Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DIREKTORAT KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA TAHUN 2020
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
2
KATA PENGANTAR
Laporan Akuntabilitas merupakan kewajiban entitas Kementerian/Lembaga termasuk satuan
kerja untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Laporan
Akuntabilitas Kinerja Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga disusun sesuai dengan
Peraturan Presiden No. 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP), Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 54 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan
Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri
Kesehatan No 2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Kinerja
dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan serta peraturan-peraturan
terkait lainnya.
Pelaksanaan upaya kesehatan kerja dan olahraga tahun 2020 menunjukan hasil yang
bervariasi baik dalam pencapaian indikator dan penyerapan anggaran, secara umum
implementasi kesehatan kerja dan olahraga dapat dilaksanakan dan dirasakan manfaatnya
serta dampaknya bagi kesehatan dan produktifitas masyarakat. Apalagi di masa pandemi
beberapa inovasi dan proses adaptasi terhadap pelaksanaan kegiatan kesehatan kerja dan
olahraga di pusat dan daerah dilakukan untuk mencapai target indikator dan realisasi.
Pada laporan ini kami sampaikan pula pencapaian kinerja Direktorat Kesehatan Kerja dan
Olahraga tahun 2020. Ucapan terima kasih kami sampaikan pada semua pihak yang telah
mendukung seluruh kegiatan kesehatan kerja dan olahraga tahun 2020 ini.
Semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja ini dapat memberikan informasi, evaluasi dan
masukan bagi pengembangan program Kesehatan Kerja dan Olahraga dimasa yang akan
datang.
Jakarta, Januari 2021
Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga
dr. Riskiyana Sukandhi Putra, M.Kes
NIP 196202161989031007
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
3
RINGKASAN EKSEKUTIF
Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga melaksanakan tugas, pokok dan fungsinya melalui
berbagai kegiatan pembinaan upaya kesehatan kerja dan olahraga yang berkontribusi
terhadap capaian program kesehatan masyarakat dan program kesehatan lainnya. Hal ini
dapat dilihat dari pencapaian indikator kinerja yang telah ditetapkan.
Indikator kinerja Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga, telah ditetapkan pada awal
RPJMN IV 2020 – 2024 yang tertuang dalam indikator Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan 2020 - 2024 sebanyak 2 indikator yaitu : 1) Jumlah kabupaten/kota yang
melaksanakan kesehatan kerja, 2) Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan
olahraga. Pada akhir tahun 2019 pembahasan dengan Bappenas, ditambahkan indikator
output/RKP yaitu 1) Pelaksanaan kesehatan kerja di tempat kerja, 2) Instansi pemerintah
yang melaksanakan pengukuran kebugaran jasmani 3) Jemaah haji yang diperiksa
kebugaran jasmani.
Pencapaian kinerja Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 merupakan
1. Pencapaian Indikator Renstra.
Pada tahun 2020, dari 2 indikator Renstra Kemenkes yang ditetapkan indikator dapat
dicapai dengan baik, adalah jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan
kerja, sedangkan Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan olahraga,
hanya dilaporkan sebesar 62,7%.
2. Pencapaian Indikator RKP
Dari 3 indikator RKP yang ditetapkan terdapat 2 indikator yang tidak dapat mencapai
target, capaian pelaksanaan kesehatan kerja di tempat kerja hanya sebesar 23,5% dan
jemaah haji yang diperiksa kebugaran jasmani sebesar 51,35%. Indikator Instansi
pemerintah yang melaksanakan pengukuran kebugaran jasmani tercapai 770,8%, lebih
dari 100 % dari target. Berdasarkan analisa kami disebabkan pada penentuan indikator
ternyata kemampuan dinas kesehatan dalam melakukan kegiatan pembinaan kesehatan
olahraga lebih baik sedangkan untuk pelaporan kesehatan kerja masih perlu pembinaan.
Pembiayaan yang dialokasikan untuk program Kesehatan Kerja dan Olahraga pada awal
tahun 2020 sebesar Rp 27.537.877.000 M. Pada awal Maret terjadi pandemi COVID-19
dilakukan kegiatan refokusing menjadi Rp 18.616.414.000, kemudian mendapat tambahan
dana bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN) sebesar Rp 350.000.000
sehingga pembiayaan kesehatan kerja dan olahraga tahun 2020 sebesar Rp
18,966,414,000. Revisi penambahan penerimaan hibah langsung negeri (PHLN) sebesar
Rp. 166,560,000 sehingga anggaran menjadi Rp 19,132,974,000. Penyerapan kegiatan
Kesehatan Kerja dan Olahraga tahun 2020 sebesar Rp 18.678.937.814 (97,6%).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
4
Hasil pemantauan tim evaluasi melihat penyerapan dana, pencapaian indikator kinerja serta
implementasi kegiatan di daerah, terdapat hal-hal yang mendukung implementasi program :
1. Kebijakan terkait struktur organisasi dinas kesehatan provinsi dan kabupaten, dimana
terdapat penanggung jawab program kesehatan kerja dan olahraga.
2. Upaya kapasitasi pengelola program kesehatan kerja dan olahraga melalui pelatihan
berjenjang dan orientasi.
3. Memfokuskan dana dekon untuk kegiatan tertentu yang akan mendukung capaian
kinerja program.
4. Membangun jejaring dengan pemangku kepentingan baik di pusat dan daerah.
5. Meningkatkan komunikasi dan koordinasi melalui media komunikasi digital dengan
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat dan penanggungjawab Kesehatan Kerja dan
Olahraga di provinsi dan kabupaten.
6. Membuat kebijakan upaya percepatan yang menantang daerah, untuk mencapai target
khususnya kegiatan pengukuran kebugaran Jemaah Haji dan Pos UKK yang direspon
dengan baik oleh daerah.
Beberapa masalah yang menjadi tantangan dalam implementasi program kesehatan kerja
dan olahraga :
1. Disparitas luas wilayah, kondisi geografi, sosial budaya di 34 Provinsi, 514
Kabupaten/kota daerah.
2. Belum optimalnya koordinasi dan kerjasama lintas sektor/lintas program.
3. Masih banyak kebijakan yang menitik beratkan pada upaya kuratif dan rehabilitatif.
4. Perubahan gaya hidup dan pergeseran transisi epidemiologi pada masyarakat.
5. Tugas rangkap dari pengelola program di pusat dan daerah.
Pelajaran yang dapat diambil dari proses kerja tahun 2020 dapat menjadi masukan dalam
merencanakan, melaksanakan program Kesehatan Kerja dan Olahraga pada tahun 2021,
sehingga tercapai tujuan nasional yaitu : Masyarakat yang Sehat, Bugar dan Produktif untuk
mencapai Indonesia Maju.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
RINGKASAN EKSEKUTIF 3
DAFTAR ISI 5
BAB I PENDAHULUAN 6
A. Latar Belakang 6
B. Maksud dan Tujuan 8
C. Tugas Pokok Fungsi dan Struktur Organisasi 8
1. Tugas Pokok dan Fungsi
8
2. Struktur Organisasi
8
D. Sumber Daya Manusia (SDM) 9
E. Sistematika 11
BAB II RENCANA KERJA DAN PERJANJIAN KINERJA 12
A. Perencanaan Kinerja 12
B. Perjanjian Kinerja 15
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 16
A. Capaian Kinerja 16
B. Cara Pengukuran Indikator 17
C. Evaluasi dan Analisa Capaian Kinerja Renstra Kementerian Kesehatan 2020 -
2024 17
D. Evaluasi dan Analisa Capaian Kinerja RKP 2020 dan Renja (Krisna) 21
g. Realisasi Anggaran 64
BAB IV PENUTUP 66
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penduduk Indonesia berjumlah 265 juta dimana lebih dari 133 juta diantaranya
merupakan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang
berusia 15-64 tahun yang siap untuk bekerja (BPS, 2018). Komposisi penduduk
Indonesia saat ini, menuju pada komposisi bonus demografi. Puncak bonus demografi
di Indonesia diperkirakan akan terjadi pada tahun 2035, dengan mayoritas penduduk
usia produktif, kualitas kelompok ini akan menentukan masa depan Indonesia. Oleh
karena itu, upaya kesehatan dengan sasaran usia kerja menjadi penting, untuk
menciptakan SDM yang berkualitas agar bonus demografi dapat menjadi optimal.
Pekerja merupakan penggerak perekonomian bangsa, disisi lain pekerja juga berada
pada usia produktif, merupakan pencetak generasi penerus bangsa. Posisi pekerja
juga sebagai tulang punggung keluarga, sehingga memiliki peran penting dalam
kesehatan keluarga. Pekerja akan menentukan pemenuhan gizi keluarga, health
literacy pada keluarga hingga pembiasaan pola hidup yang sehat pada keluarga. Disisi
lain pekerja juga berada pada masa reproduktif akan berkontribusi terhadap
pencapaian dan memiliki daya ungkit yang tinggi terhadap penurunan angka kematian
ibu dan bayi, stunting, penyakit menular, penyakit tidak menular serta permasalahan
kesehatan masyarakat lainnya. Sehingga dapat dikatakan, pekerja yang sehat akan
berkontribusi mendukung tercapainya SDGs No.1, 2, 3, 5, 8 (Kemiskinan, kelaparan,
kesehatan dan pekerjaan yang layak).
Upaya kesehatan kerja dan olahraga mengutamakan pelayanan kesehatan yang
bersifat promotif dan preventif, tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif.
Penyelenggarakan upaya kesehatan kerja dan olahraga dilaksanakan secara
berjenjang oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah tingkat provinsi, kabupaten/kota,
kecamatan, sampai pada pelaksanan di tempat kerja, dengan melibatkan peran lintas
program, lintas sektor, swasta (dunia usaha), LSM dan peran aktif seluruh masyarakat.
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanahkan perlu
dilakukannya upaya kesehatan kerja dan kesehatan olahraga. Upaya kesehatan kerja
dan olahraga diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat,
dengan mengutamakan pendekatan preventif dan promotif tanpa mengabaikan
pendekatan kuratif dan rehabilitatif.
Penjelasan tujuan dan sasaran Kesehatan Kerja termaktub pada Bab XII Pasal 164 -
166 menyebutkan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja
agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya kesehatan kerja dimaksud meliputi pekerja di
sektor formal dan informal, berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang berada di
lingkungan tempat kerja.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
7
Tujuan dan sasaran upaya kesehatan olahraga dijelaskan pada pada Bab VI bagian
sembilan pasal 80 dan 81 yang menyatakan bahwa upaya kesehatan olahraga
ditujukan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat.
Peningkatan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat dilakukan melalui
melalui aktivitas fisik, latihan fisik dan olahraga, sebagai upaya dasar untuk
meningkatkan prestasi belajar, prestasi kerja dan prestasi olahraga.
Sesuai amanah UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 164-166. Pemerintah
melalui rancangan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 88 tentang Kesehatan Kerja,
mengamanatkan Kementerian Kesehatan untuk menyusun standar kesehatan kerja
yang meliputi upaya pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, penanganan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Tujuan implementasi standar tersebut di berbagai
tatanan tempat kerja pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan
serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan akan memberikan daya ungkit
terhadap pencapaian SDM yang berkualitas dan mempunyai daya saing menuju
Indonesia Maju.
Direktorat Kesehatan Kerja dan Olaraga juga ditugaskan mandat lainnya, melalui SK
Menteri Kesehatan RI nomor HK.01.07/Menkes/337/2019 tentang Komite Pelindungan
Kesehatan Pekerja Migran Indonesia dengan penugasan sebagai Koordinator dan
Sekretariat, dan SK No. HK.01.07/Menkes/95/2018 tentang Pokja Program Aksi
Keselamatan Jalan dengan penugasan sebagai Sekretaris I dan Sekretariat. Kedua
mandat tersebut cukup strategis mengingat Pekerja Migran Indonesia sebagai salah
satu jenis pekerja yang mempunyai kontribusi terhadap devisa negara dan jumlahnya
cukup besar yaitu 9 juta orang. Sedangkan Rencana Aksi Keselamatan Jalan
merupakan masalah yang krusial karena menjadi salah satu dari 10 penyebab
kematian utama di Indonesia.
Berdasarkan penjabaran tersebut, lingkup tugas Direktorat Kesehatan Kerja dan
Olahraga cukup strategis dan melibatkan berbagai stakeholder. Namun dalam periode
RPJMN 2015-2019, alokasi pendanaan yang ada tidak mencukupi untuk memberikan
dukungan memadai dalam pelaksanaan kegiatannya. Untuk itu upaya-upaya
mobilisasi dukungan pendanaan dari berbagai sumber baik yang mengikat maupun
telah dilakukan salah satunya melalui hibah dari WHO, dan sinergi dengan APBD di
daerah.
Menghadapi RPJMN, Renstra dan tantangan di tahun 2020-2024, Direktorat
Kesehatan Kerja dan Olahraga, berupaya melalui penyusunan Rencana Aksi
Kesehatan Kerja dan olahraga 2020-2025.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
8
B. Maksud dan Tujuan
Laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga diharapkan
dapat menggambarkan dan menjelaskan berbagai upaya dan capaian kinerja
Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga selama tahun 2020.
C. Tugas Pokok Fungsi dan Struktur Organisasi
1. Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Direktorat
Kesehatan Kerja dan Olahraga dalam melaksanakan kegiatan tugas sehari-hari
bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga
mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria dan pemberian bimbingan teknis
dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang kesehatan
kerja dan olahraga sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas Direktorat Kesehatan
Kerja dan Olahraga mempunyai fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang kesehatan okupasi dan surveilans,
kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan kesehatan olahraga;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan kesehatan okupasi dan surveilans,
kapasitas kerja, lingkungan kerja dan kesehatan olahraga;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang
kesehatan okupasi dan surveilans, kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan
kesehatan olahraga;
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kesehatan
okupasi dan surveilans, kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan kesehatan
olahraga;
e. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang
kesehatan okupasi dan surveilans, kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan
kesehatan olahraga;
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
2. Struktur Organisasi
Susunan Organisasi Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonsia Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Subdirektorat Kesehatan Okupasi dan Surveilans;
b. Subdirektorat Kapasitas Kerja;
c. Subdirektorat Lingkungan Kerja;
d. Subdirektorat Kesehatan Olahraga;
e. Subbagian Tata Usaha;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
9
Gambar 1.1. Struktur Organisasi Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Januari –
Maret 2020
Gambar 1.2. Struktur Organisasi Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga
April – Desember 2020
D. Sumber Daya Manusia (SDM)
Jumlah pegawai Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga tahun 2020 mengalami
perubahan karena adanya pegawai yang pindah tugas dan purna tugas. Sesuai
dengan diagram berikut ini :
Grafik 1.1. Jumlah ASN Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Berdasarkan
Kelompok Umur Tahun 2020
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
10
Grafik 1.2 Jumlah Pramubakti Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Berdasarkan
Kelompok Umur Tahun 2020
Dari gambar 1.1 dan 1.2 dapat diketahui bahwa mayoritas pegawai Direktorat
Kesehatan Kerja dan Olahraga berada pada rentang usia 30 tahun hingga 40 tahun,
sehingga dengan kepemimpinan dan peningkatan kapasitas yang baik dapat
menghasilkan ide kreatif dan kinerja organisasi yang optimal.
Grafik 1.3. Sebaran Pegawai Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
berdasarkan Jabatan
Dari gambar diatas diketahui bahwa dari total pegawai Direktorat Kesehatan Kerja dan
olahraga, sebanyak 13 orang atau 23,0% merupakan pejabat struktural, sebanyak 35
orang atau 59,32 % pejabat fungsional tertentu dan pejabat fungsional umum
sedangkan sebanyak 11 orang (18,6%) merupakan non ASN.
Struktural 22%
JFT + JFU59%
Non ASN 19%
PROPORSI PEGAWAI DIREKTORAT KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
11
Grafik 1.4. Sebaran Pegawai Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
berdasarkan pendidikan
Dari Grafik diatas diketahui bahwa dari total pegawai Direktorat Kesehatan Kerja dan
olahraga, sebagian besar pegawai atau 56,86% telah menyelesaikan jenjang S2
(pasca sarjana), peningkatan kapasitas bagi pegawai melalui tugas belajar dan ijin
belajar dilakukan secara selektif dengan memperhatikan prestasi kerja dan kebutuhan
organisasi.
E. Sistematika
Sistematika penulisan LAKIP Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga adalah
sebagai berikut :
1. Bab I Pendahuluan, menjelaskan uraian singkat mengenai latar belakang,
maksud dan tujuan, penjelasan umum organisasi, dan tugas pokok dan fungsi
Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga.
2. Bab II Rencana Kinerja dan Perjanjian Kinerja, menjelaskan mengenai
Rencana Strategis, perjanjian kinerja/penetapan Kinerja tahun 2020 dan
gambaran sasaran yang ingin dicapai Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga
tahun 2020.
3. Bab III Akuntabilitas Kinerja, menjelaskan pencapaian sasaran kinerja dengan
menyajikan hasil-hasil yang telah dicapai, analisis tentang keberhasilan dan
kegagalan capaian sasaran kinerja, efisiensi yang telah dilakukan serta rencana
tindak lanjut sebagai rekomendasi dan solusi untuk masukan program
peningkatan kinerja pada tahun yang akan datang.
4. Bab IV Penutup, menyajikan kesimpulan mengenai pencapaian kinerja terhadap
rencana kerja tahun 2020.
5. Lampiran, menyajikan data dukung terkait perjanjian kinerja, target dan sasaran,
capaian program dan data dukung lainnya.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
12
BAB II
RENCANA KERJA DAN PERJANJIAN KINERJA
A. Perencanaan Kinerja
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan (Renstra Kemenkes) Tahun 2020-2024
ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 21 Tahun
2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. Periode
tahun 2020-2024 merupakan tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, sehingga merupakan periode pembangunan
jangka menengah yang sangat penting dan strategis.
Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga merupakan salah satu unit kerja yang
berada di lingkup Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, memiliki tugas pokok
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan serta evaluasi dibidang kesehan kerja
dan olahraga. Perencanaan pencapaian target dan kinerja Direktorat dituangkan
dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) 2020-2025. Berdasarkan Renstra Kemenkes
2020-2024 dan target RKP yang ditetapkan Bappenas, maka target yang harus
dicapai adalah :
Tabel 2.1 Matriks Indikator Renstra Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Tahun 2020-2024
NO INDIKATOR RENSTRA TARGET
2020 2021 2022 2023 2024
1 Persentase Persalinan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan (PF) 87 89 91 93 95
2 Persentase Desa/Kelurahan dengan Stop
Buang Air Besar Sembarangan (SBS) 40 50 60 70 90
3 Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronik
(KEK) 16 14.5 13 11.5 10
4 Persentase Kabupaten/Kota yang
menerapkan kebijakan Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat
30 35 40 45 50
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
13
Tabel 2.2 Matriks Indikator Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga dalam
Renstra Kemenkes dan RKP Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga
Tahun 2020-2024
No INDIKATOR TARGET
2020 2021 2022 2023 2024
Renstra
1 Jumlah Kabupaten/kota
melaksanakan Kesehatan Kerja 308 334 360 385 411
2
Jumlah Kabupaten/kota
melaksanakan Kesehatan
Olahraga
308 334 360 385 411
Renja
1 Pelaksanaan kesehatan kerja
di tempat kerja 75.000 125.000 150.000 175.000 200.000
2
Instansi pemerintah yang
melaksanakan pengukuran
kebugaran jasmani
2.200 3.600 4.400 5.100 5.800
3 Jemaah haji yang diperiksa
kebugaran jasmani (%) 70 75 80 80 80
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
14
Dimana definisi operasional target indikator terkait upaya kesehatan kerja dan
olahraga dari Renstra dan Renja tersebut adalah :
Tabel 2.3. Matriks Definisi Operasional Kinerja Direktorat Kesehatan Kerja dan
Olahraga
PROGRAM/
KEGIATAN
SASARAN
PROGRAM/
KEGIATAN
INDIKATOR DO/CARA PERHITUNGAN
Pembinaan
Upaya
Kesehatan
Kerja dan
Olahraga
Meningkatn
ya upaya
kesehatan
kerja dan
olahraga
Jumlah
Kabupaten/kota
melaksanakan
Kesehatan
Kerja
Jumlah kabupaten kota yang melaksanakan
kesehatan kerja apabila memenuhi kriteria
minimal 25% puskesmas di wilayah kerja
kabupaten/kota melaksanakan kesehatan
kerja.
Jumlah
Kabupaten/kota
melaksanakan
Kesehatan
Olahraga
jumlah kabupaten kota yang melaksanakan
kesehatan olahraga apabila memenuhi
kriteria minimal 10% puskesmas di wilayah
kerja kabupaten/kota melaksanakan
kesehatan olahraga.
Pelaksanaan
kesehatan kerja
di tempat kerja
Jumlah pelaksanaan kesehatan kerja di
tempat kerja dihitung dari jumlah tempat
kerja:
1) formal: jumlah GP2SP, jumlah
instansi pemerintah yang
melaksanakan kesehatan kerja,
jumlah klinik atau RS yang
melaksanakan kesehatan kerja.
2) informal: jumlah POS UKK.
Instansi
pemerintah
yang
melaksanakan
pengukuran
kebugaran
jasmani
Jumlah instansi pemerintah yang
melaksanakan pengukuran kebugaran
jasmani
Jemaah haji
yang diperiksa
kebugaran
jasmani
Jumlah jemaah haji yang diperiksa
kebugaran jasmani
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
15
Indikator RKP pada tahun 2020 merupakan indikator tambahan sesuai kesepakatan
dengan Bappenas diakhir tahun 2019, sejalan dengan indikator Renstra yang telah
ditetapkan. Untuk mencapai indikator kinerja dan menjamin implementasi program
secara berkelanjutan, Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga menyusun Rencana
Aksi Kegiatan Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga 2020 – 2025.
B. Perjanjian Kinerja
Perjanjian kinerja antara Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat dengan Direktur
Kesehatan Kerja dan Olahraga tahun 2020, dilaksanakan pada bulan Desember 2019
dimana telah ditetapkan :
1. Dana kelolaaan sesuai dengan DIPA 2020 sebesar Rp 27.537.877.000.
2. Target Capaian Kegiatan
a. Jumlah kab/kota yang melaksanakan kesehatan kerja sebanyak 308
kabupaten/kota.
b. Jumlah kab/kota yang melaksanakan kesehatan olahraga sebanyak 308
kabupaten/kota.
Perjanjian kinerja Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga, diturunkan menjadi
perjanjian kinerja antara Direktur Kesehatan Kerja dengan 4 Kepala Sub Direktorat
dan Kasubbag Tata usaha pada tanggal 31 Desember 2019, situasi yang menjadi
bagian penilaian kinerja semua staf dimasing-masing bagian. (Data terlampir).
Berdasarkan perjanjian kinerja tersebut ada beberapa target indikator kinerja yang
belum dapat dipenuhi dengan baik. Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga dapat
memenuhi target realisasai DIPA 2020 sebesar 97,6%.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
16
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
Akuntabilitas kinerja Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga merupakan bentuk
pertanggungjawaban kinerja yang memuat realisasi dan capaian kinerja yang telah
ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga pada tahun
2020. Pengukuran dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja
sasaran dengan realisasinya.
A. Capaian Kinerja
Pengukuran kinerja dimaksudkan untuk menilai sejauh mana keberhasilan dari
pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan. Pengukuran capaian kinerja dilihat dari
sandingan target dengan capaian kinerja dan penyerapan anggaran, semakin tinggi
capaian kinerja dan realisasi anggaran maka semakin efektif dan efisien pelaksanaan
kegiatan yang dilaksanakan.
Tabel 3.1 Capaian Kinerja Kegiatan Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga
tahun 2020
NO INDIKATOR TARGET
2020 CAPAIAN
(SITKO cut off 5 Jan 2021)
RENSTRA
1 Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja
308 329 106,8%
2 Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan olahraga
308 193 62,7%
RENJA
1 Pelaksanaan kesehatan kerja di tempat kerja
60.347 14.200 23,53%
2 Instansi pemerintah yang melaksanakan pengukuran kebugaran jasmani
759 5.850 770,75%
3 Jemaah haji yang diperiksa kebugaran jasmani
186.613 95.820 51,35%
*Warna merah, target tidak tercapai
Target RKP dilakukan revisi karena menyesuaikan dengan kondisi pandemi dan
adanya efisiensi anggaran. Pengukuran kinerja kegiatan kesehatan kerja dan olahraga
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
17
yang mengarah pada outcome atau dampak belum dilakukan harus melalui survei atau
penelitian.
B. Cara Pengukuran Indikator
Indikator kesehatan kerja dan olahraga dihitung dengan cara sebagaimana berikut ini :
1. Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja
Indikator jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja dihitung
dengan cara apabila kabupaten/kota tersebut memenuhi kriteria sebanyak 25%
puskesmas melaksanakan kesehatan kerja. Laporan dilakukan secara berjenjang
mulai dari tingkat Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan
Provinsi sampai ke Pusat. Kementerian Kesehatan melakukan rekapitulasi seluruh
data yang ada melalui Sistem Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan Olahraga
(SITKO).
2. Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan olahraga
Indikator jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan olahraga dihitung
dengan cara apabila kabupaten/kota tersebut memenuhi kriteria sebanyak 10%
puskesmas melaksanakan kesehatan olahraga. Laporan dilakukan secara
berjenjang mulai dari tingkat Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Provinsi sampai ke Pusat. Kementerian Kesehatan melakukan
rekapitulasi seluruh data yang ada melalui Sistem Informasi Terpadu Kesehatan
Kerja dan Olahraga (SITKO).
C. Evaluasi dan Analisa Capaian Kinerja Renstra Kementerian Kesehatan 2020 -2024
Evaluasi dan analisa capaian kinerja indikator Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga
2020 ditampilkan bersama capaian target Renstra Kemenkes 2020-2024, mengingat
tahun 2020 merupakan awal tahun dari tahapan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025.
1. Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja
Hasil evaluasi tahun 2020, capaian jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan
kesehatan kerja puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar
mencapai 329 kabupaten/kota (106,8%) dimana telah mencapai dari target yang
telah ditetap sebesar 308 kabupaten/kota.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
18
Grafik 3.1 Capaian jumlah kabupaten/kota melaksanakan kesehatan
Kesehatan Kerja Tahun 2020 per Provinsi.
.
Dari 34 provinsi, terdapat 7 provinsi dengan capaian puskesmas yang
melaksanakan kesehatan kerja dasar sebesar 100% yaitu Provinsi Bengkulu, DKI
Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah,
Gorontalo. Provinsi yang masih jauh dibawah target kurang dari 10% yaitu
Kalimantan Selatan dan Maluku. Untuk provinsi yang capaian masih 0% yaitu
Papua dan Papua Barat.
Tercapainya target 2020 merupakan kumulatif adanya dukungan faktor pengungkit
dan pendorong sejak tahun 2020:
a. Adanya penanggung jawab program Kesehatan Kerja dan Olahraga pada
Dinas Kesehatan provinsi, kabupaten/kota dan rumah sakit serta
penambahan jumlah jabatan fungsional pembimbing kesehatan kerja baik di
provinsi, kabupaten/kota dan puskesmas dan rumah sakit.
b. Penyesuaian situasi pandemi dengan melakukan perubahan metode
pembinaan Kesehatan Kerja baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota maupun
puskesmas serta rumah sakit yang berkesinambungan dan terstruktur,
melalui mekanisme daring.
c. Sosialisasi dan advokasi terkait kesehatan kerja dengan sasaran
Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian PAN RB, Kementerian UMKM,
Kementerian Pertanian, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak,
Kementerian Kominfo, Kementerian Perhubungan, Kementerian Kehutanan
dan Lingkungan Hidup, Kementerian Luar Negeri, Kemenko PMK.
d. Menjalin kerjasama untuk evaluasi dan pengembangan kegiatan kesehatan
kerja bersama Perguruan Tinggi.
e. Terbangunnya jejaring dengan organisasi profesi kesehatan kerja yaitu
PAKKI, PERDOKI dan IDKI baik ditingkat pusat dan daerah.
f. Pembiayaan pembentukan Pos UKK dapat dilakukan melalui dana
dekonsentrasi, DAK non fisik dan APBD.
6
30
15
7101010
7 6 6 6
2726
5
31
72 4
17
611
1
95 3
1319
116 5
17
0 00
10
20
30
40
AC
EH
SUM
UT
SUM
BA
R
RIA
U
JAM
BI
SUM
SEL
BEN
GK
ULU
LAM
PU
NG
BA
BEL
KEP
RI
DK
I JA
KA
RTA
JAB
AR
JATE
NG
DIY
JATI
M
BA
NTE
N
BA
LI
NTB
NTT
KA
LBA
R
KA
LTEN
G
KA
LSEL
KA
LTIM
KA
LTA
RA
SULU
T
SULT
ENG
SULS
EL
SULT
RA
GO
RO
NTA
LO
SULB
AR
MA
LUK
U
MA
LUT
PA
PB
AR
PA
PU
A
Jumlah kabupaten kota yangmelaksanakan kesehatan kerja
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
19
g. Pengadaan serta distribusi Pos UKK Kit bagi daerah yang baru membentuk
POS UKK.
h. Sistem laporan dari Puskesmas ke Kabupaten/Kota yang mulai diintegrasikan
dengan menggunakan Sistem Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan
Olahraga (SITKO).
i. Tercapainya output jumlah instansi pemerintah yang melaksanakan
pengukuran kebugaran jasmani, sebagai salah satu implementasi Upaya
Kesehatan Kerja di Perkantoran.
Dalam pelaksanaan kegiatan terdapat faktor penghambat pencapaian indikator
antara lain, yaitu:
a. Terjadinya pandemi COVID-19 di awal bulan Maret 2020 diikuti dengan
kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sampai dengan bulan
Mei 2020, mengakibatkan kegiatan harus mengalami beberapa perubahan.
Sehingga perlu waktu untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan.
b. Terjadinya refokusing anggaran untuk pandemi sehingga beberapa kegiatan
mengalami perubahan metode dan realokasi.
c. Kejadian pandemi yang mengakibatkan kesulitan pengelola program untuk
melakukan komunikasi teknis dengan target sasaran dan pengelola tingkat
provinsi dan kabupaten/kota sehingga dilakukan koordinasi dengan cara
daring.
d. Jumlah sasaran pekerja sektor informal yang besar sehingga perlu dilakukan
prioritas sektor informal yang akan disasar pada tahun-tahun berikutnya.
e. Pelatihan terhambat karena butuh waktu merubah kurikulum offline menjadi
kurikulum online yang terakreditasi PPSDM sehingga pada tahun 2020
kegiatan pelatihan dirubah menjadi orientasi dan workshop yang dilakukan
dengan mengajukan akreditasi dari organisasi profesi.
f. SITKO baru disosialisasikan awal tahun 2020 sehingga pengelola program
membutuhkan waktu untuk mensosialisasikan ke daerah sampai tingkat
puskesmas. Dalam mengatasi hal ini maka dilakukan melakukan perubahan
DO menyesuaikan dengan situasi pandemi dan melakukan bimbingan secara
individu per provinsi.
g. Tahun 2020 merupakan tahun pertama dalam melakukan perbaikan indikator,
dimana indikator kesehatan kerja berubah menjadi jumlah kabupaten/kota yang
sebelumnya hanya menyasar pada persentase puskesmas.
2. Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan olahraga
Indikator kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan olahraga tahun 2020,
hanya mencapai 193 kabupaten/kota (63%) dimana target yang harus dicapai
sejumlah 308 kabupaten/kota.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
20
Grafik 3.2 Target dan Capaian Jumlah Kabupaten/kota Melaksanakan
Kesehatan Olahraga Tahun 2020 per Provinsi.
Dari 34 provinsi, terdapat 2 provinsi dengan capaian puskesmas yang
melaksanakan kesehatan olahraga sebesar 100% yaitu provinsi DI Yogyakarta dan
Gorontalo. Terdapat 7 provinsi yang capaian masih 0% yaitu Aceh, Riau, Bali,
Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.
Tercapainya capaian tersebut dikarenakan faktor pengungkit dan pendorong yaitu:
a. Adanya penanggung jawab kegiatan kesehatan olahraga pada Dinas Kesehatan
provinsi dan kabupaten/kota dan puskesmas.
b. Penyesuaian situasi pandemi dengan melakukan perubahan metode pembinaan
Kesehatan Kerja baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota maupun puskesmas yang
berkesinambungan dan terstruktur, melalui mekanisme daring.
c. Sosialisasi dan advokasi terkait kesehatan olahraga dengan sasaran Kementerian
Pemuda dan Olahraga dan Kementerian PAN RB.
d. Menjalin kerjasama untuk evaluasi dan pengembangan kegiatan kesehatan olahraga
bersama Perguruan Tinggi.
e. Terbangunnya jejaring dengan organisasi profesi kesehatan olahraga yaitu PDSKO,
KORMI (Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia) dan 6 induk Olahraga
rekreasi yaitu STI, YJI, YAI, ILDI, PORPI, dan ASKI baik ditingkat pusat dan daerah.
f. Pembiayaan pengukuran kebugaran jasmani dapat dilakukan melalui dana
dekonsentrasi, DAK non fisik dan APBD.
g. Pengadaan serta distribusi Kit kebugaran jasmani bagi daerah yang belum
mendapatkan distribusi KIT kebugran tetapi berpotensi untuk meningkatkan
kebugaran jasmani.
0
27
5
0
53
5 6 64 5
21 22
5
22
7
02
5
1
7
1 1
4
1
5
12
46
1 0 0 0 00
5
10
15
20
25
30
AC
EH
SUM
UT
SUM
BA
R
RIA
U
JAM
BI
SUM
SEL
BEN
GK
ULU
LAM
PU
NG
BA
BEL
KEP
RI
DK
I JA
KA
RTA
JAB
AR
JATE
NG
DIY
JATI
M
BA
NTE
N
BA
LI
NTB
NTT
KA
LBA
R
KA
LTEN
G
KA
LSEL
KA
LTIM
KA
LTA
RA
SULU
T
SULT
ENG
SULS
EL
SULT
RA
GO
RO
NTA
LO
SULB
AR
MA
LUK
U
MA
LUT
PA
PB
AR
PA
PU
A
Jumlah kabupaten kota melaksanakankesehatan olahraga
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
21
h. Tercapainya output jumlah institusi pemerintah yang melakukan pengukuran
kebugaran jasmani.
i. Kegiatan pengukuran kebugaran jasmani jemaah haji dilakukan pada awal tahun
sebelum status pandemi ditetapkan.
j. Membuat Sistem Pengukuran Kebugaran Jasmani Mandiri (SIPGAR mandiri) agar
kelompok sasaran tetap bisa melakukan pengukuran kebugaran jasmani tanpa harus
berkumpul.
Faktor yang menjadi penghambat pencapaian indikator :
a. Terjadinya pandemi covid-19 di awal bulan Maret 2020 diikuti dengan kebijakan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sampai dengan bulan Mei 2020,
mengakibatkan kegiatan harus mengalami beberapa perubahan.
b. Terjadinya refokusing anggaran untuk pandemi sehingga beberapa kegiatan
mengalami perubahan metode dan realokasi kegiatan kesehatan olahraga.
c. Kejadian pandemi yang mengakibatkan kesulitan pengelola program untuk
melakukan komunikasi teknis dengan target sasaran dan pengelola tingkat provinsi
dan kabupaten/kota sehingga dilakukan koordinasi dengan cara daring.
d. Pelatihan terhambat karena butuh waktu merubah kurikulum offline menjadi
kurikulum online yang terakreditasi PPSDM sehingga pada tahun 2020 kegiatan
pelatihan dirubah menjadi orientasi dan workshop yang dilakukan dengan
mengajukan akreditasi dari organisasi profesi.
e. SITKO baru disosialisasikan awal tahun 2020 sehingga pengelola program
membutuhkan waktu untuk mensosialisasikan ke daerah sampai tingkat puskesmas.
