Upload
trantu
View
239
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Akhir Pengabdian Kepada Masyarakat
Ipteks bagi Masyarakat
(IbM)
IbM KELOMPOK PENGERAJIN LIDI RONTAL
Tahun ke-1 dari rencana 1 Tahun
Tim Pelaksana
Dr. I Ketut Sudita, M.Si. (NIDN. 0001126010)
Drs. I Putu Wisna Ariawan, M.Si. ( NIDN. 0019056805)
Prof. Dr. I Gede Astra Wesnawa, M.Si (NIDN. 0025046203)
Dibiayai oleh: Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Program Pengabdian kepada Masyarakat
Nomor : 380/UN48.15/LPM/2014
Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha
Tahun 2014
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul IbM: Kelompok Pengerajin Lidi Rontal
2. Nama Mitra Program IbM (1) :Kelompok Pengerajin Lidi Rontal
3 Nama Mitra Program IbM (2) :Kelompok Pengerajin Lidi Rontal
4. Ketua Tim Pengusul
• Nama
• NIDN
• Jabatan/Golongan
• Program Studi
• Perguruan Tinggi
• Bidang Keahlian
• Alamat Kantor/Telp/Faks/E-mail
:
: Dr. I Ketut Sudita, M.Si.
: 0001126010
: Lektor /IVa
: Seni Rupa/FBS
: Undiksha
: Seni Patung
: Jalan Udayana, Singaraja-
Bali/(0362)22570/(0362) 25735/
http://undiksha.ac.id
5. Anggota Tim Pengusul
• Jumlah Anggota
• Nama Anggota I/Bidang Keahlian
• Nama Anggota II/Bidang Keahlian
• Nama Anggota III/Bidang Keahlian
• Mahasiswa yang terlibat
:Dosen 2 Orang
:Drs. I Putu Wisna Ariawan,
M.Si/Matematika.
:Prof. Dr. I Gede Astra
Wesnawa,M.Si/Geografi Lingkungan
: 5orang
6. Lokasi Kegiatan/Mitra (1)
• Wilayah Mitra (Desa/Kecamatan)
• Kabupaten/Kota
• Provinsi
• Jarak PT Lokasi mitra (km)
:Desa Tembok /Tejakula.
:Buleleng.
:Bali.
:40 km.
Lokasi Kegiatan Mitra (2)
• Wilayah Mitra (Desa/Kecamatan)
:Desa Les, /Telakula.
DAFTAR ISI
Halaman Sampul i Halaman Pengesahan ii Daftar Isi iii Daftar Tabel vi Ringkasan 1
I. PENDAHULUAN 2 1.1 Analisis Situasi 2 1.2 Permasalahan Mitra 2
II TARGET LUARAN 6
III METODE PELAKSANAAN 7 3.1 Waktu dan Tempat 7 3.2 Metode Pelaksanaan 7
IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI 14
V HASIL YANG DICAPAI 16
VI KESIMPULAN DAN SARAN 17
6.1 Kesimpulan 17 6.2 Saran 17
LAMPIRAN
1
RINGKASAN
Tujuan dan target khusus yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah meningkatkan partisipasi penduduk dewasa usia 15 tahun ke atas yang berkeaksaraan rendah dalam mengikuti keaksaraan dasar dan keaksaraan usaha mandiri agar melek akasara dan memiliki keterampilan sehingga dapat ke luar dari lingkaran kemiskinan. Memperkuat kemampuan membaca, menulis, berhitumg, mendengarkan, dan berbicara dalam bahasa Indonesia sekaligus pengembangan usaha mandiri sesuai dengan potensi yang dimiliki. Meningkatnya kemampuan membaca menulis, berhitung, mendengarkan, dan berbicara untuk mengkomunikasikan teks lisan dan tulis dengan menggunakan aksara dan angka dalam bahasa Indonesia oleh penduduk buta aksara usia 15 tahun. Pelaksanaan pembelajaran berpedoman pada Standar Kompetensi Keaksaraan (SKK). SKK dijabarkan ke dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Di samping itu, untuk membekali warga belajar berupa kecakapan hidup (life skill) sehingga dapat berusaha sendiri sesuai dengan potensiwarga belajar. Meningkatnya keberdayaan penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas yang ditunjukkan dengan peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan mereka setelah mengikuti pembelajaran. Meningkatnya angka melek aksara warga Kecamatan Tejakula pada khususnya, dan semua penduduk secara nasional sehingga menyumbang peningkatan indeks pembangunan manusia Indonesia. Warga belajar dapat mencapai kompetensi keaksaraan dasar minimal 80% dengan indikator dapat mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung sederhana menggunakan bahasa