14
PENYAKIT PREGNANCY TOXAEMIA, PARESIS PUERPURALIS, DAN TUMOR PADA SAPI (Kharisma) 1 , Muliani, Trini Purnama Sari, Muh Noer A, Wendelindia V.T.T. Bagian Bedah & Radiologi. Departemen Klinik, Reproduksi & Patologi Program Studi Kedokteran Hewan (PSKH), Universitas Hasanuddin (UNHAS) Korespondensi penulis:[email protected] ABSTRAK Tujuan praktikum ini adalah menjelaskan kasus penyakit pregnancy toxaemia, Paresis Puerpuralis dan tumor pada sapi.Agar dapat mengetahui berbagai ragam perubahan klinik dan patologis pada sapi, hingga dapat diagnosa dan diagnosis banding serta bagaimana tindakan penanganan penyakit pada kasus pregnancy toxaemia, Paresis Puerpuralis dan tumor pada sapi. Seekor sapi betina bernama Blacky ras FH, tidak ada riwayat pemberian obat cacing pembersihan caplak jika obat tersedia. Sapi tersebut memiliki warna bulu black dan White, BCS 1, umur kurang lebih 5 tahun dengan tanda khusus ada warna putih di wajah. Sapi sangat aktif tidak jinak, pertumbuhan badan kurang bagus di lihat dari BCSnya. Sikap berdiri normal, suhu tubuh 39,5 o C, frekuensi nadi 84 x per menit, serta frekuensi nafas 21 x per menit. Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan adanya infestasi ektoparasit pada sapi. Hal tersebut ditunjukkan oleh di dapatnya caplak selama pemeriksaan dan juga adanya kerak hampir di seluruh badan pasien. Kerontokan rambut terlihat pada kepala pasien ,anus kotor dan mammae juga kotor. Glandula tidak teraba di karenakan saat akan di pegang terjadi reflek sakit dari pasien, hidung terlihat adanya leleran yang berlebihan. Tipe pernafasan abdominal, intensitas normal, ritme pernafasan reguler/teratur, suara pernafasan vesikular dan tidak terdapat suara ikutan. Pada pemeriksaan perkusi lapangan jantung hasil yang diperoleh adalah normal. Hasil pemeriksaan auskultasi jantung susah di

Laporan 6 Sapi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan sapi

Citation preview

Page 1: Laporan 6 Sapi

PENYAKIT PREGNANCY TOXAEMIA, PARESIS PUERPURALIS, DAN TUMOR PADA SAPI

(Kharisma)1, Muliani, Trini Purnama Sari, Muh Noer A, Wendelindia V.T.T.

Bagian Bedah & Radiologi. Departemen Klinik, Reproduksi & PatologiProgram Studi Kedokteran Hewan (PSKH), Universitas Hasanuddin (UNHAS)

Korespondensi penulis:[email protected]

