Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN AKHIR
ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM
TERKAIT KEIMIGRASIAN
BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI
TAHUN 2020
Laporan Akhir Analisis dan Evaluasi Hukum Terkait Keimigrasian
Disusun oleh Pokja Analisis dan Evaluasi Hukum Terkait Keimigrasian
Penanggungjawab:
Liestiarini Wulandari., S.H., M.H.
di bawah pimpinan:
Arie Afriansyah, S.H, MIL, Ph.D
dengan anggota:
Maidah Purwanti, S.H, M.H.; Rizky Argama, S.H., LL.M.; Aisyah Lailiyah, S.H., M.H.;
Dwi Agustine Kurniasih, S.H., M.H.; Joko Winarso, S.H. ; Hasanudin, S.H., M.H.; Iis Trisnawati, S.H.;
Viona Wijaya, S.H.; Gunardi SA Lumbantoruan, S.H.; Ainun Fajri Yani, S.H.;
Odie Faiz Guslan, S.H.; Diana Puji Ratna Kusuma Fitri, S.H.
copyright©
BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
Jl. Mayjend Soetoyo Nomor 10 - Cililitan, Jakarta Timur
Telp : 62-21 8091908 (hunting), Faks : 62-21 8011753 Website: www.bphn.go.id
Cetakan Pertama - Oktober 2020
ISBN : 978-623-7918-08-0
Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau
seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Pemegang Hak Cipta.
Dicetak oleh:
Percetakan Pohon Cahaya
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | v
KATA SAMBUTAN
KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, hidayah, karunia-Nya serta pengetahuan yang telah diberikan,
sehingga Kelompok Kerja Analisis dan Evaluasi Hukum dapat menyelesaikan
tahapan kegiatan melalui rapat-rapat Kelompok Kerja, focus group discussion
dan rapat dengan narasumber/pakar hingga menghasilkan laporan analisis dan
evaluasi hukum yang dapat diselesaikan oleh Tim Kelompok Kerja (Pokja) di masa
pandemi Covid-19 ini.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, Badan Pembinaan Hukum
Nasional, Kementerian Hukum dan HAM berdasarkan Peraturan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Struktur Organisasi Tata
Kerja Kementerian Hukum dan HAM, melaksanakan salah satu tugas dan fungsi
yaitu melakukan Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional. Analisis dan evaluasi
hukum terhadap peraturan perundang-undangan dilakukan tidak hanya
terhadap materi hukum yang ada (existing), tetapi juga terhadap sistem hukum
yang mencakup materi hukum, kelembagaan hukum, penegakan hukum, dan
pelayanan hukum serta kesadaran hukum masyarakat.
Dengan telah diundangkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, maka kegiatan analisis dan evaluasi hukum menjadi
bagian dari kegiatan pemantauan dan peninjauan. Hal ini terlihat dari rumusan
Penjelasan Umum yang menyebutkan bahwa pemantauan dan peninjauan
terhadap peraturan perundang-undangan sebagai satu kesatuan yang tak
terpisahkan dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan. Hasil
analisis dan evaluasi yang dilakukan terhadap peraturan perundang-undangan
berupa rekomendasi apakah peraturan tersebut diubah, dicabut atau tetap
dipertahankan.
Evaluasi terhadap peraturan perundang-undangan dilakukan dengan
menggunakan Pedoman Evaluasi Peraturan Perundang-undangan (Pedoman 6
Dimensi) yang merupakan instrumen standar baku berdasarkan metode dan
kaidah-kaidah keilmuan khususnya ilmu hukum agar rekomendasi evaluasi yang
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | vi
dihasilkan memiliki kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan. Pedoman 6
Dimensi tersebut dapat dijadikan sebagai alat bantu untuk mendeteksi apakah
peraturan perundang-undangan tersebut tumpang tindih, disharmoni,
kontradiktif, multitafsir, tidak efektif, menimbulkan beban biaya tinggi, serta
tidak selaras dengan nilai-nilai Pancasila.
Dalam kerangka makro, kegiatan analisis dan evaluasi hukum ini
merupakan bagian dari usaha untuk melakukan penataan peraturan perundang-
undangan dalam rangka revitalisasi hukum. Laporan hasil analisis dan evaluasi
hukum berisi berbagai temuan permasalahan hukum yang timbul dari sebuah
peraturan perundang-undangan dengan dilengkapi berbagai rekomendasi,
khususnya usulan rekomendasi pilihan diharapkan dapat dijadikan acuan bagi
Kementerian/Lembaga terkait di dalam mengambil kebijakan, sehingga upaya
untuk bersama-sama membangun sistem hukum nasional dapat terwujud.
Pada akhirnya, kami tetap membutuhkan masukan dan kontribusi
pemikiran dari para khalayak untuk terus melengkapi berbagai temuan dan
rekomendasi yang ada pada laporan ini.
Jakarta, Oktober 2020
Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional,
Prof. Dr. H.R. Benny Riyanto, S.H., M.Hum., C.N.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya, Analisis dan Evaluasi Hukum terkait Keimigrasian tahun 2020 telah selesai
dilaksanakan. Pada tahun 2020 Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional
membentuk 12 (dua belas) Kelompok Kerja Analisis dan Evaluasi Hukum, salah
satunya Pokja Analisis dan Evaluasi Hukum terkait Keimigrasian (Pokja). Pokja ini
melakukan analisis dan evaluasi hukum terhadap 20 (dua puluh) peraturan
perundang-undangan, yang terdiri dari: 5 (lima) undang-undang, 1 (satu)
peraturan pemerintah, 3 (tiga) peraturan presiden, dan 11 (sebelas) peraturan
menteri. Analisis dan evaluasi hukum ini difokuskan terhadap peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan Keimigrasian
Sebagaimana yang kita ketahui dan rasakan bersama, pandemi Covid 19
yang terjadi pada tahun 2020, banyak mempengaruhi proses kerja Pokja yang
berakibat terjadinya beberapa kendala dalam pelaksanaannya. Namun demikian,
Pokja tetap berusaha bekerja seoptimal mungkin dengan melakukan beberapa
penyesuaian terhadap kondisi yang ada.
Pokja melakukan kegiatan analisis dan evaluasi hukum berdasarkan
Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
PHN-42.HN.01.01 Tahun 2020 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Analisis
dan Evaluasi Hukum terkait Keimigrasian selama 9 (sembilan) bulan terhitung
mulai bulan Februari 2020 sampai dengan bulan Oktober 2020, dengan susunan
keanggotaan sebagai berikut :
Pengarah : Prof. Dr. H.R. Benny Riyanto, S.H., M.Hum., C.N.
Penanggung Jawab : Liestiarini Wulandari, S.H., M.H.
Ketua : Arie Afriansyah, S.H, MIL, Ph.D
Sekretaris / Anggota : Dwi Agustine Kurniasih, S.H., M.H.
Anggota : 1. Maidah Purwanti, S.H, M.H.;
2. Rizky Argama, S.H. LL.M.;
3. Aisyah Lailiyah, S.H., M.H.;
4. Joko Winarso, S.H.;
5. Hasanudin, S.H., M.H.;
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | viii
6. Viona Wijaya, S.H.;
7. Gunardi SA Lumbantoruan, S.H.;
8. Ainun Fajri Yani, S.H.
9. Odie Faiz Guslan, S.H.;
10. Diana Puji Ratna Kusuma Fitri, S.H.
Sekretariat : Iis Trisnawati, S.H.;
Dalam melaksanakan tugas, Pokja juga dibantu oleh narasumber/pakar
yang kompeten, baik dari kalangan akademisi dan praktisi untuk mempertajam
analisis dan evaluasi yang dilakukan. Seluruh bahan yang diperoleh dari hasil
kerja mandiri, rapat dengan narasumber/pakar dan diskusi publik tersebut lalu
dianalisis dan dievaluasi secara lebih mendalam untuk menghasilkan
rekomendasi hasil analisis dan evaluasi hukum.
Kami mengucapkan terima kasih kepada para anggota Pokja, yang telah
menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya dalam menyusun laporan ini.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada para narasumber/pakar yang
telah memberikan kontribusi berupa saran dan masukan sesuai dengan
kompetensi dan bidang kepakarannya, khususnya kepada:
1) Prof. Dr. H.R. Benny Riyanto, S.H., M.Hum., C.N
2) Dr. Ronny Franky Sompie, S.H., M.H.
3) Drs. Sulistiarso, M.M., M.Si
4) Toto Suryanto, S.Sos.
5) Ir. R. Wisantoro
6) J. Erikson P. Sinambela, S.H., M.H.
7) Nevey Varida Ariani, S.H., M.Hum.
8) Anis Hidayah, S.H., M.H.
9) Gautama Budi Arundhati, S.H., LL.M
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | ix
Kami menyadari bahwa Laporan ini masih membutuhkan masukan dan
saran dari semua pihak dalam rangka menyempurnakan analisis dan evaluasi
hukum ini. Akhir kata kami berharap laporan ini dapat memberi manfaat dan
berguna bagi pengembangan dan pembinaan hukum nasional khususnya di
bidang Keimigrasian.
Jakarta, Oktober 2020
Ketua Kelompok Kerja
Arie Afriansyah, S.H, MIL, Ph.D
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | x
DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN .....................................................................................................v
KATA PENGANTAR ................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Permasalahan .................................................................................................... 5
C. Metode ............................................................................................................... 5
D. Inventarisasi Peraturan Perundang-Undangan .............................................. 10
BAB II ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM .............................................................. 13
A. Ketercapaian Hasil dan Efektivitas UU Keimigrasian Tahun 2011................. 13
1. Pengaturan mengenai Penegakan Hukum Keimigrasian ......................... 20
2. Pelaksanaan Pengawasan Keimigrasian oleh Tim Pengawasan Orang
Asing (TIMPORA) ........................................................................................ 26
3. Peran Strategis Sumber Daya Manusia Keimigrasian .............................. 36
4. Dukungan Teknologi Informasi Keimigrasian ........................................... 39
5. Kondisi Pandemi Global Covid-19 ............................................................. 42
B. Dampak dan/atau Kemanfaatan Pelaksanaan UU Keimigrasian Tahun
2011 .................................................................................................................. 46
1. Kebijakan Bebas Visa Kunjungan melalui Peraturan Presiden Nomor
21 Tahun 2016 tentang Bebas Visa Kunjungan ........................................ 46
2. Isu Belum Optimalnya Mekanisme Pengawasan terhadap Orang
Asing (termasuk TKA) ................................................................................. 50
3. Isu Keberadaan Tenaga Kerja Asing Ilegal di Indonesia ........................... 58
4. Isu Pelindungan Pekerja Migran Indonesia .............................................. 63
C. Evaluasi Enam Dimensi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian ..................................................................................................... 68
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | xi
BAB III HASIL EVALUASI TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT KEIMIGRASIAN ....................................................................................... 107
1. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ...... 107
2. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2017 tentang Pelindungan
Pekerja Migran Indonesia ........................................................................ 115
3. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal .. 122
4. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2019 tentang Sistem Nasional
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ........................................................... 130
5. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang
Keimigrasian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2020 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun
2013 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2011 Tentang Keimigrasian ......................................................... 137
6. Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2016 tentang Bebas Visa
Kunjungan ................................................................................................ 164
7. Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2015 tentang Kunjungan
Kapal Wisata (Yacht) Asing Ke Indonesia ................................................ 171
8. Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan
Tenaga Kerja Asing ................................................................................... 181
9. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 24 Tahun
2016 tentang Prosedur Teknis Permohonan Dan Pemberian Visa
Kunjungan Dan Visa Tinggal Terbatas sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menkumham Nomor 51 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia
Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Prosedur Teknis Permohonan Dan
Pemberian Visa Kunjungan Dan Visa Tinggal Terbatas .......................... 193
10. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 16 Tahun
2018 tentang Prosedur Permohonan Visa dan Izin Tinggal bagi
Tenaga Kerja Asing ................................................................................... 202
11. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 9 Tahun
2012 tentang Penerbitan Paspor Biasa Bagi Calon Tenaga Kerja
Indonesia .................................................................................................. 214
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | xii
12. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-
04.GR.01.06 Tahun 2009 tentang Visa Tinggal Terbatas Kemudahan
Bekerja Saat Berlibur ............................................................................... 216
13. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 1 Tahun
2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Nomor 33 Tahun 2018 Tentang Sistem Pengawasan
Keimigrasian Untuk Mencegah dan/atau Menanggulangi Kejahatan
Terorisme, Perdagangan Manusia, Peredaran Narkotika, dan
Penyebaran Penyakit Menular Berbahaya Melalui Pintu Lalu Lintas
Orang ........................................................................................................ 220
14. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 50 Tahun
2016 tentang Tim Pengawasan Orang Asing .......................................... 224
15. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 30 Tahun
2016 tentang Intelijen Keimigrasian ....................................................... 236
16. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 21 Tahun
2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Prosedur Teknis
Pemberian, Perpanjangan, Penolakan, Pembatalan Dan Berakhirnya
Izin Tinggal Kunjungan, Izin Tinggal Terbatas, Dan Izin Tinggal Tetap
Serta Pengecualian Dari Kewajiban Memiliki Izin Tinggal ..................... 258
17. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 4 Tahun
2017 tentang Tata Cara Pengawasan Keimigrasian ............................... 265
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2010 tentang
Pedoman Pemantauan Tenaga Kerja Asing Di Daerah .......................... 270
19. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 26 tahun
2017 tentang Persyaratan dan Tata Cara Mempekerjakan Advokat
Asing Serta Kewajiban Memberikan Jasa Hukum Secara Cuma-Cuma
Kepada Dunia Pendidikan dan Penelitian ............................................... 274
BAB IV PENUTUP .................................................................................................. 281
A. Simpulan......................................................................................................... 281
B. Rekomendasi .................................................................................................. 283
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 295
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keimigrasian di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2011 tentang Keimigrasian (UU Keimigrasian Tahun 2011), yang mengganti
undang-undang keimigrasian sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 9 Tahun
1992. Perihal keimigrasian ini berkaitan erat dengan lalu lintas orang melintasi
batas-batas negara lain yang semakin meningkat di era globalisasi dan
perdagangan bebas dan sekarang ini telah menjadi perhatian negara-negara di
dunia termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan karena setiap negara mempunyai
kedaulatan untuk mengatur lalu lintas orang yang akan masuk dan keluar wilayah
negaranya. Mobilitas orang keluar dan masuk dari suatu wilayah negara
menimbulkan berbagai dampak, baik yang menguntungkan maupun yang
merugikan kepentingan dan kehidupan bangsa dan negara. Perdagangan
manusia (human trafficking), penyelundupan manusia (people smuggling),
imigran gelap, peredaran narkotika, dan lain sebagainya merupakan beberapa
dampak negatif yang timbul dari aktivitas perpindahan orang antar wilayah
negara. Namun demikian, perpindahan atau perlintasan orang masuk dan keluar
suatu wilayah negara tidak dapat dihindari mengingat adanya kebutuhan
hubungan antara negara-negara di dunia. Negara memberikan kebebasan
bergerak bagi warga negara dalam kehidupan bersama namun juga membatasi
ruang gerak tersebut karena dalam setiap negara terdapat kekuasaan tertinggi
yang harus dihormati dan ditaati oleh warganegara wilayah tersebut dan
warganegara wilayah lain yang berkaitan dengan kelangsungan kedaulatan
wilayah negara.1
Oleh karena itu, suatu negara dalam rangka melindungi kedaulatan
negara, melindungi rakyatnya, dan menerapkan hukum di negaranya dapat
menetapkan ketentuan hukum terkait pengaturan dan pengawasan lalu lintas
manusia yang masuk dan keluar dari wilayahnya. Dengan demikian, orang asing
akan mendapatkan legalitas untuk melakukan perjalanan, melakukan kegiatan,
dan/atau berada di negara lain secara sah. Perkembangan selanjutnya
1 Cedric Ryngaert, Jurisdiction in International Law, 2nd ed., (Oxford: Oxford University Press,
2015), hlm. 5.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 2
pergerakan atau migrasi ini juga mencakup pergerakan tenaga kerja asing
maupun pekerja migran Indonesia.
Pembahasan migrasi antar negara di sektor ketenagakerjaan setidaknya
perlu dilihat dari dua dimensi hukum yaitu dimensi keimigrasian dan dimensi
ketenagakerjaan. Dimensi keimigrasian muncul dalam hal adanya lalu lintas
orang antar negara dan pengawasan terhadap orang asing, dengan landasan
hukumnya yaitu UU Keimigrasian Tahun 2011. Sedangkan dimensi
ketenagakerjaan dikaitkan dalam hal adanya sumber daya manusia atau tenaga
kerja yang beraktivitas, dapat meliputi pemberian izin bekerja dan juga
pelindungan terhadap pekerja migran Indonesia (PMI, dahulu: Tenaga Kerja
Indonesia (TKI)) yang secara umum keduanya diatur dalam UU Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan Tahun 2003). Irisan di
antara kedua dimensi tersebut sering kali memunculkan masalah dalam
implementasinya. Misalnya, dalam melakukan tindakan kepada sponsor yang
mendatangkan Tenaga Kerja Asing (TKA) ilegal yang secara eksplisit belum diatur
di dalam Undang-Undang Keimigrasian Tahun 2011 dalam hal penindakannya,
sehingga Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Keimigrasian lebih banyak
menindak TKA ilegal. Hal ini tidak menimbulkan efek jera bagi sindikat
perdagangan orang yang memanfaatkan TKA ilegal. Demikian juga Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan belum mengatur secara
eksplisit penindakan terhadap TKA ilegal, sehingga PPNS Kementerian Tenaga
Kerja hanya melakukan penindakan terhadap perusahaan yang mendatangkan
dan menyalahgunakan TKA di Indonesia.
Politik hukum perlunya pengawasan TKA adalah bahwa warga negara
asing boleh bekerja di Indonesia tetapi tidak boleh mengurangi hak warga negara
Indonesia itu sendiri untuk mendapatkan pekerjaan yang layak di negaranya
sendiri. Oleh karena itu keberadaan TKA tersebut perlu di kendalikan dengan
dibatasi oleh aturan-aturan yang ada dan hanya bidang pekerjaan tertentu saja
yang diperbolehkan.2
2 Anis Tiana Pottag, “Politik Hukum Pengendalian Tenaga Kerja Asing Yang Bekerja Di Indonesia”,
Media Iuris Vol. 1 No. 2, Juni 2018, hlm. 245
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 3
Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM
(Balitbangkumham) pada tahun 2017 dan 20193 terdapat permasalahan lain
yang paling sering ditemukan. Permasalahan lain tersebut terkait dalam hal irisan
pengaturan antara keimigrasian dan ketenagakerjaan, yaitu: permasalahan
mengenai permasalahan dokumen perjalanan (paspor, visa, dan sebagainya),
dan permasalahan penyalahgunaan izin baik izin tinggal keimigrasian maupun
izin bekerja/Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) untuk orang asing.
Pelanggaran dokumen perjalanan bagi tenaga kerja asing sering ditemui,
misalnya dalam paspor para TKA ini tertulis bahwa izin yang diberikan
pemerintah Indonesia oleh pihak imigrasi adalah untuk bekerja sebagai TKA di
Indonesia dengan jabatan dan waktu tertentu bahkan hanya sebagai turis. Akan
tetapi pelanggaran ini tetap terjadi dikarenakan para perusahaan pengguna
sering kali menyembunyikan tenaga kerja asing ilegal ini. Pencegahan dan
Penindakan terhadap pelanggaran tersebut perlu dilakukan dengan kerja sama
Kementerian dan atau Lembaga (K/L) terkait yang mempunyai kewenangan dan
tugas terkait pencegahan dan penindakan terhadap orang asing maupun TKA.
Hal lain yang juga perlu dicermati adalah mengenai pelaksanaan
pelindungan Pekerja Migran Indonesia (PMI) dimana ditemukan beberapa kasus
mereka kerap menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Hal
tersebut telah menjadi perhatian utama pemerintah Indonesia serta
mengundang perhatian dunia internasional. Pemberian perlindungan PMI ini
menuntut sinergi kerja sama antar Kementerian dan atau Lembaga (K/L) terkait
seperti Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), Badan Pelindungan Pekerja
Migran Indonesia (BP2MI), Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia (Ditjen Imigrasi), Kepolisian Republik Indonesia (Polri), dan
lembaga lainnya. Pola kerja sama yang dibangun antar K/L ini nyatanya
merupakan pekerjaan rumah kita bersama, karena selama ini Indonesia dikenal
sulit membangun pola kerja sama dan koordinasi yang jelas dan baik antar
lembaga pemerintah dengan menanggalkan ego sektoral masing-masing
lembaga. Belum lagi munculnya kewenangan yang sama pada beberapa lembaga
3 Lihat Nevey Varida Ariani, ”Aspek Hukum Penegakan Tenaga Kerja Asing Ilegal di Indonesia”,
(Jakarta: Balitbang Hukum dan HAM, Kementerian Hukum dan HAM, 2017) dan Peny Naluria Utami, dkk, “Refleksi Kritis Fenomena Orang Asing Bekerja Secara Nonprosedural di Indonesia”, (Jakarta: Balitbang Hukum dan HAM, Kementerian Hukum dan HAM, 2019)
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 4
yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan yang hendak diraih yaitu
memberi pelindungan bagi PMI.
Di dalam Penjelasan Umum UU Keimigrasian Tahun 2011 disebutkan
peranan penting instansi keimigrasian dalam rangka pengawasan terhadap
orang asing yang perlu lebih ditingkatkan sejalan dengan meningkatnya tindak
pidana transnasional, seperti perdagangan orang, penyelundupan manusia, dan
tindak pidana narkotika yang banyak dilakukan oleh sindikat kejahatan
internasional yang terorganisasi. Lahirnya UU Keimigrasian Tahun 2011
diharapkan dapat mengatasi berbagai peningkatan kejahatan transnasional dan
lebih memberikan perlindungan terhadap hak asasi manusia dan memberikan
kepastian hukum terhadap orang asing yang masuk, tinggal, dan melakukan
aktivitas di Indonesia.4
Dalam Rancangan Teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional IV 2020-2024 Indonesia Berpenghasilan Menengah – Tinggi yang
Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan5 yang disusun oleh Kementerian
PPN/Bappenas salah satu agenda pembangunan RPJMN IV Tahun 2020-2024
adalah memperkuat stabilitas politik, hukum, pertahanan dan keamanan
(polhukhankam) dan Transformasi Pelayanan Publik dimana negara wajib terus
hadir dalam melindungi segenap bangsa, memberikan rasa aman serta
pelayanan publik yang berkualitas pada seluruh warga negara dan menegakkan
kedaulatan negara.
Untuk mendukung hal ini pada tahun 2020 Badan Pembinaan Hukum
Nasional (BPHN) melalui Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional melakukan
analisis dan evaluasi hukum terhadap peraturan perundang-undangan terkait
Keimigrasian dengan membentuk satu kelompok kerja (Pokja). Analisis dan
evaluasi hukum merupakan upaya melakukan penilaian terhadap hukum, dalam
hal ini peraturan perundang-undangan sebagai hukum positif, yang dikaitkan
dengan struktur hukum dan budaya hukum. Di dalam melakukan analisis dan
evaluasi hukum, Pokja melakukan evaluasi terhadap setiap peraturan
perundang-undangan yang telah diinventarisasi dengan menggunakan
instrumen penilaian yang dikembangkan BPHN, yakni Pedoman Evaluasi
4 Lihat Penjelasan Umum UU Keimigrasian Tahun 2011 5 Kementerian PPN/Bappenas, “Rancangan Teknokratik Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional IV 2020-2024”
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 5
Peraturan Perundang-Undangan.6 Penilaian ini meliputi: Dimensi Pancasila,
Dimensi Ketepatan Jenis Peraturan Perundang-undangan, Dimensi Potensi
Disharmoni Pengaturan; Dimensi Kejelasan Rumusan; Dimensi Kesesuaian
Norma dengan Asas Materi Muatan; dan Dimensi Efektivitas Pelaksanaan
Peraturan Perundang-undangan. Penilaian dilakukan secara komprehensif baik
dari tataran normatif maupun praksis. Hasil analisis dan evaluasi ini dapat
menjadi masukan perbaikan yang objektif terhadap peraturan perundang-
undangan yang ada dan dengan demikian diharapkan dapat menjadi bahan
pembangunan hukum di Indonesia.
B. Permasalahan
Beberapa permasalahan yang hendak dijawab melalui kegiatan analisis
dan evaluasi hukum ini adalah sebagai berikut:
1) Bagaimana hasil analisis dan evaluasi hukum terhadap Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian serta peraturan perundang-
undangan lain terkait jika ditinjau dari dimensi: pemenuhan nilai
Pancasila, ketepatan jenis peraturan perundang-undangan, disharmoni
pengaturan, kejelasan rumusan, kesesuaian asas bidang hukum peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan dan efektivitas pelaksanaan
peraturan perundang-undangan?
2) Bagaimana rekomendasi atas hasil analisis dan evaluasi hukum yang telah
dilakukan terhadap UU Keimigrasian Tahun 2011 serta peraturan
perundang-undangan lain terkait?
C. Metode
Metode yang digunakan dalam melakukan analisis dan evaluasi hukum
terhadap peraturan perundang-undangan adalah didasarkan pada 6 (enam)
dimensi penilaian, yaitu:
1) Dimensi Pancasila;
2) Dimensi Ketepatan Jenis Peraturan Perundang-undangan;
3) Dimensi Disharmoni Pengaturan;
4) Dimensi Kejelasan Rumusan;
6 Tim Penyusun Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, “Pedoman Evaluasi Peraturan
Perundang-undangan,” (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2020), hlm. 13-27
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 6
5) Dimensi Kesesuaian Asas Bidang Hukum Peraturan Perundang-Undangan
yang bersangkutan; dan
6) Dimensi Efektivitas Pelaksanaan Peraturan perundang-undangan.
Penilaian masing-masing dimensi dilakukan menurut variabel dan
indikator sebagaimana Instrumen Analisis dan Evaluasi Hukum dalam Lampiran
Pedoman Evaluasi Peraturan Perundang-Undangan Nomor PHN-HN.01.03-07
Tahun 2020, yang dikeluarkan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional,
Kementerian Hukum dan HAM. Penjelasan mengenai keenam dimensi penilaian
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Dimensi Pancasila
Penilaian ini dilakukan untuk memastikan peraturan perundang-
undangan dimaksud sudah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, yang secara
derivatif dijabarkan ke dalam asas-asas umum materi muatan yang
disebutkan dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Asas-asas umum materi
muatan yang harus tercermin atau tidak boleh disimpangi oleh norma-
norma dalam peraturan perundang-undangan tersebut meliputi:
a. Asas Pengayoman
Materi muatan peraturan perundang-undangan harus berfungsi
memberikan perlindungan untuk ketenteraman masyarakat.
b. Asas Kemanusiaan
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus
mencerminkan pelindungan dan penghormatan hak asasi manusia
serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk
Indonesia secara proporsional.
c. Asas Kebangsaan
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus
mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang majemuk
dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 7
d. Asas Kekeluargaan
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus
mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap
pengambilan keputusan.
e. Asas Kenusantaraan
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan senantiasa
memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan materi
muatan peraturan perundang-undangan yang dibuat di daerah
merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945).
f. Asas Bhinneka Tunggal Ika
Materi muatan peraturan perundang-undangan harus
memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan golongan,
kondisi khusus daerah serta budaya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
g. Asas Keadilan
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus
mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga
negara.
h. Asas Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh
memuat hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang,
antara lain, agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial.
i. Asas Ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus dapat
mewujudkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan
kepastian hukum.
j. Asas Keseimbangan, Keserasian dan Keselarasan
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus
mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara
kepentingan individu, masyarakat dan kepentingan bangsa dan
negara.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 8
2) Dimensi Ketepatan Jenis Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan
materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki peraturan
perundang-undangan. Penilaian terhadap dimensi ini dilakukan untuk
memastikan bahwa peraturan perundang-undangan dimaksud sudah
sesuai dengan hierarki peraturan perundang-undangan. Bahwa norma
hukum itu berjenjang dalam suatu hierarki tata susunan, dalam
pengertian bahwa suatu norma yang lebih rendah berlaku, bersumber
dan berdasar pada norma yang lebih tinggi, norma yang lebih tinggi
berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi,
demikian seterusnya sampai pada suatu norma yang tidak dapat
ditelusuri lagi lebih lanjut yang berupa norma dasar (grundnorm).
Peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
(lex superior derogat legi inferior). Dalam sistem hukum Indonesia
peraturan perundang-undangan juga disusun berjenjang sebagaimana
diatur dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
3) Dimensi Disharmoni Pengaturan
Penilaian ini dilakukan dengan pendekatan normatif, terutama untuk
mengetahui adanya potensi disharmoni pengaturan mengenai: 1)
kewenangan, 2) hak, 3) kewajiban, 4) perlindungan, 5) penegakan hukum,
dan 6) definisi dan/atau konsep. Selain pendekatan normatif, penilaian
pada dimensi ini juga dilakukan dengan pendekatan empiris, dengan
meninjau dan menganalisis implementasi PUU, yang menimbulkan
tumpang tindih/disharmoni pada penerapan PUU dimaksud.
4) Dimensi Kejelasan Rumusan
Setiap peraturan perundang-undangan harus disusun sesuai dengan
teknik penyusunan peraturan perundang-undangan, dengan
memperhatikan sistematika, pilihan kata atau istilah, teknik penulisan,
dengan menggunakan bahasa peraturan perundang-undangan yang lugas
dan pasti, hemat kata, objektif dan menekan rasa subjektif, membakukan
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 9
makna kata, ungkapan atau istilah yang digunakan secara konsisten,
memberikan definisi atau batasan artian secara cermat. Sehingga tidak
menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya.
5) Dimensi Kesesuaian Asas Bidang Hukum Peraturan Perundang-Undangan
yang Bersangkutan
Selain asas umum materi muatan, sebagaimana dimaksud dalam
analisis Dimensi Pancasila, peraturan perundang-undangan juga harus
memenuhi asas-asas hukum yang khusus, sesuai dengan bidang hukum
peraturan perundang-undangan yang bersangkutan (sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2019 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan). Oleh karenanya, analisis
pada dimensi ini dilakukan untuk menilai apakah ketentuan-ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan tersebut telah mencerminkan
makna yang terkandung dari asas materi muatan peraturan perundang-
undangan, dalam hal ini asas-asas tertentu, sesuai dengan bidang hukum
peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.
6) Dimensi Efektivitas Pelaksanaan Peraturan Perundang-undangan
Setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus
mempunyai kejelasan tujuan yang hendak dicapai serta berdaya guna dan
berhasil guna. Hal ini sesuai dengan asas pembentukan peraturan
perundang-undangan sebagaimana diatur dalam Pasal 5 (huruf a dan
huruf e) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan. Penilaian ini perlu dilakukan untuk melihat sejauh
mana manfaat dari pembentukan suatu peraturan perundang-undangan
sesuai dengan yang diharapkan. Penilaian ini perlu didukung dengan data
empiris yang terkait dengan implementasi peraturan perundang-
undangan.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 10
D. Inventarisasi Peraturan Perundang-Undangan
Dari hasil inventarisasi awal, Kelompok Kerja mendapatkan 29 (dua puluh
sembilan) peraturan perundang-undangan terkait Keimigrasian. Memperhatikan
luasnya ruang lingkup keimigrasian, kemudian Kelompok Kerja menyepakati
untuk fokus terhadap analisis dan evaluasi hukum pada dimensi
Ketenagakerjaan. Sehingga peraturan perundang-undangan yang diprioritaskan
untuk dianalisis dan evaluasi adalah sebanyak 20 (dua puluh) peraturan
perundang-undangan, yang terdiri dari: 5 (lima) Undang-Undang; 1 (satu)
Peraturan Pemerintah, 3 (tiga) Peraturan Presiden, dan 11 (sebelas) Peraturan
Menteri.
Catatan penting lainnya bahwa inventarisasi dan kegiatan analisis dan
evaluasi ini dilakukan sebelum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang
Cipta Kerja disahkan, sehingga analisis dan evaluasi yang dilakukan oleh
Kelompok Kerja tidak mencakup substansi Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2020 Tentang Cipta Kerja tersebut.
Berikut adalah tabel Peraturan Perundang-undangan yang dievaluasi oleh
Kelompok Kerja:
No PERATURAN
Undang-Undang
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian
2. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
3. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
4. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja
Migran Indonesia
5. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden
6. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang
Keimigrasian sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2020 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011
Tentang Keimigrasian
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 11
No PERATURAN
7. Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2016 tentang Bebas Visa
Kunjungan
8. Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2015 tentang Kunjungan Kapal
Wisata (Yacht) Asing Ke Indonesia
9. Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan
Tenaga Kerja Asing
Peraturan Menteri
10. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 24 Tahun
2016 tentang Prosedur Teknis Permohonan Dan Pemberian Visa
Kunjungan Dan Visa Tinggal Terbatas sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 51
Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum Dan
Hak Asasi Manusia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Prosedur Teknis
Permohonan Dan Pemberian Visa Kunjungan Dan Visa Tinggal
Terbatas
11. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 16 Tahun
2018 tentang prosedur permohonan Visa dan Izin Tinggal Bagi Tenaga
Kerja Asing
12. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 9 Tahun
2012 tentang Penerbitan Paspor Biasa Bagi Calon Tenaga Kerja
Indonesia
13. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-
04.GR.01.06 Tahun 2009 tentang Visa Tinggal Terbatas Kemudahan
Bekerja Saat Berlibur
14. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 1 Tahun
2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum Dan Hak
Asasi Manusia Nomor 33 Tahun 2018 Tentang Sistem Pengawasan
Keimigrasian Untuk Mencegah Dan/Atau Menanggulangi Kejahatan
Terorisme, Perdagangan Manusia, Peredaran Narkotika, Dan
Penyebaran Penyakit Menular Berbahaya Melalui Pintu Lalu Lintas
Orang
15. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 50 Tahun
2016 tentang Tim Pengawasan Orang Asing
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 12
No PERATURAN
16. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 30 Tahun
2016 tentang Intelijen Keimigrasian
17. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 21 Tahun
2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum Dan Hak
Asasi Manusia Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Prosedur Teknis
Pemberian, Perpanjangan, Penolakan, Pembatalan Dan Berakhirnya
Izin Tinggal Kunjungan, Izin Tinggal Terbatas, Dan Izin Tinggal Tetap
Serta Pengecualian Dari Kewajiban Memiliki Izin Tinggal
18. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 4 Tahun
2017 tentang Tata Cara Pengawasan Keimigrasian
19. Peraturan Mendagri Nomor 50 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pemantauan Tenaga Kerja Asing Di Daerah
20. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 26 tahun
2017 tentang Persyaratan dan Tata Cara Mempekerjakan Advokat
Asing Serta Kewajiban Memberikan Jasa Hukum Secara Cuma-Cuma
Kepada Dunia Pendidikan dan Penelitian
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 13
BAB II
ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM
A. Ketercapaian Hasil dan Efektivitas UU Keimigrasian Tahun 2011
Sebelum lahirnya UU Keimigrasian Tahun 2011, payung hukum bagi
pelaksanaan keimigrasian diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992
tentang Keimigrasian (UU Keimigrasian Tahun 1992). Pada saat itu, lahirnya UU
Keimigrasian Tahun 1992 merupakan era baru dalam politik hukum keimigrasian
karena mempersatukan seluruh peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan keimigrasian yang masih diatur secara parsial dan merupakan warisan
kolonial pemerintah Hindia Belanda. Peraturan-peraturan ini diberlakukan
berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan UUD NRI Tahun 1945. Akibat sifatnya yang
parsial dan tersebar di beberapa peraturan, pembentukan hukum di bidang
keimigrasian menjadi tumpang tindih dan tidak tertata secara sistematis.
Di dalam Konsiderans UU Keimigrasian Tahun 1992 menegaskan fungsi
dan peranan keimigrasian dalam hal mengatur lalu lintas orang masuk atau
keluar wilayah Indonesia. Pengaturan dalam UU ini pada prinsipnya mengatur
dua hal, yaitu pengaturan tentang lalu lintas orang keluar, masuk, dan tinggal
dari dan ke dalam wilayah Indonesia dan pengaturan tentang hal mengenai
pengawasan orang asingnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa subyek hukum
dari hukum keimigrasian adalah orang yang masuk atau keluar wilayah
Indonesia, dan orang asing yang berada di wilayah Indonesia.
Dalam Penjelasan Umum UU Keimigrasian Tahun 1992 ditegaskan bahwa
pelayanan dan pengawasan di bidang keimigrasian menganut prinsip yang
bersifat selektif (selective policy), dimana hanya orang-orang asing yang dapat
memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan Negara Republik
Indonesia serta tidak membahayakan keamanan dan ketertiban serta tidak
bermusuhan baik terhadap rakyat, maupun Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 yang diizinkan masuk atau
ke luar wilayah Indonesia. Prinsip “selective policy” ini dilaksanakan dengan
mengatur secara selektif izin tinggal bagi orang asing yang ada di Indonesia
sesuai dengan maksud dan tujuannya berada di Indonesia.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 14
Fungsi keimigrasian berdasarkan UU Keimigrasian Tahun 1992
membedakan fungsi pelayanan masyarakat, penegakan hukum, dan keamanan
(Tri Fungsi Imigrasi). Fungsi pelayanan masyarakat merupakan fungsi
penyelenggaraan pemerintahan atau administrasi di bidang pelayanan
masyarakat. Imigrasi dituntut untuk memberikan pelayanan maksimal di bidang
keimigrasian baik kepada warga negara Indonesia maupun warga negara asing.
Pelayanan bagi warga negara Indonesia terdiri dari pemberian
paspor/pemberian Surat Laksana Paspor/Pos Lintas Batas, pemberian tanda
bertolak/masuk. Sedangkan pelayanan bagi warga negara asing terdiri dari
pemberian dan perpanjangan masa berlaku dokumen imigrasi, meliputi
KITAS/KITAP/Kemudahan Khusus Keimigrasian, perpanjangan izin tinggal
meliputi Visa Kunjungan Wisata, Visa Kunjungan Sosial Budaya, Visa Kunjungan
Usaha, pemberian Izin Masuk Kembali dan Izin Bertolak, pemberian Tanda
Bertolak, dan Tanda Masuk.
Fungsi Penegakan hukum terkait dengan pelaksanaan tugas keimigrasian
dimana keseluruhan aturan hukum keimigrasian yang ditegakkan kepada setiap
orang yang berada di dalam wilayah hukum negara RI, baik itu terhadap WNI
ataupun orang asing. Upaya penegakan hukum kepada WNI difokuskan pada
permasalahan identitas palsu, pertanggung jawaban sponsor, kepemilikan
sponsor ganda, dan keterlibatan dalam pelanggaran aturan keimigrasian.
Sedangkan penegakan hukum terhadap WNA ditujukan pada permasalahan:
pemalsuan identitas, pendaftaran orang asing dan pemberian buku pengawasan
orang asing, penyalahgunaan izin tinggal, masuk secara ilegal atau berada secara
ilegal, pemantauan atau Razia dan kerawanan secara geografis dalam
perlintasan.
Secara operasional fungsi penegakan hukum yang bersifat administratif
juga mencakup penolakan pemberian izin masuk, izin bertolak, izin keimigrasian,
dan tindakan keimigrasian. Fungsi penegakan hukum yang bersifat pro justitia
terkait dengan kewenangan penyidikan yang mencakup tugas penyidikan
(pemanggilan, penangkapan, penahanan, pemeriksaan, penggeledahan, dan
penyitaan), pemberkasan perkara, serta pengajuan berkas perkara ke penuntut
umum.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 15
Fungsi ketiga adalah fungsi keamanan merupakan fungsi yang dekat
dengan fungsi penegakan hukum, dimana merupakan fungsi yang berkaitan
dengan menjaga keamanan negara. Imigrasi sebagai penjaga pintu gerbang
negara, merupakan filter pertama dan terakhir terhadap kedatangan dan
keberangkatan orang asing ke dan dari wilayah RI. Fungsi keamanan dilakukan
melalui tindakan pencegahan keluar negeri bagi WNI dan penangkalan bagi
orang asing, melaksanakan selective policy bagi orang asing melalui pemeriksaan
permohonan visa, dan melakukan operasi intelijen keimigrasian.
Dalam perkembangannya terjadi perubahan trifungsi imigrasi
sebagaimana sambutan Yusril Ihza Mahendra, mantan Menteri Kehakiman pada
Hari Bakti Imigrasi tanggal 26 Januari 2002 dengan menyatakan:
“Trifungsi keimigrasian yang merupakan ideologi atau pandangan hidup
bagi setiap kebijakan dan pelayanan keimigrasian harus diubah karena
tuntutan zaman. Paradigma konsepsi keamanan saat ini mulai bergeser,
semula menggunakan pendekatan kewilayahan (territory) yang hanya
meliputi keamanan nasional (national security) berubah menjadi
pendekatan yang komprehensif selain keamanan nasional juga keamanan
warga masyarakat dengan menggunakan pendekatan hukum.
Mendukung konsepsi tersebut agar insan imigrasi mengubah cara
pandang mengenai konsep keamanan yang semula hanya sebagai alat
kekuasaan, agar menjadi aparatur yang dapat memberikan kepastian
hukum, mampu melaksanakan penegakan hukum, dan memberikan
perlindungan kepada masyarakat. Bertitik tolak dari tantangan itu, sudah
waktunya kita membuka cakrawala berpikir yang semula hanya dalam
cara pandang ke dalam menjadi cara pandang keluar dan mulai mencoba
untuk mengubah paradigma trifungsi imigrasi yang pada mulanya sebagai
pelayan masyarakat, penegak hukum, dan keamanan, agar diubah
menjadi trifungsi imigrasi baru yaitu sebagai pelayan masyarakat,
penegak hukum, dan fasilitator pembangunan ekonomi.” 7
Namun demikian kebijakan selective policy yang disebutkan dalam UU
Keimigrasian Tahun 1992 menemui tantangan karena pada bersamaan waktunya
diberlakukan kebijakan bebas visa kunjungan terhadap 48 negara yang
dikeluarkan sejak tahun 1983, yang sebenarnya menyebabkan politik
7 M. Iman Santoso, Perspektif Imigrasi dalam Pembangunan dan Ketahanan Nasional, (Jakarta: UI
Press, 2004), hlm. 25
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 16
keimigrasian Kembali bernuansa terbuka (open door policy). Akibatnya walaupun
secara de yure disyaratkan selektivitas dalam hal lalu lintas orang keluar masuk
wilayah RI, secara de facto wilayah Indonesia menjadi terbuka terhadap setiap
kedatangan warga asing dari 48 negara tersebut tanpa melihat manfaat secara
keseluruhan dan pertimbangan cost and benefit bagi bangsa dan negara. 8
Dalam kurun 19 tahun kemudian, tepatnya 5 Mei 2011 terjadi pergeseran
politik hukum keimigrasian dengan disahkannya UU Keimigrasian Tahun 2011.
Menurut Maryoto Sumadi, undang-undang ini diyakini mampu mengatasi
eskalasi ragam bentuk pelanggaran keimigrasian, mengeliminir kemungkinan
tumbuh kembangnya kejahatan yang bersifat transnasional, serta yang terutama
dapat memberikan jaminan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia
melalui persamaan hak dan kedudukan warga negara di mata hukum
internasional.9
Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian (UU Keimigrasian Tahun 2011) diuraikan, bahwa dampak era
globalisasi telah mempengaruhi sistem perekonomian negara Republik
Indonesia dan untuk mengantisipasinya diperlukan perubahan peraturan
perundang-undangan, baik di bidang ekonomi, industri, perdagangan,
transportasi, ketenagakerjaan, maupun peraturan di bidang lalu lintas orang dan
barang. Perubahan tersebut diperlukan untuk meningkatkan intensitas
hubungan negara Republik Indonesia dengan dunia internasional yang
mempunyai dampak sangat besar terhadap pelaksanaan fungsi dan tugas
Keimigrasian. Penyederhanaan prosedur Keimigrasian bagi para investor asing
yang akan menanamkan modalnya di Indonesia perlu dilakukan, antara lain
kemudahan pemberian Izin Tinggal Tetap bagi para penanam modal yang telah
memenuhi syarat tertentu. Dengan demikian, diharapkan akan tercipta iklim
investasi yang menyenangkan dan hal itu akan lebih menarik minat investor asing
untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Di dalam pergaulan internasional telah berkembang hukum baru yang
diwujudkan dalam bentuk konvensi internasional, negara Republik Indonesia
menjadi salah satu negara peserta yang telah menandatangani konvensi
tersebut, antara lain Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa melawan Kejahatan
8 Jazim Hamidi dan Charles Christian, Hukum Keimigrasian Bagi Orang Asing Di Indonesia, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2015), hlm. 23 9 Jazim Hamidi dan Charles Christian, Hukum Keimigrasian Bagi Orang Asing Di Indonesia, hlm. 23
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 17
Transnasional yang Terorganisasi 2000, atau United Nations Convention Against
Transnational Organized Crime 2000, yang telah diratifikasi dengan Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2009 beserta dua protokolnya, yang menyebabkan
peranan instansi Keimigrasian menjadi semakin penting karena konvensi
tersebut telah mewajibkan negara peserta untuk mengadopsi dan melaksanakan
konvensi tersebut.
Di pihak lain, pengawasan terhadap Orang Asing perlu lebih ditingkatkan
sejalan dengan meningkatnya kejahatan internasional atau tindak pidana
transnasional, seperti perdagangan orang, Penyelundupan Manusia, dan tindak
pidana narkotika yang banyak dilakukan oleh sindikat kejahatan internasional
yang terorganisasi. Para pelaku kejahatan tersebut ternyata tidak dapat dipidana
berdasarkan Undang-Undang Keimigrasian yang lama karena Undang- Undang
Nomor 9 Tahun 1992 tidak mengatur ancaman pidana bagi orang yang
mengorganisasi kejahatan transnasional. Mereka yang dapat dipidana
berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 adalah mereka yang
diorganisasi sebagai korban untuk masuk Wilayah Indonesia secara tidak sah.
Selain itu, pengawasan terhadap Orang Asing tidak hanya dilakukan pada
saat mereka masuk, tetapi juga selama mereka berada di Wilayah Indonesia,
termasuk kegiatannya. Pengawasan Keimigrasian mencakup penegakan hukum
Keimigrasian, baik yang bersifat administratif maupun tindak pidana
Keimigrasian. Oleh karena itu, perlu pula diatur PPNS Keimigrasian yang
menjalankan tugas dan wewenang secara khusus berdasarkan Undang-Undang
ini. Tindak pidana Keimigrasian merupakan tindak pidana khusus sehingga
hukum formal dan hukum materiilnya berbeda dengan hukum pidana umum,
misalnya adanya pidana minimum khusus.
Aspek pelayanan dan pengawasan tidak pula terlepas dari geografis
wilayah Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau yang mempunyai jarak yang
dekat, bahkan berbatasan langsung dengan negara tetangga, yang pelaksanaan
Fungsi Keimigrasian di sepanjang garis perbatasan merupakan kewenangan
instansi imigrasi. Pada tempat tertentu sepanjang garis perbatasan terdapat lalu
lintas tradisional masuk dan keluar warga negara Indonesia dan warga negara
tetangga. Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan memudahkan
pengawasan dapat diatur perjanjian lintas batas dan diupayakan perluasan
Tempat Pemeriksaan Imigrasi. Dengan demikian, orang masuk atau keluar
Wilayah Indonesia di luar Tempat Pemeriksaan Imigrasi dapat dihindari.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 18
Kepentingan nasional adalah kepentingan seluruh rakyat Indonesia
sehingga pengawasan terhadap Orang Asing memerlukan juga partisipasi
masyarakat untuk melaporkan Orang Asing yang diketahui atau diduga berada di
Wilayah Indonesia secara tidak sah atau menyalahgunakan perizinan di bidang
Keimigrasian. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, perlu dilakukan usaha
untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.
Beberapa pertimbangan untuk memperbarui UU Keimigrasian Tahun
2011 berdasarkan penjelasan umum ini adalah: 10
1) letak geografis Wilayah Indonesia dengan kompleksitas permasalahan lalu
lintas antarnegara terkait erat dengan aspek kedaulatan negara dalam
hubungan dengan negara lain;
2) adanya perjanjian internasional atau konvensi internasional yang
berdampak langsung atau tidak langsung terhadap pelaksanaan Fungsi
Keimigrasian;
3) meningkatnya kejahatan internasional dan transnasional, seperti imigran
gelap, Penyelundupan Manusia, perdagangan orang, terorisme,
narkotika, dan pencucian uang;
4) pengaturan mengenai deteni dan batas waktu terdeteni belum dilakukan
secara komprehensif;
5) Fungsi Keimigrasian yang spesifik dan bersifat universal dalam
pelaksanaannya memerlukan pendekatan sistematis dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang modern, dan
memerlukan penempatan struktur Kantor Imigrasi dan Rumah Detensi
Imigrasi sebagai unit pelaksana teknis berada di bawah Direktorat
Jenderal Imigrasi (Ditjenim);
6) Perubahan sistem kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia berkaitan dengan pelaksanaan Fungsi Keimigrasian,
antara lain mengenai berkewarganegaraan ganda terbatas;
7) hak kedaulatan negara dalam penerapan prinsip timbal balik (resiprositas)
mengenai pemberian Visa terhadap Orang Asing;
10 Indonesia, Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 19
8) kesepakatan dalam rangka harmonisasi dan standardisasi sistem dan jenis
pengamanan surat perjalanan secara internasional, khususnya Regional
Asean Plus dan juga upaya penyelarasan atau harmonisasi tindakan atau
ancaman pidana terhadap para pelaku sindikat yang mengorganisasi
perdagangan orang dan penyelundupan manusia;
9) penegakan hukum Keimigrasian belum efektif sehingga kebijakan
pemidanaan perlu mencantumkan pidana minimum terhadap tindak
pidana penyelundupan manusia;
10) memperluas subjek pelaku tindak pidana Keimigrasian, sehingga
mencakup tidak hanya orang perseorangan tetapi juga Korporasi serta
Penjamin masuknya Orang Asing ke wilayah Indonesia yang melanggar
ketentuan Keimigrasian; dan
11) penerapan sanksi pidana yang lebih berat terhadap Orang Asing yang
melanggar peraturan di bidang Keimigrasian karena selama ini belum
menimbulkan efek jera.
Dari uraian dalam penjelasan umum UU Keimigrasian Tahun 2011 di atas,
ditemukan beberapa poin yang menjadi landas alasan pengkajian ini, yaitu:
Meningkatnya kejahatan internasional dan transnasional, seperti imigran gelap,
penyelundupan manusia, perdagangan orang, terorisme, narkotika, dan
pencucian uang; Penegakan hukum keimigrasian belum efektif sehingga
kebijakan pemidanaan perlu mencantumkan pidana minimum terhadap tindak
pidana penyelundupan manusia; Memperluas subjek pelaku tindak pidana
keimigrasian, sehingga mencakup tidak hanya orang perseorangan tetapi juga
korporasi serta penjamin masuknya Orang Asing ke Wilayah Indonesia yang
melanggar ketentuan keimigrasian; dan Penerapan sanksi pidana yang lebih
berat terhadap Orang Asing yang melanggar peraturan di bidang keimigrasian
karena selama ini belum menimbulkan efek jera.
Berdasarkan landas alasan tersebut, maka UU Keimigrasian Tahun 2011
disusun sedemikian rupa, sehingga tujuan yang telah disebutkan dapat dicapai.
Kemudian, suatu peraturan perundang-undangan akan dapat mencapai
tujuannya, jika penegakan hukum dari peraturan tersebut dapat dilaksanakan,
sehingga bunyi pasal tidak hanya menjadi slogan, dan dapat memberikan
pedoman yang sesuai kepada aparat penegak hukum dalam melaksanakan
tugasnya. Namun dalam UU Keimigrasian Tahun 2011, sebagaimana sering
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 20
terjadi dalam beberapa peraturan perundang-undangan lain, implementasi
terhadap bunyi pasal sering kali sulit untuk dilaksanakan, bahkan bukan tidak
mungkin tidak dapat dilaksanakan sama sekali, hal ini terjadi karena beberapa
faktor.
Berikut potret capaian dan permasalahan yang muncul dalam
pelaksanaan UU Keimigrasian Tahun 2011.
1. Pengaturan mengenai Penegakan Hukum Keimigrasian
Dari hasil diskusi Pokja dalam rapat-rapat dan FGD yang
dilaksanakan dengan mengundang berbagai narasumber, ditemukan
jawaban, penyebab sulitnya bunyi pasal UU Keimigrasian Tahun 2011 ini
untuk diterapkan, antara lain karena keterlibatan Orang Asing dalam hal
kasus keimigrasian, bahwa keterlibatan orang asing, tentu erat pula
kaitannya dengan keterlibatan negara asal orang asing tersebut,
kemudian penegakan hukum keimigrasian juga harus menyesuaikan
dengan iklim investasi di Indonesia, termasuk sektor pariwisata. Beberapa
alasan tersebut menyebabkan, penegak hukum dan petugas imigrasi
khususnya, harus mempertimbangkan pemberlakuan proses acara
pidana dan pemberian sanksi yang sesuai, tanpa berbenturan dengan
kepentingan tersebut di atas.
Namun pilihan tersebut tentu menyebabkan bunyi pasal UU
Keimigrasian Tahun 2011 kurang dapat diterapkan, baik dalam hal proses
acara pidana, maupun pemberian sanksinya. Jika hal tersebut terjadi,
akan memunculkan beberapa risiko, yaitu:
a. Tidak tercapainya tujuan pembentukan UU Keimigrasian tahun 2011
ini, yaitu efektivitas penegakan hukum keimigrasian baik bagi
perseorangan dan juga korporasi serta penjamin yang melanggar
ketentuan keimigrasian;
b. Tidak tercapainya tujuan efek jera dengan menerapkan sanksi pidana
yang lebih berat terhadap orang asing, yang melanggar peraturan di
bidang keimigrasian, hal ini disebabkan pemberian sanksi minimum
pada ketentuan pidana UU Keimigrasian Tahun 2011 membuka
peluang pemberian sanksi yang sangat minimal kepada orang asing,
pemberian sanksi minimal dikarenakan ‘diskresi’ yang sering
diputuskan oleh petugas keimigrasian;
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 21
c. Pengambilan keputusan pemberian ‘diskresi’ di atas mengakibatkan
kesulitan bagi petugas Imigrasi dan aparat penegak hukum dalam
pelaksanaan tugas, karena adanya ‘dilema’ antara menegakkan
hukum atau kepentingan investasi;
d. Tidak dapat berjalannya implementasi dari teori pemidanaan yang
telah dipelajari di dalam perkuliahan, terkait teori tindak pidana
kejahatan dan pelanggaran, diskresi, sanksi pidana dan teori acara
pidana.
Guna mencapai efek jera, tidak semata-mata dengan
mempergunakan sanksi yang ‘kejam’ seperti pidana penjara dalam jangka
waktu yang lama, namun dari jenis pemberian sanksi yang membuat
seseorang enggan untuk melakukan tindak pidana yang sama. Hal ini
terbukti dari pidana pemenjaraan yang belum tentu memberikan efek
jera, namun denda yang besar bisa saja membuat seseorang tidak
melakukan tindak pidana dikarenakan tidak ingin menanggung kerugian
materiil yang besar.
Di Tahun 2019 telah terjadi overcapacity/overcrowding di
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) hampir 100%, yang kemudian terjadi
penurunan menjadi 75% hingga Mei 202011, penurunan ini pun
dipengaruhi karena adanya program pembebasan narapidana melalui
program asimilasi dan integrasi dalam rangka penekanan penularan
Covid-19 di lingkungan Lapas. Sehingga dapat dimungkinkan kedepannya
kondisi overcapacity masih akan terus terjadi, sehingga perlu dirumuskan
solusi permasalahan overcapacity tersebut. Salah satu solusi yang dapat
dipertimbangkan adalah pemberian pidana alternatif dalam sistem penal
di Indonesia.
Setelah melakukan kajian dari penerapan pasal-pasal ketentuan
pidana UU Keimigrasian Tahun 2011 dengan penerapannya di lapangan,
ditemukan fakta bahwa penerapan sanksi administratif lebih banyak
diterapkan kepada pelaku tindak pidana keimigrasian. Berdasarkan data
yang disampaikan oleh peserta FGD Pokja yang berasal dari Sub
Direktorat (Subdit) Pengawasan Keimigrasian perbandingan jumlah
11 Rico Afrido Simanjuntak, “Napi Dibebaskan, Dirjen PAS: Over Kapasitas di Lapas dan Rutan
Turun”, https://nasional.sindonews.com/read/24525/13/napi-dibebaskan-dirjen-pas-over-kapasitas-di-lapas-dan-rutan-turun-1589187952, (diakses tanggal 1 Oktober 2020)
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 22
Tindakan administrasi dan projustitia yang diambil oleh Ditjenim dari
Tahun 2017 – 2020 sebagai berikut:
TAHUN TINDAKAN
ADMINISTRASI PROJUSTITIA
2017 9.154 273
2018 11.769 146
2019 10.925 155
Juni 2020 2.932 14
TOTAL 34.780 588
Sumber: Paparan Toto Suryanto, Kepala Subdit Pengawasan Keimigrasian dalam
FGD Pokja AEH terkait Keimigrasian, April 2020.
Perbandingan jumlah yang jauh antara sanksi administratif dan
projustitia, dikarenakan UU Keimigrasian Tahun 2011 memang membuka
peluang pemberian sanksi administratif, Dalam Pasal 1 angka 31 UU
Keimigrasian Tahun 2011 disebutkan, Tindakan Administratif
Keimigrasian (TAK) adalah sanksi administratif yang ditetapkan Pejabat
Imigrasi terhadap Orang Asing di luar proses peradilan. Pasal 75 ayat (1)
UU Keimigrasian Tahun 2011 menyebutkan:
Pejabat Imigrasi berwenang melakukan Tindakan Administratif
Keimigrasian terhadap Orang Asing yang berada di Wilayah
Indonesia yang melakukan kegiatan berbahaya dan patut diduga
membahayakan keamanan dan ketertiban umum atau tidak
menghormati atau tidak menaati peraturan perundang-undangan.
Bunyi ayat inilah yang memberikan peluang kepada pejabat
imigrasi untuk memberikan ‘diskresi’ karena kategori ‘melakukan
kegiatan berbahaya dan patut diduga membahayakan keamanan’ tidak
terdapat pengaturan lebih lanjut. Contohnya adalah pemberian sanksi
administratif dan sanksi pidana pada Kantor Imigrasi Kelas I TPI Jakarta
Utara, dari data tahun 2019, pemberian sanksi administratif berjumlah
1146 (seribu seratus empat puluh enam) kasus, sementara pemberian
sanksi pidana berjumlah 4 (empat) kasus. Pemberian sanksi administratif
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 23
tentu tidak menyalahi UU Keimigrasian Tahun 2011, namun dapat
menjadi masalah dengan ditemukannya contoh data, dari 1146
pemberian sanksi administratif, terdapat 170 pemberian sanksi
administratif berupa deportasi (salah satu bentuk tindakan administratif
keimigrasian berdasarkan Pasal 75 ayat (2) huruf f) pada kasus yang
melanggar pasal Pasal 71 huruf b, yang mewajibkan setiap orang asing
untuk memberikan segala keterangan yang diperlukan mengenai
identitas diri dan/atau keluarganya serta melaporkan setiap perubahan
status sipil, kewarganegaraan, pekerjaan, Penjamin, atau perubahan
alamatnya kepada Kantor Imigrasi setempat, atau memperlihatkan dan
menyerahkan Dokumen Perjalanan atau Izin Tinggal yang dimilikinya
apabila diminta oleh Pejabat Imigrasi yang bertugas dalam rangka
pengawasan Keimigrasian. Sanksi pidana terhadap tindakan yang
melanggar pasal 71 ini terdapat dalam Pasal 116, yang berbunyi: Setiap
Orang Asing yang tidak melakukan kewajibannya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 71 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga)
bulan atau pidana denda paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima
juta rupiah).
Bunyi pemidanaan pada Pasal 116 merupakan klasifikasi dari
tindak pidana pelanggaran karena memberikan sanksi pidana kurungan
dengan kumulatif denda, sehingga dari bunyi pasal ini jelas memberikan
sanksi pemidanaan kurungan dan denda kepada pelanggar pasal 71
tersebut, dan bukan sanksi administratif seperti tercantum pada pasal 75,
karena bentuk sanksi haruslah secara tegas disebutkan dalam bunyi pasal,
dan penegak hukum tidak diperkenankan memberikan sanksi di luar yang
disebutkan pada pasal, karena hal tersebut akan bertentangan dengan
asas legalitas.
Alasan lainnya adalah Tindakan Administratif Keimigrasian
dijatuhkan tanpa melalui proses acara pidana, sehingga jika dikenakan
pada pelaku pelanggar pasal 71 di atas, hal tersebut bertentangan dengan
teori acara pidana, dalam Pasal 104 UU Keimigrasian Tahun 2011
disebutkan, Penyidikan tindak pidana Keimigrasian dilakukan
berdasarkan hukum acara pidana, kemudian pada Pasal 110 Ayat (1)
disebutkan, Terhadap tindak pidana keimigrasian sebagaimana dimaksud
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 24
dalam Pasal 116 dan Pasal 117 diberlakukan acara pemeriksaan singkat
sebagaimana dimaksud dalam hukum acara pidana.
Berdasarkan hal tersebut, maka pemberian TAK kepada
pelanggaran keimigrasian, bagi pelanggaran terhadap pasal yang telah
jelas disebutkan bentuk sanksi pidananya tentu tidaklah tepat. Namun
kembali kepada alasan pemberian TAK tersebut, yang tidak lepas dari
keadaan demi menjaga hubungan baik negara dan iklim investasi, tentu
hal ini menjadi dilema.
Maka berdasarkan hasil diskusi bersama dengan banyak pihak,
perlu diberikan rekomendasi terkait bentuk pemberian bentuk sanksi
pidana, jika memang bentuk pemidanaan penjara maupun kurungan
terkendala untuk dijatuhkan kepada orang asing, maka sebaiknya
diberikan bentuk sanksi pidana diubah dan diatur sedemikian rupa,
merupakan pidana administratif denda sebagai pidana pokok, dengan
bunyi ketentuan yang jelas. Demikian pula pada pelaksanaan ketentuan
beracaranyapun menggunakan acara singkat, agar diatur secara lebih
khusus. 12
Selain persoalan sanksi pidana yang mengalami kendala dalam
pelaksanaannya, penegakan hukum juga melihat sisi hukum acaranya.
Terkait dengan pelaksanaan pencegahan, pada tahun 2011 keluar
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 64/PUU-IX/2011 atas pengujian
terhadap ketentuan Pasal 97 ayat (1) UU Keimigrasian Tahun 2011 yang
berbunyi: Jangka waktu pencegahan berlaku paling lama 6 (enam) bulan
dan setiap kali dapat diperpanjang paling lama 6 (enam) bulan. MK
berpendapat bahwa pada satu sisi pencegahan ke luar negeri yang tidak
dapat dipastikan batas waktunya sebagaimana diatur dalam Pasal 97 ayat
(1) UU Keimigrasian Tahun 2011 khususnya frasa “setiap kali dapat
diperpanjang paling lama 6 (enam) bulan” dapat menimbulkan
12 Pada dasarnya penjatuhan sanksi denda tidak menyalahi ketentuan pemidanaan dalam hukum
pidana Indonesia, dalam Pasal 10 disebutkan, Pidana terdiri atas: a. pidana pokok, yang terdiri dalam: 1. pidana mati; 2. pidana penjara; 3. pidana kurungan; 4. pidana denda; 5. pidana tutupan. b. pidana tambahan, yang terdiri dalam 1. pencabutan hak-hak tertentu; 2. perampasan barang-barang tertentu; 3. pengumuman putusan hakim. Sehingga, jenis pidana denda diperkenankan diberlakukan sebagai pidana pokok dan berdiri sendiri bukan sebagai pidana pengganti.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 25
ketidakpastian hukum bagi tersangka karena tidak dapat memastikan
sampai kapan penyidikan berakhir dan sampai kapan pula pencegahan
keluar negeri berakhir. Pada satu sisi juga dapat menimbulkan
kesewenang-wenangan aparat negara, yaitu Jaksa Agung, Menteri
Hukum dan HAM, dan pejabat lainnya yang berwenang untuk melakukan
pencegahan terhadap tersangka tanpa batas waktu.
Ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf b UU Keimigrasian Tahun 2011
yang berbunyi: “Pejabat Imigrasi menolak orang untuk keluar wilayah
Indonesia dalam hal orang tersebut: b. diperlukan untuk kepentingan
penyelidikan dan penyidikan atas permintaan pejabat yang berwenang”,
telah dilakukan pengujian pada tahun yang sama saat terbitnya UU ini dan
telah diputuskan dalam Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 40/PUU-
IX/2011. Dalam Keputusan tersebut MK mengabulkan permohonan
pemohon dengan menghilangkan frasa “penyelidikan” dengan
pertimbangan dalam amar putusannya bahwa dalam tahap penyelidikan
belum ada kepastian disidik atau tidak disidik. Belum dilakukan pencarian
dan pengumpulan bukti, baru tahap mengumpulkan informasi. Kalau
dalam tahap penyidikan karena memang dilakukan pencarian dan
pengumpulan bukti, wajar bila bisa dilakukan penolakan untuk bepergian
keluar negeri karena ada kemungkinan tersidik membawa bukti-bukti
yang berkaitan dengan tindak pidana keluar negeri sehingga mempersulit
penyidik melakukan pencarian dan pengumpulan bukti untuk membuat
terang tentang pidana yang terjadi guna menemukan tersangkanya.
Mencegah seseorang untuk keluar negeri dalam tahap tersebut dapat
disalahgunakan untuk kepentingan di luar kepentingan penegakan
hukum sehingga melanggar hak seseorang yang dijamin oleh konstitusi
yaitu dalam Pasal 28E UUD NRI Tahun 1945.
Penyidikan tindak pidana keimigrasian dilakukan berdasarkan
hukum acara pidana, dimana PPNS Keimigrasian menurut Pasal 105 UU
Keimigrasian Tahun 2011 diberi kewenangan untuk melaksanakannya. Di
dalam menjalankan proses penyidikan, PPNS melakukan koordinasi
dengan Penyidik Polri. Jenis-jenis pelanggaran tindak pidana keimigrasian
yang sering dilakukan oleh WNI antara lain: Keluar masuk wilayah
Indonesia tidak melalui TPI, memberikan pemondokan atau pekerjaan
kepada orang asing secara ilegal, bertindak selaku sponsor fiktif dalam
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 26
memberikan jaminan izin tinggal kepada orang asing, terlibat dalam
sindikat perdagangan manusia, memberikan data yang tidak benar saat
mengajukan permohonan paspor. Sedangkan jenis pelanggaran tindak
pidana yang sering dilakukan oleh orang asing antara lain: melakukan
penyalahgunaan izin tinggal, berada di Indonesia dengan menggunakan
sponsor fiktif, masuk ke Indonesia dengan visa/paspor palsu, dan terlibat
dalam jaringan sindikat perdagangan manusia.
Bagi orang asing yang dikenakan Tindakan Administratif
Keimigrasian atau menunggu pelaksanaan deportasi, menurut Pasal 83
UU Keimigrasian Tahun 2011 ditempatkan dalam Rumah Detensi Imigrasi
atau Ruang Detensi Imigrasi. Dalam UU Keimigrasian Tahun 2011 juga
diatur mengenai jangka waktu detensi dalam Pasal 85, dimana pada ayat
(2)-nya jangka waktu pendetensian maksimal 10 (sepuluh) tahun. Tetapi
tidak diatur bagaimana status keimigrasian keberadaan mereka setelah
lepas dari Rumah Detensi Imigrasi.13 Kemudian menurut ayat (3), setelah
melampaui jangka waktu 10 tahun tersebut, orang asing dapat diberikan
izin untuk berada di luar rumah detensi imigrasi. Namun yang menjadi
persoalan adalah izin tinggal apa yang diberikan kepada orang asing
tersebut mengingat bahwa setiap orang asing yang berada di Indonesia
diwajibkan memiliki izin tinggal sebagaimana disebutkan dalam Pasal
48.14
2. Pelaksanaan Pengawasan Keimigrasian oleh Tim Pengawasan Orang
Asing (TIMPORA)
Pengaturan mengenai pengawasan dan intelijen keimigrasian
dalam UU Keimigrasian Tahun 2011 juga perlu diperhatikan dalam
pelaksanaannya. Pengawasan keimigrasian dan Intelijen Keimigrasian
secara umum diatur dalam Bab VI UU Keimigrasian Tahun 2011. Selain
diatur dalam UU Keimigrasian Tahun 2011, pengawasan dan intelijen
keimigrasian juga diatur dalam beberapa peraturan teknis di bawahnya
seperti:
13 Hamidi dan Christian, Hukum Keimigrasian, hlm. 25 14 Ibid., hlm. 31
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 27
a. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian dan perubahannya
b. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 1 Tahun
2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum Dan Hak
Asasi Manusia Nomor 33 Tahun 2018 Tentang Sistem Pengawasan
Keimigrasian Untuk Mencegah Dan/Atau Menanggulangi
Kejahatan Terorisme, Perdagangan Manusia, Peredaran
Narkotika, Dan Penyebaran Penyakit Menular Berbahaya Melalui
Pintu Lalu Lintas Orang
c. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 50
Tahun 2016 tentang Tim Pengawasan Orang Asing
d. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 30
Tahun 2016 tentang Intelijen Keimigrasian
e. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 4 Tahun
2017 tentang Tata Cara Pengawasan Keimigrasian
Pengawasan keimigrasian sejatinya tidak hanya dilakukan
terhadap warga negara asing namun juga terhadap warga negara
Indonesia yang hendak keluar wilayah Indonesia (Pasal 66 UU
Keimigrasian Tahun 2011). Dari hasil evaluasi terhadap ketentuan UU
Keimigrasian Tahun 2011 terkait dengan pengawasan dan intelijen
keimigrasian, permasalahan paling sering muncul terkait dengan
pelaksanaan implementasinya. Karena UU Keimigrasian tahun 2011
sifatnya mengatur secara lebih umum, sedangkan peraturan teknis di
bawahnya seperti Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia (Permenkumham) mengatur lebih rinci
pelaksanaan pengawasan dan intelijen keimigrasian tersebut.
Misalnya, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011
tentang Keimigrasian dan perubahannya mengatur mengenai
pengawasan keimigrasian terhadap WNI menurut Pasal 172 ayat (3)
dilaksanakan pada saat permohonan Dokumen Perjalanan RI, keluar
masuk wilayah Indonesia dan berada di luar Wilayah Indonesia.
Pengawasan ini dilakukan melalui dua cara yaitu pengawasan
administratif dan pengawasan lapangan. Kegiatan wawancara dalam
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 28
rangka permohonan dokumen perjalanan merupakan tahapan dalam
pengawasan yang krusial, dimana tahapan ini menjadi filter pertama
untuk menyaring Pekerja Migran Indonesia Non prosedural (PMI-NP)
maupun WNI yang akan bergabung dengan kelompok ISIS. Dengan
wawancara, SDM Imigrasi terutama Pejabat Imigrasi sejatinya sudah
dibekali dengan pengetahuan intelijen sehingga ketika melakukan
wawancara sudah mengacu pada standar wawancara yang dilakukan oleh
intelijen, sehingga diharapkan dapat menjaring calon PMI-NP ataupun
WNI lainnya yang beritikad tidak baik. Terkait hal ini, Direktur Jenderal
Imigrasi telah mengeluarkan instruksi berupa Surat Edaran kepada
seluruh Kepala Kantor Imigrasi di Indonesia supaya dalam proses
penerbitan paspor untuk memperhatikan unsur keamanan dengan
melakukan penelitian berkas secara cermat dan wawancara secara teliti.
Namun demikian masih saja ditemui adanya kasus PMI-NP ini.
Dari hasil kajian yang dilakukan Balitbangkumham pada tahun
2017, terkait dengan mekanisme pelaksanaan pengawasan ini ketentuan
peraturan yang mengatur terkait hal ini tidak memiliki konsep
pengawasan yang jelas dan rinci, dimana pengaturan pengawasan masih
acak dan belum teragenda dengan baik. Hal ini terlihat dalam peraturan
perundang-undangan yang teknis mengatur hal ini mengatur
pengawasan administratif lebih terinci dibandingkan pengawasan atas
keberadaan dan kegiatan orang asing di Indonesia.15
Menurut M. Iman Santoso, pengawasan orang asing di Indonesia
pada prinsipnya telah dimulai dan dilakukan oleh perwakilan Indonesia di
luar negeri ketika menerima permohonan visa, pengawasan selanjutnya
dilaksanakan oleh pejabat imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI),
ketika pejabat imigrasi dengan kewenangannya yang otonom
memutuskan untuk menolak atau memberikan izin masuk, kemudian
diberikan izin tinggal sesuai dengan visa yang dimilikinya. Selanjutnya
pengawasan beralih ke kantor imigrasi yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal orang asing tersebut. 16
15 Balitbangkumham, Optimalisasi Peran TIMPORA dalam Pengawasan dan Penindakan Orang
Asing, (Jakarta: Balitbangkumham, 2017), hlm. 88. 16 M. Imam Santoso, Perspektif Imigrasi dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan Nasional,
(Yogyakarta: UII Press, 2004), hlm. 121.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 29
Permasalahan lain yang timbul terkait dengan pemberian visa di
Perwakilan RI sering kali timbul dari kewenangan penerbitan visa di
Perwakilan RI oleh Pejabat Dinas Luar Negeri (PDLN) yang dilaksanakan
tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hal ini
disebabkan karena tidak terlaksananya amanat Pasal 40 ayat 4 UU
Keimigrasian Tahun 2011 jo Pasal 94 dan Pasal 105 ayat (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian dan
perubahannya yang kemudian menyebabkan Menteri Hukum dan HAM
sebagai pemilik kewenangan menerbitkan visa kunjungan dan visa tinggal
terbatas (vitas) tidak memiliki kendali atas pelaksanaan pemberian visa di
Perwakilan RI; kurangnya kompetensi PDLN dalam penerbitan visa
kunjungan dan vitas yang berakibat ketidaksesuaian maksud dan tujuan
kegiatan orang asing dengan jenis visa yang diberikan; Pelaporan visa
kunjungan dan vitas yang tidak terlaksana dengan baik; dan masuknya
orang asing yang tidak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
di wilayah Indonesia.17
Dalam rangka pengawasan keimigrasian, Direktorat Imigrasi
melakukan beberapa hal sebagai berikut: Pertama, Penguatan Border
Control Management (BCM) melalui pembangunan Sistem Teknologi
Informasi dan Manajemen Keimigrasian (SIMKIM) dengan konsep
Integrated Border Management System (IBMS). Dalam hal Lalu Lintas
orang dan barang melewati batas-batas negara, konsep dasar Border /
perbatasan tidak hanya mencakup batas geografis suatu negara saja,
tetapi istilah border juga mencakup semua titik-titik atau pintu-pintu
keluar masuk di negara tersebut. Baik itu bandara internasional,
pelabuhan internasional, maupun wilayah perbatasan tradisional, dimana
semua pintu tersebut dapat menjadi jalur perlintasan keluar masuknya
orang dan barang dari dan menuju suatu negara. Selanjutnya, ketika
membahas tentang pergerakan orang melintasi batas negara, maka perlu
menjadi catatan penting bahwa perlintasan orang melewati batas-batas
negara tersebut akan selalu disertai dengan, atau diawali oleh, atau diikuti
oleh adanya perlintasan barang dan uang. Di dalam pembahasan tentang
17 Paparan Dr. Ronnie F Sompie sebagai Narasumber dalam Rapat Kelompok Kerja Analisis dan
Analisis Evaluasi Hukum terkait Keimigrasian di BPHN tanggal 21 April 2020
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 30
border, perlintasan orang, barang, dan uang/modal merupakan suatu
Kesatuan Integral yang tidak terpisahkan.
Konsep Integrated Border Management System (IBMS)
merupakan Konsep Sistem Manajemen/Pengelolaan Perbatasan yang
Terintegrasi dengan menggunakan Interkonektifitas (interconnectivity)
antar instansi-instansi terkait dalam Manajemen Perbatasan, baik darat,
laut maupun udara. Dengan Konsep IBMS ini, Manajemen Perbatasan,
termasuk aspek Operasional dan Pengawasannya, dilaksanakan secara
terintegrasi dengan instansi-instansi terkait baik Nasional (Imigrasi, Bea
Cukai, Karantina, Otoritas Bandara serta Aparat Keamanan terkait)
maupun Internasional (Interpol). Undang-Undang Nomor 43 tahun 2008
tentang Wilayah Negara tidak secara spesifik menjelaskan apa definisi
atau pemahaman tentang Perbatasan. Namun demikian, disebutkan pada
Pasal 1 UU tersebut hal mengenai Batas Wilayah Negara, Batas Wilayah
Yurisdiksi, dan Kawasan Perbatasan.
Perlu diketahui bahwa lalu lintas orang melewati batas negara
tidak sebatas border secara geografis saja (batas wilayah darat, laut dan
udara) saja, melainkan sebaiknya border juga dipahami meliputi titik-titik
atau pintu-pintu keluar/masuk wilayah negara tersebut yaitu Bandara
Internasional, Pelabuhan Internasional maupun perbatasan tradisional
dimana pada titik-titik tersebut dilakukan perlintasan keluar masuknya
orang, barang dan uang/permodalan baik yang bisa jadi mendahului,
bersamaan atau mengikuti orang yang melintas masuk/ keluar wilayah
tersebut. Fungsi dari penerapan Border Security dan Border Protection ini
sebenarnya sudah selaras dan sejalan dengan asas yang dianut dalam
Undang-Undang Nomor 43 tahun 2008 tentang Wilayah Negara. Border
Security dapat menjadi bagian dari Kebijakan Nasional dalam hal
Pengamanan Perbatasan yang berasaskan Kedaulatan dan Keamanan,
sedangkan Border Protection dapat dituangkan dalam bentuk Program
Aksi Kementerian/Lembaga terkait.
Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Imigrasi sepanjang tahun
2014 sampai dengan tahun 2020 telah mengadopsi konsep e-government
melalui inisiatif perjanjian kerja sama dengan 66 instansi terkait serta
pihak pemerintah daerah. Kerja sama tersebut juga memuat lingkup
interkonektivitas dalam pertukaran data dan informasi dalam Sistem
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 31
Informasi Manajemen Keimigrasian (SIMKIM) guna peningkatan Kualitas
Pelayanan Publik melalui pembentukan Unit Kerja Kantor (UKK) Imigrasi,
Layanan Terpadu Satu Atap (LTSA), serta Mall Pelayanan Publik (MPP) di
beberapa daerah yang bertujuan mendekatkan pelayanan keimigrasian
kepada masyarakat yang berdomisili agak jauh dari lokasi kantor-kantor
Imigrasi. Selain dalam peningkatan kualitas pelayanan publik, kerja sama
interkonektivitas pertukaran data dan informasi SIMKIM juga
ditandatangani dengan beberapa instansi guna meningkatkan
pengawasan keimigrasian serta upaya penegakan hukum oleh aparat
terkait seperti POLRI, KPK, KEMENLU, KEMENKEU, BNPT, Komnas HAM,
PPATK, BNN, BAKAMLA, LPSK, BKPM serta instansi lainnya. Data yang
dimiliki SIMKIM terbukti sangat bermanfaat dalam mendukung
pelaksanaan penegakan hukum, tidak hanya oleh Ditjen Imigrasi, tetapi
juga dengan Instansi Penegak Hukum lainnya.
Kedua, Peningkatan koordinasi yang lebih efektif dengan instansi
terkait dalam wadah TIMPORA. Ketiga, Penguatan Sumber Daya Manusia
Keimigrasian. Selama ini pengembangan SDM yang bersinergi dengan
penataan sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan telah dilaksanakan
oleh Direktorat Jenderal Imigrasi, antara lain dilakukan dengan
penyelenggaraan: (1) Pembukaan kembali Akademi Imigrasi Tahun 2000,
(2) Pendidikan dan Pelatihan Teknis Keimigrasian, dan (3) Pendidikan dan
Latihan Penjenjangan. Selain itu program pendidikan luar negeri bagi
pejabat/pegawai imigrasi mulai dilaksanakan yang bersifat akademis yaitu
Strata S-2 (Magister/Master) dan Strata S-3 (Doktoral/PhD), maupun
shortcourse (diklat singkat).18
Peraturan perundang-undangan yang mengatur pengendalian dan
pengawasan orang asing dan TKA belum optimal dilaksanakan terutama
mengenai koordinasi K/L terkait perlu ditingkatkan dikarenakan pada titik
celah ini dapat berpotensi terjadinya peningkatan pelanggaran
keimigrasian yang dilakukan oleh orang asing dan TKA.19
18 Balitbangkumham, Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa,
(Jakarta: Balitbangkumham, 2016), hlm. 76 19 Ahmad Jazuli, “Eksistensi Tenaga Kerja Asing Di Indonesia Dalam Perspektif Hukum
Keimigrasian”, JIKH Vol.12 No.1 Maret 2018, hlm. 102
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 32
Dari sisi SDM Keimigrasian dua aspek yang perlu diperhatikan
adalah aspek kualitas dan aspek kuantitas para penjaga pintu gerbang
negara ini. Beberapa permasalahan yang ditemukan dari hasil kajian
keimigrasian yang selama ini dilakukan oleh Balitbangkumham
Kementerian Hukum dan HAM antara lain:
a. SDM yang kurang sebanding dengan tingginya perlintasan orang
asing yang masuk karena bebas visa kunjungan dan luasnya
wilayah kerja keimigrasian di Indonesia
b. Kurangnya pengetahuan intelijen petugas imigrasi20
Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh salah satu pemateri
dalam diskusi FGD Pokja di BPHN, yaitu Bapak Sulistiarso (Analis
Keimigrasian Utama) yang menyampaikan beberapa hal yang menjadi
hambatan atau tantangan yang dihadapi dalam rangka pengawasan
orang asing antara lain: aspek geografis wilayah Indonesia yang luas,
sistem pengawasan yang belum sepenuhnya didukung partisipasi
informasi dari masyarakat, organisasi TIMPORA yang belum optimal,
pengenaan sanksi hukum yang tidak menimbulkan efek jera, serta
integritas, profesionalisme dan semangat kinerja SDM yang belum
sepenuhnya memadai.21
Terkait dengan keberadaan TIMPORA, Pasal 69 UU Keimigrasian
Tahun 2011 merupakan dasar hukum dibentuknya TIMPORA, dimana
Menteri Hukum dan HAM dalam rangka pengawasan keimigrasian
terhadap kegiatan orang asing di wilayah Indonesia membentuk Tim
Pengawasan Orang Asing yang anggotanya terdiri atas badan atau
instansi pemerintah terkait baik di pusat maupun di daerah. Dalam
Penjelasan Pasal disebutkan badan atau instansi pemerintah terkait
antara lain Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri,
Kepolisian, TNI, Kejaksaan Agung, serta Kementerian Tenaga Kerja.
20 Balitbangkumham, Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa,
hlm.107 21 Paparan Sulistiarso dalam Forum Group Discusion Kelompok Kerja Analisis dan Evaluasi Hukum
terkait Keimigrasian di BPHN tanggal 28 Juli 2020
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 33
Pada tingkat pusat, TIMPORA dibentuk berdasarkan Keputusan
Menteri Hukum dan HAM. Di tingkat provinsi, dibentuk berdasarkan
Keputusan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM yang
diketuai oleh Kepala Divisi Keimigrasian, sementara untuk tingkat
kabupaten/kota dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala Kantor Imigrasi
yang diketuai secara langsung oleh Kepala Kantor Imigrasi.
TIMPORA bertugas memberikan saran dan pertimbangan kepada
instansi dan/atau Lembaga pemerintahan terkait, mengenai hal yang
berkaitan dengan pengawasan orang asing.22 Kewenangan TIMPORA yang
hanya sebatas memberikan saran dan pertimbangan ini kemudian juga
dianggap menjadi salah satu penyebab masalah kurang optimalnya
pengawasan keimigrasian di Indonesia.
Telah terbentuk sekitar 97% TIMPORA di 33 (tiga puluh tiga)
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI, hanya 4 Kantor Imigrasi
baru yang belum memiliki TIMPORA yaitu Kantor Imigrasi Kelas III Kerinci,
Kantor Imigrasi Kelas III Ketapang, Kantor Imigrasi Kelas III Bima dan
Kantor Imigrasi Kelas III Palopo.23 TIMPORA dibentuk hingga tingkat
kecamatan yang terdiri dari berbagai unsur yang diatur di dalam UU
Keimigrasian Tahun 2011.