Indonesia. Warga belajar yang sudah mencapai indikator tersebut diberikan Surat Keterangan Melek Aksara (SUKMA). Setelah warga belajar mendapatkan SUKMA, dilanjutkan dengan Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) yang teknis pelaksanaannya sebagai berikut. (1) Mengungkapkan keinginan berusaha berdasarkan berdasarkan minat dan potensi yang tersedia, (2) Mempraktekkan sebuah keterampilan yang berpeluang menjadi bidang usaha sesuai minat dan potensi lokal yang dimiliki, (3) Mengidentifikasi kebutuhan dan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa yang sesuai dengan usaha mandiri yang dikembangkan. Pendekatan yang dipergunakan dalam kegiatan ini adalah pendekatan andragogis, fungsional, dan tematik. Metode yang dipergunakan dalam kegiatan ini adalah ceramah, diskusi, praktek langsung dalam menulis, membaca, beritung, mendengarkan sekaligus membuat kerajinan, kuliner dan lain-lain oleh warga belajar yang didampingi oleh mahasiswa KKN. Jadi melalui kegiatan KKN ini warga belajar akan dapat meningkatkan kemampuan membaca, menulis, berhitung dan mendengarkan yang sekaligus dapat mengembangkan keterampilan usaha yang dapat dipergunakan sebagai bekal hidup agar ke luar dari kemiskinan.
Kata kunci: kelompok pengerajin lidi rontal
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Kecamatan Tejakula merupakan salah satu dari sembilan wilayah kecamatan di
Kabupaten Buleleng, dengan luas wilayah 97,68 km2. Wilayah Tejakula dilihat dari
ketinggian tempat dapat diketahui bahwa sebagian besar wilayahnya berada pada
ketinggian 0-499,9 m di atas permukaan air laut atau seluas 6.584 ha dan 3.184 dengan
ketinggian 500-999,9 meter. Sementara itu kemiringan lereng seluas 2.469,46 ha
merupakan daerah landai dengan kemiringan 0-25% dan 2.125,09 ha merupakan daerah
miring dengan kemiringan 25-40%. Topografi wilayahnya sebagian besar merupakan
daerah pantai di bagian utara dengan panjang pantai 19 km, di sepanjang pantai ini
ditemukan adanya pasir besi (bias melele) yang digunakan sebagai bahan bangunan,
khususnya ukiran/ornamen dari pasir besi. Di samping itu, wilayah perairan lautnya
dijumpai adanya terumbu karang yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi
sektor pariwisata minat khusus dan potensi ikan hias yang pernah dikembangkan untuk
ekspor. Sementara di bagian selatan merupakan daerah berbukit sampai bergunung. Daerah
berbukit sampai bergunung dengan vegetasi hutan tropis dengan topografi kasar
memungkinkan adanya daerah tangkapan air hujan (recharge area) yang potensial,
sehingga memunculkan adanya air terjun seperti di desa Les. Iklim wilayah Tejakula
secara umum beriklim tropis dengan curah hujan terendah di daerah pantai. Batas-batas
wilayah Tejakula adalah sebagai berikut: di sebelah Utara Laut Bali, sebelah Barat adalah
Kecamatan Kubutambahan, sebelah Timur adalah Kabupaten Karangasem, dan sebelah
Selatan adalah Kabupaten Bangli. Dengan berbatasan pada dua kabupaten, maka
Kecamatan Tejakula memiliki akses untuk mendistribusikan produk-produknya pada
pasar di kabupaten tersebut.
Kecamatan Tejakula terdiri dari 10 Desa Dinas, dengan jumlah penduduk 60.525
jiwa atau 21.274 KK yang terdiri dari laki-laki 30.300 jiwa dan perempuan 30.225 jiwa.
Dari jumlah penduduk tersebut, 69,83% merupakan angkatan kerja produktif. Ini
menunjukkan bahwa potensi wilayah yang ada dikelola oleh sumberdaya manusia di
Kecamatan Tejakula. Namun, pendapatan masyarakat masih rendah (rata-rata pendapatan
penduduk Rp. 202.394,-), padahal potensi yang dapat dikembangkan sangat banyak,
3
seperti: pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kerajinan/industri rumah tangga dan
kepariwisataan.
