Upload
kikinuraqidah
View
213
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jr
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kekurangan mikronutrien masih banyak ditemukan di Negara berkembang dan penduduk
berpenghasilan rendah. Defisiensi zat besi dan zinc merupakan defisiensi makronutrien yang
mempengaruhi sekitar 1,5-2 miliar orang terutama anak-anak dengan kekurangan gizi. Zat besi
dan zinc merupakan makronutrien untuk kesehatan. Terbukti bahwa zat besi dan zinc secara
fisiologis berpengaruh terhadap metabolisme dalam tubuh. Zinc dibutuhkan untuk sintesis asam
nukleat dan protein yang berguna dalam pematangan dan fungsi otak. Kekurangan zat besi dan
zinc dapat menurunkan fungsi kognitif seperti memori. Mengkonsumsi cukup zat besi dan zinc
terbukti dapat mengurangi gangguan kongnitif yang berhubungan dengan mikronutrien.
Penyebab utama dari defisiensi mikronurien yaitu asupan makanan dan bioavaibility dalam diet
yang rendah. Susu fortifikasi mikronutrien dapat mencegah gangguan konitif terkait defisiensi
zat besi dan zinc.
Tujuan
Untuk menentukan pengaruh dari susu yang diperkaya dengan zat besi dan zinc pada
memori anak sekolah di perkotaan dan daerah miskin yang kekurangan gizi.
Metode
Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli-September 2007 di Purworejo Solo, Jawa Tengah.
Penelitian menggunakan metode double blind controlled dilakukan pada 218 anak sekolah
perkotaan dan daerah miskin yang kekurangan gizi dengan usia anak 7-9 tahun.
BAB II
PEMBAHASAN
Sampel pada penelitian ini di dapatkan dari sekolah yang berada di Purworejo Solo, Jawa
Tengah, telah erpilih 10 SD dari kelas 2 dan 3. Sebelum dilakukan peneliian dilakukan infon
consen kepada orang tua dan kemudian peserta dari 10 SD dipilih secara acak untuk dilakukan
pengukuran; antropometri (BB, TB, tinggi duduk, dan lingkar lengan), diberi pengobatan cacing
Albendazol 450 mg, dan anak-anak dilarang menggunakan suplemen viamin dan mineral lain
selama penelitian berlangsung. Peserta dinilai memenuhi syarat jika, gizi kurang (BB untuk usia
5-10 tahun persentil CDC 2000), 7-9 tahun (kelas 2-3 SD), tidak menderita penyakit kronis
(ginjal, tipoid, diare, dan talasemia), dan sample tidak anemia (Hb <8g/dl).
Peserta yang memenuhi syarat 222 anak dengan gizi kurang, namun 5 anak keluar (dua
pindah ke sekolah lain dan tiga anak menolak monum susu). Dua ratus delapan belas anak
(perempuan 48,2%, laki-laki 51,8%). Peserta dibagi dua kelompok, yaitu kelompok intervensi
zat besi dan zinc 113 anak dan kelompok control 105 anak. Setiap kelompok mendapatkan
perlakuan berbeda, pada kelompok intervensi mendapatkan susu A (besi Phyrophosphate 12,15
mg/x, zinc sulfat 4,4 mg/x), sedangkan kelompok control mendapatkan susu B (besi
Phyrophosphate 0,479 mg/x, zinc sulfat 1,63 mg/x), diminum selama 3 bulan dengan 2x/hari (27
grm susu diencerkan dengan 180 ml air/x), susu diminum 1x pagi hari sebelum masuk sekolah
dan 1 sachet lagi diberikan di rumah.
Hasil
Pada kedua kelompok, skor minimal rentang angka adalah nol sebelum intervensi. Skor
maksimum sebelum intervensi dalam kelompok iron dan zinc adalah tujuh, dan dalam kontrol
delapan. Setelah intervensi, skor rentang angka minimum dan maksimum adalah sama pada
kedua kelompok, skor minimum adalah nol, dan skor maksimum delapan. Sebelum intervensi
berarti skor digit span backward pada kelompok kontrol secara signifikan lebih tinggi dari pada
kelompok iron dan zinc (P = 0.007). Namun setelah intervensi, skor digit span backward pada
kelompok iron dan zinc lebih tinggi daripada kelompok kontrol (P = 0.562). Setelah
suplementasi berarti skor digit span backward dalam kelompok kontrol tidak ada peningkatan,
dibandingkan dengan peningkatan 0,7 poin dalam kelompok iron dan zinc (p = 0,009).
Digit span backward adalah salah satu dari beberapa subyek Wechsler Intelligence Scales
III. Digit span backward tersebut digunakan sebagai ukuran dalam memori jangka pendek
seseorang. Dalam digit span backward, serangkaian angka harus diulang dalam urutan terbalik.
Beberapa studi telah menantang asumsi bahwa karena meningkatnya kompleksitas tes mundur,
lebih sensitif terhadap gangguan yang berhubungan dengan penuaan dan berbagai keadaan
neurologis.
BAB III
KESIMPULAN
Kekurangan mikronutrien masih banyak ditemukan di Negara berkembang dan penduduk
berpenghasilan rendah. Defisiensi zat besi dan zinc merupakan defisiensi makronutrien yang
mempengaruhi sekitar 1,5-2 miliar orang terutama anak-anak dengan kekurangan gizi. Zat besi
dan zinc secara fisiologis berpengaruh terhadap metabolisme dalam tubuh. Zinc dibutuhkan
untuk sintesis asam nukleat dan protein yang berguna dalam pematangan dan fungsi otak.
Kekurangan zat besi dan zinc dapat menurunkan fungsi kognitif seperti memori. Susu yang
diperkaya dengan zat besi dan zinc dapat meningkatkan memori jangka pendek pada anak
sekolah miskin dan perkotaan yang kurang gizi.