7
BAB I DASAR TEORI Batuan dapat mengalami ubahan, baik tekstur, struktur maupun komposisi mineraloginya. Perubahan itu dapat terjadi di antaranya karena proses pelapukan, alterasi hidrotermal dan metamorfisme. Proses – proses tersebut dapat mengubah batuan secara keseluruhan ataupun beberapa jenis mineral tertentu saja. Tingkat / derajat perubahan tersebut sangat tergantung pada sifat batuan asal (resistensi mineral) dan tingkatan besar kecilnya proses yang bekerja. 1.1 Pelapukan Pelapukan atau weathering merupakan perusakan batuan pada kulit bumi karena pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau angin). Karena itu pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. 1.2 Alterasi Alterasi merupakan perubahan komposisi mineralogy batuan (dalam keadaan padat) karena pengaruh Suhu dan Tekanan yang tinggi dan tidak dalam kondisi isokimia menghasilkan mineral lempung, kuarsa, oksida atau sulfida logam. Proses alterasi merupakan LAPORAN PRAKTIKUM PETROGRAFI 1

LAPORAN acara 5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

altrasi

Citation preview

BAB I

DASAR TEORI

Batuan dapat mengalami ubahan, baik tekstur, struktur maupun komposisi

mineraloginya. Perubahan itu dapat terjadi di antaranya karena proses pelapukan,

alterasi hidrotermal dan metamorfisme. Proses – proses tersebut dapat mengubah

batuan secara keseluruhan ataupun beberapa jenis mineral tertentu saja. Tingkat /

derajat perubahan tersebut sangat tergantung pada sifat batuan asal (resistensi

mineral) dan tingkatan besar kecilnya proses yang bekerja.

1.1 Pelapukan

Pelapukan atau weathering merupakan perusakan batuan pada kulit bumi

karena pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau angin). Karena itu

pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran

yang lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air.

1.2 Alterasi

Alterasi merupakan perubahan komposisi mineralogy batuan (dalam

keadaan padat) karena pengaruh Suhu dan Tekanan yang tinggi dan tidak dalam

kondisi isokimia menghasilkan mineral lempung, kuarsa, oksida atau sulfida

logam. Proses alterasi merupakan peristiwa sekunder, berbeda dengan

metamorfisme yang merupakan peristiwa primer. Alterasi terjadi pada intrusi

batuan beku yang mengalami pemanasan dan pada struktur tertentu yang

memungkinkan masuknya air meteoric untuk dapat mengubah komposisi

mineralogi batuan.

1.3 Metamorfisme

Proses metamorfisme dapat mengubah mineral dalam batuan protolit.

Mineral produk metamorfisme dapat berupa mineral baru maupun mineral yang

berasal dari mineral dalam batuan protolit. Mineral baru produk metamorfisme

contohnya garnet, silimanit, kyanit, andalusit, staurolit dll. Sedangkan mineral

yang merupakan ubahan dari mineral dalam batuan protolit contohnya klorit,

serpentin, talk, zeolit dll.

LAPORAN PRAKTIKUM PETROGRAFI 1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Batuan Ubahan No Peraga W:2

Pada pengamatan pertama batuan ubahan adalah sayatan pada preparat

peraga no W:2. Pada sayatan ini secara mikroskopis memiliki penciri asalnya

berupa batuan beku. Hal ini dapat dilihat dari kristal mineral yang saling

mengikat dan saling interlocking.

Pada sayatan ubahan batuan beku ini memiliki tekstur holokristali, yaitu

tekstur pada batuan beku yang tersusun oleh massa kristal secara keseluruhan.

Memiliki tekstur equigranular yaitu tekstur dengan kristal-kristalnya yang

berukuran relatif seragam atau sama besar. Memiliki fabrik hypidiomorf granular

yaitu hubungan geometrik antar unsur-unsur yang terdapat dalam batuan beku

tersebut memiliki kristal yang dibatasi oleh bidang kristal yang tidak begitu jelas,

sebagian teratur dan sebagian tidak. Memiliki tekstur porfiritik dengan Ukuran

butir tidak seragam dengan butir individu kristal yang berukuran kecil lebih

banyak daripada yang berukuran besar.

Mineral penyusun batuan terdiri dari mineral primer dan mineral sekunder.