Adapun desa yang ada di Kecamatan Tejakula adalah: Desa Sembiran, Desa
Pacung, Desa Julah, Desa Bondalem, Desa Madenan, Desa Tejakula, Desa Les, Desa
Penuktukan, Desa Sambirenteng, dan Desa Tembok. Di antara desa-desa tersebut, pernah
terkenal dengan penghasil jeruk dengan rasa yang khas seperti Desa Bondalem,
DesaTejakula dan desa Les. Namun, dengan serangan hama CVPD diera sekarang ini,
semua itu tinggal kenangan. Sehubungan dengan potensi sumberdaya lahan, daerah
tersebut potensial untuk mengembangkan sektor pertanian dan perkebunan lahan kering.
Mata pencaharian utama penduduk adalah pertanian. Di sektor perikanan jumlah rumah
tangga perikanan adalah 1.569 melayan dengan dukungan armada penangkapan ikan 664
(perahu, perahu motor tempel dan kapal motor), dengan produksi ikan basah menurut
areal penangkapan adalah tertinggi di Kabupaten Buleleng. Sedangkan industri pengolahan
pangan (2539 perusahaan), sandang (6 perusahaan), bahan bangunan (135 perusahaan),
logam (235 perusahaan) dan kerajinan lainnya (520 perusahaan).
(1) Desa Les
Secara historis, penduduk Desa Panjingan selalu didatangi dan dirusak oleh bajak
laut sehingga mereka merasa tidak aman dan selalu dalam ketakutan. Hal ini menyebabkan
semua warga desa terpaksa ngenes/mekiles (berpindah tempat dan bersembunyi di tempat
yang lain) agar terbebas dari kedatangan bajak lut itu. Warga Desa Panjingan yang merasa
terancam oleh bajak laut kemudian ngenes/mekiles menuju tempat yang banyak terdapat
pohon kayu buhu. Di tempat yang baru ini warga Desa Panjingan mendirikan
perkampungan yang diberi nama Desa Buhu. Di tempat yang baru ini ternyata warga Desa
Panjingan merasa belum cukup aman dan tenteram karena tempat ini sangat sulit mendapat
air. Oleh karena itu, maka warga desa di bawah pimpinan I Tangkas berusaha mencari
sumber air di tempat-tempat lain
Desa Les terletak pada ketinggian 0,250 sampai 250 meter di atas permukaan laut,
dengan curah hujan rata-rata 1051 mm/tahun, dan suhu udara rata-rata 280C sampai 310C,
dengan luas wilayah Desa Les adalah 769 Ha., yang pemanfaatannya adalah Pemukiman
umum: 48,mm Ha, sawah: 30,00 Ha, Ladang/Tegalan: 394,00 Ha, Perkebunan 45,00 Ha,
Hutan Lindung: 200,00 Ha, Kuburan: 3,00 Ha, dan Bangunan Umum: 49,00 Ha. Desa Les
terdiri dari 9 dusun, yaitu: Dusun Kanginan, Dusun Butiyang, Dusun Panjingan,
DusunTegallinggah, Dusun Kawanan, Dusun Selonding, Dusun Tubuh, Dusun Lempedu,
Dusun Penyumbahan. Dengan julmlah penduduk 7562 Jiwa atau 2096 KK, yang terdiri
dari Laki-laki: 3796 Jiwa dan Perempuan: 3766 Jiwa. Adapun batas-batas desa adalah
sebagai berikut. Sebelah Utara : Laut Bali, Sebelah Selatan: Kec. Kintamani Kab. Bangli,
Sebelah Barat: Desa Tejakula, Sebelah Timur: Desa Penuktukan. Sementara orbitasi desa
dengan pusat adalah: Ke Ibu Kota Kecamatan Tejakula: 3 Km, Ke Ibu Kota Kabupaten
Buleleng: 35 Km, Ke Ibu Kota Propinsi Bali: 124 Km.
(2) Desa Tembok
Desa Tembok berdiri kira-kira pada tahun 1668 M yang dipimpin oleh I Mekel
Tembok pada jaman kerajaan dimasa pemerintahan Raja Ida Dalem Pemayun sekitar tahun
1665 M. yang telah memerintahkan untuk membuat batas desa dan memberi nama desa
masing-masing. Desa Tembok berada dibagian timur wilayah paminggir yang semula
menjadi wilayah Anglurah Tianyar. Desa Tembok berasal dari kata dinding yang berarti
pagar atau batas wilayah, menurut kisah dahulunya dihuni oleh masyarakat pindahan dari
Batu Dinding wilayah Paminggir serta perbatasan dengan Tukat Luwah yang mana tempat
tersebut menjadi batas wilayah Kabupaten Karang Asem dengan Kabupaten Buleleng,
sekaligus menjadi batas wilayah Anglurah Kiyayi Alit Mandala Mataram dengah sebutan:
Purwa Tawing Singa Praja yang berarti batas timur Kabupaten Buleleng juga Tukad
Luwah ( Batas Timur Singaraja). Dari cerita di atas menunjukkan bahwa “ Desa Tembok
Kaya akan nilai Sejarah “.