Dalam perkembangannya, pengawasan yang dilakukan oleh
keimigrasian juga mencakup pengawasan terhadap WNI yang akan keluar
wilayah Indonesia. Luasnya ruang lingkup pengawasan yang dilakukan
oleh TIMPORA yang tidak hanya terbatas pada TKA, tetapi juga
keseluruhan orang asing memerlukan suatu sistem atau mekanisme kerja
yang jelas dan komprehensif. Saat ini dalam praktiknya TIMPORA masih
menemukan beberapa kendala atau hambatan dalam melaksanakan
tugasnya, antara lain:
22 Lihat Pasal 200 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian
23 Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM, Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (TIMPORA) dalam Pengawasan dan Penindakan Orang Asing, (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM, 2017), hlm. 12-13
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 34
a. pembentukan TIMPORA masih sebatas koordinasi, saling bertukar
informasi dalam bentuk rapat-rapat yang diselenggarakan secara
periodik, menentukan rencana operasi dan melakukan operasi
lapangan bersama bila dianggap perlu.
b. Kewenangan TIMPORA hanya sebatas memberikan saran dan
pertimbangan kepada instansi atau Lembaga pemerintahan
terkait mengenai hal yang berkaitan dengan pengawasan orang
asing, serta melakukan operasi gabungan jika diperlukan (Pasal
200 Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian)
c. masih adanya ego sektoral mengakibatkan belum optimalnya pola
koordinasi yang dibangun dalam TIMPORA. Oleh karena itu perlu
dibangun TIMPORA. Komitmen bersama yang dibangun tentunya
bukan sekedar seremonial
d. SOP yang ada masih belum maksimal menjadi panduan
operasional yang baik, di dalamnya belum memberikan konsep
dan mekanisme pengawasan yang jelas, rinci dan efektif untuk
menjawab kebutuhan negara dalam pengawasan terhadap orang
asing termasuk TKA. Selain itu SOP juga harus dapat
menggambarkan pembagian tugas yang jelas di antara anggota
tim, jangan sampai ada anggota tim yang pasif seolah-olah hanya
ikutan terutama instansi yang tidak mempunyai fungsi
pengawasan kegiatan orang asing24
e. kurangnya pemahaman maupun perbedaan persepsi instansi
pusat dan daerah serta masyarakat yang menganggap
pengawasan orang asing termasuk TKA merupakan tugas imigrasi
f. Keterbatasan anggaran, SDM yang kompeten, dan sarana
prasarana pendukung termasuk dukungan teknologi informasi
24 Tri Sapto Wahyudi Agung Nugroho, “Optimalisasi Peran Timpora Pasca Berlakunya Peraturan
Presiden Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Bebas Visa Kunjungan”, JIKH Vol. 11 No. 3 November 2017, hlm. 263 - 285
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 35
g. Belum terintegrasinya data antara Kementerian/Lembaga Pusat
dengan Pemerintah Daerah mengenai jumlah, persebaran, dan
alur keluar masuknya TKA di Indonesia25
h. Masih minimnya keterlibatan ataupun dukungan partisipasi
masyarakat dalam pengawasan. Dalam UU Keimigrasian Tahun
2011, keterlibatan masyarakat dalam pengawasan hanya berupa
memberikan keterangan jika diminta.26 Namun demikian untuk
meningkatkan pelibatan masyarakat (baik perorangan, maupun
instansi) secara aktif, Ditjen Imigrasi meluncurkan aplikasi
Pelaporan Orang Asing (APOA) yang bertujuan untuk
memudahkan masyarakat dalam melaporkan keberadaan dan
kegiatan orang asing sehingga mudah diakses oleh instansi terkait.
Dari website https://apoa.imigrasi.go.id/ memungkinkan
penginapan, perusahaan dan perorangan untuk melaporkan
terkait keberadaan orang asing. Menu akses dari ketiga sasaran
pengguna APOA ini juga berbeda-beda, dimana untuk perusahaan
dan penginapan menggunakan akses registrasi, sedangkan untuk
perorangan hanya sebatas pelaporan. Aplikasi ini menjadi sarana
keterlibatan masyarakat untuk ikut berperan aktif melaporkan
aktivitas dan keberadaan orang asing di sekitarnya, namun
demikian masih perlu diketahui data pelaporan yang sudah
diterima oleh Ditjen Imigrasi melalui aplikasi ini serta tindak lanjut
dari pelaporan tersebut, terutama jika ditemukan laporan yang
berisikan permasalahan (seperti adanya pelanggaran hukum). Hal
ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas layanan
ini terhadap tugas besar dalam pengawasan orang asing.
25 Siaran Pers, Ombudsman: Lemahnya Pengawasan TKA oleh Tim Pengawasan Orang Asing (Tim
Pora), https://www.ombudsman.go.id/news/r/ombudsman-lemahnya-pengawasan-tka-oleh-tim-pengawasan-orang-asing-tim-pora, (diakses tanggal 21 September 2020)
26 Lihat Pasal 72, Pasal 74, Pasal 106 UU Keimigrasian Tahun 2011. Bandingkan dengan Penjelasan Umum UU Keimigrasian Tahun 2011 bahwa kepentingan nasional adalah kepentingan seluruh rakyat Indonesia sehingga pengawasan terhadap Orang Asing memerlukan juga partisipasi masyarakat untuk melaporkan Orang Asing yang diketahui atau diduga berada di Wilayah Indonesia secara tidak sah atau menyalahgunakan perizinan di bidang Keimigrasian. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 36
Hasil Kajian yang dilakukan oleh Balitbangkumham pada tahun
2017, pembentukan TIMPORA baik di pusat maupun di daerah yang
dibentuk berdasarkan ketentuan Pasal 69 belum berjalan efektif.27
Pembentukan TIMPORA Pusat diatur dalam Pasal 197 ayat (1) Pemerintah
Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian dengan Surat Keputusan
Menteri Hukum dan HAM yang diketuai oleh Menteri atau Pejabat
Imigrasi yang ditunjuk (dalam hal ini Direktur Pengawasan dan
Penindakan Keimigrasian). Untuk pembentukan TIMPORA di tingkat
Provinsi diatur dalam Pasal 198 ayat (1) dengan Keputusan Kepala Kantor
Wilayah Hukum dan HAM, yang diketuai oleh Kepala Divisi Keimigrasian.
Namun pada faktanya, Kepala Divisi Keimigrasian pada Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM tidak mempunyai kewenangan secara
operasional untuk melaksanakan pengawasan terhadap orang asing di
tingkat Provinsi. Hal ini menjadi permasalahan di lapangan.28
3. Peran Strategis Sumber Daya Manusia Keimigrasian
Dengan wilayah Indonesia yang luas, Indonesia memiliki pintu
perlintasan yang sangat luas, yang akhirnya membuat Indonesia tidak
hanya menjadi negara tujuan dalam perlintasan orang, tetapi juga sebagai
negara transit, dan sekaligus sebagai negara sumber perlintasan. Saat ini
di Indonesia ada 33 TPI udara, 91 TPI laut, 7 TPI darat, 35 PLS laut, dan 52
PLB darat yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dengan kondisi
dimana Indonesia memiliki banyak sekali pintu masuk menjadi tantangan
tersendiri karena berarti potensi ancaman di perbatasan menjadi sangat
kompleks, selain juga besarnya potensi kejahatan lintas negara seperti
pergerakan Foreign Terrorist Fighter (FTF), Ancaman paham/ideologi
radikal, pergerakan irregular migrants dan transnational crimes lainnya
menjadi tantangan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi keimigrasian.
27 Balitbangkumham, Optimalisasi Peran TIMPORA, hlm.59 28 Balitbangkumham, Optimalisasi Peran TIMPORA, hlm. 61. Dalam Peraturan Menkumham
Nomor 28 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kumham, Divisi Imigrasi pada Kantor Wilayah Kumham tidak mempunyai fungsi pengawasan dan penindakan. Hal ini sebagaimana juga disampaikan oleh Ronnie F Sompie sebagai Narasumber dalam Rapat Kelompok Kerja Analisis dan Analisis Evaluasi Hukum terkait Keimigrasian di BPHN tanggal 21 April 2020
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 37
Sehingga SDM keimigrasian dituntut harus berkualitas, profesional,
memiliki etos kerja yang baik, berdedikasi tinggi dan bermoral.
Unsur sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini pejabat imigrasi
maupun pejabat lain yang berwenang di bidang keimigrasian merupakan
kekuatan imigrasi yang memiliki peran penting dan strategis dalam
mengawal pelaksanaan keimigrasian di Indonesia. SDM Keimigrasian
merupakan filter pertama terhadap kemungkinan munculnya ancaman
keamanan terhadap negara Indonesia, baik yang dilakukan oleh warga
negara Indonesia maupun oleh orang asing. Oleh karena itu penguatan
terhadap sumber daya manusia keimigrasian merupakan Langkah yang
krusial untuk dilakukan. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko
Widodo pada tahun ini yang memfokuskan pembangunan nasional pada
penguatan sumber daya manusia yang tentunya hal ini juga dilakukan
terhadap sumber daya manusia pada seluruh sektor termasuk
keimigrasian.
Petugas atau pejabat keimigrasian sebagai penjaga pintu gerbang
negara harus didukung oleh kemampuan dan kompetensi di bidang
keimigrasian. Berdasarkan Pasal 3 ayat (3) UU Keimigrasian Tahun 2011
disebutkan bahwa fungsi keimigrasian di sepanjang garis perbatasan
wilayah Indonesia dilaksanakan oleh Pejabat Imigrasi yang meliputi
Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) dan pos lintas batas. Dalam UU
Keimigrasian Tahun 2011 telah secara tegas menentukan fungsi dan
wewenang yang hanya bisa dilaksanakan oleh Pejabat Imigrasi.
Kewenangan yang bersifat atributif ini antara lain meliputi: melakukan
pemeriksaan kepada setiap orang yang masuk atau keluar wilayah
Indonesia (Pasal 3 ayat (3), Pasal 9 ayat (1), pasal 15, Pasal 16 UU
Keimigrasian Tahun 2011), Menolak masuk orang asing ke wilayah
Indonesia (Pasal 13), Penerbitan Dokumen Perjalanan Republik Indonesia
(Pasal 26, Pasal 27 dan Pasal 29 UU Keimigrasian Tahun 2011), dan
mencabut dokumen perjalanan (Pasal 31). Selain pejabat imigrasi,
terdapat juga pejabat lain yang ditunjuk untuk melaksanakan pelayanan
keimigrasian, seperti pemberian visa kunjungan dan vitas oleh PDLN di
Perwakilan RI yang belum memiliki pejabat imigrasi.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 38
Syarat untuk menjadi pejabat imigrasi menurut UU Keimigrasian
tahun 2011, yaitu: telah lulus pendidikan Sarjana, telah mengikuti
Pendidikan khusus Keimigrasian, dan memiliki keahlian teknis
keimigrasian.29 Selama ini mekanisme pengangkatan pejabat Imigrasi di
Kementerian Hukum dan HAM dilakukan melalui 2 cara, yaitu Pertama,
diangkat dari Pegawai Kementerian Hukum dan HAM yang memenuhi
syarat untuk mengikuti Pendidikan khusus pejabat imigrasi selama satu
tahun. Kedua, perekrutan dari umum melalui pendidikan tinggi kedinasan
Politeknik Imigrasi (Poltekim) selama 3 tahun. Kemudian setelah lulus
pendidikan tersebut untuk menjadi pejabat imigrasi mengikuti proses
penerimaan CPNS baru kemudian setelah lulus ditugaskan di kantor
imigrasi untuk melaksanakan fungsi keimigrasian termasuk di tempat
pemeriksaan imigrasi (TPI) dan pos lintas batas (PLB). Tuntutan yang tinggi
terhadap profesionalitas seorang pejabat imigrasi perlu kiranya dilakukan
evaluasi terhadap pola rekrutmen terhadap pejabat imigrasi yang selama
ini dilakukan oleh Direktorat Imigrasi. Selain itu, dari beberapa hasil kajian
sering kali ditemukan relasi antara kurangnya pemahaman SDM imigrasi
dengan lemahnya pengawasan keimigrasian. Oleh karena itu kajian lebih
lanjut perlu dilakukan tidak hanya dari sudut pola rekrutmen namun juga
dari pola Pendidikan termasuk materi Pendidikan yang diberikan kepada
SDM Imigrasi sudah memenuhi kebutuhan pelaksanaan keimigrasian
yang modern yang mampu menjawab tantangan dunia serta mampu
mewujudkan politik hukum keimigrasian Indonesia sebagaimana tertuang
dalam UU Keimigrasian Tahun 2011.
Selain pola pendidikan dan pola rekrutmen, catatan penting
lainnya adalah mengenai penempatan Pejabat Imigrasi pada TPI dan PLB
ini dalam praktiknya sering kali menemukan kendala. Dari hasil kajian
diketahui adanya kesulitan dalam penempatan pegawai atau pejabat
imigrasi terutama di wilayah perbatasan, yang disebabkan antara lain:
terbatasnya jumlah pejabat imigrasi dan adanya keengganan pejabat
imigrasi ditempatkan pada PLB yang aksesnya cukup jauh. Jumlah
pegawai imigrasi yang telah mengikuti diklat pejabat imigrasi dan yang
mengikuti Pendidikan kedinasan Poltekim terhitung masih sedikit jika
29 Pasal 1 angka (7) jo Pasal 140 UU Keimigrasian Tahun 2011
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 39
dibandingkan dengan luasan wilayah Indonesia dengan TPI dan PLB-nya.
Selain itu, faktor keengganan pegawai atau pejabat imigrasi untuk
ditempatkan di lokasi terpencil yang jauh, dengan fasilitas dan sarana
prasarana penunjang yang minim serta sosial budaya masyarakat dan
Bahasa warga setempat yang berbeda juga menjadi alasan minimnya
jumlah pejabat imigrasi di suatu wilayah perbatasan khususnya PLB.30
Padahal fungsi keimigrasian di sepanjang garis perbatasan wilayah
Indonesia meliputi TPI dan PLB dilaksanakan oleh Pejabat Imigrasi (Pasal
3 ayat (3)). Di lapangan faktanya pelaksanaan fungsi keimigrasian pada
PLB dilakukan oleh pegawai fungsional umum dan dibantu oleh tenaga
honorer.31
4. Dukungan Teknologi Informasi Keimigrasian
Untuk menjawab tuntutan e-government pada pelayanan
keimigrasian, maka dikembangkanlah sistem informasi manajemen
keimigrasian (SIMKIM) yang terintegrasi dan mampu mengkoordinasikan
layanan keimigrasian. Pada tahun 2003 setelah melakukan kerja sama
dengan Australia, Direktorat Jenderal Imigrasi mendapatkan hibah sistem
pencegahan dan penangkalan (Cekal). Sistem Cekal ini merupakan sistem
pertama yang telah terintegrasi dengan rencana pengembangan SIMKIM.
Sukses dengan sistem cekal, pada tahun 2005, sistem pencatatan
Visa on Arrival (VOA) mulai dilakukan uji coba di Bandara Internasional
seperti Soekarno-Hatta, Ngurah Rai dan Batam. Setahun kemudian
Direktorat Jenderal Imigrasi kembali meningkatkan layanan dengan
memperkenalkan Sistem Photo Terpadu Berbasis Biometrik (SPTBB).
Penerapan SPTBB pada SPRI adalah pengambilan foto wajah dan sidik jari
pemohon SPRI guna memenuhi standar International Civil Aviation
Organization (ICAO) serta nantinya dapat terintegrasi dengan rencana
SIMKIM. SPTBB juga membantu Ditjen Imigrasi dalam mencegah
pembuatan paspor ganda atau pemalsuan paspor.
Pada tahun 2007, sistem e-office mulai dikembangkan untuk
meningkatkan layanan Keimigrasian baik di kantor pusat maupun UPT.
30 Insan Firdaus, “Optimalisasi Pos Lintas Batas Tradisional dalam pelaksanaan Fungsi Keimigrasian
Studi Kasus Imigrasi Entikong”, JIKH Vol. 12 Nomor 1 Maret 2018, hlm. 67 31 Ibid.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 40
Dengan sistem e-office seluruh pengelolaan data Keimigrasian tercatat
dengan akurat dan terarsip dengan baik. Passenger Movement System
(PMS) juga telah diujicoba pada Tempat Pemeriksaan Imigrasi besar di
Indonesia. Tahun 2008, Direktorat Jenderal Imigrasi memperkenalkan
Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian (SIMKIM) sebagai pusat data
keimigrasian sekaligus mengembangkan sistem Penerbitan Paspor RI
untuk menggantikan Sistem Photo Terpadu Berbasis Biometrik (SPTBB).
Integrasi Sistem Penerbitan Paspor RI (SPRI), Passenger Movement
System (PMS) dan Enterprise Cekal System (ECS) dalam SIMKIM berjalan
baik dan telah diujicobakan pada 5 (lima) Tempat Pemeriksaan Imigrasi
besar di Indonesia. Pelayanan Keimigrasian hal teknologi informasi telah
mengalami kemajuan pesat karena adanya SIMKIM dan masyarakat pun
memberikan respon positif terhadap layanan-layanan Direktorat Jenderal
Imigrasi.
Untuk meningkatkan infrastruktur dan kemampuan SIMKIM, pada
tahun 2009 Direktorat Jenderal Imigrasi membangun Disaster Recovery
Centre (DRC) sebagai backup jika Pusat Data Keimigrasian (Pusdakim)
mengalami gangguan/error. DRC sempat mengalami kebakaran dan
berhenti beroperasi pada tahun 2014 – 2015. Setelah melewati tahap
renovasi, akhirnya DRC kembali beroperasional dan diresmikan kembali
oleh Direktur Jenderal Imigrasi pada tahun 2016 dan masih bertahan
hingga saat ini.
Berikut dapat dilihat rancangan alur sistem informasi dalam
SIMKIM versi 2 yang mengakomodir:
a) Sistem Perizinan Keimigrasian
b) Sistem Penegakan Hukum
c) Sistem Pengawasan Orang Asing
d) Sistem Dokumen Perjalanan
e) Sistem IDE (Immigration Data Exchange).
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 41
Gambar Rancangan Alur SIMKIM versi 2
Sumber: diolah dari Paparan Ditjen Imigrasi dalam FGD Pokja
Keberadaan SIMKIM pada prinsipnya terkait dengan penguatan
BCM yang sebenarnya merupakan bagian dari membangun pengawasan
keimigrasian, baik orang asing dan WNI. Pembangunan sistem informasi
berupa SIMKIM ini pada dasarnya juga menjadi upaya perlindungan WNI
utamanya WNI yang diduga merupakan PMI-NP. Penanganan PMI-NP
merupakan bentuk komitmen pemerintah untuk memberikan
perlindungan terhadap WNI di luar negeri dalam rangka pencegahan
tindak pidana perdagangan orang. Sampai dengan 12 Juni 2020, telah
dilakukan penundaan penerbitan paspor terhadap WNI yang diduga PMI-
NP sebanyak 19.808 orang, dan penundaan keberangkatan WNI yang
diduga PMI-NP di TPI sejumlah 2.385 orang. Pada tahun 2018, SIMKIM
sudah aktif beroperasi dan terkoneksi di 58 Kantor Perwakilan RI.32
Dengan adanya SIMKIM, diharapkan data keimigrasian lebih aman dan
32 Media Indonesia, SIMKIM, “Tingkatkan Pelayanan Sekaligus Perketat Pengawasan”,
https://mediaindonesia.com/read/detail/185185-simkim-tingkatkan-pelayanan-sekaligus-perketat-pengawasan, (diakses tanggal 20 Agustus 2020)
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 42
dapat diakses secara real time oleh para petugas imigrasi di bandara,
Kantor Imigrasi hingga di kantor Perwakilan RI di luar negeri.
5. Kondisi Pandemi Global Covid-19
Sebagaimana diketahui bersama bahwa Corona Virus Disease
(Covid-19) telah meluas dan World Health Organization (WHO) telah
menetapkan coronavirus disease (Covid-19) sebagai Pandemi pada
tanggal 9 Maret 2020.33 Saat ini wabah tersebut telah menginfeksi lebih
dari 152 Negara di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri berdasarkan situs
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia hingga 31 Oktober 2020 ada
410.088 orang positif terinfeksi COVID-19.34 Meluasnya pandemi di
berbagai penjuru dunia dan meningkatnya jumlah orang yang terinfeksi
virus ini berdampak pada perubahan kebijakan keimigrasian yang harus
diambil oleh setiap negara demi pencegahan penularan virus tersebut.
Indonesia dalam hal ini Kementerian Hukum dan HAM c.q. Direktorat
Jenderal Imigrasi telah melakukan upaya responsif dan adaptif dalam
pencegahan penyebaran Covid-19 mengambil kebijakan pembatasan
sementara masuknya orang asing ke wilayah Indonesia serta kebijakan
pemberian skema khusus yang memberikan kemudahan izin tinggal bagi
orang asing yang berada di Indonesia dengan menerbitkan beberapa
peraturan pelaksanaan, yaitu:
a. Permenkumham Nomor 3 Tahun 2020 tentang Penghentian
Sementara Bebas Visa Kunjungan, Visa dan Pemberian Izin Tinggal
Keadaan Terpaksa bagi Warga Negara Republik Rakyat Tiongkok yang
berlaku pada tanggal 04 Februari 2020;
b. Permenkumham Nomor 7 Tahun 2020 tentang Pemberian Visa dan
Izin Tinggal Dalam Upaya Pencegahan Masuknya Virus Corona yang
berlaku pada tanggal 28 Februari 2020;
c. Permenkumham Nomor 8 Tahun 2020 tentang Penghentian
Sementara Bebas Visa Kunjungan dan Visa Kunjungan Saat
33 Covid.go.id, “Apa yang dimaksud dengan pandemi?”, https://covid19.go.id/tanya-
jawab?search=Apa%20yang%20dimaksud%20dengan%20pandemi?, diakses tanggal 20 Oktober 2020
34 Kementerian Kesehatan, “Situasi Covid-19 Kondisi 31 Oktober 2020”, https://www.kemkes.go.id/ (diakses tanggal 31 Oktober 2020)
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 43
Kedatangan serta Pemberian Izin Tinggal Keadaan Terpaksa yang
berlaku pada tanggal 19 Maret 2020
d. Permenkumham Nomor 11 Tahun 2020 tentang Pelarangan
Sementara Orang Asing Masuk Wilayah Negara Republik Indonesia
yang berlaku pada tanggal 02 April 2020;
e. Surat Edaran Nomor IMI-GR-.01.01-2325 Tahun 2020 tentang
Pelarangan Sementara Orang Asing Masuk Wilayah Negara Republik
Indonesia (yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan peraturan
Menteri Hukum dan HAM No. 11/2020);
f. Surat Edaran Nomor IMI-GR.01.01-0946 Tahun 2020 Tentang
Pelaksanaan Tugas Dan Fungsi Keimigrasian Dalam Masa Tatanan
Normal Baru;
g. Surat Edaran Direktur Jenderal Imigrasi No. IMI-GR.01.01-1102
Tahun 2020 tentang Layanan Izin Tinggal Keimigrasian dalam
Tatanan Kenormalan Baru.
UU Keimigrasian Tahun 2011 memang tidak secara spesifik
mengatur mengenai adanya kejadian pandemik global seperti yang
terjadi saat ini, namun demikian secara umum dalam Pasal 13 ayat (1) jo
Pasal 42 telah memberi kewenangan kepada pejabat imigrasi untuk
menolak masuknya orang asing ke wilayah Indonesia, salah satunya
dalam hal orang asing tersebut menderita penyakit menular yang
membahayakan kesehatan umum. Secara lebih rinci mengenai lingkup
penyakit menular yang dimaksud dalam UU Keimigrasian Tahun 2011 ini
serta dokumen/surat keterangan terkait seharusnya menjadi materi yang
diatur dalam peraturan pelaksana UU Keimigrasian Tahun 2011.
Selain hal-hal yang telah diuraikan di atas, dalam evaluasi terhadap
UU Keimigrasian Tahun 2011 ditemukan juga permasalahan-
permasalahan lain yakni:
1) UU Keimigrasian Tahun 2011 terlalu bersifat umum, sehingga banyak
mendelegasikan atau mendistribusikan pada peraturan pelaksanaan lain
di bawahnya. Hal ini juga karena keimigrasian bersifat teknis, maka perlu
aturan yang lebih rinci (yang tidak mungkin diatur juga dalam UU) namun
hal tersebut menyebabkan aturan mengenai ‘teknis’ di keimigrasian
sangat bervariasi, banyak ditemukan ketidaksamaan, tumpang tindih dan
menimbulkan kebingungan dalam pelaksanaannya (karena SOP tidak
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 44
terpusat, namun disusun masing-masing Unit Kerja). Pasal-pasal yang
memerintahkan untuk pengaturan lebih lanjut dengan aturan lain adalah:
a. Pasal 3 (2): menyerahkan kebijakan keimigrasian kepada Menteri
(Permen)
b. Pasal 4 (3): Keputusan Menteri untuk pembentukan Tempat
Pemeriksaan Imigrasi
c. Pasal 23: Peraturan Pemerintah mengenai persyaratan dan tata cara
masuk dan keluar wilayah Indonesia
d. Pasal 33: Peraturan Pemerintah mengenai tata cara dan persyaratan
pemberian, penarikan, pembatalan, pencabutan, penggantian, serta
pengadaan blangko dan standarisasi Dokumen perjalanan RI
e. Pasal 41: Peraturan Menteri tentang visa kunjungan
f. Pasal 43: Peraturan Presiden tentang Bebas Visa
g. Pasal 47: Peraturan Pemerintah tentang persyaratan dan tata cara
permohonan, jenis kegiatan, dan jangka waktu visa, serta tata cara
pemberian Tanda Masuk
h. Pasal 103: Peraturan Pemerintah tentang pelaksanaan pencegahan
dan penangkalan
i. Pasal 112: Peraturan Pemerintah mengenai ketentuan persyaratan,
tata cara pengangkatan PPNS Keimigrasian.
2) UU Keimigrasian Tahun 2011 disusun sebelum disahkannya Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,
sehingga terdapat beberapa kelemahan sebagai berikut:
a. Tidak ditemukannya Naskah Akademik pembentukan UU
Keimigrasian Tahun 2011, sebagaimana diketahui, peran Naskah
Akademik sangat penting bagi penyusunan suatu Perundang-
undangan
b. Rumusan penormaan UU ini belum memenuhi kaidah sesuai
ketentuan UU Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,
misalnya terjadi pengulangan dalam rumusan suatu norma, contoh
pada Ketentuan Umum angka 32 tentang Penyelundupan Manusia,
rumusan ini kembali diulang pada Pasal 120, hal tersebut tidak
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 45
bersifat krusial namun mempengaruhi dari sisi estetika dan
kepraktisan. Pengulangan ini terjadi pula di beberapa bunyi pasal
dalam ketentuan pidana, yang mengulang kembali rumusan tindak
pidana sebelum rumusan sanksi.
c. Belum dibaginya jenis tindak pidana dalam kualifikasi kejahatan
ataupun pelanggaran, sebagaimana ditentukan pada Lampiran II
angka 121, yang berbunyi:
d. “Sehubungan adanya pembedaan antara tindak pidana kejahatan
dan tindak pidana pelanggaran di dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, rumusan ketentuan pidana harus menyatakan secara
tegas kualifikasi dari perbuatan yang diancam dengan pidana itu
sebagai pelanggaran atau kejahatan.”35
e. Perumusan klasifikasi kejahatan atau pelanggaran sebagaimana
dimaksud pada huruf c di atas, memberikan pengaruh dalam
penentuan jenis sanksi yang diberikan dan acara pidana yang
dilakukan.
3) Penegakan hukum Keimigrasian melibatkan koordinasi dari banyak pihak,
maka sangat diperlukan sinkronisasi, baik sinkronisasi data maupun
pelaksanaan tugas pengawasan, dan lainnya, sehingga perlu dibunyikan
ketentuan yang bersifat mengatur koordinasi seluruh instansi tersebut,
apakah dalam rumusan Pasal, maupun dalam peraturan lebih lanjut yang
diamanahkan oleh UU Keimigrasian Tahun 2011.
4) Gautama Budi Arundhati36 menyampaikan bahwa dalam UU Keimigrasian
Tahun 2011 Pasal 8 ayat (2) jo. Pasal 13 ayat (1) huruf d terdapat
pengaturan terkait perjanjian internasional, sehingga pengaturan
keimigrasian tidak bisa terlepas dari perjanjian internasional. Selain itu
dalam Pasal 43 huruf a UU Keimigrasian Tahun 2011, perlu ditelaah
mengenai bukti resiprositas dari 169 negara yang diberikan pembebasan
visa. Kemudian adanya Kerjasama Antar Negara antara lain: ASEAN
Tourism Agreement dan ASEAN Framework Agreement on Visa yang
35 Lihat Lampiran II angka 121 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
36 Disampaikan dalam Kegiatan Public Hearing Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional di Jember tanggal 19 Oktober 2020
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 46
menghasilkan MoU perlu diingat bahwa MoU memiliki daya ikat
sebagaimana treaties, dan perlu ditelaah mengenai konsekuensi suatu
MoU yang berkorelasi dengan Ketenagakerjaan dan Pergerakan Manusia.
MoU harus memperhatikan “prinsip-prinsip materi muatan” sebagaimana
terkandung dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000
tentang Perjanjian Internasional. Demikian juga dalam Article 36 Treaty on
the Functioning of the European Union (TFEU) yang bisa dijadikan
justification ground dalam hal bila perjanjian internasional berpotensi
berbahaya bagi negara. Terkait Pengungsi non refoulement dapat
dikategorikan sebagai Jus Cogens, yaitu orang dari negara lain yang masuk
ke Indonesia, namun tinggal melebihi batas waktu dan tidak
memungkinkan untuk dilakukan deportasi.
B. Dampak dan/atau Kemanfaatan Pelaksanaan UU Keimigrasian Tahun 2011
1. Kebijakan Bebas Visa Kunjungan melalui Peraturan Presiden Nomor
21 Tahun 2016 tentang Bebas Visa Kunjungan
Kebijakan bebas visa kunjungan yang diterapkan oleh suatu negara
pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara. Pada dasarnya, kebijakan bebas visa bersifat
resiprokal sehingga dapat dimaklumi bahwa negara-negara yang memiliki
tingkat kesejahteraan yang tinggi pada umumnya akan memberlakukan
kebijakan bebas visa kepada negara-negara lain yang tingkat
kesejahteraannya dinilai setara. Mencermati perkembangan tersebut,
sebagai salah satu negara dengan tujuan pariwisata yang banyak diminati
oleh wisatawan mancanegara, Indonesia mulai membuka diri untuk turut
serta menerapkan kebijakan bebas visa kunjungan. Tujuan utamanya
adalah dengan kebijakan tersebut, kunjungan wisatawan mancanegara ke
Indonesia meningkat sehingga dapat berbanding lurus dengan perolehan
devisa di sektor pariwisata. Keberhasilan kebijakan bebas visa di beberapa
negara Asean seperti Malaysia, Thailand dan Singapura mengilhami
Indonesia untuk menerapkan hal yang sama, sehingga mengeluarkan
kebijakan bebas visa bagi 169 negara asing.
Bebas visa kunjungan yang diatur dalam Peraturan Presiden
Nomor 21 Tahun 2016 diberikan izin tinggal kunjungan untuk waktu
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 47
paling lama 30 hari tidak dapat diperpanjang atau dialihstatuskan menjadi
izin tinggal lainnya. Kebijakan bebas visa kunjungan ini diberikan kepada
WNA yang bertujuan untuk kepentingan wisata, keluarga, sosial, seni, dan
budaya. Sebagaimana diketahui, bahwa rezim keimigrasian yang diatur
dalam UU Keimigrasian Tahun 2011 menegaskan kebijakan selektif
(selective policy), dimana dalam rangka melindungi kepentingan nasional
hanya orang asing yang memberikan manfaat serta tidak membahayakan
keamanan dan ketertiban umum yang diperbolehkan masuk dan berada
di wilayah Indonesia (Pasal 75 UU Keimigrasian Tahun 2011). Disisi lain,
UU Keimigrasian Tahun 2011 juga mengenalkan bahwa kebijakan selektif
tersebut juga dilaksanakan dengan memperhatikan asas timbal balik dan
asas manfaat (Pasal 43 UU Keimigrasian Tahun 2011).
Dari beberapa hasil kajian dapat disimpulkan dalam pelaksanaan
Perpres 21/2016 terdapat beberapa dampak yang ditimbulkan,
sebagaimana diuraikan dalam tabel berikut ini.
Dampak
Pihak Terdampak
Pemerintah:
Ditjen Imigrasi, Kepolisian,
Kementerian Pariwisata
Pelaku Usaha:
Pelaku usaha sektor
pariwisata, hotel, café,
dan restoran
Pelaku usaha sektor
bisnis/industri
Masyarakat
Beban peningkatan terjadinya
pelanggaran hukum, dalam hal
ini yang terkait keimigrasian dan
juga ketenagakerjaan. Ini
dibuktikan terjadi peningkatan
pada tindakan administrasi
keimigrasian (TAK), pada tahun
2016 terjadi 7.787 TAK dengan
341 projustitia, angka ini
meningkat di tahun 2017
menjadi 11. 307 TAK dan 272
projustitia.
perusahaan pengguna
sering
menyembunyikan TKA
ilegal.
Menciptakan
sektor negatif
pariwisata di
masyarakat:
(pelacuran,
minuman
beralkohol yang
bebas)
Biaya Pengawasan yang
meningkat di semua pintu
masuk wilayah Indonesia,
Biaya Pembelian alat
komunikasi PORA untuk
hotel dan losmen
Meningkatnya
pengaruh
negatif budaya
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 48
Dampak
Pihak Terdampak
Pemerintah:
Ditjen Imigrasi, Kepolisian,
Kementerian Pariwisata
Pelaku Usaha:
Pelaku usaha sektor
pariwisata, hotel, café,
dan restoran
Pelaku usaha sektor
bisnis/industri
Masyarakat
termasuk membentuk
sekretariat TIMPORA hingga
tingkat RT/RW
asing terhadap
budaya lokal
Menurunnya Penerimaan
negara Bukan Pajak (PNBP)
sejak tahun 2015 hingga 2017
senilai Rp 1,3 triliun. Penurunan
ini terjadi pada pelayanan
perpanjangan izin tinggal dan
pembelian Visa on Arrival (VOA)
karena sebagian besar negara
yang diberikan fasilitas bebas
visa kunjungan merupakan
negara subyek dari VOA
Peningkatan jumlah
kerja sama dengan
penegak hukum untuk
pengawasan terhadap
pergerakan orang asing
Menciptakan
konflik dan
kesenjangan
antara
wisatawan
dengan
masyarakat
lokal
Munculnya tenaga kerja asing
ilegal yang menyalahgunakan
pemberian bebas visa
kunjungan wisata untuk bekerja
secara ilegal di Indonesia. Hal ini
lazim dilakukan oleh TKA ilegal,
selain juga dengan
memanfaatkan lemahnya
pengawasan yang dilakukan
oleh Otoritas Keimigrasian dan
Dinas Tenaga Kerja
Berkurangnya
kenyamanan
masyarakat
Biaya peningkatan SDM, Sarana
Prasarana (Sarpras), dan
Intelijen termasuk biaya
sosialisasi kepada masyarakat
Lunturnya
kearifan lokal
disebabkan
oleh pengaruh
budaya asing
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 49
Dampak
Pihak Terdampak
Pemerintah:
Ditjen Imigrasi, Kepolisian,
Kementerian Pariwisata
Pelaku Usaha:
Pelaku usaha sektor
pariwisata, hotel, café,
dan restoran
Pelaku usaha sektor
bisnis/industri
Masyarakat
Manfaat jumlah orang asing yang masuk
sejak berlakunya Perpres terus
meningkat pada tahun 2016
berjumlah 5,9 juta orang dan di
tahun 2017 meningkat menjadi
9,7 juta orang. Hal ini berarti
meningkatkan devisa negara
dari sektor pariwisata, selain itu
juga menjadi insentif bagi hotel
dan penginapan, UMKM dan
masyarakat Indonesia pada
umumnya
Insentif bagi hotel dan
penginapan, dan
UMKM
Peningkatan
kesejahteraan
Masyarakat
secara umum di
daerah
destinasi wisata
karena adanya
peningkatan
wisatawan yang
datang.
pergerakan aliran modal dan
investasi
Meningkatnya Kualitas
dan Kuantitas Destinasi
Pariwisata
Meningkatnya
angka kegiatan
ekonomi
masyarakat
penyedia jasa
dan
perdagangan
Meningkatnya kontribusi
pariwisata terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) Nasional
Meningkatnya kapasitas
dan profesionalisme
SDM Pariwisata
Menurunnya
angka
kemiskinan
masyarakat
Tabel analisis dampak di atas menunjukkan bahwa Kebijakan Bebas
Visa Kunjungan secara umum memberikan manfaat bagi pelaku usaha
dan masyarakat namun menimbulkan beban-beban baru bagi
pemerintah, khususnya dalam hal pengawasan orang asing. Selain itu,
data Kementerian Pariwisata menunjukkan bahwa dari 169 negara yang
diberikan fasilitas bebas visa kunjungan hanya ada 10 negara yang rutin
merupakan penyumbang wisatawan terbesar bagi Indonesia, yaitu
Singapura, Malaysia, Tiongkok, Australia, Korea Selatan, Jepang, Amerika
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 50
Serikat, Taiwan, Inggris dan Filipina. 10 negara ini sebenarnya merupakan
negara menjadi penyumbang konsisten bagi devisa negara dari sejak
pertama kali bebas visa diberlakukan pada tahun 2003.37 Sehingga dapat
dikatakan sebagian besar negara baru yang diberikan fasilitas bebas visa
kunjungan tidak menyumbang wisatawan yang signifikan bagi
perekonomian Indonesia. Kebijakan bebas visa perlu dievaluasi dan
diperbaiki agar manfaat yang dihasilkan dapat dipertahankan bahkan
ditingkatkan dan pelaksanaannya dibuat lebih efisien sehingga
meminimalisir beban-beban yang timbul.
2. Isu Belum Optimalnya Mekanisme Pengawasan terhadap Orang Asing
(termasuk TKA)
Pihak Terdampak:
a. Pemerintah: Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker),
Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham)
b. Masyarakat: tenaga kerja lokal (yang dalam beberapa peraturan
perundang-undangan disebut tenaga kerja Indonesia)
c. Pelaku Usaha: Pemilik Hotel, Perusahaan
Uraian:
Secara umum pengawasan terhadap orang asing merupakan tugas
Direktorat Jenderal Imigrasi yang meliputi pengawasan terhadap masuk
dan keluar, pengawasan keberadaan serta pengawasan terhadap
kegiatan orang asing di Indonesia, dalam hal ini mencakup keberadaan
tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia (Pasal 66-Pasal 73 UU
Keimigrasian Tahun 2011). Dalam melaksanakan pelayanan keimigrasian
dan pengawasan keimigrasian di daerah, Direktorat Jenderal Imigrasi
dibantu oleh Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kantor Imigrasi, UPT Rumah
Detensi di daerah, Unit Layanan Paspor, dan Unit Kerja Keimigrasian (UKK)
yang semuanya berada di bawah koordinasi Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan HAM.
37 Erdian, “Efektivitas Penerapan Kebijakan Bebas Visa Kunjungan Dikaitkan dengan Selective Policy
Keimigrasian Indonesia“, https://jabar.kemenkumham.go.id/pusat-informasi/artikel/efektivitas-penerapan-kebijakan-bebas-visa-kunjungan-dikaitkan-dengan-selective-policy-keimigrasian-indonesia-erdian (diakses 9 Oktober 2020)
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
51
Mek
anis
me
pen
gaw
asan
ter
had
ap o
ran
g as
ing
dap
at d
igam
bar
kan
dal
am a
lur
ber
iku
t:
(dio
lah
d
ari
: H
asi
l K
ajia
n
Ba
litb
an
gku
mh
am
, O
pti
ma
lisa
si
Per
an
TI
MP
OR
A
da
lam
P
eng
aw
asa
n d
an
Pen
ind
aka
n O
ran
g A
sin
g, 2
01
7)
Tah
apP
enga
was
an
•p
enga
was
anya
ng
dila
kuka
np
ada
saat
ora
ng
asin
gm
engu
rus
izin
mas
uk
keIn
do
nes
ia d
an b
erad
aat
auti
ngg
ald
i In
do
nes
ia
Tekn
is
Pen
gaw
asan
•P
enga
was
anA
dm
inis
trat
if(p
erm
oh
on
anvi
sa, p
eriz
inan
, waw
anca
ra)
•P
enga
was
anLa
pan
gan
(ter
tutu
pd
an t
erb
uka
)
Sist
emP
elap
ora
n
•Sa
atin
i bel
um
ad
a d
atu
dat
abas
e ya
ng
did
alam
nya
mem
bu
at d
afta
r p
elan
ggar
an-p
elan
ggar
an y
ang
dila
kuka
n o
leh
ora
ng
asin
g
Ko
ord
inas
id
enga
nIn
stan
site
rkai
t
•K
oo
rdin
asii
nim
asih
ber
sifa
tse
kto
ral.
•Ter
kait
ten
aga
kerj
a, K
um
ham
bek
erja
sam
ad
enga
n: K
emen
teri
an T
enag
a K
erja
; Kem
ente
rian
Lu
arN
eger
i; B
adan
Ko
ord
inas
iPen
anam
anM
od
al; P
olr
i; P
emd
ad
an D
epar
tem
enTe
knis
.
•Par
iwis
ata,
Ku
mh
amb
eker
jasa
ma
den
gan
: Kem
ente
rian
Par
iwis
ata,
Kem
lu, K
emd
agri
, Po
lri
•Aw
ak K
apal
, Ku
mh
am b
eker
jasa
ma
den
gan
: Kem
enh
ub
, Kem
lu, K
emta
n, T
NI A
L
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 52
Selain unit-unit ini, pengawasan keimigrasian juga dilakukan dengan
membentuk Tim Pengawasan Orang Asing (TIMPORA) yang dibentuk
mulai dari tingkat Pusat sampai dengan tingkat kecamatan. TIMPORA di
tingkat Kecamatan melibatkan Kecamatan, Kepolisian Sektor (Polsek),
dan Komando Rayon Militer (Koramil) setempat. Dibentuknya TIMPORA
sampai tingkat kecamatan telah mengangkat Camat, Kepala Polsek dan
Komandan Koramil dalam anggota tim. Akan tetapi tidak semua struktur
di dalam instansi tersebut yang dapat melaksanakan fungsi pengawasan.
Jika di Polsek dan Koramil terdapat fungsi pengawasan dan intelijen
sedangkan di kantor kecamatan tidak ada. Terutama berdasarkan
Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 48 tahun 2015 diatur
pengalihan Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten/Kota yang
menyelenggarakan pengawasan ketenagakerjaan menjadi Pegawai
Negeri Sipil Daerah Provinsi sehingga semua pengawasan dialihkan status
kepegawaiannya menjadi di pemerintah provinsi yang sebelumnya
kewenangan pengawasan ada di kabupaten/kota masing-masing.38
Beban ini tentunya menjadi bertambah sulit dalam pengawasan terhadap
daerah-daerah kota/kabupaten sampai di tingkat kecamatan yang banyak
terdapat orang asing misalnya daerah wisata, daerah industri atau daerah
bisnis yang juga mempekerjakan orang asing.
Badan Intelijen dan Keamanan Polri juga melaksanakan tugas
pengawasan terhadap orang asing. Pengawasan orang asing tidak hanya
dilakukan di tempat pemeriksaan imigrasi tetapi juga harus dilakukan
pengawasan selama beraktivitas di wilayah Indonesia. Kepolisian juga
melakukan penindakan terhadap kejahatan yang dilakukan orang asing.
Sebagai aparat hukum yang bertugas mengayom masyarakat Polri juga
melakukan tugas intelegensi apabila keberadaan dan aktivitas orang lain
mengganggu ketertiban umum ataupun meresahkan masyarakat. Hal ini
dikarenakan siapa pun yang berada Indonesia warga negara Indonesia
maupun orang asing harus mematuhi semua peraturan di Indonesia. Dan
38 Peko Laksono, “Pengawasan Perizinan Tenaga Kerja Asing”, Supremasi Hukum :Jurnal Penelitian
Hukum Vol. 27, No. 1, Januari 2018, hlm. 81. (Hasil Wawancara Dengan Dewi Murni Staff Bagian Pengawasan TKA, Dinas Ketenagakerjaan Dan Tranmigrasi Provinsi Bengkulu, Pada tanggal 29 Januari 2018)
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 53
bila terjadi kejahatan atau pelanggaran tersebut maka Kepolisian akan
melakukan penindakan.
Terkait pengawasan terhadap TKA menurut UU Ketenagakerjaan
Tahun 2003 juga dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan guna
menjamin pelaksanaan peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan. Kewenangan pengawasan ketenagakerjaan ini ini
berada di bawah Pemerintah Provinsi berdasarkan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Mengenai petugas
pengawas tenaga kerja, faktanya secara umum dapat dikatakan bahwa
jumlahnya masih relatif sedikit. Berdasarkan data yang disampaikan oleh
perwakilan Direktorat Jenderal BinwasNaker dan K3 – Kemnaker dalam
diskusi FGD Pokja yang dilaksanakan di BPHN pada Juli 2020, Indonesia
masih membutuhkan 4426 orang petugas pengawas tenaga kerja untuk
mengawasi 252.880 perusahaan yang ada saat ini. Dimana rasio idealnya
di negara berkembang seperti Indonesia adalah 6000 pengawas tenaga
kerja mengawasi sekitar 121juta pekerja. Pada tingkat daerah, rasionya
lebih buruk lagi sebagai contoh di Batam hanya ada empat petugas
pengawas tenaga kerja untuk mengawasi sekitar 3000 perusahaan. Di
Bekasi ada sekitar 3.500 perusahaan dan hanya 25 pengawas.39 Bahkan di
lapangan juga masih ditemukan daerah yang belum mempunyai tenaga
pengawas. Menurut Nevey Varida Ariyani, pengawasan ketenagakerjaan
yang ada sekarang sangat lemah yang disebabkan oleh berbagai hal
seperti regulasi, otonomi daerah, itikad baik pengawas dan alokasi
anggaran.40
Pemerintah melalui Kemnaker RI membentuk Satuan Tugas (Satgas)
Pengawasan Tenaga Kerja Asing (TKA) pada tanggal 16 Mei 2018 dengan
ditandatanganinya Surat Keputusan Menaker Nomor 73 Tahun 2018
tentang pembentukan Satgas TKA. Pembentukan Satgas TKA merupakan
bentuk peningkatan pengawasan terhadap keberadaan TKA yang
dilakukan pemerintah, dimana sebelumnya pengawasan TKA dilakukan
oleh pengawas ketenagakerjaan serta TIMPORA. Menurut Menaker M
39 https://www.kompasiana.com/diaz.hendropriyono/5529c2c0f17e617123d623ab/pengawasan-
tenaga-kerja-asing 40 Nevey Varida Ariyani, Aspek Penegakan Hukum terhadap Tenaga Kerja Asing Ilegal di Indonesia,
(Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan HAM RI, 2017), hal. 75
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 54
Hanif Dhakiri, pembentukan Satgas TKA memungkinkan pengawasan
yang lebih terintegrasi, karena melibatkan 24 kementerian dan lembaga
terkait.41 Pembentukan Satgas TKA juga disebutkan sebagai
penerjemahan dari Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang
Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang menyebutkan perlunya
pengawasan TKA baik dari sisi ketenagakerjaan maupun dari sisi
keimigrasian. Satgas TKA ini diketuai oleh Iswandi selaku Direktur Bina
Penegakan Hukum Kementerian Ketenagakerjaan. Sedangkan wakil dua
orang yaitu Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Ditjen
Imigrasi, Kemenkumham dan Direktorat Jenderal Pembinaan
Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja Kemnaker.
Selebihnya merupakan anggota dengan total anggota satgas sebanyak 45
orang. Satgas Pengawasan TKA bertugas melaksanakan pembinaan,
pencegahan, penindakan, dan penegakan norma penggunaan tenaga
kerja asing sesuai tugas dan fungsi masing-masing kementerian/lembaga.
Misalnya terkait pengawasan TKA bidang pertambangan, maka secara
teknis akan banyak melibatkan Kementerian ESDM. Terkait pengawasan
TKA bidang kesehatan, maka secara teknis akan melibatkan Kementerian
Kesehatan.42
Persinggungan pelaksanaan pengawasan terhadap orang asing yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga yang memang memiliki tugas dan fungsi
pengawasan perlu dicermati dengan baik. Dalam hal keberadaan tenaga
kerja asing misalnya, pengawasan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Imigrasi terhadap tenaga kerja asing bersinggungan dengan pengawasan
yang dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan yang pelaksanaan
tugasnya berdasarkan UU Ketenagakerjaan Tahun 2003. Kewenangan
pengawasan ketenagakerjaan ini berada di bawah Pemerintah Provinsi
berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah. Walaupun dalam pelaksanaannya, terdapat pembagian
41 Kontan.co.id, “Kemnaker bentuk Stagas Pengawasan Tenaga Kerja Asing “,
https://nasional.kontan.co.id/news/kemnaker-bentuk-stagas-pengawasan-tenaga-kerja-asing, (diakses 1 Oktober 2020)
42 Rizka Diputra, “Pemerintah Bentuk Satgas Pengawasan Tenaga Kerja Asing”, https://nasional.okezone.com/read/2018/05/18/337/1899768/pemerintah -bentuk-satgas-pengawasan-tenaga-kerja-asing#:~:text=Satgas%20Pengawasan%20TKA%20bertugas%20melaksanakan,masing%2Dmasing%20kementerian%2Flembaga (diakses 9 November 2020)
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 55
kewenangan di antara dua lembaga tersebut seperti dicontohkan oleh
Nevey Varida Ariyani dalam penelitiannya bahwa dalam hal pelanggaran
yang biasa dilakukan TKA, yaitu: Pertama, pelanggaran imigrasi yaitu jika
pekerja asing tidak punya izin tinggal atau izin tinggalnya kedaluwarsa
(overstayed). Untuk kasus ini, pemeriksaan dan penegakan hukum
dilakukan oleh pengawas imigrasi di bawah Kementerian Hukum & HAM.
Jenis pelanggaran kedua adalah jika TKA bekerja di wilayah Indonesia
tanpa mengantongi izin kerja atau punya izin kerja tapi penggunaannya
tidak sesuai dengan izin yang dimiliki. Untuk pelanggaran jenis ini,
pemeriksaan dan penegakan hukum dilakukan oleh pengawas
ketenagakerjaan.43
Bisa dipahami bahwa pola pengawasan yang ditempuh dengan
membentuk TIMPORA sebagai amanat UU Keimigrasian Tahun 2011
ataupun dengan Pengawas Ketenagakerjaan/Satuan Tugas Pengawasan
TKA sebagai amanat UU Ketenagakerjaan Tahun 2003 merupakan upaya
memastikan dilaksanakannya pengawasan yang lebih baik bagi TKA
sekaligus memberikan pelindungan bagi TKA yang bekerja di Indonesia.
Walaupun upaya ini belum dapat dikatakan efektif dalam menekan
jumlah TKA ilegal di Indonesia. Dalam kurun Juni-Agustus 2018, masih ada
temuan kasus terkait TKA ilegal, di antaranya pengamanan 21 TKA asal
Tiongkok yang bekerja di sebuah tambang emas di Kabupaten Nabire,
Papua.44 Dalam temuan Ditjen imigrasi, para TKA ini hanya memiliki izin
tinggal, bukan izin bekerja. Kasus serupa kembali terjadi pada 15 Agustus
2018, dimana ada 10 TKA asal Tiongkok yang bekerja di Pabrik Tambang
Batu Kapur dengan menggunakan izin kunjungan di Klapanunggal,
Kabupaten Bogor.45 Terkait TKA ilegal ini yang dipermasalahkan bukan
terkait dengan jumlahnya yang banyak, sebagaimana media-media
informasi di Indonesia sering kali menayangkan berita yang menegaskan
banyaknya jumlah TKA di Indonesia. Yang menjadi masalah sebenarnya
43 Nevey Varida Ariyani, “Penegakan Hukum terhadap Tenaga Kerja Asing Ilegal di Indonesia”,
Jurnal Penelitian Hukum De Jure, Vol. 18 No. 1, Maret 2018, hlm. 123. 44 CNN Indonesia, “Ratusan WN China Diduga Kerja Ilegal di Tambang Emas Nabire”,
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180611100408-20-305137/ratusan-wn-china-diduga-kerja-ilegal-di-tambang-emas-nabire (diakses tanggal 23 Oktober 2020)
45 Putra Ramadhani Astyawan, “Diduga Ilegal, Puluhan TKA Asal Tiongkok Diamankan Petugas”, https://megapolitan.okezone.com/read/2018/08/15/338/1936919/diduga-ilegal-puluhan-tka-asal-tiongkok-diamankan-petugas (diakses tanggal 1 Oktober 2020)
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 56
adalah jumlah TKA ilegal yang data jumlahnya tidak diketahui dengan
pasti. Hal ini dikarenakan operasi pengawasan TKA yang dilakukan oleh
Pemerintah selain belum rutin dilakukan di pabrik atau kantor yang
sahamnya dimiliki asing, juga belum terintegrasinya database antar
Kementerian/Lembaga baik yang berisikan jumlah, persebaran, dan alur
keluar masuk TKA maupun pelanggaran yang dilakukan oleh TKA yang
dapat diakses oleh semua lembaga penegakan hukum terkait. 46
Dalam investigasi yang dilakukan oleh Ombudsman47 dari sisi
pengawasan terhadap tenaga kerja asing menemukan permasalahan
dalam hal belum maksimal pengawasan TKA di Indonesia yang
dilaksanakan oleh TIMPORA melalui penegakan hukum baik pemberian
sanksi administratif kepada perusahaan yang melakukan pelanggaran,
penyelidikan dan penyidikan tindak pidana dan pemulangan (deportasi)
terhadap TKA. Beberapa faktor yang menyebabkan belum maksimalnya
pengawasan ini, antara lain karena ketidaktegasan TIMPORA terhadap
pelanggaran yang terjadi di lapangan, keterbatasan jumlah SDM
pengawas ketenagakerjaan, keterbatasan anggaran, dan lemahnya
koordinasi antar instansi baik pusat maupun daerah.
Lemahnya pengawasan keimigrasian dapat menimbulkan dampak
antara lain adanya TKA ilegal di Indonesia, adanya PMI-NP yang menjadi
korban perdagangan orang atau penyelundupan manusia. Hal ini
berakibat tidak tercapainya tujuan yang hendak dicapai oleh UU
Keimigrasian Tahun 2011 terutama berkaitan dengan makin
meningkatnya kejahatan internasional atau tindak pidana transnasional,
seperti perdagangan orang, penyelundupan manusia, dan tindak pidana
narkotika yang banyak dilakukan oleh sindikat kejahatan internasional
yang terorganisasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi yang
komprehensif terhadap pelaksanaan tugas dan kinerja dari tim-tim yang
dibentuk pemerintah terutama yang terkait dengan orang asing dan TKA
ini.
46 Siaran Pers, Ombudsman: Lemahnya Pengawasan TKA oleh Tim Pengawasan Orang Asing (Tim
Pora), https://www.ombudsman.go.id/news/r/ombudsman-lemahnya-pengawasan-tka-oleh-tim-pengawasan-orang-asing-tim-pora, (diakses tanggal 21 September 2020)
47 Siaran Pers, Ombudsman: Lemahnya Pengawasan TKA oleh Tim Pengawasan Orang Asing (Tim Pora), https://www.ombudsman.go.id/news/r/ombudsman-lemahnya-pengawasan-tka-oleh-tim-pengawasan-orang-asing-tim-pora, (diakses tanggal 21 September 2020)
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 57
Selain evaluasi terhadap kinerja tim-tim yang dibentuk oleh
pemerintah, perlu juga disusun langkah-langkah strategis untuk
mengoptimalkan pengawasan keimigrasian (termasuk terhadap TKA dan
PMI), yang meliputi:
a. Membangun Sistem Teknologi Informasi mengenai integrasi data
penempatan dan pengawasan Tenaga Kerja Asing;
b. Menyusun dan melakukan evaluasi program pengawasan secara
berkala dan berkesinambungan melalui Tim Pora baik di pusat
maupun di daerah;
c. Melakukan penindakan hukum secara tegas dan pemberian sanksi
kepada perusahaan yang melakukan pelanggaran dalam
penyelenggaraan TKA serta memberikan reward and punishment
bagi pegawai yang melakukan pengawasan;
d. Menambah jumlah dan meningkatkan kompetensi SDM pengawas
serta mendistribusikan sesuai dengan kebutuhan keberadaan TKA di
setiap daerah;
e. untuk memperkuat keberadaan TIMPORA perlu diterbitkan dasar
hukum yang lebih tinggi (selama ini hanya diatur dalam
Permenkumham Nomor 50 Tahun 2016 tentang Tim Pengawasan
Orang Asing) sehingga dapat mencakup tugas dan fungsi
pengawasan dan penindakan terhadap orang asing pada stakeholder
terkait lainnya;
f. perlu membangun pola koordinasi yang terukur dan terarah antar
instansi terkait dalam TIMPORA secara terus menerus dan operasi
pengawasan orang asing di wilayah kerjanya secara
berkesinambungan dan terarah. Oleh karena itu, perlu terobosan
baru dalam kegiatan koordinasi yang dilakukan oleh TIMPORA, Perlu
evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan rapat-rapat yang selama ini
dilakukan oleh TIMPORA untuk melihat sejauh mana pola kegiatan
seperti ini efektif;
g. Perlunya meningkatkan peran dan keterlibatan masyarakat dalam
pengawasan keimigrasian sebagaimana tujuan pembentukan UU
Keimigrasian Tahun 2011, misalnya dengan melibatkan tokoh agama,
tokoh adat, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan perwakilan pihak
hotel. UU Keimigrasian Tahun 2011 sendiri sebenarnya sudah
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 58
mengatur partisipasi masyarakat yang terbatas memberikan
keterangan dalam penyelidikan dan penyidikan (Pasal 74 dan Pasal
106). Oleh karena itu perlu formulasi tepat bentuk partisipasi
masyarakat agar masyarakat menyadari perannya sehingga
terbentuk pola pengawasan keimigrasian yang efektif untuk dapat
diatur dalam peraturan pelaksana dari UU Keimigrasian Tahun 2011
ini;
h. Menciptakan sistem pencegahan dini untuk mengetahui keberadaan
orang asing termasuk TKA di Indonesia dengan sistem penggunaan
pelacakan teknologi informasi seperti chip di paspor dan visa;
i. Intensifikasi edukasi ke semua komunitas masyarakat dan pelaku
usaha;
j. ruang aksesibilitas diperluas terkait akuntabilitas instansi terkait
dalam pengawasan dan penegakan hukum terhadap orang asing.48
3. Isu Keberadaan Tenaga Kerja Asing Ilegal di Indonesia
Tenaga kerja sebagai salah satu input faktor produksi akan
berpindah dari satu negara ke negara lain karena tidak seimbangnya
sumber daya manusia dan modal antarnegara. Perpindahan tenaga kerja
tersebut terutama disebabkan oleh perbedaan ongkos produksi yang
terjadi karena adanya perbedaan tingkat upah yang berlaku di berbagai
negara.
Dalam perkembangannya ternyata di Indonesia saat ini juga
terdapat kecenderungan terjadinya peningkatan jumlah tenaga kerja
asing yang bekerja di Indonesia. Sebagai bagian dari WTO, AFTA, APEC
Indonesia mempunyai kewajiban mematuhi ketentuan dasar dari
organisasi/asosiasi dunia tersebut, salah satu nya adalah kewajiban untuk
membuka akses pasar bagi penyedia jasa asing yang merupakan agenda
yang dibahas dalam pertemuan WTO terkait perdagangan dalam sektor
jasa (general agreements on trade in services). Sejatinya filosofi
ketenagakerjaan di Indonesia adalah melindungi tenaga kerja Indonesia
yang bekerja di Indonesia, sehingga jika ada kebutuhan khusus dan sangat
membutuhkan penggunaan TKA haruslah dibuat persyaratan yang ketat
48 Diambil dari paparan Sulistiarso dalam FGD di BPHN tanggal 28 Juli 2020
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 59
agar tenaga kerja Indonesia terhindar dari kompetisi yang tidak sehat.49
Oleh karena itu prinsipnya penggunaan tenaga kerja asing (TKA) dilakukan
dalam rangka investasi dan transfer of knowledge atau transfer of know
how.50 Dasar hukum penggunaan TKA antara lain UU Ketenagakerjaan
Tahun 2003, Peraturan Pemerintah Tahun 42 Tahun 2018 tentang Jenis
dan Tarif atas Jenia Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada
Kementerian Ketenagakerjaan, Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018
tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing, Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Nomor 10 Tahun 2018 tentang Tata Cara Penggunaan
Tenaga Kerja Asing, Keputusan Menteri Ketenagakerjaan dan
Transmigrasi Nomor 40 Tahun 2012 tentang Jabatan-Jabatan Tertentu
Yang Dilarang Diduduki Tenaga Kerja Asing, dan Keputusan Menteri
Ketenagakerjaan Nomor 228 Tahun 2019 tentang Jabatan Tertentu Yang
Dapat Diduduki Oleh Tenaga Kerja Asing .
Dalam paparan Pusjianbang Balitbang Hukum dan HAM pada
Tahun 2017, secara umum TKA yang berada di Indonesia dikategorikan
menjadi dua yaitu TKA legal (yang memiliki dokumen resmi) dan TKA Ilegal
(tanpa dokumen resmi).51 Pada prinsipnya perusahaan atau pemberi
kerja dapat mempekerjakan TKA di Indonesia. Namun demikian
penggunaan TKA yang tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh
UU Ketenagakerjaan dan UU Keimigrasian diartikan sebagai
mempekerjakan TKA illegal. Penggunaan TKA illegal merupakan hal yang
melanggar hukum. Oleh karena itu Pemerintah akan menindak secara
tegas keberadaan TKA illegal di Indonesia. Dalam hal ini Menteri Tenaga
Kerja bekerjasama dan berkoordinasi dengan Ditjen Imigrasi dan juga
Kepolisian untuk memonitor dan mengawasi keberadaan TKA di
Indonesia. Pengawasan yang ketat dan koordinasi yang baik antar instansi
pemerintah diharapkan dapat mencegah adanya TKA illegal.
49 Tri Jata Ayu Pramesti, Syarat Tenaga Kerja Asing Bisa Bekerja di Indonesia,
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt557fb3beea80c/syarat-tenaga-kerja-asing-bisa-bekerja-di-indonesia/, (diakses tanggal 2 September 2020)
50 C. Sumarprihatiningrum, “Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia”, (Jakarta: HIPSMI, 2006), hlm. 56
51 Ahmad Jazuli, Eksistensi TKA di Indonesia dalam Perspektif Hukum Keimigrasian, Op.Cit., hlm. 95
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 60
Sanksi yang diberikan terhadap TKA illegal diberikan berupa
pendeportasian yang dilakukan menurut UU Keimigrasian karena UU
Ketenagakerjaan pada dasarnya tidak mengatur sanksi bagi TKA illegal,
tetapi sanksi dalam UU Ketenagakerjaan diberikan hanya kepada
perusahaan atau pemberi kerja. Perusahaan atau pemberi kerja yang
melanggar penggunaan TKA diatur dalam Pasal 187 UU Ketenagakerjaan
yaitu berupa hukuman penjara dan denda.
Dari beberapa hasil kajian dapat disimpulkan beberapa dampak
yang ditimbulkan, sebagaimana diuraikan dalam tabel berikut ini:
Dampak
Pihak Terdampak
Pemerintah Pelaku Usaha Masyarakat
Beban Integrasi perijinan TKA,
dengan memperkuat
OSS (maintenance
sistem online). Pada
Tahun 2018 juga
Kementerian
Ketenagakerjaan
mengeluarkan Surat
Edaran Menteri
Ketenagakerjaan No. 5
Tahun 2018 tentang
Proses Peralihan
Pelayanan Perizinan
Penggunaan Tenaga
Kerja Asing, yang
mengatur mengenai
integrasi antara sistem
TKA Online dengan
sistem OSS, khususnya
penerbitan perizinan
pengesahan RPTKA dan
sistem Keimigrasian
Pemberi kerja TKA
wajib mengajukan
Rencana
Penggunaan
Tenaga Kerja Asing
(RPTKA) untuk
memperoleh Izin
Mempekerjakan
Tenaga Kerja Asing
(IMTA) serta
bersedia untuk
dikenakan retribusi.
Berkurangnya
kenyamanan masyarakat
Adanya TKA Ilegal Potensi gesekan dengan
TKA
Peningkatan
Pengawasan
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 61
Dampak
Pihak Terdampak
Pemerintah Pelaku Usaha Masyarakat
Meningkatnya
Penindakan hukum
keimigrasian
Manfaat Meningkatnya investasi
di Indonesia
kemudahan dalam
pengurusan izin TKA
Adanya transfer of
knowledge dari TKA
kepada tenaga kerja lokal.
Menteri Tenaga Kerja Ida
Fauziah memberikan
terkait rencana
kedatangan 500 TKA
China yang akan bekerja
di Konawe Sulawesi
Tenggara menyebutkan
bahwa Pemerintah akan
mengizinkan TKA asal
China untuk bekerja di
Indonesia karena selain
keahliannya dibutuhkan
oleh perusahaan, juga
akan ada transfer of
knowledge karena nanti
akan didampingi oleh
tenaga kerja lokal.52
Terkait hal ini perlu dilihat
Kembali rumusan norma
dalam Perpres 20/2018
tidak secara tegas
mewajibkan setiap TKA
memberikan
pengetahuan (transfer
knowledge) kepada
tenaga kerja lokal. Sebab,
dalam Pasal 26 hanya
disebutkan setiap
52 Giri Hartomo, TKA Masuk Indonesia, Menaker Sebut Transfer Of Knowledge,
https://economy.okezone.com/read/2020/06/25/320/2236131/500-tka-masuk-indonesia-menaker-sebut-transfer-of-knowledge, (diakses tanggal 13 September 2020)
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 62
Dampak
Pihak Terdampak
Pemerintah Pelaku Usaha Masyarakat
pemberi kerja TKA wajib
menunjuk tenaga kerja
Indonesia sebagai
pendamping.53 Oleh
karena itu dalam
pelaksanaannya untuk
memastikan bahwa
terjadi transfer of
knowledge kepada tenaga
kerja lokal, Pemerintah
perlu mengatur secara
tegas ketentuan tersebut
dan mewajibkan
perusahaan untuk
menyusun dengan jelas
alih pengetahuan seperti
apa yang akan dilakukan
sehingga ke depannya
tenaga kerja lokal dapat
belajar dan menyerap
pengetahuan dari TKA
tersebut. Selain itu,
dengan adanya alih
pengetahuan ini
membawa dampak
pengembangan ilmu dan
teknologi pada suatu
sektor menjadi lebih
cepat, adopsi terhadap
teknologi baru juga cepat
dilaksanakan.
53 CNN Indonesia, Ombudsman Sebut Tak Ada Jaminan Alih Pengetahuan dari TKA,
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180426193636-20-293909/ombudsman-sebut-tak-ada-jaminan-alih-pengetahuan-dari-tka, (diakses tanggal 13 September 2020)
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 63
4. Isu Pelindungan Pekerja Migran Indonesia
Pihak terdampak:
a) Pemerintah: Kemnaker, BP2MI, Kemenkumham, Kemenlu
b) Masyarakat: tenaga kerja lokal
c) Pelaku Usaha: Biro Jasa PMI
Uraian:
Permasalahan-permasalahan yang terjadi menyangkut
pengiriman PMI ke luar negeri terutama tentang ketidaksesuaian antara
yang diperjanjikan dengan kenyataan, serta adanya kesewenangan pihak
majikan dalam mempekerjakan TKI (sekarang: PMI). Selain itu sering
terjadi penangkapan dan penghukuman TKI yang dikarenakan
ketidaklengkapan dokumen kerja (TKI ilegal).54 Kurangnya informasi yang
diperoleh calon PMI yang bekerja di luar negeri banyak dikeluhkan oleh
PMI dalam hubungannya dengan pelayanan dan penempatan PMI. Hal ini
menunjukkan bahwa kurangnya penyampaian informasi kepada Calon
PMI dan PMI baik informasi mengenai aturan-aturan hukum mengenai
PMI maupun mengenai alur bekerja menjadi PMI.
BP2MI membagikan media buku panduan terkait PMI berjudul:
“Sesi Penyuluhan tentang Bekerja ke Luar Negeri Secara Legal dan Aman”
yang disusun oleh Organisasi Internasional Untuk Imigrasi dan Badan
Nasional dan telah dikoordinasikan dengan Badan Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (sekarang: BP2MI) dan Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi (sekarang: Kementerian
Ketenagakerjaan).55 Dengan adanya buku ini maka BP2MI melakukan
langkah pencegahan terjadinya PMI ilegal dengan membagikan media
penyuluhan tersebut via website. Peran BP2MI yang sangat penting
mengingat tingginya minat masyarakat Indonesia untuk menjadi PMI.
54 Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, “Hasil
Penelitian Keimigrasian”, (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, 2017), hlm. 78
55 Media penyuluhan tersebut dapat diakses di http://portal.bnp2tki.go.id/uploads/data/data_01-03-2011_105147_Sesi_Penyuluhan_tentang_Bekerja_ke_Luar_Negeri_Secara_Legal_dan_Aman.pdf (diakses 5 Oktober 2020)
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 64
Tabel Jumlah Pengaduan PMI berdasarkan Jenis Masalah Periode Tahun 2018 - 2
(Sumber data: website BP2MI)
Menurut Ronnie Sompie, Direktorat Jenderal Imigrasi telah menolak
PMI-NP ke Malaysia sebanyak 1.167 orang dengan modus bervariasi
antara lain: umur belum cukup, bekerja tidak dengan visa kerja, tidak
jelasnya job order dari negara yang membutuhkan, hal inilah yang rentan
mengakibatkan terjadinya perdagangan orang (trafficking in person).
Bahkan terdapat juga hasil wawancara oleh pemberi kerja dan PMI yang
tidak sesuai dengan yang ditawarkan dalam wawancara.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 65
(Sumber: Balitbangkumham, “Hasil Penelitian Keimigrasian”)
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 66
Untuk mencegah terjadinya kasus perdagangan orang yang dapat
menjadikan Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) sebagai korban,
Direktorat Jenderal Imigrasi telah melakukan kebijakan untuk menunda
pelayanan paspor bagi Calon PMI yang non prosedur dan menunda
keberangkatan CPMI yang belum memiliki visa kerja di Tempat
Pemeriksaan Imigrasi (TPI) dan Pos Lintas Batas Negara (PLBN). Upaya
Ditjen Imigrasi dalam pencegahan PMI-NP dengan terbitnya Surat Edaran
Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI-0277.GR.02.06 Tahun 2017 tentang
Pencegahan TKI-NP. Periode Tahun 2017 – 12 Juni 2020 Ditjenim telah
menunda penerbitan paspor sebanyak 19.808 dan menunda
pemberangkatan di TPI sebanyak 2.385. 56
Dalam hal ini, Ditjenim melakukan Langkah-langkah sebagai berikut:
a. Melakukan verifikasi dan wawancara terhadap pemohon paspor;
b. Melakukan penundaan penerbitan paspor terhadap pemohon
paspor yang diduga kuat calon PMI-NP;
c. Melakukan penundaan keberangkatan terhadap terduga kuat calon
PMI-NP di TPI; dan
d. Meningkatkan koordinasi dan membangun sinergi dengan seluruh
stakeholder dalam rangka pencegahan PMI-NP.
Dalam rangka mengantisipasi perluasan TPPO “Pengantin Pesanan”
ke luar wilayah Jawa Barat dan Kalimantan Barat, diterbitkan Surat
Direktur Lalu Lintas Keimigrasian Nomor IMI.2.UM.01.01-4.2808 tanggal
16 Agustus 2019 hal Peningkatan Pengawasan Terhadap Pemohon Paspor
Yang Terindikasi Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang “Pengantin
Pesanan”. Direktur Jenderal Imigrasi menginstruksikan kepada Kantor
Imigrasi di seluruh Indonesia untuk melakukan peningkatan pengawasan
terhadap pemohon paspor yang terindikasi TPPO “Pengantin Pesanan”
khususnya terhadap pemohon dengan kriteria perempuan berusia muda.
Selanjutnya berkoordinasi dengan Kepolisian dan instansi terkait apabila
diduga kuat terdapat calon korban TPPO “Pengantin Pesanan”. Namun
demikian upaya pencegahan TPPO menemui tantangan seperti
kebutuhan ekonomi dan kurangnya lapangan pekerjaan, gaji yang tinggi
dan kebutuhan pekerja sektor non formal tinggi di luar negeri, banyak
56 Paparan Toto Suryanto dalam Forum Group Discusion Kelompok Kerja Analisis dan Evaluasi
Hukum terkait Keimigrasian di BPHN tanggal 28 Juli 2020
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 67
keluarga dan relasi yang sudah bekerja di luar negeri, jaringan sindikat
TPPO internasional, MO yang bervariasi untuk meyakinkan petugas dan
juga adanya keterlibatan “oknum” petugas.57
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa pengawasan
dilakukan bahkan sampai di Kantor Perwakilan/KBRI dan masih terdapat
juga PMI-NP dan tetap dilakukan penindakan. Dengan Keberadaan
SIMKIM pada prinsipnya terkait dengan penguatan Border Control
Management (BCM) sebenarnya merupakan bagian dari membangun
pengawasan keimigrasian, baik orang asing dan WNI. Pembangunan
sistem informasi berupa SIMKIM ini pada dasarnya juga menjadi upaya
perlindungan WNI utamanya WNI yang diduga merupakan PMI-NP.
Penanganan PMI-NP merupakan bentuk komitmen pemerintah untuk
memberikan perlindungan terhadap WNI di luar negeri dalam rangka
pencegahan tindak pidana perdagangan orang. Sampai dengan 12 Juni
2020, telah dilakukan penundaan penerbitan paspor terhadap WNI yang
diduga PMI-NP sebanyak 19.808 orang, dan penundaan keberangkatan
WNI yang diduga PMI-NP di TPI sejumlah 2.385 orang. Pada tahun 2018,
SIMKIM sudah aktif beroperasi dan terkoneksi di 58 Kantor Perwakilan RI.
57 Paparan Toto Suryanto dalam Forum Group Discusion Kelompok Kerja Analisis dan Evaluasi
Hukum terkait Keimigrasian di BPHN tanggal 28 Juli 2020
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
68
C.
Eval
uas
i En
am D
imen
si U
nd
ang-
Un
dan
g N
om
or
6 Ta
hu
n 2
011
ten
tan
g Ke
imig
rasi
an
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
1.
Ju
du
l K
eim
igra
sian
Ket
epat
an
Jen
is
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang-
Un
dan
gan
Men
gatu
r le
bih
la
nju
t ke
ten
tuan
U
UD
N
RI T
ahu
n 1
945
, ya
ng
dia
man
atka
n
seca
ra t
egas
;
Dia
man
atka
n
un
tuk
dia
tur
den
gan
at
au
dal
am
UU
, d
an
dis
ebu
tkan
se
cara
te
gas
mat
erin
ya
(ad
a 3
7
kete
ntu
an,
lihat
ke
tera
nga
n
lam
pir
an
hu
ruf
b);
Dit
inja
u
dar
i n
aman
ya,
“kei
mig
rasi
an”,
b
eras
al d
ari k
ata
das
ar im
igra
si y
ang
mem
iliki
ar
ti I
mig
rasi
ad
alah
per
pin
dah
an o
ran
g d
ari
suat
u n
egar
a-b
angs
a (n
ati
on
-sta
te)
ke n
egar
a la
in,
dim
ana
ia
bu
kan
m
eru
pak
an
war
ga
neg
ara.
Sed
angk
an k
eim
igra
sian
ad
alah
hal
ih
wal
lalu
lin
tas
ora
ng
yan
g m
asu
k at
au k
elu
ar
Wila
yah
In
do
nes
ia
sert
a p
enga
was
ann
ya.
Dili
hat
dar
i m
ater
i m
uat
an U
U K
eim
igra
sian
Ta
hu
n
20
11
, m
aka
pen
amaa
n
UU
K
eim
igra
sian
Ta
hu
n
20
11
su
dah
se
suai
d
enga
n m
ater
i mu
atan
Un
dan
g-U
nd
ang.
Teta
p
2.
Pas
al 1
3
3. R
um
ah D
eten
si
Imig
rasi
ad
alah
u
nit
p
elak
san
a te
knis
yan
g m
enja
lan
kan
Fu
ngs
i K
eim
igra
sian
se
bag
ai
tem
pat
p
enam
pu
nga
n
sem
enta
ra
bag
i O
ran
g A
sin
g ya
ng
dik
enai
Ti
nd
akan
A
dm
inis
trat
if
Kei
mig
rasi
an.
Dis
har
mo
ni
Pen
gatu
ran
D
efin
isi
atau
K
on
sep
A
dan
ya
per
bed
aan
d
efin
isi
atau
pu
n
kon
sep
di
anta
ra
du
a ke
ten
tuan
d
alam
p
erat
ura
n
per
un
dan
g-u
nd
anga
n
yan
g sa
ma
Dal
am
Pas
al
14
ay
at
(2)
dan
ay
at
(3)
dis
ebu
tkan
b
ahw
a d
alam
h
al
terd
apat
ke
ragu
an
terh
adap
d
oku
men
p
erja
lan
an
seo
ran
g w
arga
n
egar
a In
do
nes
ia
dan
/ata
u
stat
us
kew
arga
neg
araa
nn
ya,
yan
g b
ersa
ngk
uta
n h
aru
s m
emb
erik
an b
ukt
i la
in
yan
g sa
h d
an m
eyak
inka
n y
ang
men
un
jukk
an
bah
wa
yan
g b
ersa
ngk
uta
n
adal
ah
war
ga
neg
ara
Ind
on
esia
. D
alam
ran
gka
mel
engk
api
bu
kti
yan
g b
ersa
ngk
uta
n d
apat
dit
emp
atka
n
dal
am R
um
ah D
eten
si I
mig
rasi
ata
u R
uan
g D
eten
si Im
igra
si. K
eten
tuan
dal
am P
asal
1 d
an
Pas
al
14
in
i sa
ling
ber
ten
tan
gan
ya
ng
Ub
ah
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
69
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
34
. Ru
ang
Det
ensi
Im
igra
si
adal
ah
tem
pat
p
enam
pu
nga
n
sem
enta
ra
bag
i O
ran
g A
sin
g ya
ng
dik
enai
Ti
nd
akan
A
dm
inis
trat
if
Kei
mig
rasi
an
yan
g b
erad
a d
i D
irek
tora
t Je
nd
eral
Im
igra
si d
an
Kan
tor
Imig
rasi
.
men
yeb
abka
n
per
un
tukk
an
Ru
mah
D
eten
si
dan
R
uan
g D
eten
si
men
jad
i ku
ran
g je
las
apak
ah u
ntu
k W
NA
ata
uka
h d
apat
juga
un
tuk
WN
I.
Wal
aup
un
dal
am p
elak
san
aan
nya
pad
a ka
sus
tert
entu
dim
un
gkin
kan
WN
I d
item
pat
kan
di
ruan
g d
eten
si
yan
g ad
a d
i b
and
ara
keti
ka
sed
ang
dal
am
pe
mer
iksa
an
keab
sah
an
do
kum
en W
NI t
erse
bu
t.
Un
tuk
dap
at m
emb
erik
an k
epas
tian
hu
kum
d
an k
eteg
asan
mak
a se
bai
knya
ru
mu
san
Pas
al
1 a
ngk
a 3
3 d
an 3
4 d
iub
ah a
gar
sesu
ai d
enga
n
kete
ntu
an P
asal
14
aya
t (2
) d
an (
3).
3.
Pas
al 2
: Se
tiap
w
arga
n
egar
a In
do
nes
ia
ber
hak
m
elak
uka
n
per
jala
nan
ke
luar
d
an
mas
uk
Wila
yah
Ind
on
esia
.
Kej
elas
an
Ru
mu
san
P
engg
un
aan
b
ahas
a,
isti
lah
, ka
ta
Kej
elas
an
Pas
al
ini
per
lu
diu
bah
ru
mu
san
nya
su
pay
a p
emak
naa
nn
ya t
idak
ter
lep
as d
ari
per
atu
ran
la
in
yan
g m
enga
tur
men
gen
ai
pem
bat
asan
h
ak d
an k
ewaj
iban
.
Ru
mu
san
ya
ng
diu
sulk
an
adal
ah:
“Set
iap
w
arga
ne
gara
In
do
nes
ia b
erh
ak m
elak
uka
n
per
jala
nan
ke
luar
d
an
mas
uk
Wila
yah
In
do
nes
ia
seb
agai
man
a d
iatu
r d
alam
p
erat
ura
n p
eru
nd
ang-
un
dan
gan
”
Ub
ah
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
70
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
4.
Pas
al 3
1
) U
ntu
k m
elak
san
akan
Fu
ngs
i K
eim
igra
sian
, P
emer
inta
h
men
etap
kan
ke
bija
kan
K
eim
igra
sian
. 2
) K
ebija
kan
K
eim
igra
sian
d
ilaks
anak
an
ole
h
Men
teri
. 3
) Fu
ngs
i K
eim
igra
sian
di
sep
anja
ng
gari
s p
erb
atas
an
Wila
yah
In
do
nes
ia
dila
ksan
akan
o
leh
P
ejab
at I
mig
rasi
yan
g m
elip
uti
Te
mp
at
Pem
erik
saan
Im
igra
si
dan
po
s lin
tas
bat
as.
Dis
har
mo
ni
Pen
gatu
ran
P
eneg
akan
H
uku
m
Pen
gatu
ran
m
enge
nai
as
pek
p
eneg
akan
h
uku
m y
ang
tid
ak
kon
sist
en/s
alin
g b
erte
nta
nga
n
anta
r p
asal
(d
alam
per
atu
ran
ya
ng
sam
a)
Pad
a ay
at (
2)
keb
ijaka
n d
iser
ahka
n k
epad
a M
ente
ri,
yait
u
Men
teri
H
uku
m
dan
H
AM
. M
engi
nga
t b
idan
g tu
gas
dan
fu
ngs
i ke
imig
rasi
an
cuku
p
luas
, h
al
ini
mem
bu
ka
pel
uan
g p
ote
nsi
b
erm
un
cula
n
ban
yakn
ya
Per
atu
ran
Men
teri
hu
kum
dan
HA
M t
erka
it
Kei
mig
rasi
an. P
erlu
dit
erap
kan
pri
nsi
p k
ehat
i-h
atia
n
dal
am
pen
yusu
nan
p
erat
ura
n-
per
atu
ran
Men
teri
hu
kum
dan
HA
M t
erse
bu
t,
jan
gan
sam
pai
ter
jad
i tu
mp
ang
tin
dih
an
tar
per
atu
ran
m
ente
ri
ters
ebu
t ya
ng
dap
at
men
yeb
abka
n
dis
har
mo
ni
anta
r p
erat
ura
n
men
teri
.
Seca
ra
rum
usa
n
bu
nyi
ay
at
(2)
dap
at
dig
abu
ngk
an
den
gan
ay
at
(1),
d
iman
a M
ente
ri
di
Hu
kum
d
an
HA
M
mem
pu
nya
i ke
wen
anga
n
bid
ang
keim
igra
sian
. H
al
ini
dit
egas
kan
d
alam
P
asal
1
ay
at
6
Dit
jen
Im
igra
si
seb
agai
sa
lah
sa
tu
un
it
di
baw
ah
Men
teri
Hu
kum
dan
HA
M y
ang
dia
man
atka
n
ole
h
UU
K
eim
igra
sian
Ta
hu
n
20
11
se
bag
ai
pel
aksa
na
tuga
s d
an
fun
gsi
di
bid
ang
Kei
mig
rasi
an.
Ub
ah
rum
usa
n,
men
jad
i: 1
) U
ntu
k m
elak
san
akan
Fu
ngs
i K
eim
igra
sian
, P
emer
inta
h
men
etap
kan
ke
bija
kan
K
eim
igra
sian
m
elal
ui
Men
teri
.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
71
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
5.
Pas
al 7
1
) D
irek
tur
Jen
der
al
ber
tan
ggu
ng
jaw
ab
men
yusu
n
dan
m
enge
lola
Si
stem
In
form
asi
Man
ajem
en
Kei
mig
rasi
an
seb
agai
sa
ran
a p
elak
san
aan
Fu
ngs
i K
eim
igra
sian
di
dal
am
atau
d
i lu
ar
Wila
yah
Ind
on
esia
. 2
) Si
stem
In
form
asi
Man
aje
men
K
eim
igra
sian
d
apat
d
iaks
es
ole
h
inst
ansi
d
an/a
tau
le
mb
aga
pem
erin
tah
an
terk
ait
sesu
ai
den
gan
tu
gas
dan
fu
ngs
inya
.
Kej
elas
an
Ru
mu
san
P
engg
un
aan
b
ahas
a,
isti
lah
, ka
ta
Kej
elas
an
Pas
al 7
aya
t (1
) d
an a
yat
(2)
men
yeb
utk
an
“sis
tem
in
form
asi
man
ajem
en k
eim
igra
sian
”,
nam
un
si
stem
in
form
asi
ters
ebu
t h
anya
d
igu
nak
an
un
tuk
men
yatu
kan
d
an
men
ghu
bu
ngk
an
sist
em
info
rmas
i p
ada
selu
ruh
pel
aksa
na
Fun
gsi K
eim
igra
sian
sec
ara
Terp
adu
se
bag
aim
ana
dis
ebu
tkan
d
i d
alam
p
enje
lasa
n p
asal
7.
Den
gan
dem
ikia
n t
idak
te
rlih
at a
dan
ya p
enga
tura
n s
iste
m i
nfo
rmas
i ya
ng
dap
at d
iaks
es o
leh
pu
blik
.
Tan
tan
gan
ya
ng
har
us
dija
wab
o
leh
D
itje
n
Imig
rasi
seb
agai
lem
bag
a p
emer
inta
h a
dal
ah
bag
aim
ana
pu
blik
d
apat
m
emp
ero
leh
in
form
asi
yan
g je
las
dan
b
enar
te
rkai
t ke
imig
rasi
an
(seb
agai
man
a h
ak
pu
blik
/mas
yara
kat
un
tuk
mem
per
ole
h
info
rmas
i d
iatu
r d
alam
U
U
Ket
erb
uka
an
Info
rmas
i P
ub
lik)
den
gan
m
em
un
gkin
kan
ad
anya
fi
tur
dal
am
SIM
KIM
ya
ng
dap
at
dia
kses
ole
h m
asya
raka
t u
ntu
k m
end
apat
kan
in
form
asi
keim
igra
sian
ya
ng
dib
utu
hka
n.
Mas
yara
kat
dap
at m
enga
kses
SIM
KIM
tet
api
den
gan
bat
asan
aks
es.