ABSTRAKTujuan praktikum ini adalah menjelaskan kasus penyakit pregnancy

toxaemia, Paresis Puerpuralis dan tumor pada sapi.Agar dapat mengetahui berbagai ragam perubahan klinik dan patologis pada sapi, hingga dapat diagnosa dan diagnosis banding serta bagaimana tindakan penanganan penyakit pada kasus pregnancy toxaemia, Paresis Puerpuralis dan tumor pada sapi. Seekor sapi betina bernama Blacky ras FH, tidak ada riwayat pemberian obat cacing pembersihan caplak jika obat tersedia. Sapi tersebut memiliki warna bulu black dan White, BCS 1, umur kurang lebih 5 tahun dengan tanda khusus ada warna putih di wajah. Sapi sangat aktif tidak jinak, pertumbuhan badan kurang bagus di lihat dari BCSnya. Sikap berdiri normal, suhu tubuh 39,5oC, frekuensi nadi 84 x per menit, serta frekuensi nafas 21 x per menit. Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan adanya infestasi ektoparasit pada sapi. Hal tersebut ditunjukkan oleh di dapatnya caplak selama pemeriksaan dan juga adanya kerak hampir di seluruh badan pasien. Kerontokan rambut terlihat pada kepala pasien ,anus kotor dan mammae juga kotor. Glandula tidak teraba di karenakan saat akan di pegang terjadi reflek sakit dari pasien, hidung terlihat adanya leleran yang berlebihan. Tipe pernafasan abdominal, intensitas normal, ritme pernafasan reguler/teratur, suara pernafasan vesikular dan tidak terdapat suara ikutan. Pada pemeriksaan perkusi lapangan jantung hasil yang diperoleh adalah normal. Hasil pemeriksaan auskultasi jantung susah di temukan di karenakan saat akan auskultasi sapi mengamuk. Pemeriksaan lanjutan yang dianjurkan untuk peneguhan diagnosa yaitu pemeriksaan laboratorium dengan sampel caplak, dan pemeriksaan mikroskopis. Diagnosa sementara adalah manifestasi caplak prognosa fausta. Terapi yang perlu dilakuka, pemberian anti fungal, dan pemberian vitamin. Kasus manisfestasi parasit pada kucing yang diperiksasudah dalam keadaan berat namun masih bisa di sembuhkan dengan prognosa fausta. Terapi yang perlu dilakukan yaitu , pemberian anti fungal, dan pemberian vitamin.

Kata kunci: Pregnancy Toxaemia, Paresis Puerpuralis, Tumor, Sapi FH

Page 2: Laporan 6 Sapi

Pendahuluan

Kesehatan ternak merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi produksi ternak termasuk produksi susu pada sapi perah. Penyakit infeksius maupun non infeksius merupakan hambatan dalam upaya pencapaian produksi susu yang optimal dalam usaha peternakan sapi perah di Indonesia Ahmad RZ. 2004.

Perubahan fisiologi dari bunting, beranak, laktasi merupakan hal yang sangat berat bagi sapi perah. Banyak perubahan hormonal yang terjadi berkaitan dengan proses tersebut. Perubahan tersebut tentu akan mempunyai dampak yang sangat signifikan manakala kebutuhan metabolismenya tidak tercukupi dengan baik, selain dampak yang perlu diwaspadai meski secara fisiologi normal. Sebagian besar kejadian penyakit metabolik ataupun penyakit peripartus lain pada sapi perah seperti milk fever, ketosis, retensi plasenta, left displacement abomasum terjadi dalam dua minggu pertama laktasi. Pada tulisan ini lebih difokuskan pembahasan tentang penyakit milk fever dan dampaknya pada sistem kekebalan serta penyakit lain pada sapi perah pada periode periparturien Achjadi, k. 2003

Periode periparturien oleh banyak ahli ditetapkan 3 minggu sebelum partus hingga 3 minggu setelah partus. Istilah lain yang mungkin dikenal adalah transition period. Pada periode ini banyak terjadi perubahan-perubahan yang drastis mulai persiapan kelahiran, proses kelahiran dan pasca kelahiran termasuk mulainya periode laktasi Browning, M.L, Correa J.E. 2008

Mastitis merupakan peradangan kelenjar susu yang sangat merugikan karena dapat menurunkan produktivitas dan kualitas air susu, sementara brucellosis pada sapi Bewley & Phillips. 2010

Ketosis adalah kelainan yang umumnya menggangu sapi perah pada minggu-minggu pertama sesudah melahirkan Bewley & Phillips. 2010

Tumor merupakan satu sel liar yang berada di bagian tubuh dan terus membesar di lokasi yang tetap atau tidak menyebar ke bagian tubuh yang lain Browning, M.L, Correa J.E. 2008

