Upload
putrifitriacahyani
View
21
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
a
Citation preview
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Mendefinisikan tekanan darah tinggi yang tidak normal (BP) sangat sulit dan
sewenang-wenang. Selain itu, hubungan antara tekanan arteri sistemik dan
morbiditas tampaknya kuantitatif daripada kualitatif. Tingkat tinggi untuk BP harus
disepakati dalam praktek klinis untuk skrining pasien dengan hipertensi dan untuk
melembagakan evaluasi diagnostik dan memulai terapi. Karena risiko untuk pasien
individu mungkin berkorelasi dengan keparahan hipertensi, sistem klasifikasi sangat
penting untuk membuat keputusan tentang agresivitas pengobatan atau intervensi
terapeutik.
Berdasarkan rekomendasi JNC 8, penderita mengalami hipertensi jika
sebagai berikut (James and wood, 2013) :
1. Pasien dengan umur 60 tahun atau lebih, dengan tekanan sistollik ≥ 150 mmHg,
dengan diastolik ≥ 90 mmHg, diterapi sampai dengan batas normal.
2. Pada pasien kurang dari 60 tahun dengan lebih dari 18 tahun mengalami CKD
atau diabetes, target treatmen tekanan darah seharusnya 140/90 mm Hg.
3. Pada pasien ras bukan kulit hitam, mulai diobati degan diuretik (thiazide), CCB,
ACE-I, atau ARB
4. Pada pasien ras kulit hitam, mulai diobati degan diuretik (thiazide)/CCB
5. Pasien dengan ras tertentu atau dengan diabetes militus, selama 18 tahun atau
lebih dengan CKD, inisial terapi dengan ACE-I atau ARB
6. ACE-I tidak boleh digunakan bersamaan dengan ARB pada pasien yang sama1
7. Jika tujuan terapi dalam 1 bulan tidak tercapai, dosis dapat ditingkatkan atau
dengan mempertimbangkan kombinasi, jika obat kombinasi tidak bisa mencapai
target, menggunakan kelas obat yang ketiga
8. Jika target terapi tidak dapat mencapai target dengan tiga jenis obat dari
rekomendasi kelas-kelas obat, gunakan obat dari kelas obat yang lain dan atau
rujuk kepada sepsialis hipertensi
2.1.2 Patogenesis
Patogenesis hipertensi esensial adalah multifaktor dan sangat kompleks
(Gandhi , 2001). Beberapa faktor memodulasi tekanan darah ( BP ) untuk perfusi
jaringan yang memadai dan mencakup mediator humoral, reaktivitas vaskular,
volume sirkulasi darah, kaliber pembuluh darah, viskositas darah, curah jantung,
pembuluh darah elastisitas, dan stimulasi saraf. Sebuah kemungkinan patogenesis
hipertensi esensial telah diusulkan di mana beberapa faktor, termasuk
kecenderungan genetik, asupan diet garam berlebih, dan nada adrenergik, dapat
berinteraksi untuk menghasilkan hipertensi. Meskipun genetika tampaknya
berkontribusi pada hipertensi esensial, mekanisme yang tepat belum ditetapkan.
Karena penyelidikan patofisiologi hipertensi, baik pada hewan dan manusia,
semakin banyak bukti menunjukkan bahwa hipertensi mungkin memiliki dasar
imunologi. Penelitian telah menunjukkan bahwa hipertensi dikaitkan dengan infiltrasi
ginjal sel kekebalan dan imunosupresi farmakologis (seperti dengan mofetil
mycophenolate obat) atau imunosupresi patologis (seperti yang terjadi dengan HIV)
menghasilkan tekanan darah berkurang pada hewan dan manusia. Bukti
menunjukkan bahwa limfosit T dan sitokin T - sel yang berasal ( misalnya, interleukin
17, tumor necrosis factor alpha ) memainkan peran penting dalam hipertensi.2
Satu hipotesis adalah bahwa hasil prehipertensi dalam oksidasi dan
kekuatan mekanik diubah yang mengarah pada pembentukan neoantigens, yang
kemudian dipresentasikan kepada sel T, yang menyebabkan aktivasi T - sel dan
infiltrasi organ penting ( misalnya, ginjal, pembuluh darah ). Hal ini menyebabkan
kerusakan hipertensi dan akhir organ persisten atau berat . Aktivasi sistem saraf
simpatik dan rangsangan noradrenergik juga telah terbukti dapat meningkatkan
aktivasi T - limfosit dan infiltrasi dan memberikan kontribusi pada patofisiologi
hipertensi (Harrison, 2011). Sejarah alami dari hipertensi esensial berkembang dari
sesekali didirikan hipertensi. Setelah periode asimtomatik invariabel lama, hipertensi
persisten berkembang menjadi hipertensi rumit, di mana kerusakan target organ ke
aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal, retina, dan sistem saraf pusat jelas.
Perkembangan hipertensi esensial adalah sebagai berikut :
1. Prehipertensi pada orang berusia 10-30 tahun (oleh peningkatan cardiac output)
2. Hipertensi dini pada orang berusia 20-40 tahun ( di mana peningkatan resistensi
perifer menonjol
3. Didirikan hipertensi pada orang berusia 30-50 tahun
4. Hipertensi rumit pada orang berusia 40-60 tahun
Salah satu mekanisme hipertensi telah digambarkan sebagai output tinggi
hipertensi. Tinggi -output hasil dari penurunan hipertensi resistensi pembuluh darah
perifer dan stimulasi jantung bersamaan dengan hiperaktivitas adrenergik dan
homeostasis kalsium diubah. Mekanisme kedua bermanifestasi dengan output
jantung normal atau berkurang dan resistensi pembuluh darah sistemik meningkat
karena peningkatan vasoreactivity. Mekanisme ( dan tumpang tindih ) lain meningkat
garam dan reabsorpsi air ( sensitivitas garam ) oleh ginjal, yang meningkatkan
volume darah yang bersirkulasi. Reaktivitas kortisol, indeks fungsi hipotalamus-3
hipofisis - adrenal, merupakan mekanisme lain dimana stres psikososial dikaitkan
dengan hipertensi di masa depan (Hamer, 2012). Dalam subpenelitian prospektif
kohort Whitehall II, dengan 3 tahun tindak lanjut dari kohort kerja pada pasien yang
sebelumnya sehat, peneliti melaporkan 15,9 % dari sampel pasien menderita
hipertensi dalam menanggapi stres mental yang diinduksi laboratorium dan
menemukan hubungan antara reaktivitas kortisol stres dan kejadian hipertensi
(Hamer, 2012).