Mineral primer adalah mineral asli yang berasal dari batuan beku, sedangkan

mineral sekunder merupakan hasil ubahan dari mineral primer. Teriri dari

plagioklas, ortopiroksen, klorit, dan epidot. Masing-masing mineral memiliki

sifat optik sebagai berikut:

Plagioklas kenampakan colorless, bentuk lathlike, dengan kembaran albit,

dengan belahan pada permukaannya yang satu arah. Mineral ini pada batuan

memiliki persentase sebaran plagioklas memiliki rata-rata 64%. (mineral

primer)

Orthopiroksen kenampakan warna kecoklatan, memiliki belahan satu arah dan

gelapan sejajar. Mineral ini memiliki sebaran rata-rata pada batuan sebesar

32% (mineral primer)

LAPORAN PRAKTIKUM PETROGRAFI 2

Klorit merupakan mineral ubahan dari plagioklas. Memiliki relief sedang

dengan warna hijau bintik-bintik. Memiliki kelimpahan sekitar 9% (mineral

sekunder)

Epidot merupakan mineral ubahan dari biotit, pada nikol bersilang memiliki

warna yang mencolok. Memiliki kelimpahan sekitar 3%. (mineral sekunder)

Pada sayatan ini total memiliki mineral sekunder sebesar 12%, maka

berdasarkan (Sutarto, 2004) sayatan ini memiliki proporsi mineral ubahan

banyak atau major (10%-50%) dengan intensitas alterasi atau tingkat ubahan

yang lemah (weak).

Petrogenesa batuan ini terbentuk dari batuan beku yang terubahkan.

Merupakan batuan beku andesit dengan aksesoris mineral piroksen yang

dominan. Terubahkan dengan tingkat rendah akibat dari proses pelapukan atau

alterasi hidrotermal sehingga plagioklas dapat terubah menjadi Klorit dan biotit

terubahkan menjadi Epidot.

Berdasarkan penjelasan tekstur, struktur, komposisi, dan tingkat

ubahannya, maka batuan ini dinamakan Andesit Piroksen Terubahkan

(dimodifikasi dari Travis, 1959).

2.2 Batuan Ubahan No Peraga STA 132 EA Jambi

LAPORAN PRAKTIKUM PETROGRAFI 3

Klorit Epidot

Pada pengamatan kedua batuan ubahan adalah sayatan pada preparat

peraga no STA 132 EA Jambi. Pada sayatan ini secara mikroskopis memiliki

penciri asalnya berupa batuan sedimen klastik. Dicirikan dengan material lepasan

yang memiliki porositas dengan butir yang seragam.

Pada sayatan ubahan batuan sedimen klastik ini memiliki warna

kecoklatan. Memiliki struktur massif. Memiliki tekstur porositas yang baik,

sortasi baik yaitu besar butir sedimen merata dan sama besar, kemas tertutup

yaitu butiran saling bersentuhan satu sama lain, dengan roundness sub angular

yaitu memiliki derajat kebundaran yang masih cenderung ke arah runcing

(spherecity 0,5 – 0,7 & roundness 0,3-0,4)

Komposisi penyusun batuan terdiri dari matriks dan grain. Matriks terdiri

dari mineral-mineral feldspar dan grain yang terdiri dari kristal feldspar dan

serisit yang memiliki sifat optik sebagai berikut :

Feldspar memiliki warna colorless dengan relief yang rendah dan memiliki

gelapan. Pada sayatan memiliki kelimpahan sebesar 70%.

Serisit merupakan mineral ubahan dari feldspar. Memiliki warna coklat

dengan relief sedang. Pada sayatan memiliki kelimpahan sebesar 30%.

LAPORAN PRAKTIKUM PETROGRAFI 4

Serisit

Feldspar

Pada sayatan ini total memiliki mineral sekunder sebesar 30%, maka

berdasarkan (Sutarto, 2004) sayatan ini memiliki proporsi mineral ubahan

banyak atau major (10%-50%) dengan intensitas alterasi atau tingkat ubahan

yang sedang (moderate) namun masih tampak tekstur awalnya.

Petrogenesa batuan ini terbentuk dari batuan sedimen klastik yang

terubahkan. Merupakan batuan sedimen batupasir dengan komposisi mineral

berupa feldspar. Mengalami ubahan dengan tingkat ubahan kuat akibat alterasi

hidrotermal atau pelapukan sehingga mineral feldspar terubahkan menjadi

mineral serisit.

Berdasarkan penjelasan tekstur, struktur, komposisi, dan tingkat

ubahannya, maka batuan ini dinamakan Feldspathic Graywacke Terubahkan

(dimodifikasi dari after Dott, 1964).

LAPORAN PRAKTIKUM PETROGRAFI 5