Tinjauan PustakaI. PARESIS PUERPURALIS

Hypocalcaemia dapat disebut juga paresis puerpuralis, milk fever, calving paralysis, parturient paralysis, parturient apoplexy adalah penyakit metabolisme pada hewan yang terjadi pada waktu atau segera setelah melahirkan yang manifestasinya ditandai dengan penderita mengalami depresi umum, tak dapat berdiri karena kelemahan bagian tubuh sebelah belakang dan tidak sadarkan diri (Chase.1990)

Penyebab yang jelas belum ditemukan, tetapi biasanya ada hubungannya dengan produksi yang tinggi secara tiba-tiba pada sapi yang baru melahirkan.    Sapi yang menderita penyakit ini di dalam darahnya dijumpai adanya hipocalcaemia yaitu penurunan kadar kalsium yang cepat di dalam serum darah penderita (Chase. 1990)

Widodo (2011mengatakan bahwa dahulu gangguan ini diduga disebabkan oleh adanya bendungan pada sistem syaraf, alergi, penyakit neuro muskuler, penyakit keturunan,

Page 3: Laporan 6 Sapi

penyakit ketuaan, penyakit infeksidan penyakit defisiensi makanan yang menyangkut kalsium, fosfor, vitamin A, vitamin D dan protein.  Pada keadaan normal kadar Ca dalam darah adalah 9-12 mgram persen.  Pada keadaan subklinis kadar Ca dalam darah 5-7 mgram persen dan pada kejadian hypocacaemia kadar ion Ca dalam darah 3-5 mgram persen.  mengatakan bahwa jumlah kalsium yang terdapat dalam darah dan cairan ekstra sel hanya kira-kira 8 gram, sedangkan untuk keperluan laktasi dalam satu hari dibutuhkan 3 x jumlah itu.  Jadi kekurangan kalsium jelas merupakan predisposisi kejadian hypocalcaemia (Achajdi, 2003).

Paresis puerpuralis biasanya terjadi 18-24 jam post partus.  Akan tetapi dari laporan bahwa penyakit ini dapt juga terjadi beberapa jam sebelum partus atau beberapa hari setelah partus.  Penyakit ini juga dapat terjadi pada induk sapi yang mengalami kelahiran yang sukar (dystokia) karena kurangnya kekuatan untuk mengeluarkan fetus.  Kasus yang terjadi di lapangan mulai terjadi sejak dua minggu post partus dan sapi benar-benar ambruk baru lima hari (Chase. 1990)Gejala Klinis :

Pada awal penyakit hewan mula-mula terlihat gelisah, ketakutan dan nafsu makan menghilang.  Kemudian terlihat gangguan pengeluaran air kemih dan tinja.  Kadang-kadang terlihat tremor dan hipersensitivitas urat daging di kaki belakang dan kepala (Girindra 1988).Diagnosa Banding :

Diagnosa banding perlu diadakan karena banyak penyakit atau keadaan yang dapat menyerupai paresis puerpuralis, sehingga dapat

mengaburkan diagnosa yang bisa terjadi sebelum atau sesudah partus.  Jika kejadian kelumpuhan terjadi sebelum partus kemungkinan penyakit pembandingnya diantaranya metritis septika, akut mastitis, milk fever dan hidrops, sedangkan jika kelumpuhan setelah melahirkan kemungkinan penyakit pembandingnya yaitu calving paralysis, calving injuri, ruptura ligamen sendi belakang, septic metritis&vaginitis, ruptura uteri, paralysis obturatorius, ruptura tendon dan otot, kekejangan otot, toxemia, arthritis akut, dan fraktura pelvis (Girindra 1988). 

Prognosa :              Prognosa terhadap kasus hypocalcaemia yaitu fausta-infausta (Girindra 1988). 