2.1.3 Tanda dan Gejala
Dikatakan hipertensi jika tekanan sistolik 140 mm Hg atau lebih, atau
tekanan diastol 90 mm Hg atau lebih, atau menggunakan obat antihipertensi.(Roger,
2012). Rekomendasi dasar dari the Seventh Report of the Joint National Committee
on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC
7), klasifikasi tenakan darah untuk umur 18 tahun ketas sebagai berikut (Whelton,
2012):
1. Normal : Sistolik ≤ 120 mm Hg, diastolik ≤ 80 mm Hg
2. Prehypertension : Sistolik 120-139 mm Hg, diastolik 80-89 mm Hg
3. Stage 1 : Sistolik 140-159 mm Hg, diastolik 90-99 mm Hg
4. Stage 2 : Sistolik 160 mm Hg ≥, diastolik 100 mm Hg ≥
2.1.4 Diagnosis
4
Evaluasi hipertesi untuk mengetahui tekanan darah pasien, dilakukan
dengan histori medikasi dan pemeriksaan fisik, dan dilakukan penelitian rutin di
laboratrium (Katakam, 2008). Pada 12-lead elektrokardiogram memberikan makna
yang berarti. Langkah-langkah berikut dapat menjadi acuan (ICSI, 2010):
1. Adanya organ yang rusak
2. Kemungkinan penyebab hipertensi
3. Faktor resiko kardiovaskular
Pada penelitian lain kemungkinan ditemukan hipertensi sekunder dan atau
target organ yang rusak, seperti CBC, gambaran radiografi dada, asam urat, dan
mikroalbumin urin (Chobanian, 2003).
2.1.5 Manajemen
JNC, American Diabetes Associate (ADA), dan American Heart
Association/American Stroke Association (AHA/ASA) merekomendasikan perubahan
pola hidup menjadi langkah awal untuk memanagemen hipertensi. JNC 7
rekomendasi untuk menurunkan BP dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular
termasuk berikut ini, dengan hasil yang lebih besar dicapai bila 2 atau lebih
modifikasi gaya hidup digabungkan(Chobanian, 2003):
1. Berat badan ( kisaran perkiraan sistolik pengurangan BP [ SBP ] , 5-20 mm
Hg per 10 kg )
2. Batasi asupan alkohol tidak lebih dari 1 oz ( 30 ml ) etanol per hari untuk pria
atau 0,5 oz ( 15 ml ) etanol per hari untuk wanita dan orang dengan berat
badan lebih ringan ( kisaran perkiraan pengurangan SBP , 2-4 mm Hg )
5
3. Mengurangi asupan natrium tidak lebih dari 100 mmol / hari ( 2,4 g sodium
atau 6 g sodium klorida , kisaran perkiraan pengurangan SBP , 2-8 mm Hg )
(Whelton,2012)
4. Menjaga asupan makanan kalium ( sekitar 90 mmol / hari )
5. Menjaga asupan kalsium dan magnesium untuk kesehatan umum
6. Berhenti merokok dan mengurangi asupan makanan lemak jenuh dan
kolesterol untuk kesehatan jantung secara keseluruhan
7. Terlibat dalam latihan aerobik minimal 30 menit setiap hari untuk sebagian
besar hari ( kisaran perkiraan pengurangan SBP , 4-9 mm Hg )
AHA / ASA merekomendasikan diet yang rendah sodium , tinggi kalium , dan
mempromosikan konsumsi buah-buahan , sayuran , dan produk susu rendah lemak
untuk mengurangi BP dan menurunkan risiko stroke . Rekomendasi lainnya
termasuk meningkatkan aktivitas fisik ( 30 menit atau lebih aktivitas intensitas
sedang setiap hari ) dan menurunkan berat badan (untuk orang-orang kelebihan
berat badan dan obesitas ). The 2013 European Society of Hypertension ( ESH )
dan European Society of Cardiology ( ESC ) pedoman merekomendasikan diet
rendah sodium ( terbatas pada 5 sampai 6 g per hari ) serta mengurangi indeks
massa tubuh ( BMI ) 25 kg / m2 dan lingkar pinggang ( untuk < 102 cm pada pria
dan < 88 cm pada wanita ) (O'Riordan and Mancia, 2013).
2.1.6 Terapi Farmakologis
Jika modifikasi gaya hidup tidak cukup untuk mencapai tujuan BP , ada
beberapa pilihan obat untuk mengobati dan mengelola hipertensi . Diuretik thiazide
adalah agen disukai tanpa adanya indikasi menarik (Chobanian, 2003). Indikasi
6
menarik mungkin termasuk kondisi berisiko tinggi seperti gagal jantung, penyakit
jantung iskemik, penyakit ginjal kronis, dan stroke berulang, atau kondisi-kondisi
umumnya terkait dengan hipertensi , termasuk diabetes dan risiko penyakit koroner
tinggi. Obat intolerability atau kontraindikasi mungkin juga faktor (Chobanian, 2003).
Sebuah angiotensin-converting enzyme ( ACE ) inhibitor, penghambat reseptor
angiotensin ( ARB ), calcium channel blocker ( CCB ), dan beta - blocker semua
agen alternatif yang dapat diterima dalam kasus-kasus yang menarik tersebut.