Seh
ingg
a p
asal
in
i d
irek
om
end
asik
an u
ntu
k d
iub
ah
rum
usa
nn
ya
agar
m
enye
bu
tkan
se
cara
je
las
bah
wa:
“S
iste
m
Info
rmas
i
Ub
ah
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
72
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
Man
aje
men
Kei
mig
rasi
an d
apat
dia
kses
ole
h
inst
ansi
d
an/a
tau
le
mb
aga
pem
erin
tah
an
terk
ait
sesu
ai d
enga
n t
uga
s d
an f
un
gsin
ya,
sert
a m
asya
raka
t.”
Dal
am
pen
jela
san
p
asal
in
i d
apat
d
itam
bah
kan
bah
wa
akse
s in
form
asi
kep
ada
mas
yara
kat
dib
erik
an
terb
atas
ya
ng
dib
utu
hka
n.
6.
Pas
al 1
1
1)
Dal
am
kead
aan
d
aru
rat
Pej
abat
Im
igra
si
dap
at
mem
ber
ikan
Ta
nd
a M
asu
k ya
ng
ber
sifa
t d
aru
rat
kep
ada
Ora
ng
Asi
ng.
2
) Ta
nd
a M
asu
k se
bag
aim
ana
dim
aksu
d
pad
a ay
at
(1) b
erla
ku s
ebag
ai Iz
in
Tin
ggal
ku
nju
nga
n
dal
am
jan
gka
wak
tu
tert
entu
.
Kej
elas
an
Ru
mu
san
P
engg
un
aan
b
ahas
a,
isti
lah
, ka
ta
Am
big
uit
as
“Kea
daa
an d
aru
rat”
seb
agai
man
a d
iseb
utk
an
dal
am
Pas
al
11
ay
at
(1)
ber
po
ten
si
men
imb
ulk
an p
emak
naa
n a
dan
ya p
enga
ruh
as
ing,
m
isal
nya
te
kan
an
asin
g ya
ng
men
ghen
dak
i d
ikel
uar
kan
nya
ta
nd
a m
asu
k te
rhad
ap
ora
ng
asin
g te
rten
tu
un
tuk
kep
enti
nga
n m
erek
a.
Nam
un
, d
alam
pen
jela
san
Pas
al 1
1 a
yat
(1)
tela
h
ada
pem
bat
asan
d
iman
a d
ikat
akan
b
ahw
a ya
ng
dim
aksu
d
den
gan
“k
ead
aan
d
aru
rat”
m
elip
uti
ad
anya
al
at
angk
ut
yan
g m
end
arat
di W
ilaya
h In
do
nes
ia d
alam
ran
gka
ban
tuan
ke
man
usi
aan
(h
um
anit
aria
n
assi
stan
ce)
pad
a d
aera
h
ben
can
a al
am
di
Wila
yah
In
do
nes
ia
(nat
ion
al
dis
aste
r)
atau
d
alam
h
al
terd
apat
al
at
angk
ut
yan
g m
emb
awa
Ora
ng
Asi
ng
ber
lab
uh
at
au
men
dar
at d
i su
atu
tem
pat
di I
nd
on
esia
kar
ena
Ub
ah,
den
gan
m
emas
ukk
an
Pen
jela
san
P
asal
1
1
ayat
(1
) ke
d
alam
b
atan
g tu
bu
h.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
73
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
keru
saka
n
mes
in
atau
cu
aca
bu
ruk,
se
dan
gkan
al
at
angk
ut
ters
ebu
t ti
dak
b
erm
aksu
d u
ntu
k b
erla
bu
h a
tau
men
dar
at d
i W
ilaya
h In
do
nes
ia.
Pen
jela
san
in
i te
lah
m
enge
limin
ir
po
ten
si
pen
garu
h a
sin
g se
bag
aim
ana
dik
haw
atir
kan
d
i at
as.
Nam
un
, p
emb
atas
an t
erse
bu
t h
anya
d
itu
angk
an d
alam
pem
bat
asan
yan
g m
emili
ki
day
a ik
at
kura
ng
kuat
jik
a d
iban
din
gkan
d
enga
n
pen
gatu
ran
d
alam
b
atan
g tu
bu
h.
Den
gan
d
emik
ian
ak
an
leb
ih
bai
k jik
a p
enje
lasa
n
pas
al
11
ay
at
(1)
ters
ebu
t d
imas
ukk
an k
e d
alam
bat
ang
tub
uh
.
Den
gan
d
emik
ian
p
asal
in
i p
erlu
d
iub
ah
den
gan
men
amb
ahka
n k
eten
tuan
leb
ih j
elas
m
enge
nai
“ke
adaa
n d
aru
rat”
yan
g d
imak
sud
7.
Pas
al 1
6
(1)
Pej
abat
Im
igra
si
men
ola
k o
ran
g u
ntu
k ke
luar
W
ilaya
h
Ind
on
esia
d
alam
h
al
ora
ng
ters
ebu
t:
Ket
epat
an
Jen
is
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang-
Un
dan
gan
Tin
dak
la
nju
t P
utu
san
M
ahka
mah
K
on
stit
usi
(M
K)
Pen
gatu
ran
ak
ibat
p
utu
san
M
K;
Mat
eri
mu
atan
se
suai
d
enga
n
has
il p
utu
san
U
ji M
ater
i MK
.
MK
ber
pen
dap
at b
ahw
a p
erlu
leb
ih d
ahu
lu
mem
aham
i pen
gert
ian
“p
enye
lidik
an”
un
tuk
kem
ud
ian
mem
per
tim
ban
gkan
ber
ten
tan
gan
at
au t
idak
ber
ten
tan
gan
den
gan
ked
ua
pas
al
UU
D T
ahu
n
19
45
yan
g m
enu
rut
par
a P
emo
ho
n
ber
ten
tan
gan
d
enga
n k
ata
“pen
yelid
ikan
” te
rseb
ut.
M
enu
rut
Pas
al
1
angk
a 5
U
nd
ang-
Un
dan
g N
om
or
8 T
ahu
n
19
81
te
nta
ng
Hu
kum
A
cara
P
idan
a,
“Pen
yelid
ikan
ad
alah
se
ran
gkai
an
Ub
ah
Ub
ah
rum
usa
n
Pas
al 1
6 a
yat
(1)
men
jad
i: "P
eja
ba
t Im
igra
si
men
ola
k o
ran
g u
ntu
k ke
lua
r W
ilaya
h
Ind
on
esia
da
lam
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
74
a.
tid
ak
mem
iliki
D
oku
men
P
erja
lan
an
yan
g sa
h
dan
m
asih
b
erla
ku;
b.
dip
erlu
kan
u
ntu
k ke
pen
tin
gan
p
enye
lidik
an
dan
p
enyi
dik
an
atas
per
min
taan
p
ejab
at
yan
g b
erw
enan
g;
atau
c.
n
aman
ya
terc
antu
m
dal
am
daf
tar
Pen
cega
han
. (2
) P
ejab
at Im
igra
si ju
ga
ber
wen
ang
men
ola
k O
ran
g A
sin
g u
ntu
k ke
luar
W
ilaya
h
Ind
on
esia
dal
am h
al
Ora
ng
Asi
ng
ters
ebu
t m
asih
m
emp
un
yai
kew
ajib
an
di
Ind
on
esia
ya
ng
har
us
dis
eles
aika
n
tin
dak
an p
enye
lidik
u
ntu
k m
enca
ri
dan
m
enem
uka
n
suat
u
per
isti
wa
yan
g d
idu
ga
seb
agai
ti
nd
ak
pid
ana
gun
a m
enen
tuka
n
dap
at
atau
tid
akn
ya d
ilaku
kan
p
enyi
dik
an
men
uru
t ca
ra
yan
g d
iatu
r d
alam
u
nd
ang-
un
dan
g in
i”.
Dar
i d
efin
isi
pen
yelid
ikan
te
rseb
ut
dap
at
dis
imp
ulk
an,
bel
um
te
ntu
d
ilaku
kan
p
enyi
dik
an,
arti
nya
bel
um
ad
a ke
pas
tian
hu
kum
aka
n d
ilaku
kan
pen
yid
ikan
p
adah
al s
ud
ah
dap
at
dila
kuka
n
pen
ola
kan
o
leh
Im
igra
si u
ntu
k ke
luar
wila
yah
In
do
nes
ia.
Leb
ih
lan
jut,
p
enye
lidik
an
itu
mas
ih
dal
am
tah
apan
yan
g d
ilaku
kan
ole
h p
enye
lidik
dal
am
ran
gka
men
entu
kan
ad
a at
au t
idak
ad
anya
su
atu
tin
dak
pid
ana
dal
am k
asu
s te
rten
tu d
an
un
tuk
men
cari
b
ukt
i-b
ukt
i aw
al
un
tuk
men
entu
kan
si
apa
pel
aku
nya
. O
leh
ka
ren
a it
u,
pen
ola
kan
te
rhad
ap
sese
ora
ng
un
tuk
kelu
ar
wila
yah
In
do
nes
ia
keti
ka
stat
usn
ya
bel
um
p
asti
m
enja
di t
ersa
ngk
a d
alam
su
atu
ti
nd
ak
pid
ana
kare
na
mas
ih
dal
am
tah
ap p
enye
lidik
an
akan
m
ud
ah
dija
dik
an
alas
an
un
tuk
men
ghal
angi
ger
ak
sese
ora
ng
un
tuk
kelu
ar
neg
eri.
Lagi
p
ula
d
alam
tah
ap p
enye
lidik
an,
sese
ora
ng
bel
um
m
enge
tah
ui
apak
ah
dir
inya
se
dan
g d
alam
p
rose
s p
enye
lidik
an
atau
ti
dak
d
an
pro
ses
pen
yelid
ikan
itu
tid
ak a
da
jan
gka
wak
tu y
ang
pas
ti
seh
ingg
a ti
dak
d
iket
ahu
i ka
pan
har
us
ha
l o
ran
g te
rseb
ut:
a.
tid
ak
mem
iliki
D
oku
men
P
erja
lan
an
yan
g sa
h
dan
m
asih
ber
laku
; b
. dip
erlu
kan
u
ntu
k ke
pen
tin
gan
p
enyi
dik
an
atas
p
erm
inta
an
pej
abat
ya
ng
ber
wen
ang;
at
au
c. n
aman
ya
terc
antu
m
dal
am
daf
tar
Pen
cega
han
."
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
75
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
sesu
ai
den
gan
ke
ten
tuan
p
erat
ura
n
per
un
dan
g-u
nd
anga
n.
ber
akh
ir.
Men
cega
h s
eseo
ran
g u
ntu
k ke
lu
ar
neg
eri
dal
am t
ahap
ter
seb
ut
dap
at
dis
alah
gun
akan
u
ntu
k ke
pen
tin
gan
d
i lu
ar k
epen
tin
gan
pen
egak
an h
uku
m s
ehin
gga
mel
angg
ar h
ak s
eseo
ran
g ya
ng
dija
min
ole
h
Pas
al
28
E U
UD
Tah
un
1
94
5 ya
ng
sala
h
satu
nya
m
enja
min
se
tiap
o
ran
g b
ebas
m
emili
h t
emp
at t
ingg
al d
i wila
yah
neg
ara
dan
m
enin
ggal
kan
nya
, se
rta
ber
hak
kem
bal
i. K
eten
tuan
a q
uo
juga
mel
angg
ar k
eten
tuan
P
asal
2
8D
aya
t (1
) U
UD
Ta
hu
n
19
45
ya
ng
mew
ajib
kan
n
egar
a m
emb
erik
an ja
min
an,
per
lind
un
gan
, dan
kep
asti
an h
uku
m y
ang
adil,
se
rta
per
laku
an
yan
g sa
ma
di
had
apan
h
uku
m.
MK
sep
end
apat
den
gan
par
a P
em
oh
on
yan
g ti
dak
ke
ber
atan
ap
abila
p
ence
gah
an
kelu
ar
wila
yah
Ind
on
esia
d
ilaku
kan
p
ada
tah
ap
pen
yid
ikan
. “P
enyi
dik
an a
dal
ah s
eran
gkai
an
tin
dak
an p
enyi
dik
d
alam
h
al
dan
m
enu
rut
cara
yan
g d
iatu
r d
alam
un
dan
g-u
nd
ang
ini
un
tuk
men
cari
se
rta
men
gum
pu
lkan
b
ukt
i ya
ng
den
gan
bu
kti
itu
m
emb
uat
te
ran
g te
nta
ng
tin
dak
pid
ana
yan
g te
rjad
i d
an g
un
a m
enem
uka
n
ters
angk
anya
”.
(vid
e P
asal
1
an
gka
2 K
UH
AP
). D
alam
tah
ap p
enye
lidik
an
bel
um
ad
a ke
pas
tian
dis
idik
ata
u t
idak
dis
idik
,
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
76
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
bel
um
dila
kuka
n p
enca
rian
dan
pen
gum
pu
lan
b
ukt
i, te
tap
i h
anya
tah
ap
men
gum
pu
lkan
in
form
asi.
Sed
angk
an d
alam
tah
ap p
enyi
dik
an
kare
na
me
man
g d
ilaku
kan
p
enca
rian
d
an p
engu
mp
ula
n
bu
kti,
waj
ar
bila
b
isa
dila
kuka
n p
eno
laka
n u
ntu
k b
eper
gian
kel
uar
n
eger
i, ka
ren
a ad
a ke
mu
ngk
inan
te
rsid
ik m
emb
awa
bu
kti-
bu
kti y
ang
ber
kait
an
den
gan
tin
dak
pid
ana
kelu
ar n
eger
i se
hin
gga
mem
per
sulit
pen
yid
ik
mel
aku
kan
p
enca
rian
d
an
pen
gum
pu
lan
b
ukt
i u
ntu
k m
emb
uat
te
ran
g te
nta
ng
pid
ana
yan
g te
rjad
i gu
na
men
emu
kan
ter
san
gkan
ya.
Ber
das
arka
n u
raia
n t
erse
bu
t M
K b
erp
end
apat
b
ahw
a m
eski
pu
n h
anya
kat
a “p
enye
lidik
an”
yan
g d
imo
ho
nka
n o
leh
par
a P
emo
ho
n u
ntu
k d
inya
taka
n t
idak
ko
nst
itu
sio
nal
, ak
an t
etap
i ka
ta “
dan
” ya
ng
terd
apat
an
tara
ka
ta
“pen
yelid
ikan
d
an
pen
yid
ikan
” su
dah
ti
dak
mem
pu
nya
i m
akn
a,
kare
na
sisa
ka
ta
“pen
yid
ikan
” ya
ng
tert
ingg
al, t
ak a
da
lagi
kat
a “p
enye
lidik
an”
seh
ingg
a ka
ta “
dan
” d
alam
P
asal
16
aya
t (1
) h
uru
f b
UU
Kei
mig
rasi
an
Tah
un
20
11
har
us
dih
apu
skan
pu
la.
Den
gan
d
emik
ian
P
asal
1
6
ayat
(1
) h
uru
f b
U
U K
eim
igra
sian
Ta
hu
n
20
11
sel
engk
apn
ya
men
yata
kan
, ”(
1)
Pej
abat
Im
igra
si m
eno
lak
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
77
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
ora
ng
un
tuk
kelu
ar w
ilaya
h I
nd
on
esia
dal
am
hal
ora
ng
ters
ebu
t: a
. …
; b
. d
iper
luka
n u
ntu
k ke
pen
tin
gan
p
enyi
dik
an
atas
per
min
taan
p
ejab
at y
ang
ber
wen
ang;
ata
u c
......
...”.
Ole
h
kare
nan
ya,
men
uru
t M
K
dal
il p
erm
oh
on
an
par
a P
emo
ho
n
ber
alas
an
men
uru
t h
uku
m
seh
ingg
a M
K
mem
utu
skan
b
ahw
a ka
ta
“pen
yelid
ikan
dan
” ya
ng
tert
era
dal
am P
asal
1
6 a
yat
(1)
hu
ruf
b U
U K
eim
igra
sian
Tah
un
2
01
1 b
erte
nta
nga
n d
enga
n U
UD
Tah
un
19
45
d
an
tid
ak
mem
pu
nya
i ke
kuat
an
hu
kum
men
gika
t.
8.
Pas
al 6
3
1)
Ora
ng
Asi
ng
tert
entu
ya
ng
ber
ada
di
Wila
yah
In
do
nes
ia
waj
ib
mem
iliki
P
enja
min
ya
ng
men
jam
in
keb
erad
aan
nya
. 2
) P
enja
min
b
erta
ngg
un
g ja
wab
at
as
keb
erad
aan
d
an
kegi
atan
O
ran
g A
sin
g ya
ng
dija
min
se
lam
a ti
ngg
al
di
Wila
yah
In
do
nes
ia
sert
a
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang
- U
nd
anga
n
Asp
ek
Bu
day
a H
uku
m
Mas
yara
kat
Mas
yara
kat
mem
atu
hi
per
atu
ran
.
Dal
am p
rakt
ikn
ya,
seri
ng
terj
adi
pel
angg
aran
d
alam
hal
pen
jam
in,
bia
san
ya t
erja
di
jika
ada
per
ub
ahan
sta
tus
dar
i Ora
ng
Asi
ng,
pen
jam
in
tid
ak d
ilap
ork
an h
al t
erse
bu
t, a
tau
pen
jam
in
yan
g ti
dak
m
elap
ork
an
terk
ait
tan
ggu
ng
jaw
abn
ya
atas
ke
ber
adaa
n
dan
ke
giat
an
Ora
ng
Asi
ng,
p
enga
was
an
terh
adap
h
al
ini
mas
ih le
mah
kar
ena
terk
end
ala
Sum
ber
Day
a M
anu
sia
dan
met
od
e/si
stem
pel
apo
ran
yan
g m
emb
erik
an k
emu
dah
an/k
epra
ktis
an d
alam
p
elap
ora
n
seh
ingg
a ti
dak
ad
a al
asan
b
agi
pen
jam
in u
ntu
k ti
dak
mel
apo
rkan
ap
a ya
ng
men
jad
i tan
ggu
ng
jaw
abn
ya.
Ub
ah.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
78
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
ber
kew
ajib
an
mel
apo
rkan
se
tiap
p
eru
bah
an s
tatu
s si
pil,
st
atu
s K
eim
igra
sian
, d
an
per
ub
ahan
al
amat
. 3
) P
enja
min
w
ajib
m
emb
ayar
bia
ya y
ang
tim
bu
l u
ntu
k m
emu
lan
gkan
at
au
men
gelu
arka
n
Ora
ng
Asi
ng
yan
g d
ijam
inn
ya
dar
i Wila
yah
Ind
on
esia
ap
abila
O
ran
g A
sin
g ya
ng
ber
san
gku
tan
: a.
te
lah
h
abis
m
asa
ber
laku
Iz
in
Tin
ggal
nya
; d
an/a
tau
b
. d
iken
ai
Tin
dak
an
Ad
min
istr
atif
K
eim
igra
sian
b
eru
pa
Dep
ort
asi.
4)
Ket
entu
an
men
gen
ai
pen
jam
inan
ti
dak
b
erla
ku
bag
i O
ran
g A
sin
g ya
ng
kaw
in
Seb
enar
nya
p
asal
in
i ti
dak
h
aru
s d
iub
ah
sela
ma
tela
h m
un
cul k
esad
aran
ata
u t
erd
apat
si
stem
p
elap
ora
n
yan
g je
las
dan
m
ud
ah
dia
kses
ole
h P
enja
min
.
Den
gan
d
emik
ian
SI
MK
IM
dap
at
did
oro
ng
un
tuk
dap
at
men
jad
i si
stem
ya
ng
dap
at
mem
ber
ikan
pel
ayan
an p
elap
ora
n s
atu
pin
tu
bag
i P
enja
min
/mas
yara
kat
yan
g b
erke
pen
tin
gan
.
Un
tuk
leb
ih
mem
asti
kan
ke
pat
uh
an
ora
ng
asin
g se
laku
inve
sto
r (s
ebag
aim
ana
dim
aksu
d
pad
a ay
at (
4)
hu
ruf
b,
pad
a p
asal
in
i p
erlu
d
iber
ikan
ke
ten
tuan
ta
mb
ahan
, b
eru
pa
jam
inan
kei
mig
rasi
an.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
79
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
seca
ra
sah
d
enga
n
war
ga
neg
ara
Ind
on
esia
. 5
) K
eten
tuan
se
bag
aim
ana
dim
aksu
d d
alam
Pas
al
62
ay
at
(2)
hu
ruf
g ti
dak
b
erla
ku
dal
am
hal
p
emeg
ang
Izin
Ti
ngg
al T
etap
ter
seb
ut
pu
tus
hu
bu
nga
n
per
kaw
inan
nya
d
enga
n w
arga
neg
ara
Ind
on
esia
m
emp
ero
leh
p
enja
min
an
yan
g m
enja
min
ke
ber
adaa
nn
ya
seb
agai
man
a d
imak
sud
p
ada
ayat
(1
).
9.
Pas
al 6
8
(1) P
enga
was
an
Kei
mig
rasi
an t
erh
adap
O
ran
g A
sin
g d
ilaks
anak
an
pad
a sa
at
per
mo
ho
nan
Kej
elas
an
Ru
mu
san
P
engg
un
aan
b
ahas
a,
isti
lah
, ka
ta
Kej
elas
an
Pen
jela
san
p
asal
6
8
ayat
1
in
i ti
dak
m
enye
bu
tkan
ke
giat
an
lain
ap
a sa
ja
yan
g d
apat
dip
erta
ngg
un
gjaw
abka
n s
eca
ra h
uku
m.
Seb
aikn
ya
pen
jela
san
m
emb
erik
an
con
toh
se
bag
ai p
and
uan
Ub
ah P
enje
lasa
n
Pas
al.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
80
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
Vis
a,
mas
uk
atau
ke
luar
, dan
pem
ber
ian
Iz
in T
ingg
al d
ilaku
kan
d
enga
n:
a.
pen
gum
pu
lan
, p
engo
lah
an,
sert
a p
enya
jian
dat
a d
an
info
rmas
i; b
. p
enyu
sun
an d
afta
r n
ama
Ora
ng
Asi
ng
yan
g d
iken
ai
Pen
angk
alan
at
au
Pen
cega
han
; c.
p
enga
was
an
terh
adap
ke
ber
adaa
n
dan
ke
giat
an
Ora
ng
Asi
ng
di
Wila
yah
In
do
nes
ia;
d.
pen
gam
bila
n
foto
d
an s
idik
jari
; dan
e.
ke
giat
an
lain
ya
ng
dap
at
dip
erta
ngg
un
gjaw
abka
n
seca
ra
hu
kum
.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
81
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
(2)
Has
il p
enga
was
an
Kei
mig
rasi
an
seb
agai
man
a d
imak
sud
p
ada
ayat
(1
) m
eru
pak
an
dat
a K
eim
igra
sian
ya
ng
dap
at
dit
entu
kan
se
bag
ai
dat
a ya
ng
ber
sifa
t ra
has
ia.
10
. P
asal
71
Se
tiap
Ora
ng
Asi
ng
yan
g b
erad
a d
i W
ilaya
h
Ind
on
esia
waj
ib:
a.
mem
ber
ikan
se
gala
ke
tera
nga
n
yan
g d
iper
luka
n
men
gen
ai
iden
tita
s d
iri
dan
/ata
u
kelu
arga
nya
se
rta
mel
apo
rkan
se
tiap
p
eru
bah
an s
tatu
s si
pil,
ke
war
gan
egar
aan
, p
eker
jaan
, P
enja
min
, at
au
per
ub
ahan
al
amat
nya
ke
pad
a K
anto
r Im
igra
si
sete
mp
at; a
tau
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang
- U
nd
anga
n
Asp
ek
Bu
day
a H
uku
m
Mas
yara
kat
Mas
yara
kat
mem
atu
hi
per
atu
ran
.
Pas
al i
ni
cuku
p j
elas
dan
teg
as y
ang
man
a W
NA
diw
ajib
kan
un
tuk
mel
aku
kan
pel
apo
ran
d
an s
anks
i ju
ga t
elah
dia
tur
tega
s d
alam
Pas
al
11
6.
Aka
n t
etap
i al
am p
elak
san
aan
nya
su
lit
un
tuk
men
gon
tro
l ke
sad
aran
ke
pad
a W
NA
ag
ar
tert
ib
dal
am
mel
apo
rkan
se
gala
p
eru
bah
an
stat
us
yan
g d
imili
kin
ya
tan
pa
dim
inta
ter
leb
ih d
ahu
lu o
leh
pet
uga
s.
Pem
ber
ian
sa
nks
i ya
ng
leb
ih
ber
at
kep
ada
WN
A
agar
ad
a ef
ek
'jera
' at
au
'tak
ut'
jik
a m
elan
ggar
pas
al i
ni
dap
at m
enja
di
alte
rnat
if
agar
p
asal
in
i d
apat
d
ilaks
anak
an.
Nam
un
te
rkai
t p
emb
eria
n
san
ksi
yan
g le
bih
b
erat
p
erlu
d
ilaku
kan
ka
jian
le
bih
la
nju
t d
enga
n
mem
per
hat
ikan
p
rop
osi
on
alit
as
hu
kum
an
san
ksi
pid
ana
terh
adap
tin
dak
pid
ana
yan
g d
ilaku
kan
.
Ub
ah
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
82
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
b.
mem
per
lihat
kan
d
an
men
yera
hka
n
Do
kum
en
Per
jala
nan
at
au I
zin
Tin
ggal
yan
g d
imili
kin
ya
apab
ila
dim
inta
o
leh
P
ejab
at
Imig
rasi
yan
g b
ertu
gas
dal
am
ran
gka
pen
gaw
asan
K
eim
igra
sian
.
Up
aya
lain
yan
g d
apat
dila
kuka
n o
leh
Dit
jen
Im
igra
si
dal
am
ran
gka
men
ingk
atka
n
kesa
dar
an
un
tuk
tert
ib
adm
inis
tras
i te
rkai
t ke
ten
tuan
pas
al i
ni
agar
leb
ih e
fekt
if a
dal
ah
den
gan
m
elak
uka
n
sosi
alis
asi/
dis
emin
asi
info
rmas
i ke
pad
a o
ran
g as
ing,
p
enja
min
, p
eru
sah
aan
, p
emili
k h
ote
l, d
an m
asya
raka
t u
mu
m la
inn
ya.
Pas
al i
ni
mas
ih d
apat
dip
erta
han
kan
, n
amu
n
dem
ikia
n
Dit
jen
Im
igra
si
mem
pu
nya
i tu
gas
un
tuk
mem
ber
ikan
p
enyu
luh
an
hu
kum
/in
form
asi h
uku
m k
epad
a o
ran
g as
ing,
p
enja
min
, p
eru
sah
aan
, p
emili
k h
ote
l, d
an
mas
yara
kat
um
um
lai
nn
ya t
erka
it k
ewaj
iban
ya
ng
har
us
dip
enu
hi
ole
h
mer
eka
dal
am
ran
gka
mel
aksa
nak
an
kete
ntu
an
keim
igra
sian
.
Pen
amb
ahan
ke
ten
tuan
h
anya
d
iper
luka
n
un
tuk
aman
at
pen
gatu
ran
le
bih
la
nju
t m
enge
nai
p
emen
uh
an
kew
ajib
an
keim
igra
sian
.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
83
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
11
. P
asal
72
(1
) P
ejab
at I
mig
rasi
yan
g b
ertu
gas
dap
at
mem
inta
ke
tera
nga
n
dar
i set
iap
ora
ng
yan
g m
emb
eri k
esem
pat
an
men
gin
ap
kep
ada
Ora
ng
Asi
ng
men
gen
ai d
ata
Ora
ng
Asi
ng
yan
g b
ersa
ngk
uta
n.
(2)
Pe
mili
k at
au p
engu
rus
tem
pat
p
engi
nap
an
waj
ib
mem
ber
ikan
d
ata
men
gen
ai O
ran
g A
sin
g ya
ng
men
gin
ap
di
tem
pat
p
engi
nap
ann
ya
jika
dim
inta
ole
h P
ejab
at
Imig
rasi
ya
ng
ber
tuga
s.
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang
- U
nd
anga
n
Asp
ek
Bu
day
a H
uku
m
Mas
yara
kat
Mas
yara
kat
mem
atu
hi
per
atu
ran
.
Ru
mu
san
pas
al in
i mem
ber
ikan
kes
ulit
an b
agi
pet
uga
s im
igra
si,
kare
na
men
ghar
usk
an
pet
uga
s m
end
atan
gi
tem
pat
p
engi
nap
an
gun
a m
emin
ta d
ata
ters
ebu
t, p
adah
al u
ntu
k m
elak
uka
n
hal
te
rseb
ut
dip
erlu
kan
ke
ters
edia
an
SDM
ya
ng
mem
adai
. Su
dah
d
ilaku
kan
b
eber
apa
ino
vasi
gu
na
mem
ud
ahka
n p
etu
gas
dal
am m
emin
ta d
ata
dar
i p
emili
k p
engi
nap
an (
mis
aln
ya s
ud
ah a
da
aplik
asi
pel
apo
ran
ora
ng
asin
g-ap
oa)
, n
amu
n
terd
apat
ke
nd
ala
per
atu
ran
p
eru
nd
ang-
un
dan
gan
, d
iman
a ke
ten
tuan
Pas
al 7
2 t
idak
d
apat
mem
ber
ikan
ket
egas
an d
en
gan
ad
anya
ru
mu
san
kal
imat
“d
apat
mem
inta
ket
eran
gan
d
an j
ika
dim
inta
ole
h P
ejab
at I
mig
rasi
yan
g b
ertu
gas”
. Se
hin
gga
terh
adap
ru
mu
san
in
i p
erlu
d
ilaku
kan
p
eru
bah
an
den
gan
m
emb
erik
an
rum
usa
n
atu
ran
b
aru
m
emb
erik
an k
ewaj
iban
yan
g te
gas
dan
ju
ga
san
ksi
yan
g je
las,
ag
ar
pem
ilik
pen
gin
apan
ti
dak
men
gab
aika
n k
eten
tuan
pas
al in
i.
Ub
ah
Mer
um
usk
an
kew
ajib
an
mel
apo
rkan
ta
np
a d
imin
ta
dan
ru
mu
san
sa
nks
i yan
g te
gas
jika
mel
angg
ar
kew
ajib
an
ters
ebu
t.
12
. P
asal
75
(1
) P
ejab
at
Imig
rasi
b
erw
enan
g m
elak
uka
n
Tin
dak
an
Ad
min
istr
atif
K
eim
igra
sian
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang
- U
nd
anga
n
Asp
ek
Bu
day
a H
uku
m
Mas
yara
kat
Mas
yara
kat
mem
atu
hi
per
atu
ran
.
Pas
al
ini
dia
ngg
ap
mu
ltit
afsi
r/p
asal
ka
ret,
ka
ren
a b
erp
elu
ang
atau
bah
kan
se
rin
g ka
li d
iper
gun
akan
ke
pad
a O
ran
g A
sin
g ya
ng
mel
aku
kan
tin
dak
pid
ana
bid
ang
Kei
mig
rasi
an
atau
b
ahka
n
tin
dak
p
idan
a la
in,
pad
ahal
se
yogy
anya
O
ran
g A
sin
g te
rseb
ut
dap
at
Teta
p
Ru
mu
san
p
asal
in
i ti
dak
p
erlu
d
iub
ah
nam
un
d
emik
ian
p
etu
gas
imig
rasi
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
84
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
terh
adap
O
ran
g A
sin
g ya
ng
ber
ada
di
Wila
yah
In
do
nes
ia
yan
g m
elak
uka
n
kegi
atan
b
erb
ahay
a d
an
pat
ut
did
uga
m
emb
ahay
akan
ke
aman
an
dan
ke
tert
iban
u
mu
m
atau
ti
dak
m
engh
orm
ati
atau
ti
dak
m
enaa
ti
per
atu
ran
p
eru
nd
ang-
un
dan
gan
. (2
) Ti
nd
akan
A
dm
inis
trat
if
Kei
mig
rasi
an
seb
agai
man
a d
imak
sud
p
ada
ayat
(1
) d
apat
ber
up
a:
a. p
enca
ntu
man
d
alam
d
afta
r P
ence
gah
an
atau
P
enan
gkal
an;
b. p
emb
atas
an,
per
ub
ahan
, at
au
dik
enak
an p
asal
yan
g se
suai
den
gan
tin
dak
p
idan
a ya
ng
dila
kuka
nn
ya.
Bah
kan
ter
kad
ang
terj
adi,
mes
kip
un
yan
g d
ilan
ggar
ad
alah
pas
al
pid
ana
um
um
at
au
khu
sus
di
luar
U
U
Kei
mig
rasi
an T
ahu
n 2
01
1, n
amu
n O
ran
g A
sin
g te
rseb
ut
dik
enak
an
tin
dak
an
adm
inis
trat
if
keim
igra
sian
ta
np
a d
iber
ikan
p
emid
anaa
n
yan
g se
suai
d
enga
n
bu
nyi
p
asal
ya
ng
dila
ngg
ar.
Ala
san
per
laku
an i
ni
anta
ra l
ain
dik
aren
akan
an
ggap
an
jika
terl
alu
m
ud
ah
mem
ber
ikan
sa
nks
i pem
idan
aan
kep
ada
Ora
ng
Asi
ng
dap
at
mem
per
sulit
ikl
im u
sah
a d
an m
em
pen
garu
hi
min
at
ora
ng
asin
g u
ntu
k b
erku
nju
ng
ke
Ind
on
esia
har
us
leb
ih
taat
d
alam
p
ener
apan
pas
al
ters
ebu
t ag
ar
pen
egak
an
hu
kum
di
bid
ang
keim
igra
sian
d
apat
b
erja
lan
se
bag
aim
ana
per
atu
ran
p
eru
nd
ang-
un
dan
gan
ya
ng
ber
laku
.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
85
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
pem
bat
alan
Iz
in
Tin
ggal
; c.
lara
nga
n
un
tuk
ber
ada
di
satu
at
au
beb
erap
a te
mp
at t
erte
ntu
di
Wila
yah
In
do
nes
ia;
d. k
ehar
usa
n
un
tuk
ber
tem
pat
ti
ngg
al
di
suat
u
tem
pat
te
rten
tu
di
Wila
yah
In
do
nes
ia;
e. p
enge
naa
n
bia
ya
beb
an; d
an/a
tau
f.
Dep
ort
asi
dar
i W
ilaya
h
Ind
on
esia
. (3
) Ti
nd
akan
A
dm
inis
trat
if
Kei
mig
rasi
an
ber
up
a D
epo
rtas
i d
apat
ju
ga
dila
kuka
n
terh
adap
O
ran
g A
sin
g ya
ng
ber
ada
di
Wila
yah
In
do
nes
ia
kare
na
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
86
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
ber
usa
ha
men
ghin
dar
kan
d
iri
dar
i an
cam
an
dan
p
elak
san
aan
h
uku
man
d
i n
egar
a as
aln
ya.
13
. P
asal
85
(1
) D
eten
si
terh
adap
O
ran
g A
sin
g d
ilaku
kan
sa
mp
ai
Det
eni d
idep
ort
asi.
(2)
Dal
am h
al D
epo
rtas
i se
bag
aim
ana
dim
aksu
d
pad
a ay
at
(1)
bel
um
d
apat
d
ilaks
anak
an,
det
ensi
d
apat
d
ilaku
kan
d
alam
ja
ngk
a w
aktu
p
alin
g la
ma
10
(s
epu
luh
) ta
hu
n.
(3)
Men
teri
ata
u P
ejab
at
Imig
rasi
yan
g d
itu
nju
k d
apat
m
enge
luar
kan
D
eten
i d
ari
Ru
mah
D
eten
si
Imig
rasi
ap
abila
jan
gka
wak
tu
seb
agai
man
a
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang
- U
nd
anga
n
Asp
ek
Pel
ayan
an
dan
B
atas
an W
aktu
Pen
entu
an
Stan
dar
P
elay
anan
M
inu
mu
m (
SPM
).
Ket
entu
an p
asal
in
i m
aup
un
pas
al l
ain
yan
g m
enga
tur
men
gen
ai d
eten
si t
idak
dit
emu
kan
p
enga
tura
n y
ang
men
gatu
r se
cara
eks
plis
it
men
gen
ai w
aktu
min
imal
dan
mak
sim
al u
ntu
k m
elak
uka
n d
epo
rtas
i, ya
ng
ada
han
ya j
angk
a w
aktu
o
ran
g as
ing
men
un
ggu
se
bel
um
d
idep
ort
asi.
Aki
bat
ti
dak
ad
anya
b
atas
an
wak
tu
un
tuk
dila
kuka
n
dep
ort
asi
ber
akib
at
ban
yak
rum
ah d
eten
si i
mig
rasi
yan
g p
enu
h
den
gan
ora
ng
asin
g ya
ng
men
un
ggu
un
tuk
did
epo
rtas
i ta
np
a ke
jela
san
w
aktu
. H
al
ini
dap
at b
erd
amp
ak p
ada
pen
ggu
naa
n a
ngg
aran
n
egar
a u
ntu
k m
emen
uh
i ke
bu
tuh
an
das
ar
atau
ke
bu
tuh
an
po
kok
dar
i p
ara
det
eni
ters
ebu
t.
Sela
in
itu
p
enga
tura
n
jan
gka
wak
tu
pen
det
ensi
an
mak
sim
al
10
ta
hu
n
yan
g d
itet
apka
n
dal
am
pas
al
ini
dir
asak
an
tid
ak
tun
tas
kare
na
pas
al a
tau
aya
t te
rseb
ut
tid
ak
men
gatu
r b
agai
man
a st
atu
s ke
imig
rasi
an
Teta
p
Terk
ait
per
mas
alah
an
yan
g d
item
uka
n
dal
am
pas
al
ini
per
lu
dila
kuka
n
kajia
n
leb
ih
lan
jut,
ap
akah
p
enga
tura
n
men
gen
ai j
angk
a w
aktu
p
end
epo
rtas
ian
p
erlu
d
iatu
r d
alam
U
U
Kei
mig
rasi
an
Tah
un
20
11
ata
u
tid
ak,
term
asu
k ju
ga
mas
alah
st
atu
s ke
imig
rasi
an
atau
iz
in
tin
ggal
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
87
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
dim
aksu
d
pad
a ay
at
(2)
terl
amp
aui
dan
m
emb
erik
an
izin
ke
pad
a D
eten
i u
ntu
k b
erad
a d
i lu
ar R
um
ah
Det
ensi
Im
igra
si
den
gan
m
enet
apka
n
kew
ajib
an
mel
apo
r se
cara
per
iod
ik.
(4)
Men
teri
ata
u P
ejab
at
Imig
rasi
yan
g d
itu
nju
k m
enga
was
i d
an
men
gup
ayak
an
agar
D
eten
i se
bag
aim
ana
dim
aksu
d
pad
a ay
at
(3)
did
epo
rtas
i.
ora
ng
asin
g te
rseb
ut
sete
lah
dik
elu
arka
n d
ari
Ru
den
im.58
apa
yan
g se
bai
knya
d
iber
ikan
kep
ada
ora
ng
asin
g se
tela
h
dik
elu
arka
n
dar
i ru
den
im.
14
. P
asal
86
K
eten
tuan
Ti
nd
akan
A
dm
inis
trat
if
Kei
mig
rasi
an
tid
ak
dib
erla
kuka
n
terh
adap
ko
rban
p
erd
agan
gan
o
ran
g d
an
Pen
yelu
nd
up
an M
anu
sia.
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang
- U
nd
anga
n
Asp
ek
Ket
erca
pai
an
Has
il
Ket
erca
pai
an
tuju
an d
ari p
olit
ik
hu
kum
p
emb
entu
kan
p
erat
ura
n
Pen
gecu
alia
n
Pas
al
86
te
rhad
ap
korb
an
pen
yelu
nd
up
an
man
usi
a m
emb
erik
an
pel
uan
g ‘p
enya
lah
gun
aan
’. Se
rin
g ka
li d
alam
ka
sus
tert
angk
apn
ya
WN
A
yan
g m
emas
uki
w
ilaya
h
Ind
on
esia
ti
dak
m
elal
ui
jalu
r ya
ng
seb
enar
nya
, ak
an
men
ggu
nak
an
dal
ih
ters
ebu
t, b
ahw
a ya
ng
ber
san
gku
tan
ad
alah
ko
rban
pen
yelu
nd
up
an m
anu
sia.
Pad
ahal
dar
i ka
jian
yan
g te
lah
dila
kuka
n,
ban
yak
korb
an
Ub
ah
bis
a d
itam
bah
kan
kl
ausu
l 'm
elal
ui
pem
bu
ktia
n'
arti
nya
h
aru
s d
ibu
ktik
an
bah
wa
yan
g b
ersa
ngk
uta
n
58
Jazi
m H
amid
i dan
Ch
arle
s C
hri
stia
n, H
uku
m K
eim
igra
sia
n B
agi
Ora
ng A
sin
g D
i In
do
nes
ia, h
lm.2
5
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
88
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
men
yad
ari
sep
enu
hn
ya
tin
dak
an
yan
g d
ilaku
kan
nya
, b
anya
k ko
rban
ya
ng
mem
ber
ikan
ko
mp
ensa
si
un
tuk
dis
elu
nd
up
kan
den
gan
pen
uh
kes
adar
an
adal
ah
bet
ul-
bet
ul k
orb
an
15
. P
asal
97
(1
) Ja
ngk
a w
aktu
P
ence
gah
an
ber
laku
p
alin
g la
ma
6 (
enam
) b
ula
n d
an s
etia
p k
ali
dap
at
dip
erp
anja
ng
pal
ing
lam
a 6
(en
am)
bu
lan
. (2
) D
alam
hal
tid
ak a
da
kep
utu
san
p
erp
anja
nga
n
mas
a P
ence
gah
an,
Pen
cega
han
ber
akh
ir
dem
i hu
kum
. (3
) D
alam
h
al
terd
apat
p
utu
san
p
enga
dila
n
yan
g b
erke
kuat
an
hu
kum
te
tap
ya
ng
men
yata
kan
b
ebas
at
as
per
kara
ya
ng
men
jad
i al
asan
P
ence
gah
an,
Ket
epat
an
Jen
is
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang-
Un
dan
gan
Tin
dak
la
nju
t P
utu
san
M
ahka
mah
K
on
stit
usi
(M
K)
Pen
gatu
ran
ak
ibat
p
utu
san
M
K;
Mat
eri
mu
atan
se
suai
d
enga
n
has
il p
utu
san
U
ji M
ater
i MK
.
Ket
entu
an d
alam
pas
al i
ni
dia
juka
n j
ud
icia
l re
view
di M
ahka
mah
Ko
nst
itu
si d
alam
Per
kara
N
om
or
64
/PU
U-I
X/2
01
1,
per
mo
ho
nan
d
iaju
kan
ole
h P
rof.
Dr.
Yu
sril
Ihza
Mah
end
ra.
Pas
al
yan
g d
iuji
yait
u
Pas
al
97
ayat
(1
) U
U K
eim
igra
sian
Tah
un
20
11
yan
g d
ian
ggap
b
erte
nta
nga
n d
enga
n P
asal
1 a
yat
(3),
Pas
al
28
, Pas
al 2
8D
aya
t (1
), d
an P
asal
28
E ay
at (
1)
UU
D T
ahu
n 1
94
5.
Dal
am
per
tim
ban
gan
nya
, m
en
uru
t M
K
pen
cega
han
ke
lu
ar
neg
eri
adal
ah
sala
h
satu
ben
tuk
pem
bat
asan
h
ak
kon
stit
usi
on
al
war
ga
neg
ara
yan
g d
apat
dib
enar
kan
m
enu
rut
kon
stit
usi
se
pan
jan
g p
emb
atas
an
hak
ter
seb
ut
dit
etap
kan
d
enga
n
un
dan
g-u
nd
ang
den
gan
mak
sud
sem
ata-
mat
a u
ntu
k m
enja
min
p
enga
kuan
se
rta
pe
ngh
orm
atan
at
as h
ak d
an k
ebeb
asan
ora
ng
lain
dan
un
tuk
mem
enu
hi t
un
tuta
n y
ang
adil
sesu
ai d
enga
n
per
tim
ban
gan
m
ora
l, n
ilai-
nila
i aga
ma,
ke
aman
an,
dan
ke
tert
iban
u
mu
m
dal
am
suat
u m
asya
raka
t d
em
okr
atis
(P
asal
28
J ay
at
Ub
ah
Ub
ah
rum
usa
n
pas
al
men
jad
i: "J
angk
a w
aktu
P
ence
gah
an
ber
laku
p
alin
g la
ma
6
(en
am)
bu
lan
dan
dap
at
dip
erp
anja
ng
pal
ing
lam
a 6
(en
am)
bu
lan
”.
Sela
in
itu
, p
erlu
d
iatu
r ke
ten
tuan
se
bag
ai
kon
seku
ensi
ap
abila
m
asa
pen
cega
han
in
i te
lah
h
abis
se
dan
gkan
p
ence
gah
an
mas
ih
dip
erlu
kan
.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
89
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
Pen
cega
han
ber
akh
ir
dem
i hu
kum
. (2
) U
UD
Tah
un
19
45
). P
ence
gah
an d
ilaku
kan
h
aru
s m
elal
ui p
rose
s h
uku
m y
ang
sah
ber
laku
(d
ue
pro
cess
of
law
). A
tas
das
ar it
ula
h, n
egar
a d
apat
mel
aku
kan
p
emb
atas
an
den
gan
ca
ra
men
gura
ngi
ke
beb
asan
ses
eora
ng
un
tuk
bep
ergi
an k
e n
egar
a la
in,
anta
ra l
ain
den
gan
al
asan
dal
am r
angk
a ke
pen
tin
gan
pen
yid
ikan
su
atu
per
kara
pid
ana
agar
pro
ses
pen
yid
ikan
d
apat
d
ilaku
kan
d
enga
n
lan
car
tan
pa
hal
anga
n.
Pro
ses
pen
yid
ikan
ak
an
sulit
d
ilaku
kan
jik
a se
seo
ran
g ya
ng
sed
ang
dib
utu
hka
n
kete
ran
gan
nya
b
erad
a d
i lu
ar w
ilaya
h
yuri
sdik
si
hu
kum
nas
ion
al
Ind
on
esia
. Se
lain
it
u, p
emb
atas
an
terh
adap
h
ak w
arga
neg
ara
har
usl
ah d
ilaku
kan
sec
ara
pro
po
rsio
nal
se
rta
men
ghin
dar
i p
emb
eria
n
dis
kres
i ber
leb
ihan
te
rhad
ap
neg
ara,
d
alam
h
al
ini
apar
at
pen
egak
h
uku
m.
Dis
kres
i b
erle
bih
an d
alam
mem
bat
asi h
ak a
sasi
set
iap
o
ran
g d
apat
m
enim
bu
lkan
ke
sew
enan
g-w
enan
gan
o
leh
n
egar
a te
rhad
ap w
arga
n
egar
a. S
eora
ng
yan
g d
iken
ai p
en
cega
han
ke
lu
ar
neg
eri k
aren
a al
asan
ke
pen
tin
gan
p
enyi
dik
an,
juga
tet
ap h
aru
s d
ilin
du
ngi
hak
-h
akn
ya
ole
h
neg
ara
un
tuk
teta
p
men
dap
atka
n ja
min
an
per
lind
un
gan
d
an
kep
asti
an h
uku
m y
ang
adil
seb
agai
sal
ah s
atu
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
90
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
hak
asa
si y
ang
dija
min
ko
nst
itu
si (
vid
e P
asal
2
8D
aya
t (1
) U
UD
Tah
un
19
45
). P
emb
atas
an
seo
ran
g te
rsan
gka
un
tuk
tid
ak k
e l
uar
neg
eri
seb
enar
nya
m
emili
ki
sub
stan
si
yan
g sa
ma
den
gan
sis
tem
pen
ahan
an k
ota
yan
g d
ian
ut
dal
am
hu
kum
ac
ara
pid
ana
(KU
HA
P),
ya
itu
b
entu
k p
enah
anan
ya
ng
dik
enak
an
kep
ada
ters
angk
a u
ntu
k ti
dak
men
ingg
alka
n
suat
u
kota
se
lam
a m
asa
pen
ahan
an.
Ters
angk
a/te
rdak
wa
waj
ib m
elap
or
dir
i p
ada
wak
tu y
ang
dit
entu
kan
kep
ada
pen
yid
ik (
vid
e P
asal
22
aya
t (3
) K
UH
AP
) d
enga
n t
uju
an y
ang
kura
ng
leb
ih s
ama
den
gan
pen
cega
han
dal
am
UU
Kei
mig
rasi
an T
ahu
n 2
01
1.
Per
bed
aan
nya
, p
enah
anan
ko
ta d
apat
men
gura
ngi
p
idan
a jik
a p
ada
akh
irn
ya
ters
angk
a/te
rdak
wa
dip
utu
skan
dija
tuh
i p
idan
a p
enja
ra,
sed
angk
an
pen
cega
han
ke
luar
n
eger
i ti
dak
m
engu
ran
gi p
idan
a.
Tid
ak
adan
ya
kom
pen
sasi
ata
u
pen
gura
nga
n
pid
ana
ber
das
arka
n la
man
ya m
asa
pen
cega
han
yan
g te
lah
d
iken
akan
te
rhad
ap
seo
ran
g w
arga
n
egar
a d
apat
men
jad
i pid
ana
tam
bah
an y
ang
ber
leb
ihan
b
agi
war
ga
neg
ara
ters
ebu
t,
kare
na
seb
elu
m
men
dap
atka
n
von
is
ters
angk
a/te
rdak
wa
tela
h
dir
ugi
kan
te
rleb
ih
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
91
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
dah
ulu
d
enga
n
pen
cega
han
ke
lu
ar
neg
eri y
ang
ber
dam
pak
pad
a ke
hid
up
ann
ya.
Pad
a sa
tu
sisi
p
ence
gah
an
ke
luar
n
eger
i ya
ng
tid
ak d
apat
dip
asti
kan
bat
as w
aktu
nya
se
bag
aim
ana
dia
tur
dal
am P
asal
97
aya
t (1
) U
U K
eim
igra
sian
Tah
un
20
11
kh
usu
snya
fra
sa
“dan
se
tiap
ka
li d
apat
d
iper
pan
jan
g p
alin
g la
ma
6
bu
lan
” d
apat
m
enim
bu
lkan
ket
idak
pas
tian
h
uku
m
bag
i te
rsan
gka
kare
na
tid
ak
dap
at m
emas
tika
n
sam
pai
ka
pan
p
enyi
dik
an
be
rakh
ir
dan
sa
mp
ai k
apan
pu
la p
ence
gah
an k
e lu
ar n
eger
i b
erak
hir
. P
ada
sisi
la
in d
apat
men
imb
ulk
an
kese
wen
ang-
wen
anga
n
apar
at
neg
ara
yait
u J
aksa
Agu
ng,
Men
teri
Hu
kum
dan
HA
M,
dan
pej
abat
lai
nn
ya y
ang
ber
we
nan
g u
ntu
k m
elak
uka
n
pen
cega
han
ke
pad
a te
rsan
gka
tan
pa
bat
as w
aktu
. Aki
bat
sel
anju
tnya
ad
alah
ti
dak
je
lasn
ya p
enye
lesa
ian
su
atu
p
erka
ra
pid
ana
yan
g ju
stru
m
eru
gika
n p
eneg
akan
ke
adila
n,
kare
na
kead
ilan
ya
ng
dit
un
da-
tun
da
dap
at m
enim
bu
lkan
ke
tid
akad
ilan
(ju
stic
e d
ela
yed
is
just
ice
den
ied
). A
pal
agi,
den
gan
ad
anya
pen
cega
han
ke
lu
ar n
eger
i te
rhad
ap s
eora
ng
ters
angk
a ta
np
a b
atas
w
aktu
,
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
92
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
men
gaki
bat
kan
ket
idak
beb
asan
b
agi
ters
angk
a d
alam
w
aktu
ya
ng
tid
ak
terb
atas
pu
la,
den
gan
ta
np
a m
end
apat
p
engu
ran
gan
p
idan
a jik
a p
ada
akh
irn
ya
ters
angk
a d
ijatu
hi
pid
ana
ole
h
pen
gad
ilan
se
per
ti
hal
nya
ter
san
gka/
terd
akw
a ya
ng
dik
enai
pen
ahan
an k
ota
seb
agai
man
a d
iatu
r d
alam
K
UH
AP
. H
al
dem
ikia
n,
men
uru
t M
K a
kan
men
imb
ulk
an
keti
dak
adila
n
bag
i se
ora
ng
ters
angk
a ya
ng
dik
enai
pen
cega
han
ke
luar
neg
eri t
anp
a b
atas
wak
tu y
ang
pas
ti.
Pen
cega
han
ke
lu
ar
neg
eri
mer
up
akan
p
emb
atas
an
atas
h
ak
kon
stit
usi
on
al
sese
ora
ng
un
tuk
“men
ingg
alka
n
wila
yah
neg
ara”
yan
g d
ijam
in o
leh
Pas
al 2
8E
ayat
(1
) U
UD
Tah
un
19
45
.
Sela
ma
per
pan
jan
gan
pen
cega
han
te
rseb
ut
dib
atas
i d
an
did
asar
kan
at
as
kead
ilan
d
an
kep
asti
an h
uku
m, m
aka
Pas
al 9
7 a
yat
(1)
UU
K
eim
igra
sian
Tah
un
20
11
tid
ak b
erte
nta
nga
n
den
gan
ko
nst
itu
si.
Nam
un
o
leh
ka
ren
a p
erp
anja
nga
n p
ence
gah
an k
e lu
ar n
eger
i yan
g d
iatu
r d
alam
P
asal
9
7 a
yat
(1)
UU
K
eim
igra
sian
Ta
hu
n
20
11
se
bag
aim
ana
tern
yata
dal
am f
rasa
“d
an s
etia
p k
ali
dap
at
dip
erp
anja
ng
pal
ing
lam
a 6
b
ula
n”,
d
apat
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
93
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
men
gaki
bat
kan
per
pan
jan
gan
pe
nce
gah
an k
e lu
ar
neg
eri
ber
laku
ta
np
a b
atas
w
aktu
se
hin
gga
men
imb
ulk
an k
etid
akp
asti
an h
uku
m
yan
g b
erar
ti
ber
ten
tan
gan
d
enga
n
UU
D T
ahu
n 1
94
5.
Dal
am
pu
tusa
nn
ya,
MK
m
enga
bu
lkan
p
erm
oh
on
an P
em
oh
on
un
tuk
seb
agia
n d
an
mem
utu
skan
b
ahw
a P
asal
9
7
ayat
(1
) U
U
Kei
mig
rasi
an
Tah
un
2
01
1,
sep
anja
ng
fras
a "s
etia
p k
ali"
ber
ten
tan
gan
den
gan
UU
D N
RI
Tah
un
19
45
dan
tid
ak m
emp
un
yai
keku
atan
h
uku
m m
engi
kat,
Pas
al 9
7 a
yat
(1)
Un
dan
g-U
nd
ang
No
mo
r 6
Ta
hu
n
20
11
te
nta
ng
Kei
mig
rasi
an
men
jad
i “J
angk
a w
aktu
P
ence
gah
an
ber
laku
p
alin
g la
ma
6
(en
am)
bu
lan
dan
dap
at d
iper
pan
jan
g p
alin
g la
ma
6
(en
am)
bu
lan
”.
Den
gan
dem
ikia
n b
erd
asar
kan
Pu
tusa
n M
K
ini,
mak
a p
ence
gah
an d
apat
dila
kuka
n p
alin
g la
ma
6
bu
lan
d
an
dap
at
dip
erp
anja
ng
1x
pal
ing
lam
a 6
bu
lan
. D
alam
hal
pen
cega
han
m
asih
p
erlu
d
ilaku
kan
se
dan
gkan
ja
ngk
a w
aktu
seb
agai
man
a d
iten
tuka
n t
elah
hab
is,
bel
um
dit
emu
kan
pen
gatu
ran
yan
g m
enga
tur
men
gen
ai
hal
in
i d
alam
U
U
Kei
mig
rasi
an
Tah
un
20
11
.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
94
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
16
. P
asal
11
6
Seti
ap O
ran
g A
sin
g ya
ng
tid
ak
mel
aku
kan
ke
waj
iban
nya
se
bag
aim
ana
dim
aksu
d
dal
am P
asal
71
dip
idan
a d
enga
n p
idan
a ku
run
gan
p
alin
g la
ma
3 (t
iga)
bu
lan
at
au p
idan
a d
end
a p
alin
g b
anya
k R
p2
5.0
00
.00
0,0
0
(du
a p
ulu
h
lima
juta
ru
pia
h).
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang
- U
nd
anga
n
Asp
ek
Pen
egak
an
Hu
kum
Kep
atu
han
ap
arat
p
eneg
ak
hu
kum
.
Seb
agai
man
a u
lasa
n p
ada
Pas
al 7
1,
fakt
a d
i la
pan
gan
b
agi
pen
erap
an
bu
nyi
p
asal
in
i se
rin
g ka
li te
rjad
i ke
tid
akse
suai
an,
Ora
ng
Asi
ng
yan
g ti
dak
mel
apo
rkan
kew
ajib
ann
ya
pad
a P
asal
7
1
men
dap
atka
n
san
ksi
san
gat
rin
gan
(d
end
a ya
ng
rin
gan
) at
au b
ahka
n t
idak
m
end
apat
kan
sa
nks
i sa
ma
seka
li,
den
gan
al
asan
ke
man
usi
aan
, in
vest
asi
dan
se
bag
ain
ya.
Jika
pen
erap
an s
anks
i ku
run
gan
su
lit u
ntu
k d
ilaku
kan
, d
irek
om
end
asik
an
jen
is
san
ksi
ber
up
a d
end
a d
enga
n m
ekan
ism
e se
sin
gkat
m
un
gkin
(p
utu
san
d
item
pat
) se
hin
gga
pen
egak
an
hu
kum
(e
fek
jera
) d
apat
d
ilaks
anak
an m
elal
ui m
ekan
ism
e ya
ng
mu
dah
b
agi p
etu
gas.
Terk
ait
pem
ber
ian
sa
nks
i ya
ng
leb
ih
ber
at
per
lu
dila
kuka
n
kajia
n
leb
ih
lan
jut
den
gan
m
emp
erh
atik
an
pro
po
rsi
hu
kum
an
san
ksi
pid
ana
terh
adap
ti
nd
ak
pid
ana
yan
g d
ilaku
kan
.
Teta
p
1.
Per
lu
kajia
n
leb
ih
lan
jut
terk
ait
pen
egak
an
hu
kum
p
asal
in
i. U
ntu
k m
emb
erik
an
efek
je
ra
terh
adap
o
ran
g as
ing
den
gan
p
enam
bah
an
san
ksi
pid
ana
bai
k d
end
a at
aup
un
ku
run
gan
ju
ga
per
lu
kajia
n
leb
ih la
nju
t.
2.
Dit
jen
Im
igra
si
mem
pu
nya
i tu
gas
un
tuk
mem
ber
ikan
p
enyu
luh
an
hu
kum
/in
form
asi
hu
kum
ke
pad
a o
ran
g
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
95
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
asin
g,
pen
jam
in,
per
usa
haa
n,
pem
ilik
ho
tel,
dan
m
asya
raka
t u
mu
m l
ain
nya
te
rkai
t ke
waj
iban
ya
ng
har
us
dip
enu
hi
ole
h
mer
eka
dal
am
ran
gka
mel
aksa
nak
an
kete
ntu
an
keim
igra
sian
.
17
. P
asal
11
7
Pem
ilik
atau
p
engu
rus
tem
pat
pen
gin
apan
yan
g ti
dak
m
emb
erik
an
kete
ran
gan
at
au
tid
ak
mem
ber
ikan
dat
a O
ran
g A
sin
g ya
ng
men
gin
ap d
i ru
mah
at
au
di
tem
pat
p
engi
nap
ann
ya
sete
lah
d
imin
ta
ole
h
Pej
abat
Im
igra
si
yan
g b
ertu
gas
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang-
U
nd
anga
n
Asp
ek
Bu
day
a H
uku
m
Mas
yara
kat
Mas
yara
kat
mem
atu
hi
per
atu
ran
.
Seja
lan
den
gan
an
alis
is p
ada
Pas
al 1
16
. Te
tap
1
. Per
lu
kajia
n
leb
ih
lan
jut
terk
ait
pen
egak
an
hu
kum
p
asal
in
i. U
ntu
k m
emb
erik
an
efek
je
ra
terh
adap
o
ran
g as
ing
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
96
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
seb
agai
man
a d
imak
sud
d
alam
Pas
al 7
2 a
yat
(2)
dip
idan
a d
enga
n
pid
ana
kuru
nga
n
pal
ing
lam
a 3
(t
iga)
bu
lan
ata
u p
idan
a d
end
a p
alin
g b
anya
k R
p2
5.0
00
.00
0,0
0
(du
a p
ulu
h li
ma
juta
ru
pia
h).
den
gan
p
enam
bah
an
san
ksi
pid
ana
bai
k d
end
a at
aup
un
ku
run
gan
ju
ga
per
lu
kajia
n
leb
ih la
nju
t.
2. D
itje
n I
mig
rasi
m
emp
un
yai
tuga
s u
ntu
k m
emb
erik
an
pen
yulu
han
h
uku
m/i
nfo
rmas
i h
uku
m
kep
ada
ora
ng
asin
g,
pen
jam
in,
per
usa
haa
n,
pem
ilik
ho
tel,
dan
m
asya
raka
t u
mu
m l
ain
nya
te
rkai
t ke
waj
iban
ya
ng
har
us
dip
enu
hi
ole
h
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
97
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
mer
eka
dal
am
ran
gka
mel
aksa
nak
an
kete
ntu
an
keim
igra
sian
.
18
. P
asal
11
8
Seti
ap
Pen
jam
in
yan
g d
enga
n
sen
gaja
m
emb
erik
an
kete
ran
gan
ti
dak
b
enar
at
au
tid
ak
mem
enu
hi
jam
inan
yan
g d
iber
ikan
nya
se
bag
aim
ana
dim
aksu
d
dal
am P
asal
63
aya
t (2
) d
an
ayat
(3
) d
ipid
ana
den
gan
p
idan
a p
enja
ra
pal
ing
lam
a 5
(lim
a) t
ahu
n
dan
pid
ana
den
da
pal
ing
ban
yak
Rp
50
0.0
00
.00
0,0
0
(lim
a ra
tus
juta
ru
pia
h).
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang
- U
nd
anga
n
Asp
ek
Pen
egak
an
Hu
kum
Ras
ion
alit
as
san
ksi p
idan
a;
Seja
lan
den
gan
an
alis
is p
ada
Pas
al 1
16
. Te
tap
1
. P
erlu
ka
jian
le
bih
la
nju
t te
rkai
t p
eneg
akan
h
uku
m
pas
al
ini.
Un
tuk
mem
ber
ikan
ef
ek
jera
te
rhad
ap
ora
ng
asin
g d
enga
n
pen
amb
ahan
sa
nks
i p
idan
a b
aik
den
da
atau
pu
n
kuru
nga
n j
uga
p
erlu
ka
jian
le
bih
lan
jut.
2
. D
itje
n I
mig
rasi
m
emp
un
yai
tuga
s u
ntu
k
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
98
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
mem
ber
ikan
p
enyu
luh
an
hu
kum
/in
form
asi
hu
kum
ke
pad
a o
ran
g as
ing,
p
enja
min
, p
eru
sah
aan
, p
emili
k h
ote
l, d
an
mas
yara
kat
um
um
lai
nn
ya
terk
ait
kew
ajib
an
yan
g h
aru
s d
ipen
uh
i o
leh
m
erek
a d
alam
ra
ngk
a m
elak
san
akan
ke
ten
tuan
ke
imig
rasi
an.
19
. P
asal
11
9
(1)
Seti
ap
Ora
ng
Asi
ng
yan
g m
asu
k d
an/a
tau
b
erad
a d
i W
ilaya
h
Ind
on
esia
ya
ng
tid
ak
mem
iliki
D
oku
men
Kej
elas
an
Ru
mu
san
P
engg
un
aan
b
ahas
a,
isti
lah
, ka
ta
Am
big
uit
as
Pad
a ay
at (2
) dis
ebu
tkan
bah
wa
"Set
iap
Ora
ng
Asi
ng
yan
g d
enga
n
sen
gaja
m
engg
un
akan
D
oku
men
Per
jala
nan
, te
tap
i d
iket
ahu
i at
au
pat
ut
did
uga
bah
wa
Do
kum
en P
erja
lan
an i
tu
pal
su a
tau
dip
alsu
kan
..."
Ub
ah
Seti
ap
Ora
ng
Asi
ng
yan
g d
enga
n
sen
gaja
m
engg
un
akan
D
oku
men
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
99
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
Per
jala
nan
d
an
Vis
a ya
ng
sah
d
an
mas
ih
ber
laku
se
bag
aim
ana
dim
aksu
d d
alam
Pas
al
8
dip
idan
a d
enga
n
pid
ana
pen
jara
pal
ing
lam
a 5
(l
ima)
ta
hu
n
dan
p
idan
a d
end
a p
alin
g b
anya
k R
p5
00
.00
0.0
00
,00
(l
ima
ratu
s ju
ta
rup
iah
).
(2)
Seti
ap
Ora
ng
Asi
ng
yan
g d
enga
n s
enga
ja
men
ggu
nak
an
Do
kum
en P
erja
lan
an,
teta
pi
dik
etah
ui
atau
p
atu
t d
idu
ga
bah
wa
Do
kum
en
Per
jala
nan
it
u
pal
su
atau
d
ipal
suka
n
dip
idan
a d
enga
n
pid
ana
pen
jara
pal
ing
lam
a 5
(l
ima)
ta
hu
n
dan
p
idan
a d
end
a p
alin
g b
anya
k R
p5
00
.00
0.0
00
,00
kon
teks
kat
a 'd
iket
ahu
i ata
u p
atu
t d
idu
ga' i
ni
men
jad
i am
big
u,
dal
am
pem
bu
ktia
n
'dik
etah
ui'
dan
'pat
ut
did
uga
' aka
n d
item
uka
n
kesu
litan
kar
ena
dip
erlu
kan
pen
gaku
an d
ari
pel
aku
m
enge
nai
ke
tid
akta
hu
ann
ya,
dan
p
enen
tuan
to
lak
uku
r ap
akah
p
elak
u
men
geta
hu
i at
au p
atu
t m
end
uga
pem
alsu
an
Do
kum
en P
erja
lan
an t
erse
bu
t jik
a ti
dak
ad
a p
enga
kuan
.
Per
jala
nan
p
alsu
at
au
dip
alsu
kan
, d
ipid
ana
den
gan
p
idan
a p
enja
ra
pal
ing
lam
a 5
(lim
a) t
ahu
n d
an
pid
ana
den
da
pal
ing
ban
yak
Rp
50
0.0
00
.00
0,0
0 (
lima
ratu
s ju
ta
rup
iah
)
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
10
0
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
(lim
a ra
tus
juta
ru
pia
h).
20
. P
asal
12
0 a
yat
(1):
(
1) S
etia
p
ora
ng
yan
g m
elak
uka
n p
erb
uat
an
yan
g b
ertu
juan
m
enca
ri k
eun
tun
gan
, b
aik
seca
ra l
angs
un
g m
aup
un
ti
dak
la
ngs
un
g,
un
tuk
dir
i se
nd
iri
atau
u
ntu
k o
ran
g la
in
den
gan
m
emb
awa
sese
ora
ng
atau
kel
om
po
k o
ran
g,
bai
k se
cara
te
rorg
anis
asi m
aup
un
ti
dak
te
rorg
anis
asi,
atau
m
emer
inta
hka
n
ora
ng
lain
u
ntu
k m
emb
awa
sese
ora
ng
atau
kel
om
po
k o
ran
g,
bai
k se
cara
te
rorg
anis
asi m
aup
un
ti
dak
te
rorg
anis
asi,
yan
g ti
dak
m
emili
ki
hak
sec
ara
sah
un
tuk
mem
asu
ki
Wila
yah
Dis
har
mo
ni
Pen
gatu
ran
D
efin
isi
atau
K
on
sep
A
dan
ya
per
bed
aan
d
efin
isi
atau
pu
n
kon
sep
di
anta
ra
du
a p
erat
ura
n
per
un
dan
g-u
nd
anga
n
atau
le
bih
te
rhad
ap
ob
jek
yan
g sa
ma
Pad
a P
asal
1 a
ngk
a 3
2 s
ud
ah t
erd
apat
def
inis
i p
enge
rtia
n
pen
yelu
nd
up
an
man
usi
a.
Dan
p
ada
pas
al
12
0
ayat
(1
) te
rjad
i re
pet
isi,
dim
ana
rum
usa
n
de
fin
isi
pen
yelu
nd
up
an
man
usi
a d
inar
asik
an
kem
bal
i, h
al
ini
ten
tu
mer
up
akan
ti
nd
akan
p
em
bo
rosa
n
kare
na
pad
a p
rin
sip
nya
bu
nyi
pas
al 1
20
aya
t (1
) dap
at
lan
gsu
ng
men
yeb
utk
an
Tin
dak
P
idan
a P
enye
lun
du
pan
Man
usi
a (L
ihat
Pas
al 1
20
aya
t (2
) se
bag
ai p
erb
and
inga
n).
Ub
ah
Pas
al 1
20
(1
) Se
tiap
o
ran
g ya
ng
mel
aku
kan
p
erb
uat
an
Pen
yelu
nd
up
an
Man
usi
a d
enga
n
pid
ana
pen
jara
p
alin
g si
ngk
at
5 (l
ima)
ta
hu
n
dan
p
alin
g la
ma
15
(lim
a b
elas
) ta
hu
n
dan
p
idan
a d
end
a p
alin
g se
dik
it
Rp
50
0.0
00
.00
0,0
0
(lim
a ra
tus
juta
ru
pia
h)
dan
p
alin
g
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
10
1
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
Ind
on
esia
ata
u k
elu
ar
dar
i W
ilaya
h
Ind
on
esia
d
an/a
tau
m
asu
k w
ilaya
h n
ega
ra
lain
, ya
ng
ora
ng
ters
ebu
t ti
dak
m
emili
ki
hak
u
ntu
k m
emas
uki
w
ilaya
h
ters
ebu
t se
cara
sa
h,
bai
k d
enga
n
men
ggu
nak
an
do
kum
en
sah
m
aup
un
d
oku
men
p
alsu
, at
au
tan
pa
men
ggu
nak
an
Do
kum
en P
erja
lan
an,
bai
k m
elal
ui
pem
erik
saan
im
igra
si
mau
pu
n
tid
ak,
dip
idan
a ka
ren
a P
enye
lun
du
pan
M
anu
sia
den
gan
p
idan
a p
enja
ra p
alin
g si
ngk
at 5
(lim
a) t
ahu
n
dan
p
alin
g la
ma
15
(l
ima
bel
as) t
ahu
n d
an
pid
ana
den
da
pal
ing
ban
yak
Rp
1.5
00
.00
0.
00
0,0
0
(sat
u
mili
ar
lima
ratu
s ju
ta
rup
iah
).
(2)
Per
cob
aan
u
ntu
k m
elak
uka
n
tin
dak
p
idan
a P
enye
lun
du
pan
M
anu
sia
dip
idan
a d
enga
n
pid
ana
yan
g sa
ma
seb
agai
man
a d
imak
sud
p
ada
ayat
(1).
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
10
2
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
sed
ikit
R
p5
00
.00
0.0
00
,00
(l
ima
ratu
s ju
ta
rup
iah
) d
an
pal
ing
ban
yak
Rp
1.5
00
.00
0.0
00
,00
(s
atu
mili
ar li
ma
ratu
s ju
ta r
up
iah
).
(2)
Per
cob
aan
u
ntu
k m
elak
uka
n
tin
dak
p
idan
a P
enye
lun
du
pan
M
anu
sia
dip
idan
a d
enga
n
pid
ana
yan
g sa
ma
seb
agai
man
a d
imak
sud
p
ada
ayat
(1
).
21
. P
asal
12
6
Seti
ap o
ran
g ya
ng
den
gan
se
nga
ja:
a.
men
ggu
nak
an
Do
kum
en
Per
jala
nan
R
epu
blik
In
do
nes
ia
un
tuk
mas
uk
atau
ke
luar
W
ilaya
h
Ind
on
esia
, te
tap
i d
iket
ahu
i at
au
pat
ut
Kej
elas
an
Ru
mu
san
P
engg
un
aan
b
ahas
a,
isti
lah
, ka
ta
Kej
elas
an
Pad
a ru
mu
san
ka
ta
'dik
etah
ui
atau
p
atu
t d
idu
ga',
kata
te
rseb
ut
me
mili
ki
kon
teks
m
akn
a ya
ng
ber
bed
a.
Kat
a d
iket
ahu
i m
eru
pak
an
suat
u
kep
asti
an
ber
das
arka
n s
ebu
ah p
em
bu
ktia
n,
sem
enta
ra
kata
p
atu
t d
idu
ga
mas
ih
men
un
jukk
an
asu
msi
, b
elu
m k
epad
a ke
pas
tian
per
bu
atan
te
rseb
ut
tela
h
dib
ukt
ikan
se
hin
gga
kep
ada
Ub
ah
"Set
iap
o
ran
g ya
ng
den
gan
se
nga
ja
men
ggu
nak
an
Do
kum
en
Per
jala
nan
R
epu
blik
In
do
nes
ia
un
tuk
mas
uk
atau
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
10
3
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
did
uga
b
ahw
a D
oku
men
P
erja
lan
an
Rep
ub
lik I
nd
on
esia
itu
p
alsu
ata
u d
ipal
suka
n
dip
idan
a d
enga
n
pid
ana
pen
jara
pal
ing
lam
a 5
(l
ima)
ta
hu
n
dan
p
idan
a d
end
a p
alin
g b
anya
k R
p5
00
.00
0.0
00
,00
(l
ima
ratu
s ju
ta
rup
iah
);
yan
g b
ersa
ngk
uta
n
bis
a d
iken
akan
p
emid
anaa
n,
sem
enta
ra
kalim
at
lan
juta
nn
ya
adal
ah
pem
ber
ian
p
emid
anaa
n,
pad
ahal
te
rhad
ap
kata
dik
etah
ui t
etap
mem
erlu
kan
pem
bu
ktia
n
di
per
sid
anga
n
un
tuk
pen
jatu
han
p
idan
a,
sem
enta
ra
un
tuk
kata
p
atu
t d
idu
ga
jela
s m
emer
luka
n
up
aya
pe
mb
ukt
ian
aw
al
dan
la
nju
tan
un
tuk
mem
asti
kan
du
gaan
kelu
ar
wila
yah
In
do
nes
ia,
den
gan
m
emp
ergu
nak
an
Do
kum
en
Per
jala
nan
R
epu
blik
In
do
nes
ia
pal
su
atau
d
ipal
suka
n,
dip
idan
a d
enga
n
pid
ana
pen
jara
p
alin
g la
ma
5 (l
ima)
tah
un
dan
d
end
a p
alin
g b
anya
k R
p5
00
.00
0.0
00
,00
(lim
a ra
tus
juta
ru
pia
h)"
22
. P
asal
13
4
Seti
ap
Det
eni
yan
g d
enga
n s
enga
ja:
a.
mem
bu
at,
mem
iliki
, m
engg
un
akan
, d
an/a
tau
m
end
istr
ibu
sika
n
sen
jata
d
ipid
ana
den
gan
p
idan
a
Dis
har
mo
ni
Pen
gatu
ran
D
efin
isi
atau
K
on
sep
A
dan
ya
per
bed
aan
d
efin
isi
atau
pu
n
kon
sep
di
anta
ra
du
a p
erat
ura
n
per
un
dan
g-u
nd
anga
n
atau
le
bih
te
rhad
ap
ob
jek
yan
g sa
ma
Di
Ind
on
esia
pen
ggu
naa
n s
enja
ta a
pi
dia
tur
dal
am U
nd
ang-
Un
dan
g N
om
or
8
Tah
un
1
94
8 t
enta
ng
Pen
daf
tara
n d
an P
em
ber
ian
Izin
P
emak
aian
Sen
jata
Ap
i ser
ta U
nd
ang-
Un
dan
g D
aru
rat
No
mo
r 1
2
Tah
un
1
95
1
ten
tan
g M
ENG
UB
AH
"O
rdo
nn
anti
etijd
elijk
e B
ijzo
nd
ere
Stra
fbep
alin
gen
" (S
tbl.
19
48
No
mo
r 1
7)
Dan
U
nd
ang-
Un
dan
g R
epu
blik
In
do
nes
ia
Dah
ulu
N
om
or
8
Tah
un
Ub
ah
Jika
lau
ke
pad
a O
ran
g A
sin
g at
au
det
eni
ingi
n
dila
kuka
n
pen
gatu
ran
m
enge
nai
ke
pem
ilika
n
sen
jata
ap
i,
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
10
4
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
pen
jara
pal
ing
lam
a 3
(tig
a) t
ahu
n;
19
48
. Sem
enta
ra
itu
, p
rose
du
r ke
pem
ilika
n
sen
jata
ap
i d
iatu
r d
alam
Per
atu
ran
Kap
olr
i N
om
or
82
Ta
hu
n
20
04
te
nta
ng
Pet
un
juk
Pel
aksa
naa
n
Pen
gam
anan
P
enga
was
an
dan
P
enge
nd
alia
n
Sen
jata
A
pi
No
n
Org
anik
TN
I/P
OLR
I. D
alam
su
rat
itu
dis
ebu
tkan
lim
a ka
tego
ri
per
ora
nga
n
atau
p
eja
bat
ya
ng
dip
erb
ole
hka
n
mem
iliki
se
nja
ta
api
yakn
i p
ejab
at p
emer
inta
h,
pej
abat
sw
asta
, p
ejab
at
TNI/
PO
LRI,
pu
rnaw
iraw
an T
NI/
PO
LRI.
Ad
apu
n s
yara
t ke
pem
ilika
n s
enja
ta a
pi
yakn
i m
emili
ki
kem
amp
uan
at
au
kete
ram
pila
n
men
emb
ak m
inim
al k
las
III y
ang
dib
ukt
ikan
d
enga
n
sert
ifik
at
yan
g d
ikel
uar
kan
o
leh
in
stit
usi
p
elat
ihan
m
enem
bak
ya
ng
sud
ah
men
dap
at
izin
d
ari
Po
lri,
mem
iliki
ke
tera
mp
ilan
d
alam
m
eraw
at,
men
yim
pan
, d
an
men
gam
anka
nn
ya
seh
ingg
a te
rhin
dar
d
ari
pen
yala
hgu
naa
n,
sert
a m
emen
uh
i p
ersy
arat
an
ber
up
a ko
nd
isi
psi
kolo
gis
dan
sy
arat
med
is
Terd
apat
ju
ga
atu
ran
te
rkai
t ke
pem
ilika
n
sen
jata
ap
i u
ntu
k ke
pen
tin
gan
ola
hra
ga.
Hal
it
u d
iatu
r d
alam
Per
atu
ran
Kep
ala
Kep
olis
ian
N
egar
a R
epu
blik
In
do
nes
ia N
o.
8 T
ahu
n 2
01
2
ten
tan
g P
enga
was
an
dan
P
enge
nd
alia
n
seb
aikn
ya
pen
gatu
ran
m
eru
juk
pad
a p
erat
ura
n
per
un
dan
g-u
nd
anga
n
yan
g te
lah
ad
a se
bel
um
nya
, n
amu
n
hal
te
rseb
ut
dir
asak
an
tid
ak
dip
erlu
kan
ka
ren
a m
eman
g te
lah
ad
a at
ura
n
men
gen
ai h
al i
ni
seb
elu
mn
ya,
seyo
gyan
ya
pen
gatu
ran
m
enge
nai
ke
imig
rasi
an
ber
foku
s p
ada
hal
ih
wal
la
lu
linta
s o
ran
g se
bag
aim
ana
mem
ang
yan
g te
lah
d
igar
iska
n
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
10
5
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
Sen
jata
A
pi
Un
tuk
Kep
enti
nga
n
Ola
hra
ga
pen
gatu
ran
ya
ng
ber
gan
da
bis
a m
emb
uka
p
elu
ang
du
alis
me
hu
kum
. Se
lain
itu
pas
al i
ni
men
gatu
r ke
pem
ilika
n s
enja
ta a
pi o
leh
det
eni
saja
, d
an
tid
ak
men
gatu
r jik
a O
ran
g A
sin
g se
cara
u
mu
m.
jika
mem
ang
pen
gatu
ran
m
enge
nai
kep
emili
kan
sen
jata
ap
i tel
ah d
iatu
r se
cara
um
um
dal
am h
uku
m n
egar
a R
I m
aka
atu
ran
ter
seb
ut
ber
laku
sec
ara
um
um
kep
ada
seti
ap o
ran
g ya
ng
ber
ada
di w
ilaya
h n
egar
a R
I
men
gen
ai
keim
igra
sian
23
. P
asal
13
5
Seti
ap
ora
ng
yan
g m
elak
uka
n
per
kaw
inan
se
mu
d
enga
n
tuju
an
un
tuk
mem
per
ole
h
Do
kum
en
Kei
mig
rasi
an
dan
/ata
u
un
tuk
mem
per
ole
h
stat
us
kew
arga
neg
araa
n
Rep
ub
lik
Ind
on
esia
d
ipid
ana
den
gan
p
idan
a p
enja
ra
pal
ing
lam
a 5
(l
ima)
tah
un
dan
pid
ana
den
da
pal
ing
ban
yak
Rp
50
0.0
00
.00
0,
00
(lim
a ra
tus
juta
ru
pia
h).
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang
- U
nd
anga
n
Asp
ek
Bu
day
a H
uku
m
Mas
yara
kat
Mas
yara
kat
mem
atu
hi
per
atu
ran
.
Per
kaw
inan
sem
u s
erin
g ka
li d
ilaku
kan
ole
h
Ora
ng
Asi
ng
yan
g m
em
iliki
kep
enti
nga
n u
ntu
k ti
ngg
al
di
Ind
on
esia
at
au
men
jad
i w
arga
n
egar
a In
do
nes
ia,
den
gan
m
eman
faat
kan
ke
mu
dah
an u
ntu
k m
end
apat
kan
ijin
tin
ggal
te
tap
at
au
kew
arga
neg
araa
n
jika
sud
ah
men
ikah
d
enga
n
War
ga
Neg
ara
Ind
on
esia
. N
amu
n
pem
bu
ktia
n
per
kaw
inan
se
mu
in
i ti
dak
mu
dah
, kec
ual
i jik
a m
eman
g p
ern
ikah
an
ters
ebu
t ti
dak
m
emen
uh
i sy
arat
-sya
rat
per
kaw
inan
ya
ng
sah
m
enu
rut
hu
kum
p
erka
win
an
RI.
Nam
un
jik
a p
erka
win
an
ters
ebu
t d
ilaks
anak
an s
esu
ai d
enga
n h
uku
m
per
kaw
inan
RI,
seka
lipu
n a
da
nia
tan
bu
ruk
dar
i p
erka
win
an t
erse
bu
t, m
aka
sulit
un
tuk
Ub
ah
Dip
erlu
kan
ru
mu
san
n
orm
a ya
ng
leb
ih s
esu
ai
apak
ah
ber
up
a sa
nks
i ya
ng
mem
ber
ikan
ef
ek
jera
, m
aup
un
at
ura
n
yan
g m
emb
erik
an
kon
dis
i le
bih
ke
tat
bag
i W
NA
u
ntu
k m
end
apat
kan
d
oku
men
ke
imig
rasi
an
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
10
6
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
men
gan
ggap
p
erka
win
an
itu
se
bag
ai
per
kaw
inan
sem
u.
mau
pu
n
stat
us
kew
arga
neg
araa
n
mel
alu
i ja
lur
per
nik
ahan
ca
mp
ura
n
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 107
BAB III
HASIL EVALUASI TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT KEIMIGRASIAN
1. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(UU Ketenagakerjaan Tahun 2003) ini sebanyak 16 pasal yang telah diputus
Mahkamah Konstitusi (MK), sehingga pasal-pasal tersebut ada yang tidak
memiliki kekuatan hukum mengikat atau tidak memiliki kekuatan hukum
mengikat sepanjang tidak dimaknai sebagaimana putusan MK yang
bersangkutan. Pasal-pasal tersebut adalah: Pasal 158, Pasal 159, Pasal 160, Pasal
170, Pasal 171, Pasal 186, Pasal 120, Pasal 155, Pasal 65, Pasal 66, Pasal 164,
Pasal 169, Pasal 96, 95, dan Pasal 90. UU Ketenagakerjaan Tahun 2003 ini
beberapa kali diajukan judicial review ke MK. Keputusan MK hasil judicial review
tersebut yaitu: Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 012/PUU-I/2003, Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 015/PUU-VII/2009, Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 37/PUU-IX/2011, Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PUU-
IX/2011, Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 19/PUU-IX/2011, Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 58/PUU-IX/2011, Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 100/PUU-X/2012, Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 67/PUU-
XI/2013, Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 7/PUU-XII/2014, Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 72/PUU-XIII/2015, dan Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 13/PUU-XV/2017.59
Dalam laporan ini, evaluasi terhadap UU Ketenagakerjaan Tahun 2003
sebagian besar merupakan hasil evaluasi yang sudah pernah dilakukan oleh Pokja
Analisis dan Evaluasi Hukum terkait ketenagakerjaan. Sementara Pokja Analisis
dan Evaluasi Hukum terkait Keimigrasian hanya difokuskan pada pasal-pasal
terkait penggunaan TKA, yang hanya mengambil sebagian kecil pasal-pasal dalam
UU Ketenagakerjaan Tahun 2003.