Desa Tembok terletak di ketinggian 200 meter dari permukaan air laut, memiliki
topografi wilayah berupa dataran rendah, perbukitan dan pantai. Dengan Luas Wilayah
Desa Tembok: 1081 Ha. Pemanfaatan Wilayah adalah: Perkebunan: 782 Ha, Kuburan:
0,75 Ha , Perumahan: 0,60 Ha, Tegal: 0,98 Ha, Pertokoan: 0,25 Ha, Pasar Desa: 0,20 Ha,
Perkantoran: 0,15 Ha, Perladangan: 0,81 Ha, Jalan: 20 Km. Desa Tembok terdiri dari 6
dusun: Dusun Tembok, Dusun Bulakan, Dusun Sembung, Dusun Dadap Tebel, Dusun
Yehbau, Dusun Ngis. Jumlah penduduk: 7196 Jiwa atau 1958 KK yang terdiri dari Laki-
laki: 3625 Jiwa Perempuan: 3571 Jiwa. Adapun batas-batas: Sebelah Utara: Laut Balis,
Sebelah Selatan: Kec. Kintamani Kab. Bangli, Sebelah Barat: Desa Sambirenteng, dan
Sebelah Timur: Amlapura Karangasem. Orbitasi desa dengan pusat adalah: Kecamatan: 10
Km, Kabupaten; 45 Km, dan Provinsi: 131 Km.
5
Permasalahan-permasalahan yang teridentifikasi di Desa Les dan Desa Tembok
adalah dalam bidang pendidikan terutama buta aksara putus sekolah yang disebabkan
faktor ekonomi. Di samping itu, masalah yang ada ekonomi kreatif (kerajinan) belum
berkembang secara maksimal.
1.2 Permasalahan Mitra
Berdasarkan analisis situasi di atas, maka masalah yang ditemui di dua desa yaitu
Desa Tembok dan Desa Les Kecamatan Tejakula, adalah sebagai berikut:
1. Masih banyak warga yang buta aksara dari dua kelompok pengerajin lidi rontal
di Desa Tembok dan Desa Les
2. Masih rendahnya keterampilan pengerajin dalam mengembangkan desain
kerajinan lidi rontal di Desa Tembok dan Desa Les.
3. Rendahnya wawasan dalam pemasaran produk kerajinan kelompok.
4. Kurangnya alat dan fasilitas untuk membersihkan lidi rontal dari para
pengerajin.
BAB II
TARGET LUARAN
Target luaran IbM ini adalah sebagai berikut.
1. Kelompok pengerajin melek aksara, sekaligus memiliki keterampilan untuk
membuat produk kerajinan sebagai usaha mandiri.
2. Kelompok pengerajin mampu mengembangkan desain kerajinan yang variatif
dari lidi rontal di Desa Tembok dan Desa Les.
3. Kelompok pengerajin mempunyai kemampuan dalam pemasaran produk
kerajinan lidi rontal dalam dimensi yang lebih luas.
4. Memiliki alat dan fasilitas utuk membersihkan lidi rontal yang lebih efektif dan
efisien.
5. Menghasilkan luaran kerajinan (produk) lidi rontal dengan desain yang ber
variasi seperti ingke, lampion, tempat buah, tempat lampu, dan lain-lain.
7
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dilaksanakan selama 8 (delapan) bulan,
dimulai dari bulan April sampai dengan bulan November 2014. Tempat pelaksanaan
kegiatan di Kelompok Pengerajin Lidi Rontal yang beralamat di Desa Tembok dan Desa
Les, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.
3.2 Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Indentifikasi masalah menggunakan model partisipatory rural apprasial (PRA).
