2. Memberikan pengarahan yang jelas kepada peserta mengenai ketepatan menggunakan larutan obat kumur dan mengenai cara berkumur yang benar.3. Praktikan disarankan untuk menyempurnakan teknik dan prosedur dalam praktikum uji daya hambat

DAFTAR PUSTAKA

1. Diah. Kontrol plak kemikal dalam pencegahan gingivitis dan periodontitis. Periodontic Journal Vol. 1 No. 2 Jan-Juny 2010; 1-62. Djide MN,Sartini.Dasar-dasar mikrobiologi farmasi. Makassar: Lembaga Penerbitan Unhas; 2008. p. 250-2513. Jawetz E,Melnick J,Adelberg E.Mikrobiologi Kedokteran.Alih bahasa:Nugroho E,Maulany.Edisi Ke-20.Jakarta:EGC;1995. p 544. Harmita,Radji Maksum,Biomed M.Buku Ajar Analitis Hayati.Jakarta:EGC;2008.p 1-25. Darmadi.Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya.Jakarta:Salemba Medika;2008.p 118-1196. Tan H.T,Rahardja Kirana.Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan Sehari-hari.Jakarta:Elex Media Komputindo;2010.p 1427. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi FKG USAKTI Edisi Khusus FORIL VI-1999 ISSN 0215-126X

14