59 Hukum Online, “Berbagai Putusan MK yang Mengubah UU Ketenagakerjaan”,
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5078c83ecf921/berbagai-putusan-mk-yang-mengubah-uu-ketenagakerjaan/ (diakses 20 Oktober 2020)
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 108
Pasal 1 ayat (13) UU Ketenagakerjaan Tahun 2003 menyebutkan bahwa
yang dimaksud dengan TKA adalah warga negara asing pemegang visa dengan
maksud bekerja di wilayah Indonesia. Penggunaan TKA tidak dapat dihindari,
beberapa alasan berikut menjadi alasan mengapa TKA ada di Indonesia:
a. Meningkatkan investasi asing sebagai penunjang modal
pembangunan di Indonesia
b. Memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil dan profesional pada
bidang- bidang tertentu yang belum dapat diisi oleh tenaga kerja
Indonesia.
c. Mempercepat proses pembangunan nasional dengan jalan
mempercepat proses alih teknologi atau alih ilmu pengetahuan,
terutama di bidang industri.
d. Memberikan perluasan kesempatan kerja bagi tenaga kerja
Indonesia.
Berdasarkan informasi dari Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan
Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja Kementerian Ketenagakerjaan,
Maruli Apul Hasoloan bahwa jumlah TKA sampai akhir 2018 lalu mencapai 95.335
orang. Angka ini meningkat 10,88 % dibanding sepanjang 2017 lalu yang
mencapai 85.974 orang. Jika diperinci, dari TKA berjumlah 95.335 orang itu
terdapat tenaga asing profesional yang menyumbang sebesar 30.626 orang,
manajer sebanyak 21.237 orang, dan adviser/konsultan/ ireksi sebanyak 30.708
orang. Selanjutnya, jumlah TKA yang bekerja di Indonesia itu masih dalam level
tenaga profesional bukan buruh kasar yang tidak memiliki keahlian. Adapun jika
dilihat dari negara asalnya, sampai 2018 TKA yang bekerja di Indonesia masih
didominasi dari China dengan jumlah 32.000 orang. Setelah itu berturut-turut,
Jepang 13.897 orang, Korea 9.686 orang, India 6.895 orang, dan Malaysia 4.667
orang.60
TKA yang bekerja ini hanya boleh mengisi beberapa sektor antara lain
bidang konstruksi, real estate, pendidikan, kehutanan, pertanian, perikanan,
informasi dan telekomunikasi dan pertambangan. Sedangkan posisi jabatan yang
tidak boleh diisi oleh TKA menurut Kepmenaker Nomor 40 Tahun 2012 ada 19
antara lain Direktur Personalia, Manajer Hubungan Industrial, Manajer
60 Kompas, Naik 10,88 Persen, “Pekerja Asing Selama 2018 Didominasi dari China”, https://
ekonomi.kompas.com/read/2019/01/14/061100626/naik-10-88-persen-pekerjaasing-selama-2018-didominasi-dari-china?page=all%0 (diakses tanggal 15 September 2020).
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 109
Personalia, dan sebagainya. Sebagian besar jabatan tersebut terkait dengan
manajemen human resources di suatu perusahaan.
Secara umum TKA yang berada di Indonesia dikategorikan pada 2 (dua)
kategori, yaitu:61
a. TKA legal (memiliki dokumen resmi), dimana TKA jenis ini memiliki
dokumen keimigrasian yang resmi dan memiliki izin ketenagakerjaan
yang sesuai peraturan perundang-undangan. 62
b. TKA ilegal (tidak memiliki dokumen resmi), baik itu dokumen
keimigrasian maupun izin ketenagakerjaan. Pemberi kerja dapat
memperkerjakan TKA untuk bekerja di Indonesia. Namun, jika
penggunaan TKA tidak mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh
UU Ketenagakerjaan Tahun 2003 berarti telah memperkerjakan TKA
ilegal. Penggunaan TKA ilegal merupakan hal yang melanggar hukum
dan dapat menimbulkan akibat hukum berupa sanksi pidana. Sanksi
pidana dapat dikenakan kepada TKA maupun kepada pemberi kerja
yang telah mempekerjakan orang asing yang melanggar ketentuan
Pasal 185 UU Ketenagakerjaan Tahun 2003.
Menurut Menaker Hanif Dakhiri, keberadaan TKA ilegal merupakan salah
satu persoalan yang terjadi pada banyak negara-negara dunia di tengah dinamika
ekonomi global yang semakin terbuka saat ini. Indonesia sendiri sudah
menerapkan regulasi yang jelas dan ketat dalam hal penggunaan jasa TKA oleh
perusahaan, baik dari sisi pengendalian maupun dari sisi pengawasan. Oleh
karenanya, investasi asing di Indonesia tidak bisa secara serta merta dipandang
sebagai keran kedatangan TKA dalam jumlah yang besar, karena sekalipun
investasi asing dapat menyertakan tenaga kerja dari luar negeri, tetapi pekerja
dari luar negeri dibatasi pada aturan jabatan dan waktu.63 Hal ini dipertegas
dengan aturan bahwa pemberi kerja yang akan menggunakan TKA wajib memiliki
izin tertulis dari menteri atau pejabat yang ditunjuk dan pemberi kerja dan orang
61 Paparan Pusjianbang Balitbang Hukum dan HAM 2017 dikutip oleh Ahmad Jazuli, “Eksistensi
Tenaga Kerja Asing Di Indonesia Dalam Perspektif Hukum Keimigrasian”, JIKH Vol.12 No.1 Maret 2018, hlm. 94
62 Lihat Pasal 8 jo Pasal 39 UU Keimigrasian Tahun 2011. 63 Nusa kini, “Isu TKA Harus Ditanggapi Secara Obyektif Dan Proporsional”,
https://www.nusakini.com/news/isu-tka-harus-ditanggapi-secara-obyektif-dan-proporsional, (diakses tanggal 13 September 2020)
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 110
perseorangan dilarang memperkerjakan TKA.64 Pemberi kerja TKA wajib
mengajukan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) untuk
memperoleh Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) serta bersedia
untuk dikenakan retribusi. Mekanisme dan prosedur mempergunakan TKA yang
sangat ketat dengan kewajiban membuat RPTKA oleh pemberi kerja
dimaksudkan pengguna tenaga kerja asing dilaksanakan secara selektif dalam
rangka pemberdayaan tenaga kerja lokal secara optimal, sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 10 Tahun 2018
Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing.
Berikut merupakan alur permohonan penggunaan TKA:65
Dalam investigasi yang dilakukan oleh Ombudsman RI terkait
penyelenggaraan pelayanan publik dalam rangka penempatan dan
pengawasan TKA di Indonesia, yang dilakukan pengambilan data di 7
Provinsi yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Sulawesi Tenggara, Papua
Barat, Sumatera Utara, dan kepulauan Riau. Dalam investigasi tersebut,
Ombudsman RI menemukan permasalahan dalam penempatan tenaga
kerja asing yakni belum terintegrasinya data antara
Kementerian/Lembaga Pusat dengan Pemerintah Daerah mengenai
64 Lihat Pasal 42 UU Ketenagakerjaan Tahun 2003 65 Disampaikan oleh J Erikson Sinambela dalam Forum Group Discusion Kelompok Kerja Analisis dan
Evaluasi Hukum terkait Keimigrasian di BPHN tanggal 28 Juli 2020
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 111
jumlah, persebaran, dan alur keluar masuknya TKA di Indonesia.
Pengintegrasian data menjadi sangat penting karena sampai saat ini
masih ditemukan disparitas data TKA antara Ditjen Imigrasi dengan
Kemnaker, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan data yang
digunakan, jika Ditjen Imigrasi berdasarkan data perlintasan orang asing
(sehingga jumlah orang asing yang masuk akan terus bertambah setiap
saat), sementara Kemnaker data diperoleh berdasarkan dokumen izin
untuk bekerja (Izin Menggunakan TKA/IMTA). Ketiadaan suatu sistem
database terpadu (integrated database system) yang bisa diakses oleh
pemangku kepentingan dan masyarakat secara umum dapat
menimbulkan interpretasi yang berbeda terkait jumlah TKA di Indonesia.
Dalam UU Ketenagakerjaan, pengaturan terkait tenaga kerja asing
(TKA) dalam UU ini diatur dalam Bab VIII, Pasal 42 – Pasal 49. Dari hasil
analisis dan evaluasi pasal-pasal terkait dengan penggunaan TKA, secara
umum telah memenuhi prinsip-prinsip enam dimensi evaluasi peraturan
perundang-undangan. Namun ada beberapa catatan terhadap peraturan
pelaksanaan dari pasal-pasal terkait penggunaan TKA yang tidak sesuai
dengan pengaturan dalam UU Ketenagakerjaan Tahun 2003 ini.
Dalam Pasal 42 ayat (4) Undang-Undang Ketenagakerjaan Tahun
2003 jo. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2014 jo. Peraturan Menteri
Nomor 16 Tahun 2015 jo. Peraturan Menteri Nomor 35 Tahun 2015
ditentukan bahwa “Tenaga Kerja Asing hanya dapat dipekerjakan di
Indonesia untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu.” Artinya hubungan
kerja Tenaga Kerja Asing harus dilakukan berdasarkan Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu.
Namun tidak ada pengaturan mengenai bagaimana jika dalam
masa perjanjian, Perjanjian Kerja dinyatakan batal demi hukum atau
dibatalkan oleh Putusan Pengadilan atau Undang-Undang atau karena
pelanggaran yang menyebabkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu menjadi
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu.
Contoh Kasus: Pasal 57 ayat (1) dan (2) Undang-Undang
Ketenagakerjaan Tahun 2003 mengatur bahwa Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu harus dibuat secara tertulis dan dalam bahasa Indonesia.
Pelanggaran hal tersebut maka Perjanjian Kerja Waktu Tertentu tersebut
dinyatakan sebagai Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 112
Dalam Perkara Nomor 29 PK/PDT. SUS/2010, yang mana Tenaga
Kerja Asing yang dipekerjakan berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu yang dibuat dalam bahasa Inggris, dan pekerja yang
bersangkutan masih bekerja padahal masa waktu Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu telah berakhir. Perselisihan tersebut terjadi saat perusahaan
melakukan Pemutusan Hubungan Kerja secara sepihak. Mahkamah
Agung saat itu menghukum Perusahaan untuk membayar kompensasi
Pemutusan Hubungan Kerja sebagai pekerja tetap dengan membayarkan
hak-hak pekerja sebagaimana diatur dimaksud dalam Pasal 156 ayat (2)
s/d (4) Undang-Undang Ketenagakerjaan. Putusan tersebut bertentangan
dengan Pasal 42 ayat (4) Undang-Undang Ketenagakerjaan. Dari contoh
kasus di atas dapat disimpulkan adanya kekosongan hukum yang
menyebabkan ketidakpastian hukum yang dapat memicu timbulnya
Perselisihan Hubungan Industrial. Dalam peraturan pelaksananya,
sebagaimana diamanatkan ayat (5) pasal ini yaitu (Permen), perlu diatur
lebih rinci mengenai jabatan tertentu dan waktu tertentu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (4).
Catatan-catatan penting di luar pasal tersebut, sangat krusial
untuk diperhatikan dalam penyusunan RUU perubahan (atau
penggantian) UU Ketenagakerjaan, mengingat UU beberapa kali telah
dibatalkan oleh MK dalam putusan judicial review. Lebih detail hasil
analisis dan evaluasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
11
3
Tab
el A
nal
isis
dan
Eva
luas
i Un
dan
g-U
nd
ang
No
mo
r 1
3 ta
hu
n 2
003
ten
tan
g Ke
ten
agak
erja
an
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
1.
Pas
al 4
7
1)
Pem
ber
i ke
rja
waj
ib
mem
bay
ar
kom
pen
sasi
at
as
seti
ap t
enag
a ke
rja
asin
g ya
ng
dip
eker
jaka
nn
ya.
2)
Kew
ajib
an
mem
bay
ar
kom
pen
sasi
se
bag
aim
ana
dim
aksu
d d
alam
aya
t (1
) tid
ak
ber
laku
b
agi
inst
ansi
p
emer
inta
h,
per
wak
ilan
n
egar
a as
ing,
b
adan
-bad
an
inte
rnas
ion
al, l
emb
aga
sosi
al,
lem
bag
a ke
agam
aan
, d
an
jab
atan
-jab
atan
te
rten
tu
di
lem
bag
a p
end
idik
an.
3)
Ket
entu
an m
enge
nai
jab
atan
-ja
bat
an t
erte
ntu
di
lem
bag
a p
end
idik
an
seb
agai
man
a d
imak
sud
d
alam
ay
at
(2)
dia
tur
den
gan
K
epu
tusa
n
Men
teri
. 4
) K
eten
tuan
m
enge
nai
b
esar
nya
ko
mp
ensa
si
dan
p
engg
un
aan
nya
d
iatu
r Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang
- U
nd
anga
n
Asp
ek S
tan
dar
O
per
asio
nal
P
elak
san
a
Ket
erse
dia
an
SOP
yan
g je
las,
le
ngk
ap d
an
ben
ar-b
enar
d
iter
apka
n.
Pem
bay
aran
ko
mp
ensa
si
dila
kuka
n
mel
alu
i d
ua
jen
is y
aitu
pem
bay
aran
D
KP
-TK
A y
ang
mer
up
akan
PN
BP
yan
g b
erla
ku
pad
a K
emen
teri
an
Ket
enag
aker
jaan
, dan
p
emb
ayar
an
retr
ibu
si
dae
rah
ya
ng
mer
up
akan
p
end
apat
an d
aera
h.
Per
da
yan
g m
enet
apka
n
bes
arn
ya
retr
ibu
si
bel
um
se
pen
uh
nya
d
iatu
r o
leh
P
emd
a,
seh
ingg
a d
alam
p
ener
bit
an
per
pan
jan
gan
IM
TA
beb
erap
a d
aera
h
men
gala
mi
kesu
litan
d
alam
p
enar
ikan
re
trib
usi
nya
.
Pem
anfa
atan
PN
BP
sen
dir
i m
emili
ki
pro
sed
ur
tert
entu
ses
uai
den
gan
PU
U
yan
g m
enga
tur
PN
BP
, m
aka
per
lu
dis
usu
n
SOP
ya
ng
jela
s u
ntu
k p
emb
ayar
an
kom
pen
sasi
d
an
pem
anfa
atan
nya
, se
hin
gga
dap
at
dia
was
i den
gan
bai
k.
Ub
ah
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
11
4
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
den
gan
P
erat
ura
n
Pem
erin
tah
. M
enge
nai
p
enga
tura
n
leb
ih
lan
jut
yan
g te
rcan
tum
pad
a ay
at (3
), d
itin
jau
d
ari
kon
sep
h
iera
rki
PU
U,
mak
a am
anat
pen
gatu
ran
leb
ih h
end
akn
ya
ber
jen
jan
g.
Seh
ingg
a ku
ran
g te
pat
jik
a p
enga
tura
n le
bih
lan
jut
dar
i Pas
al
ini
dib
uat
dal
am b
entu
k K
epu
tusa
n
Men
teri
. Id
ealn
ya
UU
m
enga
man
atka
n
pen
gatu
ran
le
bih
la
nju
t ke
pad
a P
erat
ura
n P
emer
inta
h
atau
Per
atu
ran
Pre
sid
en.
2.
Pas
al 4
9
Ket
entu
an
men
gen
ai
pen
ggu
naa
n t
enag
a ke
rja
asin
g se
rta
pel
aksa
naa
n p
end
idik
an
dan
p
elat
ihan
te
nag
a ke
rja
pen
dam
pin
g d
iatu
r d
enga
n
Kep
utu
san
Pre
sid
en.
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang
- U
nd
anga
n
Asp
ek
Pen
gaw
asan
A
dan
ya
inst
rum
en
mo
nit
ori
ng
dan
ev
alu
asi.
Pad
a p
rakt
ikn
ya
pel
aksa
naa
n
pen
did
ikan
d
an
pel
atih
an
ten
aga
kerj
a p
end
amp
ing
ini
bel
um
d
apat
te
rmo
nit
or
den
gan
bai
k.
Am
anat
p
enga
tura
n
leb
ih
lan
jut
men
gen
ai P
end
idik
an d
an p
elat
ihan
h
end
akn
ya d
iatu
r d
enga
n P
erat
ura
n
Pem
erin
tah
.
Ub
ah
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 115
2. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja
Migran Indonesia
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang
Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (UU Pelindungan PMI Tahun 2017) maka
Undang-Undang 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Undang-undang ini secara
mendasar mengubah ketentuan definisi Tenaga Kerja Indonesia menjadi Pekerja
Migran Indonesia, dengan pertimbangan bahwa tujuan UU ini adalah menyasar
pada tenaga kerja Indonesia yang akan, sedang atau telah melakukan pekerjaan
dengan menerima upah di luar wilayah Indonesia yang disebut dengan Pekerja
Migran Indonesia (PMI). Perlindungan yang diberikan kepada PMI yang telah
melakukan pekerjaan tidak hanya ketika mereka bekerja di luar wilayah
Indonesia tetapi juga saat kembali ke Indonesia sesuai yang telah diatur dalam
Pasal 24 tentang Perlindungan setelah bekerja.
Dalam beberapa kasus, PMI kerap menjadi korban Tindak Pidana
Perdagangan Orang (TPPO). Hal tersebut telah menjadi perhatian utama
pemerintah Indonesia serta mengundang atensi dunia internasional. Terkait hal
tersebut, Jajaran Ditjen Imigrasi memiliki peran penting dalam menjalankan
perlindungan terhadap PMI tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri
dimana hal tersebut tidak terlepas dari peran kerja sama Immigration to
Immigration (I to I) antara Pemerintah Indonesia (melalui atase imigrasi di
Perwakilan RI) dengan Instansi Pelaksana Fungsi Keimigrasian Negara Penerima
PMI. Upaya pencegahan tidak hanya dengan penundaan pelayanan paspor dan
penundaan keberangkatan CPMI yang belum mempunyai visa kerja, tetapi juga
memperketat verifikasi dan wawancara kepada Pemohon paspor serta
meningkatkan koordinasi dan sinergi dengan seluruh pihak yang membidangi
dalam rangka pencegahan penyalahgunaan dokumen oleh PMI-NP.
Berdasarkan paparan yang disampaikan oleh Migran Care66 dalam FGD
Pokja di BPHN, beberapa regulasi telah bersifat progresif dalam memberikan
pengaturan perlindungan terhadap PMI yakni Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang, Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2012 tentang Ratifikasi Konvensi Internasional tentang Perlindungan
66 Informasi lebih lanjut mengenai lembaga swadaya masyarakat ini melalui
https://migrantcare.net.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 116
Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya, UU Pelindungan PMI Tahun 2017, dan
Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pekerja Asing di Indonesia.67
Lebih lanjut dalam paparannya, Anis Hidayah sebagai wakil dari Migran Care
menyampaikan perkembangan implementasi secara umum dari masing-masing
regulasi tersebut:
(diambil dari: paparan Migran Care dalam FGD Pokja BPHN, 2020)
Beberapa catatan yang disampaikan oleh Anis Hidayah dari Migran Care
dalam FGD Pokja Analisis dan Evaluasi Hukum terkait Keimigrasian yang
dilaksanakan di BPHN, antara lain:
a. UU Pelindungan PMI Tahun 2017 memandatkan 28 peraturan
turunan mengenai perlindungan PMI yang kemudian
disederhanakan menjadi 13 aturan turunan, yang terdiri dari 3
Peraturan Pemerintah, 2 Peraturan Presiden, 5 Peraturan Menteri,
dan 3 Peraturan Kepala BP2MI. 3 PP yang diamanatkan merupakan
penyederhanaan dari 11 PP yaitu PP tentang penempatan oleh
BP2MI yang merupakan mandat Pasal 50, PP tentang Pelindungan
bagi PMI yang merupakan gabungan dari mandat Pasal 20, Pasal 23,
Pasal 28, Pasal 36, Pasal 38, Pasal 43, Pasal 52, Pasal 75, dan Pasal 76,
67 Paparan Anies Hidayah Direktur Migran Care dalam Forum Group Discussion Kelompok Kerja
Analisis dan Evaluasi Hukum terkait Keimigrasian di BPHN tanggal 28 Juli 2020.
Regulasi Implementasi
UU No 21/2007 Penegakan hukum mulai menunjukkan optimalisasi penjatuhan sanksi pidana, namun terkendala dalam implementasi restitusi karena PerMA belum terbit, sehingga belum bisa dilakukan sita harta terpidana trafficking
UU No 6/2012 Harmonisasi kebijakan nasional, UU Nomor 18/2017
UU No 18/2017 Mandat 28 aturan turunan: 2 Perpres, 11 PP, 12 Permen, dan 2 Perka BP2MI. Diterbitkan 13 aturan turunan. Semestinya harus terbit semua aturan turunan 20 November 2019
Perpres No 20/2018 Terbatasnya tenaga pengawas. Belum adanya transparansi laporan pengawasan ketenagakerjaan baik terhadap tenaga kerja Indonesia maupun TKA
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 117
serta PP tentang Pelindungan Awak Kapal Niaga dan Pelaut
Perikanan, mandat Pasal 64. Sementara 12 Permen disederhanakan
menjadi 5, yaitu: Permen Tentang Jaminan Sosial, mandat pasal 29;
Permen Tentang Tata Cara Penempatan PMI oleh P3MI, gabungan
mandat pasal 60, pasal 61, dan pasal 64; Permen Tentang Tata Cara
Pemberian Izin P3MI, gabungan mandat pasal 37, pasal 51, pasal 53,
pasal 54, pasal 55, pasal 57, dan pasal 74; Permen Tentang
Penghentian dan Pelarangan Penempatan PMI, mandat pasal 32; dan
Permen Tentang sanksi administrasi bagi P3MI, mandat pasal 37.
b. Berbagai Peraturan Daerah baik di tingkat desa, kabupaten/kota dan
provinsi tentang perlindungan pekerja migran belum ada upaya
harmonisasi dengan ketentuan UU PPMI. Padahal kewenangan
pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan kewenangan Desa
disebutkan dalam Pasal 41 dan Pasal 42
c. Ketentuan Pasal 54 ayat (1), Pasal 82, dan Pasal 85 sedang
dimohonkan judicial review di Mahkamah Konstitusi dengan No.
83/PUU-XVII/2019 yang diajukan oleh Asosiasi Perusahaan Jasa TKI
Swasta (ASPATAKI) pada bulan November 2019. Menurut Pemohon
ASPATAKI ketentuan dalam pasal-pasal tersebut sangat
memberatkan pelaku usaha terutama terkait dengan ketentuan
modal minimal 5 Miliar yang diatur dalam Pasal 54. Sedangkan pasal
lainnya menempatkan Perusahaan penempatan PMI menjadi
terbatas ruang geraknya. Padahal dalam paparannya, Migran Care
berpendapat bahwa ketentuan Pasal 82 dan Pasal 85 merupakan
ketentuan pidana yang memberikan kepastian hukum bagi pekerja
migran yang ditempatkan tidak sesuai dengan kontrak kerja yang
selama ini menjadi modus perdagangan manusia. Kedua pasal ini
untuk memberikan efek jera dan menghapus impunitas yang selama
ini secara masif dilakukan oleh perusahaan jasa PMI yang tidak
bertanggungjawab.
Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi tersebut diperlukan pengaturan
lebih jauh mengenai pelaksanaan Penempatan Kerja dan sistem koordinasi oleh
Kementerian dan Lembaga terkait pembinaan dan pengawasan dalam rangka
pelindungan PMI. Secara umum UU ini masih dapat dipertahankan. Lebih detail
hasil analisis dan evaluasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
11
8
Tab
el A
nal
isis
dan
Eva
luas
i Un
dan
g-U
nd
ang
No
mo
r 1
8 ta
hu
n 2
017
ten
tan
g Pe
rlin
du
nga
n P
eker
ja M
igra
n In
do
nes
ia
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
1.
Pas
al
20
, P
asal
2
3,
Pas
al
28
, P
asal
2
9,
Pas
al
32
, P
asal
3
6,
Pas
al
37
, P
asal
3
8,
Pas
al
43
, P
asal
5
1,
Pas
al
52
, P
asal
5
3,
Pas
al
54
, P
asal
5
5,
Pas
al
57
, P
asal
6
0,
Pas
al
61
, P
asal
6
4,
Pas
al
74
, P
asal
7
5,
Pas
al 7
6,
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang-
un
dan
gan
Asp
ek
Op
eras
ion
al
atau
ti
dak
nya
p
erat
ura
n
Dar
i se
gi
per
atu
ran
p
elak
san
a d
an
per
atu
ran
tu
run
an
bel
um
d
itet
apka
n
Bah
wa
UU
in
i m
enga
man
atka
n
28
per
atu
ran
tu
run
an b
aik
ber
up
a p
erat
ura
n
pem
erin
tah
, per
atu
ran
pre
sid
en, m
aup
un
p
erat
ura
n s
etin
gkat
men
teri
. Ber
das
arka
n
Kep
utu
san
P
resi
den
N
om
or
11
ta
hu
n
20
19
Pem
erin
tah
men
yed
erh
anak
an 2
8
atu
ran
tu
run
an
ters
ebu
t m
enja
di
13
atu
ran
tu
run
an
yan
g te
rdir
i d
ari
3
per
atu
ran
p
emer
inta
h,
2
per
atu
ran
p
resi
den
, 5
p
erat
ura
n
men
teri
, d
an
3
per
atu
ran
Kep
ala
BP
2M
I.
Atu
ran
tu
run
an
ini
seh
aru
snya
su
dah
te
rbit
p
ada
No
vem
ber
2
01
9,
nam
un
h
ingg
a ak
hir
ta
hu
n
20
20
in
i m
asih
m
enyi
saka
n 2
RP
P y
akn
i RP
P P
elak
san
aan
P
elin
du
nga
n
Pek
erja
M
igra
n
Ind
on
esia
d
an
RP
P
Pen
emp
atan
d
an
Pel
ind
un
gan
A
wak
Kap
al N
iaga
Mig
ran
dan
Aw
ak K
apal
P
erik
anan
Mig
ran
ser
ta s
atu
Ran
can
gan
P
erp
res
(Ran
can
gan
Per
pre
s Tu
gas
dan
W
ewen
ang
Ata
se K
eten
agak
erja
an)
yan
g m
asih
d
alam
p
emb
ahas
an.
Hal
in
i b
erd
amp
ak
pel
aksa
naa
n
UU
in
i b
elu
m
ber
jala
n e
fekt
if.
Teta
p
Nam
un
per
lu s
eger
a d
itet
apka
n 1
3 a
tura
n
turu
nan
dar
i UU
ini.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
11
9
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
(dis
amp
aika
n
ole
h
R
Wis
anto
ro
dar
i B
P2
MI
dal
am
Foru
m
Gro
up
D
iscu
ssio
n K
elo
mp
ok
Ker
ja
An
alis
is
dan
Ev
alu
asi
Hu
kum
te
rkai
t K
eim
igra
sian
d
i B
PH
N
tan
ggal
28
Ju
li 2
02
0)
2.
Pas
al 4
1 jo
. Pas
al 4
2
Pas
al 4
1
Pem
erin
tah
D
aera
h
kab
up
aten
/ ko
ta
mem
iliki
tu
gas
dan
ta
ngg
un
g ja
wab
: a.
m
enyo
sial
isas
ikan
in
form
asi
dan
p
erm
inta
an P
eker
ja
Mig
ran
In
do
nes
ia
kep
ada
mas
yara
kat;
…
… (
dan
set
eru
snya
)
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang-
un
dan
gan
Asp
ek
koo
rdin
asi
kele
mb
agaa
n/t
ata
org
anis
asi
Efek
tivi
tas
koo
rdin
asi
anta
r in
stan
si
terk
ait
Mas
ih p
erlu
du
kun
gan
dar
i P
emer
inta
h
Dae
rah
d
ari
mu
lai
tin
gkat
d
esa,
ka
bu
pat
en/k
ota
sam
pai
den
gan
Pro
vin
si,
den
gan
m
enet
apka
n
Per
atu
ran
D
aera
h
yan
g su
dah
te
rhar
mo
nis
asi/
ters
inkr
on
isas
i d
enga
n
kete
ntu
an U
U in
i
Teta
p
Nam
un
p
erlu
d
iper
hat
ikan
p
erlu
nya
sin
kro
nis
asi
atau
h
arm
on
isas
i b
erb
agai
at
ura
n
dae
rah
b
aik
di
tin
gkat
d
esa,
ka
bu
pat
en/k
ota
dan
p
rovi
nsi
d
enga
n
atu
ran
UU
ini.
3.
Pas
al 7
5 jo
. Pas
al 7
6
Pas
al 7
5:
Pem
erin
tah
Pu
sat
dan
P
emer
inta
h D
aera
h
mel
aku
kan
pem
bin
aan
te
rhad
ap
lem
bag
a ya
ng
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang-
un
dan
gan
Asp
ek
koo
rdin
asi
kele
mb
agaa
n/t
ata
org
anis
asi
Efek
tivi
tas
koo
rdin
asi
anta
r in
stan
si
terk
ait
Ket
entu
an
Pas
al
75
d
an
Pas
al
76
ber
po
ten
si
seb
agai
p
asal
ka
ret,
ka
ren
a b
elu
m m
enge
lab
ora
si m
enge
nai
ben
tuk
pem
bin
aan
d
an
pen
gaw
asan
ap
a sa
ja
yan
g se
har
usn
ya
dila
kuka
n
un
tuk
mem
asti
kan
ter
sele
ngg
aran
ya t
ata
kelo
la
per
lind
un
gan
bu
ruh
mig
ran
Ind
on
esia
.
Har
us
dic
erm
ati
dan
diw
asp
adai
po
ten
si
tum
pan
g ti
nd
ih
kew
enan
gan
an
tar
Teta
p
1.
Per
lu
pen
ingk
atan
si
ner
gi
dan
ko
ord
inas
i an
tar
lem
bag
a.
2.
Per
lu
pen
gin
tegr
asia
n
dan
in
terk
on
eksi
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
12
0
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
terk
ait
den
gan
p
enem
pat
an
dan
P
elin
du
nga
n P
eker
ja
Mig
ran
Ind
on
esia
. P
emb
inaa
n
seb
agai
man
a d
imak
sud
p
ada
ayat
(1
) d
ilaks
anak
an
seca
ra
terp
adu
d
an
terk
oo
rdin
asi.
Ket
entu
an l
ebih
lan
jut
men
gen
ai p
emb
inaa
n
seb
agai
man
a d
imak
sud
p
ada
ayat
(1
) d
iatu
r d
enga
n
Per
atu
ran
P
emer
inta
h.
beb
erap
a le
mb
aga
yan
g m
em
pu
nya
i tu
gas
dan
fu
ngs
i te
rkai
t d
enga
n
pem
bin
aan
dan
pen
gaw
asan
.
Ole
h k
aren
a it
u p
erlu
dila
kuka
n s
iner
gi,
koo
rdin
asi,
pen
ingk
atan
ke
rja
sam
a,
term
asu
k m
emb
entu
k sa
tuan
tu
gas
bai
k d
i tin
gkat
pu
sat
mau
pu
n d
i dae
rah
dal
am
ran
gka
pen
cega
han
PM
I n
on
pro
sed
ura
l. H
al
ini
dip
erlu
kan
m
engi
nga
t lu
asn
ya
wila
yah
In
do
nes
ia
dim
ana
fakt
anya
b
anya
k “j
alan
tik
us”
di w
ilaya
h p
erb
atas
an
Ind
on
esia
d
enga
n
neg
ara
pen
em
pat
an.
Sela
in i
tu f
akta
mas
ih m
end
om
inas
inya
p
eran
ca
lo
atau
sp
on
sor
dal
am
per
ekru
tan
pek
erja
mig
ran
Ind
on
esia
.
(dis
amp
aika
n
ole
h
R
Wis
anto
ro
dar
i B
P2
MI
dal
am
Foru
m
Gro
up
D
iscu
ssio
n K
elo
mp
ok
Ker
ja
An
alis
is
dan
Ev
alu
asi
Hu
kum
te
rkai
t K
eim
igra
sian
d
i B
PH
N
tan
ggal
28
Ju
li 2
02
0)
dat
a p
eker
ja
mig
ran
In
do
nes
ia
anta
r K
/L
dar
i se
jak
di
des
a h
ingg
a ke
mb
ali
lagi
ke
Ind
on
esia
.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
12
1
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
4.
Per
atu
ran
kh
usu
s te
rkai
t p
erlin
du
nga
n
bu
ruh
m
igra
n
Ind
on
esia
(t
eru
tam
a p
erem
pu
an)
yan
g b
eker
ja
di
sekt
or
pek
erja
ru
mah
tan
gga
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang-
un
dan
gan
Asp
ek
Kek
oso
nga
n
Pen
gatu
ran
B
elu
m
ada
pen
gatu
ran
B
elu
m
adan
ya
per
atu
ran
ya
ng
khu
sus
men
gatu
r te
rkai
t h
al t
erse
bu
t, m
engi
nga
t m
ayo
rita
s b
uru
h
mig
ran
In
do
nes
ia
bek
erja
d
i se
kto
r in
i d
an
men
ghad
api
situ
asi y
ang
ren
tan
.
Keb
utu
han
p
enga
tura
n.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 122
3. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Penanaman modal merupakan bagian dari penyelenggaraan
perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan
pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan
kemampuan teknologi nasional, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan,
serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian
yang berdaya saing. Suasana kebatinan pembentukan Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Undang-Undang Penanaman Modal)
didasarkan pada semangat untuk menciptakan iklim penanaman modal yang
kondusif sehingga Undang-Undang tentang Penanaman Modal mengatur hal-hal
yang dinilai penting, antara lain yang terkait dengan cakupan undang-undang,
kebijakan dasar penanaman modal, bentuk badan usaha, perlakuan terhadap
penanaman modal, bidang usaha, serta keterkaitan pembangunan ekonomi
dengan pelaku ekonomi kerakyatan yang diwujudkan dalam pengaturan
mengenai pengembangan penanaman modal bagi usaha mikro, kecil,
menengah, dan koperasi, hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal,
serta fasilitas penanaman modal, pengesahan dan perizinan, koordinasi dan
pelaksanaan kebijakan penanaman modal yang di dalamnya mengatur mengenai
kelembagaan, penyelenggaraan urusan penanaman modal, dan ketentuan yang
mengatur tentang penyelesaian sengketa68.
Adapun ketentuan tentang fasilitas penanaman modal, diatur pada Bab X
Undang-Undang Penanaman Modal ini, yakni dari pasal 18 hingga pasal 24. Salah
satu bentuk fasilitas penanaman modal yang diatur pada Undang-Undang
Penanaman Modal ini adalah fasilitas pelayanan keimigrasian. Fasilitas
pelayanan keimigrasian sebagaimana dimaksud diberikan Direktorat Jenderal
Imigrasi atas dasar rekomendasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal
kepada penanaman modal yang membutuhkan tenaga kerja asing dalam
merealisasikan penanaman modal, penanaman modal yang membutuhkan
tenaga kerja asing yang bersifat sementara dalam rangka perbaikan mesin, alat
bantu produksi lainnya, dan pelayanan purnajual, dan calon penanam modal
yang akan melakukan penjajakan penanaman modal. Untuk penanam modal
asing diberikan fasilitas, yaitu:
68 Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 123
1. Pemberian izin tinggal terbatas bagi penanam modal asing selama 2 (dua)
tahun;
2. Pemberian alih status izin tinggal terbatas bagi penanam modal menjadi
izin tinggal tetap dapat dilakukan setelah tinggal di Indonesia selama 2
(dua) tahun berturut-turut;
3. Pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi
pemegang izin tinggal terbatas dan dengan masa berlaku 1 (satu) tahun
diberikan untuk jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan terhitung
sejak izin tinggal terbatas diberikan;
4. Pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi
pemegang izin tinggal terbatas dan dengan masa berlaku 2 (dua) tahun
diberikan untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan
terhitung sejak izin tinggal terbatas diberikan; dan
5. Pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi
pemegang izin tinggal tetap diberikan untuk jangka waktu paling lama 24
(dua puluh empat) bulan terhitung sejak izin tinggal tetap diberikan
Undang-Undang Penanaman Modal ini sudah berlaku selama 13 tahun,
yakni sejak diundangkan pada tahun 2007 hingga sekarang, oleh karena itu
dalam rangka analisis dan evaluasi hukum terkait dengan keimigrasian maka
pengaturan terkait fasilitas pelayanan keimigrasian dalam rangka penanaman
modal ini juga perlu dievaluasi. Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi hukum
yang dilakukan ditemukan beberapa hal yang perlu dicermati, yakni diantaranya
adanya integrasi aplikasi SIMKIM (Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian)
dengan OSS (Online Single Submission), sehingga dengan adanya integrasi
aplikasi tersebut telah meningkatkan pelayanan keimigrasian dalam rangka
penanaman modal di indonesia, dan oleh karenanya diharapkan dapat
mendukung terciptanya iklim penanaman modal yang kondusif. Selain itu belum
ada pengaturan yang jelas tentang fasilitas keimigrasian bagi pemegang saham,
direksi, dan/atau komisaris pada Undang-undang Penanaman Modal, oleh
karena itu maka pengaturan terkait substansi tersebut yang ada pada Peraturan
Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 5 tahun 2019 perlu diadopsi dalam
Undang-undang Penanaman Modal.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 124
Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi yang dilakukan, maka secara
umum direkomendasikan bahwa Undang-Undang Penanaman Modal ini belum
perlu diubah. Adapun total rekomendasi perubahan pengaturan terhadap
Undang-Undang Penanaman Modal ini adalah sebanyak 1 rekomendasi. Temuan
yang diulas pada Undang-Undang Penanaman Modal ini adalah terkait dengan
dimensi efektivitas pelaksanaan peraturan perundang-undangan (2 temuan
berdampak kecil). Berdasarkan jumlah dan dampak dari temuan tersebut maka
Undang-Undang Penanaman Modal ini masuk dalam kategori tidak mendesak,
artinya dapat dipertahankan, namun perlu dilakukan penyempurnaan terhadap
pasal yang menjadi temuan apabila akan dilakukan perubahan. Lebih detail hasil
analisis dan evaluasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
12
5
Tab
el A
nal
isis
dan
Eva
luas
i Un
dan
g-U
nd
ang
No
mo
r 2
5 ta
hu
n 2
007
ten
tan
g Pe
nan
aman
Mo
dal
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
1
Pas
al 2
3 a
yat
3
Un
tuk
pen
anam
m
od
al
asin
g d
iber
ikan
fa
silit
as,
yait
u:
a. p
emb
eria
n i
zin
tin
ggal
te
rbat
as
bag
i p
enan
am m
od
al a
sin
g se
larn
a 2
(d
ua)
tah
un
; b
. p
emb
eria
n a
lih s
tatu
s iz
in
tin
ggal
te
rbat
as
bag
i p
enan
am
mo
dal
m
enja
di
izin
ti
ngg
al
teta
p d
apat
dila
kuka
n
sete
lah
ti
ngg
al
di
Ind
on
esia
se
lam
a 2
(d
ua)
tah
un
b
ertu
rut-
tu
rut;
c.
pem
ber
ian
izi
n m
asu
k ke
mb
ali
un
tuk
beb
erap
a ka
li p
erja
lan
an
bag
i p
emeg
ang
izin
tin
ggal
te
rbat
as
dan
d
enga
n
mas
a b
erla
ku 1
(sa
tu)
tah
un
dib
erik
an u
ntu
k
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang-
u
nd
anga
n
Asp
ek
op
eras
ion
al
atau
tid
akn
ya
per
atu
ran
Dar
i seg
i p
erat
ura
n
pel
aksa
nan
ya
Pas
al
23
ay
at
3
Un
dan
g-u
nd
ang
Pen
anam
an
Mo
dal
in
i h
anya
m
enga
tur
fasi
litas
pel
ayan
an k
eim
igra
sian
ter
had
ap
pen
anam
an m
od
al s
aja,
sed
angk
an u
ntu
k te
nag
a ke
rja
asin
g ti
dak
d
iatu
r se
cara
sp
esif
ik
dan
o
leh
ka
ren
anya
m
engi
kuti
ke
ten
tuan
pad
a U
nd
ang-
un
dan
g N
om
or
13
tah
un
20
03
ten
tan
g K
eten
agak
erja
an.
Nam
un
dal
am p
erat
ura
n l
ebih
tek
nis
nya
, ya
kni
Per
atu
ran
B
adan
K
oo
rdin
asi
Pen
anam
an M
od
al N
om
or
5 t
ahu
n 2
01
9 te
nta
ng
Per
ub
ahan
Ata
s P
erat
ura
n B
adan
K
oo
rdin
asi
Pen
anam
an M
od
al N
om
or
6
Tah
un
20
18
Ten
tan
g P
edo
man
Dan
Tat
a C
ara
Per
izin
an d
an F
asili
tas
Pen
anam
an
Mo
dal
pad
a P
asal
48
, P
asal
49
, d
an P
asal
5
0, o
ran
g as
ing
seb
agai
pem
ega
ng
sah
am
yan
g m
enja
bat
se
bag
ai
dir
eksi
at
au
kom
isar
is
per
usa
haa
n
dan
o
ran
g as
ing
seb
agai
p
emeg
ang
sah
am
yan
g ti
dak
m
enja
bat
seb
agai
dir
eksi
ata
u k
om
isar
is
per
usa
haa
n
den
gan
kr
iter
ia
tert
entu
. Fa
silit
as
keim
igra
sian
ya
ng
dim
aksu
d
adal
ah:
Ub
ah.
Per
lu m
enga
do
psi
ke
ten
tuan
p
asal
4
8,
49
, d
an
50
P
erat
ura
n
BK
PM
N
om
or
5
tah
un
2
01
9 k
e d
alam
UU
in
i.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
12
6
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
jan
gka
wak
tu
pal
ing
lam
a 1
2
(du
a b
elas
) b
ula
n t
erh
itu
ng
seja
k iz
in
tin
ggal
te
rbat
as
dib
erik
an;
d.
pem
ber
ian
izi
n m
asu
k ke
mb
ali
un
tuk
beb
erap
a ka
li p
erja
lan
an
bag
i p
emeg
ang
izin
tin
ggal
te
rbat
as
dan
d
enga
n
mas
a b
erla
ku 2
(d
ua)
ta
hu
n d
iber
ikan
un
tuk
jan
gka
wak
tu
pal
ing
lam
a 2
4
(du
a p
ulu
h
emp
at)
bu
lan
te
rhit
un
g se
jak
izin
ti
ngg
al
terb
atas
d
iber
ikan
; dan
e.
pem
ber
ian
izi
n m
asu
k ke
mb
ali
un
tuk
beb
erap
a ka
li p
erja
lan
an
bag
i p
emeg
ang
izin
tin
ggal
te
tap
dib
erik
an u
ntu
k ja
ngk
a w
aktu
p
alin
g la
ma
24
(d
ua
pu
luh
a)
reko
men
das
i pem
ber
ian
vit
as;
b)
reko
men
das
i p
emb
eria
n
alih
st
atu
s iz
in
tin
ggal
ku
nju
nga
n
men
jad
i iz
in
tin
ggal
ter
bat
as; d
an
c)
reko
men
das
i p
emb
eria
n
alih
st
atu
s iz
in
tin
ggal
te
rbat
as
men
jad
i iz
in
tin
ggal
tet
ap.
Rel
aksa
si
pen
gatu
ran
in
i sa
nga
t b
aik
kare
na
men
cip
taka
n
kem
ud
ahan
d
alam
p
elak
san
aan
pen
anam
an m
od
al.
Hal
in
i p
enti
ng
kare
na
pem
egan
g sa
ham
, d
irek
si,
dan
/ata
u
kom
isar
is
mem
ang
mer
up
akan
ke
y p
erso
n
dal
am
men
jala
nka
n
suat
u
per
usa
haa
n,
khu
susn
ya
dal
am
ran
gka
pel
aksa
naa
n
pen
anam
an
mo
dal
. O
leh
ka
ren
a it
u
kete
ntu
an
dal
am
Per
atu
ran
B
adan
K
oo
rdin
asi
Pen
anam
an M
od
al N
om
or
5
tah
un
2
01
9
ini
per
lu
dia
do
psi
p
ada
Un
dan
g-u
nd
ang
Pen
anam
an M
od
al
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
12
7
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
emp
at)
bu
lan
te
rhit
un
g se
jak
izin
ti
ngg
al
teta
p
dib
erik
an.
2
Pas
al 2
3 a
yat
2
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang-
u
nd
anga
n
Asp
ek
Rel
evan
si
den
gan
si
tuas
i saa
t in
i
Pen
gatu
ran
d
alam
p
erat
ura
n
mas
ih
rele
van
u
ntu
k d
iber
laku
kan
se
cara
ef
isie
n.
Pad
a ta
hu
n
20
19
B
KP
M
dan
D
itje
n
Imig
rasi
m
elak
uka
n
inte
gras
i ap
likas
i SI
MK
IM
(Sis
tem
In
form
asi
Man
ajem
en
Kei
mig
rasi
an)
den
gan
O
SS.
Inte
gras
i ke
du
a si
stem
ap
likas
i in
i d
imak
sud
kan
u
ntu
k m
emu
dah
kan
in
vest
or
asin
g ya
ng
ingi
n
tin
ggal
se
men
tara
d
i In
do
nes
ia.
Den
gan
pen
gin
tegr
asia
n k
edu
a si
stem
ini
mak
a in
vest
or
asin
g at
au c
alo
n i
nve
sto
r as
ing
yan
g su
dah
m
enga
juka
n
pen
daf
tara
n d
i OSS
, sec
ara
oto
mat
is a
kan
m
end
apat
kan
fas
ilita
s ke
imig
rasi
an d
ari
Dit
jen
ta
np
a p
erlu
re
kom
end
asi
dar
i B
KP
M.
Nam
un
seb
agai
man
a d
iatu
r p
ada
Pas
al 2
3 a
yat
2 U
U P
enan
aman
Mo
dal
ini,
pem
ber
ian
fa
silit
as
keim
igra
sian
d
iber
ikan
ber
das
arka
n r
eko
men
das
i d
ari
BP
KM
. M
engi
nga
t p
erke
mb
anga
n s
iste
m
tekn
olo
gi
saat
in
i, p
enga
tura
n
reko
men
das
i d
ari
BK
PM
m
enja
di
tid
ak
rele
van
d
an
just
ru
dia
ngg
ap
mem
per
pan
jan
g ra
nta
i b
iro
kras
i,
Ub
ah
Pen
gatu
ran
ter
kait
re
kom
end
asi d
ari
BK
PM
dal
am
pem
ber
ian
fas
ilita
s ke
imig
rasi
an
dis
esu
aika
n.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
12
8
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
seh
ingg
a ke
ten
tuan
Pas
al 2
3 a
yat
2 U
U
Pen
anam
an M
od
al in
i seb
aikn
ya d
iub
ah.
3
Pas
al 2
3 a
yat
(1)
(1)
Kem
ud
ahan
p
elay
anan
d
an/a
tau
p
eriz
inan
at
as
fasi
litas
ke
imig
rasi
an
seb
agai
man
a d
imak
sud
d
alam
P
asal
2
1
hu
ruf
b
dap
at
dib
erik
an
un
tuk:
a.
pen
anam
an m
od
al
yan
g m
emb
utu
hka
n
ten
aga
kerj
aasi
ng
dal
am
mer
ealis
asik
an
pen
anan
an m
od
al;
…
(dan
set
eru
snya
)
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang-
u
nd
anga
n
Asp
ek
Tekn
olo
gi
Pen
un
jan
g P
elay
anan
Ket
erse
dia
an
dat
a ya
ng
len
gkap
dan
te
rdig
ital
isas
i.
Pad
a Se
pte
mb
er
tah
un
2
01
9
Bad
an
Ko
ord
inas
i P
enan
aman
M
od
al
(BK
PM
) b
ersi
ner
gi d
enga
n K
emen
kum
ham
un
tuk
sem
akin
mem
per
mu
dah
izi
n b
eru
sah
a d
i In
do
nes
ia.
Ked
uan
ya
men
and
atan
gan
i N
ota
ke
sep
aham
an
ten
tan
g In
tegr
asi
Sist
em P
eriz
inan
Ber
usa
ha
den
gan
Sis
tem
In
form
asi
Man
ajem
en
Kei
mig
rasi
an
Dal
am R
angk
a P
enin
gkat
an P
enan
aman
M
od
al.
BK
PM
d
an
Dit
jen
Im
igra
si
mel
aku
kan
in
tegr
asi
aplik
asi
SIM
KIM
(S
iste
m
Info
rmas
i M
anaj
emen
K
eim
igra
sian
) d
enga
n
OSS
. In
tegr
asi
ked
ua
sist
em
aplik
asi
ini
dim
aksu
dka
n
un
tuk
mem
ud
ahka
n i
nve
sto
r as
ing
yan
g in
gin
ti
ngg
al
sem
enta
ra
di
Ind
on
esia
. D
enga
n p
engi
nte
gras
ian
ked
ua
sist
em in
i m
aka
inve
sto
r as
ing
atau
cal
on
in
vest
or
asin
g ya
ng
sud
ah
men
gaju
kan
p
end
afta
ran
di O
SS, s
ecar
a o
tom
atis
aka
n
men
dap
atka
n f
asili
tas
keim
igra
sian
dar
i D
itje
n Im
igra
si, s
erta
dib
ebas
kan
pu
la d
ari
kew
ajib
an
mem
bay
ar
Dan
a P
enge
mb
anga
n
Kea
hlia
n
dan
K
eter
amp
ilan
(D
PK
K)
atau
ser
ing
dis
ebu
t
Teta
p
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
12
9
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
seb
agai
d
ana
kom
pen
sasi
p
engg
un
aan
te
nag
a ke
rja
asin
g.
Nam
un
fa
silit
as
ters
ebu
t h
anya
d
apat
d
ilaku
kan
u
ntu
k m
engu
rus
izin
p
ara
pem
egan
g sa
ham
ya
ng
mem
enu
hi
krit
eria
beb
as D
PK
K i
tu.
Sed
angk
an p
ara
exp
ert
atau
pek
erja
asi
ng
bia
sa d
i In
do
nes
ia y
ang
mau
men
guru
s iz
in t
ingg
al t
erb
atas
, te
tap
mel
alu
i TK
A
On
line
dan
te
tap
m
emb
ayar
D
PK
K.
Mes
kip
un
d
emik
ian
ad
anya
in
tegr
asi
aplik
asi
ters
ebu
t te
lah
m
enin
gkat
kan
p
elay
anan
ke
imig
rasi
an
dal
am
ran
gka
pen
anam
an m
od
al d
i In
do
nes
ia, d
an o
leh
ka
ren
anya
dih
arap
kan
dap
at m
end
uku
ng
terc
ipta
nya
iklim
pen
anam
an m
od
al y
ang
kon
du
sif.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 130
4. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (UU Sisnasiptek) menggantikan dan mencabut
Undang Undang Nomor 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang telah
berlaku selama 18 tahun karena sudah tidak memenuhi kebutuhan masyarakat
dan perkembangan zaman.
Era globalisasi membuka peluang terlaksananya kegiatan penelitian lintas
negara dengan tujuan mengembangkan ilmu pengetahuan serta memberikan
manfaat berupa alih teknologi dan alih ilmu pengetahuan. Dengan adanya
penelitian asing, negara setempat diharapkan dapat mempelajari dan
memperoleh pengalaman atau hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dilakukan oleh peneliti asing, baik perseorangan maupun
lembaga). Bagi peneliti asing, hasil penelitiannya dapat digunakan juga di
negaranya untuk dikembangkan.
Berkaitan dengan isu keimigrasian, pengaturan mengenai peneliti asing di
dalam UU Sisnasiptek menyediakan sejumlah instrumen pelindungan
kepentingan dalam negeri berupa kewajiban izin bagi peneliti asing serta
pengawasan dan penindakan terhadap peneliti asing. Dalam hal kewajiban bagi
peneliti asing untuk memperoleh izin, Pasal 75 UU Sisnasiptek menentukan tiga
hal, yaitu:
a. Penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan dapat
dilaksanakan oleh pihak asing, baik perseorangan maupun lembaga;
b. Pelaksanaan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan oleh
pihak asing wajib memperoleh dari Pemerintah Pusat; dan
c. Proses pemberian izin penelitian, pengembangan, pengkajian, dan
penerapan bagi pihak asing disertai dengan uji kelayakan etik oleh komisi
etik.
Selain diwajibkan memperoleh izin terlebih dahulu, dalam melaksanakan
kegiatan penelitian, peneliti asing juga wajib mematuhi sejumlah persyaratan
yang diatur dalam Pasal 76 UU Sisnasiptek, yaitu:
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 131
a. mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. menghasilkan keluaran yang memberi manfaat untuk bangsa Indonesia;
c. melibatkan sumber daya manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Indonesia dengan kapasitas ilmiah yang setara sebagai mitrakerja;
d. mencantumkan nama sumber daya manusia Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi di dalam setiap keluaran yang dihasilkan dalam kegiatan
bersama;
e. melakukan Alih Teknologi;
f. menyerahkan data primer kegiatan Penelitian, Pengembangan,
Pengkajian, dan Penerapan;
g. memberikan pembagian keuntungan secara proporsional sesuai dengan
kesepakatan para pihak yang berkepentingan; dan
h. membuat perjanjian tertulis tentang pengalihan material dalam rangka
pemindahan atau pengalihan material dalam bentuk fisik dan/atau digital.
Peneliti asing yang melakukan pelanggaran atas kewajiban-kewajiban
tersebut pada dasarnya akan dikenakan sanksi administratif sebagaimana diatur
dalam Pasal 91 UU Sisnasiptek. Namun, Pasal 92 UU Sisnasiptek memungkinkan
diterapkannya sanksi pidana apabila peneliti asing melakukan pelanggaran
berulang.
Terkait pengaturan sanksi pidana terhadap peneliti asing tersebut,
Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) berpandangan bahwa penerapan
sanksi pidana tidak sejalan dengan upaya Indonesia untuk mendorong kerja
sama riset internasional serta cenderung mengganggu kebebasan akademik.
Menurut AIPI, keberadaan pasal pidana khusus untuk peneliti asing juga
membuat Indonesia terkesan tidak bersahabat.69
Sebelumnya, dalam Undang Undang Nomor 18 tahun 2002 tentang
Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi, ancaman sanksi pidana hanya berlaku untuk kegiatan penelitian,
pengembangan, pengkajian, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang berisiko tinggi dan berbahaya yang dilakukan tanpa izin.70
69 Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pandangan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
terhadap Isu Kelembagaan, Pendanaan, dan Sanksi Pidana dalam RUU Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2019, hlm. 18.
70 Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pandangan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia terhadap Isu Kelembagaan, Pendanaan, dan Sanksi Pidana dalam RUU Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 132
Selain itu, Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2009 tentang Perizinan
Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Pengembangan dan Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi yang Berisiko Tinggi dan Berbahaya juga telah
mengatur secara ketat perizinan kegiatan penelitian yang berisiko tinggi dan
berbahaya. Misalnya, penelitian yang terkait pemanfaatan limbah radioaktif
aktivitas tinggi atau penelitian di daerah rawan konflik yang hasil penelitiannya
berpotensi membahayakan masyarakat.71
Terhadap ketentuan-ketentuan terkait isu keimigrasian dalam UU
Sisnasiptek, beberapa hal yang menjadi temuan dalam analisis dan evaluasi
hukum adalah sebagai berikut.
a. Penyebutan “Pemerintah Pusat” dalam pasal-pasal terkait izin penelitian
bagi peneliti asing perlu diperjelas dengan penyebutan secara spesifik
nama instansi Pemerintah Pusat yang bertanggung jawab. Hal ini penting
mengingat urusan pemerintahan di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi berada pada Kementerian Riset dan Teknologi sementara,
sementara fungsi pengawasan orang asing berada di bawah lingkup tugas
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
b. Ancaman sanksi pidana atas peneliti asing yang tidak mematuhi
kewajiban memperoleh izin penelitian perlu ditinjau dalam hal efektivitas
dan tingkat kesesuaian antara pelanggaran dan sanksi. Demi menjamin
iklim penelitian yang kondusif, sanksi atas pelanggaran izin dapat
diarahkan kepada sanksi administratif sebagaimana pengaturan dalam
Undang-Undang sebelumnya. Dalam hal peneliti asing melakukan
pelanggaran atau kejahatan ketika melakukan kegiatan penelitian di
Indonesia, peneliti asing tersebut tetap dapat ditindak berdasarkan Kitab
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) maupun ketentuan lain yang
mengatur tindak pidana sesuai perbuatannya.
c. Ancaman sanksi administratif berupa pencantuman seseorang dalam
daftar hitam sebagaimana diatur dalam Pasal 92 tidak sesuai dengan
bentuk sanksi administratif yang selama ini dikenal. Pencantuman dalam
daftar hitam lazimnya diterapkan sebagai bagian dari sanksi atas
kejahatan. Sementara melakukan Penelitian, Pengembangan, Pengkajian,
71 Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pandangan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
terhadap Isu Kelembagaan, Pendanaan, dan Sanksi Pidana dalam RUU Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 133
Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia tanpa izin lebih
tepat dikategorikan sebagai pelanggaran administratif.
Lebih detail hasil analisis dan evaluasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
13
4
Tab
el A
nal
isis
dan
Eva
luas
i Un
dan
g-U
nd
ang
No
mo
r 1
1 ta
hu
n 2
019
ten
tan
g Si
stem
Nas
ion
al Il
mu
Pen
geta
hu
an d
an T
ekn
olo
gi
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
1.
P
asal
75
ayat
(2
):
Pel
aksa
naa
n
Pen
elit
ian
, P
enge
mb
anga
n,
Pen
gkaj
ian
, P
ener
apan
o
leh
K
elem
bag
aan
Ilm
u
Pen
geta
hu
an d
an T
ekn
olo
gi
asin
g d
an/a
tau
ora
ng
asin
g se
bag
aim
ana
dim
aksu
d p
ada
ayat
(1
) w
ajib
mem
per
ole
h
izin
dar
i Pem
erin
tah
Pu
sat.
Kej
elas
an
rum
usa
n
Pen
ggu
naa
n
bah
asa,
is
tila
h, k
ata
Tid
ak
men
imb
ulk
an
amb
igu
itas
/ m
ult
itaf
sir.
Pen
yeb
uta
n
“Pem
erin
tah
P
usa
t”
per
lu d
iper
jela
s d
enga
n p
enye
bu
tan
se
cara
sp
esif
ik
pej
abat
ya
ng
ber
wen
ang
mem
ber
ikan
izin
.
Ub
ah
Men
gub
ah
fras
e
“Pem
erin
tah
P
usa
t”
men
jad
i n
ama
jab
atan
yan
g d
iber
ikan
ke
wen
anga
n u
ntu
k m
emb
erik
an iz
in.
2.
P
asal
86
ayat
(3
):
Sela
in
mel
aku
kan
p
enga
was
an
seb
agai
man
a d
imak
sud
ay
at
(1),
P
emer
inta
h
Pu
sat
mel
aku
kan
p
enga
was
an
terh
adap
keg
iata
n:
C.
Pen
elit
ian
, P
enge
mb
anga
n,
Pen
gkaj
ian
, P
ener
apan
se
rta
Inve
nsi
dan
Ino
vasi
ya
ng
dila
ksan
akan
ole
h:
Kej
elas
an
rum
usa
n
Pen
ggu
naa
n
bah
asa,
is
tila
h, k
ata
Tid
ak
men
imb
ulk
an
amb
igu
itas
/ m
ult
itaf
sir.
Pen
yeb
uta
n
“Pem
erin
tah
P
usa
t”
per
lu d
iper
jela
s d
enga
n p
enye
bu
tan
se
cara
sp
esif
ik
pej
abat
ya
ng
ber
wen
ang
mem
ber
ikan
izin
.
Ub
ah
Men
gub
ah
fras
e
“Pem
erin
tah
P
usa
t”
men
jad
i n
ama
jab
atan
yan
g d
iber
ikan
ke
wen
anga
n u
ntu
k m
emb
erik
an iz
in.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
13
5
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
1.
kele
mb
agaa
n
Ilmu
P
enge
tah
uan
d
an
Tekn
olo
gi
asin
g;
dan
/ata
u
2.
ora
ng
asin
g.
3.
P
asal
92
: Se
tiap
o
ran
g as
ing
yan
g m
elak
uka
n
Pen
elit
ian
, P
enge
mb
anga
n,
Pen
gkaj
ian
, P
ener
apan
Ilm
u
Pen
geta
hu
an d
an T
ekn
olo
gi
di
Ind
on
esia
ta
np
a iz
in
seb
agai
man
a d
imak
sud
d
alam
P
asal
7
5
ayat
(2
),
dik
enai
sa
nks
i ad
min
istr
atif
b
eru
pa
pen
can
tum
an d
alam
d
afta
r h
itam
o
ran
g as
ing
yan
g m
elak
uka
n
kegi
atan
P
enel
itia
n,
Pen
gem
ban
gan
, P
engk
ajia
n,
Pen
erap
an I
lmu
P
enge
tah
uan
dan
Tek
no
logi
d
i In
do
nes
ia.
Efek
tivi
tas
pel
aksa
naa
n
per
atu
ran
p
eru
nd
ang-
un
dan
gan
Asp
ek
rele
van
si
den
gan
sit
uas
i sa
at in
i
Pen
gatu
ran
d
alam
p
erat
ura
n
mas
ih
rele
van
u
ntu
k d
iber
laku
kan
se
cara
efi
sien
.
Pen
can
tum
an s
eseo
ran
g d
alam
daf
tar
hit
am m
eru
pak
an b
entu
k sa
nks
i at
as
keja
hat
an.
Sem
enta
ra
mel
aku
kan
P
enel
itia
n, P
enge
mb
anga
n,
Pen
gkaj
ian
, P
ener
apan
Ilm
u
Pen
geta
hu
an
dan
Te
kno
logi
d
i In
do
nes
ia
tan
pa
izin
le
bih
te
pat
d
ikat
ego
rika
n
seb
agai
p
elan
ggar
an
adm
inis
trat
if.
Pen
dek
atan
ya
ng
seh
aru
snya
d
ilaku
kan
bag
i p
enel
iti
asin
g ad
alah
m
emas
tika
n
alu
r b
iro
kras
i ya
ng
sed
erh
ana,
cep
at,
dan
bia
ya r
inga
n
dal
am p
emb
eria
n iz
in.
San
ksi
adm
inis
tras
i b
eru
pa
pen
can
tum
an
dal
am
daf
tar
hit
am
just
ru
dap
at
men
uru
nka
n
min
at
pen
elit
i as
ing
un
tuk
mel
aku
kan
P
enel
itia
n,
Pen
gem
ban
gan
, P
engk
ajia
n,
Pen
erap
an
Ilmu
P
enge
tah
uan
d
an
Tekn
olo
gi
di
Ind
on
esia
. M
inim
nya
ke
giat
an i
lmia
h
Ub
ah
Men
gub
ah
san
ksi
ber
up
a p
enca
ntu
man
d
alam
daf
tar
hit
am
men
jad
i sa
nks
i ad
min
istr
atif
b
erta
hap
ber
up
a:
a) t
egu
ran
lisa
n;
b)
tegu
ran
ter
tulis
; c)
pem
ber
hen
tian
se
men
tara
ke
giat
an; a
tau
d
) p
emb
atal
an
dan
/ata
u
pen
cab
uta
n i
zin
p
enel
itia
n
dan
p
enge
mb
anga
n.
Asp
ek s
tan
dar
o
per
asio
nal
p
elak
san
a
Ket
erse
dia
an
SOP
yan
g je
las,
le
ngk
ap
dan
b
enar
-ben
ar
dit
erap
kan
.
Asp
ek
dam
pak
p
elak
san
aan
p
erat
ura
n
a)
Dam
pak
te
rhad
ap
du
nia
usa
ha
b)
Dam
pak
so
sial
m
asya
raka
t
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
13
6
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
c)
Dam
pak
lin
gku
nga
n
ters
ebu
t b
erp
ote
nsi
m
emb
erik
an
dam
pak
n
egat
if
ber
up
a st
agn
asi
kegi
atan
p
erek
on
om
ian
, p
emb
erd
ayaa
n
mas
yara
kat,
d
an
pel
esta
rian
lin
gku
nga
n.
4.
P
asal
93
: D
alam
h
al
ora
ng
asin
g se
bag
aim
ana
dim
aksu
d
dal
am
Pas
al
92
m
elak
uka
n
pel
angg
aran
m
elak
uka
n
Pen
elit
ian
, P
enge
mb
anga
n,
Pen
gkaj
ian
, P
ener
apan
Ilm
u
Pen
geta
hu
an d
an T
ekn
olo
gi
di
Ind
on
esia
ta
np
a iz
in,
dip
idan
a d
enga
n
pid
ana
den
da
pal
ing
ban
yak
Rp
4.0
00
.00
0.0
00
(e
mp
at
mili
ar r
up
iah
).
Efek
tivi
tas
pel
aksa
naa
n
per
atu
ran
p
eru
nd
ang-
un
dan
gan
Asp
ek
pen
egak
an
hu
kum
Ras
ion
alit
as
san
ksi p
idan
a K
eten
tuan
in
i m
eru
pak
an
ben
tuk
krim
inal
isas
i at
as
per
bu
atan
ya
ng
tid
ak
terg
olo
ng
seb
agai
ke
jah
atan
. P
enga
tura
n
di
dal
am
Per
atu
ran
P
emer
inta
h
No
mo
r 4
1
Tah
un
20
06
te
nta
ng
Per
izin
an
Mel
aku
kan
K
egia
tan
P
enel
itia
n
dan
P
enge
mb
anga
n b
agi P
ergu
ruan
Tin
ggi
Asi
ng,
Le
mb
aga
Pen
elit
ian
d
an
Pen
gem
ban
gan
Asi
ng,
Bad
an U
sah
a A
sin
g, d
an O
ran
g A
sin
g le
bih
rel
evan
u
ntu
k d
igu
nak
an
dal
am
pas
al
ini.
Men
uru
t P
P i
tu,
kegi
atan
ilm
iah
yan
g d
ilaku
kan
ta
np
a iz
in
mer
up
akan
p
elan
ggar
an
adm
inis
trat
if,
seh
ingg
a sa
nks
i ya
ng
dib
erik
an a
dal
ah s
anks
i ad
min
istr
atif
.
Hap
us
(Lih
at r
eko
men
das
i P
asal
92
)
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 137
5. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 51 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian
Diundangkannya UU Keimigrasian Tahun 2011 menjadi titik tolak
perubahan yang cukup progresif terkait kebijakan keimigrasian di Indonesia.
Beberapa ketentuan di dalamnya memerintahkan pengaturan lebih lanjut dalam
PP, antara lain mengenai:
1. Persyaratan dan tata cara masuk dan keluar wilayah Indonesia
2. Tata cara dan persyaratan pemberian, penarikan, pembatalan,
pencabutan, penggantian serta pengadaan blangko dan standarisasi
Dokumen Perjalanan RI,
3. Persyaratan dan tata cara permohonan, jenis kegiatan, dan jangka waktu
via, serta tata cara pemberian tanda masuk,
4. Tata cara dan persyaratan permohonan, jangka waktu, pemberian,
perpanjangan, atau pembatalan Izin Tinggal, dan alih status Izin Tinggal
5. Pengawasan Keimigrasian, Intelijen Keimigrasian, Rumah Detensi Imigrasi
dan Ruang Detensi Imigrasi, serta penanganan terhadap korban
perdagangan orang dan Penyelundupan Manusia,
6. Pelaksanaan Pencegahan dan Penangkalan,
7. Persyaratan, tata cara pengangkatan PPNS Keimigrasian, dan administrasi
penyidikan.
Oleh karena itu ditetapkanlah Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian yang semangatnya sejalan dengan reformasi regulasi dimana
beberapa materi muatan tersebut di atas digabungkan pengaturannya ke dalam
PP ini dengan tujuan agar lebih efisien dan terintegrasi serta memudahkan pihak-
pihak yang berkepentingan untuk memahami materi yang diatur.
Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, yang pada tanggal
28 Juni 2016 diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2016, telah
mencabut beberapa peraturan pemerintah terkait yaitu:
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 138
1. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1994 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pencegahan dan Penangkalan
2. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994 tentang Pengawasan Orang
Asing dan Tindakan Keimigrasian
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1994 tentang Visa, Izin Masuk,
dan Izin Keimigrasian sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2005 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1994 tentang Visa,
Izin Masuk, dan Izin Keimigrasian
4. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1994 tentang Surat Perjalanan
Republik Indonesia
5. Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1998 tentang Kemudahan bagi
Wisatawan Lanjut usia Manca Negara.
Perubahan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2016 dilakukan dalam hal untuk
memberikan kemudahan bagi eks WNI dan keluarganya berupa perpanjangan
izin tinggal kunjungan serta untuk memenuhi dinamika yang berkembang di
dunia internasional terkait dengan penambahan jangka waktu visa kunjungan
bagi orang asing. Perubahan dilakukan terhadap ketentuan mengenai masa
berlaku visa kunjungan untuk beberapa perjalanan dan mengenai ketentuan izin
tinggal kunjungan bagi pemegang visa kunjungan beberapa kali perjalanan.
Kemudian pada tahun 2020 ini dilakukan kembali Perubahan Kedua yaitu
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian.
Dari hasil analisa terhadap PP ini terdapat beberapa temuan signifikan
yang dapat menjadi masukan apabila akan dilakukan perubahan. Temuan
tersebut antara lain:
1. Perlu adanya penjelasan atau batasan dari penyakit menular yang
membahayakan kesehatan umum yang dimaksud dalam PP ini.
Virus Corona saat ini merupakan jenis penyakit yang menjadi pandemi
global, dimana hampir seluruh negara di dunia memberikan perhatian
lebih/aware terhadap virus ini dengan mengeluarkan kebijakan yang
mengedepankan prinsip kehati-hatian, termasuk Indonesia melalui
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 139
pembatasan sementara masuknya orang asing ke wilayah Indonesia,
serta kebijakan pemberian skema khusus yang memberikan kemudahan
izin tinggal bagi orang asing yang berada di Indonesia. Di samping itu
mengingat pembangunan nasional dan perputaran ekonomi nasional
perlu dijaga agar tidak mengalami stagnasi, maka dari sisi Keimigrasian
perlu diambil kebijakan dan langkah-langkah yang berimbang.
Kementerian Hukum dan HAM c.q. Direktorat Jenderal Imigrasi telah
melakukan upaya responsif dan adaptif dalam pencegahan penyebaran
Covid-19 dengan menerbitkan beberapa peraturan Menteri dan surat
edaran terkait dengan pelayanan keimigrasian selama pandemik
berlangsung, antara lain:
a. Permenkumham Nomor 3 Tahun 2020 tentang Penghentian
Sementara Bebas Visa Kunjungan, Visa dan Pemberian Izin Tinggal
Keadaan Terpaksa bagi Warga Negara Republik Rakyat Tiongkok
yang berlaku pada tanggal 04 Februari 2020;
b. Permenkumham Nomor 7 Tahun 2020 tentang Pemberian Visa dan
Izin Tinggal Dalam Upaya Pencegahan Masuknya Virus Corona yang
berlaku pada tanggal 28 Februari 2020;
c. Permenkumham Nomor 8 Tahun 2020 tentang Penghentian
Sementara Bebas Visa Kunjungan dan Visa Kunjungan Saat
Kedatangan serta Pemberian Izin Tinggal Keadaan Terpaksa yang
berlaku pada tanggal 19 Maret 2020
d. Permenkumham Nomor 11 Tahun 2020 tentang Pelarangan
Sementara Orang Asing Masuk Wilayah Negara Republik Indonesia
yang berlaku pada tanggal 02 April 2020;
e. Untuk menjadi pedoman pelaksanaan peraturan Menteri Hukum
dan HAM tersebut di atas Direktur Jenderal Imigrasi juga telah
menerbitkan Surat Edaran Nomor IMI-GR-.01.01-2325 Tahun 2020
tentang Pelarangan Sementara Orang Asing Masuk Wilayah Negara
Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian
dan perubahannya prinsipnya juga sudah mencerminkan prinsip kehati-
hatian, terutama di Pasal 109 jo. Pasal 158 dimana Pejabat Imigrasi dapat
menolak permohonan pemberian visa kepada orang asing dan pemberian
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 140
atau perpanjangan izin tinggal kunjungan, izin tinggal terbatas, dan izin
tinggal tetap dalam hal menderita gangguan jiwa atau penyakit menular
yang membahayakan kesehatan umum.
Namun sayangnya dalam PP ini tidak ditemukan definisi/batasan/kriteria
apa yang dimaksud penyakit menular yang membahayakan kesehatan
umum. Batasan atau definisi ini penting untuk menjadi
pedoman/panduan bagi pejabat imigrasi sebagai garda terdepan untuk
memberikan pelindungan bagi negara dan masyarakat Indonesia dari
penyebaran penyakit menular yang dapat membahayakan kesehatan
masyarakat dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian dan
pelindungan bagi masyarakat umum. Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1984 tentang Wabah Penyakit Menular yang menjadi rujukan tentang apa
yang dimaksud dengan penyakit menular. Dalam Pasal 1-nya disebutkan
bahwa Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut wabah adalah
kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan
yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka. Ketentuan ini kemudian secara lebih terperinci dijelaskan
dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 82 Tahun 2014 tentang
Penanggulangan Penyakit Menular tentang definisi penyakit menular dan
jenis penyakit yang dikategorikan sebagai penyakit menular. Oleh karena
itu untuk memberikan kejelasan tentang penyakit menular yang
membahayakan kesehatan umum sebagaimana dimaksud dalam PP ini
maka perlu disebutkan dalam penjelasan pasal peraturan perundang-
undangan lain (Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah
Penyakit Menular) sebagai rujukan yang memberikan batasan atau
definisi mengenai penyakit menular.
2. Mewajibkan syarat surat keterangan sehat yang dikeluarkan oleh
lembaga resmi yang berwenang bagi orang asing yang hendak masuk ke
wilayah Indonesia.
Dengan berkaca pada pengalaman kondisi pandemi Corona ini dan juga
sebagai bentuk menjalankan prinsip kehati-hatian dan kewajiban
memberikan pelindungan bagi negara Indonesia dan masyarakatnya
maka surat keterangan sehat/surat keterangan tidak menderita penyakit
menular dari lembaga yang berwenang suatu negara dirasa penting
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 141
sebagai syarat masuknya orang asing ke Indonesia. Jadi ketika Corona
menjadi pandemi global secara otomatis setiap WNA yang mengajukan
visa akan dimintakan certificate of health dari lembaga berwenang.
Namun selain virus Corona tentunya juga ada beberapa penyakit menular
lain yang membahayakan kesehatan umum namun tidak menjadi
pandemi yang bersifat global, sehingga dalam kondisi normal pengajuan
permohonan visa kunjungan dan vitas tidak dipersyaratkan surat
keterangan sehat ini (Lihat Pasal 90 jo. Pasal 103). Syarat surat keterangan
sehat ini hanya ditemukan dalam pengaturan pengajuan permohonan
visa diplomatik dan visa dinas (Pasal 78 jo. Pasal 84), namun tidak
ditemukan dalam visa kunjungan dan vitas .
3. Penguatan upaya pencegahan dini dalam rangka mencegah Transnational
Organized Crime (TOC)/Kejahatan transnasional terorganisasi.
TOC merupakan tindakan kejahatan yang mempunyai akar dan jaringan
kompleks dan tidak hanya bisa didekati dengan pendekatan kelembagaan
melalui penegakan hukum semata. Keterlibatan komunitas masyarakat
dan kerja sama instansi terkait mutlak harus dilakukan. Kerja sama antar
Kementerian Lembaga dan antarnegara dalam penanganan isu-isu aktual
keimigrasian merupakan suatu keniscayaan (inevitable). Sebagai contoh,
memecahkan kasus kejahatan lintas negara (transnational crime)
mungkin menjadi mustahil tanpa kerja sama aparat penegak hukum dan
pengawas perbatasan (border control officer) dalam bentuk sharing
informasi, data intelijen serta best practices. Penguatan Kerja Sama
Bilateral antara Ditjen Imigrasi dengan Kementerian/Lembaga dan
Instansi Keimigrasian Negara Mitra serta Peran Aktif Ditjen Imigrasi dalam
forum-forum Kerja Sama Multilateral telah terbukti efektif dalam
menjawab berbagai tantangan serta isu-isu aktual di bidang keimigrasian.
Ketentuan Pasal 172 ayat (4) Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian dan perubahannya yang mengatur bahwa pengawasan
keimigrasian terhadap orang asing dilakukan pada saat permohonan visa,
masuk atau keluar wilayah Indonesia, pemberian izin tinggal dan berada
dan melakukan kegiatan di Indonesia. Tahapan permohonan visa
merupakan tahap paling krusial untuk mencegah TOC. Permenkumham
No. 24 Tahun 2016 tentang Prosedur Teknis Permohonan dan Pemberian
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 142
Visa Kunjungan dan Visa Tinggal Terbatas mengatur bahwa pemberian
Visa Kunjungan yang diajukan oleh orang asing dilaksanakan setelah
melalui, salah satunya, “penelitian latar belakang orang asing melalui
media elektronik atau media lainnya serta arsip layanan keimigrasian
sebagai pertimbangan risiko akan dampak kedatangan orang asing ke
Indonesia terhadap keamanan, ketertiban, ekonomi, sosial, politik, dan
budaya Indonesia” (Pasal 17, 18, 19, dan 20). Penelitian latar belakang
yang dilakukan yang tidak tersistem seperti ini tentunya tidak cukup
menjadi dasar yang valid untuk memutuskan permohonan visa yang
diajukan. Perlu ada sistem data terintegrasi yang secara komprehensif
dan dapat dipertanggungjawabkan yang seharusnya data tersebut
langsung dapat diakses ketika warga negara asing mengajukan
permohonan visa.
4. Perlunya memperkuat keberadaan TIMPORA dengan menerbitkan dasar
hukum yang lebih tinggi.
Pengawasan terhadap orang asing perlu berkoordinasi dan keterlibatan
dari semua pihak termasuk kementerian/lembaga terkait. Oleh karena itu
sebagai amanat UU Keimigrasian Tahun 2011 dibentuklah TIMPORA
sebagaimana diatur dalam Pasal 194 Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011
tentang Keimigrasian. Tim pengawasan Orang Asing sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 194 dibentuk di pusat dan daerah pada provinsi,
kabupaten/kota, atau kecamatan. Kementerian Hukum dan HAM hingga
saat ini telah membentuk TIMPORA di 33 (tiga puluh tiga) Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM RI. TIMPORA dibentuk hingga tingkat
kecamatan yang terdiri dari berbagai unsur yang diatur di dalam undang-
undang. Kegiatan pengawasan orang asing tersebut dilaksanakan dengan
melibatkan TIMPORA yang telah ada di seluruh Indonesia, saat ini
pembentukan Tim pengawasan orang asing telah mencapai 97%, hanya 4
Kantor Imigrasi baru yang belum memiliki TIMPORA yaitu Kantor Imigrasi
Kelas III Kerinci, Kantor Imigrasi Kelas III Ketapang, Kantor Imigrasi Kelas
III Bima dan Kantor Imigrasi Kelas III Palopo. Saat ini telah terbentuk 613
(enam ratus tiga belas) TIMPORA serta 224 (dua ratus dua puluh empat)
Sekretariat TIMPORA baik di Kantor Wilayah maupun Kantor Imigrasi di
seluruh wilayah Indonesia. Direktorat Jenderal Imigrasi juga sudah
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 143
membangun sistem pelaporan orang asing secara online, tujuannya untuk
memudahkan semua pihak untuk melaporkan keberadaan dan kegiatan
orang asing tersebut agar mudah diakses yaitu http//:apoa.imigrasi.go.id.
Pihak imigrasi juga sudah melakukan sosialisasi hingga lintas
kementerian/lembaga, asosiasi hotel/penginapan/ apartemen/ asosiasi
restoran hingga masyarakat umum.
Dalam Pasal 200 Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian,
salah satu tugas TIMPORA adalah memberikan saran dan pertimbangan
kepada instansi dan/atau Lembaga pemerintahan terkait, mengenai hal
yang berkaitan dengan pengawasan orang asing. Batasan tugas TIMPORA
hanya pada pemberian saran dan pertimbangan kurang memperkuat
posisi TIMPORA dalam melakukan pengawasan terhadap orang asing.
Oleh karena itu, untuk memperkuat keberadaan TIMPORA perlu
diterbitkan dasar hukum yang lebih tinggi (selama ini hanya diatur dalam
Permenkumham Nomor 50 Tahun 2016 tentang Tim Pengawasan Orang
Asing) sehingga dapat mencakup tugas dan fungsi pengawasan dan
penindakan terhadap orang asing pada stakeholder terkait lainnya.
Selain itu, terkait TIMPORA dari beberapa hasil kajian yang menyoroti
efektivitas kerja TIMPORA beberapa temuan yang perlu diperhatikan
antara lain: TIMPORA tidak memiliki konsep pengawasan atau mekanisme
kerja yang jelas, Keterlibatan instansi lain di dalam wadah TIMPORA baru
sebatas pemberi masukan yang dikoordinasikan, masih terbatasnya
jumlah personil, minimnya kompetensi yang dimiliki oleh anggota
TIMPORA/ sumber daya manusia kurang profesional (permasalahan
ketika melakukan pemantauan, pengecekan, kegiatan intelijen),
permasalahan anggaran yang minim, masalah koordinasi baik koordinasi
internal maupun eksternal/masih adanya ego sektoral.
5. Perlunya peningkatan kompetensi Pejabat Dinas Luar Negeri.
Dalam Pasal 94 Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian
disebutkan bahwa: “Dalam hal pada Perwakilan Republik Indonesia belum
ada Pejabat Imigrasi yang ditunjuk, pemeriksaan persyaratan dan
penerbitan Visa kunjungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 dan
Pasal 93 dilaksanakan oleh Pejabat Dinas Luar Negeri yang telah
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 144
mendapatkan pengetahuan melalui pelatihan di bidang Keimigrasian.”
Lebih lanjut Pasal 105 ayat (2) Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian: “Pejabat Dinas Luar Negeri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terlebih dahulu mendapatkan pengetahuan melalui pelatihan di
bidang Keimigrasian.” Dalam implementasinya, kurangnya kompetensi
PDLN dalam penerbitan visa kunjungan dan vitas berakibat
ketidaksesuaian maksud dan tujuan kegiatan orang asing dengan jenis
visa yang diberikan. Selain itu, pelaporan visa kunjungan dan vitas yang
tidak terlaksana dengan baik oleh PDLN dapat berakibat masuknya orang
asing yang tidak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di
Indonesia.
6. Peninjauan terhadap ketentuan masa berlaku paspor biasa
Dalam Pasal 51 Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian
disebutkan masa berlaku paspor biasa paling lama 5 tahun sejak tanggal
diterbitkan. Dalam pelaksanaannya sampai dengan saat ini selalu terjadi
antrean panjang pelayanan paspor di Kantor Imigrasi yang berakibat
beban kerja yang besar pada Kantor Imigrasi yang menerbitkan paspor
dan juga perwakilan negara RI di luar negeri yang melayani pergantian
paspor para PMI dan para pelajar. Selain itu, perpanjangan masa berlaku
paspor biasa bertujuan untuk menghemat biaya pencetakan dimana
jumlah pemohon paspor biasa terus meningkat tiap tahun. Oleh karena
itu, Direktorat Jenderal Imigrasi mengupayakan pemberlakuan paspor
biasa dengan masa berlaku 10 tahun dengan menerbitkan Peraturan
Pemerintah Nomor 51 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua atas
Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.
Lebih detail hasil analisis dan evaluasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
14
5
Tab
el A
nal
isis
dan
Eva
luas
i Per
atu
ran
Pem
erin
tah
No
mo
r 3
1 Ta
hu
n 2
013
Ten
tan
g P
erat
ura
n P
elak
san
aan
Un
dan
g-u
nd
ang
No
mo
r 6
Tah
un
201
1 Te
nta
ng
Keim
igra
sian
seb
agai
man
a d
iub
ah b
eber
apa
kali
tera
khir
den
gan
Per
atu
ran
Pem
erin
tah
No
mo
r 51
Tah
un
202
0
ten
tan
g Pe
rub
ahan
Ked
ua
Ata
s Pe
ratu
ran
Pem
erin
tah
No
mo
r 3
1 Ta
hu
n 2
013
Ten
tan
g Pe
ratu
ran
Pel
aksa
naa
n U
nd
ang-
un
dan
g N
om
or
6 T
ahu
n 2
011
Ten
tan
g Ke
imig
rasi
an
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
1.
P
asal
25
(1
) P
ejab
at I
mig
rasi
men
ola
k O
ran
g A
sin
g u
ntu
k m
asu
k W
ilaya
h I
nd
on
esia
dal
am
hal
Ora
ng
Asi
ng
ters
ebu
t:
a.
nam
anya
te
rcan
tum
d
alam
d
afta
r P
enan
gkal
an;
b.
tid
ak
mem
iliki
D
oku
men
Per
jala
nan
ya
ng
sah
dan
mas
ih
ber
laku
; c.
m
emili
ki
Do
kum
en
Kei
mig
rasi
an
yan
g p
alsu
; d
. ti
dak
m
emili
ki
Vis
a,
kecu
ali
yan
g d
ibeb
aska
n
dar
i ke
waj
iban
m
emili
ki
Vis
a;
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang
- U
nd
anga
n
Asp
ek
Rel
evan
si
den
gan
si
tuas
i sa
at
ini
Pen
gatu
ran
d
alam
p
erat
ura
n
mas
ih
rele
van
u
ntu
k d
iber
laku
kan
se
cara
efi
sien
.
Men
uru
t p
asal
in
i, P
ejab
at I
mig
rasi
dap
at
men
ola
k o
ran
g as
ing
mem
asu
ki w
ilaya
h
Ind
on
esia
dal
am h
al o
ran
g as
ing
ters
ebu
t ya
ng
men
der
ita
pen
yaki
t m
enu
lar
yan
g m
emb
ahay
akan
kes
ehat
an u
mu
m.
Leb
ih
lan
jut
dal
am P
asal
10
9,
terh
adap
ora
ng
asin
g ya
ng
men
der
ita
pen
yaki
t m
enu
lar
per
mo
ho
nan
p
emb
eria
n
visa
d
apat
d
ito
lak
ole
h P
DLN
ata
u P
I. H
al i
ni
seja
lan
d
enga
n k
eten
tuan
dal
am U
U K
eim
igra
sian
Ta
hu
n 2
01
1.