Berikut ini adalah rekomendasi kelas obat untuk indikasi menarik
berdasarkan berbagai uji klinis (Chobanian, 2003):
1. Gagal jantung : diuretik , beta blocker , ACE inhibitor , ARB , antagonis
aldosterone
2. infark miokard : Beta - blocker , ACE inhibitor , antagonis aldosterone
3. risiko penyakit koroner Tinggi : diuretik , beta blocker , ACE inhibitor , CCB
4. Diabetes : diuretik , beta blocker , ACE inhibitor , ARB , CCB
5. Penyakit ginjal kronis : ACE inhibitor , ARB
6. pencegahan stroke berulang : diuretik , ACE inhibitor
2.2 Indeks Kebersihan Gigi dan Mulut
Untuk mengukur kebersihan gigi mulut kita menggunakan Oral Hygine Index
Simplified dari Green dan Vermilion (Herijulianti dkk., 2001). Green dan Vermilion
memilih enam permukaan gigi indeks tertentu yang cukup dapat mewakili segmen
7
depan maupun belakang dari seluruh pemeriksaan gigi yang ada dalam rongga
mulut. OHI-S diperoleh dengan cara menjumlahkan Debris Index dan Calculus Index
(Putri dkk., 2010).
atau
Untuk menilai kebersihan gigi dan mulut seseorang yang dilihat adalah
adanya debris (plak) dan kalkulus pada permukaan gigi. Pemeriksaan klinis yang
dilakukan untuk memudahkan penilaian. Pemeriksaan debris dan kalkulus dilakukan
pada gigi tertentu dan pada permukaan tertentu dari gigi tersebut, yaitu (Herijulianti
dkk., 2001) :
Untuk rahang atas yang diperiksa :
1. Gigi M1 kanan atas pada permukaan bukal.
2. Gigi I1 kanan atas pada permukaan labial.
3. Gigi M1 kiri atas pada permukaan bukal.
Untuk rahang bawah yang diperiksa :
1. Gigi M1 kiri bawah pada permukaan lingual.
2. Gigi I1 kiri bawah pada permukaan labial.
3. Gigi M1 kanan bawah pada permukaan lingual.
8
OHI-S = Debris Index + Calculus Index
OHI-S = DI + CI
Gambar 2.1 Permukaan Gigi yang Diperiksa Untuk Melihat Debris dan Plak
Bila ada kasus salah satu dari gigi-gigi tersebut tidak ada (telah
dicabut/tinggal sisa akar), penilaian dilakukan pada gigi-gigi pengganti yang sudah
ditetapkan untuk mewakilinya yaitu (Herijulianti dkk., 2001) :
1. Bila gigi M1 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada
gigi M2 rahang atas/bawah.
2. Bila gigi M1 dan M2 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian
dilakukan pada gigi M3 rahang atas atau rahang bawah.
3. Bila M1, M2, dan M3 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, tidak dapat
dilakukan penilaian.
4. Bila gigi I1 kanan rahang atas tidak ada, penilaian dilakukan pada I1 kiri rahang
atas.
5. Bila gigi I1 kanan dan kiri rahang atas tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian.
6. Bila gigi I1 kiri rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi I1 kanan
rahang bawah.
7. Bila gigi I1 kiri dan kanan rahang bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan
penilaian.
9
Gambar 2.2 Penilaian Debris dan Kalkulus
Bila terdapat kasus beberapa gigi diantara keenam gigi yang seharusnya
diperiksa tidak ada, debris index dan kalkulus masih dapat dihitung apabila terdapat
paling sedikit 2 gigi yang dapat dinilai (Herijulianti Eliza dkk., 2002). Untuk
mempermudah penilaian, sebelum melakukan penilain debris, kita dapat membagi
permukaan gigi yang akan dinilai dengan garis khayal menjadi tiga bagian sama
besar atau luas secara horizontal (Putri dkk., 2010).
1. Mencatat Skor debris
Oral debris adalah bahan lunak di permukaan gigi yang dapat merupakan
plak, materail alba, dan food debris. Kriteria skor debris adalah sebagai berikut (Putri
dkk., 2011).
Gambar 2.3 Kondisi Skor Debris (Putri., dkk 2010).
10
Tabel 2.1 Skor debris pada pemeriksaan kebersihan mulut menurut indeks OHI-S Green dan
Vermilion
Skor Kondisi
0 Tidak ada debris atau stain
1 Plak menutup tidak lebih dari 1/3 permukaan servikal, atau terdapat stain
ekstrinsik di permukaan yang diperiksa
2 Plak menutup lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3 permukaan yang
diperiksa
3 Plak menutup lebih dari 2/3 permukaan yang diperiksa
Cara pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan larutan disklosing
ataupun tanpa larutan disklosing.
Jika digunakan larutan disklosing pasien diminta untuk mengangkat lidahnya
ke atas, teteskan disklosing sebanyak tiga tetes di bawah lidah. Dalam keadaan
mulut terkatup sebarkan disklosing dengan lidah ke seluruh permukaan gigi. Setelah
disklosing tersebar, pasien diperbolehkan meludah, diusahakan tidak kumur.
Periksalah gigi indeks pada permukaan indeksnya dan catat skor sesuai dengan
kriteria.
Jika tidak menggunakan larutan disklosing, gunakanlah sonde biasa atau
dental probe untuk pemeriksaa debris. Gerakan sonde secara mendatar pada
permukaan gigi, dengan demikian debris akan terbawa oleh sonde. Periksalah gigi
indeks mulai dengan menelusuri dari sepertiga bagian insisal atau oklusal, jika pada
bagian ini tidak ditemukan debris, lanjutkan terus pada dua pertiga gigi, jika disini
pun tidak ada, teruskan sampai ke bagian servikal (Putri dkk., 2010).
11
Cara memperoleh debris index :
2. Mencatat skor kalkulus
Kalkulus adalah deposit keras yang terjadi akibat pengendapan garam-
garam anorganik yang komposisi utamanya adalah kalsium karbonat dan kalsium
fosfat yang bercampur dengan debris, mikroorganisme, dan sel-sel deskuamasi
(Putri dkk., 2010). Kriteria skor kalkulus adalah sebagai berikut :
Gambar 2.4 Kondisi Skor Kalkulus (Putri., dkk 2010).
Tabel 2.2 Skor kalkulus pada pemeriksaan kebersihan mulut menurut indeks OHI-S Green
dan Vermilion
Skor Kondisi
0 Tidak ada kalkulus
1 Kalkulus supragingiva menutup tidak lebih dari 1/3 permukaan servikal,
yang diperiksa
2 Kalkulus supragingiva menutup lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3
permukaan yang diperiksa, atau ada bercak-bercak kalkulus subgingiva
di sekeliling servikal gigi
3 Kalkulus supragingiva menutup lebih dari 2/3 permukaan atau ada
12
DI = Jumlah nilai debris
Jumlah gigi yang diperiksa
kalkulus subgingiva yang berkelanjutan disekeliling servikal gigi
Cara memperoleh calculus index :
3. Menghitung skor indeks debris, skor indeks kalkulus dan skor OHI-S
Skor indeks debris maupun skor indeks kalkulus ditentukan dengan cara
menjumlahkan seluruh skor kemudian membaginya dengan jumlah segmen yang
diperiksa (Putri dkk., 2010).