Pengobatan :Dipakai preparat kalsium seprti

kalsium boroglukonat yang terdiri dari kalsium boroglukonat 20% sebanyak 250-500 ml diberikan intravena atau 500 ml intravena dikombinasikan dengan 250 ml subkutan.II. Penyakit Pregnancy

Toxaemia Ketosis (Acetonemia)Ketosis merupakan penyakit

metabolisme yang sering terjadi pada sapi perah yang mempunyai produksi susu tinggi, terjadi beberapa hari sampai beberapa minggu setelah kelahiran. Penyakit ini selain pada sapi juga dapat terjadi pada domba dan kambing (Fox. 1970)

Penyebab:Menurut Fox F.H. 1970, dikenal 3 macam ketosis :

Page 4: Laporan 6 Sapi

1. Ketosis primer spontan yang mempunyai predisposisi herediter.

2. Ketosis primer nutrisional, umum terjadi pada sapi yang mempunyai produksi susu tinggi dengan pemberian karbohidrat dalam pakan yang kurang.

3. Ketosis sekunder akibat gangguan penyakit tertentu yang menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme karbohidrat meskipun karbohidrat dalam pakan yang diberikan cukup., terjadi karena Displasia Abomasum, Metritis, Peritonitis, Mastitis atau penyakit2 yang menyebabkan penurunan nafsu makan dalam waktu yang lama.

Menurut Fox F.H. 1970 dan The Merck Veterinary Manual, ada 2 teori penyebab ketosis :

1. Gangguan metabolisme karbohidrat atau kekurangan karbohidrat

Pada masa kebuntingan tua kebutuhan akan glukosa meningkat karena glukosa pada masa itu sangat dibutuhkan untuk perkembangan pedet dan persiapan kelahiran.

2. Gangguan kelenjar adrenalDidasarkan pada

adanya perubahan-perubahan pada metabolisme di hati setelah diberikan terapi hormon glukokortokoid, yaitu hormon steroid yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal bagian korteks.

Gejala :Ada dua bentuk, yaitu

digestif dan nervosa. Bentuk digestif,

gejala yang terlihat adalah anorexia, penurunan berat badan secara cepat, konstipasi dengan feses yang terbungkus lemak, penurunan produksi susu secara gradual, pergerakan yang sempoyongan. Pengeluaran benda2 keton bisa dideteksi dengan adanya bau khas keton pada urine, susu atau dari nafas sapi yang menderita. Gejala gangguan syaraf kadang-kadang dapat terlihat, ditandai dengan sering menjilat, memakan benda2 asing disekitarnya, terjadi paresis dan kadang kala bisa mengalami kebutaan (Kronfeld. I970).Diagnosis

Dengan melihat gejala klinis pada sapi2 yang menderita. Adanya hipoglicemia, ketonaemia dan ketonuria dapat membantu menegakkan diagnosa. Kadar glukosa yang normal di dalam darah sebanyak 40 – 60 mg menurun menjadi 40 – 18 mg per 100 ml,  Pemeriksaan adanya pengeluaran benda2 keton pada susu, urine dan nafas serta pemeriksaan kadar keton pada urine, susu atau darah. Pada keadaan yang normal kadar benda keton dalam darah adalah 7 mg tiap 100 ml darah (7mg persen). Sedangkan dalam keadaan ketosis, kadar benda keton meningkat menjadi 40 mg tiap 100 ml darah (40 mg persen), dan di dalam air susu kadar benda keton juga dapat mencapai 40 mg persen. Pemeriksan cepat benda2 keton untuk dilapangan biasanya menggunakan dipstick. Nova Test urine test strips (Kronfeld. I970)Terapi

Terapi yang dapat dilakukan adalah pemberian infus larutan Glukosa 50% sebanyak 500ml. Pemberian obat corticotrophin yang mengandung ACTH 200-600 IU

Page 5: Laporan 6 Sapi

diberikan secara oral untuk hewan besar, sedangkan dosis untuk hewan kecil adalah 2 IU /kg BB diberikan secara IM (Kronfeld. I970)Pencegahan

1. Sapi-sapi perah yang peka terhadap ketosis agar selalu dijaga pakannya, yaitu pada waktu sebelum partus harus diberikan pakan yang berlebih secara bertahap sampai pada waktu setelah melahirkan. Ransum pakan yang mengandung asam propionate di dalam rumen akan membantu mencegah terjadinya ketosis jika diberikan sebelum dan sesudah partus.