Terk
ait
den
gan
ko
nd
isi
saat
in
i d
iman
a w
abah
vi
rus
Co
ron
a
tela
h
men
jad
i p
and
emi
di
ham
pir
se
luru
h
neg
ara
di
du
nia
te
rmas
uk
di
Ind
on
esia
m
aka
Ind
on
esia
te
ntu
nya
ak
an
men
erap
kan
p
rin
sip
ke
hat
i-h
atia
n.
Di
beb
erap
a te
mp
at k
edat
anga
n o
ran
g as
ing
sud
ah
dis
edia
kan
al
at
pen
guku
r su
hu
tu
bu
h,
dan
ala
t2 p
end
etek
si l
ain
nya
. D
ari
kete
ran
gan
ya
ng
dis
amp
aika
n
ole
h
Dr.
R
on
ny
F So
mp
ie, S
.H.,M
.H (
Man
tan
Dit
jen
Ub
ah
Pen
jela
san
p
asal
. D
alam
P
enje
lasa
n
Pas
al
per
lu
men
amb
ahka
n
per
atu
ran
p
eru
nd
ang-
un
dan
gan
la
in
seb
agai
ru
juka
n
yan
g m
em
ber
ikan
b
atas
an a
tau
def
inis
i m
enge
nai
p
enya
kit
men
ula
r.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
14
6
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
e.
tela
h
mem
ber
i ke
tera
nga
n
yan
g ti
dak
b
enar
d
alam
m
emp
ero
leh
Vis
a;
f.
men
der
ita
pen
yaki
t m
enu
lar
yan
g m
emb
ahay
akan
ke
seh
atan
um
um
; g.
te
rlib
at
keja
hat
an
inte
rnas
ion
al
dan
ti
nd
ak
pid
ana
tran
snas
ion
al
yan
g te
rorg
anis
asi;
h.
term
asu
k d
alam
d
afta
r p
enca
rian
o
ran
g u
ntu
k d
itan
gkap
dar
i su
atu
n
egar
a as
ing;
i.
te
rlib
at
dal
am
kegi
atan
m
akar
te
rhad
ap P
emer
inta
h
Rep
ub
lik
Ind
on
esia
; at
au
j. te
rmas
uk
dal
am
jari
nga
n p
rakt
ik a
tau
ke
giat
an
pro
stit
usi
, p
erd
agan
gan
o
ran
g,
Imig
rasi
yan
g se
kara
ng
men
jab
at s
ebag
ai
An
alis
Kei
mig
rasi
an U
tam
a) d
alam
rap
at
nar
asu
mb
er
yan
g d
iad
akan
o
leh
P
okj
a m
enya
mp
aika
n
di
ten
gah
ko
nd
isi
pan
dem
i gl
ob
al
kare
na
Co
vid
1
9,
Kem
ente
rian
H
uku
m
dan
H
AM
c.
q
Dir
ekto
rat
Jen
der
al
Imig
rasi
te
lah
m
elak
uka
n u
pay
a re
spo
nsi
f d
an a
dap
tif
dal
am p
ence
gah
am p
enye
bar
an C
ovi
d-1
9
mel
alu
i :
a)
Per
men
kum
ham
N
om
or
3
Tah
un
2
02
0
ten
tan
g P
engh
enti
an
Sem
enta
ra
Beb
as
Vis
a K
un
jun
gan
, V
isa
dan
P
emb
eria
n
Izin
Ti
ngg
al
Kea
daa
n
Terp
aksa
b
agi
War
ga
Neg
ara
Rep
ub
lik
Rak
yat
Tio
ngk
ok
yan
g b
erla
ku
pad
a ta
ngg
al
04
Fe
bru
ari
20
20
; b
) P
erm
enku
mh
am
No
mo
r 7
Ta
hu
n
20
20
te
nta
ng
Pem
ber
ian
Vis
a d
an I
zin
Tin
ggal
D
alam
U
pay
a P
ence
gah
an
Mas
ukn
ya
Vir
us
Co
ron
a ya
ng
ber
laku
pad
a ta
ngg
al
28
Fe
bru
ari
20
20
; c)
P
erm
enku
mh
am
No
mo
r 8
Ta
hu
n
20
20
te
nta
ng
Pen
ghen
tian
Se
men
tara
B
ebas
V
isa
Ku
nju
nga
n
dan
V
isa
Ku
nju
nga
n
Saat
K
edat
anga
n s
erta
Pem
ber
ian
Izi
n T
ingg
al
Kea
daa
n
Terp
aksa
ya
ng
ber
laku
p
ada
tan
ggal
1
9
Mar
et
20
20
d
)
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
14
7
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
dan
P
enye
lun
du
pan
M
anu
sia.
(2
)
Ora
ng
Asi
ng
yan
g d
ito
lak
mas
uk
seb
agai
man
a d
imak
sud
pad
a ay
at (
1)
dit
emp
atka
n
dal
am
pen
gaw
asan
se
men
tara
m
enu
ngg
u
pro
ses
pem
ula
nga
n
yan
g b
ersa
ngk
uta
n.
Per
men
kum
ham
No
mo
r 1
1 T
ahu
n 2
02
0
ten
tan
g P
elar
anga
n
Sem
enta
ra
Ora
ng
Asi
ng
Mas
uk
Wila
yah
N
egar
a R
epu
blik
In
do
nes
ia y
ang
ber
laku
pad
a ta
ngg
al 0
2
Ap
ril
20
20
; d
an
Sura
t Ed
aran
D
itje
n
Imig
rasi
N
om
or
IMI-
GR
-.0
1.0
1-2
32
5
Tah
un
2
02
0
ten
tan
g P
elar
anga
n
Sem
enta
ra O
ran
g A
sin
g M
asu
k W
ilaya
h
Neg
ara
Rep
ub
lik In
do
nes
ia. N
amu
n d
alam
p
rakt
ikn
ya t
erka
it p
erlin
tasa
n o
ran
g as
ing
di
mas
a aw
al
mer
ebak
nya
p
and
emi
coro
na
yan
g d
iatu
r p
ada
Pera
tura
n
Men
teri
Hu
kum
dan
HA
M R
I N
om
or
7
Tah
un
2
02
0
ten
tan
g P
emb
eria
n
Izin
Ti
ngg
al
dal
am
Up
aya
Pen
cega
han
M
asu
knya
Vir
us
Co
ron
a. B
ahw
a ke
bija
kan
p
emer
inta
h s
aat
itu
han
ya m
engh
enti
kan
se
men
tara
p
emb
eria
n
beb
as
visa
ku
nju
nga
n
dan
vi
sa
kun
jun
gan
sa
at
ked
atan
gan
se
dan
gkan
vi
sa
kun
jun
gan
d
an v
itas
mas
ih m
un
gkin
un
tuk
dib
erik
an
di
Per
wak
ilan
R
epu
blik
In
do
nes
ia,
seh
ingg
a m
asih
dim
un
gkin
kan
bag
i o
ran
g as
ing
(ter
mas
uk
TKA
) u
ntu
k m
asu
k ke
In
do
nes
ia a
pab
ila d
oku
men
kei
mig
rasi
an
len
gkap
den
gan
dis
erta
i su
rat
kete
ran
gan
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
14
8
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
kese
hat
an
(cer
tifi
cate
o
f h
ealt
h)
dar
i n
egar
a as
aln
ya.
Nam
un
d
emik
ian
ya
ng
per
lu
men
jad
i p
erh
atia
n a
dal
ah a
dan
ya j
enis
pen
yaki
t m
enu
lar
lain
yan
g ju
ga p
atu
t d
iwas
pad
ai
kare
na
tid
ak
men
jad
i p
and
emi
glo
bal
, m
isal
nya
: p
enya
kit
yan
g d
iseb
abka
n o
leh
vi
rus
atau
bak
teri
lai
n y
ang
juga
dap
at
mem
bah
ayak
an m
asya
raka
t. B
aik
dal
am
PP
in
i m
aup
un
UU
Kei
mig
rasi
an
Tah
un
2
01
1
tid
ak
dit
emu
kan
d
efin
isi
atau
b
atas
an y
ang
dim
aksu
d d
enga
n p
enya
kit
men
ula
r se
bag
aim
ana
dis
ebu
tkan
dal
am
per
atu
ran
ini.
2.
P
asal
26
– P
asal
89
-
- -
- Te
tap
3.
P
asal
90
P
erm
oh
on
an
Vis
a ku
nju
nga
n
dia
juka
n k
epad
a M
ente
ri a
tau
P
ejab
at Im
igra
si y
ang
dit
un
juk
pad
a P
erw
akila
n
Rep
ub
lik
Ind
on
esia
d
enga
n
men
gisi
ap
likas
i dat
a d
an m
elam
pir
kan
p
ersy
arat
an:
a.
pas
po
r ya
ng
sah
dan
mas
ih
ber
laku
p
alin
g si
ngk
at
6 (e
nam
) b
ula
n;
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang
- U
nd
anga
n
Asp
ek
Rel
evan
si
den
gan
si
tuas
i sa
at
ini
Pen
gatu
ran
d
alam
p
erat
ura
n
mas
ih
rele
van
u
ntu
k d
iber
laku
kan
se
cara
efi
sien
.
Dal
am p
erm
oh
on
an v
isa
dip
lom
atik
dan
vi
sa
din
as
dip
ersy
arat
kan
ad
anya
d
oku
men
p
end
uku
ng
lain
nya
ap
abila
d
iper
luka
n,
dim
ana
dal
am
pen
jela
san
p
asal
dis
ebu
tkan
yan
g d
imak
sud
den
gan
d
oku
men
p
end
uku
ng
lain
nya
, sa
lah
sa
tun
ya b
eru
pa
sura
t ke
tera
nga
n s
ehat
. Te
rkai
t d
enga
n k
on
dis
i sa
at i
ni
dit
enga
h
adan
ya
wab
ah
glo
bal
co
vid
1
9,
mak
a se
bai
knya
p
erlu
m
enam
bah
kan
p
ersy
arat
an
per
lun
ya
do
kum
en
Ub
ah
per
lu m
enam
bah
kan
p
ersy
arat
an
per
lun
ya
do
kum
en
pen
du
kun
g la
inn
ya
apab
ila
dip
erlu
kan
/dal
am
kead
aan
ter
ten
tu k
e d
alam
ke
ten
tuan
p
enga
juan
p
erm
oh
on
an
visa
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
14
9
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
b.
sura
t p
enja
min
an
dar
i P
enja
min
ke
cual
i u
ntu
k ku
nju
nga
n
dal
am
ran
gka
par
iwis
ata;
c.
bu
kti
mem
iliki
bia
ya h
idu
p
bag
i d
irin
ya
dan
/ata
u
kelu
arga
nya
sel
ama
ber
ada
di W
ilaya
h In
do
nes
ia;
d.
tike
t ke
mb
ali
atau
ti
ket
teru
san
un
tuk
mel
anju
tkan
p
erja
lan
an k
e n
egar
a la
in
kecu
ali
bag
i aw
ak
alat
an
gku
t ya
ng
akan
sin
ggah
u
ntu
k b
erga
bu
ng
den
gan
ka
pal
nya
dan
mel
anju
tkan
p
erja
lan
an k
e n
ega
ra l
ain
; d
an
e. p
asfo
to b
erw
arn
a.
pen
du
kun
g la
inn
ya
apab
ila
dip
erlu
kan
/dal
am
kead
aan
te
rten
tu
ke
dal
am k
eten
tuan
pen
gaju
an p
erm
oh
on
an
visa
ku
nju
nga
n m
aup
un
vit
as.
Sela
in j
uga
u
ntu
k m
emb
erik
an
keje
lasa
n
terh
adap
p
elak
san
aan
Pas
al 2
5 h
uru
f f,
Pas
al 1
09
h
uru
f f,
dan
Pas
al 1
58
hu
ruf
c m
enge
nai
ru
mu
san
"m
end
erit
a p
enya
kit
men
ula
r ya
ng
mem
bah
ayak
an k
eseh
atan
um
um
".
Kar
ena
jen
is p
enya
kit
ini
ten
tula
h t
idak
m
ud
ah
did
etek
si
atau
d
iket
ahu
i o
leh
p
ejab
at
imig
rasi
at
au
pej
abat
ya
ng
ber
wen
ang
mem
ber
ikan
iz
in
mas
uk
ke
wila
yah
Ind
on
esia
.
kun
jun
gan
m
aup
un
vi
tas
4.
P
asal
91
- P
asal
10
2
- -
- -
Teta
p
5.
P
asal
10
3
(1)
Per
mo
ho
nan
Vis
a ti
ngg
al
terb
atas
d
iaju
kan
o
leh
O
ran
g A
sin
g at
au
Pen
jam
in k
epad
a M
ente
ri
atau
Pej
abat
Imig
rasi
yan
g d
itu
nju
k d
enga
n
men
gisi
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang
- U
nd
anga
n
Asp
ek
Rel
evan
si
den
gan
si
tuas
i sa
at
ini
Pen
gatu
ran
d
alam
p
erat
ura
n
mas
ih
rele
van
u
ntu
k d
iber
laku
kan
se
cara
efi
sien
.
Dal
am p
erm
oh
on
an v
isa
dip
lom
atik
dan
vi
sa
din
as
dip
ersy
arat
kan
ad
anya
d
oku
men
p
end
uku
ng
lain
nya
ap
abila
d
iper
luka
n,
dim
ana
dal
am
pen
jela
san
p
asal
dis
ebu
tkan
yan
g d
imak
sud
den
gan
d
oku
men
p
end
uku
ng
lain
nya
, sa
lah
sa
tun
ya b
eru
pa
sura
t ke
tera
nga
n s
ehat
.
Ub
ah
Per
lu m
enam
bah
kan
p
ersy
arat
an
per
lun
ya
do
kum
en
pen
du
kun
g la
inn
ya
apab
ila
dip
erlu
kan
/dal
am
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
15
0
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
aplik
asi
dat
a d
an
mel
amp
irka
n
per
syar
atan
: a.
su
rat
pen
jam
inan
dar
i P
enja
min
; b
. fo
toko
pi
Pas
po
r K
eban
gsaa
n
yan
g sa
h
dan
mas
ih b
erla
ku:
1.
pal
ing
sin
gkat
12
(d
ua
bel
as)
bu
lan
b
agi
yan
g ak
an
mel
aku
kan
p
eker
jaan
d
i W
ilaya
h
Ind
on
esia
u
ntu
k w
aktu
pal
ing
lam
a 6
(e
nam
) b
ula
n;
2.
pal
ing
sin
gkat
18
(d
elap
an
bel
as)
bu
lan
b
agi
yan
g ak
an
mel
aku
kan
p
eker
jaan
at
au
tin
ggal
d
i W
ilaya
h
Ind
on
esia
u
ntu
k w
aktu
pal
ing
lam
a 1
(s
atu
) ta
hu
n; a
tau
Terk
ait
den
gan
ko
nd
isi
saat
in
i d
iten
gah
ad
anya
w
abah
gl
ob
al
covi
d
19
, m
aka
seb
aikn
ya
per
lu
men
amb
ahka
n
per
syar
atan
p
erlu
nya
d
oku
men
p
end
uku
ng
lain
nya
ap
abila
d
iper
luka
n/d
alam
ke
adaa
n
tert
entu
ke
d
alam
ket
entu
an p
enga
juan
per
mo
ho
nan
vi
sa k
un
jun
gan
mau
pu
n v
itas
. Se
lain
ju
ga
un
tuk
mem
ber
ikan
ke
jela
san
te
rhad
ap
pel
aksa
naa
n P
asal
25
hu
ruf
f, P
asal
10
9
hu
ruf
f, d
an P
asal
15
8 h
uru
f c
men
gen
ai
rum
usa
n
"men
der
ita
pen
yaki
t m
enu
lar
yan
g m
emb
ahay
akan
kes
ehat
an u
mu
m".
K
aren
a je
nis
pen
yaki
t in
i te
ntu
lah
tid
ak
mu
dah
d
idet
eksi
at
au
dik
etah
ui
ole
h
pej
abat
im
igra
si
atau
p
ejab
at
yan
g b
erw
enan
g m
emb
erik
an
izin
m
asu
k ke
w
ilaya
h In
do
nes
ia.
kead
aan
ter
ten
tu k
e d
alam
ke
ten
tuan
p
enga
juan
p
erm
oh
on
an
visa
ku
nju
nga
n
mau
pu
n
vita
s.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
15
1
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
3.
pal
ing
sin
gkat
30
(t
iga
pu
luh
) b
ula
n
bag
i ya
ng
akan
m
elak
uka
n
pek
erja
an
atau
ti
ngg
al d
i W
ilaya
h
Ind
on
esia
u
ntu
k w
aktu
pal
ing
lam
a 2
(d
ua)
tah
un
. c.
b
ukt
i m
emili
ki
bia
ya
hid
up
b
agi
dir
inya
d
an/a
tau
ke
luar
gan
ya
sela
ma
ber
ada
di
Wila
yah
In
do
nes
ia;
dan
d
. p
asfo
to b
erw
arn
a.
(2)
Sela
in
mel
amp
irka
n
per
syar
atan
se
bag
aim
ana
dim
aksu
d
pad
a ay
at
(1),
b
agi:
a.
Ora
ng
Asi
ng
seb
agai
man
a d
imak
sud
dal
am P
asal
1
02
aya
t (2
) d
an a
yat
(3) h
uru
f a d
an h
uru
f b,
juga
h
aru
s m
elam
pir
kan
su
rat
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
15
2
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
reko
men
das
i d
ari
inst
ansi
d
an/a
tau
le
mb
aga
pem
erin
tah
an
terk
ait
sesu
ai
den
gan
ke
ten
tuan
p
erat
ura
n
per
un
dan
g-u
nd
anga
n;
… (
dan
set
eru
snya
)
6.
P
asal
10
4 –
Pas
al 1
08
-
- -
- Te
tap
7.
P
asal
10
9
Pej
abat
D
inas
Lu
ar
Neg
eri
atau
P
ejab
at
Imig
rasi
d
apat
m
eno
lak
per
mo
ho
nan
p
emb
eria
n V
isa
kep
ada
Ora
ng
Asi
ng,
dal
am h
al:
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang-
U
nd
anga
n
Asp
ek
Rel
evan
si
den
gan
si
tuas
i sa
at
ini
Pen
gatu
ran
d
alam
p
erat
ura
n
mas
ih
rele
van
u
ntu
k d
iber
laku
kan
se
cara
efi
sien
.
Men
uru
t p
asal
in
i, P
ejab
at I
mig
rasi
dap
at
men
ola
k o
ran
g as
ing
mem
asu
ki w
ilaya
h
Ind
on
esia
dal
am h
al o
ran
g as
ing
ters
ebu
t ya
ng
men
der
ita
pen
yaki
t m
enu
lar
yan
g m
emb
ahay
akan
kes
ehat
an u
mu
m.
Leb
ih
lan
jut
dal
am P
asal
10
9,
terh
adap
ora
ng
asin
g ya
ng
men
der
ita
pen
yaki
t m
enu
lar
per
mo
ho
nan
p
emb
eria
n
visa
d
apat
d
ito
lak
ole
h P
DLN
ata
u P
I. H
al i
ni
seja
lan
d
enga
n k
eten
tuan
dal
am U
U K
eim
igra
sian
Ta
hu
n 2
01
1.
Terk
ait
den
gan
ko
nd
isi
saat
in
i d
iman
a w
abah
vi
rus
Co
ron
a te
lah
m
enja
di
pan
dem
i d
i h
amp
ir
selu
ruh
n
egar
a d
i d
un
ia
term
asu
k d
i In
do
nes
ia
mak
a In
do
nes
ia
ten
tun
ya
akan
m
ener
apka
n
pri
nsi
p
keh
ati-
hat
ian
. D
i b
eber
apa
tem
pat
ked
atan
gan
ora
ng
asin
g
Ub
ah
Pen
jela
san
P
asal
. D
alam
P
enje
lasa
n
Pas
al
per
lu
men
amb
ahka
n
per
atu
ran
p
eru
nd
ang-
un
dan
gan
la
in
seb
agai
ru
juka
n
yan
g m
em
ber
ikan
b
atas
an a
tau
def
inis
i m
enge
nai
p
enya
kit
men
ula
r.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
15
3
d.
nam
anya
ter
can
tum
dal
am
daf
tar
Pen
angk
alan
; e.
ti
dak
m
emili
ki
Do
kum
en
Per
jala
nan
ya
ng
sah
d
an
mas
ih b
erla
ku;
f.
tid
ak c
uku
p m
emili
ki b
iaya
h
idu
p
bag
i d
irin
ya
dan
/ata
u
kelu
arga
nya
se
lam
a b
erad
a d
i In
do
nes
ia;
g.
tid
ak
mem
iliki
ti
ket
kem
bal
i at
au t
iket
ter
usa
n
un
tuk
mel
anju
tkan
p
erja
lan
an k
e n
egar
a la
in;
h.
tid
ak m
emili
ki I
zin
Mas
uk
Kem
bal
i ke
n
egar
a as
al
atau
tid
ak m
emili
ki V
isa
ke
neg
ara
lain
; i.
men
der
ita
pen
yaki
t m
enu
lar,
ga
ngg
uan
jiw
a,
atau
h
al
lain
ya
ng
dap
at
mem
bah
ayak
an k
eseh
atan
at
au k
eter
tib
an u
mu
m;
j. te
rlib
at
tin
dak
p
idan
a tr
ansn
asio
nal
ya
ng
tero
rgan
isas
i at
au
mem
bah
ayak
an
keu
tuh
an
wila
yah
N
egar
a K
esat
uan
sud
ah
dis
edia
kan
al
at
pen
guku
r su
hu
tu
bu
h,
dan
ala
t2 p
end
etek
si l
ain
nya
. D
ari
kete
ran
gan
ya
ng
dis
amp
aika
n
ole
h
Dr.
R
on
ny
F So
mp
ie, S
.H.,M
.H (
Man
tan
Dit
jen
Im
igra
si y
ang
seka
ran
g m
enja
bat
seb
agai
A
nal
is K
eim
igra
sian
Uta
ma)
dal
am r
apat
n
aras
um
ber
ya
ng
dia
dak
an
ole
h
Po
kja
men
yam
pai
kan
d
i te
nga
h
kon
dis
i p
and
emi
glo
bal
ka
ren
a C
ovi
d
19
, K
emen
teri
an
Hu
kum
d
an
HA
M
c.q
D
irek
tora
t Je
nd
eral
Im
igra
si
tela
h
mel
aku
kan
up
aya
resp
on
sif
dan
ad
apti
f d
alam
pen
cega
ham
pen
yeb
aran
Co
vid
-19
m
elal
ui
: a)
P
erm
enku
mh
am
No
mo
r 3
Ta
hu
n
20
20
te
nta
ng
Pen
ghen
tian
Se
men
tara
B
ebas
V
isa
Ku
nju
nga
n,
Vis
a d
an
Pem
ber
ian
Iz
in
Tin
ggal
K
ead
aan
Te
rpak
sa
bag
i W
arga
N
egar
a R
epu
blik
R
akya
t Ti
on
gko
k ya
ng
ber
laku
p
ada
tan
ggal
0
4
Feb
ruar
i 2
02
0;
b)
Per
men
kum
ham
N
om
or
7
Tah
un
2
02
0
ten
tan
g P
emb
eria
n V
isa
dan
Izi
n T
ingg
al
Dal
am
Up
aya
Pen
cega
han
M
asu
knya
V
iru
s C
oro
na
yan
g b
erla
ku p
ada
tan
ggal
2
8
Feb
ruar
i 2
02
0;
c)
Per
men
kum
ham
N
om
or
8
Tah
un
2
02
0
ten
tan
g P
engh
enti
an
Sem
enta
ra
Beb
as
Vis
a K
un
jun
gan
d
an
Vis
a K
un
jun
gan
Sa
at
Ked
atan
gan
ser
ta P
emb
eria
n I
zin
Tin
ggal
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
15
4
Rep
ub
lik
Ind
on
esia
; d
an/a
tau
k.
te
rmas
uk
dal
am
jari
nga
n
pra
ktik
at
au
kegi
atan
p
rost
itu
si,
per
dag
anga
n
ora
ng,
dan
Pen
yelu
nd
up
an
Man
usi
a.
Kea
daa
n
Terp
aksa
ya
ng
ber
laku
p
ada
tan
ggal
1
9
Mar
et
20
20
d
) P
erm
enku
mh
am N
om
or
11
Tah
un
20
20
te
nta
ng
Pel
aran
gan
Se
men
tara
O
ran
g A
sin
g M
asu
k W
ilaya
h
Neg
ara
Rep
ub
lik
Ind
on
esia
yan
g b
erla
ku p
ada
tan
ggal
02
A
pri
l 2
02
0;
dan
Su
rat
Edar
an
Dit
jen
Im
igra
si
No
mo
r IM
I-G
R-.
01
.01
-23
25
Ta
hu
n
20
20
te
nta
ng
Pel
aran
gan
Se
men
tara
Ora
ng
Asi
ng
Mas
uk
Wila
yah
N
egar
a R
epu
blik
Ind
on
esia
. Nam
un
dal
am
pra
ktik
nya
ter
kait
per
linta
san
ora
ng
asin
g d
i m
asa
awal
m
ereb
akn
ya
pan
dem
i co
ron
a ya
ng
dia
tur
pad
a Pe
ratu
ran
M
ente
ri H
uku
m d
an H
AM
RI
No
mo
r 7
Ta
hu
n
20
20
te
nta
ng
Pem
ber
ian
Iz
in
Tin
ggal
d
alam
U
pay
a P
ence
gah
an
Mas
ukn
ya V
iru
s C
oro
na.
Bah
wa
keb
ijaka
n
pem
erin
tah
saa
t it
u h
anya
men
ghen
tika
n
sem
enta
ra
pem
ber
ian
b
ebas
vi
sa
kun
jun
gan
d
an
visa
ku
nju
nga
n
saat
ke
dat
anga
n
sed
angk
an
visa
ku
nju
nga
n
dan
vit
as m
asih
mu
ngk
in u
ntu
k d
iber
ikan
d
i P
erw
akila
n
Rep
ub
lik
Ind
on
esia
, se
hin
gga
mas
ih d
imu
ngk
inka
n b
agi
ora
ng
asin
g (t
erm
asu
k TK
A)
un
tuk
mas
uk
ke
Ind
on
esia
ap
abila
do
kum
en k
eim
igra
sian
le
ngk
ap d
enga
n d
iser
tai s
ura
t ke
tera
nga
n
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
15
5
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
kese
hat
an
(cer
tifi
cate
o
f h
ealt
h)
dar
i n
egar
a as
aln
ya.
Nam
un
d
emik
ian
ya
ng
per
lu
men
jad
i p
erh
atia
n a
dal
ah a
dan
ya j
enis
pen
yaki
t m
enu
lar
lain
yan
g ju
ga p
atu
t d
iwas
pad
ai
kare
na
tid
ak
men
jad
i p
and
emi
glo
bal
, m
isal
nya
: p
enya
kit
yan
g d
iseb
abka
n o
leh
vi
rus
atau
bak
teri
lai
n y
ang
juga
dap
at
mem
bah
ayak
an m
asya
raka
t. B
aik
dal
am
PP
in
i m
aup
un
UU
Kei
mig
rasi
an
Tah
un
2
01
1
tid
ak
dit
emu
kan
d
efin
isi
atau
b
atas
an y
ang
dim
aksu
d d
enga
n p
enya
kit
men
ula
r se
bag
aim
ana
dis
ebu
tkan
dal
am
per
atu
ran
in
i. O
leh
ka
ren
a it
u
per
lu
dib
erik
an
pen
jela
san
at
au
bat
asan
d
ari
pen
yaki
t m
enu
lar
yan
g m
emb
ahay
akan
ke
seh
atan
um
um
yan
g d
imak
sud
dal
am
UU
Kei
mig
rasi
an T
ahu
n 2
01
1 m
aup
un
PP
in
i.
8.
P
asal
11
0 –
Pas
al 1
75
-
- -
- Te
tap
9.
P
asal
17
6
(1)
Pen
gaw
asan
la
pan
gan
te
rhad
ap
war
ga
neg
ara
Ind
on
esia
dap
at d
ilaku
kan
d
enga
n:
Kej
elas
an
Ru
mu
san
P
engg
un
aan
b
ahas
a,
isti
lah
, kat
a
Kej
elas
an
Ket
entu
an d
alam
pas
al in
i ber
up
aya
un
tuk
men
gatu
r m
enge
nai
lin
gku
p p
en
gaw
asan
la
pan
gan
d
alam
ra
ngk
a p
enga
was
an
terh
adap
W
NI.
Sala
h
satu
p
enga
was
an
lap
anga
n
dap
at
dila
kuka
n
den
gan
m
elak
uka
n
waw
anca
ra
pad
a sa
at
WN
I
Ub
ah
Per
lu
refo
rmu
lasi
ke
ten
tuan
n
orm
a d
alam
p
asal
in
i u
ntu
k d
apat
h
arm
on
is
den
gan
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
15
6
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
a.
men
cari
d
an
men
dap
atka
n
kete
ran
gan
m
enge
nai
ke
ber
adaa
n
war
ga
neg
ara
Ind
on
esia
yan
g b
erad
a d
i lu
ar W
ilaya
h
Ind
on
esia
; b
. m
elak
uka
n w
awan
cara
p
ada
saat
m
emo
ho
n
Do
kum
en
Per
jala
nan
R
epu
blik
In
do
nes
ia;
atau
c.
m
elak
uka
n
koo
rdin
asi
den
gan
p
emer
inta
h
neg
ara
sete
mp
at
mel
alu
i K
epal
a P
erw
akila
n
Rep
ub
lik
Ind
on
esia
u
ntu
k m
eman
tau
ke
ber
adaa
n
war
ga
neg
ara
Ind
on
esia
d
i lu
ar
Wila
yah
In
do
nes
ia.
mem
oh
on
d
oku
men
p
erja
lan
an.
Kat
a "d
apat
" d
alam
ru
mu
san
pas
al i
ni
mal
ah
men
imb
ulk
an k
etid
akte
gasa
n d
alam
hal
d
apat
d
iart
ikan
p
rose
du
r w
awan
cara
"t
idak
waj
ib"
atau
dap
at d
ikes
amp
ingk
an
dal
am
hal
p
rose
s p
enga
juan
d
oku
men
p
erja
lan
an.
Seh
aru
snya
p
rose
du
r w
awan
cara
in
i m
enja
di
pro
sed
ur
yan
g w
ajib
d
ilaku
kan
te
rhad
ap
sem
ua
WN
I ya
ng
men
gaju
kan
per
mo
ho
nan
do
kum
en
per
jala
nan
in
i, h
al
ini
seb
agai
b
entu
k p
elak
san
aan
dar
i ket
entu
an P
asal
67
aya
t (1
) U
U
Kei
mig
rasi
an
Tah
un
2
011
ya
ng
men
yata
kan
b
ahw
a p
enga
was
an
keim
igra
sian
te
rhad
ap
WI
dila
ksan
akan
p
ada
saat
p
erm
oh
on
an
do
kum
en
per
jala
nan
, ke
luar
at
au
mas
uk,
at
au
ber
ada
di
luar
W
ilaya
h
Ind
on
esia
d
ilaku
kan
den
gan
, sa
lah
sat
un
ya a
dal
ah
pem
anta
uan
ter
had
ap s
etia
p W
NI
yan
g m
emo
ho
n
do
kum
en
per
jala
nan
, ke
luar
at
au m
asu
k w
ilaya
h I
nd
on
esia
, d
an y
ang
ber
ada
di
luar
wila
yah
In
do
nes
ia.
Hal
in
i m
enu
nju
kkan
po
ten
si d
ish
arm
on
i an
tara
d
ua
atu
ran
te
rseb
ut.
Le
bih
la
nju
t,
keti
dak
tega
san
d
an
dis
har
mo
ni
ini
ber
lan
jut
dal
am
ayat
2
n
ya
dim
ana
kete
ntu
an
Pas
al
67
U
U
Kei
mig
rasi
an
Tah
un
2
01
1.
Per
lu
un
tuk
mel
ihat
ke
mb
ali
per
lun
ya/u
rgen
si
mem
bed
akan
p
enga
was
an
keim
igra
sian
te
rhad
ap
WN
I (s
ebag
aim
ana
dim
aksu
d
dal
am
Pas
al
66
ay
at
(2)
hu
ruf
a jo
Pas
al 6
7
UU
K
eim
igra
sian
Ta
hu
n
20
11
) m
enja
di
du
a b
entu
k ya
itu
p
enga
was
an
adm
inis
trat
if
dan
p
enga
was
an
lap
anga
n
dal
am
PP
in
i. Ji
ka p
emb
edaa
n
ters
ebu
t m
alah
m
enim
bu
lkan
ke
tid
akte
gasa
n/d
ish
arm
on
i d
enga
n
UU
K
eim
igra
sian
Ta
hu
n
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
15
7
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
(2)
Pen
gaw
asan
la
pan
gan
se
bag
aim
ana
dim
aksu
d
pad
a ay
at
(1)
dap
at
dila
ksan
akan
se
cara
p
erio
dik
at
au
sew
aktu
-w
aktu
jika
dip
erlu
kan
.
men
yeb
utk
an
pen
gaw
asan
in
i d
apat
d
ilaks
anak
an
seca
ra
per
iod
ik
atau
se
wak
tu-w
aktu
jika
dip
erlu
kan
.
Waw
anca
ra y
ang
dila
kuka
n p
ada
seti
ap
per
mo
ho
nan
d
oku
men
p
erj
alan
an
mer
up
akan
sal
ah s
atu
tah
apan
p
enti
ng
dal
am p
rose
s p
enga
was
an k
eim
igra
sian
. D
ari w
awan
cara
ter
seb
ut,
dap
at d
iket
ahu
i tu
juan
pem
oh
on
men
gaju
kan
do
kum
en
ters
ebu
t, s
ehin
gga
dap
at m
emin
imal
isir
W
NI
mel
angg
ar
per
atu
ran
n
egar
a la
in,
sep
erti
WN
I ya
ng
men
jad
i TK
I ile
gal
atau
ya
ng
ber
gab
un
g d
enga
n k
elo
mp
ok
ISIS
.
20
11
h
end
akn
ya
kete
ntu
an P
asal
17
5
dan
P
asal
1
76
d
iref
orm
ula
si
kem
bal
i ag
ar
dap
at
seja
lan
d
enga
n
atu
ran
di a
tasn
ya.
10
.
Pas
al 1
77
– P
asal
19
7
- -
- -
Teta
p
11
.
Pas
al 1
98
(1
) Ti
m
pen
gaw
asan
O
ran
g A
sin
g ti
ngk
at
pro
vin
si
dib
entu
k d
enga
n
Kep
utu
san
Kep
ala
Kan
tor
Wila
yah
K
emen
teri
an
Hu
kum
d
an
Hak
A
sasi
M
anu
sia.
(2
) Ti
m
pen
gaw
asan
O
ran
g A
sin
g ti
ngk
at
pro
vin
si
seb
agai
man
a d
imak
sud
p
ada
ayat
(1
) d
iket
uai
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang
- U
nd
anga
n
Asp
ek
koo
rdin
asi
kele
mb
agaa
n/t
ata
org
anis
asi
Pem
bag
ian
ke
wen
anga
n
dan
tu
gasn
ya
jela
s
Dal
am a
yat
2 i
ni
dia
rtik
an K
epal
a D
ivis
i K
eim
igra
sian
m
emili
ki
kew
enan
gan
m
elak
uka
n
pen
gaw
asan
o
ran
g as
ing
seb
agai
ke
tua
TIM
PO
RA
p
ada
tin
gkat
p
rovi
nsi
. N
amu
n p
ada
fakt
anya
seo
ran
g K
epal
a D
ivis
i K
eim
igra
sian
ti
dak
m
emp
un
yai
kew
enan
gan
se
cara
o
per
asio
nal
u
ntu
k m
elak
uka
n
pen
gaw
asan
te
rhad
ap
ora
ng
asin
g,
nam
un
han
ya m
elak
uka
n k
oo
rdin
asi
saja
. (T
risa
pto
W
ahyu
di
Agu
ng
Nu
gro
ho
, "O
pti
mal
isas
i P
eran
TI
MP
OR
A
Pas
ca
Teta
p
Un
tuk
dap
at
men
jala
nka
n
kete
ntu
an
dal
am
pas
al i
ni
mak
a p
erlu
d
ilaku
kan
p
eru
bah
an t
erh
adap
o
rgan
isas
i d
an
tata
ke
rja
pad
a u
nit
K
anto
r W
ilaya
h
Kem
ente
rian
Hu
kum
d
an
HA
M
teru
tam
a
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
15
8
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
ole
h
Kep
ala
Div
isi
Kei
mig
rasi
an,
Kan
tor
Wila
yah
K
emen
teri
an
Hu
kum
d
an
Hak
A
sasi
M
anu
sia.
Ber
laku
nya
Per
atu
ran
Pre
sid
en N
om
or
21
Ta
hu
n
20
16
Te
nta
ng
Beb
as
Vis
a K
un
jun
gan
",
JIK
H
Vo
l.11
N
om
or
3
No
vem
ber
20
17
: 2
63
-28
5).
Hal
in
i d
apat
d
ilih
at d
alam
Pas
al 2
9 P
erm
enku
mh
am
No
mo
r 2
8 T
ahu
n 2
01
4 t
enta
ng
Org
anis
asi
dan
Ta
ta
Ker
ja
Kan
wil
Kem
enku
mh
am,
tid
ak
men
yeb
utk
an
fun
gsi
div
isi
keim
igra
sian
u
ntu
k m
elak
san
akan
p
enga
was
an k
eim
igra
sian
dan
du
a b
idan
g d
i b
awah
nya
han
ya m
elip
uti
: a.
Bid
ang
Lalu
Lin
tas
dan
Izi
n T
ingg
al K
eim
igra
sian
; d
an
b.
Bid
ang
Inte
lijen
, P
enin
dak
an,
Info
rmas
i d
an
Sara
na
Ko
mu
nik
asi
Kei
mig
rasi
an.
Hal
ini j
uga
dis
amp
aika
n o
leh
Dr.
Ro
nn
y F
Som
pie
, SH
.,MH
se
bag
ai
nar
asu
mb
er
dal
am r
apat
Po
kja
AE
terk
ait
Kei
mig
rasi
an
yan
g d
ilaks
anak
an s
ecar
a vi
rtu
al m
eeti
ng
tan
gga
21
A
pri
l 2
02
0.
Dim
ana
dal
am
men
du
kun
g tu
gas
keim
igra
sian
te
rkai
t p
enga
was
an
yan
g m
enja
di
ham
bat
an
adal
ah b
elu
m s
eban
din
gnya
ju
mla
h u
nit
p
elak
san
a te
knis
(U
PT)
im
igra
si d
enga
n
wila
yah
ka
bu
pat
en/k
ota
d
i In
do
nes
ia.
Ham
bat
an
lain
nya
ad
alah
te
rkai
t O
rgan
isas
i d
an
tata
ke
rja
yan
g b
elu
m
tuga
s d
an
fun
gsi
div
isi
keim
igra
sian
u
ntu
k d
apat
m
end
uku
ng
dan
m
emp
erku
at
tuga
s d
an fu
ngs
i dir
ekto
rat
jen
der
al
imig
rasi
te
rmas
uk
mel
aku
kan
p
enga
was
an
terh
adap
o
ran
g as
ing.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
15
9
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
men
du
kun
g ki
ner
ja p
enga
was
an,
dim
ana
UP
T ti
dak
ber
ada
dan
ber
tan
ggu
ng
jaw
ab
seca
ra l
angs
un
g ke
pad
a in
du
knya
. Su
atu
o
rgan
isas
i d
inila
i id
eal
jika
mem
iliki
tig
a u
nsu
r, y
aitu
: 1
. P
usa
t se
bag
ai p
emb
uat
keb
ijaka
n d
an
kep
utu
san
; 2
. W
ilaya
h
seb
agai
p
enga
was
d
an
pen
gen
dal
ian
. D
alam
h
al
ini
pel
aksa
naa
nn
ya
di
lap
anga
n
Kep
ala
Div
isi
Imig
rasi
bu
kan
seb
agai
ata
san
la
ngs
un
g d
ari
Un
it P
elak
san
a Te
knis
n
amu
n
Kep
ala
Div
isi
Imig
rasi
h
anya
se
bag
ai s
taf
tekn
is d
ari
Kep
ala
Kan
tor
Wila
yah
. 3
. U
nit
Pel
aksa
na
Tekn
is (
UP
T) s
ebag
ai
op
erat
or
pel
aksa
na.
Se
hin
gga,
K
anto
r W
ilaya
h
Kem
ente
rian
H
uku
m d
an H
AM
RI
(dal
am h
al i
ni
div
isi
keim
igra
sian
) b
elu
m
dap
at
men
du
kun
g p
elak
san
aan
tu
gas
dan
fu
ngs
i ke
imig
rasi
an
yan
g d
iem
ban
o
leh
D
irek
tora
t Je
nd
eral
Im
igra
si
un
tuk
mem
ber
ikan
b
ack
u
p
kep
ada
Un
it
Pel
aksa
na
Tekn
is (
UP
T) I
mig
rasi
. H
al i
ni
men
yeb
abka
n b
eban
Dir
ekto
rat
Jen
der
al
Imig
rasi
sa
nga
t b
esar
d
an
me
nga
lam
i
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
16
0
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
situ
asi
yan
g m
enja
dik
an
pel
aksa
naa
n
tuga
s d
i b
idan
g ke
imig
rasi
an
men
jad
i ku
ran
g m
aksi
mal
, te
rmas
uk
dal
am
men
jala
nka
n
fun
gsi
pen
gaw
asan
ke
imig
rasi
an.
12
.
Pas
al 1
99
– P
asal
20
7
- -
- -
Teta
p
13
.
Pas
al 2
08
(1
) P
ejab
at
Imig
rasi
b
erw
enan
g m
enem
pat
kan
O
ran
g A
sin
g d
alam
R
uan
g D
eten
si
Imig
rasi
jik
a O
ran
g A
sin
g te
rseb
ut:
a.
b
erad
a d
i W
ilaya
h
Ind
on
esia
ta
np
a m
emili
ki
Izin
Ti
ngg
al
yan
g sa
h a
tau
mem
iliki
Iz
in T
ingg
al y
ang
tid
ak
ber
laku
lagi
; b
. b
erad
a d
i W
ilaya
h
Ind
on
esia
ta
np
a m
emili
ki
Do
kum
en
Per
jala
nan
yan
g sa
h;
c.
dik
enai
Ti
nd
akan
A
dm
inis
trat
if
Kei
mig
rasi
an
ber
up
a
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang-
U
nd
anga
n
Asp
ek
rele
van
si
den
gan
h
uku
m
yan
g b
erla
ku
seca
ra
inte
rnas
ion
al
Pen
gatu
ran
ya
ng
terk
ait
den
gan
ra
tifi
kasi
, ko
nve
nsi
, p
erja
njia
n,
trak
tat,
ke
bia
saan
in
tern
asio
nal
.
Ket
entu
an d
alam
du
a p
asal
in
i m
enga
tur
baw
ah
ora
ng
asin
g ya
ng
sed
ang
men
un
ggu
p
elak
san
aan
d
epo
rtas
i d
item
pat
kan
d
i ru
mah
at
au
ruan
gan
d
eten
si.
Wak
tu t
un
ggu
pad
a ru
mah
ata
u
ruan
g d
eten
si
ters
ebu
t m
asin
g-m
asin
g te
lah
dit
etap
kan
jan
gka
wak
tun
ya:
pal
ing
lam
a 3
0
har
i d
item
pat
kan
d
i ru
ang
det
ensi
. Le
bih
dar
i 3
0 h
ari
hin
gga
jan
gka
wak
tu p
alin
g la
ma
10
tah
un
dit
emp
atka
n
di r
um
ah d
eten
si.
Ber
das
arka
n
hal
te
rseb
ut
tid
ak
ada
pen
gatu
ran
bai
k d
alam
PP
mau
pu
n U
U
yan
g m
enga
tur
seca
ra e
ksp
lisit
men
gen
ai
wak
tu
min
imal
d
an
mak
sim
al
un
tuk
mel
aku
kan
d
epo
rtas
i, ya
ng
ada
han
ya
jan
gka
wak
tu
ora
ng
asin
g m
enu
ngg
u
seb
elu
m d
idep
ort
asi.
Per
mas
alah
an
yan
g m
un
cul
terk
ait
det
ensi
in
i ad
alah
tid
ak a
dan
ya b
atas
an
Teta
p
Terk
ait
per
mas
alah
an
yan
g d
item
uka
n
dal
am
pas
al
ini
per
lu
dila
kuka
n
kajia
n
leb
ih l
anju
t, a
pak
ah
pen
gatu
ran
m
enge
nai
ja
ngk
a w
aktu
p
end
epo
rtas
ian
p
erlu
d
iatu
r d
alam
U
U
Kei
mig
rasi
an
Tah
un
2
01
1
atau
ti
dak
, te
rmas
uk
juga
m
asal
ah
stat
us
keim
igra
sian
at
au
izin
tin
ggal
ap
a ya
ng
seb
aikn
ya
dib
erik
an
kep
ada
ora
ng
asin
g
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
16
1
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
pem
bat
alan
Izin
Tin
ggal
ka
ren
a m
elak
uka
n
per
bu
atan
ya
ng
ber
ten
tan
gan
d
enga
n
kete
ntu
an
per
atu
ran
p
eru
nd
ang-
un
dan
gan
at
au
men
ggan
ggu
ke
aman
an
dan
ke
tert
iban
um
um
; d
. m
enu
ngg
u
pel
aksa
naa
n D
epo
rtas
i; at
au
e.
men
un
ggu
ke
ber
angk
atan
ke
luar
W
ilaya
h
Ind
on
esia
ka
ren
a d
ito
lak
pem
ber
ian
Ta
nd
a M
asu
k.
(2)
Pen
em
pat
an O
ran
g A
sin
g d
alam
R
uan
g D
eten
si
Imig
rasi
se
bag
aim
ana
dim
aksu
d
pad
a ay
at
(1)
un
tuk
jan
gka
wak
tu p
alin
g la
ma
30
(ti
ga p
ulu
h)
har
i. (3
) A
pab
ila
jan
gka
wak
tu
seb
agai
man
a d
imak
sud
p
ada
ayat
(2
) te
rlam
pau
i
wak
tu u
ntu
k d
ilaku
kan
dep
ort
asi s
ehin
gga
ban
yak
rum
ah
det
ensi
p
enu
h
den
gan
o
ran
g as
ing
yan
g m
enu
ngg
u
utk
d
idep
ort
asi
tan
pa
keje
lasa
n
wak
tu.
Aki
bat
nya
b
anya
k o
ran
g as
ing
yan
g m
emen
uh
i ru
ang
atau
ru
mah
d
eten
si
yan
g b
erd
amp
ak
pd
an
ggar
an
neg
ara
(un
tuk
mem
enu
hi
keb
utu
han
d
asar
/po
kok
dar
i par
a d
eten
i tsb
).
Dar
i ke
tera
nga
n
sem
enta
ra
yan
g d
iper
ole
h
terd
apat
d
eten
i ya
ng
stat
us
kew
arga
neg
araa
nn
ya
tela
h
hila
ng
(sta
tele
ss)
kare
na
tid
ak
dia
kui
ole
h
per
wak
ilan
neg
aran
ya. S
aat
ini a
da
seki
tar
19
0
-an
w
arga
n
ega
ra
asin
g ya
ng
dit
emp
atka
n
di
rum
ah
det
en
si
imig
rasi
Ja
kart
a b
arat
, m
ayo
rita
s b
eras
al
dar
i N
iger
ia,
yan
g sa
mp
ai
seka
ran
g m
asih
m
enu
ngg
u k
epas
tian
un
tuk
did
epo
rtas
i.
sete
lah
d
ikel
uar
kan
d
ari r
ud
enim
.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
16
2
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
mak
a O
ran
g A
sin
g d
apat
d
item
pat
kan
pad
a R
um
ah
Det
ensi
Imig
rasi
.
14
.
Pas
al 2
09
P
ejab
at
Imig
rasi
b
erw
enan
g m
enem
pat
kan
O
ran
g A
sin
g d
alam
Ru
mah
Det
ensi
Imig
rasi
d
alam
hal
: a.
b
erad
a d
i W
ilaya
h
Ind
on
esia
ta
np
a m
emili
ki
Izin
Tin
ggal
yan
g sa
h a
tau
m
emili
ki I
zin
Tin
ggal
yan
g ti
dak
ber
laku
lagi
; b
. b
erad
a d
i W
ilaya
h
Ind
on
esia
ta
np
a m
emili
ki
Do
kum
en P
erja
lan
an y
ang
sah
; c.
d
iken
ai
Tin
dak
an
Ad
min
istr
atif
Kei
mig
rasi
an
ber
up
a p
emb
atal
an
Izin
Ti
ngg
al k
aren
a m
elak
uka
n
per
bu
atan
ya
ng
ber
ten
tan
gan
d
enga
n
kete
ntu
an
per
atu
ran
p
eru
nd
ang-
un
dan
gan
ata
u
men
ggan
ggu
ke
aman
an
dan
ket
erti
ban
um
um
;
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang-
U
nd
anga
n
Asp
ek
rele
van
si
den
gan
h
uku
m
yan
g b
erla
ku
seca
ra
inte
rnas
ion
al
Pen
gatu
ran
ya
ng
terk
ait
den
gan
ra
tifi
kasi
, ko
nve
nsi
, p
erja
njia
n,
trak
tat,
ke
bia
saan
in
tern
asio
nal
.
Ket
entu
an d
alam
du
a p
asal
in
i m
enga
tur
baw
ah
ora
ng
asin
g ya
ng
sed
ang
men
un
ggu
p
elak
san
aan
d
epo
rtas
i d
item
pat
kan
d
i ru
mah
at
au
ruan
gan
d
eten
si.
Wak
tu t
un
ggu
pad
a ru
mah
ata
u
ruan
g d
eten
si
ters
ebu
t m
asin
g-m
asin
g te
lah
dit
etap
kan
jan
gka
wak
tun
ya:
pal
ing
lam
a 3
0
har
i d
item
pat
kan
d
i ru
ang
det
ensi
. Le
bih
dar
i 3
0 h
ari
hin
gga
jan
gka
wak
tu p
alin
g la
ma
10
tah
un
dit
emp
atka
n
di r
um
ah d
eten
si.
Ber
das
arka
n
hal
te
rseb
ut
tid
ak
ada
pen
gatu
ran
bai
k d
alam
PP
mau
pu
n U
U
yan
g m
enga
tur
seca
ra e
ksp
lisit
men
gen
ai
wak
tu
min
imal
d
an
mak
sim
al
un
tuk
mel
aku
kan
d
epo
rtas
i, ya
ng
ada
han
ya
jan
gka
wak
tu
ora
ng
asin
g m
enu
ngg
u
seb
elu
m d
idep
ort
asi.
Per
mas
alah
an
yan
g m
un
cul
terk
ait
det
ensi
in
i ad
alah
tid
ak a
dan
ya b
atas
an
wak
tu u
ntu
k d
ilaku
kan
dep
ort
asi s
ehin
gga
ban
yak
rum
ah
det
ensi
p
enu
h
den
gan
o
ran
g as
ing
yan
g m
enu
ngg
u
utk
d
idep
ort
asi
tan
pa
keje
lasa
n
wak
tu.
Teta
p
Terk
ait
per
mas
alah
an
yan
g d
item
uka
n
dal
am
pas
al
ini
per
lu
dila
kuka
n
kajia
n
leb
ih l
anju
t, a
pak
ah
pen
gatu
ran
m
enge
nai
ja
ngk
a w
aktu
p
end
epo
rtas
ian
p
erlu
d
iatu
r d
alam
U
U
Kei
mig
rasi
an
Tah
un
2
01
1
atau
ti
dak
, te
rmas
uk
juga
m
asal
ah
stat
us
keim
igra
sian
at
au
izin
tin
ggal
ap
a ya
ng
seb
aikn
ya
dib
erik
an
kep
ada
ora
ng
asin
g se
tela
h
dik
elu
arka
n
dar
i ru
den
im.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
16
3
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
d.
men
un
ggu
p
elak
san
aan
D
epo
rtas
i; at
au
e.
pem
ind
ahan
d
ari
Ru
ang
Det
ensi
Imig
rasi
.
Aki
bat
nya
b
anya
k o
ran
g as
ing
yan
g m
emen
uh
i ru
ang
atau
ru
mah
d
eten
si
yan
g b
erd
amp
ak
pd
an
ggar
an
neg
ara
(un
tuk
mem
enu
hi
keb
utu
han
d
asar
/po
kok
dar
i par
a d
eten
i ter
seb
ut)
. D
ari
kete
ran
gan
se
men
tara
ya
ng
dip
ero
leh
te
rdap
at
det
eni
yan
g st
atu
s ke
war
gan
egar
aan
nya
te
lah
h
ilan
g (s
tate
less
) ka
ren
a ti
dak
d
iaku
i o
leh
p
erw
akila
n n
egar
anya
. Saa
t in
i ad
a se
kita
r 1
90
-a
n
war
ga
ne
gara
as
ing
yan
g d
item
pat
kan
d
i ru
mah
d
eten
si
imig
rasi
Ja
kart
a b
arat
, m
ayo
rita
s b
eras
al
dar
i N
iger
ia,
yan
g sa
mp
ai
seka
ran
g m
asih
m
enu
ngg
u k
epas
tian
un
tuk
did
epo
rtas
i.
15
.
Pas
al 2
10
– P
asal
25
8
- -
- -
Teta
p
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 164
6. Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2016 tentang Bebas Visa Kunjungan
Bebas Visa Kunjungan diterapkan dalam rangka meningkatkan kunjungan
oleh orang asing ke Indonesia untuk menarik sektor pariwisata yang diharapkan
juga dapat meningkatkan perekonomian negara. Orang asing yang menggunakan
bebas visa kunjungan dibebaskan dari kewajiban memiliki visa kunjungan yang
berarti juga tidak perlu pembayaran PNBP. Bebas visa kunjungan diberikan
dengan asas timbal balik dan asas manfaat, dalam jangka waktu tertentu, dan
dengan tujuan perjalanan tertentu sehingga perlu dilakukan dalam pengawasan
dan penegakan hukum dalam pelaksanaannya.
Pelaksanaan kebijakan bebas visa kunjungan bagi orang asing warga
negara dari negara, pemerintah wilayah administratif khusus suatu negara, dan
entitas tertentu untuk masuk ke wilayah Indonesia merupakan bagian dari upaya
dalam rangka meningkatkan hubungan negara Republik Indonesia dengan
negara lain, tetapi dengan tetap memperhatikan asas timbal balik dan manfaat.
Berdasarkan alasan tersebut Pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan
Presiden Nomor 21 Tahun 2016 tentang Bebas Visa Kunjungan.
Setidaknya ada tiga (3) tahap pemberlakuan pemberian fasilitas Bebas
Visa Kunjungan Singkat (BVKS) yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden.
Tahap pertama, Peraturan Presiden Nomor 69 Tahun 2015 tentang Bebas Visa
Kunjungan yang ditandatangani Presiden pada 9 Juni 2015. Ada 30 negara yang
mendapatkan fasilitas BVKS. Tiga bulan kemudian, kebijakan BVKS tahap II mulai
diberlakukan dengan ditandatanganinya Peraturan Presiden No. 104 Tahun 2015
tentang Perubahan atas Peraturan Presiden No. 69 Tahun 2015. Dalam Perpres
yang ditetapkan Presiden Joko Widodo pada 18 September 2015 itu, jumlah
negara penerima fasilitas BVKS meningkat menjadi 75. Dan tahap III melalui
Peraturan Presiden No. 21 Tahun 2016, jumlah negara penerima fasilitas BVK
meningkat menjadi 169 negara. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 104
Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 69 Tahun 2015
tentang Bebas Visa kunjungan, disebutkan bahwa bagi orang asing warga negara
dari negara tertentu untuk masuk ke wilayah Negara Republik Indonesia
dibebaskan dari kewajiban memiliki visa kunjungan dengan memperhatikan asas
timbal balik (resiprokal) dan manfaat. Izin tinggal kunjungan diberikan paling
lama 30 (tiga puluh) hari dan tidak dapat diperpanjang masa berlakunya atau
dialih statuskan menjadi izin tinggal lainnya (pasal 6 angka (4) Perpres Nomor
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 165
104 Tahun 2015). Izin diberikan bagi orang asing dalam rangka tugas
pemerintahan, pendidikan, sosial budaya, wisata, bisnis, keluarga, atau singgah
untuk meneruskan perjalanan ke negara lain (pasal 6 angka (2), lihat juga pasal
38 UU Keimigrasian Tahun 2011).
Untuk mendukung implementasi kebijakan bebas visa kunjungan
tersebut, Direktorat Jenderal Imigrasi telah melakukan upaya-upaya dalam
rangka mendukung kebijakan tersebut, dengan tetap mengedepankan
keamanan melaksanakan tugas sebagai penjaga pintu gerbang negara Indonesia.
Dalam kajian yang dilakukan oleh Balitbangkumham pada tahun 2016 dengan
fokus pada upaya jajaran keimigrasian dalam implementasi kebijakan bebas visa
disebutkan bahwa jajaran keimigrasian telah siap dalam mengimplementasikan
kebijakan bebas visa terlihat dengan upaya yang dilakukan berupa: sosialisasi dan
peningkatan pengawasan di semua wilayah kerja; melakukan kerja sama dengan
instansi terkait dalam hal pengawasan orang asing sampai tingkat RT/RW dan
membentuk sekretariat tim PORA; melakukan peningkatan kompetensi SDM,
sarpras, dan intelijen; memperkuat sistem perlintasan orang asing mulai dari
bandar udara, pos lintas batas dan Pelabuhan laut, namun memang masih
terdapat kekurangan atau belum maksimalnya kinerja UPT keimigrasian dalam
mengimplementasikan kebijakan bebas visa tersebut.72
Namun demikian dari hasil kajian lain diperoleh juga mengenai
permasalahan yang timbul dengan berlakunya kebijakan bebas visa, terutama
kaitannya dengan TKA adalah terjadinya penyalahgunaan izin tinggal dan izin
kerja oleh TKA di Indonesia. Dalam visa para TKA ini tertulis bahwa izin yang
diberikan pemerintah Indonesia melalui Imigrasi adalah untuk bekerja sebagai
TKA di Indonesia dengan jabatan dan waktu tertentu atau hanya sebagai turis
atau wisatawan untuk masuk ke wilayah Indonesia. Oleh karena itu, tidak jarang
perusahaan pengguna sering menyembunyikan TKA ilegal.73 Kebijakan
pemberian bebas visa kunjungan berdasarkan Perpres 21/2016 ternyata tidak
harmonis atau tidak sinkron dengan kebijakan pemberian bebas visa kunjungan
Izin tinggal berdasarkan UU Keimigrasian Tahun 2011. Warga Negara Asing
(WNA) yang masuk ke Indonesia pada umumnya menggunakan visa kunjungan
72 Balitbangkumham, Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa,
(Jakarta: Balitbangkumham, 2016), hlm. 139 73 Nevey Varida Ariyani, “Penegakan Hukum terhadap Tenaga Kerja Asing Ilegal di Indonesia”, hlm.
116.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 166
wisata yang akan mendapatkan izin tinggal kunjungan sesuai dengan visa
maupun bebas visa.
Dari beberapa hasil kajian dapat disimpulkan dalam pelaksanaan Perpres
Nomor 21 Tahun 2016 terdapat beberapa dampak yang ditimbulkan, antara lain:
a) Jumlah orang asing yang masuk sejak berlakunya Perpres terus meningkat
pada tahun 2016 berjumlah 5,9 juta orang dan di tahun 2017 meningkat
menjadi 9,7 juta orang.74 Hal ini berarti meningkatkan devisa negara dari
sektor pariwisata, selain itu juga menjadi insentif bagi hotel dan
penginapan, UMKM dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
b) Peningkatan jumlah orang asing ini di lain sisi juga menimbulkan dampak
kemungkinan peningkatan terjadinya pelanggaran hukum, dalam hal ini
yang terkait keimigrasian dan juga ketenagakerjaan. Ini dibuktikan terjadi
peningkatan pada tindakan administrasi keimigrasian (TAK), pada tahun
2016 terjadi 7.787 TAK dengan 341 projusticia, angka ini meningkat di
tahun 2017 menjadi 11. 307 TAK dan 272 projusticia. 75
c) Selain itu, kebijakan bebas visa pada satu sisi menyebabkan menurunnya
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sejak tahun 2015 hingga 2017
senilai Rp 1,3 triliun.76 Penurunan ini terjadi pada pelayanan
perpanjangan izin tinggal dan pembelian Visa on Arrival (VOA) karena
sebagian besar negara yang diberikan fasilitas bebas visa kunjungan
merupakan negara subyek dari VOA.
d) Kesulitan pengawasan dengan banyaknya orang asing yang masuk.
Namun selain melihat dampak tersebut, dari data yang diperoleh dari
Kementerian Pariwisata, dari 169 negara yang diberikan fasilitas bebas visa
kunjungan hanya ada 10 negara yang rutin merupakan penyumbang wisatawan
terbesar bagi Indonesia, yaitu Singapura, Malaysia, Tingkok, Australia, Korea
Selatan, Jepang, Amerika Serikat, Taiwan, Inggris dan Filipina. 10 negara ini
sebenarnya merupakan negara menjadi penyumbang konsisten bagi devisa
negara dari sejak pertama kali bebas visa diberlakukan pada tahun 2003.
Sehingga dapat dikatakan sebagian besar negara baru yang diberikan fasilitas
74 Kontan.co.id, “Pemerintah Kaji Ulang Kebijakan Bebas Visa Kunjungan”,
https://nasional.kontan.co.id/news/pemerintah-kaji-ulang-kebijakan-bebas-visa-kunjungan#:~:text=Pertama%2C%20jumlah%20orang%20asing%20yang,menjadi%209%2C7%20juta%20orang (diakses tanggal 1 Oktober 2020)
75 Ibid. 76 Ibid.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 167
bebas visa kunjungan tidak menyumbang wisatawan yang signifikan bagi
perekonomian Indonesia.
Implikasi lain dari pemberian bebas visa kunjungan adalah adanya
kebebasan dalam lalu lintas masuk dan keluarnya orang asing, dalam hal ini
termasuk TKA, sehingga tenaga kerja negara lain akan mudah bekerja di
Indonesia. Perkembangan globalisasi dan industrialisasi di Indonesia
mengakibatkan terjadinya migrasi penduduk atau pergerakan tenaga kerja
antarnegara termasuk juga pergerakan aliran modal dan investasi. Dampak yang
paling besar adalah munculnya tenaga kerja asing ilegal yang menyalahgunakan
pemberian bebas visa kunjungan wisata untuk bekerja secara ilegal di Indonesia.
Hal ini lazim dilakukan oleh TKA ilegal, selain juga dengan memanfaatkan
lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh Otoritas Keimigrasian dan Dinas
Tenaga Kerja. Oleh karena itu, tidak jarang perusahaan pengguna sering
menyembunyikan TKA ilegal.77
Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi hukum, Perpres Bebas Visa
Kunjungan ini hanya mengecualikan jurnalistik, sedangkan untuk tujuan bekerja
tidak diatur. Jalur bebas visa kunjungan ini sangat rentan untuk dimanfaatkan
oleh warga negara asing untuk dapat bekerja di Indonesia tanpa melalui
prosedur sebagaimana diatur dalam Undang-undang Ketenagakerjaan dan
peraturan pelaksananya. Sehingga PP Bebas Visa Kunjungan ini perlu diubah
dengan mempertegas bahwa “bebas Visa kunjungan tidak diberikan atas
kunjungan dalam rangka jurnalistik dan bekerja”.
Dalam pasal 6 diatur Ketentuan "keadaan tertentu" pemerintah dapat
menghentikan bebas visa kunjungan. Pembatasan keadaan tertentu ini
seharusnya tidak hanya dibatasi berdasarkan alasan keamanan negara dan
kesehatan masyarakat saja, akan tetapi perlu mempertimbangkan alasan lain
seperti keadaan yang dapat merugikan kepentingan negara secara ekonomi,
sosial dan budaya.
Lebih detil hasil analisis dan evaluasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
77 Nevey Varida Ariyani, “Penegakan Hukum terhadap Tenaga Kerja Asing Ilegal di Indonesia”, hlm.
116.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
16
8
Tab
el A
nal
isis
dan
Eva
luas
i Per
atu
ran
Pre
sid
en N
om
or
21 T
ahu
n 2
016
ten
tan
g B
ebas
Vis
a Ku
nju
nga
n
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
1.
P
asal
1
- -
- -
Teta
p
2.
P
asal
2
(1)
Beb
as V
isa
kun
jun
gan
d
iber
ikan
ke
pad
a P
ener
ima
Beb
as
Vis
a K
un
jun
gan
d
enga
n
mem
per
hat
ikan
as
as
tim
bal
b
alik
d
an
asas
m
anfa
at.
(2)
Beb
as V
isa
kun
jun
gan
ti
dak
d
iber
ikan
at
as
kun
jun
gan
dal
am r
angk
a ju
rnal
isti
k.
Pan
casi
la
Per
satu
an
Ad
anya
ke
ten
tuan
yan
g m
enga
tur
ten
tan
g p
emb
atas
an
keik
uts
erta
an
pih
ak
asin
g,
atau
ti
dak
d
item
uka
nn
ya
kete
ntu
an y
ang
men
yeb
abka
n
tid
ak
terb
atas
nya
ke
iku
tser
taan
p
ihak
asi
ng
Pas
al 2
aya
t 2
men
yata
kan
bah
wa
“Beb
as
Vis
a ku
nju
nga
n
tid
ak
dib
erik
an
atas
ku
nju
nga
n d
alam
ran
gka
jurn
alis
tik”
. K
eten
tuan
in
i h
anya
m
emb
atas
i ke
iku
tser
taan
w
arga
n
egar
a as
ing
yan
g m
asu
k m
elal
ui
jalu
r b
ebas
vis
a ku
nju
nga
n
un
tuk
kegi
atan
ju
rnal
isti
k,
teta
pi
tid
ak
mem
bat
asi u
ntu
k ke
giat
an b
eker
ja.
Sem
enta
ra
jalu
r b
ebas
vi
sa
kun
jun
gan
in
i sa
nga
t re
nta
n
un
tuk
dim
anfa
atka
n
ole
h
war
ga n
egar
a as
ing
un
tuk
dap
at b
eker
ja d
i In
do
nes
ia
tan
pa
mel
alu
i p
rose
du
r se
bag
aim
ana
dia
tur
dal
am U
nd
ang-
un
dan
g K
eten
agak
erja
an
dan
p
erat
ura
n
pel
aksa
nan
ya.
Ub
ah
Ket
entu
an P
asal
2
ayat
2 in
i per
lu
diu
bah
den
gan
m
enam
bah
kan
ka
ta “
bek
erja
”,
seh
ingg
a m
enja
di :
“b
ebas
Vis
a ku
nju
nga
n t
idak
d
iber
ikan
ata
s ku
nju
nga
n d
alam
ra
ngk
a ju
rnal
isti
k d
an b
eker
ja”
3.
P
asal
3 –
Pas
al 5
-
- -
- Te
tap
4.
P
asal
6
Dal
am k
ead
aan
ter
ten
tu
yan
g b
erka
itan
d
enga
n
keam
anan
n
egar
a d
an
kese
hat
an
mas
yara
kat,
M
ente
ri
dap
at
men
ghen
tika
n
sem
enta
ra
be
bas
V
isa
Pan
casi
la
Kem
anu
sia
an
Ad
anya
ke
ten
tuan
yan
g m
enja
min
p
erlin
du
nga
n
mas
yara
kat,
at
au
tid
ak
dit
emu
kan
nya
ke
ten
tuan
yan
g
Ket
entu
an "
kead
aan
ter
ten
tu"
seb
agai
man
a ya
ng
dis
ebu
tkan
d
alam
p
asal
6
in
i se
har
usn
ya t
idak
han
ya d
ibat
asi b
erd
asar
kan
al
asan
ke
aman
an
neg
ara
dan
ke
seh
atan
m
asya
raka
t sa
ja,
akan
te
tap
i p
erlu
m
emp
erti
mb
angk
an
alas
an
lain
se
per
ti
kead
aan
yan
g d
apat
mer
ugi
kan
kep
enti
nga
n
neg
ara
seca
ra e
kon
om
i, so
sial
, dan
bu
day
a.
Ub
ah
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
16
9
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
kun
jun
gan
un
tuk
neg
ara,
p
emer
inta
h
wila
yah
ad
min
istr
atif
kh
usu
s su
atu
neg
ara,
dan
en
tita
s te
rten
tu
seb
agai
man
a d
imak
sud
dal
am P
asal
3
ayat
(3
).
dap
at
men
yeb
abka
n
tid
ak
terj
amin
nya
p
erlin
du
nga
n
mas
yara
kat
5.
P
asal
7 –
Pas
al 8
-
- -
- Te
tap
6.
La
mp
iran
Ef
ekti
vita
s P
elak
san
aan
P
erat
ura
n
Dar
i p
erta
ma
kali
keb
ijaka
n
beb
as
visa
ku
nju
nga
n
dis
ahka
n
ole
h
Pre
sid
en
pad
a ta
hu
n
20
15
te
lah
b
erd
amp
ak
pad
a m
enin
gkat
nya
ju
mla
h
ora
ng
asin
g ya
ng
mas
uk
ke I
nd
on
esia
men
ggu
nak
an f
asili
tas
ini.
Hal
ini b
erar
ti t
erja
di p
enin
gkat
an d
evis
a N
egar
a d
ari
sekt
or
par
iwis
ata
sela
in
juga
m
enja
di
inse
nti
f b
agi
UM
KM
. Se
lain
m
end
apat
kan
d
amp
ak
po
siti
f te
rseb
ut,
p
enin
gkat
an
jum
lah
o
ran
g as
ing
juga
m
emili
ki
dam
pak
n
egat
if
ber
up
a te
rjad
i p
enin
gkat
an
pel
angg
aran
h
uku
m.
Hal
in
i te
rbu
kti
den
gan
ad
anya
p
enin
gkat
an
pem
ber
ian
TA
K
(Tin
dak
an
Ad
min
istr
asi
Kei
mig
rasi
an)
seti
ap t
ahu
nn
ya.
Dar
i b
eber
apa
kajia
n y
ang
tela
h d
ilaku
kan
d
ari
16
9 n
egar
a ya
ng
mem
per
ole
h f
asili
tas
beb
as v
isa
kun
jun
gan
han
ya a
da
10
neg
ara
Ub
ah
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
17
0
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
yan
g m
eru
pak
an
pen
yum
ban
g w
isat
awan
te
rbes
ar
bag
i In
do
nes
ia
yait
u
Sin
gap
ura
, M
alay
sia,
Tio
ngk
ok,
Au
stra
lia, K
ore
a Se
lata
n,
Jep
ang,
Am
erik
a Se
rika
t, T
aiw
an, I
ngg
ris,
dan
Fi
lipin
a. S
ehin
gga
dap
at d
ikat
akan
seb
agia
n
ber
ar n
egar
a b
aru
yan
g d
iber
ikan
fas
ilita
s b
ebas
vi
sa
kun
jun
gan
ti
dak
m
emb
erik
an
dam
pak
si
gnif
ikan
b
agi
per
eko
no
mia
n
Ind
on
esia
. O
leh
ka
ren
a it
u,
daf
tar
neg
ara
pen
erim
a fa
silit
as
beb
as
visa
ku
nju
nga
n
dal
am
lam
pir
an
Per
pre
s in
i p
erlu
d
itin
jau
u
lan
g.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 171
7. Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2015 tentang Kunjungan Kapal
Wisata (Yacht) Asing Ke Indonesia
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah dan pemerintah daerah78. Lebih lanjut Pasal 1 ayat 1 Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan mendefinisikan wisata
sebagai kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Salah satu bentuk kegiatan wisata
tersebut adalah perjalanan menggunakan kapal wisata (Yacht). Berwisata
menggunakan kapal wisata (Yachts, Cruiseship Yachts) biasanya dilakukan oleh
wisatawan asing karena berbeda dengan sarana pengangkut umum kapal layar
wisata dapat masuk langsung ke tempat-tempat objek wisata yang diminati, dan
alat transportasi tersebut dapat langsung menuju daerah atau kabupaten yang
mempunyai terumbu karang dan laut yang sangat menarik79.
Dalam rangka meningkatkan kunjungan kapal wisata (yacht) asing ke
Indonesia, pemerintah mengatur kembali kemudahan dalam hal pengurusan
dokumen untuk memasuki wilayah perairan Indonesia bagi kapal wisata (yacht)
asing dengan membentuk Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2015 Tentang
Kunjungan Kapal Wisata (Yacht) Asing Ke Indonesia (Perpres 105 tahun 2015).
Presiden Nomor 105 Tahun 2015 ini mencabut Perpres 79 tahun 2011
sebagaimana diubah dengan Perpres 180 Tahun 2014 tentang Kunjungan Kapal
Wisata (Yacht) Asing Ke Indonesia. Presiden Nomor 105 Tahun 2015 ini pada
intinya memberikan kemudahan di bidang kepabeanan, keimigrasian, karantina,
dan kepelabuhanan kepada 18 pelabuhan yang ada di indonesia, yakni80:
1. Pelabuhan Sabang, Sabang, Aceh;
2. Pelabuhan Belawan, Medan, Sumatera Utara;
3. Pelabuhan Teluk Bayur, Padang, Sumatera Barat;
4. Nongsa Point Marina, Batam, Kepulauan Riau;
78 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. 79 Lidia Dusun, “Aspek Hukum Kunjungan Kapal Wisata (Yacht) Asing Dalam Menunjang Pariwisata
Indonesia”, (Lex Administratum, Vol. V/No. 3: 2017), hlm. 84 80 Pasal 3 ayat 1 Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2015 Tentang Kunjungan Kapal Wisata
(Yacht) Asing Ke Indonesia
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 172
5. Bandar Bintan Telani, Bintan, Kepulauan Riau;
6. Pelabuhan Tanjung Pandan, Belitung, Bangka Belitung;
7. Pelabuhan Sunda Kelapa dan Marina Ancol, DKI Jakarta;
8. Pelabuhan Benoa, Badung, Bali;
9. Pelabuhan Tenau, Kupang, Nusa Tenggara Timur;
10. Pelabuhan Kumai, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah;
11. Pelabuhan Tarakan, Tarakan, Kalimantan Utara;
12. Pelabuhan Nunukan, Bulungan, Kalimantan Timur;
13. Pelabuhan Bitung, Bitung, Sulawesi Utara;
14. Pelabuhan Ambon, Ambon, Maluku;
15. Pelabuhan Saumlaki, Maluku Tenggara Barat, Maluku;
16. Pelabuhan Tual, Maluku Tenggara, Maluku;
17. Pelabuhan Sorong, Sorong, Papua Barat; dan
18. Pelabuhan Biak, Biak, Papua.
Dengan diberlakukannya Presiden Nomor 105 Tahun 2015 ini, maka Kapal
Wisata (Yacht) asing yang hendak berkunjung ke 18 pelabuhan di Indonesia
sebagaimana dimaksud di atas tidak perlu lagi melalui proses CAIT (Clearance
Aproval for Indonesia Teritory) yang dapat memakan waktu hingga berminggu-
minggu, melainkan hanya perlu mengisi formulir data untuk bisa mendapatkan
surat persetujuan berlayar (SPB).
Presiden Nomor 105 Tahun 2015 ini telah berlaku selama 5 tahun dan
oleh karenanya perlu dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Presiden Nomor
105 Tahun 2015 tersebut. Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi hukum yang
dilakukan ditemukan beberapa permasalahan pokok, yakni:
1. Belum adanya pengaturan keterlibatan pemerintah daerah untuk
antisipasi risiko atau dampak lingkungan, sosial, dan kesehatan di daerah
yang menjadi target kunjungan kapal wisata (yacht) asing;
2. Belum adanya Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia terkait
standar pelayanan dan batasan waktu pelayanan keimigrasian dalam
rangka kunjungan wisata kapal wisata (yacht) asing;
3. Belum adanya instrumen pengawasan dan sanksi denda administratif atas
larangan mengkomersilkan dan/atau menyewakan kapal wisata (yacht)
asing kepada pihak lain;
4. Tidak adanya aturan peralihan terkait perubahan sistem perizinan
menyebabkan permasalahan di lapangan.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 173
5. Infrastruktur yang belum memadai
Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi yang dilakukan, maka secara
umum direkomendasikan bahwa Presiden Nomor 105 Tahun 2015 ini belum
perlu diubah. Adapun total rekomendasi perubahan pengaturan terhadap
Presiden Nomor 105 Tahun 2015 ini adalah sebanyak 5 rekomendasi. Temuan
permasalahan yang diulas pada Presiden Nomor 105 Tahun 2015 ini adalah
terkait dengan dimensi efektivitas pelaksanaan peraturan perundang-undangan
(5 temuan berdampak kecil). Berdasarkan jumlah dan dampak dari temuan
tersebut maka Presiden Nomor 105 Tahun 2015 ini masuk dalam kategori tidak
mendesak, artinya dapat dipertahankan, namun perlu dilakukan
penyempurnaan terhadap pasal yang menjadi temuan apabila akan dilakukan
perubahan. Lebih detil hasil analisis dan evaluasi dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
17
4
Tab
el A
nal
isis
dan
Eva
luas
i Per
atu
ran
Pre
sid
en N
om
or
105
Tah
un
201
5 t
enta
ng
Kun
jun
gan
Kap
al W
isat
a (Y
ach
t) A
sin
g Ke
Ind
on
esia
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
1.
Kes
elu
ruh
an
Pen
gatu
ran
Ef
ekti
vita
s P
elak
san
aan
P
erat
ura
n
Per
un
dan
g-
Un
dan
gan
Asp
ek
keko
son
gan
p
enga
tura
n
Bel
um
ad
a p
enga
tura
n.
Pad
a p
rakt
ikn
ya,
pem
erin
tah
d
aera
h
seb
agai
p
erp
anja
nga
n p
emer
inta
h p
usa
t d
i dae
rah
juga
m
emili
ki
per
an
stra
tegi
s d
alam
m
anaj
eme
n
kun
jun
gan
Kap
al W
isat
a (Y
ach
t) a
sin
g. S
elai
n
mem
iliki
fu
ngs
i u
ntu
k m
end
uku
ng
pem
enu
han
sa
ran
a d
an p
rasa
ran
a se
rta
me
mp
rom
osi
kan
p
ariw
isat
a ya
ng
ada
di
dae
rah
gu
na
mem
per
ole
h
kon
trib
usi
p
emas
uka
n,
nam
un
p
emer
inta
h
dae
rah
ju
ga
mem
iliki
ke
waj
iban
u
ntu
k m
emp
erh
atik
an
risi
ko
atau
d
amp
ak
lingk
un
gan
, so
sial
, dan
kes
ehat
an y
ang
mu
ngk
in
tim
bu
l at
as
adan
ya
kun
jun
gan
K
apal
W
isat
a (Y
ach
t) a
sin
g te
rseb
ut.
Seb
agai
co
nto
h,
pad
a ta
ngg
al1
2
Feb
ruar
i 2
02
0,
Wal
i K
ota
Sa
ban
g,
Ace
h,
Naz
aru
dd
in
men
giri
mka
n
Sura
t b
ern
om
or
55
6/0
93
3
yan
g b
eris
i p
erm
inta
an
pen
un
daa
n
ked
atan
gan
ka
pal
p
esia
r ke
pad
a K
epal
a B
adan
P
engu
sah
aan
K
awas
an
Per
dag
anga
n
Beb
as
dan
P
elab
uh
an
Beb
as
Sab
ang
(BP
KS)
te
rseb
ut
dit
and
atan
gan
i p
ada
Rab
u (
12
/2/2
02
0).
Wal
iko
ta S
aban
g te
rseb
ut
mem
inta
aga
r ka
pal
pes
iar
MS
Art
ania
Cru
ise
yan
g se
dia
nya
ak
an
men
gan
gku
t 1
.20
0
Ub
ah
den
gan
m
enam
bah
kan
p
enga
tura
n
kete
rlib
atan
p
emer
inta
h
dae
rah
u
ntu
k an
tisi
pas
i ri
siko
at
au
dam
pak
lin
gku
nga
n,
sosi
al,
dan
ke
seh
atan
d
i d
aera
h
yan
g m
enja
di
targ
et
kun
jun
gan
ka
pal
w
isat
a (y
ach
t) a
sin
g.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
17
5
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
wis
ataw
an u
ntu
k ti
ba
di
Sab
ang
pad
a M
ingg
u,
16
Feb
ruar
i 20
20
, dit
un
da
un
tuk
men
gan
tisi
pas
i p
enye
bar
an
viru
s C
oro
na.
S.
Se
lain
it
u
Pem
erin
tah
K
ota
(P
emko
t)
Sura
bay
a ju
ga
men
ola
k ka
pal
pes
iar
kap
al M
V C
olu
mb
us
yan
g re
nca
nan
ya a
kan
ber
san
dar
di
Ko
ta P
ahla
wan
p
ada
12
M
aret
2
02
0.
Ad
apu
n
kep
utu
san
te
rseb
ut
dia
mb
il P
emko
t Su
rab
aya
atas
m
asu
kan
, sa
ran
, d
an a
dan
ya k
eres
ahan
war
ga
kare
na
kekh
awat
iran
ata
s vi
rus
koro
na.
Dal
am
Pre
sid
en
No
mo
r 1
05
Ta
hu
n
20
15
in
i, ke
terl
ibat
an
pem
erin
tah
d
aera
h
dal
am
man
aje
men
ku
nju
nga
n
kap
al
Wis
ata
(Ya
cht)
as
ing
han
ya
seb
atas
p
emb
eria
n
du
kun
gan
fa
silit
as b
agi
kap
al w
isat
a (y
ach
t) a
sin
g, n
amu
n
bel
um
ad
a p
enga
tura
n
yan
g je
las
terk
ait
kete
rlib
atan
d
aera
h
dal
am
ran
gka
anti
sip
asi
risi
ko
atau
d
amp
ak
lingk
un
gan
, so
sial
, d
an
kese
hat
an
di
dae
rah
ya
ng
men
jad
i ta
rget
ku
nju
nga
n k
apal
wis
ata
(ya
cht)
asi
ng.
2.
Ko
nsi
der
an M
enim
ban
g -
- -
- Te
tap
3.
Das
ar
Hu
kum
M
engi
nga
t -
- -
- Te
tap
4.
Pas
al 1
- -
- -
Teta
p
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
17
6
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
5.
Pas
al 2
(1
) K
apal
wis
ata
(yac
ht)
as
ing
bes
erta
aw
ak
kap
al
dan
/ata
u
pen
um
pan
g te
rmas
uk
bar
ang
baw
aan
d
an/a
tau
ke
nd
araa
n
yan
g ak
an
mem
asu
ki
wila
yah
p
erai
ran
In
do
nes
ia
dal
am
ran
gka
kun
jun
gan
w
isat
a d
iber
ikan
ke
mu
dah
an
di
bid
ang
kep
abea
nan
, ke
imig
rasi
an,
kara
nti
na,
d
an
kep
elab
uh
anan
. (2
) P
emb
eria
n
kem
ud
ahan
se
bag
aim
ana
dim
aksu
d p
ada
ayat
(1
) d
iber
ikan
d
i p
elab
uh
an
mas
uk
dan
p
elab
uh
an
kelu
ar s
ebag
aim
ana
dit
entu
kan
d
alam
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang
- U
nd
anga
n
Asp
ek
Pel
ayan
an
dan
Bat
asan
W
aktu
Pen
entu
an
Stan
dar
P
elay
anan
M
inu
mu
m
(SP
M).
Dal
am
mel
aksa
nak
an
kem
ud
ahan
d
i b
idan
g ke
pab
ean
an,
keim
igra
sian
, ka
ran
tin
a,
dan
ke
pel
abu
han
an
seb
agai
man
a d
imak
sud
p
ada
Per
atu
ran
Pre
sid
en i
ni
dip
erlu
kan
pen
gatu
ran
te
knis
leb
ih l
anju
t d
enga
n P
erat
ura
n M
ente
ri
un
tuk
dap
at
mem
ber
ikan
ke
jela
san
st
and
ar
pel
ayan
an
dan
b
atas
an
wak
tu
pel
ayan
an
kep
abea
nan
, ke
imig
rasi
an,
kara
nti
na,
d
an
kep
elab
uh
anan
. D
alam
p
ela
ksan
aan
nya
M
ente
ri
Per
hu
bu
nga
n
tela
h
men
erb
itka
n
Per
atu
ran
M
ente
ri
Per
hu
bu
nga
n
No
mo
r P
M
12
3
tah
un
2
01
6
ten
tan
g P
eru
bah
an
atas
P
erat
ura
n
Men
teri
P
erh
ub
un
gan
N
om
or
PM
1
71
Tah
un
20
15
ten
tan
g Ta
ta C
ara
Pel
ayan
an
Kap
al
Wis
ata
(Ya
cht)
A
sin
g d
i P
erai
ran
In
do
nes
ia.