4. Menentukan kriteria OHI-S
OHI-S mempunyai kriteria tersendiri, yaitu mengikuti ketentuan sebagai
berikut (Herijulianti dkk., 2001) :
Baik (good) : Jika antara 0 – 1,2
Sedang (fair) : Jika antara 1,3 – 3,0
Buruk (poor) : Jika antara 3,1 – 6,0.
BAB 3
13
CI = Jumlah nilai kalkulus
Jumlah gigi yang diperiksa
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Pemecahan Masalah
Gambar 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah
3.2 Pencarian Alternatif Program Kesehatan
14
Tingkat Ekonomi rata-rata cukup
Tingkat Pendidikan lansia rata-rata SMP
Pengetahuan lansia tentang hipertensi rendah
Tingginya hipertensi di daerah pakis kembar
Kurangnya perhatian terhadap lansia oleh petugas kesehatan
Kepatuhan dalam minum obat rendah
Hipertensi yang tidak terkontontrol dan banyak yang melngalami strok
Perlu ditingkatkan pengetahuan lansia dengan penyuluhan
kesehatan
Perlu ditingkatkan pengetahuan dan skrining awal hipertensi
Penyuluhan tentang :
- Hipertensi- Obat-obatab hipertensi
Penyuluhan dan pelatihan tensi untuk screening hipertensi:
- Mengajari kader-kader tensi dan mengevaluasi- Memberikan catatan penting hipertensi beserta
bahayanya
Berdasarkan Konsep PEARL
Solusi P E A R L Jumlah
Penyuluhan dan Pelatihan Tensi
4 2 4 4 5 19
Penyuluhan tentang :
- Hipertensi
- Obat-obat
hipertensi
3 3 3 4 5 18
Tabel 3.1 Pencarian Alternatif Program Kesehatan Berdasarkan Konsep PEARL
P : Appropriateness (kesesuaian antara solusi/program dengan masalah.
Semakin sesuai dengan masalah, nilai semakin tinggi.
E : Economic Feasibility (pelaksanaan program secara ekonomi murah).
Semakin murah pelaksanaannya, nilai semakin tinggi.
A : Acceptability (dapat diterima oleh masyarakat).
Semakin diterima secara luas oleh masyarakat, nilai semakin tinggi.
R : Resource Availability (tersedianya sumber daya <5 M> yang memadai).
Semakin tersedia sumber dayanya, nilainya semakin tinggi.
L : Legality (program secara legalitas terjamin).
Semakin legal (tidak bermasalah secara hukum), nilainya semakin tinggi.
Penjelasan:
15
Berdasarkan pencarian alternatif program (pemecahan masalah) dengan
PEARL faktor maka didapatkan masalah yang dapat diselesaikan dalam
rangakaian metode Hanlon.
Tempat penyuluhan kami terdiri dari gabungan dusun Krajan Brat dan Krajan
Timur yang merupakan desa yang sebelumnya belum pernah diberikan
penyuluhan. Oleh karena itu, tim membuat program penyuluhan hipertensi
dan pelatihan tensi untuk kader, karena rendahnya pengetahun tentang
hipertensi, mengangap bahwa hipertensi adalah sesuatu yang wajar pada
orang tua dan tingkat kepatuhan minum obat sangat rendah, ketika tensi
sudah turun tidak mau lagi minum obat. Pelatihan tensi untuk kader
diharapkan para kader mampu mengecek tanda awal hipertensi dan lebih
memperhatikan lagi bahaya-bahaya hipertensi.
Penyuluhan merupakan secondary prevention yang ekonomis dan praktis
serta mampu memberikan peningkatan pengetahuan lansia dan kader
khususnya di Dusun Krajan Barat dan Krajan TImur serta seluruh kader
posyandu di Desa Pakis Kembar.
BAB 4
METODE KEGIATAN16
4.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dilajkan di Balai Desa Pakis Kembar Kecamatan
Pakis Kabupaten Malang. Kegiatan pemeriksaan kesehatan, penyuluhan dan
senam lansia dilaksanakan pada tanggal 22 Februari 2014 dan dimulai pada
pukul 08.00.
4.2 Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah penduduk desa yang sudah lanjut usia
(>50thn) yang memiliki hipertensi maupun riwayat hipertensi serta seluruh Kader
Posyandu Lansia Desa Pakiskembar.
4.3 Alat dan Bahan
1. Speaker
2. Mic wireless
3. Tensimeter
4. Timbangan
5. Meteran
6. Slide Presentasi
7. LCD
8. Booklet
9. Meja 5 buah
10. Alat dan bahan pemeriksaan (BGA, kolesterol, OHIS)
11. Kursi 50 buah
12. Laptop17
13. Kabel roll 1 buah isi 4
4.4 Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan kegiatan yang dilakukan adalah penyuluhan
hipertensi yang membahas mengenai pentingnya menjaga pola hidup yang
sehat bagi penderita hipertensi dan pemeriksaan kesehatan (anamnesa, cek
tekanan darah, kolesterol, GDA dan OHIS) serta pelaksanaan senam lansia.
Metode pendekatan dilakukan dengan pendekatan personal dengan perangkat
desa, bidan desa, dan kader posyandu.
No. Kegiatan MetodePenyuluhan
1. Penyuluhan kepada lansia di Desa
Pakiskembar tentang hipertensi.
- Lecture with Discussion.
Pada metode ini peserta
diberikan kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan atau
umpan baik selama atau
setelah penyuluhan.
Pemeriksaan Kesehatan2. anamnesa, cek tekanan darah,
kolesterol, GDA dan OHIS yang
ditujukan untuk yang beresiko.
- KIE (Komunikasi, Informasi
dan Edukasi), mengenai
pentingnya cek rutin tekanan
darah, gula darah dan
kolesterol bagi yang memiliki
resiko tinggi. OHIS
memeriksa tingkat higienis
gigi.