2. Sapi induk yang sedang berproduksi tidak boleh dibiarkan dalam keadaan lapar dan terlalu banyak mengkonsumsi pakan yang mengandung lemak, terutama pada waktu laktasi (Kronfeld. I970)

III. Tumor Tumor merupakan satu sel liar

yang berada di bagian tubuh dan terus membesar di lokasi yang tetap atau tidak menyebar ke bagian tubuh yang lain(Achajdi, 2003).

Tumor yang sering terjadi pada ovarium sapi adalah adanya tumor pada sd-se! granulosa. Pada tahap awal sel-sel tumor mensekresikan estrogen sehingga sapi menunjukan gejala birahi terus menerus yang akhirnya ditandai dengan anestrus. Berat tumor bisa mencapai 24 kg. Sedangkan tumor pada utrus jarang terjadi, tapi sering mengaburkan aiagnosa untuk mumifikasi fetus (Achajdi, 2003).

Adapun penyebab terjadinya tumor ialah (Sudono, 2003):

Pengaruh lingkungan, yaitu adanya zat kimia yang terserap oleh darah dan menjadi racun bagi jaringan tubuh.

Faktor genetik (keturunan). Radiasi matahari yang

menembus hingga ke bagian dalam tubuh dan mengubah .karakteristik kulit akibat jaringan kulit yang tidak dapat menahannya.Gejala Klinis yang timbul

ialah munculnya benjolan yang tumbuh dan membesar pada bagian tertentu, terjadinya penebalan jaringan, pendarahan atau keluarnya zat cair dari tubuh, sakit atau luka lama yang tidak sembuh-sembuh, kehilangan berat badan secara drastis (Achjadi, 2003).

Pertumbuhan kanker saat ini dapat ditiadakan atau dihambat. Pembentukan kembali sel tumor menjadi sel jaringan normal belum dapat dilaksanakan. Penanganan Terapeutik yang terpenting seperti operasi dan penyinaran dapat menghilangkan sel kanker dari organisme. Tidaklah dapat dihindari bahwa jaringan yang sehat akan ikut dibuang atau disinari (Mutschler, 1991).

Operasi atau penyinaran merupakan penanganan yang merusak, yang terpaksa harus dilakukan, karena tumor ganas yang tidak ditangani akan dapat menyebabkan kematian (Mutschler, 1991).

Pengobatan yang terbaik pada tumor atau kutil yang telah menyebar secara meluas di badan sapi adalah dengan vaksin yang dibuat dari tumor tersebut (Mutschler, 1991).

Page 6: Laporan 6 Sapi

Tumor yang masih kecil dapat dihilangkan menggunakan gunting bengkok yang disucihamakan terlebih dahulu dengan cara direbus dan diolesi alcohol. Luka bekas gunting kemudian diobati dengan yodium tincture, dan tumornya dibakar. Disebabkan kutil tersebut menular, sapi yang menderita tersebut harus dipisahkan dari sapi-sapi yang sehat dan kandangnya harus didesinfektan (Mutschler, 1991).

Juga khemoterapeutika yang digunakan saat ini untuk kanker, ialah sitostatika, hanya menyebabkan pemusnahan atau perusakan sel tumor. Umumnya kerja obat – obat ini kurang spesifik sehingga pada saat yang sama akan menimbulkan kerusakan parah pada sel yang sehat (Mutschler, 1991).

Secara teori penggunaan obat antikanker untuk memerangi penyakit mikrometastasis adalah pertimbangan yang masuk akal. Namun kemoterapi belum terbukti sebagai pengobatan yang efektif untuk tumor mammae. Namun terapi dengan menggunakan radiasi maupun senyawa antiestrogenik merupakan suatu cara yang efektif untuk dilakukan (Mutschler, 1991).