Dalam mengatasi hal ini maka dilakukan melakukan perubahan DO menyesuaikan
dengan situasi pandemi dan melakukan bimbingan secara individu per provinsi.
f. Tahun 2020 merupakan tahun pertama dalam melakukan perbaikan indikator,
dimana indikator kesehatan kerja berubah menjadi jumlah kabupaten/kota yang
sebelumnya hanya menyasar pada persentase puskesmas.
g. Kegiatan kesehatan olahraga biasanya dilakukan dengan mengumpulkan orang,
sedangkan dalam situasi pandemi dilarang menghimpun orang. Sosialisasi
pelaksanaan kesehatan olahraga menjadi bentuk virtual membutuhkan waktu.
h. Puskesmas mengalami kesulitan dalam melaporkan kegiatan kesehatan olahraga
melalui SITKO.
D. Evaluasi dan Analisa Capaian Kinerja RKP 2020 dan Renja (Krisna)
1. Jumlah tempat kerja yang melaksanakan kesehatan kerja
Indikator Jumlah tempat kerja yang melaksanakan kesehatan kerja tahun 2020,
hanya mencapai 14.200 tempat kerja (23,53%) dimana target yang harus dicapai
sejumlah 60.347 tempat kerja.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
22
Grafik 3.3 Jumlah tempat kerja yang melaksanakan kesehatan kerja
Tempat kerja melaksanakan Kesehatan Kerja:
Jumlah dihitung dari: A + B + C + D + E
A = Jumlah POS UKK
B = Jumlah perusahaan melaksanakan kesehatan kerja termasuk GP2SP
C = Jumlah instansi pemerintah melaksanakan kesehatan kerja
D = Jumlah puskesmas melaksanakan kesehatan kerja
E = Jumlah RS melaksanakan kesehatan kerja
Tercapainya target tersebut dikarenakan faktor pengungkit dan pendorong,
diantaranya :
a. Adanya penanggung jawab kegiatan kesehatan kerja pada Dinas Kesehatan
provinsi dan kabupaten/kota dan puskesmas.
b. Telah dilaksanakan sosialisasi dan advokasi terkait kesehatan kerja kepada
stakeholder terkait seperti Kementerian PAN RB, Kementerian
Ketenagakerjaan, Kementerian Pertanian. Kemenkominfo, Kemeneg PP dan
PA.
c. Menjalin kerjasama untuk evaluasi dan pengembangan kegiatan kesehatan
kerja dengan Perguruan Tinggi.
d. Menjalin kerjasama untuk evaluasi dan pengembangan kegiatan kesehatan
kerja dengan Organisasi Profesi.
Faktor yang masih menjadi penghambat pencapaian indikator, antara lain :
26
23
1
10
4
65
15
6
72
15
1
17
8
65
13
2 1
19
85
5
54
9
10
6
67
6
17
3
19
17
6 3
04
58
10
7
25
96
42
11
15
7
44
9
14
5
36
61
6 23
12
1
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
AC
EH
SUM
UT
SUM
BA
R
RIA
U
JAM
BI
SUM
SEL
BEN
GK
ULU
LAM
PU
NG
BA
BEL
KEP
RI
DK
I JA
KA
RTA
JAB
AR
JATE
NG
DIY
JATI
M
BA
NTE
N
BA
LI
NTB
NTT
KA
LBA
R
KA
LTEN
G
KA
LSEL
KA
LTIM
KA
LTA
RA
SULU
T
SULT
ENG
SULS
EL
SULT
RA
GO
RO
NTA
LO
SULB
AR
MA
LUK
U
MA
LUT
PA
PB
AR
PA
PU
A
Pelaksanaan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja
Puskesmas Perusahaan POS UKK GP2SP
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
23
a. Terjadinya pandemi covid-19 di awal bulan Maret 2020 diikuti dengan kebijakan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sampai dengan bulan Mei 2020,
mengakibatkan kegiatan harus mengalami beberapa perubahan.
b. Terjadinya refokusing anggaran untuk pandemi sehingga beberapa kegiatan
mengalami perubahan metode dan realokasi kegiatan kesehatan kerja.
c. Kejadian pandemi yang mengakibatkan kesulitan pengelola program untuk
melakukan komunikasi teknis dengan target sasaran dan pengelola tingkat
provinsi dan kabupaten/kota sehingga dilakukan koordinasi dengan cara daring.
d. Pelatihan terhambat karena butuh waktu merubah kurikulum offline menjadi
kurikulum online yang terakreditasi PPSDM sehingga pada tahun 2020 kegiatan
pelatihan dirubah menjadi orientasi dan workshop yang dilakukan dengan
mengajukan akreditasi dari organisasi profesi.
2. Jumlah institusi pemerintah yang melakukan pengukuran kebugaran jasmani
Indikator jumlah institusi pemerintah yang melakukan pengukuran kebugaran
jasmani tahun 2020 mencapai 5.850 dari target 759 institusi.
Grafik 3.4 Jumlah institusi pemerintah yang melakukan pengukuran kebugaran
jasmani
Pembinaan Pengukuran kebugaran jasmani selain kepada individu, dilakukan juga
kepada institusi pemerintah di luar Kementerian Kesehatan. Cara melakukan
pengukuran kebugaran jasmani kepada institusi pemerintah adalah melakukan
fasilitasi dan pendampingan serta memberikan edukasi kepada institusi terkait.
Pemberian edukasi dengan melakukan transfer keilmuan melalui webinar.
Berikut beberapa Kementerian yang mengikuti webinar Workshop Pembinaan
Pengukuran Kebugaran Jasmani dan melakukan pengukuran kebugaran secara
mandiri pada tanggal 8-9 Oktober 2020 :
a. Kementerian Perhubungan
b. Kementerian Agama
28
59
3
45
2
5 15
3
88
9
2 2
37
1
13
1
20
1
55
1
.09
7
52
6
30
3
34
0
24
1
23
4
0
97
5
5
80
5
10
6
53
2
4
64
4
10
2
07
7
5
30
3
7
7
- 3
0
200
400
600
800
1000
1200
AC
EHSU
MU
TSU
MB
AR
RIA
UJA
MB
ISU
MSE
LB
ENG
KU
LULA
MP
UN
GB
AB
ELK
EPR
ID
KI J
AK
AR
TAJA
BA
RJA
TEN
GD
IYJA
TIM
BA
NTE
NB
ALI
NTB
NTT
KA
LBA
RK
ALT
ENG
KA
LSEL
KA
LTIM
KA
LTA
RA
SULU
TSU
LTEN
GSU
LSEL
SULT
RA
GO
RO
NTA
LOSU
LBA
RM
ALU
KU
MA
LUT
PA
PB
AR
PA
PU
A
Instansi Pemerintah yang melaksanakan Pengukuran Kebugaran Jasmani
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
24
c. Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
d. Kementerian Ketenagakerjaan
e. Kementerian Kelautan dan Perikanan
f. Kementerian Dalam Negeri
g. Kementerian Komunikasi dan Informatika
h. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Selain itu, Direktorat juga melakukan upaya lain dalam dalam pembinaan
kebugaran jasmani kepada Dinas Kesehatan Provinsi, Kab/kota dan Puskesmas
melalui kegiatan workshop Kebugaran Jasmani Mandiri dengan SIPGAR. Sebagai
tindak lanjut, beberapa instansi pemerintah akan dilakukan pendampingan pada
tahun 2021.
3. Jumlah jemaah haji yang melaksanakan pengukuran kebugaran jasmani
Indikator jumlah jemaah haji yang melaksanakan pengukuran kebugaran jasmani
tahun 2020 mencapai 95.820 dari target 186.613.
Grafik 3.5 Capaian Calon Jemaah Haji yang diperiksa kebugaran jasmani
tahun 2020
Dari 34 provinsi, Provinsi Jawa Barat dan Povinsi Jawa Timur adalah yang
telah melakukan pemeriksaan kebugaran jasmani bagi jemaah haji yang terbanyak,
sedangkan Provinsi Sulawesi Barat tidak melakukan pemeriksaan kebugaran
jasmani bagi jemaah haji.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 15 tahun 2016 tentang
Istithoah Kesehatan Jemaah Haji dijelaskan bahwa jemaah haji yang berangkat ke
tanah suci adalah jemaah yang isthitaah baik dari segi rohani, jasmani maupun
16
14 5
.17
0
53
2
1.5
59
1
.58
2
16
0
1.7
13
4
.28
9
52
5
81
6
7.6
59
2
4.9
12
1
4.1
72
1
.69
7
9.1
52
5
.37
2
11
8
68
0
20
3
11
2
98
3
89
1
1.1
07
6
31
-
2.0
34
2
.00
5
65
4
37
0
21
4
- 10
5
- 16
0
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
AC
EHSU
MU
TSU
MB
AR
RIA
UJA
MB
ISU
MSE
LB
ENG
KU
LULA
MP
UN
GB
AB
ELK
EPR
ID
KI J
AK
AR
TAJA
BA
RJA
TEN
GD
IYJA
TIM
BA
NTE
NB
ALI
NTB
NTT
KA
LBA
RK
ALT
ENG
KA
LSEL
KA
LTIM
KA
LTA
RA
SULU
TSU
LTEN
GSU
LSEL
SULT
RA
GO
RO
NTA
LOSU
LBA
RM
ALU
KU
MA
LUT
PA
PB
AR
PA
PU
A
Pembinaan Pemeriksaan Kebugaran Jasmanibagi Jemaah Haji
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
25
ekonomi. Pembinaan kebugaran jasmani merupakan salah satu bagian dari sistem
pembinaan kesehatan jemaah haji di Puskesmas yang dilakukan kepada
perorangan atau kelompok calon jemaah haji secara paripurna untuk
mempersiapkan Jemaah Haji agar mampu secara fisik, sehat dan mandiri.
Faktor-faktor internal dan eksternal jemaah haji mempengaruhi angka
kesakitan dan angka kematian jemaah haji. Faktor internal antara lain tingkat
kebugaran jasmani yang masih kurang dan sudah menderita penyakit sejak dari
tanah air, sedangkan faktor eksternal antara lain perubahan cuaca, suhu dan faktor
lingkungan lain.
Minat masyarakat Indonesia untuk melaksanakan ibadah haji sangat tinggi
sehingga melampaui batas kuota yang ditetapkan yaitu sebesar 1 per 1.000 (1‰)
penduduk. Hal ini menimbulkan daftar tunggu rata-rata selama 12 tahun. Waktu
daftar tunggu yang panjang perlu dimanfaatkan agar Jemaah haji dapat
mempersiapkan diri baik fisik dan mental, sehingga memenuhi kriteria istithoah
menurut perspektif kesehatan. Salah satu kegiatan dalam rangka meningkatkan
kesehatan Jemaah haji sebelum berangkat adalah pengukuran kebugaran jasmani.
Sejak bulan Maret 2020, Indonesia menyatakan situasi darurat akibat wabah
pandemi COVID 19 yang mengeluarkan aturan untuk social distancing, tidak
berkerumun untuk mencegah penyebaran penularan penyakit COVID 19.
Pemerintah Arab Saudi sejak tanggal 27 Februari 2020 sampai dengan saat ini
masih memberlakukan penutupan kunjungan dari luar negeri baik untuk
peribadahan dan wisata.
Dari hasil pengukuran CJH tahun 2020 capaian hasil pengukuran sebesar 95.820
CJH (51,35%). Hal ini disebabkan karena adanya pandemi pada bulan Maret
sehingga daerah kesulitan dalam melakukan pengukuran kebugaran jasmani yang
kedua dan pelaksanaan Ibadah Haji tahun 2020 tidak diadakan karena masih masa
pandemi. Terkait dengan hal tersebut dilakukan upaya dalam mengevaluasi capaian
target indikator tersebut sebagai berikut :
1) Melakukan workshop Pembinaan Kebugaran Jasmani mandiri kepada pemegang
program kesehatan olahraga agar dapat tetap membina CJH di daerahnya
masing-masing.
2) Membuat telaah Pengukuran Kebugaran Jasmani Jemaah Haji tahun
2020/1441H.
3) Membuat surat permohonan ke Kepala Dinas Kesehatan Provinsi untuk
melaporkan data update pengukuran kebugaran jasmani jemaah haji 1441H.
4) Membuat surat kepada Biro Perencanaan dan Anggaran terkait dengan
kemungkinan indikator tahunan yang tidak dapat tercapai untuk pengukuran
kebugaran jasmani Jemaah haji akibat dari situasi masa pandemi ini.
5) Koordinasi dengan Pusat Kesehatan Haji rencana kegiatan tahun 2021.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
26
E. Kegiatan yang Mendukung Indikator Kinerja
Pada tahun 2020, pencapaian target indikator kinerja Kesehatan Kerja dan Olahraga di
atas dilaksanakan melalui:
1. Penyusunan Norma, Standar, Prosedur, Kriterian (NSPK) Kesehatan Kerja dan
Olahraga
a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/327/2020 Penetapan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
Akibat Kerja Sebagai Penyakit Akibat Kerja Yang Spesifik Pada Pekerjaan
Tertentu.
b. Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.01.07/Menkes/328/2020 tentang
Panduan Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
di Tempat Kerja, Perkantoran dan Industri Dalam Mendukung Keberlangsungan
Usaha Pada Situasi Pandemi.
c. Keputusan Menteri Kesehatan No HK.01.07/Menkes/382/2020 tentang Protokol
Kesehatan Bagi Masyarakat Di Tempat dan Fasilitas Umum Dalam Rangka
Pencegahan dan Pengendalian Covid-19.
d. SE No.614 Tahun 2020 Dukungan Bidang Kesehatan Pada Penyelenggaraan
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak Tahun 2020 Pada Masa Pandemi
Corona Virus Disease 2019 (Covid 19).
e. SE No. HK.02.02/III/3739/2020 Tentang Pelaksanaan Upaya Kesehatan dan
Keselamatan Kerja serta Lingkungan (K3L) dalam Pencegahan dan
Pengendalian Covid-19 di Lingkungan Kemenkes.
f. Draft revisi PMK No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Penyakit Akibat
Kerja.
g. Perubahan mekanisme orientasi dan pelatihan dari luring menjadi metode
daring.
h. Penyusunan Buku :
Tahun 2020 buku yang disusun antara lain:
- Juknis Panduan Workshop Penyelenggaraan Pos Upaya Kesehatan Kerja
Berbasis Online.
- Juklak Penyelenggaraan MBH yang merupakan acuan untuk
penanggungjawab di Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Puskesmas.
- Kesiapsiagaan Rumah Sakit dalam menghadapi keadaan darurat dan
bencana, sasarannya adalah Rumah Sakit, Dinas Kesehatan
Provinsi/Kab/Kota.
- Buku Saku Ergonomi Perkantoran sasarannya pengelola dan pekerja
perkantoran, Dinas Kesehatan Prov/Kab/Kota.
- Buku Saku Panduan Upaya Perlindungan Kesehatan Bagi Petugas
Penyelenggara Pemilihan Umum dan Pemilihan Kepala Daerah Untuk
Menurunkan angka kesakitan dan kematian petugas dalam
penyelenggaraan pemilu.
- Revisi Kurikulum Modul Pelatihan Penyakit Akibat Kerja dan TOT PAK agar
sesuai dengan Konsensus 2019 dan lebih aplikatif dalam pelaksanaannya.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
27
i. Draft pedoman standar kesehatan kerja :
- Identifikasi, penilaian dan pengendalian potensi bahaya kesehatan,
Perlindungan Kesehatan Reproduksi, Surveilans Kesehatan Kerja. (Hazard
Surveilans).
- Pemeriksaan kesehatan, Penilaian kelaikan bekerja, Surveilans Kesehatan
Kerja. (Surveilans Medik).
- Penerapan gizi kerja, Peningkatan kesehatan fisik dan mental.
- Pertolongan pertama pada cedera dan sakit yang terjadi di Tempat Kerja,
Penanganan kasus kegawatdaruratan medik dan/atau rujukan, Pemulihan
medis, Pemulihan kerja.
j. Rencana Aksi Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga 2020-2025
Penyusunan rencana aksi merupakan panduan dalam mencapai tujuan upaya
kesehatan kerja dan olahraga di tahun 2020-2025, didalam rencana aksi ini
terdapat kondisi upaya kesehatan kerja dan olahraga saat ini, tujuan yang ingin
dicapai, indikator sebagai check poin keberhasilan, dan kegiatan yang akan
dilaksanakan setiap tahunnya.
k. Melakukan MoU dengan Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Induk dan
Perjanjian Kerjasama dengan 6 (enam) Induk Organisasi di bawah KORMI.
Penandatanganan dengan KORMI merupakan bentuk kerjasama dengan lintas
sektor dalam membudayakan GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) di
masyarakat khususnya pembudayaan aktivitas fisik. Penandatanganan nota
kesepahaman (MoU) dan perjanjian kerjasama yang telah dilakukan antara
Kemenkes dan KORMI pada 21 Januari 2020. Induk Organisasi yang
melakukan kerjasama yaitu Yayasan Jantung Indonesia (YJI), Yayasan Asma
Indonesia (YAI), Senam Tera Indonesia (STI), Asosiasi Senam Kebugaran
Indonesia (ASKI), Ikatan Langkah Dansa Indonesia (ILDI), dan Persatuan
Olahraga Pernapasan Indonesia (PORPI). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
antara lain :
1) Penandatanganan Nota kesepahaman
2) Penandatanganan Perjanjian Kerjasama
3) Sinkronisasi Program Kerja
4) Orientasi Agent Of Change
5) Penguatan Kelompok Olahraga Masyarakat
6) Monitoring dan Evaluasi
Selain itu juga dilakukan penguatan kepada kelompok-kelompok olahraga
masyarakat dengan cara memberikan edukasi melalui kegiatan webinar dan
melakukan pengukuran kebugaran jasmani bagi masyarakat yang tergabung
dalam induk organisasi.