PRA adalah suatu teknik untuk menyusun dan mengembangkan program operasional
dalam pembangunan tingkat desa. Metode ini ditempuh dengan memobilisasi
sumberdaya manusia dan alam setempat, serta lembaga lokal guna mempercepat
peningkatan produktivitas, menstabilkan, dan meningkatkan pendapatan masyarakat
serta mampu pula melestarikan sumberdaya setempat. Bertolak dari konsep PRA,
maka tahapan kegiatan dalam model ini adalah melaksanakan identifikasi masalah
setiap program baik program bidang pendidikan, bidang pertanian/peternakan maupun
bidang ekonomi, juga dalam perumusan program dan pendanaan dilakukan secara
terarah dengan berpihak dan melibatkan masyarakat. Dengan demikian dalam
merumuskan masalah, mengatasi masalah, penentuan proses dan kriteria masalah harus
mengikutsertakan bahkan ditentukan oleh masyarakat/kelompok sasaran.
Penggunaan model pendekatan di atas diharapkan akan: (1) dikenalnya masalah secara
tepat/efektif sesuai dengan pesepsi, kehendak, dan ukuran/ kemampuan serta
kebutuhan mereka, (2) tumbuhnya kekuatan (empowering) masyarakat atau kelompok
sasaran dalam pengalaman merancang, melaksanakan, mengelola dan
mempertanggungjawabkan upaya peningkatan/pertumbuhan diri dan ekonominya, dan
(3) efektifitas dan efisiensi penggunaan sumberdaya masyarakat atau kelompok
sasaran. Selanjutnya melalui analisis akan terinventarisir keterbatasan dan
keterpenuhan berbagai sumberdaya, sarana dan prasarana, maupun jenis-jenis usaha
masyarakat. Di samping itu, akan ditemukan berbagai jenis kesenjangan dan
kemiskinan secara mendalam baik secara natural, struktural, ataupun kultural.
b. Pelaksanaan program dengan model enthrepreneurship capasity building (ECB) dan
model Technology Transfer (TT) serta menerapkan Teknologi Tepat Guna (TTG).
Model ECB terkait erat dengan kemampuan berwirausaha dari masyarakat, dengan
model ini diharapkan: (1) memberikan wawasan, sikap, dan keterampilan usaha, (2)
memberikan peluang, (3) memfasilitasi (modal pinjamaan dsb.), dan (4) memonitor
dan mengevaluasi bagaimana perkembangan usahanya. Model TT dilakukan agar
masyarakat atau kelompok sasaran: (1) menguasai prinsip-prinsip penerapan teknologi
terutama yang berkaitan dengan proyek yang sedang/akan dilaksanakan, (2) kalau
teknologinya dirasakan terlalu rumit untuk menyelesaikan masalah/kebutuhan, maka
ketua proyek mempunyai kewajiban untuk menyederhanakan melalui penerapan TTG,
(3) memproduk yang bersifat mereplikasi/modifikasi dengan alat sederhana yang dapat
menyelesaikan masalah/kebutuhan.
c. Memberdayakan dan membelajarkan kelompok pengerajin dengan keaksaraan usahan
mandiri untuk mengembangkan usaha baik produk, desain, dan pemasaran. Dengan
cara di atas kelompok pengerajin akan dapat meningkatkan keterampilannya sehingga
bisa bersaing dengan pengerajin lainnya. Dalam proses pembelajaran dan
pemberdayaan akan dipandu dengan silabus sehingga terarah dalam mengembangkan
usaha. Selain panduan silabus juga disiapkan tenaga yang profesional dari Jurusan
Seni Rupa, khususnya Seni Kriya.
Adapun panduan silabus tersebut adalah sebagai berikut.