18
Pelatihan Kader untuk Tensi3. Pelatihan tensi dan mengukur nadi - Melatih langka-langkah
mengukur tensi dan nadi
4.5 Metode Pengambilan Sampel
Gambar 4.1 Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel yang akan diberikan intervensi lansia di dusun Krajan
Timur dan Krajan Barat dengan alasan :
19
DESA
PAKIS KEMBAR
∑ dusun = 5 dusun
- Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada tanggal 22 Februari 2014
Ngedem yang terdiri dari 1 RW dan 5 RT, jumlah lansia 21 orang
Krajan Timur yang terdiri dari 1 RW dan 1 RT, jumlah lansia 23 orang
Kegiatan Pemeriksaan Kesehatan yang sesuai jadwal PKNM yaitu pada tanggal 22 Februari 2014
terdiri dari 5 Dusun
Jambon yang terdiri dari 1 RW dan 13 RT, jumlah lansia 19 orang.
Krajan Barat yang terdiri dari 2 RW dan 15 RT, 18 orang
Tegal Pasangan yang terdiri 3 RW dan 14 RT, jumlah lansi 15 orang
1. Pada daerah tersebut kader ingin bekerjasama dan mudah dalam
mengkoodinir, pada daerah lain sulit dijangkau dan tidak mau bekerjasama
dengan alasan tidak ada upahnya.
2. Tingkat pengetahuan yang kurang pada daerah tersebut sehingga dipilih
sampel pada daerah tersebut, diharapkan para kader mau menyumbangkan
pengetahuannnya setelah acara ini.
BAB 520
RANCANGAN EVALUASI
Kegiatan Indikator Keberhasilan Cara Mengukur Indikator
1. Lecture with
Discussion
mengenai
Hipertensi dan
obat-obat
antihipertensi
- Edukasi diikuti oleh
minimal 20 orang lansia
dan 3 orang kader
posyandu
- Peningkatan pengetahuan
peserta
- Peserta aktif mengikuti
kegiatan tanya jawab
- Melalui absensi
kehadiran peserta
edukasi
- Melalui kegiatan tanya
jawab yang disediakan
oleh panitia
2. Senam - Senam diikuti oleh seluruh
peserta yang hadir
penyuluhan dan
pemeriksaan kesehatan
- Melalui absensi
kehadiran
- Melalui antusiasme
peserta (lansia)
mengikuti rangkaian
gerakan senam
3. Pemeriksaan
Tekanan Darah
- Seluruh peserta (lansia)
yang hadir pada acara
diukur tekanan darahnya
- Melalui kartu kendali
pemeriksaan lansia
4. Pemeriksaan
GDA dan
Cholesterol
- Peserta yang memiliki
resiko dan riwayat stroke
dilakukan pemeriksaan
kolesterol
- Peserta yang memiliki
riwayat dan indikasi tanda
gejala diabetes dilakukan
cek GDA
- Melalui kartu kendali
pemeriksaan lansia
5. Pelatihan tensi - Para kader mampu
melakukan pengukuran
tensi dan nadi, dan
- Melalui tes pengukuran
tensi oleh kader
terlebih dahulu,
21
mengetahui batasan
normal atau tidak setelah
diukur tensi dan nadi.
kemudian di cek oleh
mahasiswa
kedokterran, apakah
hasil sudah benar
6. Pemeriksaan
OHIS
- Seluruh peserta (lansia)
yang hadir pada acara
mengikuti pemeriksaan
OHIS
- Melalui kartu kendali
pemeriksaan lansia
dan lembar hasil
pemeriksaan OHIS
BAB 6
22
JADWAL PELAKSANAAN
6.1 Pelaksanaan Acara
Pelaksanaan acara :
Waktu : Sabtu, 22 Februari 2014 pukul 07.00 WIB
Tempat : Balai desa
Waktu Durasi Kegiatan PJ05.30 kumpul di depan faal06.00 Semua Sie Berangkat ke lokasi PJ : AngelPersiapan06.30-07.00
Acara Briefing keseluruhan kegiatan
Perkap Mengecek kesiapan tempat acaraMengecek peralatan yang akan digunakan : sound sistem
PJ : Sanca
Konsumsi Menyiapkan snack dan minuman bagi peserta dan undangan
PJ : Nora
Dokumentasi Mengecek kesiapan dan dekorasiMemastikan kesiapan wallpaper, backsound, video untuk hari iniPersiapan untuk dokumentasi
PJ : Dimas
Humas Memastikan ruangan yang akan digunakan siap dipakaiMemastikan undangan datang tepat waktu
PJ : Nonik
Sekretaris Menyiapkan absensi peserta PJ: Adecya
Registrasi Peserta07.00-07.30
Sekretaris Melakukan absensi PJ: Adecya
PDDM Dokumentasi PJ : Dimas
Humas Menemani undangan PJ : DewiAcara -berkoordinasi dengan sie lain
-memastikan semua siap (termasuk persiapan senam lansia)-mengingatkan PDDM untuk menyiapkan semua slide
PJ : Angel
Pembukaan07.30-07.45
Acara Time keeper : pra kondisi senam lansia
MC Membuka acara PJ : Ova Senam Lansia
23
07.45-08.15
Acara -time keeper-berkoordinasi dengan sie lain
PJ : Angel
PDDM -dokumentasi PJ : Dimas
Perkap -menyiapkan lagu untuk senam PJ : Sanca
Pemandu Senam
-Memandu jalannya senam PJ : Cahyani dan Puti
All Sie Mengikuti SenamBreak08.15-08.30
Acara -Menyiapkan acara selanjutnya
Perkap -Menyiapkan LCD dan ruang untuk penyuluhan
PDDM -Menyiapkan slide presentasi Konsumsi -Membagikan minum untuk peserta
Penyuluhan Kesehatan08.30-09.00
Acara -time keeper-berkoordinasi dengan sie lain
PDDM -Membantu menjadi moderator-Dokumentasi
Pemateri Membawakan materi penyuluhan hipertensi
Angel dan Dewi
Semua petugas yang tidak terlibat dalam penyuluhan kesehatan, menyiapkan acara selanjutnya yaitu pemeriksaan kesehatan
Break09.00-09.10
Acara Mempersiapkan acara selanjutnya
Perkap -Menyiapkan tempat pemeriksaan kesehatan-Mengecek alat-alat untuk pemeriksaan kesehatan
Konsumsi -Menyiapkan konsumsi untuk dibagikan setelah pemeriksaan kesehatan Semua petugas siap ditempat masing-masing
Pemeriksaan Kesehatan09.10-11.00
All sie -Menempati tempat pemeriksaan kesehatan masing-masing sesuai tugas yang sudah dibagiKeterangan ada di bawah
PDDM - DokumentasiPenutupan
24
Acara - Menutup acara- Menyerahkan kenang-kenangan
secara simbolis- Pembagian konsumsi dan
souvenir untuk pesertaPDDM Dokumentasi
Keterangan :
Meja 1 :
Registrasi : ketas registrasi (petugas : Dewi)
Pengukuran BB : timbangan (petugas : Sanca)
Meja 2 :
Anamnesa : kartu kendali, bopoin (petugas : Angel, Nonik, Atus)
Tensi : stetoskop dan tensi (petugas : Adis, Romi, Nora)
Meja 3 :
Pemeriksaan GDA dan Kolesterol : 2 alat GDA dan Kolesterol, kapas alkohol
(petugas : Puti)
Meja 4 :
Pemeriksaan OHIS untuk mengetahui status higienis gigi (petugas : Ova,
Pavita, Melur)