Acara webinar Orientasi Agent Of Change pada tanggal 15 Juli 2020 : Diikuti 246
peserta secara virtual.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
28
Hasil Pengukuran Kebugaran Jasmani pada 6 (enam) Induk Organisasi sebagai
berikut :
Grafik 3.6 Hasil Pengukuran Kebugaran Jasmani
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
29
Jumlah Kelompok Olahraga di Masyarakat per Provinsi :
Grafik 3.7 Jumlah Kelompok Olahraga di Masyarakat per Provinsi
2. Pengelolaan kepegawaian dengan melakukan:
a. Peningkatan kapasitas dalam bentuk training penggunaan google system
b. Assasement kepegawaian
13
12
68
91
12
11
0 60
92
8 45
52
08
51
02
31
45
41
96
58
49
2 96
65
10
40
68 8
49
69 87 11
81
31
60
37 4
29
19
57
14
18
93
39
99
72 11
00 2 0 0
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000A
ceh
Sum
bar
Jam
bi
Ben
gku
lu
Bab
el
DK
I Jak
arta
Jate
ng
Jati
m
Bal
i
NTT
Kal
ten
g
Kal
tim
Sulu
t
Suls
el
Go
ron
talo
Mal
uku
Pap
bar
Jumlah Kelompok Masyarakat yang Melaksanakan Aktivitas Fisik
Jumlah Kelompok Masyarakat yang Melaksanakan Aktivitas Fisik
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
30
c. Training leadership
Merupakan kegiatan dua hari yang dirancang menggunakan
pendekatan 5 level Leadership dan Neuro Linguistic Programming. Kegiatan
ini melibatkan staf di Kesjaor untuk membangun cara pandang yang baru
terhadap pekerjaan, tugas dan tanggung jawab masing masing di Kesjaor
sehingga dapat bersama sama melangkah secara selaras untuk mewujudkan
Visi Kesjaor. Sesuai tujuan yang ingin dicapai, maka kegiatan ini dititik
beratkan untuk menanamkan cara pandang baru yang lebih produktif,
responsive terhadap perubahan dan selaras dengan target yang diberikan.
Dalam kegiatan ini peserta dipersiapkan untuk memulai perubahan dari
tingkat personal agar masing masing individu dapat menunjukkan kinerja
yang optimal. Selain itu dibekali dengan teknik untuk dapat mengajak sesama
rekan kerja untuk berubah kearah yang lebih baik.
Rekomendasi Training Leadership antara lain:
1) Perlunya peningkatan aspek Kerjasama dan kekompakan dalam
team, karena ini menjadi salah satu isu utama yang disampaikan
peserta. Perbaikan dalam sistem komunikasi serta aspek
kekeluargaan sebagai social engagement antar karyawan.
2) Perlunya lanjutan Penguatan kapasitas dalam kerangka:
a. Leadersip Communication Style.
b. Dasar Komunikasi publik (baik komunikasi verbal maupun
tulisan)
c. Presentation Skill (kemampuan menyampaikan data, fakta dan
program).
3) Penguatan Leadership skill dan Followerwhip skill yang terukur dan
berkesinambungan.
4) Penguatan assertiveness dan Kesehatan psikologis, dari hasil 2
assesment hal ini sangat urgent untuk di follow up .
5) Perlunya training softskill berkesinambungan untuk memelihara
motivasi pegawai.
d. Training teknik komunikasi
Kegiatan training teknik komunikasi merupakan tindaklanjut hasil
training leadership dimana training ini menekankan pada teknik komunikasi
asertif dan penggunaan 20 dasar kalimat untuk mendukung dalam
melaksanakan komunikasi publik.
3. Dukungan terhadap reformasi birokrasi /Penataan Keorganisasian
a. Pelaksanaan kegiatan WBK WBBM
Penguatan tim WBK WBBM dengan menerbitkan SK baru sesuai dengan
kebutuhan, dimana proses penilaian dan bimbingan berjalan selama 3 kali
yaitu 27 Juni, 17-18 Juli, dan 10-14 Agustus Kenaikan nilai proses WBK
WBBM yang semula 25,69 menjadi 73,80.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
31
Table 3.2 Proses Penilaian Satker Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Menuju WBK WBBM
POKJA
NILAI NILAI
MAKS
%
Capaian
Agustus
Juni Juli
Agustus
A. PENILAIAN PROSES 25,69 39,57 39,97 60 65,95%
Pokja 1 Manajemen
Perubahan
1 5,1 5,1 8 63,69%
Pokja 2 Penataan
Tatalaksana
2,59 3,61 3,61 7 51,62%
Pokja 3 Penataan Sistem
manajemen SDM
11,59 5,70 5,70 10 57,01%
Pokja 4 Penguatan
Akuntabilitas
4,27 9,79 9,97 10 97,94%
Pokja 5 Penguatan
Pengawasan
0,25 9,59 10 15 66,64%
Pokja 6 Peningkatan
Kualitas Pelayanan
Publik
0,99 5,77 5,77 10 57,73%
B. HASIL 0 33,83 33,83 40 84,58%
Pemerintahan yang
bersih dan bebas KKN
0 18,65 18,65 20 93,23%
Kualitas pelayanan publik 0 15,19 15,19 20 75,93%
TOTAL 25,69 73,40 73,80 100
b. Pelaksanaan ISO untuk 4 pelayanan publik yang dilakukan Direktorat
Kesehatan kerja dan Olahraga. Pelaksanaan sertifikasi ISO 9001: 2015 untuk
mutu pelayanan dengan 4 ruang lingkup pelayanan publik yang dilakukan
Direktorat Kesehatan kerja dan Olahraga. Proses untuk memperoleh
sertifikasi ISO 9001:2015 telah dimulai pada Bulan September 2020 dan
pada bulan Desember 2020 dilakukan audit internal dan dinyatakan bahwa
Sertifikasi ISO 9001:2015 diberikan pada 4 (empat) layanan yaitu:
- Pelayanan Pemeriksaan Kebugaran
- Pelayanan Pusat Kebugaran
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
32
- Pelayanan Senam
- Pelayanan Ruang ASI
Standarisasi mutu pelayanan dengan sertifikasi ISO 9001:2015 diharapkan
dapat memotivasi ASN di lingkup Kementerian Kesehatan untuk beraktivitas
fisik menggunakan layanan Pusat Kebugaran, Senam dan Pemeriksaan
Kebugaran. Serta mendukung program ibu bekerja dengan ASI Eksklusif di
tempat kerja.
4. Penataan Sistem Informasi dan Pelaporan
a. Pembuatan Aplikasi SIPGAR mandiri
Aplikasi SIPGAR merupakan aplikasi yang dikembangkan sejak bulan Juli
2020 berbasis Android untuk melakukan pengukuran kebugaran jasmani
menggunakan metode Rockport yaitu berjalan/jalan cepat pada lintasan 1,6 km.
Aplikasi ini dilauching pada tanggal 30 September 2020 oleh Sekretaris Jenderal
Kemenkes RI di Kawasan Industri Jababeka. Sampai akhir tahun 2020, aplikasi
ini sudah diakses oleh 14 ribuan peserta dan digunakan oleh 2.738 orang yang
memberikan informasi data kebugaran baik pada ASN dan masyarakat umum.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
33
b. Penguatan orientasi Sistem Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan Olahraga
(SITKO)
SITKO adalah sistem informasi berbasis data terpadu kegiatan dan indikator
Kesehatan Kerja dan Olahraga. Data diperoleh dari tingkat Puskesmas,
Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat serta terintegrasi dengan data aplikasi
program maupun sektor lain terkait. Pengembangan dan implementasi SITKO
dilakukan sebagai upaya penguatan sistem pelaporan kegiatan dan indikator
kesehatan kerja olahraga di setiap tingkatan serta bentuk respon terhadap
perkembangan teknologi informasi.
Aplikasi SITKO merupakan pengelolaan data berbasis web/elektronik untuk
menggantikan sistem pencatatan pelaporan berbasis kertas yang selama ini
berjalan guna menyediakan data dan informasi indikator kesehatan kerja dan
olahraga secara lebih efektif dan efisien. Data dan informasi yang dihasilkan dari
aplikasi SITKO diharapkan bersifat tepat waktu (real time), akurat dan
komprehensif. Data dan informasi tersebut menjadi komponen utama
penyelenggaraan surveilans kesehatan kerja olahraga dan dapat menjadi dasar
penentuan prioritas masalah, perencanaan kegiatan, serta perbaikan atas
permasalahan kesehatan kerja dan olahraga berbasis data (evidence-based) di
lapangan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
34
5. Pelatihan/Orientasi/Workshop Kesehatan Kerja dan Olahraga
a. Workshop pengukuran kebugaran mandiri
Hingga tahun 2019, telah terdapat 166 orang pelatih pembinaan
kebugaran jasmani yang tersebar di 34 Provinsi. Adanya rotasi, mutasi dan
perkembangan keilmuan menyebabkan kegiatan yang bersifat peningkatan
kapasitas akan terus ada, salah satunya adalah ToT Pembinaan Kebugaran
Jasmani.
Pada tahun 2020, telah direncanakan untuk dilaksanakan ToT pada bulan
Maret lalu, namun karena adanya pandemic Covid-19, ToT tersebut tidak dapat
dilaksanakan. Namun dilakukan upaya untuk peningkatan kapasitas keilmuan
dengan cara melakukan workshop pembinaan kebugaran jasmani yang
merupakan salah satu upaya alternatif karena adanya pandemi covid-19, yang
memadatkan kegiatan ToT, Pelatihan dan Orientasi/Sosialisasi di tingkat pusat
hingga kabupaten/kota, kedalam satu kegiatan yang hanya mengakomodasi
materi utama agar langsung dapat dioperasionalkan di lapangan.
Pelaksanaaan workshop dilakukan selama 3 hari secara daring dengan
rincian 2 (dua) hari dilakukan seecara daring dan 1 (satu) hari dilakukan praktek
pengukuran kebugaran jasmani secara mandiri. Narasumber yang memberikan
materi dari pakar kesehatan olahraga. Workshop dilakukan 2 (dua) tahap.
Tahap 1 dilakukan 5 (lima) angkatan pada bulan Juli sd Agustus 2020 dengan
sasaran penanggun jawab Kesjaor Provinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas
dari daerah prioritas untuk meningkatkan capaian program Kesehatan olahraga
yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan,
Banten, DIY dan Bali.
Tahap 2 dilakukan dengan 6 (enam) angkatan pada bulan September sd
Oktober 2020 dengan rincian sebagai berikut :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
35
Table 3.3 Kegiatan Workshop Pengukuran Kebugaran Jasmani Tahap 1
No Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Sasaran/Kuota Peserta
Peserta Jumlah Total
1
Angkatan 1
29 – 30 September
2020
1. Manajemen dan Pekerja di
Kawasan Industri Jababeka 65 orang
80
orang 2. Pengelola Kesjaor di Kab/Kota
dan Puskesmas wilayah
Jababeka
15 orang
2 Angkatan 2
8-9 Oktober 2020
1. Kementerian/Lembaga 70 orang
185
orang 2. FORMI 35 orang
3. Kementerian Kesehatan 80 orang
3 Workshop 3
12-14 Oktober 2020
1. Sulbar
2. Sulut
3. Sultra
4. Gorontalo
5. Maluku
6. Maluku Utara
7. Papua Barat
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
6 orang
15 orang
17 orang
6 orang
11 orang
10 orang
6 orang
85
orang
4 Workshop 4
13-15 Oktober 2020
1. Sumbar
2. Riau
3. Babel
4. Jambi
5. Lampung
6. NTB
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
19 orang
12 orang
7 orang
11 orang
15 orang
10 orang
86
orang
4 Workshop 4
13-15 Oktober 2020
7. Sumbar
8. Riau
9. Babel
10. Jambi
11. Lampung
12. NTB
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
19 orang
12 orang
7 orang
11 orang
86
orang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
36
No Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Sasaran/Kuota Peserta
Peserta Jumlah Total
2 orang
2 orang
15 orang
10 orang
5 Workshop 5
19-21 Oktober 2020
1. Aceh
2. Sumut
3. Bengkulu
4. Kepri
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
23 orang
33 orang
10 orang
7 orang
81
orang
6 Workshop 6
20-22 Oktober 2020
1. Kalsel
2. Kaltim
3. Kalteng
4. Kalbar
5. NTT
6. Papua
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
13 orang
10 orang
14 orang
14 orang
10 orang
13 orang
86
orang
Hasil Pelaksanaan Workshop Tahap 2 sebagai berikut :
Table 3.4 Kegiatan Workshop Pengukuran Kebugaran Jasmani Tahap 2
No Waktu
Pelaksanaan
Peserta
Undangan
Peserta
Hadir
Peserta
Menggunakan
SIPGAR
Nilai rata-
rata Pretes
Nilai rata-
rata Postes
1 Angkatan 1
29–30 Sept 2020 80 orang 278 orang 12 orang 6.20 7.70
2 Angkatan 2
8-9 Okt 2020 185 orang 113 orang 108 orang 6.22 7.74
3 Workshop 3
12-14 Okt 2020 85 orang 54 orang 44 orang 6.00 6.54
4 Workshop 4 86 orang 110 orang 118 orang 6.17 7.65
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
37
No Waktu
Pelaksanaan
Peserta
Undangan
Peserta
Hadir
Peserta
Menggunakan
SIPGAR
Nilai rata-
rata Pretes
Nilai rata-
rata Postes
13-15 Okt 2020
5 Workshop 5
19-21 Okt 2020 81 orang 70 orang 61 orang 5.96 7.20
6 Workshop 6
20-22 Okt 2020 86 orang 137 orang 177 orang 6.36 8.30
TOTAL 689 orang 762 orang 538 orang 6.15 7.52
Dari tabel diatas terlihat, peserta workshop sangat antusias mengikuti pembelajaran meskipun secara daring namun untuk pelaksanaan praktek pengukuran kebugaran jasmani dengan menggunakan aplikasi SIPGAR belum semua peserta melakukannya, hal ini dikarenakan sinyal di daerah yang bermasalah. Hal ini menjadi masukan dalam pelaksanaan Pembinaan Pengukuran Kebugaran Jasmani kedepannya.
Grafik 3.8 Kategori Kebugaran Jasmani Peserta per Angkatan
Dari tabel diatas terlihat, tingkat kebugaran jasmani peserta terbanyak di
kategori cukup 187 orang (34.8%) diikuti dengan kategori kurang dan kurang
sekali sebanyak 164 orang (30.5%), kategori baik sekali dan baik 111 orang
(20.6%).
Angkatan 1 Angkatan 2 Angkatan 3 Angkatan 4 Angkatan 5 Angkatan 6 Total
Baik Sekali 0 7 1 3 6 16 33
Baik 0 23 8 19 6 22 78
Cukup 0 47 24 29 19 68 187
Kurang 0 30 8 28 20 66 152
Kurang Sekali 0 0 3 2 2 5 12
33
78
187
152
12
020406080
100120140160180200
Axi
s Ti
tle
Kategori Kebugaran Jasmani Peserta per Angkatan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
38
Masih tingginya kategori kebugaran jasmani kurang dan kurang sekali
perlu diwaspadai karena Hal ini bisa menandakan bahwa banyak peserta masih
belum menerapkan hidup aktif atau masih kurang dalam melakukan aktifitas fisik
sehingga memerlukan upaya dalam melakukan edukasi dan sosialisasi
penerapan perilaku hidup aktif dan sehat.
Grafik 3.9 Kategori IMT Peserta
Berdasarkan tabel diatas, terlihat kategori IMT peserta workshop
Pembinaan Kebugaran Jasmani Mandiri paling banyak di kategori cukup 269
orang (50%), diikuti oleh IMT dengan kategori Obese dan overweight 154 orang
(28.6%) dan kurus 13 orang (2.4%). Kategori IMT overweight dan obesitas
menunjukkan faktor risiko yang seseorang dapat terkena penyakit tidak menular
seperti jantung, stroke, diabetes mellitus dll. Hal ini perlu diwaspadai karena
merupakan penyakit yang menghabiskan biaya BPJS terbesar. Untuk itu
Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga terus melakukan upaya menekan IMT
kategori overweight dan obesitas dengan pembudayaan aktivitas fisik karena
dengan olahraga seseorang dapat mencegah faktor risiko tersebut disamping
pola makan yang sehat dan bergizi.
b. Webinar Kesehatan Olahraga
Selama tahun 2020 telah dilakukan 6 (enam) kali webinar dengan sasaran
masyarakat umum dan dilakukan secara daring melalui webex, zoom meeting,
siaran langsung melalui youtube dan facebook. Webinar bertujuan untuk
memberikan pengetahuan kesehatan olahraga sesuai topik yang diangkat yaitu:
- Webinar “Peningkatan Imunitas Untuk Lawan COVID-19” pada tanggal 26
Maret 2020 bertujuan memberikan pengetahuan masyarakat untuk
meingkatkan imunitas melalui aktivitas fisik dan gizi seimbang.
- Webinar “Edukasi Latihan Fisik di Rumah” dalam rangka peringatan Hari
Aktivitas Fisik Sedunia dilaksanalam pada tanggal 7 April 2020. Webinar
Angkatan1
Angkatan2
Angkatan3
Angkatan4
Angkatan5
Angkatan6
Total
Kurus 0 3 0 3 1 6 13
Normal 0 62 29 48 29 101 269
overweight 0 15 4 8 10 23 60
Obese 0 22 8 18 12 34 94
13
269
6094
050
100150200250300
Axi
s Ti
tle
Kategori IMT Peserta
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
39
ini bertujuan memberikan pengetahuan tentang latihan fisik yang dapat
dilakukan secara mandiri di rumah.