Kem
ente
rian
Keu
anga
n j
uga
tel
ah
men
erb
itka
n
Per
atu
ran
M
ente
ri
Keu
anga
n
No
mo
r 1
23
/PM
K.0
4/2
01
7
ten
tan
g Im
po
r Se
men
tara
Kap
al W
isat
a A
sin
g. S
emen
tara
itu
b
erd
asar
kan
p
enel
usu
ran
ya
ng
dila
kuka
n,
bel
um
dit
emu
kan
ad
anya
per
atu
ran
Men
teri
H
uku
m
dan
H
AM
te
rkai
t p
elay
anan
ke
imig
rasi
an
seh
ingg
a b
elu
m
dap
at
mem
ber
ikan
kej
elas
an s
tan
dar
pel
ayan
an d
an
bat
asan
wak
tu p
elay
anan
kei
mig
rasi
an d
alam
Teta
p
Per
lu
pen
gatu
ran
te
rkai
t st
and
ar
pel
ayan
an
dan
b
atas
an
wak
tu
pel
ayan
an
keim
igra
sian
d
alam
ra
ngk
a ku
nju
nga
n
wis
ata
Kap
al w
isat
a (y
ach
t) a
sin
g.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
17
7
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
Per
atu
ran
P
resi
den
in
i. (3
) K
emu
dah
an
seb
agai
man
a d
imak
sud
pad
a ay
at
(1)
dib
erik
an
un
tuk
jan
gka
wak
tu s
esu
ai
den
gan
ke
ten
tuan
p
erat
ura
n
per
un
dan
g-u
nd
anga
n.
ran
gka
kun
jun
gan
wis
ata
Kap
al w
isat
a (y
ach
t)
asin
g.
6.
Pas
al 3
– P
asal
7
- -
- -
Teta
p
7.
Pas
al 8
K
apal
w
isat
a (y
ach
t)
asin
g ya
ng
mel
aku
kan
ku
nju
nga
n
wis
ata
di
wila
yah
In
do
nes
ia
dila
ran
g u
ntu
k d
iko
mer
silk
an
dan
/ata
u
dis
ewak
an k
epad
a p
ihak
la
in.
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang
- U
nd
anga
n
Asp
ek
Pen
gaw
asan
A
dan
ya
inst
rum
en
mo
nit
ori
ng
dan
ev
alu
asi.
Pen
gatu
ran
la
ran
gan
m
engk
om
ersi
lkan
d
an/a
tau
m
enye
wak
an
kap
al
yach
t ke
pad
a p
ihak
lai
n s
ebag
aim
ana
dia
tur
pad
a P
asal
8 i
ni
per
lu
diik
uti
d
enga
n
inst
rum
en
pen
gaw
asan
d
an s
anks
i d
end
a ad
min
istr
atif
aga
r la
ran
gan
te
rseb
ut
dap
at b
erja
lan
den
gan
leb
ih e
fekt
if.
Den
gan
dem
ikia
n t
erd
apat
kej
elas
an i
nst
ansi
m
ana
yan
g d
iber
ikan
ke
we
nan
gan
u
ntu
k m
elak
uka
n p
enga
was
an d
an a
nca
man
san
ksi
apa
yan
g ak
an
dit
erap
kan
ap
abila
la
ran
gan
te
rseb
ut
dila
ngg
ar o
leh
pem
ilik
atau
aw
ak K
apal
w
isat
a (y
ach
t) a
sin
.
Ub
ah
Per
lu
pen
gatu
ran
sa
nks
i d
end
a ad
min
istr
atif
.
8.
Pas
al 9
-
- -
- Te
tap
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
17
8
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
9.
Pas
al 1
0
(1)
Dal
am
ran
gka
pen
ingk
atan
ku
nju
nga
n
kap
al
wis
ata
(ya
cht)
asi
ng,
P
emer
inta
h
Pu
sat
dan
/ata
u
Pem
erin
tah
Dae
rah
d
apat
m
emb
erik
an
du
kun
gan
fa
silit
as
bag
i ka
pal
w
isat
a (y
ach
t) a
sin
g.
…
(d
an s
eter
usn
ya)
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang-
U
nd
anga
n
Asp
ek
An
ggar
an
dan
Sa
ran
a P
rasa
ran
a
Ters
edia
nya
sa
ran
a p
rasa
ran
a
Du
kun
gan
fa
silit
as
yan
g d
ibu
tuh
kan
d
alam
ra
ngk
a ku
nju
nga
n k
apal
wis
ata
(ya
cht)
asi
ng
seb
agai
man
a d
iatu
r p
ada
pas
al
10
P
resi
den
N
om
or
10
5 T
ahu
n 2
01
5 m
asih
bel
um
dap
at
mem
enu
hi h
arap
an, s
ehin
gga
dal
am p
rakt
ikn
ya
di
lap
anga
n
men
gham
bat
u
pay
a p
enge
mb
anga
n k
un
jun
gan
kap
al w
isat
a (y
ach
t)
asin
g d
i in
do
nes
ia.
Ad
apu
n i
nfr
astr
ukt
ur
das
ar
yan
g b
elu
m
me
men
uh
i h
arap
an
dia
nta
ran
ya
adal
ah k
apas
itas
pel
abu
han
yan
g m
inim
, se
rta
bel
um
ad
anya
pet
a b
awah
lau
t el
ektr
on
ik y
ang
ters
iste
m
dal
am
nav
igas
i in
tern
asio
nal
(Y
asa
Sed
iya:
K
om
pas
Tr
avel
2
01
6).
Le
bih
la
nju
t A
sist
en
Dep
uti
In
fras
tru
ktu
r P
elay
aran
, P
erik
anan
, d
an
Par
iwis
ata
Kem
enko
B
idan
g K
emar
itim
an,
Rah
man
H
iday
at
men
gata
kan
se
dik
itn
ya
ada
hal
ya
ng
mas
ih
men
jad
i h
amb
atan
d
alam
m
em
enu
hi
stan
dar
ka
pal
w
isat
a,
dia
nta
ran
ya
infr
astr
ukt
ur
pel
abu
han
ya
ng
san
gat
terb
atas
, ya
kni
men
caku
p
ked
alam
an
alu
r n
avig
asi,
kola
m
lab
uh
u
ntu
k ka
pal
ber
san
dar
, ar
ea p
uta
r b
agi
kap
al y
ang
ingi
n k
elu
ar-m
asu
k p
elab
uh
an,
tem
pat
san
dar
, fa
silit
as d
i ter
min
al p
elab
uh
an (A
ji N
urm
ansy
ah,
Aku
rat.
co.id
, 2
01
9).
O
leh
p
emer
inta
h
pu
sat
ber
sam
a-sa
ma
den
gan
p
em
erin
tah
d
aera
h
yan
g m
emili
ki p
ote
nsi
par
iwis
ata
yan
g ti
ngg
i,
Teta
p
Pem
erin
tah
p
usa
t b
ersa
ma-
sam
a d
enga
n
pem
erin
tah
d
aera
h
yan
g m
emili
ki
po
ten
si
par
iwis
ata
yan
g ti
ngg
i, p
erlu
m
emp
rio
rita
skan
p
emb
angu
nan
in
fras
tru
ktu
r ya
ng
dib
utu
hka
n
dal
am
kun
jun
gan
ka
pal
w
isat
a (y
ach
t) a
sin
g
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
17
9
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
per
lu
mem
pri
ori
task
an
pem
ban
gun
an
infr
astr
ukt
ur
yan
g d
ibu
tuh
kan
dal
am k
un
jun
gan
ka
pal
wis
ata
(ya
cht)
asi
ng.
10
. P
asal
11
– P
asal
12
-
- -
- Te
tap
11
. P
asal
13
D
enga
n
ber
laku
nya
P
erat
ura
n
Pre
sid
en
ini,
mak
a P
erat
ura
n
Pre
sid
en
No
mo
r 7
9 Ta
hu
n
20
11
te
nta
ng
Ku
nju
nga
n K
apal
Wis
ata
(Ya
cht)
A
sin
g ke
In
do
nes
ia
seb
agai
man
a te
lah
d
iub
ah
den
gan
P
erat
ura
n
Pre
sid
en
No
mo
r 1
80
Tah
un
20
14
te
nta
ng
per
ub
ahan
ata
s P
erat
ura
n
Pre
sid
en
No
mo
r 7
9 T
ahu
n 2
01
1 te
nta
ng
Ku
nju
nga
n
Kap
al
Wis
ata
(Ya
cht)
A
sin
g ke
In
do
nes
ia
(Lem
bar
an
Neg
ara
Rep
ub
lik
Ind
on
esia
Ta
hu
n 2
01
4 N
om
or
38
4)
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang
- U
nd
anga
n
Asp
ek
keko
son
gan
p
enga
tura
n
Bel
um
ad
a p
enga
tura
n.
Per
atu
ran
Pre
sid
en N
om
or
10
5 ta
hu
n 2
01
5 i
ni
tela
h
men
gub
ah
sist
em
per
izin
an
kun
jun
gan
K
apal
Ya
cht
Asi
ng
ke
Ind
on
esia
, ya
kni
seb
elu
mn
ya
men
ggu
nak
an
sist
em
per
izin
an
Cle
ara
nce
A
pp
rova
l fo
r In
do
nes
ian
Te
rrit
ory
(C
AI)
, men
jad
i Su
rat
Per
setu
juan
Ber
laya
r (S
PB
).
Nam
un
P
erat
ura
n
Pre
sid
en
ini
tid
ak
mem
ber
ikan
p
enga
tura
n
per
alih
an
terk
ait
per
ub
ahan
si
stem
p
eriz
inan
te
rseb
ut.
O
leh
ka
ren
a it
u
pad
a sa
at
awal
p
erta
ma
pem
ber
laku
kan
P
erat
ura
n
Pre
sid
en
ini
dit
emu
kan
p
erm
asal
ahan
p
eral
ihan
ke
du
a si
stem
per
izin
an t
erse
bu
t. D
i sa
tu s
isi
terd
apat
iz
in C
AI y
ang
akan
hab
is m
asa
ber
laku
nya
, di s
isi
lain
SO
P p
ener
apan
Su
rat
Per
setu
juan
Ber
laya
r (S
PB
) ju
ga b
elu
m s
iap
di l
apan
gan
. Hal
dik
etah
ui
ber
das
arka
n
per
nya
taan
W
elco
me
Yach
t C
om
mu
nit
y In
do
nes
ia s
aat
jum
pa
per
s te
nta
ng
Pen
erap
an P
erp
res
No
10
5 t
ahu
n 2
01
5 d
i FX
P
laza
Off
ice
Bu
ildin
g la
nta
i 1
9,
Jaka
rta,
Sel
asa
(23
/2/2
01
6).
(h
ttp
s://
trav
el.d
etik
.co
m/t
rave
l-
Teta
p
Per
lu
pen
gatu
ran
p
eral
ihan
te
rkai
t p
eru
bah
an
sist
em
per
izin
an.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
18
0
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
dic
abu
t d
an d
inya
taka
n
tid
ak b
erla
ku.
new
s/d
-31
49
11
8/u
ps-
atu
ran
-bar
u-k
apal
-yac
ht-
mal
ah-b
ikin
-mas
alah
)
12
. P
asal
14
-
- -
- Te
tap
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 181
8. Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga
Kerja Asing
Perpres ini menggantikan Perpres No. 72 Tahun 2014 tentang
Penggunaan Tenaga Asing. Dalam konsiderans menimbang Perpres ini
disebutkan bahwa pembentukan perpres dimaksudkan untuk mendukung
perekonomian nasional dan perluasan kesempatan kerja melalui peningkatan
investasi, sehingga perlu merevisi perizinan penggunaan TKA. Alasan
penggunaan TKA, yaitu: meningkatkan investasi asing sebagai penunjang modal
pembangunan di Indonesia, memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil dan
profesional pada bidang-bidang tertentu yang belum dapat diisi oleh tenaga
kerja Indonesia, mempercepat proses pembangunan nasional dengan jalan
mempercepat proses alih teknologi atau alih ilmu pengetahuan, terutama di
bidang industri, dan memberikan perluasan kesempatan kerja bagi tenaga kerja
Indonesia.
Dalam Perpres ini terdapat perubahan ketentuan yang mempermudah
perizinan TKA, diantaranya: tidak lagi diperlukan IMTA sebagaimana Peraturan
Presiden Nomor 72 Tahun 2014 (Peraturan Presiden lama ini telah dicabut
dengan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018), melainkan cukup
mengajukan RPTKA. Sehingga Perpres ini tidak bertentangan dengan Pasal 42 UU
Ketenagakerjaan Tahun 2003 terkait izin penggunaan TKA.
Namun demikian, ada ketentuan yang bertentangan dengan ketentuan
undang-undang di atasnya, yaitu UU Ketenagakerjaan Tahun 2003. Ketentuan
yang saling bertentangan (disharmoni) ini adalah ketentuan pasal 10, yang tidak
mewajibkan pemberi kerja TKA untuk memiliki RPTKA. Sedangkan Pasal 43 ayat
(1) UU Ketenagakerjaan Tahun 2003, mewajibkan setiap pemberi kerja TKA
untuk memiliki RPTKA, tanpa ada pengecualian. Hal ini tentu tidak selaras dengan
prinsip PUU yang baik, bahwa PUU tidak boleh bertentangan dengan PUU yang
tingkatannya lebih tinggi. Jika politik perundang-undangan di bidang TKA
memang diarahkan untuk memberi kemudahan atau menyederhanakan
perizinan TKA, maka seyogyanya UU Ketenagakerjaan Tahun 2003 dilakukan
revisi, tentunya dengan tetap memperhatikan dimensi Pancasila dari aspek nilai
persatuan yang menghendaki adanya jaminan yang mengedepankan
kepentingan nasional di atas kepentingan lainnya.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 182
Namun demikian, Perpres ini sebenarnya tidak serta merta meligitimasi
keberadaan TKA unskilled worker, karena dalam Pasal 2 (1) jo. Ps 5 (1) ditegaskan
bahwa TKA yang bekerja di Indoensia hanya untuk jabatan tertentu dan dilarang
menduduki jabatan personalia. Adanya kondisi patologis, dimana ditemukan
unskilled worker dari TKA, harus dilihat akar masalahnya. Bisa jadi penyebab
serbuan TKA unskilled worker adalah dampak ditandatanganinya kerjasama turn-
key project dan pemberlakuan bebas visa terhadap banyak negara. Turn-key
project adalah kontrak terima jadi, dimana kontrak pengerjaan, biaya dan
pekerja-pekerjanya berasal dari negara investor, Indonesia menerima hasil
jadinya. Turn-key project ini membolehkan negara investor mendatangkan TKA
baik yang skilled maupun unskilled worker. Pemerintah saat ini sudah
menandatangi kerjasama yang mencapai 120 triliun rupiah, dengan para investor
dan terbanyak diantaranya adalah investor dari Tiongkok.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak patologis kondisi ini:
a) Pengawasan ketat atas turis asing di imigrasi, dan orang asing di
Kemenaker dan kepolisian sehingga meminimalisir orang asing dengan
visa turis bekerja di Indonesia
b) Renegosiasi kontrak turn-key project antara pemerintah dengan investor
terkait penggunaan tenaga kerja lokal
Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi yang dilakukan, maka secara
umum perpres ini masih terdapat ketentuan yang bertentangan dengan
ketentuan di atasnya, sehingga perlu ada penyempurnaan. Namun demikian,
ketentuan ini bukanlah penyebab utama dari kondisi patologis atas serbuan TKA
yang tidak terampil di Indonesia. Terhadap pasal bermasalah tersebut, Perpres
ini direkomendasikan untuk diubah, namun berdasarkan jumlah pasal yang
bermasalah dan dampak dari ketentuan yang bermasalah tersebut, yang tidak
memiliki dampak secara langsung, maka tindak lanjut dari rekomendasi UU ini
masuk dalam kategori tidak mendesak, artinya perpres ini masih dapat
dipertahankan, namun terhadap beberapa pasal yang menjadi temuan perlu
dilakukan penyempurnaan apabila akan dilakukan perubahan. Lebih detil hasil
analisis dan evaluasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
18
3
Tab
el A
nal
isis
dan
Eva
luas
i Per
atu
ran
Pre
sid
en N
om
or
20 T
ahu
n 2
018
ten
tan
g P
engg
un
aan
Ten
aga
Kerj
a A
sin
g
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
1.
P
asal
4
(1)
Seti
ap P
em
ber
i Ker
ja
TKA
w
ajib
m
engu
tam
akan
p
engg
un
aan
ten
aga
kerj
a In
do
nes
ia p
ada
sem
ua
jen
is j
abat
an
yan
g te
rsed
ia.
(2)
Dal
am
hal
ja
bat
an
seb
agai
man
a d
imak
sud
pad
a ay
at
(1)
bel
um
d
apat
d
idu
du
ki
ole
h
ten
aga
kerj
a In
do
nes
ia,
jab
atan
te
rseb
ut
dap
at
did
ud
uki
ole
h T
KA
.
Kej
elas
an
rum
usa
n
Pen
ggu
naa
n
bah
asa,
is
tila
h, k
ata
Ket
egas
an
Pen
ggu
naa
n
kata
“m
engu
tam
akan
” p
ada
ayat
1
sulit
d
ilaku
kan
p
enga
was
an
dal
am
pen
erap
ann
ya.
Leb
ih
lan
jut
di
ayat
2 k
ata
“dap
at”
mem
bu
ka
ruan
g TK
A
men
gisi
ja
bat
an
yan
g se
har
usn
ya
diis
i o
leh
te
nag
a ke
rja
Ind
on
esia
. K
eten
tuan
d
alam
p
asal
in
i m
enu
nju
kkan
ku
ran
gnya
ke
tega
san
dal
am p
erlin
du
nga
n
ten
aga
kerj
a In
do
nes
ia
(pas
al
kare
t).
Ub
ah
Den
gan
m
emb
erik
an
rum
usa
n
yan
g le
bih
te
gas.
2.
P
asal
10
(1
) P
emb
eri
Ker
ja
TKA
ti
dak
waj
ib m
emili
ki
RP
TKA
u
ntu
k m
emp
eker
jaka
n
TKA
ya
ng
mer
up
akan
:
Dis
har
mo
ni
Kew
ajib
an
Ad
anya
ke
ten
tuan
ya
ng
men
gatu
r te
nta
ng
pem
bat
asan
ke
iku
tser
taan
p
ihak
as
ing,
at
au
tid
ak
Pas
al
ini
tid
ak
mew
ajib
kan
p
emb
eri
kerj
a TK
A
un
tuk
mem
iliki
R
PTK
A.
Kat
a ti
dak
w
ajib
b
erte
nta
nga
n
den
gan
P
asal
4
3
ayat
(1
) U
U
Ket
enag
aker
jaan
Ta
hu
n
20
03
ya
ng
men
egas
kan
h
aru
s:
"..P
emb
eri
Ker
ja
yan
g
Ub
ah
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
18
4
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
a. p
emeg
ang
sah
am
yan
g m
enja
bat
se
bag
ai
angg
ota
D
irek
si
atau
an
ggo
ta
Dew
an
Ko
mis
aris
pad
a
Pem
ber
i K
erja
TK
A;
b. p
egaw
ai
dip
lom
atik
d
an
kon
sule
r p
ada
kan
tor
per
wak
ilan
n
egar
a as
ing;
ata
u
c. T
KA
p
ada
jen
is
pek
erja
an
yan
g d
ibu
tuh
kan
o
leh
p
emer
inta
h.
(2)
Jen
is p
eker
jaan
yan
g d
ibu
tuh
kan
o
leh
p
emer
inta
h
seb
agai
man
a d
imak
sud
pad
a ay
at
(1)
hu
ruf
c d
itet
apka
n
ole
h
Men
teri
.
dit
emu
kan
nya
ke
ten
tuan
ya
ng
men
yeb
abka
n
tid
ak
terb
atas
nya
ke
iku
tser
taan
p
ihak
asi
ng
men
ggu
nak
an
ten
aga
kerj
a as
ing
har
us
mem
iliki
re
nca
na
pen
ggu
naa
n t
enag
a ke
rja
asin
g ya
ng
dis
ahka
n
ole
h
Men
teri
at
au p
ejab
at y
ang
dit
un
juk.
.",
seh
ingg
a d
apat
d
ikat
akan
b
ahw
a m
uat
an
PEP
RES
R
I N
om
or
20
Ta
hu
n
20
18
b
erte
nta
nga
n
den
gan
p
erat
ura
n
per
un
dan
g-u
nd
anga
n y
ang
leb
ih t
ingg
i.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
18
5
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
3.
P
asal
13
jo. P
asal
22
P
asal
13
(1
) U
ntu
k p
eker
jaan
ya
ng
ber
sifa
t d
aru
rat
dan
m
end
esak
, P
em
ber
i K
erja
TK
A
dap
at
mem
pek
erja
kan
TK
A
d
enga
n m
enga
juka
n
per
mo
ho
nan
p
enge
sah
an
RP
TKA
ke
pad
a M
ente
ri
atau
p
ejab
at
yan
g d
itu
nju
k p
alin
g la
ma
2
(du
a)
har
i ke
rja
sete
lah
TK
A b
eker
ja.
(2)
Pen
gesa
han
R
PTK
A
seb
agai
man
a d
imak
sud
pad
a ay
at
(1)
dib
erik
an
Men
teri
at
au
pej
abat
ya
ng
dit
un
juk,
p
alin
g la
ma
1
(sat
u)
har
i ke
rja
sete
lah
p
erm
oh
on
an
D
alam
ked
ua
pas
al d
item
uka
n
rum
usa
n k
ata
“pek
erja
an y
ang
ber
sifa
t d
aru
rat
dan
m
end
esak
”. T
erh
adap
ru
mu
san
in
i p
erlu
dib
erik
an p
enje
lasa
n
bat
asan
yan
g d
imak
sud
den
gan
p
eker
jaan
ya
ng
ber
sifa
t d
an
men
des
ak m
elip
uti
ap
a sa
ja.
Ub
ah
Den
gan
m
enam
bah
kan
p
enje
lasa
n
ruan
g lin
gku
p y
ang
dim
aksu
d
den
gan
“p
eker
jaan
ya
ng
ber
sifa
t d
aru
rat
dan
men
des
ak”.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
18
6
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
dit
erim
a se
cara
le
ngk
ap.
4.
P
asal
17
(1
) Se
tiap
TK
A
yan
g b
eker
ja d
i In
do
nes
ia
waj
ib
mem
pu
nya
i V
itas
un
tuk
bek
erja
. (2
) V
itas
se
bag
aim
ana
dim
aksu
d p
ada
ayat
(1
) d
imo
ho
nka
n
ole
h
Pem
ber
i K
erja
TK
A
atau
TK
A
kep
ada
men
teri
ya
ng
me
mb
idan
gi
uru
san
p
emer
inta
han
d
i b
idan
g h
uku
m
dan
h
ak
asas
i m
anu
sia
atau
p
ejab
at
imig
rasi
ya
ng
dit
un
juk.
(3
) P
ejab
at
imig
rasi
ya
ng
dit
un
juk
seb
agai
man
a d
imak
sud
pad
a ay
at
(2),
te
rmas
uk
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang
- U
nd
anga
n
Asp
ek
op
eras
ion
al
atau
tid
akn
ya
per
atu
ran
Pen
gatu
ran
d
alam
p
erat
ura
n
tid
ak
dap
at
dila
ksan
akan
se
cara
efe
ktif
Pen
gatu
ran
d
alam
P
asal
in
i se
ben
arn
ya
mer
up
akan
p
enye
mp
urn
aan
d
ari
per
pre
s se
bel
um
nya
(P
erp
res
72
Tah
un
2
01
4),
d
enga
n
men
yed
erh
anak
an
pro
sed
ur
dar
i p
enga
juan
V
itas
, ya
ng
dik
elu
arka
n o
leh
im
igra
si.
Dan
m
enu
rut
Pas
al
20
V
itas
b
isa
seka
ligu
s d
ijad
ikan
p
erm
oh
on
an I
tas.
Pad
a ay
at 3
, b
ahw
a p
ejab
at
imig
rasi
ya
ng
dit
un
juk
juga
ter
mas
uk
pej
abat
im
igra
si
di
per
wak
ilan
p
emer
inta
h
Ind
on
esia
d
i lu
ar
neg
eri.
Sem
enta
ra d
i lap
anga
n,
tid
ak s
emu
a K
BR
I di L
N m
emili
ki
pej
abat
im
igra
si,
dan
se
men
tara
in
i u
rusa
n t
erse
bu
t d
iser
ahka
n
kep
ada
pej
abat
K
emen
lu y
ang
dit
emp
atka
n d
i K
BR
I d
imak
sud
. P
erso
alan
nya
, ti
dak
sem
ua
pej
abat
Ke
men
lu
di
KB
RI
mem
aham
i p
erso
alan
Teta
p
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
18
7
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
pej
abat
im
igra
si
yan
g b
erad
a d
i P
erw
akila
n R
epu
blik
In
do
nes
ia
di
luar
n
eger
i.
keim
igra
sian
d
an
kete
nag
aker
jaan
, se
hin
gga
seri
ngk
ali
terj
adi
kesa
lah
an
adm
inis
trat
if.
Un
tuk
itu
p
erlu
d
iteg
aska
n
pen
gatu
ran
nya
d
alam
p
eru
bah
an
UU
K
eim
igra
sian
Ta
hu
n 2
01
1.
5.
P
asal
19
P
ejab
at
imig
rasi
p
ada
Per
wak
ilan
R
epu
blik
In
do
nes
ia d
i lu
ar n
eger
i m
emb
erik
an
Vit
as
pal
ing
lam
a 2
(d
ua)
h
ari
seja
k p
erm
oh
on
an
dit
erim
a se
cara
len
gkap
.
P
asal
in
i m
enga
tur
soal
vi
tas
yan
g m
eru
pak
an
syar
at
bag
i TK
A u
ntu
k b
eker
ja d
i In
do
nes
ia
dim
ana
pem
ber
ian
vit
as p
alin
g la
ma
adal
ah
2
har
i se
jak
per
mo
ho
nan
. P
emb
eria
n v
itas
sel
ama
2 h
ari
tum
pan
g ti
nd
ik
den
gan
p
erat
ura
n
yan
g le
bih
ti
ngg
i ya
itu
PP
No
mo
r 3
1 T
ahu
n 2
01
3
dim
ana
dal
am P
asal
10
4 a
yat
(3)
dia
tur
Pej
abat
Im
igra
si
men
erb
itka
n v
itas
dal
am w
aktu
p
alin
g la
ma
4 (e
mp
at) h
ari k
erja
se
jak
dit
erim
anya
su
rat
per
setu
juan
p
emb
eria
n
vita
s d
an
dila
kuka
n
pem
bay
aran
se
suai
d
enga
n
kete
ntu
an
Ub
ah
Har
us
me
mp
erh
atik
an
UU
Kei
mig
rasi
an T
ahu
n
20
11
, P
P
No
mo
r 3
1
tah
un
2
01
3,
dan
p
rin
sip
ke
hat
i-h
atia
n
dal
am
men
erb
itka
n
vita
s o
ran
g as
ing.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
18
8
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
per
atu
ran
p
eru
nd
ang-
un
dan
gan
. Se
lain
it
u
per
lu
dip
erh
atik
an
pri
nsi
p
keh
ati-
hat
ian
d
alam
p
emb
eria
n v
itas
kep
ada
ora
ng
asin
g ka
ren
a ke
tika
ora
ng
asin
g te
rseb
ut
ber
akti
vita
s d
i n
egar
a In
do
nes
ia a
kan
ban
yak
dam
pak
ya
ng
dit
imb
ulk
an d
ari
akti
vita
s o
ran
g as
ing
ters
ebu
t.
Seja
lan
den
gan
hal
ini,
Pre
sid
en
Ko
nfe
der
ansi
Se
rika
t P
eker
ja
Ind
on
esia
, Sa
id I
qb
al 81
men
ilai
pro
ses
pem
ber
ian
vit
as s
elam
a 2
h
ari
ini
bag
ai
kelo
ngg
aran
b
agi
pek
erja
as
ing
un
tuk
bek
erja
di I
nd
on
esia
.
6.
P
asal
20
(1
) P
erm
oh
on
an
Vit
as
seb
agai
man
a d
imak
sud
d
alam
P
asal
1
7
ayat
(2
)
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang
- U
nd
anga
n
Asp
ek
op
eras
ion
al
atau
tid
akn
ya
per
atu
ran
Pen
gatu
ran
d
alam
p
erat
ura
n
tid
ak
dap
at
dila
ksan
akan
se
cara
efe
ktif
Pen
gatu
ran
d
alam
P
asal
in
i m
eru
pak
an
pen
yed
erh
anaa
n
per
mo
ho
nan
vi
tas
yan
g se
kalig
us
men
jad
i per
mo
ho
nan
It
as,
ini
men
yem
pu
rnak
an
per
pre
s se
bel
um
nya
(P
erp
res
Teta
p
81
CN
N I
nd
on
esia
, B
edah
Pas
al K
on
tro
vers
i Per
pre
s Jo
kow
i so
al T
KA,
htt
ps:
//w
ww
.cn
nin
do
nes
ia.c
om
/nas
ion
al/2
01
805
02
07
114
2-1
2-2
950
09
/bed
ah-p
asal
-ko
ntr
ove
rsi-
per
pre
s-jo
kow
i-so
al-t
ka (
dia
kses
tan
ggal
8 D
esem
ber
20
20
)
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
18
9
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
seka
ligu
s d
apat
d
ijad
ikan
per
mo
ho
nan
Itas
. (2
) D
alam
hal
pen
gaju
an
per
mo
ho
nan
It
as
dila
kuka
n
seka
ligu
s d
enga
n
per
mo
ho
nan
V
itas
se
bag
aim
ana
dim
aksu
d p
ada
ayat
(1
),
pro
ses
per
mo
ho
nan
p
enga
juan
It
as
dila
ksan
akan
Per
wak
ilan
R
epu
blik
In
do
nes
ia d
i lu
ar n
eger
i ya
ng
mer
up
akan
p
erp
anja
nga
n
dar
i D
irek
tora
t Je
nd
eral
Im
igra
si.
72
Tah
un
20
14
). P
ada
ayat
(2
) d
iseb
utk
an
bah
wa
pro
ses
per
mo
ho
nan
p
enga
juan
It
as
dila
ksan
akan
P
erw
akila
n
Rep
ub
lik
Ind
on
esia
d
i lu
ar
neg
eri
yan
g m
eru
pak
an
per
pan
jan
gan
d
ari
Dir
ekto
rat
Jen
der
al
Imig
rasi
. P
erm
asal
ahan
d
i la
pan
gan
, ti
dak
sem
ua
KB
RI d
i LN
mem
iliki
p
ejab
at
imig
rasi
, d
an
sem
enta
ra i
ni
uru
san
ter
seb
ut
dis
erah
kan
ke
pad
a p
ejab
at
Kem
enlu
yan
g d
item
pat
kan
di
KB
RI
dim
aksu
d.
Per
soal
ann
ya,
tid
ak s
emu
a p
ejab
at K
emen
lu
di
KB
RI
mem
aham
i p
erso
alan
ke
imig
rasi
an
dan
ke
ten
agak
erja
an,
seh
ingg
a se
rin
gkal
i te
rjad
i ke
sala
han
ad
min
istr
atif
. U
ntu
k it
u
per
lu
dit
egas
kan
p
enga
tura
nn
ya
dal
am
per
ub
ahan
U
U
Kei
mig
rasi
an
Tah
un
2
01
1,
dan
p
erlu
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
19
0
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
pen
emp
atan
p
etu
gas
imig
rasi
d
i set
iap
KB
RI d
i lu
ar n
eger
i
7.
P
asal
26
(1
) Se
tiap
Pe
mb
eri K
erja
TK
A w
ajib
: a.
men
un
juk
ten
aga
kerj
a In
do
nes
ia
seb
agai
Te
nag
a K
erja
P
end
amp
ing;
b
. m
elak
san
akan
p
end
idik
an
dan
p
elat
ihan
b
agi
ten
aga
kerj
a In
do
nes
ia
sesu
ai
den
gan
ku
alif
ikas
i
jab
atan
ya
ng
did
ud
uki
o
leh
TK
A; d
an
c. m
emfa
silit
asi
pen
did
ikan
d
an
pel
atih
an
Bah
asa
Ind
on
esia
kep
ada
TKA
.
P
asal
in
i h
aru
s d
iser
tai
den
gan
p
enje
lasa
n
pas
al
yan
g je
las,
ka
ren
a p
asal
in
i ti
dak
m
eneg
aska
n a
dan
ya k
ewaj
iban
b
agi T
KA
mel
aku
kan
tra
nsf
er o
f kn
ow
led
ge
kep
ada
ten
aga
kerj
a In
do
nes
ia. T
idak
dije
lask
an ju
ga
per
ban
din
gan
yan
g je
las
anta
ra
jum
lah
ten
aga
kerj
a In
do
nes
ia
pen
dam
pin
g d
an
TKA
ya
ng
did
amp
ingi
.
Ub
ah
Mem
asu
kkan
p
eneg
asan
ke
d
alam
p
enje
lasa
n p
asal
.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
19
1
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
(2)
Ket
entu
an
seb
agai
man
a d
imak
sud
pad
a ay
at
(1)
hu
ruf
a ti
dak
b
erla
ku
bag
i TK
A
yan
g m
end
ud
uki
ja
bat
an
dir
eksi
d
an/a
tau
ko
mis
aris
.
8.
P
asal
33
aya
t (1
) (1
) P
enga
was
an
atas
p
engg
un
aan
TK
A
dila
ksan
akan
ole
h:
a. P
enga
was
K
eten
agak
erja
an
pad
a ke
men
teri
an
dan
din
as p
rovi
nsi
ya
ng
mem
bid
angi
u
rusa
n d
i
bid
ang
kete
nag
aker
jaan
; d
an
b.
peg
awai
im
igra
si
yan
g b
ertu
gas
pad
a b
idan
g
B
erd
asar
kan
dat
a K
emen
teri
an
Ket
enag
aker
jaan
ta
hu
n
20
17
ju
mla
h p
enga
was
ten
aga
kerj
a as
ing
di
Ind
on
esia
b
erju
mla
h
2.2
94
ora
ng
yan
g m
em
pu
nya
i tu
gas
mel
aku
kan
p
enga
was
an
terh
adap
21
6.5
47
per
usa
haa
n.
Idea
lnya
se
ora
ng
pen
gaw
as
men
gaw
asi
5
per
usa
haa
n.
Den
gan
dem
ikia
n k
on
dis
i sa
at
ini
1 o
ran
g p
enga
was
ber
tuga
s m
elak
uka
n
pen
gaw
asan
ke
pad
a ku
ran
g le
bih
9
0
per
usa
haa
n.
Dal
am
pap
aran
nya
d
i B
PH
N82
P
erw
akila
n
dar
i M
igra
n
Car
e
Teta
p
Nam
un
dem
ikia
n p
erlu
d
ilaku
kan
up
aya-
up
aya
seb
agai
ber
iku
t:
1)
Mas
ih
per
lu
men
amb
ah
jum
lah
p
enga
was
ke
ten
agak
erja
an
sert
a in
stru
men
t p
enga
was
ann
ya.P
en
gaw
asan
h
aru
s d
ilaku
kan
se
cara
re
gula
r d
an t
eru
kur.
2
) M
emp
erku
at
koo
rdin
asi
dan
si
ner
gi
den
gan
82
Pap
aran
An
ies
Hid
ayah
dal
am F
oru
m G
rou
p D
iscu
sio
n K
elo
mp
ok
Ker
ja A
nal
isis
dan
Eva
luas
i Hu
kum
ter
kait
Kei
mig
rasi
an d
i BP
HN
tan
ggal
28
Ju
li 2
020
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
19
2
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
pen
gaw
asan
d
an
pen
ind
akan
ke
imig
rasi
an,
seca
ra
terk
oo
rdin
asi
sesu
ai
den
gan
lin
gku
p t
uga
s d
an
kew
enan
gan
m
asin
g-m
asin
g.
men
yam
pai
kan
b
ahw
a p
enga
was
an
kete
nag
aker
jaan
b
aik
terh
adap
te
nag
a ke
rja
asin
g m
aup
un
te
nag
a ke
rja
Ind
on
esia
se
lam
a in
i b
elu
m
ber
jala
n s
ecar
a re
gule
r. D
alam
ar
ti
pen
gaw
asan
b
aru
d
apat
d
ilaks
anak
an
apab
ila
terd
apat
m
asal
ah
yan
g m
un
cul
atau
ap
abila
ter
dap
at la
po
ran
. Sel
ain
it
u,
juga
m
un
cul
isu
b
elu
m
adan
ya
tran
par
ansi
la
po
ran
p
enga
was
an k
eten
agak
erja
an.
Dit
jen
Im
igra
si
dan
ap
arat
p
eneg
ak
hu
kum
la
inn
ya
terk
ait
pen
gaw
asan
. 3
) P
erlu
m
emu
ncu
lkan
ke
waj
iban
u
ntu
k m
emp
ub
likas
ikan
la
po
ran
p
enga
was
an s
ecar
a te
rbu
ka
un
tuk
pu
blik
.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 193
9. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 24 Tahun 2016
tentang Prosedur Teknis Permohonan Dan Pemberian Visa Kunjungan Dan
Visa Tinggal Terbatas sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menkumham Nomor 51 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang
Prosedur Teknis Permohonan Dan Pemberian Visa Kunjungan Dan Visa
Tinggal Terbatas
Dalam perubahan Permenkumham ini terdapat 9 (sembilan) pasal
perubahan dari Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor 24
Tahun 2016 Tentang Prosedur Teknis Permohonan dan Pemberian Visa
Kunjungan dan Visa Tinggal Terbatas. Pasal yang diubah adalah: Ketentuan ayat
(3) Pasal 10 diubah, pasal 15, Ketentuan ayat (3) Pasal 17 diubah, pasal 18, pasal
22, pasal 23, Ketentuan ayat (1) Pasal 24 diubah, 41, Ketentuan ayat (4) Pasal 42
diubah.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025
mengamanatkan bahwa, sasaran pembangunan nasional ditekankan pada
peningkatan daya saing bangsa di berbagai bidang. Dalam kaitannya dengan
bidang hukum, terdapat korelasi signifikan antara pembangunan hukum dengan
daya saing. Beberapa aspek hukum seperti perlindungan investor, independensi
peradilan, regulasi pemerintah, penyuapan, dan kerangka hukum penyelesaian
sengketa, termasuk dalam persyaratan dasar daya saing bangsa sebagaimana
dimuat dalam Global Competitiveness Index (GCI). Namun, permasalahan di
bidang hukum tidak hanya meliputi aspek-aspek yang termuat dalam GCI saja,
tetapi masih banyak komponen hukum lain yang secara langsung maupun tidak
langsung juga dapat mempengaruhi daya saing di Indonesia. 83
Momentum naiknya peringkat investasi Indonesia ke level investment
grade yang disematkan oleh lembaga pemeringkat internasional seperti S&P84
merupakan kesempatan emas bagi Indonesia untuk menarik investasi sebanyak-
banyaknya. Kesempatan emas tersebut seyogyanya dapat dimanfaatkan dengan
baik oleh Indonesia demi mendorong pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun
83 Buku II RPJMN 2015-2019 84 Karlis Karna, “Indonesia Raised to Investment Grade by S&P on Budget Curbs”,
https://www.bloomberg.com/news/articles/2017-05-19/s-p-upgrades-indonesia-to-investment-grade-amid-stronger-growth (diakses pada tanggal 7 Juni 2020).
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 194
sebagaimana diketahui, harapan terhadap meningkatnya kesejahteraan
masyarakat tidak luput daripada tantangan yang amat besar seperti halnya
muncul pandemi covid 19.
Sejak diumumkan Covid-19 sebagai bencana nasional pada 13 April 2020
hingga penghujung Mei 2020, penyebaran Covid 19 telah menjadi salah satu
kekhawatiran masyarakat meskipun pada saat awal keberadaan virus ini,
berbagai upaya yang berbentuk himbauan dari pemerintah belum benar-benar
dipatuhi oleh masyarakat. Bahkan sebagian besar masyarakat menganggap
bahwa virus tersebut tidak akan menyebar luas sebagaimana di negara tempat
awal penyebarannya. Bersamaan dengan kekhawatiran masyarakat terhadap
virus ini, dampak lain ternyata timbul yakni berupa dampak sosial dan ekonomi
serta ketahanan kesehatan masyarakat sebagai penunjang tegak berdirinya
suatu negara.
Menilik hal tersebut, kesehatan sudah barang tentu menjadi satu
kebutuhan dasar manusia, yang belakangan telah dijamin haknya secara
konstitusional. Sesungguhnya jaminan konstitusi terhadap hak atas kesehatan
telah ada sejak masa Konstitusi Republik Serikat (RIS) 1949 “Penguasa senantiasa
berusaha dengan sungguh-sungguh memajukan kebersihan umum dan
kesehatan rakyat”. Setelah bentuk negara serikat kembali ke bentuk negara
kesatuan dan berlakunya Undang-Undang Dasar Sementara 1950 (UUDS),
ketentuan Pasal 40 Konstitusi RIS diadopsi ke dalam Pasal 42 UUDS. Sejalan
dengan itu, Konstitusi World Health Organization (WHO) 1948 telah menegaskan
pula bahwa “memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah
suatu hak asasi bagi setiap orang” (the enjoyment of the highest attainable
standard of health is one of the fundamental rights of every human being). Istilah
yang digunakan bukan “human rights”, tetapi “fundamental rights”, yang kalau
kita terjemahkan langsung ke Bahasa Indonesia menjadi “Hak Hak Dasar”.85
Kemudian pada tahun 2000, melalui Perubahan Kedua UUD NRI Tahun
1945, kesehatan ditegaskan sebagai bagian dari hak asasi manusia. Dalam Pasal
28H ayat (1) dinyatakan, bahwa: “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.” Masuknya ketentuan tersebut
85 Indra Perwira, “Memahami Kesehatan Sebagai Hak Asasi Manusia”, Koleksi Dokumentasi Elsam,
2014, hlm. 3-4
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 195
ke dalam UUD NRI Tahun 1945, menggambarkan perubahan paradigma yang
luar biasa. Kesehatan dipandang tidak lagi sekedar urusan pribadi yang terkait
dengan nasib atau karunia Tuhan yang tidak ada hubungannya dengan tanggung
jawab negara, melainkan suatu hak hukum (legal rights) yang tentunya dijamin
oleh negara.86
Untuk menindaklanjuti antisipasi kedaruratan penyakit menular, berikut
serangkaian regulasi yang mengatur upaya perlindungan dan pencegahan
penyakit menular yaitu:
1) Pasal 4 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945;
2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273);
3) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
4) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
5) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 128,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6236);
6) Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan
Kedaruratan Bencana pada Kondisi Tertentu (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 34)
Mengacu pada aturan-aturan di atas, sebagai upaya penanggulangan wabah ini,
pemerintah telah menerbitkan beberapa regulasi yaitu:
1) Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2020 tentang refocussing kegiatan,
realokasi anggaran serta pengadaan barang dan jasa dalam rangka
percepatan penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
2) Keputusan Presiden Nomor 11 tahun 2020 tentang Penetapan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat COVID-19
86 Manadopost, “Aspek Hukum Dalam Dalam Penanganan Wabah Covid-
19”,https://manadopost.jawapos.com/opini/20/04/2020/aspek-hukum-dalam-dalam-penanganan-wabah-covid-19/ (diakses 5 Oktober 2020)
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 196
3) Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang penetapan bencana
non alam penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai
Bencana Nasional.
4) Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial
Berskala Besar dalam rangka Percepatan Penanganan Corona Virus
Disease (COVID-19) ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Maret 2020
oleh Presiden Joko Widodo.
5) Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 Tentang Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019
6) Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas
Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 Tentang Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Kedatangan warga negara asing masuk ke wilayah Indonesia dengan
maksud dan tujuan seperti urusan bisnis, profesi, belajar, kerjasama antar negara
bahkan ada pula yang hanya ingin berkunjung sekedar memenuhi kebutuhan
pariwisata. Kunjungan warga asing tersebut tentunya perlu diatur tidak hanya
dalam rangka pengawasan tetapi juga memberikan stimulus ekonomi yang
tentunya memberikan dua keuntungan sekaligus yakni sebagai instrumen
mengatur lalu lintas warga asing juga memberikan rangsangan menarik minat
untuk datang ke Indonesia. Hal ini tentu dimulai dengan melakukan terobosan
oleh pemerintah, salah satunya di bidang regulasi tentang keimigrasian.
Beberapa aturan yang diubah tersebut diharapkan mampu mendorong dan
memberikan stimulus kepada pemerintah Indonesia, termasuk didalamnya
meninjau kembali pengaturan terkait visa kunjungan.
Dalam konteks demikian perlu bagi pemangku kepentingan untuk
menyelaraskan kembali aturan visa kunjungan orang asing dengan regulasi
penanganan Covid 19 sehingga menjadi sebuah pedoman pengaturan yang kuat
dan mampu memberikan perlindungan bagi ketahanan negara. Selain itu,
beberapa pengaturan perlu ada penegasan terhadap kejelasan rumusan
termasuk di dalamnya disesuaikan dengan falsafah kehidupan bangsa dan
bernegara yakni Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
Analisis dan evaluasi hukum yang akan dilakukan pada Peraturan Menteri
Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2016
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Prosedur Teknis Permohonan dan Pemberian
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 197
Visa Kunjungan dan Visa Tinggal Terbatas dilakukan dengan identifikasi terhadap
persoalan-persoalan yang terdapat pada peraturan perundang-undangan terkait
Keimigrasian baik pada tataran normatif maupun efektivitas implementasinya.
Hasil analisis dan evaluasi ini dapat menjadi masukan perbaikan yang objektif
dalam rangka menjadi bahan masukan bagi pembangunan hukum nasional.
Beberapa yang menjadi potret analisis dan evaluasi Peraturan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2016
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Prosedur Teknis Permohonan dan Pemberian
Visa Kunjungan dan Visa Tinggal Terbatas, adalah sebagai berikut:
1. Perlunya pemangku kepentingan untuk menyelaraskan kembali
pengaturan terkait prosedur teknis permohonan dan pemberian visa
kunjungan dan vitas dengan kondisi pandemi Covid 19. Beberapa beleid
yang dikeluarkan terkait penanganan pandemi Covid 19, dapat menjadi
bahan masukan yang sangat berharga. Hal ini menjadi kebutuhan
pemerintah dalam upaya mencegah penyebarluasan wabah atau
pandemi penyakit menular mematikan. Pencegahan menjadi salah satu
cara yang efektif agar penularan tidak menjadi meluas hingga
mengancam ketahanan negara dan keberlangsungan generasi bangsa;
2. Perlunya kewajiban penjamin bagi warga asing untuk menjamin kondisi
kesehatan warga asing yang dijamin secara berkala yang mengajukan
permohonan visa kunjungan dan vitas terkait dengan kondisi kesehatan
warga asing yang dijaminnya;
3. Batas 3 hari pemberian wawancara perlu dipertimbangkan untuk
diberikan tambahan batas hari agar memberikan ruang yang cukup dan
proporsional;
4. Kewenangan persetujuan direktur jenderal imigrasi belum tergambar.
Dalam rangka pelaksanaan administrasi dan monitoring terpadu
sebaiknya kewenangan memberikan persetujuan oleh direktur jenderal
ditegaskan.
Rekomendasi umum terhadap peraturan ini perlu dilakukan perubahan
dengan mempertimbangkan hasil analisis dan evaluasi. Lebih detail hasil analisis
dan evaluasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
19
8
Tab
el A
nal
isis
dan
Eva
luas
i Per
atu
ran
Men
teri
Hu
kum
dan
Hak
Asa
si M
anu
sia
No
mo
r 24
Tah
un
20
16 t
enta
ng
Pro
sed
ur
Tekn
is
Per
mo
ho
nan
Dan
Pem
ber
ian
Vis
a Ku
nju
nga
n D
an V
isa
Tin
ggal
Ter
bat
as s
ebag
aim
ana
tela
h d
iub
ah d
enga
n P
erat
ura
n M
ente
ri H
uku
m
dan
Hak
Asa
si M
anu
sia
No
mo
r 5
1 Ta
hu
n 2
016
ten
tan
g Pe
rub
ahan
Ata
s P
erat
ura
n M
ente
ri H
uku
m D
an H
ak A
sasi
Man
usi
a N
om
or
24
Tah
un
201
6 Te
nta
ng
Pro
sed
ur
Tekn
is P
erm
oh
on
an D
an P
emb
eria
n V
isa
Kun
jun
gan
Dan
Vis
a Ti
ngg
al T
erb
atas
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
1
Ko
nsi
der
an M
engi
nga
t P
anca
sila
K
eman
usi
aan
A
dan
ya
kete
ntu
an
yan
g m
enja
min
p
erlin
du
nga
n
mas
yara
kat,
at
au
tid
ak
dit
emu
kan
nya
ke
ten
tuan
ya
ng
men
yeb
abka
n
tid
ak
terj
amin
nya
p
erlin
du
nga
n
mas
yara
kat
Per
lu m
emp
erh
atik
an k
asu
s sa
at
ini
terk
ait
wab
ah a
tau
pan
dem
ik
pen
yaki
t m
enu
lar
mem
atik
an
yan
g b
eras
al
dar
i lu
ar
neg
eri.
Pen
cega
han
m
enja
di
sala
h
satu
ca
ra y
ang
efek
tif
agar
pen
ula
ran
ti
dak
m
enja
di
mel
uas
h
ingg
a m
enga
nca
m g
ener
asi b
angs
a
Ub
ah
den
gan
m
emp
erh
atik
an
sosi
al
kem
asya
raka
tan
ya
ng
beb
as
dar
i p
enya
kit
men
ula
r m
emat
ikan
ya
ng
ber
asal
d
ari
luar
n
eger
i d
enga
n
per
anta
ra
ora
ng
asin
g at
au
war
ga
neg
ara
yan
g b
aru
sa
ja
mel
aku
kan
p
erja
lan
an
di
neg
ara
terd
amp
ak
pan
dem
i p
enya
kit
men
ula
r m
emat
ikan
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
19
9
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
2
Pas
al 1
an
gka
11
P
enja
min
ad
alah
o
ran
g at
au
korp
ora
si
yan
g b
erta
ngg
un
g ja
wab
at
as
keb
erad
aan
d
an
kegi
atan
O
ran
g A
sin
g se
lam
a b
erad
a d
i Wila
yah
Ind
on
esia
.
Kej
elas
an
rum
usa
n
Pen
ggu
naa
n
bah
asa,
is
tila
h,
kata
Ket
epat
an
Mer
uju
k p
ada
atu
ran
ya
ng
men
gatu
r te
nta
ng
kese
hat
an
Ub
ah
Per
lu p
enam
bah
an
asp
ek k
eseh
atan
. P
enja
min
ad
alah
o
ran
g at
au
korp
ora
si
yan
g b
erta
ngg
un
g ja
wab
at
as
keb
erad
aan
. K
eseh
ata
n
dan
ke
giat
an
Ora
ng
Asi
ng
sela
ma
ber
ada
di
Wila
yah
In
do
nes
ia.
3
Pas
al 1
1 a
yat
1
Per
mo
ho
nan
V
isa
kun
jun
gan
saa
t ke
dat
anga
n
dia
juka
n o
leh
Ora
ng
Asi
ng
dar
i neg
ara
tert
entu
kep
ada
Pej
abat
Im
igra
si
yan
g d
itu
nju
k p
ada
saat
ke
dat
anga
n
di
Tem
pat
P
emer
iksa
an
Imig
rasi
te
rten
tu.
Dis
har
mo
ni
pen
gatu
ran
K
ewaj
iban
A
dan
ya
pen
gatu
ran
m
enge
nai
ke
waj
iban
ya
ng
sam
a p
ada
2 (
du
a)
atau
le
bih
p
erat
ura
n
yan
g b
erb
eda
hie
rark
i, te
tap
i mem
ber
ikan
ke
waj
iban
ya
ng
ber
bed
a.
Pas
al 1
5 a
yat
2 P
erm
enku
mh
am
51
Tah
un
20
16
Per
ub
ahan
Ata
s P
erat
ura
n
Men
teri
H
uku
m
Dan
H
ak
Asa
si
Man
usi
a N
om
or
24
Ta
hu
n
20
16
Te
nta
ng
Pro
sed
ur
Tekn
is
Per
mo
ho
nan
D
an
Pem
ber
ian
V
isa
Ku
nju
nga
n
Dan
V
isa
Tin
ggal
Te
rbat
as,
“Per
mo
ho
nan
p
erse
tuju
an
tert
ulis
d
ari
Dir
ektu
r Je
nd
eral
se
bag
aim
ana
dim
aksu
d p
ada
ayat
(1
) d
iaju
kan
o
leh
O
ran
g A
sin
g p
ada
Per
wak
ilan
R
epu
blik
Ub
ah
Pas
al
11
ay
at
1
per
lu
dis
esu
aika
n
seb
agai
man
a o
bye
k h
uku
m
yan
g d
iseb
utk
an
dal
am
15
ay
at
2
yan
g d
i d
alam
nya
ti
dak
h
anya
m
enye
bu
tkan
ora
ng
teta
pi
juga
ad
a p
enja
min
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
20
0
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
Ind
on
esia
at
au
ole
h
Pen
jam
in
pad
a D
irek
tora
t Je
nd
eral
Imig
rasi
” P
asal
11
aya
t 1
Per
men
kum
ham
2
4 T
ahu
n 2
01
6 (
ma
sih
ber
laku
) d
an p
asal
15
aya
t 2
(ya
ng
ba
ru)
tid
ak b
erke
sesu
aian
. Pem
aham
an
terh
adap
pas
al y
ang
tid
ak s
ama,
m
enim
bu
lkan
po
ten
si d
ish
arm
on
i d
an k
etid
akje
lasa
n r
um
usa
n
4
Pas
al 1
7 a
yat
2
Waw
anca
ra
seb
agai
man
a d
imak
sud
pad
a ay
at (
1)
hu
ruf
g d
ilaks
anak
an d
alam
ja
ngk
a w
aktu
pal
ing
lam
a 3
(t
iga)
h
ari
kerj
a te
rhit
un
g se
jak
per
mo
ho
nan
d
iter
ima.
Efek
tivi
tas
pel
aksa
naa
n
Asp
ek
op
eras
ion
al
atau
ti
dak
nya
p
erat
ura
n
Pen
gatu
ran
d
alam
p
erat
ura
n
tid
ak
dap
at d
ilaks
anak
an
seca
ra e
fekt
if
Bat
as
3
har
i p
emb
eria
n
waw
anca
ra
per
lu
dip
erti
mb
angk
an u
ntu
k d
iber
ikan
ta
mb
ahan
b
atas
h
ari
agar
m
emb
erik
an
ruan
g ya
ng
cuku
p
dan
pro
po
rsio
nal
Ub
ah
Pen
amb
ahan
ju
mla
h
bat
as
har
i p
erlu
d
idu
kun
g d
enga
n h
asil
kajia
n
sin
gkat
.
5
Pas
al 2
2 a
yat
5
Vis
a Ti
ngg
al
Terb
atas
se
bag
aim
ana
dim
aksu
d
pad
a ay
at
(1)
dib
erik
an
kep
ada
Ora
ng
Asi
ng
sete
lah
m
end
apat
kan
p
erse
tuju
an
dar
i Dir
ektu
r Je
nd
eral
at
au P
ejab
at I
mig
rasi
yan
g d
itu
nju
k
Kej
elas
an
rum
usa
n
Pen
ggu
naa
n
bah
asa,
is
tila
h,
kata
Ket
egas
an
Kew
enan
gan
p
erse
tuju
an
dir
ektu
r je
nd
eral
im
igra
si b
elu
m
terg
amb
ar p
ada
pas
al 2
2.
Dal
am
ran
gka
pel
aksa
naa
n a
dm
inis
tras
i d
an
mo
nit
ori
ng
terp
adu
se
bai
knya
ke
wen
anga
n
mem
ber
ikan
p
erse
tuju
an
ole
h
dir
ektu
r je
nd
eral
dit
egas
kan
.
Ub
ah
Men
amb
ah
dik
tum
ay
at
terk
ait
per
an
atau
ke
wen
anga
n
dir
ektu
r je
nd
eral
im
igra
si
pad
a p
emb
eria
n
per
setu
juan
vi
tas
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
20
1
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
Pas
al 2
2 a
yat
6
Per
setu
juan
D
irek
tur
Jen
der
al s
ebag
aim
ana
dim
aksu
d
pad
a ay
at
(5)
dia
juka
n o
leh
Ora
ng
Asi
ng
pad
a P
erw
akila
n
Rep
ub
lik
Ind
on
esia
ata
u o
leh
P
enja
min
p
ada
Dir
ekto
rat
Jen
der
al Im
igra
si
dan
pen
jam
in o
ran
g as
ing
ters
ebu
t
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 202
10. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 16 Tahun 2018
tentang Prosedur Permohonan Visa dan Izin Tinggal bagi Tenaga Kerja
Asing
Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi hukum terhadap Permenkumham
ini terdapat ketidak jelasan rumusan dan terdapat potensi ambigu dan dapat
ditafsirkan subyektif yaitu dalam Pasal 5 dan Pasal 7 terdapat frasa
“pertimbangan kemanfaatan atau risiko akan dampak kedatangan” yang
berpotensi menimbulkan ambiguitas serta dapat ditafsirkan secara sepihak dan
subjektif oleh Pejabat Imigrasi di lapangan. Demikian juga dalam Pasal 19
terdapat frasa “bersifat darurat dan mendesak” berpotensi menimbulkan
ambiguitas serta dapat ditafsirkan secara sepihak dan subjektif oleh pihak yang
menggunakan pasal ini. Lebih detil hasil analisis dan evaluasi dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
20
3
Tab
el A
nal
isis
dan
Eva
luas
i Per
atu
ran
Men
teri
Hu
kum
dan
Hak
Asa
si M
anu
sia
No
mo
r 16
Tah
un
20
18 t
enta
ng
Pro
sed
ur
Per
mo
ho
nan
Vis
a d
an Iz
in T
ingg
al B
agi T
enag
a Ke
rja
Asi
ng
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
1.
K
on
sid
eran
M
enim
ban
g Ef
ekti
vita
s p
elak
san
aan
p
erat
ura
n
per
un
dan
g-u
nd
anga
n
Asp
ek d
amp
ak
pel
aksa
naa
n
per
atu
ran
a.
Dam
pak
te
rhad
ap
du
nia
usa
ha
b.
Dam
pak
so
sial
m
asya
raka
t c.
D
amp
ak
lingk
un
gan
Pan
dem
i C
ovi
d-1
9
tela
h
men
gub
ah t
atan
an m
asya
raka
t d
i se
luru
h d
un
ia.
Sela
in u
pay
a m
emb
angk
itka
n
kem
bal
i ek
on
om
i, se
mu
a n
egar
a d
i du
nia
ya
ng
terd
amp
ak
pan
dem
i in
i b
eru
sah
a m
emp
erb
aiki
si
tuas
i d
alam
n
eger
i m
asin
g-m
asin
g.
Dal
am
kon
teks
In
do
nes
ia,
pen
ingk
atan
p
erek
on
om
ian
n
asio
nal
p
erlu
d
iup
ayak
an
mel
alu
i b
erag
am
cara
, ti
dak
h
anya
m
elal
ui
inve
stas
i ya
ng
men
dat
angk
an
ten
aga
kerj
a as
ing.
Beb
erap
a as
pek
lai
n y
ang
juga
p
erlu
m
end
apat
kan
p
erh
atia
n
dal
am
ran
gka
men
ingk
atka
n
per
eko
no
mia
n
nas
ion
al,
anta
ra
lain
, ad
alah
p
enin
gkat
an k
ual
itas
kes
ehat
an
mas
yara
kat,
p
enin
gkat
an
kual
itas
p
end
idik
an,
dan
p
emb
erd
ayaa
n
sum
ber
d
aya
man
usi
a d
alam
neg
eri.
Ub
ah
Per
lu
mem
asu
kkan
d
asar
p
erti
mb
anga
n
terk
ait
asp
ek
kese
hat
an,
pen
did
ikan
, dan
su
mb
er
day
a m
anu
sia
dal
am
neg
eri
seb
agai
d
asar
m
enim
ban
g se
lain
p
erti
mb
anga
n
pen
ingk
atan
p
erek
on
om
ian
n
asio
nal
mel
alu
i p
enin
gkat
an
inve
stas
i.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
20
4
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
2.
P
asal
1 a
ngk
a 8
V
isa
Rep
ub
lik
Ind
on
esia
ya
ng
sela
nju
tnya
V
isa
adal
ah
kete
ran
gan
te
rtu
lis
yan
g d
iber
ikan
o
leh
p
ejab
at
yan
g b
erw
enan
g d
i p
erw
akila
n
Rep
ub
lik
Ind
on
esia
at
au d
i te
mp
at l
ain
ya
ng
dit
etap
kan
o
leh
P
emer
inta
h
Rep
ub
lik
Ind
on
esia
ya
ng
mem
uat
p
erse
tuju
an
bag
i O
ran
g A
sin
g u
ntu
k m
elak
uka
n
per
jala
nan
ke
W
ilaya
h
Ind
on
esia
d
an m
enja
di
das
ar
un
tuk
pem
ber
ian
iz
in t
ingg
al.
Kej
elas
an
rum
usa
n
Tep
at
Tep
at
Terd
apat
ke
kura
nga
n
kata
“d
isin
gkat
” p
ada
kalim
at
“Vis
a R
epu
blik
In
do
nes
ia
yan
g se
lan
jutn
ya
Vis
a ad
alah
ke
tera
nga
n t
ertu
lis [
…]”
Ub
ah
Diu
bah
men
jad
i “V
isa
Rep
ub
lik
Ind
on
esia
ya
ng
sela
nju
tnya
d
isin
gkat
V
isa
adal
ah
kete
ran
gan
te
rtu
lis…
”.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
20
5
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
3.
P
asal
5
ay
at
(1)
hu
ruf
c c.
P
ejab
at
Imig
rasi
ya
ng
dit
un
juk
men
giri
mka
n
per
inta
h
pem
bay
aran
b
iaya
Su
rat
Per
setu
juan
V
isa,
Vit
as,
Itas
, Iz
in
Mas
uk
Kem
bal
i d
an
Jasa
P
engg
un
aan
Te
kno
logi
SI
MK
IM
kep
ada
Pem
ber
i K
erja
TK
A
atau
ca
lon
TK
A
mel
alu
i su
rat
elek
tro
nik
;
Kej
elas
an
rum
usa
n
- Ti
dak
m
enim
bu
lkan
am
big
uit
as/
mu
ltit
afsi
r -
Tega
s -
Mu
dah
d
ipah
ami
- Ti
dak
su
bje
ktif
- Ti
dak
m
enim
bu
lkan
am
big
uit
as/
mu
ltit
afsi
r -
Tega
s -
Mu
dah
d
ipah
ami
- Ti
dak
su
bje
ktif
Kat
a “p
emb
ayar
an”
di
dal
am
per
atu
ran
in
i p
erlu
d
iper
jela
s se
cara
ek
splis
it
un
tuk
men
un
jukk
an
bah
wa
sega
la
jen
is
pem
bay
aran
ya
ng
dila
kuka
n
dal
am
pel
aksa
naa
n
per
atu
ran
ini a
kan
mas
uk
ke k
as
neg
ara
mel
alu
i re
ken
ing
ban
k ya
ng
dit
un
juk/
dit
entu
kan
.
Ub
ah
Per
lu
pen
amb
ahan
ay
at
yan
g b
erb
un
yi
“Pem
bay
aran
se
bag
aim
ana
dim
aksu
d
Pas
al
5 a
yat
(1)
hu
ruf
d
dis
eto
r ke
re
ken
ing
kas
neg
ara
mel
alu
i b
ank
yan
g d
itu
nju
k.”
Seb
agai
al
tern
atif
, ka
ta
“pem
bay
aran
” b
eser
ta
def
inis
inya
d
apat
d
ican
tum
kan
di
dal
am
Pas
al
1
den
gan
b
un
yi
“Pem
bay
aran
ad
alah
se
tora
n
uan
g d
ilaku
kan
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
20
6
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
ke r
eken
ing
kas
neg
ara
mel
alu
i b
ank
yan
g d
itu
nju
k.”
4.
P
asal
5
ay
at
(1)
hu
ruf
e e.
P
ejab
at
Imig
rasi
ya
ng
dit
un
juk
mel
aku
kan
p
enel
itia
n
lata
r b
elak
ang
calo
n
TKA
d
an/a
tau
P
emb
eri
Ker
ja
TKA
m
elal
ui
med
ia
elek
tro
nik
at
au
med
ia
lain
nya
se
rta
arsi
p
laya
nan
K
eim
igra
sian
se
bag
ai
per
tim
ban
gan
ke
man
faat
an
atau
ris
iko
aka
n
dam
pak
ke
dat
anga
n
Ora
ng
Asi
ng
ke
Kej
elas
an
rum
usa
n
- Ti
dak
m
enim
bu
lkan
am
big
uit
as/
mu
ltit
afsi
r -
Tega
s -
Mu
dah
d
ipah
ami
- Ti
dak
su
bje
ktif
- Ti
dak
m
enim
bu
lkan
am
big
uit
as/
mu
ltit
afsi
r -
Tega
s -
Mu
dah
d
ipah
ami
- Ti
dak
su
bje
ktif
Fras
a “p
erti
mb
anga
n
kem
anfa
atan
at
au
risi
ko
akan
d
amp
ak
ked
atan
gan
” b
erp
ote
nsi
m
enim
bu
lkan
am
big
uit
as
sert
a d
apat
d
itaf
sirk
an
seca
ra
sep
ihak
d
an
sub
jekt
if o
leh
Pej
abat
Imig
rasi
di
lap
anga
n.
Ub
ah
Ket
entu
an
ini
har
us
men
can
tum
kan
b
atas
an
yan
g te
gas
terk
ait
man
faat
d
an
risi
ko
apa
saja
ya
ng
dap
at
mem
ber
ikan
d
amp
ak
terh
adap
ke
aman
an,
kete
rtib
an,
eko
no
mi,
sosi
al,
po
litik
, d
an
bu
day
a In
do
nes
ia.
Per
lu
dim
asu
kka
n
sara
n
pa
ram
eter
ya
ng
se
sua
i.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
20
7
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
Ind
on
esia
te
rhad
ap
keam
anan
, ke
tert
iban
, ek
on
om
i, so
sial
, p
olit
ik,
dan
b
ud
aya
Ind
on
esia
;
5.
P
asal
5
ay
at
(1)
hu
ruf
k P
ejab
at
Imig
rasi
at
au p
ejab
at d
inas
lu
ar
neg
eri
yan
g d
itu
nju
k p
ada
Per
wak
ilan
R
epu
blik
In
do
nes
ia
mel
aku
kan
p
enel
itia
n
ula
ng
terh
adap
la
tar
bel
akan
g ca
lon
TK
A
dan
/ata
u
Pem
ber
i K
erja
TK
A
mel
alu
i m
edia
el
ektr
on
ik
atau
med
ia l
ain
nya
se
rta
arsi
p l
ayan
an
Kei
mig
rasi
an
seb
agai
Kej
elas
an
rum
usa
n
- Ti
dak
m
enim
bu
lkan
am
big
uit
as/
mu
ltit
afsi
r -
Tega
s -
Mu
dah
d
ipah
ami
- Ti
dak
su
bje
ktif
- Ti
dak
m
enim
bu
lkan
am
big
uit
as/
mu
ltit
afsi
r -
Tega
s -
Mu
dah
d
ipah
ami
- Ti
dak
su
bje
ktif
Fras
a “p
erti
mb
anga
n
kem
anfa
atan
at
au
risi
ko
akan
d
amp
ak
ked
atan
gan
” b
erp
ote
nsi
m
enim
bu
lkan
am
big
uit
as
sert
a d
apat
d
itaf
sirk
an
seca
ra
sep
ihak
d
an
sub
jekt
if
ole
h
Pej
abat
Im
igra
si
atau
pej
abat
din
as lu
ar n
eger
i di
lap
anga
n.
Ub
ah
Ket
entu
an
ini
har
us
men
can
tum
kan
b
atas
an
yan
g te
gas
terk
ait
man
faat
d
an
risi
ko
apa
saja
ya
ng
dap
at
mem
ber
ikan
d
amp
ak
terh
adap
ke
aman
an,
kete
rtib
an,
eko
no
mi,
sosi
al,
po
litik
, d
an
bu
day
a In
do
nes
ia.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
20
8
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
per
tim
ban
gan
ke
man
faat
an
atau
ri
siko
aka
n d
amp
ak
ked
atan
gan
ca
lon
TK
A
ke
Ind
on
esia
te
rhad
ap
keam
anan
, ke
tert
iban
, ek
on
om
i, so
sial
, p
olit
ik,
dan
bu
day
a In
do
nes
ia;
6.
P
asal
6 a
yat
(1)
(1)
Cal
on
TK
A d
apat
d
iber
ikan
Vit
as S
aat
Ked
atan
gan
.
Kej
elas
an
rum
usa
n
Tid
ak
men
imb
ulk
an
amb
igu
itas
/ m
ult
itaf
sir
Tid
ak
men
imb
ulk
an
amb
igu
itas
/ m
ult
itaf
sir
Ap
abila
fr
asa
“Vit
as
Saat
K
edat
anga
n”
dim
aksu
dka
n
seb
agai
te
rmin
olo
gi
khu
sus
den
gan
def
inis
i te
rten
tu,
mak
a p
erlu
d
ican
tum
kan
p
enge
rtia
nn
ya d
i dal
am P
asal
1.
Teta
p
Nam
un
, is
tila
h
“Vit
as
Saat
K
edat
anga
n”
bes
erta
p
enge
rtia
nn
ya
per
lu
dit
amb
ahka
n k
e d
alam
Pas
al 1
.
7.
P
asal
7
ay
at
(4)
hu
ruf
c (4
) P
emb
eria
n V
itas
sa
at
ked
atan
gan
se
bag
aim
ana
dim
aksu
d d
alam
Kej
elas
an
rum
usa
n
Tid
ak
men
imb
ulk
an
amb
igu
itas
/ m
ult
itaf
sir
Tid
ak
men
imb
ulk
an
amb
igu
itas
/ m
ult
itaf
sir
Ap
abila
fr
asa
“neg
ara
calli
ng
vi
sa”
dim
aksu
dka
n
seb
agai
te
rmin
olo
gi
khu
sus
den
gan
d
efin
isi
tert
entu
, m
aka
per
lu
dic
antu
mka
n
pen
gert
ian
nya
d
i d
alam
Pas
al 1
.
Teta
p
Nam
un
, is
tila
h
“neg
ara
calli
ng
visa
” b
eser
ta
pen
gert
ian
nya
p
erlu
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
20
9
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
Pas
al 6
aya
t (1
) d
ilaks
anak
an
mel
alu
i m
ekan
ism
e:
c.
Dal
am
hal
p
erm
oh
on
an
Vit
as
saat
ke
dat
anga
n
bag
i ca
lon
TK
A
yan
g b
eras
al
dar
i n
egar
a ca
llin
g vi
sa
dit
ind
akla
nju
ti
mel
alu
i p
enel
itia
n
dan
p
enila
ian
ti
m
koo
rdin
asi
pen
ilai
pem
ber
ian
Vis
a;
dit
amb
ahka
n k
e d
alam
Pas
al 1
.
8.
P
asal
7
ay
at
(4)
hu
ruf
d
d.
Pej
abat
Im
igra
si
yan
g d
itu
nju
k m
engi
rim
kan
p
erin
tah
p
emb
ayar
an
Vit
as
Kej
elas
an
rum
usa
n
Tid
ak
men
imb
ulk
an
amb
igu
itas
/ m
ult
itaf
sir
Tid
ak
men
imb
ulk
an
amb
igu
itas
/ m
ult
itaf
sir
Ap
abila
fr
asa
“Ita
s Sa
at
Ked
atan
gan
” d
imak
sud
kan
se
bag
ai
term
ino
logi
kh
usu
s d
enga
n d
efin
isi
tert
entu
, m
aka
per
lu
dic
antu
mka
n
pen
gert
ian
nya
di d
alam
Pas
al 1
.
Teta
p
Nam
un
, is
tila
h
“Ita
s Sa
at
Ked
atan
gan
” b
eser
ta
pen
gert
ian
nya
p
erlu
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
21
0
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
saat
ke
dat
anga
n,
Itas
sa
at
ked
atan
gan
, Iz
in
Mas
uk
Kem
bal
i, d
an
bia
ya
jasa
p
engg
un
aan
te
kno
logi
SI
MK
IM
kep
ada
Pem
ber
i K
erja
TK
A
atau
ca
lon
TK
A
mel
alu
i su
rat
elek
tro
nik
;
dit
amb
ahka
n k
e d
alam
Pas
al 1
.
9.
P
asal
7
ay
at
(4)
hu
ruf
f P
ejab
at
Imig
rasi
ya
ng
dit
un
juk
mel
aku
kan
p
enel
itia
n
lata
r b
elak
ang
Pem
ber
i K
erja
TK
A d
an/a
tau
ca
lon
TK
A
mel
alu
i m
edia
el
ektr
on
ik
atau
med
ia l
ain
nya
se
rta
arsi
p l
ayan
an
Kei
mig
rasi
an
seb
agai
p
erti
mb
anga
n
kem
anfa
atan
at
au
Kej
elas
an
rum
usa
n
- Ti
dak
m
enim
bu
lkan
am
big
uit
as/
mu
ltit
afsi
r -
Tega
s -
Mu
dah
d
ipah
ami
- Ti
dak
su
bje
ktif
- Ti
dak
m
enim
bu
lkan
am
big
uit
as/
mu
ltit
afsi
r -
Tega
s -
Mu
dah
d
ipah
ami
- Ti
dak
su
bje
ktif
Fras
a “p
erti
mb
anga
n
kem
anfa
atan
at
au
risi
ko
akan
d
amp
ak
ked
atan
gan
” b
erp
ote
nsi
m
enim
bu
lkan
am
big
uit
as
sert
a d
apat
d
itaf
sirk
an
seca
ra
sep
ihak
d
an
sub
jekt
if o
leh
Pej
abat
Imig
rasi
di
lap
anga
n.
Ub
ah
Ket
entu
an
ini
har
us
men
can
tum
kan
b
atas
an
yan
g te
gas
terk
ait
man
faat
d
an
risi
ko
apa
saja
ya
ng
dap
at
mem
ber
ikan
d
amp
ak
terh
adap
ke
aman
an,
kete
rtib
an,
eko
no
mi,
sosi
al,
po
litik
, d
an
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
21
1
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
risi
ko a
kan
dam
pak
ke
dat
anga
n
Ora
ng
Asi
ng
ke I
nd
on
esia
te
rhad
ap
keam
anan
, ke
tert
iban
, ek
on
om
i, so
sial
, p
olit
ik,
dan
bu
day
a In
do
nes
ia;
bu
day
a In
do
nes
ia.
10
.
Pas
al
11
ay
at
(3)
hu
ruf
g (3
) P
erp
anja
nga
n
Itas
se
bag
aim
ana
dim
aksu
d
dal
am
Pas
al
10
d
ilaks
anak
an
mel
alu
i m
ekan
ism
e:
g.
Per
pan
jan
gan
It
as
dal
am
jan
gka
wak
tu l
ebih
dar
i 1
(s
atu
) ta
hu
n
dan
p
alin
g la
ma
2 (
du
a)
tah
un
ata
u I
tas
TKA
d
ari
neg
ara
calli
ng
visa
se
bag
aim
ana
dim
aksu
d
dal
am
Kej
elas
an
rum
usa
n
Tid
ak
men
imb
ulk
an
amb
igu
itas
/ m
ult
itaf
sir
Tid
ak
men
imb
ulk
an
amb
igu
itas
/ m
ult
itaf
sir
Ap
abila
fr
asa
“neg
ara
calli
ng
vi
sa”
dim
aksu
dka
n
seb
agai
te
rmin
olo
gi
khu
sus
den
gan
d
efin
isi
tert
entu
, m
aka
per
lu
dic
antu
mka
n
pen
gert
ian
nya
d
i d
alam
Pas
al 1
.
Teta
p
Nam
un
, is
tila
h
“neg
ara
calli
ng
visa
” b
eser
ta
pen
gert
ian
nya
p
erlu
d
itam
bah
kan
ke
dal
am P
asal
1.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
21
2
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
hu
ruf
e d
iber
ikan
o
leh
Kep
ala
Kan
tor
Imig
rasi
b
erd
asar
kan
p
erse
tuju
an K
epal
a K
anto
r W
ilaya
h
mel
alu
i K
epal
a D
ivis
i K
eim
igra
sian
d
an
Dir
ektu
r Je
nd
eral
ya
ng
dik
irim
kan
se
cara
el
ektr
on
ik
mel
alu
i SI
MK
IM.
11
.
Pas
al 1
4 a
yat
(3)
Ran
gkap
ja
bat
an
dila
ksan
akan
m
elal
ui
mek
anis
me
pen
giri
man
It
as
elek
tro
nik
d
enga
n
cata
tan
P
emb
eri
Ker
ja T
KA
lai
n d
an
jab
atan
b
aru
TK
A
tan
pa
mer
ub
ah
regi
ster
Itas
.
Kej
elas
an
rum
usa
n
Tep
at
Tep
at
Terd
apat
kat
a “m
eru
bah
” ya
ng
tid
ak
sesu
ai
den
gan
P
edo
man
U
mu
m E
jaan
Bah
asa
Ind
on
esia
(P
UEB
I).
Ub
ah
Kat
a “m
eru
bah
” d
iub
ah m
enja
di
“men
gub
ah”.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
21
3
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
12
.
Pas
al 1
9
Dal
am
mel
aksa
nak
an
pek
erja
an
yan
g b
ersi
fat
dar
ura
t d
an m
end
esak
, TK
A
dap
at
men
ggu
nak
an j
enis
V
isa
dan
Izin
Tin
ggal
ya
ng
dip
eru
ntu
kan
b
agi
kegi
atan
yan
g d
imak
sud
se
bag
aim
ana
dia
tur
dal
am
per
atu
ran
p
eru
nd
ang-
un
dan
gan
.
Kej
elas
an
rum
usa
n
- Ti
dak
m
enim
bu
lkan
am
big
uit
as/
mu
ltit
afsi
r -
Tega
s -
Mu
dah
d
ipah
ami
- Ti
dak
su
bje
ktif
- Ti
dak
m
enim
bu
lkan
am
big
uit
as/
mu
ltit
afsi
r -
Tega
s -
Mu
dah
d
ipah
ami
- Ti
dak
su
bje
ktif
Fras
a “b
ersi
fat
dar
ura
t d
an
men
des
ak”
ber
po
ten
si
men
imb
ulk
an
amb
igu
itas
se
rta
dap
at d
itaf
sirk
an s
ecar
a se
pih
ak
dan
su
bje
ktif
o
leh
p
ihak
ya
ng
men
ggu
nak
an p
asal
ini.
Ub
ah
Ket
entu
an
ini
har
us
men
can
tum
kan
b
atas
an
yan
g te
gas
terk
ait
kon
dis
i ap
a sa
ja
term
asu
k d
alam
ka
tego
ri
dar
ura
t d
an
men
des
ak.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 214
11. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 9 Tahun 2012
tentang Penerbitan Paspor Biasa Bagi Calon Tenaga Kerja Indonesia
Berdasarkan analisis dan evaluasi hukum, tidak ditemui permasalahan
atau kendala dalam Permenkumham ini karena telah memenuhi unsur 6 Dimensi
dalam Pedoman analisis dan evaluasi hukum. Oleh Karena itu, rekomendasinya
adalah tetap dipertahankan. Akan tetapi tetap diperlukan pelaksanaan yang
ketat sesuai peraturan yang berlaku. Munculnya kasus perdagangan perempuan
dengan modus Pekerja Migran Indonesia menjadi suatu kendala dalam
pelaksanaannya. Lebih detil hasil analisis dan evaluasi dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
21
5
Tab
el A
nal
isis
dan
Eva
luas
i Per
atu
ran
Men
teri
Hu
kum
dan
Hak
Asa
si M
anu
sia
No
mo
r 9
Tah
un
201
2 te
nta
ng
Pen
erb
itan
Pas
po
r B
iasa
Bag
i Cal
on
Ten
aga
Kerj
a In
do
nes
ia
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
1.
K
esel
uru
han
P
enga
tura
n
- -
- P
ihak
Imig
rasi
dal
am h
al in
i Dit
jen
Imig
rasi
h
aru
s m
elak
uka
n l
angk
ah d
alam
ran
gka
mem
inim
alis
ir
terj
adin
ya
per
dag
anga
n
per
emp
uan
ya
itu
d
enga
n
up
aya
mel
aku
kan
p
end
alam
an
pem
erik
saan
te
rhat
ap p
erm
oh
on
an p
asp
or
wan
ita
usi
a re
maj
a 1
7-3
0 t
ahu
n.
Pem
erik
saan
har
us
dila
kuka
n d
enga
n t
elit
i d
iser
tai
do
kum
en
asli,
jik
a sa
lah
sat
u p
ersy
arat
an t
idak
ad
a d
oku
men
asl
i, m
aka
pih
ak i
mig
rasi
dap
at
mem
utu
skan
men
un
da
per
mo
ho
nan
nya
. U
ntu
k m
emp
erd
alam
p
emer
iksa
an
do
kum
en
mak
a p
etu
gas
imig
rasi
d
apat
m
elak
uka
n p
enga
was
an s
esu
ai P
asal
17
6
Per
atu
ran
Pem
erin
tah
No
mo
r 31
tah
un
2
01
3
ten
tan
g P
erat
ura
n
Pel
aksa
naa
n
Un
dan
g-U
nd
ang
No
mo
r 6
Ta
hu
n
20
11
te
nta
ng
Kei
mig
rasi
an.87
Teta
p
Nam
un
d
emik
ian
d
alam
p
emer
iksa
an
do
kum
en
mau
pu
n
waw
anca
ra
har
us
men
ged
epan
kan
p
rin
sip
keh
ati-
hat
ian
.
87
Ase
p K
urn
ia d
an T
im D
itje
n Im
igra
si, “
Pen
egak
an H
uku
m K
eim
igra
sian
dal
am A
rtik
el d
an B
edah
Kas
us”
, (Ja
kart
a: D
irek
tora
t Je
nd
era
l Im
igra
si K
emen
teri
an H
uku
m
dan
Hak
Asa
si M
anu
sia
R.I.
, 20
15
), h
lm.3
6-3
7
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 216
12. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-
04.GR.01.06 Tahun 2009 tentang Visa Tinggal Terbatas Kemudahan
Bekerja Saat Berlibur
Permenkumham ini merupakan suatu upaya peningkatan pariwisata di
Indonesia yaitu warga negara asing diberikan vitas untuk bekerja di saat mereka
berlibur di Indonesia. Warga negara asing yang diberikan vitas kemudahan
bekerja saat berlibur berdasarkan Permenkumham ini adalah warga negara
Australia. Dimana diadakan kemudahan ini juga sebagai berdasarkan
Memorandum of Understanding antara Pemerintah Republik Indonesia dan
Pemerintah Australia mengenai Visa bekerja dan berlibur. MoU yang
ditandatangani pada tanggal 3 (tiga) Maret ini menyepakati adanya pemberian
visa kemudahan bekerja saat berlibur kepada warga Negara Indonesia yang akan
ke Australia, dan warga Negara Australia yang akan ke Indonesia.
Persyaratan Visa bekerja dan berlibur bagi Warga Negara Australia
berdasarkan Permenkumham ini dalam Pasal 4 ayat 2, terdiri atas:
a. bertujuan utama untuk berlibur di negara Indonesia;
b. berusia dari 18 (delapan belas) sampai dengan 30 (tiga puluh) tahun saat
mengajukan permohonan Visa;
c. memiliki ijazah setingkat akademi atau sedang menjalani sekurang-
kurangnya 2 (dua) tahun masa pendidikan pada perguruan tinggi;
d. menyerahkan surat rekomendasi dari Department of Immigration and
Citizenship Australia;
e. memiliki tingkat kemahiran berbahasa Indonesia sekurang-kurangnya
tingkat fungsional;
f. belum pernah mengikuti program bekerja saat berlibur;
g. memiliki paspor yang berlaku sekurang-kurangnya 18 (delapan belas)
bulan;
h. memiliki tiket perjalanan pergi dan pulang atau jaminan bank yang senilai
dengan tiket dimaksud;
i. memiliki jaminan bank setara dengan A$ 5,000 (lima ribu dollar Australia)
untuk membiayai keperluan selama tinggal di Indonesia; dan
j. berbadan sehat.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 217
Sebagai suatu MoU yang bertimbal-balik maka perlu diperhatikan juga
“Persyaratan Visa Bekerja dan berlibur untuk Warga Negara Indonesia ke
Australia”, yaitu setiap pemohon harus: 88
a. Berusia antara delapan belas (18) dan tiga puluh (30) tahun (termasuk
umur 18 dan 30) pada saat permohonan visa diajukan;
b. memiliki jenjang pendidikan tinggi, atau telah berhasil menyelesaikan
paling tidak 2 tahun pertama tingkat pendidikan Sarjana atau setara DII;
c. mengajukan di Negara asal (Indonesia);
d. memiliki Bahasa Inggris yang baik (bagi pemohon Indonesia) – yang dinilai
paling tidak “fungsional” dalam tes Bahasa;
e. tidak mempunyai anggota keluarga yang akan ikut (yaitu, tidak ada
suami/istri dan anak yang diijinkan sebagai anggota keluarga di visa
pemohon);
f. belum pernah mempunyai visa jenis ini sebelumnya;
g. mempunyai keuangan yang cukup untuk kebutuhan pribadi untuk 3 bulan
pertama dan bukti keuangan yang cukup untuk membeli tiket pergi
pulang ke Indonesia – umumnya sejumlah kira-kira 5,000 dolar Australia;
h. sehat dan berkarakter baik;
i. melampirkan Surat dukungan dari Direktorat Jenderal Imigrasi Indonesia
yang menyatakan bahwa pemohon telah memenuhi persyaratan.
Dengan ketentuan tambahan: Bagi pemohon yang telah diberikan visa
Bekerja dan Berlibur tidak diperbolehkan:
1. bekerja di satu majikan lebih dari enam (6) bulan;
2. belajar atau mengikuti pelatihan lebih dari empat (4) bulan.
Lebih detil hasil analisis dan evaluasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
88 Kedutaan Besar Australia, “Visa Bekerja dan Berlibur untuk Orang Indonesia”, Kedutaan Besar
Australia, https://indonesia.embassy.gov.au/jaktindonesian/faq.html#workandholiday, (diakses 4 September 2020).