Antiestogen, pada karsinoma yang bermetastasis atau tidak dapat dioperasi, dapat ditangani dengan hormone atau antagonis hormone, jika di dalam jaringan tumor dibuktikan adanya reseptor hormone hormone. Antiestrogen Tamoksifen dan adanya ketergantungan kepada dan Aminoglutetimida termasuk senyawa yang terpenting (Mutschler, 1991).

1. KasusAnamnese merupakan berita

atau keterangan atau keluhan dari pemilik hewan mengenai keadaan hewannya ketika dibawa datang berkonsultasi untuk pertama kalinya (Widodo, 2011). Seekor sapi betina bernama Blacky ras FH, tidak ada riwayat pemberian obat cacing pembersihan caplak jika obat tersedia

Signalemen merupakan identitas diri dari seekor hewan yang membedakannya dengan hewan lain sebangsa dan sewarna meski ada kemiripan satu sama lainnya (Widodo, 2011). . Sapi tersebut memiliki warna bulu black dan White, BCS 1, umur kurang lebih 5 tahun dengan tanda khusus ada warna putih di wajah. Sapi sangat aktif tidak jinak, pertumbuhan badan kurang bagus di lihat dari BCSnya.

Status present, Pasien malas dan selalu ingin tidur di pelukan klien. Pertumbuhan badan kucing baik yang di tunjukkan dari berat badan pasien naik 2 ons dari berat badannya dua minggu yang lalu. Sikap berdiri normal, suhu tubuh 39,5oC, frekuensi nadi 84 x per menit, serta frekuensi nafas 21 x per menit. Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan adanya infestasi ektoparasit pada sapi. Hal tersebut ditunjukkan oleh di dapatnya caplak selama pemeriksaan dan juga adanya kerak hampir di seluruh badan pasien. Kerontokan rambut terlihat pada kepala pasien ,anus kotor dan mammae juga kotor. Glandula tidak teraba di karenakan saat akan di pegang

Page 7: Laporan 6 Sapi

terjadi reflek sakit dari pasien, hidung terlihat adanya leleran yang berlebihan. Tipe pernafasan abdominal, intensitas normal, ritme pernafasan reguler/teratur, suara pernafasan vesikular dan tidak terdapat suara ikutan. Pada pemeriksaan perkusi lapangan jantung hasil yang diperoleh adalah normal. Hasil pemeriksaan auskultasi jantung susah di temukan di karenakan saat akan auskultasi sapi mengamuk.

Pemeriksaan lanjutan yang dianjurkan untuk peneguhan diagnosa yaitu melalui pemeriksaan pemeriksaan laboratorium dengan sampel caplak, dan pemeriksaan mikroskopis.

Diagnosa sementara adalah Manifestasi parasit. Gejala klinis yang nampak akibat infestasi caplak pada ternak adalah kegatalan, kerusakan pada kulit, penurunan kondisi umum dan produksi, serta berat badan yang menurun Hal ini akan merugikan secara ekonomi dan kesehatan ternak.

Prognosis adalah proses suatu kasus penyakit berdasarkan hasil diagnosis. Terdiri dari tiga tingkatan, yaitu:

1. Fausta : tingkat kesembuhan lebih dari 50%

2. Dubius : tingkat kesembuhan 50 : 50

3. Infausta : tingkat kesembuhan <50%

Kasus Ringworm pada hewan yang diperiksa merupakan kasus yang ringan dan dapat dengan segera di obati sehingga prognosa yang di berikan adalah fausta.

Terapi yang di berikan yaitu pemberian alkohol 70% pada lesi, grooming, pemberian anti fungal, dan pemberian vitamin. Menurut Ahmad (2009).