- Webinar “Sehat Bugar Puasa” dilaksanakan pada tanggal 23 April 2020
bertujuan untuk memberikan pengetahuan olahraga yang dapat dilakukan
selama bulan puasa.
- Webinar “Keluarga Sehat Bugar Produktif” dalam rangka peringatan Hari
Keluarga Nasional pada tanggal 9 Juli 2020. Tujuan webinar ini adalah
untuk meningkatkan pengetahuan tentang kegiatan olahraga yang dapat
dilakukan bersama keluarga di masa Pandemi Covid-19.
- Webinar Gowes Sehat di masa Pandemi dilaksanakan pada tanggal 11
September 2020 sebagai dukungan peringatan Hari Olahraga Nasional.
Sasaran webinar ini adalah masyarakat umum khususnya kelompok
olahraga sepeda dengan tujuan meningkatkan kesadaran dan
pengetahuan pengendara sepeda melakukan olahraga bersepeda yang
BBTT di masa Pandemi. Kegiatan diikuti oleh 100 peserta di aplikasi
zoom, 69 peserta di live youtube KesjaOR dan dilihat oleh 2,7 orang
dalam live facebook @Kementerian Kesehatan.
- Webinat bugar dengan SIPGAR, dilaksanakan pada tanggal 7 November
2020 dengan tujuan memberikan informasi kepada masyarakat untuk
memangaatkan aplikasi SIPGAR dalam upaya peningkatan kebugaran
dan imunitas.
c. Workshop K3 Perkantoran dan Fasyankes
Workshop K3 Perkantoran dan K3 Fasyankes bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan tentang protokol kesehatan,
penggunaan APD yang tepat dan benar. Dilaksanakan melalui zoom link pada
waktu 4-5 Juni 2020; 11 -12 Juni 2020; 23 – 24 Juni 2020; 30 Juni – 1 Juli
2020. Sasaran/peserta terdiri dari tenaga kesehatan pengelola Kesja di RS,
tenaga dokter, tenaga perawat, tenaga laboratorium. Output: Sosialisasi
penerapan K3 Perkantoran dan penerapan protokol kesehatan.
d. Workshop Penyelenggaraan Pos UKK
Workshop Penyelengggaraan Pos UKK diselenggarakan sebanyak 3
angkatan pada tanggal 2 - 4 September 2020, 15 – 17 September 2020, dan
30 September – 2 Oktober 2020. Workshop diselenggarakan secara online
dengan menggunakan aplikasi zoom meeting dan total diikuti oleh 365 orang.
Tujuan Workshop Penyelenggaraan Pos UKK adalah untuk meningkatkan
kapasitas SDM pengelola program kesjaor terhadap pembentukan dan
pembinaan Pos UKK. Sasarannya peserta adalah penanggungjawab program
Kesehatan Kerja di Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Puskesmas. Output: peserta dapat melakukan
pemberdayaan masyarakat dan kemitraan pada kelompok pekerja informal,
melakukan pendampingan pembentukan Pos UKK, melakukan pendampingan
penyelenggaraan kegiatan Pos UKK, termasuk dalam adaptasi kebiasaan baru,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
40
melakukan pencatatan dan pelaporan Pos UKK, melakukan monitoring dan
evaluasi Pos UKK.
e. Orientasi Pos UKK
Orientasi Pos UKK diselenggarakan sebanyak 3 kali pada tanggal 17 Juni
2020 untuk Regional Barat diikuti oleh 2196 peserta, 24 Juni 2020 untuk
Regional Tengah diikuti oleh 2150 peserta, dan 30 Juni 2020 untuk Regional
Timur diikuti oleh 1941 peserta . Orientasi diselenggarakan secara online
dengan menggunakan aplikasi zoom meeting dan Youtube. Tujuan Orientasi
Pos UKK adalah untuk meningkatkan pembentukan Pos UKK pada wilayah
yang belum memiliki Pos UKK. Sasarannya peserta adalah penanggungjawab
program Kesehatan Kerja dan penanggung jawab program promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat di Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Puskesmas agar dapat berkolaborasi dalam pembentukan
dan pembinaan Pos UKK sebagai salah satu UKBM. Output: peserta dapat
melakukan pemberdayaan masyarakat dan kemitraan pada kelompok pekerja
informal, melakukan pendampingan pembentukan Pos UKK, melakukan
pendampingan penyelenggaraan kegiatan Pos UKK, termasuk dalam adaptasi
kebiasaan baru, melakukan pencatatan dan pelaporan Pos UKK, melakukan
monitoring dan evaluasi Pos UKK.
6. Koordinasi dan Advokasi Kesehatan Kerja dan Olahraga
a. Koordinasi Bulan K3
Dilakukan melalui kegiatan Dukungan Peringatan Dalam Rangka Bulan K3
yang bertujuan untuk Sosialisasi pembudayaan K3 pada tempat kerja.
Dilaksanakan pada tanggal 12 Januari – 12 Februari 2020 dengan kegiatan
Workshop. Sasarannya adalah tempat kerja formal di wilayah DKI Jakarta baik
Pemerintah maupun swasta.
b. Uji Kompetensi Jabfung Pembimbing Kesehatan Kerja
Uji kompetensi Kenaikan Jenjang Jabfung pembimbing Kesehatan Kerja.
Untuk meningkatkan kompetensi dan pengembangan profesi pejabat fungsional
pembimbing kesehatan kerja, Kementerian Kesehatan menerbitkan Permenkes
Nomor 18 Tahun 2017 tentang Uji Kompetensi Jabatan fungsional Kesehatan.
Di dalam permenkes tersebut menyebutkan tugas dan fungsi unit pembina untuk
bertanggungjawab dalam penyelenggaraan uji kompetensi termasuk kenaikan
jenjang Jabfung Pembimbing Kesehatan Kerja. Pada tahun 2020, uji kompetensi
kenaikan jenjang Jabfung Pembimbing Kesehatan Kerja dilaksanakan 2 kali
dengan total peserta 8 orang, dengan hasil lulus 5 orang dan tidak lulus 3 orang.
c. Uji Kompetensi Inpassing Jabatan Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja
Untuk meningkatkan jumlah pejabat fungsional pembimbing kesehatan kerja
di seluruh Indonesia, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi mengeluarkan PERMENPAN RB Nomor 42 Tahun 2018
Tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Fungsional melaui
Penyesuaian/Inpassing merupakan peraturan yang mendasari pelaksanaan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
41
pengangkatan PNS dalam Jabatan Fungsional Tertentu. Pada tahun 2020, Uji
kompetensi inpassing dilaksanakan sebanyak 4 kali dengan total peserta 105
orang, dengan hasil lulus 98 orang dan tidak lulus 7 orang.
d. Workshop kesehatan kerja
Workshop K3 Perkantoran dan K3 Fasyankes bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman tenaga kesehatan tentang protokol kesehatan, penggunaan APD
yang tepat dan benar. Dilaksanakan melalui zoom link pada waktu 4-5 Juni
2020; 11 -12 Juni 2020; 23 – 24 Juni 2020; 30 Juni – 1 Juli 2020.
Sasaran/peserta terdiri dari tenaga kesehatan pengelola Kesja di RS, tenaga
dokter, tenaga perawat, tenaga laboratorium. Output: Sosialisasi penerapan K3
Perkantoran dan penerapan protokol kesehatan
e. Orientasi Implementasi SITKO
Tujuan Orientasi Implementasi SITKO adalah untuk orientasi pengoperasian
aplikasi SITKO pada pemegang program kesehatan kerja dan olahraga.
Sasarannya pemegang program kesehatan kerja dan olahraga di 34 provinsi.
Pelaksanaan pada tanggal 12 -14 Februari 2020 dengan jumlah peserta
sebanyak 129 Orang yang terdiri dari68 peserta daerah 61 peserta pusat.
Manfaatnya yaitu : memberikan informasi kepada pemegang program kesjaor
terkait:
1. Konsep pencatatan dan pelaporan kesehatan kerja dan olahraga melalui
SITKO
2. Pengisian variabel indikator kegiatan kesehatan kerja dan olahraga di level
Puskesmas, Kabupaten/Kota dan Provinsi melalui SITKO
3. Perencanaan kegiatan sebagai tindak lanjut di daerah terkait orientasi
SITKO
f. Penilaian K3 Perkantoran
Penilaian K3 Perkantoran bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
pengelola gedung perkantoran memanfaatkan aplikasi instrument self
assessment K3 dan protokol kesehatan di perkantoran. Dilaksanakan melalui
zoom link pada waktu: 26 Agustus dan 2 September; 27 Agustus dan 3
September; 1 September dan 10 September 2020.
Sasaran terdiri dari pengelola perkantoran pemerintah pusat, pengelola
Perkantoran Pemerintah daerah, pengelola perkantoran BUMN; Pengelola
Perkantoran Swasta. Output: Sosialisasi instrument self assessment K3
Perkantoran dan self assessment penilaian penerapan protokol kesehatan.
g. Sosialisasi Gerakan Pekerja Sehat Produktif
Sosialisasi ini dilakukan sebagai salah satu upaya meningkatkan Kesehatan
pekerja perempuan dalam rangka Hari Buruh yang dilaksanakan dengan metoda
ceramah dan diskusi interaktif dengan total peserta 100 orang sekitar
Jabodetabek. Metode yang digunakan dalam seminar adalah menggunakan
virtual meeting dengan aplikasi zoom. Maksud kegiatan ini secara tidak langsung
dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku sehat pekerja dalam
menghadapi pandemic Covid-19 dengan mensosialisasikan materi yang dapat
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
42
meningkatkan kesadaran pekerja untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat sehingga dapat meminimalkan risiko penyebaran Covid 19.
h. Sosialisasi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/327/2020
Penetapan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Akibat Kerja Sebagai
Penyakit Akibat Kerja Yang Spesifik Pada Pekerjaan Tertentu ini dilakukan
untuk percepatan informasi kepada seluruh tenaga kerja kesehatan yang terkait
dengan adanya jaminan kesehatan kerja untuk nakes yang terinfeksi covid 19
akibat pekerjaannya, kegiatan ini bekerja sama dengan PERSI 1 kali dengan
cara daring dan 2 kali dengan PPNI.
7. Monitoring/Pembinaan Teknis Kesehatan Kerja dan Olahraga
a. Monev teknis protokol kesehatan di tempat kerja
Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap penerapan
protokol kesehatan (KMK 413, 327, 328, dan 382) dilakukan di 20 provinsi
melalui kerjasama dengan 3 (tiga) organisasi profesi: Perhimpunan Ahli
Kesehatan Kerja Indonesia (PAKKI), Ikatan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia
(IDKI), dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi (PERDOKI).
Output:
1. Gambaran kondisi yang ada
2. Permasalahan spesifik sasaran (kantor, industri, UMKM, Faskes)
3. Rekomendasi kebijakan
4. Model yang diusulkan untuk di replikasi
b. Verifikasi pelaksanaan GP2SP dalam rangka pemberian penghargaan Mitra
Bakti Husada (MBH)
Verifikasi dilakukan untuk melihat sejauh mana implementasi pelaksanaan
GP2SP di perusahaan. Verifikasi dilakukan di 6 Provinsi yaitu Banten, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kep. Bangka Belitung, Kalimantan Tengah
melalui metode online zoom meeting. Dari hasil verifikasi tersebut, selain
PAKKI
•Evaluasi KMK 413 dan 327
•Target: 6 prov: Kalsel, Jabar, Jateng, Jatim, Sumbar, Kalbar
•27 Rumah Sakit
•17 Puskesmas
•4 Laboratorium
IDKI
•Evaluasi KMK 328
•Target: 7 prov : Yogyakarta, Sultra, Kalteng, Sumsel, Sulsel, NTB, Papbar
•Pencapaian: 10 Provinsi
•34 industri besar
•16 industri menengah
•13 industri kecil
•11 UMKM
PERDOKI
•Evaluasi KMK 382
•Target: 7 prov: DKI, Banten, Sumut, Bali, Kepri, Malut, Sulut
•Target: 70 tempat umum
•Capaian: 151 tempat umum: pasar/mall, hotel, restoran/tempat makan, tempat ibadah, stasiun/terminal/bandara
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
43
diperoleh calon penerima penghargaan MBH juga terlihat dampak dari upaya
kesehatan kerja dan olahraga melalui GP2SP dalam mencapai penurunan AKI,
AKB, Stunting, PTM dan PM.
c. Pembinaan Kebugaran Jasmani di Kementerian Kesehatan
Data hasil Riskesdas tahun 2018, Aparat Sipil Negara (ASN) memiliki
risiko terkena penyakit tidak menular (PTM) 2,5 kali lebih tinggi daripada pekerja
sektor lain. Hal ini dikarenakan pola kerja ASN yang monoton dan lebih banyak
duduk serta rapat menjadi salah satu faktor risiko untuk munculnya PTM yang
lebih tinggi. Oleh karena itu sangat diperlukan kegiatan yang mampu untuk
‘menggerakkan’ ASN agar dapat meminimalisir risiko PTM yang mungkin
terkena pada dirinya. Mengetahui status kesehatan awal ASN dan tingkat
kebugaranya menjadi cara yang paling sederhana untuk menekan resiko PTM
pada ASN.
Peningkatan status kesehatan ASN dilakukan dengan berbagai upaya,
salah satunya adalah kesehatan olahraga yang bertujuan tidak hanya untuk
meningkatkan derajat kesehatan namun juga kebugaran jasmani masyarakat
melalui kegiatan aktivitas fisik, latihan fisik, dan olahraga. Kebugaran jasmani
merupakan indikator fungsi organ yang optimal, terutama fungsi jantung, paru-
paru dan otot rangka yang dapat menggambarkan kualitas hidup sehari hari.
Tingkat kebugaran yang rendah menjadi salah satu faktor risiko seseorang
untuk mengalami penyakit akibat kurang gerak dan dapat berdampak pada
penurunan produktivitas maupun prestasi.
Selama masa pandemi tahun 2020, Direktorat Kesehatan Kerja dan
Olahraga membatasi melakukan pengukuran kebugaran jasmani secara klasikal
namun dilaksanakan pengukuran kebugaran jasmani secara mandiri. Selain itu
untuk meningkatkan kebugaran pegawai Kementerian Kesehatan masa
pandemic, Direktorat melalukan senam virtual melalui aplikasi zoom
ditayangkan juga melalui facebook Kemenkes dan youtube Dit. Kesehatan Kerja
dan Olahraga. Jadual latihan fisik dan pegawai yang mengikuti kegiatan senam
virtual sebagai berikut :
Jadwal Latihan Fisik yang dilaksanakan dalam senam virtual :
Table 3.5 Jadwal Latihan Fisik dalam Senam Virtual
Jenis Latihan Fisik Subtema
Kursi Penguatan jantung dan paru
(aerobik) Perut rata diatas kursi
Penguatan otot atas Latihan di kursi untuk lengan
berotot
Penguatan otot bawah Kaki kuat tanpa harus ke mal
Kelenturan Badan lentur di rumah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
44
Jenis Latihan Fisik Subtema
Dinding Penguatan otot Olahraga di kamar tidur
Kelenturan
Membersihkan
rumah sambil
berolahraga
Gerakan menyapu untuk
perkuat otot lengan
(penambahan beban di
tangan sebelah)
Olahraga dengan sapu
terbang
Gerakan mengepel lantai
(jongkok) untuk mengatasi
sakit pinggang
Sakit pinggang hilang dengan
mengepel
Gerakan membersihkan
kaca jendela untuk perkuat
otot
Rumah bersih menyambut
Ramadhan dengan latihan
otot lengan Latihan sambil
berjemur di teras
rumah
Aerobik (gerakan di tempat
atau sekitar rumah) Joging aman lawan COVID19
Penguatan otot keseluruhan
(plank dsb)
Serap UV B dengan plank
challenge
Olahraga
rekreasi di
rumah
Permainan dengan keluarga
(permainanan estafet botol) Rekreasi sambil berolahraga
Permainan sendiri (engklek) Mainan jadul anak jaman now
Grafik 3.10 Jumlah Peserta Pembinaan Kebugaran Jasmani di Kementerian
Kesehatan
17-Apr-20
24-Apr-20
1 Mei2020
8 Mei2020
15 Mei2020
22 Mei2020
29 Mei2020
5 Juni2020
12 Juni19 Juni2020
Zoom 100 30 51 74 93 60 50 80 4,5
Instagram Kesjaor 168 50 126 42 127 128 187 124 2,8
Youtube Kesjaor 2 2 3 105 5
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Axi
s Ti
tle
Jumlah Peserta
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
45
Keikutsertaan senam bersama secara virtual yang diikuti oleh masyarakat
melalui media elektronik membantu dalam membudayakan aktivitas fisik terutama
masa pandemi covid-19. Dilihat dari tabel 1 menunjukkan jumlah peserta senam
virtual yang diikuti masyarakat paling banyak melalui instagram kesjaor dengan
jumlah peserta rata-rata lebih dari 100 peserta, diikuti dengan peserta melalui zoom
dengan jumlah peserta rata-rata lebih dari 50 peserta. Diharapkan semakin banyak
media sosial yang digunakan semakin banyak informasi tersebar dan masyarakat
menjadi mengikuti kegiatan senam secara bersama yang dilakukan secara virtual.
Penggunaan media sosial sangat efektif dalam mensosialisasikan kegiatan senam
seperti ini.
Kendala Informasi melalui media elektronik terkendala dengan sinyal dari
pengguna dan pemakai terutama pada daerah-daerah yang jauh atau sinyal tidak
mudah terjangkau dan perilaku dari masing-masing individu yang masih malas untuk
bergerak.