Untuk semua documentasi PJ : Dimas
6.2 Evaluasi Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik
6.2.1 Evaluasi Anamnesa
Poin2 anamnesa :25
1. Apakah selama ini tekan darah selalu tinggi?
2. Apakah sudah pernah minum obat darah tinggi?
3. Jika iya, jenis obat apa? Cara meminumnya seperti apa? Apa ada perubahan?
4. Jika punya darah tinggi, apakah rajin control?
5. Apakah penah mengalami stroke?
6. Apakah punya penyakit jantung?
Poin 5 dan 6 Bila YA wajib cek Kolesterol
6.2.2 Evaluasi Pemeriksaan Fisik
Pertanyaan mengarahkan untuk cek GDA
1) Apa anda sering merasa sangat lapar dan haus?
2) Kulit anda sering terasa gatal atau masalah kulit lainnya?
3) Anda sering mengalami bisul?
4) Jika anda terluka apakah butuh waktu yang lama untuk smebuh?
5) Anda sering merasa kram di kaki?
6) Apakah sering buang air kecil di siang hari atau malam hari?
7) Anda sering mengalami infeksi kandung kemih?
8) Kaki dantangan sering mati rasa atau kesemutan?
9) Berat badan menurun derastis?
10) Anda merasa letih dan lemah?
11) Anda merasa sangat mual?
12) Anda memiliki anggota keluarga yang menderitas diabetes?
13) Apakah dulu ada kelebihan berat badan?
Apabila mayoritas jawaban YA, wajib periksa GDA
26
Tabel 6.1 Hasil Pemeriksaan GDA
6.3 Jadwal Kegiatan
No. Kegiatan Waktu Pelaksanaan (Februari 2014)16 17 18 19 20 21 22 23-26
1. Rapat Kegiatan2. Survey dan
pelatihan kader3. Konsultasi dengan
dosen pembimbing4. Pembuatan TOR5. Persiapan acara
(pembuatan booklet, penyuluhan, dan persiapan peralatan)
6. Pembagian Undangan dan pelatihan kader
7. Pelaksanaan acara8. Pemberian kenang-
kenangan dan ucapan terima kasih
9. Konsultasi dengan dosen pembimbing
10. Follow up dan pembuatan laporan
6.4 Susunan KepanitiaanPembimbing : drg. Miftahul Cahyati, Sp.PM
Ketua : Anggela Damayanti
27
Sekretaris : Adecya Amaryllis Risa Putri
Bendahara : Zurniatus Sholihah
Sie Acara : Pavita Rahma Rosyida
Prissasova Novelianingsih
Sie Humas : Cahyani Permata
Melur Fatima Haris
Sie Perlengkapan : Romi
Sanca Ermanda F. P.
Sie Konsumsi : Nora A. Roragabar
Dewi Okta Briana
Sie Dokumentasi : Puti Fajri Lestari
Dimas Prakoso
BAB 7
HASIL DAN PEMBAHASAN
28
7.1 Judul Kegiatan
Pembinaan Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Pakis Kembar Sebagai
Upaya Peningkatan Pengetahuan Tentang Hipertensi Dan Penggiatan Senam
Pra Lansia dan Lansia.
7.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan di Balai Desa Pakis Kembar, Desa Pakis
Kembar, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Kegiatan penyuluhan dan pelatihan
tensi dilaksanakan pada tanggal 22 Februari 2014 dan dimulai pada pukul 08.00.
7.3 Jumlah Peserta
a. Jumlah lansia yang mengikuti penyuluhan sebanyak 20 orang
b. Jumlah kader posyandu yang mengikuti pelatihan tensi sebanyak 8 orang
7.4 Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah pra lansia dan lansia di dusun Krajan Barat
dan Krajan Timur serta seluruh kader posyandu Desa Pakis Kembar Kecamatan
Pakis Kabupaten Malang.
7.5 Target
29
Penyuluhan diikuti oleh minimal 25 pra lansia dan lansia dari dusun
Krajan Barat dan Krajan Timur dan 10 orang kader posyandu Desa Pakis
Kembar Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.
7.6 Kualifikasi
a. Penyuluhan diikuti oleh perwakilan pra lansia dan lansia yang berasal dari
dusun Krajan Barat dan Krajan Timur yang tergabung dalam wilayah Desa
Pakis Kembar Kecamatan Pakis Kabupaten Malang serta seluruh kader
posyandu di Desa Pakis Kembar
b. Pelatihan tensi diikuti oleh perwakilan kader posyandu dari semua dusun
yang ada di Desa Pakis Kembar Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.
7.7 Metode Kegiatan
Metode pelaksanaan kegiatan yang dilakukan adalah penyuluhan
hipertensi dan kesehatan mengenai pentingnya pencegahan dan
penanggulangan hipertensi yang tepat untuk pra lansia dan lansia, pentingnya
pengetahuan tentang pengukuran tensi untuk kader posyandu. Metode
pendekatan dilakukan dengan cara pendekatan personal dengan perangkat
desa, bidan desa, dan kader posyandu.
No. Kegiatan Metode
Penyuluhan
1. Penyuluhan kepada pra lansia dan lansia mengenai hipertensi dan kesehatan di Dusun Krajan Barat dan Krajan Timur Kecamatan Pakis Kabupaten Malang
- Lecture with Discussion.
Pada metode ini peserta
diberikan kesempatan
untuk mengajukan
30
pertanyaan atau umpan
baik selama atau setelah
penyuluhan.