9
SILABUS KERAJINAN LIDI RONTAL
Jenis Usaha : Kerajinan Lidi Rontal
Alokasi Waktu : 112 Jam
Standar Kompetensi Lulusan
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator Pengalaman Belajar
Sumber/ Bahan Alat Belajar
Alokasi Waktu
Penilaian
Mengidentifikasi jenis-jenis usaha
• Mengidentifikasi dengan menuliskan bidang usaha yang sesuai dengan minat dan keterampilan yang dimiliki
• Menetapkan bidang usaha yang akan dikembangkan
• Menyebutkan macam-macam usaha
• Mengidentifikasi minat dan potensi dirinya
• Mengidenti
fikasi bidang usaha yang sesuai dengan minat dan potensi dirinya
• Menyebutk
an macam bidang usaha
• WB dapat menyebutkan macam bidang usaha
• WB dapat mengidentifikasi minat dan potensi dirinya
• WB dapat mengidentifikasi bidang usaha yang sesuai dengan minat dan potensi dirinya
• WB dapat menyebutkan macam bidang usaha
WB menulis dan membaca macam-macam usaha yang sesuai dengan minat drinya
Teks bacaan mengenai orang-orang yang sukses dalam berwirausaha dan warga belajar
9 jam WB mengisi daftar pertanyaan
Menuliskan rencana usaha
• Mengemukakan secara lisan dan tertulis dengan bahasa Indonesia tentang rancangan usaha mandiri yang akan dikembangkan
• Menulis rencana usaha
• Mengemuka
kan rencana usaha secara lisan dalam bahasa Indonesia
• WB dapat menulis rencana usaha
• WB dapat mengemukakan rencana usaha secara lisan dalam bahasa Indonesia
WB menulis dan berbicara berkenaan dengan rencana usaha dalam bahasa Indonesia
Teks bacaan mengenai orang-orang yang sukses dalam berwirausaha, alat tulis dan warga belajar
6 jam WB menjawab pertanyaan yang diberikan oleh tutor
Menguasai keterampilan produksi
• Mengungkapkan cara-cara produksi sesuai bidang usaha yang dikembangkan
• Mengungkap
kan sumber daya manusia dan sumber daya alam di lingkungannya yang dapat mendukung bidang usaha yang dikembangkan
• Menjelaskan bahan, alat, dan langkah-langkah produksi dalam usaha yang akan dikembangkan
• Mendemonst
rasi-kan keterampilan yang dimiliki untuk mendukung usaha
• Menyebutka
n jenis-jenis sumber daya alam yang potensial
• Mengidentifi
kasi sumber daya manusia di lingkungannya yang kompeten dalam bidang usaha yang dikembangkan
• WB dapat menyebutkan dan mencatat bahan untuk membuat ingke
• WB dapat menyebutkan dan mencatat alat-alat yang diperlukan
• WB dapat
menyebutkan dan mencatat langkah-langkah cara pembuatan ingke
• WB dapat
mempraktekkan keterampilan yang dimilikinya dalam membuat ingke
• WB dapat menyebutkan jenis-jenis sumber daya alam yang potensial di daerahnya
• WB dapat
WB praktik membuat ingke dengan berbagai jenis
Alat-alat tulis, alat-alat dan bahan yang diperlukan untuk membuat ingke
66 jam Pengamatan
11
mengidentifikasi sumber daya manusia di lingkungannya yang kompeten dalam bidang usaha yang dikembangkan
Memasarkan produk usaha
• Memberikan tanggapan dan saran sederhana mengenai cara-cara memasarkan produk usaha yang dijalankan dengan menggunakan kalimat yang runtut dan pilihan kata yang tepat
• Menyebutkan cara pemasaran hasil produksi
• Mengantisip
asi adanya hambatan dalam pemasaran
• WB dapat menyebutkan cara pemasaran hasil produksi
• WB dapat
mendeteksi hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam pemasaran
• WB dapat mengantisipasi adanya hambatan dalam pemasaran
WB mengomunikasikan cara-cara memasarkan hasil produksi dan cara-cara mengantisipasi hambatan dalam pemasaran
Warga belajar, teks bacaan mengenai cara pemasaran, dan hambatan dalam pemasaran
6 jam WB menjawab pertanyaan yang diberikan oleh tutor dan pengamatan
Membuat perhitungan laba/rugi
• Mengidentifikasi jenis-jenis biaya pada usaha tertentu
• Menghitung
biaya pendapatan, dan keuntungan atau kerugian dalam
• Menyebutkan dan mencatat dengan jelas modal usaha
• Mencatat
penggunaan uang
• Mengetahui
• WB dapat menyebutkan dan mencatat dengan jelas modal usaha
• WB dapat mencatat penggunaan uang
• WB dapat
WB membuat perhitungan laba/rugi melalui pembukuan sederhana
Alat-alat tulis dan teks bacaan mengenai cara membuat pembukuan
21 jam WB menjawab pertanyaan yang diberikan oleh tutor dan pengamatan
menjalankan usaha mandiri yang dikembangkan
• Membuat
pembukuan sederhana
dan mencatat keadaan keuangan, rugi atau laba
• Membuat
pembukuan inventaris barang
• Membuat
buku biaya pembuatan
• Membuat
buku penjualan
• Membuat
buku kas harian
menggambarkan keadaan keuangan (untung atau rugi)