Dokumentasi Kegiatan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
46
a. Pemeriksanaan Kesehatan Pengemudi
Sebagai wujud untuk memperkuat implementasi program keselamatan lalu
lintas angkutan telah ditetapkan Rencana Umum Nasional Keselamatan Lalu
Lintas Angkutan Jalan (RUNK LLAJ) yang dikoordinasikan oleh Bappenas.
Kegiatan di Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga untuk mendukung RUNK
LLAJ adalah:
a) Pemantauan pemeriksaan kesehatan pengemudi dan
b) Pengadaan kit pemeriksaan kesehatan pengemudi.
Kegiatan di Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga untuk mendukung
RUNK LLAJ. Pelaksanaan pemantauan bidang kesehatan pada arus
mudik/balik dan libur panjang hari raya Natal 2020 dan tahun baru 2021 pada
masa pandemi COVID-19 dilaksanakan tanggal 24 Desember 2020 s.d 4
Januari 2021.
Pemantauan pemeriksaan kesehatan pengemudi dan kesiapan menghadapi
arus mudik Nataru melalui pembiayaan Dit. Kesja & OR dilakukan di 5 provinsi:
Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten dan Sumatera Utara dengan
total 29 lokus.
Dari hasil pemeriksaan kesehatan pengemudi didapatkan bahwa masalah
kesehatan tertinggi pada pengemudi adalah hipertensi dan ditemukan bahwa
kendala terbesar penerapan protokol kesehatan di terminal adalah masih
kurangnya kepatuhan para penumpang dan awak terminal dalam menggunakan
masker dan menjaga jarak.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
47
Grafik 3.11 Tren Hasil Pemeriksaan Kesehatan Pengemudi Pada Arus
Mudik/balik dan Libur Panjang Hari Raya Natal 2020 dan Tahun Baru 2021
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa Trend jumlah pengemudi yang
diperiksa tahun 2020 mengalami penurunan karena dilakukan pada masa
pandemi sehingga hanya bisa dilakukan di 5 provinsi. Penyebab sebagian besar
tidak laik dan laik dengan catatan adalah hipertensi.
b. Monev Pilkada
1) Monev PILKADA terintegrasi dengan Ditjen Yankes dilakukan di 5
provinsi diantaranya Riau , Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Jawa
tengah, Jawa Timur. Hasil yang di peroleh adalah :
• Penerapan protokol kesehatan saat dilakukan pemilihan suara sudah
dijalankan dengan baik tetapi masih terdapat temuan pelanggaran
protokol kesehatan di beberapa tempat yaitu masih adanya
kerumunan warga saat mengantri untuk memilih dan setelah
memilih, memakai masker tidak menutup hidung dan mulut. Terlihat
ada beberapa anak-anak di TPS dan sebagian tidak menggunakan
masker, petugas dan warga yang merokok.
• Penerapan protokol kesehatan saat perhitungan suara tidak
dijalankan dengan baik terdapat temuan pelanggaran protokol
kesehatan yaitu petugas dan warga yang berkerumun, memakai
masker tidak menutup hidung dan mulut, terlihat ada beberapa anak-
anak di TPS dan sebagian tidak menggunakan masker, petugas dan
warga yang merokok.
399 51466
1479 1566
435
31473793
715
5025
5876
1197
2018 2019 2020
tidak laik laik dgn catatan laik jumlah pengemudi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
48
• Terdapat saksi dari pasangan calon Pilkada yang tidak mau di rapid
test, karena surat mandat dari pasangan calonnya tidak dicantumkan
wajib rapid test.
• Telah dilakukan koordinasi dan pelaksanaan pemilihan di Rumah
Sakit, tetapi untuk beberapa daerah KPUD setempat perlu
melakukan koordinasi yang baik untuk pemilihan yang dilakukan di
RS.
2) Monev yang dilakukan Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga dengan
menggunakan google form diperoleh didapatkan 477 Responden yang
mengisi form dengan responden terbanyak berasal dari:
• Jawa Tengah (26%)
• Jawa Timur (18%)
• Jawa Barat (16,1%)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
49
c. Penataan dan Pengelolaan BMN Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga
Pada tahun 2020
Selama tahun 2020 telah dilakukan berbagai upaya dalam rangka melakukan
penataan dan pengelolaan BMN diantaranya :
a) Mengidentifikasi BMN yang sudah rusak untuk selanjutnya diproses
penghapusan, berupa Peralatan dan mesin, serta kendaraan bermotor.
Berdasarkan hasil identifikasi terdapat 2 buah barang dalam kategori rusak
berat dengan nilai perolehan Rp. 321.699.990,- dan terdapat 147 buah
barang dalan kategori rusak dengan nilai perolehan Rp. 1.294.263.052,-
(sebagaimana detail terlampir)
b) Proses Penghapusan AADB (Alat Anggkut Darat Bermotor) di Direktorat
Kesehatan Kerja dan Olahraga dengan nilai limit sebesar Rp. 49.064.000,-.
Terdapat AADB berupa kendaraan roda empat tahun 2007 dan secara
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
50
ekonomis tidak tidak dapat lagi dimanfaatkan dengan efisien sehingga
dilakukan proses penghapusan.
c) Advokasi pengusulan pengadaan AADB (Alat Anggkut Darat Bermotor) untuk
dimasukkan ke DIPA anggaran Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga di
tahun 2021. Berdasrkan hasil identifikasi dan proses penghapusan diatas
dilakukan upaya advokasi agar pengadaan AADB dapat teranggarkan di
tahun 2021, dan berdasarkan RKAKL 2021 tanggal 12 Maret 2021 terdapat
rencana anggaran sebesar Rp. 300.000.000,- pada MAK Belanja
4812.EAD.006.051.A.532111 yg direncanakan digunakan untuk pengadaan
AADB berupa 2 buah kendaraan operasional.
d) Progres Hibah yang diserahkan ke masyarakat ditahun 2020.
Hingga Desember 2020 terdapat nilai barang dropping sebesar Rp.
32.107.639.195 yg perlu dilakukan proses hibah, barang tersebut berupa Kit
Kebugaran, Kit Pos UKK, Kit APD (APD Pertanian, APD UMKM, APD
Nelayan). Hingga Desember 2020 telah dilakukan proses hibah sebesar 30%
dengan nilai Rp. 9.660.691.851 yang memerlukan percepatan dalam proses
hibah selanjutnya.
8. Pemberian Penghargaan Tingkat Nasional
Dalam upaya meningkatakan implementasi kesehatan kerja dan olahraga dilakukan
mekanisme pemberian penghargaan/ reward kepada tempat atau daerah
diantaranya:
a. Pengharagaan Mitra Bakti Husada (MBH)
Merupakan penghargaan sebagai langkah pembinaan dan motivasi kepada
perusahaan yang telah melaksanakan GP2SP. Kegiatan MBH terdiri dari
kegiatan verifikasi dan pemberian MBH. Perusahaan yang dapat diusulkan
menerima penghargaan MBH dengan kriteria sudah memenuhi hak-hak pekerja
perempuan sesuai ketentuan, perusahaan dengan jumlah pekerja perempuan
minimal 50 orang, telah melaksanakan GP2SP selama 2 (dua) tahun terakhir
dan menjalankan program kesehatan reproduksi, pemberian ASI di tempat
kerja, gizi pekerja dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular. Untuk
tahun 2020, perusahaan yang diusulkan sebanyak 17 perusahaan dari 6
provinsi dan yang menerima MBH pada tahun 2020 sebanyak 12 perusahaan.
Berikut rekap penerima MBH dari tahun 2010-2020.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
51
Grafik 3.11 Penerimaan Penghargaan Mitra Bakti Husada
b. Lomba Ibu Bekerja dengan ASI Ekslusif
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian
ASI Eksklusif, Kementerian Kesehatan berkomitmen memberikan pembinaan
dan dorongan kepada ibu agar berhasil dalam IMD, memberikan ASI Eksklusif
dan diteruskan sampai berumur 2 tahun.
Untuk mengakomodir hal tersebut, Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga
menyelenggarakan Lomba Ibu dengan ASI Eksklusif sebagai wujud pemberian
penghargaan bagi pegawai yang memberikan ASI Eksklusif dengan tetap
menggunakan ruang ASI sesuai standar di tempat kerjanya. Tahun 2020 yang
mendaftar berjumlah 436 orang peserta. Dari jumlah tersebut, peserta yang
sesuai kriteria lomba berjumlah 264 orang peserta. Peserta yang mengirimkan
berkas peryaratan, mengirimkan link video youtube dan mengerjakan ujian
online berjumlah 98 orang peserta. Peserta yang lolos seleksi pemberkasan
dan seleksi penilaian oleh tim penilai berjumlah 21 orang peserta dan mendapat
penghargaan sebanyak 6 orang.
c. Penilaian K3 Perkantoran
Berdasarkan PMK No. 48 tahun 2016 tentang K3 Perkantoran, Kementerian
Kesehatan berkomitmen memberikan pembinaan dan dorongan kepada tepat
kerja perkantoran dalam upaya pelaksaan K3 Perkantoran dan Penerapan
Protokol Kesehatan di tempat kerja. Untuk mengakomodir hal tersebut,
Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga menyelenggarakan penilaian tempat
kerja yang melaksanakan K3 Perkantoran dan penerapan protokol kesehatan
bagi Instansi Pemerinta dan Swasta. Lomba ini diikuti oleh sebagian besar
perkantoran baik pemerintah, BUMN maupun swasta.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
52
9. Kegiatan Lain
a. Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif (GP2SP)
Gerakan Pekerja Perempuan Sehat dan Produktif (GP2SP) merupakan
upaya dari pemerintah, masyarakat, maupun pemberi kerja dan serikat
pekerja/serikat buruh untuk menggalang dan berperan serta guna meningkatkan
kepedulian dan mewujudkan upaya memperbaiki kesehatan pekerja/buruh
perempuan sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan
kualitas generasi penerus bangsa.
GP2SP ini terdiri dari program jaminan pemenuhan hak kesehatan pekerja
perempuan meliputi pelayanan kesehatan reproduksi pekerja perempuan yang
hamil, deteksi dini penyakit tidak menular, pemenuhan kecukupan gizi pekerja
perempuan yang hamil dan menyusui, peningkatan pemberian ASI selama
waktu kerja di tempat kerja, dan pengendalian lingkungan bagi pekerja
perempuan berisiko. Program GP2SP ini terdiri dari program jaminan
pemenuhan hak kesehatan pekerja perempuan meliputi pelayanan kesehatan
reproduksi pekerja perempuan yang hamil, deteksi dini penyakit tidak menular,
pemenuhan kecukupan gizi pekerja perempuan yang hamil dan menyusui,
peningkatan pemberian ASI selama waktu kerja di tempat kerja, dan
pengendalian lingkungan bagi pekerja perempuan berisiko.
Program GP2SP ini merupakan salah satu upaya meningkatkan derajat
kesehatan pekerja perempuan yang berdampak terhadap peningkatan derajat
kesehatan secara umum serta berkontribusi dalam penurunan angka kematian
ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Sampai dengan tahun 2020 telah
dilakukan pembinaan pada 22 provinsi di 671 perusahaan yang melaksanakan
GP2SP dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.6 Jumlah Perusahaan Yang Melaksanakan GP2SP
NO PROVINSI TAHUN
2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 ACEH - - - 0 0 0
2 SUMATERA UTARA 3 3 4 4 4 4
3 SUMATERA BARAT 3 3 3 3 3 3
4 RIAU 1 1 1 1 4 3
5 JAMBI 2 2 2 2 4 4
6 SUMATERA SELATAN 2 2 2 2 2 7
7 BENGKULU - - - 0 0 0
8 LAMPUNG 2 2 3 7 8 8
9 BANGKA BELITUNG - 2 4 6 6 5
10 KEPULAUAN RIAU 10 10 11 18 18 18
11 DKI JAKARTA 25 25 25 29 42 42
12 JAWA BARAT 13 14 17 27 65 74
13 JAWA TENGAH 18 19 213 213 258 264
14 YOGYAKARTA - - - 0 5 8
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
53
NO PROVINSI TAHUN
2015 2016 2017 2018 2019 2020
15 JAWA TIMUR 6 9 9 26 44 45
16 BANTEN 11 11 12 34 35 35
17 BALI - - 1 38 39 38
18 NUSA TENGGARA BARAT - 1 1 1 1 1
19 NUSA TENGGARA TIMUR - - - 0 0 0
20 KALIMANTAN BARAT 2 2 2 2 3 3
21 KALIMANTAN TENGAH 5 10 11 14 16 19
22 KALIMANTAN SELATAN 3 3 3 3 3 24
23 KALIMANTAN TIMUR 5 5 5 4 5 46
24 KALIMANTAN UTARA 1 1 1 2 2 2
25 SULAWESI UTARA - - - 0 0 0
26 SULAWESI TENGAH - - - 0 0 6
27 SULAWESI SELATAN 12 12 12 12 12 18
28 SULAWESI TENGGARA - - - 0 0 0
29 GORONTALO - - - 0 0 0
30 SULAWESI BARAT - - - 0 0 0
31 MALUKU - - - 0 0 0
32 MALUKU UTARA - - - 0 0 0
33 PAPUA BARAT - - - 0 0 0
34 PAPUA - - - 0 0 0
Total 124 137 342 448 579 671
b. Pembinaan Jabatan Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja
Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga merupakan satker yang membina
jabatan fungsional pembimbing kesehatan kerja sesuai dengan amanat
Permenkes 60 tahun 2016, dan memiliki tugas untuk a) Menyusun juknis
pelaksanaan b) Menetapkan pedoman formasi, v) Menetapkan standar
kompetensi, d) Menyusun kurikulum pendidikan dan pelatihan, e) Melakukan
pengkajian dan pangusulan tunjangan jabatan, f) Mensosialisasikan Jabfung
PKK dan petunjuk pelaksanaannya, g) Menyelnggarakan diklat fungsional/teknis,
h) Mengembangkan SI, i) Memfasilitasi pelaksanaan, j) Memfasilitasi
pembentukan organisasi profesi k) Memfasilitasi penyusunan dan penetapan
etika profesi dan kode etik, dan l) Melakukan Monev.
Hingga tahun 2020, telah terdapat 314 orang jabatan fungsional pembimbing
kesehatan kerja dengan rincian :
Tabel 3.7 Jumlah Jabatan Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja
No. Instansi Pertama Muda Madya Jumlah
Pusat
1 Kementerian Kesehatan 28 19 2 49
2 Kementerian Lain 1 0 1 2
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
54
No. Instansi Pertama Muda Madya Jumlah
Daerah Pertama Muda Madya
1 Sumatera Utara 2 6 3 11
2 Sumatera Barat 11 9 0 20
3 Riau 0 1 1 2
4 Jambi 0 1 0 1
5 Sumatera Selatan 1 0 1 2
6 Bengkulu 4 3 3 10
7 Lampung 4 6 2 12
8 Kep. Bangka Belitung 14 5 1 20
9 Kep Riau 1 1 0 2
10 Jawa Barat 11 12 2 25
11 Banten 6 4 0 10
12 Jawa Tengah 0 1 0 1
13 DI Yogyakarta 1 1 0 2
14 Jawa Timur 8 5 1 14
15 Bali 2 3 0 5
16 Nusa Tenggara Timur 8 1 0 9
17 Nusa Tenggara Barat 1 3 0 4
18 Kalimantan Barat 12 11 0 23
19 Kalimantan Tengah 0 3 0 3
20 Kalimantan Selatan 3 5 0 8
21 Kalimantan Timur 2 1 0 3
22 Sulawesi Selatan 35 15 4 54
23 Sulawesi Tenggara 1 2 0 3
24 Gorontalo 15 2 1 18
25 Sulawesi Barat 1 0 0 1
Total 172 120 22 314
c. E-Learning Kesehatan Kerja
E-Learning Kesehatan Kerja bertujuan untuk orientasi implementasi K3 di
Fasyankes. Dilaksanakan melalui zoom link pada: Angkatan 1 dan 2 (25 Nov
2020); Angkatan 3 dan 4 (26 Nov 2020). Sasaran/peserta adalah Tenaga
kesehatan di Puskesmas di wilayah regional Barat, tengah, dan Timur. Ouput:
Tenaga kesehatan Puskesmas terorientasi K3 Fasyankes.
d. Forum komunikasi radiasi
Bertujuan untuk menyusun laporan kegiatan kelompok kerja kesehatan global
bidang radiations emergencies. Dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 2020.
Sasaran/peserta adalah Kelompok kerja ketahanan kesehatan global bidang
radiations emergencies, Lembaga terkait radiasi (BATAN dan BAPETEN).
Output: Laporan coordinator bidang radiations emergencies tahun 2020
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
55
e. Kajian Kesehatan Lingkungan Kerja
Bertujuan untuk Inovasi model intervensi K3. Dilaksanakan pada April –
Oktober 2020. Pelaksana adalah Tim UGM dan Tim Universitas Jenderal
Soedirman. Jenis kegiatan yang dilaksnakan adalah : Kajian K3 bidang
ergonomi dan lingkungan kerja pada pekerja pembatik, dan Kajian lingkungan
kerja dan kesehatan reproduksi pada pekerja formal di wilayah Jawa Tengah
f. Kerjasama dengan PT
1) Kerjasama dengan Universitas Airlangga
Kerjasama antara Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga dengan
Universitas Airlangga tentang upaya kesehatan olahraga melalui
peningkatan aktivitas fisik dengan target sasaran Car Free Day dan Active
School.
Output dari kegiatan ini:
a) Prototipe Pedoman sebagai acuan aktivitas fisik (lari, jalan, gerak) sesuai
dengan usia dan kondisi fisiologis pada Car Free Day dan Active School.
b) Disain layout area Car Free Day sebagai acuan aktivitas fisik yang BBTT
(baik, benar, teratur, dan terukur) dan sebaran penjaja makanan dan
lainnya untuk supporting.
c) Data base informasi faktor penyebab inaktif fisik pada masyarakat
sekolah dan masyarakat luas.
d) Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai
pentingnya aktivitas fisik dan konsumsi sehat (sayur dan buah serta ikan;
makanan sehat (standart LGG) yang dijajakan di sekolah atau CFD.