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
21
8
Tab
el A
nal
isis
dan
Eva
luas
i Per
atu
ran
Men
teri
Hu
kum
dan
Hak
Asa
si M
anu
sia
No
mo
r M
.HH
-04
.GR
.01
.06
Tah
un
20
09
ten
tan
g V
isa
Tin
ggal
Ter
bat
as K
emu
dah
an B
eker
ja S
aat
Ber
libu
r
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
1.
P
asal
1
- -
- -
Teta
p
2.
P
asal
2
(2)
Vis
a Ti
ngg
al
Terb
atas
K
emu
dah
an
Bek
erja
Sa
at
Ber
libu
r se
bag
aim
ana
dim
aksu
d
pad
a ay
at
(1)
dap
at
dib
erik
an
un
tuk
kep
erlu
an
bek
erja
d
alam
b
idan
g p
end
idik
an,
par
iwis
ata,
ke
seh
atan
, so
sial
, o
lah
rag
a, d
an s
eni
bu
day
a.
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang-
U
nd
anga
n
Asp
ek
Pen
gaw
asan
A
dan
ya
inst
rum
en
mo
nit
ori
ng
dan
ev
alu
asi.
Pas
al 2
aya
t (2
) P
emb
eria
n
visa
in
i ad
alah
ke
per
luan
b
eker
ja
dal
am
bid
ang
pen
did
ikan
, p
ariw
isat
a,
kese
hat
an,
sosi
al,
ola
h
raga
, d
an
sen
i b
ud
aya.
K
hu
sus
pek
erj
aan
d
i b
idan
g p
end
idik
an d
an s
osi
al a
pak
ah t
idak
ak
an
men
ggan
ggu
st
abili
tas
sosi
al
di
mas
yara
kat.
Kar
ena
jika
di
dal
am b
idan
g p
end
idik
an b
isa
saja
men
gaja
rkan
hal
-hal
ya
ng
ber
ten
tan
gan
den
gan
Pan
casi
la,
dan
jik
a d
alam
hal
so
sial
bis
a sa
ja m
elak
uka
n
kegi
atan
so
sial
yan
g b
erte
nta
nga
n d
enga
n
Pan
casi
la.
Tid
ak d
iatu
r le
bih
lan
jut
un
tuk
adan
ya p
enga
was
an.
Ub
ah
3.
P
asal
3
- -
- -
Teta
p
4.
P
asal
4
(1)
Per
mo
ho
nan
V
isa
Tin
ggal
Te
rbat
as
Kem
ud
ahan
B
eker
ja
Saat
B
erlib
ur
dap
at
dib
erik
an
sete
lah
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang
- U
nd
anga
n
Asp
ek D
amp
ak
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
Dam
pak
so
sial
m
asya
raka
t 1
. Sel
ain
per
syar
atan
ber
bad
an s
eh
at p
erlu
d
iatu
r ju
ga
syar
at
un
tuk
psi
kis
yan
g se
hat
aga
r d
i In
do
nes
ia d
apat
mem
iliki
ti
nd
akan
yan
g b
aik
dan
tid
ak m
eru
gika
n
Ind
on
esia
.
Ub
ah
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
21
9
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
mem
enu
hi
per
syar
atan
. (2
) P
ersy
arat
an
seb
agai
man
a d
imak
sud
p
ada
ayat
(1
) te
rdir
i at
as:
… (
dan
set
eru
snya
)
2.
Di
Au
stra
lia
dia
tur
juga
sy
arat
"t
idak
m
emb
awa
dan
m
emili
ki
anak
se
lam
a ti
ngg
al
di
Au
stra
lia"
sed
angk
an
di
Ind
on
esia
ti
dak
d
iatu
r.
Seh
ingg
a se
bai
knya
In
do
nes
ia j
uga
men
gatu
r h
al
yan
g sa
ma
agar
ti
dak
m
eru
gika
n
Ind
on
esia
.
5.
P
asal
5 –
Pas
al 1
0
- -
- -
Teta
p
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 220
13. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 1 Tahun 2019
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor 33 Tahun 2018 Tentang Sistem Pengawasan Keimigrasian Untuk
Mencegah dan/atau Menanggulangi Kejahatan Terorisme, Perdagangan
Manusia, Peredaran Narkotika, dan Penyebaran Penyakit Menular
Berbahaya Melalui Pintu Lalu Lintas Orang
Apabila merujuk kepada Konsideran Menimbang dalam Peraturan
Menteri ini, urgensi dibentuknya peraturan ini adalah sebagai instrumen lanjutan
dalam rangka menanggulangi maraknya kejahatan terorisme, perdagangan
manusia, peredaran narkotika, dan penyebaran penyakit menular berbahaya
melalui pintu lalu lintas orang. Objek pencegahan pertama dalam peraturan ini
adalah mengenai tindak pidana terorisme, perdagangan manusia, dan narkotika.
Beberapa tindak pidana ini termasuk dalam kategori transnational crime
(kejahatan lintas negara). Dalam kejahatan lintas negara, menurut Yasonna H.
Laolly bahwa pelanggaran hukum menampakkan sifat multinasionalnya yang
atas dasar tersebut menjadi pembeda dari kejahatan lain, dan juga menimbulkan
masalah yang unik, sehingga menuntut perhatian yang serius dalam memahami
penyebabnya, mengembangkan strategi pencegahan dalam merentang
prosedur adjudikasi yang efektif.
Selain hal tersebut, yang menjadi objek pencegahan adalah mengenai
penyakit menular. Hal ini dipandang sangat relevan dengan kondisi sekarang,
dimana seluruh negara di dunia mengalami pandemi global Covid-19 maka
diperlukan langkah-langkah tegas untuk mencegah penyebaran virus tersebut
agar tidak semakin masif. Secara umum Peraturan Menteri ini mengatur
mengenai tata cara melakukan pengawasan keimigrasian terutama dalam
wilayah bandar udara, menggunakan sistem berbasi teknologi yang disebut
dengan Civil Aviation Security and International Passenger Security Services
(CAIPSS). Penyelenggaran sistem CAIPSS ini dikenakan biaya yang penghitungan
formulasi tarifnya dihitung oleh Menteri Hukum dan HAM setelah di
koordinasikan dengan Menteri Perhubungan.
Lebih detil hasil analisis dan evaluasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
22
1
Tab
el A
nal
isis
dan
Eva
luas
i Per
atu
ran
Men
teri
Hu
kum
dan
Hak
Asa
si M
anu
sia
No
mo
r 1
Tah
un
200
9 t
enta
ng
Per
ub
ahan
Ata
s Pe
ratu
ran
Men
teri
Hu
kum
Dan
Hak
Asa
si M
anu
sia
No
mo
r 33
Tah
un
20
18 T
enta
ng
Sist
em P
enga
was
an K
eim
igra
sian
Un
tuk
Men
cega
h D
an/A
tau
Men
angg
ula
ngi
Kej
ahat
an T
ero
rism
e, P
erd
agan
gan
Man
usi
a, P
ered
aran
Nar
koti
ka, D
an P
enye
bar
an P
enya
kit
Men
ula
r B
erb
ahay
a
Mel
alu
i Pin
tu L
alu
Lin
tas
Ora
ng
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
1.
Jud
ul
Pen
ilaia
n
Kej
elas
an
Ru
mu
san
Kes
esu
aian
den
gan
si
stem
atik
a d
an
tekn
ik p
enyu
sun
an
per
atu
ran
p
eru
nd
ang-
u
nd
anga
n
Men
cerm
inka
n
isi p
erat
ura
n
Seca
ra
no
rmat
if,
apab
ila
men
cerm
ati
den
gan
bai
k p
erat
ura
n i
ni,
mak
a d
apat
d
isim
pu
lkan
bah
wa
jud
ul
per
atu
ran
tid
ak
terl
alu
men
cerm
inka
n i
si d
ari
per
atu
ran
p
eru
nd
ang-
un
dan
gan
ini.
Ub
ah
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang-
Un
dan
gan
Asp
ek
Sum
ber
D
aya
Man
usi
a Te
rcu
kup
inya
SD
M
yan
g d
ibu
tuh
kan
d
alam
m
ener
apka
n
pen
gatu
ran
d
alam
per
atu
ran
Mer
uju
k ke
pad
a p
apar
an R
on
nie
So
mp
ie
dal
am R
apat
Nar
asu
mb
er d
i BP
HN
. Sec
ara
adm
inis
trat
if,
Ind
on
esia
ter
dir
i d
ari
41
6
Kab
up
aten
d
an
98
K
ota
, d
enga
n
7.1
45
K
ecam
atan
d
an
82
.39
5
Des
a.
Den
gan
ko
nd
isi t
erse
bu
t, In
do
nes
ia m
emili
ki p
intu
p
erlin
tasa
n
yan
g sa
nga
t lu
as,
yan
g ak
hir
nya
mem
bu
at I
nd
on
esia
tid
ak h
anya
m
enja
di
neg
ara
tuju
an d
alam
per
linta
san
o
ran
g, t
etap
i ju
ga s
ebag
ai n
egar
a tr
ansi
t,
dan
se
kalig
us
seb
agai
n
egar
a su
mb
er
per
linta
san
. D
enga
n K
on
dis
i ter
seb
ut,
ten
tu In
do
nes
ia
men
ghad
api
po
ten
si
anca
man
d
i p
erb
atas
an y
ang
san
gat
kom
ple
ks,
sela
in
-
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
22
2
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
pel
angg
aran
ke
imig
rasi
an
pra
ktis
ke
jah
atan
-kej
ahat
an li
nta
s n
egar
a se
per
ti
Per
gera
kan
Fo
reig
n
Tero
rris
t Fi
gh
ter
(FTF
),
Aks
i Te
ror
di
beb
erap
a n
egar
a d
enga
n
pah
am/
Ideo
logi
ra
dik
al,
per
gera
kan
Ir
reg
ula
r M
igra
nts
d
an
Tr
an
sna
tio
na
l C
rim
es l
ain
nya
mer
up
akan
an
cam
an n
yata
dal
am p
elak
san
aan
tu
gas
dan
fu
ngs
i kei
mig
rasi
an d
i Bo
rder
D
alam
m
elak
uka
n
tuga
s d
an
fun
gsi
ters
ebu
t, K
emen
teri
an H
uku
m d
an H
AM
d
alam
h
al
ini
Dit
jen
Im
igra
si
mem
iliki
h
amb
atan
ter
ten
tu s
eper
ti:
a)
Jum
lah
Un
it P
elak
san
a Te
knis
(U
PT)
Im
igra
si
bel
um
se
ban
din
g d
enga
n
jum
lah
Kab
up
aten
dan
Ko
ta d
i sel
uru
h
Ind
on
esia
se
hin
gga
mem
pen
garu
hi
pen
emp
atan
SD
M
sesu
ai
yan
g d
ibu
tuh
kan
; b
) P
ada
Kan
tor
Wila
yah
K
emen
teri
an
Hu
kum
d
an
HA
M
RI
bel
um
d
apat
m
end
uku
ng
pel
aksa
naa
n
tuga
s d
an
fun
gsi
keim
igra
sian
ya
ng
die
mb
an
ole
h
Dir
ekto
rat
Jen
der
al
Imig
rasi
u
ntu
k m
emb
erik
an b
ack
up
ke
pad
a U
nit
Pel
aksa
na
Tekn
is (
UP
T) I
mig
rasi
. H
al
ini
men
yeb
abka
n
beb
an
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
22
3
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
Dir
ekto
rat
Jen
der
al
Imig
rasi
sa
nga
t b
esar
d
an
men
gala
mi
situ
asi
yan
g m
enja
dik
an
pel
aksa
naa
n
tuga
s d
i b
idan
g ke
imig
rasi
an m
enja
di
kura
ng
mak
sim
al;
2.
Pas
al 8
P
enga
was
an
Kei
mig
rasi
an
mel
alu
i la
lu l
inta
s o
ran
g d
i d
arat
d
an
pel
abu
han
la
ut
seb
agai
man
a d
imak
sud
d
alam
P
asal
2
ay
at
(2)
hu
ruf
b d
an h
uru
f c
dia
tur
den
gan
P
erat
ura
n
Men
teri
te
rsen
dir
i.
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ra
Per
un
dan
g-U
nd
anga
n
Asp
ek
Rel
evan
si
den
gan
sit
uas
i sa
at
ini
Pen
gatu
ran
d
alam
p
erat
ura
n
mas
ih
rele
van
u
ntu
k d
iber
laku
kan
se
cara
efi
sien
Ber
das
arka
n
pas
al
ini,
dap
at
dik
atak
an
bah
wa
per
atu
ran
men
teri
in
i ti
dak
ses
uai
d
enga
n
sem
anga
t u
ntu
k m
ela
kuka
n
refo
rmas
i re
gula
si
dal
am
hal
p
enye
der
han
aan
ju
mla
h
per
atu
ran
p
eru
nd
ang-
un
dan
gan
. M
enja
di
per
tan
yaan
le
bih
la
nju
t m
enga
pa
pen
gaw
asan
ke
imig
rasi
an
pad
a ra
nah
d
arat
dan
pel
abu
han
lau
t p
erlu
di
atu
r d
alam
p
erat
ura
n
men
teri
te
rsen
dir
i, te
rlep
as d
ari p
erat
ura
n m
ente
ri in
i?
Ap
abila
m
ater
i m
uat
an
dar
i p
erat
ura
n
men
teri
te
rseb
ut
(yan
g m
enga
tur
pen
gaw
asan
kei
mig
rasi
an p
ada
ran
ah d
an
lau
t) m
emili
ki s
eman
gat
dan
mu
atan
yan
g sa
ma
dal
am
ran
gka
men
angg
ula
ngi
ke
jah
atan
te
rori
sme,
p
erd
agan
gan
m
anu
sia,
p
ered
aran
n
arko
tika
d
an
pen
yeb
aran
p
enya
kit
men
ula
r,
mak
a d
apat
dis
atu
kan
men
jad
i sa
tu p
erat
ura
n
men
teri
saj
a.
Cab
ut
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 224
14. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 50 Tahun 2016
tentang Tim Pengawasan Orang Asing
Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar
Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga kedaulatan
negara. Pada tahun 2016 Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan bebas visa
kunjungan berdasarkan Perpres No. 21 Tahun 2016 tentang Bebas Visa
Kunjungan bagi 169 negara dan telah berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA), telah membuka pintu yang seluas-luasnya bagi masuknya orang asing.
Dalam rangka melakukan pengawasan orang asing, instansi yang berwenang
untuk melakukan hal tersebut dalam hal ini adalah Kementerian Hukum dan
HAM RI lebih khusus pada Direktorat Jenderal Keimigrasian. Pada praktiknya,
dalam melakukan pengawasan tersebut maka dibentuklah TIMPORA dengan
dasar hukum melalui Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 50 Tahun 2016
tentang Tim Pengawasan Orang Asing. Urgensi dibentuknya TIMPORA ini adalah
wajar apabila mengingat wilayah NKRI ini yang sangat luas dan titik-titik
keluar/masuk wilayah negara pun juga banyak, meliputi Bandara Internasional,
Pelabuhan Internasional, maupun batas-batas wilayah secara geografis, yang
pada dasarnya adalah perlintasan orang, barang, maupun uang. TIMPORA ini
dibentuk baik ditingkat pusat maupun daerah, bahkan hingga tingkat kecamatan.
Hal ini diperlukan agar pengawasan orang asing di seluruh wilayah NKRI dapat
dilakukan dengan baik, dan meminimalisir potensi ancaman-ancaman dari luar
yang mengganggu stabilitas dan kedaulatan negara. Peraturan Menteri ini
merupakan amanat langsung dari Pasal 69 Undang-Undang Keimigrasian Tahun
2011.
Patut diakui bahwa adanya peningkatan kedatangan wisatawan asing
berdampak positif dan sangat membantu meningkatkan perekonomian serta
modernisasi masyarakat. Namun perlu dipahami juga selain hal positif tersebut
terdapat juga hal negatif seperti munculnya tindak pidana perdagangan orang,
penyelundupan narkotika, dan tindak pidana terorisme internasional. Pada rapat
yang diadakan oleh BPHN dengan Ronnie Sompie (Mantan Dirjen Imigrasi) ,
bahwa fakta di lapangan, dalam hal pengawasan keimigrasian saat ini Ditjen
Imigrasi masih terkendala dengan beberapa hal seperti masih belum dapatnya
mengetahui secara riil data orang asing yang akan masuk ke Indonesia dengan
menggunakan teknologi Advance Passenger Information (API). Jumlah SDM
(termasuk TIMPORA ) yang terbatas baik secara kuantitas dan kualitas tidak
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 225
mampu menjangkau luasnya wilayah negara, serta belum dapat memantau
pergerakan orang asing yang berada dan melakukan kegiatan di Indonesia
setelah melintas masuk melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi.
Sulitnya Pengawasan terhadap Orang Asing (khususnya TKA) dengan
mekanisme yang ada saat Ini juga menjadi rintangan yang dihadapi baik
Pemerintah, Masyarakat (dalam hal ini tenaga kerja lokal) dan pelaku usaha
(Perusahaan).
Lebih detil hasil analisis dan evaluasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
22
6
Tab
el A
nal
isis
dan
Eva
luas
i Per
atu
ran
Men
teri
Hu
kum
dan
Hak
Asa
si M
anu
sia
No
mo
r 50
Tah
un
20
16 t
enta
ng
Tim
Pen
gaw
asan
Ora
ng
Asi
ng
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
1.
P
asal
1 a
ngk
a 2
.
Tim
Pen
gaw
asan
Ora
ng
Asi
ng
yan
g se
lan
jutn
ya
dis
ebu
t Ti
m P
ora
ad
alah
tim
ya
ng
terd
iri
dar
i
inst
ansi
d
an/a
tau
lem
bag
a p
emer
inta
h
yan
g m
emp
un
yai
tuga
s
dan
fu
ngs
i te
rkai
t
den
gan
keb
erad
aan
dan
kegi
atan
Ora
ng
Asi
ng.
Pen
ilaia
n
Kej
elas
an
Ru
mu
san
Kes
esu
aian
den
gan
sist
emat
ika
dan
tekn
ik
pen
yusu
nan
per
atu
ran
per
un
dan
g-
un
dan
gan
Ber
isi
bat
asan
pen
gert
ian
atau
def
inis
i
Cat
atan
u
ntu
k U
U
Kei
mig
rasi
an
Tah
un
2
01
1:
Def
inis
i Ti
mp
ora
dit
emu
kan
d
alam
Per
men
kum
ham
N
o.
50
/20
16
,
nam
un
ti
dak
p
ada
Un
dan
g-
Un
dan
g K
eim
igra
sian
Tah
un
20
11
.
Teta
p
2.
P
asal
1
an
gka
3.
Wila
yah
N
egar
a
Rep
ub
lik In
do
nes
ia y
ang
sela
nju
tnya
d
iseb
ut
Wila
yah
In
do
nes
ia
adal
ah s
elu
ruh
Wila
yah
Ind
on
esia
se
rta
zon
a
tert
entu
ya
ng
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
Per
un
dan
g-
Un
dan
gan
Asp
ek
Sum
ber
Day
a M
anu
sia
Terc
uku
pin
ya
SDM
ya
ng
dib
utu
hka
n
dal
am
men
erap
kan
pen
gatu
ran
dal
am
per
atu
ran
Mer
uju
k ke
pad
a U
U K
eim
igra
sian
Tah
un
20
11
, ru
ang
lingk
up
ker
ja
Tim
po
ra a
dal
ah d
i sel
uru
h w
ilaya
h
Ind
on
esia
se
rta
zon
a-zo
na
tert
entu
ya
ng
dit
etap
kan
ber
das
arka
n u
nd
ang-
un
dan
g.
Lalu
lin
tas
ora
ng
mel
ewat
i b
atas
neg
ara
tid
ak
seb
atas
B
ord
er
Teta
p
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
22
7
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
dit
etap
kan
ber
das
arka
n
un
dan
g-u
nd
ang.
seca
ra
geo
graf
is
saja
(b
atas
wila
yah
d
arat
, la
ut
dan
u
dar
a)
saja
, m
elai
nka
n
bai
knya
B
ord
er
juga
d
ipah
ami
mel
ipu
ti
titi
k-ti
tik
atau
p
intu
-pin
tu
kelu
ar/m
asu
k
wila
yah
n
egar
a te
rseb
ut
yait
u
Ban
dar
a In
tern
asio
nal
, P
elab
uh
an
Inte
rnas
ion
al m
aup
un
per
bat
asan
trad
isio
nal
dim
ana
pad
a ti
tik-
titi
k
ters
ebu
t d
ilaku
kan
p
erlin
tasa
n
kelu
ar
mas
ukn
ya
ora
ng,
b
aran
g
dan
uan
g/p
erm
od
alan
bai
k ya
ng
bis
a ja
di
men
dah
ulu
i, b
ersa
maa
n
atau
m
engi
kuti
o
ran
g ya
ng
mel
inta
s m
asu
k/
kelu
ar
wila
yah
ters
ebu
t.
Seca
ra
adm
inis
trat
if,
Ind
on
esia
terd
iri d
ari 4
16
Kab
up
aten
dan
98
Ko
ta,
den
gan
7
.14
5
Kec
amat
an
dan
82
.39
5 D
esa.
Den
gan
ko
nd
isi
ters
ebu
t, In
do
nes
ia m
emili
ki p
intu
per
linta
san
yan
g sa
nga
t lu
as, y
ang
akh
irn
ya
mem
bu
at
Ind
on
esia
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
22
8
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
tid
ak h
anya
men
jad
i neg
ara
tuju
an
dal
am
per
linta
san
o
ran
g,
teta
pi
juga
seb
agai
neg
ara
tran
sit,
dan
seka
ligu
s se
bag
ai n
egar
a su
mb
er
per
linta
san
.
Ber
das
arka
n
waw
anca
ra
den
gan
Ro
nn
ie
Som
pie
(A
nal
is
Imig
rasi
Uta
ma
dan
m
anta
n
Dir
jen
Imig
rasi
),
dal
am
hal
in
i ti
mb
ul
suat
u
per
mas
alah
an
terb
atas
nya
sum
ber
d
aya
man
usi
a d
alam
ran
gka
un
tuk
men
gaw
asi
dan
mem
anta
u
keb
erad
aan
o
ran
g
asin
g ya
ng
ada
di I
nd
on
esia
.
Un
tuk
men
angg
ula
ngi
per
mas
alah
an t
erse
bu
t, t
erd
apat
usu
lan
ak
an
dib
uat
P
erat
ura
n
Pre
sid
en t
enta
ng
pen
ggu
naa
n Q
R
Co
de
yan
g d
apat
dit
emp
elka
n d
i
pas
po
r W
NA
ya
ng
mas
uk
ke
Ind
on
esia
se
jak
di
TPI
un
tuk
mem
ud
ahka
n p
enga
was
an O
ran
g
Asi
ng
sete
lah
mel
inta
s m
asu
k d
i
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
22
9
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
TPI
mau
pu
n
PLB
N.
Per
atu
ran
Pre
sid
en
ini
akan
m
enga
tur
kew
ajib
an
selu
ruh
st
ake
ho
lder
terk
ait
yan
g d
apat
m
emb
antu
pem
ber
ian
in
form
asi
keb
erad
aan
WN
A
mel
alu
i p
engg
un
aan
Tekn
olo
gi
Info
rmas
i ya
ng
dap
at
mem
bac
a Q
R
Co
de
yan
g d
apat
dit
emp
el d
i pas
po
r W
NA
ter
seb
ut.
QR
C
od
e in
i ak
an
men
jad
i al
at
un
tuk
mem
anta
u
keb
erad
aan
ora
ng
asin
g ya
ng
did
etek
si d
enga
n
men
ggu
nak
an
alat
te
rten
tu.
Dal
am j
angk
a p
anja
ng,
QR
Co
de
ters
ebu
t ju
ga a
kan
diin
tegr
asik
an
den
gan
tr
ansa
ksi-
tran
saks
i la
in
yan
g d
ilaku
kan
ole
h o
ran
g as
ing
sela
ma
ber
ada
di
Ind
on
esia
,
seh
ingg
a ak
ura
si
keb
erad
aan
ora
ng
asin
g se
mak
in
dap
at
dik
etah
ui d
an d
iaw
asi.
Dih
arap
kan
regu
lasi
yan
g m
enga
turn
ya d
apat
men
gaja
k se
tiap
sta
keh
old
er d
an
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
23
0
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
mas
yara
kat
un
tuk
ber
sam
a-sa
ma
mem
ber
ikan
in
form
asi
keb
erad
aan
o
ran
g as
ing
di
Ind
on
esia
.
Dal
am
per
kem
ban
gan
nya
Dir
ekto
rat
Jen
der
al I
mig
rasi
ju
ga
sud
ah
mem
ban
gun
si
stem
pel
apo
ran
o
ran
g as
ing
seca
ra
on
line
(ap
oa.
imig
rasi
.go
.id),
tuju
ann
ya
un
tuk
mem
ud
ahka
n
sem
ua
pih
ak
un
tuk
mel
apo
rkan
keb
erad
aan
d
an
kegi
atan
o
ran
g
asin
g te
rseb
ut
agar
m
ud
ah
dia
kses
. 89
A
pak
ah
hal
in
i
mer
up
akan
ko
nse
p a
plik
asi
yan
g
ber
bed
a d
enga
n Q
R C
od
e Sy
stem
yan
g te
lah
diu
sulk
an o
leh
Ro
nn
ie
Som
pie
?
89
Bal
itb
angk
um
ham
, Op
tim
alis
asi
Per
an
TIM
PO
RA
dal
am P
eng
aw
asa
n d
an
Pen
ind
aka
n O
ran
g A
sin
g, (
Jaka
rta:
Bal
itb
angk
um
ham
: 20
17)
, hlm
. 16
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
23
1
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
3.
P
asal
4:
Dal
am
hal
te
rten
tu,
Kep
ala
Kan
tor
Imig
rasi
dap
at m
emb
entu
k Ti
m
Po
ra
di
Tem
pat
Pem
erik
saan
Imig
rasi
.
Pen
ilaia
n
Kej
elas
an
Ru
mu
san
Kes
esu
aian
den
gan
sist
emat
ika
dan
tekn
ik
pen
yusu
nan
per
atu
ran
per
un
dan
g-
un
dan
gan
Ber
isi
bat
asan
pen
gert
ian
atau
def
inis
i
Tid
ak
dis
ebu
tkan
se
cara
ri
nci
men
gen
ai a
pa
saja
yan
g te
rmas
uk
“hal
te
rten
tu”
seb
agai
man
a
dis
ebu
tkan
dal
am P
asal
4.
Ub
ah
Dap
at
dib
erik
an
kete
ran
gan
leb
ih la
nju
t p
ada
Pen
jela
san
pas
al
terk
ait
“hal
tert
entu
” ya
ng
dim
aksu
d d
alam
pas
al.
4.
P
asal
6 a
yat
(2):
Tim
P
ora
ti
ngk
at
pro
vin
si
seb
agai
man
a
dim
aksu
d p
ada
ayat
(1
)
dik
etu
ai
ole
h
Kep
ala
Div
isi
Kei
mig
rasi
an
Kan
tor
Wila
yah
Kem
ente
rian
H
uku
m
dan
Hak
Asa
si M
anu
sia.
Dis
har
mo
ni
Kew
enan
gan
A
dan
ya
pen
gatu
ran
men
gen
ai
kew
enan
gan
yan
g sa
ma
pad
a 2
(d
ua)
atau
le
bih
per
atu
ran
seti
ngk
at,
teta
pi
mem
ber
ikan
kew
enan
gan
yan
g
ber
bed
a
Ket
entu
an
dal
am
pas
al
ini
ber
po
ten
si
dis
har
mo
ni
den
gan
Per
men
kum
ham
No
mo
r 2
8 T
ahu
n
20
14
ten
tan
g O
rgan
isas
i d
an T
ata
Ker
ja
Kan
tor
Wila
yah
K
um
ham
,
div
isi i
mig
rasi
pad
a K
anto
r W
ilaya
h
Kem
enku
mh
am t
idak
mem
pu
nya
i
fun
gsi
pen
gaw
asan
d
an
pen
ind
akan
. D
i la
pan
gan
D
ivis
i
Kei
mig
rasi
an
han
ya
ber
fun
gsi
seb
agai
u
nit
te
knis
d
i b
awah
Kan
tor
Wila
yah
dan
tid
ak m
enja
di
ba
cku
p
tuga
s d
an
fun
gsi
UP
T
Imig
rasi
d
i d
aera
h.
Hal
in
i ya
ng
Teta
p, n
amu
n
dem
ikia
n p
erlu
dila
kuka
n
har
mo
nis
asi
terh
adap
Per
men
kum
ham
terk
ait
OR
TA
Kan
tor
Wila
yah
Kem
enku
mh
am
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
23
2
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
men
yeb
abka
n
beb
an
Dir
ekto
rat
Jen
der
al I
mig
rasi
men
jad
i sa
nga
t
bes
ar d
iman
a p
elak
san
aan
tu
gas
di
bid
ang
keim
igra
sian
m
asih
kura
ng
mak
sim
al.
5.
P
asal
5:
Tim
po
ra
dik
etu
ai
ole
h
Dir
ektu
r P
enin
dak
an
dan
P
enga
was
an
Kei
mig
rasi
an, D
irek
tora
t
Jen
dra
l K
eim
igra
sian
,
Kem
enku
mh
am R
I
Dis
har
mo
ni
Pen
gatu
ran
Hak
A
dan
ya
pen
gatu
ran
men
gen
ai
hak
ya
ng
sam
a p
ada
2
(du
a)
atau
leb
ih
per
atu
ran
yan
g
ber
bed
a
hie
rark
i,
teta
pi
mem
ber
ikan
hak
ya
ng
ber
bed
a
Dal
am
Pas
al
5
ayat
(1
) U
U
Kei
mig
rasi
an T
ahu
n 2
01
1, M
ente
ri
Hu
kum
d
an
HA
M
RI
dap
at
juga
men
jad
i Ket
ua
TIM
PO
RA
.
Ub
ah
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
23
3
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
6.
P
asal
8
jo
P
asal
1
2
jo
Pas
al
13
(t
erka
it
stru
ktu
r o
rgan
isas
i
TIM
PO
RA
):
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Asp
ek
Kek
oso
nga
n
pen
gatu
ran
Bel
um
adan
ya
pen
gatu
ran
Pad
a FG
D
Po
kja,
sa
lah
sa
tu
pes
erta
FG
D
Sulis
tiar
so
(An
alis
Kei
mig
rasi
an
Ah
li U
tam
a)
men
yam
pai
kan
mat
eri
men
gen
ai
op
tim
alis
asi
Per
an
TIM
PO
RA
den
gan
m
elib
atka
n
po
sisi
p
ucu
k
pim
pin
an
dit
ingk
at
pro
vin
si
kab
up
aten
ko
ta (
fork
op
imd
a p
lus)
agar
d
ud
uk
seb
agai
p
enas
ehat
dal
am
stru
ktu
r o
rgan
isas
i, ya
ng
man
a h
al i
ni
bel
um
dia
tur
dal
am
Per
men
kum
ham
ini.
Ub
ah
Den
gan
men
amb
ahka
n
rum
usa
n
dim
ana
dal
am
TIM
PO
RA
yan
g
dib
entu
k p
ada
tin
gkat
pro
vin
si
dan
kab
up
aten
/ko
ta
mel
ibat
kan
Fork
op
imd
a P
lus
seb
agai
Pen
asih
at
TIM
PO
RA
.
7.
P
asal
15
aya
t (1
):
An
ggo
ta
Tim
P
ora
mem
pu
nya
i tu
gas
mem
ber
ikan
sar
an
dan
p
erti
mb
anga
n
kep
ada
inst
ansi
dan
/ata
u le
mb
aga
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Asp
ek
Kek
oso
nga
n
pen
gatu
ran
Bel
um
adan
ya
pen
gatu
ran
Ket
entu
an d
alam
pas
al in
i men
jad
i
sala
h
satu
al
asan
b
elu
m
op
tim
aln
ya p
eran
TIM
PO
RA
dal
am
mel
aku
kan
p
enga
was
an
keim
igra
sian
ka
ren
a p
enga
tura
n
ber
up
a p
erat
ura
n M
ente
ri h
anya
men
caku
p
inte
rnal
ke
men
teri
an
hu
kum
dan
HA
M s
aja.
Ole
h k
aren
a
Ub
ah
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
23
4
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
pem
erin
tah
an
terk
ait,
men
gen
ai
hal
ya
ng
ber
kait
an
den
gan
Pen
gaw
asan
O
ran
g
Asi
ng.
itu
, u
ntu
k m
engu
atka
n
keb
erad
aan
dan
per
an T
IMP
OR
A
per
lu
pen
erb
itan
d
asar
h
uku
m
yan
g le
bih
tin
ggi
seh
ingg
a d
apat
men
caku
p
tuga
s d
an
fun
gsi
pen
gaw
asan
d
an
pen
ind
akan
terh
adap
o
ran
g as
ing
pad
a
stak
eho
lder
ter
kait
lain
nya
.
8.
P
asal
16
aya
t (3
):
Op
eras
i ga
bu
nga
n
dila
ksan
akan
ber
das
arka
n
ren
can
a
op
eras
i.
Pen
ilaia
n
Kej
elas
an
Ru
mu
san
Kes
esu
aian
den
gan
sist
emat
ika
dan
tekn
ik
pen
yusu
nan
per
atu
ran
per
un
dan
g-
un
dan
gan
Ber
isi
bat
asan
pen
gert
ian
atau
def
inis
i
Bai
k d
alam
PP
mau
pu
n U
U t
idak
men
gatu
r m
enge
nai
d
efin
isi
ren
can
a o
per
asi.
Men
jad
i
per
tan
yaan
, sek
iran
ya h
al a
pa
saja
yan
g d
apat
mem
icu
dila
kuka
nn
ya
ren
can
a o
per
asi?
Ub
ah
9.
K
ebu
tuh
an P
enga
tura
n
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Asp
ek
Ko
ord
inas
i
kele
mb
agaa
n/t
ata
org
anis
asi
Pem
bag
ian
kew
enan
gan
dan
tu
gasn
ya
jela
s
Per
men
kum
ham
in
i b
elu
m
men
gatu
r se
cara
jela
s m
ekan
ism
e
dan
p
ola
ke
rja
dal
am
TIM
PO
RA
den
gan
p
emb
agia
n
tuga
s ya
ng
jela
s d
ian
tara
p
eman
gku
kep
enti
nga
n y
ang
terl
ibat
dal
am
Tim
. P
emb
agia
n T
uga
s ya
ng
jela
s
Ub
ah
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
23
5
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
men
jad
i p
oin
p
enti
ng
dal
am
men
du
kun
g p
elak
san
aan
pen
gaw
asan
ke
imig
rasi
an
di
lap
anga
n,
seh
ingg
a K
/L
yan
g
terl
ibat
dap
at m
enge
tah
ui
per
an
dan
fu
ngs
inya
dal
am p
enga
was
an
ters
ebu
t.
Ole
h
seb
ab
itu
p
erlu
dip
erti
mb
angk
an
un
tuk
men
erb
itka
n
das
ar
hu
kum
ya
ng
leb
ih t
ingg
i te
rkai
t TI
MP
OR
A a
gar
dap
at m
enja
di a
cuan
pel
aksa
naa
n
pen
gaw
asan
ora
ng
asin
g o
leh
K/L
terk
ait
lain
nya
.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 236
15. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 30 Tahun 2016
tentang Intelijen Keimigrasian
Permenkumham ini merupakan ketentuan pelaksaan Pasal 205 PP
Nomor 31 Tahun 2013 jo PP Nomor 26 Tahun 2016 yang menyebutkan bahwa
Menteri menetapkan prosedur teknis pelaksanaan fungsi intelijen keimigrasian.
Ketentuan pengaturan mengenai intelijen keimigrasian diatur dalam Pasal 202 –
205 dalam PP Nomor 31 Tahun 2013. Direktorat Jenderal Imigrasi salah satu
tugasnya adalah menjalankan fungsi intelijen keimigrasian yang meliputi
penyelidikan dan pengamanan intelijen keimigrasian. Dengan fungsi ini, Imigrasi
memiliki kewenangan untuk: 1) mendapatkan keterangan dari masyarakat atau
instansi pemerintah, 2) Mendatangi tempat atau bangunan yang diduga dapat
ditemukan bahan keterangan mengenai keberadaan dan kegiatan orang asing,
3) Melakukan Operasi Intelijen keimigrasian, dan 4) Melakukan pengamanan
terhadap data dan informasi keimigrasian serta pelaksanaan tugas keimigrasian.
Lebih detil hasil analisis dan evaluasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
23
7
Tab
el A
nal
isis
dan
Eva
luas
i Per
atu
ran
Men
teri
Hu
kum
dan
Hak
Asa
si M
anu
sia
No
mo
r 30
Tah
un
20
16 t
enta
ng
Inte
lijen
Kei
mig
rasi
an
No
Ke
ten
tuan
D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
1.
D
asar
Men
imb
ang
Kej
elas
an
Ru
mu
san
Kes
esu
aian
den
gan
sist
emat
ika
dan
te
knik
pen
yusu
nan
per
atu
ran
per
un
dan
g-
un
dan
gan
Men
cerm
inka
n
isi p
enga
tura
n
Per
atu
ran
in
i m
eru
pak
an k
eten
tuan
pel
aksa
na
dar
i Pas
al 2
05
PP
No
mo
r 3
1 T
ahu
n 2
01
3 d
iman
a
Men
teri
m
enet
apka
n
pro
sed
ur
tekn
is
pel
aksa
naa
n f
un
gsi
inte
lijen
kei
mig
rasi
an.
Ole
h
kare
na
itu
, su
dah
te
pat
jik
a p
enga
tura
n
men
gen
ai p
rose
du
r te
knis
pel
aksa
naa
n in
telij
en
keim
igra
sian
d
iatu
r d
alam
su
atu
P
erat
ura
n
Men
teri
.
Seh
ingg
a u
ntu
k m
enye
suai
kan
den
gan
am
anat
dar
i P
asal
20
5 P
P N
om
or
31
Tah
un
20
13
, m
aka
seb
aikn
ya j
ud
ul
per
atu
ran
men
teri
in
i d
iub
ah
men
jad
i P
erat
ura
n M
ente
ri H
uku
m d
an H
AM
ten
tan
g P
rose
du
r Te
knis
Pel
aksa
naa
n I
nte
lijen
Kei
mig
rasi
an,
dim
ana
pas
al-p
asal
d
idal
amn
ya
ber
isik
an
hal
-hal
te
knis
p
elak
san
aan
keim
igra
sian
yan
g d
ilaks
anak
an o
leh
Dir
ekto
rat
Jen
der
al Im
igra
si.
Ub
ah,
Mel
aku
kan
per
ub
ahan
ju
du
l
per
atu
ran
dis
esu
aika
n d
enga
n
kete
ntu
an
Pas
al
20
5 P
P 3
1/2
01
3.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
23
8
No
Ke
ten
tuan
D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
2.
K
eten
tuan
U
mu
m
(Pas
al 1
)
Kej
elas
an
Ru
mu
san
Kes
esu
aian
den
gan
sist
emat
ika
dan
te
knik
pen
yusu
nan
per
atu
ran
per
un
dan
g-
un
dan
gan
Ber
isi
bat
asan
pen
gert
ian
atau
def
inis
i
Jud
ul
per
atu
ran
m
ente
ri
ini
adal
ah
inte
lijen
keim
igra
sian
, n
amu
n d
alam
de
fin
isi o
per
asio
nal
(Pas
al 1
) ti
dak
dit
emu
kan
ap
a ya
ng
dim
aksu
d
den
gan
in
telij
en
keim
igra
sian
. D
efin
isi
ini
dit
emu
kan
dal
am P
asal
1 a
ngk
a 2
2 P
P N
om
or
31
Tah
un
2
01
3
yan
g d
iart
ikan
se
bag
ai
kegi
atan
pen
yelid
ikan
K
eim
igra
sian
d
an
pen
gam
anan
Kei
mig
rasi
an
dal
am
ran
gka
pro
ses
pen
yajia
n
info
rmas
i m
elal
ui
anal
isis
gu
na
men
etap
kan
per
kira
an k
ead
aan
Kei
mig
rasi
an y
ang
dih
adap
i
atau
yan
g ak
an d
ihad
api.
Un
tuk
mem
bac
a u
tuh
su
atu
p
erat
ura
n
per
un
dan
g-u
nd
anga
n,
kete
ntu
an
um
um
mem
egan
g p
eran
an
pen
tin
g u
ntu
k d
apat
mem
ber
ikan
d
efin
isi
op
eras
ion
al
atas
su
atu
isti
lah
kh
usu
s ya
ng
seri
ng
mu
ncu
l d
alam
su
atu
per
atu
ran
p
eru
nd
ang-
un
dan
gan
. O
leh
ka
ren
a
itu
u
ntu
k m
engh
ind
ari
per
bed
aan
d
efin
isi
den
gan
p
erat
ura
n
per
un
dan
g-u
nd
anga
n
di
atas
nya
, p
erlu
m
em
asu
kkan
d
efi
nis
i in
telij
en
keim
igra
sian
d
alam
ke
ten
tuan
P
asal
1
Per
men
kum
ham
ini.
Ub
ah,
Men
amb
ahka
n
def
inis
i in
telij
en
op
eras
ion
al
ke
dal
am
kete
ntu
an
Pas
al 1
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
23
9
No
Ke
ten
tuan
D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
3.
P
asal
1 a
ngk
a 2
:
Op
eras
i In
telij
en
Kei
mig
rasi
an
adal
ah
kegi
atan
In
telij
en
yan
g d
ilaks
anak
an
ole
h
selu
ruh
u
nit
kerj
a d
i b
idan
g
Inte
lijen
Kei
mig
rasi
an
yan
g d
isu
sun
d
an
dio
rgan
isir
se
cara
khu
sus
Dis
har
mo
ni
Def
inis
i ata
u
kon
sep
Ad
anya
per
bed
aan
def
inis
i
atau
pu
n
kon
sep
d
i
anta
ra
du
a
per
atu
ran
per
un
dan
g-
un
dan
gan
ata
u
leb
ih t
erh
adap
ob
yek
yan
g
sam
a
Di
dal
am p
erat
ura
n m
ente
ri i
ni
def
inis
i o
per
asi
inte
lijen
ke
imig
rasi
an
ber
bed
a d
enga
n
yan
g
did
efin
isik
an d
alam
Pen
jela
san
Pas
al 7
4 a
yat
(2)
Hu
ruf
c U
U
Kei
mig
rasi
an
Tah
un
2
01
1,
Yan
g
dim
aksu
d
den
gan
”o
per
asi
Inte
lijen
Kei
mig
rasi
an”
adal
ah k
egia
tan
yan
g d
ilaku
kan
ber
das
arka
n
suat
u
ren
can
a u
ntu
k m
enca
pai
tuju
an k
hu
sus
sert
a d
itet
apka
n d
an d
ilaks
anak
an
atas
per
inta
h P
ejab
at I
mig
rasi
yan
g b
erw
enan
g.
Per
bed
aan
def
inis
i in
i dik
uat
irka
n m
enim
bu
lkan
per
mas
alah
an
dal
am
imp
lem
enta
sin
ya.
Ole
h
kare
na
itu
p
erlu
p
enye
suai
an
def
inis
i d
alam
per
atu
ran
men
teri
in
i d
enga
n k
eten
tuan
dal
am
PU
U d
i ata
snya
.
Ub
ah,
Men
yesu
aika
n
def
inis
i d
alam
Per
atu
ran
M
ente
ri
ini
den
gan
P
UU
d
i
atas
nya
.
4.
P
asal
2:
Fun
gsi
Inte
lijen
Kei
mig
rasi
an
mel
ipu
ti:
a.
pen
yelid
ikan
Inte
lijen
Kei
mig
rasi
an; d
an
Dis
har
mo
ni
Def
inis
i ata
u
kon
sep
Ad
anya
per
bed
aan
def
inis
i
atau
pu
n
kon
sep
d
i
anta
ra
du
a
per
atu
ran
per
un
dan
g-
un
dan
gan
ata
u
Pas
al in
i men
gatu
r m
enge
nai
ru
ang
lingk
up
dar
i
inte
lijen
kei
mig
rasi
an,
nam
un
ter
dap
at s
edik
it
per
bed
aan
no
men
klat
ur
den
gan
Pas
al 7
4 a
yat
(2
UU
Kei
mig
rasi
an T
ahu
n 2
01
1 ju
nct
o P
asal
202
ayat
(2
) P
P
No
mo
r 3
1
Tah
un
2
01
3
dim
ana
adan
ya k
ata
“in
telij
en”
pad
a p
enye
lidik
an d
an
pen
gam
anan
. D
alam
Pas
al 7
4 a
yat
(2)
UU
UU
Kei
mig
rasi
an T
ahu
n 2
01
1 j
o.
Pas
al 2
02
aya
t (2
)
PP
No
mo
r 3
1 T
ahu
n 2
01
3
dis
ebu
tkan
bah
wa
Ub
ah
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
24
0
No
Ke
ten
tuan
D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
b.
pen
gam
anan
Inte
lijen
Kei
mig
rasi
an.
leb
ih t
erh
adap
ob
yek
yan
g
sam
a
dal
am
ran
gka
mel
aksa
nak
an
fun
gsi
Inte
lijen
Kei
mig
rasi
an,
Pej
abat
Im
igra
si
mel
aku
kan
pen
yelid
ikan
K
eim
igra
sian
d
an
pen
gam
anan
Kei
mig
rasi
an (
tan
pa
kata
in
telij
en).
Per
bed
aan
no
men
klat
ur
ini
dik
uat
irka
n
men
imb
ulk
an
mas
alah
d
alam
p
elak
san
aan
ke
ten
tuan
men
gen
ai i
nte
lijen
kei
mig
rasi
an y
ang
mel
ipu
ti
pen
yelid
ikan
ke
imig
rasi
an
dan
p
enga
man
an
keim
igra
sian
. Le
bih
la
nju
t d
alam
P
erat
ura
n
Men
teri
in
i, ti
dak
d
ijela
skan
ya
ng
dim
aksu
d
den
gan
p
enye
lidik
an
inte
lijen
ke
imig
rasi
an,
sed
angk
an d
alam
Pen
jela
san
Pas
al 7
4 a
yat
(2)
UU
Kei
mig
rasi
an T
ahu
n 2
01
1 d
iseb
utk
an y
ang
dim
aksu
d
den
gan
p
enye
lidik
an
keim
igra
sian
adal
ah k
egia
tan
ata
u t
ind
akan
Pej
abat
Im
igra
si
un
tuk
men
cari
dan
men
emu
kan
su
atu
per
isti
wa
yan
g d
idu
ga s
ebag
ai t
ind
ak p
idan
a K
eim
igra
sian
.
Seh
ingg
a d
apat
d
ikat
akan
p
enye
lidik
an
keim
igra
sian
dila
kuka
n t
erh
adap
du
gaan
ad
anya
tin
dak
p
idan
a ke
imig
rasi
an.
Hal
in
i se
dik
it
ber
bed
a d
enga
n p
enga
tura
n P
asal
5 P
erm
en in
i
dim
ana
Pen
yelid
ikan
in
telij
en
Kei
mig
rasi
an
dila
ksan
akan
u
ntu
k m
enca
ri,
men
dap
atka
n,
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
24
1
No
Ke
ten
tuan
D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
mem
per
ole
h,
men
gum
pu
lkan
, d
an
men
gola
h
dat
a d
an/a
tau
info
rmas
i yan
g b
erka
itan
den
gan
ob
jek
sasa
ran
di
bid
ang
Kei
mig
rasi
an.
Ap
akah
ob
jek
sasa
ran
di
bid
ang
keim
igra
sian
in
i d
apat
dik
atak
an m
elip
uti
tid
ak p
idan
a ke
imig
rasi
an?
Leb
ih
lan
jut
dal
am
Per
men
ti
dak
d
item
uka
n
kete
ntu
an
yan
g m
enje
lask
an
dal
am
hal
dit
emu
kan
su
atu
per
isti
wa
yan
g d
idu
ga s
ebag
ai
tin
dak
pid
ana
keim
igra
sian
.
Jud
ul B
ab II
I: P
enye
lidik
an In
telij
en K
eim
igra
sian
Jud
ul
Bab
IV
: P
enga
man
an K
eim
igra
sian
🡺 b
eda
den
gan
pas
al 2
fu
ngs
i in
telij
en k
eim
igra
sian
.
5.
P
asal
4
(1)
Fun
gsi
Inte
lijen
Kei
mig
rasi
an
seb
agai
man
a
dim
aksu
d
dal
am
Pas
al 3
dap
at ju
ga
dila
ksan
akan
ole
h
tim
O
per
asi
Inte
lijen
Kei
mig
rasi
an.
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Asp
ek
Kek
oso
nga
n
Pen
gatu
ran
Bel
um
ad
a
pen
gatu
ran
Pas
al in
i men
gatu
r m
enge
nai
pel
aksa
naa
n fu
ngs
i
inte
lijen
kei
mig
rasi
an j
uga
dap
at d
ilaku
kan
ole
h
tim
op
eras
i in
telij
en k
eim
igra
sian
, yan
g d
iben
tuk
di
Pu
sat,
Pro
vin
si,
dan
Kab
up
ate
n/K
ota
. Nam
un
tid
ak
terd
apat
ke
ten
tuan
le
bih
la
nju
t ya
ng
men
gatu
r d
alam
h
al
apa
pel
aksa
naa
n
fun
gsi
inte
lijen
ke
imig
rasi
an
dila
ksan
akan
o
leh
ti
m
op
eras
i, m
engi
nga
t d
i p
asal
seb
elu
mn
ya y
aitu
Pas
al
3
kew
enan
gan
m
elak
san
akan
fu
ngs
i
inte
lijen
ini a
dal
ah P
ejab
at Im
igra
si.
Ub
ah,
Per
lu
kete
ntu
an
leb
ih
lan
jut
men
gen
ai t
im
op
eras
i in
telij
en
keim
igra
sian
ya
ng
dap
at
dib
entu
k d
i
pu
sat,
pro
vin
si,
dan
kab
up
aten
/ko
ta
sert
a ru
ang
lingk
up
dar
i ti
m
yan
g
dib
entu
k d
i m
asin
g-
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
24
2
No
Ke
ten
tuan
D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
(2)
Tim
O
per
asi
Inte
lijen
Kei
mig
rasi
an
seb
agai
man
a
dim
aksu
d
pad
a
ayat
(1
) d
iben
tuk
ole
h:
a.
Dir
ektu
r
Jen
der
al u
ntu
k
di
tin
gkat
pu
sat;
b.
Kep
ala
Kan
tor
Wila
yah
un
tuk
di
tin
gkat
Pro
vin
si; d
an
c.
Kep
ala
Kan
tor
Imig
rasi
un
tuk
di
tin
gkat
Kab
up
aten
/Ko
ta.
Terl
ebih
la
gi
di
ayat
3
m
enye
bu
tkan
kean
ggo
taan
tim
op
eras
i yan
g te
rdir
i ata
s K
etu
a
dan
an
ggo
ta n
amu
n t
idak
dir
inci
un
sur-
un
sur
apa
saja
yan
g te
rilib
at d
alam
tim
ter
seb
ut.
mas
ing
wila
yah
ters
ebu
t.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
24
3
No
Ke
ten
tuan
D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
(3)
K
ean
ggo
taan
tim
Op
eras
i In
telij
en
Kei
mig
rasi
an
terd
iri a
tas
ketu
a
dan
an
ggo
ta.
6.
P
asal
5
Pen
yelid
ikan
In
telij
en
Kei
mig
rasi
an
seb
agai
man
a
dim
aksu
d d
alam
Pas
al
2
hu
ruf
a
dila
ksan
akan
u
ntu
k
men
cari
,
men
dap
atka
n,
mem
per
ole
h,
men
gum
pu
lkan
, d
an
men
gola
h
dat
a
dan
/ata
u
info
rmas
i
yan
g b
erka
itan
den
gan
ob
jek
sasa
ran
di
bid
ang
Kei
mig
rasi
an.
Dis
har
mo
ni
Pen
gatu
ran
Pen
ggu
naa
n
bah
asa,
isti
lah
, kat
a
Tep
at, T
egas
K
eten
tuan
dal
am p
asal
in
i b
ersi
fat
leb
ih l
uas
dar
ipad
a ya
ng
dis
ebu
tkan
d
alam
U
U
Kei
mig
rasi
an
Tah
un
2
01
1.
Dal
am
Pen
jela
san
Pas
al 7
4 a
yat
(2)
UU
Kei
mig
rasi
an T
ahu
n 2
01
1
dis
ebu
tkan
yan
g d
imak
sud
den
gan
pen
yelid
ikan
keim
igra
sian
ad
alah
ke
giat
an
atau
ti
nd
akan
Pej
abat
Imig
rasi
un
tuk
men
cari
dan
men
emu
kan
suat
u
per
isti
wa
yan
g d
idu
ga
seb
agai
ti
nd
ak
pid
ana
Kei
mig
rasi
an.
Seh
ingg
a d
apat
dik
atak
an
pen
yelid
ikan
ke
imig
rasi
an
dila
kuka
n
terh
adap
du
gaan
ad
anya
tin
dak
pid
ana
keim
igra
sian
. H
al
ini
ber
bed
a d
enga
n p
enga
tura
n d
alam
pas
al i
ni
dim
ana
Pen
yelid
ikan
in
telij
en
Kei
mig
rasi
an
dila
ksan
akan
u
ntu
k m
enca
ri,
men
dap
atka
n,
mem
per
ole
h,
men
gum
pu
lkan
, d
an
men
gola
h
dat
a d
an/a
tau
info
rmas
i yan
g b
erka
itan
den
gan
ob
jek
sasa
ran
di
bid
ang
Kei
mig
rasi
an.
Ap
akah
ob
jek
sasa
ran
di
bid
ang
keim
igra
sian
in
i d
apat
Ub
ah,
per
lu
kete
ntu
an
leb
ih
rin
ci
terh
adap
ap
a
yan
g d
imak
sud
den
gan
o
bje
k
sasa
ran
d
i b
idan
g
keim
igra
sian
d
alam
pas
al in
i.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
24
4
No
Ke
ten
tuan
D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
dik
atak
an m
elip
uti
tid
ak p
idan
a ke
imig
rasi
an?
Seh
ingg
a, p
erlu
pen
gatu
ran
leb
ih r
inci
ter
had
ap
apa
yan
g d
imak
sud
d
enga
n
ob
jek
sasa
ran
d
i
bid
ang
keim
igra
sian
dal
am p
asal
ini.
7.
P
asal
9
Pen
yelid
ikan
In
telij
en
Kei
mig
rasi
an
seca
ra
tert
utu
p
seb
agai
man
a
dim
aksu
d d
alam
Pas
al
7
hu
ruf
b
dap
at
dila
ksan
akan
mel
alu
i:
a.
pen
gam
atan
at
au
pen
ggam
bar
an;
b.
pen
jeja
kan
;
c.
pen
den
gara
n;
d.
pen
yad
apan
;
e.
pen
yusu
pan
;
f.
pen
yuru
pan
;
dan
/ata
u
g.
pen
ggal
anga
n.
Dis
har
mo
ni
Pen
gatu
ran
Pen
ggu
naa
n
bah
asa,
isti
lah
, kat
a
Tep
at, T
egas
D
alam
p
asal
in
i d
iseb
utk
an
pel
aksa
naa
n
pen
yelid
ikan
in
telij
en
seca
ra
tert
utu
p
dap
at
dila
kuka
n
sala
h
satu
nya
m
elal
ui
pen
yad
apan
.
Ap
akah
p
enya
dap
an
yan
g d
imak
sud
d
alam
per
atu
ran
in
i m
eru
juk
pad
a p
enya
dap
an a
tau
inte
rsep
si
men
uru
t U
U
ITE
yan
g d
iart
ikan
seb
agai
ke
giat
an
un
tk
men
den
gark
an,
mer
ekam
, m
emb
elo
kkan
, m
engu
bah
,
men
gham
bat
, d
an/a
tau
m
enca
tat
tran
smis
i
info
rmas
i el
ektr
on
ik
dan
/ata
u
Do
kum
en
Elek
tro
nik
ya
ng
tid
ak
ber
sifa
t p
ub
lik,
bai
k
men
ggu
nak
an
jari
nga
n
kab
el
kom
un
ikas
i
mau
pu
n
jari
nga
n
nir
kab
el,
sep
erti
p
anca
ran
elek
tro
mag
net
at
au
rad
io
frek
uen
si.
Bah
wa
pen
gatu
ran
m
enge
nai
p
enya
dap
an
mel
aran
g
seti
ap o
ran
g m
elak
uka
n k
egi
atan
pen
yad
apan
(Pas
al
40
U
nd
ang-
Un
dan
g N
om
or
36
Ta
hu
n
19
99
ten
tan
g Te
leko
mu
nik
asi)
. M
K d
alam
sal
ah
satu
p
utu
san
nya
N
om
or
5/P
UU
-VIII
/20
10
Teta
p,
nam
un
dem
ikia
n
mas
ih
per
lu
up
aya
pen
guat
an
kola
bo
rasi
d
an
sin
ergi
an
tar
inst
ansi
d
alam
ran
gka
pen
gaw
asan
kelu
ar
mas
ukn
ya
ora
ng
ke
wila
yah
Ind
on
esia
. Sel
ain
itu
per
lu ju
ga d
ilaku
kan
pen
guat
an
SDM
dan
p
emen
uh
an
sara
na
pra
sara
na
un
tuk
dap
at
men
un
jan
g
dila
ksan
akan
nya
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
24
5
No
Ke
ten
tuan
D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
ber
pen
dap
at
bah
wa
pen
yad
apan
m
eru
pak
an
ben
tuk
pel
angg
aran
ter
had
ap h
ak p
riva
si y
ang
ber
ten
tan
gan
d
enga
n
UU
D
NR
I Ta
hu
n
19
45
.
Nam
un
d
emik
ian
p
enge
cual
ian
at
ura
n
pen
yad
apan
dib
erik
an d
alam
ran
gka
pen
egak
an
hu
kum
at
as
per
min
taan
p
eneg
ak
hu
kum
,
kep
olis
ian
, kej
aksa
an, d
an K
PK
.
Dal
am r
apat
po
kja
den
gan
nar
asu
mb
er R
on
ny
F
Som
pie
ya
ng
dis
elen
ggar
akan
se
cara
vi
rtu
al
mee
tin
g p
ada
tan
ggal
21
Ap
ril
202
0,
dije
lask
an
bah
wa
pen
yad
apan
se
bag
aim
ana
dim
aksu
d
dal
am
pas
al
ini
dila
kuka
n
ole
h
Dir
ekto
rat
Jen
der
al
dal
am
hal
in
i p
ejab
at
imig
rasi
,
bek
erja
sam
a d
enga
n K
em
ente
rian
/lem
bag
a la
in
yan
g su
dah
m
emili
ki
sara
na
pra
sara
na
dan
kem
amp
uan
ya
ng
men
du
kun
g u
ntu
k
dila
ksan
akan
nya
pen
yad
apan
. H
al i
ni
dila
kuka
n
dal
am r
angk
a m
emp
ero
leh
bu
kti
awal
. Sa
mp
ai
saat
in
i, D
irek
tora
t je
nd
eral
Im
igra
si
mas
ih
mem
iliki
ket
erb
atas
an b
aik
itu
sar
ana
pra
sara
na
mau
pu
n S
DM
yan
g m
end
uku
ng
dila
ksan
akan
nya
fun
gsi
inte
lijen
kei
mig
rasi
an.
Ole
h k
aren
a it
u,
men
uru
t P
asal
26
Per
men
kum
ham
in
i, d
alam
fun
gsi
inte
lijen
keim
igra
sian
.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
24
6
No
Ke
ten
tuan
D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
mel
aku
kan
o
per
asi
inte
lijen
ke
imig
rasi
an
pej
abat
im
igra
si
dap
at
bek
erja
sam
a d
enga
n
inst
ansi
p
emer
inta
h
bai
k d
i p
usa
t m
aup
un
dae
rah
. Co
nto
hn
ya a
dal
ah M
oU
an
tara
Bad
an
Inte
lijen
dan
Kea
man
an P
olr
i den
gan
Dir
ekto
rat
Jen
der
al Im
igra
si. 90
Ker
jasa
ma
ini
mu
tlak
dip
erlu
kan
dal
am r
angk
a
pen
cega
han
tra
nsn
ati
on
al
org
ani
zed
cri
me
ke
Ind
on
esia
. TO
C m
eru
pak
an t
ind
akan
kej
ahat
an
yan
g m
emp
un
yai
akar
dan
jar
inga
n k
om
ple
ks
dan
ti
dak
h
anya
b
isa
did
ekat
i d
enga
n
pen
dek
atan
ke
lem
bag
aan
m
ela
lui
gakk
um
sem
ata.
Ket
erlib
atan
ko
mu
nit
as m
asya
raka
t d
an
kerj
asam
a in
stan
si
terk
ait
mu
tlak
h
aru
s
dila
kuka
n.
Ker
jasa
ma
anta
r K
emen
teri
an
Lem
bag
a d
an a
nta
rneg
ara
dal
am p
enan
gan
an
isu
-isu
ak
tual
ke
imig
rasi
an
mer
up
akan
su
atu
ken
isca
yaan
(i
nev
itab
le).
Se
bag
ai
con
toh
,
mem
ecah
kan
ka
sus
keja
hat
an
linta
s n
egar
a
(tra
nsn
atio
nal
cri
me)
mu
ngk
in m
en
jad
i mu
stah
il
90
Kem
ente
rian
Hu
kum
dan
Hak
Asa
si M
anu
sia
Kan
tor
Wila
yah
Kal
iman
tan
Sel
atan
, “D
irek
tur
Was
dak
im D
itje
n I
mig
rasi
So
sial
isas
ikan
Per
jan
jian
Ker
jasa
ma
Pen
gaw
asan
O
ran
g A
sin
g d
i K
alim
anta
n
Sela
tan
”,
h
ttp
s://
kals
el.k
emen
kum
ham
.go
.id/b
erit
a-ka
nw
il/b
erit
a-u
tam
a/5
247
-dir
ektu
r-w
asd
akim
-dit
jen
-im
igra
si-
sosi
alis
asik
an-p
erja
njia
n-k
erja
sam
a-p
enga
was
an-o
ran
g-as
ing-
di-
kalim
anta
n-s
elat
an (
dia
kses
tan
ggal
7 A
gust
us
202
0)
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
24
7
No
Ke
ten
tuan
D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
tan
pa
kerj
a sa
ma
apar
at p
eneg
ak h
uku
m d
an
pen
gaw
as p
erb
atas
an (
bo
rder
co
ntr
ol
off
icer
)
dal
am b
entu
k sh
arin
g in
form
asi,
dat
a in
telij
en
sert
a b
est
pra
ctic
es.
Pen
guat
an
Ker
ja
Sam
a
Bila
tera
l an
tara
D
itje
n
Imig
rasi
d
enga
n
Kem
ente
rian
/Lem
bag
a d
an
Inst
ansi
Kei
mig
rasi
an
Neg
ara
Mit
ra
sert
a P
eran
A
ktif
Dit
jen
Im
igra
si d
alam
fo
rum
-fo
rum
Ker
ja S
ama
Mu
ltila
tera
l te
lah
te
rbu
kti
efek
tif
dal
am
men
jaw
ab
ber
bag
ai
tan
tan
gan
se
rta
isu
-isu
aktu
al d
i bid
ang
keim
igra
sian
.
8.
P
asal
11
Pen
gam
anan
Kei
mig
rasi
an
seb
agai
man
a
dim
aksu
d p
ada
ayat
(1
) d
ilaks
anak
an
terh
adap
:
a. i
zin
kei
mig
rasi
an;
b. p
erso
nil;
c. m
ater
ial
dan
do
kum
en; d
an
Kej
elas
an
Ru
mu
san
Pen
ggu
naa
n
bah
asa,
isti
lah
, kat
a
Tep
at, T
egas
D
alam
Pas
al 7
4 a
yat
2 U
U K
eim
igra
sian
Tah
un
20
11
:
Kew
enan
gan
P
eja
bat
Im
igra
si
dal
am
mel
aksa
nak
an
fun
gsi
inte
lijen
ke
imig
rasi
an
adal
ah
(d)
mel
aku
kan
p
enga
man
an
terh
adap
dat
a d
an
info
rmas
i K
eim
igra
sian
se
rta
pen
gam
anan
pel
aksa
naa
n t
uga
s K
eim
igra
sian
.
Ket
entu
an p
asal
ini m
eru
pak
an k
eten
tuan
po
kok
dar
i p
elak
san
aan
in
telij
en
keim
igra
sian
seb
agai
man
a d
iatu
r d
alam
PP
No
mo
r 3
1 T
ahu
n
20
13
ya
ng
seca
ra
leb
ih
tekn
is
dia
tur
dal
am
Per
men
in
i. B
aik
dal
am U
U K
eim
igra
sian
Tah
un
Ub
ah,
Per
lu
per
bai
kan
pen
gelo
mp
oka
n
yan
g le
bih
jel
as d
an
rin
ci
terk
ait
ruan
g
lingk
up
pen
gam
anan
keim
igra
sian
d
alam
Per
men
kum
ham
ini,
den
gan
mer
uju
k
pad
a ke
ten
tuan
Pas
al 7
4 a
yat
(2)
UU
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
24
8
No
Ke
ten
tuan
D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
d. k
anto
r d
an in
stal
asi
vita
l.
20
11
dan
PP
Pel
aksa
nan
ya s
erta
dal
am P
erm
en
ini
tid
ak
dit
emu
kan
p
enge
rtia
n
apa
yan
g
dim
aksu
d
den
gan
p
enga
man
an
keim
igra
sian
.
Nam
un
ru
ang
lingk
up
pen
gam
anan
dap
at d
ilih
at
dar
i ket
entu
an P
asal
74
yait
u t
erh
adap
dat
a d
an
info
rmas
i ke
imig
rasi
an d
an p
elak
san
aan
tu
gas
keim
igra
sian
.
Leb
ih l
anju
t d
alam
ket
entu
an U
U K
eim
igra
sian
Tah
un
20
11
dap
at d
item
uka
n b
eber
apa
pas
al
yan
g m
enga
tur
men
gen
ai p
enga
man
an s
ebag
ai
tan
ggu
ng
jaw
ab
dan
ke
wen
anga
n
men
teri
mau
pu
n p
ejab
at im
igra
si, y
aitu
dal
am:
Pas
al 3
2 U
U K
eim
igra
sian
Tah
un
20
11
:
(1)
Men
teri
ata
u P
ejab
at I
mig
rasi
yan
g d
itu
nju
k
ber
tan
ggu
ng
jaw
ab
atas
p
eren
can
aan
,
pen
gad
aan
, p
enyi
mp
anan
, p
end
istr
ibu
sian
, d
an
pen
gam
anan
bla
ngk
o d
an f
orm
ulir
:
a. P
asp
or
bia
sa;
b. S
ura
t P
erja
lan
an L
aksa
na
Pas
po
r; d
an
c. s
ura
t p
erja
lan
an l
inta
s b
atas
ata
u p
as l
inta
s
bat
as.
Kei
mig
rasi
an T
ahu
n
20
11
. N
amu
n
dem
ikia
n p
erlu
ad
a
dis
kusi
le
bih
la
nju
t
dgn
p
erso
nel
dit
jen
im
men
gen
ai
pel
aksa
naa
n
Pas
al
11
– P
asal
17
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
24
9
No
Ke
ten
tuan
D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
(2)
Men
teri
ata
u P
ejab
at I
mig
rasi
yan
g d
itu
nju
k
men
etap
kan
sp
esif
ikas
i te
knis
p
enga
man
an
den
gan
st
and
ar
ben
tuk,
u
kura
n,
des
ain
, fi
tur
pen
gam
anan
, d
an
isi
bla
ngk
o
sesu
ai
den
gan
stan
dar
inte
rnas
ion
al s
erta
fo
rmu
lir:
a. P
asp
or
bia
sa;
b. S
ura
t P
erja
lan
an L
aksa
na
Pas
po
r; d
an
c. s
ura
t p
erja
lan
an l
inta
s b
atas
ata
u p
as l
inta
s
bat
as.
Pas
al 8
9 a
yat
(2):
Up
aya
pre
ven
tif
yan
g d
ilaku
kan
men
teri
ata
u
Pej
abat
Im
igra
si
dal
am
ran
gka
men
cega
h
terj
adin
ya t
ind
ak
pid
ana
per
dag
anga
n o
ran
g d
an P
enye
lun
du
pan
Man
usi
a d
ilaku
kan
den
gan
:
a.
per
tuka
ran
in
form
asi
den
gan
n
egar
a la
in
dan
inst
ansi
ter
kait
di d
alam
neg
eri,
mel
ipu
ti
mo
du
s o
per
and
i, p
enga
was
an
dan
pen
gam
anan
D
oku
men
P
erja
lan
an,
sert
a
legi
tim
asi d
an v
alid
itas
do
kum
en;
b.
kerj
a sa
ma
tekn
is
dan
p
elat
ihan
d
enga
n
Neg
ara
lain
m
elip
uti
p
erla
kuan
ya
ng
ber
das
arka
n
per
i ke
man
usi
aan
te
rhad
ap
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
25
0
No
Ke
ten
tuan
D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
korb
an, p
enga
man
an d
an k
ual
itas
Do
kum
en
Per
jala
nan
, d
etek
si
do
kum
en
p
alsu
,
per
tuka
ran
in
form
asi,
sert
a p
eman
tau
an
dan
d
etek
si
Pen
yelu
nd
up
an
Man
usi
a
den
gan
ca
ra
kon
ven
sio
nal
d
an
no
nko
nve
nsi
on
al;
c.
(…)
d.
(…)
e.
mem
asti
kan
b
ahw
a in
tegr
itas
d
an
pen
gam
anan
D
oku
men
P
erja
lan
an
yan
g
dik
elu
arka
n a
tau
dit
erb
itka
n o
leh
ata
u a
tas
nam
a n
egar
a u
ntu
k m
ence
gah
pem
bu
atan
do
kum
en t
erse
bu
t se
cara
mel
awan
hu
kum
dal
am h
al p
ener
bit
an d
an p
engg
un
aan
nya
.
Den
gan
dem
ikia
n,
pen
gam
anan
yan
g d
ilaku
kan
men
uru
t U
U
Kei
mig
rasi
an
Tah
un
2
01
1
yan
g
sela
nju
tnya
dit
uan
gkan
dal
am P
erm
enku
mh
am
ini m
elip
uti
:
1.
mel
aku
kan
p
enga
man
an
terh
adap
d
ata
dan
in
form
asi
Kei
mig
rasi
an
sep
erti
pen
gam
anan
te
rhad
ap:
Do
kum
en
Per
jala
nan
, d
ata
dan
in
form
asi
dal
am
Sist
em
Info
rmas
i M
anaj
emen
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
25
1
No
Ke
ten
tuan
D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
Kei
mig
rasi
an,
has
il p
enga
was
an
keim
igra
sian
(P
asal
67
- 6
8)
2.
Pen
gam
anan
p
elak
san
aan
tu
gas
keim
igra
sian
, ya
ng
mel
ipu
ti p
enga
man
an
dal
am
mem
ber
ikan
p
elay
anan
Kei
mig
rasi
an,
pen
egak
an
hu
kum
,
keam
anan
n
egar
a,
dan
fa
silit
ato
r
pem
ban
gun
an k
esej
ahte
raan
mas
yara
kat.
Jik
a d
ilih
at
dar
i u
nsu
r p
enga
man
an
yan
g
dis
ebu
tkan
dal
am P
asal
11
aya
t (2
) p
erm
en i
ni
per
lu
dis
esu
aika
n
den
gan
ru
ang
lingk
up
pen
gam
anan
ya
ng
sud
ah
dia
tur
dal
am
UU
Kei
mig
rasi
an T
ahu
n 2
01
1. P
erlu
pen
gelo
mp
oka
n
dan
ri
nci
an
yan
g le
bih
je
las
terh
adap
ru
ang
lingk
up
p
enga
man
an
keim
igra
sian
ya
ng
dis
ebu
tkan
d
alam
P
erm
en
ini.
Un
tuk
izin
keim
igra
sian
d
apat
d
ikel
om
po
kkan
d
enga
n
mat
eria
l dan
do
kum
en.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
25
2
No
Ke
ten
tuan
D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
9.
P
asal
12
– P
asal
17
K
ejel
asan
Ru
mu
san
Pen
ggu
naa
n
bah
asa,
isti
lah
, kat
a
Tep
at, T
egas
P
erlu
dis
esu
aika
n d
enga
n k
eten
tuan
pas
al 1
1.
Pas
al 1
2 d
an P
asal
14
dap
at d
ijad
ikan
dal
am 1
kelo
mp
ok
do
kum
en K
eim
igra
sian
.
Ub
ah,
Per
lu
per
bai
kan
pen
gelo
mp
oka
n
yan
g le
bih
jel
as d
an
rin
ci
terk
ait
ruan
g
lingk
up
pen
gam
anan
keim
igra
sian
d
alam
Per
men
kum
ham
ini,
den
gan
mer
uju
k
pad
a ke
ten
tuan
Pas
al 7
4 a
yat
(2)
UU
Kei
mig
rasi
an T
ahu
n
20
11
. N
amu
n
dem
ikia
n p
erlu
ad
a
dis
kusi
le
bih
la
nju
t
dgn
p
erso
nel
dit
jen
im
men
gen
ai
pel
aksa
naa
n
Pas
al
11
– P
asal
17
.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
25
3
No
Ke
ten
tuan
D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
10
.
Pas
al 1
3
Pen
gam
anan
per
son
il
seb
agai
man
a
dim
aksu
d d
alam
Pas
al
11
ay
at
(2)
hu
ruf
b
dila
ksan
akan
un
tuk:
a. m
ence
gah
terj
adin
ya
pen
yim
pan
gan
dan
pen
yala
hgu
naa
n
wew
enan
g o
leh
per
son
il d
alam
mel
aksa
nak
an
tuga
s d
an f
un
gsi
di
bid
ang
Kei
mig
rasi
an; d
an
b. m
enya
jikan
d
ata
dan
in
form
asi
yan
g
dib
utu
hka
n
ole
h
pim
pin
an
seb
agai
bah
an
per
tim
ban
gan
dal
am
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
Per
un
dan
g-
un
dan
gan
Stan
dar
Op
eras
ion
al
Pel
aksa
na
Ket
erse
dia
an
SOP
yan
g je
las,
len
gkap
, d
an
ben
ar-b
enar
dit
erap
kan
Pel
aksa
naa
n
pen
gam
anan
ke
imig
rasi
an
seb
agai
man
a b
ertu
juan
u
ntu
k d
etek
si
seca
ra
din
i dan
up
aya
pen
cega
han
ter
had
ap a
nca
man
,
tan
tan
gan
, h
amb
atan
, d
an
gan
ggu
an
terl
aksa
nan
ya F
un
gsi
Kei
mig
rasi
an.
Ole
h k
aren
a
itu
p
enga
man
an
juga
d
ilaku
kan
te
rhad
ap
per
son
il ke
imig
rasi
an
un
tuk
men
cega
h
terj
adin
ya p
enyi
mp
anga
n d
an p
en
yala
hgu
naa
n
wew
enan
g d
alam
p
elak
san
aan
tu
gas
dan
fun
gsin
ya,
khu
susn
ya p
ejab
at i
mig
rasi
. D
alam
UU
Kei
mig
rasi
an T
ahu
n 2
01
1 p
ejab
at i
mig
rasi
did
efin
isik
an s
ebag
ai p
egaw
ai y
ang
tela
h m
elal
ui
pen
did
ikan
kh
usu
s ke
imig
rasi
an
dan
m
emili
ki
keah
lian
te
knis
ke
imig
rasi
an
sert
a m
emili
ki
wew
enan
g u
ntu
k m
elak
san
akan
tu
gas
dan
tan
ggu
ng
jaw
ab b
erd
asar
kan
UU
Kei
mig
rasi
an
Tah
un
20
11
. K
aren
a si
fatn
ya y
ang
khu
sus
dan
tekn
is t
erse
bu
t se
rta
kew
enan
gan
dan
tan
ggu
ng
jaw
ab y
ang
dip
egan
gnya
mak
a p
ola
pem
bin
aan
per
son
il im
igra
si
khu
susn
ya
pej
abat
im
igra
si
hen
dak
nya
ti
dak
b
isa
dis
amak
an
den
gan
peg
awai
lain
nya
.
Tet
ap,
nam
un
dem
ikia
n
per
lu
dip
erh
atik
an
un
tuk
dap
at
men
yusu
n
stan
dar
d
an
pro
sed
ur
yan
g
tran
spar
an,
aku
nta
bel
dan
jel
as
dal
am
po
la
mu
tasi
/pem
bin
aan
kari
er b
agi
per
son
il
keim
igra
sian
seb
agai
p
enja
ga
per
bat
asan
wila
yah
RI.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
25
4
No
Ke
ten
tuan
D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
pen
gam
bila
n
keb
ijaka
n
pen
emp
atan
d
an
pem
bin
aan
ka
rir
seti
ap
per
son
il
imig
rasi
.
Ber
kait
an
pem
bin
aan
ka
rir
terh
adap
SD
M,
Ro
nn
y F
Som
pie
(m
anta
n
Dir
jen
Im
igra
si)
seb
agai
nar
asu
mb
er d
alam
keg
iata
n r
apat
Po
kja
Eval
uas
i P
UU
te
rkai
t K
eim
igra
sian
ya
ng
dila
ksan
akan
se
cara
vi
rtu
al
mee
tin
g p
ada
tan
ggal
2
1
Ap
ril
20
20
m
enye
bu
tkan
b
ahw
a
dal
am h
al p
emb
inaa
an k
arir
/mu
tasi
SD
M t
ekn
is
sud
ah s
ehar
usn
ya d
ilaku
kan
sep
enu
hn
ya o
leh
Dir
ekto
rat
Jen
der
al
yan
g d
idu
kun
g o
leh
Sekr
etar
iat
Jen
der
al d
alam
hal
pen
erb
itan
Su
rat
Kep
utu
san
(SK
) M
ente
ri H
uku
m d
an H
AM
RI
yan
g b
ertu
juan
un
tuk
men
gaw
asi j
anga
n s
amp
ai
ada
kesa
lah
an
adm
inis
trat
if
seb
agai
co
nto
h
mis
aln
ya
seo
ran
g at
asan
p
angk
atn
ya
leb
ih
ren
dah
d
arip
ada
baw
ahan
nya
. Se
lan
jutn
ya
dal
am
hal
m
uta
si
juga
p
erlu
d
iber
laku
kan
sem
acam
pu
nis
hm
ent
da
n r
ewa
rd s
erta
yan
g
terp
enti
ng
dal
am h
al p
emb
inaa
n k
arir
/mu
tasi
har
us
ada
asp
ek k
ead
ilan
. K
ew
en
anga
n m
uta
si
yan
g se
pen
uh
nya
d
itan
gan
i o
leh
U
nit
U
tam
a
akan
men
egak
kan
cit
ra d
an w
ibaw
a ke
pat
uh
an
di t
ingk
at b
awah
.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
25
5
No
Ke
ten
tuan
D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
Pad
a ta
tara
n
pen
gaw
asan
p
enge
nd
alia
n
dan
op
erat
or
juga
ak
an
men
ingk
at
kare
na
seca
ra
org
anis
asi
Un
it
Uta
ma
mem
ega
ng
ken
dal
i
kom
and
o O
rgan
isas
i. Fu
ngs
i Sek
reta
riat
Jen
der
al
mem
ang
ben
ar s
ebag
ai p
emb
ina
kep
egaw
aian
yan
g b
ersi
fat
in
gen
era
l, m
isal
nya
u
rusa
n
fasi
litat
if
yan
g m
enya
ngk
ut
adm
inis
tras
i
kep
egaw
aian
sec
ara
um
um
. K
on
dis
i se
per
ti i
ni
bar
u s
aja
terj
adi
pad
a m
asa-
mas
a b
elak
anga
n
ini.
Seb
elu
mn
ya t
idak
per
nah
ter
jad
i h
al s
eper
ti
ini
apal
agi
pad
a sa
at O
rgan
isas
i d
an T
ata
Ker
ja
Kem
ente
rian
ya
ng
ber
ben
tuk
Ho
ldin
g
typ
e.
Seca
ra
teo
ri
adal
ah
tid
ak
tep
at
men
jad
ikan
org
anis
asi s
eper
ti in
tegr
ated
typ
e, k
aren
a u
nsu
r-
un
surn
ya b
erb
eda
satu
sam
a la
in.
Seja
k ta
hu
n 1
98
3 b
entu
k O
rgan
isas
i d
an T
ata
Ker
ja
(OR
TA)
inte
gra
ted
ty
pe
dit
erap
kan
d
an
sud
ah s
ehar
usn
ya d
iad
akan
kaj
ian
ata
u d
itin
jau
kem
bal
i. K
ita
per
lu m
emp
elaj
ari
Org
anis
asi
dan
Tata
Ker
ja K
emen
teri
an K
euan
gan
RI y
ang
un
sur-
un
surn
ya
sam
a d
an
tid
ak
pe
rnah
m
enja
di
org
anis
asi
yan
g b
erb
entu
k in
teg
rate
d t
ype
dan
teta
p
ho
ldin
g
com
pa
ny
typ
e.
Jika
su
dah
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
25
6
No
Ke
ten
tuan
D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
dem
ikia
n b
aru
lah
Dir
ektu
r Je
nd
eral
bis
a d
imin
tai
tan
ggu
ng
jaw
ab
terh
adap
ke
sala
han
at
au
kega
gala
n d
i tin
gkat
op
eras
ion
al.
Ter
leb
ih d
alam
pas
al i
ni
dia
tur
men
gen
ai d
ata
dan
in
form
asi
per
son
il ke
imig
rasi
an d
ibu
tuh
kan
ole
h
pim
pin
an
(bai
k it
u
Men
teri
m
aup
un
Dir
ektu
r Je
nd
eral
Im
igra
si)
seb
agai
b
ahan
per
tim
ban
gan
d
alam
p
enga
mb
ilan
ke
bija
kan
pen
emp
atan
p
ejab
at
imig
rasi
. U
ntu
k
men
emp
atka
n
SDM
ya
ng
ber
kual
itas
, m
aka
dip
erlu
kan
st
and
ar
dan
p
rose
du
r ya
ng
tran
spar
an,
dan
ak
un
tab
el
seb
agai
d
asar
pen
gam
bila
n
keb
ijaka
n
terk
ait
mu
tasi
/pem
bin
aan
kar
ir p
egaw
ai.
11
.
Pas
al 2
4
(1)
Sel
ain
ber
das
arka
n h
asil
pel
aksa
naa
n
op
eras
i in
telij
en
Kei
mig
rasi
an
seb
agai
man
a
dim
aksu
d
dal
am
Pas
al
19
, p
rod
uk
Kej
elas
an
Ru
mu
san
Pen
ggu
naa
n
bah
asa,
isti
lah
, kat
a
Ket
epat
an
Ket
entu
an
dal
am
pas
al
ini
mem
un
gkin
kan
adan
ya
lap
ora
n
fore
nsi
k ke
imig
rasi
an
un
tuk
dit
uan
gkan
ke
d
alam
la
po
ran
h
asil
op
eras
i
inte
lijen
. Se
bag
ai
per
atu
ran
ya
ng
seca
ra
sub
stan
si
ber
sifa
t te
knis
, ke
ten
tuan
d
alam
per
atu
ran
men
teri
seb
aikn
ya d
ibu
at s
ecar
a je
las
dan
rin
ci.
Dem
ikia
n j
uga
ket
ika
mem
un
culk
an
no
men
klat
ur
lap
ora
n
fore
nsi
k ke
imig
rasi
an
dal
am n
orm
a d
i p
asal
nya
, m
aka
per
lu p
asal
-
Per
lu
pen
amb
ahan
pas
al
lain
ya
ng
dap
at
men
jela
skan
apa
yan
g d
imak
sud
den
gan
la
po
ran
fore
nsi
k
keim
igra
sian
d
alam
kete
ntu
an
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
25
7
No
Ke
ten
tuan
D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
has
il o
per
asi
inte
lijen
Kei
mig
rasi
an
dap
at b
eras
al d
ari
lap
ora
n
fore
nsi
k
Kei
mig
rasi
an.
(2)
Lap
ora
n
fore
nsi
k
Kei
mig
rasi
an
seb
agai
man
a
dim
aksu
d
pad
a
ayat
(1
) d
apat
dija
dik
an
seb
agai
alat
b
ukt
i d
alam
per
sid
anga
n
dan
seb
agai
b
ukt
i
keab
sah
an
izin
Kei
mig
rasi
an
seb
agai
man
a
dim
aksu
d
dal
am
Pas
al 1
2 a
yat
(1).
pas
al la
in y
ang
men
jela
skan
ap
a ya
ng
dim
aksu
d
den
gan
lap
ora
n fo
ren
sik
keim
igra
sian
, kem
ud
ian
ruan
g lin
gku
pn
ya, d
an s
ebag
ain
ya.
per
atu
ran
m
ente
ri
ini.
Sela
in
itu
dip
erlu
kan
d
ata
du
kun
g/ke
tera
nga
n
pel
aksa
naa
n
dar
i
kete
ntu
an p
asal
ini.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 258
16. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 21 Tahun 2018
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Prosedur Teknis Pemberian, Perpanjangan,
Penolakan, Pembatalan Dan Berakhirnya Izin Tinggal Kunjungan, Izin
Tinggal Terbatas, Dan Izin Tinggal Tetap Serta Pengecualian Dari Kewajiban
Memiliki Izin Tinggal
Permenkumham No 27 tahun 2014 telah diubah dengan Permenkumham
nomor 21 tahun 2018 yang berdasarkan konsideran menimbang perubahan ini
ditujukan untuk meningkatkan pelayanan dalam pemberian izin tinggal
keimigrasian. Dengan demikian adanya suatu tekad dari Pemerintah dalam hal
ini Kementerian Hukum dan HAM bahwa sebagai lembaga yang mengatur
tentang keimigrasian maka Kemenkumham berkomitmen untuk meningkatkan
pelayanan dalam keimigrasian khususnya dalam permen ini adalah mengenai
pemberian izin tinggal.