• WB dapat
mencatat laba yang diperoleh
• WB dapat
membuat pembukuan inventaris barang
• WB dapat membuat buku biaya pembuatan
• WB dapat membuat buku penjualan
• WB dapat membuat buku kas harian
Menjalin kemitrausahaan
• Melakukan komunikasi baik secara individu maupun kelompok dengan menggunakan kalimat yang runtut dan pilihan kata yang tepat
• Menyebutkan dan mencatat cara menawarkan produk usaha kepada sasaran individu maupun kelompok dengan menggunakan kalimat yang runtut dan pilihan
• WB dapat menyebutkan cara menawarkan produk usaha kepada sasaran individu maupun kelompok dengan menggunakan kalimat yang runtut dan pilihan
WB berkomunikasi, baik secara individu maupun berkelompok dengan bahasa yang baik dan membuat strategi pemasaran
Warga belajar, teks bacaan mengenai strategi pemasaran
6 jam WB menjawab pertanyaan yang diberikan oleh tutor dan pengamatan
13
• Memahami
strategi pemasaran
kata yang tepat
• Menentukan produk yang khas sesuai dengan selera konsumen
• Menetapkan
harga produk yang sesuai dengan target pasar
• Mengemas
produk dengan menarik
kata yang tepat
• WB dapat menentukan produk yang khas sesuai dengan selera konsumen
• WB dapat
menetapkan harga produk yang sesuai dengan target pasar
• WB dapat mengemas produk dengan menarik
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1 Kualifikasi Tim Pelaksana Kegiatan
Beranjak dari visi dan misi UNDIKSHA, pengembangan UNDIKSHA diarahkan
pada berbagai bidang salah satunya adalah bidang pengabdian kepada masyarakat. Hal ini
sesuai dengan ketentuan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
pasal 20 dan pasal 24 yang menyatakan bahwa otonomi oleh PT mengelola sendiri
lembaganya sebagai pusat penyelenggaran pendidikan, penelitian ilmiah, dan pengabdian
kepada masyarakat. Bidang pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu dharma
dari tri dharma perguruan tinggi.
Kebijakan Pengabdian kepada Masyarakat (P2M) UNDIKSHA mengacu pada
kebijakan akademik UNDIKSHA 2007-2012 yang ditetapkan dengan Surat Keputusan
Rektor UNDIKSHA No. 281/H48/KP/2009 tentang Standar Akademik dan Kebijakan
Universitas Pendidikan Ganesha. Kebijakan Akademik UNDIKSHA menetapkan misi
Bidang Pengabdian kepada Masyarakat adalah (1) meningkatkan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat yang dilandasi oleh tanggungjawab dan kepedulian terhadap
masyarakat luas, (2) melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, (3) mensosialisasikan dan menerapkan hasil-hasil penelitian untuk
menyelesaikan masalah-masalah aktual serta faktual yang ada di masyarakat.
Dalam pelaksanaan kegiatan mengacu pada buku pedoman Lembaga Pengabdian
kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha sebagaimana diatur dalam Surat
Keputusan Rektor Universitas Pendidikan Ganesha Nomor: 1496/H48IPP/2011. Tentang
Panduan Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat Lembaga Pengabdian Kepada
Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha Tahun 2011. Buku Pedoman ini memuat
aspek: kebijakan dasar, arah dan fokus pengabdian kepada masyarakat (tingkat PT,
Fakultas dan Jurusan/Departemen), sifat pengabdian kepada masyarakat, bentuk kegiatan,
kedudukan organisasi, sumber daya yang melibatkan dosen dan mahasiswa, dana dan
fasilitas, rencana dan prosedur pengusulan dan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat
secara kelembagaan. Sedangkan etika pengabdian kepada masyarakat, tata cara pendanaan
pengabdian kepada masyarakat, termasuk sumber dana, pengelolaan dana dan
15
keberlanjutan pendanaan mengacu kebijakan Dikti, dan Program Universitas Pendidikan
Ganesha/Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha.
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja memiliki ketersediaan sumberdaya
manusia (SDM) yang memadai, terutama tenaga edukatif, baik dilihat dari jumlah, jenis
keahlian, kepangkatan dan atau jabatan akademik, maupun kualifikasinya. Secara
keseluruhan tenagan edukatif bidang kependidikan dibandingkan dengan non-
kependidikan menunjukkan imbangan 60,34% terhadap 39,66%. Antara yang berada pada
jenjang jabatan akademik Lektor ke atas dengan yang tergolong di bawah Lektor
menunjukkan imbangan 70,60% terhadap 20,40%. Guru Besar yang ada di Undiksha
sebanyak 19 orang dari berbagai disiplin ilmu (5,38%). Jenjang pendidikan akademik dari
seluruh staf dosen Undiksha adalah sebagai berikut.