2) Kerjasama dengan Universitas Negeri Sebelas Maret
Kajian evidence based penyakit akibat kerja ergonomi pada usaha
manufaktur, Kerjasama dengan perguruan tinggi terkait dengan terkait
Tujuan kegiatan adalah diperolehnya rekomendasi kebijakan dan program
atas pengaruh penyakit akibat kerja karena faktor ergonomi yang berhasil
guna dan berdaya guna
Output kegiatan:
1. Hasil identifikasi permasalahan tatalaksana penyakit akibat kerja
ergonomi pada usaha manufaktur
2. Identifikasi faktor yang berpengaruh terhadap tatalaksana penyakit
akibat kerja ergonomi pada usaha manufaktur
3. Publikasi hasil penelitian
4. Policy brief kajian evidence based penyakit akibat kerja ergonomi pada
usaha manufaktur
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
56
10. Penghargaan dan Capaian Lain Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga
a. ISO
Pelaksanaan ISO untuk 4 pelayanan publik yang dilakukan Direktorat
Kesehatan kerja dan Olahraga. Pelaksanaan sertifikasi ISO 9001: 2015 untuk
mutu pelayanan dengan 4 ruang lingkup pelayanan publik yang dilakukan
Direktorat Kesehatan kerja dan Olahraga. Proses untuk memperoleh sertifikasi
ISO 9001:2015 telah dimulai pada Bulan September 2020 dan pada bulan
Desember 2020 dilakukan audit internal dan dinyatakan bahwa Sertifikasi ISO
9001:2015 diberikan pada 4 (empat) layanan yaitu:
- Pelayanan Pemeriksaan Kebugaran
- Pelayanan Pusat Kebugaran
- Pelayanan Senam
- Pelayanan Ruang ASI
Standarisasi mutu pelayanan dengan sertifikasi ISO 9001:2015 diharapkan
dapat memotivasi ASN di lingkup Kementerian Kesehatan untuk beraktivitas fisik
menggunakan layanan Pusat Kebugaran, Senam dan Pemeriksaan Kebugaran.
Serta mendukung program ibu bekerja dengan ASI Eksklusif di tempat kerja.
b. Pelaksanaan Virtual Run dan Virtual SPORT
Virtual Run dan Virtual Sport merupakan upaya pembudayaan aktivitas fisik
yang dilakukan dengan dengan pemanfaatan teknologi. Virtual run dilaksanakan
dalam rangka Hari Aktivitas Fisik pada bulan Maret sd April 2020. Kegiatan ini
diikuti oleh 2500 peserta dari 34 provinsi. Peserta terbanyak berasal dari provinsi
Jawa Barat (21,63%), DKI Jakarta (14,29%) dan Jawa Timur (11,3%). Dalam
kegiatan ini peserta diberikan target berlari sepanjang 30 km dalam waktu satu
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
57
bulan (4 minggu) dan diminta mengupload kegiatan dalam website yang telah
dipersiapkan. Vitrual Sport dipaksanakan dalam rangka peringatan Hari
Kesehatan Nasional bulan Oktober sd November 2020. Dalam virtual sport
peserta diminta memilih salah satu jenis aktivitas olahraga yaitu: berjalan, berlari
atau bersepeda dengan target tertentu. Untuk berjalan ditargetkan 67.500
langkah per bulan, target berlari 30 km per bulan dan target bersepeda 50 km
perbulan. Kegiatan ini diikuti oleh 2279 peserta valid dari 2563 peserta yang
mendaftar. Dari keseluruhan peserta yang mendaftar, 200 peserta memilih
aktivitas berjalan, 1583 peserta memilih aktivitas berlari dan 496 peserta memilih
aktivitas bersepeda.
c. Pengukuran Kebugaran Jasmani mandiri di Kementerian Kesehatan
Persentasi peserta yang mengikuti kegiatan kebugaran jasmani terbanyak
yaitu dari Sekretariat Jenderal atau dengan angka persentasi sebanyak 38%,
selanjutnya Ditjen Kesmas sebanyak 36%, Ditjen Yankes sebanyak 20%,
Farmalkes sebanyak 3%, Ditjen P2P sebanyak 2%, dan yang paling kecil adalah
Itjen sebesar 1%. Sama halnya dengan analisa keikutsertaan dalam gambar 1,
hal ini hanya berdasarkan pegawai yang melakukan absen namun tingkat
persentasi ini juga berdasarkan proporsi jumlah pegawai, dalam arti jumlah
pegawai Setjen lebih banyak dari unit utama lainnya yang dapat berkontribusi
terhadap tingginya partisipasi pegawai untuk melakukan kegiatan kebugaran.
Grafik 3.12 Persentasi Keikutsertaan Pegawai Berdasarkan Bulan Tahun
2020
Jumlah partisipasi pegawai dalam mengikuti kegiatan kebugaran jasmani
pada tahun 2020 puncaknya berada pada Bulan Julir dan Agustus 2020, hal ini
22
86
72
31 32
45
J U N I J U L I A G U S T U S S E P T E M B E R O K T O B E R N O V E M B E R
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
58
dapat dikarenakan pada bulan tersebut pegawai sudah disosialisasikan olahraga
bersama dan mulai di berlakukannya PSBB transisi.
d. Dukungan dalam Sosialisasi Germas dan Germas Aktifitas Fisik
Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga telah melaksanakan kegiatan Germas
Aktivitas Fisik berupa :
1) Puskesmas melakukan pembinaan kesehatan olahraga pada masyarakat
Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan olahraga melalui pendataan
kelompok olahraga, pembinaan kelompok olahraga dan pelayanan
kesehatan olahraga. Target indikator di tahun 2020 adalah 15% Puskesmas
melaksanakan pembinaan kesehatan olahraga dengan capaian 62.7%.
2) Sosialisasi gemar beraktivitas fisik di kab/kota sasaran bersama Mitra
Pembangunan yaitu lembaga lesgislatif mengikutsertakan anggota DPR RI
dalam Kegiatan Sosialisasi Germas bertujuan untuk 1) meningkatkan
partisipasi dan peran serta masyarakat untuk hidup sehat; 2) meningkatkan
produktivitas masyarakat; 3) Mengurangi beban biaya kesehatan.
Sosialisasi tersebut terdiri dari kegiatan advokasi, talkshow, makan buah
bersama, senam peregangan, pemberian kit Germas, penandatanganan
komitmen dukungan Germas, sosialisasi protocol kesehatan di 8
kabupaten/kota daerah.
No Nama Daerah Tanggal Kegiatan PJ
1 Dapil NTT II (Kab Sumba) 10-14 Agustus Mas Iman
2 Jateng (Kab Semarang) 7-9 Agustus 2020 Mas Dewa
3 Sulsel 1 24-26 Agustus 2020 Mba Mutia
4 Jateng IX 31 Agustus 2020 Mas Ben
5 Jatim 1 (Kota Surabaya/Kab Sidoarjo) 2-4 September 2020 Pak Syahrul
6 Jabar 1 (Kab Bekasi) 3-5 September 2020 Mba Putri
7 Sulteng 1 25-27 September 2020 Mba Nurfa
8 Jabar 1 (Kab Bekasi, Cikarang) 22-24 Oktober 2020 Mba Putri
3) Pengelolaan Fitness Center di Lingkungan Kemenkes
Pelaksanaan Program Aktivitas Fisik dan Latihan Fisik Terprogram di
Pusat Kebugaran Kementerian Kesehatan RI dilakukan di dalam maupun
luar gedung. Pelaksanaan program Aktivitas Fisik dan Latihan Fisik
terprogram di dalam gedung terdiri dari latihan aerobik (senam aerobik,
senam osteoporosis, yoga, langkah dansa), latihan beban, konsultasi doker
umum, konsultasi dokter spesialis, pengukuran kebugaran jasmani individu
dengan jadwal yang tersusun dan terbagi berbeda setiap hari kerja di pagi
dan sore di luar jam kerja dan dipandu oleh instruktur. Untuk kegiatan di luar
Kementerian, dilakukan di lapangan bulu tangkis dan futsal di sekitar
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
59
Kuningan setiap hari Jumat pagi, dan juga sebagai dukungan lomba antar
satuan kerja di Kementerian Kesehatan pada saat peringatan hari besar
Kemerdekaan ataupun menyambut Hari Kesehatan Nasional.
Pada tahun 2020 pegawai Kementerian Kesehatan telah berpatisipasi aktif
untuk mengikuti kegiatan kebugaran, dibawah ini adalah hasil jumlah
kunjungan pegawai yang melakukan kegiatan kebugaran pada tahun 2020.
Dikarenakan adanya keterbatasan dalam hal pencatatan dan pelaporan,
jumlah kunjungan kegiatan kebugaran yang dapat dilaporkan paa tahun
2020 hanya kegiatan-kegaiatan sebagai berikut yaitu: Fitness, Senam
Osteo, Senam Aerobic, Yoga dan Line Dance. Berdasarkan hasil
rekapitulasi jumlah kunjungan pada setiap unit utama eselon I, didapatkan
data kunjungan sebagai berikut:
Tabel 3.8 Jumlah Kunjungan Kegiatan Kebugaran Berdasarkan Unit Kerja
NO KEGIATAN DI PUSAT
KEBUGARAN
UNIT KERJA TOTAL
SEKJEN ITJEN P2P KESMAS FARMALKES YANKES
1 Fitness 86 2 3 115 13 69 288
2 Senam Osteo 4 0 1 4 0 0 9
3 Senam Aerobic 14 1 0 6 0 0 21
4 Yoga 7 0 2 3 0 0 12
5 Line Dance 31 0 0 5 0 5 41
TOTAL 142 3 6 133 13 74 371
Berdasarkan table diatas bahwa selama 1 tahun tingkat partisipasi pegawai yang
ikut serta dalam kegiatan kebugaran dari semua unit utama adalah sebanyak
371 orang. Dari table tersebut unit utama yang mempunyai angka partisipasi
tertinggi adalah Sekretariat Jenderal sebesar 142 pegawai dan jenis kegiatan
kebugaran yang paling diminati adalah Fitness yaitu sebesar 86 pegawai.
e. Kegiatan Dukungan Terhadap RSDC Wisma Atlet
Mengiirimkan SDM K3 dari Internal Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga
serta praktisi K3RS dari RS Vertikal Kemenkes. Kegiatan yang dilakukan
meliputi:
1. Keselamatan Gedung/Tower RSDC yang meliputi kesiapsiagaan tanggap
darurat, penyediaan pengecekan sistem pencegahan dan pengendalian
kebakaran gedung/Tower RSDC (Jalur evakuasi, Titik kumpul, APAR,
Hydrant, Sprinkler, Smoke Detector), Simulasi penggunaan Alat Pemadam
Api Ringan (APAR), Code Red (Tim tanggap darurat kebakaran).
2. Manajemen Risiko K3 yang meliputi: Identifikasi potensi dan risiko bahaya
lingkungan kerja RSDC, PeIaporan dan investigasi kasus kecelakaan kerja
(tertusuk jarum, terjatuh, terjebak lift), Patroli K3, larangan merokok
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
60
(Kawasan Tanpa Rokok), Organisasi Tim Tanggap Darurat RSDC, Duta K3,
Lomba K3.
3. Upaya Kesehatan Kerja meliputi Analisis data kecelakaan dan penyakit
akibat kerja, Aktifitas fisik dan kebugaran jasmani di RSDC, Talkshow Hidup
Sehat
4. Sosilisasi PHBS dan Protokol Kesehatan meliputi Penyediaan spanduk,
lembar informasi penerapan protokol kesehatan dan K3, Penyiapan Rambu
K3, jalur evakuasi, jaga jarak, batas pengantaran barang, Video penerapan
protokol kesehatan, K3 lift, simulasi K3.
5. Koordinasi dan Dukungan SDM kegiatan yang meliputi: Orientasi K3 bagi
Relawan dan Petugas baru RSDC serta Duta K3, Tenaga K3 dari
Kemenkes (RS, Relawan/BPPSDM, Direktorat), Koordinasi dengan divisi
terkait dan pengelola gedung RSDC.
i. Pengadaan Sarana dan Prasarana Kesehatan Kerja dan Olahraga
a. Sejak tahun 2017 telah diadakan dan distribusikan berbagai kit yang digunakan
untuk meningkatkan capaian dan cakupan program kesehatan kerja dan
olahraga yaitu pengadaan kit kebugaran, kit Pos UKK, Kit APD bagi Pekerja
sector Informal, Media KIE Pengemudi dan berbagai media/buku terkait
kesehatan kerja dan olahraga.
b. Pengembangan Sistem Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan Olahraga
(SITKO)
Pengembangan sistem pelaporan berbasis IT merupakan keniscayan dalam era
4.0 saat ini, pengembangan SITKO merupakan salah satu upaya terobosoan
Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga dalam melakukan pengumpulan data,
analisasi bahkan monitoring dan evaluasi yang dapat dilakukan secara online.
Gambar 3.2. Tangkapan Layar Halaman Awal SITKO
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
61
Gambar 3.3. Tangkapan Layar Halaman Dashboard SITKO
ii. Dukungan Manajemen (TU)
Kegiatan dukungan manajemen dilaksanakan oleh Subbag Tata Usaha
dalam rangka mendukung upaya kesehatan kerja dan olahraga untuk mencapai
target indicator yang telah ditetapkan.
Kegiatan ini merupakan layanan terhadap kebutuhan tugas pokok dan fungsi
manajemen dan ketatausahaan Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga meliputi
perencanaan, data dan informasi, evaluasi, kepegawaian, keuangan, pengelolaan
barang milik negara (BMN) dan arsip.
a. Perencanaan
Perencanaan kegiatan kesehatan kerja dan olahraga dilaksanakan dengan
menyusun rencana kegiatan serta anggaran kesehatan kerja dan olahraga.
Rencana yang matang diperlukan agar kegiatan dapat terlaksana dengan baik
serta mencapai target yang ditentukan.
Penyusunan rencana kegiatan kesehatan kerja dan olahraga jangka menengah
termasuk dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan TA 2020
– 2024) dimana tertulis target indikator kesehatan kerja dan olahraga yang
harus dicapai. Selanjutnya, rencana jangka menengah tersebut dijabarkan tiap
tahunnya dalam Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L) yang
terangkum dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
Proses perencanaan kegiatan dan anggaran melibatkan Biro Perencanaan dan
Anggaran, Aparatur Pengawas Intern Pemerintah (APIP), Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas)/ Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional (KemenPPN) serta Direktorat Jenderal Anggaran
Kementerian Keuangan.
Perencanaan kegiatan kesehatan kerja dan olahraga untuk mencapai target
indikator nasional tentunya dilaksanakan dengan merencanakan kegiatan
pusat dan daerah (Provinsi, kabupaten/kota, Puskesmas) dengan pemanfaatan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
62
anggaran pusat (APBN) dan daerah (dekonsentrasi (APBN), dana alokasi
khusus (DAK) non fisik, serta APBD)
b. Pengelolaan Data, informasi, dan evaluasi
Data sangatlah penting dan diperlukan untuk menunjang perencanaan,
monitoring, serta evaluasi kegiatan. Data yang akurat akan mendukung
penyusunan perencanaan kegiatan yang tepat sasaran, monitoring kegiatan
sesuai kebutuhan, serta pelaksanaan evaluasi atas kegiatan dengan melihat
trend capaian. Data yang ada selanjutnya diolah untuk menghasilkan informasi
yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan kebijakan pemerintah.
Data kesehatan kerja dan olahraga terdiri dari :
1) Data dasar
diperlukan untuk melihat gambaran sasaran kegiatan kesehatan kerja dan
olahraga di Indonesia. Data dasar terkait kesehatan kerja dan olahraga
antara lain :
a) Data kesehatan kerja : jumlah pekerja, pekerja perempuan,
perusahaan, Puskesmas dan RS terakreditasi, pos UKK, hotspot
merkuri, jabfung pembimbing kesehatan kerja, dan desa migran
produktif (desmigratif)
b) Data kesehatan olahraga : jumlah sekolah, target jemaah haji
2) Data capaian Kegiatan
Data capaian menggambarkan hasil kegiatan kesehatan kerja dan olahraga
yaitu capaian indikator, realisasi anggaran dan output kegiatan. Data
capaian dipantau tiap triwulan untuk dilakukan update capaian dan
dilaporkan melalui aplikasi e-performance, e-monev DJA, dan e-monev
Bappenas.
a) Data indikator meliputi indikator dalam Renstra dan Renja. Data
indikator Renstra yaitu persentase Puskesmas melaksanakan
kesehatan kerja dan olahraga, pos UKK di TPI/PPI, dan sarana
pemeriksa kesehatan TKI memenuhi standar. Data indikator Renja yaitu
jemaah haji yang diukur kebugaran jasmani, Puskesmas melaksanakan
kesehatan olahraga bagi anak sekolah, terbentuknya pos UKK di
wilayah kerja Puskesmas, dan jumlah perusahaan melaksanakan
GP2SP.
b) Data realisasi anggaran merupakan data realisasi anggaran Pusat dan
dekonsentrasi di 34 provinsi.
c) Data output kegiatan menggambarkan capaian output kegiatan sesuai
dengan target tertulis di RKAKL
Data capaian selanjutnya digunakan untuk evaluasi kegiatan dalam
perbaikan dan peningkatan kualitas pelaksanaan kegiatan kesehatan
kerja dan olahraga.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
63
c. Tata Kelola dan Pengadministrasian Keuangan dan Pengelolaan BMN
Pengelolaan keuangan dilaksanakan dalam rangka mendukung operasional
dan administrasi kegiatan kesehatan kerja dan olahraga. Pengelolaan
keuangan kesehatan kerja dan olahraga dilaksanakan dan dilaporkan sesuai
dengan prinsip-prinsip dan peraturan tata kelola keuangan, dimana setiap
semesternya disusun Laporan Keuangan sebagai bentuk akuntabilitas
pelaksanaan kegiatan.