Perubahan ini sejalan dengan terbitnya dan diberlakukannya Peraturan
perundangan-undangan setelah Permenkumhan no. 27 tahun 2014 yaitu:
1. Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia
2. Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga
Kerja Asing
3. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 29 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1473) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 29 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia
4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 16 Tahun 2018
tentang Tata Cara Pemberian Visa dan Izin Tinggal bagi Tenaga Kerja
Asing.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 259
Jika dilihat dari peraturan yang dibuat setelah Permenkumhan no 27
tahun 2018 maka dapat dilihat bahwa dengan adanya tren tenaga kerja asing
yang masuk ke Indonesia menjadi suatu suatu perhatian pemerintah. Disisi lain
adanya perkembangan globalisasi yang memungkinkan berkembangnya
perpindahan (migrasi) seorang warga Negara di suatu Negara tertentu ke Negara
lain dengan tujuan memperoleh pekerjaan dan kesejahteraan hidup. Di sisi
lainnya perlunya suatu Negara melindungi negaranya dan melindungi warga
negaranya terhadap keberadaan orang asing atau Tenaga Kerja Asing yang tidak
sesuai tujuan kedatangannya maupun yang bisa saja melakukan kerugian
terhadap Negara dan mengganggu ketertiban umum di masyarakat.
Perubahan yang dilakukan dalam Permenkumhan nomor 21 tahun 2018
yaitu keadaan tertentu dalam pemberian ijin tinggal dalam keadaan terpaksa
ditambahkan dalam satu hal yaitu keadaan tertentu dalam rangka kepentingan
pemerintah. Khusus keadaan tertentu ini perijinannya dikeluarkan oleh Dirjen
Imigrasi atau pejabat imigrasi yang ditunjuk.
Lebih detil hasil analisis dan evaluasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
26
0
Tab
el A
nal
isis
dan
Eva
luas
i Per
atu
ran
Men
teri
Hu
kum
dan
Hak
Asa
si M
anu
sia
No
mo
r 21
Tah
un
20
18 t
enta
ng
Per
ub
ahan
Ata
s
Per
atu
ran
Men
teri
Hu
kum
Dan
Hak
Asa
si M
anu
sia
No
mo
r 2
7 Ta
hu
n 2
014
Ten
tan
g P
rose
du
r Te
knis
Pem
ber
ian
, Per
pan
jan
gan
,
Pen
ola
kan
, Pem
bat
alan
Dan
Ber
akh
irn
ya Iz
in T
ingg
al K
un
jun
gan
, Izi
n T
ingg
al T
erb
atas
, Dan
Izin
Tin
ggal
Tet
ap S
erta
Pen
gecu
alia
n D
ari
Kew
ajib
an M
emili
ki Iz
in T
ingg
al
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
1.
B
agia
n M
engi
nga
t P
erat
ura
n
Men
teri
H
uku
m
dan
H
ak
Asa
si
Man
usi
a N
om
or
M.H
H-0
5.O
T.0
1.0
1
Tah
un
2
01
0
ten
tan
g O
rgan
isas
i d
an
Tata
K
erja
K
emen
teri
an H
uku
m d
an H
ak
Asa
si
Man
usi
a R
epu
blik
In
do
nes
ia s
ebag
aim
ana
tela
h
diu
bah
d
enga
n
Per
atu
ran
M
ente
ri
Hu
kum
d
an
Hak
A
sasi
M
anu
sia
No
mo
r 1
9 Ta
hu
n
20
13
te
nta
ng
Per
ub
ahan
at
as
Per
atu
ran
M
ente
ri
Hu
kum
d
an
Hak
A
sasi
Man
usi
a N
om
or
M.H
H-
05
.OT.
01
.01
Ta
hu
n
20
10
te
nta
ng
Org
anis
asi
dan
Tat
a K
erja
K
emen
teri
an
Hu
kum
d
an
Hak
A
sasi
M
anu
sia
Rep
ub
lik In
do
nes
ia
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang-
un
dan
gan
- -
Jika
dila
kuka
n p
eru
bah
an m
aka
pe
rlu
diu
bah
d
enga
n P
erat
ura
n M
ente
ri H
uku
m d
an H
ak
Asa
si M
anu
sia
Rep
ub
lik In
do
nes
ia N
om
or
29
Ta
hu
n
20
15
te
nta
ng
Org
anis
asi
dan
Ta
ta
Ker
ja K
emen
teri
an H
uku
m d
an H
ak A
sasi
M
anu
sia
Rep
ub
lik I
nd
on
esia
(B
erit
a N
egar
a R
epu
blik
In
do
nes
ia
Tah
un
2
01
5
No
mo
r 1
47
3),
se
bag
aim
ana
tela
h
beb
erap
a ka
li d
iub
ah t
erak
hir
den
gan
Per
atu
ran
Men
teri
H
uku
m
dan
H
ak
Asa
si
Man
usi
a R
epu
blik
In
do
nes
ia N
om
or
24
Tah
un
20
18
ten
tan
g P
eru
bah
an K
etig
a at
as P
erat
ura
n M
ente
ri
Hu
kum
dan
Hak
Asa
si M
anu
sia
No
mo
r 2
9
Tah
un
20
15
Ten
tan
g O
rgan
isas
i d
an T
ata
Ker
ja K
emen
teri
an H
uku
m d
an H
ak A
sasi
M
anu
sia
Rep
ub
lik I
nd
on
esia
(B
erit
a N
egar
a R
epu
blik
In
do
nes
ia
Tah
un
2
01
8
No
mo
r 1
13
5)
Ub
ah
(tid
ak
men
des
ak)
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
26
1
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
2.
B
AB
I K
ETEN
TUA
N U
MU
M
Kej
elas
an
Ru
mu
san
P
engg
un
aan
b
ahas
a,
isti
lah
, kat
a
Tep
at, t
egas
K
eten
tuan
U
mu
m
dal
am
Per
men
kum
ham
in
i ad
alah
sa
ma
den
gan
ya
ng
dim
aksu
d
dal
am
Un
dan
g-U
nd
ang
No
mo
r 6
Ta
hu
n
20
11
te
nta
ng
Kei
mig
rasi
an,
seh
ingg
a se
har
usn
ya
cuku
p
den
gan
d
iatu
r b
ahw
a ya
ng
dim
aksu
d
dal
am
kete
ntu
an
um
um
sa
ma
den
gan
ya
ng
dim
aksu
d
dal
am
Un
dan
g-U
nd
ang
No
mo
r 6
Ta
hu
n
20
11
ten
tan
g K
eim
igra
sian
Ub
ah
(tid
ak
men
des
ak)
3.
P
asal
4
(3)
Izin
Ti
ngg
al
Ku
nju
nga
n
seb
agai
man
a d
imak
sud
pad
a ay
at
(1)
hu
ruf
a,
dib
erik
an
dal
am r
angk
a:
h.
mem
ber
ikan
b
imb
inga
n,
pen
yulu
han
d
an
pel
atih
an
dal
am
pen
erap
an
dan
in
ova
si
tekn
olo
gi
ind
ust
ri
un
tuk
men
ingk
atka
n m
utu
dan
d
esai
n
pro
du
k in
du
stri
se
rta
kerj
a sa
ma
pem
asar
an
luar
n
eger
i b
agi I
nd
on
esia
Dis
har
mo
ni
Def
inis
i at
au
Ko
nse
p
Ad
anya
p
erb
edaa
n
def
inis
i at
aup
un
ko
nse
p
di
anta
ra
du
a p
erat
ura
n
per
un
dan
g-u
nd
anga
n
atau
le
bih
te
rhad
ap
ob
yek
yan
g sa
ma
Bat
asan
m
emb
erik
an
bim
bin
gan
, p
enyu
luh
an d
an p
elat
ihan
dal
am a
yat
ini
dik
uat
irka
n b
erb
entu
ran
den
gan
pen
gert
ian
Te
nag
a K
erja
Asi
ng.
Ub
ah
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
26
2
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
4.
P
asal
8
(3)
Izin
Ti
ngg
al
Ku
nju
nga
n
seb
agai
man
a d
imak
sud
pad
a ay
at
(1)
hu
ruf
b
dib
erik
an
ber
das
arka
n
per
mo
ho
nan
d
ari
Pen
angg
un
g Ja
wab
Ala
t A
ngk
ut
den
gan
m
engi
si
aplik
asi
dat
a d
an
mel
amp
irka
n p
ersy
arat
an:
a.
Pas
po
r K
eban
gsaa
n
atau
D
oku
men
P
erja
lan
an
Ora
ng
Asi
ng
yan
g sa
h
dan
m
asih
b
erla
ku;
dan
b
. su
rat
kete
ran
gan
kej
adia
n d
aru
rat
dar
i in
stan
si y
ang
ber
wen
ang
Kej
elas
an
Ru
mu
san
P
engg
un
aan
b
ahas
a,
isti
lah
, kat
a
Tep
at, t
egas
K
eten
tuan
d
alam
p
asal
in
i d
apat
d
idef
inis
ikan
bah
wa
han
ya d
enga
n m
engi
si
aplik
asi
dat
a d
an m
elam
pir
kan
sya
rat
mak
a iji
n
tin
ggal
ku
nju
nga
n
seb
agai
man
a d
imak
sud
p
ada
ayat
(1
) d
iber
ikan
. P
erlu
ad
anya
pen
egas
an b
entu
k p
rod
uk
hu
kum
se
bag
ai
ou
tpu
t b
ukt
i p
erse
tuju
an
per
mo
ho
nan
.
Ub
ah
5.
P
asal
1
3
(1)
Per
pan
jan
gan
Iz
in T
ingg
al K
un
jun
gan
yan
g b
eras
al d
ari V
isa
kun
jun
gan
1
(sat
u)
kali
per
jala
nan
se
bag
aim
ana
dim
aksu
d
dal
am
Pas
al
12
h
uru
f a
dib
erik
an
pal
ing
ban
yak
4
(em
pat
) ka
li b
ertu
rut-
turu
t.
Kej
elas
an
Ru
mu
san
Ef
ekti
vita
s P
elak
san
aan
Pen
ggu
naa
n
bah
asa,
is
tila
h, k
ata
Asp
ek
Op
eras
ion
al
atau
ti
dak
nya
p
erat
ura
n
Ko
nsi
sten
an
tar
kete
ntu
an
Pen
gatu
ran
d
alam
p
erat
ura
n
tid
ak
dap
at
dila
ksan
akan
se
cara
efe
ktif
Tid
ak d
item
uka
n P
asal
12
hu
ruf
a. P
asal
12
te
rdir
i dar
i aya
t 1
(ad
a h
uru
f a
dan
b)
dan
2.
Ub
ah
men
des
ak
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
26
3
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
6.
P
asal
1
4
(1)
Per
pan
jan
gan
Iz
in T
ingg
al K
un
jun
gan
yan
g b
eras
al d
ari
Vis
a ku
nju
nga
n
saat
ke
dat
anga
n
seb
agai
man
a d
imak
sud
d
alam
P
asal
1
2
hu
ruf
b
dib
erik
an
1
(sat
u)
kali
per
pan
jan
gan
.
Kej
elas
an
Ru
mu
san
Ef
ekti
vita
s P
elak
san
aan
Pen
ggu
naa
n
bah
asa,
is
tila
h, k
ata
Asp
ek
Op
eras
ion
al
atau
ti
dak
nya
p
erat
ura
n
Ko
nsi
sten
an
tar
kete
ntu
an
Pen
gatu
ran
d
alam
p
erat
ura
n
tid
ak
dap
at
dila
ksan
akan
se
cara
efe
ktif
Tid
ak d
item
uka
n P
asal
12
hu
ruf
b.
Pas
al 1
2
terd
iri d
ari a
yat
1 (
ada
hu
ruf
a d
an b
) d
an 2
. U
bah
m
end
esak
7.
P
asal
1
5
Per
pan
jan
gan
Iz
in
Tin
ggal
K
un
jun
gan
ya
ng
dib
erik
an k
epad
a an
ak y
ang
lah
ir
di
Wila
yah
In
do
nes
ia
seb
agai
man
a d
imak
sud
d
alam
P
asal
1
2
hu
ruf
c d
ises
uai
kan
d
enga
n
jan
gka
wak
tu Iz
in T
ingg
al K
un
jun
gan
ay
ah d
an/a
tau
ibu
nya
.
Kej
elas
an
Ru
mu
san
P
engg
un
aan
b
ahas
a,
isti
lah
, kat
a
Ko
nsi
sten
an
tar
kete
ntu
an
Tid
ak d
item
uka
n P
asal
12
hu
ruf
c. P
asal
12
te
rdir
i dar
i aya
t 1
(ad
a h
uru
f a
dan
b)
dan
2.
Ub
ah
men
des
ak
8.
P
asal
19
(4
) P
eno
laka
n
pe
mb
eria
n
atau
p
erp
anja
nga
n
Izin
Ti
ngg
al
Ku
nju
nga
n
seb
agai
man
a d
imak
sud
pad
a ay
at (
1)
sam
pai
den
gan
aya
t
Pan
casi
la
Kea
dila
n
Tid
ak
adan
ya
kete
ntu
an
yan
g m
ence
rmin
kan
ke
adila
n
seca
ra
pro
po
rsio
nal
Dal
am
beb
erap
a h
uru
f ad
a ke
ten
tuan
“d
idu
ga”,
ket
entu
an in
i mem
un
culk
an t
idak
ad
anya
“ke
pas
tian
hu
kum
dan
ke
adila
n”
Per
lu
dig
ali
kem
bal
i m
enge
nai
b
atas
an
did
uga
d
an
wew
enan
g ke
pu
tusa
n
pen
ola
kan
Ub
ah
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
26
4
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
(3),
ju
ga d
ilaks
anak
an d
alam
h
al:
…
b.
Do
kum
en
Per
jala
nan
nya
d
idu
ga p
alsu
; --
e.
d
idu
ga
terl
ibat
d
alam
ke
jah
atan
in
tern
asio
nal
d
an
keja
hat
an
tran
snas
ion
al
tero
rgan
isas
i; --
h
. d
idu
ga
terl
ibat
d
alam
ke
giat
an m
akar
ter
had
ap
pem
erin
tah
an
Rep
ub
lik
Ind
on
esia
; ata
u
i.
did
uga
te
rlib
at
kegi
atan
p
olit
ik
yan
g m
eru
gika
n
neg
ara.
bag
i se
tiap
w
arga
neg
ara
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 265
17. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 4 Tahun 2017
tentang Tata Cara Pengawasan Keimigrasian
Secara umum pengawasan terhadap orang asing merupakan tugas
Direktorat Jenderal Imigrasi yang meliputi pengawasan terhadap masuk dan
keluar, pengawasan keberadaan serta pengawasan terhadap kegiatan orang
asing di Indonesia. Pola pengawasan yang diatur dalam Permen ini sudah cukup
menjadi acuan dalam pelaksanaan pengawasan keimigrasian, namun demikian
masih terdapat beberapa catatan yang dapat menjadi pertimbangan jika akan
dilakukan perubahan terhadap Permen ini, yakni:
a) Tidak adanya Batasan yang jelas mengenai pola pengawasan keimigrasian
secara administratif dan lapangan. Kedepannya perlu dipertimbangkan
perubahan pola pengawasan dengan mengedepankan keterkaitan antar
fungsi keimigrasian lainnya, seperti intelijen dan pemeriksaan
keimigrasian. Hal ini diperlukan dalam rangka menegakkan politik hukum
keimigrasian untuk mencegah praktik perdagangan manusia (human
trafficking), penyelundupan manusia (people smuggling), imigran gelap,
peredaran narkotika.
b) Dukungan terhadap SIMKIM sebagai suatu sistem nasional yang
digunakan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan informasi
guna mendukung operasional, manajemen, dan pengambilan keputusan
dalam melaksanakan fungsi Keimigrasian. Oleh karena itu, penyusunan
laporan hasil pengawasan keimigrasian oleh Pejabat Imigrasi dapat
diinput ke dalam SIMKIM.
Lebih detil hasil analisis dan evaluasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
26
6
Tab
el A
nal
isis
dan
Eva
luas
i Per
atu
ran
Men
teri
Hu
kum
dan
Hak
Asa
si M
anu
sia
No
mo
r 4
Tah
un
201
7
Tata
Car
a Pe
nga
was
an K
eim
igra
sian
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
1.
Pas
al 2
(1)
Pen
gaw
asan
Kei
mig
rasi
an
mel
ipu
ti:
a. p
enga
was
an t
erh
adap
WN
I; d
an
b.
pen
gaw
asan
ter
had
ap
Ora
ng
Asi
ng.
(2)
Pen
gaw
asan
Kei
mig
rasi
an
seb
agai
man
a d
imak
sud
pad
a ay
at (
1)
mel
ipu
ti:
a. p
enga
was
an
adm
inis
trat
if; d
an
b. p
enga
was
an la
pan
gan
.
Kej
elas
an
Ru
mu
san
Pen
ggu
naa
n
bah
asa,
isti
lah
, kat
a
Kej
elas
an
Po
la
pen
gaw
asan
ad
min
istr
atif
mau
pu
n
pen
gaw
asan
la
pan
gan
seb
agai
man
a d
iatu
r d
alam
P
erm
en
ini
tid
ak
mem
ber
ikan
b
atas
an
pem
bed
a ya
ng
jela
s.
Seca
ra
term
ino
logi
ad
min
istr
atif
b
erka
itan
den
gan
ad
min
istr
asi,
sep
erti
do
kum
en,
sura
t, m
aup
un
per
ijin
an.
Hal
in
i te
ntu
nya
b
erb
eda
den
gan
mak
na
lap
anga
n y
ang
sifa
tnya
te
ntu
leb
ih
men
ged
epan
kan
in
tera
ksi
seca
ra la
ngs
un
g, f
ace
to
fa
ce.
Jika
d
ilih
at
dal
am
pas
al-p
asal
ya
ng
men
gatu
r se
cara
ri
nci
m
enge
nai
pen
gaw
asan
ke
imig
rasi
an
seca
ra
adm
inis
trat
if
mau
pu
n
seca
ra
lap
anga
n,
mak
a d
item
uka
n
pas
al-
pas
al i
ni
pad
a p
rin
sip
nya
men
gatu
r
hal
ya
ng
sam
a.
Pad
a p
enga
was
an
lap
anga
n
mis
aln
ya
pad
a P
asal
2
0
Teta
p,
den
gan
ca
tata
n
per
lu
dip
erti
mb
angk
an
per
ub
ahan
p
ola
pen
gaw
asan
kei
mig
rasi
an
yan
g m
enge
dep
anka
n
kete
rkai
tan
an
tar
fun
gsi
keim
igra
sian
la
inn
ya,
sep
erti
in
telij
en
dan
pem
erik
saan
keim
igra
sian
. H
al
ini
dip
erlu
kan
dal
am r
angk
a
men
egak
kan
p
olit
ik
hu
kum
ke
imig
rasi
an
un
tuk
men
cega
h
pra
ktik
per
dag
anga
n
man
usi
a
(hu
ma
n
tra
ffic
kin
g),
pen
yelu
nd
up
an
man
usi
a
(peo
ple
sm
ug
glin
g),
imig
ran
gel
ap,
per
edar
an
nar
koti
ka.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
26
7
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
dim
ana
pen
gaw
asan
la
pan
gan
dila
kuka
n d
alam
hal
ad
anya
ker
agu
an
men
gen
ai k
eab
sah
an d
oku
men
. H
al
ini s
eben
arn
ya t
idak
ber
bed
a d
enga
n
dila
kuka
nn
ya
pen
gaw
asan
keim
igra
sian
se
cara
ad
min
istr
atif
yan
g d
ilaku
kan
d
enga
n
mem
erik
sa
kele
ngk
apan
d
an
keab
sah
an
do
kum
en p
emo
ho
n (
Pas
al 8
– P
asal
10
).
Per
lu
mu
lai
dip
erti
mb
angk
an
pen
gaw
asan
ke
imig
rasi
an
tid
ak
lagi
seb
atas
p
emer
iksa
an
terk
ait
keab
sah
an
do
kum
en,
teta
pi
leb
ih
men
ged
epan
kan
p
ola
p
enga
was
an
akti
f d
alam
ra
ngk
a m
ene
gakk
an
po
litik
h
uku
m
keim
igra
sian
u
ntu
k
men
cega
h
pra
ktik
p
erd
agan
gan
man
usi
a (h
um
an
tr
aff
icki
ng
),
pen
yelu
nd
up
an
man
usi
a (p
eop
le
smu
gg
ling
), im
igra
n g
elap
, per
edar
an
nar
koti
ka.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
26
8
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
2.
Pas
al 2
0
Pen
gaw
asan
la
pan
gan
terh
adap
W
NI
yan
g
men
gaju
kan
p
erm
oh
on
an
DP
RI
seb
agai
man
a d
imak
sud
dal
am
Pas
al
18
h
uru
f a
dila
kuka
n d
alam
hal
ter
dap
at
kera
guan
men
gen
ai:
a.
kete
ran
gan
/has
il
waw
anca
ra p
emo
ho
n;
b.
keab
sah
an
do
kum
en
per
syar
atan
ya
ng
dila
mp
irka
n; d
an
c.
kew
arga
neg
araa
nn
ya.
Kej
elas
an
Ru
mu
san
Pen
ggu
naa
n
bah
asa,
isti
lah
, kat
a
Kej
elas
an
Seb
agai
man
a d
iseb
ut
dal
am p
asal
20
fras
a “d
alam
hal
ter
dap
at k
erag
uan
”
tid
ak m
engg
amb
arka
n s
ejau
h
man
a
ruan
g lin
gku
p/b
atas
an t
egas
ter
had
ap
per
mo
ho
nan
DP
RI
Ub
ah
Per
lu d
iber
ikan
pen
jela
san
yan
g te
gas
terk
ait
Bat
asan
do
kum
en
yan
g h
aru
s
dip
enu
hi a
tau
SO
P m
enila
i
per
mo
ho
nan
D
PR
I
ters
ebu
t
3.
Pas
al 2
1 j
o P
asal
25
jo
Pas
al
27
jo
Pas
al 2
9 j
o P
asal
31
jo
Pas
al 3
3 jo
Pas
al 1
jo P
asal
62
terk
ait
kete
ntu
an
pen
yusu
nan
la
po
ran
pen
gaw
asan
d
an
reko
men
das
i yan
g d
iber
ikan
Efek
tivi
tas
Pel
aksa
naa
n
Asp
ek
Tekn
olo
gi
Pen
un
jan
g
Pel
ayan
an
Ket
erse
dia
an
dat
a ya
ng
len
gkap
d
an
terd
igit
alis
asi
Pas
al-p
asal
te
rseb
ut
mew
ajib
kan
pej
abat
im
igra
si
mem
bu
at
lap
ora
n
atas
p
elak
san
aan
p
enga
was
an
keim
igra
sian
d
iser
tai
den
gan
reko
men
das
inya
. La
po
ran
pen
gaw
asan
ini j
uga
dap
at d
igu
nak
an
seb
agai
d
asar
p
erti
mb
anga
n
pen
gam
bila
n
tin
dak
an
sela
nju
tnya
.
Ole
h
kare
na
itu
u
ntu
k m
end
uku
ng
Ub
ah,
den
gan
men
amb
ahka
n k
eten
tuan
men
gen
ai
lap
ora
n
pen
gaw
asan
yan
g d
iinp
ut
ke d
alam
SIM
KIM
.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
26
9
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
po
la p
enga
was
an k
eim
igra
sian
yan
g
ho
listi
k an
tar
fun
gsi k
eim
igra
sian
yan
g
ada
den
gan
d
idu
kun
g te
kno
logi
info
rmas
i ya
ng
real
tim
e,
mak
a
seb
aikn
ya la
po
ran
pen
gaw
asan
ini d
i-
inse
rt
ke
dal
am
SIM
KIM
. Se
hin
gga
SIM
KIM
juga
dap
at m
enja
di d
ata
ba
se
yan
g ko
mp
reh
ensi
f.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 270
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pemantauan Tenaga Kerja Asing Di Daerah
Dalam klausul menimbang Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50
Tahun 2010 tentang Pedoman Pemantauan Tenaga Kerja Asing Di Daerah
(Permendagri Nomor 50 Tahun 2010) dikatakan bahwa, keberadaan tenaga kerja
asing di Indonesia dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan
perkembangan perekonomian nasional sehingga perlu dipantau agar
keberadaannya sesuai dengan tujuan dan sasaran untuk menjamin keamanan
dan memberikan perlindungan tenaga kerja asing di daerah, pemantauan tenaga
kerja asing merupakan tugas, fungsi dan tanggung jawab pemerintah dan
pemerintah daerah, maka berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
tentang Pedoman Pemantauan Tenaga Kerja Asing Di Daerah.
Ruang lingkup peraturan ini adalah pemantauan terhadap TKA, mengenai
keberadaan dan kegiatan TKA, dan pemberi kerja TKA di daerah, dengan meliputi
wilayah provinsi dan kabupaten/kota, yang dilaksanakan oleh badan kesatuan
bangsa dan perlindungan masyarakat provinsi dan kabupaten/kota atau sebutan
lainnya dengan berkoordinasi dengan Kominda provinsi dan kabupaten/kota.
Pemantauan dilakukan melalui kegiatan verifikasi dokumen administratif,
tindakan lapangan, yang berkaitan dengan:
a. dokumen keimigrasian;
b. pengaduan masyarakat;
c. berita media massa;
d. dokumen perijinan dari instansi/unit kerja pemerintah yang terkait; dan
e. hasil wawancara dengan pemberi kerja TKA dan TKA yang bersangkutan.
Dalam melakukan kegiatannya, petugas berkoordinasi dengan aparat
kepolisian dan imigrasi untuk mengambil langkah-langkah
pencegahan/penindakan apabila ada penyimpangan dari peraturan perundang-
undangan.
Berdasarkan hasil analisa secara yuridis dan diskusi terkait petugas
Imigrasi dan keterkaitannya dengan Permendagri Nomor 50 Tahun 2010, dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 271
1. Pengaturan dari Peraturan ini bersifat internal bagi instansi Kementerian
dalam negeri yang dimaksud pada Permendagri tersebut, dan tidak
memberikan kewajiban atau kewenangan kepada petugas Imigrasi dalam
hal apapun
2. Dalam Peraturan ini disebutkan keterkaitan petugas Imigrasi adalah
dalam hal koordinasi jika ditemukan penyimpangan dari peraturan
perundang-undangan yang dilakukan oleh WNA.
3. Berdasarkan fakta di lapangan, koordinasi tersebut sudah berjalan
dengan cukup baik dan sejauh ini tidak terjadi benturan kepentingan,
namun memang sangat diharapkan sinergi yang lebih baik lagi untuk
kedepannya.
4. Maka rekomendasi terhadap peraturan ini adalah lebih kepada petunjuk
teknis atau mencantumkan teknis koordinasi yang dilakukan, agar lebih
bersinergi antar kementerian/lembaga.
Lebih detil hasil analisis dan evaluasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
27
2
Tab
el A
nal
isis
dan
Eva
luas
i Per
atu
ran
Men
teri
Dal
am N
eger
i No
mo
r 5
0 Ta
hu
n 2
010
ten
tan
g
Ped
om
an P
eman
tau
an T
enag
a Ke
rja
Asi
ng
Di D
aera
h
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
1.
Jud
ul
- -
- -
Teta
p
2.
Ko
nsi
der
an M
enim
ban
g -
- -
- Te
tap
3.
Das
ar
Hu
kum
M
engi
nga
t -
- -
- Te
tap
4.
Pas
al 1
– P
asal
3
- -
- -
Teta
p
5.
Pas
al 4
(1
) P
eman
tau
an
TKA
d
alam
lin
gku
p
pro
vin
si
men
jad
i tu
gas
dan
ta
ngg
un
g ja
wab
p
emer
inta
h p
rovi
nsi
. (2
) P
eman
tau
an
TKA
d
alam
lin
gku
p
kab
up
aten
/ko
ta
men
jad
i tu
gas
dan
ta
ngg
un
g ja
wab
p
emer
inta
h
kab
up
aten
/ko
ta.
(3)
Pen
yele
ngg
araa
n
tuga
s se
bag
aim
ana
dim
aksu
d p
ada
ayat
(1
) d
an
ayat
(2
) d
ilaks
anak
an
ole
h
Ket
epat
an
Jen
is
Per
atu
ran
P
eru
nd
ang-
Un
dan
gan
Del
egas
i M
ater
i m
uat
an
Per
men
ya
ng
did
eleg
asik
an
ole
h
per
atu
ran
ya
ng
leb
ih
tin
ggi h
anya
men
gatu
r te
rbat
as y
ang
ber
sifa
t te
knis
ad
min
istr
atif
(p
etu
nju
k N
o.
21
1
Lam
pir
an
II U
nd
ang-
Un
dan
g N
om
or
12
Ta
hu
n
20
11
te
nta
ng
Pem
ben
tuka
n
Per
atu
ran
Per
un
dan
g-u
nd
anga
n
seb
agai
man
a te
lah
d
iub
ah
den
gan
U
nd
ang-
Un
dan
g N
om
or
15
Tah
un
20
19
Dal
am
UU
K
eim
igra
sian
Ta
hu
n
20
11
, P
asal
6
6
ayat
(1
) d
iseb
utk
an
bah
wa
Men
teri
m
elak
uka
n
pen
gaw
asan
K
eim
igra
sian
, d
ari
sin
i b
erar
ti b
un
yi U
U
Kei
mig
rasi
an
Tah
un
2
01
1
men
del
egas
ikan
ke
pad
a M
ente
ri
(Hu
kum
dan
HA
M)
un
tuk
mel
aksa
nak
an
fun
gsi
pen
gaw
asan
te
rhad
ap
Ora
ng
Asi
ng
sela
ma
akti
vita
snya
di
Ind
on
esia
, se
men
tara
b
un
yi
Pas
al
Per
men
dag
ri
ters
ebu
t d
iata
s m
emb
erik
an
man
dat
p
eman
tau
an
TKA
d
alam
lin
gku
p
pro
pin
si y
ang
dila
kuka
n o
leh
pem
pro
v,
hal
in
i te
ntu
d
apat
b
erp
ote
nsi
p
ada
tum
pan
g ti
nd
ihn
ya p
end
eleg
asia
n t
uga
s te
rseb
ut,
ter
uta
ma
jika
tid
ak d
iber
ikan
p
emb
atas
an y
ang
jela
s se
rta
koo
rdin
asi
Ub
ah
Jika
lau
p
ada
mak
sud
p
enyu
sun
an
Per
men
dag
ri
ini
adal
ah
kep
ada
TKA
ya
ng
ber
foku
s p
ada
pro
pin
si,
har
us
dip
erje
las
pad
a b
un
yi
Per
men
ini b
agai
man
a ko
ord
inas
i d
enga
n
pen
gaw
asan
O
ran
g A
sin
g ya
ng
dila
kuka
n
ole
h
Kei
mig
rasi
an
(Kem
enku
mh
am)
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
27
3
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
bad
an k
esat
uan
ban
gsa
dan
p
erlin
du
nga
n
mas
yara
kat
pro
vin
si
dan
ka
bu
pat
en/k
ota
at
au
seb
uta
n
lain
nya
d
enga
n
ber
koo
rdin
asi
den
gan
K
om
ind
a p
rovi
nsi
d
an
kab
up
aten
/ko
ta.
ten
tan
g P
eru
bah
an
Un
dan
g-U
nd
ang
No
mo
r 1
2 T
ahu
n 2
01
1
ten
tan
g P
emb
entu
kan
P
erat
ura
n P
eru
nd
ang-
un
dan
gan
)
yan
g b
aik
anta
ra k
emen
teri
an h
uku
m
dan
HA
M d
enga
n K
emen
dag
ri .
6.
Pas
al 5
– P
asal
12
-
- -
- Te
tap
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 274
19. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 26 tahun 2017
tentang Persyaratan dan Tata Cara Mempekerjakan Advokat Asing Serta
Kewajiban Memberikan Jasa Hukum Secara Cuma-Cuma Kepada Dunia
Pendidikan dan Penelitian
Keberadaan advokat asing di Indonesia jika dilihat dari aspek pengaturan
praktik beracara, awalnya didasari di Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003
pasal 23. Namun demikian ada batasan yang jelas terkait dengan bidang praktik
hukum yang diperbolehkan dilakukan oleh advokat asing yakni pasal 23 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat. Batasan tersebut
adalah advokat asing dilarang beracara di sidang pengadilan, berpraktik dan/atau
membuka kantor jasa hukum atau perwakilannya di Indonesia. Advokat asing
hanya diperkenankan berkedudukan sebagai sebagai karyawan dan tidak dapat
mewakili kantor advokat Indonesia ke luar (eksternal). Dengan kata lain, advokat
asing hanya diperbolehkan berpraktik atas hukum negara asalnya atau hukum
internasional.
Keberadaan advokat asing tidak lepas dari perkembangan permintaan
jasa hukum di Indonesia. Namun demikian ada potensi titik lemah yakni tidak
adanya lembaga khusus yang mengawasi advokat asing. Meski diakui, advokat
asing merupakan bagian dari kebutuhan jasa hukum dan posisinya yang penting
untuk transfer pengetahuan tetapi juga tidak boleh sedemikian mudah merekrut
advokat asing.
Kewajiban terhadap advokat asing selain transfer pengetahuan dan
mengajar bahasa inggris perlu disusun aturan batas kewajiban yang harus
dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk mempertegas sejauh mana peran advokat
asing di Indonesia. Banyak diakui, kebanyakan advokat asing hanya mengajar
bahasa asing, sementara transfer pengetahuan hukum belum maksimal.
Terhadap hal ini, advokat asing harus didorong untuk mendukung wawasan dan
pengetahuan advokat lokal dalam beracara di bidang hukum tertentu yang
memerlukan kompetensi dan keahlian khusus.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 275
Terkait praktik, keberadaan advokat asing ditenggarai masih terdapat
penyimpangan, baik yang memanfaatkan celah regulasi maupun pengawasan.
Beberapa praktik tersebut diantaranya:91
1. advokat terbang atau flying in flying out (FIFO). Advokat ini dengan
menggunakan visa turis atau wisata kemudian mengadakan pertemuan
dengan kliennya di Indonesia. Setelah memberikan jasa, kembali ke
negara asalnya.
2. pelanggaran kuota maksimal advokat asing.
3. kantor hukum asing mendirikan kantor hukum di Indonesia dengan
“kedok” sebagai perusahaan konsultan berbadan hukum Perseroan
Terbatas (PT).
4. kantor hukum abu-abu, dimana pemegang saham utama sebuah kantor
hukum warga negara Indonesia namun terdaftar sebagai advokat di
negara lain.
5. secara terang-terangan membentuk kantor hukum dengan nama
campuran (Indonesia dan asing).
6. model Ali Baba, dimana kantor hukum Indonesia menjadi nominee kantor
hukum asing termasuk manajemennya.
7. advokat asing memberikan jasa konsultasi hukum Indonesia di negara
asalnya atau negara lain selain Indonesia baik dengan tatap muka
langsung maupun melalui korespondensi surat elektronik.
Penyimpangan-penyimpangan tersebut terjadi selain disebabkan
pengawasan yang tidak optimal, adalah akibat kurang mendetail/spesifiknya
regulasi mengenai advokat/kantor hukum asing dan relasinya dengan
advokat/kantor hukum Indonesia.
Ke depan butuh komitmen lebih dari seluruh pemangku kepentingan,
terutama pembuat kebijakan, agar posisi advokat asing lebih jelas dan tidak
terjadi penyimpangan. Bagaimanapun, advokat asing adalah kawan agar advokat
lokal kompetensinya meningkat. Selain itu Terhadap perkembangan lalulintas
orang asing dimasa pandemi, keberadaan advokat asing juga menjadi obyek yang
harus diperhatikan menyangkut kesehatannya terlebih dimasa pandemi covid 19
saat ini.
91 Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, “Advokat Asing, Suatu Pemetaan Dan
Rekomendasi”, https://www.pshk.or.id/blog-id/advokat-asing-suatu-pemetaan-dan-rekomendasi/ (diakses tanggal 9 Agustus 2020)
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 276
Berikut beberapa yang menjadi potret analisis dan evaluasi Peraturan
Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2017 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Mempekerjakan Advokat Asing Serta
Kewajiban Memberikan Jasa Hukum Secara Cuma-Cuma Kepada Dunia
Pendidikan Dan Penelitian Hukum, adalah sebagai berikut:
1. Dalam konsideran menimbang, pembentuk undang-undang perlu
mempertimbangkan segala aspek yang terkait antara lain aspek
kedaulatan bangsa, aspek ekonomi, serta aspek supremasi dan implikasi
hukum apabila memungkinkan advokat asing untuk membuka perwakilan
kantornya di Indonesia, termasuk masalah jaminan kesehatan;
2. Ancaman epidemi penyakit menular yang mematikan, sebaiknya
pemeriksaan tidak hanya pada berkas dokumen tetapi juga ada
penegasan ketentuan terhadap kewajiban memeriksa kesehatan advokat
asing dengan teliti sebagai dasar hukum pemeriksaan kesehatan oleh
instansi yang berwenang;
3. Perlunya dibentuk kelembagaan khusus pemantauan terhadap advokat
asing tidak hanya pada tataran administratif tetapi juga pada tataran
praktis, dimana anggotanya bisa gabungan antara pemerintah dan
advokat lokal.
Rekomendasi umum terhadap peraturan ini perlu dilakukan perubahan
dengan mempertimbangkan hasil analisis dan evaluasi. Lebih detil hasil analisis
dan evaluasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
27
7
Tab
el A
nal
isis
dan
Eva
luas
i Per
atu
ran
Men
teri
Dal
am N
eger
i No
mo
r 2
6 Ta
hu
n 2
017
ten
tan
g Pe
rsya
rata
n d
an T
ata
Car
a
Mem
pek
erja
kan
Ad
voka
t A
sin
g Se
rta
Kew
ajib
an M
emb
erik
an J
asa
Hu
kum
Sec
ara
Cu
ma-
Cu
ma
Kep
ada
Du
nia
Pen
did
ikan
dan
Pen
elit
ian
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
1.
Ko
nsi
der
an M
enim
ban
g K
ejel
asan
rum
usa
n
Pen
ggu
naa
n
bah
asa,
isti
lah
kat
a
Tep
at, t
egas
A
pak
ah
keb
erad
aan
ad
voka
t
asin
g h
anya
se
bat
as
mem
ber
ikan
jasa
hu
kum
sec
ara
cum
a cu
ma
kep
ada
du
nia
pen
did
ikan
d
an
pen
elit
ian
hu
kum
? A
pak
ah t
idak
leb
ih d
ari
itu
per
ann
ya?
Ub
ah
Per
lu a
da
pen
egas
an
2.
Pas
al 1
an
gka
2
Ad
voka
t A
sin
g ad
alah
ad
voka
t
ber
kew
arga
neg
araa
n a
sin
g ya
ng
men
jala
nka
n
pro
fesi
nya
d
i
wila
yah
n
egar
a R
epu
blik
Ind
on
esia
b
erd
asar
kan
per
syar
atan
p
erat
ura
n
per
un
dan
g-u
nd
anga
n.
Efe
ktiv
itas
Pel
aksa
naa
n
Asp
ek
Kek
oso
nga
n
Pen
gatu
ran
Bel
um
ad
a
pen
gatu
ran
Mel
ihat
ko
nsi
der
an m
enim
ban
g
hu
ruf
a, b
, dan
c d
iper
luka
n t
ata
cara
at
au
mek
anis
me
dan
per
syar
atan
m
emp
eker
jaka
n
advo
kat
asin
g se
rta
kew
ajib
an
pem
ber
ian
jas
a h
uku
m s
ecar
a
cum
a-cu
ma
kep
ada
du
nia
pen
did
ikan
d
an
pen
elit
ian
hu
kum
Ub
ah
Dal
am
def
inis
i b
elu
m
terl
ihat
te
rkai
t ap
a ya
ng
dit
egas
kan
d
alam
kon
sid
eran
m
enim
ban
g
yait
u
pem
ber
ian
ja
sa
hu
kum
sec
ara
Cu
ma
Cu
ma
kep
ada
du
nia
p
end
idik
an
dan
p
enel
itia
n
hu
kum
nam
un
dal
am p
asal
1 a
ngk
a
2
dit
egas
kan
te
rkai
t
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
27
8
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
men
jala
nka
n
pro
fesi
nya
d
i
wila
yah
NK
RI.
Dal
am
pem
aham
an,
saat
seo
ran
g p
rofe
sio
nal
men
jala
nka
n
pro
fesi
nya
mak
a p
erlu
d
iatu
r
mek
anis
me
dan
se
jau
h
man
a ru
ang
lingk
up
pro
fesi
yan
g d
ijala
nka
n.
Pad
a
pem
aham
an in
i, se
har
usn
ya
dit
egas
kan
ju
ga
dal
am
kon
sid
eran
m
enim
ban
g
hu
ruf
a, b
dan
c
3.
Pas
al 6
aya
t 2
Pem
erik
saan
se
bag
aim
ana
dim
aksu
d p
ada
ayat
(1) d
ilaku
kan
terh
adap
kel
engk
apan
do
kum
en
per
mo
ho
nan
.
Efe
ktiv
itas
Pel
aksa
naa
n
Asp
ek
Kek
oso
nga
n
Pen
gatu
ran
Bel
um
ad
a
pen
gatu
ran
Men
gin
gat
era
glo
bal
isas
i d
an
dam
pak
nya
ya
ng
me
mp
un
yai
efek
glo
bal
sep
erti
saa
t in
i ad
a
anca
man
ep
idem
i p
enya
kit
men
ula
r ya
ng
mem
atik
an,
seb
aikn
ya
pem
erik
saan
ti
dak
han
ya
pad
a b
erka
s d
oku
men
teta
pi
juga
ad
a p
eneg
asan
kete
ntu
an t
erh
adap
kew
ajib
an
mem
erik
sa
kese
hat
an
advo
kat
Ub
ah
Pas
al
6
ayat
2
d
itam
bah
den
gan
ke
waj
iban
pem
erik
saan
kes
ehat
an
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
27
9
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
asin
g d
enga
n t
elit
i seb
agai
das
ar
hu
kum
pem
erik
saan
kes
ehat
an
ole
h in
stan
si y
ang
ber
wen
ang.
4.
Pas
al 7
(1)
Dal
am h
al b
erd
asar
kan
has
il
pem
erik
saan
se
bag
aim
ana
dim
aksu
d d
alam
Pas
al 6
ter
dap
at
keku
ran
gan
ke
len
gkap
an
do
kum
en
per
syar
atan
, D
irek
tur
Jen
der
al m
emb
erit
ahu
kan
sec
ara
tert
ulis
kep
ada
Pem
oh
on
un
tuk
dile
ngk
api.
… (
dan
set
eru
snya
)
Efe
ktiv
itas
Pel
aksa
naa
n
Asp
ek
Kek
oso
nga
n
Pen
gatu
ran
Bel
um
ad
a
pen
gatu
ran
Terk
ait
den
gan
an
alis
is p
asal
6
ayat
2,
mak
a p
erlu
dib
uat
kan
rum
usa
n
terk
ait
kew
ajib
an
pem
erik
saan
kes
ehat
an
Ub
ah
Den
gan
m
emp
erh
atik
an
kew
ajib
an
pem
erik
saan
kese
hat
an
5.
Pas
al 8
Dal
am
hal
p
erm
oh
on
an
dit
ola
k
seb
agai
man
a d
imak
sud
d
alam
Pas
al 7
aya
t (3
), P
emo
ho
n d
apat
men
gaju
kan
per
mo
ho
nan
bar
u.
Efe
ktiv
itas
Pel
aksa
naa
n
Asp
ek
Kek
oso
nga
n
Pen
gatu
ran
Bel
um
ad
a
pen
gatu
ran
Mas
ih t
erka
it d
enga
n p
asal
6
ayat
2
Ub
ah
dis
esu
aika
n
6.
Pas
al 9
aya
t 1
Dal
am
hal
b
erd
asar
kan
h
asil
pem
erik
saan
se
bag
aim
ana
dim
aksu
d
dal
am
Pas
al
6
per
mo
ho
nan
d
inya
taka
n
Efe
ktiv
itas
Pel
aksa
naa
n
Asp
ek
Kek
oso
nga
n
Pen
gatu
ran
Bel
um
ad
a
pen
gatu
ran
Mas
ih t
erka
it d
enga
n p
asal
6
ayat
2
Ub
ah
dis
esu
aika
n
Pu
sat
An
alis
is d
an E
valu
asi H
uku
m N
asio
nal
, BP
HN
KEM
ENK
UM
HA
M |
28
0
No
P
enga
tura
n D
imen
si
Var
iabe
l In
dik
ato
r A
nal
isis
R
eko
men
das
i
len
gkap
, M
ente
ri
men
etap
kan
kep
utu
san
te
nta
ng
per
setu
juan
mem
pek
erja
kan
Ad
voka
t A
sin
g.
7.
Pas
al 9
aya
t 2
Kep
utu
san
Men
teri
seb
agai
man
a
dim
aksu
d p
ada
ayat
(1
) d
iber
ikan
un
tuk
jan
gka
wak
tu p
alin
g la
ma
1
(sat
u)
tah
un
d
an
dap
at
dip
erp
anja
ng.
Kej
elas
an
rum
usa
n
Pen
ggu
naa
n
bah
asa,
isti
lah
, kat
a
Tid
ak
men
imb
ulk
a
n
amb
igu
itas
/
mu
ltit
afsi
r
Per
pan
jan
gan
yan
g d
iber
ikan
sete
lah
m
elew
ati
mas
a 1
tah
un
tid
ak a
da
pem
bat
asan
ber
apa
kali
dila
kuka
n
per
pan
jan
gan
. Red
aksi
pas
al 9
ayat
2 n
amp
ak a
mb
igu
tid
ak
ada
keje
lasa
n
Ub
ah
Bat
asan
ki
ran
ya
per
lu
dib
erik
an
8.
Pas
al 1
2 a
yat
1 d
an 2
(1)
Per
mo
ho
nan
p
erp
anja
nga
n
seb
agai
man
a d
imak
sud
dal
am
Pas
al
10
w
ajib
dila
kuka
n p
emer
iksa
an.
(2)
Pem
erik
saan
se
bag
aim
ana
dim
aksu
d
pad
a ay
at
(1)
dila
kuka
n
terh
adap
kele
ngk
apan
d
oku
men
per
mo
ho
nan
.
Efe
ktiv
itas
Pel
aksa
naa
n
Asp
ek
Kek
oso
nga
n
Pen
gatu
ran
Bel
um
ad
a
pen
gatu
ran
Mas
ih t
erka
it d
enga
n p
asal
6
ayat
2
Ub
ah
dis
esu
aika
n
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 281
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi yang dilakukan terhadap 20
(duapuluh) peraturan perundang-undangan yang menjadi objek analisis dan
evaluasi hukum terkait keimigrasian, maka disimpulkan sebagai berikut:
1. Sebanyak 8 (delapan) peraturan perundang-undangan tetap dapat
dipertahankan, namun pasal-pasal yang ditemukan terdapat
permasalahan perlu menjadi catatan ketika akan dilakukan perubahan,
yaitu:
a. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
b. Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2015 tentang Kunjungan
Kapal Wisata (Yacht) Asing Ke Indonesia
c. Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan
Tenaga Kerja Asing
d. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 9 Tahun
2012 tentang Penerbitan Paspor Biasa Bagi Calon Tenaga Kerja
Indonesia
e. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-
04.GR.01.06 Tahun 2009 tentang Visa Tinggal Terbatas Kemudahan
Bekerja Saat Berlibur
f. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 1 Tahun
2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum Dan Hak
Asasi Manusia Nomor 33 Tahun 2018 Tentang Sistem Pengawasan
Keimigrasian Untuk Mencegah Dan/Atau Menanggulangi Kejahatan
Terorisme, Perdagangan Manusia, Peredaran Narkotika, Dan
Penyebaran Penyakit Menular Berbahaya Melalui Pintu Lalu Lintas
Orang
g. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 30 Tahun
2016 tentang Intelijen Keimigrasian
h. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2010 tentang
Pedoman Pemantauan Tenaga Kerja Asing Di Daerah
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 282
2. Sebanyak 12 (dua belas) peraturan perundang-undangan perlu untuk
dilakukan perubahan (tidak mendesak), yaitu:
a. Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian
b. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2019 tentang Sistem Nasional
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
c. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2017 tentang Perlindungan
Pekerja Migran Indonesia
d. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
e. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang
Keimigrasian sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2020 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011
Tentang Keimigrasian
f. Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2016 tentang Bebas Visa
Kunjungan
g. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 24 Tahun
2016 tentang Prosedur Teknis Permohonan Dan Pemberian Visa
Kunjungan Dan Visa Tinggal Terbatas sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menkumham Nomor 51 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia
Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Prosedur Teknis Permohonan Dan
Pemberian Visa Kunjungan Dan Visa Tinggal Terbatas
h. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 16 Tahun
2018 tentang Prosedur Permohonan Visa dan Izin Tinggal Bagi
Tenaga Kerja Asing
i. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 50 Tahun
2016 tentang Tim Pengawasan Orang Asing
j. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 21 Tahun
2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum Dan Hak
Asasi Manusia Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Prosedur Teknis
Pemberian, Perpanjangan, Penolakan, Pembatalan Dan Berakhirnya
Izin Tinggal Kunjungan, Izin Tinggal Terbatas, Dan Izin Tinggal Tetap
Serta Pengecualian Dari Kewajiban Memiliki Izin Tinggal
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 283
k. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 4 Tahun
2017 tentang Tata Cara Pengawasan Keimigrasian
l. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 26 tahun
2017 tentang Persyaratan dan Tata Cara Mempekerjakan Advokat
Asing Serta Kewajiban Memberikan Jasa Hukum Secara Cuma-Cuma
Kepada Dunia Pendidikan dan Penelitian
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi terhadap peraturan perundang-
undangan sebagaimana tersebut dibawah ini, maka direkomendasikan:
1. Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian perlu
dilakukan perubahan yang bersifat tidak mendesak dan perlu
ditindaklanjuti oleh Kementerian Hukum dan HAM RI, dengan
memperhatikan hal berikut:
a. Rekomendasi regulasi:
Ubah Pasal 1 huruf (33), Pasal 2, Pasal 3, Pasal 7, Pasal 11, Pasal 16,
Pasal 63, Pasal 68, Pasal 71, Pasal 72, Pasal 86, Pasal 97, Pasal 119,
Pasal 120 ayat (1), Pasal 126, Pasal 134, dan Pasal 135.
b. Rekomendasi Non Regulasi:
1) Perlu membangun sistem pelaporan yang jelas dan mudah
diakses oleh masyarakat yang berkepentingan. Oleh karena itu,
SIMKIM dapat didorong menjadi suatu sistem terpadu dan
komprehensif yang menggabungkan berbagai kebutuhan
termasuk terkait pengawasan orang asing, yang dapat diakses
baik oleh Lembaga terkait lainnya ataupun masyarakat yang
berkepentingan (seperti masyarakat sebagai Penjamin, Pemilik
Penginapan dan Usaha, dan sebagainya).
2) Masih perlu upaya penyuluhan hukum atau diseminasi informasi
hukum kepada orang asing, penjamin, perusahaan, pemilik
hotel, dan masyarakat umum lainnya terkait kewajiban yang
harus dipenuhi oleh mereka dalam rangka melaksanakan
ketentuan keimigrasian.
3) Perlu penguatan petugas imigrasi/pejabat imigrasi terkait
dengan pelaksanaan penegakan hukum UU Keimigrasian Tahun
2011
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 284
4) Perlu dilakukan kajian lebih lanjut terkait beberapa substansi
dalam UU Keimigrasian Tahun 2011, antara lain mengenai perlu
tidaknya diatur jangka waktu pendeportasian, status
keimigrasian atau izin yang diberikan kepada orang asing yang
telah melebihi masa detensi 10 tahun (tetapi tidak juga
dideportasi), jangka waktu pencegahan telah habis tetapi masih
diperlukan pencegahan, kemungkinan pemberatan sanksi bagi
orang asing untuk memberikan efek jera dan aturan yang lebih
ketat atau tegas bagi orang dalam mendapatkan dokumen
keimigrasian.
5) Perlu penguatan koordinasi TIMPORA maupun sinergi Ditjen
Imigrasi dengan Kementerian Lembaga Terkait lainnya terutama
berkaitan dengan pengawasan orang asing.
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
direkomendasikan tetap tetapi perubahan dilakukan sepanjang sejalan
dengan Undang-Undang Cipta Kerja dan untuk ditindak lanjuti oleh
Kementerian Ketenagakerjaan, dengan memperhatikan hal berikut:
a. Rekomendasi regulasi:
1) Perlu dilakukan perubahan pada Pasal 47 dan Pasal 49
2) Terhadap Peraturan Menteri yang menjalankan amanat Pasal 42
ayat (5) UU Naker Tahun 2003 perlu diatur lebih rinci mengenai
jabatan tertentu dan waktu tertentu bagi tenaga kerja asing.
b. Rekomendasi Non Regulasi:
1) Perlu optimalisasi dan penguatan pengawasan terhadap Tenaga
Kerja Asing di Indonesia, dengan membangun pola koordinasi
dan sinergi yang jelas dan efektif diantara K/L terkait.
2) Perlu disusun SOP yang jelas terkait pengawasan terhadap
pembayaran kompensasi dan pemanfaatannya (terkait dengan
ketentuan pemberi kerja wajib membayar kompensasi atas
setiap TKA yang dipekerjakannya).
3) Perlu pengintegrasian data antar K/L baik di Pusat maupun di
Daerah mengenai jumlah, persebaran, dan alur keluar masuknya
TKA di Indonesia (berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh
Ombudsman RI).
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 285
3. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja
Migran Indonesia tetap dapat dipertahankan dan untuk ditindak lanjuti
oleh Kementerian Ketenagakerjaan saling bersinergi dengan BP2MI,
dengan memperhatikan hal berikut:
a. Rekomendasi regulasi:
1) Perlu segera ditetapkan 13 aturan turunan dari Undang-Undang
Nomor 18 tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran
Indonesia ini.
2) Peraturan khusus terkait perlindungan buruh migran Indonesia
(terutama perempuan) yang bekerja di sektor pekerja rumah
tangga.
3) Perlu harmonisasi dan sinkronisasi berbagai aturan di daerah
baik di tingkat desa, kabupaten/kota dan provinsi dengan UU ini.
b. Rekomendasi Non Regulasi:
1) Perlu peningkatan sinergi dan koordinasi antar Kementerian
Lembaga.
2) Perlu pengintegrasian dan interkoneksi data pekerja migran
Indonesia antar K/L dari sejak di desa hingga kembali lagi ke
Indonesia.
4. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi perlu untuk dilakukan perubahan (tidak
mendesak) dan perlu ditindaklanjuti oleh Kementerian Riset dan
Teknologi/BRIN serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dengan
memperhatikan hal berikut:
a. Rekomendasi regulasi:
1) Ubah Pasal Pasal 75 ayat (2), Pasal 86 ayat (3), Pasal 92
2) Hapus Pasal 93
b. Rekomendasi Non Regulasi:
1) Perlu dilakukan kajian lebih lanjut terkait dengan sistem sanksi
yang ideal dalam penegakan hukum dalam hal orang asing yang
melakukan penelitian dan pengkajian di Indonesia
2) Perlu upaya penguatan sosialisasi atau diseminasi oleh
Kementerian Ristek/BRIN bekerjasama dengan Ditjen Imigrasi
dan Kementerian Luar Negeri terhadap lembaga riset nasional
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 286
maupun Universitas yang hendak melakukan kerjasama riset
dengan lembaga/orang asing terkait dengan perijinan.
5. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal perlu
untuk dilakukan perubahan (tidak mendesak) dan perlu ditindaklanjuti
oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Kementerian Keuangan,
dengan memperhatikan hal berikut:
a. Rekomendasi regulasi:
1) Ubah Pasal 23 ayat (2) dan 23 ayat (3)
2) Perlu mengadopsi ketentuan Peraturan BKPM terkait relaksasi
atau kemudahan bagi pemegang saham, direksi dan/atau
komisaris terkait dokumen keimigrasian ke dalam UU ini.
b. Rekomendasi Non Regulasi:
1) Perlu penguatan integrasi aplikasi SIMKIM dan OSS dalam rangka
mendukung terciptanya iklim penanaman modal yang kondusif
dengan dukungan antar K/L terkait.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian
sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 51 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang
Keimigrasianperlu untuk dilakukan perubahan (tidak mendesak) dan
perlu ditindaklanjuti oleh Kementerian Hukum dan HAM RI, dengan
memperhatikan hal berikut:
a. Rekomendasi regulasi:
1) Ubah Pasal 25, Pasal 90, Pasal 103, Pasal 109, Pasal 176
2) Perlu dilakukan perubahan pengaturan tentang organisasi dan
tata kerja pada unit Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM terutama tugas dan fungsi divisi keimigrasian untuk dapat
mendukung dan memperkuat tugas dan fungsi direktorat
jenderal imigrasi termasuk melakukan pengawasan terhadap
orang asing.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 287
b. Rekomendasi Non Regulasi:
1) Penguatan upaya pencegahan dini dalam rangka mencegah
Transnational Organized Crime (TOC)/Kejahatan transnasional
terorganisasi, antara lain dengan: Membuka akses keterlibatan
komunitas masyarakat dan penguatan kerjasama instansi terkait
dalam bentuk sharing informasi dan data.
2) Perlu penguatan TIMPORA dengan mengoptimalkan pola dan
mekanisme kerja
3) Perlunya peningkatan kompetensi Pejabat Dinas Luar Negeri.
7. Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2016 tentang Bebas Visa Kunjungan
perlu dilakukan perubahan bersifat tidak mendesak perlu ditindaklanjuti
oleh Kementerian Hukum dan HAM RI, dengan memperhatikan hal
berikut:
a. Rekomendasi regulasi: Ubah Pasal 2, Pasal 6, dan Lampiran
b. Rekomendasi Non Regulasi:
1) Optimalisasi pengawasan terhadap orang asing dengan
membangun sistem dan pola pengawasan yang lebih efektif
antar Kementerian Lembaga Terkait.
2) Penguatan SDM Imigrasi dalam penegakan hukum keimigrasian.
3) Perlu kajian Cost and Benefit Analysis secara komprehensif untuk
dapat menunjukkan dampak dan efektivitas peraturan ini dalam
mendukung peningkatan perekonomian Indonesia.
8. Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2015 tentang Kunjungan Kapal
Wisata (Yacht) Asing Ke Indonesia tetap dapat dipertahankan dan untuk
ditindaklanjuti melalui koordinasi antar Kementerian dan Lembaga antara
lain: Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan, Kementerian
Hukum dan HAM, Kementerian Keuangan, Kementerian Perhubungan,
Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan
dan Perikanan, Kementerian Pariwisata, Markas Besar Tentara Nasional
Indonesia, Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan
Badan Keamanan Laut (BAKAMLA), dengan memperhatikan hal berikut:
a. Rekomendasi regulasi:
1) Ubah Pasal 8
2) Perlu pengaturan keterlibatan pemerintah daerah untuk
antisipasi risiko atau dampak lingkungan, sosial, dan kesehatan
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 288
di daerah yang menjadi target kunjungan kapal wisata (yacht)
asing.
3) Perlu pengaturan terkait standar pelayanan dan batasan waktu
pelayanan keimigrasian dalam rangka kunjungan wisata Kapal
wisata (yacht) asing.
4) Perlu pengaturan sanksi denda administratif.
5) Perlu pengaturan peralihan terkait perubahan sistem perizinan.
b. Rekomendasi Non Regulasi:
1) Pemerintah pusat bersama-sama dengan pemerintah daerah
yang memiliki potensi pariwisata yang tinggi, perlu
memprioritaskan pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan
dalam kunjungan kapal wisata (yacht) asing
9. Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga
Kerja Asing tetap dapat dipertahankan dan untuk ditindaklanjuti
Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian Hukum dan HAM,
dengan memperhatikan hal berikut:
a. Rekomendasi regulasi:
1) Ubah Pasal 4, Pasal 10, Pasal 13 jo. Pasal 22, Pasal 19, Pasal 26
2) Sinkronisasi dan Harmonisasi dengan UU Keimigrasian Tahun
2011 dan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 (dan
perubahannya) serta mempertimbangkan prinsip kehati-hatian
terkait dengan penerbitan izin Vitas bagi Orang Asing.
b. Rekomendasi Non Regulasi:
1) Pengawasan ketat atas turis asing di imigrasi, dan orang asing di
Kemenaker dan kepolisian sehingga meminimalisir orang asing
dengan visa turis bekerja di Indonesia
2) Renegosiasi kontrak turn-key project antara pemerintah dengan
investor terkait penggunaan tenaga kerja lokal
3) Masih perlu menambah jumlah pengawas ketenagakerjaan serta
instrument pengawasannya.
4) Pengawasan harus dilakukan secara regular dan terukur.
5) Memperkuat koordinasi dan sinergi dengan Ditjen Imigrasi dan
aparat penegak hukum lainnya terkait pengawasan.
6) Perlu memunculkan kewajiban untuk mempublikasikan laporan
pengawasan secara terbuka untuk publik.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 289
10. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 24 Tahun 2016
tentang Prosedur Teknis Permohonan Dan Pemberian Visa Kunjungan
Dan Visa Tinggal Terbatas sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Nomor 51 Tahun 2016 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor 24 Tahun
2016 Tentang Prosedur Teknis Permohonan Dan Pemberian Visa
Kunjungan Dan Visa Tinggal Terbatas perlu dilakukan perubahan yang
bersifat tidak mendesak dan perlu ditindaklanjuti oleh Kementerian
Hukum dan HAM RI, dengan memperhatikan hal berikut:
a. Rekomendasi regulasi:
1) Ubah terhadap Konsideran Mengingat, Pasal 1 angka 11, Pasal
11 ayat 1, Pasal 17 ayat 2, dan Pasal 22 ayat 5
2) Perlunya pemangku kepentingan untuk menyelaraskan kembali
pengaturan terkait prosedur teknis permohonan dan pemberian
visa kunjungan dan vitas dengan kondisi pandemi Covid 19.
b. Rekomendasi Non Regulasi: -
11. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 16 Tahun 2018
tentang Prosedur Permohonan Visa dan Izin Tinggal Bagi Tenaga Kerja
Asing perlu dilakukan perubahan bersifat tidak mendesak untuk
ditindaklanjuti oleh Kementerian Hukum dan HAM RI, dengan
memperhatikan hal berikut:
a. Rekomendasi regulasi: Ubah terhadap Konsideran Menimbang,
Pasal 1 angka 8, Pasal 5 ayat (1) huruf d, Pasal 5 ayat (1) huruf e,
Pasal 5 ayat (1) huruf k, Pasal 7 ayat (4) huruf f, Pasal 14 ayat (3),
Pasal 19
b. Rekomendasi Non Regulasi:
1) Perlu mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan
Peraturan Menteri. Oleh karena itu perlu adanya SOP yang tegas
dan jelas sebagai pedoman bagi Pejabat Imigrasi dalam
menjalankan ketentuan ini.
12. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 9 Tahun 2012
tentang Penerbitan Paspor Biasa Bagi Calon Tenaga Kerja Indonesia tetap
dan untuk ditindaklanjuti Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian
Hukum dan HAM, dengan memperhatikan:
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 290
a. Rekomendasi Non Regulasi:
1) Perlu mengedepankan prinsip kehati-hatian dan perlindungan
bagi warga negara Indonesia dengan melakukan upaya
pendalaman pemeriksaan baik pemeriksaan
administratif/dokumen maupun wawancara yang harus
dilakukan dengan teliti.
2) Perlu SOP yang tegas dan rinci sebagai pedoman bagi Pejabat
Imigrasi dalam melaksanakan ketentuan Peraturan Menteri ini.
3) Pejabat Imigrasi terkait harus dibekali dengan pengetahuan
intelijen sehingga dapat berperan sebagai filter pertama dalam
mencegah PMI-NP dan PMI korban TPPO.
13. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-
04.GR.01.06 Tahun 2009 tentang Visa Tinggal Terbatas Kemudahan
Bekerja Saat Berlibur tetap dapat dipertahankan dan untuk ditindaklanjuti
Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian Hukum dan HAM,
dengan memperhatikan hal berikut:
a. Rekomendasi regulasi: Ubah Pasal 2 dan Pasal 4
b. Rekomendasi Non Regulasi: perlu dilakukan pertimbangan
mutualisme antara Indonesia dan Australia dalam pemberian
fasilitas vitas Kemudahan Bekerja Saat Berlibur
14. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 1 Tahun 2019
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi
Manusia Nomor 33 Tahun 2018 Tentang Sistem Pengawasan
Keimigrasian Untuk Mencegah Dan/Atau Menanggulangi Kejahatan
Terorisme, Perdagangan Manusia, Peredaran Narkotika, Dan Penyebaran
Penyakit Menular Berbahaya Melalui Pintu Lalu Lintas Orang tetap dapat
dipertahankan dan untuk ditindaklanjuti Kementerian Ketenagakerjaan
dan Kementerian Hukum dan HAM, dengan memperhatikan hal berikut:
a. Rekomendasi regulasi:
1) Ubah: Judul
2) Cabut: Pasal 8
b. Rekomendasi Non Regulasi:
Perlu pendalaman penyebab kejahatan lintas Negara sehingga
dapat dikembangkan strategi pencegahannya.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 291
15. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 50 Tahun 2016
tentang Tim Pengawasan Orang Asing perlu dilakukan perubahan bersifat
tidak mendesak dan perlu ditindaklanjuti oleh Kementerian Hukum dan
HAM RI, dengan memperhatikan hal berikut:
a. Rekomendasi regulasi:
1) Ubah, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 8 jo Pasal 12 jo Pasal 13, Pasal 15
ayat (1), Pasal 16 ayat (3),
2) Adanya Kebutuhan Pengaturan terkait dengan perlunya
pengaturan yang jelas mekanisme dan pola kerja dalam
TIMPORA dengan pembagian tugas yang jelas diantara
pemangku kepentingan yang terlibat dalam Tim. Pembagian
Tugas yang jelas menjadi poin penting dalam mendukung
pelaksanaan pengawasan keimigrasian di lapangan, sehingga K/L
yang terlibat dapat mengetahui peran dan fungsinya dalam
pengawasan tersebut.
3) Perlu kajian lebih lanjut untuk menerbitkan dasar hukum
TIMPORA yang lebih tinggi agar dapat menjadi acuan
pelaksanaan pengawasan orang asing oleh K/L terkait lainnya.
4) Perlu dilakukan perubahan pengaturan tentang organisasi dan
tata kerja pada unit Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM terutama tugas dan fungsi divisi keimigrasian untuk dapat
mendukung dan memperkuat tugas dan fungsi direktorat
jenderal imigrasi termasuk melakukan pengawasan terhadap
orang asing.
b. Rekomendasi Non Regulasi:
1) Perlu optimalisasi sistem dan pola koordinasi yang dibangun
dalam TIMPORA.
2) Perlu melibatkan Forkopimda Plus sebagai Penasihat TIMPORA.
16. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 30 Tahun 2016
tentang Intelijen Keimigrasian tetap dapat dipertahankan dan untuk
ditindaklanjuti Kementerian Hukum dan HAM, dengan memperhatikan
hal berikut:
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 292
a. Rekomendasi Regulasi:
1) terhadap Dasar Menimbang, Ketentuan Umum (Pasal 1), Pasal 1
angka 2, Pasal 2, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 11, Pasal 12 – Pasal 17,
dan Pasal 24
2) Perlu ketentuan lebih lanjut mengenai tim operasi intelijen
keimigrasian yang dapat dibentuk di pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota serta ruang lingkup dari tim yang dibentuk di
masing-masing wilayah tersebut.
b. Rekomendasi Non Regulasi:
a) Perlu upaya penguatan kolaborasi dan sinergi antar instansi
dalam rangka pengawasan keluar masuknya orang ke wilayah
Indonesia.
b) Perlu juga dilakukan penguatan SDM dan pemenuhan sarana
prasarana untuk dapat menunjang dilaksanakannya fungsi
intelijen keimigrasian.
c) Perlu diperhatikan untuk dapat menyusun standar dan prosedur
yang transparan, akuntabel dan jelas dalam pola
mutasi/pembinaan karier bagi personil keimigrasian sebagai
penjaga perbatasan wilayah RI.
17. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 21 Tahun 2018
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi
Manusia Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Prosedur Teknis Pemberian,
Perpanjangan, Penolakan, Pembatalan Dan Berakhirnya Izin Tinggal
Kunjungan, Izin Tinggal Terbatas, Dan Izin Tinggal Tetap Serta
Pengecualian Dari Kewajiban Memiliki Izin Tinggal tentang Keimigrasian
perlu dilakukan perubahan bersifat tidak mendesak dan perlu
ditindaklanjuti oleh Kementerian Hukum dan HAM RI, dengan
memperhatikan hal berikut:
a. Rekomendasi regulasi: Ubah, Bagian Mengingat, BAB I Ketentuan
Umum, Pasal 4, Pasal 8, Pasal 13 (1), Pasal 14 (1), Pasal 15, Pasal 19
b. Rekomendasi Non Regulasi: -
18. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 4 Tahun 2017
tentang Tata Cara Pengawasan Keimigrasian perlu diubah bersifat tidak
mendesak dan perlu ditindaklanjuti oleh Kementerian Hukum dan HAM
RI, dengan memperhatikan:
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 293
a. Rekomendasi regulasi yaitu: Ubah Pasal 20, Pasal 21 jo Pasal 25 jo
Pasal 27 jo Pasal 29 jo Pasal 31 jo Pasal 33 jo Pasal 1 jo Pasal 62
b. Rekomendasi Non Regulasi:
1) Perlu perubahan pola pengawasan dengan mengedepankan
keterkaitan antar fungsi keimigrasian lainnya, seperti intelijen
dan pemeriksaan keimigrasian. Hal ini diperlukan dalam rangka
menegakkan politik hukum keimigrasian untuk mencegah
praktik perdagangan manusia (human trafficking),
penyelundupan manusia (people smuggling), imigran gelap,
peredaran narkotika
2) Dukungan terhadap SIMKIM sebagai suatu sistem nasional yang
digunakan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan
informasi guna mendukung operasional, manajemen, dan
pengambilan keputusan dalam melaksanakan fungsi
Keimigrasian. Oleh karena itu, penyusunan laporan hasil
pengawasan keimigrasian oleh Pejabat Imigrasi dapat diinput ke
dalam SIMKIM.
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2010 tentang
Pedoman Pemantauan Tenaga Kerja Asing di Daerah tetap dapat
dipertahankan dan untuk ditindaklanjuti Kementerian Ketenagakerjaan
dan Kementerian Hukum dan HAM, dengan memperhatikan hal berikut:
a. Rekomendasi regulasi: Ubah Pasal 4
b. Rekomendasi Non Regulasi: Perlu optimalisasi koordinasi antar
Kementerian dan Lembaga di lapangan sangat diharapkan sinergi
yang lebih baik lagi untuk kedepannya.
20. Peraturan Menteri dan Hak Asasi Manusia Nomor 26 tahun 2017 tentang
Persyaratan dan Tata Cara Mempekerjakan Advokat Asing Serta
Kewajiban Memberikan Jasa Hukum Secara Cuma-Cuma Kepada Dunia
Pendidikan dan Penelitian perlu perubahan bersifat tidak mendesak dan
perlu ditindaklanjuti oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia,
dengan memperhatikan hal berikut:
a. Rekomendasi regulasi: Ubah Konsideran Menimbang, Pasal 1 angka
2, Pasal 6 ayat 2, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9 ayat 1, Pasal 9 ayat 2, dan
Pasal 12 ayat 1 dan 2.
b. Rekomendasi Non Regulasi:
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 294
1) Perlunya dibentuk kelembagaan khusus pemantauan terhadap
advokat asing tidak hanya pada tataran administratif tetapi juga
pada tataran praktis, dimana anggotanya bisa gabungan antara
pemerintah dan advokat lokal.
2) Advokat asing harus didorong untuk mendukung wawasan dan
pengetahuan advokat lokal dalam beracara di bidang hukum
tertentu yang memerlukan kompetensi dan keahlian khusus.
3) Dibutuhkan komitmen lebih dari seluruh pemangku
kepentingan, terutama pembuat kebijakan, agar posisi advokat
asing lebih jelas dan tidak terjadi penyimpangan.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 295
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pandangan Akademi Ilmu Pengetahuan
Indonesia terhadap Isu Kelembagaan, Pendanaan, dan Sanksi Pidana
dalam RUU Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (Jakarta:
Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2019).
Ariyani, Nevey Varida, Aspek Penegakan Hukum terhadap Tenaga Kerja Asing
Ilegal di Indonesia, (Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum
Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Hak Asasi Manusia
Kementerian Hukum dan HAM RI, 2017).
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia, Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan
Bebas Visa, (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Balitbangkumham, 2016).
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia, Optimalisasi Peran TIMPORA dalam Pengawasan dan
Penindakan Orang Asing, (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Balitbangkumham, 2017).
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia, Hasil Penelitian Keimigrasian, (Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, 2017).
Sumarprihatiningrum, C., Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia, (Jakarta:
HIPSMI, 2006).
Hamidi, Jazim dan Charles Christian, Hukum Keimigrasian Bagi Orang Asing Di
Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2015).
Kementerian PPN/Bappenas, Rancangan Teknokratik Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024, (Jakarta: Kementerian
PPN/Bappenas, 2019).
Kurnia, Asep, dan Tim Ditjen Imigrasi, Penegakan Hukum Keimigrasian dalam
Artikel dan Bedah Kasus, (Jakarta: Direktorat Jenderal Imigrasi
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I., 2015).
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 296
Tim Penyusun Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, Pedoman Evaluasi
Peraturan Perundang-undangan, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum
Nasional, 2020).
Ryngaert, Cedric, Jurisdiction in International Law, 2nd ed., (Oxford: Oxford
University Press, 2015).
Santoso, M. Iman, Perspektif Imigrasi dalam Pembangunan dan Ketahanan
Nasional, (Jakarta: UI Press, 2004).
Utami, Peny Naluria, dkk, Refleksi Kritis Fenomena Orang Asing Bekerja Secara
Nonprosedural di Indonesia, (Jakarta: Balitbang Hukum dan HAM,
Kementerian Hukum dan HAM, 2019)
Makalah/Jurnal/Penelitian:
Ariyani, Nevey Varida, “Penegakan Hukum terhadap Tenaga Kerja Asing Ilegal di
Indonesia”, Jurnal Penelitian Hukum De Jure, Vol. 18 No. 1, Maret 2018.
Dusun, Lidia, “Aspek Hukum Kunjungan Kapal Wisata (Yacht) Asing Dalam
Menunjang Pariwisata Indonesia”, Lex Administratum, Vol. V/No. 3: 2017.
Firdaus, Insan, “Optimalisasi Pos Lintas Batas Tradisional dalam pelaksanaan
Fungsi Keimigrasian Studi Kasus Imigrasi Entikong”, JIKH Vol. 12 Nomor 1
Maret 2018.
Jazuli, Ahmad, “Eksistensi Tenaga Kerja Asing Di Indonesia Dalam Perspektif
Hukum Keimigrasian”, JIKH Vol. 12 No.1 Maret 2018.
Laksono, Peko, “Pengawasan Perizinan Tenaga Kerja Asing”, Supremasi Hukum
:Jurnal Penelitian Hukum Vol. 27, No. 1, Januari 2018.
Nugroho, Tri Sapto Wahyudi Agung, “Optimalisasi Peran Timpora Pasca
Berlakunya Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Bebas Visa
Kunjungan”, JIKH Vol. 11 No. 3 November 2017.
Perwira, Indra, “Memahami Kesehatan Sebagai Hak Asasi Manusia”, Koleksi
Dokumentasi Elsam, 2014.
Pottag, Anis Tiana, “Politik Hukum Pengendalian Tenaga Kerja Asing Yang
Bekerja Di Indonesia”, Media Iuris Vol. 1 No. 2, Juni 2018.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 297
Peraturan Perundang-undangan:
Buku II RPJMN 2015-2019.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pemantauan Tenaga Kerja Asing Di Daerah
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 1 Tahun 2019 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor
33 Tahun 2018 Tentang Sistem Pengawasan Keimigrasian Untuk
Mencegah Dan/Atau Menanggulangi Kejahatan Terorisme, Perdagangan
Manusia, Peredaran Narkotika, Dan Penyebaran Penyakit Menular
Berbahaya Melalui Pintu Lalu Lintas Orang
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 16 Tahun 2018 tentang
prosedur permohonan Visa dan Izin Tinggal Bagi Tenaga Kerja Asing
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 21 Tahun 2018 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor
27 Tahun 2014 Tentang Prosedur Teknis Pemberian, Perpanjangan,
Penolakan, Pembatalan Dan Berakhirnya Izin Tinggal Kunjungan, Izin
Tinggal Terbatas, Dan Izin Tinggal Tetap Serta Pengecualian Dari
Kewajiban Memiliki Izin Tinggal
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 24 Tahun 2016 tentang
Prosedur Teknis Permohonan Dan Pemberian Visa Kunjungan Dan Visa
Tinggal Terbatas sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 51 Tahun 2016 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor 24 Tahun
2016 Tentang Prosedur Teknis Permohonan Dan Pemberian Visa
Kunjungan Dan Visa Tinggal Terbatas
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 26 tahun 2017 tentang
Persyaratan dan Tata Cara Mempekerjakan Advokat Asing Serta
Kewajiban Memberikan Jasa Hukum Secara Cuma-Cuma Kepada Dunia
Pendidikan dan Penelitian
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM
RI.
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 298
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 30 Tahun 2016 tentang
Intelijen Keimigrasian
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 4 Tahun 2017 tentang
Tata Cara Pengawasan Keimigrasian
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 50 Tahun 2016 tentang
Tim Pengawasan Orang Asing
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 9 Tahun 2012 tentang
Penerbitan Paspor Biasa Bagi Calon Tenaga Kerja Indonesia
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-04.GR.01.06
Tahun 2009 tentang Visa Tinggal Terbatas Kemudahan Bekerja Saat
Berlibur
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian sebagaimana
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51
Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor
31 Tahun 2013 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2011 Tentang Keimigrasian
Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2015 tentang Kunjungan Kapal Wisata
(Yacht) Asing Ke Indonesia
Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja
Asing
Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2016 tentang Bebas Visa Kunjungan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 299
undanganUndang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran
Indonesia
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian
Internet:
Astyawan, Putra Ramadhani,“Diduga Ilegal, Puluhan TKA Asal Tiongkok
Diamankan Petugas”,
https://megapolitan.okezone.com/read/2018/08/15/338/1936919/didu
ga-ilegal-puluhan-tka-asal-tiongkok-diamankan-petugas (diakses tanggal
1 Oktober 2020).
CNN Indonesia, “Bedah Pasal Kontroversi Perpres Jokowi soal TKA”,
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180502071142-12-
295009/bedah-pasal-kontroversi-perpres-jokowi-soal-tka (diakses
tanggal 8 September 2020)
CNN Indonesia, “Ombudsman Sebut Tak Ada Jaminan Alih Pengetahuan dari
TKA”, https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180426193636-20-
293909/ombudsman-sebut-tak-ada-jaminan-alih-pengetahuan-dari-tka,
(diakses tanggal 13 September 2020).
CNN Indonesia, “Ratusan WN China Diduga Kerja Ilegal di Tambang Emas
Nabire”, https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180611100408-20-
305137/ratusan-wn-china-diduga-kerja-ilegal-di-tambang-emas-nabire
(diakses tanggal 23 Oktober 2020).
Covid.go.id, “Apa yang dimaksud dengan pandemi?”,
https://covid19.go.id/tanya-
jawab?search=Apa%20yang%20dimaksud%20dengan%20pandemi?,
(diakses tanggal 20 Oktober 2020)
Diputra, Rizka, “Pemerintah Bentuk Satgas Pengawasan Tenaga Kerja Asing”,
https://nasional.okezone.com/read/2018/05/18/337/1899768/pemerin
tah-bentuk-satgas-pengawasan-tenaga-kerja-
asing#:~:text=Satgas%20Pengawasan%20TKA%20bertugas%20melaksan
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 300
akan,masing%2Dmasing%20kementerian%2Flembaga (diakses 9
November 2020).
Erdian, “Efektivitas Penerapan Kebijakan Bebas Visa Kunjungan Dikaitkan dengan
Selective Policy Keimigrasian Indonesia“,
https://jabar.kemenkumham.go.id/pusat-informasi/artikel/efektivitas-
penerapan-kebijakan-bebas-visa-kunjungan-dikaitkan-dengan-selective-
policy-keimigrasian-indonesia-erdian (diakses 9 Oktober 2020).
Hartomo, Giri, “TKA Masuk Indonesia, Menaker Sebut Transfer Of Knowledge”,
https://economy.okezone.com/read/2020/06/25/320/2236131/500-
tka-masuk-indonesia-menaker-sebut-transfer-of-knowledge, (diakses
tanggal 13 September 2020).
Hukum online, “Berbagai Putusan MK yang Mengubah UU Ketenagakerjaan’’,
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5078c83ecf921/be
rbagai-putusan-mk-yang-mengubah-uu-ketenagakerjaan/ (diakses 20
Oktober 2020)
Karna, Karlis, “Indonesia Raised to Investment Grade by S&P on Budget Curbs”,
,https://www.bloomberg.com/news/articles/2017-05-19/s-p-upgrades-
indonesia-to-investment-grade-amid-stronger-growth, (diakses pada
tanggal 7 Juni Maret 20182020).
Kedutaan Besar Australia, “Visa Bekerja dan Berlibur untuk Orang Indonesia”,
Kedutaan Besar Australia,
https://indonesia.embassy.gov.au/jaktindonesian/faq.html#workandholi
day, (diakses 4 September 2020).
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kantor Wilayah Kalimantan Selatan,
“Direktur Wasdakim Ditjen Imigrasi Sosialisasikan Perjanjian Kerjasama
Pengawasan Orang Asing di Kalimantan Selatan”,
https://kalsel.kemenkumham.go.id/berita-kanwil/berita-utama/5247-
direktur-wasdakim-ditjen-imigrasi-sosialisasikan-perjanjian-kerjasama-
pengawasan-orang-asing-di-kalimantan-selatan (diakses tanggal 7
Agustus 2020)
Kementerian Kesehatan, “Situasi Covid-19 Kondisi 31 Oktober 2020”,
https://www.kemkes.go.id/ (diakses tanggal 31 Oktober 2020)
Kompas, Naik 10,88 Persen, “Pekerja Asing Selama 2018 Didominasi dari China”,
https:// ekonomi.kompas.com/read/2019/01/14/061100626/naik-10-
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 301
88-persen-pekerjaasing-selama-2018-didominasi-dari-china?page=all%0
(diakses tanggal 15 September 2020).
Kontan.co.id, “Kemnaker bentuk Stagas Pengawasan Tenaga Kerja Asing “,
https://nasional.kontan.co.id/news/kemnaker-bentuk-stagas-
pengawasan-tenaga-kerja-asing (diakses 1 Oktober 2020)
Kontan.co.id, “Pemerintah Kaji Ulang Kebijakan Bebas Visa Kunjungan”,
https://nasional.kontan.co.id/news/pemerintah-kaji-ulang-kebijakan-
bebas-visa-
kunjungan#:~:text=Pertama%2C%20jumlah%20orang%20asing%20yang,
menjadi%209%2C7%20juta%20orang (diakses tanggal 1 Oktober 2020)
Manadopost, “Aspek Hukum Dalam Dalam Penanganan Wabah Covid-
19”,https://manadopost.jawapos.com/opini/20/04/2020/aspek-hukum-
dalam-dalam-penanganan-wabah-covid-19/ (diakses 5 Oktober 2020).
Media Indonesia, “SIMKIM, Tingkatkan Pelayanan Sekaligus Perketat
Pengawasan”, https://mediaindonesia.com/read/detail/185185-simkim-
tingkatkan-pelayanan-sekaligus-perketat-pengawasan (diakses tanggal
20 Agustus 2020).
Nusa kini, “Isu TKA Harus Ditanggapi Secara Obyektif Dan Proporsional’,
https://www.nusakini.com/news/isu-tka-harus-ditanggapi-secara-
obyektif-dan-proporsional, (diakses tanggal 13 September 2020).
Ombudsman, “Siaran Pers, Ombudsman: Lemahnya Pengawasan TKA oleh Tim
Pengawasan Orang Asing (Tim Pora)”,
https://www.ombudsman.go.id/news/r/ombudsman-lemahnya-
pengawasan-tka-oleh-tim-pengawasan-orang-asing-tim-pora, (diakses
tanggal 21 September 2020)
Pramesti, Tri Jata Ayu, “Syarat Tenaga Kerja Asing Bisa Bekerja di Indonesia”,
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt557fb3beea80c/syar
at-tenaga-kerja-asing-bisa-bekerja-di-indonesia/, (diakses tanggal 2
September 2020).
Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, “Advokat Asing, Suatu Pemetaan
Dan Rekomendasi”, https://www.pshk.or.id/blog-id/advokat-asing-
suatu-pemetaan-dan-rekomendasi/ (diakses tanggal 9 Agustus 2020)
Simanjuntak,Rico Afrido, “Napi Dibebaskan, Dirjen PAS: Over Kapasitas di Lapas
dan Rutan Turun”, https://nasional.sindonews.com/read/24525/13/napi-
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, BPHN KEMENKUMHAM | 302
dibebaskan-dirjen-pas-over-kapasitas-di-lapas-dan-rutan-turun-
1589187952, (diakses tanggal 1 Oktober 2020)