Hasil PraktikumSalinan kartu rekam medis

(terlampir).DiskusiGejala klinis yang nampak akibat infestasi caplak pada ternak adalah kegatalan, kerusakan pada kulit, penurunan kondisi umum dan produksi, serta berat badan yang menurun (Harahap 2001). Hal ini akan merugikan secara ekonomi dan kesehatan ternak. Kerugian akibat gangguan caplak pada peternakan sapi di Amerika Serikat diperkirakan mencapai 60 juta dollar/tahun. Di Indonesia sendiri caplak menjadi masalah pada ternak sapi di daerah Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Aceh, Sumatera, Sumbawa dan Jawa. Cara penanggulangan sementara ini dilakukan dengan akarisida, ivermectin, dan yang masih dalam taraf penelitian ialah obat yang berasal dari tanaman tradisional ekstrak daun tembakau, biji srikaya, dan mimba (Ahmad 2004).Kesimpulan

Penyakit kulit salah satu kasus terbesar di dunia semua hewan dapat terjangkit dan memungkinkan bersifat zoonosis, pencegahan dan pengobatan bisa di lakukan dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh hewan.

Caplak berpengaruh terhadap penurunan produksi peternakan melalui perannya sebagai vektor, sebagai contoh kerugian langsung adalah turunnya berat badan, kulit rusak, serta penurunan produksi susu. Pengendalian caplak dapat

Page 8: Laporan 6 Sapi

dilakukan secara kimia maupun secara biologi.

Pustaka Acuan

 Ahmad RZ. 2004. Cendawan Metarhizium anisopliae sebagai pengendali hayati ektoparasit caplak dan tungau pada ternak untuk meningkatkan produktivitas dan kesehatan ternak. J. Litbang Pertanian. Vol. 14 (2) : 73-78.

Achjadi, k. 2003. Penyakit Gangguan Metabolisme. Handout kuliah. Bagian reproduksi dan kebidanan. FKH-IPB

Bewley & Phillips. 2010. Prevention of Milk Fever. University of Kentucky.

Browning, M.L, Correa J.E. 2008. Pregnancy Toxemia (Ketosis) in Goats. Alamaba : Alabama A&M And Auburn Universities. www.aces.edu/urban-UNP-106.pdf

Chase. LE. 1990. Kelainan Metabolik Dalam Nutrisi Sapi Perah. Proceeding Seminar International F.H.. PPSKI. Bandung.

Fox F.H. 1970. Clinical Diagnosis and Treatment of Ketosis. J.Dairy Sci. 54 no 6: 974-979

Fraser, C. M. 1991. The merck Veterinary manual: Hand book of therapy and disease prevention and control for the veterinarian. 7th ed. Mecrk & Co,. Inc. USA

Girindra, A. 1988. Biokimia Patologi Hewan. PAU-IPB. Bogor.

Harahap IS. 2001. Aspek Biologis Caplak Sapi Boophilus microplus (Canestrini, 1887) Indonesia dalam Kondisi Laboratorium [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedotern Hewan IPB.

Kronfeld D.S. I970. Hypoglycemia in Ketotic Cows. J. Dairy Sci . vol 54.6: 949-958.

Mutschler, Ernst., 1991. Dinamika Obat. Buku, Edisi Ke-5. Penerbit ITB: Bandung.

Triaksono, N. 2010. Penyakit Non Infeksius Pada Ternak. Pengabdian Pada Masyarakat BEM. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga.

Schoenian, Susan. 2004. Pregnancy Toxemia In Ewes And Does. University Of Maryland Extension. http://sheepandgoat.com

Wardhana, A.H., et al. 2006. Skabies: Tantangan Penyakit Zoonosis Masa Kini.dan Masa Datang. Wartazoa Vol. 16 No. 1.

Widodo, Setyo. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor : IPB Press.

Zainuddin, Ahmad R. 2014. Permasalahan dan Penanggulangan Ringworm pada Hewan. Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis. Bogor: Balai Penelitian Veteriner.