Pengelolaan barang milik negara (BMN) kesehatan kerja dan olahraga
dilaksanakan dengan pencatatan dan pelaporan BMN berupa asset tetap,
asset lancer dan asset lainnya, termasuk proses hibah barang/moral yang
disampakan kepada daerah terhadap sarana dan prasarana yang berfungsi
untuk mendukung pelaksanaan kegiatan kesehatan kerja dan olahraga,
diantaranya kit kebugaran, kit pos UKK dan APD pekerja sektor informal.
d. Manajemen Kepegawaian
Kepegawaian merupakan unsur penting dalam dukungan manajemen kegiatan
kesehatan kerja dan olahraga. Kegiatan kepegawaian dalam kaitannya dengan
pencapaian indikator kesehatan kerja dan olahraga yaitu penempatan pegawai
sesuai kebutuhan dan beban kerja dan pengembangan jabfung pembimbing
kesehatan kerja.
Analisis beban kerja dan peta jabatan bertujuan untuk mendukung kinerja
Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga dengan penempatan pegawai dalam
kebutuhan organisasi dan beban kerja yang sesuai sehingga dapat
melaksanakan tugas dan fungsi optimal untuk mencapai target indikator
kesehatan kerja dan olahraga.
Pengembangan jabfung pembimbing kesehatan kerja sangatlah berkaitan
dengan pencapaian target indikator kesehatan kerja dan olahraga. Jabfung
pembimbing kesehatan kerja sebagai pelaksana utama dalam pelaksanaan
kesehatan kerja dan olahraga di unit kerja pemerintah, terutama di daerah
(Provinsi, kabupaten/kota, dan Puskesmas). Jika jumlah jabfung pembimbing
kesehatan kerja terpenuhi baik di Pusat dan daerah serta dapat melaksanakan
kegiatan dengan baik, maka diharapkan target indikator kesehatan kerja dan
olahraga mudah dicapai.
e. Tata kelola Kearsipan
Pengelolaan arsip sangatlah penting dalam mendokumentasikan seluruh
proses kegiatan yang dilaksanakan Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga,
mulai dari perencanaan, pelaksanaaan, monitoring, serta evaluasi kegiatan.
Pengelolaan arsip di Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga sudah
dilaksanakan secara fisik dan digital.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
64
g. Realisasi Anggaran
Di awal tahun 2020, sesuai dengan Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) Satuan
Kerja Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Nomor: DIPA - 024.03.1.466467/20179
tanggal 12 November 2019, pagu anggaran tahun 2020 untuk Direktorat Kesehatan
Kerja dan Olahraga telah ditetapkan sebesar Rp. 27.537.877,-.
Tabel 3.9 Revisi Anggaran Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga
Output
DIPA
AWAL REVISI
2019 POK 1 POK 2 DIPA 1 POK 3 DIPA 2 POK 4
12 Nov-19 29 Jan 20 3 April 20 12 Mei 20 2 Juni 20 9 Juli 20 10 Juli 20
Alokasi 27,537,877 27,537,877
27,537,877
18,616,414
18,616,414
18,966,414
18,966,414
Pembinaan Kebugaran
Jasmani Bagi Jamaah Haji 246,310 246,310 246,310 161,243 161,243 161,243 161,243
Pelaksanaan Kesehatan
Kerja di tempat kerja 12,538,735 12,538,735 12,538,735 8,720,438 8,720,438 9,070,438 9,070,438
Instansi Pemerintah yang
melakukan pengukuran
kebugaran
4,685,750 4,685,750 4,685,750 4,407,550 4,407,550 4,407,550 4,407,550
Dukungan PON 2,500,000 2,500,000 2,500,000 179,009 179,009 179,009 179,009
Dukungan Manajemen 7,308,362 7,308,362 7,308,362 4,889,454 4,889,454 4,889,454 4,889,454
Layanan Perkantoran 258,720 258,720 258,720 258,720 258,720 258,720 258,720
Revisi anggaran di Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga tahap awal dilakukan
menyesuaikan dengan kondisi pandemi, dimana kegiatan dilakukan secara online,
termasuk penyediaan Alat Pelindung Diri untuk sasaran kesehatan kerja yaitu tenaga
migran, POS UKK dan pekerja perkantoran. Kegiatan PON yang secara resmi
ditiadakan pada revisi DIPA ke-2 dilakukan revisi. Sedangkan kegiatan selanjutnya
dilakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap pelaksanaan kegiatan agar tetap bisa
dilaksankan walaupun dalam situasi pandemi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
65
Revisi DIPA 3 bulan September dilakukan untuk merevisi akun COVID-19 sesuai
dengan Perdirjen PB noS-369/PB/2020 tentang penyesuaian akun COVID-19. Revisi
DIPA 4 pemutakhiran data POK dengan KPPN dan penyesuaian rencana penarikan
dana. dan terakhir revisi DIPA 5 dilakukan pencantuman hibah World Health
Organisation (WHO) senilai Rp. 784.091.242,- atau setara dengan 59.515 USD.
kegiatan dimaksud untuk pelaksanaan kegiatan penyusunan rencana aksi kesehatan
kerja, pelaksanaan road safety, dan aktifitas fisik untuk mendukung kesehatan pekerja.
Selain hibah dari WHO Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga memperoleh dana
Insentif (tambahan) dari Bendahara Umum Negara (BUN) senilai Rp. 350,000,000 (Tiga
Ratus Juta Rupiah) untuk pelaksanaan evaluasi protokol kesehatan di tempat kerja
yang melibatkan organisasi profesi.
Grafik 3.13 Realisasi Anggaran Upaya Kesehatan Kerja dan Olarhaga tahun 2020
Realisasi anggaran Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 sebesar
18.820.225.837 (98,37%)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
66
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada tahun 2020 Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga telah berupaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan berbagai upaya dan dapat terlihat
dari capaian Indkator yang telah ditetapkan.
Indikator Renstra Kemenkes
1. Kabupaten/Kota melaksanakan Kesehatan Kerja target sebesar 308 dan tercapai
sebesar 329 kabupaten/kota.
2. Kabupaten/Kota melaksanakan Kesehatan Olahraga target sebesar 308 dan
tercapai sebesar 193 kabupaten/kota.
Indikator RKP Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga
1 Jumlah tempat kerja melaksanakan kesehatan kerja target sebesar 60.347 tercapai
sebesar 14.200 tempat kerja.
2 Jumlah instansi yang melaksnaakan pengukuran kebugaran jasmani dengan target
sebesar 759 tercapai sebesar 5.850.
3 Persentase calon Jemaah haji yang diperiksa kebugaran jasmani dengan target
186.613 tercapai sebesar 95.820.
Keberhasilan pencapaian target ini tidak terlepas dari berbagai upaya yang telah
dilakukan terutama :
1. Pelaksanaan berbagai, orientasi dan webinar kesehatan kerja dan Olahraga yang
dilakukan secara online diikuti oleh peserta provinsi, kabupaten/kota dan
puskesmas.
2. Kebijakan penyesuaian terhadap penerapan protokol kesehatan di tempat kerja dna
industri, menyebabkan daerah segera melakukan adaptasi terhadap kegiatan.
3. Pengembangan metode kegiatan berbasis pemerintah pada masyarakat (sasaran
pengguna) menyebabkan situasi pandemi bukan menjadi penghalang terhadap
kegiatan.
4. Membangun kerjsama dengan organisasi profesi dengan melakukan
penandatangan MOU dan NGO untuk pengembangan kegiatan kesehatan kerja
dan olahraga.
5. Optimasliasi danan dekonsentrasi untuk kegiatan orientasi kesehatan kerja dan
olahraga, pengukuran kebugaran dan pembinaan Pos UKK.
6. Pengadaan dan distribusi sarana dan prasarana pendukung seperti kit Pos UKK, Kit
APD, Kit Kebugaran, dan Media KIE Pengemudi sejak tahun 2017-2019.
7. Advokasi penggunaan dana DAK Non Fisik untuk upaya kesehatan kerja dan
olahraga sheingga pada tahun 2020 terdapat kebijakan dana DAK Non fisik dapat
digunakan untuk mendukung pembentukan dan pembinaan Pos UKK.
8. Pemanfaatan dana hibah WHO.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
67
Indikator upaya kesehatan kerja dan olahraga ada yang sangat jauh pencapaiannya
dan ada yang belum menunjukkan keberhasilan hal ini perlu dilakukan evaluasi dan
penyesuaian dalam penetapan target. Oleh karena itu, pada tahun 2021 indikator dan
atau target akan lebih dipertajam.
Upaya meminimalisir kendala pelaksanaan kegiatan tahun 2021 diantisipasi melalui:
1. Sosialisasi, implementasi dan evaluasi penggunaan SITKO sebagai media
pencatatan dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi kegiatan kesehatan kerja
dan olahraga.
2. Optimalisasi penggunaan dana Hibah untuk mendukung kegiatan.
3. Optimalisasi penggunaan dana dekonsentrasi dan DAK nonfisik.
B. Saran
Keberhasilan pencapaian indikator kesehatan kerja dan olahraga tahun 2020 perlu
diapresiasi, dievaluasi dan dilakukan penajaman kegiatan agar lebih dapat dirasakan
dampaknya oleh masyarakat dan menjadi pembelajaran dalam pelaksanaan upaya
kesehatan kerja di tahun selanjutnya.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
68
LAMPIRAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
69
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
70
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
71
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
72
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
73
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
74
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
75
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
76
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
77
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
78
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
79
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
80
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
81
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
82
CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA
TAHUN 2020
NO PROVINSI
INDIKATOR RENSTRA DAN RPJMN INDIKATOR RENSTRA
Jumlah Kab/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Kerja
Jumlah Kab/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Olahraga
Target Capaian Persentase Target Capaian Persentase
1 ACEH 18 6 33% 18 0 0%
2 SUMUT 25 30 120% 25 27 108%
3 SUMBAR 15 15 100% 15 5 33%
4 RIAU 12 7 58% 12 0 0%
5 JAMBI 7 10 143% 7 5 71%
6 SUMSEL 11 10 91% 11 3 27%
7 BENGKULU 6 10 167% 6 5 83%
8 LAMPUNG 11 7 64% 11 6 55%
9 BABEL 5 6 120% 5 6 120%
10 KEPRI 5 6 120% 5 4 80%
11 DKI JAKARTA
6 6 100% 6 5 83%
12 JABAR 16 27 169% 16 21 131%
13 JATENG 21 26 124% 21 22 105%
14 DIY 5 5 100% 5 5 100%
15 JATIM 24 31 129% 24 22 92%
16 BANTEN 8 7 88% 8 7 88%
17 BALI 7 2 29% 7 0 0%
18 NTB 10 4 40% 10 2 20%
19 NTT 13 17 131% 13 5 38%
20 KALBAR 10 6 60% 10 1 10%
21 KALTENG 7 11 157% 7 7 100%
22 KALSEL 13 1 8% 13 1 8%
23 KALTIM 7 9 129% 7 1 14%
24 KALTARA 3 5 167% 3 4 133%
25 SULUT 13 3 23% 13 1 8%
26 SULTENG 13 13 100% 13 5 38%
27 SULSEL 24 19 79% 24 12 50%
28 SULTRA 10 11 110% 10 4 40%
29 GORONTALO 4 6 150% 4 6 150%
30 SULBAR 5 5 100% 5 1 20%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
83
NO PROVINSI
INDIKATOR RENSTRA DAN RPJMN INDIKATOR RENSTRA
Jumlah Kab/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Kerja
Jumlah Kab/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Olahraga
Target Capaian Persentase Target Capaian Persentase
31 MALUKU 6 1 17% 6 0 0%
32 MALUT 6 7 117% 6 0 0%
33 PAPBAR 10 0 0% 10 0 0%
34 PAPUA 16 0 0% 16 0 0%
372 329 88% 372 193 52%
Target dan Capaian
308 329 106,8% 308 193 62,7%
Sumber Sitko Cut Off : 10 Januari 2021
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
84
CAPAIAN INDIKATOR RKP KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA TAHUN 2020
NO PROVINSI
INDIKATOR RKP/OUTPUT
Pelaksanaan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja Instansi Pemerintah yang
melaksanakan Pengukuran Kebugaran Jasmani
Pembinaan Pemeriksaan Kebugaran Jasmani bagi Jemaah
Haji
Target PKM Perusa haan
POS UKK
GP2SP Jumlah Persen
tase Target Capaian Persentase Target Capaian Persentase
1 ACEH 2.005 49 0 53 102 5,09% 84 28 33,33% 4.657 1.964 42,17%
2 SUMUT 3.862 314 2 141 4 461 11,94% 127 593 466,93% 8.857 4.634 52,32%
3 SUMBAR 1.262 202 2 284 3 491 38,91% 72 45 62,50% 4.906 2.425 49,43%
4 RIAU 1.254 78 - 230 3 311 24,80% 51 25 49,02% 5.368 3.476 64,75%
5 JAMBI 857 109 1 153 4 267 31,16% 45 153 340,00% 3.094 968 31,29%
6 SUMSEL 2.004 106 - 174 7 287 14,32% 66 88 133,33% 7.457 3.593 48,18%
7 BENGKULU 735 148 3 246 397 54,01% 40 92 230,00% 1.739 1.110 63,83%
8 LAMPUNG 2.220 122 49 190 8 369 16,62% 60 237 395,00% 7.498 5.729 76,41%
9 BABEL 456 44 1 88 5 138 30,26% 31 113 364,52% 1.133 989 87,29%
10 KEPRI 1.363 55 201 18 274 20,10% 32 120 375,00% 1.373 940 68,46%
11 DKI
JAKARTA 8.367 251 2 99 42 394 4,71% 45 155 344,44% 8.399 5.175 61,61%
12 JABAR 8.769 690 - 1045 74 1.809 20,63% 123 1097 891,87% 33.848 20.783 61,40%
13 JATENG 6.583 488 38 789 264 1.579 23,99% 142 526 370,42% 32.307 3.112 9,63%
14 DIY 1.436 98 31 107 8 244 16,99% 31 303 977,42% 3.347 1.729 51,66%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
85
NO PROVINSI
INDIKATOR RKP/OUTPUT
Pelaksanaan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja Instansi Pemerintah yang
melaksanakan Pengukuran Kebugaran Jasmani
Pembinaan Pemeriksaan Kebugaran Jasmani bagi Jemaah
Haji
Target PKM Perusa haan
POS UKK
GP2SP Jumlah Persen
tase Target Capaian Persentase Target Capaian Persentase
15 JATIM 9.382 454 8 1485 45 1.992 21,23% 161 340 211,18% 30.386 21.144 69,58%
16 BANTEN 2.288 124 1 194 35 354 15,47% 42 241 573,81% 10.063 2.981 29,62%
17 BALI 1.537 17 98 38 153 9,95% 41 23 56,10% 742 174 23,45%
18 NTB 1.087 57 360 1 418 38,45% 41 40 97,56% 4.385 4.384 99,98%
19 NTT 1.925 232 3 300 535 27,79% 79 97 122,78% 710 313 44,08%
20 KALBAR 1.020 61 203 3 267 26,18% 55 55 100,00% 2.679 1.289 48,11%
21 KALTENG 916 104 94 19 217 23,69% 52 80 153,85% 1.714 1.422 82,96%
22 KALSEL 1.234 18 188 24 230 18,64% 51 5 9,80% 4.061 3.165 77,94%
23 KALTIM 2.121 103 107 57 46 313 14,76% 44 106 240,91% 3.193 1.102 34,51%
24 KALTARA 212 42 44 2 88 41,51% 23 53 230,43% 525 249 47,43%
25 SULUT 1.436 20 64 84 5,85% 58 2 3,45% 758 23 3,03%
26 SULTENG 1.233 178 136 314 25,47% 51 464 909,80% 2.120 319 15,05%
27 SULSEL 3.386 262 1 911 18 1.192 35,20% 89 410 460,67% 7.734 120 1,55%
28 SULTRA 2.113 129 16 36 181 8,57% 62 207 333,87% 2.148 791 36,82%
29 GORONTAL
O 463 71 2 46 119 25,70% 27 75 277,78% 1.010 362 35,84%
30 SULBAR 1.004 32 2 163 197 19,62% 27 30 111,11% 1.545 - 0,00%
31 MALUKU 856 6 - 107 113 13,20% 44 37 84,09% 1.155 119 10,30%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
86
NO PROVINSI
INDIKATOR RKP/OUTPUT
Pelaksanaan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja Instansi Pemerintah yang
melaksanakan Pengukuran Kebugaran Jasmani
Pembinaan Pemeriksaan Kebugaran Jasmani bagi Jemaah
Haji
Target PKM Perusa haan
POS UKK
GP2SP Jumlah Persen
tase Target Capaian Persentase Target Capaian Persentase
32 MALUT 519 36 - 60 96 18,50% 40 7 17,50% 1.145 515 44,98%
33 PAPBAR 950 4 158 162 17,05% 49 0 0,00% 769 123 15,99%
34 PAPUA 742 3 49 52 7,01% 99 3 3,03% 1.145 598 52,23%
75.597 4.707 269 8553 671 14.200 18,78% 2.084 5850 280,71% 201.970 95820 47,44%
Target dan Capaian
75.000 14.200 23,53% 2.200 5850 265,91% 202.000 95820 47,44%
Revisi Target
60.347 4.707 269 8.553 671 14.200 23,53% 759 5850 770,75% 186.613 95820 51,35%
Sumber Sitko Cut Off : 10 Januari 2021
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
87
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
88