Pelatihan Kader Mengenai Tensi
2. Demo tensi yang sudah dilatih sebelumnya dengan perwakilan kader posyandu dari semua dusun yang ada di Desa Pakis Kembar Kecamatan Pakis Kabupaten Malang
- Pelatihan Tensi
7.8 Tujuan Kegiatan
Pada akhir proses edukasi dengan metode Lecture with Disscussion, pra
lansia dan lansia Desa Pakis Kembar Kecamatan Pakis diharapkan dapat
mengalami peningkatan pengetahuan terkait hipertensi dan untuk kader
dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari yang terdiri dari praktek
pengecekan tensi dan nadi. Selain itu, melalui edukasi ini juga diharapkan
dapat meningkatkan skill kader Desa Pakis Kembar Kecamatan Pakis untuk
menjadi ujung tombak screening awal hipertensi.
7.9 Hasil dan Pembahasan OHIS
Pemeriksaan OHI-S (Oral Hygiene Index) dilakukan untuk mengetahui
tingkat kebersihan gigi dan mulut pada lansia Desa Pakiskembar. Pemeriksaan
OHI-S dilakukan pada gigi 16 dan 26 bagian bukal, 11 dan 31 bagian labial serta 36
dan 46 bagian bukal. Apabila gigi molar pertama missing, maka dapat digantikan
oleh gigi molar kedua dan apabila molar kedua missing dapat dilakukan perhitungan
dengan menggunakan molar ketiga. Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
terhadap lansia Desa Pakiskembar, banyak didapati gigi molar yang missing lebih
31
dari 2 dan beberapa dari lansia memakai gigi tiruan penuh sehingga pengukuran
OHI-S tidak dapat dilakukan. Berdasarkan perhitungan OHI-S yang dilakukan,
didapatkan nilai rata-rata OHI-S pada kelompok lansia adalah 1. Nilai ini
menunjukkan kriteria OHI-S pada lansia Desa Pakiskembar adalah baik yaitu
berkisar antara 0-1,2.
Rata-rata OHI-S = =
7.10 Hasil dan Pembahasan Screening Hipertensi
Penyuluhan dan pemeriksaan hipertensi berjalan lancer, dari target yang
ditetapkan di dua dusun yaitu, Krajan Barat dan Krajan Timur dari 25 undangan,
peserta yang hadir 15 orang. Kemudian kami mendatangi rumah penduduk secara
personal untuk pengambilan sampel sisa. Didapatkan jumlah yang cukup besar
angka hipertensi di dua dusun tersebut. Dari 20 sampel di dua dusun tersebut hanya
1 orang yang tidak hipertensi. Ini mengindikasikan bahwa tingginya angka hipertensi
di daerah tersebut. Permasalahan lain adalah gula darah yang juga tinggi. Sehingga
saling terkalit antara gula darah dan hipertensi yang menyebabkan semakin
parahnya kedua penyakit tersebut. Didukung juga dengan tingkat pengetahuan yang
rendah mengenai bahaya hipertensi dan penggunaan obat hipertensi. Kepatuhan
minum obat yang rendah mengakibatkan hipertensi tidak terkendali. Berdasarkan 20
lansia yang hadir, rata-rata senang membeli dan mengobati penyakitnya sendiri,
32
misalkan mempunyai hipertensi langsung beli di apotek tanpa resep dokter, dan
memberikan resep pada teman yang lain yang juga hipertensi. Ini semakin
memperparah keburukan dalam penanganan hipertensi. Dari 20 kasus, 99%
mengalami hipertensi, hanya 1 saja yang normal 120/80. Data yang lain menunjukan
tensi rata-rata 210/100, bahkan ada yang 200/- yang artinya tidak terbaca.
Dari hasil pengecekan gula darah dan kolesterol didapatkan 10 orang yang
mengalami diabetes militus, rata-rata sudah menyadari penyakitnya, namun ada
juga yang belum tau mengenai penyakitnya. Hasil tertingi 486 untuk gula darah.
Untuk kolesterol rata-rata normal.
7.11 Analisis Tingkat Keberhasilan Program dan Faktor Penyebab
Berdasarkan cut-off yang dipakai dalam menentukan tingkat pengetahuan,
dimana :
a. Pengetahuan baik jika ≥80%
b. Pengetahuan cukup/sedang jika 60%-80%
c. Pengetahuan kurang jika <60%,
Dapat dilihat dalam penajuan pertannyaan untuk para lansia rata-rata tingkat
pengetahuan <60% yaitu pengetahun yang kurang mengenai hipertensi.
Faktor – faktor pendukung keberhasilan program antara lain :
a. Partisipasi warga dalam kegiatan ini. Peserta yang hadir saat edukasi
sebanyak 20 orang lansia serta 8 orang kader Posyandu hadir saat edukasi
dan pelatihan yang dilihat melalui absensi kehadiran kegiatan, dengan target
yang diharapkan seharusnya adalah sebesar 25 orang lansia dan 10 orang
kader Posyandu.
33
b. Pihak desa yang kooperatif, yaitu kepala desa, bidan desa, perawat
penanggung jawab posyandu, koordinator kader, dan kader-kader kesehatan
setempat.
c. Kerja sama yang baik antar anggota kelompok dari masing-masing program
studi.
7.12 Pelajaran yang Dapat Diambil
Dalam pelaksanaan PKNM, kelompok 27 melaksanakan beberapa program
yang mana dalam pelaksanaan program tersebut dapat diambil beberapa pelajaran.
Diantaranya adalah
Memahami keadaan masyarakat di Desa Pakis Kembar khususnya pada
kondisi lansia, dan merancang program yang tepat yang dapat dilaksanakan
serta dapat berdampak terhadap peningkatan kesehatan pra lansia dan
lansia.
Peserta PKNM dapat belajar bagaimana cara melakukan koordinasi yang
baik dengan para kader, masyarakat, tokoh serta perangkat desa dan yang
terpenting adalah bagaimana peserta PKNM dapat berkolaborasi dengan
baik dengan berbagai program studi.