Sedangkan jenis dan jumlah judul pengabdian pada masyarakat (P2M), yang
didanai dari DIPA, Pemda, maupun DP2M DIKTI dalam 3 tahun terakhir adalah sebagai
berikut.
Pengabdian Kepada Masyarakat 3 Tahun Terakhir
No Jenis P2M Th.2010 Th.2011 Th.2012 Sumber Dana
Jlh Dosen Jlh Dosen Jlh Dosen 1 DIPA 80 240 75 225 66 198 DIPA, PEMDA 2 IPTEKS - - 4 12 - - DP2M DIKTI 3 VUCER - - - - - - DP2M DIKTI 4 KWU - - 1 4 - - DP2M DIKTI 5 Sibermas - - 1 4 - - DP2M DIKTI 6 IbM - - 2 8 2 8 DP2M DIKTI 7 IbW - - - - 2 10 DP2M DIKTI 4 IbIKK - - - - 1 3 DP2M DIKTI
BAB V
HASIL YANG DICAPAI
Seperti telah dipaparkan pada bagian sebelumnya bahwa tujuan dan target khusus
yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah (1) meningkatkan partisipasi penduduk
dewasa usia 15 tahun ke atas yang berkeaksaraan rendah dalam mengikuti keaksaraan
dasar dan keaksaraan usaha mandiri agar melek akasara, memiliki keterampilan sehingga
dapat keluar dari lingkaran kemiskinan, (2) memperkuat kemampuan membaca, menulis,
berhitumg, mendengarkan, dan berbicara dalam bahasa Indonesia sekaligus pengembangan
usaha mandiri sesuai dengan potensi yang dimiliki serta (3) meningkatnya kemampuan
membaca menulis, berhitung, mendengarkan, dan berbicara untuk mengkomunikasikan
teks lisan dan tulis dengan menggunakan aksara dan angka dalam bahasa Indonesia oleh
penduduk buta aksara usia 15 tahun.
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap program yang telah dilaksanakan dalam
kegiatan IbM ini, beberapa hasil yang telah dicapai dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Kelompok pengerajin telah mulai melek aksara dan juga memiliki keterampilan
untuk membuat produk kerajinan sebagai usaha mandiri.
2. Kelompok pengerajin telah mampu mengembangkan desain kerajinan serta
mampu menghasilkan luaran kerajinan (produk) lidi rontal dengan desain yang
cukup variatif seperti ingke, lampion, tempat buah, tempat lampu.
3. Kelompok pengerajin telah mempunyai pemahaman terhadap pemasaran produk
kerajinan lidi rontal dalam dimensi yang lebih luas.
17
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Melalui kegiatan IbM kelompok pengerajin lidi rontal di desa Tembok Tejakula
telah mampu mecapai hasil sebagai berikut.
1. Kelompok pengerajin telah mulai melek aksara dan juga memiliki keterampilan
untuk membuat produk kerajinan sebagai usaha mandiri.
2. Kelompok pengerajin telah mampu mengembangkan desain kerajinan serta
mampu menghasilkan luaran kerajinan (produk) lidi rontal dengan desain yang
cukup variatif seperti ingke, lampion, tempat buah, tempat lampu.
3. Kelompok pengerajin telah mempunyai pemahaman terhadap pemasaran produk
kerajinan lidi rontal dalam dimensi yang lebih luas.
6.2 Saran
Walaupun kelompok pengerajin telah mempunyai pemahaman terhadap pemasaran
produk kerajinan lidi rontal dalam dimensi yang lebih luas namun realnya mereka masih
mengalami kesulitan dalam memasarkan hasil-hasil produksinya. Oleh karenanya pihak
terkait seperti dinas perdagangan perlu mencarikan terobosan dan solusi untuk dapat
mengatasi masalah pemasaran produk dari kelompok pengrajin tersebut.
Foto Kegiatan
Beberapa Anggota Kelompok Pengrajin yang Sedang Mengikuti Arahan
Ketua Kelompok Pengerajin Beserta Keluarga
19
Ketua Pelaksana IbM Sedang Mengamati Hasil Karya Kelompok Pengrajin
Beberapa Hasil Karya Kelompok Pengrajin
Beberapa Hasil Karya Kelompok Pengrajin
Beberapa Hasil Karya Kelompok Pengrajin