BAB 8
34
ANGGARAN DANA
8.1 PemasukanIuran Anggota 13 org @ Rp 70.000,00 Rp 910.000,00
8.2 Pengeluaran1. Kue peserta 50 org @ Rp 1.500,00 Rp 75.000,00
2. Fotokopi logbook 11 @ Rp 2.000,00 Rp 22.000,00
3. Cetak brosur dan proposal Rp 15.000,00
4. Souvenir mug 4 bh @ Rp 27.500,00 Rp 110.000,00
5. Kenang-kenangan Rp 60.000,00
6. Test strip NESCO Glucose Rp 90.000,00
7. Test strip NESCO Cholestrol Rp 165.000,00
8. Cetak leaflet hipertensi Rp 72.000,00
9. Kapas Rp 48.600,00
10. Kertas kado dan mika bungkus souvenir Rp 15.800,00
11. Gula untuk puding Rp 11.000,00
12. Bahan puding Rp 23.000,00
13. Fotokopi Rp 5.600,00
14. Konsumsi Rp 60.000,00
15. Transport Rp 100.000,00
16. Uang kebersihan Rp 20.000,00
Rp 893.000,00
BAB 9
KESIMPULAN DAN SARAN35
9.1 Kesimpulan
1. Pengetahuan yang semakin bertambah terkait mengenai hipertensi dan cara
minum obat yang benar.
2. Mengatuhi bahaya-bahaya hipertensi yang tidak terkontrol
3. Kader posyandu dapat mengukur tensi dan nadi lansia di Dusun Krajan
Barat dan Krajan Timur, Desa Pakis Kembar, Kabupaten Malang.
9.2 Saran
1. Hubungan yang baik antara mahasiswa dengan kepala desa beserta
perangkatnya, bidan desa, dan kader perlu dipertahankan karena dengan
dukungan dari pihak –pihak tersebut kegiatan PKNM dapat berjalan dengan
baik.
2. Pemberian program yang lebih bervariasi di samping pemberian materi
melalui penyuluhan, misalnya senam dan pemeriksaan tensi, gula darah,
kolesterol dan gigi.
3. Pengemasan materi yang lebih menarik untuk refreshment pengetahuan
lansia.
DAFTAR PUSTAKA
36
Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Depkes, RI. 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta: Pusat
Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
[Guideline] James PA, Oparil S, Carter BL, et al. 2014 Evidence-based guideline forthe management of high blood pressure in adults: report from the panelmembers appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8). JAMA.Dec 18 2013;
Wood S. JNC 8 at last! Guidelines ease up on BP thresholds, drugchoices. Heartwire [serial online]. December 18, 2013;Accessed December30, 2013. Available athttp://www.medscape.com/viewarticle/817991.
Roger VL, Go AS, Lloyd-Jones DM, et al. Heart disease and stroke statistics—2012update: a report from the American Heart Association. Circulation. Jan 32012;125(1):e2-e220.
Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL Jr, et al.Seventh report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.Hypertension. Dec2003;42(6):1206-52.
Katakam R, Brukamp K, Townsend RR. What is the proper workup of a patient withhypertension?. Cleve Clin J Med. Sep 2008;75(9):663-72.
Institute for Clinical Systems Improvement (ICSI). Hypertension diagnosis andtreatment. Bloomington, Minn: Institute for Clinical Systems Improvement(ICSI); 2010.
Whelton PK, Appel LJ, Sacco RL, Anderson CA, Antman EM, Campbell N, et al.Sodium, Blood Pressure, and Cardiovascular Disease: Further EvidenceSupporting the American Heart Association Sodium ReductionRecommendations. Circulation. Nov 2 2012;
O'Riordan M. New European Hypertension Guidelines Released: Goal Is Less Than140 mm Hg for All. Medscape [serial online]. Availableat http://www.medscape.com/viewarticle/806367. Accessed June 24, 2013.
Mancia G, Fagard R, Narkiewicz K, et al. 2013 ESH/ESC Guidelines for themanagement of arterial hypertension. 23rd European Meeting onHypertension & Cardiovascular Protection. Availableathttp://www.esh2013.org/wordpress/wp-content/uploads/2013/06/ESC-ESH
Guidelines-2013.pdf . Accessed June 24, 2013.
Hajjar I, Kotchen TA. Trends in prevalence, awareness, treatment, and control ofhypertension in the United States, 1988-2000. JAMA. Jul 9 2003;290(2):199206.
37
Bianchi S, Bigazzi R, Campese VM. Microalbuminuria in essential hypertension:significance, pathophysiology, and therapeutic implications. Am J Kidney Dis.Dec 1999;34(6):973-95.
Shayne PH, Pitts SR. Severely increased blood pressure in the emergencydepartment. Ann Emerg Med. Apr 2003;41(4):513-29.
Rhoades R, Planzer R. Human Physiology. 3rd. Fort Worth, TX: Saunders CollegePublishing; 1996.
Gandhi SK, Powers JC, Nomeir AM, Fowle K, Kitzman DW, Rankin KM, et al. Thepathogenesis of acute pulmonary edema associated with hypertension. NEngl J Med. Jan 4 2001;344(1):17-22.
Harrison DG, Guzik TJ, Lob HE, et al. Inflammation, immunity, andhypertension. Hypertension. Feb 2011;57(2):132-40.
Guzik TJ, Hoch NE, Brown KA, et al. Role of the T cell in the genesis of angiotensinII induced hypertension and vascular dysfunction. J Exp Med. Oct 12007;204(10):2449-60.
Madhur MS, Lob HE, McCann LA, et al. Interleukin 17 promotes angiotensin IIinduced hypertension and vascular dysfunction. Hypertension. Feb2010;55(2):500-7.
http://www.mah.se/CAPP/Methods-and-Indices/Oral-Hygiene-Indices/Simplified
Oral-Hygiene-Index--OHI-S/ 2012
Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi (Putri., dkk
2010).
Herijulianti E, Indriani T, Artini S. 2001. Pendidikan Kesehatan Gigi. Penerbit EGC,Jakarta.
Putri M, Herijulianti E, Nurjannah N. 2010. Ilmu Pencegahan Penyakit JaringanKeras dan Jaringan Pendukung Gigi. Penerbit EGC, Jakarta.
Tayanin G. Simplified Oral Hygiene Index | OHI-S, (Online),(http://www.mah.se/CAPP/Methods-and-Indices/Oral-Hygiene
Indices/Simplified-Oral-Hygiene-Index--OHI-S/ , diakses tanggal 1 Desember2012.
38
LAMPIRAN 1
Booklet Penyuluhan Hipertensi
39
Lampiran 2
40
Brosus Undangan Rangkain Kegiatan Lansia
Lampiran 3
41
Slide Presentasi Penyuluhan Hipertensi
42
43
44
45
46
47
48
49